Upload
dodat
View
228
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA UNIT PENGELOLA KEGIATAN SIMPAN PINJAM KHUSUS
PEREMPUAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MANDIRI
PEDESAAN DI KECAMATAN SETU
KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi
Syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S.sos.I)
Oleh
Aditya Bayu Putro
Nim : 107054002242
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
UPAYA UNIT PENGELOLA KEGIATAN SIMPAN PINJAM KHUSUS
PEREMPUAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MANDIRI
PEDESAAN DI KECAMATAN SETU
KOTA TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk
Memnuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Sosial Islam
Oleh
Aditya Bayu Putro
Nim: 107054002242
Dibawah Bimbingan
(Nurul Hidayati, S. Ag, M.Pd)
NIP. 19690322 199603 2 001
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “UPAYA UNIT PENGELOLA KEGIATAN SIMPAN
PINJAM KHUSUS PEREMPUAN PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN DI
KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN”. telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 30 Mei 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang di ajukan memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bila kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya sendiri
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain. Maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 30 Mei 2012
Adittya Bayu Putro
i
ABSTRAK
ADITYA BAYU PUTRO
Upaya Unit Pengelola Kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan Program
Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan di Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan
Dalam rangka untuk melestarikan kelembagaan-kelembagaan yang telah
dibangun oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan
dan hasil-hasilnya terutama dana bergulir yang dikelola oleh Unit Pengelolaan
Kegiatan (UPK) diperlukan ketentuan yang mengatur tentang tata laksana
pelestarian dan perlindungan hasil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri agar tetap dapat berkelanjutan.
Unit Pengelola Kegiatan selalu bagian dari pelaku program ini yang
dibentuk di kecamatan di lokasi Program, Bertujuan menjamin proses pengelolaan
kegiatan dengan baik dan berkesinambungan, serta berperan pula dalam pen
dokumentasikan (pencatatan dan pengarsipan atas setiap kegiatan yang
dilaksanakan. Awal mula kedatangan program Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan di Kecamatan Setu diterima dengan senang hati
dan berharap sangat dari masyarakat terhadap program ini terlebih ini adalah jalan
pembuka untuk menjadikan hidup lebih berguna dan menjadikan UPK sebagai
kelembagaan mikro
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pemberdayaan.
Secara teoritis unit pengelola kegiatan memberikan pinjaman kepada para pelaku
simpan pinjam, kepada perempuan untuk keperluan yang bersifat konsumtif dan
modal usaha. Dan untuk memperdayakan perempuan desa setu agar lebih mandiri
dan tidak hanya tergantung oleh hasil dari para suami mereka.
ii
KATA PENGANTAR
Penulisan skripsi berjudul “Upaya Unit Pengelola Kegiatan Simpan
Pinjam Khusus Perempuan di Kecamatan Setu Tangerang Selatan” merupakan
langkah penulis dalam memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hiayatullah Jakarta
Penulis ingin mengucapkan syukur kepada Allah, tuhan semesta alam
yang Senantiasa mencurahkan inspirasi kepada Penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Penulis juga ingin menghaturkan shalawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dukungan baik moril maupun materi, sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan
kepada:
1. Jajaran FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah, Bpk. Dr H. Arief Subhan, MA.
(Dekan), Bpk Drs Wahidin Saputra, MA. (Pembantu Dekan Bidang
Akademik), Bpk Drs. H. Mahmud Jalal, MA. (Pembantu Bidang Administrasi
Umum), dan Bpk. Drs. Study Rizal LK, MA. (Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan):
2. Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Ibu Wati Nilamsari, M.Si.:
3. Sekretaris Jurusan PMI UIN Syarif HIdayatulah Jakarta Bpk. M. Hudri, M.
Ag.:
iii
4. Dosen Pembimbing Ibu Nurul Hidayati, S. Ag., M. Pd.,:
5. Segenap dosen PMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr Syamsir, MS.,
Bpk. Drs Yusra Kilun, M. Pd., Bpk Tantan Hermansah, M. Si., Ibu Dra. Hj.
Mona Eliza, MA., Bpk. Dicky Andika,. M.Si dan Bpk. Muhtadi, M.Si..:
6. Pimpinan Perpustakaan FIDKOM dan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta Staff.:
7. Orangtua yang selalu memberikan dukungan, mmotivasi, hikmah, dan doa
serta membakar semangat penulis tanpa kenal lelah, Bapak H. Slamet
Margono dan Ibu Siti Nurlaela. Semoga Allah SWT senantiasa mengasihi
kalian sebagaimana kalian mengasihi penulis hingga detik ini.
8. Kelurga Besar Almarhhum Mbah Setu dan Keluarga besar Abi Naran Daiman
9. Adik penulis Meisya adhira atas dukungannya dan semangat.
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Batasan Dan Rumusan Masalah ............................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
E. Metodologi Penelitian ............................................................ 5
F. Tinjauan Pustaka .................................................................... 8
G. Sistematika penulisan ............................................................ 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan ........................................................................ 10
1. Pengertian Pemberdayaan ................................................ 10
2. Proses Pemberdayaan ...................................................... 13
3. Strategi Pemberdayaan .................................................... 14
4. Tujuan Pemberdayaan ..................................................... 18
5. Asas Pemberdayaan ......................................................... 19
B. Unit Pengelola Kegiatan. ........................................................ 20
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN
A. Pendahuluan............................................................................ 24
v
B. Visi dan Misi .......................................................................... 25
C. Kedudukan, Tujuan dan sasaran ............................................. 26
D. Dasar Hukum .......................................................................... 28
E. Sumber Dana .......................................................................... 29
F. Letak Geografis ...................................................................... 29
BAB IV ANALISA DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Keanggotaan ........................................................................... 31
1. Pendahuluan...................................................................... 31
2. Pengertian Dana Bergulir ................................................. 40
3. Fungsi Kelompok Dana Bergulir ...................................... 41
4. Operasional UPK .............................................................. 43
B. Kelemahan Unit Pengelola Kegiatan ...................................... 46
1. Pendahuluan...................................................................... 46
2. Penggolongan Masalah ..................................................... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 50
B. Saran-saran ............................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 53
LAMPIRAN – LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 kelompok peminjam unit pengelola Kegiatan.
2. Tabel 2 Angsuran Kegiatan Simpan Pinjam.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan di negeri ini membawa kita pada pekerjaan sosial yang
besar dan beragam. Karena di dalam kehidupan di dunia ini tidak ada yang
sempurna. Ilustrasi ini diumpamakan, layaknya permasalahan yang dihadapi
bangsa ini. Menjadi sebuah pekerjaan yang rumit untuk membersihkan
serpihan ini, tapi serpihan ini akan membahayakan apabila tidak dibersihkan.
Artinya, permasalahan yang begitu beragam yang dihadapkan pada bangsa ini,
satu demi satu harus segera diselesaikan. Semua permasalahan ini
membutuhkan solusi yang tepat dan cepat.
Sekian banyak permasalahan di negeri ini. Permasalahan ekonomi
yang di alami seseorang yang mempunyai kekurangan materi di dalam
kehidupan mereka adalah salah satu dari sekian banyak permasalahan yang
perlu diperhatikan oleh pemerintah guna meningkatkan produktivitas mereka
dan daya saing mereka di dunia usaha. Peningkatan pengangguran di seluruh
wilayah di tanah air semakin tinggi.
Menurut Agust Efendi, Setidaknya ada tiga kompleks Pemberdayaan
yang mendesak untuk diperjuangkan dalam konteks ke-umatan masa kini,
yakni pemberdayaan dalam tatanan ruhania intelektual dan ekonomi.1
Pertama, pemberdayaan pada matra ruhaniah. Dalam pandangan Agus
Efendi, degraadasi moral atau pergeseran nilai masyarakat Islam saat ini
1 Agusefendi, Pemberdayaan dalam Fithrah no 4 (Bandung; Alsina; center for
Methodological Transformation juni 199), h 4-5.
2
sangat mengguncang kesadaran Islam. Kepribadian kaum Muslim terutama
generasi muanya begitu telanjang dan ter kooptasi oleh budaya barat yang
merupakan anistesa dari segi nilai Islam. Hal ini diperparah dengan gagalnya
pendidikan agama di hampir semua pendidikan.
Untuk keluar dan belitan persoalan ini masyarakat harus berjuang
keras untuk melahirkan desain besar kurikulum pendidikan untuk setiap
wilayah pendidikan yang benar-benar berorientasi pada pemberdayaan total.
Kedua, pemberdayaan intelektual dengan sangat telanjang dapat
disaksikan betapa umat Islam yang ada di Indonesia bahkan di manapun sudah
terlalu jauh tertinggal dalam kemajuan dan penguasaan teknologi.
Ketiga, pemberdayaan ekonomi sebagaimana di kemukakan masalah
kemiskinan menjadi demikian identik dengan masyarakat Islam.
Pemecahannya adalah tanggung jawab masyarakat Islam sendiri, selama ini
selalu ter pinggirkan. Dalam konteks ekonomi seorang Muslim dan generasi
Qurani.
Situasi ekonomi masyarakat Islam Indonesia bukan untuk diratapi
melainkan untuk dicarikan jalan pemecahannya. Untuk keluar dari himpitan
ekonomi ini, diperlukan perjuangan besar dan gigih dari setiap komponen
umat di samping penguatan, penguasaan terhadap live skill atau keahlian
hidup, keterampilan berwirausaha, dibutuhkan juga pengembangan dan
pemberdayaan ekonomi2.
Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mengadakan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang terdiri dari PNPM
2Dra Nanih Machhendrawaty,M.Ag. PengembanganMasyarakat Islam Hal 45
3
Perkotaan dan Pedesaan, serta PNPM wilayah khusus dan desa yang
tertinggal. Kemudian dengan adanya Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri, terbentuklah sebuah kesatuan kerja tingkat Kecamatan
yaitu; Unit Pengelola Kegiatan (UPK) yang mempunyai program simpan
pinjam khusus perempuan desa agar dapat meningkatkan taraf hidup dan
ekonominya.
Selain program tersebut Unit Pengelola Kegiatan tersebut mempunyai
program guna memperbaiki sarana dan prasarana desa seperti perbaikan jalan
desa dan pembangunan posyandu.
Rendahnya tingkat ekonomi dan keterampilan perempuan di pedesaan
maupun di Kecamatan setu membuat perempuan disana tergerak untuk
berdaya. Unit pengelola kegiatan bergerak dalam kegiatan simpan pinjam.
Dari kegiatan simpan pinjam itu sendiri perempuan membuat kegiatan tata
boga dan keterampilan tangan.
Selain itu, unit pengelola kegiatan(UPK) juga membuat infrastruktur
seperti pembetulan jalan, pembangunan posyandu.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah simpan pinjam
khusus perempuan di unit pengelola kegiatan (UPK) yang berlokasi di
Kecamatan Setu untuk menjalankan usaha kecil. Adapun pertanyaan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana upaya Unit Pengelola Kegiatan simpan pinjam khusus
perempuan dalam meningkatkan ekonomi para anggotanya?
