Upload
pusat-informasi-virtual-air-minum-dan-penyehatan-lingkungan-piv-ampl
View
915
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Disampaikan oleh Wicaksono Sarosa (Kemitraan bagi Pembaruan Tata-Pemerintahan) dalam Pra Seminar Nasional Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Jakarta 18 September 2012
Citation preview
Urbanisasi, Permukiman Kumuh danTata-Kelola yang Efektif
Wicaksono SarosaKemitraan bagi Pembaruan Tata-Pemerintahan
Catatan Pengantar untuk
Pra-Seminar Nasional Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh
Jakarta 18 September 2012
Kerangka Bahasan
1. Pengantar catatan (kerangka bahasan)
2. Melihat kembali ‘urbanisasi’3. Melihat kembali
‘permukiman/perumahan kumuh’
4. Apa yang bisa/harus dilakukan5. Aspek tata-kelola (governance)6. Penutup
--------------------Catatan: sebagian pernyataan dalam presentasi ini bersifat
sangat ‘basic’ dan sudah kita ketahui bersama – apalagi bagi staf Kemenpera. Namun penyaji tetap memuatnya sekedar agar uraian bisa runtut dan sekaligus dapat berfungsi sebagai pengingat
Urbanisasi
Urbanisasi adalah fenomena wajar dan global Akibat (i) pertumbuhan penduduk kota secara natural,
(ii) perluasan kawasan perkotaan, (iii) migrasi dari desa ke kota yang terutama
Terdapat faktor pendorong (kemiskinan dan keterbatasan di perdesaan dll.) dan faktor penarik (peluang pendidikan dan pekerjaan, gemerlap kota, pilihan-pilihan, kebebasan dll.)
Urbanisasi yang pesat seringkali terjadi seiring dengan pertumbuhan ekonomi (kecuali dia Afrika, dimana terjadi urbanisasi tanpa pertumbuhan ekonomi yang signifikan faktor pendorong yang lebih kuat)
Informasi yang semakin meluas juga mendorong urbanisasi
Urbanisasi
Urbanisasi tidak bisa dihentikan sampai terjadinya ‘urbanization equilibrium’ – tetapi bisa dikelola, dikurangi lajunya serta dikurangi dampak negatifnya)
Jika dikelola dengan baik, urbanisasi dapat berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi – baik ekonomi kota (sektor formal perkotaan sangat tertolong dengan adanya sektor informal barang dan jasa murah) maupun ekonomi perdesaan (kiriman uang ke keluarga di desa) tidak otomatis terwujud
Jika tidak dikelola dengan baik, urbanisasi menjadi beban pemerintah dan tidak membantu mensejahterakan warga (pendatang tinggal di permukiman kumuh serta tidak bisa bersaing dengan penduduk asli kota memindahkan kemiskinan dari desa ke kota)
Urbanisasi dan Kebutuhan Papan
Urbanisasi berakibat pada peningkatan kebutuhan akan tempat tinggal (papan) di kawasan perkotaan – baik di pusat/tengah kota maupun di kawasan pinggiran (urban fringe areas, suburban) baik rumah maupun prasarana, sarana dan utilitasnya
Pemerintah (khususnya pemerintah kota) umumnya tidak mampu menyediakan tempat tinggal yang layak bagi semua warga (asli maupun pendatang)
Tapi pemerintah (nasional dan daerah bersama-sama) bisa menciptakan kondisi sehingga pemenuhan tempat-tinggal yang layak terpenuhi – baik melalui penyediaan secara formal maupun swadaya
Urbanisasi dan ‘Gagap Budaya’
‘Budaya’ (dan kebiasaan-kebiasaan) di perdesaan terkadang terefleksi di permukiman kumuh perkotaan (yang baik – seperti sifat tolong-menolong dll. – maupun yang buruk – seperti masih ada kebiasaan membakar sampah sendiri dll.)
Di sisi lain, terkadang orang pindah dari desa ke kota untuk melepaskan diri dari aturan-aturan tradisional dan memiliki ‘kesan yang salah’ bahwa tinggal di kota akan membebaskannya dari aturan-aturan ‘semau gue’
Padahal, kota yang baik – karena kepadatan, keragaman dan karakteristik lainnya – justru harus memiliki banyak aturan-aturan (yang seringkali berbeda dengan aturan-aturan tradisional)
Perumahan/Permukiman Kumuh
Ada banyak cara membuat tipologi perumahan dan permukiman kumuh:
Geografis:PerdesaanKawasan pinggiran kota (suburban, urban fringe areas)Pusat kota
Kekumuhan:Berat (rumah & lingkungan sangat tidak layak-huni, kepadatan sangat tinggi)Sedang (sebagian rumah & lingkunganRingan
Legalitas:LegalSemi-legal (ada bagian-bagian yang ‘legal’ tapi ada juga yang tidak memiliki status hukum)Ilegal
Perumahan/Permukiman Kumuh
Ada tipologi lain yang seringkali luput dari perhatian (meminjam istilah Peter Lloyd):
Permukiman kumuh tanpa harapan (“slums of despair”)Permukiman kumuh dengan harapan (“slums of hope”)
Faktor yang mempengaruhi ada-tidaknya ‘harapan’ adalah:
“Security of tenure” – kuatnya legalitas atau jaminan tidak akan digusur“Sense of ownership” yang tinggi (penyewa < ‘pemilik’)Modal sosial yang kuat
Adanya harapan akan memudahkan perbaikan kualitas hunian dan lingkungan oleh warga sendiri (difasilitasi pemerintah) tanda-tanda: warga secara bertahap memperbaiki rumahnya
Perumahan/Permukiman Kumuh
Penyebab timbulnya perumahan/permukiman kumuh:
Kurangnya ketersediaan rumah layak-terjangkau di lokasi dekat sumber-sumber penghidupanKemiskinan (kumuh-miskin)Ketiadaan sarana-prasarana-utilitas (karena memang tidak disediakan oleh pemerintah – karena satu dan lain hal, misalnya karena ilegal – atau karena terabaikan atau karena pemerintah belum mampu)Ketiadaan legalitas status penggunaan lahan atau ketiadaan kepastian tidak akan digusur (tenure security)Masyarakat abai/tidak peduli/tidak tahu akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan (termasuk ownership kurang)Dan lain-lain........
