Click here to load reader
Upload
yusro-bae
View
46
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Nama : Syirojuddin Zikri
NIM : 1 1 0 6 5 2 9
Jurusan : Pendidikan Teknik Mesin. S1 Otomotif
Mata Kuliah : Kurikulum dan Pembelajaran/KD 303
Dosen : Dr. H. Dadang Hidayat M., M.Pd
UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2012-2013
(Sumber Utama Jawaban UAS ini adalah : Ruhimat Toto, Dr.,M.Pd. 2009.
Kurikulum dan Pembelajaran).
JAWABAN
1. Karena dengan adanya kurikulum dalam pendidikan, akan dapat mengarahkan
pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan
pembelajaran secara menyeluruh serta kurikulum merupakan barometer atau
alat pengukur keberhasilan program pendidikan. Karena kurilulum
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan
b. Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut,
fungsi ini meliputi:
Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan
Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan
Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan program
pendidikan.
Bila pendidikan tanpa kurikulum, maka bisa dipastikan proses pendidikan
tersebuat tidak akan berjalan.
Tersedia : http://www.kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/pengertian-
kurikulum.html
2. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, karena
kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh
terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum
dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak
dapat dilakukan secara sembarangan, harus didasarkan pada hasil-hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak
didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan
pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap
kegagalan proses pengembangan manusia.
Kurikulum juga ibarat sebuah rumah yang harus mempunyai pondasi agar
dapat berdiri tegak, tidak rubuh dan dapat memberikan kenyamanan bagi yang
tinggal di dalamnya, pondasi tersebut ialah landasan-landasan untuk kuriulum
sebagai rumahnya, agar bisa memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi
peserta didik untuk menuntut ilmu dan menjadikannya produk yang berguna
bagi dirinya sendiri, agama, masyarakat dan negaranya.bila landasan
rumahnya lemah mka yang ambruk adalah rumahnya sedangkan jika landasan
kurikulum yang lemah dalam pendidikan maka yang ambruk adalah
manusianya. Oleh karena itu kurikulum dalam pendidikan perlu mempunyai
perhatian yang besar baik bagi pemerintah sebagai penanggung jawab umum
atau pihak sekolah yang turun langsung mengimplementasikan kurikulum
tersebut ke peserta didik, dengan berlandaskan pada filosofis, psikologis,
sosiologis dan organisatoris serta bersifat dinamis agar tujuan pendidikan bisa
tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Tersedia : http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/kajian-kurikulum/108-landasan-kurikulum
3. Landasan filosofis / Filsafat
Filsafat sebagai sebuah system nilai (value system) menjadi dasar yang
menentukan tujuan pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa pandangan
hidup atau sistem nilai yang dianggap baik dan dijadikan pedoman bagi
masyarakat akan tercermin dalam tujuan pendidikan yang harus dicapai,
karena kurikulum pada hakikatnya berfungsi untuk mempersiapkan anggota
masyarakat yang dapat mempertahankan, mengembangkan diri dan dapat
hidup dalam system nilai masyarakatnya sendiri.
Indonesia memiliki Pancasila sebagai system nilai yang menjadi pedoman
hidup bangsa, karena itu tujuan dan arah dari segala ikhtiar berbagai level dan
jenis pendidikan adalah membentuk manusia yang Pancasilais. Dengan
demikian isi kurikulum yang disusun harus memuat dan mencerminkan nilai-
nilai Pancasila.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama
halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran
filsafat, seperti: perenialisme, essensialisme, eksistensialisme, progresivisme,
dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa
berpijak pada aliran-aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap
konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Dari penjelasan diatas, maka bisa kita lihat bahwa aspek pengembangan
kurikulum yang membutuhkan landasan filosopis adalah aspek pandangan
hidup yang dijadikan pedoman atau system nilai dalam pembentukan manusia
menuju kearah yang lebih baik dan terarah.
Tersedia : http://willzen.blogspot.com/2011/12/landasan-filosofis-pengem- bangan.html
4. Agar tujuan kurikulum mempersiapkan anak untuk hidup dalam masyarakat
dapat tercapai, maka kurikulum bisa disusun dan dikembangkan berdasarkan
perinsip-prinsip berikut :
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
Kurikulum disusun dan dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik memiliki potensi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan potensi peserta didik
disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan tuntutan
lingkungan.
b. Beragam dan Terpadu.
Kurikulum disusun dan dikembangkan dengan memperhaikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjeng serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat,
serta status sosial ekonomi dan gender.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum disusun dan dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa lmu
pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, danoleh
karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk
mengikutidan memanfaatkan secara teapt perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
d. Releven dengan kebutuhan kehidupan.
Penyusunan dan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stkeholdersi) untuk menjamn relevansi
pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Olehkarena itu keterampilan
pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan
akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajia keilmuan dan mata pelajaranyang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambugan antar semua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat.
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudyaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal, dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan
manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum disusun dan dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan
naasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan Bineka Tunggal Ika dalam rangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Tersedia : http://www.sarjanaku.com/2012/01/dasar-dasar-pengembangan-ku rikulum.html
5. Penjelasan mengenai syarat-syarat suatu kurikulum : Relevansi, efesiensi dan
efektivitas :
a. Prinsip relevansi, Kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai dengan
tuntutan kebutuhan dan kehidupan peserta didik
b. Prinsip efisiensi, Berkaitan dengan perbandingan antara tenaga, waktu,
dana, dan sarana yang dipakai dengan hasil yang diperoleh
c. Prinsip efektifitas, Berkaitan dengantingkat pencapaian hasil pelaksanaan
kurikulum
Sedangkan menurut Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan, yaitu :
1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di
antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi
dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen
tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik
(relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan
masyarakat (relevansi sosilogis).
2. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan
kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain
yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
3. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan
kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara
kualitas maupun kuantitas.
Tersedia : http://seputar-sekolah-dasar.blogspot.com/2011/03/kuriku- lum. html
6. Perbedaan model desain kurikulum Subject centered dengan Problem centered
adalah :
Subject centered design atau yang lebih dikenal dengan desain kurikulum
yang berpusat pada mata pelajaran merupakan bentuk desain kurikulum yang
paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject
centered design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan
diajarkan. Desain kurikulum ini menekankan pada penguasaan pengetahuan,
isi, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu dan berupaya untuk diwariskan
kepada generasi berikutnya, maka desain ini disebut juga “Subject Academic
Curriculum”. Kurikulum ini terdiri atas sejumlah mata-mata pelajaran.
Terdapat tiga bentuk kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran, yaitu:
Subject matter design, disciplines design, dan broad-field design.
Sedangkan Problem centered design berpangkal pada filsafat yang
mengutamakan peranan manusia (man centered). Berbeda dengan learner
centered yang mengutamakan manusia atau peserta didik secara individual,
problem centered design menekankan manusia dalam kesatuan kelompok
yaitu kesejahteraan masyarakat. Konsep pendidikan para pengembang model
kurikulum ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk social
selalu hidup bersama dan seringkali manusia juga menghadapi masalah-
masalah yang harus dipecahkan bersama-sama. Konsep ini menjadi landasan
pula dalam pendidikan dan pengembangan kurikulum. Isi kurikulum berupa
masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik sekarang dan yang akan
datang. Kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan, kepentingan, dan
kemampuan peserta didik sekarang dan yang akan datang. Problem centered
design menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik. Ada dua
variasi model desain kurikulum ini, yaitu the areas of living design, dan the
core design.
Tersedia 1 : http://qnung.wordpress.com/2012/11/12/desain-kurikulum/.
Tersedia 2 : http://mahedewe.blogspot.com/2012/07/desain-kurikulum-pendi dikan-islam_17.html
7. Hierarki tujuan pendidikan dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi
adalah :
Bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia untuk menjadi anggota
masyarakat dunia. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut maka pendidikan
harus diarahkan agar setiap lulusan memiliki kompetensi dasar untuk
mengembangkan dirinya kearah tenaga kerja yang profesional, sesuai dengan
bidang-bidang lapangan kerja yang dikehendaki. Selain itu tujuan kurikulum
berbasis kompetensi adalah memandirikan atau memberdayakan sekolah
dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta
didik, sesuai dengan kondisi lingkungan.
Tersedia : http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2108670-tujuan-
kurikulum-berbasis-kompetensi/
8. Ada beberapa prinsip yang perlu dikuasai dan dikembangkan oleh guru dalam
upaya mengoptimalkan kegiatan pembelajaran yaitu :
a. Prinsip Perhatian dan Motivasi.
Perhatian adalah memusatkan pikiran dan perasaan emosional secara fisik
dan psikis terhadap sesuatu yang menjadi pusat perhatiannya. Perhatian
dalam proses pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting sebagai
awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Untuk memunculkan
perhatian siswa maka perlu kitanya disusun rancangan bagaiman menarik
perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya
faktor perhatian,maka dalam proses pembelajaran perhatian berfungsi
sebagai modal awal yang harus dikembangkan secara optimal untuk
memperoleh proses dan hasil yang maksimal. Seseorang yang memiliki
minat terhadap materi pelajaran tertentu,biasanya akan lebih insentif
memperhatikan dan selanjutnya timbul motivasi dalam dirinya untuk
mempelajari materi tersebut. Motivasi memiliki peranan yang sangat
penting dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi adalah dorongan atau
kekuatan yang dapat menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motivasi dapat dijadikan tujuan dan alat dalam pembelajaran,hal ini
berdasarkan bahawa perhatian dan motivasi seseorang tidak selamanya
stabil,intensitasnya bisa tinggi,sedang bahkan menurun,tergantung pada
aspek yang mempengaruhinya .Motivasi berhubungan erat dengan minat.
