89
VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN MEDANG KAMPAI KOTA DUMAI KUSNANDAR C251020241 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

  • Upload
    vannga

  • View
    247

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR DI

KECAMATAN MEDANG KAMPAI KOTA DUMAI

K U S N A N D A R C251020241

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 2: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

RINGKASAN

K u s n a n d a r C251020241. Valuasi Ekonomi Dampak Pencemaran Lingkungan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Di Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI dan SUZY ANNA. Penilaian secara ekonomi terhadap dampak yang ditimbulkan oleh pihak pertama masih jarang dilakukan. Padahal, akibat dari dampak yang ditimbulkan ini telah menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi terganggu. Akibatnya pihak pertama cenderung akan melakukan suatu kegiatan yang berlebihan demi memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan tidak memasukkan biaya-biaya sosial dan lingkungan dalam penetapan nilai jual dari suatu barang, menyebabkan terjadinya kegagalan pasar. Dengan menggunakan metode valuasi ekonomi dan analisa persepektif, dalam penelitian ini dapat diketahui seberapa besar dampak pencemaran lingkungan terhadap tingkat kesejahteraan (kesehatan dan pendapatan) masyarakat Ada tidaknya keinginan masyarakat untuk menanggung atau membayar untuk perbaikan lingkungan. Jika ada, seberapa besar biaya yang mau dikeluarkan masyarakat untuk keperluan perbaikan lingkungan? Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebijakan pengelolaan kedepan limbah industri yang ada? Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai dari Bulan Juli sampai September 2006, dimana pada lokasi ini terdapat banyak pabrik-pabrik yang berskala besar sebagai sumber pencemaran yang potensil menjadi sumber penyakit bagi masyarakat. Hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata masyarakat tidak mau membayar sejumlah uang untuk memperbaiki lingkungan yang sudah tercemar, WTP individu masyarakat sebesar Rp. 4.192,29 per tahun. Faktor yang perlu menjadi prioritas dalam pengelolaan dan pengendalian lingkungan ke depan berdasarkan persepsi masyarakat adalah: Faktor Peran dan keterlibatan masyarakat, Penegakan aturan dan sanksi, Peningkatan Pengawasan lingkungan, Transparansi pengelolaan manajemen lingkungan, Rehabilitasi lingkungan, Peningkatan jaminan pendidikan, sosial dan kesehatan, terutama untuk masyarakat pesisir yang terkena maupun yang potensial terkena dampak pencemaran.

Kata kunci: Pencemaran, Valuasi Ekonomi, Kesejahteraan

Page 3: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

ABSTRACT

K u s n a n d a r C251020241. Economics Valuation Of Environment Pollution Effect Into Community Coastal Welfare in Medang Kampai Sub District, Dumai Municipality. Supervisor by AKHMAD FAUZI dan SUZY ANNA. In conventional economics, valuating by economy effect of pollution into community is rare to do. Some people tend over to do activity to get more benefit. Social cost and environment cost is not include into total cost production, it is make market failure in marketing a product. With economy valuation method in this research to find perception of community about pollution into themselves and environment. Beside that, this research want to know how much failure of community by the pollution. This research located in Medang Kampai Sub district of Dumai Municipality, start from July until September 2006. In this location, there are many activity that used machine to be source of pollution that potential to be decease for community. Result of economy valuation that were done, were founded that all of community is not want to give some money for environment reclamation, personal WTP is Rp.4.192,29 per year. The main factor to be priority in environment managing for the future are people participatory, low enforcement, environment monitoring, transparency of environment management, environment rehabilitation, education insurance, social and health for coastal community that effected and potential to effected pollution.

Key woods: Pollution, Economic Valuation, Welfare

Page 4: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang menggunakan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 5: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul : VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN MEDANG KAMPAI KOTA DUMAI merupakan gagasan dan hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Maret 2008

Nama : Kusnandar NRP : C251020241.

Page 6: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR DI

KECAMATAN MEDANG KAMPAI KOTA DUMAI

KUSNANDAR C251020241.

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PS-SPL)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 7: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

Judul Tesis : Valuasi Ekonomi Dampak Pencemaran Lingkungan

Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Pesisir di Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai

Nama : Kusnandar NIM : C251020241

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PS-SPL)

Disetuji

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Akhmad Fauzi, M.Sc Ketua

Dr. Suzy Anna, M.Si Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 29 Pebruari 2008 Tanggal Lulus :

Page 8: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 25 November 1965 sebagai anak ke-7

dari tujuh bersaudara Keluarga R. Sulaeman. Penulis menyelesaikan Sekolah

Menengah Atas di SMA Kartika Chandra I Bandung pada tahun 1984 dan

melanjutkan sekolah Starata satu di Departemen Teknik Perminyakan ITB, dan

selesai tahun 1990. Pada Tahun 2002 penulis melanjutkan sekolah di Pasca`

Sarjana pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL)

Angkatan IX. Saat ini penulis bekerja sebagai Inspektur Migas di Direktorat

Teknik dan Lingkungan Direktorat Jenderal minyak dan Gas`Bumi Departemen

Energi dan Sumber daya Mineral dari tahun 1993.`

Page 9: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan selesainya Penulisan Tesis ini, penulis menyampaikan puji syukur

ke Hadirat Allah SWT, karena semua ini dapat dilakukan atas perkenan-Nya.

Selain itu, penelitian dan penulisan Tesis ini tidak terlepas juga dari bantuan dan

dorongan baik dari keluarga, dosen pembimbing mau pun teman-teman ikut

membantu selama proses penelitian dan penulisan Tesis ini.

Pertama-tama ingin penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih yang tiada taranya kepada Prof.Dr.Ir.H.Akhmad Fauzi,MSc dan Dr.Suzy

Anna, Msi selaku Komisi Pembimbing dalam membimbing serta memberikan

arahan dalam penyelesaian laporan tesis ini.

Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

kepada Dr. Ir. Menofatria Boer,DEA selaku Ketua Program Studi serta seluruh

Staf Pengajar Program Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PS-SPL)

yang telah memberi kesempatan seluas-luasnya bagi penulis untuk menimba ilmu

serta memberi pencerahan pengetahuan selama masa perkuliahan. Teman-teman

seangkatan dan seperjuangan di PS-SPL.

Ucapan terma kasih, penulis haturkan kepada, Ayahanda, Ibunda, Kakak,

Adik serta seluruh keluarga atas dukungan moril, materil dan spirituil kepada

penulis selama ini, apa yang telah diberikan pada penulis selama ini mungkin

tidak akan mampu terbalas.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi kita

semua dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan dapat diaplikasikan

bagi kemaslahatan hidup dimasa yang akan datang, amin.

Page 10: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

PRAKATA

Bissmillahirrahmanirrahim. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah

SWT atas segala limpahan rahmat, petunjuk dan hidayah-Nya, sehingga

senantiasa dapat melaksanakan segala aktivitas keseharian dalam ridho-Nya,

begitu pula dengan penyusunan Tesis “Valuasi Ekonomi Dampak Pencemaran

Lingkungan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Pesisir di Kecamatan Medang

Kampai Kota Dumai” bisa terselesaikan.

Pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan, menjadi sebuah keharusan

untuk menuju kesejahteraan masyarakat. Penilaian secara ekonomi dari dampak

yang ditimbulkan oleh pihak pertama kepada pihak kedua menjadi penting

dilakukan mengingat dampak yang ditimbulkannya bisa memberikan keuntunan

bagi pihak pertama, dan bisa juga memberikan kerugian. Dalam tesis ini

menggambarkan pendekatan valuasi dampak dari pencemaran terhadap perubahan

pola konsumsi masyarakat di Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai

Akhirnya penulis berharap bahwa dengan penulisan Tesis ini dapat

dijadikan sebagai bahan acuan kebijakan pengelolaan dampak lingkungan agar

tidak merugikan masyarakat disekitarnya, meskipun masih terdapat banyak

kekurangan yang membutuhkan banyak penyempurnaan.

Bogor, Maret 2008

Penulis

Page 11: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................. .................. DAFTAR TABEL .................................................... .................. DAFTAR GAMBAR ................................................ .................. I. PENDAHULUAN

Latar Belakang .............................................. .................. 1 Rumusan Masalah .......................................... .................. 2 Tujuan Penelitian ........................................... .................. 3 Manfaat Penelitian ......................................... .................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pencemaran Lingkungan, Implikasi Eksternalitas Ekonomi ......................................................... .................. 4 Pengendalian Pencemaran Lingkungan ......... .................. 8 Pendekatan Valuasi Ekonomi ....................... .................. 10 Valuasi Biaya ................................................ .................. 13 Valuasi Manfaat ............................................ .................. 14 Willingness To Pay ........................................ .................. 15 Konsep Ekonomi Tentang Nilai..................... .................. 17 Surplus Konsumen ......................................... .................. 19 Kesejahteraan ................................................ .................. 20 Analisa Prospektif Partisipatif (Participatory prospective Analysis/PPA) ................................................ .................. 22 Penelitian Terdahulu ..................................... .................. 24

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Konseptual ..................................... .................. 26 Kerangka Operasional.................................... .................. 27

IV. METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian dan waktu penelitian.......... .................. 30 Metode Penelitian .......................................... .................. 31 Jenis Sumber dan Teknik Pengambilan Data. .................. 31 Teknik Penentuan Sampel Responden ........... .................. 33 Teknik Analisa Data....................................... .................. 33

Analisis Dampak Pencemaran Vs Kondisi Kesejahteraan ........................................... .................. 33 Analisis Keinginan Berpartisipasi Masyarakat ........... 34 Pengujian Model Regresi Logit ............... .................. 35 Analisis Faktor Kunci Pengendalian Pencemaran ...... 36

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Keadaan umum Kota Dumai ......................... .................. 39

Page 12: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

Karakteristik Masyarakat ............................... .................. 41 Jenis Penyakit Akibat Pencemaran ................ .................. 42

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN................. 44 Biaya Kesehatan............................................. .................. 44 Valuasi Biaya Kesehatan ............................... .................. 45 Penurunan Pendapatan ................................... .................. 46 Partisipasi Dalam Pengendalian Pencemaran .................. 48 Besarnya Nilai WTP oleh Masyarakat........... .................. 54 Total WTP Masyarakat Untuk Pencemaran .. .................. 58 Strategi Pengendalian Pencemaran ............... .................. 60

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ................................................... .................. 65 Saran .............................................................. .................. 66

DAFTAR PUSTAKA ............................................... .................. 68 LAMPIRAN.................................................................................. 69

Page 13: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kandungan Bahan Pencemar di Perairan Selat Rupat ........... 2

2. Sumber dan Jumlah Pencemaran ......................... .................. 6

3. Renking Kepekaan Lingkungan Pesisir dan Laut Terhadap

Pencemaran Minyak............................................. .................. 7

4. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data........... .................. 32

5. Pedoman Penilaian Metode PPA. ........................ .................. 38

6. Pengaruh Langsung Antar Faktor ....................... .................. 38

7. Sepuluh Jenis Penyakit Tertinggi di Puskesmas Pembantu

Jaya Mukti Kecamatan Dumai Timur Tahun 2004................. 42

8. Hasil Regresi Biaya Pengobatan Masyarakat Pesisir.............. 45

9. Rata-rata Biaya Pengobatan Setelah di Counfounding dan

Discounting .......................................................... .................. 46

10. Rata-rata Pendapatan Masyarakat Setelah Counfounding dan

Discounting .......................................................... .................. 48

11. Total WTP Masyarakat Untuk Perbaikan Lingkungan........... 59

12. Koefisien Regresi WTP Masyarakat untuk Perbaikan

Kualitas Lingkungan. ........................................... .................. 60

13. Faktor Penting untuk Pengendalian Pencemaran dan

Pengelolaan Lingkungan Kedepan....................... .................. 61

14. Kandungan Bahan Pencemar di Perairan Selat Rupat ............ 63

Page 14: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Penurunan Kepuasan Akibat Pendapatan............. .................. 14

2. Manfaat Ekonomi Dari Program Kegiatan .......... .................. 15

3. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen ........... .................. 18

4. Total Surplus Konsumen ..................................... .................. 20

5. Pemetaan pengaruh dan etrgantungan faktor........................... 24

6. Persepsi Masyarakat Terhadap Gangguan Debu Kilang ........ 26

7. Kerangka Pemikiran ............................................ .................. 29

8. Lokasi Penelitian……………………………………………. 30

9. Struktur Pekerjaan Masyarakat Kota Dumai........ .................. 41

10. Diagram Pengaruh dan Ketergantungan faktor.... .................. 41

11. Struktur Pekerjaan Masyarakat Kota Dumai Tahun 2006 ...... 40

12. Total Pendapatan Masyarakat Kecamatan Medang Kampai .. 46

13. Rata-rata Nilai Kehilangan Pendapatan Masyarakat Medang

Kampai Selama Sakit ........................................... .................. 47

14. Peluang Masyarakat Untuk Mau Membayar Perbaikan

Lingkungan Akibat Pencemaran .......................... .................. 51

15. Peta Penyebaran Factor Kunci ............................. .................. 62

Page 15: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian .......................................... .................. 70

2. Tabel Definisi Variabel dalam Persamaan Regresi Logig ...... 71

3. Hasil Regresi Logit .............................................. .................. 72

4. Koefisien Regresi Biaya Pengobatan Masyarakat .................. 74

5. Koefisien Regresi WTP Masyarakat ................... .................. 75

6. Kuesioner Penelitian ............................................ .................. 75

.

Page 16: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

BAB 1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kawasan pesisir merupakan kawasan yang memiliki produktivitas yang cukup

tinggi dan memegang peranan penting bagi kehidupan baik di perairan laut dan pantai

maupun di darat. Berbagai jenis biota dan ekosistemnya berada di kawasan pesisir dan

tergantung pada kondisi kawasan tersebut, misalnya berbagai jenis ikan, mangrove,

terumbu karang, lamun dan lain-lain (Clark, 1998). Kekayaan dan keunikan kawasan

pesisir menjadikannya sebagai penyedia barang dan jasa yang memiliki potensi yang

cukup besar bagi kehidupan manusia terutama sektor ekonomi (Alexander, at all. 1998).

Potensi tersebut menjadi daya tarik berbagai pihak (masyarakat, pemerintah dan swasta)

untuk memanfaatkan dengan berbagai bentuk pemanfaatan, misalnya perikanan,

transportasi (pelabuhan), pariwisata, industri migas, perdagangan dan lain-lain.

Kecamatan Medang Kampai di Kota Dumai merupakan salah satu daerah pesisir

Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan posisinya yang sangat strategis

yaitu jalur perdagangan internasional Selat Malaka. Berbagai aktifitas pemanfaatan

tumbuh dan berkembang dengan pesat sehingga menjadikan kawasan tersebut sebagai

salah satu pusat perekonomian di Kota Dumai, misalnya industri pengilangan minyak

Pertamina, industri pengolahan minyak kelapa sawit, pelabuhan perdagangan dan

pelabuhan publik.

Aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam telah memberikan kontribusi besar bagi

perekonomian masyarakat, daerah maupun negara. Akan tetapi di sisi lain kegiatan

industri juga berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah

dari hasil aktifitasnya. Limbah bisa berasal dari aktifitas industri yang ada di kawasan

maupun di luar kawasan pesisir Medang Kampai akibat pembuangan limbah melalui

sungai yang bermuara di sekitar Medang Kampai. Sehingga kawasan Medang Kampai

termasuk ke dalam kawasan pemantauan lingkungan oleh pihak Pertamina, yang

dilakukan secara rutin karena kawasan tersebut termasuk kawasan yang sangat rentan

tercemar. Berdasarkan hasil pemantauan Pertamina tahun 2007 yang mengambil sampel

kualitas air sumur, air sungai, air laut, udara dan suara menunjukkan bahwa kondisi

lingkungan (perairan dan udara) di kawasan pesisir Medang Kampai telah tercemar dan

Page 17: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

2

sudah melebihi baku mutu lingkungan berdasarkan Kep-Men LH 51/2004 dan

PER.MEN.KES. No.416/MENKES/PER/IX/1990.

Pencemaran lingkungan pesisir akan menimbulkan penurunan kualitas dan

produktivitas lingkungan dan ekosistem yang ada di pesisir. Jika terus terjadi akumulasi

pencemaran maka secara langsung maupun tidak langsung akan mengganggu kesehatan

masyarakat yang tinggal dan atau beraktifitas di kawasan tersebut. Sehingga cepat atau

lambat akan mengancam keberlanjutan aktifitas perekonomian di kawasan tersebut

(Alexander, at all. 1998; Cincin-Sain and Robert, 1998; Cantlon.J.E. 1999).

Masyarakat pesisir terutama nelayan merupakan obyek penderita langsung selain

biota dan ekosistemnya akibat pencemaran lingkungan, karena kerusakan lingkungan akan

menyebabkan penurunan hasil tangkap. Dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan

hasil tangkapan maka nelayan harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dan resiko yang

dihadapi juga akan semakin besar. Selain menurunkan pendapatan, masyarakat pesisir

juga sangat rentan terkena berbagai macam penyakit, misalnya penyakit yang kulit

maupun penyakit yang tergolong Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) yang

memerlukan biaya pengobatan dan pencegahan. Sehingga hal tersebut akan meningkatkan

biaya pengeluaran masyarakat, pada saat yang bersamaan masyarakat yang menderita sakit

akan mengalami kehilangan pendapatan (Anonims. 2004).

Besarnya dampak yang diakibatkan oleh pencemaran tersebut menuntut kesadaran

semua pihak (pengusaha, pemerintah dan masyarakat) untuk mengendalikan pencemaran

dan merehabilitasi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pencemaran. Sebagai

langkah awal adalah mengidentifikasi kondisi dan dampak pencemaran. Salah satunya

adalah dampak pencemaran terhadap perekonomian masyarakat pesisir. Selanjutnya

adalah mengidentifikasi respons dan persepsi masyarakat sebagai penderita dalam

merehabilitasi kerusakan lingkungan yang tercemar di sekitar kawasan Madang Kampai.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan permasalahan yang perlu menjadi

perhatian dan fokus kajian adalah:

1. Seberapa besar dampak pencemaran lingkungan terhadap tingkat kesejahteraan

(kesehatan dan pendapatan) masyarakat?

2. Ada tidaknya keinginan masyarakat untuk menanggung atau membayar untuk

perbaikan lingkungan?

Page 18: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

3

3. Jika ada, seberapa besar biaya yang mau dikeluarkan masyarakat untuk keperluan

perbaikan lingkungan?

4. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebijakan pengelolaan ke depan limbah

industri yang ada?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dampak pencemaran lingkungan terhadap tingkat kesejahteraan

masyarakat

2. Mengetahui ada tidaknya keinginan (respon) masyarakat untuk ikut menanggung biaya

perbaikan lingkungan.

3. Mengetahui besarnya biaya yang mau ditanggung masyarakat untuk perbaikan kondisi

lingkungan

4. Merumuskan kebijakan pengelolaan limbah industri berdasarkan persepsi masyarakat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan

ilmu pengetahuan, menjadi masukan bagi para pengusaha dan masyarakat hak dan

kewajiban dalam pengelolaan usaha, serta pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambil kebijakan yang terkait dengan perindustrian dan lingkungan hidup.

Page 19: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pencemaran Lingkungan; Implikasi eksternalitas Ekonomi

Masalah pencemaran lingkungan pesisir dan lautan telah banyak terjadi di

mana-mana, terutama di negara-negara maju dan berkembang. Pencemaran

tersebut disebabkan karena masuknya zat-zat asing kedalam lingkungan, sebagai

akibat dari tindakan manusia yang menyebabkan perubahan fisik, kimia dan

biologis lingkungan (Cheevaporn V., Piamsak M. 2003; Suparmoko dan Maria R.

Suparmoko, 2000). Berdasarkan UU No. 23/1997, pencemaran lingkungan hidup

didefinisikan sebagai peristiwa masuknya mahluk hidup, zat, energi dan atau

komponen lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh

kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun

sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak

dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Dengan kata lain bahwa

limbah yang menyebabkan pencemaran lingkungan merupakan eksternalitas

negatif dari suatu akifitas.

Pencemaran pesisir dan lautan pada umumnya terjadi karena adanya

pemusatan penduduk, pariwisata, dan industrialisasi di daerah pesisir. Faktor-

faktor tersebut secara langsung dan tidak lansung telah banyak menyebabkan

gangguan kehidupan organisme (termasuk manusia) di darat maupun perairan

(Supriharyono, 2000; Clark, 1998; Costanza, 1999). Banyak anggapan bahwa laut

merupakan ”tempat sampah” yang cukup praktis dan ideal, baik berupa sampah

domestik, maupun limbah industri. Laut yang luas diasumsikan akan mampu

menampung, menghancurkan dan melarutkan setiap bahan-bahan yang dibuang ke

perairan laut.

Seringkali kita lupa bahwa perairan laut merupakan suatu sistem yang

memiliki batasan kemampuan dalam melarutkan dan mengurai limbah. Akibatnya

terjadi penumpukan yang menyebabkan perubahan fisik, kimia dan biologis

(Dahuri, 1996). Perubahan kualitas lingkungan pesisir dan laut tersebut secara

lambat laun akan menyebabkan ketidakberlanjutan aktifitas ekonomi dan yang

lebih fatal lagi mengancam keselamatan manusia itu sendiri. Salah satu

Page 20: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

5

contohnya yang cukup fenomenal adalah kasus Minamata di Jepang sekitar tahun

1950-an, yang telah menyebabkan berbagai organisme mati termasuk manusia

(Supriharyono, 2000).

Berkaitan dengan pengaruh bahan pencemar lingkungan pesisir dan laut,

Williams (1979) mengelompokkan bahan pencemar menjadi tiga tipe, yaitu bahan

patogenik, estetik dan ekomorpik. Bahan pencemar yang bersifat patogen

(pathogenic pollutants) adalah bahan pencemar yang dapat menyebabkan

penyakit pada menusia, misalnya pencemaran logam berat. Bahan pencemar yang

berkaitan dengan nilai keestetikan (aesthetic pollutants), yaitu bahan pencemar

yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan yang tidak nyaman untuk

indera mata, telinga atau hidung, misalnya tumpukan sampah atau limbah organik.

Sedangkan bahan pencemar yang ekomorfik (ecomorphic pollutants) adalah

bahan pencemar yang menghasilkan perubahan sifat-sifat fisik lingkungan,

misalnya limbah air panas, minyak.

Berdasarkan sumber limbah yang menyebabkan pencemaran lingkungan

pesisir dapat dibedakan menjadi empat, yaitu limbah domestik/rumah tangga,

limbah pertanian, limbah radioaktif dan limbah Industri. Limbah Industri

walaupun sudah diproses di IPAL, kualitas buangan limbah masih di atas baku

mutu lingkungan, sehingga permasalahan lingkungan masih sering muncul di

daerah sekitar kawasan Industri tersebut (Russo, 2002.).

Sebagian limbah industri bersifat sulit larut air, cenderung mengapung di

permukaan air. Berdasarkan sifat fisik-kimia limbah, tingkah laku limbah di

perairan, pengaruhnya terhadap organisme, dan jenis limbah maka limbah industri

dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu: (1) Bahan Organik yang

terlarut, termasuk bahan beracun, tahan urai (persisten) dan dapat diurai secara

biologis (biodegradable); (2) Bahan-bahan anorganik, termasuk unsur hara; (3)

Bahan-bahan organaik yang tidak terlarut; (4) Bahan-bahan anorganik yang tidak

terlarut; dan (5) Bahan-bahan radioaktif (Supriharyono, 2000).

Selanjutnya yang akan banyak dikutip sebagai referensi sumber

pencemaran lingkungan pesisir adalah pencemaran oleh limbah dari akifitas

industri minyak, karena sesuai dengan kondisi lokasi penelitian yaitu kota Dumai.

Kota Dumai merupakan salah satu kota di Indonesia yang geliat pembangunan

Page 21: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

6

ekonominya sebagian besar bertumpu pada industri terutama minyak, baik

industri pengolahan minyak kelapa sawit dan pengilangan minyak bumi.

Minyak bumi merupakan campuran komponen-komponen bahan organik

alami yang sangat komplek. Minyak dibentuk dari hasil perombakan hewan dan

tumbuh setelah waktu geologis yang cukup panjang. Minyak bumi terdapat dalam

bentuk gas (gas alam), cair (minyak mentah), padat (aspal, tar, bitumen) dan

kombinasi bentuk-bentuk tersebut. Minyak bumi mengandung beribu-ribu

komponen kimia yang berbeda dan lebih dari 50 % berupa hidrokarbon. Sebagian

besar dari hidrokarbon tidak dapat diurai secara biologis tapi relatif tidak beracun.

Selain senyawa-senyawa hidrokarbon, minyak bumi juga mengandung komponen

organik lainnya, yaitu komponen yang mengandung belerang, nitrogen, oksigen

dan logam. Sebagian besar dari komponen-komponen yang bukan senyawa

hidrokarbon dapat terurai secara biologis. Akan tetapi kemampuan dan kecepatan

penguraian sangat tergantung dari kondisi lingkungan sekitarnya (Antti Pasila.

2004; Ryder, et all. 2004; Supriharyono, 2000).

Menurut GESAMP dalam Supriharyono (2000) pencemara perairan pesisir

dan laut oleh limbah minyak bumi dapat berasal dari 4 sumber yang berbeda,

yaitu: (1) kecelakaan dan tumpahan selama proses produksi, transportasi dan

penggunaan; (2) melalui limbah domestik dari industri; (3) presipitasi dari

atmosfer dan (4) rembesan alamiah dari dasar laut (Tabel 2).

Tabel 2. Sumber-sumber pencemaran minyak yang terjadi di pesisir dan lautan.

Tahun 1973 * Tahun 1978 ** Sumber Pencemaran

(Juta Ton) % (Juta Ton) %

Kecelakaan Tengker 0,20 3,3 0,30 6,1 Oprasi tengker 1,33 21,8 0,98 19,8 Akifitas transportasi lain 0,60 9,8 010 2,0 Run-Off melalui sungai dan urban 1,90 31,1 1,80 36,4 Fasilitas pantai (pabrik, pelabuhan) 0,80 13,1 0,51 10,3

Produksi minyak lepas 0,08 1,3 0,06 1,2 Jatuhan dari atmosfer 0,60 9,8 0,60 12,1 Rembesan dari alam 0,60 9,8 0,60 12,1 Total 6,11 100 4,95 100 Sumber: * NAS (1975); ** Cormack (1983)

Page 22: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

7

Pencemaran minyak sangat berbahaya bagi organisme, ekosistem pesisir

termasuk manusia. Pada organisme dan ekosistem pesisir, pencemaran minyak

bersifat lethal (mematikan) maupun sublethal (menghambat pertumbuhan,

reproduksi dan proses fisiologi lainnya) (Cho, et all. 2004; Dana, et all. 2004;

Katayama, et all. 2003; ).

Tabel 3. Ranking kepekaan lingkungan pesisir dan laut terhadap pencemaran minyak

Ekosistem Ranking Sifat Kepekaan

Terumbu Karang 1 Medium-High Mangrove 2 High Estuari 3 High Intertidal 4 High Padang Lamun 5 Medium-High Zona Upwelling 6 Low Pantai Berpasir 7 Low-Medium Pantai Berbatu 8 Low

Sumber: API (1985)

Selain pencemaran minyak, industri juga banyak menghasilkan buangan

limbah logam berat. Karena pada umumnya logam berat digunakan dalam proses

industri. Limbah logam berat di duga sebagai bahan penyebab pencemaran air

yang cukup berbahaya. Menurut Bryen (1976) ada 18 unsur logam yang

dipertimbangkan sebagai penyebab pencemaran air, misalnya merkuri (Hg),

Timbal (Pb), Cadmium (Cd) dan lain-lain.

Secara umum sumber pencemaran logam berat dapat dibagi dua, yaitu

dari alam dan buangan akifitas manusia. Logam berat dari alam bersumber:

• Masukan dari pantai (coastal supply), yang berasal dari sungai-sungai dari

hasil abrasi pantai oleh akifitas gelombang.

• Masukan dari laut dalam (deep sea supply), meliputi logam-logam yang

dihasilkan dari akifitas gunung berapi laut dandari proses kimiawi dasar laut.

• Masukan dari lingkungan darat dekat pantai termasuk logam berat yang di

bawa angin sebagai debu.

Sedangkan sumber logam akibat akifitas manusia sebagian besar

dihasilkan dari akifitas industri, misalnya industri pemurnian minyak (Cd, Cr, Cu,

Fe, Pb, Zn, Ni), industri kertas (Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn). Sebagian besar industri

Page 23: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

8

menggunakan berbagai macam logam berat dalam proses produksi, hal tersebut

menyebabkan kesulitan dalam melacak asal sumber pencemaran tersebut. ini

dikarenakan rasio logam berat yang digunakan oleh setiap industri adalah tidak

sama (Takarina, et all., 2004).

Logam berat pada umumnya memiliki sifat mudah larut dalam air. Sifat

kelarutan tersebut menyebabkan logam berat sangat berbahaya bagi organisme

dan ekosistem pesisir termasuk manusia. Pengaruh logam berat terhadap

organisme laut dan manusia dapat bersifat lethal (mematikan) dan sublethal

(menghambat reproduksi, penyakit) (Cheung, et all., 2002; Grande, et all.,

2003;). Daya racun logam biasanya dinyatakan dalam Median Lethal

Concentration (LC50). berdasarkan berbagai penelitian maka daya racun logam

berat dapat di urutkan sebagai berikut Cu>Cd>Be>Sb>Ni>V>Pb>Ti>U>Zr>Mo.

Daya racun logam berat tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik, kimia dan

biologis lingkungan sekitarnya.

Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai

makanan, inhalasi pernapasan, maupun penetrasi kulit. Kemudian logam tersebut

akan terakumulasi di dalam tubuh sehingga menimbulkan efek yang berbahaya

bagi tubuh tersebut. misalnya logam Cromium (Cr) yang menyebabkan imfeksi

saluran pernafasan atas (ISPA) yang dapat menimbulkan kanker pada organ

pernapasan, seperti yang terjadi di masyarakat Pulau Hokkaido Jepang yang

menderita kanker paru-paru akibat debu logam Cr4+ dari pabrik Kiryama (Russo,

2002; Wittmann, 1979;).

Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Dalam Teori Ekonomi Sumberdaya Alam, ada empat solusi yang bisa

dilakukan untuk mengurangi pencemaran atau eksternalitas negatif tersebut.

Pertama, dengan menginternalisasi biaya eksternalitas tersebut ke dalam biaya

produksi perusahaan. Hal ini akan menyebabkan biaya produksi dari perusahaan

menjadi lebih tinggi, dan harga jual produk yang dihasilkan menjadi lebih tinggi.

Sehingga hasil penjualan dari produk tersebut dapat dikompensasikan untuk

mengurangi dampak eksternalitas dari perusahaan tersebut (Anonims. 2004;

Alexander, et all., 1998).

Page 24: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

9

Kedua, adalah dengan Coasian bargaining. Cara ini menurut Coase, antara

masyarakat sekitar dengan pemilik perusahaan harus melakukan perundingan

antara kedua belah pihak. Masyarakat meminta secara langsung kompensasi atas

derita yang diterima akibat akifitas yang dilakukan perusahaan. Dan perusahaan

harus membayar sebesar kerugian yang diterima oleh masyarakat tersebut. Solusi

ini dianggap paling efisien karena masyarakat bisa meminta sesuai dengan yang

dideritanya tanpa melalui perantara pihak ketiga (pemerintah). Dan perusahaan

juga bisa menawar sesuai dengan kemampuannya kepada masyarakat secara

langsung tanpa melalui pemerintah (Cantlon, 1999).

Selama ini, negosiasi yang dilakukan oleh pemerintah yang

mengatasnamakan masyarakat dengan pemerintah dianggap tidak efisien. Karena

kompensasi yang diberikan pihak perusahaan kepada masyarakat tidak

sepenuhnya diberikan kepada masyarakat. Dengan alasan biaya administrasi atau

biaya negosiasi, uang jasa atau uang apapun namanya, kompensasi tersebut

dipotong sepihak oleh oknum pemerintah tersebut (Anonims. 2004; Cantlon.

1999). Dengan demikian, kompensasi yang diterima masyarakat tidak sebanding

dengan penderitaan yang mereka terima. Bahkan bisa jadi masyarakat tidak

menerima kompensasi apapun jika masyarakat tidak mampu menuntut haknya.

Masyarakat pada umumnya tidak memiliki posisi tawar yang kuat. Atau

bahkan tidak tahu jika mereka memiliki hak kompensasi atas eksternalitas negatif

yang ditimbulkan pihak perusahaan. Kondisi ini akan semakin memperparah

keadaan masyarakat. Justru kesempatan ini dimanfaatkan oleh oknum-oknum

yang tidak bertanggungjawab untuk memperkaya diri sendiri (Cantlon. 1999).

Ketiga yaitu melalui Govenrment Intervention dan Command and Control

(CAC). Cara ini yang umumnya terjadi di Indonesia. Pemerintah yang selalu

mengatasnamakan masyarakat untuk memperjuangkan nasib masyarakat sekitar.

Cara ini dianggap kurang efisien, karena sebagaimana yang telah disinggung di

atas, hasilnya tidak bisa maksimal sampai kepada masyarakat. Cara ini dianggap

tidak efisien karena memerlukan birokrasi yang panjang, yang tentu saja

berpengaruh terhadap biaya yang besar. Biaya ini selain dibebankan kepada

negara, juga berpeluang menggunakan ”uang” hasil negosiasi.

Page 25: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

10

Keempat yaitu yang disebut dengan Pigovian Tax. Cara ini menurut Pigou,

pajak yang seharusnya dibayarkan kepada pemerintah, harus diserahkan kepada

masyarakat sekitarnya yang terkena dampak eksternalitas tersebut. Dana tersebut

menurut Pigou harus diserahkan langsung kepada masyarakat sebesar pajak yang

seharusnya dibayarkan perusahaan kepada negara. Cara ini juga dianggap lebih

efisien karena jumlah yang dibayarkan bisa dihitung sebesar pajak yang harus

dibayarkan kepada masyarakat.

Pendekatan Valuasi Ekonomi

Pemikiran mengenai valuasi ekonomi sebenarnya bukanlah hal yang baru.

Konsep ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1902 ketika Amerika

melahirkan Undang-Undang River and Harbor Act of 1902 yang mewajibkan para

ahli untuk melaporkan tentang keseluruhan manfaat dan biaya yang ditimbulkan

oleh proyek-proyek yang dilakukan di sungai dan pelabuhan. Konsep ini

kemudian lebih berkembang setelah perang dunia kedua dimana konsep manfaat

dan biaya lebih diperluas ke pengukuran yang sekunder atau tidak langsung dan

yang tidak nampak (intangible).

Pendekatan valuasi dapat dilakukan dengan empat pendekatan: Pertama,

Perubahan produksi, ini terdiri dari produksi apa saja, misalnya produksi

pertanian, perikanan, produksi air. Selain itu, perubahan tingkat kesehatan (health)

dalam masyarakat yang menyebabkan produktivitas dari masyarakat tersebut

menurun. Selain itu juga opportunity cost (alternatif yang hilang) juga bisa

menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas, misalnya perubahan dari sopir

taxi menjadi sopir bajai. Jadi sopir taksi tersebut tidak ada alternatif lagi kecuali

hanya menjadi sopir taxi. Disebut juga biaya korbanan karena harus

mengorbankan tidak menjadi sopir bajai. Makin banyak alternatif bagi manusia

maka pilihan alternatif adalah pilihan yang terdekat yang dipilih. Contoh lain,

misalnya sebelum sekolah pendapatan 1 juta, setelah sekolah uang 1 juta tersebut

hilang, ini yang disebut dengan oportunity cost. Kedua, Nilai Property (Hedonic

approach, nilai lahan, beda pendapatan/upah). Terjadi perubahan pendapatan.

Misalnya tadinya sebagai petani, sekarang menjadi tukang batako. Ketiga, metode

survey (Survey method) seperti Contingan Valuation Method/WTP, dilakukan

Page 26: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

11

dengan mensurvey sekelompok orang untuk mengukur seberapa besar mereka

mau membayar. Kempat, Pasar pengganti (surrogate market) atau disebut juga

dengan travel cost.

Menurut Barbier et. al. (1997), ada 3 jenis pendekatan penilaian sebuah

ekosistem alam yaitu (1) impact analysis, (2) partial analysis dan (3) total

valuation. Pendekatan impact analysis dilakukan apabila nilai ekonomi ekosistem

dilihat dari dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari akifitas tertentu,

misalnya akibat reklamasi pantai terhadap ekosistem pesisir. Sedangkan partial

analysis dilakukan dengan menetapkan dua atau lebih alternatif pilihan

pemanfaatan ekosistem. Sementara itu, total valuation dilakukan untuk menduga

total kontribusi ekonomi dari sebuah ekosistem tertentu kepada masyarakat. Nilai

ekonomi (economic value) dari suatu barang atau jasa diukur dengan

menjumlahkan kehendak untuk membayar (CVM, Willingness To Pay,/WTP) dari

banyak individu terhadap barang atau jasa yang dimaksud. Pada gilirannya, CVM

merefleksikan preferensi individu untuk suatu barang yang dipertanyakan. Jadi

dengan demikian, VE dalam konteks lingkungan hidup adalah tentang pengukuran

preferensi dari masyarakat (people) untuk lingkungan hidup yang baik

dibandingkan terhadap lingkungan hidup yang jelek. Valuasi merupakan

fundamental untuk pemikiran pembangunan berkelanjutan (sustainable

development). Hal yang sangat penting untuk dimengerti adalah, apa yang harus

dilakukan dalam melaksanakan VE.

Hasil dari valuasi dinyatakan dalam nilai uang (money terms) sebagai cara

dalam mencari preference revelation, misalnya dengan menanyakan "apakah

masyarakat berkehendak untuk membayar?". Lebih lanjut dinyatakan bahwa

penggunaan nilai uang memungkinkan membandingkan antara "nilai lingkungan

hidup (environmental values)" dan "nilai pembangunan (development values)".

Pada prinsipnya VE bertujuan untuk memberikan nilai ekonomi kepada

sumberdaya yang digunakan sesuai dengan nilai riil dari sudut pandang

masyarakat. Dengan demikian dalam melakukan VE perlu diketahui sejauh mana

adanya bias antara harga yang terjadi dengan nilai riil yang seharusnya ditetapkan

dari sumberdaya yang digunakan tersebut. Selanjutnya adalah apa penyebab

terjadinya bias harga tersebut. Ilmu ekonomi sebagai perangkat melakukan VE

Page 27: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

12

adalah ilmu tentang pembuatan pilihan-pilihan (making choices). Pembuatan

pilihan-pilihan dari alternatif yang dihadapkan kepada kita tentang lingkungan

hidup adalah lebih kompleks, dibandingkan dengan pembuatan pilihan dalam

konteks; barang-barang privat murni (purely private goods).

Dalam konteks lingkungan hidup, apa yang harus dibandingkan adalah

satu barang dengan harga (priced good, private good), dan satu barang tanpa

harga (unpricedgood, public good), misalnya ketika menentukan untuk investasi

dalam pengendalian polusi, ketimbang kapasitas output ekonomi baru. Tetapi

mungkin pula kita membandingkan dengan lebih dari dua barang tanpa harga

(misalnya kualitas udara v.s. kualitas air). Dalam konteks pilihan ini diperlukan

untuk memperhitungkan suatu nilai (inpute to a value) untuk barang atau jasa

lingkungan (environmental good or service).

Dalam pasar, individual mempraktekkan pilihan dengan membandingkan

KUM mereka dengan harga produk. Mereka akan membeli barang apabila KUM-

nya melebihi harga, dan tidak berlaku sebaliknya. Perhitungan nilai (inputing

values) melibatkan temuan beberapa ukuran dari KUM untuk kualitas lingkungan.

Inilah secara esensial sebagai proses dari VE yaitu melibatkan temuan suatu

ukuran KUM dalam menghadapi hambatan di mana kegagalan pasar tidak dapat

memberikan harga secara langsung.

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh para pembuat kebijakan adalah

bagaimana menilai suatu sumberdaya alam secara komprehensif. Dalam hal ini

tidak saja market value dari barang yang dihasilkan dari suatu sumberdaya

melainkan juga jasa yang ditimbulkan oleh sumberdaya tersebut. Pertanyaan yang

sering timbul misalnya bagaimana mengukur, atau menilai jasa tersebut adalah

konsumen tidak mengkonsumsinya secara langsung, bahkan mungkin tidak

pernah mengunjungi tempat dimana sumberdaya alam tersebut berada. Salah satu

cara untuk melakukan valuasi ekonomi adalah dengan menghitung Nilai Ekonomi

Total (TEV).

Nilai Ekonomi Total (NET) adalah nilai-nilai ekonomi yang terkandung

dalam suatu sumberdaya alam, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang

harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan pengelolaannya sehingga alokasi

dan alternatif penggunaannya dapat ditentukan secara benar dan mengenai

Page 28: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

13

sasaran. Nilai Ekonomi Total ini dapat dipecah-pecah ke dalam suatu set bagian

komponen. Sebagai ilustrasi misalnya dalam kontek penentuan alternatif

penggunaan lahan dari ekosistem terumbu karang. Berdasarkan hukum biaya dan

manfaat (a benefit - cost rule), keputusan untuk mengembangkan suatu ekosistem

terumbu karang dapat dibenarkan (justified) apabila manfaat bersih dari

pengembangan ekosistem tersebut lebih besar dari manfaat bersih konservasi. Jadi

dalam hal ini manfaat konservasi diukur dengan NET dari ekosistem terumbu

karang tersebut. NET ini juga dapat diinterpretasikan sebagai NET dari perubahan

kualitas lingkungan hidup.

Valuasi Biaya

Dalam ekonomi non pasar, opportunity cost dari tenaga kerja dibagi

menjadi dua bagian yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya

langsung adalah sejumlah biaya dari hilangnya output, ditambah dengan

berubahnya kebiasaan mereka bekerja. Biaya tersebut merupakan biaya yang

harus diberikan kompensasi sebagai ganti rugi atas hilangnya kesempatan buruh

untuk bekerja. Sedangkan biaya tidak langsung adalah jika waktu bekerja dari

buruh berkurang akibat adanya penambahan teknologi baru seperti mesin baru,

sehingga menyebabkan kapasitas produksi menjadi meningkat, (Abelson, 1980).

Lebih lanjut Abelson (1988) mengatakan bahwa, bentuk dari biaya

eksternal adalah apabila sebuah perusahaan dalam melakukan produksi

menimbulkan polusi terhadap air, sehingga menyebabkan biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan untuk mengembalikan kualitas air menjadi meningkat. Untuk

mengestimasi atau mengukur biaya eksternal ini relatif sulit, tetapi pada

prinsipnya biaya ini dapat dimasukkan ke dalam biaya produksi perusahaan

tersebut. Masalahnya adalah tidak adanya nilai harga pasar yang jelas untuk

mengestimasi biaya tersebut. Serta metode untuk mengestimasi biaya dari barang-

barang yang tidak terdapat di pasar juga cukup rumit. Yang bisa dipergunakan

untuk mengestimasi harga dari barang-barang yang tidak terdapat di pasar tersebut

adalah melalui keinginan masyarakat untuk membayar (willingness to pay;WTP).

Sebab setiap orang tidak menginginkan barang-barang tersebut punah, baik untuk

kebutuhan rekreasi ataupun untuk kebutuhan lainnya. Nilai tersebut kemudian

Page 29: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

14

dijadikan kompensai kepada masyarakat. Kemudian cara lain untuk mengestimasi

biaya eksternal tersebut adalah melalui penyesuaian atau assesment dari harga-

harga tersebut sebagai sebuah aset milik masyarakat. Gambar 1 di bawah ini

mengilustrasikan WTP terhadap tingkat kepuasan suatu rumah tangga:

Valuasi Manfaat

Menurut Abelson (1988), manfaat dari suatu program kegiatan, termasuk

manfaat yang dikonsumsi oleh masyarakat dan manfaat eksternal dapat dibagi

menjadi tiga kelompok yaitu (a) menurunnya biaya produksi, (b) nilai dari barang-

barang yang terdapat di pasar, (c) nilai dari barang-barang yang tidak terdapat di

pasar. Dalam situasi kerjasama, manfaat ini diperoleh melalui pengurangan biaya

produksi dari suatu perusahaan. Kemudian biaya tersebut dapat disimpan sebagai

manfaat bagi perusahaan. Manfaat bersih dari barang-barang tersebut oleh

Abelson (1988) ditunjukkan oleh area A antara kurva permintaan dan biaya

marginal di bawah ini (Gambar 2):

10,09,60

The utility of income

11.0 Income Rp.000.p.a.

x

x

Gambar 1 Penurunan Kepuasan Akibat Pendapatan

Page 30: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

15

Untuk mengestimasi manfaat kotor dengan barang-barang yang ada di

pasar, analisa biaya manfaat dapat menjawab hal tersebut dengan (a) memprediksi

manfaat yang akan dijual di pasar, (b) menyesuaikan dengan harga pasar dari

biaya yang ingin dikeluarkan oleh masyarakat (WTP) atau membutuhkan

penyesuaian dengan nilai yang berlaku dalam suatu rumah tangga. Manfaat dari

barang-barang yang tidak terdapat di pasar direpresentasikan oleh area dibawah

garis kurva permintaan, A+B dalam Gambar di atas.

Willingness To Pay

Berbagai macam teknik penilaian dapat digunakan untuk

mengkuantifikasikan konsep nilai. Konsep dasar dalam penilaian ekonomi yang

mendasari semua teknik adalah kesediaan membayar dari individu untuk jasa-jasa

lingkungan atau sumberdaya, Munasinghe (1993) dalam Djijono (2002).

Sedangkan teknik penilaian manfaat, didasarkan pada kesediaan konsumen

membayar perbaikan atau kesediaan menerima kompensasi dengan adanya

kemunduran kualitas lingkungan dalam system alami serta kualitas lingkungan

sekitar (Hufschmidt et al., 1987). Kesediaan membayar atau kesediaan menerima

merefleksikan preferensi individu, kesediaan membayar dan kesediaan menerima

adalah ‘bahan mentah’ dalam penilaian ekonomi (Pearce dan Moran, 1994).

Pearce dan Moran (1994) menyatakan kesediaan membayar dari rumah

tangga ke i untuk perubahan dari kondisi lingkungan awal (Q0) menjadi kondisi

Q0

Harga Rp.

P1

P0 A E

Marginal biaya penawaran

Jumlah barang yang dijual

Kurva permintaan WTP Q0

Gambar 2 Manfaat Ekonomi Dari Program Kegiatan

Page 31: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

16

lingkungan yang lebih baik (Q1) dapat disajikan dalam fungsi berikut:

),( ,,,,,01 iisubiowni SPPQQfWTP −=

dimana: WPTi = Kesediaan membayar dari individu ke i Pown = Harga dari penggunaan sumberdaya lingkungan P sub,i, = Harga substitusi untuk penggunaan sumberdaya lingkungan Si, = Karateristik sosial ekonomi individu

Keinginan membayar juga dapat diukur dalam bentuk kenaikan

pendapatan yang menyebabkan seseorang barada dalam posisi indifferent terhadap

perubahan eksogenous. Perubahan eksogenous ini bisa terjadi karena perubahan

harga (misalnya akibat sumberdaya makin langka) atau karena perubahan kualitas

sumberdaya. Dengan demikian konspe WTP ini terkait erat dengan konsep

Compensating Variation dan Equivalent Variation dalam teori permintaan. WTP

juga dapat diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk

menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu.

Sisi lain pengukuran nilai ekonomi dapat juga dilakukan melalui

pengukuran WTP yang tidak lain adalah jumlah minimum pendapatan seseorang

untuk mau menerima penurunan sesuatu. Dalam praktik pengukuran nilai

ekonomi, WTP bukan pengukuran yang berdasarkan insentif (insentive based)

sehingga kurang tepat untuk dijadikan studi yang berbasis perilaku manusia

(behavioral model).

Lebih jauh lagi Garrod dan Willis (1999) serta Hanley dan Splash (1993)

menyatakan bahwa meski besaran WTP dan WTA sama, namun selalu terjadi

perbedaan pengukuran, dimana umumnya besaran WTA berada pada kisaran 2

sampai 5 kali lebih besar daripada besaran WTP. Secara faktual, karena WTP

terkait dengan pengukuran Contingen Valuation (CV) dan Economic Valuation

(EV), maka WTP lebih tepat diukur berdasarkan permintaan Hicks (kurva

permintaan terkompensasi) karena harga daerah di bawah kurva permintaan Hicks

relevan untuk mengukur kompensasi. Dengan demikian jika terjadi perubahan

harga dari P0 ke −

P akibat perubahan lingkungan, maka WTP didefinisikan sebagai

berikut:

Page 32: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

17

( )∫−

=P

p

h dPuPXWTP0

, (1.1)

),(),( 0 uPMuPM −=−

Dimana ),( uPM−

adalah pendapatan setelah terjadi perubahan dengan

utilitas konstrain dan ),( 0 uPM adalah pendapatan awal. Persamaan di atas

mengGambarkan bahwa WTP merupakan daerah (diGambarkan dengan tanda

integral) di bawah kurva permintaan Hicks yang dibatasi oleh harga pada kondisi

baseline (P0) dan harga akibat perubahan (P). Berdasarkan teori ekonomi neo-

klasik, ini setara dengan selisih pendapatan (M) yang dibutuhkan agar utilitas

seseorang tetap setelah adanya perubahan.

Konsep Ekonomi Tentang Nilai

Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah

maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh

barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar

(Willingnes To Pay:WTP) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan

oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini,

nilai ekologis ekosistem bisa ”diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan

mengukur nilai moneter barang dan jasa, (Fauzi, 2004).

Dalam paradigma neoklasik, nilai ekonomi (economic values) dapat dilihat

dari sisi kepuasan konsumen (preferences of consumers) dan keuntungan

perusahaan (profit of firms). Dalam hal ini konsep dasar yang digunakan adalah

surplus ekonomi (economic surplus) yang diperoleh dari penjumlahan surplus

oleh konsumen (consumers surplus:CS) dan surplus oleh produsen (producers

surplus: PS) (Grigalunas and Conger, 1995: Freeman III, 2003) dalam Adrianto

(2006).

Lebih lanjut Adrianto (2006) mengatakan, surplus konsumen terjadi

apabila jumlah maksimum yang mampu konsumen bayar lebih besar dari jumlah

yang secara actual harus dibayar untuk mendapatkan barang atau jasa. Selisih

jumlah tersebut disebut consumers surplus (CS) dan tidak bibayarkan dalam

konteks memperoleh barang yang diinginkan. Sementara itu, surplus produser

Page 33: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

18

(PS) terjadi ketika jumlah yang diterima oleh produsen lebih besar dari jumlah

yang harus dikeluarkan untuk memproduksi sebuah barang atau jasa.

Secara grafik, kedua konsep CS dan PS tersebut dapat dilihat pada Gambar

3 berikut:

Sementara itu, Freeman III (2003) dalam Adrianto (2006) menyebutkan

bahwa pengetian “value” dapat dikategorikan ke dalam dua pengertian besar yaitu

nilai interinsik (intrinsic value) atau sering juga disebut sebagai Kantian value

dan nilai instrumental (instrumental value). Secara garis besar, suatu komoditas

memiliki nilai intrinsic apabila komoditas tersebut bernilai di dalam dan untuk

komoditas itu sendiri. Artinya, nilainya tidak diperoleh dari pemanfaatan dari

komoditas tersebut, tetapi bebas dari penggunaan dan fungsi yang mungkin terkait

dengan komoditas lain. Komoditas yang sering disebut memiliki intrinsic value

adalah komoditas yang terkait dengan alam (the nature) dan lingkungan (the

environments). Sedangkan instrumental value dari sebuah komoditas adalah nilai

yang muncul akibat pemanfaatan komoditas tersebut untuk kepentingan tertentu.

Dalam konteks tipologi nilai seperti tersebut diatas, Freeman III (2003)

dalam Adrianto (2006) berargumentasi bahwa konsepsi instrumental value lebih

mampu menjawab persoalan yang terkait dengan pengelolaan lingkungan wilayah

pesisir dan laut, daripada konsepsi intrinsic value. Untuk mengetahui nilai

instrumental dari alam, tujuan spesifik dari upaya tersebut harus disusun. Dalam

konteks ini, nilai ekonomi sumberdaya alam (the value of nature) lebih condong

pada konsepsi tujuan untuk kesejahteraan manusia (human welfare). Dengan kata

Demand curve

P

Q

Suplay curve Comsumers Surplus

Produsers Surplus

Gambar 3. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen

Page 34: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

19

lain, sebuah komponen alam akan bernilai tinggi apabila kontribusinya terhadap

kesejahteraan manusia juga tinggi. Sebuah pemikiran anthroposentris yang

memang melekat erat dengan disiplin ilmu ekonomi ortodoks. Konsep-konsep

seperti individual welfare, individual preferences, dan lain-lain menjadi

komponen utama bagi penyusunan konsep nilai ekonomi ini, seperti yang telah

dijelaskan melalui konsep CS dan PS di atas.

Dalam pandangan ecological economics, tujuan valuation tidak semata

terkait dengan maksimisasi kesejahteraan individu, melainkan juga terkait dengan

tujuan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi, Constanza and Flke, (1997)

dalam Adrianto (2006). Bishop (1997) dalam Adrianto (2006) juga menyatakan

bahwa valuation berbasis pada kesejahteraan individu semata tidak menjamin

tercapainya tujuan ekologi dan keadilan distribusi tersebut. Dalam konteks ini,

Constanza (2001) dalam Adrianto (2006) menyatakan bahwa perlu ada ketiga

nilai tersebut yang berasal dari tiga tujuan dari penilaian itu sendiri.

Surplus Konsumen

Sebagaimana yang telah disinggung di atas bahwa surplus konsumen

merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu

produk dan kesediaan untuk membayar, Samuelson dan Nordhaus, 1990;

Pomeroy, (1992) dalam Djijono (2002). Surplus konsumen timbul karena

konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan bonus ini berdasarkan pada

hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Sebab timbulnya surplus

konsumen, karena konsumen membayar untuk tiap unit berdasarkan nilai unit

terakhir. Surplus konsumen mencerminkan manfaat yang diperoleh karena dapat

membeli semua unit barang pada tingkat rendah yang sama, Samuelson dan

Norhaus (1990). Pada pasar yang berfungsi dengan baik, harga pasar

mencerminkan nilai marginal, seperti unit terakhir produk yang diperdagangkan,

Pomeroy (1992). Secara sederhana, surplus konsumen dapat diukur sebagai

bidang yang terletak diantara kurva permitaan dan garis harga, Samuelson dan

Nordhaus, 1990 dalam Djijono (2002).

Konsumen mengkonsumsikan sejumlah barang M. Seorang akan mau

membayar harga yang mencerminkan faedah marginal pada tingkat konsumsi itu.

Page 35: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

20

Dengan melihat perbedaan dalam jumlah yang dikonsumsikan, kemauan

seseorang akan membayar berdasarkan fungsi faedah marginal dapat ditentukan.

Hasilnya adalah kurva permintaan individu untuk Q (Gambar 2). Karena faedah

berlereng turun ke kanan (negative), maka demikian pula kurva permintaannya.

Kurva permintaan ini dikenal dengan nama kurva permintaan Marshal

(Hufschmidt et al., 1987). Digunakannya kurva permintaan Marshal, karena kurva

permintaan tersebut dapat diestimasi secara langsung, Johansson (1987) dan

mengukur kesejahteraan melalui surplus konsumen, sedangkan kurva permintaan

Hicks mengukur kesejahteraan melalui kompensasi pendapatan, Turner, Pearce

dan Bateman, (1994) (Gambar 4).

Bidang di bawah kurva permintaan atau di atas garis harga merupakan

surplus konsumen. Girgalunas dan Congar (1995) dalam Adrianto (2006)

menyebutkan bahwa alat ukur yang baik untuk menghitung manfaat ekonomi bagi

konsumen adalah surplus konsumen, yaitu perbedaan antara keinginan masyarakat

untuk membayar dan apa yang dibayarkan. Pada kasus ini, surplus konsumen

adalah keinginan konsumen untuk membayar.

Kesejahteraan

Pengertian mengenai kesejahteraan berbeda-beda antara yang satu dengan

yang lainnya, sehingga keadaan sejahtera yang dialami oleh seseorang belum

tentu berarti sejahtera bagi yang lainnya. Kesejahteraan tidak saja menyangkut

aspek yang bersifat lahiriah atau material, tetapi juga yang bersifat bathiniah atau

spritual. Dalam ekonomi mikro, indicator yang digunakan untuk mengetahui

apakah seseorang itu dikatakan sejahtera atau tidak adalah melalui tingkat

D

R P

N

0

E

Q Q

Garis harga

Gambar 4 Total Surplus Konsumen (Djijono, 2002)

Surplus konsumen

Page 36: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

21

kepuasan. Apabila seseorang mengaku puas dalam mengkonsumsi suatu barang

atau jasa, maka orang tersebut dapat dikatakan sejahtera. Menurut Sukirno (1985)

dalam Wiwit (2005) kesejahteran adalah suatu yang bersifat subyektif dimana

setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda

terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan.

Menurut Sawidak (1985), kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan

yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima,

namun tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat

relatif karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil

mengkonsumsi pendapatan tersebut. Konsumsi sendiri pada hakekatnya bukan

hanya sesuatu yang mengeluarkan biaya, karena dalam beberapa hal konsumsi

pun dapat dilakukan tanpa menimbulkan biaya bagi konsumennya.

BPS (1991) menyatakan bahwa kesejahteraan bersifat subyektif, sehingga

ukuran kesejahteraan bagi setiap individu atau keluarga berbeda satu sama lain.

Pada prinsipnya kesejahteraan dari individu atau keluarga tersebut sudah tercapai.

Kebutuhan dasar erat kaitannya dengan kemiskinan. Apabila kebutuhan dasar

belum terpenuhi oleh individu atau keluarga, maka dikatakan bahwa individu atau

keluarga berada dibawah garis kemiskinan.

Menurut BPS (1996), pendapatan per kapita sering digunakan untuk

mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Ekonomi masyarakat yang

makmur ditunjukkan oleh pendapatan per kapita yang tinggi, dan sebaliknya

ekonomi masyarakat yang kurang makmur ditunjukkan oleh pendapatan per

kapita yang rendah.

Kesejahteraan rakyat mempunyai aspek yang sangat kompleks dan tidak

memungkinkan untuk menyajikan data yang mampu mengukur semua aspek

kesejahteraan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan

indikator kesejahteraan yang dipergunakan Badan Pusat Statistik dalam Susenas

1991, indikator tersebut adalah:

1) Pendapatan per kapita per tahun

2) Konsumsi rumah tangga per tahun

3) Keadaan tempat tinggal

4) Fasilitas tempat tinggal

Page 37: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

22

5) Kesehatan anggota rumah tangga

6) Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dan medis

7) Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan

8) Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

9) Kehidupan beragama

10) Perasaan aman dari tindakan kejahatan

11) Perasaan aman dari tindakan kejahatan

Tingkat kesejahteraan sosial diukur dengan pendekatan pengeluaran rumah

tangga yang didasarkan pada pola pengeluaran untuk pangan, barang dan jasa,

rekreasi, bahan bakar dan perlengkapan rumah tangga. Pendekatan pengamatan

dilakukan terhadap kondisi perumahan, kesehatan, pendidikan, dan pola

pengeluaran rumah tangga. Penilaian terhadap kondisi perumahan didasarkan

pada jenis dinding rumah, jenis lantai, jenis atap serta status kepemilikan.

Pendekatan untuk menilai kondisi kesehatan berdasarkan kondisi sanitasi

perumahan serta kondisi perlengkapan air minum, air mandi, cuci dan kakus (BPS

1991).

Tinjauan kesejahteraan masyarakat dapat pula dilihat melalui kondisi maupun

fasilitas yang dimiliki suatu tempat tinggal. Perumahan (papan) adalah salah satu

kebutuhan dasar yang sangat penting selain makan (pagan) dan pakaian (sandang)

dalam pencapaian kehidupan yang layak. Kesehatan dapat juga sebagai ukuran

kesejahteraan seseorang, karena faktor yang mempengaruhi kesehatan antara lain

konsumsi makanan yang bergizi, sarana kesehatan serta keadaan sanitasi

lingkungan yang tidak memadai. Gizi merupakan indikator utama dalam

komponen gizi dan konsumsi yang digunakan dalam mengGambarkan taraf hidup.

Penyebab kekurangan gizi adalah tingkat pendidikan yang masih rendah, dan daya

beli masyarakat yang rendah, serta dikatakan bahwa tingkat ekonomi yang masih

rendah menyebabkan masyarakat belum mampu memperoleh pelayanan kesehatan

(BPS 1993).

Analisis Prospektif Partisipatif (Participatory Prospective Analysis/PPA)

Prosepektif Partisipatif Analisis merupakan suatu metode yang digunakan dalam

permasalah suatu sistem dimana pakar atau tokoh stakeholder terlibat dalam

Page 38: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

23

pengambilan keputusan (Saur, 1991). Hatem, Caze, dan Roubelat (1993, p.18)

memberikan penjelasan secara filosofis bahwa analisis prospektif merupakan ”

melihat masa depan untuk menerangi saat saat ini”. Metode ini suadah di akui dan

gunakan secara formal sejak 1990an oleh para peneliti dan praktisi pemabngunan

Prancis (Godet, 1991).

Analisis Prospektif bukan metode yang fokus untuk mengoptimasi solusi tapi

untuk menetapkan pilihan-pilihan yang dibutuhkan dalam pengambillan

keputusan. Analisis prospektif merupakan suatu metode

Secara filosofi prinsip metode PPA adalah: (1)

• Efektif; Metode ini didesain untuk keperluan implemetasi yang memrlukan

waktu yang singkat. Total waktu yang dibutuhkan untuk persiapan sampai

implemetasi metode hanya 20-40 hari kerja.

• Partisipasi; Metode PPA merupakan metode yang menggali dan melibatkan

secara utuh stakeholder yang terlibat dengan sistem dalam merancang masa

depan.

• Konsistensi; metode PPA di implementasikan berdasarkan tahapan-tahapan

yang sistematis dan saling terkait tiap tahapan pelaksanaan, sehingga

menghasilkan suatu keputusan yang koherens.

• Reproducibility; metode ini dapat digunakan dimanapun dan kapanpun,

dengan kata lain metode ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

• Transparansi; metode ini bukan suatu ”kotak hitam” atau manipulasi dalam

implementasinya, seperti hipotesis atau formula model yang disembunyikan.

Semua tahapan merupakan dokumen yang jelas dan detai dalam

pelaksanaannya dan kesimpulannnya merupakan kesimpulan bersama

stakeholder yang terlibat.

• Aktual/Relevan; metode ini dibangun berdasarkan kebutuhan stakeholder

dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga hasil yang diperoleh

merupakan suatu yang diharapkan dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi.

Metode PPA merupakan pengembangan dari program Delphi yang menggunakan

pendapat atau aspirasi stakeholder untuk pengambilan keputusan. Adapun tahapan

dalam implementasi metode PPA adalah: (1) mendefinisikan batasan sistem, (2)

mengidentifikasi faktor yang terkat dengan permasalahan, (3) Menjelaskan

Page 39: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

24

variabel kunci,(4) Analisi pengaruh setiap faktor dengan memberikan skor, dan

(5) interpretasi pengaruh atau ketergantungan (Gambar 5)

Gambar 5. pemetaan pengaruh dan ketergantungan faktor

Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Whittington D. Dan J. Davis, data

yang diperoleh dikumpulkan dengan menggunakan teknik CVM dan dugunakan

untuk memperkirakan sebuah ”fungsi penilaian”, hubungan fungsional antara

kemampuan membayar responden terhadap barang atau jasa dengan karakteristik

sosial ekonomi dan demografi responden. Penelitian ini dilakukan di Lugazi,

Uganda selama bulan Juli 1994. Survei rumah tangga digunakan untuk

mendapatkan informasi tentang penggunaan air dan sanitasi responden saat ini,

karakteristik sosial ekonomi dan demografi, dan kemampuan membayar untuk

perbaikan air dan sanitasi. Penyesuaian masyarakat digunakan untuk mendapatkan

persepsi responden terhadap air dan sanitasi yang sudah ada, dan untuk

menyediakan informasi tentang kemungkinan jenis-jenis perbaikan. Dalam kasus

ini perbedaan antara survei rumah tangga dan penyesuaian masyarakat tidak

menghasilkan perbedaan yang signifikan.

Data yang diperoleh dengan penggunaan WTP sangat kuat bahwa range

dari pencarian tiap penilaian pertanyaan adalah kecil, bahkan dengan adanya

pengurangan ukuran contoh yang lebih dari 70%. Penilaian ini merupakan

langkah awal perbandingan pendekatan penelitian participatory yang berbeda.

Faktor Bebas UNUSED

Ketergantungan

Pengaruh

Faktor Terikat OUTPUT

Faktor Penentu INPUT

Faktor PenghubungSTAKE

Page 40: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

25

Penelitian tambahan diperlukan untuk menentukan jika sistematik yang berbeda

sering digunakan, dimana data yang dikumpulkan menggunakan teknik yang

berbeda dan jika pendekatan secara khusus menghasilkan keakuratan dan

informasi yang reliabel bagi peneliti.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan juga oleh Whitington (1995)

adalah penelitian mengenai besarnya kemampuan penduduk di kota Semarang

untuk membayar perbaikan sistem saluran pembuangan kotoran dengan

menggunakan konsep CVM. Responden yang diteliti sekitar 42 rumah tangga di

tiga kelurahan yang dipilih secara sengaja.

Hasil survei menunjukkan bahwa rumah tangga yang memiliki saluran

air pribadi merupakan jumlah yang minoritas. Beberapa rumah tangga tanpa

saluran pribadi medapatkan air untuk minum dan memasak dari publik, dimana

yang lainnya membayar lebih tinggi dari penjual air. Kebanyakan rumah tangga

yang memiliki saluran air pribadi, mempunyai sumur sendiri. Hasil wawancara

menunjukkan bahwa kemampuan membayar rumah tangga untuk sistem

pembuangan sangatlah rendah. Secara umum, hasilnya yang diperoleh mengenai

perrmintaan rumah tangga untuk perbaikan sanitasi pembuangan air sangat tinggi

ketidakpastiannya, masyarakat di kota Semarang terlihat tidak begitu memberikan

perhatian khusus akan perbaikan saluran pembuangan air.

Menurut data Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian

Universitas Riau tahun 2005 menyebutkan bahwa secara umum eksternalitas yang

terjadi di Kota Dumai mengaku tidak merasa terganggu terhadap adanya

pencemaran yang terjadi di kota Dumai. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada

Gambar 6 berikut:

Page 41: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

26

Persepsi Masyarakat Terhadap Gangguan Debu Kilang

Pertamina UP II DUmai Tahun 2005

010203040

San

gat

terg

angg

u

Terg

angg

u

Kur

ang

terg

angg

u

Tida

k

terg

angg

u

Tingkat Gangguan

Jum

lah

Series1

Persepsi masyarakat Terhadap Gangguan Kebisingan Aktivitas Kilang Tahun 2005

0102030405060

Sangatterganggu

Terganggu Kurangterganggu

Tidakterganggu

Tingkat Gangguan

Jum

lah

Series1

Persepsi Terhadap Bau yang Ditimbulkan Kilang Pertamina UP II Dumai Tahun 2005

010203040506070

Sangat terganggu Terganggu Kurangterganggu

Tidak terganggu

Tingkat Gangguan

Jum

lah

Sumber: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian Universitas

Riau tahun 2005 Gambar 6. Persepsi Masyarakat Terhadap Gangguan Debu Kilang Pertamina UP

II Dumai Tahun 2005

Page 42: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

Keberadaan dan peningkatan aktivitas industri pengolahan akan

memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian daerah. Karena

aktivitas industri akan meningkatkan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan

masyarakat, tumbuhnya berbagai aktivitas ekonomi sekala kecil sebagai

pendukung industri, dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta

meningkatnya pembangunan imfrastruktur wilayah (kesehatan, pendidikan,

transportasi dan lain-lain).

Akan tetapi jika pengelolaan industri kurang memperhatikan lingkungan

terutama dalam pengelolaan limbah hasil aktivitas maka aktifitas tersebut akan

memberikan dampak negatif yang bersifat multieffect juga terhadap lingkungan

dan masyarakat sekitarnya. Pengolahan limbah yang tidak memperhatikan

lingkungan akan menyebabkan pencemaran air, udara, tanah maupun suara.

Pencemaran tersebut akan mengganggu keseimbangan ekosistem terutama

ekosistem pesisir sebagai muara dari buangan limbah tersebut.

Masyarakat di sekitar kawasan pesisir merupakan komponen penderita

utama akibat pencemaran lingkungan tersebut. Pencemaran lingkungan akan

menimbulkan berbagai penyakit, antara lain Infeksi Saluran Pernapasan Atas

(ISPA), diare, penyakit kulit, dan lain-lain. Penderitaan tersebut secara otomatis

akan meningkatkan biaya pengeluaran yang dialokasikan untuk pengobatan.

Masyarakat yang menderita sakit juga akan akan mengalami kehilangan

pendapatan. Pencemaran juga akan menyebabkan menurunnya kualitas dan

kuantitas sumber pendapatan terutama bagi masyarakat yang tergantung pada

sumberdaya alam pesisir seperti nelayan. Dengan kata lain bahwa pencemaran

akan menurunkan produktivitas lingkungan dan masyarakat di sekitar kawasan

yang terkena pencemaran.

Penurunan produktivitas lingkungan dan masyarakat secara langsung

maupun tidak langsung akan mengancam dan menghambat keberlanjutan aktivitas

industri dan perekonomian daerah secara umum. Karena sumberdaya lingkungan

merupakan penyedia kebutuhaan bahan mentah industri dan masyarakat

Page 43: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

28

merupakan pemeroses untuk menghasilkan produk suatu aktivitas industri.

Sehingga keberadaan dan keseimbangan lingkungan serta kesejahteraan

masyarakat merupakan salah satu kunci utama untuk keberlanjutan aktivitas

industri dan perekonomian daerah.

Untuk mengetahui seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari aktivitas

industri di kawasan ini, maka diperlukan suatu penilaian secara ekonomi melalui

metode valuasi ekonomi. Valuasi ekonomi ini diperlukan untuk mengetahui

dampak dari pencemaran lingkungan yang terjadi di kawasan pesisir terutama

dampak pencemaran terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat. Valuasi ini

dilakukan sebagai upaya untuk penegakan keadilan terhadap masyarakat yang

notabene tergolong masyarakat miskin. Selain itu, respons (keinginan

berpartisipasi) masyarakat dalam upaya perbaikan kondisi lingkungan.

Salah satu pendekatan yang banyak digunakan dalam valuasi ekonomi

sumberdaya alam adalah metode kontingan (Contingant Valuation Method

:CVM) merupakan pendekatan secara langsung, yang pada dasarnya menanyakan

kepada masyarakat berapa besarnya maksimum Willingness To Pay (WTP) untuk

manfaat tambahan dan atau berapa besarnya maksimum Willingness To Accept

(WTA) sebagai konpensasi dari kerusakan barang lingkungan. CVM memiliki

kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. Dengan CVM seseorang

mungkin dapat mengukur utilitasnya dari penggunaan keberadaan barang

lingkungan, bahkan jika mereka sendiri tidak menggunakannya secara langsung

(Fauzi, A., 2004).

Page 44: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

29

Gambar 7. Kerangka pemikiran

Aktivitas Industri

Kesejahteraan Masyarakat

Partisipasi Masyarakat

Kualitas Lingkungan

Ada/tidaknya keinginan /WTP

Besarnya Nilai keinginan /WTP

Limbah

Page 45: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

IV. METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di kawasan pesisir Kecamatan Medang Kampai Kota

Dumai (Gambar 8). Pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan pada bulan Maret 2006.

Waktu tersebut seluruhnya digunakan untuk melakukan pengambilan data primer di

sekitar lokasi penelitian. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan sebelum dan

sesudahnya.

Gambar 8. Lokasi penelitian di Kawasan Pesisir Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai.

Page 46: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

31

Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Nazir (1983), metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk

meneliti status sekelompok manusia, obyek, set kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang (current condition). Adapun tujuan penggunaannya

adalah untuk memberikan diskripsi, gambaran, fakta-fakta, sifat serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki.

Dalam pelaksanaan penelitian ini metode deskriptif yang digunakan adalah

pendekatan survei dan studi korelasi. Studi survei bertujuan untuk mengumpulkan

informasi-informasi di lapangan yang terkait dengan fenomena yang diteliti. Sedangkan

studi korelasi berdasarkan Consuelo (1988) dalam Umar (2004) merupakan studi yang

bertujuan untuk memberikan gambaran adanya hubungan antar variabel, dalam hal ini

adalah variabel kesejahteraan masyarakat (kesehatan dan pendapatan) dengan

pencemaran lingkungan, variabel kondisi sosial ekonomi (pendidikan, umur, pendapatan,

pekerjaan) dengan keinginan masyarakat untuk berpartisipasi (membayar/ willingness to

pay) dalam pengendalian lingkungan yang sudah tercemar dan perbaikan lingkungan.

Dengan demikian, peneliti dapat mmengetahui ada tidaknya pengaruh dan seberapa besar

pengaruh variabel pencemaran terhadap variabel kondisi kesejahteraan mesyarakat

(kesehatan dan pendapatan) dan untuk mengetahui ada tidaknya dan seberapa besar

keinginan masyarakat untuk membayar dalam pengendalian dan perbaikan kondisi

lingkungan yang tercemar.

Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan sebagai bahan analisis penelitian ini terdiri atas data

kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif terdiri atas data kondisi kesehatan, biaya

pengeluaran kesehatan, pendapatan masyarakat serta data pendukung lain tentang kondisi

masyarakat yang berada di sekitar kawasan yang tercemar lingkungan. Sedangkan data

kualitatif terdiri atas respon atau keinginan masyarakat untuk berpartisipasi membayar

(willinsness to pay), dan persepsi masyarakat tentang pengendalian lingkungan dan

pengelolaan kedepan.

Berdasarkan sumber data, data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

data sekunder. Menurut Umar (2004), data primer merupakan data yang didapat dari

Page 47: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

32

sumber pertama yaitu individu, kelompok masyarakat atau dari objek secara langsung,

melalui wawancara, kuesioner, pengamatan atau pengukuran.sedangkan data sekunder

didefenisikan sebagai data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan ditampilkan oleh

pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Data sekunder digunakan sebagai

pendukung data primer untuk membantu tahap analisis tujuan penelitian.

Data primer diperoleh melalui survei, observasi langsung ke lokasi penelitian,dan

wawancara dengan responden. Data primer yang dikumpulkan adalah data karakteristik

sosial ekonomi seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

kondisi kesehatan, biaya kesehatan, jumlah tanggungan keluarga responden. Selain itu

juga data mengenai persepsi responden tentang pengendalian, rehabilitasi lingkungan

tercemar dan pengelolaan lingkungan kedepan.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi pemerintah dan

lembaga-lembaga terkait di Kecamatan Medang Kampai dan Kota Dumai. Data sekunder

berupa kondisi sosial ekonomi masyarakat di lokasi penelitian, citra satelit lokasi

penelitian (Tabel 4).

Tabel 4. Jenis, Metode dan Tujuan Pengambilan Data.

NO DATA METODE TUJUAN

A Data Primer

1.

kondisi sosial ekonomi masyarakat (pendidikan pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan, dll).

Wawancara, Kuisioner

Untuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi respon masyarakat.

2. Respon masyarakat Wawancara & kuisisoner

Untuk mengetahui respon masyarakat dalam bentuk WTP

3. Aspirasi masyarakat Wawancara & kuisioner

Untuk mengetahui aspirasi masyarakat tetang faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan kedepan

B Data Sekunder

4. Data kondisi sosial ekonomi dan lingkungan

Monografi kecamatan, BPS Kota Dumai & penelitian terdahulu

Untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian

5. Data kesehatan masyarakat

Buku Kesehatan Puskesmas

Untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat

6. Citra Satlit Landsat 2006 Bakorsurtanal Untuk pemetaan lokasi kegiatan

Page 48: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

33

Teknik Penentuan Sampel Responden

Responden dalam penelitian ini adalah kelompok-kelompok masyarakat

berdasarkan pekerjaan yang ada di lokasi penelitian, yaitu kelompok nelayan, pedagang,

pegawai negeri, buruh industri, swasta, tani, peternak, dan pengerajin. Teknik

pengambilan sampel responden dalam penelitian ini dilakukan secara comvinience

sampling dan purposive sampling. Comvinience sampling yaitu pengambilan responden

yang mudah di temui dan mempunyai kemampuan sebagai responden (Nazir,1988).

Metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat, dengan

jumlah responden 10 % dari jumlah populasi masing-masing kelompok masyarakat.

Sedangkan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sempel responden berdasarkan

pertimbangan tertetu (tokoh, dan tau tetang kondisi lokasi) dan merupakan perwakilan

dari masing-masing kelompok masyarakat.

Teknik penentuan jumlah sampel dari masing-masing kelompok masyarakat

tersebut adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ridwan, 2004):

12 +=

NdNn

Dimana: n = jumlah sampel responden yang akan diukur N = jumlah populasi dalam masing-masing kelompok masyarakat d = presisi yang ditetapkan ( 10 % mengacu pada Umar, 2004)

Teknik Analisa Data

Analisis Dampak Pencemaran Vs Kondisi Kesejahteraan

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya serta besarnya dampak

pencemaran lingkungan terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang tinggal dan

melakukan aktivitas di kawasan di sekitar kawasan pesisir yang terkena pencemaran

lingkungan. Dalam hal ini variabel kesejahteraan yang digunakan adalah perubahan

kondisi kesehatan, perubahan pengeluaran biaya kesehatan dan perubahan pendapatan

masyarakat sebelum terjadi pencemaran dengan saat ini dan beberapa tahun kedepan.

Metode analisis yang digunakan adalah metode valuasi ekonomi dengan

pendekatan Contingan Valuation Methode (CVM). Formulasi yang umum digunakan

untuk mengetahui perubahan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah sebagai melalui

pendekatan fungsi permintaan dari WTP masyarkat dengan formulasi sebagai berikut,

Adrianto (2006):

Page 49: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

34

33221

110 XXXWTPn

ii ββββ +++= ∑

=

Sedangkan untuk mengetahui nilai uang kompensasi di masa lalu dilakukan

dengan compounding dengan formulasi trCF

)1(1+

= dan masa nilai uang kompensasi

yang akan datang dilakukan discounting dengan formulasi trDF )1( += . Untuk data yang tidak bisa diperoleh dari responden mengenai dampak kerugian

dari pencemaran tersebut adalah dengan menggunakan proxy harga pasar, yaitu

memberikan penilaian melalui nilai harga pasar yang berlaku pada saat itu dan berlaku di

lokasi masyarakat berada.

Metode biaya pengobatan (Cost of Illness) digunakan untuk memperkirakan

biaya morbiditas akibat perubahan yang menyebabkan orang menderita sakit. Total biaya

dihitung baik secara langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung yaitu mengukur

biaya yang harus disediakan untuk perlakukan penderita lain meliputi: biaya berobat di

puskesmas atau rumah sakit, biaya perawatan selama penyembuhan, biaya obat-obatan,

atua biaya pelayanan kesehatan lainnya.

Biaya tidak langsung mengukur nilai kehilangan produktivitas akibat seseorang

menderita sakit. Biaya tidak langsung diukur melalui penggandaan upah oleh kehilangan

waktu karena tidak bekerja. Taksiran biaya tidak termasuk rasa sakit yang diderita dan

biaya penderitaannya sendiri. Umumnya digunakan untuk menilai dampak polusi udara

terhadap morbiditas.

Analisis Keinginan Berpartisipasi Masyarakat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya keinginan masyarakat

untuk ikut berpartisipasi (keinginan membayar/WTP) dalam pengendalian pencemaran

dan pengelolaan lingkungan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis Regresi Logit, mengacu pada Ramanathan, (1998). Regresi Logit merupakan

suatu analisis regresi yang didasarkan pilihan responden, dalam hal ini adalah ada

tidaknya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi/membayar (WTP). Sehingga hasil

akhirnya adalah probabilitas masyarakat untuk berpartisipasi (WTP) dalam pengendalian

pencemaran dan pengelolaan lingkungan kedepan. Adapun formula regresi logit, sebagai

berikut:

Page 50: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

35

kk

XX

XXee kk

βββ

βββ

++++===

+++

...(1 )X I 1 (Y E P

110

...

ii

110

Dimana :

Pi = sebuah kemungkinan dengan Yi=1 β° = Intersep X1 = Kenyamanan di kawasan pesisir Medang Kampai X2 = Usia X3 = Tingkat pendidikan X4 = Jenis pekerjaan X5 = Rata-rata pendapatan per/bulan X6 = Banyaknya tanggungan keluarga K = Banyaknya X e = Exp (β) = Odd ratio Li = ln

Persamaan tersebut di atas disebut dengan persamaan logistik/logit. Dimana Li

dikenal dengan logit, yang merupakan logaritma dari rasio sebelumnya dan linear dalam

variabel independen dan parameter. Metode estimasinya adalah Maximum Likelihood

Estimator (MLE) dan koefisien yang didapatkan konsisten.

Pengujian Model Regresi Logit

Uji Wald

Uji Wald digunakan untuk menguji perbedaan pengaruh antara taraf atribut yang

peubah bonekanya bernilai 1 dengan taraf lain dari atribut yang semua peubahnya

bernilai nol.

H0:βi = 0 H1:βi ≠ 0

Dimana : βi = Vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien X). SE (βi) = Galat kesalahan dari βi

Odd Ratio

Odd ratio merupakan kemunculan dari peubah respon (Y=1) sebesar exp (β) kali

jika taraf atribut yang peubah bonekanya bernilai 1 muncul, dibandingkan dengan taraf

atrtibut tersebut yang semua peubah bonekanya bernilai 0 muncul. Dengan kata lain, odd

ratio merupakan interpretasi dari sebuah peluang.

Page 51: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

36

Kebaikan Model

Berbeda dengan regresi linear, dalam regresi logit, tingkat kebaikan model dapat

dilihat secara langsung dari Percentge Correct dalam Clasification Table. Semakin besar

persentase nilai yang muncul, semakin bagus model yang digunakan.

Omnibus Test of Model Coefficient

Omnibus Test Coefficient digunakan untuk melihat apakah model yang

digunakan nyata atau tidak. Dalam metode pengujian ini terdapat nilai Chi-square yang

merupakan rasio likelihood antara ’model dengan variabel’ dengan ’model tanpa

variabel’.

Interpretasi Koefisien

Jika koefisien bertanda (+) maka odd ratio akan lebih dari 1. jika variabelnya

merupakan skala nominal (dummy) maka Dummy=1 memiliki kecenderungan untuk Y=1

sebesar exp (β) kali dibandingkan dengan Dummy=0. jika variabelnya bukan Dummy

maka semakin besar X maka exp (β) ≥1. sehingga semakin besar pula kecenderungan

untuk Y = 1.

Analisis Nilai Partisipasi Masyarakat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui nominal partisipasi (keinginan

membayar/WTP) masyarakat dalam rangka pengendalian pencemaran dan pengelolaan

lingkungan kedepan. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah Contingent

Valuation Method (CVM) dengan pendekatan referendum tertutup (dichotomous choice)

(Hanley dan Spash, 1993). Pendekatan ini digunakan karena metode ini di lapangan lebih

memudahkan responden memahami maksud dan tujuan dari penelitian dibandingkan

metode yang lain. Penelitian ini akan terfokus pada besarnya WTP dari responden

masyarakat Dumai khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kilang minyak.

Analisis Faktor Kunci Pengelolaan Lingkungan

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui dan merumuskan skenario pengendalian

pencemaran dan pengelolaan lingkungan ke depan berdasarkan persepsi masyarakat.

Page 52: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

37

Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode analisis prospektif partisipatif

(Participatory Prospective Analysis/PPA). Metode PPA digunakan untuk

memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan

berdasarkan respon dan aspirasi stakeholder dalam hal ini adalah kelompok-kelompok

masyarakat pesisir di kecamatan Medang Kampai Dumai. Kegunaan analisis prospektif

adalah untuk: 1) memperediksikan tindakan strategis yang perlu dilakukan dan 2)

melihat apakah perubahan dibutuhkan dimasa depan atau tidak. Analisis prospektif

sangat tepat digunakan dalam analisis strategi kebijakan (Bourgoise, 1999; Hardjomijojo,

2003).

Metode PPA merupakan pengembangan dari program Delphi yang menggunakan

pendapat atau aspirasi stakeholder untuk pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini

stakeholder yang akan menjadi responden adalah perwakilan stakeholder yang paham

tentang kondisi lingkungan di kawasan yang tercemar. Dalam penelitian ini adalah

tokoh-tokoh dari masing-masing kelompok masyarakat, yaitu nelayan, pedagang,

peternak, Pegawai Negeri, Buruh Pabrik, Petani, Pengrajin dan Pengusaha.

Adapun tahapan dalam metode PPA berdasarkan Bourgoise (1990) dan Godet

(2000) dalam Hardjomijojo, (2003) adalah:

1) Definisi permasalahan dan tujuan sistem yang dikaji, dengan tujuan untuk

memeprmudah masyarakat memahami permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai.

2) Identifikasi faktor yang berpengaruh terhadap tujuan tersebut yang akan dicapai,

dengan melakukan kajian literatur dan analisi kebutuan menurut masyarakat

berdasarkan hasil wawancara atau kuesisoner.

3) Penilaian pengaruh langsung antar faktor. Semua faktor yang teridentifikasi akan

dinilai pengaruh langsung antar faktor sebagaimana disajikan pada Tabel 2 dan Tabel

3. Hasil matriks gabungan persepsi masyarakat diolah dengan perangkat lunak

analisis prospektif dengan menggunakan teknik statistika untuk menghitung

pengaruh langsung global, ketergantungan global, kekuatan global dan kekuatan

global tertimbang (Tabel 9).

Page 53: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

38

Tabel 5. Pedoman penilaian metode PPA.

Skor Keterangan

0 Tidak ada pengaruh

1 Berpengaruh kecil

2 Berpengaruh sedang

3 Berpengaruh sangat kuat

Tabel 6. Pengaruh langsung antar faktor

Dari ↓

Terhadap →

A

B

C

D

E

F

G

A

B

C

D

E

F

G

Hasil perhitungan divisualisasikan dalam Diagram Pengaruh dan Ketergantungan antar

faktor seperti terlihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Diagram pengaruh dan ketergantungan sistem.

Faktor Bebas UNUSED

Ketergantungan

Pengaruh

Faktor Terikat OUTPUT

Faktor Penentu INPUT

Faktor PenghubungSTAKE

Page 54: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Keadaan Umum Kota Dumai

Pada tahun 1999, Kota Administratif Dumai berubah status menjadi

Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai sesuai dengan undang-undang nomor 16

Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai, wilayah

Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai mempunyai batas-batas sebagai berikut: a.

Sebelah utara berbatasan dengan Selat Rupat; b. Sebelah timur berbatasan dengan

Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis; c. Sebelah selatan

berbatasan dengan Kecamatan Mandau dan Kecamatan Bukit Batu Kabupaten

Daerah Tingkat II Bengkalis; d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan

Tanah Putih dan Kecamatan Bangko Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis.

Mayoritas atau sekitar 82,9 persen luas lahan ditanami kelapa sawit yang

diyakini punya nilai ekonomis tinggi. Selama tahun 2002, 46.000 ton kelapa sawit

dipanen dan kemudian dikirim ke Kabupaten Rokan Hilir untuk diolah di

Pengolahan Kelapa Sawit (PKS). Walaupun telah ada pabrik penghasil minyak

sawit mentah atau crude palm oil, kota yang iklimnya dipengaruhi oleh laut ini tak

mempunyai PKS. Oleh sebab itu, petani sawit terpaksa mengirim hasil panen

sawit ke daerah tetangga, Kabupaten Rokan Hilir, untuk diolah. Dengan tingkat

produksi sawit sebesar itu semestinya diperlukan kehadiran dua pengolahan

kelapa sawit berkapasitas sekitar 8.000 ton per hari. Nantinya, petani tak perlu lagi

ke luar kota, dan kemudian dikirim kembali ke Dumai untuk diolah di tiga pabrik

pengolahan inti sawit. PT Bukit Kapur Raya, pabrik berkapasitas produksi

terbesar dan memperkerjakan 175 pegawai, mampu menghasilkan tak kurang dari

2 juta ton minyak sawit mentah per tahun yang dikirim ke Eropa, Amerika

Selatan, dan juga berbagai negara di Asia.

Belum cukup dengan tiga pabrik besar penghasil CPO, Pemerintah Kota

masih mengharapkan para pemodal menanamkan investasinya di kota yang

memiliki jenis tanah rawa bergambut, terutama di bidang agroindustri. Harapan

ini tak berlebihan mengingat industri diimpikan menjadi bagian dari tulang

punggung perekonomian serta dukungan pasokan bahan baku dari daerah sekitar

Page 55: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

40

yang berfungsi wilayah belakang. Untuk merealisasikan harapan ini, pemerintah

kota menyediakan setidaknya tiga kawasan industri di Lubuk Gaung, Kecamatan

Sungai Sembilan, 1.450 hektar, di Pelintung, Kecamatan Medang Kampai, 500

hektar, dan di Bagan Besar, Kecamatan Bukit Kapur, 500 hektar. Hanya saja,

pembenahan infrastruktur seperti jalan harus dilakukan. Contoh nyata, kondisi

jalan ke Pelintung buruk dan sukar dilewati saat hujan turun. Di samping itu,

konflik antara manusia dan binatang liar yang sering terjadi di lokasi kawasan

industri harus segera dicari jalan keluarnya. Daya tarik utama investor sebenarnya

adalah pelabuhan yang berakses langsung ke jalur Selat Malaka, serta terlindung

oleh Pulau Rupat milik Kabupaten Bengkalis. Tak hanya menjadi senjata utama,

pelabuhan bahkan telah menjadi jantung perekonomian.

Partisipasi aktivitas ini terhadap nilai perekonomian total, 24,11 persen di

tahun 2001. Nilai yang cukup tinggi dibandingkan lapangan usaha lainnya. Lebih

dari itu, tempat labuh merupakan bagian sejarah terpenting dari daerah yang

memiliki 16 sungai ini, yang dimulai saat PT Caltex Pacifix Indonesia (CPI)

memindahkan pelabuhannya ke kota ini. Jalan tembus dari daerah penghasil

minyak di Kabupaten Bengkalis, Duri, ke pantai yang berjarak 93 mil dari

Malaysia ini segera dibangun. Pipa-pipa raksasa untuk mengalirkan minyak

mentah membentang sepanjang 900 kilometer di tepi jalan raya. Tahun 1959,

pelabuhan minyak selesai didirikan dan mulai digunakan. Melihat perkembangan

positif yang terjadi, Pertamina UP II pun memanfaatkan wilayah sekitar

pelabuhan sebagai lokasi pengilangan minyak, Kilang Minyak Putri Tujuh.

Dampak langsung keberadaan pelabuhan ini adalah meningkatnya sektor

tersier perdagangan dan jasa. Dengan memanfaatkan pelabuhan, tempat keluar

masuk manusia serta bongkar muat barang, rezeki pun diraup. Apalagi komoditas

perdagangan yang ada cukup beragam, mulai dari sembako hingga pengiriman

minyak mentah. Sepanjang tahun 2002, penjualan minyak mentah yang dibukukan

oleh dua perusahaan besar minyak di salah satu gerbang Sumatera bagian timur

ini nilainya 2 miliar dollar AS. Jumlah itu adalah nilai dari hampir 103 juta barrel

minyak jenis low sulphur waxy residue, Sumatera light crude, Duri crude oil, dan

green coke. Jutaan barrel minyak ini dikirim ke berbagai negara antara lain

Page 56: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

41

Amerika Serikat, Australia, Cina, Korea Selatan, Filipina, Malaysia, dan

Singapura.

Karakterisik Masyarakat

Dari struktur sosial masyarakat di lokasi penelitian, kehidupan masyarakat

di daerah ini masih berbasis pada sumberdaya agraris yaitu sektor pertanian dan

nelayan. Secara umum ditemukan tiga kelompok sumber pendapatan masyarakat

Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai antara lain, 987 orang bekerja di sektor

perdagangan, 368 orang bekerja di sektor informal dan sebanyak 416 orang

bekerja sebagai montir bengkel. Namun secara lebih rinci lagi, kelompok

masyarakat Kota Dumai dibagi menjadi sepuluh kelompok pekerjaan, yaitu

kelompok petani, nelayan, peternak, pedagang, guru/PNS/ABRI, buruh, buruh

tani, BUMD/BUMN/swasta, pengerajin, dan kelompok pekerja lainnya. Dari

kelompok masyarakat tersebut, yang paling dominan di lokasi penelitian adalah

masyarakat yang berprofesi sebagai buruh, seperti yang terlihat pada gambar

berikut:

05

10152025303540

petan

i

nelaya

n

peter

nak

peda

gng

guru/

PNS/ABRI

buruh

buruh

tani

BUMD/BUMN/S

wasta

Penge

rajin

Lainny

a

jumlah

Gambar 9 Struktur Pekerjaan Masyarakat Kota Dumai Tahun 2006

Kelompok masyarakat di atas merupakan kelompok masyarakat yang

menjadi responden dalam penelitian ini. Sampel yang diambil sebagai responden

dalam penelitian ini semuanya berjumlah 30 orang, dimana sampel tersebut

ditentukan secara purposive sampling dengan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Page 57: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

42

Kelompok masyarakat inilah yang terkena langsung dampak dari adanya

pencemaran di Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai. Umumnya mereka

tinggal di daerah pesisir pantai Kecamatan Medangka Kampai. Karakteristik

responden yang diamati adalah tingkat pendidikan, rata-rata tingkat pendapatan

perbulan, jenis kelamin, tingkat umur, jenis pekerjaan, jumlah tanggungan dalam

keluarga.

Jenis Penyakit Akibat Pencemaran

Akibat terjadinya pencemaran di sekitar pesisir Kecamatan Medang

Kampai, telah menimbulkan beberapa jenis penyakit yang diderita masyarakat

sekitarnya. Menurut data Puskesmas Pembantu Jaya Mukti dan Puskesmas Dumai

Timur, terdapat sepuluh jenis penyakit tertinggi di Puskesmas tersebut antara lain

penyakit ISPA, Hipertensi, Febris, Kulit Alergi, dan penyakit lainnya yang

muncul akibat adanya pencemaran. Data dari kedua Puskesmas ini menjadi

gambaran penyakit-penyakit yang diderita masyarakat di Kota Dumai, termasuk

di Kecamatan Medang Kampai. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 7 Sepuluh Jenis Penyakit Tertinggi di Puskesmas Pembantu Jaya Mukti Kecamatan Dumai Timur Tahun 2004

Puskesmas Puskesmas Dumai Timur Puskesmas Pembantu Jaya Mukti

No. Jenis Penyakit Jumlah (%) Jenis Penyakit Jumlah (%) 1 ISPA 6,213 (38,9) ISPA 3.638 (24,70)2 Hipertensi 3,170 (19,64) Gasritis 2.604 (17,68)3 Febris 1,580 (4,79) Infeksi Kulit 1.394 (9,47)4 Kulit Alergi 1,140 (7,06) Rheumatik 1.392 (9,45)5 Rhematik 1,112 (6,89) Asma 1.304 (8,86)6 Gasritis 862 (5,35) Hipertensi 1.128 (7,66)7 Diare 774 (4,79) Alegri Kulit 1.118 (7,59)8 Kulit Infeksi 665 (4,12) Jamur 863 (5,86)9 Asma 322 (1,99) Scabies 649 (4,41)

10 Diabetes 303 (1,87) Cacar air 635 (4,31) Jumlah 16,141.00 (100) Jumlah 14.725 (100)

Sumber: Puslit. Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian Universitas Riau (2005) Dari jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat tersebut kemudian

diambil beberapa sampel untuk dijadikan responden dalam penelitian ini. Tetapi

tidak semua jenis penyakit dijadikan sampel mengingat keterbatasan waktu dan

Page 58: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

43

dana dalam penelitian ini. Sehingga yang dijadikan sampel adalah penyakit yang

mayoritas diderita oleh masyakat dan telah dipastikan disebabkan oleh

pencemaran lingkungan. Dalam penelitian ini, ada juga masyarakat yang terkena

penyakit namun tidak berobat ke dokter dan hanya menggunakan obat tradisional.

Namun dalam penelitian ini, tetap dilakukan valuasi untuk mengetahui tingkat

kerugian rata-rata masyarakat, bukan mengetahui kerugian ekonomi secara total.

Page 59: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN

Biaya Kesehatan

Biaya-biaya yang dikeluarkan responden untuk pengobatan yang disebabkan oleh

pencemaran. Adapun jenis penyakit yang dominan diderita masyarakat Kecamatan

Medang Kampai antara lain ISPA, Diare, dan penyakit kulit. Umumnya masyarakat

melakukan pengobatan ke Rumah Sakit Umum, Puskesmas, Dokter Spesialis,

pengobatan tradisional, ditambah dengan ongkos angkutan menuju ke lokasi pengobatan,

atau berobat sendiri dengan menggunakan ramuan sendiri. Semua biaya-biaya ini

diakumulasi sehingga diperoleh total biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh responden

(Gambar 11). Dalam satu tahun, ada masyarakat yang hanya terkena sekali sakit dan

hanya satu jenis penyakit saja. Namun ada pula yang kena penyakit lebih dari sekali dan

lebih dari satu jenis penyakit.

Nilai biaya kesehatan dalam penelitian ini diperoleh melalui pendekatan fungsi

permintaan, dimana Y sebagai variabel dependen dipengaruhi oleh lamanya masyarakat

mengalami sakit dan jenis penyakit yang dideritanya. Sehingga jika dimasukkan ke

dalam fungsi permintaan adalah Y=10.550551+(0.37127536x0,47)+(0.0167282x2,75),

dari persamaan tersebut diketahui rata-rata biaya pengobatan individu sebesar nilai Y

yaitu 10,77 atau setelah dikembalikan ke persamaan awal menjadi 47.630,27, maka dari

nilai tersebut diketahui biaya pengobatan akibat pencemaran yaitu sebesar Rp.47.630,27

per orang selama satu tahun. Setelah dikalikan dengan jumlah populasi (yang sudah

terkena dan yang potensial terkena penyakit akibat pencemaran) sebesar 7.000 orang,

maka diketahui total biaya penyakit sebesar Rp. 333.411.863,36 per tahun. Total inilah

biaya pengobatan yang harus mendapatkan kompensasi dari pihak pertama atas

pencemaran yang ditimbulkannya. Di bawah ini adalah output hasil regresi dari

persamaan di atas (Tabel 8):

Page 60: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

45

Tabel 8. Hasil Regresi Biaya Pengobatan Masyarakat Pesisir Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai

Coefficients Standard Error t Stat P-value F R2

Intercept 10.550551 0.1664018 63.4040886 1.499047Jumlah penyakit 0.3712753 0.1328665 2.7943489 0.006292

Lama sakit 0.0167282 0.0566873 0.29509628 0.768565

4.153639

0.0804

Ln Biaya pengobatan = 10,77 Biaya Pengobatan (Rp.) = 47.630,27 Jumlah Populasi (orang) = 7.000,00 Total biaya pengobatan (Rp) = 333.411.863,36

Dari Tabel di atas terlihat bahwa lamanya masyarakat mengalami sakit akibat

pencemaran dan jenis penyakit yang dideritanya berpengaruh positif terhadap biaya

pengobatan atas penyakit tersebut. Diketahui bahwa koefisien lamanya kena penyakit

sebesar 0.0167282 dan koefisien jumlah penyakit yang diderita sebesar 0.3712753 yang

berarti bahwa semakin banyak jenis penyakit yang diderita masyarakat, maka semakin

tinggi pula biaya yang dikeluarkan. Begitu juga dengan lamanya masyarakat menderita

penyakit, semakin lama sakit maka semakin tinggi biaya yang dikeluarkan.

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat signifikansi dari model yang menjelaskan

hubungan nyata atau biaya pengobatan dengan faktor-faktor yang mempengarhuinya,

maka model regresi di atas diuji dengan menggunakan uji F. berdasakan uji statistik,

hasil uji F menunjukkan F hitung sebesar 1.899849 lebih kecil dari F table. 5,69 pada

selang kepercayaan 95 persen. Nilai F hitung lebih kecil dari F tabel ini menunjukkan

bahwa peubah bebas yang terdapat dapat fungsi permintaan model log berganda tersebut

berpengaruh tidak signifikan dalam menjelaskan hubungan antara lamanya sakit,

banyaknya jenis penyakit yang diderita terhadap tingkat besarnya biaya yang dikeluarkan

untuk pengobatan.

Dengan menghitung Coufounding dan Discounting maka diperoleh bahwa

perbandingan nilai riel uang di masa lalu dengan nilai riel di masa sekarang dan masa

yang akan datang. Nilai uang sebesar Rp.76.708,59 pada masa lima tahun lalu sama

artinya dengan Rp. 47.630,00 di masa sekarang. Dan nilai tersebut pada lima tahun

kedepan akan sama nilai dengan Rp.29.574,48 (tabel 9). Hal ini diasumsikan terjadi

karena dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Dengan demikian, jika dilakukan kompensasi

Page 61: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

46

pada tahun tertentu, maka nilai kompensasinya ditentukan oleh tingkat bunga yang

berlaku dan tahun kapan akan dibayarkan.

Tabel 9. Rata-rata Biaya Pengobatan Setelah di Counfounding dan Discounting

Sumber: data primer diolah

Penurunan Pendapatan

Penurunan pendapatan masyarakat dipengaruhi oleh frekuensi kerja dari

masyarakat menurun akibat gangguan kesehatan. Hal ini akan berpengaruh pada upah

yang diperoleh masyarakat sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi

masyarakat.

-200,000.00400,000.00600,000.00800,000.00

1,000,000.001,200,000.001,400,000.001,600,000.001,800,000.00

Pend

apat

an (R

p)

Nelayan

Peternak

Pedagng

PN BuruhBuruh tani

Swasta

Kelompok Masyarakat

Total Pendapatan tahun 2007

Gambar 12. Total Pendapatan Masyarakat Kecamatan Medang Kampai

Akibat penyakit yang dideritanya menyebabkan hilangnya kesempatan

masyarakat untuk bekerja, sehingga kesempatan untuk mendapatkan uang menjadi

Tahun DF/CF Biaya pengobatan Nilai dulu & Sekarang 5 1.61051 47.630,00 76.708,59 4 1.4641 47.630,00 69.735,08 3 1.331 47.630,00 63.395,53 2 1.21 47.630,00 57.632,30 1 1.1 47.630,00 52.393,00 0 1 47.630,00 47.630,00 1 0.909090909 47.630,00 43.300,00 2 0.826446281 47.630,00 39.363,64 3 0.751314801 47.630,00 35.785,12 4 0.683013455 47.630,00 32.531,93 5 0.620921323 47630,00 29.574,48

Page 62: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

47

hilang karena mereka tidak bekerja. Dari hasil valuasi yang dilakukan diperoleh bahwa

masyarakat yang paling besar kesempatan kehilangan pendapatan adalah kelompok

masyarakat peternak yaitu rata-rata sebesar Rp.75.000/hari, dan yang paling rendah

adalah kelompok BUMD/BUMN/Swasta yaitu sebesar Rp.40.714,29 (Gambar 13).

Rata-rata Pengeluaran Masyarakat untuk Berobat

-10,000.0020,000.0030,000.0040,000.0050,000.0060,000.0070,000.0080,000.00

Nelaya

n

Peterna

k

Pedag

ng

Guru/P

NS/ABRI

Buruh

Buruh

tani

BUMD/BUMN/S

wasta

Series1

Gambar 13. Rata-rata nilai kehilangan pendapatan Masyarakat Kecamatan Medang

Kampai selam sakit.

Besarnya kerugian tersebut yang seharusnya diperoleh oleh masyarakat yang

terkena dampak pencemaran tersebut dari pihak pencemar. Akibat dari penyakit-penyakit

ini menyebabkan kesempatan untuk bekerja menjadi hilang. Sehingga pendapatan yang

seharusnya diperoleh dari bekerja tersebut menjadi hilang. Kehilangan pendapatan

tersebut ditentukan melalui jumlah hari tidak bekerja dikalikan dengan pendapatan

perhari.

Sebagai dasar dalam memberikan kompensasi, dapat dilakukan dengan mengukur

nilai uang dimasa lalu, masa kini dan dimasa yang akan datang. Nilai uang tersebut

otomatis akan mengalami penurunan dari waktu ke waktu karena dipengaruhi oleh

tingkat inflasi. Tinggi rendahnya tingkat penurunan tersebut diukur dengan fluktuasi

tingkat bunga yang berlaku. Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan

masyarakat pesisir Medang Kampai lima tahun lalu Rp.1.211.244,49 per bulan, terus

mengalami penurunan akibat inflasi yang terjadi sebesar 10 persen. Artinya, terjadi

penurunan sebesar 10 persen nilai pendapatan rata-rata masyarakat setiap tahun. Berikut

adalah perubahan nilai uang dari pendapatan masyarakat setelah dilakukan discounting

dan counfounding (Tabel 10):

Nilai kehilangan pendapatan masyarakat selama sakit

Page 63: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

48

Tabel 10. Rata-rata Pendapatan Masyarakat Setelah di Counfounding dan Discounting

Tahun DF/CF 10% Rata-rata Pendapatan/bulan

Nilai dulu & sekarang

5 1.61051 1.211.244,49 1.950,721,36 4 1.4641 1.211.244,49 1.773,383,06 3 1.331 1.211.244,49 1.612,166,42 2 1.21 1.211.244,49 1.465,605,83 1 1.1 1.211.244,49 1.332,368,94 0 1 1.211.244,49 1.211,244,49 1 0.909090909 1.211.244,49 1.101,131,35 2 0.826446281 1.211.244,49 1.001,028,50 3 0.751314801 1.211.244,49 910.025,91 4 0.683013455 1.211.244,49 827.296,28 5 0.620921323 1.211.244,49 752.087,53

Sumber: data primer diolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa perbandingan nilai riel uang di masa lalu

dengan nilai riel di masa sekarang dan masa yang akan datang. Nilai uang sebesar

Rp.1.950,721,36 pada masa lima tahun lalu sama artinya dengan Rp.1.211.244,49 di

masa sekarang. Dan nilai tersebut pada lima tahun kedepan akan sama nilai dengan

Rp.752.087,53. Hal ini diasumsikan terjadi karena dipengaruhi oleh tingkat inflasi.

Dengan demikian, jika dilakukan kompensasi pada tahun tertentu, maka nilai

kompensasinya ditentukan oleh tingkat bunga yang berlaku dan tahun kapan akan

dibayarkan.

Partisipasi Dalam Pengendalian Pencemaran

Keinginan masyarakat untuk mau membayar atau Willingness to pay merupakan

pengukuran jumlah maksimum masyarakat Kecamatan Medang Kampai untuk

membayar sejumlah uang guna memperoleh kualitas lingkungan yang lebih baik akibat

pencemaran oleh perusahaan-perusahaan disekitarnya, atau sejumlah uang yang

dikeluarkan untuk menghindari terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Persyaratan

WTP yang harus dipenuhi menurut Haab dan McConner (2002) dalam Fauzi (2004)

adalah apabila WTP tidak melebihi batas atas yang negatif, batas atas WTP tidak boleh

melebihi pandapatan, dan adanya konsistensi atara keacakan pendugaan dan keacakan

penghitungannya.

Page 64: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

49

Dalam bahasan ini menjelaskan tentang keinginan dari masyarakat yang menjadi

responden untuk membayar biaya perbaikan lingkungan akibat dari pencemaran.

Sedangkan berapa jumlah yang ingin dibayar oleh responden akan dibahas selanjutnya

setelah pembahasan ini. Hasil regresi logit menunjukkan sebagai berikut:

Tingkat Pendidikan Responden (A3)

Tingkat pendidikan responden sangat berpengaruh terhadap mau atau tidaknya

responden membayar atas kerusakan lingkungan yang terjadi atas pencemaran

lingkungan. Karena tingkat pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir

responden menyangkut logis atau tidaknya keputuasn yang akan diambil. Jika tingkat

pendidikannya tinggi, maka keinginan responden untuk membayar relative tinggi dan

akan memberikan penilaian yang tinggi atas biaya perbaikan kualitas lingkungan

tersebut. Dan sebaliknya, responden yang memiliki pendidikan lebih rendah, umumnya

kurang menyadari dampak dari adanya pencemaran bagi kesehatannya.

a. SLTP Sederajat (A3 (1))

Responden yang berpendidikan SLTP sederajat tidak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap keinginan untuk membayar biaya perbaikan lingkungan. Pada taraf

alpa 10 persen, nilai signifikansi yang didapat lebih besar dari 0,10 yaitu sebesar 0,938.

Hal ini berarti responden yang berpendidikan SLTP sederajat tidak mempengaruhi

keinginan untuk membayar biaya perbaikan lingkungan. Nilai koefisien yang diperoleh

A3 (1) sebesar 12,754 menunjukkan bahwa nilainya bertanda positif. Hal ini berarti

bahwa responden yang berpendidikan SLTP sederajat mempunyai peluang lebih besar

untuk tidak mau membayar dibanding responden yang hanya berpendidikan SD

sederajat. Dengan nilai beta sebesar 345947.9 berarti bahwa responden yang

berpendidikan SLTP sederajat mempunyai peluang untuk tidak mau membayar sebesar

345947.9 kali responden yang memiliki pendidikan SD sederajat. Hal ini berarti bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, peluang untuk mau membayar semakin

kecil.

b. SLTA Sederajat (A3 (2))

Pada variabel pendidikan dengan jenjang SLTA sederajat tidak memberikan

pengaruh yang sifnifikan terhadap keinginan untuk membayar biaya perbaikan

lingkungan pada taraf alpa sebesar 10 persen, karena nilai sifnifikansinya yang didapat

Page 65: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

50

lebih besar dari 0.10 yaitu sebesar 0.950. Hal ini berarti bahwa responden yang

berpendidikan SLTA Sederajat tidak mempengaruhi keinginan untuk membayar biaya

perbaikan kualitas lingkungan.

Nilai koefiesien yang diperoleh A3 (2) sebesar 10.398 menunjukkan angka

positif. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki pendidikan SLTA Sederajat

mempunyai peluang lebih besar untuk membayar kerusakan lingkungan dibandingkan

dengan responden yang berpendidikan SD Sederajat. Dengan nilai beta sebesar

32789.039 bararti bahwa responden yang berpendidikan SLTA Sederajat mempunyai

peluang untuk tidak mau membayar sebesar 32789.039 kali responden yang memiliki

pendidikan SD Sederajat.

c. Akademi / Perguruan Tinggi (A3 (3))

Sedangkan pada variabel pendidikan dengan jenjang Akademi/Perguruan Tinggi

tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk membayar biaya

perbaikan kualitas lingkungan pada taraf α = 10 persen, karena nilai signifikansi yang

didapat lebih besar dari 0.10 yaitu sebesar 0.957. Hal ini berarti bahwa responden yang

berpendidikan Akademi/Perguruan Tinggi tidak mempengaruhi keinginan untuk

membayar biaya perbaikan kualitas lingkungan.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh A3 (3) sebesar 8.949. Terlihat bahwa

nilainya bertanda positif. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki pendidikan

Akademi/Perguruan Tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk tidak mau membayar

dibanding responden yang berpendidikan SD sederajat. Dengan nilai Exp (β) sebesar

7703.575 berarti responden yang berpendidikan Akademi/Perguruan Tinggi mempunyai

peluang untuk tidak mau membayar sebesar 7703.575 kali responden yang memiliki

pendidikan SD sederajat (Gambar 14).

Page 66: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

51

Peluang Masyarakat Untuk Mem bayar

-

100,000.00

200,000.00

300,000.00

400,000.00

sltp slta PT

Gambar 14. Peluang Masyarakat Untuk Mau Membayar Perbaikan Lingkungan Akibat

Pencemaran

Dari Gambar di atas menunjukkan bahwa makin rendah tingkat pendidikan

masyarakat, maka peluang masyarakat untuk mau membayar sejumlah uang untuk

memperbaiki kualitas lingkungan akibat adanya pencemaran semakin tinggi. Pada

tingkat pendidikan yang lebih tinggi, masyarakat semakin sadar bahwa untuk

memperbaiki kualitas lingkungan bukan kewajiban masyarakat, melainkan kewajiban

dari pihak yang melakukan pencemaran.

6.1.2 Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan juga berpengaruh terhadap keinginan responden untuk

membayar biaya kerusakan lingkungan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan responden

dalam memenuhi kebutuhan rumah sebagai prioritas utama yang harus dipenuhi.

1. Pendapatan Antara Rp 750.000; s/d Rp 1.000.000; (C1(1))

Pada variabel pendapatan yang berkisar antara Rp 750.000; s/d Rp 1.000.000; ini

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk membayar biaya

perbaikan kualitas lingkungan pada taraf alpa sama dengan 10 persen, karena nilai

signifikansi yang didapat lebih kecil dari 0.10 yaitu sebesar 0.092. Hal ini berarti bahwa

responden yang memiliki pendapatan antara Rp 750.000; s/d Rp 1.000.000;

mempengaruhi keinginan untuk membayar biaya perbaikan kualitas lingkungan.

Sedangkan nilai slope/koefisien yang diperoleh bertanda negatif yaitu -4.571. Hal

ini dapat diinterpretasikan bahwa responden yang memiliki pendapatan antara Rp

750.000; s/d Rp 1.000.000; berpeluang lebih kecil untuk tidak mau membayar dibanding

responden yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 750.000;. Nilai Exp (β) yang

Page 67: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

52

diperoleh sebesar 0.010, yang berarti bahwa responden yang memiliki pendapatan antara

Rp 750.000; s/d Rp 1.000.000 mempunyai peluang untuk tidak mau membayar sebesar

0.010 kali responden yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 750.000;.

6.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga (C2)

a) Sama dengan 5 orang (C2(1))

Pada variabel jumlah tanggungan keluarga sebanyak 5 orang tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk membayar biaya perbaikan kualitas

lingkungan pada taraf α = 10%, karena nilai signifikansi yang didapat lebih besar dari

0.10 yaitu sebesar 0.797. Hal ini berarti bahwa responden yang menanggung 5 orang

dalam keluarganya tidak mempengaruhi keinginan untuk membayar biaya perbaikan

kualitas lingkungan.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh C2 (1) sebesar 11.868. Terlihat bahwa

nilainya bertanda positif. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki tanggungan

keluarga sebanyak 5 orang mempunyai peluang lebih besar untuk tidak mau membayar

dibanding responden yang memiliki tanggungan keluarga >5 orang. Dengan nilai Exp (β)

sebesar 142669.9 berarti responden yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak 5

orang mempunyai peluang untuk tidak mau membayar sebesar 142669.9 kali responden

yang memiliki tanggungan keluarga lebih dari lima orang.

b) Kurang dari 5 orang (C2(2))

Pada variabel jumlah tanggungan keluarga sebanyak kurang dari 5 orang tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk membayar biaya

perbaikan kualitas lingkungan pada taraf alpa sama dengan 10 persen, karena nilai

signifikansi yang didapat lebih besar dari 0.10 yaitu sebesar 0.134. Hal ini berarti bahwa

responden yang menanggung kurang dari 5 orang dalam keluarganya tidak

mempengaruhi keinginan untuk membayar biaya perbaikan kualitas lingkungan.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh C2 (2) sebesar 1.761. Terlihat bahwa

nilainya bertanda positif. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki tanggungan

keluarga sebanyak kurang dari 5 orang mempunyai peluang lebih besar untuk tidak mau

membayar dibanding responden yang memiliki tanggungan keluarga lebih besar dari 5

orang. Dengan nilai Exp (β) sebesar 5.821 berarti responden yang memiliki tanggungan

keluarga sebanyak kurang dari 5 orang mempunyai peluang untuk tidak mau membayar

Page 68: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

53

sebesar 5.821 kali responden yang memiliki tanggungan keluarga lebih besar dari 5

orang.

6.2.3. Tingkat Umur (A2)

a) Umur 21 – 30 tahun (A2 (1))

Variabel tingkat umur yang berkisar 21 - 30 tahun tidak memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap keinginan untuk membayar biaya perbaikan kualitas lingkungan

pada taraf alpa sama dengan 10 persen, karena nilai signifikansi yang didapat lebih besar

dari 0.10 yaitu sebesar 0.970. Hal ini berarti bahwa usia yang berkisar 21 – 30 tahun

yang dimiliki oleh responden tidak mempengaruhi keinginan untuk membayar biaya

perbaikan kualitas lingkungan.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh A2 (1) sebesar -6.146. Terlihat bahwa

nilainya bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa responden yang berumur 21 – 30 tahun

mempunyai peluang lebih kecil untuk tidak mau membayar dibanding responden yang

memiliki umur 15 – 20 tahun. Dengan nilai Exp (β) sebesar 0.002 berarti responden yang

berumur 21 – 30 tahun mempunyai peluang untuk tidak mau membayar sebesar 0.002

kali responden yang berumur 15 – 20 tahun.

b) Umur 31 - 40 tahun (A2 (2))

Pada variabel tingkat umur yang berkisar 31 - 40 tahun tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk membayar biaya perbaikan kualitas

lingkungan pada taraf alpa sama dengan 10 persen, karena nilai signifikansi yang didapat

lebih besar dari 0.10 yaitu sebesar 0.963. Hal ini berarti bahwa usia yang berkisar 31 - 40

tahun yang dimiliki oleh responden tidak mempengaruhi keinginan untuk membayar

biaya perbaikan kualitas lingkungan.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh A2 (2) sebesar -7.652. Terlihat bahwa

nilainya bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa responden yang berumur 31 - 40 tahun

mempunyai peluang lebih kecil untuk tidak mau membayar dibanding responden yang

memiliki umur 15 – 20 tahun. Dengan nilai Exp (β) sebesar 0.000 berarti responden yang

berumur 31 - 40 tahun mempunyai peluang yang sama untuk tidak mau membayar yaitu

0.000 kali responden yang berumur 15 – 20 tahun.

Page 69: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

54

c) Umur 41 - 50 tahun (A2 (3))

Pada variabel tingkat umur yang berkisar 41 - 50 tahun tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk membayar biaya perbaikan kualitas

lingkungan pada taraf alpa sama dengan 10 persen, karena nilai signifikansi yang didapat

lebih besar dari 0.10 yaitu sebesar 0.950. Hal ini berarti bahwa usia yang berkisar 41 - 50

tahun yang dimiliki oleh responden tidak mempengaruhi keinginan untuk membayar

biaya perbaikan kualitas lingkungan.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh A2 (3) sebesar -10.402. Terlihat bahwa

nilainya bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa responden yang berumur 41 - 50 tahun

mempunyai peluang lebih kecil untuk tidak mau membayar dibanding responden yang

memiliki umur 15 – 20 tahun. Dengan nilai Exp (β) sebesar 0.000 berarti responden yang

berumur 41 - 50 tahun mempunyai peluang yang sama untuk tidak mau membayar yaitu

0.000 kali responden yang berumur 15 – 20 tahun.

d) Umur diatas 50 tahun (A2 (4))

Sedangkan pada variabel tingkat umur yang diatas 50 tahun, juga tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk membayar biaya

perbaikan kualitas lingkungan pada taraf alpa sama dengan 10 persen, karena nilai

signifikansi yang didapat lebih besar dari 0.10 yaitu sebesar 0.944. Hal ini berarti bahwa

usia yang lebih dari 50 tahun yang dimiliki oleh responden tidak mempengaruhi

keinginan untuk membayar biaya perbaikan kualitas lingkungan.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh A2 (4) sebesar -11.467. Terlihat bahwa

nilainya juga bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa responden yang berumur lebih dari

50 tahun mempunyai peluang lebih kecil untuk tidak mau membayar dibanding

responden yang memiliki umur 15 – 20 tahun. Dengan nilai Exp (β) sebesar 0.000 berarti

responden yang berumur lebih dari 50 tahun mempunyai peluang yang sama untuk tidak

mau membayar yaitu 0.000 kali responden yang berumur 15 – 20 tahun.

Besarnya Nilai WTP oleh Masyarakat

Range terendah besarnya WTP yang ditawarkan kepada responden adalah antara

Rp.0,- hingga Rp.2.500,-, sedangkan range tertinggi yaitu sebesar Rp.10.000,-, sehingga

stelah dilakukan regresi logit diperoleh koefisien sebagai berikut:

Page 70: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

55

6.3.1. Jenis Kelamin (Laki-laki / A1(1))

Pada tabel 3 di atas, variabel jenis kelamin (laki-laki) tidak memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap besarnya nilai WTP responden pada taraf α = 10%, karena nilai

signifikansi yang didapat lebih besar dari 0.10 yaitu sebesar 0.714. Hal ini berarti bahwa

responden yang berjenis kelamin laki-laki tidak mempengaruhi besarnya nilai WTP.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh A1(1) sebesar -0.309. Terlihat bahwa nilainya

bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki

mempunyai peluang lebih kecil dengan nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500; dibanding

responden yang berjenis kelamin perempuan. Dengan nilai Exp (β) sebesar 0.734 berarti

responden laki-laki mempunyai peluang untuk memiliki nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500;

sebesar 0.734 kali responden perempuan.

6.3.2. Jenis Pekerjaan (A4)

a. Nelayan (A4 (1))

Pada responden yang bermatapencaharian sebagai nelayan tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap besarnya nilai WTP responden pada taraf alpa sama

dengan 10 persen, karena nilai signifikansi yang didapat lebih besar dari 0.10 yaitu

sebesar 0.270. Hal ini berarti bahwa responden yang menjadi nelayan tidak

mempengaruhi besarnya nilai WTP.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh A4 (1) sebesar 1.643. Terlihat bahwa

nilainya bertanda positif. Hal ini berarti bahwa responden yang bekerja sebagai nelayan

mempunyai peluang lebih besar dengan nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500; dibanding

responden yang bekerja sebagai petani. Dengan nilai Exp (β) sebesar 5.168 berarti

responden yang bekerja sebagai nelayan mempunyai peluang untuk memiliki nilai WTP

Rp 0; - Rp 2.500; sebesar 5.168 kali responden yang bekerja sebagai petani.

b. Pedagang (A4 (2))

Pada responden yang bekerja sebagai pedagang tidak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap besarnya nilai WTP responden pada taraf alpa sama dengan 10

persen karena nilai signifikansi yang didapat lebih besar dari 0.10 yaitu sebesar 0.773.

Hal ini berarti bahwa responden yang menjadi pedagang tidak mempengaruhi besarnya

nilai WTP.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh A4 (2) sebesar 0.392. Terlihat bahwa

nilainya bertanda positif. Hal ini berarti bahwa responden yang bekerja sebagai pedagang

Page 71: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

56

mempunyai peluang lebih besar dengan nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500; dibanding

responden yang bekerja sebagai petani. Dengan nilai Exp (β) sebesar 1.479 berarti

responden yang bekerja sebagai pedagang mempunyai peluang untuk memiliki nilai

WTP Rp 0; - Rp 2.500; sebesar 1.479 kali responden yang bekerja sebagai petani.

c. PNS/Pensiunan (A4 (3))

Pada responden yang bekerja sebagai PNS / pensiunan tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap besarnya nilai WTP responden pada taraf alpa sama

dengan 10 persen karena nilai signifikansi yang didapat lebih besar dari 0.10 yaitu

sebesar 0.874. Hal ini berarti bahwa responden yang menjadi PNS/pensiunan tidak

mempengaruhi besarnya nilai WTP.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh A4 (3) sebesar -9.081. Terlihat bahwa

nilainya bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa responden yang bekerja sebagai

PNS/pensiunan mempunyai peluang lebih kecil dengan nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500;

dibanding responden yang bekerja sebagai petani. Dengan nilai Exp (β) sebesar 0.000

berarti responden yang bekerja sebagai PNS/pensiunan mempunyai peluang yang sama

untuk memiliki nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500; sebesar 0 kali responden yang bekerja

sebagai petani.

d. Buruh (A4 (4))

Pada responden yang bekerja sebagai Buruh tidak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap besarnya nilai WTP responden pada taraf alpa sama dengan 10

persen, karena nilai signifikansi yang didapat lebih besar dari 0.10 yaitu sebesar 0.926.

Hal ini berarti bahwa responden yang menjadi Buruh tidak mempengaruhi besarnya nilai

WTP.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh A4 (4) sebesar -9.280. Terlihat bahwa

nilainya bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa responden yang bekerja sebagai Buruh

mempunyai peluang lebih kecil dengan nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500; dibanding

responden yang bekerja sebagai petani. Dengan nilai Exp (β) sebesar 0.000 berarti

responden yang bekerja sebagai Buruh mempunyai peluang yang sama untuk memiliki

nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500; sebesar 0 kali responden yang bekerja sebagai petani.

e. BUMN / BUMD / Swasta (A4 (5))

Pada responden yang bekerja sebagai BUMN / BUMD / Swasta tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap besarnya nilai WTP responden pada alpa

Page 72: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

57

sama dengan 10 persen, karena nilai signifikansi yang didapat lebih besar dari 0.10 yaitu

sebesar 0.887. Hal ini berarti bahwa responden yang menjadi BUMN / BUMD / Swasta

tidak mempengaruhi besarnya nilai WTP.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh A4 (5) sebesar 0.160. Terlihat bahwa

nilainya bertanda positif. Hal ini berarti bahwa responden yang bekerja sebagai BUMN /

BUMD / Swasta mempunyai peluang lebih besar dengan nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500;

dibanding responden yang bekerja sebagai petani. Dengan nilai Exp (β) sebesar 1.174

berarti responden yang bekerja sebagai BUMN / BUMD / Swasta mempunyai peluang

untuk memiliki nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500; sebesar 1.174 kali responden yang bekerja

sebagai petani.

f. Pengrajin (A4 (6))

Pada responden yang bekerja sebagai pengrajin tidak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap besarnya nilai WTP responden pada taraf alpa sama dengan 10

persen, karena nilai signifikansi yang didapat lebih besar dari 0.10 yaitu sebesar 0.926.

Hal ini berarti bahwa responden yang menjadi pengrajin tidak mempengaruhi besarnya

nilai WTP.

Nilai koefisien/slope yang diperoleh A4 (4) sebesar -9.280. Terlihat bahwa

nilainya bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa responden yang bekerja sebagai

pengrajin mempunyai peluang lebih kecil dengan nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500; dibanding

responden yang bekerja sebagai petani. Dengan nilai Exp (β) sebesar 0.000 berarti

responden yang bekerja sebagai pengrajin mempunyai peluang yang sama untuk

memiliki nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500; sebesar 0 kali responden yang bekerja sebagai

petani.

g. Lain-lain (A4 (7))

Pada responden yang bekerja diluar jenis pekerjan yang diklasifikasikan (diluar

nelayan, pedagang, PNS/pensiunan, Buruh, BUMN / BUMD / swasta) tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap besarnya nilai WTP responden pada alpa sama

dengan 10 persen, karena nilai signifikansi yang didapat lebih besar dari 0.10 yaitu

sebesar 0.893. Hal ini berarti bahwa responden yang bekerja diluar nelayan, pedagang,

PNS/pensiunan, Buruh, BUMN / BUMD / swasta tidak mempengaruhi besarnya nilai

WTP.

Page 73: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

58

Nilai koefisien/slope yang diperoleh A4 (7) sebesar 9.435. Terlihat bahwa

nilainya bertanda positif. Hal ini berarti bahwa responden yang bekerja diluar nelayan,

pedagang, PNS/pensiunan, Buruh, BUMN / BUMD / swasta mempunyai peluang lebih

besar dengan nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500; dibanding responden yang bekerja sebagai

petani. Dengan nilai Exp (β) sebesar 12514.709 berarti responden yang bekerja diluar

nelayan, pedagang, PNS/pensiunan, Buruh, BUMN / BUMD / swasta mempunyai

peluang untuk memiliki nilai WTP Rp 0; - Rp 2.500; sebesar 12514.709 kali responden

yang bekerja sebagai petani.

Total WTP Masyarakat Untuk Pencemaran

Metode valuasi kontingan adalah metode yang digunakan untuk mengestimasi

nilai yang diberikan oleh individu terhadap sesuatu barang/jasa. Penilaian dengan

menggunakan teknik CVM dilakukan untuk fungsi barang/jasa yang tidak ada dalam

struktur pasar (non-marketed goods and services) Barton (1994) menyebutkan bahwa

CV digunakan pada kondisi dimana masyarakat tidak mempunyai preferensi terhadap

suatu fungsi barang karena tidak ada dalam sistem pasar.

CV menduga nilai ameniti melalui artificial/hyphotetical market dengan metode

survey terhadap unit populasi tertentu untuk mengetahui willingness to pay (WTP) atau

willingness to accept (WTA). Dengan demikian “survey” menjadi metode riset utama

dalam valuasi ekonomi dengan menggunakan teknik CV. Metode survey adalah

pengamatan dan penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang baik

terhadap suatu persoalan tertentu di daerah atau lokasi tertentu

Dari hasil pengumpulan data responden diperoleh regresi WTP dari fungsi

permintaan sebagai berikut Ln WTP=β0+ β1X1+β2X2+β3X3 sehingga diperoleh koefisien

WTP sebesar 8,34, setelah dikembalikan ke dalam bentuk aslinya maka diketahui WTP

individu sebesar Rp. 4.192,29 per tahun. WTP individu dapat diestimasi dengan

memasukkan nilai-rata-rata variabel model di atas sebesar Rp. 4.192,29. Dengan total

populasi jumlah penderita penyakit dan yang potensial menderita akibat pencemaran

sebesar 7.000 orang, maka total WTP diketahui sebesar Rp. 29.346.049,57 per tahun

(Tabel 11).

Page 74: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

59

Tabel l1. Total WTP Masyarakat untuk Perbaikan Lingkungan

Ln WTP = 8,34WTP = 4.192,29Populasi = 7.000WTP total = WTP x PopulasiTotal WTP = 29.346.049,57

Rata-rata pendapatan

Rata-rata jumlah tanggungan

Rata-rata umur

13,94 0,95 3,62

Dari hasil valuasi menggunakan metode contingant valuation method diketahui

keinginan masyarakat untuk membayar (willingness to pay;WTP) individu untuk

memperbaiki kualitas lingkungan sebesar Rp. 4.192,29 per tahun. Nilai ini menunjukkan

kesediaan masyarakat untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan tidak

mengganggu kesehatan masyarakat akibat pencemaran.

Nilai tersebut diperoleh melalui hasil pengalian antara jumlah masyarakat yang

terkena penyakit akibat pencemaran dengan rata-rata keinginan masyarakat setelah

dilakukan regresi sederhana. Jumlah masyarakat yang terkena penyakit akibat

pencemaran sebanyak 7.000 orang. Jumlah masyarakat tersebut kemudian dikalikan

dengan WTP induvidu sebesar Rp.4.192,29 (setelah dikembalikan kebentuk aslinya dari

bentuk logaritma). Sehingga diperoleh nilai WTP total sebesar Rp.29.346.049,57 per

tahun. Range nilai WTP yang ditawarkan kepada masyarakat untuk dipilih telah

ditentukan sebelumnya di dalam kuesioner. Range terendah yaitu antara Rp.0 sampai

dengan Rp.2.500, sedangkan range tertinggi yaitu senilai Rp.2.500 sampai dengan

Rp.5000.

Berdasarkan analisis regresi anatara pendapatan, pekerjaan dan umur asyarakat

menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat pendapatan masyarakat akan berpengaruh

positif terhadap keinginan masyarakat untuk membayar perbaikan lingkungan. Berbeda

halnya dengan tingikat pekerjaan responden dan tingkat umur responden. Makin tinggi

tua umur masyarakat, keinginan masyarakat untuk membayar perbaikan lingkungan

makin kecil (Tabel 11). Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien umur yang bertanda

negatif sebesar -0.0490883. Hal ini berarti bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya

lingkungan yang bebas dari pencemaran untuk kesehatan cukup tinggi. Sedangkan R2

sebesar 0,007 menunjukkan bahwa sebesar 0,07 persen dari keinginan masyarakat

Page 75: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

60

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, dan Umur responden (Tabel 12). Sedangkan

sisanya 93 persen dipengaruhi oleh faktor lain di luar persamaan fungsi permintaan

tersebut. Adapun faktor lain tersebut seperti hobi, jenis penyakit, maupun jenis kelamin

masing-masing responden.

Tabel 12. Koefisien Regresi WTP Masyarakat untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan

Coefficients Standard Error t Stat F R2

Intercept 7.5560889 0.929643049 8.127946 Pendapatan 0.0431037 0.061352142 0.702563 Pekerjaan -0.0068966 0.070480052 -0.09785 Umur -0.0490883 0.100453359 -0.48867

0.243435 0.00771

Nilai antara WTP dengan WTA (willingness to accept) seharusnya tidak ada

perbedaan yang signifikan, karena antara WTP dengan WTA merupakan cerminan dari

kesediaan masyarakat untuk tidak memanfaatkan sumberdaya tersebut pada saat

sekarang. Nilai WTP umumnya lebih kecil dari pada WTA karena pada WTP,

masyarakat yang harus membayar. Siapapun jika diminta untuk mengeluarkan uang

untuk kepentingan bersama, cenderung nilai uang yang dia mau keluarkan kecil. Akan

teapi jika mereka ditawarkan untuk diberikan uang, cenderung mereka menginginkan

nilai yang lebih besar.

Strategi Pengendalian Pencemaran

Analsis prospektif bertujuan untuk mengeksplorasi tindakan-tindakan strategis

masa depan dengan cara menetukan faktor-faktor kunci yang berperan penting dalam

pengendalian pencemaran dan pengelolaan lingkungan kedepan. Dengan adanya factor

kunci yang merupakan yang diperoleh secara partisipatif dari stakeholder kawasan

pesisir maka akan memeprmudah dalam pembuatan kebijakan kedepan. Tiga tahapan

yang di lakukan dalam analisis prospektif, yaitu: 1) mengidentifikasi faktor kunci

berdasarkan persepsi masyarakat; 2) memberi penilaian (scoring) terhadap faktor

berdasarkan tingkat pengaruh factor terhadap factor lain dan 3) memetakan dan

mendiskripsikan faktor yang akan menjadi prioritas untuk pembuatan kebijakan dan

strategi pengendalian pencemaran dan pengelolaan lingkungan kedepan.

Page 76: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

61

Berdasarkan analisis kebutuhan diperoleh 36 atribut yang perlu diperhatikan

dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang untuk pengembangan wisata selam (Tabel

13).

Tabel 13. Faktor Penting untuk Pengedalian Pencemaran dan Pengelolaan Lingkungan

Kedepan. No Atribut Keterangan

1 Pengawasan lingkungan Riset dan pengawasan kualitas lingkungan di sekitar kawasan yang sudah terkenan dan rentan terkena pencemaran

2 Transparansi Menegemen

Tranparansi proses produksi dan mekanisme pengolahan limbah

3 Rehabilitasi kerusakan lingkungan

Rehabilitasi lingkungan yang mengalami pencemaran serta mengurangi perluasan dampak

4 Penyebab Polusi Minimalisasi penyebab polusi air, udara, tanah dan suara

5 Tata ruang Mengevaluasi dan merevitalisasi tata ruang yang selama ini ada dan diimplementasikan

6 Jam produksi Membatasi jam produksi perhari sehingga tidak mengganggu jam-jam istirahat masyarakat

7 Peran masyarakat Pelibatan dan peran masyarakat dalam proses produksi maupun pemberdayaan lingkungan

8 Koordinasi stakeholder Koordinasi dengan berbagai stakeholder terkait: masyarakat, LSM, pemerintah maupun akademisi

9 Jaminan sosial, kesehatan dan pendidikan

Alokasi dana untuk kegiatan sosial, kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat

10 Aturan dan sanksi Aturan dan sanksi dalam pengelolaan limbah untuk meminimalisir pencemaran lingkungan

11 Teknologi ramah lingkungan

Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dalam rangka meminimalisir pencemaran

12 Jalur hijau Jalur hijau atau kawasan hijau untuk mengurangi pencemaran atau polusi.

Hasil pemetaan pengaruh dan ketergantungan faktor-faktor kebutuhan untuk

pengelolaan lingkungan pesisir kedepan terkait dengan pencemaran limbah industri,

maka dapat diketahui faktor yang menjadi penentu pengelolaan ke depan, faktor

penghubung dan faktor terikat (gambar 15). Adapun yang menjadi faktor penentu adalah

(1) peran masyarakat dan (2) aturan dan sanksi. Yang termasuk dalam faktor

penghubung adalah (1) pengawasan lingkungan dan (2) tansparansi pengelolaan limbah.

