150
Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 Amri Analisis Perilaku Konsumen Maskapai Penerbangan Dalam Melakukan Pembelian Tiket Pesawat Melalui E-Commerce Adinda Chandralela dan Ahmad Yani Hazir Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Alam Surya Wijaya Luas Tanah, Jenis Bibit, Pemupukan, Pemiliharan Kebun dan Harga Kelapa Sawit Mempengaruhi Kondisi Kesejahteraan Petani Sawit Hamdan dan Afrizal Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya pada Pengangguran Dan Kemiskinan di Kota Pangkalpinang Suhardi Telaah Kepemilikan Kebenaran Ilmiah Pada Pengembangan Pengetahuan Akuntansi Oktarina Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Mengajar Guru Teguh Afrianto, Chandra Suwondo dan Wargianto Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Komitmen Pegawai terhadap Prestasi Kerja pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung Eka Rafida dan Adrian Radiansyah Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi, Lingkungan kerja, dan Keterlibatan Karyawan terhadap Organizational citizenship behavior (OCB) yang Berdampak Terhadap kinerja pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Tengah

Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Volume 3 Nomor 2 Desember 2017

Amri

Analisis Perilaku Konsumen Maskapai

Penerbangan Dalam Melakukan Pembelian Tiket

Pesawat Melalui E-Commerce

Adinda Chandralela dan Ahmad Yani Hazir

Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan, dan

Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

Alam Surya Wijaya

Luas Tanah, Jenis Bibit, Pemupukan, Pemiliharan

Kebun dan Harga Kelapa Sawit Mempengaruhi

Kondisi Kesejahteraan Petani Sawit

Hamdan dan Afrizal

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta

Dampaknya pada Pengangguran Dan Kemiskinan

di Kota Pangkalpinang

Suhardi

Telaah Kepemilikan Kebenaran Ilmiah Pada

Pengembangan Pengetahuan Akuntansi

Oktarina

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan

Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Mengajar

Guru

Teguh Afrianto, Chandra Suwondo dan

Wargianto

Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Komitmen

Pegawai terhadap Prestasi Kerja pada PT. Jasa

Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung

Eka Rafida dan Adrian Radiansyah

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional,

Budaya Organisasi, Lingkungan kerja, dan

Keterlibatan Karyawan terhadap Organizational

citizenship behavior (OCB) yang Berdampak

Terhadap kinerja pelayanan publik di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Bangka Tengah

Page 2: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

ISSN: 2443-2164 dan e-ISSN 2621-2358

DIPUBLIKASIKAN OLEH

PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN STIE PERTIBA PANGKALPINANG

JEM Jurnal Ekonomi dan Keuangan terbit sebagai media komunikasi dan informasi ilmiah ekonomi dan

manajemen, yang memuat tentang hasil ringkasan penelitian, survei dan tulisan ilmiah populer eknomi dan

manajemen. Redaksi menerima sumbangan tulisan para ahli, staf pengajar perguruan tinggi, praktisi, mahasiswa

yang peduli terhadap pembangunan ekonomi. Redaksi dapat menyingkat atau memperbaiki tulisan yang akan

dimuat tanpa mengubah maksud dan isinya.

DEWAN REDAKSI JURNAL JEM

Editor in Chief

Dr. Hamdan, S.Pd.,M.M

Editor

Juhari

Reviewer

Dr. Mohamad Makrus, SE., M.Acc

STIE Pertiba Pangkalpinang

Ahmad Yani, SE, M.Si, Ph.D

STIE Pertiba Pangkalpinang

Dr. Andy Yusfany, SE, M.Si

STIE Pertiba Pangkalpinang

Erwin, SE.,M.M., Ph.D

Universitas Bangka Belitung

Dr. Yolanda, S.E.,M.M

Universitas Borobudur

Dr. Pudji Astuty, SE.,MM

Universitas Borobudur

Dr. David Oktaviandi, M.Si

Bappelitbangda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Dr. Adrian Radiansyah, SE,M.M

Econom Bank BTN

Dr. Amri., MM

STIE Pertiba Pangkalpinang

Dr. Afrizal, MM

STIE Pertiba Pangkalpinang

Redaksi:

STIE Pertiba Pangkalpinang

Jl. Adyaksa 9 Kacang Pedang Pangkalpinang,

Telp/Fax :+62 717-422384/+62717-439289 E-mail: [email protected]

Page 3: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

ISSN: 2443-2164 dan e-ISSN 2621-2358

DAFTAR ISI

Analisis Perilaku Konsumen Maskapai Penerbangan dalam Melakukan Pembelian Tiket Pesawat Melalui E-Commerce

Amri .......................................................................................................................... 1-15

Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja

Pegawai

Adinda Chandralela dan Ahmad Yani Hazir ........................................................... 16-36

Luas Tanah, Jenis Bibit, Pemupukan, Pemiliharan Kebun dan Harga Kelapa Sawit

Mempengaruhi Kondisi Kesejahteraan Petani Sawit

Alam Surya Wijaya ................................................................................................... 37-48

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya pada Pengangguran Dan

Kemiskinan di Kota Pangkalpinang

Hamdan dan Afrizal .................................................................................................. 49-67

Telaah Kepemilikan Kebenaran Ilmiah Pada Pengembangan Pengetahuan Akuntansi

Suhardi ...................................................................................................................... 68-79

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja

Mengajar Guru

Oktarina .................................................................................................................... 80-93

Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Komitmen Pegawai terhadap Prestasi Kerja pada PT.

Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung

Teguh Afrianto, Chandra Suwondo dan Wargianto ............................................... 94-105

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi, Lingkungan kerja, dan

Keterlibatan Karyawan terhadap Organizational citizenship behavior (OCB) yang

Berdampak Terhadap kinerja pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Bangka Tengah

Eka Rafida dan Adrian Radiansyah .................................................................... 106-128

Page 4: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

ISSN: 2443-2164

1

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MASKAPAI PENERBANGAN DALAM

MELAKUKAN PEMBELIAN TIKET PESAWAT MELALUI E-COMMERCE

Amri Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pertiba Pangkalpinang

Abstract Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis

terhadap perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat

melalui e-Commerce. Populasi dalam penelitian ini merupakan pelanggan maskapai penerbangan Lion

Air yang pernah melakukan pembelian e-tiket di Wilayah Pulau Bangka yang berjumlah 250 responden.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan metoda regresi berganda.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh

signifikan dan positif terhadap perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan

pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce, variabel budaya terbukti mempunyai pengaruh signifikan

dan positif terhadap perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian

tiket pesawat melalui e-Commerce, variabel sosial terbukti mempunyai pengaruh signifikan dan positif

terhadap perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat

melalui e-Commerce

Keywords: e-Commerce, cultur, social, personal and psychology

1.1 Latar Belakang Masalah

Internet sebagai suatu teknologi komunikasi dan informasi adalah suatu yang

menyempurnakan platform perusahaan di dalam industri untuk membawa informasi

tentang produk atau jasa kepada pelanggan di seluruh penjuru dunia secara langsung

yang menjadikan waktu lebih efektif dan berbiaya rendah.

Gagasan “One Stop Shopping” dalam suatu industri atau penyelenggara bisnis

merupakan respon terhadap kecenderungan perilaku manusia (human psychology)

dalam melakukan pembelian. Meneliti berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku

pelanggan akan dapat mendukung gagasan tersebut. Perubahan atau pengembangan

sistem layanan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, khususnya

mengupayakan pelayanan terbaik agar konsumen dapat melakukan transaksi

perdagangan dengan nyaman, aman dan efisien. Perubahan perilaku konsumen dalam

melakukan transaksi pembelian harus dapat disikapi dengan baik. Analisis mengenai hal

ini sangat penting terutama bagi perusahaan yang ingin tetap eksis dalam iklim

persaingan yang ada. Perubahan perilaku yang salah satunya dibentuk oleh lingkungan

sosial budaya ini akan mempengaruhi paradigma penepatan, perumusan, dan

implementasi strategi bersaing.

Perilaku manusia terjadi apabila berinteraksi dengan lingkungannya dapat bersifat

komplek atau sederhana. Oleh karena itu munculnya pengaruh individu satu terhadap

individu lainnya, salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan dan perilaku konsumen

dalam memutuskan untuk membeli dan mengkonsumsi sebuah produk atau jasa adalah

perubahan lingkungan sosial budaya yang dapat membentuk perilaku konsumen.

Analisa mengenai hal ini sangat penting terutama bagi perusahaan yang ingin

melakukan ekspansi. Lingkungan sosial budaya ini akan membentuk perilaku

konsumen, termasuk didalamnya budaya daerah, personal value, demografi, dan

kepedulian konsumen yang semakin meningkat terhadap manfaat sosial.

Menurut Beurekat, (2005 Vol. 03 No.02, hal. 59-68), perilaku konsumen juga

dipengaruhi oleh sikap konsumen. Apabila konsumen memiliki sikap positif terhadap

suatu produk atau jasa maka konsumen akan berupaya membeli atau menggunakan jasa

Page 5: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 1-15

2

tersebut. Dengan kata lain berdasarkan pendapat di atas bahwa proses keputusan

pembelian yang dilakukan konsumen secara langsung maupun tidak langsung akan

dipengaruhi oleh faktor sosial budaya masyarakat secara luas dan konsumen biasanya

bertindak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Dengan

melakukan identifikasi dan eksplorasi karakteristik dari target market melalui proses

segmentasi yang sesuai dapat membantu perusahaan menghadapi persaingan bisnis

yang selalu mengalami perubahan.

Dalam konteks bisnis, banyak faktor mengapa perusahaan melakukan migrasi ke

media on-line diantaranya adalah untuk memenuhi ekspektasi customer based dan

perubahan lingkungan baik teknologi maupun lingkungan industri (Purbo, 2001, h. 23).

Agar proses migrasi dapat berjalan baik, setidaknya terdapat beberapa hal yang harus

mendapat pertimbangan perusahaan diantaranya membangun knowledge dalam upaya

menciptakan awareness kepada setiap penggunanya baik itu penguna internal maupun

eksternal.

Upaya membangun pengetahuan atau mengedukasikan konsumen terdapat

beberapa faktor yang berperan diantaranya kepribadian, kondisi sosial ekonomi dan

kebebasan dalam memperoleh informasi (Assael, 1995, h. 46). Kombinasi faktor

tersebut akan sangat berperan dalam membangun knowledge dan terciptanya awareness,

sebagai contoh pada faktor kebiasaan. Pelanggan yang sudah terbiasa memperoleh

informasi melalui media internet kemungkinan besar akan dengan mudah menyesuaikan

diri dengan mekanisme pembelian secara online, sehingga upaya meningkatkan

kesadaran (awareness) konsumen dalam penggunaan on-line bahwa penggunaan e-

commerce membuat waktu berbelanja menjadi singkat, tidak lagi berlama-lama

mengunjungi lokasi untuk mencapai atau memesan barang/jasa yang diinginkan, akan

menjadi lebih mudah jika dibandingkan dengan konsumen yang tidak terbiasa

berhubungan dengan teknologi informasi.

Menurut Kotler yang diterjemah oleh Benyamin Molan (2001, h.144), dalam

memahami perilaku konsumen perlu dipahami siapa konsumen, sebab dalam suatu

lingkungan yang berbeda akan memiliki penelitian, kebutuhan, pendapat, sikap dan

selera yang berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah

faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Sebagian faktor-faktor tersebut tidak

diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya harus diperhitungkan untuk mengetahui

seberapa jauh faktor-faktor perilaku konsumen tersebut mempengaruhi pembelian

konsumen.

Dari uraian diatas jelas bahwa faktor-faktor tersebut seperti faktor budaya, faktor

pribadi, faktor sosial dan faktor psikologis memiliki peran terhadap pembentukan

preferensi konsumen terhadap pembelian secara online. Semakin mapan kondisi

ekonomi pelanggan biasanya akan cenderung mencari kemudahan dalam melakukan

berbagai transaksi, dan transaksi online yang memiliki keunggulan khususnya efisiensi

dan efektivitas penggunaan waktu, tentu menjadi pilihan terbaik jika dibandingkan

dengan cara konvensional. Secara keseluruhan memang masih dapat dikatakan bahwa

infrastruktur untuk melaksanakan perdagangan di internet relatif baru dikenal oleh

masyarakat Indonesia dan frekuensi pemakainya pun belum terlalu banyak. Namun

perkembangan pelanggan dan pengguna internet di Indonesia telah menunjukkan

perkembangan yang cukup signifikan.

Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia yang lebih maju, seperti Singapura,

Taiwan dan Hongkong, Indonesia masih ketinggalan jauh. Indikasi yang kuat adalah

masih terbatasnya jumlah pelanggan internet yaitu baru sebesar 2.000.000 pelanggan

Page 6: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Analisis Perilaku Konsumen Maskapai Penerbangan Dalam Melakukan Pembelian Tiket Pesawat

Melalui E-Commerce

3

pada tahun 2007 (APJII) atau tidak lebih 13 persen dari total jumlah rumah tangga di

perkotaan. Dibandingkan dengan negara-negara Asia seperti Singapore memiliki

pelanggan sebanyak 47,4 persen, Taiwan 40 persen, dan Hongkong 26,7 persen dari

jumlah rumah tangga, maka kondisi pasar intenet di Indonesia masih ketinggalan jauh

(Newbyte, 2001, 42). Ditinjau dari gambaran statistik diatas maka tidak berlebihan jika

dikatakan bahwa masyrakat pengguna internet di Indonesia masih baru taraf pengenalan

atau masih merupakan pasar baru muncul (mulai), (Purbo, 2001, h. 59).

Pengembangan layanan maskapai penerbangan Lion Air guna meningkatkan

layanan kepada para pelanggan pada bulan September tahun 2009 membangun website

Lion Air yang juga digunakan sebagai media komunikasi dan informasi tentang jasa

yang ditawarkan oleh Lion Air berdampak cukup signifikan. Hal ini terlihat dari

tendensi kenaikan jumlah transaksi pembelian e-tiket secara online, bahwa sejak

diberlakukannya penjualan e-tiket pada bulan September 2009 hingga bulan Mei 2010

tranksaksi e-tiket terus mengalami peningkatan, peningkatan tertinggi terjadi pada bulan

Desember 2009 yaitu meningkat sebesar 2.790,57 % jika dibandingkan dengan bulan

sebelumnya peningkatan yang sangat signifikan ini disebabkan oleh hari libur lebaran

Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru pada bulan yang sama. Pada bulan Oktober 2009

dimana transaksi e-tiket meningkat sebesar 1.359,26 % jika dibandingkan pada awal

diberlakukannya e-tiket. Tendensi kenaikan transaksi e-tiket di atas mengindikasikan

bahwa respon pelanggan maskapai pernerbangan Lion Air terhadap transaksi online

sangat positif.

Adanya kecenderungan pelanggan maskapai penerbangan Lion Air memanfaatkan

fasilitas transaksi online disamping karena faktor kemudahan, dan juga harga yang lebih

murah jika dibandingkan dengan pelanggan yang melakukan pembelian secara langsung

diloket penjualan tiket Lion Air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis terhadap perilaku konsumen maskapai

penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

II. TEORI DAN HIPOTESIS

2.1. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam

persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa.

Perilaku konsumen dapat juga diartikan tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang

dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai,

memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau

pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan

tindakan-tindakan tersebut.

Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari.

Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci

untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka

membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka

membeli. Pemasar dapat mempelajari apa yang dibeli konsumen untuk mencari jawaban

atas pertanyaan mengenai apa yang mereka beli, dimana dan berapa banyak, tetapi

mempelajari mengenai alasan tingkah laku konsumen bukan hal yang mudah,

jawabannya seringkali tersembunyi jauh dalam benak konsumen.

Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen (2002)

mengatakan: “Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang

melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan, barang, jasa, pengalaman serta ide-

Page 7: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 1-15

4

ide”. Engel et. Al (1994) mengatakan tindakan yang langsung terlibat dalam perolehan,

pemakaian dan pengaturan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan mengikuti tindakan ini.

2.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Dalam memahami perilaku konsumen perlu dipahami siapa konsumen, sebab dalam

suatu lingkungan yang berbeda akan memiliki penelitian, kebutuhan, pendapat, sikap

dan selera yang berbeda.

Menurut Kotler, Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah

kebudayaan, faktor sosial, pribadi, psikologis. Sebagian faktor-faktor tersebut tidak

diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya harus diperhitungkan untuk mengetahui

seberapa jauh faktor-faktor perilaku konsumen tersebut mempengaruhi pembelian

konsumen.

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar untuk

mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari lembaga-lembaga penting

lainnya. Faktor kebudayaan memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada tingkah

laku konsumen. Pemasar harus mengetahui peran yang dimainkan oleh Budaya, sub

Budaya dan kelas sosial.

Kelas sosial merupakan Pembagian masyarakat yang relatif homogen dan

permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai,

minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti

pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan,

kekayaan dan variabel lain. Dalam beberapa sistem sosial, anggota dari kelas yang

berbeda memelihara peran tertentu dan tidak dapat mengubah posisi sosial mereka.

Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, yaitu Kelompok,

keluarga serta peran dan status.

Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang

berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan

bertahan lama terhadap lingkungan. Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi, yaitu usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi dan

gaya hidup, kepribadian dan konsep diri. Sedangkan Faktor psikologis sebagai bagian

dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa

mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan datang.

Pilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologi yang

penting adalah motivasi, persepsi, pengetahuan dan keyakinan dan sikap

2.2. Electronic Commerce Internet merupaka jaringan raksasa yang menghubungkan semua komputer diseluruh

dunia. Kemunculan Internet diawali pada 1969, ketika ARPA (Advance Research

Project Agency), Departemen Pertahanan Amerika, memperkenalkan ARPAnet.

ARPAnet merupakan jaringan riset dan pertahanan yang dibuat untuk riset jaringan dan

komunikasi, yang pada waktu itu diadakan riset untuk menghubungkan sejumlah

komputer sehingga membentuk jaringan organik. Kehadiran Internet membuat

perubahan yang asngat besar terhadap lingkungan, ketika pada 1991, Tim Berners Lee

menemukan program editor dan browser yang bisa menjelajah antara satu kompuer

dengan komputer lainnya yang membentuk jaringan tersebut. Program inilah yang

disebut World Wide Web (WWW). Dibandingkan dengan media penyebaran informasi

Page 8: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Analisis Perilaku Konsumen Maskapai Penerbangan Dalam Melakukan Pembelian Tiket Pesawat

Melalui E-Commerce

5

lainnya. Internet dan WWW memperlihatkan waktu yang paling cepat untuk

menyebarkan 10 juta konsumen (Turban, 2000).

Berkembangnya Internet serta ditemukannya Web telah mendorong

berkembangnya bisnis melalui Internet. Berbagai macam istilah baru bermunculan

sebagai perwujudan munculnya model-model bisnis baru dengan memanfaatkan

perkembangan teknologi informasi ini. E-commerce, e-business, e-government, e-

publish, m-commerce, dan masih banyak istilah lain yang terus bermunculan.

Lebih lanjut, transaksi melalui internet bisa di klasifikasikan berdasarkan

karakteristik transaksi menjadi enam jenis (Turban, Et al, 2000), yaitu: B2B (Business

to Business), meliputi transaksi pasar elektronik (electronic market transactions) antar

organisasi. Tipe-tipe IOS antara lain berupa EDI, extranets, electronic funds transfer,

electronic forms, intergrated messaging, shared databases, dan supply chain

management. Hingga saat ini tipe B2B adalah yang paling dominant dalam praktek e-

business; B2C (Business to Customer), yaitu transaksi ritel dengan pembeli individual;

C2C (Customer to Customer), dimana konsumen menjual produk secara langsung

kepada konsumen lainnya. Biasanya individu mengiklankan produk, jasa, pengetahuan,

maupun keahliannya disalah satu situs lelang atau classified ads; C2B (Customer to

Business), meliputi individu yang menjual produk atau jasa kepada organisasi, serta

individu yang mencari penjual, bertransaksi dengan penjual tersebut, dan melakukan

transaksi. Non-Business electronic Commerce: terdiri dari institusi non bisnis seperti

lembaga pendidikan, organisasi nirlaba, organisasi keagamaan, organisasi sosial, dan

instansi pemerintah.

E-commerce telah menjadi bagian yang penting dari sektor bisnis khusus

(private) dan umum (public) (Purbo, 2001). E-commerce sebagai bagian model bisnis

baru dengan menggunakan teknoogi informasi dan telekomunikasi telah memberikan

pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan tata social dan ekonomi masyarakat.

Dijelaskan juga bahwa e-commerce secara umum menunjukkan seluruh bentuk

transaksi yang berhubungan dengan aktifitas-aktifitas perdagangan, termasuk organisasi

dan perorangan yang berdasarkan pada pemosesan dan transmisi data digital termasuk

teks, suara, dan gambar-gambar visual (OECD, 1997). Definisi e-commerce bisa

ditinjau dari lima perspektif, yaitu: on-line, purchasing, digital communication, service,

business process, dan market of one perspective (Chandra, 2001).

3.1. Hipotesis

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor budaya, sosial, pribadi dan

psikologis secara simultan terhadap perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion

Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor budaya terhadap perilaku

konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket

pesawat melalui e-Commerce.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sosial terhadap perilaku konsumen

maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui

e-Commerce.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor pribadi terhadap perilaku

konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket

pesawat melalui e-Commerce.

Page 9: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 1-15

6

5. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor psikologis terhadap perilaku

konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket

pesawat melalui e-Commerce .

III. METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Populasi, Sampel dan Sampling

Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pelanggan maskapai penerbangan

Lion Air yang pernah melakukan pembelian e-tiket di Wilayah Bangka Belitung.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Untuk

menentukan besarnya sampel yang digunakan, peneliti menggunakan rumus dari Paul

Leedy karena peneliti tidak mengetahui secara pasti jumlah populasi pelanggan

maskapai penerbangan Lion Air yang pernah melakukan pembelian e-tiket di Wilayah

Bangka Belitung.

Berdasarkan pertimbangan peneliti mengambil sejumlah 250 orang atau

pelanggan maskapai penerbangan Lion Air yang pernah melakukan pembelian e-tiket di

Wilayah Bangka Belitung yang dijadikan sebagai responden dan dianggap representatif

atau mewakili seluruh populasi penelitian.

1.2. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis membuat penelitian dengan menggunakan empat variabel

bebas (independent variable) yaitu budaya(X1), sosial (X2), pribadi (X3) dan psikologis

(X4) dan satu variabel terikat (dependent variable) yaitu Perilaku Konsumen(Y).

1.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penyebaran kuesioner melalui email yang ditujukan kepada

sebagian pengguna jasa Lion Air yang melakukan transaksi pembelian tiket melalui

internet. Cara pengumpulan data dilakukan dengan drop-off survey yaitu kuesioner

dikirim via email kepada responden untuk di isi, kemudian setelah responden

memberikan jawaban, responden akan mengirim kembali dan peneliti akan memeriksa

emal secara berkala untuk mengambil kuesioner yang telah diisi oleh responden. Waktu

pengumpulan data dilakukaj peneliti pada bulan Oktober-Desember 2017.

1.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner.

Sumber Informasi dalam teknik ini adalah orang-orang yang biasa disebut responden.

Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang bertujuan menggali informasi.

Dalam penelitian ini penyebaran kuesioner melalui email yang ditujukan kepada

sebagian pengguna jasa Lion Air yang melakukan transaksi pembelian tiket melalui

internet. Cara pengumpulan data dilakukan dengan drop-off survey yaitu kuesioner

dikirim via email kepada responden untuk di isi, kemudian setelah responden

memberikan jawaban, responden akan mengirim kembali dan peneliti akan memeriksa

emal secara berkala untuk mengambil kuesioner yang telah diisi oleh responden.

1.5. Teknik Analisis Data

1. Uji Validitas

Uji validitas diperlukan untuk mengukur seberapa valid atau tidaknya suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi, uji validitas

menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur

(Jogiyanto, 2004). Rumus yang digunakan dalam uji validitas ini adalah Korelasi

Page 10: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Analisis Perilaku Konsumen Maskapai Penerbangan Dalam Melakukan Pembelian Tiket Pesawat

Melalui E-Commerce

7

Pearson (pearson correlation) dengan cara mengkorelasikan jawaban pada setiap butir

pertanyaan dengan skor total. Kriteria penilaian uji validitas adalah:

a. Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5 %), maka dapat dikatakan item

kuesioner tersebut valid.

b. Apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikansi 5 %), maka dapat dikatakan item

kuesioner tersebut tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah menguji apakah hasil kuesioner dapat dipercaya atau tidak.

Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.

Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-

butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu. Secara eksternal dapat dilakukan

dengan test retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Perhitungan uji

reliabilitas pada penelitian ini menggunakan analisis yang dikembangkan oleh Alpha

Cronbach. Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang

diperoleh >0,60 (Imam Ghozali, 2009).

3. Uji Asumsi Klasik

Bagian penting dari prosedur statistik mengenai model dari data adalah menetapkan

seberapa baik model tersebut secara nyata cocok (goodness of fit), sekaligus mendeteksi

kemungkinan penyimpangan asumsi yang diperlukan dalam data yang dianalisis. Untuk

itu, dalam penelitian ini ada tiga formula yang dipergunakan (Data diolah dengan

menggunakan program SPSS versi 17), yaitu:

a. Uji Normalitas Data

Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau mendekati normal bisa

dilakukan dengan melihat grafik normal probability plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi

normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data

akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis

yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Sedangkan

jika terlihat titik-titik menyebar jauh disekitar garis diagonal, maka data tidak

memenuhi asumsi normalitas (Imam Ghozali, 2009).

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang sangat kuat antara variabel

bebas dalam regresi. Model regresi mengasumsikan tidak adanya multikolinearitas atau

tidak adanya hubungan (korelasi) yang sempurna antara variabel bebas yang satu

dengan variabel bebas yang lain. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat

dilakukan dengan cara melihat nilai koefisien korelasi antara variabel bebas, dimana

terdapat nilai korelasi yang sangat kuat (r > 0,9), maka terdapat gejala multikolinearitas

dalam model regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat

dilakukan dengan cara melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-

masing variabel bebas. Nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dalam model regresi tidak

terdapat gejala multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Masalah serius lain yang mungkin timbul dalam analisa regresi berganda adalah

heterokedastisitas (heteroscedasticity).Hal ini timbul pada saat asumsi bahwa varians

dari faktor galat adalah konstan untuk semua variabel bebas yang tidak terpenuhi. Jika

varians tidak sama, dikatakan terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya

heterokedastisitas dalam model regresi dapat juga digunakan analisis residual berupa

Page 11: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 1-15

8

grafik dengan dasar pengambilan keputusan jika pola tertentu seperti titik-titik yang ada

membentuk suatu pola tertentu yang teratur, maka terjadilah heterokedastisitas atau

sebaliknya (Imam Ghozali, 2009, h. 38).

4. Analisis Regresi Berganda

Data-data yang telah ada dianalisis secara kuantitatif menggunakan sistem model

statistik dalam program komputer (SPSS Versi 17.0) dengan metode analisis regresi

berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan untuk

menganalisis pengaruh variabel bebas yang terdiri dari budaya (X1), sosial(X2), pribadi

(X3) dan psikologis (X4) terhadap variabel terikat yaitu perilaku konsumen (Y).

Persamaan model analisis regresi berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan:

Yi= b0 +b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Dimana:

Yi = Prilaku Konsumen

X1 = Budaya

X2 = Sosial

X3 = Pribadi

X4 = Psikologis

b0 = Konstanta

b1- b4 = Koefisien regresi untuk X1- X4

e = error term (kesalahan estimasi)

5. Uji Hipotesis

Untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini dilakukan dengan

uji serempak (uji F) dan uji parsial (uji t). Dalam penelitian ini ditetapkan tingkat

signifikansi (significance level) = 95% (α = 0,05)

a. Uji Serempak (Uji F)

Pengujian terhadap model regresi menggunakan uji serempak (uji F), dimana tingkat

signifikansi (significance level) yang dipilih adalah tingkat keyakinan 95% (α = 0,05)

dan mendukung suatu hipotesis dan menggunakan probabilitas kesalahan sebesar 5%.

Langkah-langkah pengujian hipotesis:

H0= b1, b1 ≠ 0 (Ada pengaruh yang signifikan antara budaya (X1), sosial(X2), pribadi

(X3) dan psikologis (X4) secara simultan (serempak) terhadap perilaku konsumen (Y).

Untuk menguji hipotesis apakah diterima atau ditolak yaitu dengan membandingkan

nilai F hitung dengan F tabel.

1) Jika F hitung > F tabel atau probabilitas < 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima,

artinya variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

2) Jika F hitung < F tabel atau probabilitas kesalahan > 5% maka H0 diterima dan H1

ditolak, artinya variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat.

b. Uji t

Uji digunakan untuk menguji keberartian pengaruh masing- masing variabel bebas

(secara parsial) terhadap variabel terikat

Kriteria pengujian dinyatakan dengan: H0: b1 = 0 (Tidak ada pengaruh yang signifikan antara budaya (X1), sosial(X2), pribadi

(X3) dan psikologis (X4) secara parsial terhadap perilaku konsumen (Y))

H0: b1 ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan antara budaya (X1), sosial(X2), pribadi (X3)

dan psikologis (X4) secara parsial terhadap perilaku konsumen (Y))

Page 12: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Analisis Perilaku Konsumen Maskapai Penerbangan Dalam Melakukan Pembelian Tiket Pesawat

Melalui E-Commerce

9

Untuk menguji hipotesis apakah diterima atau ditolak yaitu dengan membandingkan

nilai t hitung dengan t tabel.

1) Jika t hitung > t tabel atau probalitas < 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya

secara parsial variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

2) Jika t hitung < t tabel atau probalitas kesalahan > 5% maka H0 diterima dan H1

ditolak, artinya secara parsial variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hubungan Budaya Terhadap Perilaku Konsumen

Berdasarkan hasil analisis data hubungan budaya terhadap perilaku konsumen seperti

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Uji korelasi 1

Dari tabel di atas dapat di lihat hasil koefisien korelasi antara variabel budaya (X1)

dengan variabel perilaku konsumen(Y) sebesar 0,568. Hal ini berarti bahwa budaya

(X1) mempunyai pengaruh yang cukup kuat dan positif terhadap perilaku konsumen(Y)

maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-

Commerce. Sedangkan berdasarkan uji determinasi (R2) didapatkan besarnya pengaruh

variabel budaya(X1) terhadap variabel perilaku konsumen (Y) sebesar 32,26%.

B. Hubungan Sosial Terhadap Perilaku Konsumen

Berdasarkan hasil analisis data pengaruh sosial terhadap perilaku konsumen seperti pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.8. Uji korelasi 2

Correlations

X2 PK

X2 Pearson Correlation 1 .639**

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

PK Pearson Correlation .639**

1

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel di atas dapat di lihat hasil koefisien korelasi antara variabel sosial (X2)

dengan variabel perilaku konsumen(Y) sebesar 0,639. Hal ini berarti bahwa sosial (X2)

mempunyai pengaruh terhadap perilaku konsumen(Y) maskapai penerbangan Lion Air

Correlations

X1 PK

X1 Pearson Correlation 1 .568**

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

PK Pearson Correlation .568**

1

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 13: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 1-15

10

dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce. Sedangkan

berdasarkan uji determinasi (R2) didapatkan besarnya pengaruh variabel sosial (X2)

terhadap variabel perilaku konsumen (Y) maskapai penerbangan Lion Air dalam

melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce sebesar 40,83 %.

C. Hubungan Pribadi Terhadap Perilaku Konsumen

Berdasarkan hasil analisis data pengaruh pribadi terhadap perilaku konsumen seperti

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9. Uji korelasi 3 Correlations

X3 PK

X3 Pearson Correlation 1 .498**

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

PK Pearson Correlation .498**

1

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel di atas dapat di lihat hasil koefisien korelasi antara variabel pribadi

(X3) dengan variabel perilaku konsumen(Y) sebesar 0,498. Hal ini berarti bahwa

pribadi (X3) mempunyai pengaruh terhadap perilaku konsumen(Y) maskapai

penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

Sedangkan berdasarkan uji determinasi (R2) didapatkan besarnya pengaruh variabel

pribadi (X3) terhadap variabel perilaku konsumen (Y) maskapai penerbangan Lion Air

dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce sebesar 24,80 %.

D. Hubungan Psikologis Terhadap Perilaku Konsumen

Berdasarkan hasil analisis data pengaruh psikologis terhadap perilaku konsumen seperti

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10. Uji korelasi 4 Correlations

X4 PK

X4 Pearson Correlation 1 .556**

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

PK Pearson Correlation .556**

1

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel di atas dapat di lihat hasil koefisien korelasi antara variabel

psikologis(X4) dengan variabel perilaku konsumen(Y) sebesar 0,556. Hal ini berarti

bahwa psikologis (X4) mempunyai pengaruh terhadap perilaku konsumen(Y) maskapai

penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

Sedangkan berdasarkan uji determinasi (R2) didapatkan besarnya pengaruh variabel

psikologis (X4) terhadap variabel perilaku konsumen (Y) maskapai penerbangan Lion

Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce sebesar 30,91 %.

Page 14: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Analisis Perilaku Konsumen Maskapai Penerbangan Dalam Melakukan Pembelian Tiket Pesawat

Melalui E-Commerce

11

E. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara variabel budaya,

sosial, pribadi dan psikologis dengan perilaku konsumen. Dari pengujian diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.12 Analisis Regresi Berganda

MODEL UNSTANDARDIZED COEFFICIENTS

B Std. Error

Constant 0,950 0,969

Budaya 0,160 0,046

Sosial 0,266 0,052

Pribadi 0.166 0,065

Psikologis 0,130 0,064

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai

berikut:

Yi= 0,950 + 0,160X1 + 0,266X2 + 0,166 X3 + 0,130 X4 + e

Persamaan diatas menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara

variabel budaya, sosial, pribadi dan psikologis terhadap perilaku konsumen maskapai

penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

H. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi digunakan untuk menunjukkan proporsi variabel

dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. R2 mampu memberikan informasi

mengenai variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh model regresi yang

digunakan. Apabila R2 mendekati angka satu berarti terdapat hubungan yang kuat. Nilai

R2 yang diperoleh dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.13. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .759a .576 .558 .876

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2

b. Dependent Variable: PK

Tabel diatas menunjukkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,576 artinya

bahwa 57,6% variasi dari variabel perilaku konsumen dapat dijelaskan oleh variabel

budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Sedangkan 42,4% lainnya dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini.

