Upload
ongen-achilles
View
3
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
miom
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas
jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga dikenal
dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah
suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Uterus miomatosus adalah
uterus yang ukurannya lebih besar daripada ukuran uterus yang normal yaitu antara 9–12 cm,
dan dalam uterus itu sudah ada mioma uteri yang masih kecil.1,5,6
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang
mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma
yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20–30% dari seluruh wanita.
Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39–11,7% pada semua penderita ginekologi yang
dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35–45 tahun (kurang lebih 25%)
dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan
akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita
yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat
apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara. 2,7
2.3 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai
abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :7
1) Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara
35–45 tahun.
2) Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat
ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri
yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3) Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri
tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
4) Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana
mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi
setelah menopause.
2.4 Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu
sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau
arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa
yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami
mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa
pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24). Meyer dan De Snoo
mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan Lipschultz yang memberikan
estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada
permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah
dengan pemberian preparat progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam waktu
lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap
reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin like growth factor 1 yang distimulasi
oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh
estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih
daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah
ooforektomi bilateral pada usia dini.7
2.5 Histopatogenesis
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal.
Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosa, intramural, dan subserosum. Mioma
uteri lebih sering ditemukan pada nullipara, faktor keturunan juga berperan. Mioma uteri terdiri
dari otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Perubahan
sekuder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah
ke mioma uteri. Perubahan sekunder meliputi atrofi, degenerasi hialin, degenerasi kistik,
degenerasi membatu, degenerasi merah, dan degenerasi lemak.2
2.6 Klasifikasi Mioma Uteri
Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi
4 jenis antara lain:9
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter