Upload
truongdan
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
3EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
50 Kelompok PunakawanBenang Kusut Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
34 NasionalKonferensi Nasional Pemberantasan Korupsi
Daftar IsiWilayah Perbatasan Indonesia
26 BERITA UTAMA
80 FigurPopong Otje Djundjunan
39 SELINGANPertahanan Berlapis-Lapis
Editorial .................................................... 04
Suara Rakyat ................................................... 06
Opini ................................................................. 07
Kaleidoskop 2015 ........................................... 10
Wawancara ...................................................... 30
Mata Pengamat ............................................. 48
Ragam ................................................................ 78
MPR sangat concern
dengan masalah perbatasan
karena di perbatasan
sangat rentan dengan
masalah baik keamanan
maupun kesejahteraan
(prosperity) masyarakat.
4 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 20154 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
Membangun Indonesia dari Pinggiran
INDONESIA adalah negara kepulauan
berada di tengah dua benua, Asia dan
Australia. Itu sebabnya Indonesia memiliki
wilayah perbatasan dengan banyak negara,
baik perbatasan di darat (kontinen) maupun
laut (maritime). Di darat, Indonesia ber-
batasan langsung dengan negara-negara
Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste.
Sedangkan di laut, Indonesia berbatasan
dengan 10 negara yaitu India, Malaysia,
Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina,
Republik Palau, Australia, Timor Leste, dan
Papua Nugini. Wilayah perbatasan laut pada
umumnya berupa pulau-pulau terluar yang
jumlahnya 92 pulau termasuk pulau-pulau
kecil.
Pada November 2015, Majelis Permusya-
waratan Rakyat (MPR) mengadakan kun-
jungan ke pulau terluar di bagian utara Indo-
nesia, yaitu Pulau Miangas. Kunjungan kerja
ke wilayah perbatasan merupakan agenda
rutin Pimpinan MPR. Kunjungan kerja itu
sudah dilakukan sejak MPR periode 2009 –
2014, diawali pada Oktober 2012 dengan
kunjungan ke perbatasan antara Indonesia
dan Timor Leste. Tahun-tahun berikutnya
Pimpinan MPR dan sejumlah anggota MPR
juga mengunjungi wilayah perbatasan
lainnya di antaranya Pulau Sebatik, Pulau
Natuna, Entikong, Pulau Rondo, Skouw
(Papua).
Seperti ditulis dalam laporan utama
Majelis edisi ini, kunjungan MPR ke daerah
perbatasan adalah untuk melihat secara
langsung kondisi masyarakat di perbatasan,
mengidentifikasi masalah di perbatasan dan
mencari solusi atau menangani masalah
tersebut. Sebab, daerah perbatasan sangat
rentan dengan masalah, baik keamanan
maupun kesejahteraan. Nasionalisme
masyarakat di daerah perbatasan bisa
tergerus. Padahal, salah satu pilar dalam
Empat Pilar MPR adalah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Karena itulah MPR
sangat concern dengan masalah
perbatasan.
Masalah di perbatasan Indonesia bukanlah
sesuatu yang baru. Sejak Indonesia merdeka
sudah muncul beragam masalah di wilayah
perbatasan. Banyak masalah di perbatasan
yang belum menemukan titik terang hingga
saat ini. Persoalan yang paling sering muncul
adalah sengketa perbatasan Indonesia
dengan negara tetangga yang berbatasan
langsung baik di darat maupun di laut.
Masalah lainnya adalah soal kesejahteraan
masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah perbatasan.
Misalnya, Badan Nasional Pengelola
Perbatasan (BNPP), seperti disebutkan dalam
laporan utama Majelis edisi ini,
mengidentifikasi banyak masalah di daerah
perbatasan, khususnya perbatasan Indone-
sia dan Filipina di pulau-pulau terluar seperti
Miangas, Sangihe, Marore, dan Tahuna.
Sedikitnya ada 10 masalah yang dihadapi di
antaranya keterbatasan sarana dan
prasarana transportasi dan infrastruktur
lainnya termasuk ketersediaan BBM dan
listrik, banyaknya warga negara Indonesia
yang menetap di Filipina yang tidak tercatat
(unreported citizen), sulitnya distribusi
kebutuhan pokok akibat ombak yang tinggi
pada bulan-bulan tertentu, kerusakan
lingkungan, keterbatasan air bersih dan
jaringan komunikasi, ketergantungan suplai
kebutuhan pokok dari Filipina.
Permasalahan lainnya di daerah
perbatasan terkait dengan keamanan dan
ketertiban, seperti penyelundupan, kejahatan
illegal logging, illegal fishing, human traf-
ficking, penyerobotan wilayah, kejahatan
narkotika dan obat terlarang, pencurian,
perampokan, pembunuhan, terorisme, dan
lain sebagainya. Permasalahan keamanan
ini juga perlu mendapat perhatian penuh
pemerintah.
Sebenarnya permasalahan serupa juga
dihadapi daerah perbatasan lainnya di Indo-
nesia. Pada umumnya daerah perbatasan
sangat minim infrastruktur fisik (jalan, listrik,
air bersih, komunikasi, transportasi) dan
sosial (pendidikan, kesehatan, ekonomi,
perdagangan). Dengan segala fasilitas yang
minim itu, kondisi masyarakat di wilayah
perbatasan pun tidak menjadi lebih baik.
Sebagian besar masyarakat di daerah
perbatasan bisa dikatakan di bawah garis
kemiskinan. Mereka lebih sering tertarik untuk
hijrah ke wilayah negara tetangga yang lebih
makmur.
Kenyataan di lapangan memang masih
jauh dari harapan. Padahal daerah
perbatasan merupakan pintu masuk suatu
negara. Karena itu, pemerintah perlu
memerhatikan secara serius wilayah
perbatasan. Pemerintah harus lebih
memperhatikan kebutuhan masyarakat di
5EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015 5
COVEREdisi No.12/TH.IX/Desember 2015
Kreatif: Jonni YasrulFoto: Istimewa
daerah perbatasan sehingga mereka tidak
terisolir dari dunia luar. Berbagai masalah
yang timbul di daerah perbatasan se-
sungguhnya karena kurangnya perhatian
dari pemerintah. Daerah perbatasan
seolah dianaktirikan.
Pemerintah memang sudah seharusnya
lebih memerhatikan daerah perbatasan bila
tidak ingin wilayahnya diklaim oleh negara
tetangga. Selama ini pemerintah bersikap
tidak peduli terhadap daerah perbatasan
namun ketika wilayahnya sudah diklaim
oleh negara lain, kita baru tersadar dan
berusaha merebut kembali. Kasus Sipadan
dan Ligitan yang akhirnya jatuh ke pihak
Malaysia menjadi pelajaran berharga
bagaimana perhatian pemerintah terhadap
daerah terluar Indonesia. Beberapa
daerah terluar juga terancam diklaim
negara lain, seperti Natuna. Kasus serupa
bisa muncul kembali jika Indonesia tidak
segera membangun daerah perbatasan.
Semua pihak terkait, stake holder,
seharusnya merawat daerah perbatasan
seperti merawat halaman depan rumah
kita. Selama ini kita menganggap daerah
perbatasan adalah halaman belakang rumah
yang seringkali diabaikan. Daerah
perbatasan dianggap remeh. Pemerintah
lebih memerhatikan daerah yang dekat
dengan pusat pemerintahan. Akibatnya,
pembangunan tidak merata. Daerah
perbatasan semakin tertinggal dibanding
daerah-daerah lainnya. Kesenjangan sosial
pun terjadi.
Masyarakat di daerah perbatasan tergiur
melihat kemakmuran masyarakat di
seberang batas. Negara tetangga seperti
Malaysia merawat dengan baik daerah
perbatasan. Pemerintah negara tetangga
menyediakan fasilitas dan infrastruktur yang
memadai di daerah perbatasan (jalan, listrik,
perumahan, air bersih, pendidikan, kesehatan,
pasar, dan lainnya). Kondisi masyarakat pun
relatif makmur. Maka tidak heran bila
masyarakat Indonesia di perbatasan dengan
Malaysia lebih memilih melakukan kegiatan
ekonomi, menimba ilmu, maupun bekerja di
negeri jiran tersebut. Bukan mustahil bila
masyarakat di daerah perbatasan lebih memilih
menjadi bagian dari negara tetangga
dibandingkan tetap menjadi bagian dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
MPR sangat mengkhawatirkan kondisi
seperti itu. MPR sangat concern dengan
nasionalisme masyarakat di daerah
perbatasan. Karena itulah, MPR membuat pro-
gram kunjungan kerja ke daerah perbatasan.
Dengan program ini, secara politik MPR
mendorong pemerintah pusat untuk lebih
memperhatikan daerah perbatasan dan
pemerintah agar segera membangun daerah
perbatasan. Dan, memang sudah seharusnya
pemerintah memperbaiki kondisi yang ada di
daerah perbatasan. ❏
PENASEHAT Pimpinan MPR-RI PENANGGUNG JAWAB Eddie Siregar, Selfi Zaini PEMIMPIN REDAKSI Ma’ruf Cahyono DEWAN REDAKSI
Yana Indrawan, M. Rizal, Aip Suherman, Suryani,Tugiyana, Siti Fauziah REDAKTUR PELAKSANA Purwadi KOORDINATOR REPORTASE
Rharas Esthining Palupi REDAKTUR FOTO Rades Rahardian, Budi Muliawan REPORTER Assyifa Fadilla, Y. Hendrasto Setiawan, Endah
Komala Sari, Idham C. Saputra, Magdalena, Diana FOTOGRAFER Ari Soeprapto, Teddy Agusman Sugeng, Wira, A. Ariyana, Agus Darto
PENANGGUNG JAWAB DISTRIBUSI Elly Triani KOORDINATOR DISTRIBUSI Elin Marlina STAF DISTRIBUSI Melissa, Alin, Suparmin,
Asep Ismail, Ramos Siregar, Dony Melano SEKRETARIS REDAKSI Wasinton Saragih TIM AHLI Syahril Chili, Jonni Yasrul, Ardi Winangun,
Budi Sucahyo, Derry Irawan, M. Budiono ALAMAT REDAKSI Bagian Pemberitaan & Hubungan Antarlembaga, Biro Hubungan Masyarakat,
Sekretariat Jenderal MPR-RI Gedung Nusantara III, Lt. 5 Jl. Jend. Gatot Subroto No. 6, Senayan, Jakarta. Telp. (021) 57895237,
57895238 Fax.: (021) 57895237 Email: [email protected]
6 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
Kami dengan senang hati menerima tulisan baik berupa ide, pendapat, saranmaupun kritik serta foto dari siapa saja dengan menyertai fotocopi identitas Anda.
ILUSTRASI: SUSTHANTO
Karikatur
Indonesia di Ambang Keruntuhan
Kepada Yth. Seluruh Anggota MPR RISaat ini Indonesia membutuhkan Pancasila
yang berpaham bagi seluruh lapisanmasyarakat. Dan, saat ini bukan tempat untukbermain bagi siapapun calon pemimpin yangtanpa paham arti Pancasila seutuhnya.
Kami tetap menghimbau bagi saudarakusudah saatnya kita mencari seseorang yangmemiliki jiwa Pancasila agar bisa membawakepahaman seluruh lapisan masyarakat,supaya lebih tahu dan mengerti ke-sejahteraan yang benar-benar dimiliki bagibangsa Indonesia yang sesungguhnya.
Sesungguhnya saat ini bangsa kita telahjenuh untuk memilih tokoh-tokoh calontauladan negara dan akhirnya membuatkerusakan moral masyarakat yang ber-gantungkan rupiah. Oleh karena itu, Indo-nesia akan tenggelam bila Anda selakuMajelis tanpa menelusuri siapa sesungguh-nya pemegang kendali Pancasila.
Hormat kami,Wahyudi
Ketua Umum Keluarga Besar PancasilaDesa Tawing Kec. Gondang
Tulungagung
Menyambut Hari Pahlawan
Yth. Pimpinan dan anggota Majelis.Sebagai turunan pejuang Perintis
Kemerdekaan RI, saya mengucapkanselamat Hari Pahlawan 10 November 1945-10 November 2015. Semoga Allah SWTmemberkati para Pahlawan RI mengharum-kan kuburnya dengan keharuman surgawi.Amien Ya Rabbil Alamin.
Allahu Akbar Allahu Akbar Hayya AlalFalah.
Tertanda
Tangrivolsa.
Jl. Tempirai 6 No 212, Blok 7
Perumnas Griya
Martubung,
Medan Labuan, Medan
Bagan Lembaga Negara
To MPR.Saya sebagai guru PKS di sekolah dasar
perlu mengetahui bagan lembaga negarayang resmi di Indonesia. Bisakah sayamendapatkan info tentang itu? Kalau MPR
tidak bisa memberikan tentang bagan itu,bisakah saya diberi info untuk cari di website/sumber mana? Terima kasih.
Maria YunitaMargorejo 4F/116
Surabaya
Telah Terima Majalah Majelis
Yth. Redaksi Majalah MajelisKiriman Saudara berupa Majalah Majelis
Edisi 08/Th IX/ Agustus 2015 sebanyak 3(tiga) eksemplar telah kami terima denganbaik. Untuk itu, kami mengucapkan terimakasih atas kiriman majalah tersebut.
Dr. Ir. A. Muslim, M.Agr.,Wakil Rektor IV Universitas
Sriwijaya, Palembang
Terima Majalah SECURE
Bagian Pemberitaan & Hubungan AntarLembaga Biro Humas, Setjen MPR RI, telahmerima kiriman 3 (tiga) eksemplar MajalahSECURE, majalah Jasa Raharja, edisi No-vember 2015. Kami mengucapkan terimakasih atas kriman majalah tersebut.
Bagian Pemberitaan @ HubunganAntar Lembaga,
Biro Humas, Setjen MPR RI.
Mendefinisikan Makna Kata Dasar
Bangsa ini perlu mengadakan musya-warah nasional untuk mendefinisikan maknakata “dasar.” Sekalian mendefinisikan maknadasar statis dan dasar dinamis-nyaPancasila. Sebab Bung Karno pernah bilang,kalau mau paham apa itu Pancasila dengansebenarnya, kita harus paham apa itu artidasar statis dan dasar dinamis-nyaPancasila.
Kalau belum jelas kepahaman makna katadasar serta apa itu dasar statis dan dasardinamis-nya Pancasila, lebih baik pastikandulu kejelasannya.
Mari kita langsung uji dengan perkataanyang sederhana mereka yang mereduksiatau menyempitkan Pancasila denganmenghargamatikan dasar ssebagai pondasiterkait dasar statis dan dasar dinamis.
Kalau dasar statis disebut pondasi statismasih masuk akal. Tapi kalau dasar dinamisdisebut pondasi dinamis inikan sangatamburadul!
Irwan HD
Gracia Residence
Graha Raya GR3/96
Tangsel
7EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
ISTIMEWA
Menanti
Janji Kampanye Jokowi
TAHUN 2015 telah berlalu. Ada senang,
ada sedih, ada keberhasilan, namun
juga ada kegagalan selama menjalani
2015. Semua akan menjadi pelajaran
berharga untuk menapaki tahun 2016.
Segepok asa sudah dipasang dan
ditargetkan untuk dapat dilaksanakan selama
2016. Semangat dan harapan baru menjadi
sepasang kekuatan untuk merealisasikan
semua keinginan.
Bagi bangsa Indonesia, perjalanan waktu
selama kurun 2015 begitu menegangkan. Ada
emosi serta amarah, namun juga ada
kebesaran jiwa serta kesabaran. Dari
berbagai bidang kehidupan, sektor politik dan
ekonomi, menjadi bagian yang paling banyak
menyita perhatian khalayak. Diikuti di
belakangnya oleh sektor hukum dan
olahraga.
Perseteruan Menteri Pemuda dan
Olahraga dengan pengurus PSSI
menyebabkan pentas sepakbola Indonesia
meredup. Indonesia mendapat sanksi dari
Federasi Sepakbola Dunia (FIFA), dan
membuat Indonesia kehilangan pentas
internasionalnya. Bahkan kompetisi yang
selama ini berjalan terpaksa dianggurkan,
lantaran tak mendapat izin dari pemerintah.
Di bidang ekonomi, pertumbuhan yang
berhasil dicapai tidaklah sebesar yang
ditargetkan. Faktor utama pertumbuhan
ekonomi dunia yang melambat, turut
berkontribusi terhadap kegagalan Indonesia
mencapai target pertumbuhan ekonominya
sendiri. Beruntung, ekonomi Indonesia masih
bisa bertahan, lantaran fundamental
ekonomominya terhitung bisa diandalkan.
Dibanding sektor ekonomi dan olahraga,
bidang hukum mengalami pasang surut yang
lebih ekstrim. Kriminalisasi terhadap pimpinan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
mampu menimbulkan tsunami kecil di tubuh
pemerintahan Jokowi -JK. Bahkan, pada
kasus tersebut Presiden terlihat terjepit
diantara para bawahannya. Sesuatu yang
seharusnya tidak perlu terjadi, karena
bagaimanapun, pimpinan Polri merupakan
bawahan Presiden.
Selain kriminalisasi, selama 2015 sektor
hukum juga mencatat terjadinya tindak pidana
korupsi oleh beberapa kader dan petinggi
partai. Hal ini seolah menegaskan bahwa
DPR dan Partai Politik memang sangat
berdekatan dengan tindak korupsi. Peristiwa
ini harus menjadi kritik serta koreksi, agar di
tahun 2016, tindak pidana korupsi oleh kader
partai bisa diminimalisir.
Selain berbagai peristiwa tersebut,
selama kurun 2015 juga terdapat sejumlah
peristiwa politik yang sangat mengheboh-
kan. Bahkan dibanding sektor yang lain,
politik masih mencatatkan diri sebagai sektor
yang paling gaduh dan menimbulkan
keresahan. Kegaduhan politik terbesar
selama 2015, tentu saja menyangkut
spekulasi perpanjangan izin PT. Freeport
yang berakhir dengan terjungkalnya Ketua
DPR dari kursi jabatannya. Kegaduhan
akibat PT. Freeport juga menyebabkan
munculnya bola panas hubungan
antaranggota kabinet Presiden Jokowi-JK.
Karena itu, pantas jika menutup 2015
banyak pihak yang berharap pada 2016 nanti
kegaduhan politik bisa diminimalisir. Kerja
bareng antara eksekutif dan legislatif bisa
ditingkatkan. Kegaduhan yang sempat
terjadi, baik antara eksekutif dengan DPR,
maupun menteri dengan menteri bisa diakhiri.
Ini penting karena akibat kegaduhan bidang
politik, kinerja dari anggota kabinet kerja
belum ada yang nampak mencapai hasil op-
timal.
Pada 2016 masyarakat tentu berharap
kerja pemerintah Jokowi-JK bisa lebih
menonjol dibanding 2015. Dan, yang lebih
penting lagi, janji-janji Jokowi selama masa
kampanye dulu sangat dinantikan oleh
masyarakat. Cukup sudah kegaduhan politik
terjadi selama ini. Kini saatnya memberi
kesempatan kepada Jokowi untuk bekerja.
Sehingga pada saatnya nanti setelah
periode kepemimpinannya usai, dia bisa
menjawab sejumlah pertanyaan dari
rakyatnya terkait janji kesejahteraan yang
pernah dia ucapkan. ❏
MBO
8 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
ISTIMEWA
Meneropong
Pelaksanaan Pilkada Serentak
PILKADA serentak tahap pertama pada
9 Desember 2015 telah berlalu.
Kekhawatiran yang sempat muncul
terkait kemungkinan munculnya keributan
karena sengketa ilkada tidak terbukti. Pesta
demokrasi pemilihan kepala daerah tersebut
berjalan secara aman dan damai. Hanya ada
beberapa daerah yang sempat mengalami
ketegangan, itupun tak sampai menimbulkan
keresahan.
Mudah-mudahan lancarnya pelaksanaan
pilkada serentak 9 Desember lalu, menjadi
pertanda baik bagi perkembangan demokrasi
Indonesia. Khususnya kedewasaan dan
sikap masyarakat menghadapi proses
pemilihan kepala daerah. Kalau ini benar,
diharapkan ke depan pelaksanaan
demokrasi Indonesia akan terus semakin
baik. Tidak ada praktik politik uang, tidak
terdapat manipulasi data, dan peluang
munculnya sengketa pilkada bisa
diminimalisir. Masyarakat pun berharap
pelaksanaan kehidupan berdemokrasi, bisa
berkontribusi dalam peningkatan
kesejahteraan.
Harapan dan dambaan seperti ini
merupakan sesuatu yang jamak. Untuk apa
kita membangun kehidupan demokrasi jika
rakyatnya malah jatuh miskin dan
terbelakang. Akan lebih baik jika biaya yang
digunakan untuk pelaksanaan pilkada itu
dipakai untuk pembangunan, terlepas
apapun bentuk pemerintahannya. Namun,
kalau pembangunan demokrasi diupayakan
dapat berkontr ibusi terhadap
kesejahteraan, tentu itulah yang diharap-
harapkan.
Suasana pilkada yang aman, kondusif,
dan damai, itu tak bisa dilepaskan dari
kiprah dan kerja keras Komisi Pemilihan
Umum (KPU). Terutama dalam
menegakkan aturan dan rambu-rambu
pelaksanaan pilkada. Selain itu, partisipasi
seluruh elemen masyarakat yang telah
berkontr ibusi terhadap lancarnya
pelaksanakan pilkada.
Pembatasan media kampanye oleh KPU
misalnya, membuat ketegangan antar
pendukung bisa diminimalisir. Kondisi
tersebut sangat bertolak belakang dengan
situasi ketika para kandidat dibebaskan
menggunakan peraga kampanye.
Bukt inya, saat peraga kampanye
dibebaskan, banyak pula ketersinggungan
yang terjadi diantara para pendukung. Ada
yang saling merusak, dan banyak juga
yang saling menghilangkan alat peraga.
Intinya, dari media kampanye saja,
pelaksanaan pilkada serentak ini telah
menunjukkan perbedaan tersendiri.
Ketegasan KPU mengatur jadwal
kampanye juga berkontribusi terhadap
jalannya pilkada yang aman. Penjadwalan
kampanye para calon berhasil
menghindarkan pertemuan para pendukung
di satu tempat atau waktu yang sama.
Sehingga, kemungkinan terjadinya konflik
antarpendukung bisa dihindarkan.
Intinya, sukses pelaksanaan pilkada
serentak tahap pertama, memberikan
pelajaran tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Baik kepada masyarakat, terlebih lagi bagi
pelaksana pilkada, yaitu KPUD. Kalaupun ada
kekurangan yang sempat menimbulkan
kegaduhan, itu masih bisa ditolerir, sepanjang
jalan keluar yang ditempuh sesuai rambu-
rambu yang mengaturnya.
Ke depan kita patut berharap pelaksanaan
pilkada serentak berikutnya dapat berjalan
lebih baik. Sehingga harapan untuk
menghadirkan pemerintahan daerah yang
lebih baik, bersih dan bisa menyejahterakan
rakyatnya akan terwujud. Semoga. ❏
MBO
9EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
ISTIMEWA
Pimpinan KPK
Pimpinan Baru Harapan Baru
POLEMIK panjang menyoal siapa yang
bakal menjadi pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK)
terjawab sudah. Itu terjadi setelah Komisi III
DPR resmi memilih lima nama pimpinan KPK
periode 2015-2019, Kamis, 17 Desember
2015. Kelima nama tersebut adalah Agus
Rahardjo, Brigjen Polisi Basaria Panjaitan,
Alexander Marwata, Saut Situmorang, serta
Laode Muhammad Syarif.
Munculnya kelima nama pilihan Komisi III
DPR RI ini rupanya tak lantas membuat puas
seluruh kelompok masyarakat. Sejumlah
keraguan menghampiri pimpinan baru KPK
ini, karena tidak ada satupun dari pimpinan
KPK periode sebelumnya masuk dalam
jajaran pimpinan baru. Selain itu kelima nama
yang terpilih tidak memiliki pengalaman dalam
penyelidikan korupsi.
Meski dibumbui oleh keraguan sebagian
kalangan, toh pelantikan terhadap kelimanya
tak bisa dihindarkan. Pada Senin (21/12) di
Istana Merdeka Presiden Jokowidodo
melantik kelima pimpinan KPK yang baru itu.
Bahkan terpilihnya seorang perempuan
menduduki jajaran pimpinan KPK adalah untuk
yang pertama kali ini terjadi selama KPK
berdiri.
Pesta kecil atau tasyakuran menyambut
terpilihnya lima pimpinan KPK itu memang
wajar dilakukan. Apalagi, beberapa saat
lamanya KPK harus diisi oleh para pelaksana
tugas pimpinan KPK. Ini terjadi setelah dua
pimpinan KPK terjerat kasus hukum,
sehingga harus legowo menanggalkan
jabatannya sebagai pimpinan KPK.
Tugas berat memimpin komisi anti rasuah
itu segera menjadi beban dan tanggung
jawab kelima pimpinan KPK terpilih. Karena
itu, menjadi tidak elok jika masih ada
sekolompok masyarakat yang meragukan
kualitas kelima pimpinan KPK terpilih. Lebih
baik memberikan dukungan agar mereka bisa
menyesuaikan diri dan bekerja dengan
cepat. Kalaupun benar ada kekurangan,
baiklah ditutupi dan dibantu
menyelesaikannya. Apalagi, ke depan akan
semakin banyak persoalan dalam bidang
penindakan kejahatan korupsi yang harus
dihadapi.
Beberapa catatan patut pula disampaikan
kepada para petinggi KPK. Meski atas nama
hukum, juga dukungan dari masyarakat,
namun KPK juga harus lebih bijaksana dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Cukup
sudah dua kali peristiwa “kriminalisasi” KPK
menjadi pelajaran berharga yang tak perlu
terulang lagi. Intinya, KPK harus lebih
cerdas, jangan sampai karena muncul
kegaduhan dalam menangani kasus
korupsi, akibatnya pelaku korupsinya malah
melenggang dengan bebasnya.
Yang pasti masyarakat punya logikanya
sendiri dalam melihat KPK. Masyarakat
yakin keberadaan KPK masih sangat
dibutuhkan. Komisi anti rasuah ini dinilai
berhasil menyelamatkan uang Negara dari
ratusan oknum yang melakukan tindak
pidana korupsi. Karena itu keberadaannya
harus dipertahankan.
Bahkan untuk mengefektifkan kinerjanya,
masyarakat percaya keberadaan KPK harus
diperkuat. Dalam pengertian, diperkuat
kelembagaannya, kemampuan anggaran-
nya, SDM-nya, serta perangkat hukum yang
mengaturnya. Karena itu kebijaksanaan dan
kecerdasan juga diperlukan bagi kalangan
eksekutif dan legislatif. Jangan sampai
upaya mereka meng-idealkan KPK berbuah
kegaduhan dalam masyarakat.
Kalaulah ada yang harus diluruskan dari
kinerja KPK selama ini, perlu dilakukan
dengan cara yang tepat. Jangan
sampai menimbulkan kecurigaan serta
kegaduhan yang hanya akan menyulut
perlawanan dari civil society. Karena
meluruskan yang bengkok-bengkok di tubuh
KPK itu harus dilakukan dengan jalan yang
tepat dan bijaksana. ❏
MBO
10 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
KALEIDOSKOP
2 0 1 5
Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni
1 Juni 2015 di “Bumi Bung Karno” Blitar
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
12 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
KALEIDOSKOP
2 0 1 5
TAHUN 2015
PARIPURNASIDANG
MPR14 Agustus 2015
16 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
KALEIDOSKOP
2 0 1 5
PERINGATAN
HARI KONSTITUSI18 Agustus 2015
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
18 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
KALEIDOSKOP
2 0 1 5
Putaran final dan Grand Final LCC MPR 2015 Jakarta
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
18 Agustus 2015
22 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
KALEIDOSKOP
2 0 1 5
Wakil Presiden IndiaDelegasi
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
24 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
BERITA UTAMA
ERITA UTAMAB
Membangun Indonesia dariDaerah Pinggiran
MPR sangat concern
dengan masalah
perbatasan karena
di perbatasan
sangat rentan
dengan masalah baik
keamanan
maupun kesejahteraan
(prosperity)
masyarakat.
MAJELIS Permusyawaratan Rakyat (MPR) sangat concerndengan daerah perbatasan. Pada November 2015, MPRmengagendakan kunjungan ke wilayah perbatasan, yaitu
Pulau Miangas, pulau terluar di utara Indonesia. Dalam kunjunganyang berlangsung pada 27 November 2015 itu delegasi MPR dipimpinWakil Ketua MPR E.E. Mangindaan. Ikut pula dalam rombongan iniKetua Badan Pengkajian MPR Bambang Sadono, Ketua Fraksi PKSMPR Tb. Soenmandjaja, Ketua Fraksi Partai Nasdem MPR BachtiarAly, anggota Fraksi Partai Gerindra Elnino M.H. Mohi, anggota FraksiPAN MPR Yasti Soepredjo Mokoagow dan para anggota kelompokDPD MPR, antara lain Stefanus Liow, Marhany Victor Polypua, FabianRichard Sarundajang, Benny Rhamdani.
Sebenarnya bukan kali ini saja MPR melakukan kunjungan ke daerahperbatasan. Program ini sudah menjadi agenda rutin Pimpinan MPR.Pimpinan MPR periode 2009 – 2014 beberapa kali mengadakankunjungan kerja ke daerah perbatasan yang dimulai pada tahun2012. Diawali Oktober 2012, delegasi MPR periode 2009 – 2014dipimpin Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid didampingi sebanyak23 anggota MPR mengunjungi tapal batas Indonesia dan Timor Lestedi Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kunjungan MPR ke
gerbang perbatasan Indonesia dan Timor Leste di Mota’ain,Kabupaten Belu, itu bertujuan melihat dari dekat kondisi masyarakatdi perbatasan kedua negara itu. Mereka menemukan kondisi wilayahperbatasan di NTT itu minim infrastruktur dan kesejahteraan.
Masih di tahun yang sama, tepatnya Desember 2012, MPR kembalimeninjau daerah perbatasan. Kali ini rombongan MPR yang kembalidipimpin Wakil Ketua MPR periode 2009 – 2014 Ahmad Farhan Hamidmelihat langsung persoalan masyarakat di wilayah perbatasan, yaknidi Pulau Sebatik. Ikut pula dalam rombongan itu Wakil Ketua MPRperiode 2009 – 2014 Lukman Hakim Saifuddin, serta Ketua Fraksi diMPR kala itu Jafar Hafsah (Partai Demokrat), Martin Hutabarat(Gerindra), Yasonna Laoly (Fraksi PDI Perjuangan), Tb Soenmandjaja(Fraksi PKS), serta beberapa anggota dari DPD.
Program kunjungan ke daerah perbatasan tetap berlanjut pada2013. Pada November tahun itu, delegasi MPR mengunjungi daerahterluar di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. RombonganMPR saat itu dipimpin Ketua MPR Sidarto Danusubroto beserta WakilKetua MPR Ahmad Farhan Hamid dan beberapa ketua fraksi antaralain Jafar Hafsah, Tb Soenmandjaja, Martin Hutabarat, dan ketuakelompok DPD Bambang Soeroso. Dalam kunjungan tersebut
Wilayah Perbatasan Indonesia
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
25EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
Pimpinan MPR melihat langsung persoalanmasyarakat di wilayah perbatasan,Kabupaten Natuna, yang berbatasanlangsung dengan negara tetangga sepertiVietnam, Malaysia dan Thailand.
Sebelumnya, pada April 2013, rombonganpimpinan MPR melakukan kunjungan keProvinsi Papua. Kunjungan delegasiPimpinan dan anggota MPR ke wilayah pal-ing timur di Indonesia itu adalah untuk melihatlangsung kawasan perbatasan denganmengambil titik di Skouw Papua. Ketuadelegasi, Ahmad Farhan Hamid danrombongan bertemu masyarakat di wilayahperbatasan Skouw. Di tempat itu, AhmadFarhan Hamid meminta warga negara Indo-nesia di wilayah perbatasan Papua danPapua Nugini itu untuk menjaga kebersamaandemi persatuan bangsa.
Pada April 2014, Pimpinan MPR bersama
22 anggota MPR menggunakan kapal perangKRI Teluk Celukan Bawang, mengunjungipulau-pulau terluar di Provinsi Aceh sebagaiwilayah perbatasan Indonesia dengannegara lain. Pulau terluar yang dikunjungiadalah Pulau Rondo, Pulau Aceh, PulauBreuh, dan beberapa pulau terluar lainnya.Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamidmengatakan, kunjungan Pimpinan MPR kewilayah perbatasan di Aceh ini merupakanupaya MPR melihat percepatan pem-bangunan dan kondisi masyarakat di wilayahperbatasan.
Agenda kunjungan ke wilayah perbatas-an diteruskan pada kepemimpinan MPRperiode 2014 – 2019. Hanya sebulan setelahPimpinan MPR dilantik pada Oktober 2014,tepatnya November 2014, MPR kembalimengadakan kunjungan ke perbatasan. Kaliini, Pimpinan MPR dipimpin langsung Ketua
MPR periode 2014 – 2019 Zulkifli Hasanmengunjungi perbatasan Entikong,Kalimantan Barat.
Setelah tiga helikopter yang membawarombongan Pimpinan MPR dan anggota MPRmendarat di Lapangan Patoka, KecamatanEntikong, rombongan langsung meninjau keborder atau pintu lintas batas (PLS) Entikongdan Inland Pord, Tebedeu Malaysia. Dalamkunjungan itu, Zulkifli Hasan didampingisecara lengkap semua wakil ketua MPR, yaituMahyudin, EE Mangindaan, Hidayat NurWahid, dan Oesman Sapta. Selain itu ikut hadir10 pimpinan fraksi dan kelompok DPD MPR.
Pada 2015 ini, Pimpinan MPR kembalimengagendakan kunjungan ke perbatasan.Dipimpin Wakil Ketua MPR E.E. Mangindaan,delegasi MPR merencanakan mendatangipulau terluar di utara Indonesia, yaitu PulauMiangas. Namun, sayangnya, kunjungan ke
26 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
BERITA UTAMA
Pulau Miangas urung dilakukan karenakendala cuaca dan ombak yang tinggi. Padabulan itu memang ombak sangat tinggi danair laut pasang. Kapal Ferry yang membawapenumpang menuju Pulau Miangas tidakberani melakukan perjalanan.
Akhirnya delegasi MPR hanya mengada-kan rapat bersama dengan jajaran peme-rintah Provinsi Sulawesi Utara dan beberapakementerian dan lembaga terkait, yaituKementerian Dalam Negeri, KementerianPerhubungan, Badan Nasional PengelolaPerbatasan (BNPP), Dirjen Imigrasi, DirjenBea Cukai, serta Forum Komunikasi PimpinanDaerah (Forkompinda) Provinsi SulawesiUtara. Rapat bersama yang berlangsung diBallroom Hotel Aryaduta, kota Manado, Jumat27 November 2015, itu membahas danmencari celah solusi dari persoalan wilayahperbatasan di Sulawesi Utara, khususnyadi Pulau Miangas.
Dalam rapat itu, E.E. Mangindaanmenyebutkan, pembahasan soal daerahperbatasan sangat penting. “Mengapa MPRsangat concern dengan masalahperbatasan? Sebab, dalam Empat Pilar MPRada satu pilar yang sangat krusial, yakniNegara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).NKRI adalah harga mati. Kita tidak mau adapotensi masalah dengan pulau terluar kita.Pulau terluar sangat rentan dengan masalahbaik soal batas negara juga masalahkecemburuan masyarakat perbatasandengan negara tetangga sehingga mengikisnasionalisme,” paparnya.
Politisi Partai Demokrat itu mengatakan,wilayah NKRI memiliki perbatasan baik didarat maupun laut dengan negara tetangga.Semua berpotensi terjadi sengketaperbatasan. “Rapat ini sangat penting untukmembahas kekurangan-kekurangan apa sajayang terjadi di wilayah perbatasan. Jangansampai masyarakat perbatasan merasadianaktirikan oleh pemerintah pusat,”katanya.
Sejumlah Masalah Perbatasan
Di Provinsi Sulawesi Utara terdapat 287pulau. Dari jumlah itu sebanyak 59 pulauberpenghuni, sedangkan 228 pulau lainnyatidak berpenghuni. Sebanyak 11 pulau diSulut adalah pulau terluar yang berbatasan
dengan Filipina. Paling terluar yang terdekatdengan Filipina adalah Pulau Miangas yangberjarak hanya 86 km.
Badan Nasional Pengelola Perbatasan(BNPP) memaparkan berbagai per-masalahan di kawasan perbatasan,terutama perbatasan Indonesia dan Filipinadi pulau-pulau terluar seperti Miangas,Sangihe, Marore, Tahuna. Pertama, potensisumber daya alam, khususnya kelautan danperikanan, sangat besar namun belumdimanfaatkan secara optimal untukkesejahteraan masyarakat setempat.Kedua, terbatasnya sarana prasaranatransportasi dan infrastruktur lainnyatermasuk ketersediaan BBM dan listrik untukmendukung kegiatan sosial danpengembangan perekonomian di pulau-pulaukecil terluar.
Ketiga, regulasi Border Trade Agreement(BTA) RI – Filipina Tahun 1974 sudah tidakrelevan dengan perkembangan zaman(nilai barang bawaan US$ 150/perahu/sekali pelayaran/PLB atau US$ 1.500/kapal/kumpit/sekali pelayaran). Keempat,maraknya kegiatan Illegal Fishing dikawasan perairan Kabupaten KepulauanSangihe. Kelima, terdapat warga negaraIndonesia yang berdomisili atau menetap diwilayah Filipina yang tidak tercatat (unre-ported citizen), khususnya di Pulau Balutdan Pulau Sanggarani Republik Filipina.Keenam, kondisi perairan di Pulau Miangasdan Pulau Marore pada bulan-bulantertentu tidak dapat ditempuh denganjalur laut, sehingga menyulitkan distribusi
ISTIMEWA
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
27EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
kebutuhan bahan pokok.Ketujuh, belum tersedia pelayanan PLBN
terpadu yang memadai bagi pelintas batasantara Pulau Miangas dan Pulau Marore (In-donesia) dengan General Santos (Filipina).Kedelapan, Pulau Miangas dan PulauMarore, dan pulau-pulau lainnya rawan ataurentan terhadap abrasi pantai dankerusakan lingkungan. Kesembilan,keterbatasan jaringan transportasi (jalan,moda transportasi, BBM), air bersih, listrik,dan jaringan komunikasi. Kesepuluh,ketergantungan suplai kebutuhan bahanpokok dari Filipina (jarak tempuh PulauMiangas dan Pulau Marore dengan Filipinalebih dekat dengan pusat pemerintahankabupaten).
BNPP memberikan usulan kegiatanprioroitas pembangunan di kawasanperbatasan yakni peningkatan jaringankomunikasi, peningkatan jaringan energilistrik dan depo BBM, pembangunan saranadan prasarana transportasi, pembangunansarana dan prasarana kesehatan,penambahan tenaga medis di kawasanperbatasan, pembangunan rumah dinasuntuk pengajar dan tenaga medis,pembangunan sarana dan prasarana airbersih, pembangunan tambatan perahu baginelayan, pembangunan jalan lingkar,pembangunan PLTS komunal, pembangunanruang kelas baru SD, SMP, SMA.
Dalam rapat bersama itu, Kepala PusatPenerangan Kementerian Dalam Negeri DodiRiatmaji mengatakan, wilayah perbatasanadalah pintu depan negara Indonesia yangharus mendapatkan perhatian khusus.Pembangunan di wilayah perbatasan akandirealisasikan sesuai dengan programNawacita pada poin ketiga, yaknimembangun Indonesia dari daerah pinggiran.
Dari data Badan Nasional PengelolaPerbatasan (BNPP), program-programpembangunan wilayah perbatasanmelibatkan instansi-instansi terkiat sebagaimitra BNPP. “Dana yang dialokasikan untukwilayah perbatasan hanya 16%. Itulah yangperlu mendapat perhatian serius,” katanyaseraya menambahkan menjelaskan, 187kecamatan di wilayah perbatasanmendapatkan perhatian dan perlunyakoordinasi dan optimalisasi pembangunan diwilayah itu.
Tidak jauh berbeda dengan presentasi
BPPN, anggota Fraksi PAN MPR YastiSoepredjo Mokoagow juga mencatat adatiga persoalan di daerah perbatasanKabupaten Kepulauan Talaud. Pertama,aspek yang terkait dengan security(keamanan), seperti pelanggaran bataswilayah, penyelundupan barang, illegal fish-ing, terorisme, dan lainnya. Kedua, masalahterkait dengan environment seperti soalabrasi dan perubahan iklim ekstrim. Jikamasalah ini tidak ditangani beberapa pulauakan tenggelam. “Saya yakin setiap tahunpasti ada pulau kecil di gugusan kabupatenkepulauan ini yang tenggelam karenaperubahan iklim,” katanya. Masalah ketigaadalah prosperity atau kesejahteraan
masyarakat di perbatasan.Bila berbicara tentang kesejahteraan,
kata Yasti Soepredjo, juga terkait denganaspek lainnya yaitu infrastruktur termasukenergi (listrik), pendidikan, kesehatan,penyediaan air bersih. “Saya ingin meng-garisbawahi pembangunan infrastrukturtransportasi. Akses transportasi yangpenting dimulai dari Bitung, Sulawesi Utara,agar bisa lebih cepat ke perbatasan. “ kataanggota Komisi V DPR ini.
“Sampai hari ini saya tidak melihat adanyafokus penanganan daerah perbatasan,khususnya di bidang infrastruktur. Selamaenam tahun saya di Komisi V, tidak ada jalannasional di Kabupaten Kepulauan Talaud.Yang ada hanya 6 km jalan strategis nasional
di Kabupaten Kepulauan Sangihe.Sedangkan di Kabupaten Talaud tidak ada,”tambahnya.
Anggota MPR dari Fraksi Partai Gerindra,Wenny Waraow, menyoroti masalah pen-duduk yang tidak memiliki kewarganegaraan.“Ada laporan dari Pemda bahwa sekitar5.300 warga tidak memiliki kewarga-negaraan. Ada yang menetap di Filipina. Daricatatan kami, 47 ribu orang tidak memilikidokumen kewarganegaraan. Masalah inimenjadi prioritas untuk ditangani lebih dulu,”kata anggota dewan dari daerah pemilihanSulawesi Utara itu.
Untuk menyelesaikan persoalan di daerahperbatasan, menurut Wenny Waraow, perlustrategi. Upaya itu tidak bisa dilakukansecara sendiri-sendiri tetapi perlu strategisimultan berdasarkan prioritas masalah yangperlu ditangani. “Perlu satu konsep strategidi masa datang. Kami dan teman-teman didewan akan membantu dan mengupayakancara mengatasi masalah di daerahperbatasan. Menurut saya harus dirumuskanstrategi yang simultan dan sinergi yangbagus dari semua instansi terkait,” ujarnya.
Anggota Fraksi Partai Gerindra MPR, ElNino mengatakan, permasalah wilayahperbatasan sangat kompleks. Karena itu iamengusulkan adanya sebuah badan otoritapada setiap daerah perbatasan, sepertiBadan Otorita Batam, yang secara khususmengelola daerah perbatasan. Badan otoritaitu bisa dibentuk pada titik-titik daerahperbatasan sebagai pintu terdepan yangdianggap penting, termasuk Miangas.“Dengan demikian pengelolaan dalam satudaerah perbatasan bisa lebih secarakomprehensif, holistik, dan terintegrasi,”ujarnya.
Selain itu, menurut El Nino, perlu jugatekanan politik dari anggota dewan yangberasal dari daerah perbatasan. Misalnya,semua anggota dewan dari Sulawesi Utarabersama-sama memperjuangkan daerahperbatasan. “Perjuangan secara bersamapara anggota dewan ini diperlukan agar bisaberhasil sehingga mempercepatpembangunan di daerah perbatasan. Jugaperlu ada pemimpin atau sosok tokoh yangbisa menginspirasi dan mencari solusiterhadap persoalan di daerah perbatasan,”katanya. ❏
Deri Irawan/Budi Sucahyo
El Nino
28 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
BERITA UTAMA
Mengenal Batas Paling Utara
IndonesiaPerlu dilakukan penataan ekonomi dan fisik di wilayah perbatasan
Pulau Miangas agar daerah ini tidak tertinggal dengan wilayah
lainnya.
PADA akhir November 2015, delegasiMPR yang dipimpin Wakil Ketua MPRE.E. Mangindaan mengadakan kunjung-
an kerja ke daerah perbatasan di SulawesiUtara. Di provinsi ini, ada pulau terluar Indo-nesia yang berbatasan langsung dengannegara tetangga Filipina. Ada tiga pulau diujung utara itu, yaitu Pulau Miangas danPulau Marampit di Kabupaten KepulauanTalaud, serta Pulau Marore di KabupatenKepulauan Sangihe. Ketiganya disebutsebagai Nusa Utara.
Rencana semula rombongan MPR diantaranya Ketua Badan Pengkajian MPRBambang Sadono, Ketua Fraksi PKS TbSoenmandjaja, Ketua Fraksi Nasdem MPR,Prof Bachtiar Aly, anggota MPR Fraksi PartaiGerindra El Nino, anggota Fraksi PAN YastiSoepredjo, dan beberapa anggota kelompokDPD MPR, antara lain Stefanus Liow,Marhany Victor Polypua, Fabian RichardSarundjajang, Benny Rhamdani, akan
melihat secara langsung kondisi masyarakatdi Pulau Miangas. Namun, karena ombak yangtinggi, kunjungan ke daerah perbatasan pal-ing utara Indonesia itu urung dilakukan.
Padahal, kondisi wilayah perbatasanPulau Miangas cukup menarik perhatian.Sebab, pulau terluar Indonesia ini rawanmasalah perbatasan, terorisme, sertapenyelundupan. Letak Pulau Miangas yangjauh terpencil memang bisa dimanfaatkanoleh pihak tertentu untuk melakukan kejahatanlintas negara seperti penyelundupan senjatadan narkoba, serta minuman keras,pencurian ikan dan kekayaan alam laut, dansebagainya. Memang, tak tertutupkemungkinan wilayah perairan perbatasanMiangas ini dijadikan jalur lintas batas parateroris tanpa terdeteksi pos keamanan lintasbatas di Pulau Miangas. Peluang pulau inisebagai persinggahan penjahat antarnegaramemang sangat masuk akal.
Masyarakat Talaud menyebut Pulau
Miangas dengan “Tinonda”. Pulau ini letaknyaterpencil di tepi samudera Pasific danberhadapan langsung dengan pulauMindanao Filipina. Luas pulau Miangassekitar 3,5 km persegi. Miangas lebih dekatdengan Filipina ketimbang dengan wilayahIndonesia lainnya. Jarak antara Miangasdengan Santa Agustin atau General SantosMindanao Filipina Selatan dapat ditempuh
dalam waktu dua hingga tiga jam. Sementarajarak Miangas dengan Melangouane, ibukotaKabupaten Talaud, sekitar 90 mil. Pelayarandari Miangas ke Manado sejauh 275 mil bisamemakan waktu sampai dua hari.
Secara administratif, Miangas masukdalam wilayah Kecamatan Nanusa,Kabupaten Sangihe Talaud. Kini, sudahmerupakan kecamatan sendiri yang bersifatkhusus karena hanya membawahi satudesa, yakni Desa Miangas. Pemukimanpenduduk terletak di sisi barat daya PulauMiangas. Rumah-rumah di Desa Miangasterbagi di dua jalan utama yang sejajarterbuat dari semen dengan lebar sekitarempat meter. Pulau Miangas berpenduduksekitar 678 jiwa (2003). Mayoritas pendudukadalah suku Talaud. Perkawinan denganwarga Filipina tidak bisa dihindarkan lagikarena kedekatan jarak dengan Filipina.Bahkan, salah satu mata uang yangdigunakan masyarakat di pulau ini adalah
HUMAS MPR RI
29EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
peso, mata uang Filipina.Dari sejarahnya, Belanda menguasai
pulau ini sejak 1677. Filipina sejak 1891memasukkan Pulau Miangas ke dalamwilayahnya dengan nama “La Palmas”, danmasuk dalam peta Filipina. Belanda kemudianbereaksi dengan mengajukan masalahMiangas ke Mahkamah Arbitrase Inter-nasional. Mahkamah Arbitrase Internasionaldengan hakim Max Huber pada 4 April 1928kemudian memutuskan Miangas menjadi miliksah Belanda (Hindia Belanda).
Sejak 1928, Pulau Miangas menjadi bagianintegral Negara Kesatuan Republik Indone-sia. Namun pemerintah Filipina menganggapstatus itu belum selesai. Negara tetanggaitu mengklaim Miangas masih sebagai bagianteritorialnya. Klaim itu didasarkan padaTraktat Paris tahun 1898. Traktat itu memuatbatas-batas demarkasi Amerika Serikat (AS)setelah menang perang atas Spanyol yangmenjajah Filipina hingga ke Miangas.
Secara fisik, Miangas masih dikuasai In-donesia. Selain itu, Pulau Miangas jugamenjadi catatan penting dalam sejarahperjuangan bangsa Indonesia. Pada zamandulu, pulau ini menjadi pertahanan orang-orang Talaud terhadap serangan kerajaanSulu yang berbasis di Filipina. Di pulau inipula berdiri Monumen Patung Santiago,pejuang dari Talaud yang gigih melawanpenjajahan Belanda.
Didera Kemiskinan
Sejak awal kemerdekaan, masyarakat diPulau Miangas terus didera kemiskinan.Sekitar 80% masyarakat pulau ini berstatusmiskin. Faktor alam membuat Miangasmenjadi pulau terisolasi. Tak heranpenduduknya sering kekurangn beras danbahan bakar. Solusinya, masyarakat di sanahanya makan kelapa yang dikeringkan. DiMiangas, lampu penerangan juga terbatas,hanya menyala dari pukul 18.00 Wita hinggapukul 02.00 Wita. Setelah itu, sampai pagiMiangas gelap gulita.
Saat ini, di Pulau Miangas ada TK, SD,SMP, dan SMK Kelautan yang jumlahnyamasing-masing satu. Namun, karena tenagapendidiknya terbatas maka kebanyakananak-anak Miangas menempuh pendidikantingkat SLTA di luar Miangas. Dilihat darit ingkat pendidikan, sebagian besarmasyarakat Miangas hanya mengenyam
pendidikan di bangku SLTP, hanya sebagiankecil tamat SLTA dan sarjana.
Sedangkan sarana kesehatan yang adasampai saat ini berupa satu bangunanPuskesmas Pembantu yang terletak di tengahpemukiman penduduk. Ada satu bangunanbaru Puskesmas yang letaknya di pinggirhutan dan masih belum terpakai. Tenagadokter yang bertugas di tempat ini secarabergiliran. Tapi seringkali masyarakat dilayanioleh seorang tenaga medis setingkat mantri.
Masyarakat Miangas lebih memilih membelibarang kebutuhan dari wilayah Filipina.Sebab, Filipina lebih mudah dijangkau dan
harga barang kebutuhan lebih murah. Berasatau gula pasir, misalnya, lebih murah dibelidi Filipina ketimbang membeli di Melonguaneatau Manado karena mereka memper-hitungkan risiko dan biaya perjalanan. Tentusaja, mata uang yang digunakan adalah peso.Dengan uang peso itu, warga Miangasmembeli kebutuhan sehari-hari di daerahGeneral Santos. Penduduk Miangas meng-gunakan bahasa Talaud. Meski begitu,mereka juga mengerti bahasa Tagalog,bahasa nasional Filipina.
Perdagangan antarpulau di perbatasantersebut sebenarnya memberi peluang padapemberdayaan ekonomi masyarakat se-tempat. Awalnya, perdagangan antarpulauitu dilakukan secara barter, tukar menukarbarang. Barter hasil bumi masyarakatMiangas sangat tergantung pada hargakomoditas perkebunan pasar internasional.Seringkali barter kerap timpang dan
merugikan warga Miangas. Misalnya, ketikakopra melimpah, tapi saat dijual di Filipina,harga kopra justru sedang anjlok. PendudukMiangas juga kesulitan menjual hasil bumikarena kondisi laut yang mengganas.
Sebenarnya, jika dikelola dengan baik,Pulau Miangas memiliki potensimenguntungkan bagi masyarakat setempat.Miangas sangat indah dan menawan. Airlautnya jernih hingga menembus ke dasarlaut. Pantai pasir putihnya landai dan sangatbersih. Hanya disayangkan, infrastrukturekonomi dan fisik belum memadai.Perekonomian masyarakat Miangas tidak
berkembang dan cenderung berproduksiuntuk kebutuhan rumah tangga sendiri.
Penduduk Miangas perlu memperolehperhatian serius dari pemerintah. Soalnya,masyarakat Miangas menghadapi keter-batasan dalam memenuhi kebutuhan sosialdasarnya, seperti pangan, kesehatan,tempat tinggal, dan pendidikan. Keterbatasansarana transportasi menuju Miangasmenyebabkan distribusi bahan makanan danBBM sangat terbatas. Kondisi ini meng-akibatkan harga kebutuhan pokok di Miangasjauh lebih mahal dan seringkali bahan-bahankebutuhan pokok tersebut tidak tersedia.Keterbatasan transportasi diperparahdengan perubahan cuaca yang menye-babkan gelombang besar. Singkatnya, perludilakukan penataan ekonomi dan fisik agardaerah perbatasan ini tidak jauh tertinggaldengan wilayah lainnya. ❏
BS
Pulau Miangas ISTIMEWA
30 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
BERITA UTAMA
DALAM menunaikan amanah UU untukmelakukan sosialisasi Empat PilarMPR, Pimpinan MPR telah beberapa
kali mengadakan kunjungan ke daerahperbatasan. Selain melihat langsungkondisi di perbatasan, pimpinan MPR jugamelakukan pertemuan (rapat bersama)dengan kementerian dan instansi terkaitseperti Pemerintah Daerah, BadanNasional Pengelola Perbatasan (BNPP),Kementerian Perhubungan, dan lainnya.Pimpinan MPR telah mengunjungi daerahperbatasan di Nusa Tenggara Timur (NTT),Kalimantan Barat (Kalbar), Pulau Natuna(Kepulauan Riau), dan wilayah perbatasandi Provinsi Aceh. Pada akhir November2015, Pimpinan MPR bersama delegasimengadakan kunjungan ke perbatasan diProvinsi Sulawesi Utara (Sulut). Di provinsiini, Pulau Miangas – sebuah pulau terluaryang berbatasan langsung denganFilipina—termasuk yang mendapat perhati-an dari pimpinan MPR.
Pada Jumat 27 Nopember 2015, WakilKetua MPR E.E. Mangindaan dan rom-bongan mengadakan rapat bersamamembahas masalah perbatasan denganlembaga terkait di Ballroom Hotel Aryaduta,Manado, Sulawesi Utara. Rapat koordinasiini sangat penting untuk menemukan celahsolusi dari berbagai macam persoalan
perbatasan, khususnya di Pulau Miangas.Di sela-sela rapat bersama itu, E.E.Mangindaan memberikan keterangankepada pers, termasuk Majelis. Berikut iniperbincangan dengan politisi PartaiDemokrat yang mewakili Sulawesi Utara itu.Petikannya.
MPR sering berkunjung meninjauwilayah perbatasan. Apa yangmembuat MPR sangat concern denganwilayah perbatasan?
Indonesia adalah negara kepulauan.Wilayah perbatasan Indonesia ada dua, yaitubatas di laut dan batas di darat. Baik wilayahperbatasan di darat maupun di laut pentinguntuk dijaga. Di darat, Indonesia berbatasandengan tiga negara tetangga, yaitu Malaysia,Papua Nugini, dan Timor Leste. Sedangkandi laut, Indonesia berbatasan dengan 10negara, yakni India, Malaysia, Singapura,Thailand, Vietnam, Filipina, Australia, TimorLeste dan Papua Nugini.
Mengapa MPR sangat concern denganwilayah perbatasan, sebab dalam EmpatPilar MPR ada satu pilar yang sangat krusial,yakni soal Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI). NKRI adalah harga mati.Kita tidak mau ada potensi masalah denganpulau terluar. Sebab, pulau terluar sangatrentan dengan masalah, baik soal batas
Jangan Ada Lagi Masyarakat Perbatasan Berteriak “Gelap”
EE. Mangindaan, Wakil Ketua MPR RI
WAWANCARA
wilayah maupun kesejahteraan. Pendudukkita sering cemburu dengan kesejahteraanmasyarakat negara lain di perbatasansehingga dikhawatirkan bisa mengikisnasionalisme.
Persoalan batas wilayah dengan negaratetangga sudah ada sejak dulu. Tidak jarangmasalah ini bisa mengganggu hubunganIndonesia dengan negara tetangga. Sepertiterjadi baru-baru ini, Tiongkok mengklaimsecara sepihak kepulauan Natuna masukdalam peta wilayah Tiongkok. Hal ini membuatIndonesia melayangkan protes. Berbagaielemen masyarakat juga menyayangkanklaim-klaim sepihak negara lain terhadapwilayah NKRI. Karena itu, masyarakatmengharapkan agar pemerintah serius untukmenjaga batas-batas wilayah NKRI. Soalwilayah perbatasan juga sudah seringdibahas dan dibicarakan berbagai kalangandan institusi, termasuk pembahasan yangdilakukan lembaga MPR.
Secara konkret apa yang sudahdilakukan MPR dalam hal wilayahperbatasan ini?
Dalam dua tahun terakhir, MPR sudahmengunjungi beberapa daerah Indonesiayang berbatasan dengan negara tetangga.Kita sudah mengunjungi daerah perbatasandi Kalimantan Barat yang berbatasan denganMalaysia. Kita juga sudah mengunjungi
31EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
daerah perbatasan di Nusa Tenggara Timurdan Timor Leste. Dalam kunjungan-kunjungan itu kita menemukan banyakkendala di daerah perbatasan. Kendala itusebagian sudah ditangani dan diatasibersama instansi terkait.
MPR bersama pemerintah menaruhperhatian serius terhadap daerahperbatasan. Pemerintah melalui BadanNasional Pengelola Perbatasan (BNPP)dengan program-programnya berusahamemperbaiki kondisi di perbatasan. Sebab,wilayah perbatasan adalah beranda depanIndonesia. Harus ada ketahanan di berandadepan kita, terutama pada aspek keamanandan juga pembangunan infrastruktur.Pembangunan harus sekaligus untuk semuawilayah Indonesia. Jangan ada wilayahdianaktirikan seperti daerah perbatasan.
Selama ini seolah-olah daerah perbatasanitu adalah daerah tertinggal. Mungkin karenalokasinya sulit terjangkau pembangunan.Dulu, penekanan di wilayah perbatasanhanya pada sisi keamanan. Tapi sekarangmindset pemerintah berubah, tidak hanyaaspek keamanan saja tapi jugakesejahteraan masyarakat di daerahperbatasan. Kalau pemerintah hanyamenekankan aspek keamanan dan tidakmemerhatikan kesejahteraan maka bisamenjadi boomerang bagi keutuhanIndonesia.
Nah, sekarang ini sudah dibalik. Aspekkesejahteraan masyarakat ditingkatkan tanpameninggalkan aspek keamanan. Itulah inti didaerah perbatasan. BNPP sebenarnyasudah menyusun program (untukpembangunan di wilayah perbatasan).Semua kementerian dan lembaga terkaitharus juga fokus pada aspek kesejahteraanitu. Termasuk juga parlemen harus memilikimindset yaitu perbaikan kesejahteraan dankeamanan di wilayah perbatasan.
Wilayah perbatasan sangat rentandalam hal keamanan. Bagaimana peranpemerintah di daerah perbatasan itu?
Banyak sekali contoh wilayah perbatasanyang sangat berisiko baik dari aspekkeamanan maupun masyarakatnya. Dariaspek keamanan biasanya karenakurangnya pengawasan. Di daerahperbatasan, misalnya, sering terjadi tindakkriminal seperti penyelundupan narkoba. Darisisi ekonomi, terjadi kecemburuan sosial
antara masyarakat Indonesia danmasyarakat negara tetangga di perbatasan.Kita sedang mencari solusi, how to solvethe problem, dan jangan-mencari-carikesalahan.
Wilayah perbatasan harus terang. Artinya,harus sejahtera. Ketika saya menjadiMenteri Perhubungan, saya sangatmengetahui kondisi di wilayah perbatasanseperti di Miangas. Pulau Miangas diSulawesi Utara berbatasan laut dengannegara Filipina. Sangat unik, sebab wilayahperbatasan di Miangas lebih dekat denganFilipina dibanding dengan Indonesia. Saya
sudah membangun lapangan terbangperintis. Infrastruktur sudah dibangun sedikitdemi sedikit. Bandara perintis itu untuk tempatpendaratan pasukan jika terjadi masalahdengan negara lain di perbatasan.
Yang paling sulit adalah masyarakat diMiangas sudah terbiasa bercampur baur danbahkan terbiasa bergaul dengan wargaFilipina. Kondisi di wilayah perbatasanseperti itu penting untuk dibahas agar dicarisolusi-solusi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada di daerah perbatasan.Jangan sampai masyarakat di daerahperbatasan merasa dianaktirikan olehpemerintah pusat dibandingkan denganmasyarakat di daerah lain.
Menurut Bapak, apa solusi daripermasalahan yang sering ditemui didaerah perbatasan?
Saya sering mendengar masyarakat diwilayah perbatasan NKRI berteriak “gelap”dan “tak terang” seperti wilayah negara lainyang berbatasan langsung. “Gelap” berartimasyarakat di wilayah perbatasan belumsejahtera seperti masyarakat di negaratetangga. Penanganan pada daerahperbatasan harus diperluas tidak hanya dariaspek security atau keamanan tapi juga dariaspek prosperity atau kesejahteraan. Sepertisaya sudah sebutkan sebelumnya, kitaharus mengubah cara penanganan wilayahperbatasan kita. Jangan melulu hanya soalsecurity tapi juga aspek prosperity
masyarakatnya. Itu yang harus diperhatikanbetul. Saya tidak mau lagi mendengarmasyarakat wilayah perbatasan yangberteriak “gelap”.
Di Pulau Miangas, transportasinya hanyamengandalkan kapal laut. Untuk menuju kePulau Miangas dari Manado dengan kapalferry membutuhkan waktu sekitar dua hari.Itu pun tidak bisa dioperasikan pada musimbarat, ketika ombak sedang tinggi dan airlaut pasang. Operator kapal ferry biasanyatidak berani menyeberang. Padahal bandaraudara perintis sudah dibangun namun belumberfungsi. Saya akan minta kementerian daninstansi terkait untuk segera meresmikandan mengoperasionalkan bandara tersebutsehingga masyarakat bisa memiliki alternatiftransportasi untuk menunjang aktivitas danmemajukan perekonomian mereka. ❏
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
32 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
NASIONAL
Hubungan bilateral dua negara antara Indonesia dan Georgia mesti diperluas dengan ikut berkiprah
mencari solusi menghentikan perang antar negara dan aksi terorisme.
NASIONAL
PASCA reformasi bergulir hingga kini, dunia sangat mengakuiimplementasi demokrasi di Indonesia. Parlemen berbagainegara silih berganti datang menyambangi parlemen Republik
Indonesia, baik di MPR RI, DPR RI, maupun DPD RI. Mereka datanguntuk bertukar pikiran dan saling memahami implementasi demokrasiantarnegara.
Salah satunya adalah parlemen negara Georgia. DelegasiParlemen Georgia yang dipimpin The Chairman of the Parliament ofGeorgia David Usupashvili, pada Selasa, 1 Desember 2015,mengunjungi Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dan Wakil Ketua MPR RIHidayat Nur Wahid, di Ruang Delegasi, Gedung Nusantara IV,Kompleks MPR/DPR/DPD Senayan, Jakarta.
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dan Wakil Ketua MPR RI Hidayat NurWahid didampingi Ketua Fraksi PKS MPR TB, Soenmandjaja, KetuaFraksi PPP MPR Irgan Chairul Mahfiz, anggota Fraksi Golkar MPRBowo Sidik Pangarso, dan pejabat teras Sekretariat Jenderal MPRRI menerima dengan baik kunjungan Parlemen Georgia.
Kepada Ketua MPR RI, David mengungkapkan keinginan negaraGeorgia untuk melakukan hubungan baik dengan negara-negara
Asia, terutama dengan Indonesia. “Hubungan yang salingmenguntungkan antara kedua negara sangat baik untuk rakyat dikedua negara, dan saya yakin, Indonesia dan Georgia akan terjalinhubungan kerjasama dengan sangat baik,” ujarnya.
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menyambut baik hubungan kerjasamaantara Indonesia dan Georgia. Lebih jauh, Zulkifli juga mengajakagar parlemen dua negara untuk menjalin hubungan baik danmendorong pemerintah masing-masing dalam kerjasama bilateral.
Zulkifli juga mengungkapkan perihal tugas dan wewenanglembaga MPR RI. Tugas pokok dan kewenangan MPR RI adalahmenjaga dan mengawal konstitusi negara.
“Indonesia sangat unik, sebab dibentuk berdasarkan keragamanyang sangat besar dan kompleks. Di Indonesia sangat beragamagama, suku, bahasa dan adat istiadat. Untuk menyatukansemuanya itu, kami memiliki Pancasila sebagai ideologi dan dasarnegara yang mampu merekatkan keberagaman menjadi satu dalamwadah NKRI.” jelasnya.
Dalam dialog tersebut, muncul satu wacana yang dilontarkanWakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid. Hidayat memunculkan
Pimpinan MPR RI dan Parlemen Giorgia
Kunjungan Parlemen Georgia
Bahas Perang dan Terorisme
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
33EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
pembahasan soal konflik yang terjadisekarang ini yang makin panas di Suriahyang melibatkan beberapa negara besarseperti Rusia, Amerika Serikat, dan Turkimelawan gerombolan teroris yang menyebutdirinya ISIS. Aksi terorisme itu menimbulkanbanyak menimbulkan korban jiwa sepertiyang terjadi di Paris, Perancis, beberapawaktu lalu.
“Konflik yang terjadi dan peristiwaterorisme yang menimbulkan korban jiwasangatlah memprihatinkan kita semua. Sayaberharap dalam hubungan kerjasama antaradua negara juga memperkuat hubungan kitauntuk bersatu melawan terorisme. Kitaberperan untuk mencari solusi dalam konflikdan peperangan antarnegara tersebut,” ujarHidayat.
Hidayat mengutip pernyataan Presiden RI
Joko Widodo bahwa peristiwa terorismeyang terjadi di Paris sangat disayangkan dansemua rakyat Indonesia berduka akan halitu. Presiden RI juga menegaskan bahwaaksi terorisme tersebut tidak ada hubungansama sekali dengan agama apapun, dengansuku bangsa apapun. Kejahatan terorismeadalah murni kejahatan yang harus dibasmi.
“Seperti diketahui bahwa Indonesia yangmayoritas bergama Islam juga menjadisasaran aksi terorisme yang menimbulkankorban jiwa yang tidak sedikit. Jadi aksiterorisme dilakukan di mana saja dan korbanbisa terjadi kepada siapa saja. Pelakuterorisme bukan menunjuk pada satu agamaatau satu bangsa, apalagi menunjuk ke Is-lam. Islam sama sekali tidak mengajarkanaksi brutal tersebut,” pungkasnya.
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menambahkan,
delegasi Parlemen Georgia selama di Indo-nesia bisa melihat dengan mata kepala sendiribagaimana kehidupan Islam di Indonesia yangsangat jauh dari kekerasan.
“Saya harap Anda sekalian melihatlangsung kami pemeluk agama Islam men-jalani hidup kami secara damai bersandingandengan pemeluk agama lain, tidak adapermasalahan, tidak ada konflik besar. Sayaharap Anda melihat dan menceritakan danmenjadi sebuah memori besar untuk menjadicerita dan bahan pembahasan di negaraanda,” tandasnya.
Ketua Parlemen negara Georgia DavidUsupashvili sangat menyetujui ajakan untukbersama menjadi solusi bagi konflik danpeperangan antarbangsa dan memberikansolusi terhadap masalah terorisme global. ❏
DER
34 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
NASIONAL
Konferensi Pemberantasan Korupsi
Perlu Upaya Keras dan Tegas
Pemberantasan Korupsi
HARI Kamis, 3 Desember 2015, KomisiPemberantasan Korupsi ( KPK )bersama sekitar 300 peserta dari
berbagai kalangan, mulai dari LSM, kalanganswasta, akadermisi dan masyarakat umummenggelar Konferensi NasionalPemberantasan Korupsi (KNPK).
Konferensi digelar di Gedung Nusantara V,
Kompleks MPR/DPR/DPR Senayan, Jakarta.Pemilihan tempat acara di Gedung NusantaraV kompleks Parlemen yang notabene adalahgedung rakyat dimaksudkan agar masyarakatmengetahui bahwa komitmen pemberantasankorupsi sangat serius.
Ketua MPR RI Zukifli Hasan dan WakilPresiden RI Jusuf Kalla menghadiri Konferensi
Pemberantasan korupsi harus di lakukan secara serius,
profesional dan tak pandang bulu. Mengingat korupsi makin
marak dan berani, perlu upaya dan strategi baru dalam
memberantas korupsi
Nasional Pemberantasan Korupsi ( KNPK ).Pimpinan sementara KPK, Pimpinan LembagaNegara dan perwakilan Kementerian turuthadir dalam konferensi tersebut.
Dalam sambutannya, Wakil Presiden RIJusuf Kalla mengungkapkan bahwa upayapemberantasan korupsi harus dilakukansecara serius, masif dan tegas. Semuaharus waspada pada upaya-upaya jahatyang merugikan keuangan negara.
JK mengaku sangat miris dengan semakinberaninya pelaku korupsi melakukan kejahatankorupsinya sepertinya mereka tidak kenal takutdengan semakin ganasnya KPK menangkapdan memenjarakan semua pelaku korupsi dariberbagai kalangan, mulai dari menteri, anggotadewan, kepala-kepala daerah sampai ketuaumum partai dan elit partai.
“Contohnya, semalam (2 Desember 2015),kita semua melihat persidangan di MahkamahKehormatan Dewan (MKD). Saya mirismendengar rekaman itu. Mereka semuasekelompok orang berupaya melakukankegiatan untuk merugikan negara, sangattragis buat bangsa ini,” ujarnya.
JK melihat bahwa itu semua adalahfenomena gunung es. Yang terlihat dandiketahui rakyat di MKD sudah sangat tragisbagaimana yang masih tersembunyi danbelum diketahui rakyat. “Itulah mengapaupaya keras dan tegas pemberantasankorupsi harus serius dilakukan,” tegasnya.
Rakyat, lanjut JK, jangan lagi adapermisifisme terhadap pelaku korupsi yangdilakukan pejabat. Sebab mereka melakukankorupsi bukan alasan mencari makan,mereka melakukan korupsi karena serakah.
“Kami, Presiden dan Wapres RI sangatmendukung semua upaya pemberantasankorupsi dan memang menjadi niat juang kami,”tandasnya.
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan sangatmendukung konferensi tersebut, terutamasemangat dalam upaya pemberantasankorupsi. “Ini harus didukung karena kitamemang harus memperkuat KPK, UU KPKjuga harus diperkuat untuk mendukungkinerja KPK dalam pemberantasan korupsi.Dari dulu saya juga selalu mendukungbersama-sama dengan KPK awal-awalacara ini dirintis sekitar 2010-an, saya aktifterus hingga kini,” ujarnya, usai acarapembukaan konferensi. ❏
DER
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
35EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
Kunjungan Dubes Ceko
Ingin Pererat Hubungan Dengan Indonesia
PADA 14 Desember 2015, Ketua MPRZulkifli Hasan, di ruang kerjanyaGedung Nusantara III, Kompleks MPR/
DPR/DPD Senayan, Jakarta, menerima DutaBesar Ceko untuk Indonesia, Ivan Hotek.Kepada Hotek, Zulkifli mengucapkan terimakasih atas kedatangannya dan mengucapkanselamat bertugas menjadi duta besar.
Dikatakan bahwa hubungan kedua negara,Ceko dan Indonesia, telah berlangsung sejaklama dan dirinya berharap hubungan keduanegara, khususnya antarparlemen, di-tingkatkan dan menjadi lebih baik.“Meningkatnya hubungan antarparlemenakan mendukung kerja sama hubunganantarpemerintah kedua negara,” ujar Zulkifli.
Dikatakan oleh Zulkifli kepada Hotekbahwa di Indonesia ada 3 kamar parlemen,yakni MPR, DPR, dan DPD. Dikatakan tugasMPR selain melantik dan memberhentikanPresiden juga untuk mengubah konstitusi.
Lebih lanjut dikatakan bahwa Indonesiaterdiri dari beragam suku, agama, danbahasa. Walau mayoritas penduduk Indo-nesia beragama Islam namun semua salingmenghormati dan menghargai satu denganyang lain. “Perbedaan justru menjadikeunggulan bangsa ini,” ucap Zulkifli. Zulkiflimenuturkan, bangsa Indonesia memilikiPancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. MPRdisebut mempunyai tugas untuk mengawalkeragaman yang ada.
Diungkapkan, meski Jakarta mayoritasberagama Islam namun gubernurnya adalahAhok yang non-Muslim. Di Provinsi NusaTenggara Timur yang mayoritaspenduduknya beragama Katolik, namunKetua DPRD-nya adalah seorang Muslim.Ditambahkan bahwa bangsa ini tidak pernahmembedakan karena faktor perbedaan. Adakomitmen untuk selalu mengedepankankebersamaan. Meski demikian diakui masihada masalah-masalah kecil.
Zulkifli senang bila nanti ada delegasi dariEropa datang ke Indonesia. Dirinya akanmemperlihatkan kepada para delegasi Eropamengenai kehidupan yang ada di Indonesia.“Kami Muslim yang toleran,” ujanya.
Dijelaskan kepada Hotek bahwa di Indone-sia banyak tempat ibadah yang letaknyaberdampingan. Dirinya mengharap Indone-sia bisa menjadi model bagi negara lainnya.
Disebutkan bahwa agama Islam tidakhanya di Timur Tengah, di Indonesiamayoritas beragama Islam dan menjadinegara di mana umat Islamnya palingbanyak. Dalam konflik yang terjadi di TimurTengah, Zulkifli mengharap agar kita semuamencari dan memberi jalan keluarnya.
Ceko telah menjalin hubungan dengan Indonesia sejak masih bernama Cekoslovakia. Ketua MPR
siap memperlancar hubungan kedua negara.
Dalam kesempatan itu, Hotek memuji In-donesia sebagai negara yang indah. Indo-nesia dikatakan sebagai negara yang memilikiribuan pulau. Hotek membandingkan dengannegaranya yang kecil. Dirinya inginkomunikasi antarparlemen dan pemerintahankedua negara selalu ditingkatkan. KeinginanHotek disambut baik oleh Zulkifli dan siapmembantu memperlancar hubungan keduanegara. ❏
AW
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
36 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
NASIONAL
Halaqoh MPR dan MUI
Relasi Sangat Kuat Antara Beragama,
Berbangsa dan Bernegara
KEHIDUPAN beragama dan ber-Ketuhanan di Indonesia sangatberkorelasi dan memiliki relasi sangat
kuat dengan kehidupan berbangsa danbernegara. Kehidupan beragama jugasangat kuat dan memiliki relasi kuat denganpelaksanaan hukum dasar di Indonesia,seperti UUD NRI Tahun 1945.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua MPRRI Hidayat Nur Wahid dalam acara ‘HalaqohNasional: Kontribusi Hukum Islam dalamPembangunan Hukum Nasional’ kerjasamaMPR RI dengan Komisi Hukum danPerundang-Undangan Majelis Ulama Indone-sia, di Gedung Nusantara V, Kompleks MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Kamis, 10Desember 2015.
Halaqoh, lanjut Hidayat, adalah sebuahistilah yang sangat akrab pada kehidupanpesantren dan kehidupan Islamahlussunnah wal jamaah yang dalam artianseluas-luasnya, di dalamnya pastilah adaNU, Muhammadiyah dan ormas-ormas Islamlainnya yang diakui di Indonesia.
Momen halaqoh sangat penting karenasekaligus menggabungkan antara beragamkomitmen yang semuanya masih dalambingkai Pancasila dan UUD. “Saya mengata-kan begitu karena dalam Pancasila ada tigaperistiwa yang merupakan rangkaian takterpisahkan dari kehidupan beragama danbernegara, yakni Pancasila 1 Juni, Pancasila22 Juni 1945 dan Pancasila 18 Agustus1945,” ungkapnya.
Pancasila, lanjut Hidayat, dalam semuaperiode proses pembentukannya tetapmenyebutkan adanya sila Ketuhanan. PadaPancasila 1 Juni 1945 sila Ketuhanan adapada sila kelima, yakni Ketuhanan YangBerkeadaban. Pancasila 22 Juni, Ketuhananada pada sila pertama yakni Ketuhanan,dengan kewajiban menjalakan syariat Islambagi pemeluk-pemeluknya. Dan, Pancasila18 Agustus 1945 dengan sila pertama yakni
Ketuhanan Yang Maha Esa.Ketiganya merupakan rangkaian yang
berakhir pada 18 Agsutus 1945 yangberlaku sampai hari ini. Intinya adalahpenegasan adanya hubungan takterpisahkan antara kehidupan ke-
Indonesiaan dengan keagamaan dalamkonteks umat Islam adalah dalam kontekske-Islaman.
Karena itu, menurut Hidayat, tidak anehdalam UUD NRI Tahun 1945 baik sebelumperubahan maupun setelah perubahan,
Kehidupan beragama dan berbangsa di Indonesia sangat erat dan kuat. Konstitusi sangat menjaga
hak warga dalam menjalankan ajaran agamanya yang diakui negara.
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
37EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
Seminar
Jangan Bangga Dengan Budaya Asing
DIKATAKAN oleh Ketua Fraksi PPP diMPR, Irgan Chairul Mahfiz, hari ini, 8Desember 2015, fraksinya tidak
membicarakan masalah gonjang-ganjingpolitik di DPR, sidang MKD, namun hari inimembicarakan sisi lain, yakni bicara seni danbudaya Melayu. “Budaya Melayu merupakanbudaya adiluhung,” ujarnya. Diungkapkanakar dari budaya nasional adalah budayaMelayu. “Bahasa Indonesia yang disepakatisebagai bahasa persatuan dalam SumpahPemuda II Tahun 1928 merupakan bahasadari Melayu,” ujarnya.
Apa yang disampaikan itu langsungdisambut tepuk tangan oleh peserta Semi-nar Pengembangan Kebudayaan Melayuyang berlangsung di Ruang Delegasi,Gedung Nusantara IV, Kompleks MPR/DPR/DPD Senayan, Jakarta. Acara ituterselenggara berkat kerjasama antara FraksiPPP dengan Lembaga PengembanganKebudayaan Melayu.
Lebih lanjut dikatakan oleh Irgan bahwahari ini partai berlambang rumah Allah itu tidakmembicarakan masalah politik namunmembicarakan seni dan budaya yang hampirterlupakan, tentang budaya Melayu.Menurutnya, budaya yang ada harusdiangkat. “Kami tak sungkan-sungkanmenghadirkan para ahli budaya Melayu disini untuk berdiskusi demi kemajuan budayaMelayu,” paparnya.
Menurutnya, kebudayaan yang ada di In-donesia, oleh pemerintah dijamin. Negara wajibmemajukan, menjamin, kebebasan masyarakat
dalam mengembangkan budayanya. Irgan punmenyebut Pasal 32 UUD NRI Tahun 1945 yangberisi tentang kewajiban negara untukmemajukan, menghormati, dan memelihartakebudayaan nasional.
Berangkat dari dasar ini maka dirinyamengatakan jangan bangga dengan budayaasing. “Jangan bangga dengan budayaseperti Gang Nam Style, K-Pop, disco, dansebagainya,” tuturnya.
Ketua Lembaga Pengembangan BudayaMelayu, Darmansyah Ismail, mengatakankegiatan hari itu sebagai upaya untukmenumbuhkan budaya Melayu. Untuk ituorganisasinya bekerja sama dengan Fraksi
PPP tak mau terbawa terus dalam gonjang-ganjing politik yang semakin kencang. Sesekali ia
menggelar acara lain. Membahas soal budaya Melayu.
PPP di MPR. Dikatakan dalam membangunmanusia seutuhnya itu perlu keseimbanganantara fisik dan non-fisik. Hal demikian terkaitdengan character building. “Dengan agamakita menjadi berguna, dengan ilmu menjadimudah, dan dengan seni menjadi indah,”ujarnya.
Dikatakan untuk melestarikan kebudaya-an, itu bukan hanya tugas pemerintah namunmerupakan tugas bersama. Masyarakat,menurutnya, perlu dilibatkan dan perluberjalan seiring dalam memelihara ke-budayaan. Dari sinilah maka kebudayaandan kesenian bisa hidup. ❏
AW
selalu sila Ketuhanan ini hadir sangat kuat.Bahkan Pasal 29 ayat 1 tidak mengalamiperubahan, yakni negara berdasarkankepada Ketuahanan Yang Maha Esa. Padapasal duanya juga tidak mengalami per-ubahan tentang kebebasan warga bangsadalam menjalankan ajaran agamanya.
Setelah perubahan UUD 1945, penegas-an-penegasan akan relasi UUD dengan
kehidupan beragama semakin kokoh dankuat lagi. Semakin kuat relasi antarakehidupan bernegara dan beragama dengankehidupan berundang-undang dasar lebihjelas lagi di pasal 28 J. Ada positioning agamayang luar biasa kuat di sana, yakni dalammenjalankan hak dan kebebasannya, setiaporang wajib tunduk kepada pembatasanyang ditetapkan dengan undang-undang dan
sesuai dengan tuntutan nilai-nilai agama.“Terakhir saya berharap dalam halaqoh
ini insya Allah bisa dibahas dan dikajiberbagai masalah umat dan bangsa, sertabisa diselesaikan tanpa masalah. Selain itubisa menyelesaikan berbagai kemunkaranandengan cara-cara yang tidak munkar,”pungkasnya. ❏
DER
38 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
NASIONAL
Bertaruh Nyawa Demi Kejayaan Bangsa
GEMA
PANCASILA
MENGGELUTI dunia dirgantara denganmenjadi pilot penguji pesawat, bukanperkara mudah bagi Esther Gayatri
Saleh. Perempuan kelahiran Palembang,Sumatera Selatan, 3 September 1962, itumempunyai kenangan yang tak terlupakanyang bisa jadi dirasakan pahit sebelum apayang dicitacitakan itu tercapai.
Ketika dirinya ingin menjadi pilot,orangtuanya bukan mendukung malahmemarahi. Tak sekadar mengeluarkanamarahnya namun sampai membawa Estherke psikolog. Kalau sudah dibawa ke psikologtentu orangtuanya menduga ada apa-apadengan kejiwaan anaknya. Syukur, psikologyang ditemui tidak menemukan hal-hal yangnegatif pada diri Esther. Apa yangdikhawatirkan oleh orangtuanya justruberbanding terbalik dengan apa yangdirasakan oleh psikolog. Psikolog itu malahmendukung kemauan Esther.
Menerima kenyataan yang demikian,orangtua Esther menjadi terbuka sehinggadirinya mengizinkan anaknya untukmendaftar di sekolah penerbangan. Sekolahpenerbangan pertama yang dituju adalahSekolah Penerbangan Curug. Sayangsekolah penerbangan ini mempunyai syaratbahwa para siswa berlatar jurusan IPA danmemiliki tinggi 162 centimeter yang bisabersekolah di tempat itu. Kedua syarat dasaritu tidak melekat pada Esther. Saat SMA,Esther duduk di jurusan IPS dan tingginyatak sampai 162, hanya 157 centimeter.
Gagal di Curug tidak membuat dirinyamenyerah dan merenungi takdir. Ia tetapngotot untuk bisa menempuh pendidikan pi-lot. Akhirnya Esther memilih sekolah pilot diSawyer School of Aviation, Phoenix,Amerika Serikat. Di sekolah pilot di negeriPaman Sam itu tak memiliki aturan yang aneh-aneh hingga dirinya lolos menjadi siswasekolah penerbang.
Meski terbilang mampu untuk sekolah diluar negeri yang terkenal dengan biayapendidikan dan keseharian yang mahalnamun hal demikian tak selamanya dirasakanoleh Esther. Untuk praktik terbang saja, adabiaya tersendiri. Hal demikian membuat Esther
pernah mengalami kekurangan biaya hidup.Untuk mengatasi kesulitan, dirinya di sela-sela berada di kampus, menjadi tukangbangunan, babysister, hingga babu direstoran.
Esther termasuk perempuan yang pintardan cerdas, dirinya mampu lulus dari sekolahpenerbang. Berangkat ke Amerika padatahun 1982 dan pada tahun 1984 dirinyakembali ke tanah air. Meski sudah mempunyai
ijasah yang keren, lulusan Amerika, namunduri dan onak masih dihadapi dalamperjalanan hidupnya. Ijasah yang berada ditangannya itu ternyata tak diterima di Indo-nesia. Untuk mengatasi yang demikian, itubisa diubah dengan sertfikasi sesuai denganaturan yang ditetapkan di Indonesia namunpengalaman yang menyakitkan adalah ketikadirinya didiskriminasi karena statusnyasebagai seorang perempuan.
Ia mengungkapkan, ada seorang pejabatdi kementerian terkait yang merendahkankemampuan dirinya gara-gara hanya karenaseorang perempuan. Sekeping mata uang,apa yang dikatakan pejabat itu juga dilakukanperusahaan-perusahaan penerbangan.Mereka menolak dengan alasan yang sama.
Kegigihan Esther untuk tetap memandu
pesawat akhirnya tercapai setelah MenteriPerhubungan pada masa itu RoesminNoerjadin memberi kesempatan dirinya untukmengikut test. Tes yang dihadapi itu bisadilalui. Tak hanya Roesmin yang menaruhkepercayaan padanya. B. J. Habibie yangsaat itu menjadi Dirut IPTN (PTDI) jugamemberi kesempatan yang sama.Kepercayan Habibie menempatkan dirinyamenjadi pilot setelah sebelumnya kopilot.Dengan naiknya tingkatan tersebut makaEsther menjadi pilot penguji pesawat darikalangan perempuan pertama di Indonesiabahkan saat ini disebut pertama di Asia.
Menjadi pilot penguji pesawat baru tentutaruhannya nyawa. Salah satu hal yangpernah ia alami adalah menguji pesawatdengan menerbangkan hingga padaketinggian 10.000 kaki. Setelah ketinggianitu salah satu mesinnya dimatikan. Ketikamesin mati, pesawat tidak mempunyai dayaangkat dan turun dengan drastis seperti kitanaik rollcoaster di Dunia Fantasi, jantungberdetak cepat, darah mengalir deras, danmata bisa menjadi gelap. Dalam kondisi yangdemikian, ketenangan dan penguasaankecakapan sebagai pilot diuji. Bila guguptentu hal-hal yang tidak diinginkan bisa sajaterjadi.
Uji pesawat baru dengan metode enginesingle stall ini akhirnya tidak digunakan lagidengan alasan beresiko tinggi. Dari ujipesawat model yang demikian telah banyakmenimbulkan korban.
Sebagai pilot penguji, dirinya berulangkalimencoba pesawat baru untuk diterbangkan.pesawat yang pernah ia tes seperti CN-235,Cassa NC212i, dan pada pertengahan tahun2016, dirinya dipercaya sebagai pilot pengujipesawat yang akan menjadi kebanggaanbangsa Indonesia yakni pesawat N219.Dipercaya sebagai pilot penguji pesawatrancangan orang Indonesia, PTDI, Esthermerasa bangga. “Rancangan bangsa sendiripasti mempunyai nilai yang berbeda,”ujarnya. “Saya yakin bangsa kita mampumerancang pesawat yang berkualitas,”tambahnya. ❏
AW
Esther Gayatri Saleh
ISTIMEWA
39EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
FOTO-FOTO: ISTIMEWA
Agresi Militer II Belanda yang
menyebabkan dibentuknya peme-
rintahan darurat, menyadarkan
kepada bangsa Indonesia agar seluruh
tumpah darah ikut melakukan bela
negara. Dengan adanya kesadaran bela
negara membuat bangsa ini terus ber-
kesinambungan, kokoh, dan ditopang oleh
semuanya.
39EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
40 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
SELINGAN
SABTU pagi itu, 19 Desember 2015,
gerimis turun di Monumen Nasional.
Titik-titik air tipis yang jatuh dari langit
itu membuat lapangan Monumen Nasional
basah. Meski demikian, ribuan orang tetap
bertahan di tempat itu. Mereka yang berada
di sana datang dari berbagai kalangan,
warga Jakarta, artis, Wakil Presiden Jusuf
Kalla, Menteri Pertahanan Ryamizard
Ryacudu, Panglima TNI Gatot Nurmantyo,
Kapolri Badrodin Haiti, dan tokoh
masyarakat.
Mereka berkumpul di tempat yang dulunya
bernama Lapangan Ikada guna memperingati
Hari Bela Negara. Sebagai hari yang
mempunyai makna mempertahankan bangsa
dan negara dari gangguan yang sifatnya
mengancam keutuhan dan keberlangsungan
NKRI maka dalam acara itu hadir komponen
masyarakat yang dilatih untuk melakukan
bela negara seperti Resimen Mahasiswa.
Untuk memeriahkan acara, para artis dan
Resimen Mahasiswa menampilkan teatrikal
yang menceritakan bela negara. Mereka
mengibarkan puluhan bendera merah putih
bahkan di Tugu Monumen Nasional
dikibarkan bendera berukuran raksasa.
Sebagai inspektur upacara, Jusuf Kalla
dalam sambutan mengingatkan sejarah
perjuangan bangsa. Pria asal Sulawesi
Selatan itu tak hanya mengatakan sejarah
perlu diingat namun soal kemajemukan juga
sebagai hal penting untuk dirasakan.
Kemajemukan disebut sebagai modal besar
bangsa ini. “Saya mengajak rakyat untuk
belajar dari sejarah perjuangan bangsa,” ujar
Jusuf Kalla. Dengan belajar pada sejarah
maka kemajemukan yang ada menurut Jusuf
Kalla dianggap bukan hambatan dalam
melakukan bela negara. Lebih lanjut
dikatakan, dengan menghindari pertentangan
dari perbedaan yang ada maka kemajemukan
itu bisa digunakan menjadi modal dasar
pembangunan.
Hari Bela Negara wajib diperingati oleh
bangsa ini setelah Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada 18 Desember 2006
mengeluarkan Keputusan Presiden No. 28
Tahun 2006 yang memutuskan tanggal 19
Desember sebagai Hari Bela Negara. “Saya
telah mengeluarkan keputusan yang
menetapkan 19 Desember sebagai Hari Bela
Negara,” ujarnya saat itu.
Tanggal 19 Desember dipilih sebagai hari
Bela Negara dilandasi sebuah perjalanan
sejarah yang terjadi pada 19 Desember
1948, di mana pada saat itu Belanda
melakukan Agresi Militer II.
Sehari sebelum melakukan agresi, pukul
23.30 dari siaran radio menyiarkan bahwa
19 Desember, wakil Belanda di Indonesia,
WTM Beel, akan memberi pidato penting
tentang kedudukan Belanda di Indonesia.
Apa yang dilakukan Beel akan didukung oleh
kekuatan militer Belanda. Jenderal Spoor,
petinggi militer Belanda yang berkedudukan
di Indonesia, jauh-jauh hari telah melakukan
persiapan untuk menduduki Indonesia
kembali. Spoor mengeluarkan komando
kepada tentara Belanda yang berada di
Jawa dan Sumatera untuk menyerbu tentara
Indonesia lewat Operasi Kraai.
Belanda rupanya tidak main gertak
sambal, pada 19 Desember 1948, tepat jam
menunjukkan waktu 2.00 pagi dini hari,
pasukan Belanda yang terhimpun dalam 1e
para-compgnie (Pasukan Para I) KST di
Andir, Bandung, Jawa Barat, memperoleh
parasut dan siap mengangkut ratusan
pasukan dalam 16 pesawat Dakota.
Satu jam setengah kemudian, pasukan itu
mendapat briefing. Lima belas menit setelah
briefing, Mayor Jenderal Engles tiba di
Bandara Udara Andir. Tak Lama kemudian,
Spoor juga tiba di tempat. Di hari yang masih
gelap dan dingin itu, Spoor melakukan
pemeriksaan kesiapan pasukan dan sempat
memberi arahan singkat.
Subuh waktu Bandung, pasukan yang
berada di bawah komando Kapten Eekhout
naik ke pesawat. Setelah semua siap,
pesawat yang berjenis Dakota itu terbang
meninggalkan Paris Van Java menuju titik
tujuan di Lapangan Udara Maguwo,
Jogjakarta. Rute Dakota bisa jadi mengambil
jalur udara yang tak biasa. Pesawat itu,
FOTO-FOTO: ISTIMEWA
41EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
untuk menghindari deteksi, memilih
penerbangan di selatan Jawa, tepatnya di
atas Samudera Hindia Belanda.
Penerbangan menuju Maguwo ditempuh
sekitar 1 jam. Pilot Dakota memberi tahu
lokasi penerjunan siap digunakan.
Mendengar apa yang dikatakan pilot, seluruh
pasukan mempersiapkan diri dengan
payung-payung terjun mereka. Tak lama
kemudian, pintu pesawat dibuka dan dari
pintu itu pasukan satu persatu menghambur
keluar untuk melakukan penerjunan dengan
titik pendaratan di Lapangan Udara Maguwo.
Untuk mengalihkan perhatian, di waktu
yang bersamaan, pagi 19 Desember, Beel
bercuap-cuap di radio yang menyuarakan
bahwa Belanda menolak dan tak akan
mematuhi persetujuan yang sebelumnya
sudah ditandatangani, yakni Persetujuan
Renville.
Pada hari itu, Belanda dengan pasukan
elitnya dan didukung oleh propaganda yang
dilakukan Beel telah melakukan Agresi Militer
II. Belanda menyebut apa yang dilakukan itu
dengan tindakan Aksi Polisionil. Dalam agresi
militer yang dilakukan, sebelum pasukan
Belanda dimuntahkan dari pesawat Dakota,
lebih dahulu Maguwo dibersihkan dari
kekuatan tentara Indonesia dengan cara
dihujani bom dan dihujani mitraliur dari 5
pesawat Mustang dan 9 pesawat
KittyHawk.
Pada masa itu, umur tentara Indonesia
yang masih terbilang muda, sehingga
pertahanan udara di Maguwo dijaga oleh
150 pasukan pertahanan pangkalan udara
dengan alutsista yang masih minim, masih
berupa senapan dan satu senapan anti
pesawat 12,7. Pada saat itu ada senjata
berat namun dalam kondisi yang tidak bisa
dipakai.
Dari kondisi yang demikian, tak heran bila
tentara Belanda mampu menguasai Maguwo
dalam waktu 25 menit. Pukul 7.10, Maguwo
jatuh ke tangan Belanda. Di pihak tentara
Indonesia disebut jatuh korban sebanyak
128 tentara gugur. Sedang di pihak tentara
Belanda dikatakan tak ada yang meninggal.
Menaklukkan Jogjakarta bagi Belanda
bukan main-main sehingga mereka me-
nurunkan kekuatan penuh. Pada pagi itu,
kekuatan pasukan para, 432 personil
didaratkan di Maguwo. Kekuatan itu ditambah
dengan Grup Tempur M sebanyak 2.600
personil. Mereka dilengkapi dengan
persenjataan modern pada masanya.
Kekuatan darat itu di bawah komando Kolonel
D. R. A Van Langen. Apa yang dilakukan
Belanda itu juga dilakukan di beberapa kota
di Indonesia lainnya bahkan penyerbuan
sudah terjadi pada 18 Desember.
Operasi Kraai itu bisa dikatakan berhasil,
terbukti Jogjakarta berhasil dikuasai dan
pemimpin republik seperti Presiden Soekarno,
Wakil Presiden Mohammad Hatta, Sjahrir, dan
yang lainnya ditangkap oleh Belanda. Agresi
Militer II Belanda itu menyebabkan pemerintah
Indonesia melakukan.
Menghadapi yang demikian, ketika
pemerintahan jatuh ke tangan Balenda, maka
Soekarno dan Hatta mengirim surat kuasa
yang ditujukan kepada Menteri Kemakmuran
Syafruddin Prawiranegara yang saat itu
sedang berada di Bukittinggi. Dalam surat
kuasa yang dikirim lewat telegram itu
menyatakan Syafruddin diberi wewenang
untuk membentuk pemerintahan.
Pemerintahan yang dipercayakan pada
Syafruddin disebut dengan Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Ada cerita lain bahwa telegram dari
pemerintahan di Jogjakarta itu tidak sampai
atau tidak diterima oleh Syafruddin. Meski
tanpa memegang telegram untuk membentuk
pemerintahan darurat, sore hari pada 19
Desember, Syafruddin bersama Panglima
Tentara Indonesia di Sumatera Kol. Hidayat,
mendatangi Gubernur Sumatera sekaligus
Ketua Komisaris Pemerintah Pusat, Teuku
Mohammad Hasan. Mereka bertiga mem-
bicarakan tentang masa depan Indonesia.
Untuk lebih serius dalam membahas
masalah itu, mereka bertiga malam harinya
langsung meninggalkan Bukit Tinggi menuju
ke Halaban, sebuah kota di selatan
Payakumbuh. Di Halaban, pada 22 De-
sember, Syafruddin, Mohammad
Hassan, Sutan Mohammad Rasjid, Kolonel
Hidayat, Lukman Hakim, Indracahya, Mananti
Sitompul, Maryono Danubroto, A. Karim,
Rusli Rahim, dan Latif, mengadakan rapat
besar. Dalam rapat tersebut diputuskan untuk
42 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
SELINGAN
Bela Negara Meski Di Luar Sana
Bela negara wajib
dilakukan oleh seluruh
tumpah darah Indonesia
di manapun berada.
Plan B, membentuk
pemerintahan di luar
negeri, direncanakan bila
pembentukan
pemerintahan darurat di
dalam negeri gagal. Plan
B bisa dijadikan
pelajaran meski di luar
negeri kita harus tetap
melakukan bela negara
MESKI pemimpin yang ada di Jogjakarta
memberi amanat kepada Syafruddin
Prawiranegara untuk membentuk
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI) di Sumatera namun pemimpin yang
ada di Jogjakarta juga mengantisipasi
kemungkinan yang ada. Antisipasi itu adalah
membentuk PDRI.
Dalam pemerintahan darurat itu disusunlah
pemegang kekuasaan dengan menunjuk
Syafruddin Prawiranegara sebagai Ketua
PDRI/Menteri Pertahanan/Menteri Penerang-
an/Menteri Luar Negeri ad interim,
Mohammad Hasan sebagai Wakil Ketua PDRI/
Menteri Dalam Negeri/Menteri PPK/Menteri
Agama, Sutan Mohammad Rasjid sebagai
Menteri Keamanan/Menteri Sosial, Pem-
bangunan, Pemuda; Lukman Hakim sebagai
Menteri Keuangan/Menteri Kehakiman,
Mananti Sitompul sebagai Menteri Pekerjaan
Umum/Menteri Kesehatan, dan Indracaya
sebagai Menteri Perhubungan/Menteri
Kemakmuran.
Apa yang dilakukan Syafruddin itu tentu
tak disukai oleh Belanda. Belanda menjadi-
kan mereka sebagai target sasaran berikut-
nya. Para pelaksana PDRI pun diincar oleh
Belanda sehingga hal yang demikian meng-
akibatkan mereka sering menyamar untuk
menghindari pencarian dan kejaran musuh.
Dikatakan Mohammad Hasan, dirinya
bersama yang lain sering tidur di hutan dan
di tepi sungai Batanghari. Akibat yang
demikian membuat mereka hidup menderita,
kekurangan makanan. Meski mereka
bergerilya, mereka tetap menjalin komunikasi
dan informasi. Caranya? Ke mana-mana
mereka membawa radio dan berbagai
perlengkapan komunikasi lainnya. Peme-
rintahan yang ‘berkantor’ di hutan itulah yang
membuat Belanda mengejek mereka dengan
sebutan Pemerintah Dalam Rimba Indonesia.
Menanggapi ejekan demikian, Syafruddin
membalas balik dengan mengatakan, kami
meskipun dalam rimba, masih tetap di
wilayah RI, karena itu kami pemerintah
yang sah. Tapi, Belanda waktu negerinya
diduduki Jerman, pemerintahnya
mengungsi ke Inggris. Padahal, menurut
UUD-nya sendiri menyatakan bahwa
kedudukan pemerintah haruslah di wilayah
kekuasaannya. Apakah Inggris jadi
wilayah kekuasaan Belanda? Yang jelas
pemerintah Belanda tidak sah. ❏
AW/dari berbagai sumber
bagaimana bila Syafruddin tak mampu
melakukan amanat yang diberikan.
Untuk menjaga kemungkinan tersebut,
pemimpin yang ada di Jogjakarta juga
mengirim surat kepada Duta Besar Indonesia
untuk India, Soedarsono. Pada saat itu
Menteri Keuangan Indonesia, A. A. Maramis,
kebetulan juga berada di New Delhi, India.
Dengan dibantu staf kedutaan, L. N Palar,
mereka bertiga mempersiapkan membentuk
pemerintahan Indonesia yang berada di luar
negeri bila di Sumatera gagal terwujud.
Soedarsono merupakan Duta Besar
Indonesia untuk India juga merangkap
43EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
negara Burma. Ia memiliki peran penting
selain dalam diplomasi juga terkait dengan
lahirnya maskapai Garuda Indonesia
Airways. Soedarsono ini ayah dari
Juwonono Soerdarsono yang pernah
menjadi Menteri Pertahanan dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.
L. N Palar merupakan diplomat ulung. Ia
wakil Indonesia di PPB pada 1947 hingga
1953. Pada masa itu banyak peristiwa
penting terhadap posisi Indonesia di mata
dunia internasional. Ketika terjadi konflik
antara Indonesia dan Belanda, Palar
mendebat status kedaulatan Indonesia di
PBB dan Dewan Keamanan meski saat itu
Indonesia di PBB belum menjadi anggota
penuh, masih berstatus peninjau. Sedang
A. A Maramis merupakan Menteri Keuangan
yang saat Agresi Militer II dirinya sedang tidak
berada di Indonesia. Dirinya menjadi Menteri
Luar Negeri pada masa PDRI. Pria asal
Tomohon ini juga pernah menjadi duta besar
di beberapa negara.
Seperti Belanda yang melakukan agresi
militernya dengan kekuatan sipil dan militer,
pemerintah Indonesia pun juga melakukan hal
yang sama. Saat agresi terjadi, Panglima
Tentara Jenderal Soedirman dalam keadaan
sakit. Meski demikian, dirinya melaporkan
keadaan kepada Presiden Soekarno. Saat
hendak melapor, Soedirman didampingi Kolonel
Simatupang, Komodor Suriadarma, dan dokter
pribadinya, Suwondo. Ketika Soedirman
hendak melaporkan keadaan, Soekarno tengah
melakukan sidang kabinet. Mereka akhirnya
menunggu di luar. Sidang kabinet akhirnya
mengambil keputusan, pemerintah Indonesia
tidak meninggalkan ibu kota.
Selesai sidang, Soekarno menemui
Soedirman. Soedirman mengajak seluruh
pemimpin untuk melakukan gerilya namun
karena sidang memutuskan pemerintah tetap
tinggal di Kota Jogja maka Soekarno tidak
bisa menuruti kemauan Soedirman. Soekarno
pun juga mengajak agar Soedirman juga tetap
tinggal di kota. Mendapat saran demikian,
Soedirman menolak. Dirinya menyatakan
ingin melakukan perang gerilya. Simatupang
pun mengajak Soekarno dan Hatta untuk
turut gerilya. Entah karena keputusan sidang
atau bisikan Menteri Laoh yang mengatakan
bahwa tak ada pasukan yang akan
mengawal maka Soekarno dan Hatta tetap
tinggal dalam kota dengan dalih agar dapat
berhubungan dengan wakil PBB. Keinginan
untuk tetap tinggal di kota juga didukung oleh
seluruh menteri. Para menteri ingin Soekarno
dan Hatta tetap di dalam kota.
Soerdiman tetap melakukan niatnya meski
berbeda sikap dengan pemimpin dari
kalangan sipil. Ia pergi meninggalkan
Jogjakarta untuk memimpin perang gerilya.
Dalam perang itu ia melakukan perjalanan
lebih dari 1000 km di daerah Jawa Tengah
dan Jawa Timur di bagian selatan. Dalam
keadaan sakit, tak heran bila Soedirman
sering ditandu atau digendong ketika
melakukan gerilya. Selama delapan bulan
Soerdiman melakukan gerilya di hutan,
gunung, dan perkampungan penduduk.
Dalam gerilyanya, berbagai ancaman dan
peperangan dengan tentara Belanda kerap
terjadi. Setelah keadaan dirasa kondusif,
pada 10 Juli 1949, Soedirman bersama
pasukannya kembali ke Jogjakarta. ❏
AW/dari berbagai sumber
FOTO-FOTO: ISTIMEWA
44 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
SELINGAN
Bangsa Ini Akan Menjadi Rebutan
SAAT menjadi pembicara dalam
Seminar Nasional Bela Negara dan
Sosialisasi 4 Pilar MPR yang dihadiri
ratusan anggota Resimen Mahasiswa dan
alumni Resimen Mahasiswa se- Sulawesi
Selatan, 12 Desember 2015, di Makassar,
Sulawesi Selatan, Wakil Ketua MPR Oesman
Dalam keadaan genting, bangsa ini membutuhkan rakyat terlatih untuk ikut bersama TNI membela bangsa dan
negara. Resimen Mahasiwa dibentuk ketika bangsa ini berkonfrontasi dengan Belanda dalam sengketa Pulau
Papua.
SYAFRUDDIN Prawiranegara
dilahirkan di Serang, Banten, pada
28 Februari 1911. Semasa kecil ia
dipanggil ‘Kuding’. Menurut catatan
sejarah, ia memiliki campuran darah dari
etnis Sunda dan Minang. Sebab demikian
karena ibunya orang Sunda sedang
ayahnya orang Minang. Syafruddin tidak
hanya berdarah campuran namun dirinya
juga berdarah biru. Buyut dari ayahnya,
Sutan Alam Intan, masih keturunan Raja
Pagaruyung yang dibuang ke Banten
karena terlibat Perang Paderi.
Di Banten, Sutan menikah dengan anak
bangsawan Banten. Dari sini lahirlah
seorang anak. Setelah dewasa anak
Sutan itu menikah dan memiliki putra yang
bernama Raden Arsyad Prawiraatmaja.
Arsyad inilah ayah Syafruddin. Arsyad
adalah seorang jaksa. Dengan alasan
karena dekat dengan rakyat, Arsyad oleh
Belanda dibuang ke Jawa Timur.
Umur 14 tahun, Syafruddin menjalani
pendidikan pertama di ELS, kemudian
melanjutkan sekolah MULO di Madiun, Jawa
Timur, tahun 1928. Dari sini dirinya
melanjutkan ke AMS di Bandung tahun 1931.
Selepas dari AMS, Syafruddin menempuh
Pria Berdarah Biru Menggunting Uang
kuliah di Rechtshoogeschool di Jakarta dan
berhasil meraih gelar Meester in de
Rechten pada tahun 1939.
Setelah mendapat gelar sarjana hukum,
dirinya menjadi karyawan siaran radio
swasta. Menjadi karyawan radio swasta
dijalani hanya setahun. Kemudian ia menjadi
pegawai pada Departemen Keuangan
Belanda. Ketika Belanda meninggalkan
Indonesia karena kedatangan bala tentara
Jepang, Syafrudin tetap sebagai pegawai
keuangan namun di bawah kementerian
yang dikuasai Jepang.
Pengalaman menjadi pegawai di
Departemen Keuangan baik pada masa
Belanda dan Jepang itu bisa jadi
mengantarkan dirinya menjadi Wakil
Menteri Keuangan pada tahun 1946.
Prestasinya bagus sehingga dirinya
diangkat menjadi Menteri Kemakmuran.
Ketika posisi ini dijabat, beberapa tahun
kemudian terjadi Agresi Militer II.
Selepas menjadi Ketua PDRI,
Syafruddin diangkat sebagai Wakil
Perdana Menteri. Dari wakil kemudian
dirinya diberi amanah menjadi Menteri
Keuangan pada tahun 1949-1950. Pada
masa inilah Syafruddin melakukan
kebijakan yang sampai sekarang menjadi
perbicangan dalam dunia ekonomi dan
keuangan, yakni melaksanakan
pengguntingan uang dengan nilai Rp 5 ke
atas sehingga nilainya tinggal separuh.
Kebijaksanaan ini dikenal dengan Gunting
Syafruddin.
Selepas menjabat Menteri Keuangan,
dirinya diangkat menjadi Gubernur Bank
Sentral Indonesia, tahun 1951. Jabatan
ini dipercayakan padanya sebab ia
pernah menjadi Presiden Direktur
Javasche Bank.❏
AW/dari berbagai sumber
Sapta mengatakan bangsa ini sedang
mengalami krisis nasionalisme. Untuk itu
dirinya merasa bangga dengan Resimen
Mahasiswa dan alumninya yang telah ikut
membangkitkan nasionalisme dalam acara ini.
Oesman Sapta bertanya kenapa bangsa
ini selalu bertikai sesama bangsa sendiri?
Menurutnya karena bangsa ini tak mau
menghayati Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. “Empat Pilar
harus disosialisasikan kepada masyarakat
agar mereka sadar kembali,” ujarnya.
Dikatakan pada 9 Desember 2014,
bangsa ini telah melakukan Pilkada serentak
Syafruddin Prawiranegara
45EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
dengan damai di 264 kabupaten, kota, dan
provinsi. Hal demikian diakui sebagai hal
yang menggembirakan. Menurutnya ini bukti
kedewasaan politik masyarakat yang tak
mau lagi diadudomba hanya karena money
politic untuk memilih kepala daerah. “Inilah
guna 4 Pilar,” ujarnya.
Dikatakan kembali bahwa bangsa ini
sedang mengalami krisis kebangsaan dan
bagaimana mengubah krisis ini? Oesman
Sapta menjawab kita semua harus
mempunyai kebanggaan pada bangsa dan
negara.
Kebangkitan nasionalisme ini dikatakan
salah satunya dibangkitkan oleh Resimen
Mahasiswa. Menurutnya bangsa ini adalah
bangsa yang spontan kalau ada yang
menarik langsung diucapkan. Resimen
Mahasiswa sebagai generasi muda adalah
intelektual. Resimen Mahasiswa mampu
menyosialiasikan 4 Pilar ke masyarakat
karena Resimen Mahasiswa ada di seluruh
Indonesia.
Resimen Mahasiswa sebagai generasi
muda untuk itu Oesman Sapta mengharap
agar kita memberi ruang untuk para muda
untuk berkreatif dan berinisiatif untuk
membangun bangsa. Ditegaskan kita jangan
mau didikte, diadudomba, dan diintervensi
oleh bangsa lain. “Untuk itu berpeganglah
pada 4 Pilar,” tegasnya.
Negara Equator Akan Jadi Rebutan
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo,
dalam kesempatan yang sama, meng-
ungkapkan pada masa lalu ada kerajaan
besar di nusantara seperti Sriwijaya dan
Majapahit namun kerajaan itu punah.
Punahnya kerajaan itu menurut Gatot bukan
karena diserang bangsa lain namun karena
konflik internal.
Untuk itu dirinya merasa bangga dari
Indonesia timur, ada acara untuk mem-
bangkitkan bela negara. “Ini luar biasa”,
ujarnya. Gatot mengungkapkan perasaan
kekhawatirannya apakah TNI mampu
menjaga keutuhan bangsa di tengah
semakin bertambahnya jumlah penduduk.
Dari waktu ke waktu jumlah penduduk
dunia semakin bertambah hingga lebih dari
4 milliar jiwa padahal dunia ini secara normal
hanya mampu menampung penduduk se-
banyak 3 sampai 4 miliar penduduk.
Bertambahnya penduduk yang tidak
terkendali ini akan menyebabkan terjadinya
kematian dan kemiskinan. “Ini sangat
mengkhawatirkan karena jumlah penduduk
overload,” ujarnya. Akibat bertambahnya
penduduk itu menurut mantan Pangkostrad
itu juga mengakibatkan krisis energi. Hal
demikian juga mengkhawatirkan karena
energi tak terbarukan.
Dikatakan di Timur Tengah terjadi konflik
berkepanjangan karena mereka penghasil
minyak. Dengan fakta di atas Gatot berani
menyimpulkan bahwa konflik di dunia karena
berlatar energi.
Diungkapkan negara-negara di kawasan
equator seperti Indonesia, Afrika Tengah,
Ghana, Brasil, dan lain sebagainya memiliki
masa tanam yang panjang dan subur.
Menurutnya negara di equator sangat luar
biasa.
Dari sinilah maka negara-negara di equator
akan diperebutkan oleh banyak negara. Gatot
mengatakan ke depannya konflik di Timur
Tengah akan bergeser ke daerah equator.
Untuk itu dirinya mengajak kepada semua
untuk bangkit dan bersatu. Indonesia
dikatakan adalah negara yang luar biasa
yang memiliki kekayaan alam yang melimpah
dan beraneka rupa. “Semua ingin menguasai
Indonesia,” ungkapnya.
Resimen yang
beranggotakan Mahasiswa
Dalam wikipedia disebutkan, Resimen
Mahasiwa merupakan salah satu kekuatan
sipil yang dilatih dan dipersiapkan untuk
mempertahankan Indonesia sebagai per-
wujudan Sistem Pertahanan dan Keamanan
Rakyat Semesta (Sishankamrata). Korps
berbaret ungu ini juga merupakan salah satu
komponen warga negara yang mendapat
pelatihan militer.
Base camp atau ‘batalion’ resimen ini
berada di kampus-kampus dengan kesatuan
masing-masing yang anggotanya adalah
mahasiswa yang berkedudukan di per-
Oesman Sapta
Gatot Nurmantyo
46 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
SELINGAN
guruan tinggi. Resimen ini mempunyai tugas
sebagai komponen cadangan pertahanan
negara yang diberikan pelatihan ilmu militer
seperti penggunaan senjata, taktik per-
tempuran, survival, terjun payung, bela diri
militer, senam militer, penyamaran, navigasi
dan sebagainya.
Resimen Mahasiswa merupakan salah
satu unit kegiatan mahasiswa (UKM). Meski
demikian, UKM ini memiliki wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda dengan UKM
yang lain. UKM Resimen Mahasiswa
kedudukannya langsung di bawah rektorat.
Seperti korps TNI dan polisi, resimen ini
juga mempunyai semboyan. Semboyan yang
dimiliki adalah Widya Çastrena Dharma
Siddha. Semboyan yang diambil dari bahasa
Sanskerta ini mempunyai arti Penyempurna-
an Pengabdian Dengan Ilmu Pengetahuan
dan Ilmu Keprajuritan.
Lebih lanjut diterangkan dalam wikipedia,
yang dimaksud oleh ilmu pengetahuan
adalah segala macam cabang keilmuan yang
didapat saat menjadi mahasiswa. Hal ini
dipergunakan untuk menempuh jenjang
karier, dengan tidak melupakan tujuan utama
melakukan pengabdian pada masyarakat.
Sedangkan ilmu keprajuritan adalah yang
bersangkutan dengan jiwa keperwiraan,
keksatriaan serta kepemimpinan, bukan
sekadar keahlian dalam bertempur atau pun
yang sejenis.
UKM yang melakukan seleksi yang ketat
bagi para mahasiswa yang memiliki minat
menjadi anggotanya itu memiliki sejarah yang
tak lepas dari perjuangan bangsa.
Sejarahnya, pada 13 Juni - 14 Septem-
ber 1959 diadakan wajib latih bagi para
mahasiswa di Jawa Barat. Mereka yang
memperoleh latihan ini siap mempertahankan
negara Indonesia bersama TNI guna
mencegah semua ancaman dan siap
melakukan pertempuran dengan
menggunakan senjata. Para mahasiswa itu
dididik oleh Kodam VI/Siliwangi. Sebab dididik
oleh Siliwangi maka mereka berhak
menggunakan lambang Siliwangi. Walawa,
sebutan para mahasiswa yang mengikuti
pendidikan itu, dipersiapkan sebagai perwira
cadangan untuk mendukung TNI bila terjadi
keaadaan genting.
Pada 19 Desember 1961 di Jogyakarta,
Presiden Soekarno sekaligus sebagai Komando
Pimpinan Besar Revolusi mengumandangkan
Trikora, yakni Kibarkan Bendera Merah Putih
di Papua, Gagalkan Negara Boneka, dan
Adakan Mobilisasi Umum. Seruan Trikora itu
mendapat sambutan gegap gempita dari seluruh
masyarakat termasuk juga mahasiswa wajib
latih (Walawa).
Dengan adanya Trikora itu, Indonesia
menghadapi perang besar dengan Belanda
sehingga kewaspadaan nasional diperkuat.
Dari sinilah pentingnya dan semakin di-
butuhkannya pendidikan perwira cadangan
di kampus-kampus.
Berdasarkan dua surat keputusan
Pangdam VI/Siliwangi maka pada
20 Januari 1962 dibentuk suatu badan
koordinasi yang diberi nama Badan Persiapan
Pembentukan Resimen Serba Guna
Mahasiswa Dam VI Siliwangi (disingkat BPP)
Resimen Mahasiswa DAM VI/ Siliwangi.
Selanjutnya Februari 1962 diadakan
refreshing course selama sepuluh minggu
di Resimen Induk Infantri dan dilanjutkan
dengan latihan selama 14 hari yang dikenal
dengan sebutan Latihan Pasopati. Pada
20 Mei 1962, anggota Resimen Mahasiswa
Angkatan 1959 dilantik oleh Pangdam VI/
Siliwangi menjadi bagian organik dari Kodam
VI/Siliwangi.
Lebih lanjut dalam wikipedia disebutkan,
dalam rencana kerja empat tahunnya
tercantumlah pembentukan kader inti dan ini
sudah terlaksana sejak permulaan semester
2 tahun ajaran 1962-1963, termasuk
pembentukan kader inti putri. Mahasiswa
Jawa Barat, Bandung khususnya, mengikuti
Latihan di Bihbul, tempat penggodokan
prajurit-prajurit TNI (Sekarang Secaba Dam
VI/Siliwangi). Satuan-satuan inti dari batalion
mahasiswa dari beberapa universitas dan
akademi dikirim ke tempat ini di bawah
asuhan pelatih-pelatih dari RINSIL.
Tanggal 12 Juni 1964 keluarlah Surat
Keputusan Menteri Koordinator Komponen
Pertahanan dan Keamanan Jenderal A.H.
Nasution yang mengesahkan Duaja Resimen
Mahawarman. Penyerahan Duaja dilakukan
oleh Menko sendiri. Dari sini membuat Garuda
Mahawarman resmi berdiri berdampingan
dengan Harimau Siliwangi. ❏
AW/dari berbagai sumber
FOTO-FOTO: ISTIMEWA
47EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
DI SAMPING gerbang utama gedung Nusantara III, Kompleks
MPR/DPR/DPD Senayan, Jakarta, ada sebuah ruangan
tempat berkumpul para wartawan, baik cetak, elektronik
maupun onlile yang biasa meliput kegiatan-kegiatan parlemen
(MPR, DPR, dan DPD. Namanya ruangan Press Room Parlemen.
Kegiatan parlemen yang sangat luar biasa padat membuat
mobilitas para wartawan peliput juga sangat tinggi. Di sela-sela
kegiatan peliputan, tepat di belakang ruang press room ada tempat
makan atau semacam kantin kecil, tempat para wartawan
melepaskan lelah sekaligus sebagai tempat makan, mengisi perut
saat lapar. Pemilik kantin tersebut adalah seorang ibu yang setia
menjajakan dagangan seperti kue-kue, gorengan, minuman dan
makan siang kepada para wartawan dengan harga yang sangat
terjangkau.
Suprapti adalah nama ibu penjaja dagangan di belakang press
Ibu Penjual MakananWartawan Parlemen
room tersebut. Berbagai macam dagangan enak, murah meriah
tersedia lengkap. Mulai dari gorengan, kue-kue, kopi, teh, makan
pagi dan makan siang semuanya ada.
Wanita kelahiran Sragen 24 Juni 1957 ini berkisah, awal
mula berdagang pada 14 tahun yang lalu, sekitar 2001. Dahulu
dirinya berjualan di Meruya DPR II. “Saya jualan nasi kucing, nasi
bungkus, jagung, pecel juga,” katanya. Ibu dari lima orang anak
ini tak pernah mengeluh meski setiap hari bangun pukul 02.00
WIB.
Ia melakukan dengan senang hati. Suprapti menjelaskan,
dulunya jualan setiap pagi di Basement Nusantara I dibantu adik
tercinta, dan sekarang dipercaya untuk berdagang di ruang
press room. “Pagi di Nusantara I, 03.30 WIB kesini (press room).
Anak saya yang nomor 4 baru ikut bantu-bantu dua tahun
terakhir,” kata Suprapti sembari melayani pembeli.
Yang menarik jika berbicara, ibu ini selalu penuh dengan
falsafah-falsafah hidup. Maklum, katanya, setiap hari ia
berhadapan dengan wartawan yang kebanyakan anak-anak
muda. Salah satu falsafah hidup yang diambil dari suaminya
sebelum meninggal adalah ‘Hidup Haruslah tetap bersyukur, bayi
yang lahir tidak memakai sehelai benangpun, sedangkan kita
sudah diberikan Allah segala kelengkapan hidup’.
“Suami saya namanya Jumari (almarhum) juga dulu bekerja di
lingkungan parlemen sebagai pekerja proyek. Dulu membangun
pertama kali gedung press room ini. Bapak baik,
bertanggungjawab, beliau rela banting tulang hanya untuk
menghidupi keluarga. Sebagai pekerja proyek, bapak selalu
mendedikasikan dirinya secara total,” ucap Suprapti, Kamis 10
Desember 2015.
Harapan ibu Suprapti adalah, selalu diberi kesehatan kepada
anak-anak, keluarganya, dan suami diberikan tempat terbaik di
sisi Allah, dan semoga semua amal ibadahnya diterima.
“Saya juga berharap dagangan dan masakan saya disukai
penghuni press room, kerja mereka keras sekali setiap hari
melakukan peliputan, semoga bisa menjadi amal ibadah nantinya,”
tandasnya. ❏
DER
Pojok MPR
Suprapti
ISTIMEWA
48 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
SELINGAN
PERSOALAN etika yang muncul
beberapa waktu lalu membuat kita
semua prihatin. Secara sengaja
dengan bertelanjang mata, seolah-olah kita
hendak diperlihatkan betapa tipisnya etika
di kalangan pejabat Negara. Padahal,
sebagai orang timur kita dikenal sebagai
masyarakat yang sangat taat dan patuh pada
etika.
Hal ini sangat berlawanan dengan
kenyataan yang bisa ditemukan di kalangan
masyarakat bawah. Yaitu, masyara-
kat yang masih memegang etikanya dalam
bentuk norma. Karena itu, tidak salah jika
para pejabat Negara meniru prinsip-prinsip
mempertahankan etika, seperti yang
dilakukan masyarakat. Meski pejabat Negara
itulah yang seharusnya memberikan
tauladan kepada masyarakat.
Bahkan, bagi anggota masyarakat, bobot
sanksi sosial akibat pelanggaran etika, itu
lebih berat dibanding sanksi hukum. Terbukti,
saat mereka dikucilkan oleh masyarakat,
oknum yang melanggar etika tersebut akan
sangat tertekan. Sehingga tak jarang kita
menemukan kasus bunuh diri, stres atau
depresi, akibat mendapat sanksi dari
masyarakatnya.
Sekali lagi, masyarakat kita benar-benar
butuh ketauladanan, kalau bisa ketauladan-
an itu berasal dari para pejabat Negara. Ini
diperlukan agar kita dapat menegakkan etika.
Dan melempangkan kesalahan yang terjadi
selama ini, yaitu kesenjangan antara
sosialisasi dan aktualisasi, hanya ada
sosialisasi dan tidak ada eksekusi.
Karena itu tidak salah jika bangsa Indo-
nesia mengingat kembali hakekat
keberadaan Tap MPR No. VI/MPR/2001
tentang Etika Kehidupan Berbangsa. Namun,
jangan lupa etika yang terdapat dalam
ketetapan tersebut bukanlah barang baru.
Tap No VI/2001 sekedar sebagai pengingat
bahwa kita memiliki etika dan itu perlu
diaktualisasikan kembali.
Untuk itu, rasa-rasanya, kita memang
sudah sangat membutuhkan kembalinya
lembaga seperti BP7, yang pernah ada di
zaman Orde Baru. Tujuannya adalah untuk
mengatur regulasi etika. Dengan begitu
diharapkan masyarakat akan lebih
memerhatikan dan menerapkan etika.
Karena aktualisasi etika tidak akan efektif
bila dilakukan dengan cara membentuk UU.
Tetapi akan lebih efisien jika membentuk
lembaga semacam BP7.
Apalagi, sejak lama kita sudah memiliki
prinsip kepemimpinan yang sangat mulia.
Yaitu, ing ngarso sungtulodo, ing madyo
mangun karso, tut wuri handayani. Prinsip-
prinsip itulah yang kini dibutuhkan masyarakat.
Etika Kehidupan BerbangsaJelang tutup tahun 2015, masyarakat Indonesia tersengat oleh persoalan etika pejabat negara. Kejadian itu
muncul, menyusul maraknya pemberitaan kasus dugaan pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wakil PresidenJusuf Kalla dalam kasus perpanjangan izin pengelolaan PT. Freeport Indonesia. Dituding pelaku pelanggaranetika itu adalah Ketua DPR RI Setya Novanto.
Pentingnya penegakan etika, khususnya bagi pejabat Negara sesungguhnya bukan masalah baru. Jauh-jauh hari Majelis Permusyawaratan Rakyat sudah memandang pentingnya penegakan etika, terlebih bagi parapejabat Negara. Ini dibuktikan dengan lahirnya Tap MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.Pasal 3 dalam Tap VI/2001 memberi rekomendasi kepada Presiden, lembaga-lembaga negara serta masyarakatuntuk melaksanakan ketetapan ini sebagai ‘acuan dasar dalam kehidupan berbangsa’.
Mata Pengamat
Prof. Dr. Iriyanto Widisuseno, M.Hum, Guru Besar Filsafat Undip Semarang
Masyarakat Butuhkan Tauladan
49EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
MENCAMPURADUKKAN etika dalam
UU hanya akan menjatuhkan etika
dari posisinya yang sudah sangat
terhormat. Karena posisi etika berada di atas
hukum. Bahkan, sesungguhnya hukum tidak
perlu ada jika seluruh anggota masyarakat
patuh, tunduk, dan melaksanakan segala
etika yang dianut masyarakatnya.
Oleh sebab itu tidak benar kalau
keinginan penegakan etika kehidupan
berbangsa dilakukan dengan cara
membentuk UU tentang Etika. Biarlah etika
itu tetap berada dalam ketetapan MPR.
Yaitu, Tap No. VI/MPR/2001 tentang Etika
Kehidupan Berbangsa, tanpa harus ditarik
ke ranah UU. Kalaupun ada keinginan untuk
membuatnya menjadi lebih mudah diterapkan
bisa saja dilakukan melalui peraturan-
peraturan yang lainnya. Apalagi UU
merupakan produk pemerintah dan DPR,
padahal keduanya memiliki etika yang
berbeda.
Anggota DPR misalnya, akan terasa
kurang etis j ika menerima seorang
pengusaha di ruang kerjanya secara
eksklusif dan empat mata. Namun bagi
pemerintah, pertemuan seperti itu menjadi
sesuatu yang lumrah, dan tidak melanggar
etika di pemerintahan. Karena itu menjadi
tidak benar jika penegakan etika dilakukan
melalui UU, karena para pembuat UU-nya
memiliki etika yang berbeda.
Selain itu, membawa etika ke ranah
hukum, juga akan menimbulkan kebingungan.
Pasalnya etika itu memiliki sifat lokal. Setiap
kelompok masyarakat, setiap lembaga
memiliki etikanya sendiri-sendiri, yang
bersifat eksklusif dan personal. Dan,
keberadaannya sangat mungkin berbeda
dengan etika masyarakat atau lembaga yang
lain. Karena alasan itu pulalah, penegakan
etika tidak bisa dilakukan melalui jalan
pembutan UU.
Bahkan, munculnya wacana pem-
bentukan Majelis Etika, seperti yang tersiar
beberapa waktu lalu, juga sesuatu yang tidak
perlu. Upaya tersebut lagi-lagi hanya akan
menjatuhkan citra etika. Karena dalam majelis
tersebut akan sulit memisahkan etika dari
hukum. Dan, hanya akan melahirkan ke-
rancauan seperti nasib yang menimpa
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
Dr. Roberia, SH, MH., Dosen Universitas Tarumanegara
Pengunduran Diri Itu Etika
(DKPP).
Dalam kasus etika pejabat Negara yang
terjadi beberapa waktu lalu, pengunduran
diri merupakan cara terbaik yang patut
dilakukan. Pengunduran diri seorang
pejabat Negara, lantaran dia disangka
melakukan kesalahan merupakan etika
tersendir i . Sepert i yang dikatakan
Aristoteles, orang yang beretika adalah
orang yang baik dan bertanggungjawab.
Meskipun, secara hukum dia belum tentu
terbukti bersalah. Namun karena banyak
orang yang menganggap dirinya khilaf atau
bersalah maka wajarlah kalau dia
melakukan intropeksi, dengan jalan
mengundurkan diri. ❏
MBO
Kalau saat ini muncul wacana
pembentukan Majelis Etika, menurut saya,
itu merupakan reaksi positif yang muncul
bersamaan waktunya dengan ribut soal
etika di kalangan pejabat Negara. Yang
penting tetap harus berhati-hati. Jangan
sampai ada kooptasi kepentingan sepihak.
Sekali lagi, wacana itu merupakan niat baik,
tapi harus disadari ada sisi positif dan
negatifnya. Asal tidak lari dari tujuan
awalnya. ❏
MBO
FOTO-FOTO: ISTIMEWA
50 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
NASIONAL
Kunjungan Kelompok Punakawan
Benang Kusut Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara
JELANG tutup tahun 2015, Pimpinan MPRmasih kedatangan tamu dari berbagaikalangan. Mereka yang melakukan
pertemuan dengan pimpinan MPR itumenyampaikan berbagai pemikiran dankekhawatirannya terkait kehidupan ber-bangsa dan bernegara. Ada yang galaumelihat masa depan Indonesia, pascaberlakunya era pasar bebas ASEAN. Adajuga yang mengkhawatirkan efek kegaduhanyang terus terjadi di ranah politik.
Di samping masalah-masalah itu, taksedikit pula tokoh menyampaikan pe-mikirannya terkait tugas MPR dalam me-laksanakan sosialisasi MPR. Ada yangmengajak kerjasama dalam rangka sosiali-sasi. Ada juga yang mengkritisi pelaksanaansosialisasi serta efektivitasnya di tengahmasyarakat.
Salah satu elemen masyarakat yangmembahas berbagai persoalan tersebut
Indonesia menghadapi berbagai persoalan pelik yang tak gampang diselesaikan. Ibarat benang
kusut yang sulit diurai.
kepada pimpinan MPR adalah para tokohyang menamakan dirinya Kelompok Puna-kawan. Dipimpin Jaya Suprana, pengusahayang juga dikenal sebagai budayawan,Kelompok Punakawan menyambangikompleks Parlemen. Pertemuan tersebutberlangsung di Ruang Delegasi, kompleksMPR, DPR, dan DPD pada Selasa (15/12).
Beberapa tokoh nasional tampak ikutdalam pertemuan tersebut. Antara lain,budayawan dan tokoh agama Frans MagnizSuseno, mantan Menteri Lingkungan Hidupera Soeharto Prof. Emil Salim, serta mantanKetua Mahkamah Konstitusi Prof. MahfudMD. Sementara pimpinan MPR yang menemuimereka adalah Ketua MPR RI Zulkifli Hasanbersama wakil ketua Oesman Sapta,Mahyudin, dan EE. Mangindaan.
Menyinggung kegaduhan di DPR, Prof.Mahfud MD menilai ada kekeliruan dilakukanMahkah Kehormatan Dewan (MKD) dalam
melakukan persidangan etik. Mestinyapengadilan etika itu tidak sama denganpengadilan hukum. Namun, yang terjadiadalah sebaliknya, persidangan etik itu tidakada bedanya dengan sidang perkara hukum.Padahal antara hukum dan etika posisinyatidak sama. Karena etika menempati posisidi atas hukum.
Pernyataan lain disampaikan FransMagniz Suseno, ia menilai gaduh di DPRmembuat masyarakat semakin tak percayapada para wakilnya. Kondisi ini diperparahdengan sikap anggota DPR yang salingmembela koleganya, bukan meminta merekauntuk mundur dari keanggotaan wakil rakyat.
Sedangkan Prof. Emill Salim mengatakan,sila-sila dalam Pancasila tengah diuji. Silapertama Ketuhanan Yang Maha Esamisalnya, sedang dihadapkan padakenyataan bahwa Indonesia dianggapsebagai negara dengan tingkat toleransi
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
51EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
sangat rendah. Dan memiliki potensi konflikyang sangat tinggi. Itu menjadi bukti bahwatoleransi umat beragama harus diberikancatatan tersendiri. Kesimpulan tersebutmerupakan hasil survei yang dilakukan olehSosial Strategi Indeks.
“Tingginya jumlah pengangguran danminimnya penghasilan menjadi pemicutingginya angka pencurian dan kebohongan,padahal itu tidak sesuai dengan sila keduaPancasila”, ujar Emil Salim.
Sila ketiga, menurut Emil Salim, juga tidakkalah memprihatinkan. Selama ini provinsi-provinsi di Indonesia bagian timur dikenalsebagai wilayah yang kaya akan sumberdaya alam. Nyatanya, rakyat di wilayahtersebut malah hidup dalam kemiskinan.Sementara pulau Jawa, Bali dan Sumateramalah menguasai lebih dari 80% potensiekonomi Indonesia. Sedangkan kurang dari20% sisanya harus dibagi-bagi di wilayahprovinsi Indonesia bagian timur. Kalau tidaksegera disikapi dengan bijaksana, persoalantersebut bisa merusak persatuan damkesatuan yang sudah dipupuk selama ini.
Pendapatan Pajak
Menanggapi berbagai masukan itu, KetuaMPR Zulkifli Hasan mengatakan, reformasipada 1998 telah melahirkan negara Indone-sia baru. Yaitu, negara Indonesia yangbenar-benar berbeda dibanding sebelum-nya. Negara Indonesia yang baru itu memilikiplus minusnya sendiri.
“Kini setiap warga negara bisa mewujud-kan cita-citanya, termasuk kesempatanwarga Tionghoa menjadi kepala daerah.Namun, pada saat yang sama biayademokrasi kita menjadi sangat tinggi, karenasetiap anggota masyarakat bisa menentukanpilihannya”, kata Zulkifli.
Untuk menjadi bupati atau walikota,gubernur atau presiden serta wakil presiden,kata Zulkifli, membutuhkan biaya sangatbesar. Termasuk manjadi anggota legislatif,baik DPRD maupun DPR Pusat. Itu semua
disebabkan karena praktik politik uang tidakbisa dihindarkan.
Menyakut gaduh pada sidang MKD DPR,Zulkifli berpendapat, sudah waktunya Indo-nesia berfikir untuk memiliki majelis etik.Majelis itu bisa menyidangkan semua kasusetika yang terjadi di seluruh lembaga negara.Wacana seperti itu, kata Zulkifli, menjadiwajar karena sejak lama Indonesia sudahmemiliki peradilan hukum.
“Sebaiknya majelis etis itu ada di MPR,sehingga bisa mengadil i seluruhpelanggaran etis di semua lingkunganlembaga negara”, kata Zulkifli.
Sedangkan Wakil Ketua MPR OesmanSapta menilai, pemerintah harus segeramelakukan upaya pemerataan kesejahtera-an. Salah satu caranya adalah meningkat-kan perolehan pajak. Pengusaha denganpenghasilan besar harus membayar pajaklebih besar. Ini dibutuhkan untuk menggerak-kan roda pembangunan di daerah tertinggal.Serta meningkatkan kesejahteraan yang takkunjung merata.
Meski diakui, target pendapatan pajakmembuat sengketa pajak akan semakinmeningkat. Namun itu tidak boleh meme-ngaruhi target pemerintah mendapatkanperolehan pendapatan dari sektor pajak.
“Amerika butuh waktu selama 350 tahunagar masyarakatnya sadar membayarpajak dan takut untuk melanggar UUKewajiban Membayar Pajak”, kata Osomenambahkan.
Rencana pemerintah membangun Tol Laut,menurut Oso, juga harus segera direalisasi-kan. Karena hanya dengan cara itu wilayahkepulauan di Indonesia bagian timur bisalebih cepat mengejar ketertinggalannya.Pembangunan tol laut juga membuka peluangpotensi derah utuk lebih ditingkatkan.
Menyangkut kritik yang disampaikan Prof.Emil Salim, Oso mengatakan, saat berkunjungke Amerika dan berbicara di hadapan PresidenBarack Obama, pemimpin Vatikan mengatakanagar masyarakat Amerika pada khususnyadan dunia pada umumnya meniru Indonesia.Alasannya, menurut Paus, karena Indonesiamemiliki dan menerapkan Pancasila.
“Mungkin ada yang belum puas, ataumasih harus diperbaiki, namun keberadaanPancasila bagi bangsa Indonesia sudah tidakbisa ditawar,” ujarnya. ❏
MBO
Zulkifli Hasan
52 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
NASIONAL
Refleksi Akhir Tahun
Menanti Realisasi Janji Jokowi
REFLEKSI akhir tahun yangdilselenggarakan oleh Lembaga SeniBudaya dan Olahraga Pimpinan Pusat
Muhammadiyah berlangsung santai, namuntetap khidmat. Ratusan anggota masyarakat,mulai dari ulama, mahasiswa hinggamasyarakat umum yang tergabung dalamkeluarga besar PP Muhammadiyah hadirdalam acara tersebut. Mereka datang secarabergantian, lalu duduk bersila di tempat yangsudah disediakan.
Beberapa tokoh nasional tampak hadirdan ikut meramaikan kegiatan yangberlangsung di Gedung Dakwah PPMuhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat,pada Selasa (22/12). Tokoh-tokoh nasionalyang hadir, antara lain: Ketua MPR RI ZulkifliHasan, Pimpinan Pesantren Tebu Ireng KH.Solahudin Wahid, dan Romo Beny Susetyo.Selain itu ada juga publik figur, seperti El Manikdan Yessy Gusman.
Saat menyampaikan orasinya, Ketua MPRmengapresiasi acara Refleksi Akhir Tahunyang diselenggaran Lembaga Seni Budayadan Olahraga Pimpinan PusatMuhammadiyah. Apalagi tema yang diajukandalam acara tersebut adalah ‘SaatnyaSeniman, Budayawan, OlahragawanBicara.’
Menurut Zulkifli, selama 2015, kesempatan
para seniman, budayawan, olahragawanuntuk berbicara sangat terbatas. Karenakesempatan itu sudah dipasung dan direbutoleh para politikus. Bahkan, para politikusjuga berkasak-kusuk hingga menyebabkankegaduhan luar biasa.
Kisruh dan kegaduhan dunia politik yangterjadi selama 2015, kata Zulkifli, merupakanlelucon yang tidak seharusnya. Karenakeributan tersebut membuat masyarakat makintidak percaya pada DPR, dan menjauhkan
anggota dewan dari konsituennya. Padahalkeberadaan mereka di lembaga perwakilanmerupakan hasil pemilihan. Karena itu, sudahseharusnya jika para wakil rakyatmemperjuangkan aspirasi masyarakat.
“Yang saya tidak habis pikir adalahkeributan itu juga ditiru oleh beberapa orangmenteri. Bukannya saling bahu membahu danbekerjasama, beberapa menteri malah salingmelempar kritik secara terbuka. Dan, itumembuat kegaduhan semakin menjadi-jadi”,ujar Zulkifli.
Sayangnya, mereka yang membuat gaduhitu tidak sadar bahwa perbuatannyamenyebabkan kelucuan bagi masyarakat. Halitu juga membuat masyarakat semakin tidakpercaya kepada para wakilnya di DPR.Karena perbuatannya itu telah membuka aibdan keburukan masing-masing pihak.
Selama lebih satu tahun masa kepemimpinannya, Jokowi Praktis belum berhasil merealisasikan
janji kampanye yang dulu dia ucapkan.
Menurut Zulkifli, ada beberapa menteriyang sengaja menyerang menteri yang lain,untuk saling menjatuhkan. Kegaduhanseperti itu, menurut Zulkifli, tak boleh terjadilagi pada 2016. Cukup sudah pada 2015 sajapertikaian itu berlangsung. Ke depan baikpemerintah maupun DPR harus fokusterhadap tugas dan kewajibannya.
“Biarlah Presiden Jokowi menjalankanseluruh janji kampanye yang duludisampaikannya. Sementara DPR fokus
memperjuangkan aspirasi masyarakat yangtelah memilihnya”, kata Zulkifli.
Meski menyayangkan terjadinyakegaduhan, namun ada pula nilai positif yangbisa diambil. Yaitu, semakin jelasnya ruangabu-abu yang selama ini selalu dimanipulasioleh para pihak yang membuat kegaduhan.Bahkan ruang gelap yang selama inidigunakan untuk melakukan transaksi ilegaljuga menjadi jelas dengan sendirinya.
Karena itu, kata Zulkifli, tema ‘SaatnyaSeniman, Budayawan, OlahragawanBicara’ sangat cocok. Apalagi selama 2015baik seniman, budayawan, maupunolahragawan tidak memiliki kesempatanbicara. Mereka terpinggirkan oleh ulahanggota DPR dan para menteri yang selalumembuat kegaduhan. ❏
MBO
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
53EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
REFORMASI bergulir sudah lumayanlama. Semua tuntutan reformasi yangdikomandani para mahasiswa Indone-
sia sudah terpenuhi bahkan melebihituntutan mahasiswa, salah satunya adalahperubahan UUD 1945. Seharusnya pascareformasi bergulir, mahasiswa khususnyadan generasi muda umumnya menjaga agarreformasi tidak masuk angin.
“KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Mus-lim Indonesia) adalah organisasi mahasiswaatau pemuda yang dilahirkan dalam rahimreformasi. Untuk itulah harus ikut ber-tanggung jawab menjaga konsistensi arahreformasi, yakni demokrasi bangsa. Jangansampai reformasi mati kutu dan kehilanganarah demokrasi. Demokrasi harus dikawal,”ujarnya, dalam perbincangan audiensidengan tiga perwakilan Pengurus Pusat (PP)KAMMI ) yang dipimpin Ketua Umum KAMMIKartika Nurahman, di Ruang Kerja WakilKetua MPR RI, Gedung Nusantara III,Kompleks MPR/DPR/DPD Senayan, Jakarta,Senin, 28 Desember 2015.
Mahasiswa dan generasi muda lainnya,lanjut HNW, seharusnya tetap kritis terhadaphasil-hasil atau tuntutan-tuntutan yangberhasil diraih. Misalnya, mahasiswa harustajam melihat apa-apa yang kurang atau apa-apa yang lebih pada perubahan UUD 1945.Seperti kekuasaan lembaga negara.
Lembaga tertinggi negara MPR RI berubahmenjadi lembaga negara karena tuntutanreformasi. Namun, di sisi lain ada kekuasaanlembaga negara yang sangat tinggi kewe-nangannya seperti Mahkamah Konstitusi (MK ). Keputusan MK sangat final danmengikat. Hal ini harus dilihat secara jerniholeh mahasiswa apa kekurangan dankelebihannya.
Kunjungan audiensi PP KAMMI ini,menurut Ketua Umum PP KAMMI KartikaNurahman, adalah untuk memperkenalkankepengurus-an baru yang baru dilantikpada November 2015. Selain i tu,
mengundang Pimpinan MPR RI untuk hadirdalam Mukernas 2016 KAMMI yang akandiselenggarakan Februari 2016.
Kepada para mahasiswa yang tergabungdalam ormas KAMMI, HNW juga menying-gung soal akan diberlakukannya MasyarakatEkonomi Asia (MEA). Persaingan di bursatenaga kerja dan pasar perekonomian akan
semakin meningkat menjelang pember-lakukan pasar bebas ASEAN (MEA) – yaitusebuah kondisi perekonomian pasar tunggaldi kawasan Asia Tenggara- yang mulaiberlaku pada akhir 2015.
Rencana pemberlakuan MEA ini sudahdisepakati para pemimpin ASEAN lebih darisatu dekade lalu. Sejak rencana MEA
Audiensin PP KAMMI
Hidayat Nur Wahid Ingatkan Mahasiswa untuk
Menjaga ReformasiBanyak sekali tantangan yang dihadapi generai muda bangsa ke depan. Antara lain, menjaga
dan mengawal reformasi serta demokrasi dan mengjadapi tantangan MEA.
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
54 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
NASIONAL
Haul ke-6 Gusdur
Sebait Puisi Ketua MPR untuk Gus Dur
KH. Abdurrahman Wahid ( Gus Dur )almarhum adalah seorang tokohnasional, seorang ulama besar, tokoh
sentral di Nahdlatul Ulama (NU), dan Presidenke-4 Republik Indonesia. Namanya sangatdikenal, dan sosoknya sangat dihormati, bukanhanya oleh kalangan Islam tapi juga sangatdihormati kalangan penganut agama lain.
Setiap tahun sejak wafatnya, banyak
kalangan di berbagai daerah, terutamapengagum Gus Dur yang mengadakan hauluntuk mengenang sosok seorang Gus Dur.Seperti Haul ke-6 Gus Dur yang digelar diDPP PKB, Jakarta pada Selasa malam, 22Desember 2015. Banyak elemenmasyarakat lintas partai, agama, suku dangolongan hadir antara lain: Ketua MPR RIdan juga Ketua Umum DPP PAN Zulkifli
Jangan lupakan sejarah jangan lupakan pahlawan bangsa. Gus Dur adalah salah satu tokoh
bangsa yang harus dihormati.
Hasan dan, Pimpinan Fraksi PDI PerjuanganMPR RI Ahmad Basarah.
Acara yang digagas DPP PKB ini berisirangkaian acara, antara lain parade puisiGus Dur, pengajian umum, talkshow bertema:‘Menghadirkan kembali spirit Gus Dur’ danpagelaran mini konser penyanyi balada EbietG. Ade.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PKB
disetujui untuk diterapkan, persiapan yangdilakukan negara-negara ASEAN berbeda-beda. Ada yang biasa-biasa saja, tapi adayang sangat serius mempersiapkannya,seperti negara Thailand.
Negara ini sejak lima tahun lalu seriusmempersiaapkan warganya menghadapiMEA antara lain, dengan semakin meningkat-nya kursus-kursus dan pendidikan bahasaasing. termasuk bahasa Indonesia. Lalubagaimana dengan Indonesia? Hidayat NurWahid mengaku, agak khawatir dengandiberlakukannya MEA.
“Yang akan menghadapi MEA adalahgenerasi muda. Persaingan ekonomi dantenaga kerja akan sangat keras. Saya rasagenerasi muda bangsa harus betul-betulmempersiapkan diri. Jangan sampai menjadipenonton saja di negara sendiri, sebablapangan perekonomian habis di dudukipekerja asing. Lihat saja beberapa negaradi ASEAN serius belajar bahasa Indonesia,mereka tahu apa yang akan mereka hadapinanti,” ungkapnya.
Hidayat juga tidak begitu melihat kiprahpemerintah dalam menghadapi MEA yang
hanya berhitung hari. Hidayat tidak begitumelihat pemerintah melakukan upaya-upayamengambil manfaat besar dari pember-lakukan MEA.
“Saya khawatir saja Indonesia malahhanya dilihat menjadi pasar potensial bagipemasaran produk-produk asing danpenempatan tenaga kerja asing, padahal In-donesia adalah negara besar dan kaya.Mudah-mudahan ini akan menajdi renungandan aksi riil semua pihak, terutama peme-rintah,” tandasnya. ❏
DER
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
55EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
Puisi karya Muhammad Nasih dibacakan oleh Zulkifli Hasan pada peringatanHaul Gus Dur di DPP PKB Jakarta pada Selasa malam, 22 Desember 2015.
Bangga Kepada Gus Dur
Kita semua gembira punya dia, dia aktifis, dia juga penulisdia agamawan, dia juga budayawan, dia ulama, dia juga umarodia Kyai, dia juga politisi, dia pemimpin lembaga swadaya,dia juga kepala negaraLengkap pribadinya, Seolah-olah tak menyisakan lagi peluang unggul untuk kitadia lahir di pesantren desa, tapi dia berkelana ke seluruh penjuru duniadia bagai omnivora segala ilmu dilahapnya dari ilmu agama dan sastrakita ketinggalan jauh di belakang dan harus banyak belajardia anak menteri negara dan pahlawan nasionaldia juga cucu kyai besar tokoh pergerakan, dan dia sendiri jadi Presidenlengkap sudah, maka kita harus memacu peranJika Nabi Muhammad menyebut Nabi Yusuf sebagai al KariimIbnul Karrim ibnul kariim ibnul kariim….Kita bisa menyebutnya nyaris serupaGusdur anak Kyai Wahid Hasyim anak Kyai Hasyim Asyharianak orang mulia anak orang mulia….lengkap sudah kita seolah tidak kebagian kemuliaankematiannya ditangisi ratusan juta orangkerandanya diiringi oleh kumpulan manusia yang menjadi lautansaya datang ikut menyaksikan…pusaranya tak pernah sepi dari doa-doa yang dipanjatkankarya-karyanya jadi warisan orang-orangpemikiran-pemikirannya jadi bahan diskusi kaum ilmuwanagama menjadi tenaganya demi Indonesia karena agama dia membela pancasiladalam merajut Indonesia yang bhinneka dia berada di mukadia tokoh Islam dia juga idola pemeluk pemeluk agama lainnyaKita semua cinta Gusdur karena gusdur cinta kitaCinta negara bangsa Indonesia…Ya Allah Ya Robbi Tuhan Sekalian Alam berikan rahmat padanyaBerikan derajat tertinggi sebagaimana Engkau janjikanAmiin rya rabbal alamin
Muhaimin Iskandar mengatakan, Gus Duradalah milik semua. Semangat dan nilai-nilailuhurnya selayaknya dilestarikan dandihormati. “Gus Dur adalah pencetus danpenjaga lahirnya demokrasi di tanah air. GusDur mampu menerapkan demokrasi secaracerdas dan diterima semua elemenmasyarakat. Semoga pemerintah bisamenjalankan spirit Gus Dur dalampembangunan Indonesia seutuhnya,”ujarnya.
Acara inti adalah parade pembacaan puisitentang Gus Dur oleh masing-masing tokohnasional. Abdul Kadir Karding membawakanpuisi dengan judul Gus Dur dan Papua; JimlyAshidiqie, mantan Ketua MK membawakanpuisi berjudul in memoriam Gus Dur.Sedangkan Ketua MPR RI Zulkifli Hasanmembawakan puisi berjudul ‘Bangga kepadaGus Dur’.
Puisi Ketua MPR berkisah tentang pribadiGus Dur yang sederhana, dari desa namunkaya ilmu dan segala ilmu. “Lengkap yangada pada dirimu Gus Dur, Gus Dur anak desadan keturunan orang mulia, Gus Dur adalahulama, dan seorang Presiden lengkap sudahsepertinya mulianya habis untuk Gus Dur.Ilmunya mewarnai bangsa, kita semua cintaGus Dur, Gus Dur cinta agamanya danbangsanya. Ya Allah berilah kemulian danderajat tinggi kepadanya,” lirih Zulkifli Hasandalam sebait puisinya. ❏
DER
56 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
NASIONAL
Delegasi Wakil Presiden India
Ingin Hubungan Indonesia-India Lebih Erat Lagi
PADA awal November 2015, WakilPresiden India, Mohammad HamidAnsari berkunjung ke Indonesia. Dalam
kunjungan itu, Wapres India didampingisejumlah pejabat tinggi pemerintah Indiabeserta delegasi media dan bisnis. Di Indo-nesia, selain bertemu Presiden Joko Widodo,Wapres India juga bertemu Wakil PresidenJusuf Kalla, Menteri Luar Negeri, RetnoMarsudi, dan Ketua MPR, Zulkifli Hasan.
Dengan kunjungan ini, India inginmemperkuat hubungan bilateral yang telahterjalin sejak lama baik di bidang investasi,energi, budaya, dan pendidikan. Ada yangmenarik dalam kedatangan tamu dari Indiaitu. Jika banyak tamu negara setelahmendarat di Jakarta lebih memilih untukberistirahat sejenak, tapi tidak bagi MuhamadHamid Ansari yang beragama Islam. Begitutiba di Jakarta, dia langsung memilih untukmengunjungi masjid Istiqlal. Didampingi DutaBesar India untuk Indonesia, Gurjit Singh.Rombongan delegasi tersebut tiba di MasjidIstiqlal tepat pukul 19.30 WIB, Senin 2 No-vember 2015.
Usai diterima Imam Besar Masjid IstiqlalKH Ali Mustafa Yakub, Hamid Ansari diajakmelihat kemegahan masjid terbesar di AsiaTenggara tersebut. Berkeliling masjid, Ansari
menunjukkan kekagumannya. Bahkan diasempat memukul bedug besar di masjid ini.Dia memukul bedug dan suara nyaringlangsung terdengar di seputar masjid.
Pagi hari, setelah mengadakan pertemuandengan Presiden Joko Widodo dalamkunjungan di Istana Negara, Selasa 3 Novem-ber 2015, delegasi dari India itu langsungmeluncur ke Kompleks Parlemen di Senayan,Jakarta. Di kompleks parlemen ini, Wapres In-dia dan rombongan bertamu ke MPR dan DPD.
Di MPR, Wakil Presiden India MohammadHamid Ansari diterima Ketua MPR ZulkifliHasan didampingi para Wakil KetuaMahyudin, Hidayat Nur Wahid, EEMangindaan, dan Oesman Sapta. Merekamengadakan pertemuan, di Ruang Delegasi,Gedung Nusantara V.
Dalam pertemuan itu, Ketua MPRmenyatakan, Indonesia dan India memilikisejarah hubungan yang dekat dan sangatpanjang. “India adalah negara besar. Negaradengan demokrasi terbesar di dunia, samaseperti Indonesia,” katanya.
Zulkifli menjelaskan, demokrasi di Indone-sia semakin matang sejak reformasi 18 tahunlalu. “Demokrasi di Indonesia semakinmatang. Sejak reformasi kita sudahmelaksanakan empat kali pemilihan umum
yang berlangsung dengan baik dan lancar,”ucapnya.
Kepada Wapres India, Ketua MPR jugamenjelaskan tugas-tugas MPR. “Tugas MPRadalah mengawal konstitusi, melantik danmemberhentikan presiden, mengubahkonstitusi,” kata Zulkifli. Selain itu MPR jugamengawal empat konsensus dasar, yaituPancasila, UUD NRI Tahun 1945, NegaraKesatuan Republik Indonesia (NKRI), danBhinneka Tunggal Ika.
Zulkifli berharap, hubungan antara Indo-nesia dan India yang sudah dekat semakindekat lagi. “Hubungan parlemen yangsemakin dekat, berlanjut pada hubunganantarpemerintah dan rakyat kedua negarayang juga semakin dekat, untukkesejahteraan kedua negara,” harapnya.
Wakil Presiden India Mohammad HamidAnsari juga berharap, hubungan keduanegara tidak hanya berhenti pada hubunganparlemen kedua negara. “Kami inginhubungan yang lebih erat dan lebih kuat lagi,”katanya.
Usai pertemuan, kepada pers, Zulkiflimengatakan, saling berkunjung di antaraperlemen India dan parlemen Indonesia akansemakin memperkuat pemerintah keduanegara dan menjembatani rakyat India danIndonesia. “Sehingga kedua negara lebihdekat lagi,” ujarnya.
Parlemen India dan Indonesia, lanjutZulkifli, mendukung program kerjasamakedua negara. Zulkifli memberi contoh imporsapi dari India bisa menjadi alternatif imporsapi yang selama ini dari Australia. Jugakerjasama dalam bidang budaya, ekonomi,sumber daya alam, dan sebagainya.
Selama kunjungan ke Indonesia, WapresIndia menandatangani MoU kerja samaenergi baru dan energi terbarukan sertaMoU Pertukaran Budaya antara keduanegara. Di bidang hukum Indonesia dan In-dia juga melakukan kerjasama PerjanjianEkstradisi dan Perjanjian Bantuan HukumTimbal Balik. ❏
BS
Indonesia dan India memiliki sejarah hubungan yang dekat dan sangat panjang. India dan Indo-
nesia adalah sama-sama negara besar dengan demokrasi terbesar di dunia.
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
57EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
AKHIR tahun ini Indonesia sudahmemasuki era masyarakat ASEAN(Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA).
Dalam rangka melihat kesiapan Indonesiadalam menjalani masyakarat ASEAN, Kamis,5 November 2015, Keluarga JurusanManajemen dan Kebijakan Publik bekerja-sama dengan Perutusan Tetap Republik In-donesia untuk ASEAN menyelenggarakanSeminar Nasional Public Action 2015.
Seminar yang bertajuk ”Peran Daerahmelalui Tiga Pilar sebagai Penunjang In-donesia dalam Perhelatan ASEANCommunity” ini belangsung di AuditoriumMagister Manajemen, Kampus UniversitasGajah Mada, Jogjakarta. Seminar meng-hadirkan tiga narasumber utama, yaitu Dr.Rahmat Pramono (Duta Besar Indonesiauntuk ASEAN), Dr. (H.C) Oesman SaptaOdang (Wakil MPR RI), dan Prof. YeremiasT. Keban (dosen Jurusan Manajemen danKebijakan Publik).
Selaku pembicara, Wakil Ketua MPROesman Sapta menyatakan, agar semuapihak jangan mengecilkan Indonesia dalammasyarakat ekonomi ASEAN. Sebab, Indo-nesia adalah negara berpenduduk palingbesar di antara negara-negara ASEANlainnya. “Berapa penduduk negara lain diASEAN? Paling banyak 20 juta jiwa. Berapapenduduk Indonesia? Sebanyak 250 juta.Kita tidak perlu memikirkan masyarakatASEAN, karena penduduk kita paling besar,”kata Oesman Sapta.
Menurut Oesman Sapta, Indonesia tidakperlu memprioritaskan masyarakat ASEANmelainkan mengutamakan pasar dalam negeri.“Kita harus penuhi dulu kebutuhan pasar didalam negeri dengan barang produksi sendiri.Bila pasar dalam negeri sudah terpenuhi,barulah saya setuju untuk melempar ke pasarASEAN bahkan pasar dunia,” jelasnya.
Kepada mahasiswa dari 10 perguruantinggi peserta seminar ini, Oesman Saptamengingatkan untuk mengawal agenda MEAatau ASEAN Community yang mulai berlaku
pada akhir 2015 ini dengan rasa kebangsaan.Alasannya, rasa kebangsaan di masyarakatsaat ini sudah mulai luntur. “Orang lupadengan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” katanya.
Oesman menambahkan rasa kebangsaanini sangat perlu dimiliki. Dia tidak yakin rasakebangsaan itu muncul ketika MEA diberlaku-kan. “Apakah setelah MEA berlaku, masya-rakat lantas memiliki rasa kebangsaan?Belum tentu,” ujarnya.
Pada bagian lain, Oesman Sapta
menyampaikan filosofi 5 S menghadapi MEAatau ASEAN Community. Filosofi 5 S itu adalahstrategi, struktur, skill, sistem, dan speed(dan target). “Strategi menghadapi MEAharus jelas. Kita harus memiliki struktur yangbaik, ada skill, dan sistem dan speed sertatarget yang jelas,” katanya.
Oesman juga minta kepada mahasiswauntuk tidak terpaku pada teori-teori melainkanharus melengkapi dengan pengalaman (ex-perience). “Mahasiswa yang berhasiladalah mahasiswa yang memilki pendidikandan pengalaman,” ucapnya.
Pembicara lain dalam sesi pertama semi-nar ini adalah Rahmat Pramono (Duta BesarIndonesia untuk ASEAN) dan Prof DrYeremias T Keban (guru besar Fisipol UGM).
TPP Belum Final
Oesman Sapta juga berpendapat, kabarIndonesia masuk dalam Trans Pacific Part-nership (TPP) masih wacana dan belummenjadi keputusan final. Masih banyak halperlu dipertimbangkan sebelum Indonesiamemutuskan bergabung dalam TPP. “KabarIndonesia akan bergabung dalam TPP masihangan-angan. Namanya juga usaha,” kataOesman Sapta kepada pers usai berbicaradalam seminar nasional Public Action 2015.
Dalam kunjungan ke Amerika Serikat,beberapa waktu lalu, kepada PresidenAmerika Serikat Obama, Presiden JokoWidodo menyatakan Indonesia berniatbergabung dalam Trans Pacific Partnership(TPP). TPP adalah kerjasama perdagangandi antara negara Asia Pacific di antaranyaAmerika Serikat, Australia, Filipina, Vietnam,Thailand, Malaysia, dan lain-lain. AS sudahbeberapa kali merayu Indonesia untukbergabung dalam TPP.
Namun, tawaran bergabung dalam TPPpernah ditolak pemerintahan semasaPresiden Susilo Bambang Yudhoyono(SBY). Dalam pertemuan di Bali beberapawaktu lalu, Hillary Clinton juga merayukembali agar Indonesia bergabung dalamTPP. Barulah dalam pertemuan denganObama, Presiden Jokowi mengisyaratkanIndonesia akan bergabung dalam TPP.
Oesman Sapta menegaskan belumbersikap setuju atau tidak setuju denganrencana Indonesia bergabung dalam TPP.“Saya tidak bisa mengatakan setuju atautidak setuju. Sebab, ada suatu situasiekonomi yang perlu kita pikirkan sebelummemutuskan bergabung dengan TPP,”jelasnya.
Oesman menambahkan bahwa isyaratPresiden Jokowi kepada Presiden Obamabahwa Indonesia bergabung dalam TPPbelum menjadi sebuah keputusan. “Menurutsaya itu (bergabungnya Indonesia dalamTPP) belum final,” ujarnya. ❏
BS
Masyarakat Ekonomi ASEAN
Kawal Agenda MEA dengan Rasa KebangsaanAgenda MEA atau ASEAN Community yang mulai berlaku pada akhir 2015 perlu dikawal dengan
rasa kebangsaan. Karena itu, MPR sedang memperkuat rasa kebangsaan di masyarakat yang saat
ini mulai luntur.
58 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
NASIONAL
Gerakan Selamatkan NKRI
Ada Keinginan Kembali ke UUD Tahun 1945
PADA 15 Desember 2015, di RuangRapat Pimpinan, Lt. 9, GedungNusantara III, Kompleks MPR/DPR/DPD
Jakarta, beberapa tokoh politik danpurnawirawan seperti mantan Panglima TNIJenderal Djoko Santoso, mantan WakilGubernur Majyen Priyanyo S, mantanMendagri Mayjen Syarwan Hamid, politisiRachmawati Soekarnoputri, dan Lily Wahid,menemui Ketua MPR Zulkifli Hasan dan KetuaLembaga Pengkajian Rully Chairul Azwar.
Puluhan orang yang tegabung dalamGerakan Selamatkan NKRI itu melakukanpertemuan dengan Zulkifli Hasan untukmenyampaikan apa yang sekarangdirasakan. Dalam awal pertemuan, ZulkifliHasan mengatakan setelah menjadi KetuaMPR dirinya membuka pintu seluas-luasnyabagi masyarakat untuk mengadukanmasalahnya ke MPR.
Buka pintu yang dilakukan oleh MPR inilahmaka membuat berbagai kelompok datangke MPR, mulai dari kelompok yang biasahingga yang paling ekstrem, dari yangmengusung masalah pelanggaran HAMsampai yang memperjuangkan perkawinansejenis. “Dari sini menunjukkan MPR benar-
Ada sekelompok masyarakat yang menginginkan bangsa ini kembali ke UUD Tahun 1945. Menurut
mereka telah banyak penyimpangan akibat amandemen UUD.
benar menjadi rumah bagi rakyat,” ujarnya.Ditambahkan lagi raja-raja dan keraton yangbersengketa pun mengadukan masalahnyakepada MPR.
Sekarang, menurut Zulkifki Hasan,masyarakat mulai sadar bahwa kita hidupdalam suasana Indonesia baru setelahreformasi. Dalam suasana Indonesia yang
baru ini, menurut Zulkifli, ada sisi positif adapula sisi negatif.
Sisi negatif dalam era sekarang adalahmahalnya biaya demokrasi. Jadi wakil rakyatsekarang biayanya berlipat-lipat. Diakui olehZulkifli saat dirinya menjadi anggota DPRbiaya yang dikeluarkan tidak mahal.Sekarang, menurut Zulkifli, untuk menjadi
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
59EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
anggota DPR tidak hanya pintar namun jugaada ungkapan nomer piro wani piro aliasharus melakukan money politic.
Masalah yang terjadi saat ini tidak hanyasemakin mahalnya demokrasi namun jugasemakin melebarnya jarak gini ratio. Bila giniratio ini akan semakin melebar, akanmenyebabkan kecemburuan sosial danterjadinya kerusuhan. Penguasaan sumberdaya alam pun diakui oleh Zulkifli juga terjadiketimpangan. Satu orang bisa menguasairibuan hektar kebun sawit.
Sebagai Ketua Delegasi Gerakan Selamat-kan NKRI, Priyanto S mengungkapkanGerakan Selamatkan NKRI bukan sebuahorganisasi namun kumpulan para tokoh yangmempunyai perasaan yang sama terhadapkondisi bangsa dan negara. Lebih lanjutdiungkapkan, perkumpulan itu terbentukberawal dari whatsapp para tokoh yangmenyatakan keprihatinannya terhadapkondisi bangsa dan negara.
Dari WA itulah, Priyanto tergerak hatinyauntuk menindaklanjuti keprihatinan yangdiungkapkan. Kemudian beberapa tokohberkumpul. Dari sini maka terbentuklah
Gerakan Selamatkan NKRI. Disampaikan olehPriyanto, perkumpulan ini mendapatdukungan dari banyak kalangan, mulai daritokoh yang lain, media massa hingga partaipolitik. Menurutnya semua ingin menyelamat-kan NKRI dengan cara mengembalikan UUDTahun 1945 sebagai konstitusi.
Priyanto menganggap bangsa ini sudahmulai tersesat sehingga agar tidak lebihtersesat maka dirinya mengibaratkan dalamcara di tentara atau pramuka, agar tidak lebihtersesat maka harus kembali ke titik awal.Kritikan terjadinya penyimpangan padasistem tata negara, ekonomi, dan bidangkehidupan lainnya pun dilontarkan olehanggota dari perkumpulan itu. Hingga merekamengeluarkan petisi. Petisi yang dibacakanitu mengatakan konstitusi (UUD NRI Tahun1945) hasil amandemen MPR ditinjau dariberbagai aspek tak pantas disebut denganUUD, sejak konstitusi diamandemen telahterjadi indikasi ideologi bangsa diabaikan.Untuk itu Gerakan Selamatkan NKRI memintaMPR untuk memperlakukan UUD Tahun 1945yang telah disahkan pada 17 Agustus 1945.
Djoko Santoso dalam kesempatan itu
mengucapkan terima kasih pada MPR yangmenjadikan lembaga ini sebagai rumah rakyatsehingga semua kelompok masyarakatditerima. Dikatakan bahwa perkumpulan inibertujuan untuk menyelamatkan Indonesia.Menyelamatkan Indonesia menurut Djokodiibaratkan seperti perang berlarut, perangyang tak pernah berhenti. Berhenti bila sudahmencapai kemenangan.
Disampaikan bahwa bangsa ini perlumelakukan konsolidasi nasional agar tidakterkotak-kotak. Bilamana semua bersatumaka, menurut Djoko, semua masalah akanbisa diselesaikan. “Kita ke MPR karena kitaadalah generasi penerus,” ujarnya.
Mendapat masukan yang demikian, ZulkifliHasan menganggap apa yang dikemukakanitu sangat penting. Dirinya berharap apayang dicurahkan itu ditebar ke mana-mana-mana agar masyarakat tahu. Selanjutkandirinya menjelaskan bagaimana caramengubah UUD sesuai dengan aturankonstitusi. “UUD yang sekarang kita pegangadalah konstitusi yang sah dan terus kitasempurnakan,” ujarnya. ❏
AW
60 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
NASIONAL
IKATAN Cendekiawan Muslim Indonesia(ICMI) menyelenggarakan Muktamar VI danMilad ke 25 di Auditorium Universitas
Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) padaJumat 11 Desember hingga Minggu 13Desember 2015. Muktamar dan Milad ICMI inisekaligus memilih pucuk pimpinan ICMIperiode 2015 – 2020.
Sehari sebelum acara puncak peringatanMilad ke-25 ICMI pada Sabtu 12 Desember2015, pada Jumat 11 Desember 2015diselenggarakan seminar pra Muktamar ICMI.Sejumlah narasumber berbicara dalam semi-nar ini, antara lain Ketua MPR Zulkifli Hasan,Ketua Dewan Penasihat ICMI JimlyAsshiddiqie.
Ketua MPR Zulkifl i Hasan dalamkesempatan itu berpendapat, setelah empattahap perubahan UUD 1945 sebenarnyatelah lahir Indonesia baru yang berbedadengan Indonesia sebelumnya. “Sayaberpendapat sejak reformasi 1998 danempat tahap perubahan UUD 1945 telah lahirIndonesia baru. Sebuah negara baru yangberbeda dari Indonesia sebelum perubahanUUD 1945,” katanya.
Menurut Zulkifli, pada masa sebelumperubahan UUD 1945 tidak pernahterbayangkan seorang Ahok bisa menjadi
Gubernur DKI, Jokowi bisa menjadi presiden.“Orang yang biasa bisa menduduki posisitinggi. Semua orang punya kesempatanyang sama karena persaingan bebas sepertisekarang ini. Indonesia yang berbeda darisebelumnya,” katanya.
Padahal, lanjut Zulkifli, Indonesia memilikiPancasila. Inti sila keempat (Kerakyatan yangdipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalampermusyawaratan/perwakilan) adalahdemokrasi Indonesia. “Tapi demokrasi Indo-nesia itu ditukar dengan persaingan bebas.Kita bertarung bebas. Pemenang ditentukandengan suara terbanyak,” paparnya.
Di hadapan peserta Muktamar dan Miladke-25 ICMI, Zulkifli juga mengungkapkantantangan yang dihadapi umat Islam Indone-sia. “Kita umat Islam selalu bertengkar terus.Selalu yang dikedepankan perbedaan-perbedaan. Cobalah untuk menonjolkanpersamaan dan menyingkirkan perbedaan-perbedaan,” kata Wakil Ketua Dewan PakarICMI itu.
Zulkifli menambahkan, ada tiga tantanganumat islam, yaitu umat Islam tertinggal dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi,tertinggal secara ekonomi, dan tertinggalsecara politik (kekuasan). “Di bidang ilmupengetahuan, umat Islam tertinggal. Ekonomi
umat Islam juga tertinggal dibanding umatlainnya. Juga umat Islam tidak memilkikekuasaan,” jelasnya.
ICMI, menurut Ketua Umum PAN itu, harusmerebut ketiganya. “Ilmu pengetahuan,ekonomi, kekuasaan tidak bisa diminta tapiharus direbut. ICMI harus bisa merebutketiganya,” pungkasnya.
Hadiri Milad ICMI
Pada Sabtu 12 Desember 2015, WakilPresiden Jusuf Kalla bersama Ketua MPRZulkifli Hasan menghadiri pembukaanMuktamar VI dan Milad ke-25 ICMI di Audito-rium Universitas Mataram, Nusa TenggaraBarat (NTB) Sabtu, 12 Desember 2015.
Muktamar dan Milad yang diikuti ratusanpeserta dari seluruh Indonesia itu jugadihadiri ketua lembaga negara lainnya sertamenteri kabinet kerja dan Gubernur NTB M.Zainul Majdi, Wakil Ketua MPR Hidayat NurWahid, Ketua dan Presidium ICMI Sugiharto,Ketua Dewan Penasihat ICMI JimlyAsshiddiqie.
Dalam sambutannya, Wapres Jusuf Kalla,mengatakan, tantangan yang dihadapi ICMIsaat ini berbeda dengan tantangan padaawal pendirian ICMI. “Pada masa lalupendirian ICMI diawali semangat mahasiswaUniversitas Brawijaya dengan mendatangiBJ Habibie untuk mempersatukancendekiawan muslim. Saya hadir pada awalpendirian ICMI itu,” katanya.
Menurut Wapres, situasi dan kondisisekarang sudah berbeda dengan pada awalICMI berdiri. ICMI harus merespons perubahanitu. “Membuat Indonesia bermartabat, yaituberdaulat secara ekonomi dan politik sertaberkepribadian secara budaya,” ujar Wapres.
Kalla mencontohkan gini ratio atauketimpangan Indonesia. “Indonesia adalahnegara yang paling timpang. Ini menjaditangungjawab saya sebagai pemimpin,”katanya.
Kalla menyebutkan, ketimpangan ituterlihat dari data satu persen keluargamenguasai 50,3 persen kekayaan bangsa.
Muktamar VI dan Milad ke-25 ICMI
Setelah Amandemen UUD, Lahir Indonesia BaruSejak reformasi 1998 dan empat tahap perubahan UUD 1945 telah lahir Indonesia baru. Sebuah
negara baru yang berbeda dari sebelum perubahan UUD 1945.
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
61EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
Sebanyak 10 persen keluarga menguasai70 persen kekayaan. “Ketimpangan Ini harusdiperbaiki,” tukasnya.
Dari data itu juga, lanjut Kalla, dilihat darisisi agama, dari 100 orang kaya di Indone-sia, tidak lebih dari 10 orang yang beragamaIslam. “Kita tidak berbicara soal agama, tapikeadilan. Bukan menurunkan mereka yangkaya, tapi mengangkat yang miskin,”jelasnya.
“Masalahnya terletak pada semangat.Mereka berusaha lebih keras, lebihsemangat. Karena itu gerakan ekonomi yangharus lebih baik,” lanjutnya.
Kalla mengapresiasi langkah ICMI dalampembangunan ekonomi, terutama kelasmenengah Islam untuk mengangkat golonganbawah. seperti 0membentuk ikatansaudagar muslim.
Sementara itu Ketua Presidium ICMISugiharto mengatakan, Milad inimengingatkan ketika ICMI berawal dari
kampus Universitas Brawijaya 25 tahunyang lalu dan sekarang peringatan Milad ke-25 di Universitas Mataram. “Dari kampuskembali ke kampus,” katanya.
Sugiharto mengharapkan, ICMI memberikankontribusi maksimal berkait program Nawacita.“ICMI secara konsisten meningkatkan kualitasiman, pikir, kerja, karya dan kualitas hidup.Dampak kehadiran ICMI memberi warna dalampolitik, ekonomi, sosial budaya. Karya ICMI,antara lain bank syariah (BMI), asuransiTafakul, Pinbuk, pendirian Ikatan SaudagarMuslim Indonesia,” paparnya.
ICMi, lanjut mantan menteri BUMN itu, fokusjuga pada kelas menengah yang terusmeningkat. “ICMI perlu mengakomodir kelasmenengah khususnya di bidang ekonomiagar Indonesia tidak menjadi pasar produkasing dalam MEA,” katanya.
Muktamar VI dan Milad ke-25 ICMI ini diikuti994 peserta dari pengurus pusat, penguruswilayah 27 provisnsi, dan 3 dari luar negeri
(Korwil Timor Leste, Timur Tengah, dan Aus-tralia).
Menjadi Formatur Pengurus ICMI
Jimly Asshiddiqie, Ketua DewanKehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP),terpilih sebagai Ketua Umum ICMI dalamMuktamar VI dan Milad ke-25 ICMI di HotelLombok Raya, Mataram NTB. Pemilihan ketuaumum ICMI berlangsung dari Sabtu malam12 Desember 2015 hingga pagi hari 13Desember 2015.
Pemilihan Ketua Umum ICMI dilakukansecara musyawarah mufakat di antara tujuhorang yang terpilih sebagai formatur. Ketujuhformatur itu adalah Ilham Habibie, JimlyAsshiddiqie, Zulkifli Hasan, Priyo BudiSantoso, Muhammad Nuh, HerrySuhardiyanto dan Hatta Rajasa.
Pemilihan diawali dengan usulan nama daripeserta Muktamar (Orwil, Orda, Orsat). Dariusulan itu ada 63 nama. Dari 63 nama ituterpilih 15 nama berdasarkan urutan suaraterbanyak. Kemudian 15 nama itu dibawa keMajelis Permusyawaratan Muktamar.Anggota Majelis Permusyawaratan Muktamaradalah presidium demisioner, ketua dewanpenasihat, ketua dewan pakar, 34 ketua orwilICMI. Dari musyawarah, suara terbanyaknomor satu sampai tujuh menjadi formatursekaligus menyusun pengurus inti ke depan.
Menurut pimpinan sidang Priyo BudiSantoso, ketua umum sudah ditetapkan yaituProf. Dr. Jimly Asshiddiqie. “Enam formaturlainnya diposisikan mendampingi sebagaiwakil ketua umum. Saya, Ilham Habibie,Zulkifli Hasan dan yang lainnya menjadi wakilketua umum,” katanya.
Ketua MPR Zulkifli Hasan yang jugamenjadi formatur menegaskan, formatur iniakan menyusun kepengurusan ICMI. Diaberharap pengurus baru ICMI bisamenjadikan ICMI sebagai ikatan cendekiayang mampu memberikan pikiran-pikiran,konsep kebangsaan, konsep sistemekonomi, sistem demokrasi.
“Dengan ICMI, Indonesia sebagai modelIslam yang rahmatan lil alamin, Islam yangtoleran. Itu menjadi model bagi negara-negara lain. Indonesia patut menjadi model.Ini juga diharapkan pemikiran ICMI agar Indo-nesia menjadi model bagi dunia Islam,”katanya. ❏
BS
62 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
SOSIALISASISOSIALISASI
Seminar Bela Negara
SAAT menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Bela Negara
dan Sosialisasi 4 Pilar MPR yang dihadiri ratusan anggota
Resimen Mahasiswa dan alumni Resimen Mahasiswa se-
Sulawesi Selatan, 12 Desember 2015, di Makassar, Wakil Ketua
MPR Oesman Sapta mengatakan bangsa ini sedang mengalami krisis
nasionalisme. Untuk itu dirinya merasa bangga dengan Resimen
Mahasiswa dan alumninya yang telah ikut membangkitkan
nasionalisme dalam acara ini.
Oesman Sapta bertanya kenapa bangsa ini selalu bertikai sesama
bangsa sendiri? Menurutnya karena bangsa ini tak mau menghayati
Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Empat Pilar harus disosialisasikan kepada masyarakat agar mereka
sadar kembali,” ujarnya.
Dikatakan pada 9 Desember 2014, bangsa ini telah melakukan
Pilkada serentak dengan damai di 264 kabupaten, kota, dan
provinsi. Hal demikian diakui sebagai hal yang menggembirakan.
Menurutnya ini bukti kedewasaan politik masyarakat yang tak
mau lagi diadu domba hanya karena money politic untuk memilih
kepala daerah. “Inilah guna 4 Pilar,” ujarnya.
Dikatakan kembali bahwa bangsa ini sedang mengalami krisis
kebangsaan dan bagaimana mengubah krisis ini? Oesman Sapta
menjawab kita semua harus mempunyai kebanggaan pada bangsa
dan negara.
Kebangkitan nasionalisme ini dikatakan salah satunya dibangkitkan
oleh Resimen Mahasiswa. Menurutnya bangsa ini adalah bangsa
yang spontan kalau ada yang menarik langsung diucapkan. Resimen
Mahasiswa sebagai generasi muda adalah intelektual. Resimen
Mahasiswa mampu menyosialiasikan 4 Pilar ke masyarakat karena
Resimen Mahasiswa ada di seluruh Indonesia.
Resimen Mahasiswa sebagai generasi muda untuk itu Oesman
Sapta mengharap agar kita memberi ruang untuk para muda untuk
berkreatif dan berinisiatif untuk membangun bangsa. Ditegaskan
Jangan Mau Diadu DombaBangsa Lain
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
63EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
kita jangan mau didikte, diadu domba, dan
diintervensi oleh bangsa lain. “Untuk itu
berpeganglah pada 4 Pilar,” tegasnya.
Negara Equator Akan Jadi Rebutan
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo,
dalam kesempatan yang sama, meng-
ungkapkan pada masa lalu ada kerajaan
besar di nusantara seperti Sriwijaya dan
Majapahit, namun kerajaan itu punah.
Punahnya kerajaan itu, menurut Gatot, bukan
karena diserang bangsa lain namun karena
konflik internal.
Untuk itu dirinya merasa bangga dari In-
donesia timur, ada acara untuk mem-
bangkitkan bela negara. “Ini luar biasa”,
ujarnya. Gatot mengungkapkan perasaan
kekhawatirannya apakah TNI mampu
menjaga keutuhan bangsa di tengah
semakin bertambahnya jumlah penduduk.
Dari waktu ke waktu jumlah penduduk
dunia semakin bertambah hingga lebih dari
4 milliar jiwa padahal dunia ini secara nor-
mal hanya mampu menampung penduduk
sebanyak 3 sampai 4 miliar penduduk.
Bertambahnya penduduk yang tidak
terkendali ini akan menyebabkan terjadinya
kematian dan kemiskinan. “Ini sangat
mengkhawatirkan karena jumlah penduduk
overload,” ujarnya. Akibat bertambahnya
penduduk itu, menurut mantan Pangkostrad,
itu juga mengakibatkan krisis energi. Hal
demikian juga mengkhawatirkan karena
energi tak terbarukan.
Dikatakan di Timur Tengah terjadi konflik
berkepanjangan karena mereka penghasil
minyak. Dengan fakta di atas, Gatot berani
menyimpulkan bahwa konflik di dunia karena
berlatar energi.
Diungkapkan negara-negara di kawasan
equator seperti Indonesia, Afrika Tengah,
Ghana, Brasil, dan lain sebagainya memiliki
masa tanam yang panjang dan subur.
Menurutnya negara di equator sangat luar
biasa.
Dari sinilah maka negara-negara di equa-
tor akan diperebutkan oleh banyak negara.
Gatot mengatakan ke depannya konflik di
64 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
SOSIALISASI
Timur Tengah akan bergeser ke daerah
equator. Untuk itu dirinya mengajak kepada
semua untuk bangkit dan bersatu. Indone-
sia dikatakan adalah negara yang luar biasa
yang memiliki kekayaan alam yang melimpah
dan beraneka rupa. “Semua ingin menguasai
Indonesia,” ungkapnya.
Pengusaha Pejuang, Pejuang Pengusaha
Selepas menghadiri Sosialisasi 4 Pilar
untuk Resimen Mahasiwa dan alumninya,
Oesman Sapta selanjutnya menghadiri
Rakernas APERSI (Asosiasi Pengembang
Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indo-
nesia). Saat memberi sambutan Oesman
Sapta mengajak kepada para pengembang
perumahan yang tergabung dalam APERSI
untuk bekerja, bekerja, bekerja.
Menurut pria asal Kalimantan Barat itu
dirinya bangga dengan APERSI sebab seperti
yang dikatakan oleh Ketua APERSI bahwa
setiap minggu mereka menyumbang rumah
pada masyarakat tak mampu. “Ini merupakan
sikap pengusaha pejuang, pejuang
pengusaha” ujarnya. “Ini baru APERSI yang
memiliki paradigma baru,” ujarnya.
Dikatakan bahwa saat ini seluruh
masyarakat apakah itu masyarakat umum,
pegawai negeri, anggota Polri dan TNI
membutuhkan rumah. Oesman Sapta yakin
APERSI akan didukung oleh semua pihak.
Dalam sambutan sebelumnya, Ketua
APERSI Edy Ganefo mengatakan, pengem-
bang rumah yang bernaung di organisasinya
mencapai 4000 pengusaha. “Sembilan puluh
persen mengembangkan rumah murah,”
ujarnya. Dikatakan dalam setahun APERSI
membangun rumah sebanyak 65.000
hingga 100.000 unit. “Setiap minggu kami
menyumbang rumah kepada masyarakat
tak mampu,” ujarnya. ❏
AW
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
65EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
Etika Pejabat Publik
BERITA panas tentang pejabat negaramencatut nama Presiden RI JokoWidodo yang diduga dilakukan elit
anggota dewan untuk mendapatkan sahamfreeport makin panas dan menjadi konsumsipublik setiap hari. Kasus ini mencuat berawaldari laporan Menteri ESDM RI Sudirman Saidkepada Mahkamah Kehormatan Dewan(MKD) DPR RI.
Berita panas terus menerus menghiasihalaman media cetak, memenuhi laman-laman media sosial, dan bahan obrolan diwarung-warung kopi dan sebagainya.Intinya, rakyat sangat miris dan kecewadengan semakin seringnya dan tidak habis-habisanya para pejabat negara melakukan
tindakan yang menyakiti hati rakyat. Kasusini kemudian masuk ke MahkamahKehormatan Dewan (MKD) DPR RI.
Di MKD, permasalahan pencatutan namaPresiden ini berkembang menjadi duapermasalahan besar, yakni permasalahansubstansi pelaporan berupa pencatutannama Presiden untuk mendapatkan saham,dan permasalahan teknis pelaporan yangdini lai t idak sesuai dengan aturanpelaporan di MKD dan MD3 serta soalpraduga tak bersalah atau “Presumptionof Innocence”.
Pimpinan Fraksi Partai Demokrat MPR RIRuhut Sitompul mengaku sangat mirisdengan permasalahan pencatutan namaPresiden yang ujung-ujungnya meminta
saham freeport. Menurut Ruhut, persoalantersebut jangan dicari celah-celah hukumuntuk sekedar lolos dari sangkaan kasus,tapi harus dil ihat dari susbstansipermasalahannya, yakni persoalanpenyalahgunaan jabatan dan dugaankorupsi.
“Praduga tak bersalah atau “Presumptionof Innocence” adalah memang baik kitapegang teguh, tapi janganlah berlindung dibalik itu. Rakyat kita sudah pintar-pintar,mereka tahu mana yang salah dan manayang benar. Saya pikir ini adalah masalahetika, masalah malu, pejabat harus punyarasa malu. Mestinya, sang terduga harusmundur dan meletakkan jabatan dan ini
berlaku untuk semua pejabat negara,”ujarnya, dalam siaran langsung RRI DialogEmpat Pilar MPR RI, dengan tema ‘EtikaPejabat Publik,” di Kompleks MPR/DPR/DPDSenayan, Jakarta, Selasa, 1 Desember2015. Ruhut Sitompul memang narasumberdialodg itu bersama Prof. John Pieris.
Ruhut juga mengingatkan agar MKDbekerja secara profesional dan jangan maudiintervensi siapapun. “Rakyat akan melihatdan menilai serta mengingat siapa yang salahatau benar, dan itu akan menjadi evaluasirakyat nantinya,” tandasnya.
Dugaan pencatutan nama Presiden RIuntuk meminta saham freeport membuatkecewa banyak elemen masyarakat, takterkecuali Ketua Kelompok DPD di MPR RI
Dialog Empat Pilar MPR-RRI
Prof. John Pieris. Seharusnya, menurutJohn, pejabat negara harus menge-depankan etika. Rasa malu harus ada,malu kepada rakyat dan malu kepadaTuhan. “Janganlah berlindung di balikhukum jika bermaksud untuk mencari caranegatif menghindar dari kasus. Langkahmundur adalah langkah yang elegan danberetika agar proses hukum berjalan baik,”katanya.
Sebenarnya, menurut John, semuapenanganan teknis sudah ada, sudahlengkap semua di MKD, mulai dari teguranlisan, tertulis sampai sanksi berat. Ada jugaketentuan di sumpah jabatan, ketentuan-ketentuan di TAP MPR 2001, di UU MD3.
Hormati saja itu,” ujarnya.Hukum berjalan, tapi etika harus
dikedepankan. Jika ada seorang pejabatnegara melakukan hal-hal yang memangbertentangan dengan nurani dan etika dalamkonteks berbangsa dan bernegara harusberetika pula dalam menyikapinya. Rekan-rekan sejawat jangan lantas membabi butadalam melakukan pembelaan, apalagi denganmenggunakan celah-celah hukum.
“Saya kira MKD ke depan harus diberikankewenangan lebih tinggi. Tidak sekedarmemberikan rekomendasi atau sanksi yangsederhana. MKD harus diberikan otonomiyang lebih luas, itu yang saya harapkan,”pungkasnya. ❏
DER
Ruhut Sitompul John Pieris FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
66 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
SOSIALISASI
Pagelaran Didong
Pesan 4 Pilar MPR Lewat Seni Budaya
MPR RI bekerjasama dengan sejumlahseniman dan Museum Negeri Acehmenggelar sosialisasi 4 Pilar MPR
(Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI,dan Bhinneka Tunggal Ika) melalui pe-mentasan seni dan budaya didong dengantema: ‘Suara Hati Relung Pedalaman.’Kegiatan ini diselenggarakan di RumohAceh, Kompleks Museum Negeri Aceh, KotaBanda Aceh, pada Jumat malam, 11Desember 2015.
Acara ini dihadiri oleh H. Muslim Ayub,SH., MM., (anggota Fraksi PAN MPR), Dra.Junaida Hasnawati (Kepala Museum NegeriAceh), Azhar Muntasir mewakili KepalaDinas Budaya dan Parawisata ProvinsiAceh, serta tokoh masyarakat, seniman/budayawan, mahasiswa dan ratusan
pecinta seni dan budaya yang datang dariberbagai daerah Kota Banda Aceh.
Selaku ketua panitia pelaksana daerahpertunjukan ini, penyair dan musisi FikarW. Eda dalam laporannya menyatakanbahwa Sosialiasi 4 Pilar MPR melaluipagelaran seni dan budaya ini adalahsalah satu metode yang digunakan MPR.Dan, dalam sosialisasi kali ini menampilkankeberagaman budaya seperti Aceh, Gayo,Kluet, Alas, dan lainnya.
Fikar menyebutkan kegiatan ini ter-selenggara atas dukungan SekretariatJenderal MPR RI beserta para seniman yangberada di Aceh. Dan, sosialisasi 4 Pilarmelalui seni budaya Aceh ini yang di-laksanakan di museum yang sudah berusia100 tahun ini adalah yang ketiga kali
dilaksanakan, setelah sebelumnya dua kalidiadakan di Gedung MPR Jakarta.
H. MuslimAyub, SH.,MM., mewakili pim-pinan dan anggota MPR tampil menyam-paikan kata sambutan sekaligus membukasecara resmi dimulainya pagelaran senibudaya didong ini. Dalam sambutannya,Muslim mengatakan, salah satu metodepemasyarakatan 4 Pilar MPR adalah melaluipegelaran seni dan budaya. “Kegiatanseperti ini sudah dilaksanakan di berbagaidaerah di Indonesia,” ujar Muslim.
Lebih lanjut Muslim menyampaikan,sosialisasi 4 Pilar MPR melalui seni budayadidong di Museum Aceh ini adalah tepat. Iaberharap, sosialisasi 4 Pilar MPR melaluipertunjukan seni budaya didong ini dengan
mudah dapat diterima dan bisa diserap.Apalagi seni budaya didong ini adalahkesenian rakyat dan sangat dekat denganmasyarakat.
Menurut Muslim, sosialisasi ini pentinguntuk memersatukan kita semua sesuaidengan salah satu pilar yang tercantum didalam 4 Pilar MPR, yaitu Bhinneka TunggalIka. Untuk itu, Muslim berharap, kesenian initerus dilestarikan di tengah amukan moderni-sasi, dan mengusulkan untuk dilaksanakantiga bulan sekali di Aceh. Muslim berjanji akanmemperjuangkan anggarannya pada 2016.
Tak lupa ia mengucapkan terimakasihpada panitia yang telah menggelar per-tunjukan di kota yang terkenal dengan julukanKota Serambi Mekah ini. ❏
JAS
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
67EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
Outbound Bengkulu
Diikuti Mahasiswa dari Lima Universitas
di Bengkulu
KEGIATAN Sosialisasi Empat Pilar MPRRI (Pancasila sebagai dasar danideologi negara, UUD NRI Tahun 1945
sebagai konstitusi Negara, NKRI sebagaibentuk negara, dan Bhineka Tunggal Ikasebagai semboyan negara) sesuai denganamanat UU No.17 Tahun 2014 Pasal 5tentang MD3, digelar secara masif oleh MPRRI ke seluruh wilayah Indonesia denganberbagai metode.
Salah satu metode yang dilaksanakanadalah outbound dengan peserta darikalangan mahasiswa. Kali ini, sosialisasidengan metode outbound diselenggarakandi Provinsi Bengkulu. Kegiatan yang digelarmarathon (4-7 Desember 2015) diikuti sekitar100 mahasiswa dari 5 perguruan tinggi,yakni: Universitas Bengkulu, UniversitasProf. DR. Hazairin, Universitas Dehasen,Universitas Muhammadiyah Bengkulu, danInstitut Agama Islam Negeri Bengkulu.
Pimpinan Badan Sosialisasi MPR RI danKetua Fraksi Nasdem MPR RI Prof. BachtiarAli — didampingi anggota Fraksi PKS MPR RIHermanto dan Kepala Biro Persidangan
Setjen MPR RI sekaligus Ketua PanitiaMuhammad Rizal – membuka secara resmikegiatan outbound ini. “Kegiatan sosialisasidengan metode yang sesuai dengan jiwamuda sangatlah pas dan mampumemunculkan gairah muda untukmempelajari nilai-nilai luhur bangsanya,” ujarBachtiar Ali.
Apa yang negara lakukan ini melalui MPR,terutama terhadap generasi muda, kataBachtiar Ali lebih lanjut, adalah untukmenghadapi dan menghindari krisiskebangsaan yang lambat laun menderaseluruh bangsa dan sasaran potensialnyagenerasi muda bangsa. Krisis kebangsaan,yang dimaksud oleh Bachtiar Ali antara lainlunturnya identitas kebangsaan. Hal inidiakibatkan karena banyak sekali kasus-kasus korupsi, penyalahgunaanwewenang, ketidakadilan, sehingga banyakrakyat berpikir negatif tentang hidup danmencari penghidupan di Indonesia.
Generasi muda pun mulai kehilangan rasapercaya diri. Apalagi setelah melihat negaralain yang sangat maju, modern, dan
kesejahteraan rakyatnya pun terjamin. Nah,upaya sosialisasi menjadi salah satu jalanjalan untuk menumbuhkan kembali rasapercaya diri sebagai bagian dari bangsayang besar dan terhormat. “Setidaknya,memunculkan kembali kebanggaan sebagaibangsa Indonesia,” ungkap Bachtiar Ali.
Acara outbound ini selain diisi denganpermainan-permainan berfilosofi nilai-nilailuhur bangsa, para peserta juga menerimamateri yang disampaikan oleh sekitar 15narasumber dari anggota MPR RI, dankegiatan diskusi. Beberapa tema yangdiangkat, antara lain soal lembaga-lembaganegara dalam sistem ketatanegaraan Indo-nesia; Hak dan kewajiban warga negaradalam kehidupan berbangsa.
Gaya Motivator
Usai acara pembukaan, rangkaiankegiatan outbound diisi dengan pemaparanmateri Empat Pilar. Tampil sebagainarasumber di sesi pertama pemaparanmateri adalah anggota MPR RI dari kelompokDPD Dra. Hj. Eni Khairani, M.Si. Anggota MPR
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
68 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
SOSIALISASI
dari dapil Provinsi Bengkulu ini menyampaikanmateri tentang: Lembaga-lembaga negaradalam sistem ketatanegaraan. Sub bahasansoal presiden dan kekuasaannya,pemerintahan negara dan pemerintahdaerah.
Eni mengatakan bahwa peserta sosialisasiyang merupakan generasi muda bangsaharus betul-betul paham dan meresapi nilai-nilai luhur bangsa. Jangan mencontoh oknumpejabat negara, baik di legislatif, eksekutif,maupun yudikatif yang melakukan tindakantidak terpuji, seperti korupsi danpenyalahgunaan wewenang. “Generasimuda jangan sampai mencontoh dan
meneladani para pejabat negara yangmelakukan hal-hal negatif tersebut, sebabgenerasi mudalah nantinya yang akanmenggantikan para pejabat tersebut,” ujar Eni.
Dengan menyelip ucapan-ucapan yangbernuansa motivasi, Eni menyatakan, cintakepada negara sama dengan cinta seoranganak kepada ibunya sendiri. Cinta yang tulusdan tanpa pamrih. Cinta yang timbul darirasa menghormati, menjunjung tinggikehormatan ibu dan menjaganya sampaiakhir. Generasi muda, kata Eni, harusberusaha keras dan jangan mudahmenyerah. Jangan takut akan kegagalan,berjuang terus sampai berhasil, sebab jikakita berjuang dan terus bertahan maka Tuhanakan mengulurkan bantuan-Nya.
Selanjutnya, Eni juga menyarakan, agargenerasi muda bangsa jangan takut akanmasalah, jangan lari dari masalah. Hadapimasalah dan selesaikan. Trial by error dantrial and learn. “Generasi muda harusmemiliki sikap percaya diri dan kebanggaan
yang besar terhadap bangsanya, sehinggananti akan mampu membawa bangsa inimenjadi bangsa yang besar di hadapannegara-negara lain,” tandasnya.
Usai sesi pemaparan materi Empat Pilar,dilanjutkan dengan tanya jawab. Banyaksekali pertanyaan dan masukan kritis daripara peserta. Panji, mahasiswa dari Uni-versitas Bengkulu misalnya, menanyakantentang keberadaan program BPJS yangmasih jauh dari harapan. Banyak sekalirakyat miskin, terutama di daerah-daerahterpencil, sulit mengakses pelayanankesehatan program BPJS. Birokrasinyarumit. Ia berharap pelayanan BPJS
dipermudah.Masukan lainnya datang dari Akbar,
mahasiswa IAIN Bengkulu. Akbarmempermasalahan soal ketimpanganpembangunan dan kesejahteraan di Indo-nesia bagian Timur. Rakyat di Indonesiabagian Timur, menurut Akbar, memiliki hakyang sama soal pembangunanperekonomian, infrastruktur dan kehidupanyang layak dengan rakyat Indonesia bagianBarat. Ketimpangan terjadi hampir diberbagai elemen kehidupan sepertikesehatan dan pendidikan, juga keamanan.
Sementara Leca, mahasiswa UniversitasMuhammadiyah Bengkulu, mempertanyakansoal penegakan hukum yang masih sajatajam ke bawah, tumpul ke atas. Semestinyadi era reformasi sekarang ini di mana Indo-nesia memproklamirkan dirinya sebagainegara yang sangat taat hukum,pelaksanannya juga harus sesuai denganteori bahwa di mata hukum semua sama.Hukum tidak mengenal kaya, miskin, pejabat
atau bukan. Jika melanggar, siapapun diaakan terkena hukum. “Saya harap ke depanpenegakan hukum harus mulai memerhatikansemangat dan teorinya, yakni semua samadi mata hukum tidak ada pandang bulu,”pungkasnya.
Ceria Walau Panas Menyengat
Kegiatan utama dari rangkaian SosialisasiEmpat Pilar MPR RI metode outbound, parapeserta mengikuti berbagai permainanmenarik. Acara ini berlangsung sejak Ahadpagi, pukul 08.30 WIB di lapangan belakanghotel, tempat para peserta menginap.Kegiatan ini diselenggarakan oleh praktisi
dan instruktur outbound dari Integrity Con-sultant. Dan, kegiatan ini mendapatkansupervisi dari anggota MPR RI antara lainPimpinan Fraksi Gerindra MPR RI AhmadMuzani, Pimpinan Fraksi Demokrat MPR RIKhatibul Umam Wiranu, anggota FraksiGerindra MPR RI Sri Wulan, dan anggotaFraksi PKB Mohammad Toha, serta timSekretariat Jenderal MPR RI.
Beberapa permaian menarik yang harusdiikuti para peserta, yakni: Kibarkanbenderamu, Chocolate river, Egrangsegitiga, Pipa bocor, dan Api Semangat.Seluruh permainan ini memiliki value atau nilai-nilai luhur yang sangat bermanfaat.Permainan Chocolate river, misalnya, setiapkelompok peserta diwajibkan menyeberangilapangan tanpa menyentuh tanah secarabergantian dan saling membantu. Permainanini butuh kekompakan dan kerjasama timyang tangguh. Valuenya adalahkebersamaan, keragaman, strategi,ketangkasan dan kesigapan.
69EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
Lalu, permainan ‘Egrang segitiga.” Untukpermainan ini salah satu peserta diharuskanmenyeberangi lapangan denganmenggunakan egrang bambu berbentuksegitiga. Anggota kelompoknya harusmembantu untuk mempertahankan posisiagar tak terjatuh dari egrang. Valuenyaadalah kerjasama, gotong royong, danpersatuan.
Permainan berlangsung sangat seru dantak terasa matahari makin meninggi, danpanas terik menimpa ubun-unbun. Tak sedikitpeserta berlari dan berteduh di bawah tenda,dan sejenak kemudian setelah kepala terasa
dingin, kembali lagi ke tengah lapangan untukmelanjutkan permainan. Hebatnya, tak adakeluhan sedikitpun dari para peserta, hanyasaja berbotol-botol air mineral diteguk danludes masuk kerongkongan para peserta.
Usai permainan, anggota MPR RI selakusuvervisi melakukan evaluasi. AhmadMuzani, anggota MPR dari Fraksi PartaiGerindra mengatakan bahwa permainan iniadalah refleksi kecil dalam kehidupanberbangsa dan bernegara Indonesia. Dalamkelompok tersebut pasti setiap pesertasangat berlainan watak dan sifatnya, tidakada yang sama. Dan, inilah dinamakankeberagaman.
Indonesia sebagai sebuah kelompok besarmasyarakat juga terdiri dari banyakkeberagaman. Di sanalah sebagai anakbangsa semua harus menghormatikeberagaman tersebut dan bersatu menjadi
satu kekuatan yang bisa mencapai segalasesuatu. Pemimpin kelompok harus mampumemanej dan mempersatukan semuakeberagaman tersebut.
Anggota MPR Fraksi PKB Mohammad Tohamenumpahkan rasa kecewanya, karena adasatu kelompok menyerah di tengah jalan.Menurut Thoha, sebagai generasi muda In-donesia tidak ada kata menyerah, maju terussampai berhasil. Sebab, generasi mudaadalah tumpuan bangsa ke depan.Permainan tersebut sangat luas maknanya,yakni tidak mudah memimpin kelompok or-ang yang sangat beragam sifat dan
karakternya.“Bisa dibayangkan tugas seorang
presiden yang harus memimpin 200 juta lebihrakyat Indonesia. Salah sedikit saja pastipemimpin disalahkan. Inilah pentingnyapermainan ini untuk memunculkan sikapkepemimpinan dan bagaimana memanejkelompok. Untuk itu dibutuhkan kekompakanuntuk satu tujuan, mencapai kesejahteraanbersama. Itu maknanya,” terangnya.
Sementara Khatibul Umam Wiranu,anggota MPR Fraksi Partai Demokrat, sangatkagum dengan kegesitan para pemimpinkelompok dan kerjasama serta kekompakanyang diberikan anggota kelompoknya untukbersama-sama berusaha menyelesaikanpermaianan dengan baik. “Permainanoutbond ini menyiratkan maksud untukmelatih generasi muda menjadi seorangpemimpin. Selain itu, untuk melatih setiap
peserta menjadi seorang motivator untukyang lain agar ikut bersama mencapai tujuanyang baik,” ujarnya.
Acara Penutupan
Sesi permainan berlangsung sampai sorehari. Malam harinya, Ahad (6/12) kegiatanoutbound ditutup secara resmi oleh WakilKetua MPR RI Hidayat Nur Wahid. Dalamkesempatan itu hadir beberapa narasumber,antara lain: Pimpinan Fraksi Demokrat MPRKhatibul Umam Wiranu, Anggota MPR FraksiPKB Mohammad Toha, Anggota MPR FraksiGerindra MPR Sri Wulan, PerwakilanPemprov Bengkulu, dan perwakilan Univer-sitas Bengkulu.
Kepada para peserta sosialisasi out-bound, Hidayat berpesan, agar para alumnisosialisasi Empat Pilar MPR ini mampumengimplementasikan nilai-nilai luhur dalamkehidupan sehari-hari dan mampumenularkannya kepada lingkungansekitarnya. “Kegiatan ini bukan indoktrinasi,tapi sebagai upaya pengingat kembalikepada generasi muda akan nilai-nilai luhurbangsanya yang semuanya ada dalamEmpat Pilar MPR RI,” ungkap Hidayat NurWahid.
Menurut Hidayat Nur Wahid,penyelenggaraan sosialisasi Empat PilarMPR RI sangat penting, untuk membentengigenerasi muda Indonesia dari segala halyang berbau negative, seperti dampaknegatif globalisasi. Misalnya melindungigenerasi muda Indonesia dari narkoba,pergaulan bebas, dan perbuatan negatiflainnya.
“Kami berharap agar alumni sosialisasi inibisa menjadi agen pemahaman nilai-nilai luhurbangsa dan bisa menjadi pembawa ‘virus’Empat Pilar MPR RI dalam pergaulannya.Saya juga berharap agar setelah selesaipelatihan, para alumni tetap menjagasilaturahim dan tetap membawa, memahami,dan terus mendiskusikan soal Pancasila dankonstitusi negara,” katanya.
Acara penutupan berjalan khidmat.Setelah acara pelepasan tanda pesertasecara simbolik oleh Wakil Ketua MPR, acaradilanjutkan dengan renungan. Pembawaacara membawa para peserta merenungiakan kekayaaan yang dianugerahkan Tuhankepada bangsa Indoenesia. ❏
DER
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
70 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
SOSIALISASI
Pagelaran Wayang Kulit
Pagelaran Seni Wayang di Indragiri Hilir Riau
SENI budaya adalah karakter banga Indonesia yang sangat khas. Kebe-ragaman budaya di Indonesia meng-
hasilkan berbagai budaya yang sangat kaya.Lebih unik lagi akulturasi budaya satu daerahdan daerah lainnya sangat kuat dan salingmengisi, dan itulah bentuk fisik ke-Bhinneka-an Indonesia.
MPR RI melihat hal tersebut dengan sangatjeli. Dalam salah satu metode SosialisasiEmpat Pilar MPR RI (Pancasila sebagai dasardan ideologi negara, UUD NRI Tahun 1945sebagai konstitusi negara, NKRI sebagaibentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ikasebagai semboyan negara ), pergelaranseni budaya menjadi salah satu metodesosialisasi.
Berbagai macam pagelaran seni budayasudah dilaksanakan, seperti seni warahandi Lampung, seni didong di Aceh, danberbagai seni budaya di berbagai daerah.Kali ini, Sabtu Malam, 12 Desember 2015,pagelaran seni wayang kulit campur sari dariJawa Tengah dengan lakon ‘Semar MbangunKahyangan’ dibawakan dalang Ki MamanSusmono, digelar di desa Bayas Jaya,Kecamatan Kempas, Kabupaten Indragiri Hilir,Provinsi Riau.
Di tanah Melayu ini akulturasi sosial danbudaya sangat tinggi, terutama akulturasibudaya Melayu dan Jawa. Riau adalahsalah satu wilayah penempatan paratransmigran dari tanah Jawa pada era tahun80-an. Saat ini transmigran asal Jawa sudahmenyatu dengan penduduk asli. Pagelaranwayang kulit juga tidak hanya disaksikanpenduduk asal Jawa, melainkan jugadisaksika penduduk asli.
Carik atau Sekretaris Desa Bayas JayaRaman pada awalnya sangat terkejutdengan rencana sebuah lembaga tingginegara MPR RI bermaksud melaksanakansosialisasi Empat Pilar di desa kecil, sepertiBayas Jaya. “Ini baru kali pertama di desakami diadakan pagelaran yang dilaksanakanlembaga tinggi negara. Kami sangatterhormat, lembaga tinggi negara maumenyambangi desa terpencil di pelosok Riauini,” ujarnya.
Menurut Raman, Desa Bayas Jaya terdiridari lima dusun, yakni Dusun Jasa Usaha,Dusun Jasa Tani, Dusun Jasa Karya, DusunJaya Karya, dan Dusun Jasa Rukun,sebagian besar penduduknya adalah paratransmigran asal Jawa. Hanya satu dusun
yang penduduknya asli Riau.“Begitu saya informasikan tentang
kegiatan MPR ini, sebagian besar pendudukdi sini sangat antusias dan beramai-ramaidatang. Bahkan penduduk dari desa-desasekitar, seperti Desa Pekan Tua dan desa-desa di seputaran sungai Indragiri jugaberamai-ramai datang,” ungkapnya.
Anggota MPR RI dari Fraksi Partai GolkarIdris Laena yang pada kesempatan itudidaulat membuka acara secara resmimewakili Pimpinan MPR RI mengatakan,pagelaran wayang kulit adalah salah satumetode sosialisasi Empat Pilar MPR RI.Lakonnya adalah Semar MbangunKahyangan. Lakon ini menggambarkanbagaimana Semar bermaksud membangunjiwa para pemimpinnya. Karena keberadaanSemar saat itu hanya sebagai abdi (rakyatyang tidak bermartabat), dan maksud baikSemar justru dipertanyakan.
Bahkan Sri Kresna berkoalisi dengan paradewa untuk menggagalkan rencana Semar.Mau tidak mau para Pandawa mengikutikeinginan Sri Kresna. Hanya Sadewa yangmenentang Sri Kresna dan saudara-saudaranya. Sadewa lebih memilih bersamaSemar, demi tegaknya kebenaran.
Kisah Semar Mbangun Kahyangan adalahsebuah bentuk edukasi moral. Sebenarnyamerupakan sindiran bagi para penguasa.Begitulah pujangga pada zaman dulu. Tidakberani mengkritisi para penguasa secaraterang-terangan. Namun secara
terselubung membuat suatu lakon ceritayang sebenarnya sangat tepat jika disebutsebagai nasihat. Rakyat jelata adalah sentraldari lakon Semar Mbangun Kahyangan.
“Kami MPR RI berharap agar masyarakatbisa mengambil hikmah dan pelajaran baikdan positif dari lakon yang dipentaskan,”pungkasnya.
Antusiasme Penonton
Walaupun pagelaran wayang kulitsemalam suntuk baru dimulai pukul 21.00,tapi ratusan warga secara berkelompokmenyemut di pelataran balai Desa BayasJaya. Unik, mereka berjalan hanya berbekallampu senter dan sarung atau jaket.Kehidupan penduduk yang bermukim didaerah tepian sungai Indragiri memangsebagian besar sangat sederhana, danbelum dialiri listrik, dan hanya sebagian kecilsaja penduduk yang mampu menggunakangenset.
Mata pencaharian pemduduk kebanyakanberkebun kelapa sawit dan bertani. Profesiini dilakukan secara turun-temurun sejakpertama kali daerah tersebut dibuka untukpara transmigran dari tanah Jawa. Balaidesa yang biasanya gelap gulita, malam ituterang benderang dan ramai oleh parapenonton dan pedagang kaki lima yangberusaha mengais rezeki malam itu.
Panitia pagelaran wayang hanyamenyediakan kue-kue dalam kotak danminuman teh hangat dan kopi hangat. Panitia
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
71EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
DALAM lakon Semar Mbangun Kahyangan, semar bermaksuduntuk membangun jiwa dari para pemimpinnya. Karenakeberadaan Semar saat itu hanya sebagai abdi (rakyat yang
tidak bermartabat), maksud baik Semar justru dipertanyakan.Bahkan Sri Kresna sendiri berkoalisi dengan para dewa untukmenggagalkan rencana Semar. Mau tidak mau para Pandawamengikuti keinginan Sri Kresna. Hanya Sadewa yang menentangSri Kresna dan saudara-saudaranya. Sadewa lebih memilihbersama Semar, demi tegaknya kebenaran.
Simbolik cerita dari kisah ini digambarkan dengan tiga pusaka:Jamus Kalimasada, Tumbak Kalawelang, dan Payung Tunggulnaga.Semar menghendaki meminjam ketiga pusaka itu untuk membangunKahyangan. Inilah awal dari pertentangan yang dihadapi Semar.Namun Semar tetap melanjutkan tekadnya, meskipun tidak direstuioleh para penguasa dan pemimpinnya.Dengan segala kemampuan yangdimilikinya dan tekad yang bulat akhirnyaSemar berhasil dalam menjalankantapanya.
Jamus Kalimasada adalah pusakaandalan Kerajaan Amarta, Kalimasadatidak lain adalah “Dua Kalimat Syahadat”yang merupakan kunci ke-islamanseseorang. Sedangkan TumbakKalawelang adalah simbol dari ketajamanbudi. Tumbak bentuknya menyerupaianak panah, namun lebih besar. Panahberasal dari kata “Manah” (=bhs.kawi,jw.kuno) yang artinya budi pekerti, pikiran, rasa, jiwa.Dalam bahasa jawa “manah” juga berarti “penggalih”. Kalaupenggalih ini sudah sakit, maka seluruh jiwa dan raga akan sakit,seluruh tingkah dan polah manusia akan sakit. Kalawelang berasaldari dari kata “Kala” dan Welang.
Kala adalah simbol dari berjalannya waktu. Tak ada yang bisamenghalangi berjalannya waktu. Semuanya akan diterjang dandihancurkan oleh Sang Kala. Welang adalah ular yang palingberbisa. Bisa dari ular welang ini sangat mematikan. Namun welangdi sini berkaitan dengan wulang dan weling, yang mempunyaimakna sebagai sebuah ajaran dan pitutur. Dan, yang ketiga, adalahpusaka Payung Tunggulnaga. Payung adalah pengayoman.Pengayoman dari para penguasa. Kalau para penguasa dan pejabatsudah tidak bisa mengayomi rakyat, apalah jadinya negara ini.Tunggulnaga, tunggul bermakna meliputi di atasnya, artinyamenaungi. Sedangkan Naga adalah gambaran sebuah ular raksasayang sangat besar. Namun makna sebenarnya adalah kekuatandari naga itu sendiri. Tidak lain adalah people power. Naga di sinibermakna “naga-ra” atau NEGARA. Satu-satunya kekuatan yangmampu menegakkan negara adalah kekuatan rakyat.
sengaja tidak menyediakan makan besar.Memberi kesempatan ratusan penontonmembeli makanan dari penjaja makanan disekitar lapangan pagelaran.
“Ini memang salah satu tujuan kita agarpenjual-penjual makanan di sekitar pegelaran
bisa menikmati rezeki dari jualannya,perekonomian rakyat berjalan, lumayanlahmereka bisa ngalap rezeki besar malam ini,”ujar Ketua Paguyuban Jawa Indragiri HilirRiau, Sudinoto.
Di tengah-tengah membawakan lakon
wayang, dalang Ki Maman Susmonomenyelipkan pesan pesan Empat Pilar MPRRI, seperti jiwa dan perbuatan ksatria,kejujuran, gotong royong dan setia kepadabangsa dan negara. ❏
DER
Semar Mbangun KahyanganKisah Semar Mbangun Kahyangan adalah sebuah bentuk
edukasi moral. Sebenarnya merupakan sindiran bagi parapenguasa. Begitulah pujangga pada zaman dulu. Tidak beranimengkritisi para penguasa secara terang-terangan. Namun,secara terselubung membuat suatu lakon cerita yang sebenarnyasangat tepat jika disebut sebagai nasihat. Rakyat jelata adalahsentral dari lakon Semar Mbangun Kahyangan. Petruk diutusSemar untuk meminjam ketiga pusaka kerajaan. Namun di SitihinggilKraton Amarta bertemu dengan Sri Kresna. Setelah mengutarakanmaksudnya, Petruk malah dicaci-maki oleh Sri Kresna. Dianggaptidak tahu diri, karena hanya dari kalangan rakyat jelata beranimeminjam pusaka andalan kerajaan. Akhirnya Petruk dihajarsampai babak belur dan diusir pula. Sadewa melihat keadaanseperti itu sangat trenyuh hatinya. Ia pergi meninggalkan kedaton,
mengikuti Petruk untuk menjumpaiSemar.
Para kadang Pandawa hanyamengiyakan pendapat Sri Kresna.Semar bukannya malah marahmengetahui kejadian seperti itu, iajustru menangis tersedu. Melihat parapenguasa yang tidak punyapendirian. Tangisan Semar rupanyadidengar oleh ketiga pusaka yang iakehendaki dalam mendampingitapanya. Ketiga pusaka itu datangmenghampiri Semar ke KarangKabolotan di mana Semar tinggal.
Mengetahui ketiga pusaka andalan itu murca, para kadangPandawa kebingungan. Sri Kresna menghadap Bathara Guru.Mereka berdua bersekongkol untuk menghalangi danmenggagalkan usaha Semar untuk Mbangun Kayangan. Di sinilaheksistensi spiritual Semar diuji. Jatidiri seorang Semar yangsebenarnya muncul. Bahkan kekuatan dan kesaktian BatharaGurupun tidak ada artinya sama sekali. Bathara Guru adalahdewa paling berkuasa di Kahyangan. Niat tulus, jiwa yang ikhlas,serta semangat dan tekad yang bulat dari Semar ternyatamembuahkan hasil. Dengan didampingi ketiga pusaka, yang tidaklain adalah “Syahadat” yang merupakan kunci ke-isalaman,
Tumbak Kalawelang, pikiran dan hati yang bersih namun tajam.Payung Tunggulnaga, sebuah usaha untuk melindungi danmemberikan pengayoman pada seluruh rakyat jelata. Setelahmengetahui niat semar yang sebenarnya, para kadang Pandawakembali bersatu. Dan, Sri Kresna meminta maaf kepada Semar.
Semar yang sebenarnya adalah “dewa” yang mangejawantah,hidup menyamar sebagai rakyat kecil. Sering nasibnya “ketula-tula” diremehkan dan disakiti. Namun Semar tetap riang gembirahidupnya. ❏
72 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
SOSIALISASI
Sarasehan Nasional
Tanpa GBHN Bangsa Ini Tak Punya Pijakan dan
Kehilangan Arah
PADA 22 Desember 2015 di Cikini,Jakarta, Fraksi Partai PDI Perjuanganbekerja sama dengan Pengurus Pusat
Persatuan Alumni GMNI menyelenggarakanSarasehan Nasional Refleksi Penyel-enggaraan Sistem Ketatanegaraan Indone-sia. Dalam sarasehan tersebut menampilkanpembicara seperti Hakim MK I Dewa GdePalguna, Menteri Hukum dan HAM H.Yassona Laoly, Pengamat Politik Yudi Latif,dan Kiky Syahnarki.
Dalam sambutan, Ketua Fraksi PDIPerjuangan di MPR, Ahmad Basarah,mengatakan kegiatan ini diselenggarakansebagai tugas konstitusional untuk meng-evaluasi sistem tata negara sejak Indonesiamerdeka pada 1945, sejak era reformasi,dan satu tahun setelah Presiden JokoWidodo berkuasa. Menurut Ahmad Basarahdalam masa-masa itu terjadi banyakdinamika.
Sejak UUD Tahun 1945 disahkan pada 18Agustus 1945 menjadi konstitusi selanjutnyabangsa ini mengalami pergantian konstitusipada saat UUD RIS dan UUD SementaraTahun 1950. Badan Konstituante yang diberiamanah untuk membuat konstitusi tidakmampu menjalankan tugasnya sehinggaPresiden Soekarno menyatakan DekritPresiden 5 Juli 1959.
Dalam masa pemerintahannya, Soekarnomenjalan program pembangunan yangterencana dalam road map Semesta.Selanjutnya dalam masa Presiden Soehartoprogram pembangunan dilakukan lewatGBHN, namun Ahmad Basarah menya-yangkan program pembangunan yangdilakukan pada masa Orde Baru lebihmenitikberatkan pada aspek pembangunanmaterial sehingga faktor nation buildingterlupakan.
Akibat lupa membangun nation buildingmaka bisa dilihat dalam era reformasi. Pada1999 hingga 2002, MPR melucutikekuasaannya sendiri seperti sepakat untuktak membuat GBHN. Akibat yang demikianmaka Presiden dalam era reformasi membuat
visi dan misi sendiri. Akibat yang demikianmaka visi pembangunan yang sebelumnyapenuh dengan nilai-nilai gotong royongberubah dengan nilai-nilai yang penuhindividualistis. “Tanpa perencanaan pem-bangunan GBHN, bangsa ini tak punyapijakan dan tanpa arah,” ujarnya.
Diakui dalam era pemerintahan Jokowisebenarnya dilakukan pembangunan denganfondasi revolusi mental. Revolusi mental ituseperti koalisi kekuasaan tanpa syarat.Ahmad Basarah berharap dengan kegiatanini mendapat masukan untuk menyempurna-
kan sistem ketatanegaraan. Ahmad Basarahmenginginkan agar MPR diberi wewenanguntuk menetapkan GBHN sehingga Presidenmempunyai pijakan dalam melakukanpembangunan.
Empat Hal Penting
Sekretaris Fraksi PDIP di MPR, TBHasanuddin, dalam kesempatan yang samamengatakan dalam era reformasi ini banyakpersoalan. Menurutnya dalam era reformasiada hal yang tidak kita inginkan. “Ada cita-cita yang tak kita inginkan ada dalam era
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
73EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
reformasi,” ujarnya.Hal yang tak dicita-citakan dalam
reformasi itu adalah maraknya kolusi,nepotisme, korupsi. “Dalam era reformasikorupsi semakin merajalela” ujarnya.Diungkapkan dalam masa Orde Baru,korupsi hanya pada Presiden, sekarangkorupsi lebih parah berada di sekitarPresiden hingga ke bawah. Hasanuddinberkeinginan untuk membersihkan korupsiyang ada.
Dalam sarasehan tersebut, Fraksi PDIPerjuangan ingin menjaring masukan darimasyarakat untuk menyempurnakan sistemketatanegaraan. Fraksi PDI Perjuanganmenginventarisir 15 hal untuk menyem-purnakan sistem ketatanegaraan. Dari 15 halitu dikerucutkan menjadi 4 hal. Keempat halitu adalah: pertama, meningkatkan peranMPR. Kedua, menghidupkan kembali GBHN,GBHN ingin dimasukkan dalam sistem
ketatanegaraan. Pada 2018 diharapkankeinginan itu tercapai sehingga pada 2019Presiden tak membuat visi dan misi pem-bangunan sendiri-sendiri namun mengacu
pada GBHN yang ada. Ketiga, penguatansistem presidensil. Keempat, menghidupkansistem ekonomi Pancasila. ❏
AW
Wayangan di Kota Tangerang
Gondomono Sayemboro Semarakkan Alun-alun
Kota Tangerang
MASYARAKAT Kota Tangerang dansekitarnya, Sabtu malam 5 Desember2015, berbondong-bondong datang
ke Alun—alun Kota Tangerang, ProvinsiBanten. Mereka datang dengan satu tujuan,menyaksikan kesenian wayang kulit. Malamitu, MPR bekerjasama dengan DinasKebudayaan Kota Tangerang punya hajatmenggelar kesenian tradisional wayang kulitsemalam suntuk. Seperti halnya pagelaranseni budaya yang telah dilaksanakan MPRdi berbagai daerah di Indonesia, pagelaranwayang kulit di lapangan Ahmad Yani KotaTangerang —nama lain dari Alun-alun KotaTangerang — juga merupakan salah satumetode sosialisasi Empat Pilar MPR.
Bukan hanya ratusan atau mungkin jugaribuan penggemar wayang kulit begituantusias menyaksikan pertunjukan keseniantrasional Jawa, juga para pedagang, baikberbagai jenis makanan, minuman, mainananak-anak, maupun pakaian berdatangan,turut mengais rezeki di tengah keramaian
itu. Untung, alam sangat bersahabat. Hanyamenjelang pertunjukan dimulai, gerimis tipisturun, namun tak begitu lama. Begitupertunjukan dimulai, sekitar pukul 20.30 WIB,gerimis menghilang dan langit pun kembalicerah. Sampai pagelaran berakhir, Ahad
dinihari, pukul 04.00 WIB, tak ada gangguancuaca, kecuali udara dingin menusuk tulang.
Untuk pertunjukan di Kota Tangerang inisengaja dipil ih lakon GondomonoSayemboro. Dalangnya Ki Tantut Sutanto,salah seorang dalang kenamaan dari
74 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
SOSIALISASI
Malang, Jawa Timur. Cerita GondomonoSayemboro ini menggambarkan RadenGondomono, seorang putera mahkota diKerajaan Pancanala, rela melepaskankesempatan menjadi raja, karena ia memilihmengabdi kepada Prabu Pandu, raja diKerajaan Hastina. Untuk mencaripenggantinya, sebagai pewaris tahta diKerajaan Pancanala, Raden Gondomonomenyelenggarakan sayembara. Barangsiapa yang bisa mengalahkan dirinya, makaia berhak menjadi suami kakaknya, DewiGandawati, dan berhak menduduki tahtaKerajaan Pancanala. Dalam kisah inikemenangan berpihak kepada Raden
Sucitro, yang akhirnya menduduki tahtakerajaan Pancala, bergelar Prabu Drupodo.
Dari pernikahan Prabu Drupodo denganDewi Gandawati lahirlah Dewi Drupadi. Karenakecantikan Drupadi, banyak raja-raja mancanegara ingin melamarnya. Namun, Gondomonomenghendaki calon suami keponakannya itumemiliki kesaktian. Dia lalu mengumumkan,barangsiapa mampu mengalahkan dirinyaberhak memperistri keponakannya. Hampirsemua penantang tak berdaya melawanGondomono, termasuk para Kurawa yang jugaikut mendaftar. Sampai kemudian munculseorang pendeta muda gagah perkasamendaftarkan diri. Dan, Gondomono punsegera mencium kalau lawannya kali ini adalahBimasena, putera Pandu.
Singkat cerita, Gondomono yang sangatmenyayangi Pandawa sebenarnya tak inginbertarung dengan para Pandawa. Tetapi
sebagai kesatria, Bima tidak mau diremehkandan ngotot ingin bertarung. KarenaGondomono tidak mau melayani, Bimamenendang muka Gondomono sehinggamembuat Gondomono geram. Maka terjadilahpertarungan sengit antara Gondomono danBima. Dalam pertarungan tersebut,Gondomono berhasil menangkap danmencekik Bima. Bima yang kehabisan napasmerintih menyebut nama ayahnya, Pandu.Begitu mendengar nama Pandu, Gondomonolangsung luluh hatinya dan seketika itu pulatubuhnya menjadi lemas. Ia teringat pada rajadan guru yang sangat ia hormati itu. Dalamkeadaan lengah, tanpa sengaja kuku pusaka
Bima yang bernama Pancanaka menusukdada Gondomono. Gondomono pun roboh.Dalam keadaan sekarat, Gondomono sempatmewariskan semua ilmu kesaktiannyakepada para Pandawa. Bima mendapatkanilmu Ungkalbener dan Bandung Bandawasa,sedangkan Puntadewa dan Arjuna masing-masing memperoleh kalung Robyong dan ilmuSepi Angin. Gondomono akhirnya meninggaldunia akibat lukanya. Namun ia merasa legadan puas karena keponakannya, Drupadimendapatkan suami putera Pandu. Dan, Bimasendiri mengikuti sayembara bukan untukdirinya, melainkan buat kakak kandungnya,Puntadewa.
Kisah Gondomono Sayemboro inisesungguhkan menggambarkan seorangkesatria yang tindak tanduknya sejalandengan nilai-nilai Empat Pilar. Ia bukan orangyang gila jabatan, dan tidak pendendam. Para
penonton tampak sangat menikmati tontonanyang juga menjadi tuntunan ini. Apalagidalang Ki Tantut Sutanto di tengah-tengahpertunjukan, khususnya pada saatlimbukan, menyelipkan pesan-pesan EmpatPilar. Maka, tak salah kalau Sekda KotaTangerang, Dadi Budairi menjelaskan bahwapementasan wayang di Kota Tangerang inipenting. Kota Tangerang merupakan miniatur Indonesia. “Berbagai suku, agama,ada di Kota Tangerang,” katanya. Karenaitulah, kata Dadi Budairi, pelaksanaan EmpatPilar di Kota Tangerang berjalan baik.
Tujuan dari pementasan seni budayawayang kulit ini, seperti dikemukan olehKepala Bagian Pemberitaan dan HulembagaBiro Humas MPR Purwadi, selain untukmelestarikan kesenian tradisional, juga untukmereaktualisasikan nilai-nilai Empat Pilar,yaitu Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI,dan Bhinneka Tunggal Ika. Sosialisasi lewatseni budaya dinilai salah satu metode cukupefektif untuk memasyarakatkan nilai-nilaiEmpat Pilar. MPR, menurut Purwadi, telahmelakukan sosialisasi lewat seni budaya inisejak 2011. “Sudah ratusan seni budaya kitagelar. Bukan hanya wayang kulit, tapi jugaseni tradisional lainnya,” ujar Purwadi.
Cuma masalahnya, ada yang memper-tanyakan, kenapa di daerah Banten di-pentaskan wayang kulit, bukan wayanggolek. Anggota MPR dari Kelompok DPD H.Ahmad Subadri, S.Pd., ketika membukasecara resmi pementasan wayang kulit diKota Tangerang ini menjawab pertanyaanitu, dengan mengatakan bahwa masyarakatKota Tangerang sekarang ini sudah sangatplural. Antara pribumi dan pendatang sudahberimbang. Kebetulan, menurut AhmadSubadri, ada permintaan agar diadakanpertunjukan wayang kulit. Dan, “Ini menjadimenarik, karena pementasan wayang kulit di Kota Tangerang jarang terjadi, sementarawayang golek sudah biasa,” kata AhmadSubadri, senator dari dapil Banten ini.
Dan, betul pementasan wayang kulit diKota Tangerang ini mendapat perhatiancukup besar dari masyarakat KotaTangerang dan sekitarnya, terutama daripara penggemar wayang kulit. Tidak sedikitpara pentonton tetap bertahan hinggadalang Ki Tantut Sutanto menancapkankayon, tanda pementasan berakhir. ❏
SCH
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
75EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
PGRI Kabupaten Magelang
Bersama Guru Memasyarakatkan 4 Pilar
RATUSAN guru yang bernaung dibawah PGRI Kabupaten Magelang,Jawa Tengah, pada Sabtu, 5
Desember 2015, berkumpul di Aula Perpus-takaan SMA Taruna Nusantara. Di sekolahyang menggunakan metode pendidikanseperti akademi militer itu mereka mengikutiSosialisasi 4 Pilar MPR, yakni Pancasila, UUDNRI Tahun 1945, NKRI, dan BhinnekaTunggal Ika.
Dikatakan oleh Ketua PGRI Magelang,Muslih, seluruh guru yang ada di kabupatenini mendukung acara yang diselenggarakanpada pagi itu. Dari kegiatan ini, para guruakan mendapat keuntungan yakni mem-peroleh ilmu. Untuk itu dirinya mengharapkepada peserta bila ada yang kurang jelasuntuk bertanya kepada para narasumberanggota MPR dari Fraksi Partai Golkar DedingIshak, Chatibul Umam dari Fraksi Demokrat,dan M. Syafruddin dari PAN.
Siap Jadi Benteng Pancasila
Dalam sambutan, Kepala KesbangpolKabupaten Magelang, Arya Humanita,mengatakan kegiatan sosialisasi ini untukmenumbuhkan rasa nasionalisme di tengahmenurunnya rasa kebangsaan.
Arya mengajak pada semuanya untukberbangga dengan bangsa Indonesia sebabbanyak di antara kita yang silau terhadapkemajuan bangsa lain. Diungkapkan bangsaini adalah bangsa yang kaya, mampumenguasai teknologi, dan menjadi contohsebagai sebuah bangsa yang penuhtoleransi.
Meski demikian diakui kita tak bolehmenutup mata terhadap apa yang dialamibangsa ini, seperti masih banyaknyakemiskinan, menurunnya pemahamanterhadap Pancasila, dan munculnya indi-vidual. Semua hal di atas menyebabkan
bangsa ini mengalami krisis multidimensi. Dari apa yang terjadi itu, krisis multidimensi,
Arya mengajak semua untuk selalu pedulidengan cara mengamalkan nilai-nilai Pancasila.Dikatakan, Pemkab Magelang telah melakukansosialisasi di beberapa kecamatan, sehinggadengan adanya sosialisasi yang dilakukandengan PGRI itu akan bisa memperkayawawasan kebangsaan. “Ini sejalan denganprogram pemerintah,” ujarnya. Dari semua itu,Arya dengan tegas mengatakan Magelang siapmenjadi benteng Pancasila.
Menyosialisaikan 4 Pilar Bersama Guru
Deding Ishak dalam kesempatan itumengatakan, memberi apresiasi acarayang diselenggarakan oleh PGRI dan MPR.Dikatakan bahwa MPR di is i o lehnegarawan. Dikatakan MPR memiliki
kewenangan tertinggi yakni mengubahUUD. Meski bukan sebagai lembagatertinggi tetapi memiliki kewenangantertinggi yang fundamental.
Setelah reformasi ada yang mengatakanMPR tamat. Namun anggapan itu tak terbuktisebab para negarawan menganggap MPRtetap diperlukan untuk mengawal yang fun-damental. Fundamental yang dimaksudadalah apa yang selama ini dilakukan olehMPR yakni Sosialisasi 4 Pilar.
Deding mengatakan, MPR sadar rasanasionalisme kita terus mengalami tantanganberat terutama yang dialami generasi mudabangsa. Diungkapkan anak muda sekaranglebih akrab dengan budaya pop daripada hafalnama pahlawan nasional. “Ini menunjukkan adayang salah pada kita,” ujar Deding.
“Allhamdulillah MPR menyadari hal-haldemikian,” ujarnya. Sadar terhadap nilai-nilaikebangsaan yang mulai menurun terutama dikalangan generasi muda. Untuk itu perlukomitmen untuk bangsa ini dengan melakukanSosialisasi 4 Pilar di kalangan strategis, sepertiguru. Guru disebut Deding sebagai sosokyang memajukan kehidupan bangsa. ❏
AW
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
76 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
SOSIALISASI
Perlu UU Larangan Konflik Kepentingan
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie
AWANCARAW
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, Ketua DewanKehormatan Penyelenggara Pemilu(DKPP), terpilih sebagai Ketua Umum
ICMI dalam Muktamar VI dan Milad ke-25ICMI di Hotel Lombok Raya, Mataram, NusaTenggara Barat. Pemilihan Ketua UmumICMI berlangsung 12 Desember 2015 - 13Desember 2015. Jimly Asshiddiqie terpilihsecara musyawarah mufakat di antara tujuhorang yang terpilih sebagai formatur.
Ketujuh orang itu kemudian menyusunpengurus ICMI periode 2015 – 2020. Salahseorang dari tujuh formatur itu adalah KetuaMPR Zulkifli Hasan yang juga Wakil KetuaDewan Pakar ICMI. Formatur lainnya adalahJimly Asshiddiqie, Ilham Habibie, PriyoBudi Santoto, Muhammad Nuh, HerrySuhardiyanto, dan Hatta Rajasa. Ketujuhformatur memilih Jimly Asshiddiqiesebagai Ketua Umum ICMI yang baru.
Bagaimana ICMI menanggapi persoalanyang dihadapi bangsa ini? Berikut iniwawancara Majelis yang ikut hadir dalamMuktamar VI dan Milad ke-25 ICMI diLombok dengan Ketua Umum ICMI JimlyAshiddiqie. Petikannya.
Bagaimana Bapak sebagai KetuaUmum ICMI yang baru menyikapi satu
tahun pemerintahan Jokowi – JusufKalla yang masih diwarnai kegaduhan-kegaduhan?
Syaratnya kita harus bersatu. Dengansistem politik demokratis ini kita harusmenghargai hasil pemilihan rakyat makapemerintahan yang sudah terbentuk ini harusdidukung. Jadi ICMI juga harus menegaskansikapnya mendukung pemerintahan Jokowi– JK. Kita harapkan pemerintahan Jokowi –JK ini kompak dengan menjadikan institusikepresidenan menjadi satu institusi. Jangansampai mengembangkan pengertianmengadu domba jabatan presiden dan wakilpresiden. Itu tidak boleh. Dia (lembagakepresidenan) harus satu kesatuan. Selamalembaga kepresidenan satu, Insya Allahapapun masalah bangsa bisa diatasi.
Bagaimana Bapak melihat kasusyang aktual sekarang ini, yaitu sidangetik di Mahkamah Kehormatan Dewan(MKD) atas Ketua DPR Setya Novantoberdasarkan pengaduan Menteri ESDMSudirman Said?
Masalah bangsa yang kita hadapi banyaksekali. Kita jangan terpaku hanya pada satuper satu kasus. Seperti kasus yangdisidangkan di MKD dalam soal pelanggaranetika Ketua DPR Setya Novanto. Kasus itu
hanya satu dari banyak wajah persoalanpada bangsa ini. Kenapa? Kasus itumemperlihatkan adanya suatu kebiasaanpada para pejabat kita yang tidak mampumembedakan antara urusan pribadi danurusan dinas, urusan institusi, urusan kantor.Itu tercermin pada kasus di MKD itu.
Tapi bukan hanya pada Setya Novanto.Kita jangan fokus pada satu orang saja. Disemua lingkungan jabatan, kasus seperti ituterjadi. Kalau dilihat satu persatu dalamkasus (Setya Novanto) itu, semuanya keliru.Semuanya salah, baik Menteri ESDM,kemudian Presdir Freeport, pengusaha, danpara pejabat yang menilainya. Unsurpenyebabnya sama, yaitu budaya yangmencampuradukkan urusan pribadi denganurusan institusi atau jabatan publik sehinggaada konflik kepentingan.
Apakah ada jalan keluarnya atausolusinya?
Ada. Kita harus menawarkan solusi yangsifatnya sistemik, konseptual, bukan sekadarmenjatuhkan hukuman atau sanksi orang perorang, kasus demi kasus. Secara konseptualdan keseluruhan, kita perlu mempertimbang-kan pentingnya membuat kebijakan baruyang melarang konflik kepentingan di semuajabatan. Kita memerlukan Undang-Undang
77EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
Larangan Konflik Kepentingan. UU ini sudahada di Amerika dan diberlakukan di beberapanegara bagian. Dalam praktik dunia usahayang berkembang sekarang ini, prinsiplarangan konflik kepentingan jugadiimplementasikan dalam praktik dan menjadiciri peradaban modern.
Sebaliknya kita di Indonesia belum bisamembedakan mana urusan pribadi dan manaurusan kantor atau institusi. Ini berarti carakita menyelenggarakan kekuasaan negarabelum modern. Dengan kata lain, masihtradisional. Ini perlu dimodernisir. Dengancara apa? Kita perlu buat Undang-UndangLarangan Konflik Kepentingan. Termasuklarangan konflik kepentingan antara state,civil society, market, and media. Dalam halstate atau negara, semua penyelenggara
negara harus mampu membedakan dirinyadengan korporasi, perusahaan, duniausaha. Sekarang ini campur aduk.
Pemilik perusahaan menjadi pejabat(publik). Lalu, karena tidak ada peraturanyang membedakan dan memisahkan di antarajabatan publik dengan jabatan di perusahaanmaka ketika rapat di perusahaan, dan rapatdi jabatan politiknya, terjadi konflikkepentingan. Untuk mencegah terjadinyakonflik kepentingan harus ada pengaturan.
Begitu juga dalam hal (konflik kepentingan)di bidang media. Kita lihat ada pemilik mediayang juga menjadi ketua umum partai. Kalausuatu hari, pemilik media itu menjadi presiden,bagaimana? Jadi, dia memiliki tiga jabatan,yaitu sebagai pemilik media, ketua umum
partai, sekaligus jadi presiden. Semuanyaada di satu tangan. Ini sangat berbahaya. Ininamanya konflik kepentingan.
Dalam masalah konflik kepentingan ini,kita tidak bisa menyebut orang per orangatau kasus per kasus. Konflik kepentinganmerupakan gambaran umum masyarakatIndonesia mengenai belum adanyapemisahan dan pembedaan antara urusaninstitusi negara dan pribadi atau privat.Solusinya, buat UU Larangan KonflikKepentingan. Dengan larangan itu bukanberlaku untuk orang per orang, tapi untukkepentingan kebijakan yang menyeluruhsupaya negara kita makin adil dan beradab.Artinya, masyarakat Indonesia masukdalam derajat peradaban bernegara yang
lebih tinggi.Apakah itu berarti pejabat atau
politikus tidak boleh berbisnis?Di AS sudah ada UU Larangan Konflik
Kepentingan. Apakah dengan UU itu seorangpengusaha boleh berpolitik? Boleh, tidakdilarang. Apakah orang politik bolehberbisnis? Boleh, tidak dilarang. Yang tidakboleh adalah konflik kepentingan. Makaseorang pengusaha, begitu dia mendapatjabatan politik, silakan menduduki jabatanpolitik, tapi jabatan di dunia usaha misalnyasebagai pengurus perusahaan harusdilepas. Begitu juga sebagai pemegangsaham, meskipun memiliki saham mayoritas,sahamnya harus dikelola oleh sebuahlembaga independen. Jadi dia tidak bisa ikutrapat RUPS dan ikut menentukan kebijakanperusahaan.
Dengan UU itu maka kekuasaan diperusahaan dan kekuasaan di politik terpisahdan tidak boleh dicampuradukkan. UU inibukan berarti melarang pejabat publik untukberbisnis. Silakan. Kalau ada menteriberbisnis, boleh. Tapi dia tidak boleh lagiduduk sebagai pengurus perusahaan danterlibat dalam manajemen perusahaan. Kalausekarang ini semua campur aduk. Sekarangini ada pejabat publik yang masih mengurusbisnis, duduk di jajaran direktur, menjadikomisaris, dan juga menjadi pemilik. Siapayang bisa memastikan tidak ada konflikkepentingan? Tentang hal ini belum adaaturannya. Jadi ini satu hal yang perludipikirkan oleh kaum cendekiawan. ❏
FOTO-FOTO: ISTIMEWA
78 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
RAGAM
Jauh di Mata Dekat di RepublikPulau Miangas
PULAU Miangas atau Las Palmas(Palmas Island ) terletak di wilayahKecamatan Khusus Kepulauan
Miangas, Kabupaten Kepualuan Talaud, iniadalah pulau terluar Indonesia, berbatasandengan negara Filipina. Uniknya pulau inilebih dekat posisinya ke negara Filipinadibanding ke wilayah Indonesia. Karenakeunikan inilah yang membuat penulis danrombongan Pimpinan MPR belum lamamengunjungi pulau tersebut.
Bersama Pimpinan MPR, kunjungan itudiikuti pula anggota-anggota MPR, sertapejabat dari instansi terkait dengan pengem-bangan dan pembangunan wilayah per-batasan, seperti Pemerintah ProvinsiSulawesi Utara, Kepala Daerah KabupatenTalaud, Kementerian Perhubungan, BadanNasional Pengelola Perbatasan (BNPP),Kementerian Dalam Negeri, Polri, dan TNI.
Akhir November 2015, rombongan tiba diKota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, danlangsung bersiap-siap bertolak dari pelabuh-an Manado menuju pulau Miangas lewat jalurlaut. Jika menggunakan speed boat perjalan-an memakan waktu selama 12 jam dan jika
menggunakan kapal fery membutuhkan waktu2 hari 2 malam ke pulau Miangas. Bisadibayangkan jauhnya.
Ternyata perjalanan rombongan terhalangcuaca musim Barat. Di musim ini, yakni akhirNovember sampai dengan Februari, ternyatakondisi laut dan ombak samudera pasifiksangat berbahaya bagi perjalanan laut.Nahkoda dan kru kapal tidak ada yang beranimengambil resiko.
Joseph salah seorang kru kapal mengata-kan, cuaca buruk kerap menjadi penghalang,kapal tidak bisa melaut. Angin kencang dangelombang laut yang tinggi memang sudahmenjadi bagian dari kehidupan masyarakatMiangas. Namun sebenarnya bukan itu yangmereka keluhkan.
Bagi masyarakat Miangas, transportasiyang memadai adalah mimpi mereka untukbisa merasa lebih dekat dengan wilayah In-donesia lainnya, bukan dekat dengan negaraFilipina.
Secercah harapan dengan dibangunnyabandara perintis pun bisa menjadi cambuksemangat masyarakat Miangas. Lapanganudara perintis, menurut Wakil Ketua MPR EE.
Mangindaan, telah dibangun, namun jadwalpenerbangan dan pesawat perintis yangmenuju ke sana masih sangat terbatas.Mungkin maskapai penerbangan belumtertarik membuka jalur penerbangan keMiangas. Harga bahan bakar sangat tinggimenjadi masalah tersendiri di pulau Miangas.
“Walaupun jauh, namun perjalanan lautmenuju gugusan kepulauan Talaud, termasukMiangas, sangat mengasyikkan. Bentanganlaut nan indah, jernih dan biru bisa dinikmatiselama perjalanan yang panjang itu. Dibeberapa pulau, kapal akan berhenti untukmenurun dan menaikkan penumpang, dankesempatan itu bisa dimanfaatkan untukberjalan-jalan barang sejenak. Kebanyakanpenumpang adalah warga lokal denganmembawa hasil bumi untuk dijual ke pulaulainnya atau ke kota Manado atau merekayang turun membawa barang belanjabulanan berupa beras, telur, bumbu, danbarang-barang kebutuhan mereka lainnya,”ungkap Joseph.
Masih menurut Joseph, Pulau Miangasmemiliki beberapa infrastruktur sosial tapimemang masih terbatas, seperti sekolah
79EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
dasar, sekolah menengah pertama, dansekolah kejuruan kelautan. Namun, tenagapendidik dan kependidikan di Miangas sangatminim. Sebenarnya, semangat mengikutipendidikan bagi warga Miangas tinggi, hanyasaja, kendalanya sangat banyak. Soalkesehatan juga tidak jauh berbeda kondisi-nya dengan pendidikan.
Fasilitas dan tenaga kesehatan yangminim menyebabkan masyarakat kesulitanuntuk mendapatkan pelayanan kesehatan.Bahkan banyak masyarakat yang menderitasakit meninggal dunia di tengah perjalananmenuju Manado untuk mendapatkanpelayanan kesehatan.
Namun, potensi wisata pulau Miangassangat menjanjikan. Panorama pantai yangmembentang luas dengan pemandanganpuncak bukit Wui Batu sangat indah. Daripuncaknya, kita dapat merasakan terpaanhawa dingin dari samudera pasifik. Pohon-pohon tumbuh subur, hijau dan segar. Dipulau ini dan gugusan pulau-pulau sekitarMiangas juga ada spesies kepiting yang unik,namanya kepiting kenari. Kepiting ini memilikiwarna unik dengan campuran warna hitam,biru, dan merah. Jika beruntung, di tengahperjalanan menuju Miangas kita dapat melihatrombongan lumba-lumba bermigrasi.
Di pagi atau sore hari, anak-anak kecil dipulau ini juga sering bermain di pantai,mereka bermain bola, berenang atauberselancar dengan menggunakan papankayu yang dibuat sendiri. Gugusan terumbukarang di laut Miangas sangat mudah dilihat,tidak perlu menyelam karena kejernihan
airnya, dan terumbu karang akan terlihat jelasdengan mata telanjang. Di pulau Miangas,kita juga akan bisa melihat akulturasi danpencampuran dua budaya dari dua negarayakni Indonesia dan Filipina yang banyakmelakukan kawin campur.
Sayangnya keindahan yang ada, selamaini hanya dinikmati oleh pelancong yangbukan datang dengan maksud untuk berlibur,tapi kebanyakan serombongan peneliti,wartawan, dan pegawai-pegawai peme-rintah, baik pusat dan daerah yang men-dapatkan tugas ke Miangas. Potensi-potensiindah dan unik tersebut sebenarnya bisadijadikan sumber pendapatan untuk menaik-kan perekonomian rakyat. Jika rakyat sudahsejahtera, tidak akan terpikir untuk pindahke negara lain.
Data menunjukkan, tidak sedikit pendudukpulau Miangas dan juga penduduk pulau-pulau sekitar Miangas yang berpindahtempat tinggal atau menyeberang ke negaraFilipina. Menyeberang ke Filipina hanyamembutuhkan waktu 30 menit sampai 1 jammenggunakan kapal fery. Peristiwa itu terjadi,karena dipicu oleh masalah perekonomiandan infrastruktur. Kehidupan di negaratetangga lebih menjanjikan. Menurut data,dari Kabupaten talaud, ada sekitar 5.300warga Indonesia yang tinggal menetap diFilipina.
Wakil Bupati Kepulauan Talaud PetrusSimon Tuange mengatakan, potensi wisatapulau Miangas memang sangat besar, namunada beberapa kendala yang menghadang.Antara lain, belum optimalnya pembangunan
sarana prasarana, seperti infrastrukturdasar di kawasan perbatasan. Selain, masihrendahnya kualitas SDM dan penyebaranpenduduk karena karakteristik geografismasing-masing kawasan serta kerusakanlingkungan akibat eksploitasi SDA yang tidakterkendali. Lalu, Rencana Tata RuangKawasan Strategis Nasional Perbatasanhingga saat ini belum tersedia, sehinggapembangunan kawasan perbatasan belummemiliki acuan yang kuat dalamimplementasinya, dan pengelolaan kawasanperbatasan belum dilakukan secara terpadudengan mengintegrasikan seluruh sektorterkait.
“Usul Wakil Ketua MPR RI EE. Mangindaandalam Rapat Bersama Pimpinan MPR RIdengan kementerian dan lembaga terkaitwilayah perbatasan, yakni mengacu padaaspek prosperity dalam pembangunanwilayah perbatasan, saya sangat setuju.Sebab, kebanyakan masalah wilayahperbatasan dikarenakan soal perekonomianyang minim,” tandasnya.
Petrus mengungkapkan, dalam APBN 2016sudah direncanakan aksi pengelolaanperbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud,seperti pengembangan infrastruktur jalan dantransportasi laut serta udara, bidang kesehat-an dan pendidikan. Saran utamanya adalahmeningkatnya laju pertumbuhan ekonomi diwilayah-wilayah konsentrasi pengembanganperbatasan, dan meningkatnya kesejahtera-an masyarakat miskin di kawasan perbatas-an dan pulau kecil terluar. ❏
DER
FOTO-FOTO: ISTIMEWA
80 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
RAGAM
80 EDISI NO.10/TH.IX/OKTOBER 2015
Popong Otje Djundjunan
ANGGOTA Fraksi Partai Golkar
MPR RI Popong Otje
Djundjunan punya pengalaman
menghadapi salah seorang anak
kandungnya terjerumus dalam pe-
nyalahgunaan barang terlarang,
narkoba. Musibah itu menghampirinya
beberapa saat setelah sang suaminya
meninggal dunia. “Saat itu saya
merasakan dunia ini seolah akan
runtuh,” begitu cerita Popong ketika
mengetahui anaknya positif pemakai
narkoba.
Namun, Popong berusaha untuk
tidak mau berlama-lama berada dalam
suasana bermuram durja. Ia menya-
dari bahwa peristiwa yang menje-
rumuskan buah hatinya itu terjadi
karena rasa sayangnya yang
sangat berlebih. Menunjukkan rasa
sayang yang terlalu berlebihan, kata
Popong, bukannya membuat anaknya
menjadi lebih baik, namun justru
mengonsumsi narkoba.
“Untung saya cepat sadar, tidak
panik, dan mengambil langkah tepat,”
ungkap Popong. Ia pun segera
bertindak, membawa anaknya ke
psikiater untuk mendapat pelayanan
konseling yang baik. “Itu terus saya
lakukan hingga kini,” kata Popong.
Intinya, menurut Popong, ketika ada
salah satu anggota keluarga ter-
jerembab ke dunia narkoba, anggota
keluarga yang lain harus berusaha
membantu. Bukan membiarkannya
terperosok lebih dalam lagi pada obat-
obatan terlarang.
“Sayangi mereka, dampingi dan
bantu mereka lepas dari pengaruh
lingkungan yang membawanya
memakai obat terlarang. Hal itu akan
lebih bijaksana dibanding harus
memaki dan memusuhinya,” kata
Popong lagi. ❏
fIGUR
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI
Bantu Korban Narkoba DenganKasih Sayang
81EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015 81EDISI NO.10/TH.IX/OKTOBER 2015
Elnino M. Husein Mohi
Pernah Disangka
“Ajudan” Anggota
MENJADI anggota dewan tak “melulu” seenak seperti
dibayangkan. Ada kalanya para wakil rakyat harus
merasakan pahit getirnya sebagai anggota parlemen.
Pengalaman seperti itu acap kali dirasakan Elnino M Husein Mohi
(42), anggota MPR RI Fraksi Partai Gerindra dari dapil Gorontalo.
Penampilan Elnino yang sering terlihat bersahaja kerap membuat
orang orang yang ada di sekitarnya terkecoh. Mereka tak
menyangka kalau pria kelahiran Gorontalo, 30 Oktober 1974, ini
adalah salah seorang anggota dewan. Namun, Elnino tak
merisaukan penilaiaan seperti itu. Justru ia menyukurinya, karena
dengan begitu ia merasa lebih mudah berinteraksi dengan
masyarakat umum.
Tetapi, dari berbagai kejadian yang pernah dirasakan, ada satu
peristiwa yang takkan pernah ia lupakan. Peristiwa itu terjadi pada
2009, tepatnya beberapa saat setelah dinyatakan resmi menjadi
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Ceritanya, ketika itu
Elnino hendak mengambil perlengkapan anggota DPD. Saat mau
masuk, ia ditegur staf pengamanan, yang mengira Elnino adalah
ajudan salah satu anggota.
“Mereka tidak percaya kalau saya anggota DPD, sampai akhirnya
saya mengeluarkan KTP. Baru setelah itu mereka menyilakan saya
masuk sambil meminta maaf,” cerita Elnino. ❏
MBO
Beli Tiket dan Ikut Menonton
Bambang Sadono
BAGI Ketua Badan Pengkajian MPR RI Bambang Sadono,
kesenian tradisional, terutama Wayang Orang, memiliki tempat
tersendiri. Bahkan saat dia menjabat anggota MPR RI dari
kelompok DPD perhatian dan kecintaannya terhadap Wayang
Orang terlihat makin kasat mata. Salah satu bentuk perhatian
itu adalah upayanya melibatkan group Wayang Orang asal
Semarang Ngesti Pandowo dalam kegiatan sosialisasi Empat
Pilar MPR, pertengahan Desember silam.
Pria kelahiran Blora, 30 Januari 1957, ini sudah mengenal
wayang orang sejak lama. Sejak masih aktif menjadi wartawan,
Bambang kerap menyajikan tulisan seputar Ngesti Pandowo.
Selain, berbagai karya sastra yang pernah dihasilkannya.
Karena itu tak berlebihan jika Bambang pun senantiasa
berharap agar wayang orang tetap lestari. Karena kesenian
wayang orang banyak memberikan pelajaran tentang budi pekerti
dan kesopanan. Juga karena wayang orang adalah cipta karya
asli para seniman dan budayawan Indonesia.
“Salah satu cara ikut serta mempertahankan kesenian wayang
orang adalah membeli tiket dan ikut menonton setiap kali
pementasan wayang orang. Karena dengan cara begitu para
pemainnya bisa sedikit merasakan hasil keringat mereka dalam
mempertahankan dan nguri-nguri kesenian Indonesia”, kata
Baambang menambahkan. ❏
MBO
82 EDISI NO.12/TH.IX/DESEMBER 2015
RAGAM
Oleh:Mahyudin
Wakil Ketua MPR RI
Konsisten dan Mengimplementasikan Pancasila
DALAM sejarah perjalanan bangsa, para pendiri bangsa telahmenyadari dengan seksama bahwa Pancasila adalahphilosofiche groundslag dan weltanchauung, yaitu
fundamen, filsafat, dan landasan yang akan menjadi pijakan utamabagi kehidupan bangsa dan negara Indonesia masa depan.Pancasila dicita-citakan sebagai alat pemersatu seluruh warganegara dari Sabang sampai ke Merauke, yang karenanya bangsaini dapat memompa spirit perjuangan melawan kolonialisme danimprealisme.
Pancasila di samping sebagai ideologi, dasar dan falsafahnegara, juga menjadi cita-cita moral dan pandangan hidup bangsaIndonesia yang selama bangsa Indonesia ada telah memberipandangan dan arah kepada bangsa dan negara kita dalammenjalani kehidupan bernegara sesuai dengan jati dirinya, dan iniyang membedakan kita dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Seiring dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasilatelah menjadi sumber primer dalam memecahkan persoalan bangsayang bersifat multidimensional. Harus diakui, Pancasila mempunyainilai historis yang kuat yang dapat meningkatkan spirit kebangsaan,tetapi di sisi lain Pancasila mempunyai nilai spiritual-ideologis yangdapat dijadikan sebagai kekuatan untuk meneropong persoalankekinian dan kemasadepanan.
Mengingat urgensi nilai-nilai Pancasila dalam setiap penye-lenggaraan negara, baik dalam hal hubungan antarlembaganegara, upaya penegakan hukum, pelaksanaan demokrasi,menjalankan tata kepemerintahan yang baik, maupun pengaturanekonomi negara, serta etika moral dalam kehidupan sosial budayadan kemasyarakatan, kita dihadapkan pada salah satu fakta yangmenimbulkan kekhawatiran, yaitu memudarnya nilai danmenurunnya derajat Pancasila dalam kehidupan berbangsa danbernegara, yakni dampak negarif globalisasi.
Sebagaimana kita pahami bersama, saat ini kita sedangmenghadapi era globalisasi di mana menjadi era keterbukaaninformasi tanpa batas, interaksi dan transaksi antara individu dannegara-negara yang berbeda, akan memiliki dampak dankonsekuensi politik, sosial, dan budaya pada tingkat dan intensitasyang berbeda pula.
Masuknya Indonesia dalam proses globalisasi harus dipahamisebagai suatu keniscayaan dalam menghadapi medan pertarunganterbuka bangsa-bangsa di berbagai belahan dunia. Pertarunganitu terjadi di berbagai bidang, baik sumberdaya, modal,pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, baik melaluiperdagangan, pendidikan maupun teknologi informasi.
Penting untuk kita cermati bersama, globalisasi yang mengusungideologi neoliberalisme sangat berdampak bagi bangsa Indone-sia, berupa pergeseran tata nilai, ideologi dan budaya. Namun,rasanya tidaklah adil dan arif apabila kita melihat globalisasi secaraapriori, namun sebaliknya, menerima globalisasi dengan mentah-
mentah begitu saja, tanpa perencanaan dan tanpa sikap kritis,juga bukan sikap yang bijaksana.
Oleh karenanya, karakteristik bangsa yang kuat dalammemegang teguh ideologi negara, dan ditunjang denganpelaksanaan roda pemerintahan yang demokratis menjadilandasan penting bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi setiaptantangan global.
Dalam merawat masa depan bangsa, mengawal Indonesia dalammenghadapi tantangan global, tidak bisa tidak, kita harusmemperkokoh Pancasila sebagai ideologi negara, falsafah bangsa,serta sebagai pemersatu bangsa, serta memperdalam wawasankebangsaan kita, utamanya kepada generasi muda Indonesia.
Upaya memperkokoh ideologi bangsa yakni Pancasila, setidaknyadapat dilakukan melalui dua hal penting, Pertama, melalui sikapkonsistensi dan keteladanan, utamanya para pemimpin dan elitpolitik dalam menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam berpikirdan bertindak.
Kita sebagai bagian dari elemen bangsa memiliki kewajiban dantanggung jawab yang sama untuk menjaga, mengawal danmelestarikan ideologi negara, agar tidak tergerus oleh perubahanzaman atau bahkan tergantikan oleh ideologi lainnya. Atas dasaritu, sudah menjadi kewajiban kita semua, utamanya parapenyelenggara negara memikirkan suatu langkah nyata dankonstruktif dalam menjaga ideologi negara.
Kedua, melalui penumbuhkembangan dan pengimplementasiannilai-nilai Pancasila secara berkelanjutan dalam setiap aspekkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Olehkarenanya, pemasyarakatan nilai-nilai Pancasila harus senantiasaterus digelorakan antara generasi bangsa, selaras dengan upayainternalisasi nilai-nilainya dalam kehidupan berbangsa danbernegara.
Ikhtiar memperkokoh Pancasila sebagai ideologi bangsa dalammenghadapi tantangan global harus mampu sampai pada tatananmengubah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri danlingkungannya. Cara pandang bangsa Indonesia mengenali dirinyamengandung pengertian bahwa Indonesia adalah bangsa yangbesar dan majemuk, masyarakat Indonesia harus membina rasapersatuan dan kesatuan meskipun dihadapkan dengan segalabentuk perbedaan. Selain itu, masyarakat Indonesia dituntut sedinimungkin untuk peka dalam mengatasi faktor penyebab timbulnyapemasalahan disintegrasi bangsa di segala aspek bidang kehidupan.
Sedangkan cara pandang bangsa Indonesia terhadaplingkungannya mengandung pengertian bahwa dalam kehidupanmenjalin hubungan diplomatik antarbangsa, bangsa Indonesia haruslebih mementingkan kepentingan nasionalnya dalam semua aspekkehidupan, demi terwujudnya janji-janji kebangsaan sebagaimanatermaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945. ❏