Siswa yang mempunyai minat lebih tinggi pada suatu mata pelajaran
cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih terhaddap mata pelajaran
tersebut akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi dalam belajar.
Motivasi dapat bersifat internal artinya muncul dari dalam diri sendiri
tanpa ada intervensi dari yang lain.
b. Prinsip Keaktifan.
Anak memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu,memiliki kemauan dan
keinginan. Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seorang
melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi
kegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran. Seseorang yang belajar
tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar hanya akan mungkin terjadi
apabila anak aktif mengalami sendiri. Dalam proses pembelajaran siswa
harus aktif belajar dan guru hanyalah membimbing dan mengarahkan.
Teori kognitif menyatakan bahwa belajar menunjukan adanya jiwa yang
aktif ,jiwa tidka sekedar merespon informasi namun jiwa mengolah dan
melakukan transformasi informasi yang diterima (Gage and
Berliner,1984:267
c. Prinsip Keterlibatan Langusng/Berpengalaman.
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap
individuharus terlibat secara langsung untuk mengalaminya. Pendekatan
pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung akan
menghasilkan pembelajaran lebih efektif sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa
secara langsung aktif melakukan perbuatan belajar hasilnya akan lebih
efektif dibandingkan dengan pendekatan yang hanya sekedar menuangkan
pengetahuan-pengetahuan informasi.
d. Prinsip Pengulangan.
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip
pengulangan dalam belajar antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar
yang dikemukakan oleh Edward L.Thorndike(1974-1949). Kesimpulan
penelitiannya telah memunculkan tiga dalil belajar yaitu “Law of
effect,Law of exercise adn Law of readiness” . Teori lain yang dianggap
memiliki kaitan erat dengan prinsip pengulangan adalah yang
dikemukakan oleh Psikologi Daya. Menurut Teori Daya bahwa manusia
memiliki sejumlah daya seperti mengamati,menanggapi,mengingat dan
lain sebagainya. Oleh karena itu menurut teori ini, belajar adalah melebihi
daya-daya dengan pengulangan dimaksudkan agar setiap daya yang
dimiliki manusia dapat terarah sehingga menjadi lebih peka dan
berkembang.
e. Prinsip Tantangan.
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang harus dicapai.
Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dihadapkan kepada sejumlah
hambatan atau tantangan,yaitu mempelajari materi atau bahan belajar.
Maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dengan
mempelajari bahan belajar. Implikasi lain dari adanya bahan belajar yang
dikemas dalam suatu kondisi yang menantang, seperti yang mengandung
masalah yang perlu dipecahkan,siswa akan tertantang untuk
mempelajarinya. Dengan kata lain pembelajaran yang memberi
kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep,prinsio-
prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan
menemukan konsep-konsep,prinsip-prinsip dan generalisasi tersebut.
f. Prinsip Balikan dan Penguatan.
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama
ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F.Skinner.
Kalau pada teori Conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya
sedangkan pada Operant Conditioning yang diperkuat adalah Responnya.
Kunci dalam teori ini adalah hukum “ Law Of Effect” dari Thorndike.
Menurutnya siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan balikan
yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.
Namun dorongan belajar itu tidak saja oleh penguatan yang
menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan ,atau dengan kata
lain penguatan positif maupun negative dapat memperkuat belajar. Balikan
yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan,melalui
metode-metode pembelajaran yang menantang,seperti tanya
jawab,diskusi,eksperimen,metode penemuan dan sejenisnya akan
membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan semangat.
g. Prinsip Perbedaan Individual.
Perbedaan Individual dalam belajar yaitu bahwa proses belajar yang terjadi
pada seriap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik
maupun psikis, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung
implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan
dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.
Untuk dapat memberikan bantuan belajar terhadap siswa,maka guru harus
dapat memahami dengan benar cirri-ciri para siswanya tersebut. Baik
dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan
tugas-tugas dan bimbingan belajar terhadap siswa
Tersedia : http://dety-06-education.blogspot.com/2012/11/prinsip-pembelajar-
an.html
9. Secara umum pola pembelajaran terbagi menjadi empat, yaitu:
1. Pola pembelajaran tradisional pertama.
Pola pembelajaran tradisional pertama adalah pola pembelajaran dimana
guru sebagai pusat dari informasi, dalam pola guru memiliki peranan yang
sangat besar dalam proses pembelajaran, siswa hanya sebagai pendengar.
