Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
USULAN KPAI UNTUK RANCANGAN UNDANG-UNDANG PENYIARAN
Disampaikan pada:Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan KPAI
Pada tanggal 24 Februari 2020
PRINSIP PERLINDUNGAN ANAK
HAK HIDUP DAN TUMBUH KEMBANG
NON DISKRIMINASI
KEPENTINGAN TERBAIK BAGI ANAK
PARTISIPASI ANAK
KEANGGOTAAN KOMISIONER KPAI PERIODE 2017 – 2022
Dr. Susanto, MAKetua
Komisioner Bidang Agama & Budaya
Rita Pranawati, MAWakil Ketua
Komisioner Bidang Keluarga
& Pengasuhan Alternatif
Ai Maryati Sholihah, M.SiKepala Divisi Advokasi Kebijakan
Komisioner Bidang Trafiking dan Eksploitasi
Jasra Putra, S.Fil.I., M. PdKepala Divisi Wasmonev
Komisioner Bidang Hak Sipil & Partisipasi
Hj. Margaret Aliyatul Maimunah, SS., M.Si
Kepala Divisi Kelembagaan
Komisioner Bidang Pornografi & Cybercrime
Putu Elvina, S.Psi., MMKepala Divisi Data & Informasi
Komisioner Bidang Anak Berhadapan
dengan Hukum
Retno Listyarti, M.SiKepala Divisi Mediasi
Komisioner Bidang Pendidikan
Dr. Sitti Hikmawatty, S.ST., M.PdKepala Divisi Kajian dan Telaah
Komisioner Bidang Kesehatan & NAPZA
Susianah Affandy., M.SiKepala Divisi Pengaduan
Komisioner Bidang Sosial & Anak dalam
Situasi Darurat
Trend Kasus Anak
RINCIAN TABEL DATAKASUS PENGADUAN ANAK BERDASARKAN KLASTER PERLINDUNGAN ANAK
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
TAHUN 2011 - 2019
NO KLASTER / BIDANGTAHUN
JUMLAH 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 Sosial dan Anak Dalam Situasi Darurat 86 75 238 183 167 236 286 302 240 1813
2 Keluarga dan Pengasuhan Alternatif 416 633 931 921 822 857 714 857 784 6935
3 Agama dan Budaya 83 204 214 106 180 262 240 246 166 1701
4 Hak Sipil dan Partisipasi 37 42 79 76 110 137 173 147 88 889
5 Kesehatan dan Napza 227 265 446 368 381 383 325 364 273 3032
6 Pendidikan 276 522 371 461 538 427 428 451 269 3743
7 Pornografi dan Cyber Crime 188 175 247 322 463 587 608 679 530 3799
8 Anak Berhadapan Hukum (ABH) 695 1413 1428 2208 1221 1314 1403 1434 1065 12181
9 Trafficking dan Eksploitasi 160 173 184 263 345 340 347 329 198 2339
10 Kasus Perlindungan Anak Lainnya 10 10 173 158 82 79 55 76 51 694
TOTAL 2178 3512 4311 5066 4309 4622 4579 4885 3664 37126
Data Masuk Pertanggal (5 November 2019), Pukul 18.00 WIB
Update Data : Tahun 2011 s/d Tahun 2019
RINCIAN TABEL DATA
KASUS PENGADUAN ANAK BERDASARKAN KLASTER PERLINDUNGAN ANAK
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
TAHUN 2011 - 2019
NO KASUS PERLINDUNGAN ANAKTAHUN
JUMLAH 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
3 Agama dan Budaya 83 204 214 106 180 262 240 246 193 1728
301 Anak Korban Konflik Agama dan Budaya 24 61 58 18 14 19 12 9 10
302Anak Korban Tayangan, Siaran dan PertunjukkanTidak Ramah Anak
39 113 120 64 113 168 138 144 136
303 Anak Korban Pengabaian Hak Agama 0 0 0 0 0 6 7 5 3
304 Anak Korban Pernikahan Di Bawah Umur 14 8 20 4 7 15 21 14 11
305 Anak Sebagai Korban Terorisme 0 0 0 0 0 0 4 10 2
306 Anak Korban Paham Radikalisme 0 0 0 0 0 0 5 15 2
307Anak Korban Kecelakaan Rekreasi dan PermainanBerbahaya
6 22 16 20 46 54 53 49 29
ATURAN INFORMASI LAYAK ANAKBERDASARKAN PERATURAN
PERUNDANGAN
UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
Pasal 10 Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangandirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan. “Pasal 56 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan
wajib mengupayakan dan membantu Anak, agar Anak dapat: a. berpartisipasi; b. bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan hati nurani dan agamanya; c. bebas menerima informasi lisan atau tertulis sesuai dengan tahapan usia dan
perkembangan Anak; d. bebas berserikat dan berkumpul;e. bebas beristirahat, bermain, berekreasi, berkreasi, dan berkarya seni budaya; danf. memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan.
“Pasal 67A Setiap Orang wajib melindungi Anak dari pengaruh pornografi dan mencegah akses Anak terhadap informasi yang mengandung unsur pornografi.
BAB X PERAN MASYARAKATPasal 721) Masyarakat berperan serta dalam Perlindungan Anak, baik secara perseorangan maupun
kelompok. 2) Peran Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang perseorangan,
lembaga perlindungan anak, lembaga kesejahteraan sosial, organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan, media massa, dan dunia usaha.
3) Peran Masyarakat dalam penyelenggaraan Perlindungan Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara: a. memberikan informasi melalui sosialisasi dan edukasi mengenai Hak Anak dan peraturan
perundang-undangan tentang Anak; f. menyediakan sarana dan prasarana serta menciptakan suasana kondusif untuk tumbuh
kembang Anak;g. berperan aktif dengan menghilangkan pelabelan negatif terhadap Anak korban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59; danh. memberikan ruang kepada Anak untuk dapat berpartisipasi dan menyampaikan pendapat.
BAB X PERAN MASYARAKATlanjutan Pasal 72
5) Peran media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melaluipenyebarluasan informasi dan materi edukasi yang bermanfaat dari aspeksosial, budaya, pendidikan, agama, dan kesehatan Anak denganmemperhatikan kepentingan terbaik bagi Anak.
6) Peran dunia usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui: a. kebijakan perusahaan yang berperspektif Anak;
b. produk yang ditujukan untuk Anak harus aman bagi Anak;
c. berkontribusi dalam pemenuhan Hak Anak melalui tanggung jawab sosialperusahaan.”
UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
BAB III ACARA PERADILAN PIDANA ANAKPasal 19(1) Identitas Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi wajib dirahasiakan dalam pemberitaan di
media cetak ataupun elektronik. (2) Identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi nama Anak, nama Anak Korban, nama
Anak Saksi, nama orang tua, alamat, wajah, dan hal lain yang dapat mengungkapkan jati diriAnak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi.
Pasal 61 (1) Pembacaan putusan pengadilan dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat
tidak dihadiri oleh Anak. (2) Identitas Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi tetap harus dirahasiakan oleh media massa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dengan hanya menggunakan inisial tanpa gambar. Pasal 97 Setiap orang yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
USULAN UNTUK RUU PENYIARAN
PRINSIP UMUM
Mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak
Mengutamakan hak hidup dan tumbuhkembang anak
Non diskriminasi
Mengikuti aturan regulasi yang berlaku
Menegaskan kembali fungsi televisi sebagai sarana hiburan sekaligus pendidikan
1. Seluruh aktivitas penyiaran dari hulu hingga hilir harus memiliki perspektif perlindungananak
a. Dalam hal hulu, didalamnya meliputi perencanaan produksi hingga proses produksi, harus memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak
b. Pekerja anak di media harus terlindungi hak-haknya
c. Pemberitaan dan tayangan terkait anak baik sebagai korban, pelaku, atau saksi harusmematuhi peraturan perundang-undangan.
d. Pemberitaan tidak boleh menampilkan identitas anak ABH, mulai dari area sekolah, lingkungan, dan orang-orang disekitarnya.
e. Jam tayang harus memperhatikan perlindungan anak baik anak sebagai penontonmaupun pelaku dalam industri media
f. Liputan soal bencana, khususnya korban anak, harus mengindahkan nilai-nilaikemanusiaan dan perlindungan korban
2. Dalam hal iklan promosi dan sponsorship diperlukan adanya:
a. Kuota iklan dan sponsorship maksimal 20% untuk semua bentuk iklan per hari
b. Pengaturan pelibatan anak dalam sebuah iklan sesuai dengan regulasi yang berlaku
c. Iklan harus mengikuti Etika Pariwara Indoensia, Undang-Undang Konsumen dan regulasilain yang terkait
3. Setiap satu stasiun televisi memiliki program anak yang sehat yang ditentukan porsinya olehKPI dengan menegaskan peran televisi sebagai media hiburan yang edukatif
4. Klasifikasi siaran diterapkan dengan ketat oleh Komisi Penyiaran Indonesia dan pelaksanaanimplementasinya oleh KPI
5. Terkait iklan yang mengandung zat adiktif, KPAI mengusulkan:
a. Kembali pada UU Nomer 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, pasal 46 ayat 3 poin b, yaitusiaran iklan niaga dilarang melakukan (b) promosi minuman keras atau sejenisnya danbahan atau zat adiktif.
b. Zero tolerance iklan rokok dan afiliasnya karena rokok merupakan zat adiktif
c. Pelarangan Iklan, Promosi dan Sponshorship oleh Tobacco Industry di semua media