I. Uji F

1. Uji F. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh budaya, sosial,

pribadi dan psikologis secara simultan terhadap perilaku konsumen maskapai

penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

Hasil pengujian F dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.14 Nilai F- Hitung Model Sum of

squares

Df Mean

Squares

F Sig

Regression

Residual

Total

99.264

72.976

172,240

4

95

99

24.816

0.768

32.306 .000a

Page 15: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 1-15

12

Tabel di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan nilai F hitung sebesar

32,306 Sedangkan F tabel pada taraf signifikan α= 5%, derajat pembilang (k-1, 5-1=4),

derajat penyebut (n-k, 100-4=96), maka didapat F tabel sebesar 2,37 dan F hitung > F

Tabel Atau pada tabel ANOVA terlihat nilai signifikansi 0,000 untuk seluruh variabel,

sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan

bahwa secara bersama-sama ada pengaruh antara budaya, sosial, pribadi dan psikologis

terhadap perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan

pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

2. Uji t

Uji t ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh budaya, sosial, pribadi

dan psikologis secara parsial terhadap perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion

Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce. Hasil uji parsial

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.15. Uji t Model Unstandaridized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error

(Constant) 0.950 0.969 0.981 0.019

Budaya 0.160 0.046 3.468 0.001

Sosial 0.266 0.052 5.146 0.000

Pribadi 0.166 0.065 2.565 0.012

Psikologis 0.130 0.064 2.473 0.028

a) Pengaruh Variabel budaya terhadap perilaku konsumen

Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.15 di atas diperoleh nilai t-hitung variabel

budaya (3,468) > nilai t tabel (1,985) atau signifikansi 0,001 < 0,05, maka Ho

ditolak dan H1 diterima. Berarti variabel budaya terbukti mempunyai pengaruh

signifikan dan positif secara parsial terhadap perilaku konsumen maskapai

penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-

Commerce.

b) Pengaruh Variabel sosial terhadap perilaku konsumen

Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.15 di atas diperoleh nilai t-hitung variabel

sosial (5,146) > nilai t tabel (1,985) atau signifikansi 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak

dan H1diterima. Berarti variabel sosial terbukti mempunyai pengaruh signifikan dan

positif secara parsial terhadap perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air

dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

c) Pengaruh Variabel pribadi terhadap perilaku konsumen

Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.15 di atas diperoleh nilai t-hitung variabel

pribadi (2.565) > nilai t tabel (1,985) atau signifikansi 0,012 < 0,05, maka Ho

ditolak dan H1diterima. Berarti variabel pribadi terbukti mempunyai pengaruh

signifikan dan positif secara parsial terhadap perilaku konsumen maskapai

penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-

Commerce.

d) Pengaruh Variabel psikologis terhadap perilaku konsumen

Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.15 di atas diperoleh nilai t-hitung variabel

psikologis (2.473) > nilai t tabel (1,985) atau signifikansi 0,028 < 0,05, maka Ho

ditolak dan H1diterima. Berarti variabel psikologis terbukti mempunyai pengaruh

signifikan dan positif secara parsial terhadap perilaku konsumen maskapai

Page 16: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Analisis Perilaku Konsumen Maskapai Penerbangan Dalam Melakukan Pembelian Tiket Pesawat

Melalui E-Commerce

13

penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-

Commerce.

J. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat dilihat bahwa pencarian sampel responden

untuk memperoleh informasi tentang pengaruh budaya, sosial, pribadi dan psikologis

terhadap perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan

pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce dapat memenuhi persyaratan data yang

akurat dan valid.

Hasil pengujian pada instrumen penelitian menunjukkan bahwa butir pertanyaan

100% valid dan pertanyaan pada tiap variabel menunjukkan pertanyaan yang reliabel

(handal), instrumen sah untuk dilakukan dalam analisis berikutnya.

Dari hasil analisis regresi berganda Yi= 0,950 + 0,160X1 + 0,266X2 + 0,166 X3 +

0,130 X4 + e, bahwa budaya, sosial, pribadi dan psikologis mempunyai pengaruh positif

terhadap perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan

pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

Dari hasil analisis secara simultan, bahwa variabel budaya, sosial, pribadi dan

psikologis mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku konsumen maskapai

penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

Hal ini, sesuai dengan pendapat Heri Kurniawan (2006) yang menyatakan secara

simultan bahwa variabel budaya, sosial, pribadi dan psikologis mempunyai pengaruh

positif terhadap perilaku konsumen. Sedangkan dari hasil analisis secara parsial, bahwa

variabel budaya terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku konsumen

maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-

Commerce. Hal ini, sesuai dengan pendapat Heri Kurniawan (2006) yang menyatakan

secara parsial variabel budaya mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku

konsumen.

Secara parsial, variabel sosial terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap

perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket

pesawat melalui e-Commerce. Hal ini, sesuai dengan pendapat Heri Kurniawan (2006)

yang menyatakan secara parsial variabel sosial mempunyai pengaruh positif terhadap

perilaku konsumen. Secara parsial, variabel pribadi terbukti mempunyai pengaruh

positif terhadap perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan

pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce. Hal ini, sesuai dengan pendapat Heri

Kurniawan (2006) yang menyatakan secara parsial variabel pribadi mempunyai

pengaruh positif terhadap perilaku konsumen.

Secara parsial, variabel psikologis terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap

perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket

pesawat melalui e-Commerce. Hal ini, sesuai dengan pendapat Heri Kurniawan (2006)

yang menyatakan secara parsial variabel psikologis mempunyai pengaruh positif

terhadap perilaku konsumen.

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi diketahui bahwa koefisien determinasi

(R2) sebesar 0,576 artinya bahwa 57,6% variasi dari variabel perilaku konsumen dapat

dijelaskan oleh variabel budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Sedangkan 42,4%

lainnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini.

Berdasarkan uji determinasi variabel yang dominan mempengaruhi perilaku

konsumen adalah variabel sosial. Hal ini, menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan,

pengalaman dari anggota keluarga dan mengikuti teman dianggap penting dalam

Page 17: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 1-15

14

menentukan perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan

pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pengujian diperoleh hasil bahwa faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis

mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap perilaku konsumen maskapai

penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce,

variabel budaya terbukti mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap perilaku

konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat

melalui e-Commerce, variabel sosial terbukti mempunyai pengaruh signifikan dan

positif terhadap perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan

pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

Berdasarkan hasil analisis secara parsial didapatkan bahwa variabel pribadi

terbukti mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap perilaku konsumen

maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-

Commerce, variabel psikologis terbukti mempunyai pengaruh signifikan dan positif

terhadap perilaku konsumen maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan

pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

Bebererapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan dalam penelitian ini, diantaranya untuk melihat perilaku konsumen

maskapai penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-

Commerce, maka perlu diperhatikan faktor psikologis dari pembeli yaitu: motivasi,

persepsi dan pengetahuan dari pembeli, karena pengaruhnya lebih kecil dari variabel

sosial, pribadi dan budaya., kepada pihak Penerbangan Lion Air diharapkan untuk

menyediakan perangkat atau sistem yang lebih mudah lagi bagi konsumen untuk

melakukan transaksi secara e-commerce sehingga dapat memacu minat konsumen untuk

melakukan transaksi yang lebih intensif, perlunya kajian atau penelitian lebih lanjut

terhadap faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi perilaku konsumen maskapai

penerbangan Lion Air dalam melakukan pembelian tiket pesawat melalui e-Commerce.

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I (1985). “From intentions to actions: a theory of planned behavior”, in Kuhl, J

and Beckman, J. (Eds), Action-Control: From Cognition Behavior, Springer,

Heidelberg, pp. 11-39

Anoraga, Pandji, (2000), Manajemen Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Assael, H (1995), “Costumer Behavior and marketing action”. International Thompson

Publising, Cincinnati Ohio.

Assauri, Sofjan. 1999. Manajemen Pemasaran. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada

Jakarta.

Battacherjee, A. (2000), “Acceptance of e-commerce services: the case of electronic

brokerages”, IEEE Transaction on Systems, and Cybernetics-Part A: System and

Humans, Vol. 30 No.4, pp.411-20.

Better Business Bureau (2001), “Third-party assurance boosts online

purchasing”,available at: www.bbbline.org//about/press/2001/

Page 18: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Analisis Perilaku Konsumen Maskapai Penerbangan Dalam Melakukan Pembelian Tiket Pesawat

Melalui E-Commerce

15

Beurekat, (2005), Faktor Lingkungan Sebagai Penentu Perilaku Konsumen, Jurnal

Ilmiah Manajemen dan Bisnis, Vol. 03 No.02, pp. 59-68.

Engel, James F.,dkk, (1994), Perilaku Konsumen, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.

Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17.

Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Green, H. (2002), “Lessons of the cyber survivor”, Business Week, April 22, p. 42.

Harrison, D.A., Mykytyn, P.P. and Riemenshneider, C.K. (1997), “Executive decisions

about adoption of information technology in small business: theory and empirical

tests”, Information Systems Research, Vol. 8 No.2, pp. 171-95.

Horrigan, J.B. (2002), “Getting serious online”, Pew Internet & American Life Project,

available at: www.pewinternet.org

Husaini, Usman., (2004), Metodologi Penelitian Sosial, Cetakan Kelima, Penerbit Bumi

Aksara, Jakarta.

Jarvenpaa, S.L. and Todd, P.A. (1997), “Is there a future for retailing on the Internet” ,

in Peterson, R.A. (Ed.), Electronic Marketing and the Consumer, Sage, Thousand

Oaks, CA, pp. 139-54

Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-

pengalaman. Yoyakarta: BPFE.

Jupiter Research (2003), “online retail spending to soar in the US”, available at:

www.nua.net

Kotler, Philip, Killer. 2007. Manajemen Pemasaran. Diterjemah oleh Benyamin Molan.

Editor oleh: Bambang Sarwiji. Edisi 12. Jakarta: PT. Index.

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Bumi Aksara. Jakarta.

Kurniawan, Heri. 2006. Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap

Pembelian Produk Mie Sedap. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka.

Malang.

Purbo, Onno W., Wahyudi, Aang Arif. (2001). Mengenal e Commerce. Jakarta: PT.

Elex Media Komputindo.

Rakmat, Jallaluddin., (1999), Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya,

Cetakan Ketujuh, Bandung.

Suhardi dan Darus Altin. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Bank BPR Konvensional di

Indonesia Periode 2009 sampai 2012. Pekbis Jurnal. Vol. 5, No.2, Juli 2013: 101-

110.

Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Ke enam. Penerbit.

Andy. Yogyakarta.

Turban, Efraim., Lee, Jae., King, David., and Chung, Michael H. (2000). Electronic

Commerce A Managerial Perspective. New Jersey: Prentice Hall International

Promasanti, Ira. 2001. “One-Stop Surfing Yogyakarta Dot Com Virtual Enterprise.”

Seminar Nasional E-Business: Application and Strategy form Small and Medium

Business, 5 Mei 2001 dilaksanakan oleh Magister Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta

Wicaksana, I Wayan S., dan Wiryana, I Made, (1999). Web Sebagai Media Marketing.

[on-line]. Available: http://www.ngelmu.dhs.org

Winardi, (1999), Marketing dan Perilaku Konsumen, Mandar Madju, Jakarta.

Page 19: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

ISSN: 2443-2164

16

PENGARUH KOMUNIKASI, KEPEMIMPINAN,

DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI

Adinda Chandralela DPPKAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Ahmad Yani Hazir Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pertiba Pangkalpinang

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan adalah untuk menganalisis pengaruh komunikasi, kepemimpinan, dan budaya

organisasi terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset

Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Populasi yang dijadikan sampel yang digunakan adalah

sebanyak 117 Pegawai Negeri Sipil Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner, yang disusun dalam

skala 1-5, skor 1 untuk tanggapan yang sangat tidak setuju dan skor 5 untuk tanggapan yang sangat

setuju. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji validitas, uji reabilitas, uji normalitas, dan

pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi dan kepemimipinan berkontribusi secara

simultan dan signifikan terhadap budaya organisasi serta kepemimpinan dan budaya organisasi juga

berkontribusi dan simultan terhadap kinerja pegawai.

Keywords: komunikasi, kepemimpinan, budaya organisasi, kinerja pegawai

1.1. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan teknologi informasi sejak tahun 1980-an memiliki pengaruh

yang sangat dominan terhadap perubahan manajemen pemerintahan. Akibatnya,

birokrasi pemerintahan kekurangan sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari

segi kepemimpinan, manajemen, kemampuan, maupun keterampilan teknis yang sesuai

dengan kebutuhan pembangunan. Pembagian tugas yang tidak jelas menyebabkan

ketidak-efisienan penggunaan Sumber Daya Manusia dan hanya penumpukan pegawai

dalam satu unit kerja atau instansi (Sundarso, 2007).

Suatu organisasi terdiri atas bagian atau departemen yang saling bekerja sama

dan tergantung satu sama lain (Sunyoto, 2011). Secara umum, semakin besar organisasi,

semakin besar kebutuhan untuk desentralisasi pengambilan keputusan. Hal ini terjadi

karena pertanyaan kompleks yang harus dijawab paling baik diatasi oleh beragam orang

dengan area keahlian yang berbeda. (Bessie, 2010). Oleh karena itu, komunikasi sangat

penting untuk keberhasilan kepemimpinan dan manajemen. Seorang pemimpin

mempunyai kewenangan dan tanggung jawab formal untuk berkomunikasi dengan

banyak orang dalam organisasi. Keragaman budaya dan teknologi komunikasi yang

berkembang dengan pesat juga menambah kompleksitas komunikasi dalam organisasi

ini. Karena kompleksitas ini, pemimpin harus memahami setiap situasi unik dengan

cukup baik agar dapat memilih jaringan atau saluran komunikasi internal yang paling

tepat. (Bessie, 2010)

Dalam lingkungan instansi pemerintah, dikenal adanya budaya kerja aparatur

negara. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 tanggal 09 Juli 2002 tentang Pedoman Pengembangan Budaya Kerja, budaya organisai adalah sistem nilai

bersama dalam suatu organisasi yang menjadi acuan bagaimana para pegawai

melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan atau cita-cita organisasi. Hal ini biasanya

dinyatakan sebagai visi, misi, dan tujuan organisasi. Budaya organisasi dikembangkan

dari kumpulan norma, nilai, keyakinan, harapan, asumsi, dan filsafat orang di dalamnya.

Page 20: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

17

Oleh karena itu, budaya organisasi budaya organisasi juga menjadi dasar praktik di

dalam organisasi.

Deal dan Kennedy (1950) mengatakan bahwa untuk menciptakan organisasi

yang memiliki kinerja tinggi, perlu dibangun budaya yang kuat dan terpadu dalam

berbagai cara agar tercipta hasil yang luar biasa (Romli, 2012). Ruang lingkup dalam

penelitian ini adalah di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah

Prov. Kep. Bangka Belitung, yaitu sebuah instansi pemerintah Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung yang meliputi bidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset

Daerah yang keseluruhan aktivitas bisnisnya sangat mengandalkan manusia. Kegiatan

organisasi mencakup aktivitas tujuh inti, yaitu sekretariat, pajak, anggaran, akuntansi

dan pelaporan, perbendaharaan dan verifikasi, retribusi dan pendapatan lain-lain, serta

asset daerah.Hingga saat ini sebagian besar masih mengandalkan otak dan tenaga

manusia. Karena karakteristik semacam ini, pengelolaan organisasi haruslah sejauh

mungkin memperhatikan aspek manusia. Banyak kendala yang dihadapi oleh DPPKAD

Prov. Kep. Bangka Belitung dalam upaya untuk menciptakan kinerja pegawai yang

efektif.

Dari pengamatan peneliti, terdapat indikator penurunan kinerja pegawai

DPPKAD Provinsi Kep. Bangka Belitung. Hal ini diindikasikan dengan masih ada

pegawai yang datang terlambat ikut apel pagi dan sore. Padahal, kepala dinas

menghimbau agar para pimpinan memantau kehadiran apel pagi dan sore setiap harinya.

Sanksi pun sudah ditetapkan bagi yang tidak mentaati peraturan tersebut. Selain itu,

masih banyak karyawan yang sering meninggalkan tempat pada jam kerja untuk

kegiatan di luar kantor. Tingkat kedisiplinan menurun terutama setelah istirahat makan

siang, masih banyak pegawai yang belum berada di tempat untuk kembali bekerja.

Belum terpenuhinya target kinerja yang ditetapkan oleh bidang pada organisasi, seperti

pembuatan laporan kerja bulanan yang tidak tepat waktu. Indikator tersebut berkaitan

dengan komunikasi dalam organisasi, kepemimpinan, dan budaya organisasi, dan hal

tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

Berdasarkan tabel 1.1 dan tabel 1.2, dapat dilihat bahwa kehadiran pegawai

untuk mengikuti apel pagi dan apel sore belum maksimal. Padahal, baik apel pagi

maupun sore, diwajibkan bagi pegawai negeri sipil daerah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung, termasuk pada DPPKAD Prov. Kep. Bangka Belitung, yang diatur dalam

Peraturan Gubernur No. 3 Tahun 2012 tanggal 20 Januari 2012 tentang Pemberian

Tambahan Penghasilan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja di Lingkungan Pemerintah

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Anggaran 2012. Pada pasal 3, dinyatakan

bahwa bagi pegawai yang tidak melaksanakan apel pagi dan apel sore tanpa ada

pemberitahuan, baik lisan maupun tulisan kepada atasan, diadakan pemotongan 2,5%

per hari yang didasarkan pada daftar kehadiran apel. Secara langsung atau tidak

langsung, terbentuk suatu budaya dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab pegawai

untuk mengikuti apel. Dalam hal ini, apel dapat menjadi ajang komunikasi dan

interaksi, baik antar pimpinan dengan pegawai maupun sebaliknya. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan menganalis pengaruh komunikasi dan kepemimpinan

terhadap budaya organisasi.

II. TEORI DAN HIPOTESIS

2.1.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen merupakan suatu proses yang kompleks, menantang dan menarik.

Perubahan yang cepat dalam lingkungan usaha dewasa ini mengharuskan manajer untuk

Page 21: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 16-36

18

mengikuti kesempatan bisnis dan tren yang terjadi. Griffin (2004) menjelaskan bahwa

manajemen (management) adalah sebagai suatu rangkaian aktivitas (termasuk

perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan

pengendalian) yang diarahkan pada sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik

dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan

efisien. Efisien (efficient) berarti menggunakan berbagai sumber daya secara bijaksana

dan dengan cara yang hemat biaya sedangkan efektif (effective) berarti membuat

keputusan yang tepat dan mengimplementasikannya dengan sukses. Daft (2003)

mendefinisikan manajemen (management) sebagai suatu pencapaian tujuan organisasi

dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian sumber daya organisasi. Terdapat dua ide penting dalam

definisi di atas: (1) keempat fungsi, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengendalian, serta (2) pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan

efisien. Manajer menggunakan berbagai keterampilan untuk melakukan fungsi ini.

Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan,

pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai, baik tujuan

individu maupun organisasi. Menurut Flippo dalam Hasibuan (1980), pengertian

manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,

pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai

berbagai tujuan individu, organisasi masyarakat. Menurut Hasibuan (2005), manajemen

sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga

kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya perusahaan, karyawan dan

masyarakat. Fungsi manajemen sumber daya manusia terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengembangan kompensasi, pengintegrasian,

pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian. Dalam manajemen sumber daya

manusia, fokus kajian dalam hal ini adalah tenaga kerja manusia yang diatur menurut

urutan fungsinya, agar efektif dan efisien dalam mewujudkan tujuan perusahaan,

karyawan dan masyarakat.

2.1.3. Kinerja Pegawai

Menurut Iswanto (2005), kinerja didefinisikan sebagai catatan outcomes yang dihasilkan

pada fungsi atau aktivitas pekerjaan tertentu (Bernardin dan Russel, 1998). Menurut

Bernadin dan Russel (1998), ada enam kriteria untuk menilai suatu kinerja, yaitu

(Iswanto, 2005): 1) Kualitas, Tingkat seberapa sempurna suatu proses atau hasil dari

melaksanakan suatu pendekatan baik itu berkaitan dengan penyesuaian terhadap suatu

cara pelaksanaan aktivitas yang ideal atau memenuhi tujuan aktivitas yang diharapkan,

2) Kuantitas, Jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah sejumlah unit, jumlah

siklus aktivitas yang diselesaikan, 3) Ketepatan batas waktu, Tingkat seberapa sempurna

atau lengkap suatu aktivitas diselesaikan atau menghasilkan produk pada waktu tercepat

dari waktu yang diinginkan, baik dilihat dari koordinasi dengan keluaran lain maupun

dari maksimisasi waktu yang tersedia bagi aktivitas lain 4) Keefektifan biaya, Tingkat

seberapa maksimum penggunaan sumber daya organisasi (manusia, uang, teknologi,

dan material) dalam kaitannya untuk mencapai keuntungan paling tinggi atau

mengurangi kerugian pada setiap unit atau instansi yang menggunakan sumber daya, 5)

Kebutuhan terhadap supervise, Tingkat seberapa perlu pegawai yang dinilai tersebut

terhadap bantuan atau intervensi supervisor dalam melaksanakan fungsi pekerjaannya,

dan 6) Dampak interpersonal, Tingkat seberapa meningkat perasaan percaya diri, nama

Page 22: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

19

baik, dan kekooperatifan di antara mitra kerja dan bawahan sehingga pegawai

mempunyai komitmen kerja dengan perusahaan dan tanggung jawab kerja dengan

perusahaan.

2.1.4. Komunikasi dalam Organisasi dan Kinerja Pegawai

Komunikasi merupakan perpindahan dan pemahaman makna (Robbins, 2010). Hal ini

berarti bahwa jika informasi atau ide belum disampaikan, komunikasi belum dilakukan.

Komunikasi antara para atasan dan para pegawai adalah penting karena komunikasi

memberikan informasi yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dalam

organisasi.

Komunikasi merupakan salah satu elemen penting dalam kehdupan organisasi.

Fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, sampai

dengan pengawasan, semuanya melibatkan komunikasi. Komunikasi membantu para

anggota organisasi untuk mencapai tujuan individu dan tujuan organisasi, merespons

dan mengimplementasikan perubahan organisasi, mengoordinasikan aktivitas

organisasi, serta ikut berperan dalam semua tindakan organisasi yang relevan.

Komunikasi efektif juga membantu organisasi dalam mencapai sasaran atau tujuannya

(Sunyoto, 2011). Menurut Sunyoto (2011), elemen dasar yang membentuk komunikasi

terdiri dari komunikator, pengkodean, pesan, media perantara, pengurai-pesan, umpan

balik, dan noise yang dijelaskan sebagai berikut (lvancevich, et. al., 2007; Kreitner dan

Kinicki, 2005).

2.1.5. Kepemimpinan dan Kinerja Pegawai

Kepemimpinan yang mendukung menghasilkan kinerja pegawai dan tingkat

kepuasan yang tinggi ketika bawahan mengerjakan pekerjaan terstruktur. Dalam situasi

ini, pemimpin hanya perlu mendukung bawahannya, bukan memerintahkan apa yang

harus dilakukan (Robbins, 2010). Mengapa bawahan harus mempercayai

pemimpinnya? Penelitian telah membuktikan bahwa rasa percaya di dalam

kepemimpinan itu sangat berhubungan dengan hasil kerja yang positif, termasuk

kinerja, perilaku anggota organisasi, kepuasan kerja dan komitmen terhadap

organisasi (Robbins, 2010).

Kepercayaan sangat terkait dengan konsep kredibilitas, bahkan, kedua terminologi

ini dapat saling bertukar fungsi. Rasa percaya (trust) didefinisikan sebagai keyakinan di

dalam integritas, karakter, dan kemampuan seorang pemimpin. Bawahan yang

mempercayai pemimpinnya bersedia menerima perbuatan pemimpin karena mereka

yakin bahwa hak dan kepentingan mereka tidak akan disalahgunakan. Penelitian

telah mengidentifikasi lima dimensi yang mendasari konsep rasa percaya (Robbins,

2010): Integritas-kejujuran dan kebenaran; Kompetensi-pengetahuan dan keahlian

teknis serta keahlian interpersonal; Konsistensi-dapat diandalkan, dapat diprediksi,

dan penilaian yang baik dalam menangani situasi; Loyalitas-kemauan untuk

melindungi seseorang, baik secara fisik maupun emosi; dan Keterbukaan-kemauan

untuk berbagi ide dan informasi. Dari lima dimensi tersebut, integritas merupakan hal

yang sangat penting di saat seseorang menilai hal yang dapat dipercaya dari orang lain.

Perubahan tempat kerja telah memperkuat mengapa kualitas kepemimpinan

tersebut sangat penting. Sebagai contoh, kecenderungan terhadap pemberdayaan dan

kelompok kerja yang dikelola sendiri telah mengurangi jumlah mekanisme kendali

tradisional yang digunakan dalam mengawasi para pegawai. Jika kelompok kerja itu

bebas membuat jadwal kerjanya sendiri, mengevaluasi kinerjanya sendiri, dan bahkan

Page 23: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 16-36

20

membuat keputusan atas perekrutan diri mereka sendiri, rasa percaya menjadi aspek

yang sangat penting. Pegawai harus percaya bahwa pimpinan akan memperlakukan

mereka dengan adil, dan pimpinan juga harus percaya bahwa pegawai dapat memenuhi

tanggung jawabnya.

2.1.6. Budaya Organisasi

Robbins dan Judge mendefinisikan budaya organisasi sebagai sebuah sistem makna

bersama yang dianut oleh para anggota organisasi yang membedakan organisasi

tersebut dengan organisasi yang lain. (Sunyoto, 2012). Para peneliti berusaha untuk

mengidentifikasi berbagai tipe budaya organisasi dengan tujuan untuk mempelajari

hubungan antara tipe efektivitas budaya dan organisasi. Pencarian ini didorong oleh

adanya anggapan bahwa budaya tertentu lebih efektif daripada budaya yang lain

(Sunyoto, 2012).

Menurut Robbins, (2000) mengajukan sepuluh karakteristik budaya organisasi

yang meliputi dimensi struktural dan perilaku, yaitu meliputi:

a. Inisiatif individual; tingkat tanggung jawab, kebebasan, dan independensi yang

dimiliki individu.

b. Toleransi terhadap tindakan berisiko; sejauh mana para anggota dianjurkan untuk -

bertindak agresif, inovatif, dan berani mengambil risiko.

c. Arah; sejauh mana organisasi tersebut menciptakan sasaran dan harapan mengenai

prestasi dengan jelas.

d. Integrasi; sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan

cara yang terkoordinasi.

e. Dukungan dari manajemen; sejauh mana para manajer dapat berkomunikasi dengan

jelas, memberi bantuan serta dukungan terhadap bawahan mereka.

f. Kontrol; sejumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk

mengawasi dan mengendalikan perilaku anggota.

g. Identitas; sejauh mana para anggota mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan

dengan organisasimya ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau dengan

bidang keahlian profesional.

h. Sistem imbalan; sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji dan

promosi) didasarkan atas kriteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dan

senioritas, sikap pilih kasih dan sebagainya.

i. Toleransi terhadap konflik; sejauh mana para pegawai didorong untuk

mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.

j. Pola komunikasi; sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki

kewenangan formal.

2.1.7. Komunikasi dalam Organisasi dan Budaya Organisasi

Robbins dan Judge mendefinisikan budaya organisasi sebagai sebuah sistem makna

bersama yang dianut oleh para anggota organisasi yang membedakan organisasi

tersebut dengan organisasi yang lain. (Sunyoto, 2012). Para peneliti berusaha untuk

mengidentifikasi berbagai tipe budaya organisasi dengan tujuan untuk mempelajari

hubungan antara tipe efektivitas budaya dan organisasi. Pencarian ini didorong oleh

adanya anggapan bahwa budaya tertentu lebih efektif daripada budaya yang lain

(Sunyoto, 2012)

Budaya organisasi adalah sistem simbol dan interaksi unik pada setiap

organisasi. Ini adalah cara berpikir, berperilaku, berkeyakinan yang sama-sama dimiliki

Page 24: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

21

oleh anggota unit. Berbagi tujuan dan budaya organisasi membutuhkan komunikator

yang jelas, efektif, dan antusias (Marquis, 2010).Budaya organisasi adalah keseluruhan

nilai organisasi, bahasa, riwayat, jaringan komunikasi formal dan informal, ritual, dan

―sapi suci‖—beberapa hal yang ada dalam institusi yang tidak pernah dibahas atau

diubah. Sebagai contoh, logo rumah sakit yang dirancang oleh dewan komisaris awal

adalah item yang tidak mungkin dapat diperbarui atau diubah. Bagan organisasi

membantu membentuk budaya institusi (Marquis, 2010).

Budaya organisasi sering keliru dengan iklim organisasi—bagaimana pegawai

memersepsikan organisasi. Sebagai contoh, pegawai dapat memersepsikan organisasi

tersebut adil, ramah, dan informal atau formal dan sangat terstruktur. Persepsi mungkin

akurat atau tidak akurat, dan orang dalam organisasi yang sama mungkin memiliki

persepsi yang berbeda tentang organisasi yang sama (Marquis, 2010). Menurut Sunyoto

(2011), sosialisasi merupakan salah satu cara penting untuk menanamkan budaya

organisasi. Sosialisasi adalah proses yang mengadaptasi pegawai atau individu dengan

budaya organisasi. Ketika pegawai pertama kali bergabung dengan suatu organisasi,

mereka belum memahami secara benar budaya organisasi, sehingga dapat mengganggu

kegiatan organisasi. Oleh sebab itu organisasi membantu para pegawai baru tersebut agar

dapat beradaptasi dengan budaya organisasi melalui sosialisasi (Robbins dan Jugde,

2007).

Selanjutnya, dalam Sunyoto (2011), Daniel Feldman seorang peneliti perilaku

organisasional, mengusulkan model tiga tahap sosialisasi, yaitu: Tahap 1, sosialisasi

anti sipasi/anticipatory socialization, proses belajar yang dilakukan sebelum bergabung

dengan organisasi. Sosialisasi organisasi biasanya dimulai sebelum individu ber-

gabung dengan organisasi. Informasi sosialisasi dapat datang berbagai sumber seperti

iklan atau cerita yang tersebar luas. Semua informasi tersebut dapat membantu individu

mengantisipasi kenyataan organisasi. Tahap 2, pertemuan/encounter. Nilai, keterampilan

dan perilaku mulai berubah ketika pegawai baru menemukan seperti apa sebenarnya

organisasi tersebut. Tahap ini dimulai ketika kontrak kerja sudah ditandatangani. Banyak

organisasi yang menggunakan kombinasi antara pelatihan dan orientasi untuk men-

sosialisasikan para pegawai selama tahap pertemuan. Selama tahap ini individu dituntut

untuk dapat menyelesaikan berbagai macam konflik yang terjadi antara pekerjaan dan

kepentingan di luar. Tahap 3, perubahan dan pemahaman yang bertambah/acquisition.

Pegawai menguasai keterampitan, peran, dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan

norma kelompok kerja.

2.1.8. Kepemimpinan dan Budaya Organisasi

Menurut Marquis (2010), Wolf dan rekan (1994) mendefinisikan kepemimpinan trans-

formasional sebagai ―hubungan interaktif, berdasarkan pada kepercayaan, yang secara

positif berdampak pada pemimpin dan pengikutnya. Tujuan pemimpin dan pengikutnya

menjadi terfokus, menciptakan kesatuan, tujuan menyeluruh dan kolektif‖. Kinerja

pemimpin transformasional yang tinggi menampilkan komitmen yang kuat pada profesi

dan organisasi serta mampu mengatasi hambatan dengan menggunakan kelompok

belajar. Kepercayaan diri ini datang dari rasa terkendali yang kuat. Pemimpin

transformasional ini juga mampu menciptakan lingkungan sinergis yang mempercepat

perubahan. Perubahan terjadi karena pemimpin transformasional memiliki fokus nilai

kreativitas dan inovasi ke masa depan. Pemimpin transformasional juga memiliki nilai

budaya organisasi dan nilai yang kuat, mempertanggungjawabkan nilai yang sama dan

perilaku tersebut pada stafnya.

Page 25: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 16-36

22

2.1.9. Budaya Organisasi dan Kinerja Pegawai

Hasil sosialisasi budaya organisasi dapat berupa hasil tingkah laku dan hasil yang

bersifat afektif. Hasil tingkah laku berupa pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan

baik, memiliki komitmen untuk tetap berada di organisasi, dan berinovasi serta

bekerjasama secara spontan. Sementara itu hasil yang bersifat afektif (berhubungan

dengan kinerja) berupa adanya rasa puas secara umum, memiliki motivasi untuk

melaksanakan tugas atau pekerjaan, dan terlibat dalam pekerjaan yang membutuhkan

kemampuan tinggi (Sunyoto, 2011).

Dari sudut pandang pegawai, budaya memberi pedoman bagi pegawai akan

segala sesuatu yang penting untuk dilakukan. Hal ini sesuai dengan apa yang

dikemukakan oleh Wheelen & Hunger dalam Nimran (1997). Sejumlah peran

penting yang dimainkan oleh budaya organisasi adalah (Romli, 2011):

a. Membantu pengembangan rasa memiliki jati diri bagi pegawai

b. Dipakai untuk mengembangkan keterkaitan pribadi dengan organisasi

c. Membantu stabilitas organisasi sebagai suatu sistem sosial

d. Menyajikan pedoman perilaku sebagai basil dan norma perilaku yang sudah

dibentuk.

Budaya organisasi yang terbentuk, dikembangkan, diperkuat atau bahkan

diubah, memerlukan praktik yang dapat membantu menyatukan nilai budaya anggota

dengan nilai budaya organisasi. Praktik tersebut dapat dilakukan melalui induksi

(Kempton, 1995, dalam Nurfarhati, 1999) atau sosialisasi, yaitu melalui proses

transformasi budaya organisasi (Robert, 1994, dalam Nurfahati, 1999). Sosialisasi

organisasi merupakan serangkaian aktivitas yang secara substantif berdampak kepada

penyesuaian aktivitas individual dan keberhasilan organisasi, antara lain komitmen,

kepuasan, dan kinerja (Nelson, 1991: Young & Lunberg, 1996, dalam Nurfahati, 1999).

Ada tiga tipe budaya organisasi, yaitu budaya konstruktif, budaya pasif-defensif,

dan budaya agresif-defensif, serta masing-masing tipe berhubungan dengan

seperangkat keyakinan normatif yang berbeda. Keyakinan normatif menunjukkan

pemikiran dan keyakinan individu mengenai bagaimana anggota dari suatu kelompok

atau organisasi diharapkan menjalankan tugasnya dan berinteraksi dengan orang lain

(Sunyoto, 2012). Menurut Luthans (1995), beberapa langkah sosialisasi yang dapat

membantu dan mempertahankan budaya organisasi adalah melalui seleksi calon

pegawai, penempatan, pendalaman bidang pekerjaan, penilaian kinerja dam pemberian

penghargaan, penanaman kesetiaan pada nilai luhur, perluasan cerita dan berita,

pengakuan kinerja, dan promosi (Romli, 2011). Menurut Romli (2011), berbagai

praktik tersebut dapat memperkuat budaya organisasi dan memastikan pegawai yang

bekerja sesuai dengan budaya organisasi, memberi imbalan sesuai dukungan yang

diberikan. Sosialisasi yang efektif akan menghasilkan kepuasan kerja, komitmen

organisasi, rasa percaya diri pada pekerjaan, mengurangii tekanan, serta kemungkinan

keluar dari pekerjaan (Peters, 1997, dalam Nurfarhati, 1999).

2.2. Penelitian Terdahulu

Kegunaan penelitian terdahulu adalah untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya, sehingga bisa dijadikan sebagai studi pembanding untuk penelitian

ini. Deskripsi beberapa hasil penelitian terdahulu. Pada tabel 2.1 dapat dilihat dan

dibandingkan pengaruh komunikasi, gaya kepemimpinan, budaya organisasi, terhadap

kinerja pegawai yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Apakah variabel

tersebut memiliki kesamaan atau mungkin terdapat perbedaan satu dengan yang lain.

