Veda Hindu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kuawfa

Citation preview

  • BAB III

    VEDA SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN

    A. Pengertian Veda

    Kata Veda dapat dikaji dari dua pendekatan, yaitu etimologi dan

    semantik. kata Veda berasal dari urat kata kerja Vid yang artinya mengetahui

    dan Veda berarti pengetahuan. Dalam pengertian semantik Veda berarti

    pengetahuan suci, kebenaran sejati, pengetahuan tentang ritual, kebijaksanaan

    yang tertinggi, pengetahuan spiritual sejati tentang kebenaran abadi, ajaran

    suci atau kitab suci sumber ajaran agama Hindu. Menurut maharsi Sayana,

    kata Veda yang berasal dari urat kata Vid yang berarti untuk mengetahui

    dan Veda berarti kitab suci yang mengandung ajaran yang luhur untuk

    menuntun menuju kehidupan yang baik dan menghindarkannya dari berbagai

    bentuk kejahatan (Ista prapy anista parihara yoralaukikam upayam yogranto

    Vedayati sa Vedah). 1

    Namun demikian, Zainal Arifin Abbas berpandangan lain,

    menurutnya:

    Kitab suci Veda bukanlah kitab suci orang India dan Aria. Tetapi adalah kitab suci yang anasirnya dibawa oleh orang-orang yang datang kemudian ke Lembah Punjab. Orang-orang yang baru datang itu, yang berdarah aria juga sebagai kebiasaan tentu mencari usaha supaya penduduk yang asli menjadi terikat kepada mereka dengam akrab sekali. Anasir-anasir kitab suci Veda yang dibawa mereka diperintahkan supaya menjadi pelajaran tetap. Itulah yang terjadi pada 15 abad sebelum Masehi.2

    Adapun alasan kitab suci Veda itu bukan kitab orang India yang asli,

    karena isi kitab Veda itu banyak mengandung gambaran pikiran dan

    masyarakat yang bertentangan dengan bukti-bukti gambaran pikiran

    masyarakat orang India pada masa 15 abad sebelum Masehi menurut yang

    1 I.Made Titib, Pengantar Veda, Hanuman Sakti, Jakarta, 2001, hlm. 13. 2Zaenal Ariffin Abbas, Perkembangan Pikiran Terhadap Agama, jilid 2, Pustaka al-

    Husna, Jakarta, 1984, hlm. 168.

    19

  • 20

    baru saja didapati oleh ahli-ahli pemeriksa. Tambahan lagi, kitab Veda itu

    tertulis dalam bahasa sansekerta, yaitu bahasa orang Aria sendiri, yang tidak

    dikenal oleh orang India pada zaman pertamanya. Walaupun demikian kitab

    suci BVeda dihitung menjadi dokumentasi agama yang tertua di India.

    Tanggal dibukukan juga tidak terang. Hanya sebagian daripada nyanyian-

    nyanyian yang terdapat dalam Veda bertanggal sampai kepada abad yang

    kelimabelas sebelum Masehi, dan sebagian ahli mengatakan hanya sampai

    kepada abad yang keduabelas sebelum Masehi.3

    Isi Veda itu sendiri agak beragam. Di antaranya menceritakan asal

    muasal kejadian alam. Katanya, alam berasal dari PARJABAT yang

    berkepala 1000, bermata 1000, dan berkaki 1000, lalu mengembangkan

    dirinya memenuhi segala yang ada. Untuk itu para Dewa memotong-

    motong dirinya, lalu menaburkannya ke segenap penjuru; maka terjadilah

    alam ini. artinya, alam dan parjabat adalah satu (dan dari sini lahirlah filsafat

    serba atau alias pantheisme).4

    Terlepas dari keterangan di atas, Sami Dayananda Sarasvati dalam

    bukunya RgVedadi Bhasya Bhumika (Penjelasan dan komentar terhadap

    RgVeda) yang ditulisnya dalam bahasa Hindi menyatakan kata Veda berasal

    dari 4 urat kata Veda berikut:

    a. Vid : mengetahui (Anadi, Set, Parasmaipada) -Vetti.

    b. Vid : menjadi ada (Divadi, Anit) - Vidyate.

    c. Vid : membedakan (Rudhadi, Anit) -Vinte.

    d. Vidi : mencapai (Tudadi, Set) Vindati atau Vindate.

    Lebih jauh Parmand menambahkan akar kata yang lain (ke-5) di

    dalam Dhatupatha yang dari padanya ia mendapatkan arti Veda. Urat kata

    Vid: cetanak ftyanavisesu disebutkan sebagai konyugasi di dalam bentuk

    3Ibid, hlm. 168-169. 4 Abujamin Roham, Agama wahyu dan Kepercayaan, Media Dawah, Jakarta, 1992,

    hlm. 83

  • 21

    Atmanepadam. Akar kata ini berarti menjadi tahu, mengajar,

    menghubungkan, memberitahukan atau menceritakan.5

    Agama Hindu Veda termasuk agama tertua usianya sejajar dengan

    agama-agama kuna lainnya seperti agama Babilonia, agama Mesir Kuna,

    agama Yunani kuna. Kelahiran agama Hindu hampir bersamaan waktu

    dengan agama Persia Kuna. Meskipun termasuk agama kuna, hinduisme

    mempunyai ajaran keagamaan yang tertulis dalam kitab-kitab sucinya yang

    disebut Veda. Kitab suci tersebut ditulis sejak masa-masa permulaan secara

    bertahap.6 Veda itu bermakna: pengetahuan (knowledge). Dari rumpun akar

    kata yang sama, maka dapat disaksikan perkembangan kata tersebut sebagai

    berikut: vedo (old Norse), videre (Latin), oida (Grik), Woit (Gothic), Weiss

    (Jerman), dan Wot (Inggris).7 Kitab Veda tertulis dalam bahasa Sansekerta

    yang tinggi, karena bahasa itu sekarang telah menjadi bahasa yang mati, maka

    tidak semua orang yang beragama Hindu dapat memahami kitab suci tersebut.

    Oleh sebab itu pendeta-pendeta Hindu berusaha menyalinkan sebahagian isi

    kitab suci itu agar dapat dibaca oleh umum.8

    Semua agama di dunia ini dikenal melalui kitab sucinya. Semua agama

    mempunyai kitab sucinya masing-masing. Tidak ada agama yang tidak punya

    kitab suci dan karena itu kitab suci itu adalah pegangan dan pedoman dasar

    bagi suatu agama.9 Itulah sebabnya Maurice Winternitz di dalam bukunya A

    History of Indian Literature, Volume I menyatakan bahwa Veda (RgVeda)

    adalah pustaka monumental tertua Indo-Eropa. Selanjutnya ia menyatakan:

    Bilamana ingin mengerti tentang kebudayaan Indo-Eropa tertua, kita mesti

    pergi ke India yakni tempat susastra tertua orang-orang Indo-Eropa disimpan.

    5I.Made Titib, op. cit, hlm. 14. 6 Arifin, Belajar Memahami Ajaran Agama-Agama Besar, CV. Sera Jaya, Jakarta, 1981,

    hlm. 47 7 Joesoef Souyb, Agama-Agama Besar di Dunia, PT.Al-Husna Zikra, Jakarta, 1996,

    hlm. 28 8Agus Hakim, Perbandingan Agama, CV. Diponegoro, Bandung, 1993, hlm. 129. 9G. Pudja, Pengantar Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi, Mayasari, Jakarta, 1985,

    hlm. 109.

  • 22

    Apapun pandangan kita, kita boleh menerima berbagai persoalan, tetapi

    sesungguhnya secara ringkas dapat nyatakan bahwa RgVeda adalah susastra

    monumental Indo-Eropa yang tertua yang kita miliki (1927). Demikian pula

    Bloomfield dalam bukunya The Religion of Veda menyatakan bahwa RgVeda

    bukan saja monument tertua umat manusia, tetapi juga dokumentasi di Timur

    yang paling tua. Susastra ini lebih tua dari Yunani maupun Israel dan

    memperlihatkan peradaban yang tinggi di antara mereka yang dapat dijumpai

    dalam mantra-mantra Veda (1908). Sarvepali Radhakrishnan mengatakan

    bahwa Veda mengandung makna kebijaksanaan menunjukkan spiritual yang

    sejati dari yang dituju umat manusia. Jalan yang dilalui oleh para maharsi

    Veda adalah jalan yang mesti dilalui oleh pencari kebenaran. Pertanyaan yang

    mereka gali bersifat filosofis sebagai dijelaskan di dalam mantra RegVeda

    berikut:10

    Ko addha Veda ka iha pra vocat,

    kuta ajata kuta iyam visrstih,

    arvag deva asyavisarjanenatha

    ko Veda yatha abhuva.

    RgVeda X. 129.6.

    Artinya: Siapakah yang sesungguhnya mengetahui siapakah yang mampu menjelaskannya, dimanakah ia lahir dan dari manakah ciptaan ini berasal ? Sesungguhnya para Deva belakangan dari terciptanya alam semesta ini. Siapakah yang mengetahui asal dari ciptaan ini.

    Veda bersifat abadi, yang tanpa awal dan akhir. Orang-orang yang

    bodoh mungkin mengatakan bagaimana mungkin sebuah buku ada tanpa awal

    dan akhir. Veda di sini bukanlah yang dimaksud dengan sebuah buku. Veda

    berasal dari nafas-Nya Tuhan dan merupakan kata-kata Tuhan. Veda tidak

    diucapkan oleh seseorang dan bukan merupakan kumpulan buah pikiran siapa

    pun juga yang tak pernah dituliskan dan diciptakan. Veda bersifat abadi tanpa

    pribadi. Tanggal atau turunnya Veda tak akan pernah dapat ditetapkan maupun

    10 I.Made Titib, op. cit, hlm. 14-15

  • 23

    ditentukan. Veda merupakan kebenaran spiritual abadi. Veda merupakan

    perwujudan dari pengetahuan ke-Tuhanan tak dapat dimusnahkan.

    Pengetahuan adalah abadi, sehingga dalam pengertian ini Veda juga abadi.11

    Veda dalam bentuk tunggal (dalam bahasa Inggris biasanya ditulis

    Veda) berarti pengetahuan suci sedang dalam bentuk jamaknya (dalam bahasa

    Inggris biasanya ditulis Vedas) berarti dalam pengertian yang luas yakni

    seluruh kitab Sruti yang terdiri dari 4 Veda (Mantra Samhita), kitab-kitab

    Brahmana, Aranyaka dan kitab-kitab Upanisad. Tentang arti Veda, S.

    Radhakrishnan lebih jauh menyatakan: Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan

    dalam tahap kedua disebabkan oleh pengkajian yang lebih mendetail, sedang

    kebijaksanaan (Veda) adalah pengetahuan tahap awal (tingkatan yang

    pertama) yang diturunkan dari Prinsip tak terciptakan. Veda tidaklah susastra

    tunggal seperti Bhagavadgita atau sebuah himpunan sejumlah buku disusun

    dalam waktu tertentu seperti Tripitaka, kitab suci agama Buddha atau

    Biblenya penganut Kristen, tetapi adalah keseluruhan susastra yang muncul

    berabad-abad yang silam dan diturunkan serta diteruskan dari generasi ke

    generasi; melalui tradisi lisan. Pada saat tulisan belum ditemukan dan buku-

    buku belum tersedia ingatan umat manusia sangat kuat dan muncul tradisi

    untuk mengingat ini.. Untuk dijadikan pegangan umat manusia memerlukan

    waktu untuk memelihara susastra ini dan Veda sebagai dinyatakan adalah

    pengetahuan suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa, Wahyu ini dikuduskan

    sedemikian rupa dan menjadi standar pemikiran serta perasaan umat Hindu.

    Jadi Veda adalah pengetahuan dan kebijaksanaan suci dokumen pertama dan

    tertua yang dimiliki oleh umat manusia.12

    Veda yang berarti pengetahuan adalah nama bagi sumber

    pengetahuan suci India. Kitab suci adalah sumber pengetahuan yang

    dipandang otoritatif secara ketuhanan mengenai masalah-masalah yang tidak

    11Sri Swami Sivananda, Inti Sari Ajaran Hindu, Paramita, Surabaya, 1983, hlm. 14. 12 I.Made Titib, op. cit, hlm. 15.

  • 24

    dapat diketahui oleh sarana-sarana pengetahuan biasa.13 Veda sebagai wahyu

    Tuhan Yang Maha Esa diyakini kebenarannya oleh seluruh umat Hindu.

    Kebenaran Veda tidak diragukan lagi. Selanjutnya timbul pertanyaan, bahasa

    apakah yang digunakan dalam Veda demikian pula huruf yang digunakan

    ketika wahyu itu ditulis kembali. Logika kita, tradisi bahasa lisan jauh lebih

    tua dibandingkan dengan bahasa tulisan, karena bahasa lisan dimulai ketika

    terjadi kontak antar sesama manusia, dalam hal ini termasuk pula bahasa

    isyarat. Bila kita merenungkan kembali dan mengamati dengan seksama,

    maka bahasa yang digunakan dalam Veda adalah bahasa yang digunakan oleh

    masyarakat di tempat wahyu itu diturunkan. Demikianlah maka dapat kita

    katakan bahwa bahasa yang digunakan dalam Veda adalah bahasa Sanskerta

    dan bahasa tetap juga digunakan sampai berkembangnya susastra Veda pada

    jaman sesudah Veda itu dihimpun dalam 4 himpunan yang disebut Samhita

    dan keempat Samhita itu dikenal dengan nama Catur Veda, yang terdiri:

    RgVeda, YajurVeda, SamaVeda dan AtharvaVeda. Istilah atau nama

    Sansekerta sebagai nama bahasa ini dipopulerkan oleh seorang maharsi

    bernama Panini. Maharsi Panini pada waktu itu mencoba menulis sebuah kitab

    Vyakarana, yaitu kitab tata bahasa Sanskerta yang terdiri dan' 8 Adhyaya atau

    bab yang terkenal dengan nama Astadhyayi, yang mencoba mengemukakan

    bahwa bahasa yang digunakan dalam Veda adalah bahasa deva-deva yang

    dikenal pula dengan nama Daivivak yang artinya bahasa atau sabda Devata.