4
2. Bagaimana kelemahan Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam
menjalankan Program simpan Pinjam khusus Perempuan?
C. Tujuan Penelitian
Berpijak pada batasan dan rumusan masalah di atas, maka penelitian
ini ber tujuan untuk:
1. Mengetahui upaya Unit Pengelola Kegiatan Simpan Pinjam khusus
Perempuan dalam meningkatkan ekonomi para anggotanya;
2. Mempelajari kelemahan program simpan pinjam khusus perempuan yang
dijalankan oleh Unit Pengelola Kegiatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengembangan Keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para
pembaca maupun bagi para praktisi pengembang masyarakat.
2. Bagi Jurusan/Universitas
Diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dan peningkatan akademis
dalam bidang pengembangan masyarakat.
3. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi
praktisi, terutama praktisi di bidang pengembangan masyarakat agar
senantiasa berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan
masyarakat.
5
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Yaitu
pengamatan, wawancara3. yang dibangun berdasarkan metode survei yang
berangkat dari teori untuk mengamati fenomena sosial, penelitian kualitatif
diawali dari fenomena sosial untuk membangun sesuatu teori atau hipotesis.
Metode Kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan
dapat lebih menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh bersama terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi.
Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena mudah diakses
oleh peneliti, dan dianggap dapat mewakili (representatif) bagi kebutuhan
penelitian karya ilmiah ini. Hal tersebut yang membuat penulis melakukan
penelitian di lokasi tersebut.
Adapun proses pengumpulan datanya dilakukan dengan lima tehnik,
yaitu:
1. Studi Kepustakaan. Penulis mengumpulkan dan menganalisa buku-buku
serta literatur-literatur yang berkaitan dengan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang akan dibahas dalam penelitian
ini guna mendapatkan teori dan konsep yang akan digunakan dalam
menganalisa data hasil penelitian, baik berupa buku, maupun jurnal dan
berita dari media massa.
3 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008). Cet. Ke-25, h. 9-10.
6
2. Observasi. Observasi adalah pengamatan langsung dengan menggunakan
seluruh panca indera (melihat, mendengar, dan merasakan) dan pencatatan
secara sistematis gejala-gejala yang terjadi di lapangan penelitian,4 yaitu
dengan mengadakan pengamatan langsung di lembaga yang bernama Unit
Pengelola Kegiatan.
Berikut ini hal-hal yang diamati:
a. Lokasi Unit Pengelola Kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan.
b. Keadaan lokasi, seperti kondisi jalan yang menuju Unit Pengelola
Kegiatan.
c. Keadaan di dalam Unit Pengelola Kegiatan Simpan Pinjam
d. Kondisi bangunan Unit Pengelola Kegiatan Simpan Pinjam.
3. Wawancara merupakan sesuatu alat pengumpulan informasi langsung
tentang beberapa jenis data. Dalam penelitian ini penulis langsung
mewawancarai pengurus dengan alasan, bahwa mereka adalah orang-
orang yang memahami (kompeten), dan dalam memandirikan peserta
program.
Informasi yang ingin dicari oleh penulis yaitu:
a. Kepada pihak pimpinan Unit Pengelola Kegiatan
1) Awal didirikannya Unit Pengelola Kegiatan Di Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan.
a) Latar belakang didirikannya;
b) Waktu didirikannya.
2) Struktur organisasi Unit Pengelola Kegiatan di Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan.
4 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi aksara, 1998). Cet. Ke-2 h. 54.
7
3) Data-data mengenai profil anggota, seperti jenis usaha, dan berapa
besar modal usaha.
b. Kepada anggota Unit Pengelola Kegiatan
1) Alasan bergabung bersama Unit Pengelola Kegiatan
2) Jenis Usaha yang dilakukan.
4. Studi Dokumentasi Yaitu peneliti mengumpulkan, membaca dan
mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan
serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa
untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh
data yang telah didokumentasikan dalam buku dan majalah. Agenda
kegiatan lembaga, Rancangan Program (jangka panjang dan jangka
pendek) Yayasan, Foto, Akta Notaris, dan dokumen lainnya. Literatur
terebut dapat berupa pamflet dan brosur yang diterbitkan oleh Unit
Pengelola Kegiatan.
5. Analisis data Yakni menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber dengan hasil yang diperoleh pengamatan peneliti secara langsung
di lapangan. Analisis data adalah proses penyusunan data agar bisa
ditafsirkan, dan memberikan makna. Model analisis yang dipakai dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif mengenai apa yang ada di
dalam Unit Pengelola Kegiatan.
Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada
buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertasi UIN Jakarta yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II Tahun 2007. Lokasi penelitian itu
sendiri akan dilakukan di jalan Lingkar Sengkol Rt 005 Rw 002 Kelurahan
Muncul, Setu Kota Serpong, Tangerang Selatan
8
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang simpan pinjam yang dilakukan oleh saudara Ega
Prasetya Noor mengenai koperasi simpan pinjam Kodanua di kantor cabang
pembantu Pondok Labu.
Menurut hasil penelitian tersebut koperasi simpan pinjam merupakan
koperasi yang memberikan pinjaman kepada para pelaku anggota untuk
menggunakan usaha yang bersifat konsumtif. Jika dilihat dari kefektifitasan
nya sebagai lembaga keuangan yang menunjang, maka simpan pinjam
kodanua belum bisa dikatakan efektif namun memberikan kemudahan mereka
baik produktif.5
Pihak koperasi simpan pinjam koanua kantor cabang pembantu pondok
labu menyatakan bahwa bila pihaknya berasumsi bahwa koperasi simpan
pinjam kodanua akan ditingkatkan oleh para anggota dan nasabah lain bila
hanya mematok pinjaman untuk keperluan produksi saja.
Namun bila dilihat dari sisi lainnya, tentu saja koperasi simpan pinjam
ini sangat berjasa kepada para pelaku usaha mikro dan kecil.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memastikan pemahaman dan penyusunan selanjutnya, maka
penulis menjelaskan pokok-pokok uraian yang diteliti sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan latar belakang masalah, Perumusan dan Pembatasan
Masalah., Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian,
Sistematika Penulisan.
5 Ega Prasetya Noor, Skripsi: Optimalisasi Pinjaman Modal Usaha dari Kkoperasi
Simpan PInjam Kodanua Kantor cabang Pembantu Pondok Labu. Pondok Labu, h. 70-71
9
BAB II landasan Teoritis, Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Islam,
Proses Pemberdayaan Masyarakat Islam, Strategi Pemberdayaan
Masyarakat Islam, Tujuan Pengembangan Masyarakat Islam, Asas
Pengembangan Masyarakat Islam, Pengertian Unit Pengelola
Kegiatan
BAB III Latar Belakang Berdirinya Upaya Pengelola Kegiatan, Visi, Misi,
dan Tujuan UPK Tugas, Fungsi, dan Peran Dasar Hukum,
Struktur Organisasi dan Sumber Dana.
BAB IV Analisa Atas Upaya Unit Pengelola Kegiatan Pemberdayaan
khusus perempuan di Kecamatan setu. Analisa Kelemahan Unit
Pengelola Kegiatan Pemberdayaan Khusus Perempuan.
BAB V Penutup, merupakan Bab terakhir yang meliputi saran-saran dan
kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat Islam adalah sistem tindakan nyata
yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam
bidang sosial, ekonomi dan lingkungan dalam perspektif Islam.
Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat Islam merupakan
model empiris pemberdayaan perilaku individual dan kolektif dalam
dimensi yang dihadapi oleh masyarakat. Sasaran individual yaitu setiap
individu Muslim dengan orientasi sumber daya manusia. Sasaran komunal
adalah kelompok atau komunitas Muslim, dengan orientasi pengembangan
sistem masyarakat. Sasaran institusional adalah organisasi Islam dan
pranata sosial kehidupan, dengan orientasi pengembangan kualitas dan
Islami kelembagaan.
Pemberdayaan dalam konteks pengembangan masyarakat Islam
merupakan sebuah pembelajaran kepada masyarakat agar mereka dapat
secara mandiri melakukan upaya-upaya perbaikan kualitas kehidupannya
baik yang menyangkut tentang kesejahteraan maupun keselamatannya di
dunia dan di akhirat1
1 Supriyati Istiqomah, Pemberdayaan dalam konteks Pengembangan Masyarakat Islam.
11
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya yang dimiliki
dengan mendorong, memberikan motivasi dan meningkatkan kesadaran
akan potensi yang dimiliki serta berupaya mengembangkannya.2
Menurut Rapa part (1987) pemberdayaan diartikan sebagai
pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu-individu terhadap
keadaan sosial, politik dan hak-hak nya menurut undang-undang.
Pengembangan masyarakat merupakan sesuatu usaha yang
digambarkan dalam berbagai bentuk kegiatan dengan tujuan menyadarkan
masyarakat agar menggunakan dengan lebih baik semua kemampuan yang
dimilikinya, baik dalam bentuk alam maupun tenaga serta menggali
inisiatif-inisiatif masyarakat setempat untuk lebih banyak melakukan
kegiatan dan investasi guna mencapai tingkat hidup yang lebih baik.
Dalam pengertian lain agak disederhanakan, pengembangan
Masyarakat atau pengembangan sumber daya manusia diartikan sebagai
memperluas horizon pilihan bagi masyarakat banyak. Hal ini berarti
bahwa masyarakat di berdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya. Dengan memakai logika ini, dapat memilih dan
mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan.
Dengan paparan sederhana tadi, menjadi jelaslah bahwa proses
pengembangan dan pemberdayaan akan menyediakan sebuah ruang
kepada masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan dan dapat memilih
dengan jelas adalah masyarakat yang punya kualitas.
2 Gunawan Sumadiningrat, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakt (Jakarta
: Bina Rena Pariwara, 1997) cet ke_1 edisi II hal 165.
12
Istilah pemberdayaan, adalah terjemahan dari istilah Empower
Ment. Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan, dan secara teknis
istilah pemberdayaan dapat digunakan atau setidaknya dirupakan dengan
istilah pengembangan. Bahkan dua istilah ini dalam batas-batas tertentu
bersifat Interchangeable atau dapat dipertukarkan.
Dalam pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan atau
tepatnya pengembangan sumber daya manusia adalah upaya memperluas
horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diperdayakan
untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dengan
memakai logika ini, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya
adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk
mengadakan pilihan-pilihan.
Jadi secara terminologi pengembangan atau pemberdayaan
masyarakat islam berarti mentransformasikan dan melembagakan semua
segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga, kelompok sosial dan
masyarakat.
Pemberdayaan bisa diartikan sebagai perubahan kepada arah yang
lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait
dengan upaya meningkatkan hidup ke tingkat yang lebih baik.
Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri
untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalam menentukan
tindakan ke arah yang lebih baik.3
3Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang (Yogya : Gajah Mada University Press)
13
Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari keadaan tidak atau
kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih
baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu,
kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka
sendiri dengan keinginan mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan
sesuatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada
perubahan.4
Menurut T Hani Handoko, istilah pemberayaan adalah
“Pengembangan” yaitu sesuatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki
pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan.5
2. Proses Pemberdayaan
Pemberdayaan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan
proses. Proses memperdayakan seorang atau masyarakat dapat dilakukan
melalui :
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi seorang
atau masyarakat berkembang. 6
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam
rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata,
penyediaan berbagai masukan, serta pembukaan akses kepada berbagai
peluang yang akan membuat berdaya memanfaatkan peluang.7
4 Isbandi Rukminto, adi Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan investasi
(Jakarta: Lembaga Penerit FE-UI, 2002). 5 T. hani handoko, Manajemen, edisi II (Yogyakarta 1997) cet Ke XI hal 337
6 Gunawan Sumadiningrat, op cit hal 165.
7 Ken Blanched, Pemberdayaan Bukan Perubahan Sekejap Ed 2 (Yogyakarta, amara
books 2002) cet ke 1 hal 124.
14
c. Memperdayakan mengandung pula arti melindungi, pemberdayaan
secara pasti dapat diwujudkan, tetapi perjalanan tersebut tidaklah
berlaku bagi mereka yang semangatnya lemah. Dalam proses
pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah.
3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Pada hakikat nya, kegiatan pemberdayaan masyarakat bukan
merupakan hal baru. Usaha pengembangan masyarakat terutama dilandasi
oleh ajaran keagamaan, nilai-nilai kebangsaan dan kebudayaan tradisional
seperti semangat gotong- royong. Pengembangan masyarakat di masa lalu
berkaitan dengan konteks memperjuangkan kemerdekaan, sedangkan pada
masa kini kegiatan pemberdayaan masyarakat berorientasi pada partisipasi
pembangunan dalam konteks transformasi sosial.
Korten mengemukakan bahwa strategi program pengembangan
masyarakat berorientasi pada pembangunan yang tercermin dalam empat
generasi.
Generasi pertama mengemukakan relief and walfare, yaitu dengan
berusaha segera memenuhi kekurangan atau kebutuhan tertentu yang
dialami individu atau keluarga, seperti kebutuhan makanan, kesehatan dan
pendidikan.
Generasi kedua memusatkan kegiatannya pada small scale reliant
local developmet atau disebut community development, yang antara lain
meliputi pelayanan kesehatan penerapan teknologi tepat guna dan
pembangunan infrastruktur. Dalam hal ini, menyelesaikan persoalan
15
masyarakat bawah (grassroot) tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan
atas bawah (Top-Down Approach), melainkan membutuhkan pendekatan
bawah atas ( Bottom-up Approach).
Kemudian generasi ketiga adalah mereka yang terlibat dalam
sustainable system development, mulai mempermasalahkan dampak
pembangunan dan cenderung melihat jauh keluar daerahnya, tingkat
regional, nasional dan internasional. Pada tahap ini terdapat usaha untuk
mempengaruhi perumusan kebijakan pembangunan. Strategi ini
mengharapkan perubahan tingkat regional dan nasional.8
Sedangkan generasi keempat merupakan fasilitator gerakan
masyarakat (People’s movement). Hal ini dilakukan dengan membantu
rakyat mengorganisasi diri, mengidentifikasi kebutuhan lokal dan
memobilisasi sumber daya yang ada pada mereka. Generasi ini tidak
sekedar hanya mempengaruhi perumusan kebijakan saja, tetapi
mengharapkan adanya perubahan dalam pelaksanaannya.
Strategi pembangunan dari empat generasi ini kemudian harus
dilengkapi dengan generasi kelima, yaitu pemberdayaan rakyat
(empowering people).
Pada era globalisasi dan perkembangan teknologi masalah
persaingan dan kerja sama menjadi isu penting. Generasi ini cenderung
memperjuangkan ruang gerak yang lebih terbuka, dan untuk menciptakan
pengakuan pemerintah terhadap arti penting inisiatif lokal.8
8 Ibid 149
16
Sementara itu menurut Elliot juga mengemukakan tiga strategi
pendekatan dalam proses pemberdayaan masyarakat.
a. The walfare approach, yaitu membantu memberikan bantuan kepada
kelompok-kelompok tertentu, misalnya mereka yang terkena musibah
bencana alam dan pendekatan ini tidak dimaksudkan untuk
memperdayakan rakyat dalam menghadapi proses politik dalam
menghadapi proses dan kemiskinan rakyat.
b. The development approach, terutama memusatkan perhatian pada
pembangunan peningkatkan kemandirian, kemampuan dan
kewasyadaan masyarakat.
c. The empowerment approach, yang melihat kemiskinan sebagai akibat
proses politik dan berusaha memperdayakan atau melatih rakyat
mengatasi ketidakberdayaannya.9
Ketiga pendekatan ini kemudian diadopsi kebanyakan Lembaga
Sosial Masyarakat di Indonesia dalam proses pemberdayaan rakyat. Dalam
hal ini Karta sasmita mengemukakan bahwa upaya memperdayakan
masyarakat harus dilakukan memalui tiga cara yaitu :
a. Menciptakan suasana ikllim yang memungkinkan potensi masyarakat
untuk berkembang, kondisi ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap
individu dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan.
Hakikat dari kemandirian dan keberdayaan rakyat adalah keyakinan
bahwa rakyat memiliki potensi untuk mengorganisasi dirinya sendiri
dan potensi kemandirian tiap individu perlu di berdayakan.
9 Ibid 150
17
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiki oleh rakyat dengan
menerapkan langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan,
menyediakan prasarana dan fasilitas yang dapat diakses oleh lapisan
masyarakat paling bawah.
c. Memberdayakan rakyat dalam arti melindungi dan membela
kepentingan masyarakat lemah. Dalam proses pemberdayaan harus
dicegah jangan sampai yang bertambah lemah atau makin
terpinggirkan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu,
perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar
sifatnya dalam konsep pemberdayaan rakyat, melindungi dan membela
harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan
yang tidak berimbang dan eksploitasi atas yang lemah.10
Dalam hal ini Ismawan (Prijono) mengemukakan lima strategi
pengembangan masyarakat dalam rangka pemberdayaan rakyat berikut ini
:
a. Program pengembangan kelembagaan kelompok.
b. Program pemupukan modal swasta.
c. Program pengembangan usaha produktif.
d. Program penyediaan informasi tepat guna.11
10
Ibid 151 11
Prijono Onny S dan Pranaka A.M.W. Pemberdayaan: konsep, Kebijakan, dan
Implementasi. CSIS (Jakarta : 1996) hal 106.
18
4. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan merupakan upaya meningkatkan harkat lapisan
masyarakat dan pribadi manusia, upaya ini meliputi:
Pertama mendorong, memotivasi, meningkatkan kesadaran akan
potensinya, dan menciptakan iklim atau suasana untuk berkembang.
Kedua memperkuat daya, potensi yang dimiliki dengan langkah-
langkah positif mengembangkannya.
Ketiga, penyediaan berbagai masukan, dan pembukaan akses ke
peluang-peluang. Upaya pokok yang dilakukan adalah peningkatan taraf
pendidikan derajat kesehatan, akses kepada modal. Teknologi tepat guna,
informasi lapangan kerja dan pasar, dengan fasilitas-fasilitasnya.12
Pemberdayaan bukanlah penguatan individu, tetapi juga pranata-
pranata (Sistem dan strukturnya), pembaharuan kelembagaan, penanaman
nilai, peranan masyarakat di dalamnya, khususnya dalam pengambilan ke
putusan dan perencanaan, sekaligus merupakan pembudayaan demokrasi,
demikian pula advokasi atau pembelaan yang lemah terhadap yang kuat
persaingan yang tak sehat. Pemberdayaan tidak boleh membuat
masyarakat menjadi tergantung pada pemberian. Apa yang dinikmati harus
dihasilkan oleh usaha sendiri. Dengan demikian manusia menjadi semakin
mandiri dan bertumbuh dalam harga diri
Adapun tujuan pemberdayaan masyarakat pada dasarnya sebagai
berikut :
12
Dr, Nyoman Sumaryadi, Msi Perencanaan Pembanguan Derah Otonom dan
Pemberdayaan Masyarakat. (Jakarta :citra Utama 2005) hal 114
19
a. Membantu mengembangkan manusiawi yang otentik dan intergal dari
masyarakat lemah, rentan, miskin, marjinal dan kaum kecil, seperti
petani kecil, buruh tani, masyarakat miskin perkotaan, masyarakat ada
yang terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok
wanita yang diskrimir atau dikesampingkan.
b. Memperdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara
sosial ekonomis, sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan
serta dalam pengembangan masyarakat.13
5. Azaz Pemberdayaan Masyarakat
Dalam melakukan pekerjaan perlu dipahami dahulu asanya atau
dasarnya, agar tidak keliru dalam meletak an teori, seiring dengan
diterapkannya undang-undang nomor 22 tahun 1999, pola pembangunan
bangsa adalah melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberian otonomi
kepada daerah pemberdayaan masyarakat memiliki nilai-nilai yang sangat
strategis bagi daerah untuk berlomba saling untuk memajukan daerah,
terutama dilihat aspek kualitas implementasi dari program-program
pemberdayaan yang secara langsung dapat dirasakan masyarakat sasaran.14
Di era ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditentukan oleh
faktor-faktor potensi ekonomi mengandalkan sumber daya manusia dalam
aspek kualitasnya semata tidak memberikan waktu yang signifikan bagi
kekuatan daerah untuk bersaing secara lokal, regional, maupun
13
Ibid 115 14
Setjen depdagri. Undang-Undang no 27 tahun 1999. Nusa indah utama, Bandung
20
internasional. Sebaik baiknya daerah yang cukup dan atau bahkan banyak
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi akan memiliki
kekuatan untuk bersaing dalam segala apapun.
B. Pengetian Unit Pengelola Kegitan
Unit pengelola kegiatan adalah tempat di mana Program Nasional
Pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di pedesaan dengan
mendorong kemandirian dalam pengambilan ke putusan dan pengelolaan
pembangunan.
Maka dalam memberikan dukungan PNPM mandiri pedesaan yang
mempunyai tujuan persepatan penanggulangan kemiskinan khususnya bagi
wanita maka kegiatan pengelolaan dana bergulir menjadi salah satu kegiatan
yang memberikan kemudahan bagi wanita untuk mendapatkan permodalan
dalam bentuk simpan pinjam perempuan. Dengan tujuan pelestarian dana
bergulir baik simpan pinjam perempuan yang berasal dari pejabat pembuat
komitmen agar sesuai dalam prinsip, tujuan dan mekanisme, maka akses dana
bergulir selanjutnya diatur dalam penjelasan bersamaan dengan penjelasan
petunjuk teknis operasional.15
Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mengadakan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang terdiri dari PNPM
Perkotaan dan Pedesaan, serta PNPM wilayah khusus dan desa yang
tertinggal. Kemudian dengan adanya Program Nasional Pemberdayaan
15
Penjelasan Dana Bergulir PNPM pedesaan.
21
Masyarakat Mandiri, terbentuk lah sebuah kesatuan kerja tingkat Kecamatan
yaitu;
Unit Pengelola Kegiatan (UPK) yang mempunyai program simpan
pinjam khusus perempuan desa agar dapat meningkatkan taraf hidup dan
ekonominya.
Selain program tersebut Unit Pengelola Kegiatan tersebut mempunyai
program guna memperbaiki sarana dan prasarana desa seperti perbaikan jalan
desa dan pembangunan posyandu.16
Rendahnya tingkat ekonomi dan keterampilan perempuan di pedesaan
maupun di Kecamatan setu membuat perempuan disana tergerak untuk
berdaya. Unit pengelola kegiatan bergerak dalam kegiatan simpan pinjam.
Dari kegiatan simpan pinjam itu sendiri perempuan membuat kegiatan tata
boga dan keterampilan tangan.
Selain itu, unit pengelola kegiatan (UPK) juga membuat infrastruktur
seperti pembetulan jalan, pembangunan posyandu. Kemudian dalam
meningkatkan kemahiran pemuda unit pengelola program (UPK), memberikan
pelatihan perbengkelan di kelurahan setu.
Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran.
Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan, yaitu kemiskinan
alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan
pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi
angkatan kerja di pedesaan.
16
ibid
22
Upaya untuk menanggulangi-nya harus menggunakan pendekatan
multidisipliner yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat
harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas dan
pendayagunaan.
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri yang terdiri dari PNPM
mandiri perkotaan, pedesaan dan wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM
mandiri pedesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan
kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM mandiri
pedesaan merupakan pengembangan dari program Pengembangan Kecamatan
(PPK), yang selam ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah
berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat
miskin, efisiensi dan efektifitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan
kebersamaan dan partisipasi masyarakat.
Dalam visi PNPM mandiri pedesaan adalah tercapainya kesejahteraan
dan kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu
mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungnya,
mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola
sumber daya tersebut untuk mengatasi maslah kemiskinan. Misi PNPM
mandiri pedesaan adalah, sebagai peningkatan parsipatif masyarakat dan
kelembagaannya, pelembagaan sistem pembangunan partisipatif,
pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal, peningkatan kualitas dan
kuantitas prasarana sarana sosial dasar ekonomi masyarakat, dan
pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.
23
Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM mandiri pedesaan,
strategi yang dikembangkan PNPM mandiri Pedesaan yaitu menjadikan
masyarakat miskin sebagi kelompok sasaran, mengutamakan sistem
pembngunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar
desa. Berdasarkan visi dan misi dan strategi yang dikembangkan maka PNPM
mandiri pedesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan an sebagai
pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM mandiri pedesaan diharapkan
masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapai nya
kemandirian ke berlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui
Program Pengembangan Kecamatan (PPK).
24
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG OBYEK PENELITIAN
A. Pendahuluan
Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran.
Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan, yaitu kemiskinan
alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan
pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi
angkatan kerja di pedesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus
menggunakan pendekatan multidisipliner yang berdimensi pemberdayaan.
Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran,
peningkatan kapasitas dan pendayagunaan.
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri yang terdiri dari PNPM
mandiri perkotaan, dan pedesaan dan wilayah khusus dan desa tertinggal.
PNPM mandiri pedesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan
kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM mandiri
pedesaan merupakan pengembangan dari program Pengembangan Kecamatan
(PPK), yang selam ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah
berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat
miskin, efisiensi dan efektifitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan
kebersamaan dan partisipasi masyarakat.
25
B. Visi, dan Misi Unit Pengelola Kegiatan Khusus Perempuan dalam PNPM
Pedesaan
Visi adalah gambaran masa depan yang mengajak orang berpikir ke
masa yang akan datang, sedangkan misi adalah bentuk layanan untuk
memenuhi tuntunan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikator,
atau misi merupakan sesuatu yang harus dilakukan saat ini untuk mencapai
tujuan.
Misi dapat menjadi penunjang visi dan sebaliknya visi merupakan
pengarah misi, misi tanpa visi ibarat berjalan tanpa arah atau tujuan yang jelas,
begitu pula visi tanpa misi hanya berupa angan-angan kosong atau dalam
bahasa sindirannya bagaikan mimpi di siang hari.1
Adapun visi, dan misi unit pengelola kegiatan khusus perempuan
PNPM mandiri pedesaan kelurahan setu adalah sebagai berikut :
1. VISI
Visi unit pengelola kegiatan khusus perempuan dalam PNPM
mandiri pedesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir
diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungnya, mampu
mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber
daya tersebut untuk mengatasi maslah kemiskinan.
1 Kisdarto Atmosoeprapto, (2002). Mewujudkan Visi dan Misi dalam tindakan Nyata. PT
Alex media Komputindo. Jakarta
26
2. Misi
Misi unit pengelola kegiatan khusus perempuan dalam PNPM
mandiri pedesaan adalah, sebagai peningkatan parsipatif masyarakat dan
kelembagaannya pelembagaan sistem pembangunan partisipatif,
pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal, peningkatan kualitas dan
kuantitas prasarana sarana sosial dasar ekonomi masyarakat, dan
pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. Dalam rangka
mencapai visi dan misi PNPM mandiri pedesaan, strategi yang
dikembangkan PNPM mandiri Pedesaan yaitu menjadikan masyarakat
miskin sebagi kelompok sasaran, mengutamakan sistem pembangunan
partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa.
Berdasarkan visi dan misi dan strategi yang dikembangkan maka Unit
Pengelola Kegiatan pedesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan
sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui Unit Pengelola Kegiatan mandiri
pedesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan
pemberdayaan yaitu tercapai nya kemandirian keberlanjutan, setelah
tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program Pengembangan
Kecamatan (PPK)
.
C. Kedudukan, Tujuan, dan Sasaran.
1. Kedudukan
Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mengadakan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang terdiri dari PNPM
Perkotaan dan Pedesaan, serta PNPM wilayah khusus dan desa yang
27
tertinggal. Kemudian dengan adanya Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri, terbentuk lah sebuah kesatuan kerja tingkat
Kecamatan yaitu;
Unit Pengelola Kegiatan (UPK) yang mempunyai program simpan
pinjam khusus perempuan desa agar dapat meningkatkan taraf hidup dan
ekonominya.
2. Tujuan
Kegiatan pengelolaan dana bergulir dana bergulir PNPM mandiri
pedesaan bertujuan sebagai berikut:
a. Memberikan kemudahan akses permodalan usaha baik kepada wanita
sebagai pemanfaat, maupun kelompok usaha.
b. Pelestarian dan pengembangan dana bergulir yang sesuai dengan
tujuan program.
c. Peningkatan kapasitas pengelola kegiatan dana bergulir di tingkat
wilayah pedesaan.
d. Menyiapkan kelembagaan unit pengelola kegiatan dan lembaga-
lembaga pendukung lainnya sebagai pengelola dana bergulir yang
mengacu pada tujuan secara akuntable, transparan, dan berkelanjutan.
e. Peningkatan pelayanan kepada rumah tangga miskin dalam pemenuhan
kebutuhan permodalan usaha melalui kelompok pemanfaat.
3. Sasaran
Sesuai pedoman pengelolaan, terdapat dua jenis sasaran kegiatan
yaitu :
28
a. Jenis Kelompok, sasaran simpan pinjam adalah kelompok perempuan
yang mempunyai kegiatan pengelolaan simpanan dan pinjaman dengan
prioritas kelompok yang mempunyai anggota rumah tangga miskin,
b. kelompok usaha bersama yang mempunyai kegiatan usaha yang
dikelola secara bersama oleh anggota kelompok, dengan prioritas
kelompok yang mempunyai anggota rumah tangga miskin, kelompok
aneka usaha yang anggotanya rumah tangga miskin yang mempunyai
usaha yang di kelola secara individual oleh anggota.
D. Dasar Dasar Hukum dan Susunan Organisasi Unit Pengelola Kegiatan
(UPK)
1. Dasar-dasar Hukum
a. Peraturan Presiden nomor 7 tahun 2005 rencana pembangunan jangka
menengah tahun 2004-2009
b. Peraturan Presiden nomor 5 tahun 2005 tentang kedudukan, tugas,
fungsi, susunan organisasi dan tata cara Kementrian Republik
Indonesia.
c. Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2005 tentang koordinasi
penanggulangan kemiskinan
d. Keputusan kementrian Kesejahteraan tahun 2005 Rakyat tentang.
2. Susunan Organisasi
Dalam melaksanakan tugasnya para pengurus Unit Pengelola
Kegiatan (UPK) harus memperhatikan tata kerja yang digariskan oleh
peraturan tentang organisasi, dan sesuai dengan deskripsi nnya. Karena
UPK itu sendiri mempunyai susunan organisasi sebagi berikut:
29
a. Ketua, sebagai pemimpin dan penanggung jawab.
b. Sekretaris, sebagai pembantu pimpinan.
c. Badan koordinasi, sebagai koordinator kegiatan.
E. Sumber Dana UPK
Keberhasilan sesuatu kegiatan salah satu penunjangnya adalah dana
artinya kegiatan tanpa dana tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang
diinginkan. Unit pengelola kegiatan beserta perangkat dan jajaran ke
pengurusan di berbagai tingkat pemerintahan memperoleh sumber dana dari:
1. Anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN).
2. Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
3. Swadaya masyarakat.
4. Partisipasi dunia Usaha.
F. Letak dan Geografis Unit Pengelola Kegiatan Kelurahan Muncul.
Kecamatan Setu. Serpong Tangerang Selatan.
1. Geografi UPK
a. Kelurahan : Muncul
b. Kecamatan : Setu
c. Kota : Tangerang Selatan
2. Pemukiman
Penduduk sebagian besar adalah pemukiman masyarakat umum ada pula
perumahan
30
3. Jarak dari pusat Pemerintah Desa
a. Jarak dari pusat pemerintah Kecamatan sekitar 500 meter.
b. Jarak dari pusat Kota 5 km.
Unit pengelola kegiatan pada prinsipnya adalah mewadahi
kebutuhan ril masyarakat khususnya bagi wanita miskin yang ada di
kelurahan muncul, namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa
permasalahan yang muncul, di antaranya, komponen sarana dan prasarana
lingkungan, komponen pengembangan usaha produktif, komponen
pengembangan kegiatan sosial. Masalah yang dominan dalam fisik atau
sarana dan prasarana adalah akses. Jalan. Dan masalah ekonomi yaitu
tidak atau kurangnya dan yang dapat oleh masyarakat khususnya wanita.
31
BAB IV
ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Upaya Unit Pengelola Kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan Dalam
Meningkatkan Ekonomi Para Anggotanya
Unit Pengelola Kegiatan adalah sesuatu tempat lembaga sosial yang
didasarkan prakarsa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
sebagai lembaga yang menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan
masyarakat khususnya perempuan. Berikut keterangannya dalam bentuk tabel.
Di antara salah satu program yang telah dilakukan oleh UPK di
Kecamatan Setu dalam rangka pemberdayaan Masyarakat adalah dengan telah
mengadakan program simpan pinjam dalam program simpan pinjam ini
masyarakat khususnya perempuan bisa melakukan pinjaman berbentuk uang
untuk modal peningkatan ekonominya. Selain itu dari program simpan pinjam
tersebut dapat membuat kegiatan pembangunan kegiatan prasarana dasar yang
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat miskin jangka pendek maupun
jangka panjang secara ekonomi.1
Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan
termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan perempuan. Kemudian
kegiatan peningkatan kapasitas keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama
bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya
1Bapak Tanto, Wawancara Mendalam, UPK 28 Desember 2011
32
lokal. Dan penambahan permodalan simpan pinjam untuk kelompok perempuan
(SPP).
Tabel 1 kelompok peminjam unit pengelola Kegiatan
BUNGA KRISAN
SITI HAMIDAH Tangerang,
05 Juni 1980
KP. MOMONGGOR RT 01/01
SOHANI Tangerang, 12 Maret 1971
KP. MOMONGGOR RT 01/01
NURHAYATI Tangerang, 17 Mei 1973
KP. MOMONGGOR RT 01/01
ROMSANI Tangerang, 02 Juli 1973
KP. MOMONGGOR RT 01/01
JULIYAH Tangerang, 10 Mei 1963
KP. MOMONGGOR RT 01/01
ROHMAH Tangerang, 04 Januari 1977
KP. MOMONGGOR RT 01/01
MUTIAH BT KAIMUN Tangerang,
26 Agustus 1962
KP. MOMONGGOR RT 01/09
HUROTAENI Tangerang, 06 Mei 1990
KP. MOMONGGOR RT 01/01
Sumber: data Unit Pengelola Kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan
Adapun kegiatan sarana dan prasarana dasar kegiatan peningkatan
kualitas hidup masyarakat kesehatan atau pendidikan atau peningkatan kapasitas
keterampilan kelompok usaha ekonomi yang ditetapkan oleh musyawarah desa
khusus perempuan. Usulan kegiatan simpan pinjam bagi kelompok perempuan
yang ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan. Alokasi dana
kegiatan ini maksimal 25% dari bantuan langsung masyarakat BLM kecamatan.
Tidak ada batasan alokasi maksimal per desa namun harus mempertimbangkan
hasil verifikasi kelayakan kelompok terlebih dahulu2.
Usulan kegiatan sarana dan prasarana dasar kegiatan peningkatan
kualitas hidup masyarakat kesehatan atau pendidikan dan peningkatan kapasitas
2 ibid
33
kelompok usaha ekonomi yang di tetapkan oleh musyawarah perencanaan. Jika
usulan bukan SPP dari musyawarah khusus perempuan sama dengan usulan
musyawarah desa campuran, maka kaum perempuan dapat mengajukan usulan
pengganti, sehingga jumlah usulan kegiatan dari musyawarah desa3.
Kemudian dengan adanya swadaya masyarakat juga peran pembantu
sebagai bagian terhadap program. Swadaya masyarakat merupakan salah satu
wujud partisipasi dalam pelaksanaan tahapan UPK. Swadaya bisa diwujudkan
dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat pelaksanaan
kegiatan, dasar keswadayaan adalah kerelaan masyarakat. Kemudian sebagai
salah satu wujud keterpihakan perempuan UPK mengharuskan adanya
keterlibatan perempuan sebagai pengambil ke putusan dan pelaku pada semua
tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Kepentingan perempuan harus
terwakili secara memadai.
Keluaran program tersebut adanya peningkatan keterlibatan rumah
tangga miskin RTM dan kelompok perempuan mulai perencanaan sampai dengan
pelestarian. Terlembagakannya sistem pembangunan partisipatif di desa dan
antara desa. Terjadinya peningkatan kapasitas pemerintahan desa dalam
memfasilitasi pembangunan partisipatiif, lalu berfungsi dan bermanfaatnya
kegiatan PNPM mandiri pedesaan bagi masyarakat. Terlembagakan pengelolaan
dana bergulir dalam peningkatan pelayanan sosial dasar ketersediaan akses
ekonomi terhadap rumah tangga miskin (RTM). Kemudian terbentuk dan
berkembangnya kerja sama antar desa dalam pengelolaan pembangunan dan
3 Bapak Imam, Bndahara UPK wawancara mendalam 28 Desember 2011
34
yang terakhir adalah terjadinya peningkatan peran serta dan kerja sama para
pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan pedesaan.
Upaya pengelolaan kegiatan ini melalui proses musyawarah desa,
musyawarah ini merupakan pertemuan di desa yang bertujuan membahas seluruh
gagasan kegiatan, hasil dari proses penggalian gagasan kelompok. Bahan-bahan
yang harus disiapkan adalah peta desa hasil pengambungan semua peta dusun,
rekap data rumah tangga miskin dusun, rekap gagasan semua dusun, rekap
masalah semua dusun dan usulan kelompok perempuan.
Kemudian diadakannya kegiatan penulisan usulan desa, penulisan usulan
ini merupakan kegiatan untuk menguraikan secara tertulis gagasan-gagasan
kegiatan masyarakat yang sudah disetujui sebagai usulan desa yang akan
diajukan pada musyawarah antar desa. Proses ini dilakukan oleh tim penulis
usulan (TPU) yang telah dipilih dalam musyawarah desa perencanaan. Sebelum
melakukan penulisan TPU akan mendapatkan pelatihan atau penjelasan terlebih
dahulu dari fasilitator kecamatan.
Hasil yang diharapkan dari tim penulis usulan (TPU) adalah tiga
proposal kegiatan berdasarkan ke putusan musyawarah desa perencanaan yang
akan diajukan musyawarah antar desa. Prioritas usulan serta dokumen-dokumen
yang diperlukan untuk musyawarah perencanaan pembangunan regular, termasuk
rencana pembangunan desa jangka pendek jangka menengah. Dalam penyusunan
dokumen-dokumen. Pengajuan usulan oleh desa disertai dengan desa sederhana
yaitu berupa gambar dari usulan kegiatan secara umum dengan perkiraan besaran
35
pembiayaan nya. Desa juga mengajukan usulan dengan dilengkapi desain detail
dan rencana anggaran biaya.
Kemudian setelah penulisan usulan desa dilaksanakan, lalu diadakannya
verifikasi usulan. Verifikasi usulan tahap kegiatan dari setiap desa didanai PNPM
mandiri pedesaan, verifikasi usulan ini kegiatan dilakukan oleh tim verifikasi
yang dibentuk di kecamatan dengan beranggotakan sekurang-kurangnya lima
orang yang memiliki keahlian sesuai dengan usulan kegiatan. Sebelum
menjalankan tugasnya tim verifikasi akan mendapatkan pelatihan atau penjelasan
terlebih dahulu dari fasilitator kecamatan dan kabupaten.
Tim verifikasi harus memberi umpan balik di desa sebelum menyusun
rekomendasi kelayakan usulan. Rekomendasi penilaian kelayakan usulan
diperiksa oleh fasilitator kecamatan, terutama yang berakitan dengan aspek
teknis usulan kegiatan. Selanjutnya tim verifikasi membuat rekomendasi hasil
penilaian disertai dengan catatan hasil pemeriksaan oleh fasilitator kecamatan.
Rekomendasi tim verifikasi akan menjadi dasar pembahasan dalam musyawarah
antar desa prioritas usulan.
Setelah verifikasi usulan dilaksanakan proses selanjutnya adalah
musyawarah antar desa dengan prioritas usulan, musyawarah antar desa prioritas
usulan ini adalah pertemuan di kecamatan yang bertujuan membahas atas kriteria
kelayakan sebagaimana yang dilakukan oleh tim verifikasi dalam menilai usulan
kegiatan. Penyusuan prioritas usulan simpan pinjam khusus perempuan
36
dilakukan secara terpisah sebelum penyusunan prioritas usulan-usulan desa
lainnya.4
Hasil yang diharapkan dari proses tersebut adalah disepakati cara
memeriksa dan menilai yang sesuai dengan kriteria yang digunakan tim
verifikasi usulan kegiatan yang diajukan desa, ditetapkannya urutan atau
peringkat usulan kegiatan simpan pinjam khusus perempuan dan usulan lainnya
sesuai dengan skala prioritas kelayakan dan kebutuhan masyarakat. Lalu
disampaikan laporan pertanggungjawaban tahunan unit pengelola kegiatan UPK.
Langkah berikutnya setelah musyawarah antar desa prioritas usulan
adalah penyusunan desain dan rencana anggaran biaya. Pembuatan rencana
pelaksanaan kegiatan, desain dan rencana anggaran biaya, tim penyusun usulan
dibimbing oleh fasilitator kecamatan melakukan survei dan pengukuran lokasi
serta survei harga material. Bila tim penyusun usulan sudah mampu, selanjutnya
berdasarkan atas hasil survei proses pembuatan desain tetap mengacu kepada
kaidah dan spesifikasi teknis sehingga terjamin mutu kegiatan.
Kemudian pemeriksaan desain dan rencana anggaran belanja, setiap
desain dan rencana anggaran belanja yang telah dibuat oleh tim desa harus
diperiksa oleh fasilitator teknik Kecamatan. Sedangkan desain dan rencana
anggaran biaya yang pembuatannya difasilitasi oleh fasilitator Teknik Kecamatan
harus diperiksa oleh fasilitator Teknik kabupaten. Khusus untuk usulan kegiatan
prasarana termasuk rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana pengadaan bahan
4 ibid
37
yang diajukan, harus memenuhi beberapa kriteria dan aspek lingkungan serta
memenuhi persyaratan.
Komponen Rencana anggaran belanja yang menyertakan dana
swadaya dilampiri dengan surat pernyataan kesanggupan memberikan swadaya
senilai yang tercantum dalam rencana anggaran biaya, lalu setiap kegiatan yang
akan dilakukan dimungkinkan adanya sumbangan lahan atau aset lain dari
masyarakat. Sumbangan ini dapat bersifat sukarela demi kepentingan umum dan
dapat pula bersifat sumbangan dengan kompensasi. Oleh sebab itu, masyarakat
wajib diberi penjelasan yang lengkap dan tentang persyaratannya, serta proses
didokumentasikan dengan baik. Apabila diberikan kompensasi, maka prosesnya
mengikuti ketentuan yang berlaku dan layak sesuai dengan kondisi setempat.
