Upload
syaziliasnur-qudrat
View
423
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Peningkatan derajat kesehatan merupakan bagian dari tujuan pembangunan
kesehatan seperti tertera dalam GBHN, yaitu meningkatkan kemampuan untuk hidup
sehat dan mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana terutama melalui upaya
pencegahan dan peningkatan upaya pemerataan pelayanan kesehatan agar terjangkau
oleh masyarakat sampai ke pelosok pedesaan. Oleh sebab itu, upaya pengobatan-
pengobatan tradisional dan non medis merupakan suatu alternatif yang tepat sebagai
pendamping pengobatan medis (Zulkifli,2004). Di Indonesia tujuan tersebut menemui
beberapa kendala, akibat terpuruknya ekonomi dunia yang menyeret Indonesia ke
dalam keadaan krisis moneter pada tahun 1997. Dampak dari krisis moneter tersebut
mengakibatkan pengobatan dengan dokter dan obat medis menjadi sangat mahal,
sehingga mendorong masyarakat untuk beralih dari pengobatan medis ke pengobatan
alternatif. Meskipun demikian upaya pencarian pengobatan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu demografi, struktur sosial, kepercayaan, sumber daya yang ada,
pengetahuan, sikap, nilai dan faktor persepsi individu terhadap pelayanan kesehatan
(Mulyadi, 2005).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Yayasan Pemberdayaan Konsumen
Kesehatan Indonesia (YPKKI) tercatat bahwa selama rentang waktu dari tahun 1998
sampai tahun 2008 terdapat 618 kasus malpraktek yang dilaporkan di Indonesia dan
1
masih banyak kasus malpraktek sekitar 90% yang tidak terlaporkan. Dengan
menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pelayanan pengobatan oleh
profesi dokter mengakibatkan masyarakat mengalihkan perhatiannya dalam upaya
pencarian pengobatan yang beralih ke pengobatan alternatif (Keumala, 2008).
Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin populer. Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) menyebutkan, tahun 2008 persentase populasi di
Indonesia yang menggunakan pengobatan alternatif menunjukan sebesar 38.30%
memilih menggunakan obat tradisional. Fenomena ini menjadi sangat menarik dalam
kondisi ilmu pengetahuan di bidang medis yang semakin berkembang, Kepercayaan
masyarakat terhadap pengobatan alternatif semakin tinggi sehingga masyarakat
cenderung memilih pengobatan alternatif sebagai salah satu metode pengobatan. Hal
tersebut dikarenakan pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara
turun-temurun merupakan bagian dari kearifan lokal yang sulit untuk dilepaskan.
Berdasarkan survei langsung yang dilakukan peneliti di Purwokerto terdapat 85 klinik
pengobatan alternatif yang tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 40% di
antaranya merupakan klinik pengobatan alternatif yang menyediakan pengobatan
herbal dan 60% di antaranya adalah pengobatan alternatif lainnya seperti pijat,
akupuntur, bekam, dan supranatural.
Klinik Pengobatan CERAGEM adalah salah satu klinik pengobatan alternatif
di Purwokerto yang menyediakan pelayanan berupa perpaduan dari pijat, kop, sinar
infra merah, dan chiropractic yang memadukan ilmu kesehatan dari Timur dan Barat.
2
Jumlah pasien yang memanfaatkan Klinik Pengobatan ”CERAGEM” Purwokerto,
sebagaimana tertera dalam tabel berikut di bawah ini :
Tabel 1 : Jumlah Pasien Klinik Pengobatan “CERAGEM’ Purwokerto Tahun 2010
No Bulan Jumlah hari
praktek
Jumlah Kelompok
per hari
Jumlah Tempat tidur
Jumlah Pasien
1 Januari 30 hari 15 kelompok 38 tempat tidur 17.100 orang
2 Pebruari 26 hari 15 kelompok 38 tempat tidur 14.820 orang
3 Maret 30 hari 15 kelompok 38 tempat tidur 17.100 oramg
4 April 29 hari 15 kelompok 38 tempat tidur 16.530 orang
5 Mei 29 hari 15 kelompok 38 tempat tidur 16.530 orang
6 Juni 30 hari 15 kelompok 38 tempat tidur 17.100 oramg
7 Juli 30 hari 15 kelompok 38 tempat tidur 17.100 oramg8 Agustus 30 hari 15 kelompok 38 tempat tidur 17.100 oramg
9 September 28 hari 15 kelompok 38 tempat tidur 15.960 orang
10 Oktober 31 hari 15 kelompok 38 tempat tidur 17.670 orang
11 Nopember 29 hari 15 kelompok 38 tempat tidur 16.530 orang
12 Desember 30 hari 15 kelompok 30 tempat tidur 13.500 orang
Jumlah 352 hari 197.040 orang
Sumber : Data Klinik Pengobatan “CERAGEM” Purwokerto
Dari tabel 1 di atas, diperoleh informasi bahwa untuk tahun 2010 tercatat
197.040 orang atau setiap hari terdapat 570 orang yang berasal dari Purwokerto dan
sekitarnya datang berbondong-bondong untuk melakukan terapi penyembuhan
penyakit yang diderita masing-masing secara gratis di Ceragem center Purwokerto di
Jalan Kol. Sugiri nomor 41 A.
Mekanisme pengobatan yang dikembangkan oleh Klinik Pengobatan
”CERAGEM” Purwokerto adalah bahwa pelayanan pengobatan dilakukan secara
3
gratis dan setiap hari pengobatan dimulai pukul 07.30 - 16.00 WIB Setiap hari
dibatasi 15 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 38 orang yang disesuaikan
dengan kapasitas tempat tidur yang tersedia yaitu 38 tempat tidur, kecuali dalam
bulan Desember 2010 pasien dibatasi untuk setiap kelompok terdiri dari 30 orang.
Mengingat mulai bulan Desember 2010 tersebut terdapat pengurangan tempat tidur
dari 38 menjadi 30 tempat tidur saja. Konsekuensi pengurangan tempat tidur tersebut,
berakibat pelayanan pengobatan juga berkurang dari 570 orang per hari menjadi 450
orang per hari, dengan rasio 1 kelompok 30 orang.
Pelayanan pengobatan untuk setiap kelompok memerlukan waktu sekitar 30
menit. Setiap pasien tidak dibatasi berapa kali dia harus datang berobat, bisa berobat
setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
pasien. Bahkan saat peneliti melakukan pra survei ke Klinik Pengobatan
”CERAGEM” Purwokerto ada pasien yang masih melakukan pengobatan sejak klinik
pengobatan ini dibuka. Adapun keluhan pasien yang datang berobat beraneka ragam
di antaranya adalah tekanan darah tinggi, kepala pusing, kencing manis, sesak
napas, pegal-pegal, lumpuh, tumor, sakit lambung, dan nyeri lambung.
Sejak Klinik Center Ceragem di Jln. Jalan Kol. Sugiri Nomor 41 A
Purwokerto ditutup bulan September 2011, telah pula bermunculan rumah-rumah
CERAGEM yang tersebar di kota Purwokerto, di antaranya rumah CERAGEM di
Jln Pramuka No. 155 yang juga menjadi lokasi penelitian untuk mengambil pasien
sebagai informan dalam penelitian ini. Tetapi keberadaan rumah-rumah CERAGEM
ini hanya menyediakan empat atau enam tempat tidur dengan memungut biaya dari
4
pasien sebagai pengganti biaya operasional yang relatif murah dan terjangkau oleh
masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pengobatan alternatif masih
digunakan oleh sebagian besar masyarakat bukan hanya karena kekurangan fasilitas
pelayanan kesehatan berupa pengobatan modern yang terjangkau oleh masyarakat,
tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor sosial budaya dari masyarakat tersebut.
B. Masalah Penelitian
Bertitik tolak dari latar belakang di atas pengobatan CERAGEM merupakan
pilihan alternatif yang banyak diminati masyarakat terutama dalam bidang
pengobatan. Pertanyaan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimanakah persepsi masyarakat tentang pengobatan “CERAGEM” di
Purwokerto?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat
tentang pengobatan alternatif CERAGEM sebagai salah satu metode untuk
pengobatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:
a. Mendeskripsikan mekanisme pemanfaatan pengobatan alternatif CERAGEM
b. Medeskripsikan persepsi masyarakat tentang pengobatan alternatif CERAGEM
5
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan dan rujukan teoritis mengenai persepsi masyarakat
tentang pengobatan alternatif sebagai metode untuk pengobatan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi instansi pemerintah Kabupaten Banyumas
Memberikan masukan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang terkait
dengan pengobatan alternatif sebagai salah satu metode untuk pengobatan.
b. Bagi Jurusan Kedokteran Umum
Menambah informasi pustaka bagi Jurusan Kedokteran Umum mengenai
persepsi masyarakat tentang pengobatan alternatif dan menambah informasi
tentang pola pemanfaatan pengobatan alternatif dibidang ilmu perilaku.
c. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang alternatif pengobatan yang dapat dipakai untuk
pengobatan.
d. Bagi Peneliti
Memberikan wawasan, pengetahuan, kemampuan dan memahami mengenai
persepsi masyarakat tentang pengobatan alternatif serta untuk menambah
kemampuan dan pengalaman peneliti dalam menulis karya ilmiah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengobatan Alternatif
Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang
menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan
kedokteran modern (pelayanan kedokteran standar) dan dipergunakan sebagai
alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut ( Mangoenprasodjo,
2005).
Pengobatan alternatif yang ada di Indonesia dikenal dengan metode
pengobatan tradisional, yang berbeda dan khas untuk satu daerah dengan daerah lain
demikian juga dengan jenis ramuanya sesuai dari asal daerah masing-masing
(Herlina, 2001). WHO mendefinisikan pengobatan tradisional adalah ilmu dan seni
pengobatan berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek baik
yang dapat diterangkan secara ilmiah atau tidak, dalam melakukan diagnosis,
prevensi dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1076/MENKES/SK/VII/2003 pada
pasal 1 menyebutkan bahwa : ”pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau
perawatan dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman,
keterampilan turun temurun, dan atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku dalam masyarakat”.
Beberapa klasifikasi pengobatan tradisional menurut Keputusan Menkes
Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 pada pasal 3 tersebut, di antaranya :
7
1. Pengobat Tradisional Keterampilan
Terdiri dari pengobatan tradisional pijat urut, patah tulang, sunat, dukun, bayi,
refleksi, akupresuris, akupunturis, chiropractor dan pengobatan tradisional
lainnya yang metodenya sejenis.
2. Pengobat Tradisional Ramuan
Terdiri dari pengobat tradisonal ramuan Indonesia (jamu), Gurah, Tabib,
Shinse, Homeopathy, dan pengobatan tradisional lainnya yang metodenya
sejenis.
3. Pengobat Tradisional Pendekatan Agama
Terdiri dari pengobat tradisional dengan pendekatan agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, dan Budha.
4. Pengobat Tradisional Supranatural
Terdiri dari pengobat tradisional tenaga dalam, paranormal, reiky, master,
dukun kebatinan dan pengobatan tradisional lainya yang metodenya sejenis.
Klasifikasi pengobatan tradisional di atas, dan kemudian dihubungkan dengan
pengobatan alternatif ”CERAGEM” yang mempergunakan terapi fisik dengan
mengandalkan peralatan, maka pengobatan ”CERAGEM” termasuk dalam
Pengobatan Tradisional Keterampilan.
Terdapat banyak pengobatan alternatif di Indonesia dengan bentuk metode
dan pelaksanaan yang beragam. Beberapa metode tersebut antara lain : pengobatan
herbal (dengan tumbuh-tumbuhan), pemijatan, pemberian megavitamin, ramuan
8
tradisional, energi penyembuhan, Homeopathy, hingga supranatural
(Mangoenprasodjo, 2005).
Pengobatan alternatif di Indonesia sering dijadikan pelengkap suatu
pengobatan. Artinya, pasien tetap melakukan pengobatan medis tetapi juga berusaha
melakukan pengobatan alterbatif. Selain itu tidak jarang pengobatan alternatif
menjadi pilihan utama suatu penyakit (Mangoenprasodjo, 2005).
Sedangkan pengobatan alternatif pada dasarnya dibedakan dalam 5 (lima)
katagori, yaitu :
1. Pengobatan Alternatif Menurut Agen Pengobatan
Pengobatan alternatif di dalam ensiklopedia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Terapi energi
Akupresur, akupuntur, shiatsu, do-in, shaolin, qigong, t’ai chi ch’uan, yoga,
meditasi, terapi polaritas, refleksiologi, metamorphic technique, reiki, metode
bowen, ayurveda, dan terapi tumpangan tangan.
2. Terapi fisik
Termasuk dalam terapi fisik yaitu di anatarnya masase, aromaterapi,
osteopati, chiropractic, kinesiology, rolfing, hellework, feldenkrais method,
teknik alexander, trager work, zero balancing, teknik relaksasi, hidroterapi,
floatation terapi, dan metode bates.
3. Terapi pikiran dan spiritual
Psikoterapi, psikoanalisis, terapi kognitif, terapi humanistik, terapi keluarga,
terapi kelompok, terapi aitogenik, biofeedback, visualisasi, hipnoterapi,
9
dreamwork, dance moment therapy, terapi musik, terapi suara, terapi seni,
terapi cahaya, biorhythms, dan terapi warna.
2. Pengobatan alternatif dari sistem pengorganisasian.
Sebagaimana yang disampaikan Yuda Turana (2005), pengelompokan jenis
layanan pengobatan tradisional di Inggris menggunakan standar pengorganisasian
yang dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu :
a) Kelompok yang paling terorganisasi dan teratur seperti akupuntur,
chiropractic, pengobatan dengan herbal,dll. Pengelompokan ini mempunyai
dasar penelitian.
b) Kelompok pengobatan alternatif yang membutuhkan penelitian lebih lanjut
namun sudah digunakan sebagai pelengkap dalam sistem pelayanan kesehatan
seperti hipnoterapi dan aromaterapi.
c) Kelompok pengobatan alternatif yang belum mempunyai data sama sekali
seperti terapi dengan kristal dan pendulum.
Sedang pada tahun 1998 Badan Konggres Amerika Serikat mendirikan The
National Centre For Complementary Alternatif Medicine (NCCAM) di National
Institut of Health untuk pengembangan penelitian mengenai pengobatan pelengkap
dan alternatif (complementary and alternative medicine) dengan misi yaitu
memberikan informasi yang dapat dipercaya kepada masyarakat mengenai keamanan
dan khasiat CAM. NCCAM mengelompokkan metode pengobatan alternatif menjadi
lima kategori yaitu :
10
a. Alternative medical system
Sistem ini berkembang sebelum ditemukannya metode pengobatan
konvensional misalnya pengobatan ala pengobatan oriental seperti Ayurveda
dan naturopaty.
b. Intervensi pikiran tubuh ( mind-body intervention)
Contohnya yaitu meditasi, hipnotis, berdoa, dan mental healting.
c. Biological based treatment
Meliputi metode pengobatan alamiah dan biologi seperti ramuan herbal
(tumbuhan), diet khusus, dan orthomeleciler remedies.
d. Manipulative and body-based method
Antara lain adalah chiropractic, dan osteopathic manipulative theraphy, terapi
pijat (massage teraphy).
e. Terapi energi
Terapi ini menggunakan tenaga (energi) yang berasal dari dalam dan luar
tubuh untuk mengobati penyakit contohnya biofield therapy (Qi Qong, Reiki,
dan terapi sentuhan) dan terapi bioelektromagnetik.
3. Pengobatan alternatif kategori battra menurut WHO
Menurut badan kesehatan dunia PBB yaitu WHO jenis pengobatan alternatif
yang dikembangkan dan dijadikan kajiannya dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
pengobatan berdasarkan herbal dan terapi berdasarkan prosedur tradisional.
Pengobatan alternatif herbal dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis
yaitu :
11
a. Herbal adalah penggunaan bahan asli tanaman seperti bunga, buah-buahan,
akar, atau bagian lain dari tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan.
b. Bahan-bahan tanaman termasuk jus segar, getah, minyak olahan, minyak asli,
resin, dan powder tumbuhan. Di beberapa negara material-material tumbuhan
tadi sudah ada yang diolah dengan prosedur yang dikembangkan masyarakat
lokal, penguapan, pemanggangan (roasting), pencampuran dengan madu (stir-
baking with honey), alkoholik, dan bahan lainnya.
c. Pengolahan herbal, yaitu pengolahan tumbuhan yang didasarkan pada produk
tumbuhan yang sudah diselesaikan, atau beberapa produk pengolahan
tanaman hasil dari ekstrasi, pelarutan fraksianisasi, purifikasi, konsentrasi atau
pengolahan fisikawi, dan biologi lainnya. Pengobatan ini termasuk
pengolahan yang dicampur dengan madu, alkohol, atau yang lainnya.
d. Produk tanaman terakhir (finished herbal products). Yang termasuk kedalam
jenis ini adalah pengolahan bahan tanaman baik dari satu atau lebih dari jenis
tanaman yang digunakan.
Sedangkan jenis pengobatan alternatif terapi dilandaskan pada prosedur
tradisional adalah terapi–terapi yang yang digunakan dengan teknik variasi, terutama
yang tanpa menggunakan medikasi misalnya akupuntur dan teknik-teknik yang
terkait chiropractic, osteopathy, manual therapies, qigong, tai chi, yoga dan terapi
fisik lainnya serta terapi mental, spiritual, atau terapi mind body.
4. Pengobatan Alternatif menurut Mengoenprasodjo-Hidayati
Menurut Mengoenprasodjo-Hidayati ada lima jenis pengobatan alternatif yaitu :
12
a. Terapi penyembuhan dengan pengobatan Cina
Pengobatan ini berasal dan berkembang di negeri Tiongkok kemudian
berkembangang di berbagai pelosok negeri di dunia dalam aneka bentuk.
Basis pengobatan ini dengan filsafat yang melihat manusia sebagai
mikrokosmos dari jagat raya dan dan secara inheren terhubung dengannya,
dengan alam dan seluruh kehidupan. Pengobatan ini dikelompokkan menjadi
lima yaitu pengobatan dengan herbal, akupuntur dan akupresur, moksibasi
atau pemanasan untuk jenis pengobatan khusus, diet dan nutrisi, serta tui na
atau pijat pengobatan cina.
b. Terapi pengobatan dengan spiritual healing
Terapi ini bisa disebut dengan terapi rohani dengan ciri utama yaitu walaupun
diakui ada biaya pengobatan yang mahal, namun jenis pengobatan ini
berupaya untuk pengobatan yang murah dan mudah. Selain itu cirinya yaitu
memiliki karakter keilmiahan nilai yang bisa dinalar sampai yang kategori
mistik.
c. Terapi alternatif dengan menggunakan sumber bahan dari alam
Jenis terapi yang termasuk kategori ini yaitu aromaterapi, terapi energi bunga,
terapi kristal, terapi lilin, terapi energi piramida dan helioterapi.
d. Pengobatan dengan memisahkan pembahasan antara pengobatan cina dengan
terapi penyembuhan dengan penekanan tubuh seperti terapi pijat,
refleksiologi, shiatzu, dan craniosacral terapi.
13
e. Terapi refleksi, ketenangan jiwa dan penyeimbangan misalnya meditasi, yoga,
terapi tertawa, dan hot stone massage.
5. Pengobatan alternatif Etnomedis
Menurut Anderson dan Foster (1986) menyebutkan bahwa salah satu ciri
pengobatan alternatif adalah menunjukkan identitas budaya bangsa (nasionalisme).
Berdasarkan sudut pandang ini, pengelompokan pengobatan alternatif dapat
dilakukan dengan menggunakan pengelompokan etnik atau nilai budaya misalnya
pengobatan Cina, pengobatan Arab, pengobatan Yunani. Selain merujuk pada
kebangsaan juga dirujuk pada identitas kepercayaan misalnya pengobatan Hindu,
pengobatan Islam, serta pengobatan yang berlandaskan pada nilai-nilai
kepercayaan/mistik.
Jenis metode pengobatan “CERAGEM” yang dimaksud peneliti dalam
penelitian ini adalah metode pengobatan alternatif dengan menggunakan pengobatan
berupa perpaduan dari pijat, kop, sinar infra merah, dan chiropractic yang
memadukan ilmu kesehatan dari Timur dan Barat, sehingga penelitian pengobatan
“CERAGEM” ini mencakup katagori pengobatan alternatif terapi fisik menurut
pengobatan altenatif
B. Pengertian persepsi
Terdapat beberapa pengertian tentang persepsi yang dikemukakan oleh para
ahli. Persepsi merupakan keseluruhan proses mulai dari stimulus (rangsangan)
yang diterima panca indera, kemudian stimulus diantar ke otak di mana ia
14
didekode serta diartikan dan selanjutnya mengakibatkan pangalaman yang disadari
(Maramis, 2006). Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkannya. Persepsi tersebut memberikan makna pada stimuli inderawi atau
sensori stimuli (Rakhmat, 2000).
Persepsi individu akan suatu objek terbentuk dengan adanya peran dari
perceiver, target, dan situation. Perceiver mendapat rangsangan dan melakukan
proses persepsi berdasarkan need, expectation, experience yang dimiliki perceiver.
Rangsangan yang diterima perceiver adalah target yang dapat berbentuk produk
maupun jasa (Peter, 2004).
Persepsi merupakan suatu proses aktif dari seleksi, pengorganisasian, dan
interpretasi terhadap suatu objek. Persepsi ditentukan oleh empat faktor yaitu:
Latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut dan berita
yang berkembang.
Jalaludin Rahmat (2000) juga mengartikan persepsi sebagai proses
pemberian makna dimana dalam proses tersebut akan menimbulkan hal baru atau
pemahaman baru dari obyek yang diterima. Obyek di sini dapat berupa informasi
internal atau penafsiran pesan. Selanjutnya persepsi merupakan proses untuk
memahami sesutau untuk membangun kesan dengan penginderaan individu,
sehingga dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap.
Berdasarkan dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi
adalah penerimaan stimulus dari suatu proses seleksi, pengorganisasian dan
15
interpretasi terhadap suatu objek yang timbul karena pengalaman, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dari penyimpulan informasi yang diterima.
Persepsi menentukan individu dalam pengambilan keputusan (termasuk
pengambilan keputusan menggunakan pengobatan alternatif). Persepsi juga
melibatkan beberapa peran yaitu receiver, target, dan situation yang akhirnya
terbentuk suatu persepsi individu, Sehingga dengan demikian persepsi juga dapat
diartikan sebagai pandangan atau daya pemahaman seseorang terhadap sesuatu.
Persepsi adalah pandangan, pengertian interpretasi seseorang terhadap
suatu obyek yang diinformasikan kepadanya, atau bagaimana orang memendang ,
mengartikan atau menginterpretasikan informasi itu dengan cara mempertimbang-
kan hal tersebut dengan keadaan dirinya dan lingkungan tempat ia berada.
C. Pembentukan persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
Proses pembentukan persepsi adalah sebagai pemaknaan hasil pengamatan
yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap
selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga
berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang
memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang
mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika
hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan
bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi
tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh. Pada fase
16
interpretasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu memegang peranan yang
penting (Setiabudi, 2005).
Manurut Azwar (2003) pengaruh faktor personal pada persepsi interpersonal
antara lain adalah sebagai berikut :
a. Pengalaman, seseorang yang telah mempunyai pengalaman tentang hal
tertentu akan mempengaruhi kecermatan seseorang memberi persepsi.
b. Kepribadian, pengalaman subjektif secara tidak sadar.
c. Motivasi, sering mempengaruhi persepsi interpersonal untuk
mempercayai sesuatu.
Pendapat lain diutarakan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses
memberi penilaian bagi individu, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal
adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut
(Notoatmodjo, 2003).
a. Faktor eksternal
1) Kontras: 2) Perubahan intensitas 3) Pengulangan: 4) Sesuatu yang
baru: 5) Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak
b. Faktor internal
1) Pengalaman/pengetahuan
Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor
yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang
17
diperoleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan
menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.
2) Harapan
Harapan terhadap sesuatu akan memperanguhi persepsi terhadap
stimulus.
3) Kebutuhan
Kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebut dapat masuk dalam
rentang perhatian seseorang, dan kebutuhan ini akan menyebabkan setiap
orang menginterpretasikan stimulus secara berbeda.
4) Motivasi
Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang dalam
menginterpretasikan stimulus.
5) Emosi
Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus
yang ada.
6) Budaya
Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan
menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda,
namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai
suatu hal yang sama. Inilah yang membentuk terjadinya stereotip.
Selain itu menurut Saparinah Sadli (1977 : 147) terdapat tiga faktor yang
dapat mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, yaitu :
18
1. Faktor psikologi
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di dunia dipengaruhi oleh keadaan
jiwa seseorang.
2. Faktor Keluarga
Keluarga sangat berpengaruh dalam pengembangan kepribadian anak. Orang tua
yang telah mengembangkan suatu cara khusus dalam memahami dan melihat
kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi yang diturunkan orang tua pada
anak-anak. Keluarga akan membentuk pribadi seseorang yang nantinya akan
berhadapan dengan komunitas yang lebih yaitu masayarakat.
3. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu
faktor yang kuat dalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang dalam
memandang dan memahami dunia ini.
D. Perilaku pencarian pengobatan
Penilaian individu terhadap status kesehatannya merupakan salah satu faktor
yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sehat jika individu mengganggap
dirinya sehat dan perilaku sakit jika merasa dirinya sakit (Sarwono, 2007).
Masyarakat dalam upaya pencarian pengobatan dihadapkan pada pilihan
metode pengobatan yang dikenal dengan sistem pengobatan medis dan sistem
pengobatan alternatif. Sistem medis diartikan sebagai keseluruhan dari pengetahuan
kesehatan, kepercayaan, keterampilan, dan praktek-praktek dari para anggota dari tiap
kelompok yang mencakup segala aktivitas klinik dan non-klinik, pranata-pranata
19
formal dan informasi serta segala aktivitas lain, yang dapat berpengaruh terhadap
derajat kesehatan kelompok tersebut dan meningkatkan fungsi dari masyarakat secara
optimal (Foster, 1986). Perilaku pencarian pengobatan pada umunya tergantung pada
apa yang dirasakan oleh masyarakat tentang sakit. Masyarakat dalam perilaku
pencarian pengobatan sangat sedikit berobat atas dasar tujuan kebugaran
dibandingkan karena sakit.