    Beberapa tahun kemudian atas jasa maharsi Patanjali yang menulis kitab

    Bhasa dan merupakan buku kritik terhadap karya Panini yang ditulis pada

    abad ke II Sebelum Masehi makin terungkaplah nama Daivivak untuk

    menamai bahasa yang digunakan dalam Veda termasuk pula digunakan dalam

    kitab-kitab Itihasa (Sejarah), Purana (sejarah kuna).14

    Smrti/Dharmasastra (kitab-kitab hukum), kitab-kitab Agama

    (pegangan bagi Sampradaya atau Paksa seperti Saivagama, Tantrayana dan

    13Swami Dayananda Saraswati, Vedanta Sebuah Pengantar Memahami Masalah,

    Fundamental, terj. Ida Bagus Putu Suamba, PT.UPADA Sastra, Denpasar, 1994, hlm. 99 14 I.Made Titib, op. cit, hlm. 15-16.

  • 25

    lain-lain, juga bahasa yang digunakan dalam kitab-kitab Darsana (filsafat

    Hindu) dan susastra Hindu lainnya atau yang berkembang pada jaman

    sesudahnya. Penulis yang tampil sesudah maharsi Panini adalah maharsi yang

    terkenal dengan nama Katyayana yang hidup pada abad ke V Sebelum

    Masehi. Maharsi Katyayana dikenal pula dengan nama Vararuci dan di

    Indonesia salah satu karyanya diterjemahkan dalam bahasa Jawa Kuno pada

    jaman Majapahit, yaitu kitab Sarasamuccaya, sedang Maharsi Panini hidup

    pada abad ke VI Sebelum Masehi. Melalui maharsi Katyayana inilah, maka

    orang lebih banyak mengenal tentang maharsi Panini dengan karyanya.15

    Sampai kini umat Hindu menyebut ajaran Veda terbagi menjadi empat

    bagian yang disebut Catur Veda atau empat samhita, yaitu RigVeda,

    YajurVeda, samaVeda dan AtharwaVeda, yang tiap-tiap bagiannya terbagi

    kepada Samhita (syair-syair pujaan), Brahmana (aturan kehidupan beragama

    dan melakukan upacara-apacara), arnyaka dan Upanishad.16

    Dengan demikian selain empat macam Veda tersebut di atas, juga

    terdapat kitab-kitab lainnya sebagai penuntun dan undang-undang berdasarkan

    isi Veda. Kitab-kitab penuntun (semacam kitab perukunan dalam agama

    Islam) disebut kitab Sutra, sedangkan kitab tentang undang-undang disebut

    kitab Darma Sastra (semacam kitab fikih dalam Islam). Di dalam Darma sastra

    terdapat berbagai macam peraturan untuk kehidupan manusia. Di antara kitab

    perundang-undangan (hukum) itu, yang terkenal adalah kitab hukum karangan

    Manu (semacam Imam mazhab dalam Islam) yang bukunya dianggap sebagai

    salah satu sumber peraturan hukum Hindu yang sekarang dipatuhi di Bali.

    Sedang dahulu, di masa Hindu Jawa, sangat dipatuhi di Nusantara.17

    Sebagai wahyu dewa yang tertinggi, maka Veda-Veda itu disebut

    Sruti, yang secara harfiah berarti apa yang didengar, yaitu didengar dari dewa

    yang tertinggi. Orang Hindu yakin, bahwa kitab Veda bukan hasil karya

    15 Ibid, hlm. 16-17. 16 Romdhon et. al, Agama-agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta,

    1988, hlm. 59. 17 Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama, Wijaya, Jakarta, 1990, hlm. 44.

  • 26

    manusia. Veda-Veda adalah kekal, yang dinyatakan atau diwahyukan oleh

    Tuhan kepada para resi. Para resi tadi melihat atau mendengar kebenaran itu.

    Bentuk yang diwahyukan tadi adalah mantra-mantra.18 Pada zaman Veda

    purba, manusia percaya akan adanya alam lain di samping dunia ini. di mana

    para dewa (yang baik) berada di samping para roh jahat. Kitab Rig Veda

    (Veda puji-pujian) menyebutkan adanya tiga dewa, dewa langit, dewa bumi,

    dan dewa angkasa. Di antara dewa langit di dapatkan Waruna, Surya, Wisnu,

    dan di antara dewa angkasa didapatkan Indra atau dewa perang, Maruta (Dewa

    Taufan) dan Wahyu (Dewa Angin).19

    Oleh karena agama Hindu merupakan agama yang campuran, maka

    kitabnya bermacam-macam. dari bermacam-macam kitab maka yang

    dijadikan pedoman pokok bagi umat Hindu ialah kitab Veda yang dapat

    dibedakan dalam dua kelompok, yaitu yang disebut Sruti (kelompok wahyu)

    dan Smriti (kelompok tafsir). Veda sruti yang merupakan kelompok wahyu

    dibagi menjadi empat buku atau kitab menurut umur dan isinya, dan setiap

    jenis bagian merupakan satu samhita (kelompok) yang terdiri dari tiga bagian

    lagi. Tiga bagian dari setiap bagian itu disebut menurut jenisnya, yaitu Mantra,

    Brahmana dan Aranyaka. Kemudian Mantra itu terdapat dalam beberapa kitab

    Brahmana dan setiap kitab Brahmana memiliki beberapa kitab Aranyaka.20

    Veda merupakan sumber agama Hindu (M.Dhs.II,6). Di dalam Veda

    itu Tuhan menentukan nama/macam perbuatan dan keadaan dari semua

    ciptaannya (M.Dhs.I,21). Barang siapa selalu tekun akan mendalami,

    menghayati dan mengamalkan Veda dalam kehidupan sehari-hari akan

    mendapat anugerah Tuhan yang tertinggi (M.Dhs.XII,83). Orang akan

    menjadi bijaksana dalam berbicara dan dalam berlaksana apabila rajin

    membaca dan menghayati Veda (M.Dhs.XII,86-87). Oleh karena kembali

    18 Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha, PT. BBK, Gunung Mulia, Jakarta, 2001,

    hlm. 17. 19H.M. Rasyidi, Empat Kuliah Agama Islam Pada Perguruan Tinggi, PT. Bulan Bintang,

    Jakarta, 1990, hlm. 55. 20Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama, Bagian I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

    1993, hlm. 154.

  • 27

    kepada Veda adalah yang terbaik untuk memecahkan dan mengatasi berbagai

    masalah hidup dan kehidupan.21

    Dalam hubungannya dengan kitab suci Hindu, bahwa pengaruh kitab

    Astadhyayi sangat besar dalam perkembangan bahasa Sanskerta. Dengan

    perkembangannya yang pesat sesudah diturunkannya Veda kemudiaan para

    ahli membedakan bahasa Sanskerta ke dalam 3 kelompok:

    a. Bahasa Sanskerta Veda (Vedic Sanskrit) yakni bahasa Sanskerta yang

    digunakan dalam Veda yang umumnya jauh lebih tua dibandingkan

    dengan bahasa Sanskerta yang kemudian digunakan dalam berbagai

    susastra Hindu seperti dalam Itihasa, Purana, Dharmasastra dan lain-lain.

    b. Bahasa Sanskerta Klasik (Classical Sanskrit), yakni bahasa Sanskerta

    yang digunakan dalam susastra Hindu seperti Itihasa (Ramayana dan

    Mahabharata), Purana (Mahapurana dan Upapurana, Smrti (kitab-kitab

    hukum/Dharmasastra).

    c. Bahasa Sanskerta Campuran (Hybrida Sanskrit), dan Sanskerta di

    Indonesia oleh para akhli menyebutnya sebagai Archipelago Sanskrit atau

    bahasa Sanskerta Kepulauan, yakni bahasa Sanskerta yang digunakan di

    tanah air. Baik Hybrida Sanskrit maupun Archipelago Sanskrit keduanya

    tidak murni lagi seperti bahasa 2 jenis Sanskerta sebelumnya

    (SanskertaVeda dan Klasik), tetapi sudah mendapat pengaruh dari bahasa

    yang berkembang pada saat itu, misalnya di India, bahasa Sanskerta

    mendapat pengaruh bahasa Bengali di bagian Timur dan bahasa Tamil di

    bagian Selatan, sedang di masa lampau di Indonesia, bahasa Sanskerta

    sudah bercampur dengan unsur-unsur bahasa Nusantara, baik tata

    bahasanya atau kosakatanya hal ini dapat dilihat pada Stuti atau Stava dan

    Puja para pandita di Bali.22

    Barangkali kitab-kitab Veda itu sudah ada sejak kira-kira 1200 tahun

    sebelum Masehi. Ketika kitab-kitab Veda itu sudah tidak dapat dimengerti

    21 Adia Wiratmadja, Bunga Rampai Kumpulan Tulisan, Parisada Hindu Dharma

    Indonesia Pusat, Denpasar, 1987, hlm. 59. 22 I.Made Titib, op. cit, hlm. hlm. 17.

  • 28

    lagi, maka para pandita (Brahmana) membuat tafsiran-tafsiran untuk itu, yakni

    kitab-kitab Sutra, artinya kitab penuntun, dan kitab-kitab dharmasastra, yakni

    kitab-kitab hukum. Barangkali kitab-kitab tersebut ditulis antara tahun 800

    dan 500 sebelum Masehi.23

    Untuk menghindari kesulitan dalam membuat tafsiran terhadap Veda,

    maka dalam mempelajari Veda dan susastra Hindu lainnya, pengenalan

    terhadap bahasa Sanskerta sangat diperlukan dan bagi bangsa Indonesia

    disamping mengenal bahasa Sanskerta juga baik untuk mengenal bahasa Jawa

    Kuno dan Bali sebab tanpa mengenal ketiga bahasa ini kurang lengkaplah

    pemahaman terhadap ajaran Hindu. Timbul pertanyaan apakah dalam

    pengucapan doa mutlak menggunakan bahasa Sanskerta? Tentunya hal ini

    tidak mutlak, sebab doa adalah cetusan hati atau bahasa hati, yakni bahasa ibu

    yang mudah kita pahami, tetapi bila kita berdoa dengan pengucapan mantra

    seperti mantra Gayatri, Mahamrtyunjayamantra dan lain-lain yang merupakan

    sabda Tuhan Yang Maha Esa maka pemahaman kita terhadap bahasa

    Sanskerta sangat diperlukan. Mantra-mantra Veda berfungsi sebagai Kavaca

    dan Panjara. Kavaca artinya baju atau pakaian dan Panjara artinya benteng,

    keduanya berfungsi sebagai pelindung bagi mereka yang tekun mengucapkan

    mantra-mantra Veda. Tentang pengucapan mantram, kitab Nirukta

    menyatakan: Seseorang yang mengucapkan man tram (Veda) dan tidak

    memahami makna yang terkandung dalam mantram (Veda) itu, tidak pernah

    memperoleh penerangan, Seperti halnya sebatang kayu bakar, walaupun

    disiram dengan minyak tanah, tidak akan terbakar bila tidak disulut dengan

    api. Demikian orang yang hanya mengucapkan (membaca) mantram (Veda)

    tidak mendapatkan cahaya pengetahuan yang sejati. Nirukta 1.18.24

    Penyelidikan terhadap bahasa Sanskerta di Eropa telah mulai sejak

    lama, yakni permulaan abad ke XVII dan motifnya tidaklah murni, tetapi

    didorong oleh keinginan untuk menyebarkan agama Kristen atau Katolik. Hal

    ini dapat dibuktikan melalui tulisan-tulisan Max Muller pada tahun 1886.

    23Honig, Ilmu Agama, Gunung Mulia, Jakarta, 1992, hlm. 95. 24 I.Made Titib, op. cit, hlm. 17-18

  • 29

    Ahli-ahli Eropa yang banyak berkecimpung di dalam mempelajari bahasa

    Sanskerta, antara lain: Max Muller, Weber, Sir Willian Jones,

    H.T.Colebrooke, Keilham, Grimm, Grassmann, Jesperson. C.Wilkin, A.

    Roger, Roth, Griffith, A. A. Macdonell, M. M. William Monier, Hillebrant,

    Winternitz dan lain-lain. Di Indonesia usaha menerjemahkan karya Sanskerta

    ke dalam bahasa Jawa Kuno telah lama dirintis di Jawa Tengah dan Jawa

    Timur pada masa kejayaan kerajaan Hindu Nusantara termasuk Bali.25

    B. Kedudukan Veda Sebagai Kitab Suci

    Hindu adalah agama yang berkitab suci Veda, demikian dalam Kamus

    Besar Bahasa Indonesia.26 Menurut Syamsuddin Abdullah,dkk, sebagaimana

    mengutip Harun Hadiwijono mengatakan: kata Veda berarti pengetahuan

    (wid=tahu). Karena Veda merupakan pernyataan dewa tertinggi, maka Veda-

    Veda itu juga disebut Sruti artinya apa yang didengar yaitu didengar dari

    dewa tertinggi. Menurut keyakinan orang Hindu, kitab Veda bukan hasil

    karya manusia, maka ia kekal selamanya.27

    Sebagai kitab suci agama Hindu maka ajaran Veda diyakini dan

    dipedomani oleh umat Hindu sebagai satu-satunya sumber bimbingan dan

    informasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari ataupun untuk waktu-

    waktu tertentu. Diyakini sebagai kitab suci karena sifat isinya dan yang

    menurunkan (mewahyukan) adalah Tuhan Yang Maha Esa yang disebut

    Apauruseya. Apapun yang diturunkan sebagai ajarannya kepada umat manusia

    adalah ajaran suci terlebih lagi bahwa isinya itu memberikan petunjuk-

    petunjuk atau ajaran untuk hidup suci. Sebagai kitab suci, Veda adalah sumber

    ajaran agama Hindu sebab dari Vedalah mengalir ajaran yang merupakan

    kebenaran agama Hindu. Ajaran Veda dikutip kembali dan memberikan

    vitalitas terhadap kitab-kitab susastra Hindu pada masa berikutnya. Dari kitab

    25 Ibid, hlm. 18 26 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III, Cet 2,

    DEPDIKBUD, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hlm. 402. 27Syamsuddin Abdullah, dkk, Fenomenologi Agama, Departemen Agama, 1984, hlm. 92.

  • 30

    Veda (Sruti) mengalirlah ajarannya dan dikembangkan dalam kitab-kitab

    Smriti, Itihasa, Purana, Tantra, Darsana dan Tatwa-Tatwa yang kita warisi di

    Indonesia. Svami Sivananda, seorang yogi besar di abad modern ini

    menyatakan: "Veda adalah kitab tertua dari perpustakaan umat manusia.

    Kebenaran yang terkandung dalam semua agama berasal dari Veda dan

    akhirnya kembali kepada Veda. Veda adalah sumber ajaran agama, sumber

    tertinggi dari semua sastra agama, berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, Veda

    diwahyukan pada permulaan adanya pengertian waktu".28 Kitab suci agama

    Hindu yang mula-mula adalah Regveda, yang timbul kira-kira tahun 1500

    SM.29

    Veda mengandung ajaran yang memberikan keselamatan di dunia ini

    dan di akhirat nanti. Veda menuntun tindakan umat manusia sejak lahir

    sampai pada nafasnya yang terakhir. Ajaran Veda tidak terbatas hanya

    sebagai tuntunan hidup individual, tetapi juga dalam hidup bermasyarakat,

    berbangsa dan bernegara. Bagaimana hendaknya seseorang atau masyarakat

    bersikap dan bertindak, tugas-tugas individu dan tugas-tugas umum sebagai

    anggota masyarakat, demikian pula bagaimana seorang rohaniwan bertingkah

    laku, tugas dan kewajiban kepada negara atau pemerintah dalam mengemban

    tugasnya. Segala tuntunan hidup ditunjukkan kepada kita oleh ajaran Veda

    yang terhimpun dalam kitab-kitab Samhita, Brahmana, Aranyaka dan

    Upanisad, maupun yang dijelaskan kembali dalam kitab-kitab susastra Veda

    atau susastra Hindu lainnya.30

    Sebagai ktab suci, Veda adalah sumber ajaran agama Hindu, sebab dari

    Vedalah mengalir ajaran yang merupakan kebenaran agama Hindu. Ajaran

    Veda dikutip kembali dan memberikan vitalitas terhadap kitab-kitab susastra

    Hindu pada masa-masa berikutnya. Dari kitab veda (Sruti) mengalir ajaran-

    28 I.Made Titib, Pengantar Veda, Hanuman Sakti, Jakarta, 2001, hlm. 19. 29Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, PT. Rineka Cipta, jakarta, 1991, 102. 30 I.Made Titib, op. cit, hlm. 19-20.

  • 31

    ajarannya yang dikembangkan dalam kitab-kitab Smriti, Ittihasa, Purana,

    Tantra, Darsana dan Tatwa-Tatwa yang diwarisi di Indonesia.31

    Seperti halnya setiap ajaran agama memberikan tuntunan untuk

    kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia lahir dan bathin dan diyakini

    pula bahwa ajaran agama itu bersumber pada kitab suci, demikian pula umat

    Hindu yakin bahwa kitab sucinya itu merupakan wahyu atau sabda Tuhan

    Yang Maha Esa yang disebut Sruti yang artinya yang didengar (revealed

    teachings). Veda sebagai himpunan sabda atau wahyu berasal dari:

    Apauruseya (yang artinya bukan dari Purusa atau manusia), sebab para Rsi

    penerima wahyu berfungsi hanya sebagai instrument (sarana) dari Tuhan

    Yang Maha Esa untuk menyampaikan ajaran suci-Nya. Terhadap pernyataan

    ini Svami Dayanada Sarasvati menyatakan: "Veda adalah sabda-Nya dan

    segala kuasa-Nya bersifat abadi", Svami Dayanandapun menambahkan:

    "RgVeda, YajurVeda, SamaVeda dan AtharvaVeda berasal dan merupakan

    sabda-Nya, Tuhan Yang Maha Agung dan Sempurna, Para Brahman yang

    memiliki kekuasaan yang menjadikan diri-Nya sendiri, penuh kesadaran,

    supra empiris dan sumber kebahagiaan dan Veda merupakan sabda-Nya yang

    bersifat abadi". Svami Dayananda mengacu kepada Yajur Veda berikut:

    Tasmad' yajnat sarvahuta

    rcah samanijajnire,

    chandarhsijajnire tasmad

    yajus tasmad aj ay ata

    YajurVeda XXX. 7

    (Dari Tuhan Yang Maha Agung dan kepada-Nya umat manusia mempersembahkan berbagai Yajna dan dari pada-Nya muncul RgVeda dan SamaVeda. Dari pada YajurVeda dan SamaVeda).32

    Tentang para Resi yang menerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa dan

    menyampaikan secara lisan melalui tradisi kuno yakni sistem perguruan yang

    31Djamannuri (editor), Agama Kita Perspektif Sejarah Agama-Agama (Sebuah

    Pengantar), Kurnia Kalam Semesta, Yogyakarta, 2000, hlm. 42. 32 I.Made Titib, op. cit, hlm. 20-21.

  • 32

    disebut "Parampara", seorang filologist Veda dan penyusun kitab Nirukta

    bernama Yaskacarya menyatakan:

    Saksat krta dharmana rsayo

    bubhuvuste 'saksat krta dharmabbya

    upadesena mantran sampraduh.33

    Nirukta I. 19.

    (Para resi adalah mereka yang memahami dan mampu merealisasikan Dharma dengan sempurna. Beliau mengajarkan hal tersebut kepada mereka yang mencari kesempurnaan, yang belum merealisasikan hal itu).

    Rsayo mantradrastarah rsirdadarsanat

    stoman dadarsety aupamany avail,

    yadenan tapasyamanan brahmasvayambhu

    abhyanarsat tad rsinam rstvam iti vijnayate.

    Nirukta II. 11.

    (Para resi adalah mereka yang menerima wahyu. Kata rsi berarti drasta. Acarya Upamanyu menyatakan: Mereka yang karena ketekunannya melakukan Tapa, menerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa disebut Rsi)

    Demikian pula di dalam Taittiriya Aranyaka kitajumpai penjelasan

    yang sama :

    Yatenan tapasyamanah

    brahma svayabhu abhyanarsat

    te rsayo 'bhavan tadrsinam tvam iti.

    Taittiriya Aranyaka 11.1

    (Mereka yang dengan tekun melakukan Tapa, meditasi yang mendalam, memperoleh/menerima mantra Veda atas karunia Yang Maha Agung)34

    Jadi, berdasarkan kutipan tersebut di atas, para rsi adalah mereka yang

    menerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa, karena kesucian pribadinya, mereka

    menerima sabda suci-Nya. Kata Rsi berasal dari urat kata drs yang artinya :

    melihat atau memandang, dalam pengertian yang lebih luas berarti

    33 Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama, Wijaya, Jakarta, 1990, hlm 43. 34 Ibid, hlm. 21-22.

  • 33

    memperoleh atau menerima, oleh karena itu seorang Rsi disebut Mantradrasta

    (mantradrastarah itirsih). Ada beberapa cara seorang rsi menerima wahyu

    Tuhan Yang Maha Esa, yaitu melalui:

    a. Svaranada, yakni gema yang diterima para resi dan gema tersebut berubah

    menjadi sabda atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa, kemudian wahyu itu

    disampaikan kepada para siswanya di dalam asrama (pasraman).

    b. Upanisad, pikiran para rsi dimasuki oleh sabda Brahman sehingga pikiran

    para resi itu berfungsi sebagai sarana yang menghubungkan Tuhan Yang

    Maha Esa dengan para siswa rsi tersebut. Sabda resi (guru) adalah sabda

    Brahman yang disampaikan dalam suasana pendidikan dalam garis

    perguruan yang disebut"' param-para"'. Para siswa duduk dekat di bawah

    guru untuk menerima ajaran-Nya.

    c. Darsana atau Darsanam, yakni rsi atau orang suci berhadapan dengan

    Deva-deva seperti halnya Arjuna berhadapan dengan Deva Indra atau Siva

    dalam suatu pandangan gaib dengan mata rohani.

    d. Avatara, yakni manusia berhadapan dengan Avatara-Nya, seperti halnya

    Arjuna menerima wejangan suci Bhagavadgita dari Sri Krsna, sang Puma

    Avatara. Demikianlah Veda adalah wahyu Tuhan Yang Maha Esa, yang

    diterima oleh para rsi dan merupakan sumber ajaran agama Hindu yang

    bersifat kekal abadi {Anadi-Ananta).

    Maharsi Manu, peletak dasar hukum Hindu menjelaskan bahwa Veda

    adalah sumber dari segala Dharma atau hukum Hindu:

    Vedo 'khilo dharma mulam

    smrti sile ca tad vidam,

    acarasca iva sadhunam

    atmanas tustir eva ca.

    Manavadharmasastra II. 6.

    (Veda adalah sumber dari segala Dharma, kemudian barulah Smrti, di samping Sila, Acara dan Atmanastusti).35

    35 Ibid, hlm. 22-23.

  • 34

    C. Sejarah Penyusunan Kitab Suci Veda

    Agama Hindu berkembang berdasarkan Veda yang mula-mula

    diperkenalkan dan diwariskan oleh suku-suku Aria yang datang dan menetap

    di India. Veda dapat diartikan sebagai pengetahuan, tetapi bukannya yang

    diperoleh dengan cara studi atau dari pengalaman, melainkan dengan jalan

    meditasi atau semadi untuk mendengarkan yang gaib dalam upaya mendapat

    wahyu.36 Weda mempunyai nilai sejarah yang besar karena satera keagamaan

    ini mencerminkan kehidupan bangsa Arya di India dalam zaman yang lampau

    dan tempat menetap mereka yang baru. Di dalamnya ada cerita-cerita

    mengenai mereka; tentang pemukiman dan pengembaraan, agama dan politik,

    peradaban dan kebudayaan, kehidupan dan pergaulan, tempat tinggal dan

    pakaian, makanan dan minuman serta pekerjaan, dan mata pencaharian

    mereka. Di dalamnya juga dapat dilihat tingkat-tingkat kemajuan dari segi

    akal pikiran yang bermula dari kemudahan orang awam kepada perasaan-

    perasaan seorang filosof; di dalamnya terdapat doa-doa permulaan yang

    diakhiri dengan keragu-raguan, dan doa-doa ketuhanan yang mengarah jauh

    kepada kesatuan wujud.37

    Umat Hindu berkeyakinan bahwa Veda bersifat Anadi Ananta, yakni

    tidak berawal dan tidak berakhir dan sebagai sabda Brahman. Sebagai sabda

    yang merupakan olah dari nafas-Nya maka wajarlah bahwa Veda memang

    telah ada sejak Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa ada. Pada mulanya para

    maharsi menerima wahyu itu lama kemudian ketikatulisan ditemukan,

    barulah dituliskan kembali mantram-mantram Veda itu. Tradisi sekolah

    padajaman Veda dikenal dengan nama Sakha yang pada awalnya berarti

    cabang dan kemudian berarti tempat mempelajari Veda. Selanjutnya

    pengertian Sakha ini lebih berkembang menjadi Sampradaya atau Asrama,

    36Bleeker, Pertemuan Agama-agama Dunia, Pustaka Dian Pratama, Yogyakarta, 2004,

    hlm. 9-10. 37Ahmad Shalaby, Perbandingan Agama, agama-agama Besar di India, Hindu, Zaina

    Budha, Bumi Aksara, Jakarta, 1998, hlm. 21.

  • 35

    yakni pusat-pusat pembelajaran Veda. Di dalam Sakha yang dipimpin oleh

    seorang maharsi atau lebih orang-orang suci ini wahyu Tuhan Yang Maha Esa

    didiskusikan dan diteruskan secara lisan melalui sistem Parampara dalam

    tradisi Hindu dan menurut kitab-kitab Itihasa dan Purana maharsi Vyasa

    diyakini menghimpun atau mengkompilasi mantram-mantram Veda yang

    sebelumnya tersebar dalam berbagai Saka. Maharsi Vyasa dalam menyusun

    kembali kitab suci Veda dibantu oleh para siswanya antara lain : Sumantu,

    Jaimini, Pulaha atau Paila dan Vaisampayana.38

    Weda merupakan sumber ide, aspirasi, kaidah dan hukum rohani yang

    diturunkan ke dunia oleh hyang Widhi Wasa untuk meningkatkan budaya dan

    etik manusia. Maka dari itu dirayakan SARASWATI dan PAGERWESI

    dengan tekad menguatkan Sradha (iman), meluaskan cakrawala pengalaman

    etika/susila dan meningkatkan Yadnya untuk akselerasi pembangunan dalam

    menuju tinggal landas dan sekaligus menjadi daya tangkal yang tangguh

    terhadap efek sampingan dari proses modernisasi.39

    Selanjutnya kapankah Veda itu diturunkan? Logika kita adalah jauh

    sebelum tulisan dikenal, sedang penyusunannya kembali jelas setelah tulisan

    itu memasyarakat di lingkungan pengguna bahasa Veda atau Sanskerta Kuno.

    Beberapa sarjana, baik dari India maupun Eropa berpendapat tentang

    penyusunan Veda sebagai berikut:

    a. Vidyaranya menyatakan sekitar 15.000 tahun Sebelum Masehi.

    b. Lokamanya Tilak Shastri menyatakan 6000 tahun Sebelum Masehi.

    c. Bal Gangadhar Tilak menyatakan 4000 tahun Sebelum Masehi.

    d. Dr. Haug memperkirakan tahun 2.400 Sebelum Masehi.

    e. Max Muller menyatakan sekitar tahun 1.200-800 Sebelum Masehi.

    f. Heine Gelderen memperkirakan tahun 1.150- 1000 Sebelum Masehi.

    g. Sylvain Levy memperkirakan tahun 1.000 Sebelum Masehi.

    h. Stutterheim memperkirakan 1000-500 Sebelum Masehi.

    38I.Made Titib, op. cit, hlm. 37-38 39Adia Wiratmadja, op. cit, hlm. 74-75.

  • 36

    Demikian pendapat para sarjana memperkirakan mengenai masa

    disusunnya kitab suci Veda menjadi sumber ajaran agama Hindu.40

    D. Pembagian Kitab Suci Veda

    Weda mempunyai nilai sejarah yang besar karena sastra keagamaan ini

    mencerminkan kehidupan bangsa Arya di India dalam zaman yang lampau

    dan tempat menetap mereka yang baru. Di dalamnya ada cerita-cerita

    mengenai mereka; tentang pemukiman dan pengembaraan, agama dan politik,

    peradaban dan kebudayaan, kehidupan dan pergaulan, tempat tinggal dan

    pakaian, makanan dan minuman serta pekerjaan, dan mata pencaharian.41

    Veda sebagai himpunan sabda atau wahyu, diyakini berasal dari Apuruseya,

    yang artinya bukan dari Purusa atau manusia, sebab para Rsi menerima wahyu

    berfungsi hanya sebagai instrumen atau sarana dari Tuhan Yang Mahasa Esa

    untuk menyampaikan ajaran suci-Nya. Terhadap pernyataan ini Svami

    Dayananda Sarasvati menyatakan: Veda adalah sabda-Nya dan segala kuasa-

    Nya bersifat abadi. Svami Dayananda juga menambahkan bahwa Rigveda

    Yajurveda, Samaveda dan Atharvaveda berasal dan merupakan sabda-Nya,

    Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Sempurna.42

    Menurut Maurice Winternitz dalam bukunya A History of Indian

    Literature Volume 1 (1927), kitab-kitab Veda dikelompokan dalam 3

    kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari sejumlah besar mantra-

    mantra yang merupakan wahyu yang diterima oleh para rsi, baik secara

    individu maupun dalam kelompok (Gotra). Sebagian mantra-mantra itu dapat

    diselamatkan dan sebagian besar lagi hilang dalam perjalanan waktu.

    Pengelompokkan itu terdiri dari:

    40 I.Made Titib, op. cit, hlm. 38. 41Ahmad Shalaby, Perbandingan Agama, agama-agama Besar di India, Hindu, Zaina

    Budha, Bumi Aksara, Jakarta, 1998, hlm. 21. 42Djamannuri, op. cit, hlm. 43.

  • 37

    a. Samhita, yakni himpunan mantra-mantra Veda yang mengandung mantra

    Upasana (doa kebaktian, pemujaan, ucapan syukur, mantra-mantra upacara

    korban), ajaran filsafat dan tata susila, pendidikan dan tain-lain.

    b. Brahmana, yakni uraian yang panjang tentang ketuhanan/teologi

    teristimewa observasi tentang jalannya upacara korban atau mistis dari

    upacara korban yang dilakukan oleh oleh individu, kelompok maupun

    upacara korban.

    c. Aranyaka dan Upanisad. Yang pertama berarti buku hutan dan yang

    kedua artinya ajaran yang bersifat rahasia rahasyam). Kitab-kitab ini

    merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kitab-kitab Samhita dan

    Brahmana, walaupun ada di antaranya yang terlepas dari kitab-kitab

    tersebut.

    Para sarjana lainnya seperti Radhakrishnan, Max Muller, Keith dan

    lain-lain mengelompokkan kitab suci Veda (Sruti) dalam empat kelompok

    dengan memisahkan kitab-kitab Aranyaka dengan Upanisad.

    Di dalam kitab-kitab Aranyaka dan Upanisad terkandung ajaran

    'tentang teologi, ajaran filsafat Hindu yang sangat dalam dan meditasi atau

    kehidupan menjadi pertapa di hutan, juga ajaran Yoga untuk menghubungkan

    diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, tentang kehidupan di dunia ini dan

    sebagainya. Berbagai resensi yang diperoleh dari institusi-institusi yang

    disebut "Sakha" atau cabang perguruan yang disebut Parampara yang kadang-

    kadang sama atau berbeda menunjukkan minat atau perhatian dan usaha

    untuk mendalami Veda sudah bertradisi sejak ribuan tahun yang lalu.43

    Berdasarkan keterangan di atas timbul pertanyaan, mengapa kitab suci

    itu tidak satu? Mengapa Weda itu tidak satu? Pertanyaan ini sering timbul

    pada pikiran. Lebih-lebih kalau diingat bahwa jumlah kitab suci agama Hindu

    itu sangat banyak. Jumlahnya makin lama makin berkembang. Kadang-kadang

    akan berpikir akan lebih baik kalau kitab itu satu saja. Pikiran seperti itu ada

    benarnya tetapi kalau diteliti isinya dan latar belakang penghimpunannya

    43 I.Made Titib, op. cit, hlm. 100-101

  • 38

    maka tidaklah mungkin dapat disatukan. Jadi harus menerima yang banyak

    itu, 44 termasuk bagian-bagian dari kitab Samhita.

    Kitab-kitab Samhita terdiri dari empat jenis, yaitu :

    a. RgVeda Sarhhita, yakni himpunan re atau rk. RgVeda artinya

    pengetahuan suci yang berhubungan dengan permintaan dan bila kata re

    atau rk dihubungkan dengan konsonan V berubah menjadi RgVeda (Rk

    +" Veda) sesuai hukum bahasa Sanskerta. RgVeda Sarhhita terdiri dari

    1.028 Sukta (himne), terdiri dari 10.589 Mantra, terdiri dari dua macam

    susunan, yaitu : Mandala (terdiri dari 10 Mandala), tiap mandala terdiri

    dari Anuvaka (10 mandala RgVeda terdiri dari 85 anuvaka) dan masing-

    masing mandala terdiri dari beberapa Sukta atau Varga (himne) dan

    masing-masing Sukta terdiri dari beberapa mantra. Pembagian yang kedua

    adalah: Astaka (susunan delapan) atau Kanda dan masing-masing Astaka

    dibagi delapan Adhyaya (bacaan atau bab) dan tiap Adhyaya terdiri dari

    beberapa mantra.

    b. YajurVeda Sairihita, yakni pengetahuan suci tentang upacara korban (kata

    ini bentukjamaknya Yajumsi) terdiri dari 1975 mantra dalam 41 Adhyaya.

    YajurVeda terdiri dari dua himpunan (resensi) yang sangat berbeda, yaitu:

    1). Sukia YajurVeda (YajurVeda PutiH) yang tersedia dari resensi

    Vajasaneyi Sarhhita dan merupakan resensi yang sangat populer,

    2). Krsna YajurVeda (YajurVeda Hitani) yang tersedia dalam 3 resensi

    yaitu Taittiriya, Maitrayani dan Katha Samhita.

    c. SamaVeda Samhita, yakni himpunan mantra Saman, pengetahuan suci

    tentang irama (melodi) yang sebagian besar merupakan mantra-mantra

    RgVeda yang diberi tangga nada, terdiri dari 1875 mantra, terbagi ke

    dalam 2 Arcika, yaitu: Purva Arcika terdiri dari 6 Prapathaka (buku) dan

    tiap Prapathaka terdiri dari beberapa mantra. Arcika yang kedua adalah

    Uttara Arcika yang terdiri dari 9 Prapathaka yang tiap Prapathaka terdiri

    pula dari beberapa mantra.

    44 G. Pudja, Pengantar Agama Hindu, Jilid I, Penerbit Mayasari, Jakarta, 1985, hlm. 123

  • 39

    d. AtharvaVeda Samhita, yakni himpunan dari Arthavan, pengetahuan suci

    yang bermanfaat bagi kehidupan didunia ini. AtharvaVeda terdiri dari 20

    Kanda yang masing-masing Kanda terdiri dari beberapa mantra. Jumlah

    mantra AtharvaVeda adalah: 5.977 mantra. 45

    Sebagaimana telah di ketengahkan bahwa ada empat pembagian kitab

    suci Veda, yaitu Rg. Yajur, Sama, dan Atharva. Naskah yang ditemukan pada

    akhir masing-masing dari keempat bagian Veda itu berkaitan dengan hakikat

    dari sang diri. Jadi, kitab suci yang dikenal sebagai Veda, pada akhir dari

    masing-masing bagian tersebut, ada suatu bagian lagi yang berhubungan

    dengan hakikat sang diri. Di sinilah pengetahuan tentang sang diri itu dibuka

    dan dibentangkan. Bagian Veda dan ajarannya dikenal sebagai Vedanta.

    Tempat, isi dan ajaran dari isinya secara keseluruhan dikenal sebagai Vedanta.

    Kita tidak melihat permulaan dari ajaran ini. Hal ini dikembalikan kepada para

    rsi, yaitu orang penerima wahyu dari mana ajaran Veda itu disampaikan. Kita

    tidak perlu meragukan tentang mula (akar orang-orang arif-bijaksana),

    maupun rsi mulam navicarayet (asal mula para rsi). Apabila ia harus pergi

    jauh di luar rsi, dapat dikatakan bahwa guru itu adalah Tuhan. Hal yang sama

    dikatakan bagi bapa pertama - ia adalah pencipta, bapa dari semua yang ada,

    yaitu Tuhan. Guru pertama adalah pencipta yang sama, karena di sanalah

    pengetahuan itu berada. Pengetahuan apa saja termasuk ke dalam Sang

    Pencipta. Agar dapat pergi jauh di luar rsi, ajaran diarahkan ke Tuhan sendiri

    sebagai sang pencipta. Kenyataannya, sumber dari pengetahuan apapun hams

    dikembalikan ke sang pencipta. Berdasarkan analisis yang cermat, tidak ada

    pengetahuan yang dapat dikembalikan kepada seseorang tertentu. Semuanya

    berpulang ke Sang Pencipta.46

    Jadi, pengetahuan tentang sang diri disebut Vedanta, yaitu

    pengetahuan yang berasal dari sang pencipta yang ditemukan pada bagian

    akhir Veda. Hal ini dapat dilacak lagi pada orang arif-bijaksana (rsi) zarnan

    45I.Made Titib, op. cit, hlm.101-102 . 46 Swami Dayananda Saraswati, Vedanta Sebuah Pengantar Memahami Masalah

    Fundamental, Upada Sastra, Denpasar, 1994, hlm. 95-96

  • 40

    dulu yang berlangsung dari guru ke murid dalam arus pengajaran tradisional

    yang disebut guru sisya parampara. Ikatan ini sangat dihormati oleh guru dan

    murid karena hal ini sebagai suatu instrumen untuk memecahkan

    permasalahan manusia fundamental. Pelajaran tradisional umumnya dimulai

    dengan suatu penghormatan kepada ajaran dan kepada guru yang mampu

    memancarkan cahaya guna mengusir kegelapan atau kebodohan yang

    menutupi hakikat sang diri.47

    Dalam hubungannya dengan nama-nama lain kitab suci Veda, maka

    untuk lebih memperjelas tentang Veda, maka diketengahkan pembahasan

    nama-nama lain kitab suci Veda mengingat dalam membaca kitab suci Veda

    maupun susastra Hindu yang lain, baik yang berbahasa Sanskerta maupun

    yang berbahasa Jawa Kuno dijumpai berbagai nama atau istilah untuk

    menyebutkan kitab suci umat Hindu ini. Adapun nama-nama lain dari kitab

    suci Veda itu antara lain:

    a. Kitab Sruti. Kitab Sruti menunjukkan bahwa isi kitab itu merupakan

    wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang diterima oleh para maharsi. Seorang

    maharsi disebut Mantradrasta yang artinya karena kesucian diri

    pribadinya mampu merekam sabda Tuhan Yang Maha Esa yang disebut

    Apauruseya, atau Tuhan Yang Maha Esa yang bukan berwujud manusia

    dan di dalam susastra berbahasa Jawa Kuno kita sering menemukan

    istilah Sang Hyang Sruti, yang maksudnya tidak lain adalah untuk

    memuliakan kitab suci Veda yang merupakan wahyu Tuhan Yang Maha

    Esa.

    b. Kitab Catur Veda. Nama Catur Veda dimaksudkan untuk menunjukkan

    bahwa Veda itu merupakan himpunan (Samhita) dari Rgved, YajurVeda,

    SamaVeda dan AtharvaVeda. Tiga yang pertama diyakini umumya jauh

    lebih tua. Sesungguhnya Veda dapat dikelompokkan dalam 2 jenis yaitu

    RgVeda dan AtharvaVeda, karena 2 kitab lainnya (YajurVeda dan

    47Ibid, hlm. 96.

  • 41

    SamaVeda) bersumber pada RgVeda. Di dalam susastra Jawa Kuno kita

    jumpai istilah Sang Hyang Catur Veda.

    c. Kitab Rahasya. Kata Rahasya artinya bahwa Veda mengandung ajaran

    yang bersifat rahasia, yakni ajaran Moksa atau kalepasan. Ajaran Veda

    yang meliputi ajaran Ketuhanan serta penciptaan alam semesta yang

    penuh misteri dan selalu menjadi pertanyaan serta usaha untuk bersatu

    dengannya merupakan tujuan tertinggi agama Hindu.

    d. Kitab Agama. Kitab Agama menunjukkan bahwa kebenaran Veda adalah

    mutlak dan harus diyakini kebenarannya. Kata Agama merupakan salah

    satu istilah Pramana yaitu tiga cara untuk menentukan kebenaran sesuatu,

    yaitu: Agama Pramana, Aniimana Pramana dan Pratyaksa Pramana

    yang masing-masing berarti kebenaran yang disampaikan oleh orang-

    orang suci yang sangat diyakini kesucian pribadinya, kebenaran yang

    berdasarkan pertimbangan analisis yang sistematis dan kebenaran

    berdasarkan pengamatan. Kebenaran Veda yang bersifat mutlak ini karena

    merupakan wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang diterima oleh para

    maharsi. Tuhan Yang Maha Kuasa disebut Satyasya Satya yaitu

    kebenaran sejati.48

    e. Kitab Mantra. Kitab Mantra adalah riat-riat dari kitab Veda. Nama ini

    diberikan karena Veda memang berbentuk Mantra atau puisi (syair) yang

    dapat pula dilagukan. Mantra artinya ucapan yang keluar dari pikiran

    (manah) dan pikiran merupakan saluran membentuk rupa atau wujud

    yang dapat dibayangkan. Seluruh kitab Sruti syairnya pada umumnya

    disebut Mantra meliputi seluruh kitab-kitab Samhitha (Catur Veda),

    Brahmana, Aranyaka dan kitab-kitab Upanisad di luar kitab tersebut syair-

    syairnya disebut Sloka, seperti kitab-kitab Itihasa (Ramayana dan

    Mahabharata) termasuk kitab Bhagavadgita dan lain-lain. Di Bali umat

    Hindu menyebut setiap syair berbahasa Sanskerta disebut mantra sedang

    doa pujaan yang menggunakan bahasa Bali disebut "Sehe".

    48 I.Made Titib, op. cit, hlm. 26-27

  • 42

    Demikian beberapa nama yang diberikan kepada kitab suci Veda yang

    dalam khasanah susastra Jawa Kuno atau Kawi disebut Sang Hyang Veda

    menunjukkan bahwa kitab suci itu diyakini sebagai ajaran suci yang

    mendapatkan kedudukan yang sangat terhormat dan tentunya ditempatkan

    pada tempat yang dipandang layak untuk itu.

    Jangankan kitab suci Veda, bagi umat Hindu di Bali khususnya,

    lontar-lontar puja dan lontar-lontar sastra lainnya di tempatkan pada tempat

    yang sangat terhormat (tinggi) dan pada hari raya Sarasvati, dirawat dengan

    baik, dibersihkan dan diperbaiki tali atau jilidannya dan diupacarakan sebagai

    mana mestinya. Umat Hindu yakin, sastra suci atau huruf Bali adalah sthana

    atau wujud dari devi Sarasvati, dewi ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.49

    49 Ibid, hlm. 28.

    Pengertian VedaKedudukan Veda Sebagai Kitab SuciSejarah Penyusunan Kitab Suci VedaPembagian Kitab Suci Veda