Biaya kompensasi tersebut tidak boleh dialokasikan dari dana bantuan langsung
masyarakat. Tetapi berasal dari sumber lain yang tidak mengikat. Sebelum
pelaksanaan kegiatan dilakukan maka proses pemberian kompensasi harus sudah
diselesaikan. Lalu rencana harus sudah dibuat mencangkup tugas tim pemelihara,
persiapan pelatihan dan identifikasi sumber dana yang digunakan.
Setelah pemeriksaan desain dan rencana anggaran biaya, kemudian
tahap selanjutnya adalah sosialisasi desa rencana anggaran biaya, yang bertujuan
untuk menjelaskan kepada masyarakat terutama kelompok pengusul tentang
pokok-pokok rencana yang telah disusun sesuai dengan kaidah teknis sesuai
dengan standar lingkungan. Sosialisasi dilakukan dalam musyawarah desa yang
difasilitasi oleh tim penyusun usulan dibantu fasilitator dan fasilitator teknik
kecamatan.
38
Dalam Memberikan dukungan terhadap PNPM Mandiri Pedesaan
yang mempunyai tujuan percepatan penanggulangan kemiskinan maka
kegiatan pengelolaan dana bergulir menjadi salah satu kegiatan yang
memberikan kemudahan bagi rumah tangga miskin, untuk mendapatkan
permodalan dalam bentuk kegiatan simpan pinjam perempuan. Yang di angsur
dalam beberapa bulan setelah peminjaman.
Tabel 2 Angsuran Kegiatan Simpan Pinjam
Pinjaman (Rp) Lama
(bulan) Pokok Jasa Setoran (RP)
5.000.000 10 575.000
12 Angs 1 s/d 11 =
492.000
5.000.000 Angs ke 12 =
488.000
4.500.000 10 517.500
4.500.000 12 442.500
3.500.000 10 402.500
Angs ke 1 s/d 11
3.500.000 12 345.000
Angs ke
12.335.000
3.000.000 10 300.000 45.000
(345.000)
345.000
3.000.000 12 250.000 45.000
(295.000)
295.000
2.500.000
10
12
250.000
208.500
206.500
37.500
(287.000)
37.500
(246.000)
37.500
(244.000)
287.500
Angs ke 1 s/d 11
246.000
Angs ke 12
244.000
39
2.000.000
10
12
200.000
167.000
163.000
30.000
(230.000)
30.000
(197.000)
30.000
(193.000)
230.000
Angs ke 1 s/d 11
246.000
Angs kw 12
193.000
1.500.000
10
12
150.000
125.000
172.500
147.500
4.000.000
10
460.000
Angs ke 1 s/d 11
4.000.000 12
395.000
Angs ke 12
375.000
1.000.000
10
12
115.000
Angs ke 1 s/d 11
98.00
Angs kw 12
102.000
Sumber: data Unit Pengelola Kegiatan PNPM Mandiri
1. Dana Bergulir.
Dana bergulir adalah seluruh dana program dan bersifat pinjaman dari
UPK yang digunakan masyarakat untuk mendanai kegiatan ekonomi
masyarakat yang disalurkan melalui kelompok-kelompok masyarakat. Dengan
tujuan kegiatan pengelolaan dana bergulir PNPM mandiri pedesaan
memberikan kemudahan akses permodalan usaha baik kepada masyarakat
sebagai pemanfaat maupun kelompok usaha. Lalu pelestarian dan
pengembangan dana bergulir yang sesuai dengan tujuan program. Kemudian
peningkatan pengelola kegiatan dana bergulir di tingkat wilayah pedesaan,
lalu menyiapkan kelembagaan unit pengelola kegiatan sebagai pengelola dana
bergulir yang mengacu pada tujuan program secara akuntabel, transparan, dan
40
berkelanjutan. Serta peningkatan pelayanan kepada rumah tangga miskin
dalam pemenuhan kebutuhan permodalan usaha melalui kelompok pemanfaat.
Sasaran dana bergulir di bagi menjadi dua yaitu: sasaran jenis kegiatan
dana bergulir dan fungsi kelompok. Sasaran jenis kelompok adalah, kelompok
simpan pinjam, maksudnya adalah kelompok yang mempunyai kegiatan
pengelolaan simpan dan pinjaman dengan prioritas kelompok yang
mempunyai anggota rumah tangga miskin. Kemudian kelompok usaha
bersama, adalah kelompok yang mempunyai kegiatan usaha yang dikelola
secara bersama oleh anggota kelompok dengan prioritas kelompok yang
mempunyai rumah tangga miskin. Lalu kelompok aneka usaha, yaitu adalah
kelompok yang anggotanya rumah tangga miskin yang mempunyai usaha
yang dikelola secara individual oleh anggota.
2. Fungsi Kelompok Dana Bergulir
Lalu fungsi Kelompok sasaran fungsi kelompok dalam melayani
pemanfaat dana bergulir menjadi dua kelompok. Yaitu: kelompok penyalur
dan pengelola. Kelompok penyalur adalah kelompok yang hanya menyalurkan
pinjaman dari unit pengelola kegiatan kepada pemanfaat tanpa mengubah
persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan oleh unit pengelola kegiatan. Lalu
kelompok pengelola adalah kelompok yang mengelola pinjaman dari unit
pengelola kegiatan secara mandiri sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh kelompok selanjutnya memberikan pelayanan kepada pemanfaat sesuai
dengan kesepakatan antara kelompok dan pemanfaat.
41
Pengelolaan kegiatan dana bergulir dilakukan mengarah pada
pelestarian dana bergulir dengan ketentuan dasar-dasar, yaitu: pelestarian
kegiatan dana bergulir, dengan pelestarian penyediaan dana permodalan bagi
usaha mikro adalah upaya yang mengarah pada pengembangan dana bergulir
untuk permodalan usaha mikro pada wilayah program. Penyediaan dana
permodalan tersebut merupakan kebutuhan prioritas masing-masing wilayah
pada saat pelaksanaan program sehingga bantuan telah dialokasikan sesuai
dengan prioritas kebutuhan masyarakat. Penyediaan dana bergulir tersebut
merupakan hak masyarakat yang berdomisili pada wilayah program sehingga
dalam upaya pelestarian dana bergulir adalah tetap menyediakan dana
permodalan bagi pelaku usaha mikro di masyarakat bukan menggunakan dana
untuk menjalankan sesuatu usaha pada sektor rill sehingga dalam upaya
pelestarian dana bergulir tidak diperkenakan untuk mendanai kegiatan sektor
rill
Kelembagaan Unit pengelola Kegiatan (UPK) merupakan pengelola
dana bergulir yang berasal dari program PNPM Mandiri Pedesaan, dengan
mekanisme sesuai dengan Badan Kerja Sama Antar Desa dan Musyawarah
Antar Desa yang mengacu pada tujuan dan Prinsip Program.
Pengurus Unit Pengelola Kegiatan adalah Masyarakat yang telah
dipilih dan terlibat secara langsung bertanggung jawab dalam pelaksanaan
operasional sehari-hari. Paling tidak pengurus Unit Pengelola Kegiatan satu
orang. Struktur organisasi dan kebutuhan jumlah pengurus dapat di sesuaikan
dengan kebutuhan cakupan wilayah tugas dan kebutuhan bebas tugas.
42
Dalam pengelolaan dana bergulir unit pengelola kegiatan didukung
oleh lembaga pendukung paling tidak dengan tim verifikasi dan Badan
Pengawas. Unit Pengelola Kegiatan dengan ketentuan kelembagaan dan
operasional diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
Pendanaan operasional bersifat pendanaan dukungan tugas bukan bersifat
insentif yang tetap setiap bulan.
Unit Pengelola Kegiatan setiap tahu anggaran diwajibkan
menyampaikan rencana kerja dan pertanggung jawaban kepada Badan
Koordinasi Antar Desa atau Musyawarah Antar Desa. Dalam rencana kerja
wajib disampaikan perencanaan keuangan termasuk perencanaan pendapatan
dan biaya.
Perencanaan pendapatan bukan perencanaan alokasi (pembagian Porsi
Pendapatan) tetapi perhitungan perkiraan pendapatan dalam satu tahun
sehingga tidak diperbolehkan dilakukan pembagian alokasi pendapatan
sebelum diperhitungkan seluruh biaya dan risiko. Perencanaan pendapatan
jasa pinjaman harus mempertimbangkan beberapa kondisi yaitu: estimasi
pendapatan daru jumlah pinjaman produktif, tingkat pengembalian rata-rata
dalam tahun akhir, dan besaran persentase (1.5%) jasa pinjaman.
3. Operasional Unit Pengelola Kegiatan
Dalam Unit Pengelola Kegiatan ketentuan pendanaan operasional
berasarkan pada ketentuan berikut:
43
Untuk alokasi yang mempunyai alokasi bantuan maka pendanaan
operasional Unit Pengelola Kegiatan menggunakan dana operasional UPK
yang berasal dari Bantuan Langsung Masyarakat terlebih dahulu selanjutnya
jika masih dibutuhkan subsidi pendanaan operasional dapat menggunakan
dana hasil pengelolaan dana bergulir.5
Biaya honor insentif pengurus UPK ditentukan dengan pertimbangan
kewajaran yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab, sebagai referensi
agar menggunakan rata-rata insentif UPK pada sesuatu wilayah.
Biaya administrasi dan umum mencangkup untuk kantor, biaya sewa
kantor, listrik, dan lain-lain.
Biaya transportasi bukan bersifat tunjangan tetap sehingga diberikan
berdasarkan kehadiran kantor atau pelaksanaan tugas.
Biaya insentif penagihan dapat diberikan maksimal 5% dari jasa
pinjaman yang dapat ditagih untuk pinjaman kategori kolektibilitas.
Pendanaan pembelian inventaris dan aktiva tetap dengan pertimbangan
kebutuhan operasional dan pertimbangan ketersediaan dana dari Unit
Pengelola Kegiatan tersebut. Biaya penghapusan pinjaman dapat dilakukan
sesuai dengan realisasi penghapusan dan tidak diperbolehkan mengelola
cadangan penghapusan secara terpisah (mengelola dana cadangan dengan
melakukan pembebanan biaya tanpa adanya penghapusan pinjaman).
Realisasi penghapusan pinjaman sebagai dasar pembebanan biaya.
5 Bapak Imam, bendahara UPK wawancara mendalam 28 Desember 2011
44
Tidak diperbolehkan untuk memberikan insentif, honor, dan tunjangan
apapun kepada aparat baik secara langsung maupun tidak langsung. Biaya
lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan oleh Unit Pengelola Kegiatan yang
tidak termasuk biaya yang disebutkan.
Jumlah biaya yang dikeluarkan Unit pengelola Kegiatan maksimal
75% dari pendapatan Unit pengelola Kegiatan dari wawancara yang penulis
ambil dari peminjam ataupun anggota simpan pinjam khusus perempuan
bahwa dana ataupun modal yang dipinjam digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan berwirausaha seperti membuat makanan ringan,
kue-kue, dan membeli sayur-mayur guna dijual kembali di daerah tempat
peminjam modal.6
Peminjam yang penulis wawancara menyatakan bahwa ia telah
meminjam selama dua tahun, dan selama itu ia telah meminjam modal dari
Unit Pengelolaan Kegiatan sebesar satu juta rupiah dalam jangka waktu 4
bulan sekali, dan jika ditotal dari peminjaman maka peminjam dana tersebut
telah meminjam modal dari Unit Pengelola kegiatan sebesar lima juta rupiah
untuk mengembangkan usaha menjual sayur-mayur di daerah peminjam. Dan
jasa ataupun bunga yang harus di kembalikan peminjam kepada Unit
Pengelola Kegiatan sebesar lima Persen dari setiap kali ia meminjam. Dan
harus dikembalikan dengan waktu dan tanggal yang telah ditetapkan oleh Unit
Pengelolaan Kegiatan.
6 Wawancara mendalam dengan anggota simpan pinjam khusus perempuan dengan Ibu
“IDA”
45
B. Analisa Kelemahan Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam menjalankan
Program simpan Pinjam khusus Perempuan
1. Pendahuluan
Jika kita berbicara tentang sebuah program yang dibuat sebuah
lembaga pastilah memiliki sebuah kekurangan ataupun pemasalahan yang ada
saat program itu berjalan dan dilaksanakan. Tidak terkecuali dengan program
yang ada di dalam Unit Pengelolaan Kegiatan (UPK).7
Kekurangan ataupun permasalahan dalam pengelolaan pinjaman
bermasalah dalam Unit Pengelolaan Kegiatan (UPK) disebabkan oleh sumber
masalah dan memerlukan penanganan yang sesuai. Penyelesaian pinjaman
bermasalah saat ini di dalam UPK masih mengandalkan pada penagihan yang
dirasakan memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Beberapa materi
pola penyelesaian pinjaman bermasalah telah diterapkan di lapangan. Namun
hasilnya masih belum optimal yang disebabkan terutama oleh tidak
berfungsinya kelembagaan kelompok, terbatasnya [pendanaan operasional,
dan provokasi yang bersifat negatif.
Pada sisi pola penyelesaian pinjaman bermasalah disamaratakan pada
semua pinjaman bermasalah tanpa dilakukan identifikasi, verifikasi maupun
validasi penyebab permasalahan sehingga sering pola penyelesaian yang
7Bapak tanto, wawancara fasilitator UPK
46
diterapkan tidak sesuai dengan penyebab permasalahan dan mengakibatkan
tidak tuntasnya penyelesaian.
Dalam lembaga keuangan pinjaman bermasalah didasarkan pada
tingkat kolektibilitas yang aturannya ditentukan lembaga tersebut contohnya
oleh Bank Indonesia. Beberapa faktor tersebut mencangkup permasalahan,
manajemen peminjaman, tingkat pertumbuhan usaha, pengembalian, dan
permodalan.
Penilaian tingkat kolektibilitas tersebut sulit diterapkan pada program
masyarakat yang berkaitan dengan pengelolaan dana bergulir dengan nasabah
kelompok khususnya kegiatan simpan pinjam program karena selain
pengguna tingkat perkembangan kelompok masih terdapat beberapa faktor
lainnya yaitu, permodalan yang sulit jaminan tidak ada.
Maka pinjaman bermasalah dibatasi dengan berdasarkan kelancaran
kelompok kepada Unit Pengelolaan Kegiatan (UPK), yaitu tunggakan
angusuran di atas 3 bulan untuk jadwal pinjaman yang diangsur tiap bulan,
lalu tunggakan angsuran di atas 4 bulan untuk jadwal pinjaman per triwulan,
tunggakan angsuran di atas 7 bulan untuk jadwal pinjaman per 6 bulan. Dan
tunggakan akibat tidak berfungsinya kelompok (kelompok yang bubar, dan
konflik di dalam pengurus).
Keempat hal tersebut memang belum memperhatikan hal-hal yang
bersifat kondisi usaha baik kelompok ataupun individu pemanfaat. Identifikasi
pinjaman bermasalah berawal dari data pinjaman yang ada di Unit
Pengelolaan Kegiatan. (UPK), laporan perkembangan pinjaman dan laporan
47
kolektibilitas. Hasil identifikasi sebagai instrumen verifikasi dan validasi
kondisi pada tingkat kelompok yang dilakukan oleh UPK.
2. Penggolongan Masalah di Unit Pengelola Kegiatan
Penggolongan masalah dapat di lihat dari 3 penggolongan
permasalahan yaitu: permasalahan kelembagaan kelompok, permasalahan
finansial, dan permasalahan penyelewengan.8
Permasalahan kelembagaan kelompok adalah permasalahan yang
disebabkan oleh kurangnya berfungsi kelembagaan-kelembagaan yang
dibangun oleh program sebagaimana mestinya. Permasalahan tingkat
kelompok peminjam yang disebabkan oleh kelompok, pengurus yang tidak
aktif, aktifitas kelompok tidak ada dan lain sebagainya.
Lalu permasalahan tim verifikasi yang tidak berfungsi dengan
semestinya dan mengakibatkan terjadinya kelompok fiktif, dan kelompok
yang tudak ada usaha.
Pengurus kelompok yang mempunyai itikad untuk tidak
mengembalikan pinjaman dari Unit Pengelolaan Kegiatan (UPK), yang tidak
dapat membayar modal yang mereka terima.
Pemanfaat dari kelompok simpan pinjam atau aneka usaha mempunyai
niat yang tidak baik maksudnya mempunyai itikad untuk tidak
mengembalikan pinjaman.
Dalam permasalahan finansial yaitu per masalah yang disebabkan oleh
kemampuan keuangan baik yang disebabkan oleh permasalahan usaha atau
8 Imam. UPK wawancara mendalam.
48
kegiatan maupun itikad pada tingkat kelompok ataupun pemanfaat sehingga
mengakibatkan pengembalian ke Unit Pengelolaan Kegiatan (UPK).
Kondisi keuangan atau usaha kelompok dan pemanfaat tidak mampu
mengembalikan tidak dapat atau mampu mengembalikan modal dan
pinjaman. Dan kesalahan penentuan jadwal pengembalian yang tidak sesuai
dengan siklus usaha kelompok maupun pemanfaat.
Permasalahan penyelewengan dapat terjadi dalam lembaga oleh sebab
itu Unit Pengelolaan Kegiatan (UPK), berusaha agar permasalahan yang
diakibatkan oleh penyelewengan dana agar dapat di minimalisir ataupun
dihilangkan.
Penyelewengan atau pemotongan pada saat alokasi dana pinjaman ke
kelompok tempat pengelola kegiatan (masyarakat), sehingga kelompok atau
pemanfaat hanya mengakui dana yang diterima saja.
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Upaya Unit Pengelola Kegiatan dalam Pemberdayaan Perempuan
Upaya yang dilakukan oleh unit pengelola kegiatan adalah adanya
program simpan pinjam khusus perempuan untu meningkatkan tingkat
ekonomi para perempuan desa setu.
Kepada kebutuhan masyarakat maka penyusunan programnya lebih
difokuskan kepada:
a. untuk permodalan usaha mikro pada wilayah program.
b. Adanya dana bergulir dimana seluruh dana program dan bersifat
pinjaman dari UPK yang digunakan masyarakat untuk mendanai
kegiatan ekonomi masyarakat yang disalurkan melalui kelompok-
kelompok masyarakat.
c. Membuat infrastruktur seperti pembetulan jalan, pembangunan
posyandu.
d. Menyediakan dana permodalan bagi pelaku usaha mikro.
2. Kelemahan Unit Pengelola Kegiatan dalam pemberdayan Perempuan
a. Pinjaman bermasalah, masih mengandalkan pada penagihan yang
dirasakan memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
b. Tunggakan angusuran. Dimana adanya tunggakan yang dilakukan
peminjam sehingga tidak bisa meminjam sebelum angsuran
dikembalikan ke Unit Pengelola kegiatan.
51
c. Identifikasi pinjaman bermasalah berawal dari data pinjaman yang ada
di Unit Pengelolaan Kegiatan.
d. kurangnya berfungsi kelembagaan-kelembagaan yang dibangun oleh
program.
e. mempunyai itikad untuk tidak mengembalikan pinjaman.
f. Kondisi keuangan atau usaha kelompok dan pemanfaat tidak mampu
mengembalikan.
B. Saran-saran
Dari uraian pembahasan bab sebelumnya, serta dari kesimpulan diatas
ada beberapa hal penulis sarankan:
1. Tidak hanya memberikan pinjaman saja tetapi harus adanya monitoring
akan pinjaman dana yang diberikan sehingga dana yang digunakan
dipergunakan untuk meningkatkan ekonomi perempuan desa tersebut
2. Kelompok-kelompok yang yang meminjam dana sebaiknya diberikan
pelatihan berwirausaha yang baik sehingga modal yang terpinjam dapat
dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
3. harus adanya batas tanggal pengembalian pinjaman dari peminjam modal.
4. Adanya penagihan secara tegas dari unit pengelola kegiatan dan
monitoring lapangan kepada setiap peminjam dana.
5. Data-data pinjaman di dalam unit pengelola kegiatan sebaiknya di
transparansikan agar adanya keterbukaan antara peminjam dengan unit
pengelola kegiatan.
6. Setiap kegiatan simpan pinjam seharusnya dijalankan dengan pengawasan
yang ketat, sehingga tidak adanya data-data yang kurang pada.
52
7. Adanya pengawasan secara berkala dan sanksi yang tegas kepada
peminjam yang beritikad untuk tidak mengembalikan pinjaman.
53
DAFTAR PUSTAKA
Atmosoeprapto Kisdarto. Mewujudkan Visi dan Misi dalam tindakan Nyata.
Jakarta: PT Alex media Komputindo, 2002.
Blanched Kel, Pemberdayaan Bukan perubahan Sekejap Ed 2. Yogyakarta:
Amara books, 2002.
Diana. Perencanaan Sosial Negara Berkembang Yogya. Gajah Mada University
Press, 2004.
Handoko T. Hani. Manajemen, edisi II Yogyakarta: 1997.
http://www.sarjanaku.com/2011/09/pemberdayaan-masyarakat-pengertian.html
Istiqomah Supriyati, Pemberdayaan Dalam Konteks PengembanganMasyarakat
Islam: Jakarta, 2007
Mikkelsen Britha. Metodolgi Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya
Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.
Moleong J Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
Panduan Teknis Unit Pengelola kegiatan (PNPM MD – UPK). Kota Tangerang
tahun 2007.
Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Begulir. Tim koordinasi ProgramNasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
Prijono Onny S dan Pranaka A.M.W. Pemberdayaan: konsep, Kebijakan, dan
Implementasi. Jakarta : CSIS. 1996.
Rukminto Isbandi. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Investasi.
Bandung. CSIS. 1996
Salam, Syamsir dan Aripin, Jaenal. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006
Sitepu Zulkarnain Abdi. Komunitas Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
Soetomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006.
54
Sumaryadi, Nyoman, Perencanaan Pembanguan Derah Otonomi dan
Pemberdayaan Masyarakat. (Jakarta :citra Utama 2005).
Sumadiningrat Gunawan. Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997
Usman, Husaini dan Akbar Setiadi Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: Bumi aksara, 1998.
1
Lembar Wawancara dengan Anggota dan Peminjam Modal Unit Pengelola Kegiatan
(UPK)
Nama : Bapak Imam Husyaeni
Jabatan : Bendahara
Tempat : Kantor Unit Pengelola Kegiatan (UPK)
Hari/Tanggal : 28- Desember 2011
Pukul : 13.00-13.15
Hasil Wawancara
1. P. Apa pengertian dari UPK?
J. Pengetian dari UPK adalah Unit Pengelola Kegiatan yang bertujuan
mengembangkan masyarakat khusus perempuan.
Unit Pengelola Kegiatan adalah suatu tempat lembaga sosial yang
didasarkan prakarsa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri sebagai lembaga yang menampung dan meuwujudkan
aspirasi serta kebutuhan masyarakat khusunya perempuan.
2. P. Upaya (UPK) apa saja ?
J. Simpan Pinjam adalah program wajib, pelatihan perbengkelan
namun. Jika usulan non simpan pinjam perempuan dari musyawarah
khusus perempuan sama dengan usulan musyawarah desa campuran,
2
maka kaum perempuan dapat mengajukan usulan pengganti,
sehingga jumlah usulan kegiatan dari musyawarah desa
khusus pria, dan usulan dari kebutuhan dari perempuan Desa yang
telah di musyawarahkan di Desa namun tidak keluar dari program
UPK, dan Usulan kegiatan sarana dan prasarana dasar kegiatan
peningkatan kualitas hidup masyarakat kesehatan atau pendidikan
dan peningkatan kapasitas kelompok usaha ekonomi.
3. P. Kenapa di dirikan UPK ?
J. karena daerahnya belum berkembang
4. P. tempatnya dimana dan berapa maximal pinjaman bagi
Perempuan?
J. di desa Setu tepatnya kantor UPK dan maximal pinjaman awal tidak
lebih
Dari 1 juta rupiah. Dan harus mengembalikan modal selama 10 bulan
dengan Jasa (bunga) sebesar 1.5% per 10 bulan.
5. P. Manfaat dan mekanisme Program Simpan Pinjam UPK ?
J Memberikan Bantuan Modal Bagi perempuan, untuk berwirausaha
seperti Membuat dan menjual kue-kue dan warung.
Unit Pengelola Kegiatan menggunakan dana operasional UPK yang
berasal dari Bantuan Langsung Masyarakat terlebih dahulu
selanjutnya jika masih dibutuhkan subsidi pendanaan operasional
dapat menggunakan dana hasil pengelolaan dana bergulir.
3
Setelah verifikasi usualan dilaksanakan proses selanjutnya adalah
musywarah antar desa dengan prioritas usulan, musyawarah antar
desa prioritas usualan ini adalah pertemuan di kecamatan yang
bertujuan membahas atas kriteria kelayakan sebagaimana yang
dilakukan oleh tim verifikasi dalam menilai usulan kegiatan
Penghapusan pinjaman dapat dilakukan sesuai dengan realisasi
penghapusan dan tidak diperbolehkan mengelola cadangan
penghapusan secara terpisah (mengelola dana cadangan dengan
melakukan pembebanan biaya tanpa adanya penghapusan pinjaman).
Realisasi penghapusan pinjaman sebagai dasar pembebanan biaya.
Upaya pengelolan kegiatan ini melalui proses musyawarah desa,
musyawrah ini merupakan pertemuan di desa yang bertujuan
membahas seluruh gagasan kegiatan, hasil dari proses penggalian
gagasan kelompok.
Kemudian diadakannya kegiatan penulisan usulan desa, penulisan
usulan ini merupakan kegiatan untuk menguraikan secara tertulis
gagasan-gagasan kegiatan masyarakat yang sudah disetujui sebagai
usulan desa yang akan diajukan pada musyawarah antar desa.
Setelah pemerikasaan desain dan rencana anggran biaya, kemudian
tahap selanjutnya adalah sosialisasi desa rencana anggaran biaya,
yang bertujuan untuk menjelaskan kepada masyarakat terutama
kelompok pengusul tentang pokok-pokok rencana
6. P. apa yang dimaksud dengan dana bergulir dan sasarannya?
J. Dalam Memberikan dukungan terhadap PNPM Mandiri Pedesaan
yang mempunyai tujuan percepatan penanggulangan kemiskinan
maka kegiatan pengelolaan dana bergulir menjadi salah satu kagiatan
4
yang memberikan kemudahan bagi rumah tangga miskin, untuk
mendapatkan permodalan dalam bentuk kegiatan simpan pinjam
perempuan.
Sasaran dana bergulir di bagi menjadi dua yaitu: sajaran jenis
kegiatan dana bergulir dan fungsi kelompok. Sasaran jenis kelompok
adalah, kelompok simpan pinjam, maksudnya adalah kelompok yang
mempunyai kegiatan pengelolaan simpan dan pinjman dengan
prioritas kelompok yang mempunyai anggota rumah tangga miskin.
7. P. pak ada gak kelemahan dari program simpan pinjam?
J. oh ada seperti pengembalian pinjaman yang menunggak dan
sudah jatuh Tempo. Dan kemumkingan penyelewengan pinjaman
lalu permasalahan finasial.
Penggolongan masalah dapat di lihat dari 3 penggolongan
permasalahan yaitu: permasalahan kelembagaan kelompok,
permasalahan finasial, dan permasalahan penyelewengan.
Pewawancara Narasumber
(Aditya Bayu Putro) (Imam Husyeaeni)
5
Nama : Bapak Tanto
Jabatan : Sekertaris
Tempat : Kantor UPK
Tanggal : 28-Desember 2011
Pukul : 14.10-14.25
Berita Wawancara:
1. P. Apa pengertian dari UPK?
J. Unit Pengelola Kegiatan adalah suatu tempat lembaga sosial yang
didasarkan prakarsa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri sebagai lembaga yang menampung dan meuwujudkan
aspirasi serta kebutuhan masyarakat khusunya perempuan.
2. P. Upaya (UPK) apa saja ?
J. Simpan Pinjam khusus perempuan dan pembuatan fasilitas umum
seperti Posyandu
Upaya yang telah dilakukan oleh UPK di Kecamatan Setu dalam
rangka pemberdayaan Masyarakat adalah dengan telah mengadakan
program simpan pinjam dalam program simpan pinjam ini
masyarakat khususnya perempuan bisa melakukan pinjaman
berbentuk uang untuk modal peningkatan ekonominya.
Adapaun kegiatan sarana dan prasarana dasar kegiatan peningkatan
kualitas hidup masyarakat kesehatan atau pendidikan atau
peningkatan kapasitas keterampilan kelompok usaha ekonomi yang
ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan.
6
3. P. Kenapa di dirikan UPK
J. untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat kesehatan atau
pendidikan dan peningkatan kapasitas keterampilan kelompok usaha
ekonomi yang ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan.
4. P. Berapa pinjaman yang diberikan ?
J. Sesuai dengan kebutuhan Kelompok perempuan tersbut namun
pinjaman pertama tidak boleh lebih dari 1 juta rupiah.
5. P. Manfaat dan mekanisme Program Simpan Pinjam ?
J. Permodalan Usaha kelompok Perempuan.
Pengelolaan kegiatan dana bergulir dilakukan mengarah pada
pelestarian dana bergulir dengan ketentuan dasar-dasar, yaitu:
pelestarian kegiatan dana bergulir, dengan pelestarian penyediaan
dana permodalan bagi usaha mikro.
Usulan kegitan simpan pinjam bagi kelompok perempuan yang
ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan. Alokasi dana
kegiatan ini maksimal 25% dari bantuan langsung masyarakat
(BLM) Kecamatan. Tidak ada batasan alokasi maksimal per desa
namun harus mempertimbangkan hasil verifikasi kelayakan
kelompok terlebih dahulu.
6. P. apa, dan sasaran dana bergulir?
J. Dana bergulir adalah seluruh dana program dan bersifat pinjaman
dari unit pengelola kegiatan (UPK) yang digunakan masyarakat
untuk mendanai kegiatan ekonomi masyarakat yang disalurkan
melalui kelompok-kelompok masyarakat.
Dengan tujuan kegiatan pengelolaan dana bergulir PNPM mandiri
pedesaaan memberikan kemudahan akses permodalan usaha baik
kepada masyarakat sebagai pemanfaat maupun kelompok usaha.
7
Kemudian dengan adanya swadaya masyarakat juga peran pembantu
sebagai bagian terhadap program. Swadaya masyarakat merupakan
salah satu wujud partisipasi dalam pelakasanaan tahapan Unit
Pengelola Kegiatan (UPK).
Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana,
maupun material pada saat pelaksanaan kegiatan, dasar keswadayaan
adalah kerelaan masyarakat.
Kelompok Pemanfaat Dana Bergulir yaitu, kelompok simpan pinjam
yang berhak mengajukan usulan adalah kelompok yang sebelumnya
telah menerima pinjaman dan kelompok yang belum pernah
menerima pinjaman dari unit pengelola kegiatan (UPK).
7. P. ada Kelemahan dari program ini ga pak?
J. ada, tapi ga terlalu berdamapak besar, yah paling pinjaman lama
dikembalikan. Lalu tidak berfungsinya kelembagaan kelompok dan
tunggakan angsuran.Penilaian tingkat kolektibilitas tersebut sulit
diterapkan pada program masyarakat yang berkaitan dengan
pengelolaan dana bergulir dengan nasabah kelompok khususnya
kegiatan simpan pinjam program karena selain pengguna tingkat
perekembangan kelompok masih terdapat beberapa factor lainnya
yaitu, permodalan yang sulit jaminan tidak ada
Tunggakan angsuran di atas 3 bulan untuk jadwal pinjaman yang
diangsur tiap bulan, lalu tunggakan angsuran di atas 4 bulam untuk
jadwal pinjaman per triwulan, tunggakan angsuran di atas 7 bulan
untuk jadwal pinjaman per 6 bulan.
Pewanancara Narasumber
(Aditya Bayu Putro) (Tanto)