2
Visi Baru Pengelolaan Lingkungan Bersama Tim Satgas REDD+ Baru: Menuju Pembangunan Lestari dan Berkeadilan Jakarta, 17 Februari 2012 – Hari ini, Kuntoro Mangkusubroto, Ketua Satuan Tugas Kelembagaan REDD+, secara resmi memperkenalkan Tim Kerja andalannya untuk membawa tata kelola hutan dan lahan gambut Indonesia ke pendekatan baru. Pendekatan baru itu bernama REDD+, suatu mekanisme pembiayaan bagi pengurangan emisi hutan di negara berkembang. Lebih dari sekedar pembiayaan, REDD+ memberikan peluang untuk memperbaiki tata kelola hutan dan untuk memadukan secara harmonis prinsip konservasi dan pertumbuhan ekonomi. “Hutan Indonesia adalah yang ketiga terbesar di dunia. Sementara, lebih dari 60% emisi gas rumah kaca Indonesia dihasilkan dari hutan dan lahan gambut. Dengan demikian, penurunan emisi dari hutan dan lahan gambut menjadi bagian signifikan untuk mencapai target penurunan emisi,” ungkap Kuntoro. “Besaran hutan kita berbanding lurus dengan besarnya tantangan kita dalam memastikan hutan Indonesia tetap tegak, ekonomi tetap berkembang, dan masyarakat di sekitar hutan tetap sejahtera. Kita harus bekerja keras untuk memastikan REDD+ berhasil sejak dari perencanaan sampai dengan terwujudnya kesejahteraan rakyat.” Kuntoro, yang juga menjabat sebagai Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), menjelaskan bahwa tujuan dari skema pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+ atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) harus mencakup pertumbuhan yang berkesinambungan dan jalur-jalur alternatif menuju kesejahteraan bagi masyarakat yang paling terkena dampak dari program ini. “Karenanya, kita memandang REDD+ sebagai suatu kesempatan untuk melakukan pembaruan pada seperangkat aturan dan institusi kita, membangun kapasitas, mengembangkan peraturan dan mempromosikan partisipasi publik melalui pelibatan para pihak untuk memastikan bahwa agenda pembangunan kita benar-benar menuju suatu model pertumbuhan berwawasan lingkungan. Ini tidak gampang. Oleh karena itu, sepuluh Tim Kerja dibentuk untuk memberikan dukungan penuh kepada Satgas REDD+.” Satgas Kelembagaan REDD+ yang bersifat lintas sektor dan kementerian ini dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor 25 tahun 2011, melanjutkan mandat Satgas sebelumnya yang telah berakhir pada 30 Juni 2011. Hasil Satgas REDD+ pertama antara lain: dokumen Strategi Nasional REDD+ yang telah dikonsultasikan secara luas dengan berbagai pemangku kepentingan, Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut, serta dipilih dan disiapkannya Provinsi Kalimantan Tengah sebagai provinsi percontohan REDD+ yang pertama di Indonesia. Dengan mandat yang telah diperbarui, Satgas REDD+ Indonesia akan memasuki fase pembangunan institusi dan pelaksanaan program strategis. Sepuluh Tim Kerja yang diketuai oleh orang-orang terpilih, dari jajaran pemerintahan dan non-pemerintahan, akan bekerja dengan dedikasi penuh dalam membangun hubungan sinergis dengan instansi lain sepanjang 2012 ini. “Komposisi Tim Kerja ini merefleksikan semangat untuk menghadapi masalah-masalah era baru. Mereka akan bekerja mewujudkan komitmen Indonesia pada dunia secara tanggap, akuntabel dan profesional,” papar Kuntoro. Dengan dukungan Tim Kerja profesional ini, Satgas REDD+ akan mempersiapkan kelembagaan REDD+ Indonesia dengan mengusung pendekatan baru: memadukan secara sinergis hasil-hasil kerja lembaga-lembaga perumus kebijakan di tingkat nasional dengan penjaringan pengetahuan dan aspirasi di tingkat lokal. Dengan pendekatan baru ini, diharapkan lembaga yang terbentuk nantinya bisa menjadi lembaga yang tidak hanya sesuai prinsip tata kelola yang baik (good governance): transparan, partisipatif dan akuntabel, sekaligus juga otoritatif, responsif dan adaptif terhadap perkembangan dunia yang terus bergerak cepat. Siaran Pers

Visi Baru Pengelolaan Lingkungan Bersama Tim Satgas REDD+ Baru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Siaran Pers 17 Februari 2012

Citation preview

Page 1: Visi Baru Pengelolaan Lingkungan Bersama Tim Satgas REDD+ Baru

Visi Baru Pengelolaan Lingkungan Bersama Tim Satgas REDD+ Baru: Menuju Pembangunan Lestari dan Berkeadilan

Jakarta, 17 Februari 2012 – Hari ini, Kuntoro Mangkusubroto, Ketua Satuan Tugas Kelembagaan REDD+, secara resmi memperkenalkan Tim Kerja andalannya untuk membawa tata kelola hutan dan lahan gambut Indonesia ke pendekatan baru. Pendekatan baru itu bernama REDD+, suatu mekanisme pembiayaan bagi pengurangan emisi hutan di negara berkembang. Lebih dari sekedar pembiayaan, REDD+ memberikan peluang untuk memperbaiki tata kelola hutan dan untuk memadukan secara harmonis prinsip konservasi dan pertumbuhan ekonomi.

“Hutan Indonesia adalah yang ketiga terbesar di dunia. Sementara, lebih dari 60% emisi gas rumah kaca Indonesia dihasilkan dari hutan dan lahan gambut. Dengan demikian, penurunan emisi dari hutan dan lahan gambut menjadi bagian signifikan untuk mencapai target penurunan emisi,” ungkap Kuntoro. “Besaran hutan kita berbanding lurus dengan besarnya tantangan kita dalam memastikan hutan Indonesia tetap tegak, ekonomi tetap berkembang, dan masyarakat di sekitar hutan tetap sejahtera. Kita harus bekerja keras untuk memastikan REDD+ berhasil sejak dari perencanaan sampai dengan terwujudnya kesejahteraan rakyat.”

Kuntoro, yang juga menjabat sebagai Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), menjelaskan bahwa tujuan dari skema pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+ atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) harus mencakup pertumbuhan yang berkesinambungan dan jalur-jalur alternatif menuju kesejahteraan bagi masyarakat yang paling terkena dampak dari program ini. “Karenanya, kita memandang REDD+ sebagai suatu kesempatan untuk melakukan pembaruan pada seperangkat aturan dan institusi kita, membangun kapasitas, mengembangkan peraturan dan mempromosikan partisipasi publik melalui pelibatan para pihak untuk memastikan bahwa agenda pembangunan kita benar-benar menuju suatu model pertumbuhan berwawasan lingkungan. Ini tidak gampang. Oleh karena itu, sepuluh Tim Kerja dibentuk untuk memberikan dukungan penuh kepada Satgas REDD+.”

Satgas Kelembagaan REDD+ yang bersifat lintas sektor dan kementerian ini dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor 25 tahun 2011, melanjutkan mandat Satgas sebelumnya yang telah berakhir pada 30 Juni 2011. Hasil Satgas REDD+ pertama antara lain: dokumen Strategi Nasional REDD+ yang telah dikonsultasikan secara luas dengan berbagai pemangku kepentingan, Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut, serta dipilih dan disiapkannya Provinsi Kalimantan Tengah sebagai provinsi percontohan REDD+ yang pertama di Indonesia. Dengan mandat yang telah diperbarui, Satgas REDD+ Indonesia akan memasuki fase pembangunan institusi dan pelaksanaan program strategis.

Sepuluh Tim Kerja yang diketuai oleh orang-orang terpilih, dari jajaran pemerintahan dan non-pemerintahan, akan bekerja dengan dedikasi penuh dalam membangun hubungan sinergis dengan instansi lain sepanjang 2012 ini. “Komposisi Tim Kerja ini merefleksikan semangat untuk menghadapi masalah-masalah era baru. Mereka akan bekerja mewujudkan komitmen Indonesia pada dunia secara tanggap, akuntabel dan profesional,” papar Kuntoro.

Dengan dukungan Tim Kerja profesional ini, Satgas REDD+ akan mempersiapkan kelembagaan REDD+ Indonesia dengan mengusung pendekatan baru: memadukan secara sinergis hasil-hasil kerja lembaga-lembaga perumus kebijakan di tingkat nasional dengan penjaringan pengetahuan dan aspirasi di tingkat lokal. Dengan pendekatan baru ini, diharapkan lembaga yang terbentuk nantinya bisa menjadi lembaga yang tidak hanya sesuai prinsip tata kelola yang baik (good governance): transparan, partisipatif dan akuntabel, sekaligus juga otoritatif, responsif dan adaptif terhadap perkembangan dunia yang terus bergerak cepat.

Siaran Pers

Page 2: Visi Baru Pengelolaan Lingkungan Bersama Tim Satgas REDD+ Baru

Pada awal tahun ini, Satgas REDD+ ini telah mendapatkan sambutan positif. Bappenas telah mengajak Satgas REDD+ untuk memadukan agenda kerja dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK), sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden No 61/2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penuruan Emisi Gas Rumah Kaca, dan penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Propinsi REDD+. Kerjasama dua lembaga ini diharapkan bisa menjadi rintisan untuk kerjasama yang lebih luas dengan lembaga di tingkat nasional lainnya.

Penyusunan rencana aksi nasional dan daerah untuk penurunan emisi gas rumah kaca menjadi bagian dari perwujudan komitmen Presiden yang dinyatakan pada pertemuan G20 tahun 2009, untuk menurunkan emisi sebesar 26% dari skenario business as usual pada 2020, secara mandiri, atau 41% dengan dukungan internasional. Komitmen tersebut disambut baik oleh pemerintah Norwegia. Pada Mei 2010, Indonesia memasuki kemitraan dengan Norwegia untuk mendukung pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan melalui kontribusi sebesar USD 1 miliar, yang akan dibayarkan sesuai dengan jumlah emisi yang berhasil diturunkan.

Untuk informasi lebih lanjut silakan menghubungi:

Chandra KiranaKetua Kelompok Kerja Komunikasi dan Pelibatan Para Pihak Satgas Kelembagaan REDD++62 [email protected]