Page 26: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

23

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti,

Tahun Judul Persamaan Perbedaan

1. Laras Tris Ambar

Suksesi

Edwardin, 2006

Analis Pengaruh Kom-

petensi Komunikasi,

Kecerdasan Emosional,

dan Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja

Karyawan. (Studi Kasus

pada PT. Pos Indonesia,

Semarang)

Path Analysis

Budaya

organisasi

Kinerja

pegawai

Tahun

penelitian

2006

Sistem

statistik

AMOS

2. Setyaningsih,

Sumarni, dan

RTS Ratnawati,

2009

Pengaruh Budaya

Organisasi, Kepuasan

Kerja, dan Motivasi

Terhadap Kinerja Pegawai

pada Dinas Tenaga Kerja,

Kependudukan, dan

Catatan Sipil Kota Jambi

Path Analysis

Budaya

organisasi

Kinerja

pegawai

Tahun

penelitian

2009

3. Ida Ayu

Brahmasari dan

Agus Suprayetno,

2008

Pengaruh Motivasi Kerja,

Kepemimpinan, dan

Budaya Organisasi

Terhadap Kepuasan Kerja

Karyawan serta

Dampaknya pada Kinerja

Perusahaan (Studi Kasus

pada PT. Pei Hai

International Wiratama

Indonesia)

Path Analysis

Budaya

organisasi

Kepemimpinan

Tahun

penelitian

2008

4. Hsin Kuang Chi,

Huery Ren Yeh,

dan Chiou Huei

Yu, 2006

The Effects of

Transformation

Leadership, Organizational

Culture, Job Satisfaction on

the Organizational

Performance in the Non-

Profit Organization

Path Analysis

Budaya

organisasi

Kepemimpinan

Organisasi

nonprofit

Tahun

penelitian

2006

5. Peter Lok dan

John Crawford,

1999

The relationship between

commitment and

organizational culture,

subculture, leadershipstyle

and job satisfaction in

organizational change and

development

Path Analysis

Budaya

organisasi

Kepemimpinan

Tahun

penelitian

1999

6. Hui wang, Anne

S. Tsui, dan

Katherine R. Xin,

2011

CEO Leadership behaviors,

organizational

performance, and

employees’ attitudes

Path Analysis

Kepemimpinan

Tahun

penelitian

2011

7. Pankaj Tiwari,

2011 Impact of Selected HRM

Practices on Perceived

Employee

Performance:Employee

Kinerja

pegawai Tahun

penelitian

2010

Page 27: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 16-36

24

Performance: An Empirical

Study Regresi

8. Somaye

Gharibvand, 2012 The Relationship between

Malaysian Organizational

Culture, Participative

Leadership Style, and

Employee Job Satisfaction

among Malaysian

Employees from

Semiconductory Industry

Path Analysis

Budaya

organisasi

Kepemimpinan

Tahun

penelitian

2012

Sumber: Data Sekunder

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat pengaruh yang signifikan dan simultan antara komunikasi dan

kepemimpinan terhadap budaya organisasi DPPKAD Prov. Kep. Bangka Belitung.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi terhadap budaya organisasi

DPPKAD Prov. Kep. Bangka Belitung.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap budaya

organisasi DPPKAD Prov. Kep. Bangka Belitung.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan dan simultan antara komunikasi, kepemimpinan,

dan budaya organisasi terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil DPPKAD Prov. Kep.

Bangka Belitung.

5. Terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi terhadap kinerja Pegawai

Negeri Sipil DPPKAD Prov. Kep. Bangka Belitung.

6. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap kinerja Pegawai

Negeri Sipil DPPKAD Prov. Kep. Bangka Belitung.

7. Terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja

Pegawai Negeri Sipil DPPKAD Prov. Kep. Bangka Belitung.

8. Untuk mengetahui dan menganalis pengaruh signifikan antara kepemimpinan

terhadap budaya organisasi DPPKAD Prov. Kep. Bangka Belitung.

9. Untuk mengetahui dan menganalis pengaruh komunikasi, kepemimpinan, dan

budaya organisasi secara signifikan dan simultan terhadap kinerja Pegawai Negeri

Sipil DPPKAD Prov. Kep. Bangka Belitung.

10. Untuk mengetahui dan menganalis pengaruh komunikasi secara signifikan terhadap

kinerja Pegawai Negeri Sipil DPPKAD Prov. Kep. Bangka Belitung.

11. Untuk mengetahui dan menganalis pengaruh kepemimpinan secara signifikan

terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil DPPKAD Prov. Kep. Bangka Belitung.

12. Untuk mengetahui dan menganalis pengaruh budaya organisasi secara signifikan

terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil DPPKAD Prov. Kep. Bangka Belitung.

III. METODOLOGI PENELITIAN

1.1.1. Desain Penelitian

Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, termasuk penelitian penjelasan atau explanatory

research atau menjelaskan hubungan klausal atau sebab akibat antara variabel dan

penguji hipotesa.

1.1.2. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2011), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

Page 28: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

25

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Riduwan

(2011), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah pegawai DPPKAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Untuk menghasilkan yang representatif, digunakan teknik Sampling Jenuh atau

Sensus yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel (Sugiyono, 2011). Jumlah pegawai DPPKAD Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung per Oktober 2015 adalah 119 orang. Dengan dikurangi kepala dinas dan

peneliti, populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 117 orang.

1.1.3. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu variabel independen (X1 dan X2),

variabel intervenning (X3), dan variabel dependen (Y). Berdasarkan permasalahan dan

hipotesis yang diajukan, maka variabel penelitian diklasifikasikan sebagai berikut

(Sugiyono, 2011): Variabel Independen/bebas, Variabel independen sering disebut

sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent atau variabel bebas karena variabel ini

merupakan variabel yang menjadi sebab pengaruh terhadap variabel independen yaitu

variabel komunikasi dalam organisasi (X1) dan variabel kepemimpinan (X2)., Variabel

intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara

variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak

dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak

di antara variabel independen dan dependen sehingga variabel independen tidak

langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Dalam

penelitian ini, variabel yang dimaksud adalah budaya organisasi (X3) dan Variabel

dependen/terikat Variabel dependen sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen

atau variabel terikat karena variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat dari adanya variabel independen, yaitu kinerja pegawai (Y).

Data dikumpulkan dengan metdoa kuesioner dengan menyusun daftar

pernyataan yang diberikan kepada responden untuk mengetahui kenyataan yang terjadi

di lapangan. Penyebaran kuesioner bersifat tertutup guna mendapatkan data tentang

pengaruh komunikasi dalam organisasi, kepemimpinan, dan budaya organisasi dalam

meningkatkan kinerja pegawai DPPKAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan skala likert

yang bersifat interval yakni skala 5 nilai yang akan mengukur pandangan responden

melalui pernyataan pada dua sisi yang berbeda. Skala ini memungkinkan responden

untuk mengeresikan intensitas perasaan mereka melalui pernyataan (kuesioner) yang

sesuai dengan masing-masing variabel yang diteliti. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari

intensitas yang paling rendah sampai dengan paling tinggi dengan penjelasan sebagai

berikut: Sangat Setuju (SS) = skor 5, Tidak Setuju (TS) = skor 4, Netral (N)= skor 3,

Tidak Setuju (TS)= skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1.

1.1.4. Teknik Analisis Data

2.3.6.4 Analisis Korelasi Berganda

Koefisien korelasi adalah indeks atau bilangan yang digunakan untuk

mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk atau arah

hubungan tersebut (Iqbal, 2002:99). Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi

berada +1 dan – 1. Untuk bentuk atau arah hubungan, nilai koefisien korelasi

Page 29: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 16-36

26

dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-) atau (-1 ≤ KK ≤ +1). Ada 4 pedoman

pengambilan keputusan dalam menjelaskan koefisien korelasi:

1. Jika koefisien korelasi bernilai positif, variabel berkorelasi positif. Artinya, jika

variabel yang satu naik atau turun, variabel yang lain juga sama. Semakin dekat

nilai dari koefisien korelasi ke +1, semakin kuat korelasi positifnya.

2. Jika koefisien korelasi bernilai negatif, variabel berkorelasi negatif. Artinya, jika

variabel yang satu naik atau turun, variabel yang lain juga sama. Semakin dekat

nilai dari koefisien korelasi ke -1, semakin kuat korelasi negatifnya.

3. Jika koefisien korelasi bernilai 0 (nol), variabel tidak menunjukan korelasi.

4. Jika koefisien korelasi bernilai +1 atau -1, variabel menunjukan korelasi positif atau

negatif sempurna.

2.3.6.5 Analisis Jalur (Path Analysis)

Menurut Riduwan (2007:2-3), path analysis digunakan untuk menganalisis pola

hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui, baik pengaruh langsung

maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat

(endogen).

Kategori hubungan dan pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel

dpenden dalam model, ditetapkan pada tabel berikut: Analisis ini akan digunakan

peneliti untuk menguji besarnya kontribusi yang ditunjukan oleh koefisien jalur dan

mengetahui derajat komunikasi (X1), kepemimpinan (X2), dan budaya organisasi (X3)

terhadap kinerja pegawai (Y) berdasarkan hasil kuesioner yang telah diuji denga

program SPSS. Persamaan struktural untuk diagram jalur, yaitu (Ghozali, 2011:221):

Y = ƥyx1 x1 + ƥyx2 x2 + ƥyx3 x3 + ƥyx4 x4 + ε1

Z = ƥzyy + ε2

Keterangan:

ƥ = koefisien jalur (path coefficient), yang menunjukan pengaruh langsung variabel

eksogen terhadap variabel endogen

ε = faktor residual, yang menunjukan pengaruh variabel lain yang tidak diteliti atau

kekeliruan pengukuran variabel

2.3.6.6 Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Dalam penelitian ini, uji F digunakan

untuk mengetahui tingkat siginifikansi pengaruh variabel independen secara

bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005). Dalam

penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah:

Ho: Variabel bebas, yaitu komunikasi, kepemimpinan, dan budaya organisasi tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel

terikatnya yaitu kinerja pegawai.

Ha: Variabel bebas, yaitu komunikasi, kepemimpinan, dan budaya organisasi

mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel

terikatnya yaitu kinerja pegawai.

Dasar pengambilan keputusannya (Ghozali, 2005) adalah dengan menggunakan

angka probabilitas signifikansi, yaitu:

a. Apabila probabilitas signifikansi > 0.05, Ho diterima dan Ha ditolak.

b. Apabila probabilitas signifikansi < 0,05, Ho ditolak dan Ha diterima.

Page 30: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

27

2. Analisis Koefisien Determinasi (R²), Koefisien determinasi (R²) pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

terikat (Ghozali, 2005). Nilai Koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai

R² yang kecil berarti kemampuan variabel bebas (komunikasi, kepemimpinan, dan

budaya organisasi) dalam menjelaskan variasi variabel terikat (kinerja pegawai)

sangat terbatas sehingga berdampak terhadap kinerja. Begitu pula sebaliknya, nilai

yang mendekati satu berarti variabel bebas memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap

jumlah variabel bebas yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu

variabel bebas, R² pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, banyak peneliti

menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana

model regresi yang terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau turun

apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

3. Uji Signifikasi Pengaruh Parsial (Uji t), Uji t digunakan untuk menguji signifikansi

hubungan antara variabel X dan Y, apakah variabel X1, X2, dan X3 (komunikasi,

kepemimpinan, dan budaya organisasi) benar-benar berpengaruh terhadap variabel Y

(kinerja pegawai) secara terpisah atau parsial (Ghozali, 2005). Hipotesis yang

digunakan dalam pengujian ini adalah:

Ho: Variabel bebas (komunikasi, kepemimpinan, dan budaya organisasi) tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (kinerja

pegawai).

Ha: Variabel bebas (komunikasi, kepemimpinan, dan budaya organisasi) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (kinerja pegawai).

Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2005) adalah dengan menggunakan angka

probabilitas signifikansi, yaitu:

a. Apabila angka probabilitas signifikansi > 0,05, Ho diterima dan Ha ditolak.

b. Apabila angka probabilitas signifikansi < 0,05, Ho ditolak dan Ha diterima.

IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.4. Analisis Korelasi Berganda

Salah satu persyaratan yang penting dan dan harus dipenuhi dalam pengujian model

adalah adanya korelasi yang signifikan antara variabel yang terkait. Pedoman

pengambilan keputusan dalam menjelaskan koefisien korelasi:

1. Jika koefisien korelasi bernilai positif, variabel berkorelasi positif. Artinya, jika

variabel yang satu naik atau turun, variabel yang lain juga sama. Semakin dekat nilai

dari koefisien korelasi ke +1, semakin kuat korelasi positifnya.

2. Jika koefisien korelasi bernilai negatif, variabel berkorelasi negatif.Artinya, jika

variabel yang satu naik atau turun, variabel yang lain juga sama. Semakin dekat nilai

dari koefisien korelasi ke -1, semakin kuat korelasi negatifnya.

3. Jika koefisien korelasi bernilai 0 (nol), variabel tidak menunjukkan korelasi.

4. Jika koefisien korelasi bernilai +1 atau -1, variabel menunjukkan korelasi positif

atau negatif sempurna.

Page 31: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 16-36

28

Tabel 4.7 Hubungan Korelasi Antar Variabel

Y X1 X2 X3

Y Pearson Correlation 1 .594**

.769**

.788**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 86 86 86 38

X1 Pearson Correlation .594**

1 .525**

.826**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 86 117 117 38

X2 Pearson Correlation .769**

.525**

1 .692**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 86 117 117 38

X3 Pearson Correlation .788**

.826**

.692**

1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 38 38 38 38

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Data diolah peneliti (2013).

Berdasarkan penghitungan SPSS pada tabel 4.7, diketahui bahwa hubungan

korelasi antar variabel sebagai berikut:

1) Korelasi antara komunikasi dengan kinerja sebesar 0,594, dengan kriteria sedang

positif, dengan signifikansi 0,000 atau 0%, yang berarti sangat signifikan.

2) Korelasi antara komunikasi dengan kepemimpinan sebesar 0,525, dengan kriteria

sedang positif, dengan signifikansi 0,000 atau 0%, yang berarti sangat signifikan.

3) Korelasi antara komunikasi dengan budaya organisasi sebesar 0,826, dengan

kriteria kuat positif, dengan signifikansi 0,000 atau 0%, yang berarti sangat

signifikan.

4) Korelasi antara kepemimpinan dengan kinerja sebesar 0,769, dengan kriteria kuat

positif, dengan signifikansi 0,000 atau 0%, yang berarti sangat signifikan.

5) Korelasi antara kepemimpinan dengan budaya organisasi sebesar 0,692, dengan

kriteria sedang positif, dengan signifikansi 0,000 atau 0%, yang berarti sangat

signifikan.

6) Korelasi antara budaya organisasi dengan kinerja sebesar 0,788, dengan kriteria

kuat positif, dengan signifikansi 0,000 atau 0%, yang berarti sangat signifikan.

7) Korelasi antara budaya organisasi dengan komunikasi sebesar 0,826, dengan

kriteria kuat positif, dengan signifikansi 0,000 atau 0%, yang berarti sangat

signifikan.

4.1 Analisis Jalur (Path Analysis)

Dari hasil diperoleh lima buah koefisien jalur, yaitu ρx3x1, ρx3x2, ρyx1, ρyx2, danρyx3

danenam buah koefisien korelasi, rx1X2, rx1X3,rx1Y, rx2X3, rx2Y, danrx3X4. Hasil koefisien

korelasi yang diperoleh (tabel 4.7) dihitung dan diuji keberartiannya dengan

menggunakan statistik t dan apabila jalur tersebut menunjukkan nilai koefisien yang

tidak berarti atau tidak signifikan, jalur tersebut dihilangkan dan kemudian koefisien

jalurnya dihitung lagi tanpa menyertakan yang sudah dihilangkan tersebut (Sandjojo,

2011: 98).

Page 32: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

29

4.2.1.1. Substruktur 1

Hasil pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS pada substruktur

tersebut dapat dirangkum hasil perhitungan dan pengujian koefisien jalur pada tabel

4.11

1) Pengujian secara simultan (keseluruhan)

Tabel 4.8 merupakan hasil penghitungan Anova komunikasi dan kepemimpinan

terhadap budaya organisasi, yang menunjukkan uji secara keseluruhan atau uji F pada

substruktur 1.

Tabel 4.8 Anova Model 1- Sub Struktur 1 ANOVA

b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3329.961 2 1664.981 62.863 .000a

Residual 927.012 35 26.486

Total 4256.974 37

a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan, Komunikasi

b. Dependent Variable: Budaya Organisasi

Dari Tabel 4.8, diperoleh nilai F untuk Model 1 sebesar 62,863 dengan nilai

probabilitas (sig)=0,0000. Karena nilai sig < 0,005, keputusannya adalah Ho ditolak

sehingga pengujian secara individual dapat dilakukan dan dilanjutkan.

2) Pengujian secara individual sub-struktur 1

Tabel 4.9 merupakan hasil penghitungan koefisien komunikasi dan kepemimpinan

terhadap budaya organisasi. Tabel 4.9 Koefisien Model 1- Sub Struktur 1

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -

46.103

14.322 -

3.219

.003

Komunikasi 3.070 .439 .640 6.989 .000

Kepemimpinan 1.070 .267 .367 4.011 .000

a. Dependent Variable: Budaya Organisasi

3) Komunikasi berkontribusi secara signifikan terhadap budaya organisasi

Dari Tabel 4.9, pada kolom signifikan didapat nilai 0,000. Karena nilai sig lebih besar

dari nilai probabilitas atau 0,05>0,000, Ha diterima dan Ho ditolak, yang berarti

koefisien analisis jalur adalah signifikan. Jadi, komunikasi berkontribusi secara

signifikan terhadap budaya organisasi. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa komunikasi

berpengaruh langsung terhadap budaya organisasi.

4) Kepemimpinan berkontribusi secara signifikan terhadap budaya organisasi

Dari Tabel 4.9, pada kolom signifikan didapat nilai 0,000. Karena nilai sig lebih kecil

dari nilai probabilitas atau 0,05>0,000, Ha diterima dan Ho ditolak, yang berarti

koefisien analisis jalur adalah signifikan. Jadi, kepemimpinan berkontribusi secara

signifikan terhadap budaya organisasi. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa kepemimpinan

Page 33: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 16-36

30

berpengaruh langsung terhadap budaya organisasi. Berdasarkan tabel 4.9, masing-

masing diperoleh nilai:

ρx3x1 = Beta = 0,640 (t = 6,989 dan probabilitas [sig] = 0,000)

ρx3x2 = Beta = 0,367 (t = 4,011 dan probabilitas [sig] = 0,000)

Tabel 4.10 Rangkuman Model 1- Sub Struktur 1

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .884a .782 .770 5.146

a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan, Komunikasi

Hasil analisis membuktikan bahwa semua koefisien jalur signifikan sehingga model

pada gambar 4.2 tidak perlu diperbaiki dengan metode trimming. Berdasarkan hasil

analisis pada tabel 4.11, diperoleh nilai koefisien jalur X1 terhadap X3 sebesar ρx3x1=

0,640 dan X2 terhadap X3sebesar ρx3x2= 0,367. Berdasarkan tabel 4.10, koefisien

determinan atau kontribusi X1 dan X2 terhadap X3adalah Rsquare = R2x3x2x1=0,782. Hal ini

berarti bahwa 78,2% variabel budaya organisasi dapat dijelaskan oleh variabel

komunikasi dan kepemimpinan. Besar koefisien residu yang merupakan pengaruh

variabel lain di luar X1 dan X2 dapat dihitung sebagai berikut:

ρx3ε1 = √1 – R x3x2x1

ρx3ε1 = √1 – 0,782

ρx3ε1 = √0,218

ρx3ε1 = 0,467 Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Perhitungan dan Pengujian

Koefisien Jalur Sub Struktur 1

Jalur Koefisien

Jalur

thitung ttabel Keterangan

α = 0,05 α = 0,01

ρx3x1 .640 6.989 1,67 2,39 Signifikan

ρx3x2 .367 4.011 1,67 2,39 Signifikan

Kerangka hubungan kausal empiris antara X1, X2, terhadap X3dapat dibuat

melalui persamaan struktural sebagai berikut:

Struktur: X3 = ρx3x1X1 +ρx3x2 X2 +ρx3ε1

= 0,640X1 +0,367X2 +0,467ε1

4.2.1.2 Substruktur 2

1) Pengujian secara simultan (keseluruhan)

Tabel 4.12 merupakan hasil penghitungan Anova komunikasi, kepemimpinan, dan

budaya organisasi terhadap kinerja pegawai, yang menunjukkan uji secara keseluruhan

atau uji F pada substruktur 2.

Tabel 4.12 Anova Model 1 - Sub Struktur 1 Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 27.522 3 9.174 27.554 .000a

Residual 11.320 34 .333

Total 38.842 37

Page 34: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

31

a. Predictors: (Constant), Budaya, Kepemimpinan, Komunikasi

b. Dependent Variable: Kinerja

Dari Tabel 4.12 diperoleh nilai F untuk Model 2 sebesar 27,554 dengan nilai

probabilitas (sig)=0,000. Karena nilai sig < 0,05, keputusannya adalah Ho ditolak

sehingga pengujian secara individual dapat dilakukan dan dilanjutkan.

2) Pengujian secara individual

Tabel 4.13 Koefisien Model 1 - Sub Struktur 1 Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 14.676 1.828 8.028 .000

Komunikasi -.031 .076 -.067 -.406 .687

Kepemimpinan .111 .036 .399 3.072 .004

Budaya Organisasi .054 .019 .568 2.862 .007

a. Dependent Variable: Kinerja

Dari Tabel 4.13, pada kolom signifikan didapat nilai 0,687. Karena nilai sig lebih besar

dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,05 <0,687, Ha ditolak dan Ho diterima, yang berarti

koefisien analisis jalur adalah tidak signifikan. Jadi, komunikasi tidak berkontribusi

secara signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa komunikasi

berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja pegawai.

3) Kepemimpinan berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja pegawai

Dari Tabel 4.13, pada kolom signifikan didapat nilai 0,004. Karena nilai sig lebih kecil

dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,05 >0,004, Ha diterima dan Ho ditolak, yang berarti

koefisien analisis jalur adalah signifikan. Jadi, kepemimpinan berkontribusi secara

signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa kepemimpinan

berpengaruh langsung terhadap kinerja pegawai.

4) Budaya organisasi berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja pegawai

Dari Tabel 4.13, pada kolom signifikan didapat nilai 0,007. Karena nilai sig lebih kecil

dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,05 >0,007, Ha diterima dan Ho ditolak, yang berarti

koefisien analisis jalur adalah signifikan. Jadi, budaya organisasi berkontribusi secara

signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa budaya organisasi

berpengaruh langsung terhadap kinerja pegawai.

Tabel 4.14 Rangkuman Model 1 - Sub Struktur 1

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .884a .782 .770 5.146

a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan, Komunikasi

Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat dua koefisien jalur yang signifikan,

yaitu koefisien jalur antara kepemimpinan dengan kinerja pegawai (ρyx2)dan koefisien

jalur antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai (ρyx3) serta satu koefisien jalur

Page 35: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 16-36

32

yang tidak signifikan, koefisien jalur antara komunikasi dengan kinerja pegawai (ρyx1).

Berdasarkan hasil analisis jalur substruktur 2 (X1, X2, X3, dan Y) yang terlihat pada

Tabel 4.13 Coefficient Model 1- Sub Struktur 2, masing-masing diperoleh nilai:

ρyx1 = Beta = –0,67 (t = –0,406 dan probabilitas [sig] = 0,687)

ρyx2 = Beta = 0,399 (t = 3,072 dan probabilitas [sig] = 0,004)

ρyx3 = Beta = 0,568 (t = 2,862 dan probabilitas [sig] = 0,007)

Hasil analisis membuktikan bahwa karena ada koefisien jalur yang tidak

signifikan, yaitu antara komunikasi (X1) dengan kinerja pegawai (Y), model yang ada

pada gambar 4.4 perlu diperbaiki melalui metode trimming.Perbaikan yang perlu

dilakukan adalah dengan tidak menyertakan variabel komunikasi (X1)dalam

penghitungan berikutnya karena hasil analisis koefisien jalurnya tidak signifikan.

Kemudian, model tersebut diuji ulang atau diuji kembali tanpa menyertakan variabel

komunikasi (X1). Hasil perhitungan ditunjukkan pada tabel 4.15 sampai dengan tabel

4.17. Tabel 4.15 merupakan hasil penghitungan Anova kepemimpinan dan budaya

organisasi terhadap kinerja pegawai, yang menunjukkan uji secara keseluruhanatau uji F

pada model 1-substruktur 2.

Tabel 4.15 Anova Model 2- Sub Struktur 2

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 27.467 2 13.734 42.258 .000a

Residual 11.375 35 .325

Total 38.842 37

a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Kepemimpinan

b. Dependent Variable: Kinerja

Dari Tabel 4.15 diperoleh nilai F untuk Model 1 Sub Struktur 2 sebesar 42,258

dengan nilai probabilitas (sig)=0,000. Karena nilai sig < 0,05, keputusannya adalah Ho

ditolak sehingga pengujian secara individual dapat dilakukan dan dilanjutkan. Berikut

ini koefisien kepemimpinan (X2) dan Budaya Organisasi (X3) terhadap Kinerja Pegawai

(Y), yang merupakan penghitungan individual atau uji t.

Tabel 4.16 Koefisien Model 2- Sub Struktur 2

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 14.063 1.017 13.834 .000

Kepemimpinan .113 .035 .407 3.214 .003

Budaya Organisasi .048 .012 .506 3.998 .000

a. Dependent Variable: Kinerja

Berdasarkan tabel 4.16, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi kepemimpinan

lebih kecil dari 0,05 atau 0,05 > 003 sehingga kepemimpinan berkontribusi secara

signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa kepemimpinan

berpengaruh langsung terhadap kinerja pegawai. Demikian juga dengan budaya

Page 36: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

33

organisasasi yang nilai signifikansinya lebih kecil dari kinerja pegawai sehingga dapat

ditafsirkan bahwa budaya organisasi secara signifikan dan berpengaruh langsung

terhadap kinerja pegawai.

Tabel 4.17 RangkumanModel 2- Sub Struktur 2

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .841a .707 .690 .570

a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Kepemimpinan

b. Rangkuman Hasil Uji Substruktur 2 Tabel 4.18 Rangkuman Anova Model 1 dan2- Sub Struktur 2

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1* Regression 27.522 3 9.174 27.554 .000a

Residual 11.320 34 .333

Total 38.842 37

2*

*

Regression 27.467 2 13.734 42.258 .000a

Residual 11.375 35 .325

Total 38.842 37

*Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Kepemimpinan

** Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Kepemimpinan

b. Dependent Variable: Kinerja

Tabel 4.19 Rangkuman Koefisien Model 1 dan2-Sub Struktur 2

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 14.676 1.828 8.028 .000

Komunikasi -.031 .076 -.067 -.406 .687

Kepemimpinan .111 .036 .399 3.072 .004

Budaya Organisasi .054 .019 .568 2.862 .007

2 (Constant) 14.063 1.017 13.834 .000

Kepemimpinan .113 .035 .407 3.214 .003

Budaya Organisasi .048 .012 .506 3.998 .000

a. Dependent Variable: Kinerja

Tabel 4.20 Rangkuman Model 1 dan2- Sub Struktur 2

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1* .884a .782 .770 5.146

2** .841a .707 .690 .570

*Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Komunikasi

**Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Kepemimpinan

Page 37: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 16-36

34

Tabel 4.21 Rangkuman Hasil Perhitungan dan Pengujian

Koefisien Jalur Sub Struktur 2

Jalur Koefisien

Jalur

thitung ttabel Keterangan

α = 0,05 α = 0,01

ρyx2 .407 3.214 1,67 2,39 Signifikan

ρ yx3 .506 3.998 1,67 2,39 Signifikan

Berdasarkan tabel 4.21, semua koefisien jalur signifikan pada α = 0,05 karena

semua thitung lebih besar daripada ttabel. Berdasarkan hasil analisis jalur substruktur 2 (X2,

X3, dan Y) pada Tabel 4.21,masing-masing diperoleh nilai:

ρyx2 = Beta = 0,407 (t = 0,3214 dan probabilitas [sig] = 0,003)

ρyx3 = Beta = 0,506 (t = 0,3998 dan probabilitas [sig] = 0,000)

Besar koefisien determinan (kontribusi) kepemimpinan (X2) dan budaya

organisasi (X3) secara simultan terhadap kinerja pegawai (Y)adalah Rsquare =

R2Yx3x2=0,707 (lihat Tabel 4.10), yang berarti bahwa 70,7% variabel kinerja pegawai

(Y) dapat dijelaskan oleh variabel kepemimpinan (X2) dan budaya organisasi (X3).

Besar koefisien residu yang merupakan pengaruh variabel lain di luar X2 dan X3 dapat

dihitung sebagai berikut:

ρYε2= √1 - RYx3x2

ρYε2= √1 – 0,707

ρYε2= √0,293

ρYε2= 0,541

Hasil koefisien jalur pada substruktur 1dan substruktur 2 berubah menjadi

persamaan struktur, yaitu:

X3 = ρx3x1 X1 +ρx3x2 X2 +ρx3ε1 dan R2x3x1

= 0,640X1 +0,367X2 +0,467ε1 dan R2x3x1 = 0,782

Y = ρyx2X2 + ρyx3X3 +ρyε2 dan R2

yx3x2

= 0,407X2 + 0,506X3 +0,541ε2 dan R2

yx3x2= 0,707

4.3 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antar Variabel

Berdasarkan hasil analisis pengujian yang disimpulkan p pengaruh (direct effect)

pengaruh tidak langsung (indirect effect) antara variabel bebas dengan variabel terikat

serta pengaruh total(total effect):

1. Pengaruh langsung

a. Pengaruh langsung variabel komunikasi terhadap budaya organisasi (ρx3x1) adalah

0,640.

b. Pengaruh langsung variabel kepemimpinan terhadap budaya organisasi (ρx3x2)

adalah 0,367.

c. Pengaruh langsung variabel komunikasi terhadap kinerja pegawai adalah 0.

d. Pengaruh langsung variabel kepemimpinanterhadapkinerja pegawai(ρYx2) adalah

0,407.

e. Pengaruh langsung variabel budaya organisasi terhadap kinerja pegawai (ρYx3)

adalah 0,506.

2. Pengaruh tidak langsung

a. Pengaruh tidak langsung variabel komunikasi (X1) dan kinerja pegawai (Y)

melalui budaya organisasi(X3) (X1--X3--Y) adalah 0 x 0,506 = 0.

b. Pengaruh tidak langsung variabel kepemimpinan(X2) dan kinerja pegawai (Y)

melalui budaya organisasi(X3) (X2--X3--Y) adalah 0,367 x 0,506 = 0,1857.

3. Pengaruh total

Page 38: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

35

a. Pengaruh tidak langsung variabel kepemimpinan(X2) dan kinerja pegawai (Y)

melalui budaya organisasi(X3) (X2--X3--Y) adalah 0,367 + 0,506 = 0,873.

b. Pengaruh langsung variabel kepemimpinan terhadap kinerja pegawai (ρYx2) adalah

0,407.

c. Pengaruh langsung variabel budaya organisasi terhadap kinerja pegawai (ρYx3)

adalah 0,506.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa komunikasi dan

kepemimpinan berkontribusi signifikan terhadap budaya organisasi. Pengujian juga

menyimpulkan kepemimpinan dan budaya organisasi berkontribusi signifikan terhadap

kinerja pegawai.

Beberapa saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah karena

komunikasi dan budaya organisasi berkontribusi terhadap kinerja pegawai, untuk

menghasilkan kinerja yang optimal, maka organisasi perlu menguasai teknik

berkomunikasi sehingga dapat membentuk suatu budaya organisasi yang kuat dalam

bekerja; Komunikasi, kepemimpinan, dan budaya organisasi berkontribusi signifikan

terhadap kinerja pegawai, sebaiknya organisasi perlu untuk memperhatikan teknik

kepemimpinan sehingga tidak terbentuk suatu kesenjangan komunikasi, baik antara

sesama pemimpin, antara pemimpin dan bawahan, maupun antara bawahan dan

bawahan.

Penelitian selanjutnya sebaiknya meneliti pada objek dan setting yang berbeda

sehingga konsep yang dimodelkan dapat ditingkatkan generalisasinya dan memberikan

gambaran yang lebih luas. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel lain

yang belum ada dalam penelitian ini sehingga dapat menyempurnakan pemahaman

terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja.

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Michael & Helen Murlis. 2003. Manajemen Imbalan. Strategi dan Praktik

Remunerasi. Buku Pertama. Jakarta: Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer.

Boulter, Nick, Murray Dalziel dan Jackie Hill (Editor). 2003. Manusia dan Kompetensi.

Panduan Praktis untuk Keunggulan Bersaing. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer untuk

Gramedia Direct Selling.

Brahmasari, Ida Ayu dan Agus Suprayetno. 2008. Pengaruh Motivasi Kerja,

Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi Kasus pada PT. Pei Hai

International Wiratama Indonesia). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.

Vol.10, No. 2, September 2008: 124-135.

Chi, Hsin Kuang, Huery Ren Yeh dan Chiou Huei Yu. 2006. The Effects of

Transformation Leadership, Organizational Culture, Job Satisfaction on the

Organizational Performance in the Non-Profit Organization.

Ghozali, Imam, 2011, Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi SPSS, Cetakan Kedua.

Semarang: Badan Penerbit Undip.

Griffin, Ricky W. 2004. Manajemen. Edisi Ketujuh. Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Gharibvand, Somaye, 2012. The Relationship between Malaysian Organizational

Culture, Participative Leadership Style. and Employee Job Satisfaction among

Page 39: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 16-36

36

Malaysian Employees from Semiconductory Industry. International Journal of

Business and Social Science. Vol. 3 No. 16 [Special Issue–August 2012]

Iswanto, Yun. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Universitas

Terbuka.

Lok, Peter dan John Crawford, 1999. The relationship between commitment and

organizational culture, subculture, leadershipstyle and job satisfaction in

organizational change and development. Leadership & Organization Development

Journal 20/7 [1999]. MCB University Press.

Lestari, Endang & MA, Maliki.2009. Komunikasi yang Efektif. Modul Pendidkan dan

Pelatihan Prajabatan Golongan III (Edisi Revisi III). Jakarta: LAN.

Madlock, Paul E. The Link Between Leadership Style, Communicator Competence,

And Employee Satisfaction. Journal of Business Communication.Volume 45,

Number 1, January 2008 61-78.

Mulyodiharjo, Sumartono. 2010. Komunikasi, Kekuatan Dasyat untuk Menjadi

Spektakuler. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo.

Oei, Istijanto. 2010. Riset Sumber Daya Manusia. Cara Praktis Mengukur Stres,

Kepuasan Kerja, Komitmen, Loyalitas, Motivasi Kerja dan Aspek-Aspek Kerja

Karyawan Lainnya (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Panggabean, Mutiara S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Penerbit

Ghalia Indonesia.

Poels, Frans. 2003. Strategi Evaluasi Kerja dan Renumerasi. Jakarta: Penerbit PT.

Bhuana Ilmu Populer.

Romli, Khomsahrial. 2011. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: Grasindo.

Sandjoyo, Nidjo. 2011. Metode Analisis Jalur (Path Analysis) dan Aplikasinya. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Sembiring, Masana. 2012. Budaya dan Kinerja Organisasi (Perspektif Organisasi

Pemerintah). Bandung: Fokusmedia.

Sunyoto, Danang & Burhanuddin. 2011. Perilaku Organisasional. Jakarta: Penerbit

CAPS.

Sunyoto, Danang. 2012. Metode Analisis Jalur untuk Riset Ekonomi. Bandung:

Penerbit Yrama Widya.

Suhardi, Suhardi. (2015). Persepsi Pemakai Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Terhadap Independensi Auditor Badan Pemeriksa Keuangan. Jurnal Akuntansi

Universitas Jember, 10 (2), 1-29. doi:10.19184/jauj.v10i2.1249.

Suhardi dan Darus Altin. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Bank BPR Konvensional di

Indonesia Periode 2009 sampai 2012. Pekbis Jurnal. Vol. 5, No.2, Juli 2013: 101-

110.

Timpe, A. Dale. 1993. Memotivasi Pegawai. Jakarta: Penerbit PT Elex Media

Komputindo.

Tiwari, Pankaj, 2011. Impact of Selected HRM Practices on Perceived Employee

Performance:Employee Performance: An Empirical Study. Global Management

Journal.

Wang, Hui, Anne S. Tsui, dan Katherine R. Xin. 2011. CEO Leadership behaviors,

organizational performance, and employees’ attitudes. The Leadership Quarterly.

