Upload
chitra-dewi-rasyid
View
10
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
vaksin polio
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf
menimbulkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar
penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan.
Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa seusai Perang Dunia II,
penyakit itu disebut ‘momok semua orang tua’, karena menjangkiti anak-anak
terutama yang berumur di bawah lima tahun. Di sana para orang tua tidak
membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskop dikunci,
kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.
Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang
dapat menyebabkan kelumpuhan ini disebabkan virus Poliomyelitis yang
sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar
virus polio. Bisa juga lewat percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk
ke mulut orang sehat.
B. Tujuan
a. Mengetahui definisi penyakit polio.
b. Mengetahui jenis-jenis penyakit polio.
Page 1
c. Mengetahui definisi, macam-macam, usia pemberian, cara dan jumlah
pemberian, efek samping, tingkat kekebalan, dan kontra indikasi dari
imunisasi polio.
C. Manfaat
Dapat mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang imunisasi
polio.
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan
poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini
dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
Penyakit polio di Amerika Serikat menurut Dr. Robert Mendelsohn, ahli
penyakit anak-anak dan penyelidik medis, tidak ada bukti menunjukan bahwa
pemberian vaksin dapat menyembuhkan polio. Pada tahun 1923 – 1953, vaksin
polio telah diperkenalkan dan diberikan, tetapi angka kematian penyakit polio di
Amerika Serikat dan Inggris masih tinggi sekitar 47 persen sampai 55 persen. Pada
data Statistik menunjukkan suatu kemunduran di negara-negara Eropa. Dan ketika
vaksin polio banyak tersedia di Eropa banyak orang bertanya tentang manfaat dan
efektivitas vaksin polio, karena banyak warga disana menggunakan vaksin polio
tetapi masih terserang polio( L. Heymann, 2004).
B. Jenis-jenis Virus Polio
1. Polio non-paralisis
Page 3
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan
sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika
disentuh.
2. Polio paralisis spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel
tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot
tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang
dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan.
Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio
menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembuluh darah kapiler pada
dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang
belakang dan syaraf motorik-yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah
muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki
kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh
bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan
mempengaruhi sistem saraf pusat-menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring
dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan
menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan
regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap
perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas-kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah
Page 4
pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan
otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
3. Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang
otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur
pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang
mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori
yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses
menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan
saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan
yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian.
Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan
meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian
biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas
mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal
karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam
sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan
trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam
paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah
Page 5
menggunakan 'paru-paru besi' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang
lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung.
Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara
dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa
keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat
menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia
penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus
hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal
sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis.
Polio paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki
fungsi tubuh yang mendekati normal.
C. Imunisasi Polio
1. Pengertian
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah
satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan
pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan
kematian.
Page 6
2. Macam-macam Imunisasi Polio
Terdapat 2 macam vaksin polio:
a. IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
b. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
3. Usia Pemberian
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada
usia 18 bulan dan 5 tahun. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan
dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT.
Page 7
Gambar 1. Umur Pemberian Imunisasi (Khususnya Imunisasi Polio)
4. Cara dan Jumlah Pemberian
Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat
mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di Indonesia yang digunakan adalah
OPV, karena lebih aman, mudah diberikan, murah dan mendekati rute penyakit
aslinya, sehingga banyak digunakan. Sedangkan injeksi efek proteksi lebih
baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Cara memberikan
imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak 2 tetes (0,1
mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air
gula. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon
kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk
meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertingiu.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa
tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak
bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Imunisasi dasar
polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari
4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio
IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD
(12 tahun).
Page 8
5. Efek Samping
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare
ringan, sakit otot, kelumpuhan dan kejang-kejang. Kasusnya pun sangat jarang.
6. Tingkat Kekebalan
Dapat mencekal hingga 90%.
7. Kontra Indikasi
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau
demam tinggi (diatas 380C), muntah atau diare, penyakit kanker atau
keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan
radiasi umum, serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.
Page 9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Polio adalah salah satu penyakit yang dapat melumpuhkan otot dan tulang
pada seseorang bahkan dapat mengakibatkan kematian. Untuk mencegah hal
tersebut pemerintah menyarankan untuk pemberian vaksin yang diberikan kepada
anak-anak terutama pada usia 0 bulan dan diteruskan pada usia 2, 4, 6 bulan serta
pada 18 bulan dan 5 tahun.
B. Saran
Diharapkan perawat dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam
pemberian asuhan keperawatan sehari-hari sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Page 10
REFERENSI
Ade putra, 2013. Keperawatan anak 1. Posted at 11.08. situs
(http://detra18.blogspot.com/2013/06/keperawatan-anak-i-imunisasi-polio.html)
Page 11