Faktor yang termasuk dalam kategori faktor terikat adalah (1) rehabilitasi lingkungan, (2)

jaminan pendidikan, sosial dan kesehatan dan (3) revitalisasi tata ruang. Sedangkan yang

Page 77: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

62

termasuk dalam kategori faktor bebas, yaitu (1) pembatasan jam produksi, (2)

penggunaan teknologi ramah lingkungan dan (3) perluasan jalur hijau.

Gambar 15. Peta penyebaran factor berdasarkan tingkat pengaruh dan ketergantungan

terhadap factor lain dalam pengelolaan

Dalam pengelolaan lingkungan pesisir kedepan terkait dengan dampak

pencemaran industri diperlukan strategi yang memprioritaskan faktor-faktor kebutuhan

yang memiliki pengaruh yang cukup tinggi sehingga nantinya menjadi motor pengerak

faktor lain yang akan mengefisien sumberdaya serta efektif dalam pencapaian sasaran.

Dalam hal ini adalah faktor-faktor yang termasuk dalam kategori faktor penentu, yaitu

(1) keterlibatandan peran masyarakat dan (2) aturan dan sanksi.

Aturan dan sanksi industri dalam pengelolaan limbah tercantum jelas pada

AMDAL dan perundang-undangan, akan tetapi dalam implementasinya yang seringkali

kurang jelas dan kurang tegas. Sehingga masih terdapat dan terjadi pembuangan limbah

yang belum diolah secara maksimal sebelum dibuang kelingkungan. Hal tersebut

dibuktikan dengan tingginya kandungan Total Suspendied Solied (TSS), Tembaga(Cu),

Magnesium(Mg) dan Cadmium(Cd) serta Zing (Zn) yang sudah melebihi baku mutu

lingkungan Kep-Men LH 51/2004 (tabel 13).

Page 78: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

63

Tabel 14. Kandungan Bahan Pencemar di Perairan Selat Rupat tahun 2005

Tingginya kandungan bahan tersebut akan menyebabkan gangguan pada

ekosistem pesisir dan kesehatan masyarakat yang ada disekitarnya. Dengan kata lain

bahwa lingkungan dan masyarakat pesisir menjadi obyek penderita dari aktivitas industri

baik yang ada dihulu dan di kawasan pesisir (selat Rupat) sendiri yang membuang

limbah. Oleh karen itu diperlukan kejelasan dan ketegasan dalam pelaksanaan aturan dan

sanksi yang berlaku. Dengan kejelasan dan ketegasan implementasi aturan-sanksi yang

berlaku maka secara otomatis pencemaran yang menyebabkan kerusakan, kerugian dan

mengancam keselamatan dapat diminimalisir.

Penegakan aturan sanksi dalam pengelolaan lingkungan industri tidak akan

berjalan secara maksimal jika masyarakat terutama yang ada dan tergantung pada

sumberdaya pesisir tidak dilibatkan. Keterlibatan dan peran masyarakat yang selama ini

hanya sebatas karyawan ( ± 44 %) dan sebagaian besar masyarakat pesisir sebagai obyek

penderita terkena dampak. Dengan keterlibatan masyarakat dalam proses industri

terutama pengelolaan dan pengawasan lingkungan mengefesiensikan alokasi dana untuk

pengawasan lingkungan dan serta akan mengefektifkan sasaran penaggulangan dan

rehabilitasi lingkungan serta alokasi dana jaminan sosial, pendidikan dan kesehatan.

Pencemaran limbah industri membuat produktivitas lingkungan dan

kesejahteraan masyarakat pesisir (tingkat kesehatan dan pendapatan) terus mengalami

penurunan dari tahun-ketahun. Penurunan produktivitas lingkungan pesisir akan

berdampak pada menurunanya kemelimpahan sumberdaya pesisir terutama perikanan,

yang menjadi sumber kehidupan masyarakat pesisir. Sehingga diperlukan suatu upaya

rehabilitasi kerusakan lingkungan dan meencegah penyebaran pencemaran.

Pencemaran juga akan menyebabkan penurunan tingkat kesejahateraan penduduk

terutama dilihat dari kondisi kesehatan, biaya kesehatan, meningkatnya pengeluaran

Parameter Konsentarasi Baku Mutu

TSS 141.25 mg/l < 80 mg/l

Mg (mg/l) 0.0024 mg/l < 0.002 mg/l

Cd (mg/l) 0.0046 ml/l < 0.001 mg/l

Cu (mg/l) 0.0423 mg/l < 0.01 mg/l

Zn (mg/l) 0.0401 mg/l <0.01 mg/l

Page 79: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

64

masyarakat dan semakin menurunya pendapatan. Dengan demikian diperlukan alokasi

dana kesehatan, pendidikan dan sosial bagi masyarakat yang terkena dan rentan terkena

pencemaran, sebagai kompensasi terhadap dampak yang telah ditimbulkan oleh aktivitas

yang menyebabkan pencemaran.

Page 80: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kondisi lingkungan pesisir Medang Kampai sudah mengalami pencemaran

dan rata-rata kualitasnya di atas baku mutu lingkungan. Sehingga pencemaran

lingkungan di pesisir Medang Kampai telah menyebabkan penurunan tingkat

kesejahteraan masyarakat, dilihat dari tingkat kesehatan dan pendapatan.

Pencemaran lingkungan telah menimbulkan berbagai macam penyakit

terutama diare dan penyakit kulit, peningkatan biaya pengeluaran masyarakat

terutama untuk kesehatan, menurunnya tingkat pendapatan masyarakat.

2. Secara umum keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam perbaikan

lingkungan dalam bentuk ikut menanggung biaya untuk perbaikan lingkungan

adalah sangat kecil. Hal ini disebabkan karena pencemaran lingkungan tidak

disebabkan oleh masyarakat secara langsung. Tingkat keinginan

berparrtisipasi masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan jenis

propesi. Semakin tinggi pendidikan maka semakin kecil keinginan untuk ikut

berpartisipasi. Profesi nelayan merupakan profesi yang paling besar keinginan

untuk berpartisipasi menanggung biaya perbaikan lingkungan di banding

profesi lainnya.

3. Besarnya nilai partisipasi (WTP) individu masyarakat sebesar Rp. 4.192,29

per tahun, sehingga total WTP masyarakat sebesar Rp. 29.346.049,57 per

tahun.

4. Faktor yang perlu menjadi prioritas dalam pengelolaan dan pengendalian

lingkungan ke depan berdasarkan persepsi masyarakat adalah: Faktor peran

dan keterlibatan masyarakat, Penegakan aturan dan sanksi, Peningkatan

Pengawasan lingkungan, Transparansi pengelolaan manajemen lingkungan,

Rehabilitasi lingkungan, Peningkatan jaminan pendidikan, sosial dan

kesehatan, terutama untuk masyarakat pesisir yang terkena maupun yang

potensial terkena dampak pencemaran.

Page 81: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

66

Saran

Akibat dari pencemaran lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas

perusahaan-perusahaan yang ada di sekitar Pesisir Kecamatan Medang Kampai,

telah menyebabkan kenyamanan hidup dan tingkat kepuasan masyarakat dalam

konsumsi berkurang. Dengan demikian diperlukan kebijakan yang tegas dari

pemerintah terhadap pihak yang menyebabkan pencemaran. Sehingga

kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak tidak terganggu, dan pemerintah

harus memfasilitasi masyarakat untuk menuntut kompensasi kepada pihak-pihak

yang menyebabkan pencemaran.

Selain itu, diperlukan pengkajian yang lebih jauh mengenai kontribusi

pencemaran lingkungan dari masing-masing perusahaan yang berada di Kota

Dumai, khususnya di Kecamatan Medang Kampai. Supaya biaya ekskternal yang

harus ditanggung oleh masing-masing perusahaan bisa lebih jelas.

Page 82: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Pelaksanaan RKL dan RPL Tahun 2007. PT Pertamina Unit Pengolahan II. PT Pertamina Dumai Riau Indonesia

Abelson, P., (1980). Cost Benefit Analysis and Environmental Problems. Itchen Printers Limited, Southampton, England

Adrianto,L., 2006. Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. PKSPL IPB Bogor 2006

Alexander A. M., John A. L, Michael M, Ralph C. d’Arge. 1998. METHOD; A method for valuing global ecosystem services. Ecological Economics 27 (1998) 161–170

Anonims. 2004. Impacts of pollution on coastal and marine ecosystems including coastal and marine fisheries and approach for management: a review and synthesis. Marine Pollution Bulletin 48 (2004) 624–649

Antti Pasila. 2004. A biological oil adsorption filter. Marine Pollution Bulletin. xxx (2004) xxx–xxx

Ardianto,L. (2006). Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.

Barbier, R., E. B. M.Acreman, and D. Nowler. (1997). Economic Valuation of Wetland: A Guide for Makers and Planners. RAMSAR Convention Berau, Gland. Swizeland.

Barry C. Field, and Martha K. Field. (2002). Environmental Economics, An Introduction. McGraw-Hill Companies, Inc

Blackmore. G. 1998. An overview of trace metal pollution in the coastal waters of Hong Kong. The Science of the Total Environment 214_1998.21]48

Bourgeois, R., Franck.J. 2002. Participatory Prospective Analysis; Exploring and Anticipating Challenges with Stakeholders. CAPSA Monograph No. 46.

Borton, D. N. (1994). Economic Factors and Valuation of Trpical Coastal Resources. Universteit I Bergen. Senter for miljo-Og Ressrsstudier. Norway.

Bryan, G.W. 1976. Heavy Metal Contamination in The Sea. In Johnston, R. (Ed.) Marine Pollution, Academic Press Inc., London.

Cantlon.J.E. 1999. Herman E. Koenig. 1999. ANALYSIS; Sustainable ecological economies. Ecological Economics 31 (1999) 107–121

Costanza. R. 1999. ANALYSIS; The ecological, economic, and social importance of the oceans. Ecological Economics 31 (1999) 199–213

Cheevaporn V., Piamsak M. 2003. Water pollution and habitat degradation in the Gulf of Thailand. Marine Pollution Bulletin 47 (2003) 43–51.

Page 83: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

68

Cheung. S.G., K.K. Tai,C.K. Leung,Y.M. Siu. 2002. Effects of heavy metals on the survival and feeding behaviour of the sandy shore scavenging gastropod Nassarius festivus (Powys). Marine Pollution Bulletin 45 (2002) 107–113

Cho, K.J., Kiyonori Hiraoka c, Tetsuo Mukai a, Wataru Nishijima a, Kazuto Takimoto a, Mitsumasa Okada. 2004. Effects of oil spill on seawater infiltration and macrobenthic community in tidal flats In-Young Chung. Marine Pollution Bulletin xxx (2004) xxx–xxx

Cincin-Sain,B. and Robert W. Knechh. 1998. Integrated Coastal and Management, Consepts and Practise. Island Press. Washington DC and Covelo California.

Clark, J.R. 1998. Coastal Seas The Conservation Challenge. USA

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Dana L. Wetzel 1, Edward S. Van Vleet. 2004. Accumulation and distribution of petroleum hydrocarbons found in mussels (Mytilus galloprovincialis) in the canals of Venice, Italy. Marine Pollution Bulletin 48 (2004) 927–936

DiGiacomo P.M.,L. Washburn., Benjamin H., Burton H. Jones. 2004. Coastal pollution hazards in southern California observed by SAR imagery: stormwater plumes, wastewater plumes, and natural hydrocarbon seeps. Marine Pollution Bulletin xxx (2004) xxx–xxx

Djijono, (2002). Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan di Taman Wan Abdul Rachman, Provinsi Lampung. (Makalan Pengantar Falsapah Sains (PPS702)). Institut Pertanian Bogor 2002.

Fauzi, A. (2004). Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi. PT Gramedia, Jakarta

Fauzi, A. dan Anna,S (2005). Permodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan, untuk Analisis Kebijakan. PT Gramedia, Jakarta

Grande. J.A.., J. Borrego. J.A. Morales., M.L. de la Torre. 2003. A description of how metal pollution occurs in the Tinto–Odielrias (Huelva-Spain) through the application of cluster analysis. Marine Pollution Bulletin 46 (2003) 475–480

Hanley, N and CL Spash. (1993). Cost Benefit Analysis and The Environment. Edward Elgar Publistion Limited. Northampton, MA. USA.

Hufsemidt, MM et.al. (1987). Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan: Pedoman Penilaian Ekonomis. Alih Bahasa: Reksohadiprojo, S. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Kusumastanto, T., Adrianto,L., Wahyudin, Y. (2005). Valuasi Ekonomi Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor

Nasir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nicholson Shaun., Piotr Szefer. 2003. Accumulation of metals in the soft tissues, byssus and shell of the mytilid mussel Perna viridis (Bivalvia: Mytilidae) from polluted

Page 84: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

69

and uncontaminated locations in Hong Kong coastal waters. Baseline / Marine Pollution Bulletin 46 (2003) 1035–1048

Katayama, Y,. Tetsu Oura, Mihoko Iizuka. Izumi Orita. KyungJin Cho. Mitsumasa Okada. 2003. Effects of spilled oil on microbial communities in a tidal flat In Young Chung. Marine Pollution Bulletin 47 (2003) 85–90

Kr€ogera S., Sergey Piletskyb, Anthony P.F. Turner. Biosensors for marine pollution research, monitoring and control. Marine Pollution Bulletin 45 (2002) 24–34

Mayer-Pinto. M., A.O.R. Junqueira. 2003. Effects of organic pollution on the initial development of fouling communities in a tropical bay, Brazil. Marine Pollution Bulletin 46 (2003) 1495–1503

Pertamina PT (Persero) (2005). Pemantauan Lingkungan Kilang PT Pertamina UP II Dumai tahun 2005. Dumai

Russo R.C.. 2002. Development of marine water quality criteria for the USA.. Marine Pollution Bulletin 45 (2002) 84–91

Ramanathan, R. 1998. Introductory Econometrics: with Applications. The Dryden Press. University of California. San Diego. Fourth Edition.

Ryder K., A. Temara., D.A. Holdway. 2004. Avoidance of crude-oil contaminated sediment by the Australian seastar, Patiriella exigua (Echinodermata: Asteroidea). Marine Pollution Bulletin xxx (2004) xxx–xxx

Salim,E. (2004). Jurnal Ekonomi Lingkungan. Edisi XV Desember 2004

Singarimbun (1987). Metode Penelitian Survai. LP3ES

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT. Gramedia Putaka Utama. Jakarta

Takarina, N.D., David R. B., Michael J.R. 2004. Speciation of heavy metals in coastal sediments of Semarang, Indonesia. Baseline / Marine Pollution Bulletin 49 (2004) 854–874

Ukwe C.N., C.A. Ibe., B.I. Alo K.K. Yumkella. 2003. Achieving a paradigm shift in environmental and living resources management in the Gulf of Guinea: the large marine ecosystem approach. Marine Pollution Bulletin 47 (2003) 219–225

Wittmann, G.T.W. 1979. Toxic Metal. In Forstner, U., and G.T. Wittmann (Eds.) Metal Pollutions in The Aquatic Environment. Spinger-Verlag.

Yap, C.K., A. Ismail, S.G. Tan. 2003. Cd and Zn concentrations in the straits of Malacca and intertidal sediments of the west coast of Peninsular Malaysia. Baseline / Marine Pollution Bulletin 46 (2003) 1341–1358

Page 85: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

Page 86: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

71

Lampiran 2: Tabel Definisi Variabel dalam Persamaan Regresi Logit

Nama Variabel

Deskripsi

Variabel Independent (variabel respon) B1 Keinginan untuk membayar biaya perbaikan kualitas lingkungan

0: Tidak Mau Membayar 1: Mau Membayar B2 Besarnya nilai WTP dari responden

0: 0 – Rp 2.500,- 1: Rp. 2.500,- - Rp. 5.000,- dan Rp. 10.000,- Variable Dependen (Variabel penjelas) A1 Jenis Kelamin

0: Perempuan 1: Laki-laki A2 Tingkat Umur

1: 15-22 tahun 2: 23-28 tahun 3: 28-50 tahun A3 Tingkat Pendidikan

1: SD/sederajat 2: SLTP/sederajat 3: SLTA/sederajat dan PT A4 Jenis pekerjaan

1: Karyawan, Buruh, Pegawai 2: Pedagang, Petani, Montir, Wiraswasta 3: Mahasiswa dan Pengangguran/Tidak bekerja

C1 Tingkat Pendapatan 1: < 500.000,- 2: Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,- 3: >Rp.1.000.000,-

C2 Biaya tanggungan keluarga 1: > orang 2: 5 orang 3: < 5 orang

Page 87: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

72

Lampiran 3 Hasil Analisa Regresi Logit (1)

REGRESI LOGISTIK

Hasil Analisis Regresi Logit (1) Tabel 1.

Variabel Β (Koefisien) Exp (Β) Signifikansi A2

A2 (1) (2) (3) (4)

A3 A3 (1) (2) (3) C1 (1)

C2 C2 (1) (2)

Konstanta

-6.146 -7.652 -10.402 -11.467

12.754 10.398 8.949 -4.571

11.868 1.761 2.020

0.002 0.000 0.000 0.000

345947.9 32789.039 7703.575

0.010

142669.9 5.821 7.538

0.462 0.970 0.963 0.950 0.944 0.447 0.938 0.950 0.957 0.092 0.318 0.797 0.134 0.993

-2 Loglikelihood untuk Block Number = 0 49.961 -2 Loglikelihood untuk Block Number = 1 26.088 R2(Nagelkerke) 0.642 Keterangan : A2 : Tingkat Umur A2 (1) : 21 – 30 tahun

(2) : 31 – 40 tahun (3) : 41 – 50 tahun (4) : > 50 tahun

A3 : Tingkat Pendidikan A3 (1) : SLTP sederajat

(2) : SLTA sederajat (3) : Akademi / Perguruan Tinggi

C1 : Pendapatan C1(1) : Rp. 750.000; s/d Rp. 1.000.000; C2 : Jumlah Tanggungan Keluarga C2(1) : 5 orang (2) : < 5 0rang

Page 88: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

73

Lanjutan Lampiran 3

Variabel Β (Koefisien) Exp (Β) Signifikansi

A2

A2 (1)

(2)

(3)

(4)

A3

A3 (1)

(2)

(3)

C1 (1)

C2

C2 (1)

(2)

Konstanta

-6.146

-7.652

-10.402

-11.467

12.754

10.398

8.949

-4.571

11.868

1.761

2.020

0.002

0.000

0.000

0.000

345947.9

32789.039

7703.575

0.010

142669.9

5.821

7.538

0.462

0.970

0.963

0.950

0.944

0.447

0.938

0.950

0.957

0.092

0.318

0.797

0.134

0.993

-2 Loglikelihood untuk Block Number = 0 49.961

-2 Loglikelihood untuk Block Number = 1 26.088

R2(Nagelkerke) 0.642

Keterangan :

A2 : Tingkat Umur

A2 (1) : 21 – 30 tahun

(5) : 31 – 40 tahun

(6) : 41 – 50 tahun

(7) : > 50 tahun

A3 : Tingkat Pendidikan

A3 (1) : SLTP sederajat

(4) : SLTA sederajat

(5) : Akademi / Perguruan Tinggi

C1 : Pendapatan

C1(1) : Rp. 750.000; s/d Rp.

1.000.000;

C2 : Jumlah Tanggungan Keluarga

C2(1) : 5 orang

(2) : < 5 0rang

Page 89: VALUASI EKONOMI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN … · menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, maupun tingkat kenyamanan masyarakat menjadi

75