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmojo (2003), tentang beberapa
macam reaksi perilaku masyarakat dalam upaya pencarian pengobatan yaitu:
1. Tidak bertindak apa-apa (no action)
Terdapat beberapa alasan bahwa kondisi sakit yang demikian tidak
mengganggu aktivitas dan pekerjaannya. Mereka lebih memprioritaskan
pekerjaanya karena menganggap pekerjaanya lebih penting dan penyakit yang
dirasakan merasa tidak terlalu berbahaya. Selain itu karena alasan
keterbatasan biaya, dan jarak fasilitas kesehatan.
2. Mengobati sendiri (self treatment)
Disebabkan karena pengalaman dan pengetahuan yang dimilki untuk
melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat-obatan yang dianggap tepat
bagi mereka.
3. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan alternatif
Kebiasaan masyarakat pedesaan atau kota-kota kecil pada umumnya pertama
kali mencari pengobatan melalui pengobatan tradisional seperti klinik herbal,
20
dukun, atau ke orang pintar (paranormal). Hal ini menyangkut kepercayaan
dan tradisi setempat yang menjadi budaya ditiap daerah dan paling diminati.
4. Membeli obat ke warung atau toko obat (cheimist shop)
Cara yang praktis dengan membeli obat ke warung atau toko obat, biasanya
merupakan obat yang dijual bebas dan bersifat symptomatic (penekanan
gejala).
5. Berobat ke fasilitas pengobatan modern pemerintah maupun swasta (modern
health facillity)
Fasilitas yang berupa rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan.
6. Berobat ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter
praktik (private modern medicine)
Fasilitas pengobatan yang diselenggarakan oleh dokter umum maupun
spesialis. Fasiltas seperti ini pada umumnya digunakan oleh masyarakat
tingkat ekonomi menengah ke atas.
Seseorang yang merasa sakit dan mempunyai keluhan sesuai dengan gejala
klinis yang dialami, selajutnya tindakan yang diambil yaitu (Mulyadi, 2005) :
1. Mulai berusaha mengatasi keluhannya dengan mencari pengobatan dan atau
tidak mencari pengobatan tergantung persepsi tentang sakitnya.
2. Jika memilih pengobatan, apakah melakukan pengobatan sendiri atau ke
pelayan kesehatan.
3. Jika mencari ke pengobatan, apakah memilih ke pelayanan modern atau
alternatif.
21
4. Jika ke pelayanan modern apakah merupakan pemerintah atau swasta
Menurut Anderson (dalam Notoatmodjo, 2003) kategori utama dalam pelayanan
kesehatan yaitu:
1. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristics)
Menggambarkan bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan untuk
menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Sesuai dengan
karakteristik individu yang digolongkan menjadi 3 kelompok:
a. Karakteristik secara demografi, yaitu usia dan jenis kelamin.
b. Struktur sosial, yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras dan
sebagainya.
c. Manfaat kesehatan, yaitu keyakinan pentingnya pelayanan kesehatan
dapat menolong proses penyembuhan penyakit. Anderson juga
mengemukakan (dalam Mulyadi, 2005) bahwa:
1) Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan-perbedaan
karakteristik, di antaranya mempunyai perbedaan pola penggunaan
pelayanan kesehatan.
2) Setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial, mempunyai
perbedaan gaya hidup dan akhirnya mempunyai perbedaan pola
penggunaan pelayanan kesehatan.
3) Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan
kesehatan.
22
2. Karakteristik pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik pendukung mencerminkan bahwa meskipun mempunyai
predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, tetapi bergantung dari
sumber yang ada seperti kemampuan ekonomi (biaya) dan fasilitas
transportasi yang dimiliki maupun ketersediaannya sarana kesehatan tersebut
di masyarakat dan terjangkau.
3. Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Tingkat kebutuhan akan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh persepsi
individu terhadap berat ringannya penyakit serta kepercayaan akan
kemampuan fasilitas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya
melalui beberapa penilaian atau pertimbangan dari situasi. Dengan kata lain
kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada.
Ada beberapa pertimbangan dalam hal memilih pengobatan alternatif
diantaranya (Mangoenprasodjo, 2005):
1. Latar belakang kultural, karena perasaan nyaman dan keyakinan
sangat berperan bagi proses penyembuhan.
2. Tersedianya terapis atau fasilitas terapi di wilayah domisilinya.
3. Biaya terapi atau pengobatan yang terjangkau
Berdasarkan penjelasan di atas faktor pendorong pengobatan alternatif dalam
penelitian ini yang mendorong masyarakat untuk menjalani pengobatan alternatif
yaitu biaya yang terjangkau dan keamanan dalam penggunaan
23
E. Kerangka Teori
F. Kerangka Konsep
24
Biaya Fasilitas
KesehLatar belakang / Cultural Pengalaman
Jenis Kelamin Pendidikan Pengetahuan Kebutuhan Motivasi Emosi Budaya
Persepsi Pengobatan alternatif ceragem
Persepsi Pengobatan alternatif ceragem
Biaya Fasilitas
Keseh
Pengetahuan
Pengalaman
Demografi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam bentuk deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku orang-orang yang diamati.
Penelitian ini menggunakan model penelitian deskriptif dengan maksud untuk
memperoleh gambaran tentang persepsi masyarakat terhadap pengobatan
alternatif CERAGEM. Menurut Moleong, metode kualitatif, yaitu observasi atau
pengamatan, wawancara (interview) atau penelaahan dokumen. Metode ini
digunakan dengan pertimbangan bahwa metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-
pola nilai yang dihadapi. Model penelitian in juga dengan kegiatan pengumpulan
data yang terarah berdasarkan tujuan dengan pertanyaan-pertanyaan yang terlebih
dahulu ditentukan. Penelitian ini mengkaji seluruh aspek, tetapi membatasi pada
aspek yang terpilih (Sutopo, 1988 : 13).
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pasien yang melakukan
pengobatan di Klinik CERAGEM Purwokerto yang bersedia menjadi subjek
penelitian. Subjek penelitian adalah orang yang menggunakan pengobatan di
klinik pengobatan alternatif yang telah menjalani pengobatan. Sebagai informan
pendukung adalah 1 orang terapis dan 1 orang pakar kesehatan yang mengetahui
manfaat dan efek dari pengobatan CERAGEM.
25
Tehnik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah snowball sampling
yaitu sampel dengan hanya memilih informan yang dianggap tahu dan dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui secara
mendalam mengenai materi penelitian yang akan diteliti (Moleong,2006). Oleh
karena itu, peneliti memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya
untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara
mendalam dengan memanfaatkan kesempatan yang ada. Informan lebih kepada
pasien yang sudah menggunakan pengobatan CERAGEM ini berulang kali dan
yang dapat menjelaskan alasan mengapa dia menggunakan pengobatan ini dilihat
dari social budayanya.
Pemilihan informan ditekankan pada kualitas pemahamannya terhadap
masalah yang akan diteliti. Dalam pelaksanaan pengumpulan data, pilihan
informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti
memperoleh data. Proses pengumpulan data ini dilakukan hingga tidak lagi
ditemukan variasi informasi atau sudah terjadi replikasi perolehan informasi
(Sutopo, 1988).
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ditetapkan pada 2 tempat yaitu di Klinik Center
Ceragem Jln. Kol. Sugiri No. 41 A Purwokerto dan Klinik Pengobatan
CERAGEM Jln. Pramuka No. 155 Purwokerto. . Pemilihan lokasi yang kedua ini
karena Klinik Center Ceragem yang beralamat di Jln. Kolonel Sugiri No. 41A
Purwokerto terhitung mulai tgl. 31 Oktober 2011 telah berhenti membuka
26
prakteknya dan kemudian peneliti mengaloihkan lokasi penelitian ke Klinik
Pengobatan Ceragem di Jln. Pramuka No. 152 Purwokerto yang memberikan
pelayanan pengobatan CERAGEM yang sama yang menyediakan pengobatan
alternatif energi.
D. Sumber Data
Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti dari subjek penelitian. Sumber data primer ini adalah hasil dari
wawancara mendalam secara langsung terhadap subjek penelitian dan informan
pendukung. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari
dokumen yang berupa data jumlah dan profil pengguna pengobatan alternatif.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Wawancara mendalam (indepth interview)
Yaitu suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan bertanya langsung
kepada informan yang diarahkan pada permasalahan penelitian pada waktu
dan konteks yang dianggap tepat dengan tujuan agar memperoleh data yang
memiliki kedalaman sesuai yang diinginkan. Wawancara dapat dilakukan
berkali-kali sesuai dengan kepekaan peneliti tentang kejelasan masalah yang
akan diteliti. Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan secara ketat tetapi
dengan pertanyaan yang semakin terfokus pada permasalahan, sehingga
informasi yang masuk cukup terarah dan mendalam.
27
b. Observasi langsung atau partisipasi pasif.
Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Dalam
observasi peneliti akan terjun langsung melakukan pengamatan kelapangan
guna memperoleh data yang diinginkan. Sebagaimana yang dikatakan Sutopo
(1988) bahwa tehnik ini menggunakan pengamatan atau penginderaan
langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, dan proses atau prilaku.
c. Dokumentasi
Teknik ini berupa upaya penggalian informasi dari buku-buku atau dokumen
penting lainnya yang memuat data yang berkaitan erat dengan penelitian yang
sedang dilaksanakan> Kegiatan yang dilakukan peneliti di lapangan berkaitan
dengan penelitian ini ialah dengan mengumpulkan brosur dan buku-buku
yang membahas dan memuat informasi yang befrkaitan dengan pengobatan
CERAGEM ini.
F. Validitas Data
Faktor yang penting dalam penelitian kualitatif yang harus diperhatikan
adalah validitas data. Untuk mengetahui validitas data tersebut, penelitian ini
menggunakan model triangulasi data. Menurut Moeleong (2008 :330) triangulasi data
adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin
(dalam Moeleong, 2008 :330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik, dan teori.
28
Triangulasi metode dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dan pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moeleong, 2008 :331). Sedangkan
Triangulasi Penyidik berarti memanfaatkan penelitian untuk keperluan pengecekan
kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya untuk membantu
mengurangi penyimpangan dalam pengumpulan data (Moeleong, 2008 :331)
Triangulasi Teori disebut juga sebagai penjelasan banding. Dalam hal ini jika
analisis telah menguraikan pola hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul
dari analisis, maka penting sekali untuk mencari tema atau penjelasan pembanding.
Melaporkan hasil penelitian disertai penjelasan sebagaimana yang dikemukakan tadi
jelas akan meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh. Sedangkan
Triangulasi Sumber dilakukan dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan
dengan hasil wawancara dan kemudian membandingkan hasil wawancara dengan
suatu dokumen yang berkaitan.
Dalam penelitian ini, peneliti mempergunakan triangulasi sumber dalam
meningkatkan derajat kepercayaan data yang dihasilkan dalam penelitian, sehingga
terdapat hubungan erat antara teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu
wawancara, pengamatan, dan dokumen dengan validitas data yang dipergunakan.
G. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan baik ketika di lapangan
maupun setelah data dikumpulkan. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah.
29
Pengolahan dimulai dari hasil wawancara, observasi, kemudian mengedit dan
mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan. Hal ini sesuai dengan
model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992), yang juga
membagi pada 3 (tiga) komponen utama model interkatif tersebut, yaitu :
a. Reduksi data
Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstraksian, dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan, sehingga peneliti memilih dan memfokuskan data yang
relevan dengan permasalahan yang ada.
b. Penyajian data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
c. Penarikan kesimpulan
Kegiatan ini merupakan mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-
pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebuah akibat
dan preposisi kemudian mengikat lebih rinci serta mengakar lebih kuat.
Aktivitas ketiga komponen tersebut, berinteraksi sampai diperoleh suatu
kesimpulan. Bilamana kesimpulan kurang memadai karena ada kekurangan dalam
reduksi dan sajian data maka peneliti dapat menggalinya dalam fieldnote. Jika
fieldnote tidak ada atau kurang, maka dilakukan pencarian ulang data di lapangan.
dengan fokus yang lebih terarah. Dengan demikian, aktivitas analisis dengan
pengumpulan data merupakan siklus sampai selesainya penelitian.
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Klinik Pengobatan Alternatif CERAGEM di Purwokerto
Klinik pengobatan alternatif CERAGEM adalah klinik pengobatan alternatif
dengan menggunakan alat penghangat dengan metode pengobatan berupa perpaduan
dari pijat, kop, sinar infra merah, dan chiropractic yang memadukan ilmu kesehatan
dari Timur dan Barat. Ilmu kesehatan Timur maksudnya seperti kop yang sudah dipakai
sejak jaman dahulu dan sampai sekarang tetap mendapat pengakuan international.
Ilmu kesehatan Barat maksudnya seperti chiropractic yang saat ini sangat populer di
negara maju karena mampu memperbaiki syaraf serta memperbaiki struktur tulang
belakang.
Pengobatan Ceragem berdiri di Indonesia pada 1 Maret 2006 dengan nama
PT Inni CERAGEM, hingga kini dalam 5 tahun telah 110 center CERAGEM hadir
di Indonesia, termasuk di Purwokerto. Setelah center CERAGEM didirikan, maka
kemudian akan disusul dengan munculnya rumah-rumah CERAGEM yang dikelola
oleh perorangan atau pengoperasian CERAGEM untuk kalangan internal keluarga.
Tingginya minat masyarakat Indonesia terhadap terapi CERAGEM,
distributor alat tersebut sampai harus mengadakan festival di beberapa kota besar
seperti di Jakarta, Makassar, Bali, Surabaya, Medan, Solo, Batam dan Bandung.
Seperti yang terlihat pada Festival Akbar Ceragem di GOR Ciracas, Cijantung,
Jakarta Timur, pada Kamis 14 April 2011. Sebanyak 5.000 pengguna terapi
31
CERAGEM se-Jabotabek berkumpul untuk saling berbagi info tentang
pengalamannya menggunakan CERAGEM.
Pengobatan dengan terapi CERAGEM ini menyebar dengan cepat dari mulut
ke mulut, ada yang diajak teman, diajak saudara atau sekedar coba-coba. Terapi ini
diminati karena pasien tinggal datang saja ke pusat-pusat CERAGEM tanpa dipungut
bayaran alias gratis. Karena tidak dipungut bayaran, antrean para pasien yang ingin
berobat pun tidak bisa dihindari. Pasien kebanyakan datang setiap hari dan rela antre
untuk tidur di atas batu giok panas selama 30 menit. (www.inniceragem.com)
Hal yang serupa terjadi pula di Purwokerto, sejak Klinik Center CERAGEM
Purwokerto diperkenalkan sejak April 2009 yang beralamat di Jalan Kol. Sugiri
nomor 41 A, setiap hari didatangi pasien. Pengobatan alternatif CERAGEM
mempunyai jam praktek mulai dari pukul 07.30 sampai dengan pukul 16.00. Pasien
yang beobat ke klinik ini dilayani oleh 4 orang terapis dan 1 orang resepsionis.
Masalah biaya, pasien yang datang ke Klinik Center CERAGEM ini tidak perlu
khawatir karena mereka dibebaskan untuk biaya pengobatan, namun waktu tunggu
antrianya agak lama karena banyaknya pasien yang mengantri mulai dari klinik ini
belum buka.
Metode pengobatan CERAGEM di sini menjadi prioritas utama untuk
melakukan pengobatan bagi pasien-pasien yang berkunjung ke klinik ini. Banyak
pasien dari luar daerah Purwokerto yang datang untuk berobat ke klinik ini. Klinik
CERAGEM ini memiliki 38 tempat tidur dari awal buka, tetapi pada Desember 2010
terjadi pengurangan menjadi 30 tempat tidur.
32
Konsekuensi pengurangan tempat tidur tersebut, berakibat pelayanan
pengobatan juga berkurang dari 570 orang per hari menjadi 450 orang per hari,
dengan rasio 1 kelompok 30 orang. Pelayanan pengobatan untuk setiap kelompok
memerlukan waktu sekitar 30 menit. Setiap pasien tidak dibatasi berapa kali dia harus
datang berobat, bisa berobat setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing pasien. Bahkan saat peneliti melakukan pra survei
ke Klinik Pengobatan ”CERAGEM” Purwokerto ada pasien yang masih melakukan
pengobatan sejak klinik pengobatan ini dibuka April 2009 hingga saat ini. Adapun
keluhan pasien yang datang berobat beraneka ragam di antaranya adalah tekanan
darah tinggi, kepala pusing, kencing manis, haemoroid, sesak napas, pegal-pegal,
lumpuh, tumor, sakit lambung, dan nyeri lambung.
Selain Klinik CERAGEM Purwokerto yang beralamat di Jalan Kol. Sugiri
nomor 41 A tersebut yang berfungsi sebagai Center CERAGEM di Purwokerto
sebagai lokasi penelitian pra survey, telah pula bermunculan rumah-rumah
CERAGEM yang tersebar di kota Purwokerto, di antaranya rumah CERAGEM di
Jln Pramuka No. 155 yang juga menjadi lokasi penelitian untuk mengambil pasien
sebagai informan dalam penelitian ini. Mesin CERAGEM yang tersedia di rumah
CERAGEM ini hanya 2 buah dengan 4 tempat tidur. Di rumah CERAGEM ini pun
dipungut biaya pengobatan sebesar Rp 3.000,- sekali pengobatan dengan durasi
waktu sekitar 40 menit.
33
Tetapi keberadaan rumah-rumah CERAGEM ini hanya menyediakan empat
atau enam tempat tidur dengan memungut biaya dari pasien sebagai pengganti biaya
operasional yang relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat.
B. Proses Penelitian
Adapun proses penelitian dari awal pre survei sampai mendapatkan informan,
adalah sebagai berikut :
a) Survei Pendahuluan ke Klinik Pengobatan CERAGEM di Purwokerto
Survei pendahuluan dilakukan pada tanggal 17 Mei 2011 sampai 20 Mei 2011
dengan maksud untuk mengetahui secara dekat mengenai pengobatan dan
penggunaan CERAGEM.
b) Permohonan Ijin Penelitian Kepada Kepala Klinik CERAGEM
Permohonan ijin penelitian dengan nomor surat ijin penelitian
367/UN23.5.FKIK/PP.04.00/2012 dari FKIK UNSOED pada tanggal 08
Februari 2012 sebagai surat permohonan ijin penelitian kepada pihak klinik
pengobatan CERAGEM untuk dijadikan sebagai tempat penelitian bagi
peneliti. Pihak bersangkutan menyambut baik penelitian yang akan dilakukan.
c) Pelaksanaan Pengambilan Informan Penelitian
Kegiatan penentuan informan dilakukan pada lokasi penelitian yaitu di klinik
pengobatan CERAGEM, terletak di Jln. Pramuka No. 155 Purwokerto.
Data dan informasi dalam penelitian kualitatif harus ditelusuri seluas-luasnya
dan sedalam mungkin sesuai dengan variasi yang ada. Hanya dengan cara
demikian peneliti mampu utuk mendeskripsikan fenomena aktual yang diteliti
34
secara utuh. Oleh kerena itu, pemilihan informan dilakukan secara sengaja
kepada informan yang dianggap tahu dengan permasalahan yang akan diteliti
(purposif sampling) yakni mengambil informan dari pasien datang berobat
saat paneliti berada di lokasi klinik CERAGEM).
Dengan demikian, peneliti pada waktu tertentu berada di klinik CERAGEM
untuk mencari pasien sebagai informan penelitian. Jumlah informan dalam
penelitian ini sebanyak 6 orang dan dianggap sudah dapat mewakili untuk
memperoleh data yang penilti perlukan, semua informan merupakan pasien
pengguna pengobatan CERAGEM.
d) Pelaksanaan Wawancara Kepada Pasien
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dan instrumen terpenting
yang terdapat dalam penelitian kualitatif. Sehingga dengan metode wawancara
yang mendalam peneliti dapat mengetahui segala informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian. Selain itu untuk mendukung informasi yang diperoleh dari
informan, peneliti juga menggunakan metode observasi langsung dan
dokumentasi.
Metode observasi langsung merupakan teknik yang menggunakan
pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Sedangkan metode
dokumentasi, merupakan teknik yang berupaya untuk menggali informasi dari
dokumen yang memuat data yang berkaitan dengan penelitian yang
35
dilaksanakan. Pada saat informasi yang peneliti inginkan diperoleh dari
informan tidak lagi bervariasi, maka pada saat itu penelitian dihentikan.
e) Pelaksanaan Wawancara Kepada Terapis
Kegiatan wawancara kepada terapis dilaksanakan untuk melengkapi informasi
dan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Terapis merupakan informan
yang diambil dari orang yang dianggap mengetahui dan menguasai
pengoperasian mesin pengobatan CERAGEM dan yang secara otomatis pada
setiap hari akan berhubungan langsung dengan pasien yang datang berobat
dalam pengobatan CERAGEM.
Dari penjelasan di atas, disimpukan ada 4 tahap dalam prosedir penelitian ini
yakni survey pendahuluan mengenai permasalahan yang akan diteiliti, kemudian
mengajukan permohonan kepada pemilik pengobatan CERAGEM untuk mengadakan
penelitian di lokasi pengobatan dengan membawa surat ijin resmi dari FKIK Unsoed.
Setelah peneliti memperoleh ijin dari pemilik pengobatan CERAGEM, maka
mualilah peneliti melakukan penelitian dengan mewancareai informan pendukung
terlebih dahulu dan yang salah satu dari informan tsb sekaligus sebagai pemilik
pengobatan CERAGEM. Kemudian peneliti melakukan proses wawancara dengan
pasien yang datang yang kemudian ditetapkan sebagai informan utama.
C. Karakteristik Informan
1. Karakteristik informan utama
Dari pemilihan pasien yang diambil sebagai sampel dalam penelitian
ini telah diperoleh 6 informan dengan deskriptif informan sebagai berikut :
36
1. Informan pertama bernama Husein Jenis kelamin laki-laki,
usia 33 tahun pekerjaan pedagang. Telah lebih 1 tahun melakukan
pengobatan CERAGEM. dengan keluhan awal pusing, sulit tidur,
badan terasa capek.
2. Informan kedua bernama Astuti jenis kelamin pereempuan,
usia 49 tahun pekerjaan PNS. Pengobatan CERAGEM ini baru 1
bulan dilakukannya, dengan keluhan awal bahu kiri nyeri dan tangan
kadang-kadang kesemutan, kepala sakit.
3. Infomran ketiga bernama Susilo jenis kelamin laki-laki, usia
45 tahun, pekerjaan penggarap sawah. Keluhan awal daerah pinggang
kadang-kadang pegal dan jari-jari tangan keram.
4. Informan keempat bernama Wisnu jenis kelamin laki-laki,
usia 34 tahu pekerjaan swasta. Keluhan awal sering pusing, badan
terasa pegal-pegal.
5. Informan kelima bernama Suharti jenis kelamin perempuan,
usia 38 tahun pekerjaan ibu rumah tangga. Keluhan awal kaki kiri
sering keram/kesemutan, kepala bagian belakang sakit sampai bahu.
6. Informan keenam bernama Wanto jenis kelamin laki-laki,
usia 59 tahun pekerjaan purnawirawan POLRI, Keluhan awal sulit
tidur, kepala sering sakit, dan ada benjoilan di kaki sebelah kanan.
37
Demikianlah desktiptif singkat mengenai keenam informan yang ada dalam
penelitian ini. Adapun karakteristik keenam informan utama tersebut terlihat
dalam tabel 2 beikut ini :
Tabel 2. Karakteristik Informan Utama
No Inisial Usia Kelamin Pekerjaan Pendidikan
Alamat
1. HSN 53 th Pria Pedagang SMA Purwokerto
2. ATT 49 th Wanita PNS Sarjana Purwokerto
3. SSL 45 th Pria Petani SD Cilongok
4. WSN 34 th Pria Swasta SMA Purwokerto
5. SHT 38 th Wanita Ibu Rumah Tanagga SMP Kr Lewas
6. WNO 59 th Pria Pensiunan SMA Leduk
Sumber : data sekunder
Informan utama dalam penelitian ini merupakan pasien yang
mempergunakan pengobatan CERAGEM sebanyak 6 orang terdiri dari 4
orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Setiap informan mempunyai keluhan
penyakit yang berbeda.
Masing-masing informan memiliki latar belakang pendidikan yang
berbeda, ada yang mengenyam pendidikan hanya sampai SD dan SMA
bahkan ada yang mengenyam pendidikan sarjana.
2. Karakteristik informan pendukung
Di samping informan utama peneliti juga memgambil 3 orang, terdiri
dari 1 dokter dan 2 perugas yang mengoperasikan mesin CERAGEM tersebut.
38
Tiga orang ini sebagai informan pendukung dengan deskriptif informan
sebagai berikut :
1. Informan pertama bernama dr. A. Hilaluddin Mufti, pekerjaan
profesi sebagai dokter umum .
2. Informan pertama bernama Karso, pekerjaan karyawan hotel dan
sekaligus terafis pengobatan CERAGEM;
3. informan kedua bernama Nawawi, pekerjaan terapis sekaligus
pemilik mesin CERAGEM.
Demikianlah desktiptif singkat mengenai kedua informan sebagai
informan pendukung yang ada dalam penelitian ini. Adapun karakteristik
kedua informan pendukung tersebut terlihat dalam tabel 3 beikut ini :
Tabel 3 : Karakteristik Informan Pendukung
No Inisial Usia Kelamin Pekerjaan Alamat
1. AHM 28 th Pria Dokter Purwokerto
2 KRS 34 th Pria Karyawan Sokaraja
3 NWW 59 th wanita Pedagang Purwokerto
Sumber : data sekunder
Jumlah informan pendukung dalam penelitian ini adalah sebanyak 3
orang, informan pendukung yang pertama adalah seorang yang berprofesi
dokter, informan pendukung kedua sebagai terapis, dan informan pendukung
ketiga selain sebagai terafis juga sekaligu sebagai pemilik.
39
D. Hasil Penelitian dan Wawancara
1. Mekanisme Pengobatan CERAGEM
Pesatnya perkembangan dunia kesehatan membuat kita dapat memilih
alternatif dalam hal pengobatan yang tidak selalu menggunakan pengobatan modern.
Salah satu diantaranya adalah CERAGEM, salah satu teknik pengobatan efektif yang
memadukan teknologi canggih dunia kedokteran dengan pengobatan tradisional
warisan leluhur. CERAGEM merupakan pilihan alternatif yang menjembatani
antara teknologi barat dengan warisan pengobatan warisan leluhur. Kombinasi dari
dua dunia pengobatan itu diyakini menimbulkan sinergi yang ampuh membantu
kesembuhan. (Kabar Ceragem, 2009)
Berasal dari negeri ginseng, Korea, CERAGEM kini menjadi solusi alternatif
masyarakat Indonesia yang kerap bingung memilih cara menuju sembuh. CERAGEM
merupakan sebutan alat kesehatan yang menggunakan teknologi sinar infra merah
yang dipadukan dengan batu giok dalam balutan mesin berteknologi canggih. Ada 3
jenis CERAGEM yang dipasarkan di Indonesia, namun yang paling banyak
digunakan adalah CERAGEM Compact P390 yang bisa dibawa ke mana-mana
karena beratnya hanya 5 kg. Cara pakainya cukup mudah, tinggal memanaskan mesin
CERAGEM melalui listrik dan kemudian disalurkan ke batu giok. Batu giok yang
telah tersalurkan panas infra merah ditempelkan ke titik tertentu pada tubuh dan
untuk satu mesin CERAGEM.
40
Adapun bentuk mesin CERAGEM yang dieprgunakan untuk pengobatan
sebagaimana terlihat dalam Gambar 1berikut ini :
Gambar 1 : Mesin CERAGEM Untuk Peralatan Pengobatan CERAGEM
Sumber : Ruang praktek pengobatan CERAGEM
Dalam gambar 1 di atas terlihat ada dua unit peralatan untuk pengobatan
CERAGEM yang disebut dengan mesin CERAGEM. Setiap 1 unit mesin
CERAGEM dapat dipergunakan oleh 2 orang pasien sekaligus. Dua kabel yang
terdapat di depan mesin CERAGEM dimaksud akan menyalurkan panas inpra merah
ke Batu Giok
Adapun Batu Giok yang dimaksud sebagai alat pengobatan CERAGEM
seperti terlihat dalam gambar berikut ini :
41
Gambar 2 : Batu Giok Biji 9 Untuk Peralatan Pengobatan CERAGEM
Sumber : Ruang praktek pengobatan CERAGEM
Gambar 2 di atas memperlihatkan Batu Giok yang berjumlah 9. Dengan batu
giok yang berjumlah 9 buah tersebut akan memberikan tekanan pada tubuh pada 12
titik di daerah tulang belakang dan 3 titik pada perut. Sedangkan batu giok yang
berjumlah 3 buah khusus untuk pengobatan ambeien yang kemudian diletakkan pada
bagian anus. Adapun batu giok yang berjumlah 3 buah tsb. terlihat dalam gambar 3
berikut ini :
42
Gambar 3 : Batu Giok Biji 3 Untuk Peralatan Pengobatan CERAGEM
Sumber : Ruang praktek pengobatan CERAGEM
Dalam gambar 3 di atas, terlihat Batu Giok dengan biji 9 yang dipergunakan
untuk pengobatan penyakit ambeien. Pasien yang akan mempergunakan alat tsb.
adalah dengan cara duduk tepat di atas batu giok yang terletak di atas kursi. Batu giok
yang sudah panas ini akan menghantarkan panas ke anus. Penggunaan alat ini sekitar
5 dsampai 10 menit untuk satu kali pengobatan.
Selain mesin Ceragem 1 Unit, Batu Giok yang tersusun dalam dua bentuk
yaitu yang bejumlah 9 dan 3, maka dipergunakan juga satu tempat tidur untuk pasien
sebagaimana terlihat dalam ga, bar di bawah ini :
43
Gambar 4 : Tempat Tidur Pasien Untuk Pengobatan CERAGEM
Sumber : Ruang praktek pengobatan CERAGEM
Gambar 4 di atas, adalah tempat tidur yang dipergunakan pasien pada saat
pengobatan CERAGEM berlangsung..posisi pasien berbaring pada saat
mepergunakan pengobatan dengan Batu Giok yang berjumlah 9 buah. Bilamana
pasien mempergunakan pengobatan dengan Batu Giok yang berjumlah 3 buah maka
posisi pesien duduk.
Pengobatan CERAGEM bekerja melalui tulang belakang dan perut ini dengan
4 cara, yaitu:
44
1. Urut, penekanan pada tulang belakang yang berfungsi mengaktifkan syaraf
dan melancarkan peredaran darah sehingga mengoptimalkan kerja dan fungsi
organ tubuh..
2. KOP, titik-titik pusat syaraf pada tubuh yang sudah diteliti secara ilmiah yang
mampu mengaktifkan semua fungsi sel dan membantu menghasilkan darah
segar . Titik-titik ini penting untuk mencegah dan mengobati penyakit.
3. Sinar Infra Merah Jauh, merupakan sinar kehidupan, mengobati penyakit di
tubuh kita dengan melancarkan pembuluh darah..
4. Chiropractic, membetulkan tulang belakang yang bengkok dan bongkok serta
mengobati syaraf yang tertekan sehingga fungsi syaraf normal kembali..
Manfaat utama pengobatan CERAGEM mampu menyembuhkan beragam
penyakit. Seperti gangguan ginjal, kencing manis, sakit jantung, asam urat darah
tinggi, gangguan labung, stroke dan lain-lain. Selain itu, penyembuhan melalui
pengobatan CERAGEM tidak menimbulkan efek samping. Sekalipun terjadi reaksi,
hal itu merupakan kerja penyinaran sinar infra merah jauh yang menjadi bagian
prosesi dalam tubuh untuk memperbaiki diri.(Kabar Ceragem : 2009)
Adapun manfaat 12 titik kop yang ada dalam pengobatan CERAGEM,
sebagaimana yang tertera dalam tabel 4. berikut ini :
Tabel 4. : Jumlah Titik Kop dan Manfaatnya Dalam Pengobatan CERAGEM
No Titik Kop Manfaat Keterangan
1 Titik I Keseimbangan badan, asam urat, sakit Letak titik kop dan
45
ginjal, radang kandungan kemih, kelenjar prostat, ,kelelahan syaraf, dan sakit kepala
manfaat sama dengan titik IX
2 Titik II Gangguan usus, perut gembung, sembelit, dan diare.
3 Titik III Gangguan lambung, pankreas dan limpa4 Titik IV Gangguan paru, asma, sakit kuning dan
lever.5 Titik V Gangguan jantung, dan pengerasan arteri6 Titik VI Darah tinggi/rendah, nyeri pundak,
kesemutan tangan7 Titik VII Pendengaran kurang, amandel, kelenjar
gondok dan sakit kepala.8 Titik VIII Gangguan pusat gravitasi, lemah syaraf,
empyema, insomnia dan gangguan mata.9 Titik IX Keseimbangan badan, asam urat, sakit
ginjal, radang kandungan kemih, kelenjar prostat, ,kelelahan syaraf, dan sakit kepala
Letak titik kop dan manfaat sama pada titik I
10 Titik X Kencing manis, usus besar, sembelit, haid tidak lancar dan gangguan organ seksual.
11 Titik XI Pembengkakan kelenjar prostat, radang kandung kemih, lutu dan encok.
12 Titik XII Ambeien, sakit tulang ekor, sakit bagian bawah kaki
13 Titik XIII Kencing manis, gangguan usus besar dan lambung
14 Titik XIV Radang lambung, radang usus gemuk dan sakit kepala
15 Titik XV Sembelit, lemah sahwat, sakit perut dan haid tidak lancar.
Sumber : data sekunder
Seluruh tahapan prinsip dilaksanakan dalam waktu 30 menit. Dibagi menjadi
dua sesi, pertama sesi bagian tulang belakang serta pinggul dan kedua sesi badan.
Dengan pembagian 12 titik pada tulang belakang dan 3 titik pada perut diberi waktu
penekanan oleh giok. Pemberian sinar infra merah melalui batu giok tersebut tidak
46
dilakukan secara terus menerus namun berotasi dengan waktu jeda selama dua menit
per titik.
Adapun letak 15 titik kop pada pengobatan CERAGEM dalam tubuh manusia
sebagaimana terlihat dalam gambar berikut ini :
Gambar 5 : Letak 15 Titik Kop Pada Pengobatan CERAGEM Dalam Tubuh Manusia
47
Sumber : Data Sekunder
Gambar 5 di atas menunjukkan titik kop yang terdapat pada daerah btulang
belakang yang berjumlah 12 titik kop. Pengobatannya dimulai pada titik kop pertama
mengarah ke atas sampai titik kop kedelapan. Ttitk kop sembilan letaknya sama
dengan titik kop pertama dan dilanjutkan ke titik kop sepuluh sampai dua belas pada
daerah pinggang. Setelah selesai pengobatan pada titik kop bagian belakang
dilanjutkan pada daerah perut pada titik kop ketiga belas daerah pusar turun ke bawah
sampai titik kkp kelima belas di daerah kandung kencing.
Adapun posisi pasien pada saat pengobatan CERAGEM dibedakan dalam 3
posisi yang disesuaikan dengan titik kop yang akan diobati. Sebagaimana terlihat
dalam gambar berikut ini :
Gambar 6 : Letak Posisi Pasien Untuk Pengobatan 12 Titik Kop Pada Bagian Belakang
48
Sumber : Ruang praktek pengobatan CERAGEM
Gambar 6 di atas tefrlihat pasien dengan posisi tertelentang dengan Batu Giok
biji 9 tersebut berada di bawah terletak pada bagian tulang belakang yang disesuaikan
dengan titik kop. Pada posisi pasien seperti ini terdapat 12 titik kop yang akan
menerima hantaran panas dari batu giok, sebagaimana terlihat dalam gambar 4..
Adapaun posisi kedua sebagaimana terlihat dalam gambar 6 berikut ini
Gambar 7 : Letak Posisi Pasien Untuk Pengobatan 3 Ttitk Kop Pada Bagian Perut
49
Sumber : Ruang praktek pengobatan CERAGEM
Gambar 7 di atas terlihat pasien dengan posisi tertelungkup dengan Batu
Giok biji 9 tersebut berada di bawah terletak pada bagian perut yang disesuaikan
dengan titik kop. Pada posisi pasien seperti ini terdapat 3 titik kop yang akan
menerima hantaran panas dari batu giok, sebagaimana terlihat dalam gambar 4.
Adapun posisi ketiga sebagaimana terlihat dalam gambar 8 berikut ini :
Gambar 8 : Letak Posisi Pasien Untuk Pengobatan Dengan 3 Buah Batu Giok Pada Bagian Anus
50
Sumber : Ruang praktek pengobatan CERAGEM
Gambar 8 di atas terlihat pasien dengan posisi duduk dengan Batu Giok biji 3
tersebut terletak di bawah, tepatnya terletak pada bagian anus pasien yang berguna
untuk mengantarkan panas ke bagian anus yang sakit ambaien.
Pengobatan CERAGEM ini disarankan dilakukan pada setiap hari selama 3
minggu utnuk mengetahui perubahan yang dikeluhkan oleh pasien.Bagi yang merasa
sesuai dan ada perubahan penyembuhan tidak ada pembatasan penggunaannya.
2. Persepsi terhadap keberadaan pengobatan Ceragem
Media informasi baik media cetak atau media elektronik akhir-akhir ini sering
sekali mengangkat tema tentang pengobatan alternatif. Seperti majalah, radio, dan
televisi yang banyak menginformasikan pengobatan-pengobatan alternatif merupakan
salah satu sumber informasi bagi informan untuk melengkapi pengetahuan mereka
tentang adanya pengobatan alternatif, selain pengobatan medis yang selama ini
51
menjadi pengobatan formal bagi mereka. Bahkan sering terjadi metode getok tular
atau info dari mulut ke mulut sesama masyarakat untuk mengetahui trend apa atau
informasi apa yang sedang hangat terjadi di kehidupan masyarakat, salah satunya
seperti keberadaan pengobatan alternatif CERAGEM. Sebagian besar informan dari
penelitian ini menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang keberadaan pengobatan
alternatif CERAGEM ini dari masyarakat atau orang yang memang sudah terjun
langsung untuk memanfaatkan pengobatan CERAGEM ini, dan memang mereka
sama sekali belum memiliki pengetahuan tentang CERAGEM. Sebagaimana yang
dikatakan oleh salah satu informan SSL, sebagai berikut :
”Awalnya saya lihat di Center yang di jln. Kol Sugiri dekat rumah sakit elisabet mas, koq rame banyak yang antri akhirnya saya ikut-ikutan nyoba,dan sampe sekarang ini saya rutin”
Demikian pula apa yang dikatakan oleh ATT, sebagai beikut :
”pengobatan Ceragem ini awalnya saya dengar dari teman, katanya ada pengobatan baru dengan sistem alat penghangat tidak di Purwokerto dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.”
Penuturan ATT dan SSL di atas serupa dengan penuturan WSN di bawah ini :
”Saya ikut-ikutan teman mas yang sedang berobat, tapi akhirnya tertarik untuk nyoba dan sudah dua tahunan ini saya berobat walaupun center yang gratis bubar saya pindah ke sini ... mas di center di sini bayar engga seberapa tapi penyakit saya sembuh.”
Dari hasil wawancara dengan informan, dapat disimpulkan bahwa keberadaan
dan keikurtsertaan pasien awalnya hanya faktor coba-coba. Namun setelah mencoba
ternyata terasa berpengaruh terhadap kesehatannya, maka metode pengobatan
ceragem ini mereka teruskan.
52
Keberadaan klinik Center CERAGEM di Purwokerto hanya berlangsung
sekitar dua setengah tahun yaitu dari April 2009 sampat Nopember 2011, dan
kemudian membuka klinik Center CERAGEM di Kebumen. Meskipun demikian,
pasien yang sudah menjadi pasien Klinik Center CERAGEM tidak perlu hawatir akan
terputusnya pengobatan CERAGEM mereka. Karena seiring dengan kemunculan
Center CERAGEM tsb ada beberapa pasien yang membeli peralatan pengobatan
CERAGEM untuk dipergunakan dalam internal keluarga mereka. Selain itu, ada pula
yang diperuntukkan untuk kegiatan pengobatan umum dengan menarik biaya
sekedarnya untuk membantu biaya operasional, diantaranya membayar honor
operator (terafis) dan biaya listrik, sebagaimana yang diutarakan pemilik rumah
CERAGEM di Jln. Pemuda tsb NWW, sebagai berikut :
“Semula saya ikut berobat di Klinik Center Ceragem tidak tahan antri pasiennya bukan main banyaknya dan berobatkan sebaiknya tiap hari jadi memerlukan waktu juga, setelah rembukan dengan anak maka saya membeli peralatan Ceragemnya sekalian seharga sebelas juta tiga ratus ribu rupiah satu unit terdiri dari mesin Ceragem 1, 1 lempengan batu giok yang berjumlah 9, dan satu lempengan batu giok yang berjumlah 3 buah”
Selanjutnya NWW meneruskan penuturannya berkaitan keberadaan rumah
CERAGEM yang dikelolanya yang diperuntukkan untuk umum, sebagai berikut :
“setelah mendengar center Ceragemnya tutup, maka alat ceragem yang saya miliki saya peruntukkan untuk pengobatan umum sehingga bagi mereka yang sudah berobat di center dan ingin meneruskan pengobatan ceragem itu dapat saya bantu.. tetapi dengan penaroikan biaya untuk membantu biaya operasionalnya.. cukup terjangkau mas cuma tiga ribu rupiah sekali pengobatan”
Menyimak penuturan informan NWW sekaligus pemilik dan terafis dapat
disimpulkan bahwa keberadaan rumah-rumah CERAGEM bermula adanya
53
kepentingan pengobatan internal keluarga karena mampu mereka membeli perangkat
ceragemnya 1 unit. Kemudian berkembang menjadi pengobatan untuk umum guna
memfasilitasi masyarakat yang ingin melanjutkan pengobatan Ceragemnya. Selain
itu, ada juga pemilik CERAGEM yang memberikan pengobatan gratis kepada
pengguna CERAGEM, sebagaimana yang dituturkan oleh KRS, sebagai berikut :
“ada pasien pensiunan polisi yang struk setelah berobat ..sukur bisa sembuh, kemudian bapak itu membeli 1 unit Ceragem selain untuk mengobatai dirinya sen diri juga diperuntukkan untuk masyarakat sekitarnya tanpa ada pungutan biaya, katanya sih untuk sedekah mengingat penyakit struknya bisa sembuh”
Berdasarkan penuturan dari kedua informan pendukung di atas, telah
memperkuat pernyataan informan bahwa sebenarnya keberadaan pengobatan
CERAGEM di Purwokerto dimulai sejak dibukanya Klinik Center CERAGEM di
Jln. Kolonel Sugiri kemudian berlanjut pada rumah-rumah CERAGEM yang
dikelola perorangan.
Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi
masyarakat terhadap keberadaan pengobatan CERAGEM disambut baik sebagai
pengbobatan alternatif, yang mereka nilai lebih mudah dan murah dibandingkan
dengan pengobatan medis yang selama ini mereka lakukan. Sehingga metode getok
tular atau info dari mulut ke mulut sesama masyarakat atau faktor coba-coba sebagai
awal keikutsertaan pasien memanfaatkan keberadaan poengobatan CREGEM.
3. Persepsi terhadap manfaat pengobatan CERAGEM
54
Dari hasil wawancara menyebutkan bahwa informan mempunyai persepsi
yang positif terhadap pengobatan CERAGEM. Sebagaimana yang dikatakan oleh
SHT yang sudah menjalani pengobatan CERAGEM ini selama setahun, sebagai
berikut :
”Saya sudah berobat lebih setahun, semula saya berobat di center CERAGEM, tapi karna centernya tutup saya mencari tempat lain ketemu di sini sudah 1 bulan saya berobat disini, saya pikir pengobatan ceragem ini praktis tidak makan obat yang ada kimianya walau cuma perlu waktu setengah jam sekali pengobatan tapi pengaruhnya dengan kesehatan badan saya terasa........ enak mas bisa tidur nyenyak pegal-pegal hilang dan sakit kepala yang saya keluhkan sekarang hilang...”
Berkaitan dengan pernyataan SHTdi atas, informan lain WNO mengatakan
dengan hal yang senada :
”Ya mas saya baru 1 bulan datang ketempat ini kaki kiri saya ini kadang-kadang kesemutan, sekarang tidak terasa lagi memang hambatannya harus datang tiap hari tapi tidak apa ada buktinya...”
Pernyataan kedua informan di atas, didukung oleh ATT mengatakan sebagai
berikut :
”Pengobatan ceragem ini sama kalau kita diurut dan ada penghangatnya jadi di badan rasanya enak, murah cuma tiga ribu, sekarang sakit badan dan sakit kepala kurang...”
Atau pernyataan informan yang lain, SSL sebagai berikut :
”Sudah dua tahun berobat ceragem ini, karena manfaatnya besar saya rasakan mau aja saya jauh-jauh dari leduk kemari.”
Berdasarkan hasil wawancara informan di atas, menunjukkan bahwa persepsi
terhadap pengobatan CERAGEM ini positif dirasakan, bahkan dianggap aman
dibandingkan berobat ke medis. Menurut informan, mengkonsumsi obat-obatan yang
55
di dalamnya mengandung kimia selain akan menyembuhkan penyakit juga
mengandung efek samping yang dapat membahayakan organ lain. Sebagaimana yang
dikatanan oleh ATT :
”Ceragem ini aman dari bahan kimia dan tidak ada yang dimakan, lihat kalau kita makan tablet atau disuntik penyakitnya sih bisa sembuh tapi katanya mengandung bahan kimia hati-hati ginjal dan hati kita bisa kena penyakit, bisa gagal ginjal lah ... mas”
Persepsi tersebut muncul karena pengetahuan mereka tentang pengobatan
CERAGEM yang lebih baik dan lebih selektif terhadap sesuatu yang dapat
merugikan kesehatannya. Pengetahuan yang didukung dengan informasi-informasi
yang lengkap membantu mereka untuk mengambil kesimpulan dari berbagai
pengalaman yang ada. Pernyataan informan diatas juga diperkuat oleh informan
pendukung KRS, sebagai berikut :
”Sejak pengobatan ceragem ini dibuka untuk umum, pasiennya tidak pernah berkurang, malahan ada beberapa orang pindahan dari center ceragem .... bahkan ada yang sudah setahun dua tahun berobat di sini tiggal meneruskan pengobatannya..., alasannya meneruskan karena sudah cocok dengan pengobatan ceragem ada perubahan, dibandingkan ke puskesmas atau rumah sakit antrinya lama bayar mahal dan harus makan obat, ceragem tidak makan obat metodenya seperti dipijat dengan alat penghangat...”
Pernyataan KRS di atas, menggambarkan persepsi masyarakat tentang
pengobatan CERAGEM adalah pengobatan sejenis urut dengan alat penghangat yang
tidak membahayakan bahkan dapat membuat badan rileks, sehingga akan sangat
berkhasiat dan efek samping yang dihasilkannya sangat minimal. Mengenai persepsi
masyarakat di atas tentang pen dampak pengobatan CERAGEM terhadfap diri
papsien, sebagaimana dinyatakan oleh informan AHM, sebagai berikut :
56
”pengobatan dengan memanfaatkan arus panas seperti ceragem ini, efek samping yang dihasikan tidak begitu berbahaya paling terasa kulit pasien yang keseringan tersentuh mesin akan memerah dan dalam waktu lama akan terlihat seperi luka bakar’
Adapun mengenai khasiat langsung dari penggunaan mesin ini, dinyatakan
kembali oleh AHM :
”khasiat langsung pengobatan ini memang tidak langsung terasa, sebagaimana kalau kita makan obat. Karena produk ini motifnya juga bisnis jadi dalam promosi dagangnya seolah-olah berbagai macam penyakit dapaty teratasi hanya dengan penggonaan meisn ceragem ini. Padahal tidak begitu kenyataannya, hanya memberi stimulus atau rangsangan sehingga otot terasa lemas dan rileks. Sehingga keluhan pasien yang sebatas otot tegang dan sejenisnya memang dapat diselesaikan melalui pemanasan melalui memsin ceragem tersebut.”
Mengenai efek samping yang minimal yang dihasilkan dari pengobatan
ceragem ini menurut KRS, sebagai berikut :
”Ceragem ini dikeluarkan sudah melalui penelitian para ahli di korea selatan, dan kalau ada yang membahayakan kesehatan penggunanya, pasti ga diberi ijin oleh pemerintah..”
Pemahaman tentang informasi yang di dapat informan sebagai suatu persepsi
menghasilkan beberapa tujuan yaitu ingin kembali memakai suatu yang lebih aman
daripada harus betrobat ke pengobatan medis dengan maksud, ingin mengurangi efek
samping, mencari biaya yang lebih murah ketimbang pengobatan medis, dan mencari
pengobatan yang lebih mudah dan sederhana.
Tidak terjadinya dampak yang membahayakan pasien atas penggunaan mesin
CERAGEM ini, atau paling tidak selama ini terdengar keluhan pasien telah terjadi
malprakek, sehingga peneltiti menyimpulkan bahwa selama ini pemerintah seolah
57
tidak tahu menahu dan memberi kelonggaran kepada rumah-rumah CERAGEM
berdiri tanpa rekomendasi dari institusi terkait.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini idpergunakan dua jenis informan yaitu
informan utama dan informan pendukung. Informan utama yaitu informan yang
diambil dari pasien yang diambil sebagi sampel dari penelitian. Karakteristik
informan utama memiliki karakteristik yuang berbeda. Perbedaan dimaksud terlihat
dari latar belakang tingkat pendidikan yang dimiliki, mata pencaharian yang berbeda,
status sosial yang berlainan pula. Perbedaan karakteristik yang ada pada informan
tersebut, tentu akan sangat berguna bagi peneliti dalam mengorek keterangan dan
informasi yang diinginkan.
2. Mekanisme Pengobatan Ceragem
Banyak terapi alternatif yang digunakan orang menyembuhkan sakit dan dari
sekian banyak terapi tersebut, ada terapi CERAGEM yang dapat menyedot pasien
cukup banyak. Terapi CERAGEM adalah terapi alternatif yang menggunakan batu
giok Korea dengan teknologi infra merah. Pancaran sinar infra merahnya bisa
menembus dalam tubuh hingga 14 centimeter di titik-titik tertentu sehingga badan
terasa hangat.. Batu giok yang sudah panas nantinya akan berpindah ke bagian tubuh
lain yang belum panas. Inilah yang membuat peredaran darah pasien menjadi lancar.
Pasien jadi lebih nyenyak tidur sehingga punya kualitas tidur yang lebih bagus (Kabar
Ceragem : 2009).
58
Pengobatan CERAGEM ini dilengkapi dengan 2 alat, yaitu, pertama 1 mesin
yang disebut dengan mesin CERAGEM atau lebih lengkapnya CERAGEM Compact
CGM-P390, adalah sebuah alat terapi kesehatan yang menyalurkan kehangatan
melalui tulang belakang manusia berdasarkan titik-titik kop yang sudah ditentukan,
dan . kedua, batu giok yang berjumlah 9 buah dan berjumlah 3 buah. Untuk batu
giok yang berjumlah 9 buah akan memberikan tekanan pada tubuh pada 12 titik di
daerah tulang belakang dan 3 titik pada bagian perut, dengan waktu pengobatan
selama 2 menis setiap titik. Dengan demikian diperlukan waktu 30 menit pengobatan
untuk 15 titik yang ada.
Adapun mekanisme pengobatan Ceragem bekerja melalui tulang belakang
manusia dengan 4 cara, yaitu:
Pertama, urut – penekanan pada tulang belakang yang berfungsi
mengaktifkan syaraf dan melancarkan peredaran darah sehingga mengoptimalkan
kerja dan fungsi organ tubuh manusia. Kedua,. Kop – titik-titik pusat syaraf pada
tubuh yang sudah di teliti secara ilmiah yang mampu mengaktifkan semua fungsi sel
dan membantu menghasilkan darah segar yang baik. Titik-titik ini penting untuk
mencegah dan mengobati penyakit.. Ketiga, Sinar Infra Merah Jauh – merupakan
sinar kehidupan, mengobati penyakit di tubuh manusia dengan melancarkan
pembuluh darah.. Keempat, Chiropractice – membetulkan tulang belakang yang
bengkok dan bongkok serta mengobati syaraf yang tertekan sehingga fungsi syaraf
normal kembali Sedangkan batu giok yang berjumlah 3 buah dipergunakan untuk
59
pengobatan ambaien dengan pemberian tekanan pada bagian anus. Lamanya
pengobatan untuk satu kali pengobatan serlama 5 menit setiap hari szmpai paisen
merasa sembuh..
3. Persepsi Terhadap Keberadaan Pengobatan CERAGEM
Terdapat beberapa pengertian tentang persepsi yang dikemukakan oleh para
ahli. Persepsi merupakan keseluruhan proses mulai dari stimulus (rangsangan) yang
diterima panca indera, kemudian stimulus diantar ke otak di mana ia didekode serta
diartikan dan selanjutnya mengakibatkan pangalaman yang disadari (Maramis, 2006).
Pengalaman dari orang lain seperti kerabat dan teman yang menggunakan
pengobatan alternatif memberikan informasi yang dapat menimbulkan daya tarik
untuk mengikuti pengobatan yang sama. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Notoatmodjo (2005) bahwa : ”Pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan
faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh dan
pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya
perbedaan iinterpretasi”. Informasi-informasi tersebut dianggap oleh informan
merupakan sesuatu yang positif, seterusnya informasi yang terkumpul tentang
pengobatan CERAGEM akan ditafsirkan menjadi sebuah persepsi.
Berdasarkan hasil wawancara, informan mempunyai persepsi mengenai
pengobatan CERAGEM bahwa pengobatan tersebut merupakan pengobatan luar yang
,mempergunakan metode urut dan penghangatan serta tidak menimbulkan efek
samping dan ketergantungan. Sejalan dengan yang dikemukakan Mursito (2007),
60
pengobatan tradisional (urut, penghagatan) memiliki efek samping yang relatif lebih
sedikit dari pada pengobatan medis. Informan menganggap pengobatan CERAGEM
lebih aman karena pasien tidak perlu makan obat yang mengandung bahan kimia
sehingga dapat meminimalkan efek samping dan ketergantungan. Pernyataan tersebut
sejalan dengan pendapat Yeni (2000), bahwa banyak masyarakat yang menggunakan
pengobatan alternatif dengan persepsi pengobatan tersebut tidak ada efek samping
dan beranggapan pengobatan alternatif tsb. lebih baik dari pada pengobatan medis.
Persepsi yang muncul dari informan terjadi karena pengetahuan mereka
tentang keberadaan pengobatan CERAGEM relatif lebih selektif terhadap sesuatu
yang dapat merugikan kesehatannya. Pengetahuan yang didukung dengan informasi-
informasi yang lengkap membantu mereka untuk mengambil kesimpulan dari
berbagai pengalaman yang ada. Berbagai informasi dan pengalaman keluarga atau
teman tentang pengobatan CERAGEM yang dimiliki oleh para informan merupakan
sebuah rangsangan dalam pandangan positifnya terhadap pengobatan CERAGEM.
Seperti yang dikemukakan Puteh (2007) pengalaman dari orang lain menimbulkan
persepsi di tengah masyarakat sebagai awal keputusan menggunakan pengobatan
alternatif di luar pengobatan medis. Selain itu, pengetahuan yang dimiliki seseorang
merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang
diperoleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan
terjadinya perbedaan interpretasi (Notoatmodjo, 2005).
4. Persepsi Terhadap Manfaat Pengobatan CERAGEM
61
Berbagai batasan mengenai persepsi yang dikemukakan oleh para ahli
diantaranya oleh Rakhmat (2000) bahwa persepsi adalah : ”pengalaman tentang
objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkannya. Persepsi tersebut memberikan makna pada stimuli
inderawi atau sensori stimuli”. Sejalan dengan pengertian persepsi tersebut,
Saparinah Sadli (1977). Mengatakan bahwa :
”persepsi merupakan suatu proses aktif strategi yang memegang peranan bukan hanya stimulus yang mengenainya, tetapi juga dia yang sebagai keseluruhan dengan pengalaman-pengalamnnya dan sifat yang relevan terhadap stimulus tersebut. Persepsi terhadap suatu obyek akan ditentukan oleh kecendrungan untuk memberikan nilai-nilai tertentu sejauh mana obyek bernilai bagi dirinya”
Persepsi seseorang terhadap suatu obyek tidak dapat dilepaskan dari kerangka
pemikiran ataupun pengalamnnya karena persepsi merupakan suatu proses dalam
memahami mengenai hubungan-hubungan peristiwa, obyek-obyek sosial dengan cara
merasakan lewat pengalaman. Oleh karena itu, persepsi mengenai manfaat
pengobatan CERAGEM sangat ditentukan oleh pengalaman seseorang yang telah
menjalani pengobatan CERAGEM.
Hasil wawancara dari beberapa informan ditarik kesimpulan bahwa manfaat
pengobatan CERAGEM yang telah dirasakannya akan menjadi bahan informasi yang
disampaikan kepada orang terdekatnya. Orang lain yang menerima informasi
mengenai manfaat pengobatan CERAGEM memberikan persepsi yang positif
mengenai manfaat pengobatan CERAGEM. Hal ini yang mendorongnya untuk
mempergunakan pengobatan CERAGEM, atau kemudian persepsi yang dia tangkap
itu kemudian diteruskan kepada orang lain..
62
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan disimpulkan bahwa
pengobatan Ceragem ini termasuk pengobatan alternatif, karena di dalam pengobatan
tsb. terdapat peralatan yang disebut dengan mesin CERAGEM dan batu giok. Hal ini
sejalan apa yang diungkapkan oleh Mangoenprasodjo (2005) bahwa : ”pengobatan
alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau
bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern dan
dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap penobatan kedokteran modern
tersebut.”.
Pengalaman menggunakan pengobatan alternatif menurut Notoatmodjo
(2005), terdapat faktor yang dapat mempengaruhi proses memberi penilaian bagi
individu, faktor tersebut salah satunya adalah faktor eksternal. Faktor eksternal dapat
berupa pengalaman orang lain mengenai suatu hal. Pengalaman atau pengetahuan
yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam
menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Pengalaman menggunakan pengobatan
alternatif yang dirasakan orang lain memberikan informasi yang positif kepada
mereka. Sehingga memunculkan interpretasi terhadap informasi-informasi yang telah
didapatkan yaitu tentang pengalaman dalam penggunaan pengobatan alternatif yang
akhirnya tertarik untuk menggunakan pengobatan yang serupa.
Hasil wawancara menyebutkan, mereka menggunakan pengobatan
CERAGEM karena adanya pengalaman dari orang lain yang pernah menggunakan
pengobatan penghangat ini. Keberhasilan dalam pengobatan yang dirasakan orang
lain menjadi daya tarik untuk sekedar mencoba.. Pernyataan tersebut senada dengan
63
pendapat Mangoenprasodjo (2005), bahwa para pengguna pengobatan alternatif ini
mendengar keberhasilan penyembuhan alternatif dari orang yang baru dikenal,
keluarga, dan teman yang mungkin sudah mengalami kesembuhan dengan penyakit
yang serupa melalui pengobatan alternatif tersebut.
Selain persepsi positif mengenai manfaat pengobatan CERAGEM yakni dapat
menyembuhkan berbagai penyakit, informan juga berpendapat bahwa perasaan aman,
fasilitas yang tersedia cukup dengan biaya yang terjangkau yang mendorong pasien
mengunjungi klinik-klinik CERAGEM Pertnyataan informan tersebut sesuai
sebagaimana yang dikatakan oleh Mangoenprasodjo (2005): bahwa ada beberapa
pertimbangan dalam hal memilih pengobatan alternatif diantaranya, adalah :
a. Latar belakang kultural, karena perasaan nyaman dan keyakinan sangat berperan bagi proses penyembuhan.
b. Tersedianya terapis atau fasilitas terapi di wilayah domisilinya.c. Biaya terapi atau pengobatan yang terjangkau
Dengan demikian persepsi positif mengenai manfaat pengobatan CERAGEM
ditambah tersedianya fasilitas pengobatan dengan biaya yang terjangkau yang
mendororng pasien untuk melakukan pengobatan CERAGEM tersebut.
5. Pola Pemanfaatan Pengobatan CERAGEM
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pola pemanfaatan pengobatan
CERAGEM dengan sistem alternatif merupakan suatu upaya kesehatan yang berakar
pada tradisi yang sistem pengobatannya berbeda jauh dengan sistem pengobatan dan
penyembuhan ilmu. Pengobatan alternatif CERAGEM adalah pengobatan yang
memanfaatkan hawa panas.
64
Penyebab terjadinya peningkatan penggunaan pengobatan CERAGEM, salah
satunya karena adanya kegagalan penggunaan obat medis untuk penyakit tertentu di
antaranya kanker serta semakin luasnya akses informasi mengenai pengobatan
alternatif. Hal tersebut menciptakan pola pemanfaatan di masyarakat terhadap
penggunaan pengobatan alaternati termasuk diantaranya pengobatan CERAGEM
semakin luas. pola yang dimaksud adalah pola menentukan pilihan atas urutan
menggunakan pengobatan alternatif. Diantaranya pengobatan alternatif CERAGEM
merupakan pilihan yang pertama, pengobatan alternatif CERAGEM merupakan
pengobatan pendukung dari pengobatan medis, dan pengobatan CERAGEM
merupakan pilihan pengobatan setelah pengobatan modern.
Dalam hal ini, berdasarkan hasil wawancara masyarakat menggambarkan pola
pemanfaatan pengobatan alternatif CERAGEM bahwa sebagian informan
menyatakan pengobatan alternatif CERAGEM merupakan pilihan pengobatan setelah
medis yaitu setelah menggunakan pengobatan medis yang sudah dijalani sebelumnya.
Seperti penuturan dari WSN berikut ini.
“kata dokter saya kena ambeien, sudah diberi obat memang berhenti tidak lagi keluar darah kalau buang air tetapi per keluar darah”nah waktu hanya sesaat kalau kotorannya keras sakitnya kumat lagi dan dokter menyarankan untuk operasi, saya takut mas,, kebetulan saya dengar pengobatan CERAGEM ini dan sudah saya jalani pengobatannya hampir 2 tahun dan syukur ada perubahan, tidak lagi keluar darah”
Sedangkan WNO menuturkan penuturan yang serupa seperti di bawah ini:
“Pertamanya ke dokter, tahu sendirikan kita pasti diberi obat yang serba kimia dan reaksinya memang cepat sembuh tapi cepat kumat juga. Selain itu kalau di rumah sakit atau puskesmas pasti ngantri kan cukup
65
lama itulsah yang kemudian saya mencoba-coba kepengobatan ceragem ini”
Penuturan dariWSN dan WNO tersebut di atas, menggambarkan penggunaan
pengobatan alternatif CERAGEM merupakan pilihan pengobatan setelah medis.
Mereka sebelumnya pernah menggunakan pengobatan medis. Adanya kekecewaan
selama menggunakan pengobatan modern menjadi alasan untuk menggunakan
pengobatan alternatif. Hal ini dapat memperlihatkan bagaimana pola pengobatan
alternatif di luar pengobatan medis yang sudah lazim yang menjadi pilihan-pilihan
tertentu masyarakat dalam menjaga kesehatannya. Kenyataan tersebut juga
memperlihatkan status pengobatan altenatif yang masih diakui keberadaannya dan
dapat menjawab berbagai masalah kesehatan.
Tetapi berbeda dengan penuturan kedua WSN dan WNO di atas, informan
SHT menyatakan pengobatan CERAGEM merupakan pilihan pertamanya, yaitu
sebagai berikut
“Untuk sekarang ini pengobatan ceragem menjadi pilihan pertama saya,, terutama untuk penyakit yang saya rasakan sekarang ini tanpa ke dokter ternyatra di ceragem pun dapat sembuh”
Penentuan pilihan dalam menggunakan pengobatan alternatif CERAGEM
berdasarkan hasil dari wawancara diatas dipengaruhi oleh pengalaman dan
pengetahuan tentang CERAGEM. Hasil wawancara menghasilkan kesimpulan
bahwa pilihan menggunakan pengobatan CERAGEM merupakan pilihan setelah
medis karena mempunyai pengalaman berobat yang tidak memenuhi harapan dan
kebutuhannya. Biaya yang cukup mahal untuk menggunakan pengoabatan modern,
66
obat yang diberikan oleh pengobatan medern kurang begitu aman untuk kesehatan
tubuh, dan kekecewaan karena penyakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh. Itu
semua menjadi dorongan untuk menentukan pilihan alternatif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
67
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini diambil kesimpulan akan
beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
1. Mekanisme engobatan CERAGEM yaitu dengan cara mempergunakan alat
penghangat dengan teknologi infra merah. Dilengkapi dengan 2 alat, yaitu,
pertama 1 mesin yang disebut dengan mesin CERAGEM adalah sebuah alat
terapi kesehatan yang menyalurkan kehangatan melalui tulang belakang
manusia berdasarkan titik-titik kop yang sudah ditentukan, dan . kedua, batu
giok yang berjumlah 9 buah dan berjumlah 3 buah. Untuk batu giok yang
berjumlah 9 buah yang akan memberikan tekanan pada tubuh pada 12 titik di
daerah tulang belakang dan 3 titik pada perut, dengan waktu pengobatan selama
2 menit setiap titik setiap hari. Dengan demikian diperlukan waktu 30 menit
pengobatan untuk 15 titik yang ada. Sedangkan batu giok yang berjumlah 3
buah dipergunakan untuk pengobatan ambaien, dengan masa pengobatan
selama 5 menit untuk setiap hari. Masa penyelesaian pengobatan tidak
tervbatas, sampai pasien merasa sembuh.