Contohnya: Metode ceramah yang dilakukan guru saat kegiatan belajar
mengajar, dimana guru menerangkan pada siswa, sesuai dengan
pengetahuan yang guru tersebut ketahui, dan para siswanya mendengarkan
apa yang guru jelaskan.
2. Pola tradisional kedua.
Pola tradisional kedua dalam proses pembelajaran sudah digunakan media
sebagai alat bantu dalam menyampaikan informasi kepada siswa, pada
pola kedua ini guru sudah memanfaatkan media sebagai alat untuk
menyampaikan materi, misalnya guru menggunakan OHP, Flowchart,
Media Audio, proyektor dan lain-lain. Namun pada pola ini guru masih
dominan.
Contoh: Guru menerangkan mata pelajaran TIK, metodenya ceramah
hamper sama dengan pola tradisional pertama, cuma bedanya guru
menggunakan media dengan menunjukkan gambar yang telah disiapkan
oleh guru tersebut sebelumnya, gambar/slide persentase tersebut
ditunjukkan pada siswa menggunakan OHP atau proyektor dsb.
3. Pola pembelajaran guru dan media.
Pada poola pembelajaran guru dan media ini guru menyampaikan materi
kepada siswa dengan didampingi media. Dalam pola ini presentase guru
dan media adalah 50%.
Contoh: guru menerangkan mata pelajaran TIK, dan guru tersebut sudah
membuat presentasi mata pelajaran TIK sebelumnya. Dan guru tersebut
menunjukkan presentasinya dengan proyektor. Hanya dalam pola ini guru
tidak perlu terlalu menjelaskan tidak seperti pola-pola sebelumnya.
4. Pola pembelajaran bermedia.
Pada pola pembelajaran bermedia ini guru tidak lagi berperan sebagai
satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswa.
Akan tetapi siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media.
Contoh: Pada mata pelajaran TIK guru memerintahkan para siswanya
untuk membuat E-Mail, lalu guru tersebut memberikan tugas pada
siswanya dengan mengirimkan E-Mail, dan siswa dapat menjawab
pertanyaan dengan browsing di internet.
Keempat pola pembelajaran diatas pada hakekatnya bisa digunakan untuk
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Hal yang terpentinga adalah
bagai mana seorang guru mengembangkan desain tersebut dengan baik.
Tersedia 1 : http://www.slideshare.net/widawidiawati/kurikulum-dan-pembe-
lajaran-3575920#btnNext
Tersedia 2 : http://hendrosetiadiwiguna.blogspot.com/2012/01/model-model-
pembelajaran.html
10. Dalam adopsi inovasi paling tidak ada lima kategori perbedaan individu atau
kelompok yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Para pembaharu atau pioneer/perintis (innovators), yaitu mreka yang
paling cepat mengadopsi inovasi dalam masyarakat. Mereka tergolong
proaktif, termasuk dalam mencari ide-ide baru yang relevan, serta aktif
untuk menerapkan metode baru di dalam lingkungan sosialnya. Kelompok
ini presentasenya sangat kecil, hanya sekitar 2,5 % saja.
2. Para adopter awal (early adopters), yaitu orng-orang yang tergolong cepat
mengikuti kelompok inovator. Meraka adalah kelompok rasional yang
telah melihat beberapa perubahan kearah yang lebih baik. Kelompok ini
kira-kira hanya 13,5% saja dari total.
3. Para kelompok mayoritas awal ( early mayority), yaitu mereka termasuk
kelompok kebanyakan yang mau meniru cara baru apabila hal tersebut
telah benar-benar berhasil. Mereka tidak mau mengambil resiko, dan
cenderung mengadopsinya secara massal. Kelompok ini berjumlah kira-
kira 34%.
4. Kelompok mayoritas akhir (late mayority), yaitu kelompok massal yang
umumnya ragu-ragu terhadap pengetahuan baru. Mereka cenderung
skeptis, walaupun akhirnya mereka mau menerima juga inovasi tersebut
pada periode terakhir. Kelompok ini kira-kira 34%.
5. Adopter akhir ( late adopter), yaitu kelompok yag sangat skeptis , dan
senantiasa resisten terhadap perubahan. Mereka sangat tradisional dalam
berpikir, dan cenderung menolak dan mengadakan “perlawanan’ terhadap
inovasi yang ditawarkan. Kelompok ini kira-kira 16% saja.
Sumber : INOVASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN - Direktori File UPI. Tersedia : File.upi.edu/.../Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran