29
PERJUANGAN MENGHADAPI ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA (Berbagai Pergolakan di Dalam Negeri 1948-1965) MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia yang dibimbing oleh Dra. Anik Indriyani PENYUSUN : VINA HERLIANA (9771524914)

Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

PERJUANGAN MENGHADAPI ANCAMAN

DISINTEGRASI BANGSA

(Berbagai Pergolakan di Dalam Negeri 1948-1965)MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia

yang dibimbing oleh Dra. Anik Indriyani

PENYUSUN :

VINA HERLIANA (9771524914)

Jurusan Akuntansi Kelas XII Ak 4

SMK NEGERI 1 BOYOLANGUJl. Ki Mangunsarkoro VI/3

TULUNGAGUNGSemester 5 Tahun Ajaran 2015/2016

Page 2: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

mencurahkan rahmat dan karunianya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Perjuangan Menghadapi

Ancaman Disintegrasi Bangsa”. Sebagai mata pelajaran Sejarah Indonesia.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Anik Indriyani selaku

pembimbing dalam pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih

kepada Kelompok IV atas partisipasinya, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini tepat pada waktunya.

Dalam menyusun makalah ini, kami menemui beragam hambatan. Kami

menyadari bahwa karya tulis yang tersusun ini banyak kekurangan dan

kelemahan. Dan juga kami masih berstatus pelajar yang sangat minim akan

pengalaman dan pengetahuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun dan bermanfaat demi kesempurnaan makalah ini.

Hanya kepada Allah SWT kami memohon ampunan dan rahmat-Nya

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Tulungagung, Agustus 2015

Penyusun

Page 3: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL-------------------------------------------------------------------- i

KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------------ ii

DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------- iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah--------------------------------------------------------- 1

1.2 Rumusan Masalah---------------------------------------------------------------- 1

1.3 Tujuan------------------------------------------------------------------------------ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan Ideologi--------------------- 3

2.1.1 Pemberontakan PKI (Partai Komunis Rakyat) Madiun-------------- 3

2.1.2 Pemberontakan DI/TII---------------------------------------------------- 4

2.1.3 Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)------------------------------ 7

2.2 Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan Kepentingan---------------- 8

2.2.1 Pemberontakan APRA---------------------------------------------------- 8

2.2.2 Peristiwa Andi Aziz------------------------------------------------------- 8

2.2.3 Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)-------------------- 9

2.3 Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan Sistem Pemerintahan------ 10

2.3.1 Pemberontakan PRRI dan Permesta------------------------------------ 10

2.3.2 Persoalan Negara Federal dan BFO------------------------------------- 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan------------------------------------------------------------------------ 14

3.2 Kritik dan Saran------------------------------------------------------------------- 14

DAFTAR PUSTAKA------------------------------------------------------------------- 16

Page 4: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Alangkah hebatnya bangsa kita sebenarnya. Indonesia adalah negeri

yang terdiri dari 17.500 pulau, lebih dari 300 kelompok etnik, 1.340 suku

bangsa, 6 agama resmi dan belum termasuk beragam aliran kepercayaan,

serta 737 bahasa. Kita harus bersyukur pada Tuhan YME, atas

keberuntungan bangsa kita yang hingga kini tetap bersatu dalam

keberagaman, meskipun berbagai kasus konflik dan pergolakan sempat

berlangsung di masyarakat. Hal inimisalnya dapat dilihat dari potongan

gambar berita di atas.Dalam sejarah republic ini, konflik dan pergolakan

dalam skala yang lebih besar bahkan pernah terjadi. Bila sudah begitu,

lantas siapa pihak yang paling dirugikan? Tak lain adalah rakyat, bangsa

kita sendiri. Karenanya, dalam bab berikut ini akan kalian pelajari beberapa

pergolakan besar yang pernah berlangsung di dalam negeri akibat

ketegangan politik selama rentang tahun 1948-1965. Tahun 1948 ditandai

dengan pecahnya pemberontakan besar pertama setelah Indonesia merdeka,

yaitu pemberontakan PKI di Madiun. Sedangkan tahun 1965 merupakan

tahun dimana berlangsung peristiwa G30S/PKI yang berusaha merebut

kekuasaan dan mengganti ideologi Pancasila. Mengapa penting hal ini kita

kaji, tak lain agar kita dapat menarik hikmah dan tragedi seperti itu tak

terulang kembali pada masa kini. Disinilah pentingnya kita mempelajari

sejarah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kita dapat menarik

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Membahas konflik dan pergolakan yang berkait dengan ideologi

2. Membahas konflik dan pergolakan yang berkait dengan kepentingan

(vested interest)

3. Membahas konflik dan pergolakan yang berkait dengan sistem

pemerintahan

Page 5: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

1.3 Tujuan

Menambah wawasan para pembaca tentang perjuangan menghadapi

ancaman disintegrasi bangsa dan berbagai pergolakan yang terjadi tahun

1948-1965.

1. Mengetahui berbagai konflik dan pergolakan yang berkait dengan

ideologi

2. Mengetahui berbagai konflik dan pergolakan yang berkait dengan

kepentingan (vested interest)

3. Mengetahui berbagai konflik dan pergolakan yang berkait dengan sistem

pemerintahan

Page 6: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan Ideologi

Termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan PKI Madiun,

pemberontakan DI/TII dan peristiwa G30S/PKI. Ideologi yang diusung oleh

PKI tentu saja komunisme, sedangkan pemberontakan DI/TII berlangsung

dengan membawa ideologi agama.

Perlu kalian ketahui bahwa menurut Herbert Feith, seorang akademisi

Australia, aliran politik besar yang terdapat di Indonesia pada masa setelah

kemerdekaan (terutama dapat dilihat sejak Pemilu 1955) terbagi dalam lima

kelompok : nasionalisme radikal (diwakili antara lain oleh PNI), Islam (NU

dan Masyumi), komunis (PKI), sosialisme demokrat (Partai Sosialis

Indonesia/PSI), dan tradisionalis Jawa (Partai Indonesia Raya/PIR,

kelompok teosofis/kebatinan, dan birokrat pemerintah/pamongpraja). Pada

masa itu kelompok-kelompok tersebut nyatanya memang saling bersaing

dengan mengusung ideologi masing-masing.

2.1.1 Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) Madiun

Waktu : 1948, dengan memproklamasikan berdirinya

Negara Republik Soviet Indonesia

Latar Belakang : Hasil kesepakatan Renville

menguntungkan Belanda

Pemimpin : Muso

Cara Penumpasan : Pemerintah mengajak Rakyat untuk

menentukan sikap untuk memilih Sukarno-

Hatta atau Muso gerakan operasi Militer I

dan melakukan pembridelan terhadap

beberapa surat kabar berhaluan komunis

Hasil : Seluruh kekuatan pemberontak dapat

ditumpas dan kota Madiun dapat direbut

Munculnya PKI merupakan perpecahan pada tubuh SI (Sarikat

Islam) yang mendapat pengaruh ISDV (Internasionalisme Sosialisme

Democratise Vereeniging) yang didirikan oleh HJFM. Snevliet, dan

Page 7: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

kawan-kawan pada bulan Mei 1914 di Semarang yang pada bulan

Desember diubah menjadi PKI.

Pada tanggal 13 Nopember

1926 melakukan pemberontakan

terhadap pemerintah Belanda.

Pada tanggal 18 September 1948

Muso memimpin pemberontakan

terhadap RI di Madiun. Tujuannya

ingin mengubah dasar negara

Pancasila menjadi dasar negara

komunis. Pemberontakan ini menyebar hampir di seluruh daerah Jawa

Timur namun berhasil di gagalkan dengan ditembak matinya Muso

sedangkan Semaun dan Dharsono lari ke Rusia.

2.1.2 Pemberontakan DI/TII

1. Jawa Barat

Waktu : 14 Agustus 1947

Latar Belakang : Tidak sejalan dengan pemerintah RI ketika

terjadi perundingan Renville yang dianggap

merugikan pemerintah Indonesia

Pemimpin : Sekarmaji Maridjan Kartosuwiryo

Cara Penumpasan : Melakukan Operasi Militer  taktik pagar besi

menggunakan ratusan ribu tenaga rakyat

untuk mempersempit ruang gerak

Hasil : Pada tanggal 4 juni 1962 kartosuwiryo

berhasil ditangkap di gunung beber oleh

pasukan    siliwangi

Dipimpin oleh Sekarmaji Marijan

Kartosuwiryo karena tidak setuju terhadap isi

perjanjian Renville. Sewaktu TNI hijrah ke

daerah RI (Yogyakarta) ia dan anak buahnya

menolak dan tidak mau mengakui Republik

Indonesia dan ingin menyingkirkan Pancasila

sebagai dasar negara. Untuk itu ia memproklamasikan berdirinya

Negara Islam Indonesia dengan nama Darul Islam (DI).

Page 8: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

2. Jawa Tengah

Waktu : 23 Agustus 1949

Latar Belakang : Mengurus penggabungan laskar-laskar masuk

ke dalam TNI

Pemimpin : Amir Fatah

Cara Penumpasan : Pemerintah membentuk pasukan baru yang

disebut dengan bintang raiders

Hasil : Akhirnya dilakukan operasi guntur pada

tahun 1954 gerombolan dapat dicerai

beraikan

Dipimpin oleh

Amir Fatah dan

Kyai Sumolangu.

Selama Agresi

Militer Belanda ke

II Amir Fatah diberi

tugas

menggabungkan

laskar-laskar untuk masuk dalam TNI. Namun setelah banyak

anggotanya ia beserta anak buahnya melarikan diri dan menyatakan

bagian dari DI/TII.

3. Sulawesi Selatan

Waktu : 30 April 1950

Latar Belakang : Banyak pemuda Sulawesi yang tergabung

dalam PRI Sulawesi ikut bertempur  untuk

mempertahankan kota Surabaya

Pemimpin : Kahar Muzakar 

Cara Penumpasan : Dilakukan penyergapan oleh pasukan TNI

Hasil : Kahar Muzakar tertembak mati sehingga

pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat

dipadamkan

Dipimpin oleh Abdul Kahar

Muzakar. Dia berambisi untuk

menduduki jabatan sebagai

Page 9: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

pimpinan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) dan

menuntut agar Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS)

dimasukkan ke dalam APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin.

Tuntutan tersebut ditolak oleh pemerintah sebab hanya mereka yang

memenuhi syarat saja yang akan menjadi tentara maka terjadilah

pemberontakan tersebut.

4. Aceh

Waktu : 20 September 1953

Latar Belakang : Setelah proklamasi Kemerdekaan RI , di

Aceh terjadi pertentangan antara alim ulama

dengan para kepala asla

Pemimpin : Tengku Daud Beureuh

Cara Penumpasan : Pemberontakan Daud Beureuh ini dilakukan

dengan suatu “Musyawarah Kerukunan

Rakyat Aceh” pada bulan Desember1962 atas

prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda,

Kolonel Jendral Makarawong.

Hasil : Musyawarah ini mendapat dukungan dari

tokoh – tokoh masyarakat aceh dan berhasil 

memulihkan keamanan .

Dipimpin oleh Daud Beureuh Gubernur

Militer Aceh, karena status Aceh sebagai

daerah Istimewa diturunkan menjadi sebuah

karesidenan di bawah propinsi Sumatera

Utara. Ia lalu menyusun kekuatan dan

menyatakan dirinya bagian dari DI/TII.

Pemberontakan ini dapat dihentikan dengan

jalan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh

(MKRA).

5. Kalimantan Selatan

Waktu : Oktober 1950

Latar Belakang : Terjadi pemberontakkan kesatuan masyarakat

tertindas

Pemimpin : Ibnu Hajar

Page 10: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

Cara Penumpasan : Melakukan gerakan Operasi militer ke

Kalimantan selatan

Hasil : Pada tahun 1954 Ibnu Hajar di tangkap dan di

hukum mati pada 22 maret 1955

Ibnu Hajar, ia menyatakan dirinya

bagian dari DI/TII dengan memperjuangkan

kelompok rakyat yang tertindas. Ia dan anak

buahnya menyerang pos-pos kesatuan tentara

serta melakukan tindakan pengacauan yang

pada akhirnya Ibnu Hajar sendiri ditembak

mati.

2.1.3 Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)

Pada tanggal 30 September 1965 jam03.00 dinihari PKI

melakukan pemberontakan yang dipimpin oleh DN Aidit dan berhasil

membunuh 7 perwira tinggi. Mereka punya tekad ingin menggantikan

Pancasila sebagai dasar negara dengan Komunis-Marxis. Setelah jelas

terungkap bahwa PKI punya keinginan lain maka diadakan operasi

penumpasan :

1. Menginsyafkan kesatuan-keasatuan yang dimanfaatkan oleh PKI

2. Merebut studio RRI dan kantor besar Telkom dipimpin Kolonel

Sarwo Edhy Wibowo dari RPKAD

3. Gerakan pembersihan terhadap tokoh-tokoh yang terlibat langsung

maupun yang mendalanginya

Akhirnya PKI dinyatakan sebagai partai terlarang dan tidak boleh lagi

tersebar di seluruh wilayah Indonesia berdasarkan SK Presiden yang

ditandatangani pengemban Supersemar Ltjen Soeharto yang

menetapkan pembubaran PKI dan ormas-ormasnya tanggal 12 Maret

1966.

2.2 Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan Kepentingan (vested

interest)

Termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan APRA, RMS dan

Andi Aziz.Vested Interest merupakan kepentingan yang tertanam dengan

Page 11: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

kuat pada suatu kelompok. Kelompok ini biasanya berusaha untuk

mengontrol suatu sistem sosial atau kegiatan untuk keuntungan sendiri.

Mereka juga sukar untuk mau melepas posisi atau kedudukannya sehingga

sering menghalangi suatu proses perubahan. Baik APRA, RMS dan

peristiwa Andi Aziz, semuanya berhubungan dengan keberadaan pasukan

KNIL atau Tentara Kerajaan (di) Hindia Belanda, yang tidak mau menerima

kedatangan tentara Indonesia di wilayah-wilayah yang sebelumnya mereka

kuasai. Dalam situasi seperti ini, konflikpun terjadi.

2.2.1 Pemberontakan APRA

Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dibentuk oleh Kapten

Raymond Westerling pada tahun 1949. Ini adalah milisi bersenjata

yang anggotanya terutama berasal dari tentara Belanda : KNIL, yang

tidak setuju dengan pembentukan Angkatan Perang Republik

Indonesia Serikat (APRIS) di Jawa Barat, yang saat itu masih

berbentuk negara bagian Pasundan. Basis pasukan APRIS di Jawa

Barat adalah Divisi Siliwangi. APRA ingin agar keberadaan negara

Pasundan dipertahankan sekaligus menjadikan mereka sebagai tentara

negara federal di Jawa Barat. Karena itu, pada Januari 1950

Westerling mengultimatum pemerintah RIS. Ultimatum ini segera

dijawab Perdana Menteri Hatta dengan memerintahkan penangkapan

terhadap Westerling. APRA malah bergerak menyerbu kota Bandung

secara mendadak dan melakukan tindakan teror. Puluhan anggota

APRIS gugur. Diketahui pula kemudian kalau APRA bermaksud

menyerang Jakarta dan ingin membunuh antara lain Menteri

Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX dan Kepala APRIS Kolonel

T.B. Simatupang. Namun semua itu akhirnya dapat digagalkan oleh

pemerintah. Westerling kemudian melarikan diri ke Belanda.

2.2.2 Peristiwa Andi Aziz

Waktu : 5  Januari 1950

Latar Belakang : Menyerang gedung tempat berlangsungnya

sidang kabinet

Pemimpin : Kapten Raymond Westerling

Cara Penumpasan : Pada tanggal 8 April 1950 dikeluarkan

Page 12: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

ultimatum bahwa dalam waktu 4x24 jam

Andi Azis harus melaporkan diri ke Jakarta

untuk mempertanggungjawabkan

perbuatannya

Hasil : Pasukannya harus dikonsinyasi, senjata-

senjata dikembalikan, dan semua tawanan

harus dilepaskan

Beliau merupakan komandan kompi

APRIS yang menolak kedatangan TNI ke

Sulawesi Selatan karena suasananya tidak

aman dan terjadi demonstrasi pro dan kontra

terhadap negara federasi. Ia dan pasukannya

menyerang lapangan terbang, kantor telkom,

dan pos pos militer TNI. Pemerintah

mengeluarkan ultimatum agar dalam tempo 4

kali 24 jam ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

2.2.3 Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

Waktu : 25 April 1950

Latar Belakang : Tidak puas dengan terjadinya proses kembali

ke NKRI

Pemimpin : Dr.Christian Robert Steven Soumokil

Cara Penumpasan : Diselesaikan secara damai dengan

mengirimlkan misi dipimpin Leimena gagal

sehingga kemudian dikrimkan pasukan

ekspedisi militer pimpinan Kawilarang

Hasil : Sisa-sisa kekuatan RMS banyak yang

melarikan diri ke pulau seram dan membuat 

kekacauan  akhirnya Soumokil dapat di

tangkap dan jatuhi hukuman mati

Pemberontakan ini dipimpin oleh Dr.

Christian Robert Stevenson Soumokil bekas

jaksa agung NIT (Negara Indonesia Timur).

Ia menyatakan berdirinya Republik Maluku

Selatan dan memproklamasikannya pada 25

Page 13: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

April 1950. Pemberontakan ini dapat

ditumpas setelah dibayar mahal dengan

kematian Letkol Slamet Riyadi, Letkol S.

Sudiarto dan Mayor Abdullah.

2.3 Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan Sistem Pemerintahan

Termasuk dalam kategori ini adalah persoalan negara federal dan BFO

(Bijeenkomst Federal Overleg), serta pemberontakan PRRI dan Permesta.

Masalah yang berhubungan dengan negara federal mulai timbul ketika

berdasarkan perjanjian Linggajati, Indonesia disepakati akan berbentuk

negara serikat/federal dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). RI

menjadi bagian RIS. Negara-negara federal lainnya misalnya adalah negara

Pasundan, negara Madura atau Negara Indonesia Timur. BFO sendiri adalah

badan musyawarah negara-negara federal di luar RI, yang dibentuk oleh

Belanda. Awalnya, BFO berada di bawah kendali Belanda. Namun makin

lama badan ini makin bertindak netral, tidak lagi melulu memihak Belanda.

Pro-kontra tentang negara-negara federal inilah yang kerap juga

menimbulkan pertentangan.

Sedangkan pemberontakan PRRI dan Permesta merupakan

pemberontakan yang terjadi akibat adanya ketidakpuasan beberapa daerah di

wilayah Indonesia terhadap pemerintahan pusat.

2.3.2 Pemberontakan PRRI dan Permesta

Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta bermula dari

adanya persoalan di dalam tubuh Angkatan Darat, berupa kekecewaan

atas minimnya kesejahteraan tentara di Sumatera dan Sulawesi. Hal

ini mendorong beberapa tokoh militer untuk menentang Kepala Staf

Angkatan Darat (KSAD). Persoalan kemudian ternyata malah meluas

pada tuntutan otonomi daerah. Ada ketidakadilan yang dirasakan

beberapa tokoh militer dan sipil di daerah terhadap pemerintah pusat

yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana pembangunan.

Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan

daerah sebagai alat perjuangan tuntutan pada Desember 1956 dan

Februari 1957, seperti :

Page 14: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

a. Dewan Banteng di Sumatra Barat yang dipimpin oleh Letkol

Ahmad Husein.

b. Dewan Gajah di Sumatra Utara yang dipimpin oleh Kolonel

Maludin Simbolan.

c. Dewan Garuda di Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letkol

Barlian.

d. Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel

Ventje Sumual.

Dewan-dewan ini bahkan kemudian mengambil alih kekuasaan

pemerintah daerah di wilayahnya masing-masing. Beberapa tokoh

sipil dari pusatpun mendukung mereka bahkan bergabung ke

dalamnya, seperti Syafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap

dan Mohammad Natsir.

KSAD Abdul Haris Nasution dan PM Juanda sebenarnya

berusaha mengatasi krisis ini dengan jalan musyawarah, namun gagal.

Ahmad Husein lalu mengultimatum pemerintah pusat, menuntut agar

Kabinet Djuanda mengundurkan diri dan menyerahkan mandatnya

kepada presiden. Tuntutan tersebut jelas ditolak pemerintah pusat.

Krisis pun akhirnya memuncak ketika pada tanggal 15 Februari 1958

Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya Pemerintahan

Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Padang, Sumatera Barat.

Seluruh dewan perjuangan di Sumatera dianggap mengikuti

pemerintahan ini. Sebagai perdana menteri PRRI ditunjuk Mr.

Syafruddin Prawiranegara.

Bagi Syafruddin, pembentukan PRRI hanyalah sebuah upaya

untuk menyelamatkan negara Indonesia, dan bukan memisahkan diri.

Apalagi PKI saat itu mulai memiliki pengaruh di pusat. Tokoh-tokoh

sipil yang ikut dalam PRRI sebagian memang berasal dari partai

Masyumi yang dikenal anti PKI.

Berita proklamasi PRRI ternyata disambut dengan antusias pula

oleh para tokoh masyarakat Manado, Sulawesi Utara. Kegagalan

musyawarah dengan pemerintah, menjadikan mereka mendukung

Page 15: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

PRRI, mendeklarasikan Permesta sekaligus memutuskan hubungan

dengan pemerintah pusat (kabinet Juanda).

Pemerintah pusat tanpa ragu-ragu langsung bertindak tegas.

Operasi militer dilakukan untuk menindak pemberontak yang diam-

diam ternyata didukung Amerika Serikat. AS berkepentingan dengan

pemberontakan ini karena kekhawatiran mereka terhadap pemerintah

pusat Indonesia yang bisa saja semakin dipengaruhi komunis. Pada

tahun itu juga pemberontakan PRRI dan Permesta berhasil

dipadamkan.

2.3.3 Persoalan Negara Federal dan BFO

Konsep Negara Federal dan “Persekutuan” Negara Bagian

(BFO/Bijeenkomst Federal Overleg) mau tidak mau menimbulkan

potensi perpecahan di kalangan bangsa Indonesia sendiri setelah

kemerdekaan. Persaingan yang timbul terutama adalah antara

golongan federalis yang ingin bentuk negara federal dipertahankan

dengan golongan unitaris yang ingin Indonesia menjadi negara

kesatuan.

Dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan pada 24 Juli 1946

misalnya, pertemuan untuk membicarakan tatanan federal yang diikuti

oleh wakil dari berbagai daerah non RI itu, ternyata mendapat reaksi

keras dari para politisi pro RI yang ikut serta. Mr. Tadjudin Noor dari

Makasar bahkan begitu kuatnya mengkritik hasil konferensi.

Perbedaan keinginan agar bendera Merah-Putih dan lagu

Indonesia Raya digunakan atau tidak oleh Negara Indonesia Timur

(NIT) juga menjadi persoalan yang tidak bisa diputuskan dalam

konferensi. Kabinet NIT juga secara tidak langsung ada yang jatuh

karena persoalan negara federal ini (1947).

Dalam tubuh BFO juga bukan tidak terjadi pertentangan. Sejak

pembentukannya di Bandung pada bulan Juli 1948, BFO telah

terpecah ke dalam dua kubu. Kelompok pertama menolak kerjasama

dengan Belanda dan lebih memilih RI untuk diajak bekerjasama

membentuk Negara Indonesia Serikat. Kubu ini dipelopori oleh Ide

Anak Agung Gde Agung (NIT) serta R.T. Adil Puradiredja dan R.T.

Page 16: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

Djumhana (Negara Pasundan). Kubu kedua dipimpin oleh Sultan

Hamid II (Pontianak) dan dr. T. Mansur (Sumatera Timur). Kelompok

ini ingin agar garis kebijakan bekerjasama dengan Belanda tetap

dipertahankan BFO. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II-

nya, pertentangan antara dua kubu ini kian sengit. Dalam sidang-

sidang BFO selanjutnya kerap terjadi konfrontasi antara Anak Agung

dengan Sultan Hamid II. Dikemudian hari, Sultan Hamid II ternyata

bekerjasama dengan APRA Westerling mempersiapkan

pemberontakan terhadap pemerintah RIS.

Setelah Konferensi Meja Bundar atau KMB (1949), persaingan

antara golongan federalis dan unitaris makin lama makin mengarah

pada konflik terbuka di bidang militer, pembentukan Angkatan Perang

Republik Indonesia Serikat (APRIS) telah menimbulkan masalah

psikologis. Salah satu ketetapan dalam KMB menyebutkan bahwa inti

anggota APRIS diambil dari TNI, sedangkan lainnya diambil dari

personel mantan anggota KNIL. TNI sebagai inti APRIS berkeberatan

bekerjasama dengan bekas musuhnya, yaitu KNIL. Sebaliknya

anggota KNIL menuntut agar mereka ditetapkan sebagai aparat negara

bagian dan mereka menentang masuknya anggota TNI ke negara

bagian (TaufikAbdullah dan AB Lapian, 2012.). Kasus APRA

Westerling dan mantan pasukan KNIL Andi Aziz sebagaimana telah

dibahas sebelumnya adalah cermin dari pertentangan ini.

Namun selain pergolakan yang mengarah pada perpecahan,

pergolakan bernuansa positif bagi persatuan bangsa juga terjadi. Hal

ini terlihat ketika negara-negara bagian yang keberadaannya ingin

dipertahankan setelah KMB, harus berhadapan dengan tuntutan rakyat

yang ingin agar negara-negara bagian tersebut bergabung ke RI.

BAB III

PENUTUP

Page 17: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

3.1 Kesimpulan

Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warga negara bila

ditinjau dari kondisi geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada akan

terlihat bahwa pluralitas, suku, agama, ras dan antar golongan dijadikan

pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak bisa diterima begitu

saja.

Pendapat ini bisa benar untuk sebuah kasus tapi belum tentu benar

untuk kasus yang lain. Namun ada kondisi-kondisi struktural dan kultural

tertentu dalam masyarakat yang beraneka ragam yang terkadang terjadi

akibat dari suatu proses sejarah atau peninggalan penjajah masa lalu,

sehingga memerlukan penanganan khusus dengan pendekatan yang arif

namun tegas walaupun aspek hukum, keadilan dan sosial budaya merupakan

faktor berpengaruh dan perlu pemikiran sendiri.

Kepemimpinan (leadership) dari tingkat elit politik nasional hingga

kepemimpinan daerah, sangat menentukan dalam rangka meredam konflik

yang terjadi saat ini. Sedangkan peredaman konflik memerlukan tingkat

profesionalisme dari seluruh aparat hukum dan instansi terkait secara

terpadu dan tidak berpihak pada sebelah pihak.

Sekilas permasalahan tersebuat nampak biasa saja, namun apabila hal

ini terus terjadi dan tidak ada usaha dari pemerintah untuk menyelesaikan

persoalan tersebut, bukan tidak mungkin disintegrasi yang selama ini

dikhawatirkan akan terwujud. Pemerintah harus dapat merumuskan

kebijakan yang tegas dan tepat dalam aspek kehidupan dan pembangunan

bangsa, yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak dan semua wilayah.

3.2 Kritik dan Saran

Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi pertahanan serta upaya-upaya apa yang akan ditempuh, maka disarankan beberapa langkah sebagai berikut :1. Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus menerus

agar didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis multi kultural dapat dijadikan ajaran untuk mengelola setiap perbedaan agar muncul pengakuan secara sadar/tanpa paksaan dari setiap warga negara atas kemejemukan dengan segala perbedaannya.

Page 18: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

2. Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkat tertinggi, dalam membuat aturan atau kebijakan haruslah dapat memenuhi keterwakilan semua elemen masyarakat sebagai warga negara.

3. Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semua aturan dan tatanan yang berlaku, kalau perlu diambil sumpah seperti halnya setiap prajurit yang akan menjadi anggota TNI dan tata cara penyumpahan diatur dengan Undang-undang.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Web viewPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Waktu: 25 April 1950; Latar Belakang: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI. Pemimpin:

https://drive.google.com/file/d/0B3m9Q_S6Q7PFVmpJT1Z4TFBMbmM/view?pli=1

http://shshomework.blogspot.com/2013/03/makalah-tentang-ancaman-

disintegrasi.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Amir_fatah_copy.jpg

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Musso.jpg

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Akmuzakkar.jpg

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Teuku_Daud_Beureueh.jpg

https://id.wikipedia.org/w/index.php?

title=Berkas:Ihadjar.jpg&filetimestamp=20110306015658&

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:DNAidit.jpg

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Raymond_Westerling.jpg

http://2.bp.blogspot.com/-fnzwGklthyo/UIDbI0qssFI/AAAAAAAAAGI/dzTeBywxA1E/

s1600/Chris_Soumokil.jpg

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Kartosuwirjo_17_August_1950_KR.jpg