2. Pengobatan CERAGEM bekerja melalui tulang belakang manusia dengan 4
cara, yaitu: Pertama, urut – penekanan pada tulang belakang yang berfungsi
mengaktifkan syaraf dan melancarkan peredaran darah sehingga
mengoptimalkan kerja dan fungsi organ tubuh manusia. Kedua,. Kop – titik-
titik pusat syaraf pada tubuh. Titik-titik kop ini penting untuk mencegah dan
68
mengobati penyakit.. Ketiga, Sinar Infra Merah Jauh, mengobati penyakit di
tubuh manusia dengan melancarkan pembuluh darah.. Keempat, Chiropractice
membetulkan tulang belakang yang bengkok dan bongkok serta mengobati
syaraf yang tertekan sehingga fungsi syaraf normal kembali.
3. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan positif terhadap pengobatan .
CERAGEM Informan mempersepsikan pengobatan alternatif adalah suatu
pengobatan alternatif yang menggunakan mesin dan alat penghangat dengan
biaya cukup terjangkau, tidak menimbulkan efek samping serta ketergantungan
bagi penggunanya. Informan mengetahui keberadaan pengobatan CERAGEM
berasal dari pengalaman dan pembicaraan orang lain. Keberhasilan dalam
pengobatan yang dirasakan orang lain menjadi daya tarik yang lain.
4. Berdasarkan data yang didapat, persepsi yang muncul dari informan terjadi
karena pengetahuan mereka tentang keberadaan pengobatan CERAGEM relatif
tidak merugikan kesehatannya. Pengetahuan yang didukung dengan informasi-
informasi yang lengkap membantu mereka untuk mengambil kesimpulan..
Berbagai informasi dan pengalaman keluarga atau teman tentang pengobatan
CERAGEM yang dimiliki oleh para informan merupakan sebuah rangsangan
untuk mempersepsikan bahwa keberadaan pengobatan CERAGEM positif dan
bisa untuk ditekuni pengobatannya.
B. Saran-saran
69
Ada beberapa saran yang dapat peneliti berikan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Mengingat rumah-rumah CERAGEM penyedia pengobatan CERAGEM terus
bertambah yang dikelola oleh peroranagan seiring dengan bertambahnya
pasien yang tertarik ke pengobatan CERAGEM ini, maka sebaiknya bagi
pemilik mesin CERAGEM yang ingin menerima pasien umum seyogyanya
harus mendapat ijin pembukaan praktek dari Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di mana dia berdomisili.
2. Rumah-rumah CERAGEM yang menerima pasien umum, sebaiknya
melakukan pendataan pasien dengan cermat dengan mempersiapkan kartu
kontrol bagi pasien yang di dalamnya berisi nama, umur, jenis kelamin,
tanggal lahir, pekerjaan, alamat serta keluhan penyakit yang dirasakan, serta
tanggal kunjungan pasien. Dengan demikian data yang akurat dapat
diperolkeh bila diperlukan.
3. Merebaknya pengobatan-pengobatan alternatif di tengah-tengah masyarakat
dewasa ini yang mempergunakan alat-alat tertentu di antaranya mesin
CERAGEM tsb. Oleh karena itu, setiap rumah-rumah CERAGEM yang
menerima pasien baik yang gratis maupun memungut biaya harus
memperoleh rekomendasi atau sureat ijin dari instansi pemerintah yang
berwenang.
DAFTAR PUSTAKA
70
Aji, Binar dan Shrimarty R. 2006. Faktor Predisposising, Enabling, Dan Reinforcing Pada Pasien Di Pengobatan Alternatif Radiesthesi Medik : The Indonesian Of Public Health. Vol 3. No 2 : 35-44
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta. Jakarta.
Azwar. 2003. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Beny, Dwi Ariyanto. 2008. Latar Belakang Masyarakat Dalam Penggunaan Jasa Pengobatan Tradisional Patah Tulang Sangkal Di Kabupaten Pemalang. Skripsi: Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. (online) http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/p/index/assoc/HASHb5d4.dir/doc.pdf. diakses bulan Maret 2011
Brannen, J. 2005. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif., Fakultas tarbiyah IAIN Antasari. Pustaka pelajar. Samarinda.
DepKes. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, Diektorat Jenderal Binkesmas, Departemen Kesehatan, Jakarta.
Foster and Anderson. 1986. Medical Anthropology. (UI-Press). Jakarta..
Herlina, Muria. 2001. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Jenis Pengobatan Alternatif pada Masyarakat Pengguna Pengobatan Alternatif di Kota Bengkulu. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. www.digilib.ui.ac. id. Diakses Oktober 2011
http://Petra Christian Universty Library/jiunkpe/s1/ikom/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-51403079-6648-smackdown-chapter3.pdf.Tentang Persepsi. diakses bulan Juli 2011
Huang & Hong. 1998. Alternative medicine- formulary evaluation in Asia. Medical Progress; June : 5 – 7.
Junaidi, Nasrun. 2008. Hubungan Status Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dengan Tingkat Kepuasan Pasien. Skripsi. Program Studi Kesehatan masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
71
Keumala, J, Ida. 2008. Penegakan hukum Terhadap dugaan tindak pidana malpraktik medik. (online) http://www.google.com/malpraktikmedis/. Diakses bulan Juli 2011
Mangoenprasodjo, Setiono dan Sri Nur Hidayati. 2005. Terapi Alternatif & Gaya Hidup Sehat. Pradipta. Yogyakarta
Maramis, WF. 2006. Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan.. Air Langga University Press. Jakarta.
Miles, M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press. Jakarta.
Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif . Remaja Rosdakarya. Bandung.
Mulyadi, Agus. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluarga Menggunakan Pengobatan Herbalis dalam Mengatasi Masalah Kesehatan di Desa Warujaya Parung Bogor. Tesis. (online)www.digilib.ui.ac. id. Diakses Agustus 2011.
Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Cetakan II, PT.Rosda Karya. Bandung.
Muzaham, Fauzi. 1995. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta
Notoatmodjo, Sukidjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.
_______________. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
_______________. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Peter, Pasla dan Desi Indah. 2002. Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap Spa Sebagai Sarana Perawatan Kesehatan, Kebugaran Dan Kecantikan. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra (online) http://puslit.petra.ac.id/journals/management/. Diakses bulan Agustus 2011.
Rakhmat, Jalaludin, 2000. Psikologi Komunikasi, Edisi Ketiga. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Risnadi, Riswan. 2010. Persepsi Masyarakat Tentang Pengobatan Alternatif Herbal di Purwokerto. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
72
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Shadli, Saparinah, 1977, Persepsi Sosial Mengenai Perilaku Menyimpang, Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, Dikti, Jakarta.
Sarwono, Solita. 2007. Sosiologi Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Setiabudi, 2005, Tinjauan pustaka persepsi, (0nline) http://www.damandiri.or.id/. Diakses 12 Februari 2011.
Stella, Olwin.O. dan Tjahjono Kuntjoro. 2006. Persepsi Pasien terhadap mutu pelayanan puskesmas kota yogyakarta. Program magister kebijakan dan manajemen pelayanan kesehatan - Univesitas Gadjah Mada. Yogyakarta. (on-line) http://www.pdf-search-engine.com/jurnalkepuasan- pasien-pdf. Diakses pada Februari 2011
Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.
Sukmana, O. 2003. Dasar-dasar Psikologi Lingkungan. Bayu Media dan UMM Press. Malang.
Sutopo, Heribertus. 1988. Pengantar Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar Teoritis dan Praktis, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Turana, Yuda. 2005. Seberapa Besar Manfaat Pengobatan Alternatif (online) http://www.medikaholistik.com. Diakses Agustus 2011.
Utarini. 2003. Menyajikan Data Penelitian Kualitatif . Artikel sesi 11, IKM FK UGM Yogyakarta.(online)http://www.google.co.id/datakualitatif/docstoc/document/artikelsesi11, diakses Agustus 2011.
Yeni. 2000. Mengobati Penyakit Dengan Cara Alternatif. Kuncarini. Yogyakarta.
Zulkifli. 2004. Pengobatan Tradisional Sebagai Pengobatan Alternatif Harus Dilestarikan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. USU Digital Library. (online) http://www.google.co.id/pengobatanalternatif/jurnal/usudigitallibery/ Diakses bulan Juli 2011.
www.banyumasnews.com. Diakses Juli 2011
73
KARYA TULIS ILMIAHPERSEPSI MASYARAKATVTENTANG PELAYANAN PENGOBATAN
CERAGEM DI PURWOKEETO
INTISARI
Karya tukis ilmiah ini berjudul :”Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Pengobatan CERAGEM di Purwokerto”. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive samplin. Melibatkan 6 informan utama dan 2 informan pendukung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai pengobatan CERAGEM dan pola pemanfaatan pengobatan CERAGEM Pengobatan CERAGEM merupakan pengobatan alternatif. yang mempergunakan alat penghangat dengan teknologi infra merah. Dilengkapi dengan 2 alat, yaitu, pertama 1 mesin yang disebut dengan mesin CERAGEM adalah sebuah alat terapi kesehatan yang menyakurkan kehangatan melalui tulang belakang manusia
berdasarkan titik-titik kop yang sudah ditentukan, dan . kedua, batu giok yang
berjumlah 9 buah dan berjumlah 3 buah. Untuk batu giok yang berjumlah 9 buah yang akan memberikan tekanan pada tubuh pada 12 titik di daerah tulang belakang dan 3 titik pada perut, dengan waktu pengobatan selama 2 menit setiap titik. Dengan demikian diperlukan waktu 30 menit pengobatan untuk 15 titik yang ada. Sedangkan batu giok yang berjumlah 3 buah dipergunakan untuk pengobatan ambaien, dengan masa pengobatan selama 5 menit untuk setiap hari... Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa informan mempunyai persepsi yang positif terhadap pengobatan CERAGEM yakni suatu pengobatan alternatif yang menggunakan mesin dan alat penghangat untuk tubuh bagian luar sehingga dirasakan, tidak ada efek samping, tidak ada ketergantungan bagi penggunanya dan dengan biaya cukup terjangkau, sehingga pasien merasa aman untuk mempergunakannya. Informan mengetahui keberadaan pengobatan CERAGEM berasal dari pengalaman dan pembicaraan orang lain. Keberhasilan dalam pengobatan yang dirasakan orang lain menjadi daya tarik tersendiri bagi pasien.
Kata kunci : Pengobatan, alternatif, persepsi, dan CERAGEM
74
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………. ii
PRAKATA ……………………………………………………………………….. iii
INTISARI ………………………………………………………………………… iv
ABSTRACT ……………………………………………………………………… v
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………... vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Masalah Penelitian ............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
A. Pengobatan Alternatif ....................................................................... 7
B. Pengertian Persepsi ........................................................................... 14
C. Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ...... 16
D. Perilaku Pencarioan Pengobatanm .................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 25
A. Metode Penelitian ............................................................................. 25
B. Subyek Penelitian ............................................................................. 25
75
C. Lokasi Penelitian .............................................................................. 26
D. Sumber Data ..................................................................................... 27
D, Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 27
F. Faliditas Data .................................................................................... 28
G. Metode Analisis Data ....................................................................... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 31
A. Gambaran Umum Klinik Pengobatan CERAGEM di Purwokerto .. 31
B. Proses Penelitian ........................................................................... 34
C. Karakteristik Informan ..................................................................... 36
D. Hasil Penelitian dan Wawancara ...................................................... 40
1. Mekanisme Pengobatan CERAGEM .............................
2. Persepsi Terhadap Keberadaan Pengobatan CERAGEM .........
3. Persepsi Terhadap Manfaat Pengobatan CERAGEM ..............
40
50
54
E. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 57
1. Karakteristik Informan ...............................................................
2. Mekanisme Pengobatan CERAGEM .........................................
3. Persepsi Terhadap Keberadaan Pengobatan CERAGEM ..........
4. Persepsi Terhadap Manfaat Pengobatan CERAGEM ...............
5. Pola Pemanfaatan Pengobatan CERAGEM ...............................
57
57
59
61
63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 67
A. Kesimpulan ....................................................................................... 67
B. Saran-saran ....................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 70
76
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Jumlah Pasien Klinik Pengobatan CERAGEM di Purwokerto Tahun 2010 ..................................................................................... 3
Tabel 2 Karakteristi Informan Utama …………………………………….. 38
Tabel 3 Karakteristik Informan Pendukung ……………………………… 39
Tabel 4 Jumlah Titik Kop dan Manfaatnya Dalam Pengobatan CERAGEM ..................................................................................... 45
77
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Mesin CERAGEM Untuk Peralatan Pengobatan CERAGEM …... 41
Gambar 2 Batu Giok Biji 9 Untuk Peralatan Pengobatan CERAGEM ……... 42
Gambar 3 Batu Giok Biji 3 Untuk Peralatan Pengobatan CERAGEM ……... 43
Gambar 4 Tempat Tidur Pasien Untuk Pengobatan CERAGEM .................... 44
Gambar 5 Letak 15 Titik Kop Pada Pengobatan CERAGEM, Dalam Tubuh Manusia …………………………………………………………... 47
Gambar 6 Letak Posisi Pasien Untuk Pengobatan 12 Titik Kop Pada Tulang Belakang ………………………………………………………….. 48
Gambar 7 Letak Posisi Pasien Untuk Pengobatan 3 Titik Kop Pada Bagian Perut ……………………………………………………………… 49
Gambar 8 Letak Posisi Pasien Untuk Pengobatan Dengan 3 biji Batu Giok Pada Bagian Anus ……………………………………………….. 50
78
SKRIPSI
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PELAYANAN PENGOBATAN CERAGEM DI PURWOKERTO
Oleh :
Syaziliasnur QudratGIA007111
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO2012
79
80