8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempe, adalah salah satu jenis panganan yang hampir setiap orang mengetahuinya, panganan yang dikembangkan dengan proses permentasi kacang kedelai ini, menjadi salah satu jenis panganan murah yang memiliki kandungan protein tinggi yang sesuai dengan ke-khasan kuliner masyarakat indonesia pada umumnya. Disebagian daerah bahkan panganan jenis ini menjadi menu yang hampir setiap hari tersedia dalam porsi makan, seperti daerah indramayu dan cirebon dan juga daerah pesisir lainnya. Walaupun belum ada prosentase pasti tentang berapa persen angka orang yang suka dengan jenis makanan ini, tapi hampir dipastikan bahwa angkanya lebih dari 95%, mengingat hampir setiap orang menyukainya. Namum walaupun dengan konsumen yang sudah menjadi satu captive market, produsen tempe bukannya semakin tumbuh justru yang terjadi adalah semakin berkurang. Tentu hal ini menjadi fenomena untuk dipelajari, dan diketahui apakah usaha yang selama ini berlangsung dalam pembuatan tempe merupakan usaha layak dan menguntungakn, atau malah sebaliknya menjadisatu usaha

Usaha Tempe

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Usaha Tempe

BAB I

PENDAHULUAN

   1.1  Latar Belakang

Tempe, adalah salah satu jenis panganan yang hampir setiap orang

mengetahuinya, panganan yang dikembangkan dengan proses permentasi kacang

kedelai ini, menjadi salah satu jenis panganan murah yang memiliki kandungan

protein tinggi yang sesuai dengan ke-khasan kuliner masyarakat indonesia pada

umumnya.

Disebagian daerah bahkan panganan jenis ini menjadi menu yang hampir setiap

hari tersedia dalam porsi makan, seperti daerah indramayu dan cirebon dan juga

daerah pesisir lainnya.

Walaupun belum ada prosentase pasti tentang berapa persen angka orang yang

suka dengan jenis makanan ini, tapi hampir dipastikan bahwa angkanya lebih dari

95%, mengingat hampir setiap orang menyukainya.

Namum walaupun dengan konsumen yang sudah menjadi satu captive market,

produsen tempe bukannya semakin tumbuh justru yang terjadi adalah semakin

berkurang.

Tentu hal ini menjadi fenomena untuk dipelajari, dan diketahui apakah usaha yang

selama ini berlangsung dalam pembuatan tempe merupakan usaha layak dan

menguntungakn, atau malah sebaliknya menjadisatu usaha yang merugikan

sehingga menjadi penyebab menurunnya junlah pengusaha yang memproduksi

tempe tersebut.

Selama ini, pengusah tempe merupakan pengusaha turunan dari warisan

keluarganya yang terdahulu, jikapun ada pengusaha yang baru, mereka adalah

karyawan dari pengusaha tempe dan keluar lalu memproduksi tempe sendiri.

Page 2: Usaha Tempe

BAB II

KEBUTUHAN BIAYA

2.1 Perhitungan  Biaya Produksi 

Dalam sub bab ini dikemukakan biaya produksi yang dikeluarkan untuk belanja

dan membayar karyawan, berbeda dengan usaha lain yang memiliki jadwal

belanja bulanan dan bahan baku produksi yang disimpan digudang, pada produksi

tempe ini hampir setiap bahan merupakan hasil belanja harian. Atau paling lambat

belanja dilakukan tiga hari sekali.

Dan berikut adalah biaya yang dikeluarkan untuk produksi, dengan tingkat

besaran bahan baku yang digunakan per hari adalah 68kg bahan baku kedelai:

Bahan baku:

- kacang kedelai 68kg @ Rp 6.500,-                          = Rp.442.000,-

- ragi tempe 3 bungks @ Rp. 10.000                          = Rp.   30.000,-

Sub total                                                                          Rp. 472.000

Bahan tambahan:

-          1/4 kg plastik                                                    = Rp.    7.500,-

-          Obat nyamuk bakar (alat bantu rekat)                  = Rp.    1.500,-

-          3 ikat Daun pisang @1200                                   = Rp.   3.600,-

-          Gas 16000/3 (gas diisi ulang tiap 3 hari)               = Rp.       5.400

Sub total                                                                         Rp.   18.000,-

Gajih karyawan

-          Ongkos harian 4 orang x @Rp. 30.000,-              = Rp.  120.000,-

-          Uang rokok 4x Rp.5000                                       = Rp.   20.000,-

Sub total                                                                = Rp. 140.000

Transportasi                                                           = Rp. 40.000,-

Page 3: Usaha Tempe

Maka jumlah total biaya produksi harian adalah sebesar:

Bahan baku                       = Rp. 472.000,-

Bahan tambahan               = Rp.   18.000,-

Gaji karyawan                   = Rp. 140.000

Trasnportasi                       = Rp.     40.000

Total biaya produksi         = Rp. 702.000

Dengan hari libur satu hari dalam seminggu dan rata-rata 30 hari dalam sebulan,

maka hari efektip produksi menjadi 26 hari, dan hari jum’at adalah hari dimana

kegiatan produksi diliburkan.

Total biaya produksi dalam satu bulan menjadi:

26 (hari) x Rp. 702.000,- = Rp.18.252.000

Jumlah total biaya produksi bulanan adalah Rp. 18.252.000

2.2 Hasil Produksi Dan Harga Jual

Diperkirakan Dalam produksi ini (tempe ), dengan menggunakan bahan baku

kacang kedelai sebanyak 68kg bisa menghasilakan sebanyak 820  bungkus (yang

biasa terjual habis) dengan rincian:

-          Bungkus besar       = 252 bungkus

-          Bungkus kecil       = 568 bungkus

Dengan harga jual bungkus kecil Rp. 2000 dan bungkus besar Rp.3000 (pedagang

pasar biasa memotongnya kembali dalam bentuk yang lebih kecil, dengan tujuan

margin menjadi lebih tinggi).

Dengan harga tersebut maka nilai penjualan akan menjadi :

Bungkus besar             = 252 x 3000 = Rp. 756.000,-

Bungkus kecil             = 568 x 2000 = Rp. 1.136.000,-

Total penjualan                                    Rp.1.892.000,-

Perhitungan total penjualan bulanan menjadi :

Page 4: Usaha Tempe

26 (hari) x Rp. 1.892.000 =Rp.49.192.000,-

Jadi penjualan total dalam satu bulan adalah Rp. 49.192.000,-

2.3 Perhitungan Laba Rugi

perhitungan laba rugi ini didapat dari selisih harga jual dan biaya produksi, baik

harian ataupun bulanan. Dengan demikian selisih tersebut menjadi dua bagian,

yakni perhitungan laba rugi harian dan perhitungan laba rugi bulanan

sebagaimana berikut:

Laba rugi = Harga Jual-Biaya Produksi

 a.        Perhitungan laba/rugi harian

Rp. 1.892.000 – Rp. 702.000= Rp.1.190.000,-

Maka keuntungan bersih yang diperoleh setiap hari adalah sebesar Rp. 1.190.000,-

b.      Perhitungan laba/rugi bulanan

Rp. 49.192.000,- – Rp. 18.252.000,- = Rp.30.940.000,-

Dengan demikian keuntungan bulanan yang diperoleh adalah sebesar Rp.

30.940.000,-

Dari perhitungan diatas jelas menunjukan bahwa usaha pembuatan tempe yang

dijalani oleh terbukti menguntungkan

Page 5: Usaha Tempe

BAB III

ANALISA PASAR

3.1 Keadaan Pasar

Pontianak merupakan wilayah kota yang mempunyai pengembangan kemajuan

dalam hal pembangunan, pekembangan pasarpun terjadi, minimarket atau

sualayan sekalipun tumbuh semakin banyak jumlahnya, serta pembangunan

rumah makan semakin meningkat.

Konsumen yang dulu datang dari semua kalangan berbelanja ke pasar-pasar

tradisional kini mulai tampak perbedaannya rata-rata pengunjung yang datang

kepasar tradisional hanya dari kalangan menengah kebawah dengan intensitas

penurunan yang tinggi untuk masyarakat kelas atas, hal ini dapat dilihat dari

kendaraan yang mereka bawa sebagai salah satu indikasi dari strata mana

masyarakat yang datang ke pasar tradisional.

Walaupun demikian pangsa pasar/ konsumen tempe, secara gasris besar tidak

mengalami penurunan bahkan cenderung naik karena munculnya gagasan

pentingnya menjadi vegetarian untuk kesehatan, hal ini menjadikan orang untuk

berpindah mengkonsumsi tempe karena kandungan gizi dan proteinnya yang

tinggi.

Dengan kata lain keadaan pasar Pontianak untuk pemasaran produk seperti tempe

masih memiliki peluang yang sangat besar dengan tingkat konsumen yang tinggi.

Page 6: Usaha Tempe

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari analisa yang telah di bahas pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan

hal-hal sebagai berikut:

a. Usaha pembuatan tempe adalah usaha yang menguntungkan.

b. Faktor yang menjadi kendala lebih berada pada bahan baku yang memiliki

ketergantungan terhadap produk import

c. Usaha ini tergolong kedalam usaha yang layak, dalam artian merupakan usaha

yang sehat secara produksi dan nilai jual.