Perumahan/Permukiman Kumuh
Karakteristik perumahan/permukiman kumuh umumnya ditandai (secara fisik) dengan ketiadaan satu atau lebih dari kondisi di bawah ini:
Rumah yang permanen dan sehat di lokasi yang tidak rawan bencanaArea huni yang layak sehingga tidak lebih dari tiga orang yang berbagi kamar (serta kepadatan lingkungan yang wajar)Akses ke air bersih yang relatif mencukupi (kualitas dan kuantitas) serta terjangkauAkses ke sanitasi yang layakKepemilikan/penggunaan lahan yang aman dan tidak rawan penggusuran
UNESCAP & UN-Habitat, 2008
Perumahan/Permukiman Kumuh
Dimensi yang ada perumahan/permukiman kumuh:
Dimensi/Aspek Masalah Potensi
Fisik kumuh, kotor, tidak sehat, padat, kurang ruang terbuka, dll.
dekat tempat kerja atau sumber penghasilan
Ekonomi miskin, sektor informal, terkadang ilegal
‘industrious’
Sosial-budaya penduduk sementara kurang merasa memiliki,budaya bersih kurang
kekeluargaan, saling tolong-menolong
Legalitas seringkali tidak memiliki status legal
terkadang sudah menghuni puluhan tahun
Politis rentan dimanfaatkan sbg komoditas politik, sering tidak punya hak pilih
jika punya pemimpin dapat menjadi ‘kekuatan politis’
Beberapa ‘Caveats’
Tidak semua penghuni perkampungan kumuh adalah migran, dan tidak semua migran tinggal di permukiman kumuh dan ilegal
Tidak semua penghuni perkampungan kumuh dapat digolongkan sebagai masyarakat miskin, dan tidak semua masyarakat miskin tinggal di permukiman kumuh
Tidak semua penghuni perkampungan kumuh bekerja di sektor ekonomi informal, dan tidak semua kegiatan ekonomi informal terjadi di perkampungan kumuh
Penghuni perkampungan kumuh umumnya ‘sibuk’ bekerja/mencari nafkah sepanjang hari seringkali sulit untuk diajak ‘rapat-rapat’ untuk perbaikan kampung (namun ini tidak berarti mereka tidak bisa dikonsultasi justru harus dilibatkan)
Aspek Tata-Kelola
Berhenti berusaha untuk menahan urbanisasi secara paksa gantikan dengan upaya-upaya yang peningkatan kualitas kehidupan di perdesaan DAN hadirkan kebijakan realistis dan program-program yang dapat membantu proses urbanisasi dengan baik dan mensejahterakan (siapkan para pendatang sebelum berangkat ke kota, buka dan fasilitasi peluang-peluang yang baik bagi pendatang sehingga bisa terjadi peningkatan kesejahteraan perlu kebijakan dan strategi perkotaan nasional; pemerintah kota sendirian tidak akan bisa menangani hal ini)
Karena kemungkinan besar penyediaan perumahan formal yang terjangkau tidak akan memadai warga akan membangun sendiri secara swadaya
Upaya ini perlu didukung (semakin awal, semakin baik)
Penutup
Catatan tambahan:Pemerintah sendiri tidak akan mampu menyediakan secara langsung perumahan layak-terjangkau (yang berarti harus disubsidi) – Singapore dan Hong Kong adalah pengecualian yang sulit direplikasiPemerintah juga tidak bisa membiarkan swasta bekerja sendirian dalam penyediaan perumahan (meskipun sudah dengan berbagai macam subsidi)Pemerintah tidak bisa “memaksa” kaum miskin keluar dari kota pemerintah pusat tidak bisa membiarkan pemerintah kota menghadapi sendiri permasalahan urbanisasiPerbaikan permukiman kumuh tidak bisa dilihat sebagai “proyek” tersendiri bagian dari kebijakan urbanisasi dan pembangunan kota/lingkungan dan manusia
Penutup
Bekerjasama dengan semua pemangku-kepentingan, kita semua bisa menyediakan hunian layak bagi semua warga
Pemerintah dapat membantu kaum miskinKaum miskin dapat membantu diri-sendiri secara bersama-sama (termasuk membuat tabungan kolektif/komunitas, mengembangkan rencana perbaikan kampung dan rumah, terlibat dalam implementasinya)Organisasi komunitas maupun non-pemerintah lainnya dapat berperan dalam mendampingi wargaKemitraan juga bisa diperluas dengan mengajak pelaku usaha (korporasi)
Terima kasihTerima kasih
E-mail: [email protected]: [email protected]
Blog: http://wicaksarosa.blogspot.com