22 (2011) 92–105.

Yuan, Cheng-Kang, Chuan-Yin Lee. 2011. Exploration of a construct model linking

leadership types, organization culture, employees performance and leadership

performance. Procedia - Social and Behavioral Sciences. 25 (2011) 123 – 136.

Page 40: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

ISSN: 2443-2164

37

Luas Tanah, Jenis Bibit, Pemupukan, Pemiliharan Kebun dan Harga Kelapa

Sawit Mempengaruhi Kondisi Kesejahteraan Petani Sawit

Alam Surya Wijaya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pertiba Pangkalpinang

Abstract Minyak kelapa sawit salah satu kebutuhan rumah tangga yang tidak bisa dihindarkan karena minyak ini

sangat diperlukan oleh tubuh manusia yang merupakan salah satu asupan gizi manusia. Minyak kelapa

sawit didapati dari tandan buah segar dari kelapa sawit

Kelapa sawit selain ditanam oleh perusahaan-perusahaan besar, menengah dan sekarang ini

petani-petani di Provinsi kepulauan Bangka Belitung juga menanam kelapa sawit yang dijadikan untuk

menaikan sumber penghasilan bagi petani selain karet. Menaikkan sumber penghasilan dengan

menanam kelapa sawit sangat bergantung pada luas tanah yang dimiliki oleh petani kelapa sawit, jenis

bibit, jenis pupuk, cara pemeliharaan kebun kelapa sawit dan tingkat penetapan harga sangat

mempengaruhi penghasilan para petani kelapa sawit di provinsi kepulauan Bangka Belitung selain itu

juga dipengaruhi oleh pelemahan harga minyak mentah kelapa sawit (CPO) dunia atau internasional.

Jenis bibit tanaman kelapa sawit, jenis pupuk dan pemiliharaan kebun kelapa sawit harus

menjadi perhatian utama bagi petani kelapa sawit kalau tidak akan menghasilkan buah kelapa sawit

yang mutunya rendah, semuanya ini akan berimbas menurunkan harga jual TBS dari masyarakt petani

kelapa sawit dan akhirnya penghasilan petani kelapa sawit akan menurun.

Kata kunci: Luas tanah, jenis bibit, pemupukan , pemeliharaan dan harga.

I. PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah

Perkebunan Kelapa sawit ini keberdaannya sudah di seluruh Indonesia mulai pulau

Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Ambon, Papua dan termasuk di Kepulauan

Bangka Belitung.

Kebun kelapa sawit selain dimiliki oleh PT, CV, Koperasi dan ada yang dimilik

oleh rakyat pribadi atau petani sawit. Dalam petani sawit ini harga-harga kelapa sawit

selalu menjadi persoalan besar dan ini selalu dinantikan-nantikan oleh petani sawit

kerena menyangkut persoalan kebutuhan sehari-hari terutama untuk memenuhi

kebutuhan pokok yang selalu merangkak naik.

Penetapan harga buah sawit sangat penting karena memiliki pengaruh multifilier

efek bagi ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jika harga buah sawit segar

naik akan berdampak pada ekonomi masyarakat, semua yang dijual oleh masyarakat

akan dibeli oleh masyarakat yang memiliki penghasilan perkebunan kelapa sawit,

pembangunan akan terjadi, tenaga kerja akan terserap, angkutan darat, laut dan udara

akan terjadi mubilitasnya.

Menurut Basu Swasta dan Ibnu Sutojo (2003:241) ”harga adalah sejumlah uang

(ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan

sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.”

Harga sawit buah segar didapati dari hasil keputusan bersama rapat Tim

Penetapan Harga TBS (Tandan Buah Segar) dilaksanakan di Dinas Pertanian,

Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada (15/6) yang

dihadiri oleh delapan pabrik kelapa sawit (PKS) yaitu P.T. GML, P.T. GSBL, P.T.

SWK, C.V. MAL, P.T. SNS, P.T. PBM, P.T. FLD, P.T. BSSP, Dinas yang membidangi

perkebunan Kabupaten, Dinas/instansi Provinsi terkait, serta Perkebunan/Koperasi

Mitra.

Page 41: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Luas Tanah, Jenis Bibit, Pemupukan, Pemiliharan Kebun dan Harga Kelapa Sawit Mempengaruhi

Kondisi Kesejahteraan Petani Sawit

38

Petani sawit buah segar ini tidak bisa menetapkan harga buah sawit dan pabrik

minyak kelapa sawit ini juga tidak bisa menetapkan harga minyak mentah (CPO) sangat

tergantung pada harga minyak mentah (CPO) dunia, selain itu TBS juga dipengaruhi

oleh penurunan nilai rendemen kelapa sawit karena nilai rendemen ini menunjukkan

mutu buah sawit yang dihasilkan. ”Harga minyak mentah sawit (CPO) dunia tertimbang

untuk penjualan Juni 2016 sebesar Rp 7.950,93 per Kg atau mengalami penurunan

sebesar 1,59 dari bulan sebelumnya” Bangka Pos (2016:13). Hitungan harga TBS

tertuang dalam Permentan no: 14 Tahun 2013.

II. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam analisis ini yaitu:

Menurut Sugiono (2010: 134) ” data merupakan kumpulan angka, fakta, fenomena atau

keadaan yang merupakan hasil pengamatan, pengukuran,atau pecacahan terhadap

karakteristik atau sifat dari objekyang dapat berfungsi untuk membedakan objek yang

satu dengan yang lainnya pada sifat yang sama”.

a. Obsevasi ( data primer)

Penelitian secara langsung yaitu dengan cara mendatangi daerah petani sawit dan

mengamati secara langsung pada petani sawit.

b. Wawancara (data primer) yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara

langsung dengan petani sawit.

Data yang dikumpulkan pada saat penelitian ini meliputi:

1. Data primer.

Menurut Sugiyono (2010:139) data ”primer adalah data yang yang dikumpulkan

langsung dari objeknya dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan”

seperti observasi dan wawancara.langsung diperoleh dari petani sawit di lokasi

petani sawit/kebun sawit, guna mendapatkan informasi yang berguna untuk

melengkapi keterangan-keterangan yang dapat mendukung analisis ini.

2. Data sekunder

Menurut Sugiono (2010: 139) ”data sekunder adalah merupakan sumber data yang

diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain

yang bersumber dari literatur, buku serta dokumen perusahaan”.

Untuk memperoleh data sekunder tersebut penulis menggunakan teknik

pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:

a. Dokumentasi yaitu menemukan informasi melalui catatan-catatan yang dimiliki

perusahaan melalui laporan tahunan, dokumen dan sebagainya.

Seperti dalam penelitian ini yaitu koran Bangka Pos Pangkalpinang halaman 13

tanggal 18 Juni 2016.yang menjadi inspirasi peneliti dalam penulisan karya ini.

b. Literatur-literatur yaitu buku-buku yang ada hubungannya dengan permasalahan

yang dibahas.

Tabel. II.1 Harga Rata-rata per bulanTBS Kelapa Sawit

Provinsi Bangka Belitung Selama Tahun 2016

Umur Kelapa Sawit Harga TBS bulan Juni

3 Tahun Rp 1,344,42

4 Tahun Rp 1.395,83

5 Tahun Rp 1.447,92

6 Tahun Rp 1.506,42

7 Tahun Rp 1.575,83

Page 42: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 37-48

39

8 Tahun Rp 1.597,58

9 Tahun Rp 1.598,33

10-20 Tahun Rp 1.607,50 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan telah diolah peneliti.

III. LANDASAN TEORI 1. Tanah

Menurut Putranto Adi (2015:34) ”Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis

tanah sepertik podzolik, latosol, hidmorfik kelabu, aluvial atau regosol, tanah

gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dengan tingkat keasaman (ph) yang

optimum untuk sawit adalah 5,0-5,5.”

Intinya, kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik diberbagai jenis tanah asal

tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim

penghujan. Kelapa sawit memang pada dasarnya bisa tumbuh di berbagai jenis

tanah, namun jika tumbuh di tanah yang kurang cocok, walaupun bisa hidup, kelapa

sawit tersebut kurang bisa tumbuh dan berkembang secara cepat. Kualitas

panenpun akan turun yang menimbulkan kerugian bagi petani sawit. Oleh sebab itu

petani sawit diharap dapat memilih lahan yang cocok dan menghindari lahan yang

kurang cocok untuk ditanami kelapa sawit.

Berikut ini ciri-ciri tanah yang kurang cocok ditanam kelapa sawit menurut

Putranto Adi (2015:35) sebagai berikut ”

a. Tanah-tanah dengan drainase buruk yang disebabkan permukaan air tanah yang

tinggi, dekat dengan sungai dan rawa-rawa.

b. Tanah-tanah laterik yang kandungan batuan besinya tinggi. Adanya batuan besi

menyebabkan pembatas pertumbuhan akar sehingga volume akar kecil. Pada

musim kemarau, tanah laterik akan cepat kering sehingga tanam menderita

kekeringan.

c. Tanah-tanah berpasir di pantai. Kelapa sawit tidak tumbuh dengan baik di tanah

pasir pantai. Jika ditanam di pasir pantai, memang bisa hidup, tetapi

pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat lambat.

d. Gambut yang dalam. Pada tanah gambut sedalam 120 cm, kelapa sawit masih

dapat hidup dengan baik. Namun, pada tanah gambut sedalan 250 cm atau

lebih, kelapa sawit tumbuh kurang baik karena akar sulit mencapai tanah dan

tanaman akan mudah roboh. Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur hara

dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Oleh karena itu

untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara

yang tinggi juga. Selain itu ph tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran

nilai 4,0-6,0 dan ber ph optimum5,0-5,5.”

2. Jenis bibit

Ada dua jenis kelapa sawit yaitu:

a. Elaeis guineensis.

Jenis ini memiliki produksi yang sangat tinggi.

b. Elaeis oleifera.

Jenis ini memiliki tinggi tanaman yang rendah

Para pembudidaya sawit sekarang ini banyak mencoba menyilang kedua spesies

ini untuk mendapatkan spesies yang tinggi produksi dan mudah dipanen.

Page 43: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Luas Tanah, Jenis Bibit, Pemupukan, Pemiliharan Kebun dan Harga Kelapa Sawit Mempengaruhi

Kondisi Kesejahteraan Petani Sawit

40

Indonesia banyak memiliki jenis varietas kelapa sawit. Varietas-varietas

tersebut dapat dibedakan berdasarkan marfologinya. Setiap varietas mempunyai

ciri khas tersendiri. Ada tiga jenis varietas kelapa sawit yaitu:

a. Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah diantaranya yaitu: Dura,

Pisifera, Tenera dan Macro Carya.

b. Varietas berdasarkan warna kulit buah.

Varietas Negrescens, Albescent.

c. Varietas Unggul

Varietas unggul adalah varietas yang banyak dicari dan ditanam oleh para

pembudidaya kelapa sawit untuk memperoleh hasil yang berkualitas dan

memuaskan. Bibit kelapa sawit yang unggul ini diperolah dengan cara

penyilangan Dura dan Pisifera. Hasil persilangan ini telah terbukti memiliki

kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lainnya.

Menurut Putranto Adi (2015: 28,29) bibit unggul kelapa sawit sebagai berikut:

1. DXP Yangambi.

Potensi produksi TBS: 39 ton/ha/th. Produksi rata-rata: 25-28 ton/ha/thn. Potensi

hasil (CPO): 7,5 ton/ha/th. Produksi CPO rata-rata: 5,8-7,3 ton/ha/th. Rendemen

minyak 23-26%. Produksi minyak inti (PKO): 0,62 ton/ha/th. Kerapatan

tanaman 130 pohon/ha. Pertumbuhan meninggi: 0,60-0,75 m/th. Pertumbuhan

meninggi: 0,60-0,75 m/th.

2. DXP Lame.

Potensi produksi TBS: 36 ton/ha/th. Produksi TBS rat-rata 26-27 ton/ha/th.

Potensi hasil (CPO): 7,9 ton/ha/th. Produksi CPO rata-rata: 5,9-7,0 ton/ha/th.

Rendemen minyak: 23-26%. Produksi minyak inti: 0,60 ton/ha/th. Kerapatan

tanaman: 143 pohon/ha/th. Pertumbuhan meninggi: 0,55-0,70 m/th.

3. DXP Simalungun

Potensi produksi TBS: 33ton/ha/th. Produksi TBS rata-rata:28,4 ton/ha/th.

Potensi hasil (CPO): 7,9 ton/ha/th. Potensi CPO rata-rata: 8,7 ton/ha/th.

Rendemen minyak: 26,5%. Produksi minyak inti: 0,51 to/ha/th. Kerapatan

tanaman: 130-135 pohon/ha. Pertumbuhan meninggi: 0,75-0,80 m/th.

4. DXP Jambi

Potensi produksi TBS: 32 ton/ha/th. Produk TBS rata-rata: 22-24 ton/ha/th.

Potensi hasil (CPO): 7,4 ton/ha/th. Produksi CPO rata-rata: 5,7-6,2 ton/ha/th.

Rendemen minyak: 23-26%. Produksi minyak inti: 0,65 ton/ha/th. Kerapatan

tanaman; 130 pohon/ha. Pertumbuhan meninggi: 0,65-0,85 m/th.

5. DXP Dolok Sinumbah

Potensi produksi TBS: 31 ton/ha/th. Produksi TBS rata-rata: 24-27 ton/ha/th.

Potensi hasil (CPO): 7,7 ton/ha/th. Produksi CPO rata-rata: 6,0-6,75

ton/ha/th.Rendemen minyak: 23-25%. Produksi minyak inti: 0,56 ton/ha/th.

Kerapatan tanaman: 130 pohon/ha. Pertumbuhan meninggi: 0,65-0,85 m/th.

6. DXP AVROS.

Potensi produksi TBS: 30 ton/ha/th. Produksi TBS rata-rata: 24-27 ton/ha/th.

Potensi hasil (CPO); &,8 ton/ha/th. Produksi CPO rat-rata: 5,5-7,0 ton/ha/th.

Rendemen minyak: 23-26%. Produksi minyak inti: 0,54 ton/ha/th. Kerapatan

tanaman: 130 m/ha. Pertumbuhan meninggi: 0,6-0,8 m/th.

Page 44: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 37-48

41

3. Pemupukan

Pemupukan bertujuan menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman

kelapa sawit untuk pertumbuhan yang lebih sehat sehingga diperoleh hasil yang

optimal. Untuk mengetahui dosis pupuk yang tepat sebaiknya dilaksanakan.

Analisis tanah dan daun, guna mengetahui keadaan hara teralkhir dalam tanah

terssebut, sehingga dapat ditetapkan dosis pemupukan yang harus diaplikasikan.

Menurut Putranto Adi (2015:74, 75) ”jenis pupuk yang diberikan N, P, K, Mg,

dan B (Urea, TSP, KCL, Kiserit dan Borax). Dosis tabel pemupukan tanaman

kelapa sawit yang belum menghasilkan yang berumur 0-3 tahun sebagai

berikut”.

Tabel. II. 2 Dosis pemupukan pada tanaman kelapa sawit

belum menghasilkan

Jenis pupuk Dosis (Kg/ph/th Keterangan

Urea 0,40-0,60 Diberi 2 X aplikasi

KCL 0,20-0,50 Diberi 2 X aplikasi

Kiserit 0,10-0,20 Diberi 2 X aplikasi

SP-36 0,25-0,30 Diberi 2 X aplikasi

Borax 0,020-0,05 Diberi 2 X aplikasi Sumber Putranto (2015:75)

Tabel.II.3 Dosis pemupukan tanaman kelapa sawit yang

sudah menghasilkan

Jenis pupuk Dosis (kg/ph/th) Keterangan

Urea 2,0-2,5 Diberikan 2 X aplikasi

KCL 2,5-3,0 Diberikan 2 X aplikasi

Kiserit 1,0-1,5 Diberikan 2 X aplikasi

SP-36 0,75-1,0 Diberikan 2 X aplikasi

Borax 0,05-0,1 Diberikan 2 X aplikasi

Sumber: Putranto (2015: 76)

4. Pemeliharaan

Penyiangan

Kelapa sawit sejak pembibitan hingga panen terus menerus perlu pemeliharaan

yang baik sehingga hasilnya maksimal. Salah satu pemeliharaan dengan cara

penyiangan atau pembersihan dari tumbuhan pengganggu tanaman kelapa sawit.

Menurut Putranto Adi (2015:70) ”gulma merupakan tumbuhan pengganggu

tanaman pokok perkebunan sehingga perlu dilakukan tindakan pengendalian.”

Keberadaan gulma disekitar tanaman kelapa sawit akan menimbulkan kerugian

tumbuhan tanaman kelapa sawit karena ada persaingan dengan tanaman gulma

dalam soal mendapat sinar matahari.

Pemangkasan daun

Daun-daun tua yang tidak produktif perlu pembuangan, pada tanaman muda

sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan tapi yang sudah tua perlu dibuang. Menurut

Putranto Adi (2015:77) ada tiga macam pemangkas daun yaitu:

a. Pemangkasan pasir

Page 45: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Luas Tanah, Jenis Bibit, Pemupukan, Pemiliharan Kebun dan Harga Kelapa Sawit Mempengaruhi

Kondisi Kesejahteraan Petani Sawit

42

Pemangkasan pasir dilakukan terhadap tanaman yang berumur 16-20 bulan

dengan maksud untuk membuang daun-daun kering dan buah-buah pertama

yang busuk.

b. Pemangkasan produksi

Daun yang dipangkas adalah sunggo dua (daun yang tumbuhnya saling

menumpuk satu sama lainnya), juga buah-buah yang membusuk.

c. Pemangkasan pemeliharaan

Pemangkasan pemeliharaan dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan

maksud membuang daun-daun soggo dua sehingga setiap saat pada pokok

hanya terdapat daun sejumlah 28-54 helai.

5. Harga

Dari data sekunder diatas bahwa data tersebut menjelaskan ada beberapa tingkat

harga TBS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berdasarkan rapat tim penetapan

harga pembelian TBS kelapa sawit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan

harga rata-rata perbulan selama tahun 2016 menurut tingkat umur kelapa sawit

tersebut. Berdasarkan tabel II. 1 diatas ada delapan tingkat harga umur kelapa

sawit.

Menurut studi yang dilakukan oleh Husein Umar (2000: 32) ”Harga adalah

sejumlah nilai yang ditukar konsumen dengan manfaat dari memiliki atau

menggunakan produk atau jasa yang nilai ditetapkan oleh pembeli atau penjual

melalui tukar menukar atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama

terhadap semua pembeli”. Indriyo Gitosudarmo (2008:182) menjelaskan bahwa”

harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan penerimaan

penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya unsur biaya saja”

”Harga adalah jumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa,

jumlah nilai yang diperlukan konsumen untuk manfaat yang dimiliki dengan

menggunakan produk atau menggunakan jasa ” Kotler (2012:439). ”Harga minyak

inti sawit (PKO) rerata tertimbang sebesar Rp 6.352,40 atau mengalami kenaikan

2,94% dari bulan sebelumnya” Bangka Pos (2016:13). Dari berbagai difinisi diatas

dapat disimpulkan bahaw harga merupakan nilai suatu barang atau jasa yang diukur

dengan sejumlah nilai untuk mendapatkan sejumlah kombinasi input, proses,

output, pelayanan, pajak dan laba yang diinginkan, serta terjangkau untuk dibeli

dimana produk atau jasa tersebut memberi manfaat bagi konsumen.

III. Metodologi Penelitian

Dalam kajian ini peneliti menggunakan data sekunder yang peneliti dapat dari

Dinas Perkebunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan koran Bangka Poas

yang terbitnya seriap hari yang diolah oleh penulis.

Menurut Ronny Kountur (2009:178) adalah ” data yang bersumber dari hasil

penelitian orang lain yang dibuat untuk maksud yang berbeda. Data tersebut dapat

berupa fakta, tabel, gambar dan lain-lain terkadang laporan tersebut tersdia bagi

umum dan tidak membutuhkan dana untuk memperolehnya.”

Data sekunder biasanya telah dikumpulkan oleh perusahaan, lembaga

pengumpul data lembaga yang berwenang dan dipublikasikan kepada masyarakat

pengguna data atau melalui massmedia. Bentuk penelitian ini dilakukan peneliti

adalah dengan riset diskripsi, dimana penelitian ini menjelaskan penetapan harga

yang dilakukan berdasarkan rapat antara Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka

Page 46: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 37-48

43

Belitung dengan pemilik pabrik minyak mentah sawit (CPO) atau PKO terhadap

kesejahteraan petani sawit. Selain itu informasi yang peneliti dapati melalui

wawancara langsung kepada petani kelapa sawit, pengumpul buah sawit dan sopir-

sopir pembawa kelapa sawit. Bentuk penelitian ini dilakukan peneliti menggunakan

rumus-rumus statistik seperti ” dengan ukuran pemusatan dengan menggunakan

ukuran letak persentil” menurut Suharyadi dan purwanto (2009: 82). Menurut

Suhardi dan purwanto (2009: 82) ”Persentil juga merupakan bagian dari ukuran

letak. Persentil adalah ukuran letak yang membagi data yang telah diurutkan atau

data yang berkelompok menjadi 100 bagian yang sama besarnya, atau setiap bagian

dari desil sebesar 1%.”

Rumus mencari letak persentil untuk data tidak berkelompok sebagai

berikut:

Tabel. III.1 Rumus ukuran letak

Rumus Ukuran Letak

Data Tidak Berkelompok

Persentil 1 (P1) [ 1 (n + 1)]/100

Persentil 2 (P2) [ 2 (n + 1)]/100

Persentil 3 (P3) [ 3 (n + 1)]/100

Danseterusnya

Ukuran Letak

Guna melihat biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang didapati oleh

petani.sawit melalui urutan peletakan harga agar pemerintah dapat juga memberikan

subsidi kepada petani kelapa sawit yang lebih tepat.

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Untuk menganalisis daftar harga TBS kelapa sawit Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung tahun 2016, maka penulis tampilkan daftar harga yang mempengaruhi tingkat

pendapatan dan subsidi yang benar-benar diberikan kepada petani pada tingkat harga

tertentu.

Tabel. IV. 1 Rekapitulasi Rata-Rata

Harga TBS Kelapa Sawit Provinsi Bangka Belitung

Tahun 2016

No

Umur Kelapa Sawit

Harga rata-rata kelapa sawit

Tahun 2016

1 3 Tahun Rp 1.344,42 P15

2 4 Tahun Rp 1.395,83 P25

3 5 Tahun Rp 1.447,92

4 6 Tahun Rp 1.506,42

5 7 Tahun Rp 1.575,83 P75

6 8 Tahun Rp 1.597,58

7 9 Tahun Rp 1.598,33 P95

8 10-20 Tahun Rp 1.607,5

Rata-rata harga CPO Rp 7.406,66

Minyak Inti Sawit (PKO) Rp 5.796,67

Nilai Indeks K 85,97%

Page 47: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Luas Tanah, Jenis Bibit, Pemupukan, Pemiliharan Kebun dan Harga Kelapa Sawit Mempengaruhi

Kondisi Kesejahteraan Petani Sawit

44

Sumber: Dari dinas perkebunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang diolah oleh

peneliti

Kita inginkan melihat harga terendah, menengah, tertinggi TBS kelapa sawit

diposisi diletakkan pada pemusatan harga yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung dengan pemilik pabrik dan beserta dinas terkait dengan

perhitungannya sebagai berikut:

Kita lihat angka 15%, 25%, 75%, 95%.

Letak P15 = [15(n + 1)] / 100 = [15(8+1)] / 100 = 135/100 = 1,35.

Letak P25 = [25(n + 1)] / 100 = [25(8+1)] / 100 = 225/100 = 2,25.

Letak P75 = [75(n + 1)] / 100 = [75(8+1)] / 100 = 675/100 = 6,75.

Letak P95 = [95(n + !)] / 100 = [95(8+1)] / 100 = 855/100 = 8,55

Kita melihat peletakan pemusatan harga yang dicari dengan menggunakan metode

persentil dari rumus statistik diatas maka ditemui harga terendah dariTBS kelapa sawit

Provinsi Kepulauan BangkaBelitung kita temui letak/posisi nomor urut 1 (satu) dengan

rang 15% yaitu P15 = 1,35,- sebesar Rp 1.344,42,- dan harga rendah 25% terletak

pada posisi nomor urut 2 (dua) P25 = 2,25 sebesar Rp = 1.395,83,- menuju ke menengah

sebesar Rp1.575,83,- sedangkan harga menengah keatas 75% terletak pada posisi P75 =

6,75 sebesar Rp 1.575,83,- dan harga tertinggi dari TBS kelapa sawit dengan rang 95%

dengan umur mencapai 9 tahun P95 = 8,55 terletak pada posisi nomor urut 7(tujuh)

dengan harga Rp 1.598,33,-

Berikut ini kami sampaikan analisis biaya yang dikeluarkan 1 hektar kelapa sawit

berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor: 191/Kpts/RC.

110/7/2014 Tentang Satuan Biaya Maksimum Per Hektar Pembangunan Kebun Peserta

Program Revitalisasi Perkebunan Tahun 2014. Besar biaya yang dikeluarkan Wilayah II

yang terdiri dari Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, Sumbar, dan Bangka

Belitung sebagai berikut:

Tabel. IV. 2 Besarnya Biaya Pembukaan Lahan dan Penanaman Kelapa Sawit

Wilayah II Serta Biaya Pemeliharaan Sampai Tahun 3 (Tiga) N0 Kegiatan Wilayah II

1 PO Pembukaan lahan dan penanaman.

- Tenaga kerja

- Infrastruktur/Terasering

- Bahan dan Alat

- Biaya Pengolahan

- Serifikasi Lahan

Rp 24.342.000,-

Jumlah PO Rp 24.342.000,-

2

3

4

P1 Pemeliharaan Tahun Pertama

- Tenaga Kerja

- Bahan dan Alat

- Biaya Pengolahan

P2 Pemeliharaan Tahun Kedua

- Tenaga kerja

- Bahan dan Alat

- Biaya Pengelolaan

P3 Pemeliharaan Tahun Ketiga

- Tenaga Kerja

- Bahan dan Alat

- Biaya Pengolahan

Rp 11.276.000,-

Rp 10.247.000,-

Rp 11.197.000,-

Jumlah PO+P1+P2+P3 Rp 57.062.000,-

Sumber : Lampiran Sk Direktur Jenderal Perkebunan N 191/Kpts/RC. 110/7/2014 Tanggal : 2 Juli 2014.

Page 48: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 37-48

45

Dalam 1 (satu) hektar luas tanah untuk ditanam kelapa sawit sebanyak 135 batang

sawit, menurut Putranto Adi (2015:114-115) hasil buah sawit dapat yang dihasilkan

seperti dalam tabel dibawah ini:

Tabel. IV. 3 Umur Tanaman Kelapa Sawit dan Produksi TBS Kelapa Sawit

Rata- rata Per Tahun 2016

Umur

Tanaman

(Tahun)

Produksi TBS

(Ton)

Produksi Minyak Sawit

(Ton)

Produksi Inti Sawit

(Ton)

3 4,00 0,52 0,11

4 7,00 1,20 0,18

5 9,67 1,80 0,40

6 11,75 2,30 0,52

7 13,40 2,72 0,59

8 14,67 3,03 0,65

9 17,67 3,37 0,78

10 19,67 4,23 0,87 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Putranto Adi (2015:114-

115) yang diolah oleh peneliti.

Berikut ini ditampilkan tabel penjualan kelapa sawit dari tahun ke 3 (tiga) sampai

tahun ke 10 (kesepuluh) penghasilan sawit petani sebagai berikut:

Tabel. IV. 4 Hasil penjualan kelapa sawit tahun 2016

NO

Tahun

Hasil Produksi

(kg)

Harga

(Rp)

Hasil penjualan

(Rp)

1 3 4.000 1.344,42 5.377.680,00

2 4 7.000 1.395,83 9.770.810,00

3 5 9.670 1.447,92 14.001.386,00

4 6 11.750 1.506,42 17.700.435,00

5 7 13.400 1.575,83 21.116.122,00

6 8 14.670 1.597,58 23.436.499,00

7 9 17.670 1.598,33 28.242.491,00

8 10 19.670 1.607,50 31.619.525,00 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Putranto Adi (2015:114-

115) yang diolah oleh peneliti.

Kita lihat penghasilan petani sawit di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, biaya

yang dikeluarkan untuk 1 Ha sawit diperlukan dana sebesar Rp 57,062.000,- dengan

umur tanam kelapa sawit 3 tahun berdasarkan Sk. Direktur Jendral Perkebunan nomor:

191/Kpts/RC. 110/7/2014 tanggal 2 Juli 2014.

Sawit baru bisa dipanen bila berumus 3 tahun keatas. Umur 3 tahun itu kelapa

sawit baru belajar berbuah atau masih menghasilkan buah pasir yang kadar minyaknya

masih rendah. Jika diamati dan dihitung petani sawit ini baru bisa menikmati hasil

panen sawitnya apabila telah mencapai umur 7 (tujuh) tahun keatas itupun dengan

pemeliharaan yang baik yaitu mengikuti standar-standar yang telah ditetapkan oleh

Page 49: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Luas Tanah, Jenis Bibit, Pemupukan, Pemiliharan Kebun dan Harga Kelapa Sawit Mempengaruhi

Kondisi Kesejahteraan Petani Sawit

46

pemerintah dalam hal ini dinas perkebunan daerah setempat. Dasar perhitungannya

dapat kita lihat sebagai berikut:

Umur kelapa sawit mencapai umur 3 (tiga) tahun sampai dengan umur 7 (tujuh)

tahun dapat menghasilkan produksi sebesar 13.400 kg per tahun. Jika harga TBS kelapa

sawit pada umur 7 (tujuh) pada tabel diatas sebesar Rp 1.575,83, maka hasil penjualan

kelapa sawit yang diperoleh petani sebesar Rp 67.966.433,- sedangkan biaya

pembukaan lahan, penanaman dan pemeliharaan berdasarkan Sk. Direktur Jendral

perkebunan nomor: 191/Kpts/RC.110/7/2014 tanggal 2 Juli 2014, sebesar Rp

57.062.000,- sedangkan biaya pemeliharaan rata-rata 1(satu) tahun sebesar Rp

10.906.666,67.- berdasarkan Sk. Direktur Jendral diatas.

Dengan demikian biaya pemeliharaan yang dikeluarkan petani sawit perbulan

sebesar Rp 10.906.666,67: 12 = Rp 908.888,92,- Mari kita lihat berdasarkan analisis

letak pada posisi P15 umur kelapa sawit 3 (tiga) tahun dengan harga rata-rata TBS

kelapa sawit di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diposisi harga sebesar Rp 1.344,

42,- rata-rata buah kelapa sawit yang dihasilkan petani sebanyak 4.000 kg per tahun,

maka petani sawit menerima penghasilan setahun sebesar Rp 5.377.680,-, dengan

demikian petani menerima penghasilan 1(satu) bulan sebesar Rp 5.377.680: 12 = Rp

448.140,- karena pada umur 3 (tiga) tahun kelapa sawit belum dibebankan biaya

pemeliharaan.

Pada posisi P25 umur kelapa sawit 4 (tahun) dengan harga rata-rata TBS kelapa

sawit di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp 1.395,83,- Petani panen

kelapa sawit menghasilkan TBS-nya sebanyak 7.000 kg per tahun dengan menjual

buah kelapa sawit petani menghasilan uang 1 (satu) tahun sebesar Rp 9.770.810,-

maka petani menerima penghasilan 1 (satu) bulan sebesar Rp 9.770.810: 12 = Rp

814.234,-

Pada umur kelapa sawit 5(lima) tahun dengan harga rata-rata TBS kelapa sawit di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp 1.447,92,- Petani panen kelapa sawit

menghasilkan TBS sebanyak 9.670 kg per tahun dengan menjual buah kelapa sawit

petani menghasilkan uang 1(satu) tahun sebesar Rp 14.001.386,- dengan penghasilan

1(satu) bulan sebesar Rp 14.001.386: 12 = Rp 1.166.782,16,-

Pada posisi umur kelapa sawit 6(enam) tahun dengan harga rata-rata TBS kelapa

sawit di Provinsi Kepulauan bangka Belitung sebesar Rp 1.506,42,- Petani panen kelapa

sawit menghasilkan TBS sebanyak 11.750 kg per tahun dengan menjual buah kelapa

sawit petani menghasilkan uang 1 (satu) tahun sebesar

Rp 17.700.435,- dengan penghasilan 1(satu) bulan sebesar Rp 17.700.435: 12 =

Rp 1.475.036,25,- Demikian seterus perhitungannya.

Tabel. IV. 5 Penghasilan Petani per Tahun dan Per Bulan

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

NO

Umur

Kelapa

Sawit

Produksi

Kg

Harga

Penghasilan

1Tahun

Penghasilan 1 Bulan

1 3 4.000 Rp 1.344,42 Rp 5.377.680,- Rp 448.140,-

2 4 7.000 Rp 1.395,83 Rp 9.770.810,- Rp 814.234,-

3 5 9.670 Rp 1.447,92 Rp 14.001.386,- Rp 1.166.782,16

4 6 11.750 Rp 1.506,42 Rp 17.700.435,- Rp 1.475.036,25,-

5 7 13.400 Rp 1.575,83 Rp 21.116.122,- Rp 1.759.676,83,-

6 8 14.670 Rp 1.597,58 Rp 23.436.499,- Rp 1.953.041,55

Page 50: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 37-48

47

7 9 17.670 Rp 1.598,33 Rp 28.242.491,- Rp 2.353.540,92

8 10-20 19.670 Rp 1.607,50 Rp 31.619.525,- Rp 2.634.960,42 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Putranto Adi (2015:114-115) yang

diolah oleh peneneliti.

Tabel. 1V. 6 Penghasilan Petani per Bulan dan UMR per Bulan

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Dalam Kondisi pada Tahun 2016

No

Umur sawit

UMR Provinsi Babel

Penghasilan Petani per bulan

1 3 Tahun Rp 2.535.000,- Rp 448.140,-

2 4 Tahun Rp 2.535.000,- Rp 814.234,-

3 5 Tahun Rp 2.535.000,- Rp 1.166.782,16

4 6 Tahun Rp 2.535.000,- Rp 1.475.036,25,-

5 7 Tahun Rp 2.535.000,- Rp 1.759.676,83,-

6 8 Tahun Rp 2.535.000,- Rp 1.953.041,55

7 9 Tahun Rp 2.535.000,- Rp 2.353.540,92

8 10-20 Tahun Rp 2.535.000,- Rp 2.634.960,42 Sumber: Data dari Provinsi Bangka Belitung yang diolah oleh peneliti..

Kalau dilihat dari tabel 10 diatas penghasilan petani kelapa sawit di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung ternyata umur kelapa sawit 3 tahun dan 4 tahun petani

kelapa sawit menerima penghasilan jauh masih dibawah UMR yang ditetapkan Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung yaitu umur kelapa sawit 3 tahun dan 4 tahun hanya

menerima penghasilan per bulan per ha masing-masing sebesar Rp 448.140,- dan Rp

814.234,- sedangkan UMR Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp

2.535.000,- per bulan. . Dengan menggunakan metode statistik yaitu menggunakan

rumus persentil ternyata petani yang terletak pada posisi P15 dan P25 perlu diberi subsidi.

Berdasarkan tabel 10 diatas umur kelapa sawit 5 tahun – 9 tahun penghasilan

petani sawit tetap masih dibawah UMR Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tetapi

penghasilan ini jauh lebih baik dibandingkan penghasilan petani kelapa sawit yang

masih berumur 3 tahun dan 4 tahun. Petani sawit apabila memiliki umur kelapa sawit

10-20 tahun baru petani kelapa sawit menerima penghasilan diatas UMR yang

ditetapkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, per ha kebun kelapa sawit.per bulan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN.

a. Kesimpulan

1. Luas tanah yang subur, pemilihan bibit yang unggul yang memiliki sertifikat,

pemupukan yang tepat dengan komposisi racikan yang tepat sesuai dengan

kondisi tanah didukung dengan pemeliharaan yang baik menurut standar ilmu

pertanian serta diimbangi dengan harga yang baik tentu didukung dengan

produktivitas buah yang banyak dan kualitas buah yang tinggi akan menaikan

kesejahteraan petani kelapa sawit.

2. Berdasarkan perhitungan diatas petani kelapa sawit yang memiliki kebun

kelapa sawit baru mencapai umur 3 tahun dan 4 tahun harus diberi subsidi oleh

pemerintah.

3. Petani kelapa sawit yang memiliki umur tanam kelapa sawit 5 – 9 tahun

penghasilannya jauh diatas yang memiliki umur atanam kelapa sawit 3 – 4

tahun.

Page 51: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Luas Tanah, Jenis Bibit, Pemupukan, Pemiliharan Kebun dan Harga Kelapa Sawit Mempengaruhi

Kondisi Kesejahteraan Petani Sawit

48

4. Umur tanam kelapa sawit 10 - 20 tahun penghasilan petani kelapa sawit

menerima penghasilan sebulan per ha diatas UMR Provinsi Kepulauan Bangka

belitung. Dapat dilihat pada tabel 10 diatas.

b. Saran

1. Petani sawit yang kurang mampu baru permulaan ingin menjadi petani kelapa

sawit harus dibantu sebidang tanah guna menjalani sebagai petani kelapa sawit

yang diberi kepala desa atau pemerintah untuk penanam kelapa sawit.

2. Petani kelapa sawit yang kurang mampu serta baru permulaan menanam kelapa

sawit perlu dibantu bibit kelapa sawit dan pupuk.agar petani kelapa sawit dapat

berkembang dengan baik sekurang-sekurangnya perlu dibantu umur kelapa

sawit mencapai 3 tahun dan 4 tahun.

3. Tanah didesa perlu dilindungi jangan dijual kepada pengusahan sawit agar

petani didesa tidak merasa kekurangan tanah untuk pertanian atau tidak

memiliki tanah, ini akan berdampak pada kemiskinan yang berkepanjang pada

masyarakat desa.

4. Setiap satu kecamatan harus memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit sehingga

kualitas minyak tetap terjaga, tidak perlu membawa kelapa sawit ketempat

yang jauh untuk pengolahan TBS yang dapat mengurangi kadar minyak kelapa

sawit itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Putranto. 2015. Kaya Dengan Bertani Kelapa Sawit, Penerbit Pustaka Baru Press.

Gitosudarmo, Indriyo. 2008. Pengantar Bisnis, Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE.

Kotler, P dan Keller. 2012. Marketing Management. 14th, Edison, USA, Prentice Hall.

Kountur Ronny. 2009. Metode Penelitian Untuk penulisan Skripsi dan tesis. Edisi

Rivisi, Percetakan Buana Printing, Jakarta.

Keputusan Direktur Jendral Perkebunan Nomor: 191/KPTS/RC 110/7/2014, tentang

Satuan Biaya Maksimum per Hektar Pembangunan Kebun peserta Program

Revitalisasi Perkebunan Tahun 2014.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Bisnis, Indeks Jakarta

Suharyadi dan Purwanto 2009, Statistika, Edisi 2, Jakarta: Salemba Empat.

Swasta, Basu dan Sutojo, Ibnu. 2003. Pengantar Bisnis, Yogyakarta, Liberty.

Umar, Husein. 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, Bisnis, Cetakan

Kelima, Jakarta. P.T. Raya Grafindo Persada.

Surat Kabar Harian Bangka Pos 2016,halaman 13, sabtu 18 Juni 2016, Penerbit: P.T.

Bangka Media Grafika.

Page 52: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

ISSN: 2443-2164

49

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI SERTA

DAMPAKNYA PADA PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN DI KOTA

PANGKALPINANG

Hamdan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pertiba Pangkalpinang

Afrizal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pertiba Pangkalpinang

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh transportasi, kjumlah kunjunga wisata dan jumlah

terhadap Inflasi baik secara simultan maupun secara parsial. Selanjutnya untuk menganalisis

pengaruh inflasi terhadap pengangguran dan tingkat kemiskinan. Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder di kota Pangkalpinang. Data yang dianalisis berbentuk time series

pada periode 2005 – 2017. Data penelitian dianalisis dengan teknik analisis regresi, yang

pengelolahannya dilakukan melalui perangkat lunak Eviews.

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan secara simultan

transportasi, jumlah kunjungan wisata dan jumlah penduduk terhadap inflasi. Secara parsial bahwa

transportasi dan kunjungan wisata dapat menurunkan inflasi sedangkan jumlah penduduk dapat

menaikkan tingkat inflasi.

Kata Kunci: Transportasi, jumlah kunjungan wisata, jumlah penduduk, inflasi, pengangguran dan

tingkat Kemiskinan

1. PENDAHULUAN

Salah satu tolok ukur ekonomi makro yang digunakan untuk melihat stabilitas

perekonomian suatu negara atau daerah adalah tingkat inflasi. Perubahan tingkat

inflasi akan berdampak terhadap dinamika pertumbuhan ekonomi. Dalam pandangan

teori ekonomi, inflasi merupakan gejala moneter dalam suatu negara dimana naik

turunnya tingkat inflasi cenderung mengakibatkan terjadinya gejolak ekonomi

Terjadinya krisis moneter di Indonesia diawali dengan terdepresiasinya secara

tajam nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar Amerika, yang

mengakibatkan domino effect salah satunya akbatnya terjadi lonjakan harga barang-

barang yang diimpor Indonesia dari luar negeri. Lonjakan harga barang-barang impor

ini menyebabkan harga barang yang dijual di dalam negeri meningkat baik secara

langsung maupun secara tidak langsung. Karena pemerintah gagal mengatasi krisis

moneter yang terjadi dalam jangka waktu yang singkat, maka menyebabkan kenaikan

tingkat harga terjadi secara umum dan semakin tak terkendalikan. Akibatnya angka

inflasi nasional melonjak cukup tajam. Lonjakan yang cukup tajam terhadap angka

inflasi nasional yang tanpa diimbangi oleh peningkatan pendapatan nominal

masyarakat, telah menyebabkan pendapatan riil rakyat semakin merosot. Juga,

pendapatan per kapita penduduk merosot relatif sangat cepat sehingga mengakibatkan

Indonesia kembali masuk dalam golongan negara miskin. Menurut (Prastyo, 2010)

inflasi telah menyebabkan semakin beratnya beban hidup masyarakat, khususnya pada

masyarakat ekonomi lemah akibat dasyatnya pengaruh lonjakan angka inflasi di

Indonesia (akibat dari imported inflation yang dipicu oleh terdepresiasinya nilai tukar

rupiah terhadap mata uang asing) terhadap perekonomian nasional, maka dirasa perlu

untuk memberikan perhatian ekstra terhadap masalah inflasi ini dengan cara mencermati

kembali teori-teori yang membahas tentang inflasi; faktor-faktor yang menjadi sumber

penyebab timbulnya inflasi di Indonesia; serta langkah-langkah apakah yang sebaiknya

diambil untuk dapat keluar dari perangkap inflasi ini.

Page 53: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

50

Akibatnya angka inflasi nasional melonjak cukup tajam berimbas kepada

seluruh daerah di Indonesia termasuk provinsi kepulauan Bangka Belitung khususnya

Kota Pangkalpinang yang merupakan pusat transaksi jasa, pusat bisnis dan dan pusat

perdagangan. Dari kutipan Kepala Biro Ekonomi Babel, Ahmad Yani didampingi

Kepala Unit Bank Indonesia Perwakilan Babel, saat memberikan sambutan di acara

Capacity Buiding untuk Wartawan Ekonomi di Ballroom Nagoya Hill, Batam,

bangkapos.com, Batam, Kamis (4/5/2017) bahwa inflasi di Bangka Belitung sebesar

6,75 persen, Secara tahunan, inflasi Kota Pangkalpinang sebesar 9,26 persen, ternyata

menjadi sorotan nasional karena inflasi nasional 3,02 persen pada Desember 2016. Hal

ini dikarenakan inflasi di Pangkalpinang tertinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota

lainnya di Indonesia. Berikut adalah gambaran inflasi yang terjadi di Pangkalpinang.

Tabel 1.1

Laju inflasi Pangkalpinang periode tahun 2005-2017 (%) Tahun Nasional Kep.Babel Pangkalpinang

2005 17,11 13, 11 13, 11

2006 6,60 6,20 6,20

2007 6,59 2,64 2,64

2008 11,06 18,40 18,40

2009 2,78 2,50 2,50

2010 6,96 9,36 9,36

2011 3,79 5,00 5,00

2012 4,30 5,16 6,57

2013 8,38 8,38 8,71

2014 8,36 9,06 6,81

2015 3,35 3,27 4,65

2016 3,02 6,75 7,43

2017 3,61 6,50 9,26

Sumber: BPS Babel 2017 (diolah)

Dari tabel 1.1 terlihat bahwa kota pangkalpinang mengalami tingkat inflasi

tertinggi setiap tahun, hal ini akan berdampak pada pembangunan terutama yang

mengakibatkan pengangguran. Memang masalah pokok yang dihadapi semua negara

adalah salah satunya pengangguran. Menurut (Hapsari, 2015) mengemukakan bahwa

pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap

kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang juga semakin

meningkat. Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus

mengalir, serta dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat

permasalahan tenaga kerja menjadi sangat besar dan kompleks. Pengangguran terjadi

disebabkan jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja.

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi. Dari hasil kajian dan didukung data pada statistik tersebut Kota

pangkalpinang mempunyai peluang terjadinya penggangguran yang tinggi dan akan

diikuti oleh kemiskinan meningkat. Data pengangguran seperti yang disajikan berikut

mempunyai trend yang kurang baik. Berikut tabel penulis sajikan yang diambil dari

BPS Bangka Belitung.

Page 54: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

51

Tabel 1.2

Laju pengangguran di Pangkalpinang periode tahun 2005-2017 (%) Tahun Nasional Kep.babel Pangkalpinang

2005 11,24 8.10 10,02

2006 10,28 8.99 10,05

2007 9,11 6.49 10,81

2008 8,39 5.99 11,03

2009 7.87 6.14 11,05

2010 7,14 5.63 9,37

2011 6,96 3.61 5,63

2012 6,37 3.49 5,25

2013 5.88 3.70 6,66

2014 5,70 5.14 8,84

2015 5,81 6.29 10,64

2016 5,50 2.60 10,81

2017 5,33 3.78 5,80

Sumber: BPS 2018 (diolah)

Dari tabel 1.2 di atas memperlihatkan bahwa pengangguran di Kota

Pangkalpinang cukup tinggi, pada tahun 2005 tinggkat pengangguran sebesar 10,02

persen, provinsi kepulauan Bangka Belitung sebesar 8,10 persen sedangkan secara

nasional 11,24 persen. Penggangguran secara nasional terus menunjukan penurunan

yang cukup signifikan dari tahun 2005 sebesar 11,24 persen terus menurun sampai pada

tahun 2017 hanya sebesar 5,33 persen. Begitu juga dengan Provvinsi Kepulauan Bangka

Belitung dari tahun 2005 sebesar 8,10 persen juga terus menurun hingga tahun 2017

hanya 3,78 persen, walaupun pada tahun 2015 ada kenaikan sebesar 6,29 persen. Beda

masalahnya dengan Kota Pangkalpinang bahwa tingkat pengangguran sejak tahun 2005

sampai dengan tahu 2017 cenderung stagnasi dan hanya sedikit sekali penurunannya

jika kita bangdingkan dengan tingkat nasional dan provinsi. Pada tahun 2005 ada

kecenderungan naik dari 10,02 persen menjadi 11,05 persen kemudian turun pada tahun

2012 sebesar 5,25 persen, dan naik kembali pada tahun 2016 menjadi 10,81persen

sedangkan Provinsi kepulauan Bangka Belitung pada tahun yang sama hanya sebesar

2,60 persen. Pada tahun 2017 Pangkalpinang tetap merupakan tingkat pengangguran

yang tertinggi secara nasional maupun tingkat provinsi di kepulauan Bangka Belitung.

Penulis berasumsi bahwa pengangguran mempunyai dampak yang luas terhadap

kehidupan sosial ekonomi terutama akan mempengaruhi tingkat kemiskian. Menurut

Yacoub, 2012) bahwa tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap tingkat

kemiskinan dan selalu menunjukkan pola hubungan yang tidak selalu searah antara

tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan. Sedangkan menurut (Muslim, 2014)

bahwa kesempatan kerja yang ada dengan angkatan kerja terjadi kesenjangan yaitu

peningkatan jumlah kesempatan kerja tidak sebanding dengan peningkatan angkatan

kerja yang meningkat lebih cepat, hal ini akan berdampak pada terciptanya

pengangguran Pengangguran yang terjadi akan memiliki dampak terhadap kehidupan

sosial yaitu tingkat kriminal dan kekerasan, hal ini akan berpengaruh pada stabilitas dan

pembangunan ekonomi akan terhambat serta kesehjateraan akan berkurang.

Penganguran merupakan permasalahan yang terjadi di berbagi daerah di Indonesia

termasuk pangkalpinang. Dari data yang penulis temukan pada BPS Provinsi kepulauan

Bangka Belitung adalah sebagai berikut:

Page 55: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

52

Tabel 1.3

Laju penduduk miskin di Pangkalpinang periode tahun 2005-2017 (%) Tahun Nasional Kep.babel Pangkalpinang

2005 11,13 9,74 6,63

2006 10,86 10,91 7,60

2007 12,52 9,54 6,85

2008 11,65 7,89 5,74

2009 10,72 7,37 5,79

2010 9,87 6,51 6,02

2011 9,23 5,16 4,15

2012 8,60 5,37 4,29

2013 8,52 5,25 4,15

2014 8,16 4,97 4,04

2015 8,22 5,40 4,97

2016 7,73 5,22 5,02

2017 7,26 5,30 4,80

Sumber: BPS 2018 (diolah)

Dari tabel 1.3 terlihat bahwa laju kemiskinan di pangkalpinang setiap tahun

masih dibawah kemiskinan provinsi kepulauan Bangka Belitung dan Nasional. Tetapi

jangkauan penurunan kemiskinan hanya 3,56 persen sedangkan jangkauan penurunan

mencapai 5,94 persen dan begitu juga dengan penurunan tingkat kemiskinan dengan

jangkauan sebesar 5,26 persen. jika kita bandingkan angka kemiskinan dipangkalpinang

belum begitu baik jika dibangdingkan dengan provinsi kepulauan Bangka Belitung. Jika

kita bandingkan dengan angka pengangguran secara umum lebih banyak dari pada

angka kemiskinan. Hal ini menjadi sebuah paradigma penulis untuk meneliti apakah ada

hubungannya antara pengangguran dan kemiskinan. Sebagai contoh pada tahun 2016

angka pengangguran sebesar 10,81 persen sedangkan angka kemiskinan sebesar 5,02

persen dengan jumlah penduduk dengan hitungan yang sama.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh Tranportasi, kunjungan wisata, jumlah penduduk, secara

simultan terhadap Inflasi di Kota Pangkalpinang.

2. Bagaimanakah pengaruh Tranportasi, kunjungan wisata, jumlah penduduk, secara

parsial terhadap Inflasi di Kota Pangkalpinang.

3. Bagaimanakah pengaruh inflasi terhadap Pengangguran.

4. Bagaimanakah pengaruh inflasi terhadap Kemiskinan.

B. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Tranportasi, kunjungan wisata,

jumlah penduduksecara simultan terhadap Inflasi di Kota Pangkalpinang

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Tranportasi, kunjungan wisata,

jumlah penduduksecara parsial terhadap Inflasi di Kota Pangkalpinang

3. Untuk mengetahuidan menganalisispengaruh Inflasi terhadap Pengangguran.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Inflasi terhadap kemiskinan.

Page 56: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

53

2. KAJIAN TEORI

2.1.Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Ilmu Ekonomi Wilayah dan Perkotaan sampai saat ini telah jauh berkembang. Menurut

Perroux dalam Ijaiya, Gaffar T. (2011,15), secara umum terdapat tiga teori

pertumbuhan yang cukup terkenal dan bersifat dominan. Masing-masing teori model

menggunakan variabel dan formulasi tersendiri, sehingga menghasilkan analisis dan

kesimpulan berbeda tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi regional. Dalam

praktiknya penerapan model-model ini dapat dilakukan secara utuh atau ada pula dalam

bentuk penggabungan dari beberapa model tertentu, tergantung dari kondisi wilayah

yang bersangkutan. Tentunya para pengambil kebijakan harus dapat memilih secara

tepat, model mana yang sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang terdapat di

daerahnya masing-masing. Berikut inidiuraikan ide pokok dan formulasi dari model

pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.

2.1.1. Model Neo Klasik

Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan sangat ditentukan oleh

kemampuan wilayah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Sedangkan

kegiatan produki pada suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah yang

bersangkutan, tetapi juga ditentukan pula oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas

modal antar daerah. Karena kunci utama pertumbuhan ekonomi daerah adalah

peningkatan kegiatan produksi, dengan mengikuti pandangan Richardson (2001), maka

model Neo-klasik ini dapat diformulasikan yang diawali dari fungsi produksi. Dengan

menganggap bahwa fungsi produksi adalah bentuk Cobb-Douglas, maka dapat ditulis:

𝒀 = 𝑨𝑲𝜶𝑳𝜷, 𝜶 + 𝜷 = 𝟏 dimana Y melambangkan PDRB, K dan L masing-masingnya adalah modal dan tenaga

kerja. Karena analisis menyangkut pertumbuhan, maka semua variabel dianggap adalah

fungsi waktu (t). Dengan mengambil turunan matematika persamaan (2.8) terhadap

variabel t dapat diperoleh persamaan berikut ini: y=a+ αk+(1-α) dimana, y=dY/dt

menunjukkan peningkatan nilai PDRB (pertumbuhan ekonomi), a=dA/dt adalah

perubahan teknologi produksi secara netral (neutral technical change), k=dK/dt

menunjukkan penambahan modal (investasi), dan l=dL/dt menunjukkan penambahan

jumlah dan kualitas tenaga kerja. Persamaan (2.9) memberikan kesimpulan pertama

yang sangat penting dari model Neo-klasik yaitu pertumbuhan ekonomi suatu daerah

ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu kemajuan teknologi (a), penambahan modal

atau investasi (k) dan peningkatan jumlah serta kualitas tenaga kerja (1).

2.1.2. Teori Struktur Ekonomi

Proses pembangunan ekonomi yang sudah berlangsung cukup lama dan telah

menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya disusul dengan suatu

perubahan mendasar dalam sruktur ekonominya. Perubahan struktur ekonomi terjadi

akibat perubahan sejumlah faktor, menurut sumbernya dapat dibedakan antara faktor-

faktor dari sisi permintaan agregat (AD), faktor-faktor dari sisi penawaran agregat (AS),

atau dari kedua sisi pada waktu yang bersamaan. Selain itu, perubahan struktur ekonomi

juga dipengaruhi secara langsung/tidak langsung oleh intervensi pemerintah di dalam

kegiatan ekonomi sehari-hari.

Dari sisi penawaran agregat (AS), faktor-faktor penting di antaranya adalah

pergeseran keunggulan komperatif, perubahan teknologi, peningkatan pendidikan atau

kualitas SDM, penemuan sumber-sumber bahan baku baru (new resources) untuk

produksi, dan akumulasi barang modal. Semua ini memungkinkan untuk melakukan

Page 57: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

54

inovasi dalam produk atau proses produksi dan pertumbuhan produktivitas sektoral dari

faktor-faktor produksi yang digunakan. Ada dua teori utama yang umum digunakan

dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi, yakni teori migrasi dari Arthur Lewis

dan teori transformasi struktural dari Hollis Chenery. Teori Arthur Lewis (dalam

Jhingan 2004, h, 30 ) pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang

terjadi di daerah pedesaan (rural) dan di daerah perkotaan (urban). Dalam teorinya,

Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi

menjadi dua, yaitu perekonomian tradisional dipedesaan yang didominasi oleh sektor

pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.

Di pedesaan karena jumlah penduduk yang tinggi, maka terjadilah kelebihan supply

tenaga kerja, dan tingkat kehidupan masyarakat berada pada kondisi subsisten akibat

perekonomian yang sifatnya juga subsistem.

2.1.3. Teori Pertumbuhan Solow Implisit dengan Pengangguran

Model ini dibangun dengan mengadopsi kerangka dasar model Solow, hanya saja

dimodifikasi dengan meliputi didalamnya ada pengangguran. Fungsi produksi dengan

menambah tenaga kerja dan memperbesar kemajuan teknologi direpresentasikan sbb:

Y = F (AN,K)

dimana:

Y = Output

N = Tenaga Kerja yang bekerja

K = Stok Modal

A = Efisiensi Tenaga Kerja.

Dengan asumsi bahwa fungsi tenaga kerja merupakan fungsi tujuan dengan constant

returns to scale, maka dapat ditulis:

y = f (n) dimana y adalah output perunit kapital dan n adalah efisiensi tenaga kerja perkapital,

sehingga:

𝒚 ≡𝑌

𝐾, 𝑛 ≡

𝐴𝑁

𝐾

Fungsi f(n) diasumsikan biasanya memiliki prilaku yang baik. Dengan model Solow

diasumsikan konstan yang proportional terhadap pendapatan yang ditabungkan sebagai

kapital, maka tingkat pertumbuhan kapital diberikan sebagai berikut:

𝑲∗

𝑲= 𝜹𝒇 𝒏 − 𝝈𝑲

dimana δ adalah pendapatan yang ditabungkan dan ζ adalah tingkat penghapusan dari

capital. Tenaga kerja dengan kemajuan teknologi yang diasumsikan menghasilkan

tingkat yang konstan, pada α;

𝑨∗

𝑨= 𝜶

2.2.Hubungan Teoritis Pendapatan Nasional, Pengangguran dan Kemiskinan

Apabila kaum klasik memandang penentu kegiatan ekonomi negara dari sisi penawaran,

yaitu berupa penggunaan faktor-faktor produksi untuk menjalankan kegiatan ekonomi

suatu negara, maka Keynes justru memandang dari sisi permintaan. Menurut Keynes,

yang menentukan kegiatan perekonomian suatu negara adalah tingkat permintaan

efektif, yaitu permintaan yang disertai oleh kemampuan untuk membayar barang dan

jasa yang diminta. Dengan demikian, dalam jangka pendek, tinggi rendah tingkat

pengangguran tergantung dari tinggi rendahnya permintaan efektif. Manakala

Page 58: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

55

permintaan efektif semakin besar yang berarti daya beli masyarakat semakin tinggi

maka produsen akan mengimbanginya dengan cara memperbesar produksinya dan

untuk itu dibutuhkan tenaga kerja yang baru. Sebaliknya manakala permintaan efektif

menurun, maka perusahaan akan menurunkan produksinya dan ini tentu saja akan

mengurangi jumlah tenaga kerja yang terpakai (bandingkan dengan temuan Phillips

yang tergambarkan melalui kurva Phillips yang melihat hubungan antara tingkat inflasi

dan pengangguran).

Dalam análisis permintaan efektif, Keynes menganalisis permintaan dari berbagai

pelaku ekonomi dalam suatu negara (Bukan faktor ekonomi sebagaimana hal nya kaum

klasik). Sehingga analisis Keynes sering disebut sebagai permintaan aggregat

(menyeluruh). Untuk perekonomian tertutup sederhana, Keynes membagi permintaan

aggregat menjadi dua, yaitu sektor yaitu pengeluaran rumah tangga (C) dan pengeluaran

swasta berupa investasi (I). sedangkan untuk tiga sektor ditambah dengan pengeluaran

pemerintah (G). untuk perekonomian terbuka,Keynes memasukkan faktor luar negeri,

yaitu berupa ekspor dan impor, yang sering disebut sebagai ekspor neto ( X - M ).

Keynes membagi konsumsi rumah tangga menjadi dua macam, yaitu konsumsi

manakala pendapatan sama dengan nol atau Y = 0, dan konsumsi sehubungan dengan

tingkat pendapatannya yang sering dinotasikan sebagai C = a + bY atau dalam literatur

lain menggunakan notasi C = Co + c Y, dimana Co adalah konsumsi pada saat Y = 0,

dan c adalah koefisien penentu tingkat konsumsi (Marginal Propensity to Consums)

sehubungan dengan tingkat pendapatan. Makin besar tingkat pendapatan maka makin

besar pula konsumsi. Namun, besarnya perubahan konsumsi menurut Keynes masih

lebih kecil dari besarnya perubahan pendapatan. Kelebihan pendapatan, yang tidak

dikonsumsi ditabung dan ini adalah sumber untuk investasi. Tingkat investasi

sebagaimana telah dijelaskan di atas menurut Keynes bukan saja dipengaruhi oleh suku

bunga, tetapi juga tergantung dari harapan keuntungan di masa yang akan datang.

Dalam hal ceteris paribus, maka besarnya tabungan akan mempengaruhi besarnya

tingkat investasi. Untuk perekonomian dua sektor, besarnya investasi sama dengan

besarnya tabungan, karena memang hanya tabunganlah sumber dana yang tidak

digunakan untuk konsumsi, sedangkan untuk perekonomian 3 sektor, besarnya investasi

tergantung dari besarnya tabungan masyarakat dan pengeluaran pemerintah.

2.3.Ukuran Kemiskinan

Kemiskinan dapat dikaitkan dengan jenis tertentu dari konsumsi seperti mempunyai

rumah miskin atau makanan kurang bergizi dan kesehatan yang buruk. Definisi

kemiskinan dapat diukur dari nutrisi atau angka melek huruf atau literacy (Haughton

dan Kandker, 2009). Sedangkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(Bappenas) mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi dimana seseorang atau

sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar yang harus terpenuhi

antara lain: (a) kebutuhan pangan; (b) kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air

bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup; (c) rasa aman dari

perlakuan atau ancaman tindak kekerasan; dan (d) hak untuk berpartisipasi dalam

kehdupan sosial-politik. Menurut pandangan beberapa peneliti, kemiskinan

didefinisikan dalam konteks yang sangat luas, seperit tidak dapat memenuhi “kebutuhan

dasar”. Kebutuhan dasar berkaitan secara fisik (makanan, kesehatan, pendidikan dan

perumahan) dan non fisik (partisipasi, identitas).

Kemiskinan dapat juga didefinisikan menurut pendekatan kemiskinan absolut

dan kemiskinan relatif (Abdul Hakim, 2009). Kemiskinan absolutditentukan

Page 59: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

56

berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan dasar minimum seperti

pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan yang diperlukan untuk dapat

hidup dan bekerja. Kebutuhan dasar minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial

dalam bentuk uang dan nilainya dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk

yang memiliki rata-rata pendapatan/pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis

kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.

3. METODOLGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan selama 3 (tiga ) bulan yang dimulai pada bulan Januari 2018

hingga bulan Maret 2016, yang dimulai dari proses penentuan judul penelitian,

penyusunan proposal, izin wilayah penelitian, penentuan unit yang akan dianalisis,

pengumpulan data dan fakta dilapangan sampai dengan pengolahan dan analisis data.

Tempat atau obyek data penelitian dilakukan di Kota Pangkalpinang Provinsi kepulauan

Bangka Belitung. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

pengumpulannya berupa runtut waktu selama 13 tahun yaitu dari tahun 2005 sampai

dengan 2017. Penelitian dilakukan dengan memperoleh data sekunder dari instansi

berikut:

1. Badan Pusat Statistik Nasional

2. Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

4. Dinas Perdagangan dan Industri Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

5. Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

6. Dinas perhubungan darat dan laut

3.1.Populasi dan Sampel

Pengertian populasi adalah keseluruhan orang, keseluruhan data yang menjadi sasaran

penelitian. Dari keseluruhan penelitian populasi yang sangat luas diambil sebagian yang

disebut populasi target. Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang dianggap dapat

mewakili populasi secara keseluruhan (Mukhtar, 2013, hal 93).

Dapat disimpulkan bahwa populasi adalah seluruh data dalam penelitian

merupakan seluruh wilayah yang diteliti. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

populasi adalah seluruh data variabel penelitian yang berhubungan dengan pengaruh

terhadap inflasi, pengangguran dan kemiskinan di Pangkalpinang. Sedangkan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini data variabel mpenelitian yang berhubungan

dengan pengaruh Tranportasi, kunjungan wisata, jumlah penduduk, Pertumbuhan

Ekonomi wilayah sekitar dan Kredit Modal UMKM terhadap Inflasi, pengangguran,

kemiskinan di Kota Pangkalpinang selama 13 (tiga belas) tahun penelitian yaitu periode

tahun 2005 sampai dengan tahun 2017.

3.2. Prosedur, Variabel dan Operasionalisasi Variabel

Terkait dengan penelitian ini maka variabel penelitian diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Variabel Independen/Bebas

Adapun variabel bebas dalam penelitian ini meliputi: Tranportasi (X1), kunjungan

wisata (X2), jumlah penduduk (X3) Pertumbuhan Ekonomi wilayah (X4), Kredit

Modal UMKM (X5)

2) Variabel Dependen/Output/Kriteria/Konsekuen/Terikat

Adapun variable terikat dalam penelitian ini adalah Inflasi(Y), pengangguran (Z1)

dan kemiskinan (Z2).

Page 60: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

57

3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi Operasional Variable Penelitian ebagaai berikut:

1) Transportasi (X1) adalah banyaknya kedatang alat transportasi kapal laut dan

pesawat ke kota Pangkalpinang

2) Kunjungan wisata (X2) adalah banyaknya wisatawan datang ke pangkalpinang

3) Jumlah Penduduk (X3) adalah jumlah penduduk pangkalpinag setiap tahun

4) Pertumbuhan ekonomi sekitar (X4) adalah rata-rata PDRB di kabupaten Bangka,

kabupaten Bangka Tengah dan Kabupaten Bangka Selatan

5) Kredit Modal UMKM (X5) adalah jumlah modal yang diberikan pemerintah kepada

UMKM setiap tahun

6) Inflasi (Y) adalah jumlah uang beredar di masyarakat.

7) Pengangguran (Z1) adalah pesentase jumlah penduduk yang masuk dalam

angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum

mendapatkannya kota Pangkalpinang

8) Kemiskinan (Z3) adalah persentase penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan (poverty line), di Pangkalpinang.

3.4.ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

Analisa data yang digunakan adalah analisa kuantitatif dengan menggunakan analisis

regresi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat bantu program pengelola data

yaitu eviews versi 8.

3.5.Pengujian Data dengan Asumsi Klasik/BLUE

3.5.1. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas dapat diketahui dari beberapa cara yang akan menghasilkan

kesimpulan yang hampir sama pula. Asumsi normalitas dapat dideteksi dari plot sebaran

data maupun uji statistik. Adapun beberapa cara untuk mendeteksi normalitas data,

seperti: (1). menggunakan histogram; (2). uji yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (J-

B). Menurut Widarjono (2009, 49) menyebutkan bahwa dengan uji Jarque – Bera dapat

menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Adapun formula uji statistic Jarque-

Bera adalah sebagai berikut:

S2

( k – 3 )2

JB = +

6 24

Keterangan:

S = Koefisien Skewness

k = Koefisien Kurtosis

Jika nilai JB lebih kecil dari nilai chi-Square maka menerima hipotesis

nol bahwa residual berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai JB lebih besar dari nilai

chi Square maka menolak hipotesis nol bahwa residual berdistribusi tidak normal.

Dengan makna lain, jika nilai jarque-Bera lebih kecil dibandingkan nilai X2 tabel, maka

data dinyatakan berdistribusi normal. sebaliknya jika nilai Jarque-Bera lebih besar

dibandingkan dengan nilai X2 tabel, maka diduga data dinyatakan tidak berdistribusi

normal.

3.5.2. Uji Mulktikolinieritas Ghozali (2010, 95) mengemukakan bahwa uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen).Untuk model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

Page 61: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

58

variabel independen. Widarjono (2009, 106-107) menyebutkan bahwa menggunakan

koefisien korelasi parsial antar variabel independen untuk menguji ada tidaknya

multikolinieritas jika koefisien korelasi cukup tinggi katakan di atas 0,85 maka diduga

ada multikolinieritas dalam model. Cara lain uji multikolinieritas adalah dengan regresi

auxiliary yaitu dengan melakukan regresi setiap variabel independen (X) dengan sisa

veriabel indepeden (X) yang lain, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

variabel independen (X) yang satu berhubungan dengan variabel independen (X) yang

lainnya.

3.5.3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dianjurkan oleh Halbert White. White dalam Mudrajad Kuncoro

(2010, 96) berpendapat bahwa uji X2 merupakan uji umum ada tidaknya misspesikasi

model karena hipotesis nol yang melandasi adalah asumsi bahwa: (1) residual adalah

homoskedastisitas dan merupakan variabel independen; (2) spesifikasi linier atas model

sudah benar. Dengan hipotesis nol tidak ada heteroskedastisitas, jumlah observasi (n)

dikalikan R2 yang diperoleh dari regresi auxiliary secara asimtotis akan mengikuti

distribusi chi–square dengan degree of freedom sama dengan jumlah variabel

independen ( tidak termasuk konstanta). Bila salah satu atau dua asumsi ini tidak tidak

terpenuhi akan mengakibatkan nilai statistik t yang signifikan. Namun sebaliknya, nilai

statistik t tidak signifikan berarti kedua asumsi di atas dipenuhi. Artinya, model yang

digunakan lolos dari masalah heteroskedastisitas. Dengan makna lain, jika nilai Obs*R-

squared lebih kecil dibandingkan nilai X2

tabel, maka tidak terjadi masalah

Heteroskedastisitas, sebaliknya jika nilai Obs*R-squared lebih besar dari nilai X2

tabel,

maka diduga model telah terjadi masalah Heteroskedastisitas.

3.5.4. Uji Autokorelasi

Ghozali (2010, h. 99) mengemukakan bahwa uji autokorelasi bertujuan menguji apakah

dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Adapun dalam penelitian

ini penulis menggunakan uji autokorelasi dengan uji Breusch-Godfrey atau nama

lainnya uji Lagrange-Multiplier. Kriteria pengujian jika nilai Obs*R-squared lebih kecil

dibandingkan nilai X2

tabel, maka tidak terjadi masalah autokorelasi, sebaliknya jika

nilai Obs*R-squared lebih besar dari nilai X2

tabel, maka diduga model telah terjadi

masalah auto korelasi.

3.4.Analisis Regresi

Telah dikemukakan di bab sebelumnya bahwa dalam penelitian inimenggunakan data

times series.Riduan & Kuncoro (2007, h. 115) mengemukakan bahwa analisis regresi

merupakan model structural yang bertujuan untuk menguji besarnya sumbangan

(kontribusi) yang ditunjukan oleh koefisien regresi setiap variabel penelitian pada

diagram regresi yang telah ditetapkan. Dalam analisis regresi yang telah ditetapkan

dalam penelitian ini akan diperoleh besaran hubungan kausal variabel bebas (X)

terhadap variabel (Y) serta dampaknya pada variabel (Z). Berdasarkan kerangka

pemikiran penelitian, maka model analisis regresi dilihat gambar berikut:

Page 62: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

59

Gambar 3.1. Analisis Regresi

Keterangan:

X1 = Transportasi

X2 = kunjungan wisata

X3 = jumlah penduduk

X4 = pertumbuhan Ekonomi wilayah sekitar

X5 = Kredit Modal UMKM

Y = Inflasi

Z1 = pengangguran

Z2 = Kemiskinan

βxiy= Koefisien regresi Variabel X terhadap Variabel Y

βyz i= Koefisien regresi Variabel Y terhadap Variabel Z

Berdasarkan Analisis Regresi di atas, maka dapat dirumuskan, beberapa persamaan

sebagai berikut:

f(X) = Y

Y = βo + βx1y X1 + βx2y X2+βx3y X3+ βx4y X4+ +ε1

Z1 = β01 + β𝑌 + ε2

Z2 = β02 + βY + ε3

Z3 = β03 + β𝑌 + ε4

3.5. Uji Kelayakan Model Penelitian

Wirasasmita (2008, 7-8) mengemukakan bahwa karateristik yang diukur dalam uji

kelayakan model meliputi:

X1

kerja(X2)

X2

kerja(X2)

Y

kerja(X2)

Z1

kerja(X2)

Z3

kerja(X2)

X3

kerja(X2)

X4

kerja(X2)

X5

kerja(X2)

β𝑌 z1

βx1y

βx3y

βx4yβ𝑌 Z3

ε1

ε2

ε4

βx2y

β𝑌 z3

Page 63: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

60

1) Theoretical plausibility. Artinya arah pengaruh hasil uji hipotesis sesuai dengan

teori yang menjadi dasar pemikirannya

Table:

Teori Kelayakan Model Penelitian

Hubungan antar Variabel Pra estimasi Pasca estimasi

(X1, X2,X3,X4, X5)Y +

Y Z1 +

Y Z2 +

2) Accuracy of the estimates of the parameter. Apakah estimator parameter hipotesis

akurat (tidak bias) dan signifikan yang ditandai dengan terpenuhinya asumsi analisis

yang dipersyaratkan dan probalitas kesalahan statistik model (p-value) yang lebih

kecil daipada tingkat signifikansi alpha sebesar 0,05.

3) Explanatory ability. Apakah model penelitian memiliki kemampuan menjelaskan

hubungan antar fenomena ekonomi yang ditandai dengan standard error of

estimations yang rendah (lebih kecil dari 1⁄2 kali estimator).

4) Forecasting ability. Apakah model penelitian memiliki kemampuan prediksi atas

perilaku variabel akibat (respons) yang ditandai dengan koefisien determinasi yang

tinggi atau bernilai lebih dari 50%.

4. Hasil Penelitian

Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, bahwa data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data time series, serta penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk

mengetahui pengaruh dari variabel bebas (X) yaitu transportasi (X1), kunjungan wisata

(X2)dan jumlah penduduk (X3), terhadap Inflasi (Y) maka dilakukan analisis dengan

teknik regresi linier berganda serta untuk mengetahui dampaknya variabel lainnya

yakni antara variabel Inflasi (Y) terhadap pengangguran (Z1), dan tingkat Kemiskinan

(Z2) dilakukan analisis dengan teknik regresi linier sederhana. Dikarenakan analisis

data menggunakan data sekunder dalam satuan rasio, maka untuk penganalisaan analisis

regresi linier dapat dilakukan perhitungan langsung, dalam artian tidak perlu melakukan

konversi data.

4.1. Analisis Pengaruh variabel X terhadap variabel Y Sesuai dengan model yang telah ditetapkan yang dilandasi oleh teori. Maka penelitian

ini dibatasi terhadap 3 variabel bebas X yaitu transportasi (X1), kunjungan wisata

(X2)dan jumlah penduduk (X3), terhadap Inflasi (Y) Sesuai dengan hasil pengujian

asumsi klasik diatas, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi

berganda. Hasil analisis yang diolah menggunakan aplikasi Eviews versi 8.0 for

Windows dengan hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut:

Dalam penelitian ini model analisisnya menggunakan model sebagai berikut:

model common effect, fixed effect dan random effect. Dari ketiga model tersebut untuk

selanjutnya peneliti menentukan mana yang tepat dengan data yang ada di penelitian ini.

Menurut pendapat para ahli Ekonometrika dalam Nacrowi dan hardius Usmab ( 2006, h,

318) dan menurut Judge, et al dalam Setiawan dan Dwi Endah Kusrini (2010, h, 192)

mensyaratkan sebagai berikut: (1) jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah

waktu (T) lebih besar dibandingkan jumlah individu (N) maka disarankan untuk

menggunakan model efek tetap ( fixed effect); (2) jika data panel yang dimiliki

Page 64: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

61

mempunyai waktu (T) lebih kecil dibandingkan jumlah individu (N), maka disarankan

untuk menggunakan model efek random ( random effect). Namun apabila kita yakin

bahwa setiap jumlah individu (N) tidak diambil secara acak, maka model efek tetap (

fixed effect) lebih sesuai. Sebaliknya jika setiap individu (N) diambil secara acak, maka

model efek random (random effect) lebih sesuai. Oleh karena dalam penelitian ini setiap

individu (N) tidak diambil secara acak, maka untuk menganalisis regres dengan panel

dalam penelitian ini menggunakan efek tetap (fixed effect). Adapun hasil uji model

substruktur I dengan model efek tetap peneliti sajikan di tabel berikut

Tabel 4. 7 Pengujian dengan Model Efek Tetap

( Fixed Effect) Sub Struktur I

Dependent Variable: Y

Method: Least Squares

Date: 03/03/18 Time: 08:10

Sample (adjusted): 2006 2017

Included observations: 12 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.678615 33.61779 -0.020186 0.9844

X1 -0.000577 0.000789 -0.731392 0.4854

X2 -2.70E-05 6.07E-05 -0.444202 0.6687

X3 9.05E-05 0.000210 0.430263 0.6784

R-squared 0.090275 Mean dependent var 7.294167

Adjusted R-squared -0.250872 S.D. dependent var 4.181680

S.E. of regression 4.676890 Akaike info criterion 6.184345

Sum squared resid 174.9864 Schwarz criterion 6.345981

Log likelihood -33.10607 Hannan-Quinn criter. 6.124502

F-statistic 0.264622 Durbin-Watson stat 3.346201

Prob(F-statistic) 0.849102

Untuk selanjutnya berdasarkan tabel tersebut di atas maka dapat diformulasikan bentuk

persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = 𝑓(X1, X2, X3, X4)

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3+ ε1

Y = -0,678 – 0,00057X1 – 2,7000X2 + 9,0500X3+ ε1

t-statistik = (-0.7313) (-0.4442) (0,4302)

R-squared = 0,090275

Adjusted R-squared = -0,250872

F-statistic = 0,2646

N = 13

Keterangan:

β0 = konstanta

βn = koefisien, n = 1,2,3,4

X1 = transportasi

X2 = kunjungan wisata

X3 = jumlah penduduk

Y = Inflasi

Berdasarkan pada persamaan regresi tersebut di atas dapat dimaknai sebagai berikut:

Page 65: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

62

1) Besaran konstanta -0,678 mempunyai makna apabila variabel independen (X) yaitu transportasi (X1), kunjungan wisata (X2), jumlah penduduk (X3) bernilai 0 (nol)

maka besaran variabel dependen (Y) yaitu inflasi mengalami peningkatan

pertumbuhan secara konstan sebesar -0,678 satuan dan besaran konstanta tersebut

signifikan

2) Besaran koefisien β1 = – 0,00057 mempunyai makna apabila variabel independen yaitu transportasi (X1) meningkat sebesar 1 satuan dimana variabel kunjungan

wisata (X2) dan jumlah penduduk (X3) dan dianggap konstan, maka besaran

variabel dependen (Y) yaitu inflasi mengalami peningkatan pertumbuhan -0,67857

satuan dan besaran koefisien tersebut signifikan dan sebaliknya

3) Besaran koefisien β2 =– 2,7000 mempunyai makna apabila variabel independen

yaitu kunjungan wisata (X2) meningkat sebesar 1 satuan dimana variabel

transportasi (X1) dan jumlah penduduk (X3) dianggap konstan, maka besaran

variabel dependen (Y) yaitu inflasi di Pangkalpinang mengalami kenaikan sebesar

2,7000 satuan dan besaran koefisien tersebut signifikan dan sebaliknya.

4) Besaran koefisien β3 = 9,0500 mempunyai makna apabila variabel independen yaitu jumlah penduduk (X3) meningkat sebesar 1 satuan dimana variabel sektor

transportasi (X1) dan jumlah kunjungan wisata (X2) dianggap konstan, maka

besaran variabel dependen (Y) yaitu inflasi di Pangkalpinang mengalami

peningkatan 9,0500 satuan dan besaran koefisien tersebut signifikan dan

sebaliknya

5) Besaran koefisien determinasi Adjusted R-squared 0,2508720 atau 25,08 persen mempunyai makna bahwa variabel inflasi secara bersama sama di pengaruhi oleh

variasi independen transportasi (X1), kunjungan wisata (X2), jumlah penduduk

(X3) sedangkan sisanya 74, 92 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang

tidak dimasukan dalam model tersebut.

6) Dari empat variabel independen yang diteliti koefisien terbesar adalah varabel jumlah penduduk (β3 = 9,0500), dimana nilai koefisien ini menunjukan bahwa

perubahan jumlah penduduk banyak membawa dampak pada peningkatan inflasi

(elastis), sedangkan yang terkecil adalah koefisien variabel (β1 = – 2,7000 ), artinya

perubahan sektor ini tidak banyak membawa dampak pada peningkata inflasi

bahkan akan mengurani dampak inflasi.

4.2. Analisis pengaruh variabel Y terhadap Z1

Sesuai dengan model yang telah ditetapkan yang dilandasi oleh teori maka peneliti

menetapkan dampak dari variabel inflasi (Y) terhadap pengangguran (Z1.) di

Pangkalpinang. Adapun hasil uji model substruktur II dengan Model Efek Tetap(

Fixed Effect), peneliti sajikan tabel sebagai berikut:

Page 66: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

63

Tabel 4.8 Pengujian dengan Model Efek Tetap( Fixed Effect)

Sub Struktur II tahun 2005-2017

Dependent Variable: Z1

Method: Least Squares

Date: 03/04/18 Time: 06:26

Sample (adjusted): 2006 2017

Included observations: 12 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 8.800332989531693 1.464764791431428 6.00801783399753

0.0001307044482534

977

Y 0.003838731013591846 0.1760385734839338 0.02180619245896234 0.9830315346326291

R-squared 4.75487419654419e-05 Mean dependent var 8.828333333333334

Adjusted R-squared -0.09994769638383794 S.D. dependent var 2.327924683775945

S.E. of regression 2.441489959259818 Akaike info criterion 4.774105826912453

Sum squared resid 59.60873221166509 Schwarz criterion 4.854923601877119

Log likelihood -26.64463496147472 Hannan-Quinn criter. 4.744184191367561

F-statistic 0.0004755100295583034 Durbin-Watson stat 0.8852552613200315

Prob(F-statistic) 0.9830315346326291

Sumber: data sekunder

Berdasarkan tabel 4.8 tersebut di atas maka dapat diformulasikan bentuk

persamaan regresi sebagai berikut:

Z1 = 𝑓( 𝑌 )

Z1= β0 + β1𝑌 + ε2

Z1 = 8,800 + 0,008 𝑌 + ε2

t statistic = 0,021

R-squared = 47.54 persen

n = 13

keterangan:

β0 = konstanta

β1 = koefisien

Z1 = penganguran

Y = inflasi

Berdasarkan pada persamaan regresi tersebut di atas dapat dimaknai sebagai berikut:

1) Besaran konstanta 8,800 mempunyai makna apabila variabel Inflasi bernilai konstan maka besaran pengangguran sebesar 8,800 satuan, besaran konstanta

tersebut signifikan dan sebaliknya

2) Besaran koefisien β1 = 0,008 mempunyai makna apabila variabel inflasi sebesar 1 satuan, maka besaran penggangguran naik sebesar 0,008 satuan dan besaran

koefisien tersebut signifikan dan sebaliknya

3) Besaran koefisien determinasi (R2) adalah 47,54 persen. Hal ini bermakna bahwa

variabel pengguran dipengaruhi oleh inflasi sebesar 47,54 persen, sedangkan

sisanya 52,46 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan

dalam model tersebut.

4) Uji t tabel = 1,77 lebih besar dari t hitung = 0,21 ini berarti bahwa inflasi tidak

berpengaruh terhadap pengangguran.

Page 67: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

64

4.3. Analisis Pengaruh variabel Y tergadap variabel Z2 Sesuai dengan model yang telah ditetapkan yang dilandasi oleh teori maka peneliti

menetapkan dampak dari variable Y.yaitu Inflasi terhadap tingkat kemiskinan (Z2) di

Pangkalpinang. Adapun hasil uji model substruktur III dengan Model Efek Tetap( Fixed

Effect), peneliti sajikan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.9 Pengujian dengan Model Efek Tetap( Fixed Effect)

Sub Struktur III tahun 2005-2017 Dependent Variable: Z2

Method: Least Squares

Date: 03/04/18 Time: 07:01

Sample: 2005 2017

Included observations: 13

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5.259719 0.707045 7.439015 0.0000

Y 0.016630 0.080508 0.206565 0.8401

R-squared 0.003864 Mean dependent var 5.388462

Adjusted R-squared -0.086694 S.D. dependent var 1.154764

S.E. of regression 1.203780 Akaike info criterion 3.349448

Sum squared resid 15.93994 Schwarz criterion 3.436363

Log likelihood -19.77141 Hannan-Quinn criter. 3.331583

F-statistic 0.042669 Durbin-Watson stat 0.497231

Prob(F-statistic) 0.840124

Sumber: data sekunder (diolah)

Berdasarkan tabel tersebut di atas maka dapat diformulasikan bentuk persamaan

regresi sebagai berikut:

Z3 = 𝑓 (𝑌

Z3 = β0 + β1𝑌 + ε3

Z3 = 5,25 + 0,0166Y+ ε3

t statistic = 0,206

R-squared = 0,0038

n = 13

keterangan:

β0 = konstanta

β1 = koefisien

Y. = Inflasi

Z2 = tingkat kemiskinan

Berdasarkan pada persamaan regresi tersebut di atas dapat dimaknai sebagai berikut:

1) Besaran konstanta 5,25 mempunyai makna apabila variabel Inflasi bernilai konstan maka tingkat kemiskinan sebesar 5,25 satuan, besaran konstanta tersebut

signifikan

2) Besaran koefisien β1 = 0,0166 mempunyai makna apabila variabel inflasi

meningkat sebesar 1 satuan , maka besaran tingkat kemiskinan 0,0166 satuan dan

besaran koefisien tersebut signifikan dan sebaliknya

3) Besaran koefisien determinasi (R2) adalah 0,38 persen. Hal ini bermakna bahwa

variasi tingkat kemiskinan di pengaruhi oleh inflasi sebesar 0,38 persen, sedangkan

Page 68: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

65

sisanya 99, 62 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan

dalam model tersebut.

4) Nilai uji ttabel = 1,77 lebih besar dari uji t hitung = 0,206 ini membuktikan hipotesis di tolak bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap kemiskinan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dengan mengacu pada hasil penelitian serta temuan lainnya yang diperoleh selama

penelitian berlangsung, beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:

1. Tranportasi, kunjungan wisata dan jumlah penduduk berpengaruh secara simultan dan tidak signifikan terhadap Inflasi di kota pangkalpinang

2. Tranportasi, kunjungan wisata dan jumlah penduduk secara parsial berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap inflasi. Dari tiga variabel independen yang

diteliti faktor yang paling dominan adalah jumlah penduduk, dimana jumlah

penduduk banyak membawa dampak pada peningkatan inflasi (elastis), sedangkan

yang terkecil transportasi artinya perubahan sektor ini tidak banyak membawa

dampak pada perubahan inflasi yang positif dikota Pangkalpinang. Koefisien

regresi bertanda positif (+) dan negatif (-), artinya semua koefisien menunjukkan

berlawanan arah.

3. Inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penggangguran di kota Pangkalpinang

4. Inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengangguran di kota Pangkalpinang

5.2. Saran - saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, penulis memberi saranbagi pengembangan

pariwisata di kota Pangkalpinang sebagai berikut:

1. Memastikan keterprogramnya selain sektor transportasi, kunjungan wisata yang

merupakan hal yang dapat menekankan inflasi begitu juga dengan jumlah penduduk

merupakan faktr yang paling dminan terjadinya inflasi.

2. Dalam upaya optimalisasi pengembangan sumber daya pariwisata, baik alami

maupun budaya, perlu dibuat portofolio strategi pariwisata yaitu: portofolio

pasar/customer (personal, business, international) dan portofolio product (alam,

budaya, buatan manusia). Lakukan pemetaan pariwisata, terutama segmentasi, target

dan posisi pasar, dan berikutnya tetapkan strategi implementasi pemasaran.

3. Membuat konsensus stakeholders di tingkat nasional, provinsi, dan kota/kabupaten

(pemerintah, swasta, dan masyarakat) untuk pengembangan pariwisata daerah serta

menyiapkan rencana pengembangan kawasan terpadu (master plan) untuk Kawasan

Pariwisata Strategis. Kepedulian stakeholders ini dengan sendirinya akan

meningkatkan investasi sektor pariwisata dan kesempatan kerja yang pada

gilirannya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

4. Sebagai penelitian awal untuk daerah tentang inflasi mulai menggeliat, kiranya

penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk kajian

yang sama dengan menitik beratkan pada variabel-variabel yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, S. (2011). Terhadap Pengangguran Terbuka Dan, 173–182.

Amaliyah, R., & Witiastuti, R. S. (2012). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Page 69: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

66

Literasi Keuangan di Kalangan UMKM Kota Tegal. Management Analysis

Journal, 1(2), 252–257.

Atmadja, A. S. (2004). INFLASI DI INDONESIA : SUMBER-SUMBER PENYEBAB

DAN PENGENDALIANNYA. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan.

Barika. (2013). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah,

Pengangguran dan Inflasi terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Se Sumatra.

Jurnal Ekonomi Dan Perencanaan Pembangunan, 5(1), 27–36.

Brata, A. G. (2005). Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, Dan

Kemiskinan. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol 5(stikubank), 5.

Ekonomi, F., Bisnis, D. A. N., Islam, U., & Alauddin, N. (2016). Pengaruh Jumlah

Penduduk Dan Inflasi Terhadap Pengangguran di Kota Makssae 2002-2014.

Fajri Arif Wibawa. (2015). INFLASI. Economic.

Firdaus, R. B. P. dan M. F. (2009). Pengaruh infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi

wilayah di indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Pembangunan, 2, 222–236.

Giri, M., Henny, P. M., & Dewi2, U. (1994). PENGARUH INFLASI DAN INVESTASI

TERHADAP PENGANGGURAN DI PROVINSI BALI TAHUN 1994-2013. E-

Jurnal EP Unud, 5(1), 69–95.

Hapsari, N. A. (2015). Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian Indonesia.

jakarta.

Kadir, A. (2006). Tranportasi : Peran dan Dampaknya Dalam Pertumbuhan Ekonomi

Nasional. Jurnal Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah Wahana Hijau, 1(3),

121–131.

Mahsunah, D. (2013). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan Dan

Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur. Jurnal Pendidikan Ekonomi

(JUPE), 1(3), 1–17.

Maryanne, D. M. Della. (2009). PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, SUKU

BUNGA SBI, VOLUME PERDAGANGAN SAHAM, INFLASI DAN BETA

SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM. Jurnal Ekonomi, Bisnis &

Entrepreneurship.

Muslim, M. R. (2014). Pengangguran Terbuka Dan Determinannya. Jurnal Ekonomi

Dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 2, 15(2), 171–181.

Qomariyah, I. (2011). Pengaruh tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap

tingkat pengangguran di jawa timur. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 1(3).

Rahmasari, M. K. L. (2015). Website sebagai Media Pemasaran Produk-Produk

Unggulan UMKM di Kota Semarang. JURNAL APLIKASI MANAJEMEN. ISSN:

1693-5241, 13(2), 186–196.

Rizki, K., & Indonesia, E. D. I. (2016). PENGARUH INFLASI DAN TINGKAT

PENGANGGURAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI

INDONESIA Aziz, 2(1).

Sari, E. R. (2014). Pengaruh Penyaluran Kredit UMKM terhadap Pertumbuhan UMKM

di Indonesia dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional (Periode 2008-

2012). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB.

Siregar, H., & Wahyuni, D. (2007). Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap

Penurunan Jumlah Penduduk Miskin. Economics Development, (pertumbuhan

ekonomi dan penduduk miskin), 1–28.

Tandris, R., Tommy, P., & Murni, S. (2014). Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar

Pengaruhnya Terhadap Permintaan Kredit Perbankan di Kota Manado. Jurnal

Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 2(1), 243–253.

Widodo, A. W., & Mahmudy, W. F. (2010). Penerapan Algoritma Genetika pada

Page 70: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

67

Sistem Rekomendasi Wisata Kuliner. Jurnal Ilmiah Kursor, 5(4), 205–211.

Wulandari Widia. (2014). DAMPAK KEBIJAKAN PERIZINAN INVESTASI

BIDANG PARIWISATA (OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA) TERHADAP

PEREKONOMIAN KOTA WISATA BATU TAHUN 2010-2013. Ilmiah.

Yacoub, Y. (2012). Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan

Kabupaten / Kota di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Ekonomi Sosial, 8(3), 176–

185.

Page 71: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

ISSN: 2443-2164

49

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI SERTA

DAMPAKNYA PADA PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN DI KOTA

PANGKALPINANG

Hamdan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pertiba Pangkalpinang

Afrizal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pertiba Pangkalpinang

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh transportasi, kjumlah kunjunga wisata dan jumlah

terhadap Inflasi baik secara simultan maupun secara parsial. Selanjutnya untuk menganalisis

pengaruh inflasi terhadap pengangguran dan tingkat kemiskinan. Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder di kota Pangkalpinang. Data yang dianalisis berbentuk time series

pada periode 2005 – 2017. Data penelitian dianalisis dengan teknik analisis regresi, yang

pengelolahannya dilakukan melalui perangkat lunak Eviews.

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan secara simultan

transportasi, jumlah kunjungan wisata dan jumlah penduduk terhadap inflasi. Secara parsial bahwa

transportasi dan kunjungan wisata dapat menurunkan inflasi sedangkan jumlah penduduk dapat

menaikkan tingkat inflasi.

Kata Kunci: Transportasi, jumlah kunjungan wisata, jumlah penduduk, inflasi, pengangguran dan

tingkat Kemiskinan

1. PENDAHULUAN

Salah satu tolok ukur ekonomi makro yang digunakan untuk melihat stabilitas

perekonomian suatu negara atau daerah adalah tingkat inflasi. Perubahan tingkat

inflasi akan berdampak terhadap dinamika pertumbuhan ekonomi. Dalam pandangan

teori ekonomi, inflasi merupakan gejala moneter dalam suatu negara dimana naik

turunnya tingkat inflasi cenderung mengakibatkan terjadinya gejolak ekonomi

Terjadinya krisis moneter di Indonesia diawali dengan terdepresiasinya secara

tajam nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar Amerika, yang

mengakibatkan domino effect salah satunya akbatnya terjadi lonjakan harga barang-

barang yang diimpor Indonesia dari luar negeri. Lonjakan harga barang-barang impor

ini menyebabkan harga barang yang dijual di dalam negeri meningkat baik secara

langsung maupun secara tidak langsung. Karena pemerintah gagal mengatasi krisis

moneter yang terjadi dalam jangka waktu yang singkat, maka menyebabkan kenaikan

tingkat harga terjadi secara umum dan semakin tak terkendalikan. Akibatnya angka

inflasi nasional melonjak cukup tajam. Lonjakan yang cukup tajam terhadap angka

inflasi nasional yang tanpa diimbangi oleh peningkatan pendapatan nominal

masyarakat, telah menyebabkan pendapatan riil rakyat semakin merosot. Juga,

pendapatan per kapita penduduk merosot relatif sangat cepat sehingga mengakibatkan

Indonesia kembali masuk dalam golongan negara miskin. Menurut (Prastyo, 2010)

inflasi telah menyebabkan semakin beratnya beban hidup masyarakat, khususnya pada

masyarakat ekonomi lemah akibat dasyatnya pengaruh lonjakan angka inflasi di

Indonesia (akibat dari imported inflation yang dipicu oleh terdepresiasinya nilai tukar

rupiah terhadap mata uang asing) terhadap perekonomian nasional, maka dirasa perlu

untuk memberikan perhatian ekstra terhadap masalah inflasi ini dengan cara mencermati

kembali teori-teori yang membahas tentang inflasi; faktor-faktor yang menjadi sumber

penyebab timbulnya inflasi di Indonesia; serta langkah-langkah apakah yang sebaiknya

diambil untuk dapat keluar dari perangkap inflasi ini.

Page 72: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

50

Akibatnya angka inflasi nasional melonjak cukup tajam berimbas kepada

seluruh daerah di Indonesia termasuk provinsi kepulauan Bangka Belitung khususnya

Kota Pangkalpinang yang merupakan pusat transaksi jasa, pusat bisnis dan dan pusat

perdagangan. Dari kutipan Kepala Biro Ekonomi Babel, Ahmad Yani didampingi

Kepala Unit Bank Indonesia Perwakilan Babel, saat memberikan sambutan di acara

Capacity Buiding untuk Wartawan Ekonomi di Ballroom Nagoya Hill, Batam,

bangkapos.com, Batam, Kamis (4/5/2017) bahwa inflasi di Bangka Belitung sebesar

6,75 persen, Secara tahunan, inflasi Kota Pangkalpinang sebesar 9,26 persen, ternyata

menjadi sorotan nasional karena inflasi nasional 3,02 persen pada Desember 2016. Hal

ini dikarenakan inflasi di Pangkalpinang tertinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota

lainnya di Indonesia. Berikut adalah gambaran inflasi yang terjadi di Pangkalpinang.

Tabel 1.1

Laju inflasi Pangkalpinang periode tahun 2005-2017 (%) Tahun Nasional Kep.Babel Pangkalpinang

2005 17,11 13, 11 13, 11

2006 6,60 6,20 6,20

2007 6,59 2,64 2,64

2008 11,06 18,40 18,40

2009 2,78 2,50 2,50

2010 6,96 9,36 9,36

2011 3,79 5,00 5,00

2012 4,30 5,16 6,57

2013 8,38 8,38 8,71

2014 8,36 9,06 6,81

2015 3,35 3,27 4,65

2016 3,02 6,75 7,43

2017 3,61 6,50 9,26

Sumber: BPS Babel 2017 (diolah)

Dari tabel 1.1 terlihat bahwa kota pangkalpinang mengalami tingkat inflasi

tertinggi setiap tahun, hal ini akan berdampak pada pembangunan terutama yang

mengakibatkan pengangguran. Memang masalah pokok yang dihadapi semua negara

adalah salah satunya pengangguran. Menurut (Hapsari, 2015) mengemukakan bahwa

pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap

kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang juga semakin

meningkat. Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus

mengalir, serta dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat

permasalahan tenaga kerja menjadi sangat besar dan kompleks. Pengangguran terjadi

disebabkan jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja.

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi. Dari hasil kajian dan didukung data pada statistik tersebut Kota

pangkalpinang mempunyai peluang terjadinya penggangguran yang tinggi dan akan

diikuti oleh kemiskinan meningkat. Data pengangguran seperti yang disajikan berikut

mempunyai trend yang kurang baik. Berikut tabel penulis sajikan yang diambil dari

BPS Bangka Belitung.

Page 73: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

51

Tabel 1.2

Laju pengangguran di Pangkalpinang periode tahun 2005-2017 (%) Tahun Nasional Kep.babel Pangkalpinang

2005 11,24 8.10 10,02

2006 10,28 8.99 10,05

2007 9,11 6.49 10,81

2008 8,39 5.99 11,03

2009 7.87 6.14 11,05

2010 7,14 5.63 9,37

2011 6,96 3.61 5,63

2012 6,37 3.49 5,25

2013 5.88 3.70 6,66

2014 5,70 5.14 8,84

2015 5,81 6.29 10,64

2016 5,50 2.60 10,81

2017 5,33 3.78 5,80

Sumber: BPS 2018 (diolah)

Dari tabel 1.2 di atas memperlihatkan bahwa pengangguran di Kota

Pangkalpinang cukup tinggi, pada tahun 2005 tinggkat pengangguran sebesar 10,02

persen, provinsi kepulauan Bangka Belitung sebesar 8,10 persen sedangkan secara

nasional 11,24 persen. Penggangguran secara nasional terus menunjukan penurunan

yang cukup signifikan dari tahun 2005 sebesar 11,24 persen terus menurun sampai pada

tahun 2017 hanya sebesar 5,33 persen. Begitu juga dengan Provvinsi Kepulauan Bangka

Belitung dari tahun 2005 sebesar 8,10 persen juga terus menurun hingga tahun 2017

hanya 3,78 persen, walaupun pada tahun 2015 ada kenaikan sebesar 6,29 persen. Beda

masalahnya dengan Kota Pangkalpinang bahwa tingkat pengangguran sejak tahun 2005

sampai dengan tahu 2017 cenderung stagnasi dan hanya sedikit sekali penurunannya

jika kita bangdingkan dengan tingkat nasional dan provinsi. Pada tahun 2005 ada

kecenderungan naik dari 10,02 persen menjadi 11,05 persen kemudian turun pada tahun

2012 sebesar 5,25 persen, dan naik kembali pada tahun 2016 menjadi 10,81persen

sedangkan Provinsi kepulauan Bangka Belitung pada tahun yang sama hanya sebesar

2,60 persen. Pada tahun 2017 Pangkalpinang tetap merupakan tingkat pengangguran

yang tertinggi secara nasional maupun tingkat provinsi di kepulauan Bangka Belitung.

Penulis berasumsi bahwa pengangguran mempunyai dampak yang luas terhadap

kehidupan sosial ekonomi terutama akan mempengaruhi tingkat kemiskian. Menurut

Yacoub, 2012) bahwa tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap tingkat

kemiskinan dan selalu menunjukkan pola hubungan yang tidak selalu searah antara

tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan. Sedangkan menurut (Muslim, 2014)

bahwa kesempatan kerja yang ada dengan angkatan kerja terjadi kesenjangan yaitu

peningkatan jumlah kesempatan kerja tidak sebanding dengan peningkatan angkatan

kerja yang meningkat lebih cepat, hal ini akan berdampak pada terciptanya

pengangguran Pengangguran yang terjadi akan memiliki dampak terhadap kehidupan

sosial yaitu tingkat kriminal dan kekerasan, hal ini akan berpengaruh pada stabilitas dan

pembangunan ekonomi akan terhambat serta kesehjateraan akan berkurang.

Penganguran merupakan permasalahan yang terjadi di berbagi daerah di Indonesia

termasuk pangkalpinang. Dari data yang penulis temukan pada BPS Provinsi kepulauan

Bangka Belitung adalah sebagai berikut:

Page 74: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

52

Tabel 1.3

Laju penduduk miskin di Pangkalpinang periode tahun 2005-2017 (%) Tahun Nasional Kep.babel Pangkalpinang

2005 11,13 9,74 6,63

2006 10,86 10,91 7,60

2007 12,52 9,54 6,85

2008 11,65 7,89 5,74

2009 10,72 7,37 5,79

2010 9,87 6,51 6,02

2011 9,23 5,16 4,15

2012 8,60 5,37 4,29

2013 8,52 5,25 4,15

2014 8,16 4,97 4,04

2015 8,22 5,40 4,97

2016 7,73 5,22 5,02

2017 7,26 5,30 4,80

Sumber: BPS 2018 (diolah)

Dari tabel 1.3 terlihat bahwa laju kemiskinan di pangkalpinang setiap tahun

masih dibawah kemiskinan provinsi kepulauan Bangka Belitung dan Nasional. Tetapi

jangkauan penurunan kemiskinan hanya 3,56 persen sedangkan jangkauan penurunan

mencapai 5,94 persen dan begitu juga dengan penurunan tingkat kemiskinan dengan

jangkauan sebesar 5,26 persen. jika kita bandingkan angka kemiskinan dipangkalpinang

belum begitu baik jika dibangdingkan dengan provinsi kepulauan Bangka Belitung. Jika

kita bandingkan dengan angka pengangguran secara umum lebih banyak dari pada

angka kemiskinan. Hal ini menjadi sebuah paradigma penulis untuk meneliti apakah ada

hubungannya antara pengangguran dan kemiskinan. Sebagai contoh pada tahun 2016

angka pengangguran sebesar 10,81 persen sedangkan angka kemiskinan sebesar 5,02

persen dengan jumlah penduduk dengan hitungan yang sama.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh Tranportasi, kunjungan wisata, jumlah penduduk, secara

simultan terhadap Inflasi di Kota Pangkalpinang.

2. Bagaimanakah pengaruh Tranportasi, kunjungan wisata, jumlah penduduk, secara

parsial terhadap Inflasi di Kota Pangkalpinang.

3. Bagaimanakah pengaruh inflasi terhadap Pengangguran.

4. Bagaimanakah pengaruh inflasi terhadap Kemiskinan.

B. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Tranportasi, kunjungan wisata,

jumlah penduduksecara simultan terhadap Inflasi di Kota Pangkalpinang

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Tranportasi, kunjungan wisata,

jumlah penduduksecara parsial terhadap Inflasi di Kota Pangkalpinang

3. Untuk mengetahuidan menganalisispengaruh Inflasi terhadap Pengangguran.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Inflasi terhadap kemiskinan.

Page 75: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

53

2. KAJIAN TEORI

2.1.Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Ilmu Ekonomi Wilayah dan Perkotaan sampai saat ini telah jauh berkembang. Menurut

Perroux dalam Ijaiya, Gaffar T. (2011,15), secara umum terdapat tiga teori

pertumbuhan yang cukup terkenal dan bersifat dominan. Masing-masing teori model

menggunakan variabel dan formulasi tersendiri, sehingga menghasilkan analisis dan

kesimpulan berbeda tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi regional. Dalam

praktiknya penerapan model-model ini dapat dilakukan secara utuh atau ada pula dalam

bentuk penggabungan dari beberapa model tertentu, tergantung dari kondisi wilayah

yang bersangkutan. Tentunya para pengambil kebijakan harus dapat memilih secara

tepat, model mana yang sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang terdapat di

daerahnya masing-masing. Berikut inidiuraikan ide pokok dan formulasi dari model

pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.

2.1.1. Model Neo Klasik

Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan sangat ditentukan oleh

kemampuan wilayah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Sedangkan

kegiatan produki pada suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah yang

bersangkutan, tetapi juga ditentukan pula oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas

modal antar daerah. Karena kunci utama pertumbuhan ekonomi daerah adalah

peningkatan kegiatan produksi, dengan mengikuti pandangan Richardson (2001), maka

model Neo-klasik ini dapat diformulasikan yang diawali dari fungsi produksi. Dengan

menganggap bahwa fungsi produksi adalah bentuk Cobb-Douglas, maka dapat ditulis:

𝒀 = 𝑨𝑲𝜶𝑳𝜷, 𝜶 + 𝜷 = 𝟏 dimana Y melambangkan PDRB, K dan L masing-masingnya adalah modal dan tenaga

kerja. Karena analisis menyangkut pertumbuhan, maka semua variabel dianggap adalah

fungsi waktu (t). Dengan mengambil turunan matematika persamaan (2.8) terhadap

variabel t dapat diperoleh persamaan berikut ini: y=a+ αk+(1-α) dimana, y=dY/dt

menunjukkan peningkatan nilai PDRB (pertumbuhan ekonomi), a=dA/dt adalah

perubahan teknologi produksi secara netral (neutral technical change), k=dK/dt

menunjukkan penambahan modal (investasi), dan l=dL/dt menunjukkan penambahan

jumlah dan kualitas tenaga kerja. Persamaan (2.9) memberikan kesimpulan pertama

yang sangat penting dari model Neo-klasik yaitu pertumbuhan ekonomi suatu daerah

ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu kemajuan teknologi (a), penambahan modal

atau investasi (k) dan peningkatan jumlah serta kualitas tenaga kerja (1).

2.1.2. Teori Struktur Ekonomi

Proses pembangunan ekonomi yang sudah berlangsung cukup lama dan telah

menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya disusul dengan suatu

perubahan mendasar dalam sruktur ekonominya. Perubahan struktur ekonomi terjadi

akibat perubahan sejumlah faktor, menurut sumbernya dapat dibedakan antara faktor-

faktor dari sisi permintaan agregat (AD), faktor-faktor dari sisi penawaran agregat (AS),

atau dari kedua sisi pada waktu yang bersamaan. Selain itu, perubahan struktur ekonomi

juga dipengaruhi secara langsung/tidak langsung oleh intervensi pemerintah di dalam

kegiatan ekonomi sehari-hari.

Dari sisi penawaran agregat (AS), faktor-faktor penting di antaranya adalah

pergeseran keunggulan komperatif, perubahan teknologi, peningkatan pendidikan atau

kualitas SDM, penemuan sumber-sumber bahan baku baru (new resources) untuk

produksi, dan akumulasi barang modal. Semua ini memungkinkan untuk melakukan

Page 76: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

54

inovasi dalam produk atau proses produksi dan pertumbuhan produktivitas sektoral dari

faktor-faktor produksi yang digunakan. Ada dua teori utama yang umum digunakan

dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi, yakni teori migrasi dari Arthur Lewis

dan teori transformasi struktural dari Hollis Chenery. Teori Arthur Lewis (dalam

Jhingan 2004, h, 30 ) pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang

terjadi di daerah pedesaan (rural) dan di daerah perkotaan (urban). Dalam teorinya,

Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi

menjadi dua, yaitu perekonomian tradisional dipedesaan yang didominasi oleh sektor

pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.

Di pedesaan karena jumlah penduduk yang tinggi, maka terjadilah kelebihan supply

tenaga kerja, dan tingkat kehidupan masyarakat berada pada kondisi subsisten akibat

perekonomian yang sifatnya juga subsistem.

2.1.3. Teori Pertumbuhan Solow Implisit dengan Pengangguran

Model ini dibangun dengan mengadopsi kerangka dasar model Solow, hanya saja

dimodifikasi dengan meliputi didalamnya ada pengangguran. Fungsi produksi dengan

menambah tenaga kerja dan memperbesar kemajuan teknologi direpresentasikan sbb:

Y = F (AN,K)

dimana:

Y = Output

N = Tenaga Kerja yang bekerja

K = Stok Modal

A = Efisiensi Tenaga Kerja.

Dengan asumsi bahwa fungsi tenaga kerja merupakan fungsi tujuan dengan constant

returns to scale, maka dapat ditulis:

y = f (n) dimana y adalah output perunit kapital dan n adalah efisiensi tenaga kerja perkapital,

sehingga:

𝒚 ≡𝑌

𝐾, 𝑛 ≡

𝐴𝑁

𝐾

Fungsi f(n) diasumsikan biasanya memiliki prilaku yang baik. Dengan model Solow

diasumsikan konstan yang proportional terhadap pendapatan yang ditabungkan sebagai

kapital, maka tingkat pertumbuhan kapital diberikan sebagai berikut:

𝑲∗

𝑲= 𝜹𝒇 𝒏 − 𝝈𝑲

dimana δ adalah pendapatan yang ditabungkan dan ζ adalah tingkat penghapusan dari

capital. Tenaga kerja dengan kemajuan teknologi yang diasumsikan menghasilkan

tingkat yang konstan, pada α;

𝑨∗

𝑨= 𝜶

2.2.Hubungan Teoritis Pendapatan Nasional, Pengangguran dan Kemiskinan

Apabila kaum klasik memandang penentu kegiatan ekonomi negara dari sisi penawaran,

yaitu berupa penggunaan faktor-faktor produksi untuk menjalankan kegiatan ekonomi

suatu negara, maka Keynes justru memandang dari sisi permintaan. Menurut Keynes,

yang menentukan kegiatan perekonomian suatu negara adalah tingkat permintaan

efektif, yaitu permintaan yang disertai oleh kemampuan untuk membayar barang dan

jasa yang diminta. Dengan demikian, dalam jangka pendek, tinggi rendah tingkat

pengangguran tergantung dari tinggi rendahnya permintaan efektif. Manakala

Page 77: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

55

permintaan efektif semakin besar yang berarti daya beli masyarakat semakin tinggi

maka produsen akan mengimbanginya dengan cara memperbesar produksinya dan

untuk itu dibutuhkan tenaga kerja yang baru. Sebaliknya manakala permintaan efektif

menurun, maka perusahaan akan menurunkan produksinya dan ini tentu saja akan

mengurangi jumlah tenaga kerja yang terpakai (bandingkan dengan temuan Phillips

yang tergambarkan melalui kurva Phillips yang melihat hubungan antara tingkat inflasi

dan pengangguran).

Dalam análisis permintaan efektif, Keynes menganalisis permintaan dari berbagai

pelaku ekonomi dalam suatu negara (Bukan faktor ekonomi sebagaimana hal nya kaum

klasik). Sehingga analisis Keynes sering disebut sebagai permintaan aggregat

(menyeluruh). Untuk perekonomian tertutup sederhana, Keynes membagi permintaan

aggregat menjadi dua, yaitu sektor yaitu pengeluaran rumah tangga (C) dan pengeluaran

swasta berupa investasi (I). sedangkan untuk tiga sektor ditambah dengan pengeluaran

pemerintah (G). untuk perekonomian terbuka,Keynes memasukkan faktor luar negeri,

yaitu berupa ekspor dan impor, yang sering disebut sebagai ekspor neto ( X - M ).

Keynes membagi konsumsi rumah tangga menjadi dua macam, yaitu konsumsi

manakala pendapatan sama dengan nol atau Y = 0, dan konsumsi sehubungan dengan

tingkat pendapatannya yang sering dinotasikan sebagai C = a + bY atau dalam literatur

lain menggunakan notasi C = Co + c Y, dimana Co adalah konsumsi pada saat Y = 0,

dan c adalah koefisien penentu tingkat konsumsi (Marginal Propensity to Consums)

sehubungan dengan tingkat pendapatan. Makin besar tingkat pendapatan maka makin

besar pula konsumsi. Namun, besarnya perubahan konsumsi menurut Keynes masih

lebih kecil dari besarnya perubahan pendapatan. Kelebihan pendapatan, yang tidak

dikonsumsi ditabung dan ini adalah sumber untuk investasi. Tingkat investasi

sebagaimana telah dijelaskan di atas menurut Keynes bukan saja dipengaruhi oleh suku

bunga, tetapi juga tergantung dari harapan keuntungan di masa yang akan datang.

Dalam hal ceteris paribus, maka besarnya tabungan akan mempengaruhi besarnya

tingkat investasi. Untuk perekonomian dua sektor, besarnya investasi sama dengan

besarnya tabungan, karena memang hanya tabunganlah sumber dana yang tidak

digunakan untuk konsumsi, sedangkan untuk perekonomian 3 sektor, besarnya investasi

tergantung dari besarnya tabungan masyarakat dan pengeluaran pemerintah.

2.3.Ukuran Kemiskinan

Kemiskinan dapat dikaitkan dengan jenis tertentu dari konsumsi seperti mempunyai

rumah miskin atau makanan kurang bergizi dan kesehatan yang buruk. Definisi

kemiskinan dapat diukur dari nutrisi atau angka melek huruf atau literacy (Haughton

dan Kandker, 2009). Sedangkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(Bappenas) mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi dimana seseorang atau

sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar yang harus terpenuhi

antara lain: (a) kebutuhan pangan; (b) kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air

bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup; (c) rasa aman dari

perlakuan atau ancaman tindak kekerasan; dan (d) hak untuk berpartisipasi dalam

kehdupan sosial-politik. Menurut pandangan beberapa peneliti, kemiskinan

didefinisikan dalam konteks yang sangat luas, seperit tidak dapat memenuhi “kebutuhan

dasar”. Kebutuhan dasar berkaitan secara fisik (makanan, kesehatan, pendidikan dan

perumahan) dan non fisik (partisipasi, identitas).

Kemiskinan dapat juga didefinisikan menurut pendekatan kemiskinan absolut

dan kemiskinan relatif (Abdul Hakim, 2009). Kemiskinan absolutditentukan

Page 78: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

56

berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan dasar minimum seperti

pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan yang diperlukan untuk dapat

hidup dan bekerja. Kebutuhan dasar minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial

dalam bentuk uang dan nilainya dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk

yang memiliki rata-rata pendapatan/pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis

kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.

3. METODOLGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan selama 3 (tiga ) bulan yang dimulai pada bulan Januari 2018

hingga bulan Maret 2016, yang dimulai dari proses penentuan judul penelitian,

penyusunan proposal, izin wilayah penelitian, penentuan unit yang akan dianalisis,

pengumpulan data dan fakta dilapangan sampai dengan pengolahan dan analisis data.

Tempat atau obyek data penelitian dilakukan di Kota Pangkalpinang Provinsi kepulauan

Bangka Belitung. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

pengumpulannya berupa runtut waktu selama 13 tahun yaitu dari tahun 2005 sampai

dengan 2017. Penelitian dilakukan dengan memperoleh data sekunder dari instansi

berikut:

1. Badan Pusat Statistik Nasional

2. Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

4. Dinas Perdagangan dan Industri Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

5. Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

6. Dinas perhubungan darat dan laut

3.1.Populasi dan Sampel

Pengertian populasi adalah keseluruhan orang, keseluruhan data yang menjadi sasaran

penelitian. Dari keseluruhan penelitian populasi yang sangat luas diambil sebagian yang

disebut populasi target. Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang dianggap dapat

mewakili populasi secara keseluruhan (Mukhtar, 2013, hal 93).

Dapat disimpulkan bahwa populasi adalah seluruh data dalam penelitian

merupakan seluruh wilayah yang diteliti. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

populasi adalah seluruh data variabel penelitian yang berhubungan dengan pengaruh

terhadap inflasi, pengangguran dan kemiskinan di Pangkalpinang. Sedangkan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini data variabel mpenelitian yang berhubungan

dengan pengaruh Tranportasi, kunjungan wisata, jumlah penduduk, Pertumbuhan

Ekonomi wilayah sekitar dan Kredit Modal UMKM terhadap Inflasi, pengangguran,

kemiskinan di Kota Pangkalpinang selama 13 (tiga belas) tahun penelitian yaitu periode

tahun 2005 sampai dengan tahun 2017.

3.2. Prosedur, Variabel dan Operasionalisasi Variabel

Terkait dengan penelitian ini maka variabel penelitian diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Variabel Independen/Bebas

Adapun variabel bebas dalam penelitian ini meliputi: Tranportasi (X1), kunjungan

wisata (X2), jumlah penduduk (X3) Pertumbuhan Ekonomi wilayah (X4), Kredit

Modal UMKM (X5)

2) Variabel Dependen/Output/Kriteria/Konsekuen/Terikat

Adapun variable terikat dalam penelitian ini adalah Inflasi(Y), pengangguran (Z1)

dan kemiskinan (Z2).

Page 79: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

57

3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi Operasional Variable Penelitian ebagaai berikut:

1) Transportasi (X1) adalah banyaknya kedatang alat transportasi kapal laut dan

pesawat ke kota Pangkalpinang

2) Kunjungan wisata (X2) adalah banyaknya wisatawan datang ke pangkalpinang

3) Jumlah Penduduk (X3) adalah jumlah penduduk pangkalpinag setiap tahun

4) Pertumbuhan ekonomi sekitar (X4) adalah rata-rata PDRB di kabupaten Bangka,

kabupaten Bangka Tengah dan Kabupaten Bangka Selatan

5) Kredit Modal UMKM (X5) adalah jumlah modal yang diberikan pemerintah kepada

UMKM setiap tahun

6) Inflasi (Y) adalah jumlah uang beredar di masyarakat.

7) Pengangguran (Z1) adalah pesentase jumlah penduduk yang masuk dalam

angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum

mendapatkannya kota Pangkalpinang

8) Kemiskinan (Z3) adalah persentase penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan (poverty line), di Pangkalpinang.

3.4.ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

Analisa data yang digunakan adalah analisa kuantitatif dengan menggunakan analisis

regresi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat bantu program pengelola data

yaitu eviews versi 8.

3.5.Pengujian Data dengan Asumsi Klasik/BLUE

3.5.1. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas dapat diketahui dari beberapa cara yang akan menghasilkan

kesimpulan yang hampir sama pula. Asumsi normalitas dapat dideteksi dari plot sebaran

data maupun uji statistik. Adapun beberapa cara untuk mendeteksi normalitas data,

seperti: (1). menggunakan histogram; (2). uji yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (J-

B). Menurut Widarjono (2009, 49) menyebutkan bahwa dengan uji Jarque – Bera dapat

menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Adapun formula uji statistic Jarque-

Bera adalah sebagai berikut:

S2

( k – 3 )2

JB = +

6 24

Keterangan:

S = Koefisien Skewness

k = Koefisien Kurtosis

Jika nilai JB lebih kecil dari nilai chi-Square maka menerima hipotesis

nol bahwa residual berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai JB lebih besar dari nilai

chi Square maka menolak hipotesis nol bahwa residual berdistribusi tidak normal.

Dengan makna lain, jika nilai jarque-Bera lebih kecil dibandingkan nilai X2 tabel, maka

data dinyatakan berdistribusi normal. sebaliknya jika nilai Jarque-Bera lebih besar

dibandingkan dengan nilai X2 tabel, maka diduga data dinyatakan tidak berdistribusi

normal.

3.5.2. Uji Mulktikolinieritas Ghozali (2010, 95) mengemukakan bahwa uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen).Untuk model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

Page 80: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

58

variabel independen. Widarjono (2009, 106-107) menyebutkan bahwa menggunakan

koefisien korelasi parsial antar variabel independen untuk menguji ada tidaknya

multikolinieritas jika koefisien korelasi cukup tinggi katakan di atas 0,85 maka diduga

ada multikolinieritas dalam model. Cara lain uji multikolinieritas adalah dengan regresi

auxiliary yaitu dengan melakukan regresi setiap variabel independen (X) dengan sisa

veriabel indepeden (X) yang lain, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

variabel independen (X) yang satu berhubungan dengan variabel independen (X) yang

lainnya.

3.5.3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dianjurkan oleh Halbert White. White dalam Mudrajad Kuncoro

(2010, 96) berpendapat bahwa uji X2 merupakan uji umum ada tidaknya misspesikasi

model karena hipotesis nol yang melandasi adalah asumsi bahwa: (1) residual adalah

homoskedastisitas dan merupakan variabel independen; (2) spesifikasi linier atas model

sudah benar. Dengan hipotesis nol tidak ada heteroskedastisitas, jumlah observasi (n)

dikalikan R2 yang diperoleh dari regresi auxiliary secara asimtotis akan mengikuti

distribusi chi–square dengan degree of freedom sama dengan jumlah variabel

independen ( tidak termasuk konstanta). Bila salah satu atau dua asumsi ini tidak tidak

terpenuhi akan mengakibatkan nilai statistik t yang signifikan. Namun sebaliknya, nilai

statistik t tidak signifikan berarti kedua asumsi di atas dipenuhi. Artinya, model yang

digunakan lolos dari masalah heteroskedastisitas. Dengan makna lain, jika nilai Obs*R-

squared lebih kecil dibandingkan nilai X2

tabel, maka tidak terjadi masalah

Heteroskedastisitas, sebaliknya jika nilai Obs*R-squared lebih besar dari nilai X2

tabel,

maka diduga model telah terjadi masalah Heteroskedastisitas.

3.5.4. Uji Autokorelasi

Ghozali (2010, h. 99) mengemukakan bahwa uji autokorelasi bertujuan menguji apakah

dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Adapun dalam penelitian

ini penulis menggunakan uji autokorelasi dengan uji Breusch-Godfrey atau nama

lainnya uji Lagrange-Multiplier. Kriteria pengujian jika nilai Obs*R-squared lebih kecil

dibandingkan nilai X2

tabel, maka tidak terjadi masalah autokorelasi, sebaliknya jika

nilai Obs*R-squared lebih besar dari nilai X2

tabel, maka diduga model telah terjadi

masalah auto korelasi.

3.4.Analisis Regresi

Telah dikemukakan di bab sebelumnya bahwa dalam penelitian inimenggunakan data

times series.Riduan & Kuncoro (2007, h. 115) mengemukakan bahwa analisis regresi

merupakan model structural yang bertujuan untuk menguji besarnya sumbangan

(kontribusi) yang ditunjukan oleh koefisien regresi setiap variabel penelitian pada

diagram regresi yang telah ditetapkan. Dalam analisis regresi yang telah ditetapkan

dalam penelitian ini akan diperoleh besaran hubungan kausal variabel bebas (X)

terhadap variabel (Y) serta dampaknya pada variabel (Z). Berdasarkan kerangka

pemikiran penelitian, maka model analisis regresi dilihat gambar berikut:

Page 81: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

59

Gambar 3.1. Analisis Regresi

Keterangan:

X1 = Transportasi

X2 = kunjungan wisata

X3 = jumlah penduduk

X4 = pertumbuhan Ekonomi wilayah sekitar

X5 = Kredit Modal UMKM

Y = Inflasi

Z1 = pengangguran

Z2 = Kemiskinan

βxiy= Koefisien regresi Variabel X terhadap Variabel Y

βyz i= Koefisien regresi Variabel Y terhadap Variabel Z

Berdasarkan Analisis Regresi di atas, maka dapat dirumuskan, beberapa persamaan

sebagai berikut:

f(X) = Y

Y = βo + βx1y X1 + βx2y X2+βx3y X3+ βx4y X4+ +ε1

Z1 = β01 + β𝑌 + ε2

Z2 = β02 + βY + ε3

Z3 = β03 + β𝑌 + ε4

3.5. Uji Kelayakan Model Penelitian

Wirasasmita (2008, 7-8) mengemukakan bahwa karateristik yang diukur dalam uji

kelayakan model meliputi:

X1

kerja(X2)

X2

kerja(X2)

Y

kerja(X2)

Z1

kerja(X2)

Z3

kerja(X2)

X3

kerja(X2)

X4

kerja(X2)

X5

kerja(X2)

β𝑌 z1

βx1y

βx3y

βx4yβ𝑌 Z3

ε1

ε2

ε4

βx2y

β𝑌 z3

Page 82: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

60

1) Theoretical plausibility. Artinya arah pengaruh hasil uji hipotesis sesuai dengan

teori yang menjadi dasar pemikirannya

Table:

Teori Kelayakan Model Penelitian

Hubungan antar Variabel Pra estimasi Pasca estimasi

(X1, X2,X3,X4, X5)Y +

Y Z1 +

Y Z2 +

2) Accuracy of the estimates of the parameter. Apakah estimator parameter hipotesis

akurat (tidak bias) dan signifikan yang ditandai dengan terpenuhinya asumsi analisis

yang dipersyaratkan dan probalitas kesalahan statistik model (p-value) yang lebih

kecil daipada tingkat signifikansi alpha sebesar 0,05.

3) Explanatory ability. Apakah model penelitian memiliki kemampuan menjelaskan

hubungan antar fenomena ekonomi yang ditandai dengan standard error of

estimations yang rendah (lebih kecil dari 1⁄2 kali estimator).

4) Forecasting ability. Apakah model penelitian memiliki kemampuan prediksi atas

perilaku variabel akibat (respons) yang ditandai dengan koefisien determinasi yang

tinggi atau bernilai lebih dari 50%.

4. Hasil Penelitian

Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, bahwa data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data time series, serta penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk

mengetahui pengaruh dari variabel bebas (X) yaitu transportasi (X1), kunjungan wisata

(X2)dan jumlah penduduk (X3), terhadap Inflasi (Y) maka dilakukan analisis dengan

teknik regresi linier berganda serta untuk mengetahui dampaknya variabel lainnya

yakni antara variabel Inflasi (Y) terhadap pengangguran (Z1), dan tingkat Kemiskinan

(Z2) dilakukan analisis dengan teknik regresi linier sederhana. Dikarenakan analisis

data menggunakan data sekunder dalam satuan rasio, maka untuk penganalisaan analisis

regresi linier dapat dilakukan perhitungan langsung, dalam artian tidak perlu melakukan

konversi data.

4.1. Analisis Pengaruh variabel X terhadap variabel Y Sesuai dengan model yang telah ditetapkan yang dilandasi oleh teori. Maka penelitian

ini dibatasi terhadap 3 variabel bebas X yaitu transportasi (X1), kunjungan wisata

(X2)dan jumlah penduduk (X3), terhadap Inflasi (Y) Sesuai dengan hasil pengujian

asumsi klasik diatas, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi

berganda. Hasil analisis yang diolah menggunakan aplikasi Eviews versi 8.0 for

Windows dengan hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut:

Dalam penelitian ini model analisisnya menggunakan model sebagai berikut:

model common effect, fixed effect dan random effect. Dari ketiga model tersebut untuk

selanjutnya peneliti menentukan mana yang tepat dengan data yang ada di penelitian ini.

Menurut pendapat para ahli Ekonometrika dalam Nacrowi dan hardius Usmab ( 2006, h,

318) dan menurut Judge, et al dalam Setiawan dan Dwi Endah Kusrini (2010, h, 192)

mensyaratkan sebagai berikut: (1) jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah

waktu (T) lebih besar dibandingkan jumlah individu (N) maka disarankan untuk

menggunakan model efek tetap ( fixed effect); (2) jika data panel yang dimiliki

Page 83: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

61

mempunyai waktu (T) lebih kecil dibandingkan jumlah individu (N), maka disarankan

untuk menggunakan model efek random ( random effect). Namun apabila kita yakin

bahwa setiap jumlah individu (N) tidak diambil secara acak, maka model efek tetap (

fixed effect) lebih sesuai. Sebaliknya jika setiap individu (N) diambil secara acak, maka

model efek random (random effect) lebih sesuai. Oleh karena dalam penelitian ini setiap

individu (N) tidak diambil secara acak, maka untuk menganalisis regres dengan panel

dalam penelitian ini menggunakan efek tetap (fixed effect). Adapun hasil uji model

substruktur I dengan model efek tetap peneliti sajikan di tabel berikut

Tabel 4. 7 Pengujian dengan Model Efek Tetap

( Fixed Effect) Sub Struktur I

Dependent Variable: Y

Method: Least Squares

Date: 03/03/18 Time: 08:10

Sample (adjusted): 2006 2017

Included observations: 12 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.678615 33.61779 -0.020186 0.9844

X1 -0.000577 0.000789 -0.731392 0.4854

X2 -2.70E-05 6.07E-05 -0.444202 0.6687

X3 9.05E-05 0.000210 0.430263 0.6784

R-squared 0.090275 Mean dependent var 7.294167

Adjusted R-squared -0.250872 S.D. dependent var 4.181680

S.E. of regression 4.676890 Akaike info criterion 6.184345

Sum squared resid 174.9864 Schwarz criterion 6.345981

Log likelihood -33.10607 Hannan-Quinn criter. 6.124502

F-statistic 0.264622 Durbin-Watson stat 3.346201

Prob(F-statistic) 0.849102

Untuk selanjutnya berdasarkan tabel tersebut di atas maka dapat diformulasikan bentuk

persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = 𝑓(X1, X2, X3, X4)

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3+ ε1

Y = -0,678 – 0,00057X1 – 2,7000X2 + 9,0500X3+ ε1

t-statistik = (-0.7313) (-0.4442) (0,4302)

R-squared = 0,090275

Adjusted R-squared = -0,250872

F-statistic = 0,2646

N = 13

Keterangan:

β0 = konstanta

βn = koefisien, n = 1,2,3,4

X1 = transportasi

X2 = kunjungan wisata

X3 = jumlah penduduk

Y = Inflasi

Berdasarkan pada persamaan regresi tersebut di atas dapat dimaknai sebagai berikut:

Page 84: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

62

1) Besaran konstanta -0,678 mempunyai makna apabila variabel independen (X) yaitu transportasi (X1), kunjungan wisata (X2), jumlah penduduk (X3) bernilai 0 (nol)

maka besaran variabel dependen (Y) yaitu inflasi mengalami peningkatan

pertumbuhan secara konstan sebesar -0,678 satuan dan besaran konstanta tersebut

signifikan

2) Besaran koefisien β1 = – 0,00057 mempunyai makna apabila variabel independen yaitu transportasi (X1) meningkat sebesar 1 satuan dimana variabel kunjungan

wisata (X2) dan jumlah penduduk (X3) dan dianggap konstan, maka besaran

variabel dependen (Y) yaitu inflasi mengalami peningkatan pertumbuhan -0,67857

satuan dan besaran koefisien tersebut signifikan dan sebaliknya

3) Besaran koefisien β2 =– 2,7000 mempunyai makna apabila variabel independen

yaitu kunjungan wisata (X2) meningkat sebesar 1 satuan dimana variabel

transportasi (X1) dan jumlah penduduk (X3) dianggap konstan, maka besaran

variabel dependen (Y) yaitu inflasi di Pangkalpinang mengalami kenaikan sebesar

2,7000 satuan dan besaran koefisien tersebut signifikan dan sebaliknya.

4) Besaran koefisien β3 = 9,0500 mempunyai makna apabila variabel independen yaitu jumlah penduduk (X3) meningkat sebesar 1 satuan dimana variabel sektor

transportasi (X1) dan jumlah kunjungan wisata (X2) dianggap konstan, maka

besaran variabel dependen (Y) yaitu inflasi di Pangkalpinang mengalami

peningkatan 9,0500 satuan dan besaran koefisien tersebut signifikan dan

sebaliknya

5) Besaran koefisien determinasi Adjusted R-squared 0,2508720 atau 25,08 persen mempunyai makna bahwa variabel inflasi secara bersama sama di pengaruhi oleh

variasi independen transportasi (X1), kunjungan wisata (X2), jumlah penduduk

(X3) sedangkan sisanya 74, 92 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang

tidak dimasukan dalam model tersebut.

6) Dari empat variabel independen yang diteliti koefisien terbesar adalah varabel jumlah penduduk (β3 = 9,0500), dimana nilai koefisien ini menunjukan bahwa

perubahan jumlah penduduk banyak membawa dampak pada peningkatan inflasi

(elastis), sedangkan yang terkecil adalah koefisien variabel (β1 = – 2,7000 ), artinya

perubahan sektor ini tidak banyak membawa dampak pada peningkata inflasi

bahkan akan mengurani dampak inflasi.

4.2. Analisis pengaruh variabel Y terhadap Z1

Sesuai dengan model yang telah ditetapkan yang dilandasi oleh teori maka peneliti

menetapkan dampak dari variabel inflasi (Y) terhadap pengangguran (Z1.) di

Pangkalpinang. Adapun hasil uji model substruktur II dengan Model Efek Tetap(

Fixed Effect), peneliti sajikan tabel sebagai berikut:

Page 85: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

63

Tabel 4.8 Pengujian dengan Model Efek Tetap( Fixed Effect)

Sub Struktur II tahun 2005-2017

Dependent Variable: Z1

Method: Least Squares

Date: 03/04/18 Time: 06:26

Sample (adjusted): 2006 2017

Included observations: 12 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 8.800332989531693 1.464764791431428 6.00801783399753

0.0001307044482534

977

Y 0.003838731013591846 0.1760385734839338 0.02180619245896234 0.9830315346326291

R-squared 4.75487419654419e-05 Mean dependent var 8.828333333333334

Adjusted R-squared -0.09994769638383794 S.D. dependent var 2.327924683775945

S.E. of regression 2.441489959259818 Akaike info criterion 4.774105826912453

Sum squared resid 59.60873221166509 Schwarz criterion 4.854923601877119

Log likelihood -26.64463496147472 Hannan-Quinn criter. 4.744184191367561

F-statistic 0.0004755100295583034 Durbin-Watson stat 0.8852552613200315

Prob(F-statistic) 0.9830315346326291

Sumber: data sekunder

Berdasarkan tabel 4.8 tersebut di atas maka dapat diformulasikan bentuk

persamaan regresi sebagai berikut:

Z1 = 𝑓( 𝑌 )

Z1= β0 + β1𝑌 + ε2

Z1 = 8,800 + 0,008 𝑌 + ε2

t statistic = 0,021

R-squared = 47.54 persen

n = 13

keterangan:

β0 = konstanta

β1 = koefisien

Z1 = penganguran

Y = inflasi

Berdasarkan pada persamaan regresi tersebut di atas dapat dimaknai sebagai berikut:

1) Besaran konstanta 8,800 mempunyai makna apabila variabel Inflasi bernilai konstan maka besaran pengangguran sebesar 8,800 satuan, besaran konstanta

tersebut signifikan dan sebaliknya

2) Besaran koefisien β1 = 0,008 mempunyai makna apabila variabel inflasi sebesar 1 satuan, maka besaran penggangguran naik sebesar 0,008 satuan dan besaran

koefisien tersebut signifikan dan sebaliknya

3) Besaran koefisien determinasi (R2) adalah 47,54 persen. Hal ini bermakna bahwa

variabel pengguran dipengaruhi oleh inflasi sebesar 47,54 persen, sedangkan

sisanya 52,46 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan

dalam model tersebut.

4) Uji t tabel = 1,77 lebih besar dari t hitung = 0,21 ini berarti bahwa inflasi tidak

berpengaruh terhadap pengangguran.

Page 86: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

64

4.3. Analisis Pengaruh variabel Y tergadap variabel Z2 Sesuai dengan model yang telah ditetapkan yang dilandasi oleh teori maka peneliti

menetapkan dampak dari variable Y.yaitu Inflasi terhadap tingkat kemiskinan (Z2) di

Pangkalpinang. Adapun hasil uji model substruktur III dengan Model Efek Tetap( Fixed

Effect), peneliti sajikan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.9 Pengujian dengan Model Efek Tetap( Fixed Effect)

Sub Struktur III tahun 2005-2017 Dependent Variable: Z2

Method: Least Squares

Date: 03/04/18 Time: 07:01

Sample: 2005 2017

Included observations: 13

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5.259719 0.707045 7.439015 0.0000

Y 0.016630 0.080508 0.206565 0.8401

R-squared 0.003864 Mean dependent var 5.388462

Adjusted R-squared -0.086694 S.D. dependent var 1.154764

S.E. of regression 1.203780 Akaike info criterion 3.349448

Sum squared resid 15.93994 Schwarz criterion 3.436363

Log likelihood -19.77141 Hannan-Quinn criter. 3.331583

F-statistic 0.042669 Durbin-Watson stat 0.497231

Prob(F-statistic) 0.840124

Sumber: data sekunder (diolah)

Berdasarkan tabel tersebut di atas maka dapat diformulasikan bentuk persamaan

regresi sebagai berikut:

Z3 = 𝑓 (𝑌

Z3 = β0 + β1𝑌 + ε3

Z3 = 5,25 + 0,0166Y+ ε3

t statistic = 0,206

R-squared = 0,0038

n = 13

keterangan:

β0 = konstanta

β1 = koefisien

Y. = Inflasi

Z2 = tingkat kemiskinan

Berdasarkan pada persamaan regresi tersebut di atas dapat dimaknai sebagai berikut:

1) Besaran konstanta 5,25 mempunyai makna apabila variabel Inflasi bernilai konstan maka tingkat kemiskinan sebesar 5,25 satuan, besaran konstanta tersebut

signifikan

2) Besaran koefisien β1 = 0,0166 mempunyai makna apabila variabel inflasi

meningkat sebesar 1 satuan , maka besaran tingkat kemiskinan 0,0166 satuan dan

besaran koefisien tersebut signifikan dan sebaliknya

3) Besaran koefisien determinasi (R2) adalah 0,38 persen. Hal ini bermakna bahwa

variasi tingkat kemiskinan di pengaruhi oleh inflasi sebesar 0,38 persen, sedangkan

Page 87: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

65

sisanya 99, 62 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan

dalam model tersebut.

4) Nilai uji ttabel = 1,77 lebih besar dari uji t hitung = 0,206 ini membuktikan hipotesis di tolak bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap kemiskinan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dengan mengacu pada hasil penelitian serta temuan lainnya yang diperoleh selama

penelitian berlangsung, beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:

1. Tranportasi, kunjungan wisata dan jumlah penduduk berpengaruh secara simultan dan tidak signifikan terhadap Inflasi di kota pangkalpinang

2. Tranportasi, kunjungan wisata dan jumlah penduduk secara parsial berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap inflasi. Dari tiga variabel independen yang

diteliti faktor yang paling dominan adalah jumlah penduduk, dimana jumlah

penduduk banyak membawa dampak pada peningkatan inflasi (elastis), sedangkan

yang terkecil transportasi artinya perubahan sektor ini tidak banyak membawa

dampak pada perubahan inflasi yang positif dikota Pangkalpinang. Koefisien

regresi bertanda positif (+) dan negatif (-), artinya semua koefisien menunjukkan

berlawanan arah.

3. Inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penggangguran di kota Pangkalpinang

4. Inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengangguran di kota Pangkalpinang

5.2. Saran - saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, penulis memberi saranbagi pengembangan

pariwisata di kota Pangkalpinang sebagai berikut:

1. Memastikan keterprogramnya selain sektor transportasi, kunjungan wisata yang

merupakan hal yang dapat menekankan inflasi begitu juga dengan jumlah penduduk

merupakan faktr yang paling dminan terjadinya inflasi.

2. Dalam upaya optimalisasi pengembangan sumber daya pariwisata, baik alami

maupun budaya, perlu dibuat portofolio strategi pariwisata yaitu: portofolio

pasar/customer (personal, business, international) dan portofolio product (alam,

budaya, buatan manusia). Lakukan pemetaan pariwisata, terutama segmentasi, target

dan posisi pasar, dan berikutnya tetapkan strategi implementasi pemasaran.

3. Membuat konsensus stakeholders di tingkat nasional, provinsi, dan kota/kabupaten

(pemerintah, swasta, dan masyarakat) untuk pengembangan pariwisata daerah serta

menyiapkan rencana pengembangan kawasan terpadu (master plan) untuk Kawasan

Pariwisata Strategis. Kepedulian stakeholders ini dengan sendirinya akan

meningkatkan investasi sektor pariwisata dan kesempatan kerja yang pada

gilirannya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

4. Sebagai penelitian awal untuk daerah tentang inflasi mulai menggeliat, kiranya

penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk kajian

yang sama dengan menitik beratkan pada variabel-variabel yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, S. (2011). Terhadap Pengangguran Terbuka Dan, 173–182.

Amaliyah, R., & Witiastuti, R. S. (2012). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Page 88: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 49-67

66

Literasi Keuangan di Kalangan UMKM Kota Tegal. Management Analysis

Journal, 1(2), 252–257.

Atmadja, A. S. (2004). INFLASI DI INDONESIA : SUMBER-SUMBER PENYEBAB

DAN PENGENDALIANNYA. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan.

Barika. (2013). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah,

Pengangguran dan Inflasi terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Se Sumatra.

Jurnal Ekonomi Dan Perencanaan Pembangunan, 5(1), 27–36.

Brata, A. G. (2005). Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, Dan

Kemiskinan. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol 5(stikubank), 5.

Ekonomi, F., Bisnis, D. A. N., Islam, U., & Alauddin, N. (2016). Pengaruh Jumlah

Penduduk Dan Inflasi Terhadap Pengangguran di Kota Makssae 2002-2014.

Fajri Arif Wibawa. (2015). INFLASI. Economic.

Firdaus, R. B. P. dan M. F. (2009). Pengaruh infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi

wilayah di indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Pembangunan, 2, 222–236.

Giri, M., Henny, P. M., & Dewi2, U. (1994). PENGARUH INFLASI DAN INVESTASI

TERHADAP PENGANGGURAN DI PROVINSI BALI TAHUN 1994-2013. E-

Jurnal EP Unud, 5(1), 69–95.

Hapsari, N. A. (2015). Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian Indonesia.

jakarta.

Kadir, A. (2006). Tranportasi : Peran dan Dampaknya Dalam Pertumbuhan Ekonomi

Nasional. Jurnal Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah Wahana Hijau, 1(3),

121–131.

Mahsunah, D. (2013). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan Dan

Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur. Jurnal Pendidikan Ekonomi

(JUPE), 1(3), 1–17.

Maryanne, D. M. Della. (2009). PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, SUKU

BUNGA SBI, VOLUME PERDAGANGAN SAHAM, INFLASI DAN BETA

SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM. Jurnal Ekonomi, Bisnis &

Entrepreneurship.

Muslim, M. R. (2014). Pengangguran Terbuka Dan Determinannya. Jurnal Ekonomi

Dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 2, 15(2), 171–181.

Qomariyah, I. (2011). Pengaruh tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap

tingkat pengangguran di jawa timur. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 1(3).

Rahmasari, M. K. L. (2015). Website sebagai Media Pemasaran Produk-Produk

Unggulan UMKM di Kota Semarang. JURNAL APLIKASI MANAJEMEN. ISSN:

1693-5241, 13(2), 186–196.

Rizki, K., & Indonesia, E. D. I. (2016). PENGARUH INFLASI DAN TINGKAT

PENGANGGURAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI

INDONESIA Aziz, 2(1).

Sari, E. R. (2014). Pengaruh Penyaluran Kredit UMKM terhadap Pertumbuhan UMKM

di Indonesia dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional (Periode 2008-

2012). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB.

Siregar, H., & Wahyuni, D. (2007). Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap

Penurunan Jumlah Penduduk Miskin. Economics Development, (pertumbuhan

ekonomi dan penduduk miskin), 1–28.

Tandris, R., Tommy, P., & Murni, S. (2014). Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar

Pengaruhnya Terhadap Permintaan Kredit Perbankan di Kota Manado. Jurnal

Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 2(1), 243–253.

Widodo, A. W., & Mahmudy, W. F. (2010). Penerapan Algoritma Genetika pada

Page 89: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Serta Dampaknya Pada Pengangguran Dan Kemiskinan di

Kota Pangkalpinang

67

Sistem Rekomendasi Wisata Kuliner. Jurnal Ilmiah Kursor, 5(4), 205–211.

Wulandari Widia. (2014). DAMPAK KEBIJAKAN PERIZINAN INVESTASI

BIDANG PARIWISATA (OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA) TERHADAP

PEREKONOMIAN KOTA WISATA BATU TAHUN 2010-2013. Ilmiah.

Yacoub, Y. (2012). Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan

Kabupaten / Kota di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Ekonomi Sosial, 8(3), 176–

185.

Page 90: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

ISSN: 2443-2164

68

TELAAH KEPEMILIKAN KEBENARAN ILMIAH PADA PENGEMBANGAN

PENGETAHUAN AKUNTANSI

Suhardi

Universitas Bangka Belitung

Abstract

This article aims to examine the conflicting paradigm in accounting research and

development from the point of view of the philosophy of science. Each adherent is both

mainstream and alternative, assuming that their point of view is the most scientific

approach and more suitable for developing the discipline of accounting scholarship.

This article also agrees on the use of a multiparadigm approach as a space for

researchers so that it does not have to be trapped in a single point of view, it would be

better to paradigm each other interact and synergize to produce strength. Accounting

research and development can be approached from the point of view of the philosophy

of science. From any point of view the paradigm used in researching and developing

whether the mainstream or accounting alternative is a product of knowledge that has no

absolute truth, so it is not necessary to differentiate the way of view in researching

accounting into a contradiction that can negate the essence of epistemology, ontology,

and axiology Keywords: scientific truth, multiparadigmatik, philosophy of science.

A. PENDAHULUAN

Dewasa ini, pengetahuan akuntansi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal

ini ditandai dengan kemunculan jurnal-jurnal internasional yang semakin banyak guna

menampung hasil penelitian akuntansi, tercatat American accounting Association

(AAA) memiliki 19 jurnal dan Emerald Group Publishing dalam lamannya mewadahi

31 jurnal, dan tentunya masih banyak lagi jurnal dan media publikasi lain yang

menampung perkembangan dalam penelitian akuntansi saat ini.

Namun, sampai saat ini akuntansi belum bisa melepaskan diri darimembentuk

bidang ilmu mandiri sehingga kita tidak bisa katakan akuntansi sebagai suatu ilmu

melainkan pengetahuan (knowledge). Pengetahuan akuntansi berkembang dengan pesat

karena peran dari akademisi, peneliti dan praktisi akuntansi dalam memberikan

kontribusi pemikiran melalui kegiatan riset dan pengembangan. Perkembangan

akuntansi dewasa ini juga kerap meminjam teori pada disiplin ilmu lain seperti

manajemen, sosiologi, kajian organisasi, psikologi bahkan ilmu kedokteran.

Perkembangan pesat akuntansi tidak hanya dalam kuantitas dan kualitas

publikasi saja, namun pergeseran juga terjadi dalam dominasi paradigma dari

pendekatan klasik (mainstream) atau disebut juga positivismeke pendekatan radikalis

atau mereka menyebut sebagai pendekatan alternatif. Paradigma Positivisme

menekankan pengembangan akuntansi pada aspek empirik, praktis, rasional, fungsi dan

objektivitas yang tinggi dengan mengasumsikan bahwa objek yang diketahui (knower).

Peneliti dan praktisi dalam paradigma ini mencoba untuk melakukan pengukuran-

pengukuran (measurements) yang akurat terhadap teori dan praktik akuntansi yang

ditelitinya. Pendekatan mainstream (arus utama) melihat dan mengukur sebuah realitas

kehidupan manusia secara objektif dan terlepas dari subjektivitas (value free).

Sedangkan Paradigma alternatif menekankan pada sebuah cara pandang yang

memberikan keanekaragaman cara berpikir yang meliputi Marxisme Barat,

Page 91: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Telaah Kepemilikan Kebenaran Ilmiah Dalam Pengembangan Pengetahuan Akuntansi

69

strukturalisme Prancis, nihilisme, kritikal, etnometodologi, romantisisme, populisme

dan hermeneutika. Paradigma alternatif juga mencoba menyatukan teori (atau praktik)

akuntansi yang dianggap dikhotomis dalam dunia modern (seperti: akal dan intuisi,

agama dan ilmu, ilmu dan etika, bentuk dan substansi, egoistik dan sltruistik, kompetisif

dan kooperasif) ke dalam jaringan sinergis. Dengan demikian posmodernisme bersifat

mutually inclusive dan holistik. Pemahaman yang utuh dari multi-paradigma (paradigma

posmodernisme) adalah membebaskan seseorang dari pola pikir reduksionis-parsial-

mekanis dan mencerahkan seseorang untuk sampai pada kearifan yang menyejukkan.

Dengan kata lain bahwa, paradigma ini menganggap keberadaan dunia (sains) bersifat

objektif dan bebas nilai. Bersifat objektif dan bebas nilai (value free).

Sesungguhnya ilmu pengetahuan pada dirinya sendiri peduli terhadap nilai-nilai

tertentu, yaitu nilai kebenaran dan kejujuran. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan

tuntutan agar ilmu pengetahuan bebas nilai di sini hanya dimaksudkan bahwa ilmu

pengetahuan bebas dari nilai lain di luar nilai-nilai yang diperjuangkan ilmu

pengetahuan, karena ilmu pengetahuan itu sendiri harus tetap peduli pada nilai

kebenaran dan kejujuran.

Namun perkembangan akuntansi masih menyisakan persoalan, dengan

pertentangan paradigma antara mainstream dan alternatif. Persoalan yang menjadi

perdebatan terletak pada klaim paradigma mana yang layak dikatakan sebagai ilmiah

dan tidak ilmiah. Artikel ini akan membahas perkembangan akuntansi serta paradigma

yang menyertainya serta menelaah secara logis paradigma manakah yang dapat

dikatakan ilmiah serta tidak ilmiah, dengan harapan bahwa pengembangan akuntansi

yang pesat dewasa ini tidak menyisakan klaim berlebih para penelitinya serta

universitas yang menjadi naungan mereka berkarya.

B. PERKEMBANGAN TERKINI AKUNTANSI

Akuntansi dapat dipandang sebagai praktik dan teori, hal ini pada akhirnya dapat

bermanfaat pada berbagai bidang karena laporan keuangan digunakan sebagai

pengambil keputusan. Akuntansi yang dipraktikkan dalam suatu wilayah negara

merupakan suatu hasil rancangan dan pengembangan untuk mencapai suatu tujuan

sosial tertentu. Praktik akuntansi tersebut tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor

lingkungan, seperti faktor sosial, ekonomi, politis, dan sebagainya. Tonggak awal akuntansi diperkenalkan di negara Italia oleh Luca Pacioli pada

abad 14 dan 15. Luca Pacioli mempublikasikan pemikirannya pada tahun 1494 tentang

prinsip dasar pencatatan transaksi berpasangan dalam salah satu bagian bukunya yang

berjudul "Summa the arithmetica geometria proportioni et proportionalita". Akuntansi

modern dimulai ketika double entry accounting ditemukan dan digunakan secara luas

dalam aktivitas bisnis. Kemudian, selang waktu besamaan para filsuf bisnis Belanda

mempertajam cara perhitungan pendapatan periodik dan pemerintahan Perancis

menerapkan seluruh sistem didalam perencanaan serta akuntabilitas pemerintahan.

Tahun 1850, prinsip akuntansi ini menyebar di Inggris yang memunculkan

tumbuhnya masyarakat akuntansi serta profesi akuntan publik yang telah terorganisir di

Skotlandia dan Inggris pada 1870. Praktik akuntansi pun menyebar dengan cepat ke

wilayah Amerika Utara dan semua negara wilayah persemakmuran Inggris. Termasuk

juga teknik akuntansi yang di bawa belanda sehingga mencapai Indonesia.

Pada Paruh pertama di abad 20, dengan bertumbuhnya kekuatan ekonomi USA,

kerumitan permasalahan akuntansi muncul secara bersamaan, hingga kemudian

Akuntansi diakui menjadi suatu disiplin ilmu akademik tersendiri, setelah usainya

Page 92: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 68-79

70

perang dunia ke dua, pengaruh akuntansi makin terasa dibelahan dunia khususnya dunia

barat.

Setelah masa yang cukup panjang, US dengan dominasi kekuatan ekonominya

turut meletakkan kekuatan akuntansi dunia dengan US GAAP-nya. Namun saat ini,

akuntansi dunia bertumpu pada dua kekuatan besar yaitu US-GAAP dan IFRS yang

sebelumnya dikenal sebagai International Accounting Standard Committee (IASC).

Pada April 2001, IASC melakukan restrukturisasi dengan membentuk IASB

(International Accounting Standard Board) sebagai menjadi pengganti IASC sebagai

standard setter, sementara IASC menjadi foundation. Pada saat itu juga diputuskan

bahwa IASB akan melanjutkan pengembangan IAS yang telah diterbitkan sebelumnya,

dan memberi nama standard baru yang diterbitkannya dengan nama IFRS (International

Financial Reporting Standards).

Perkembangan IFRS yang digadang-gadang sebagai standar tunggal dunia, telah

mengukuhkan peran penting pengetahuan akuntansi sebagai bagian suatu elemen tak

terpisahkan dari suatu sistem bisnis serta keuangan global. Keputusan yang bersumber

dari informasi akuntansi, pengetahuan akan isu-isu dalam akuntansi internasional

menjadi hal yang penting untuk memperoleh intepretasi serta pemahaman yang tepat di

dalam komunikasi bisnis internasional.

C. PARADIGMA PENGEMBANGAN AKUNTANSI

Paradigma dalam ilmu sosial berbeda dengan paradigma dalam ilmu alam. Pada ilmu

alam, paradigma lama tidak lagi digunakan setelah ditemukan paradigma baru.

Perkembangan revolusioner ilmu pengetahuan dalam ilmu alam dapat terlihat dengan

jelas. Sementara pada ilmu-ilmu sosial muncul beragam paradigma, dan masing-masing

berkembang, pada saat yang bersamaan. Di sini konsep paradigma Kuhn-ian tidak

sekedar digunakan dalam arti perkembangan revolusioner ilmu-ilmu sosial, melainkan

juga dalam arti perbedaan cara pandang terhadap suatu realitas sosial.

Gibson Burrell dan Gareth Morgan dalam bukunya Sociological Paradigm and

Organisational Analysis (1985), menyatakan bahwa bahwa ada dua dimensi kunci

analisis, yaitu: Pertama, asumsi tentang sifat ilmu (nature of science) yang

meliputi dimensi Objektif dan dimensi Subjektif, dan Kedua, asumsi tentang

sifat/hakikat masyarakat (nature of society) yang diistilahkan dengan “regulasi”

(regulation) dan dimensi “perubahan radikal” (radical change).

Pengetahuan dibangun berdasarkan asumsi-asumsi filosofis, menurut Burrel dan

Morgan (1979), asumsi–asumsi tersebut adalah ontologi, epistemologi, hakikat

manusia, dan metodologi. Ontologi berkaitan dengan hakikat atau realitas objek yang

akan di investigasi. Epistemologi berkaitan dengan sifat, bentuk dan bagaimana

mendapatkan serta menyebarkan ilmu pengetahuan tersebut. Asumsi mengenai

sifat manusia merujuk pada hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Sedangkan metodologi diartikan sebagai suatu cara menentukan teknik yang tepat untuk

memperoleh pengetahuan.

Paradigma keilmuan Barat oleh Burell dan Morgan (1979) disusun berdasar

empat paradigma utama, yaitu fungsionalisme, interpretif, radikal humanis dan radikal

strukturalis. Sedangkan dalam akuntansi misalnya dibagi dalam paradigma positif,

interpretif dan kritis (Chua, 1986; untuk pembagian berbeda lihat Belkaoui 2000).

Muhadjir (2000) melakukan pembagian yang berbeda, yaitu positivis, post-positivis (di

dalamnya termasuk interpretif dan kritis) dan postmodernisme. Sedangkan turunan

metodologinya, biasanya paradigma positivis menggunakan metodologi kuantitatif,

Page 93: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Telaah Kepemilikan Kebenaran Ilmiah Dalam Pengembangan Pengetahuan Akuntansi

71

sedangkan di luar itu menggunakan metodologi kualitatif atau lainnya. Penjelasan

berikut memberikan pemahaman bagaimana beberapa paradigma yang telah dibangun

oleh Burrell dan Morgan (1979).

1. Functionalist Paradigm (Objective-Regulation), Paradigma ini merupakan

paradigma yang dominan pada studi organisasi. Paradigma ini menyediakan

penjelasan yang rasional tentang masalah kemanusiaan. Pada dasarnya paradigma

ini bersifat pragmatis dan mengakar kepada konsep positivisme. Hubungan-

hubungan yang ada bersifat konkret dan bisa diidentifikasi, dipelajari, dan diukur

melalui media ilmiah. Paradigma ini dipengaruhi oleh idealis dan marxis.

2. Interpretive Paradigm (Subjective-Regulation), Paradigma inimenjelaskan tentang

kestabilan perilaku dalam pandangan seseorang individual. Paradigma ini

memfokuskan pada pemahaman mengenai dunia yang diciptakan secara subjektif

apa adanya serta prosesnya. Filosofer seperti Kant membentuk dasar dari

paradigma ini, sementara Weber, Husserlm dan Schutz melanjutkannya sebagai

ideologi.

3. Radical Humanist (Subjective-Radical Change), dalam pandangan paradigma ini,

kesadaran seseorang didominasi oleh struktur ideologinya, cara pandang hidupnya

dan interaksinya dengan lingkungan. Hal ini akan mengarahkan hubungan kognitif

antara dirinya dan kesadaran sebenarnya, sehingga mencegah pemenuhan kepuasan

pada manusia. Para pendukung teori ini memfokuskan pada pembentukan batasan

sosial yang mengikat potensial. Filosofer yang mendukung teori ini antara lain

Kant, Hegel dan Marx. Paradigma ini dapat dipandang sebagai paradigma yang anti

organisasi.

4. Radical Structuralist (Subjective-Radical Change), Paradigma ini mempercayai

bahwa perubahan radikal dibentuk pada sifat struktur sosial. Masyarakat

kontemporer dapat dikarakteristikan dengan konflik fundamental yang akan

menghasilkan perubahan radikal melalui krisis politik dan ekonomi. Paradigma ini

berdasarkan pada Marx, yang diikuti oleh Engles, Lenin, dan Bukharin. Paradigma

ini memiliki sedikit perhatian di Amerika diluar teori konflik.

Ketika kita mengukur paradigma akuntansi (modern), maka dapat dikatakan

bahwa beberapa model paradigma yang diutarakan sebelumnya adalah bersumber atau

lumrah digunakan dalam penelitian sosial, antara lain:

1. Paradigma positivistik. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma fakta sosial

yang menggunakan pendekatan positivisme August Comte. Yaitu fenomena sosial

difahami dari perspektif luar (other perspective) berdasarkan teori-teori yang ada.

Tujuannya untuk menjelaskan (eksplanasi), penjajakan (eksplorasi), penggambaran

(deskripsi) dan Pengujian (verifikasi) tentang fenomena mengapa suatu peristiwa

terjadi, bagaimana frekuensinya (intensitasnya), proses kejadiannya, hubungan antar

variable, rekaman perkembangan, diskripsi, bentuk dan polanya.

2. Paradigma naturalistik. Disebut juga paradigma definisi sosial, paradigma non

positivistik dan paradigma mikro atau pemberdayaan. Paradigma ini dikembangkan

oleh Max Weber dengan mengembangkan sosiologi interpretatif bertujuan

memberikan pemahaman interpretative mengenai tindakan sosial, dan dimaksud

dengan tindakan sosial adalah semua perilaku manusia sejauh individu yang

bertindak itu memberikannya suatu arti yang subjektif (lihat Jonson, 1994:54).

Aliran aliran yang tercakup dalam paradigma ini adalah: fenomenologi,

intraksionisme simbolik dan etnometodologi.

Page 94: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 68-79

72

3. Paradigma rasionalistik, disebut juga paradigma verstehen. Realitas sosial

dipandang sebagaimana dipahami oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang ada dan

didialogkan dengan pemahaman subjek yang diteliti/data empirik. Paradigma

rasionalistik ini bisa juga disebut gabungan dari dua paradigma yang ada atau

paradigma strukturasi menurut Gidden. Paradigma penelitian ini banyak digunakan

antara lain dalam penelitian filsafat, bahasa, agama dan komunikasi. Metode yang

digunakan biasanya verstehen, hermeneutika (filologi), analisis isi (content

analysis).

D. AKUNTANSI SEBAGAI PENGETAHUAN

Penelitian akuntansi didasarkan pada sekumpulan asumsi umum tentang ilmu normal

dengan paradigma-paradigma bersaing yang berusaha menegakkan dominasi. Penelitian

akuntansi didasarkan pada sekumpulan asumsi umum tentang ilmu dan masyarakat

sosial, dan telah menghasilkan perdebatan yang sehat tentang bagaimana memperkaya

dan mengembangkan pemahaman kita tentang praktik akuntansi. Paradigma

mainstream memandang secara sejajar antara ilmu fisik, sosial dan akuntansi, justifikasi

dalam proses penghitungan hypotetico-deductive dari penjelasan secara ilmiah dan

perlunya konfirmasi terhadap hipotesis tersebut. Pertanyaan pertama adalah apakah

akuntansi sebagai ilmu tidak pernah mampu menjawab secara memadai.

Definisi ilmu dari Buzzel adalah: seperangkat pengetahuan yang tersusun secara

sistematis, mengatur satu atau lebih teori pokok dan sejumlah prinsip umum yang

biasanya ditunjukkan secara kuantitatif. Pengetahuan yang memungkinkan prediksi dan

dalam kondisi kondisi tertentu dapat mengontrol keadaan di masa depan.

Akuntansi memenuhi kriteria di atas. Akuntansi secara jelas membedakan

pokok-pokok masalah dan memasukkan keseragaman serta keteraturan yang mendasari

hubungan empirik, penyamarataan secara otoratif, konsep-konsep, prinsip, aturan-aturan

maupun teori-teori. Akuntansi secara jelas dapat dikategorikan sebagai suatu ilmu.

Apabila seseorang menganut argumen keseragaman ilmu, metode keilmuan yang

tunggal sama-sama dapat diaplikasikan dalam akutansi atau ilmu-ilmu lainnya.

Idealnya ilmu tentang metodologi dalam hal mengkonfirmasi suatu pengetahuan

seharusnya dapat diterima secara umum. Hal ini dikarenakan karena metodologi ini

tergantung pada penentuan apakah secara prinsip nilai yang benar dapat ditentukan

dalam suatu hipotesis yang kemudian dapat disangkal, dikonfirmasikan, dipalsukan atau

diverifikasi. Hipotesis yang dapat dikonfirmasi maupun yang dapat disangkal diperoleh

dari pernyataan-pernyataan tunggal yang yang hanya mengacu pada fenomena-

fenomena tertentu yang terikat oleh waktu dan tempat.

Model pasar modal, model prediksi akuntansi dari kejadian ekonomi, teori

akuntasi positif, model pemrosesan informasi sumberdaya manusia dan sebagian besar

penelitian empirik cocok dengan uraian tersebut. Apabila data ada yang kontradiktif

dengan hipotesis yang diperoleh dari teori atau model-model tersebut, para pengguna

hipotesis tersebut selalu mengajukan alasan pembenaran seperti data yang

terkontaminasi atau ukuran sampel yang kecil atau bias.

E. TELAAH KEBENARAN ILMIAH

Kebenaran sebagai obyek pikir manusia telah lama menjadi bahan penyelidikan.

Manusia berupaya mencari kebenaran, karena kebenaran merupakan nilai utama dalam

kehidupan manusia. Jika manusia berpegang pada kebenaran, maka manusia juga akan

terdorong untuk melaksankan kebenaran itu, tanpa melaksankan kebenaran, manusia

Page 95: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Telaah Kepemilikan Kebenaran Ilmiah Dalam Pengembangan Pengetahuan Akuntansi

73

akan mengalami pertentangan batin serta konflik psikologis. Karena di dalam kehidupan

manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dan manusia juga akan

berusaha mencari kenyataan dalam hidupnya yang selalu ditunjukkan oleh kebenaran.

Pertanyaannya apa itu kebenaran? Setidaknya terdapat empat teori kebenaran

dalam filsafat (Keraf, 2001), yaitu: a) Teori Kebenaran Persesuaian. Menurut teori

kebenaran persesuaian, bahwa kebenaran merupakan persesuaian antara apa yang

dikatakan dengan kenyataan. Dengan kata lain apa yang diketahui oleh subjek sebagai

benar harus sesuai atau harus cocok dengan subjek. Dalam pandangan teori ini suatu

ide, konsep atau teori yang benar harus mengungkapkan realitas yang sebenarnya.

Kebenaran terjadi pada pengetahuan, pengetahuan terbukti benar dan menjadi benar

oleh kenyataan yang sesuai dengan apa yang diungkapkan pengetahuan itu. Oleh karena

itu, mengungkapkan realitas adalah hal yang pokok bagi kegiatan ilmiah. Peletak dasar

teori ini adalah Aristoteles, dengan kata-katanya hal yang ada sebagai tidak ada atau

yang tidak ada sebagian ada, adalah salah. Teori ini dianut oleh kaum empiris. b) Teori

Kebenaran Sebagai Keteguhan. Teori ini berpandangan bahwa kebenaran tidak

ditemukan dalam kesesuaian antara proposisi dengan kenyataan, melainkan dalam relasi

antara proposisi baru dengan proposisi yang sudah ada. Penganut teori ini adalah kaum

rasionalis, seperti Descartes, Spinoza, Hegel, serta Lebniz. Teori ini berpendapat bahwa,

pengetahuan, teori, proposisi atau hipotesis dianggap benar jika sejalan dengan

pengetahuan, teori, proposisi atau hipotesis lainnya, yaitu kalau proposisi itu

meneguhkan proposisi atau konsisten dengan proposisi sebelumnya yang dianggap

benar. c) Teori Kebenaran Pragramtis. Teori ini perkenalkan oleh filsuf-filsuf

pragmatis Amerika seperti Charles S. Pierce dan William James, teori ini memandang

kebenaran sama dengan kegunaan. Jadi ide, konsep, pernyataan, atau hipotesis yang

benar adalah ide yang tepat guna dan berhasil memecahkan permasalahan. Kebenaran

bagi kaum pragmatis juga berarti suatu sifat yang baik, hal ini berarti suatu ide atau teori

tidak pernah benar kalau tidak baik untuk sesuatu. d) Teori Kebenaran Performatif.

Penganut teori ini beranggapan bahwa suatu pernyataan dianggap benar kalau

pernyataan itu menciptakan relitas. Jadi pernyataan yang benar bukanlah pernyataan

yang mengungkapkan realitas tapi justeru dengan pernyataan itu tercipta suatu realitas

sebagaimana yang diungkapkan dalam pernyataan itu. Pendukung teori ini adalah filsuf

seperti Frank Ramsey, John Austin, dan Peter Strawson.

Menurut filsafat ilmu, pengetahuan (knowledge) merupakan bagian dari ilmu

(science), Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah dapat

dikategorikan kepada pengetahuan yang bersifat ilmiah, atau (pengetahuan ilmiah), atau

ilmu. Untuk mengatakan akuntansi sebagai suatu ilmu dalam artian ilmu murni masih

memerlukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Memang akuntansi belum dapat

dikategorikan sebagai ilmu dalam artian ilmu pengetahuan murni, tetapi akuntansi

bukanlah pula semata-mata sebagai pengetahuan teknik dan mekanik yang isinya hanya

tentang bagaimana cara mencatat dan menyusun laporan keuangan saja (Suwardjono,

2006), tetapi di dalamnya terdapat konsep-konsep yang fundamental, prinsip dan

standar yang dihasilkan dari suatu proses pemikiran yang ilmiah atau menggunakan

metodologi yang ilmiah. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana

seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada

persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan

ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.

Pertama objektif, persyaratan ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu

Page 96: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 68-79

74

kelompok masalah yang memiliki kesamaan sifat maupun hakikatnya. Objek suatu ilmu

dapat bersifat ada, atau mungkin keberadaanya masih perlu pengujian. Dalam mengkaji

objek, yang dicari adalah kebenaran, yaitu persesuaian antara tahu dengan objek. Kedua

metodis, ilmu secara umum memiliki metode tertentu yang digunakan dan umumnya

merujuk pada metode ilmiah adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi

kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Ketiga sistematis,

dalam mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terjabarkan dan terumuskan

dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti

secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan hubungan sebab-akibat terkait

objeknya. Keempat universal, kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran

universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).

F. STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH

Sebuah hipotesis yang telah teruji secara formal diakui sebagai pernyataan ilmiah yang

baru yang memperkaya khasanah ilmu yang telah ada. Sekiranya pengetahuan ilmiah itu

kemudian dinyatakan salah oleh kelengahan dalam perjalanan prosesnya, maka

pengetahuan itu akan sendirinya tersesat. Tidaklah benar asumsi bahwa ilmu hanya

dikembangkan oleh innovator yang jenius seperti Einstein, newton dan lain-lain akan

tetapi ilmu itu adalah secara kuntitatif dikembangkan oleh masyarakat.

Menurut Bacon Pengetahuan ilmiah itu pada dasarnya mempunyai tiga fungsi

yaitu menjelaskan, meramalkan dan mengedalikan (control). Secara garis besar terdapat

empat jenis pola penjelasan ilmiah ilmu (Nagel, 1961), yaitu: 1) deduktif, 2)

probabilistik, 3) fungsional atau teologis, 4) genetik. Penjelasan deduktif menggunakan

cara berfikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan menarik kesimpulan

secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya, probabilistik

merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus yang dengan

demikian tidak memberikan kepastian seperti penjelasan deduktif melainkan penjelasan

yang bersifat seperti kemungkinan, kemungkinan besar atau hampir dapat dipastikan,

sedangkan fungsional atau teologis merupakan penjelasan yang meletakkan sebuah

unsur dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik

atau arah perkembangan tertentu, sedangkan genetik menggunakan faktor-faktor yang

timbul sebelumnya dalam menjelaskan gejala yang muncul kemudian (suriasumantri,

2005). Untuk dapat melakukan kegiatan berfikir ilmiah, maka diperlukan sarana yang

berupa bahasa, logika, matematika dan statistika.

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses

berfikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berfikir dan alat komunikasi untuk

menyampaikan jalan pikiran tersebut pada orang lain. Dilihat dari pola berpikirnya

maka ilmu merupakan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu maka

penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.

Matematika adalah proses bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari

pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial

dan baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu, maka

matematika hanya merupakan kesimpulan rumus yang mati. Matematika menggunakan

bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara

kuantitatif.

Para pelopor statistika telah mengembangkan theory of error (Abraham

Demoivra) dimana konsep sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah

dalam suatu populasi tertentu. Teknik kuadrat terkecil (least square) simpangan baku,

Page 97: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Telaah Kepemilikan Kebenaran Ilmiah Dalam Pengembangan Pengetahuan Akuntansi

75

standard error of the mean, dikembangkan Karl Friedrich Gaus (1977-1855), dan Ronal

Plylmer Fisher (1880-1962), di samping analysis of variance dan covariant, distribusi z,

distribusi t, uji signifikansi dan theory of estimation. Penelitian ilmiah, baik yang berupa

survei maupun eksperimen dilakukan dengan cermat dan teliti.

Semua pernyataan ilmiah adalah bersfiat faktual, dimana konsekuensinya dapat

diuji baik dengan jalan menggunakan panca indera, maupun dengan menggunakan alat-

alat membantu panca indera tersebut (Kneller, 1964). Pengujian secara empiris

merupakan salah satu mata rantai dalam metoda ilmiah yang membedakan ilmu dari

pengetahuan-pengetahuan yang lain. Pengujian mengharuskan kita menarik kesimpulan

yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Kesimpulan mana

berdasarkan logika induktif. Dipihak lain maka penysusunan hipotesis merupakan

penarikan kesimpulan pula yang bersifat khas dari pernyataan yang bersifat umum

denngan menggunakan deduksi. Kedua penarikan kesimpulan itu tidak bisa

dicampuradukkan. Logika deduktif berpaling pada matematika, sedangkan logika

induktif berpaling pada statistika. (Suriasumatri, 2005).

Para peneliti mengedepakan argumentasinya berdasarkan pengamatannya,

seperti logika induktif dibenarkan oleh (Chalmers, 1978) sedangkan Karl Poppeer tidak

puas lalu memperkenalkan Falsificationism yang menyatakan bahwa tujuan penelitian

ilmiah adalah membuktikan kesalahan (falsify) hipotesis, bukannya membuktikan

kebenaran hipotesis tersebut. Selanjutnya Thomas Kuhn (1972) yang dikenal dengan

paradigma dan revolusinya, menyatakan bahwa kemajuan pengetahuan bukan

merupakan hasil evolusi seperti dianut oleh induktibisme dan falsifikasinisme.

Kemajuan pengetahuan adalah merupakan hasil revolusi. Teori ini dapat diganti dengan

teori lain yang tidak cocok dengan teori tersebut. Kemajuan pengetahuan merupakan

kemajuan-kemajuan yang berakhir terbuka (open ended progress).

Di dalam akuntansi revolusi kuhn (1972) hanya digunakan sebagai metode

scintific dalam proyek riset. Wells (1976), Belkoui (1981, 1985) telah menggunakannya

menggambarkan bahwa akuntansi sebagai multiparadigm science. Namun banyak

peneliti meganggap induktivist interpretation merupakan filsafat ilmu yang relevan

untuk akuntansi, karena peneliti merumuskan hipotesis dan berusaha membuktikan

kebenaran hipotesis tersebut. Argumen terbuka makin berkembang, sampai wells (1976)

dan Flamholtz (1979) berpendapat bahwa revolusi kuhn (1972) sangat relevan untuk

digunakan dalam memahami perkembangan akuntansi saat ini. Sebab Kuhn (1972)

menyatakan bahwa revolusi science terjadi dalam lima tahap, yaitu: (1) akumulasi

anomali, (2) periode kritis, (3) perkembangan dan perdebatan alternatif ide, (4)

identifikasi alternatif dari berbagai pandangan, (5) paradigma baru yang mendunia.

Kebenaran Logis Dan Kebenaran Empiris

Kant berpendapat bahwa manusia tidak memikirkan dunia noumena, sedangkan reason

dan sains yang sebatas fenomena tidak dapat menjangkaunya. Makna yang terkandung

dalam pikiran Kant adalah bahwa ilmu pengetahuan merupakan sebuah perspektif yang

membuat peneliti peka terhadap dunia yang alami, fenomental tetapi perspektif ini tidak

dapat membuat diri manusia peka terhadap dunia yang lain.

Manusia memiliki dua dunia sekaligus, yaitu fenomena dan noumena. Fenomena

dalam konteks ini digambarkan manusia terkait dengan hukum-hukum alam, terbuka

bagi penyelidikan ilmu pengetahuan dan pada sebab alami, sedangkan dalam konteks

noumene, manusia mempunyai jiwa, paling tidak sebagian dari diri manusia memiliki

kemauan bebas. Kebenaran dapat juga dipandang sebagai kebenaran logis serta

Page 98: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 68-79

76

kebenaran empris, kebenaran logi bercirikan mementingkan objek, menghargai cara

kerja induktif serta mengutamakan pada pengamatan inderawi. Sedangkan kebenaran

logis lebih mementingkan subek, mementingkan cara kerja deduktif serta

mengutamakan penalaran akal budi.

Kebenaran Logis Kebenaran Empiris

Mementingkan Objek Mementingkan subjek

Menghargai cara kerja induktif dan

aposteriori

Mementingkan cara kerja deduktif dan

apriori

Lebih mengutamakan pengamatan indra Lebih mengutamakan penalaran akal budi

Dengan demikian pengetahuan dapat saja mengandung empat hal berikut:

1. Mengandung kebenaran empiris, tetapi tidak mengandung kebenaran logis

2. Mengandung kebenaran logis dan kebenaran empiris

3. Mengenadung kebenaran logis maupun kebenaran empiris

4. Mengandung kebenaran logis, tapi tidak mengandung kebenaran empiris

G. ARAH PENGEMBANGAN AKUNTANSI DALAM PERTENTANGAN

PARADIMA

Teori akuntansi dapat didefinisikan sebagai seperangkat koherent prinsip-prinsip yang

hipotesis, konseptual dan pragmatis yang membentuk suatu rerangka umum untuk

menyelidiki sifat akuntansi (webster, 1961). Pembentukan suatu teori umumnya berawal

dari fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia. Fenomena yang menimbulkan

suatu pernyataan yang membutuhkan jawaban.

Lima pertanyaan mendasar dirumuskan menjadi beberapa dimensi, yaitu: (a)

dimensi ontologis, pertanyaan yang haus dijawab oleh seorang ilmuwan adalah apa

sebenarnya hakikat dari sesuatu yang dapat diketahui (knowable), atau apa sebenarnya

hakihat dari suatu realitas (reality). Dengan demikian dimensi yang dipertanyakan

adalah hal yang nyata (what is nature of reality), (b) dimensi epistemologis, oleh

seorang ilmuwan adalah: apa sebenarnya hakihat hubungan atarara pencari ilmu

(inquirer) dan objek yang ditemukan (know atau knowable?), (c) dimensi axiologis,

yang mempermasalahkan peran-peran nilai dalam suatu kegiatan penelitian, (d) dimensi

retorika, yang membahas masalah bahasa yang digunakan dalam penelitian, (e) dimensi

metodologis yang digunakan seorang peneliti untuk menjawab pertanyaan bagaimana

cara atau metodologi yang dipakai seseorang dalam menemukan kebenaran? Jawaban

terhadap kelima dimensi pertanyaan ini, akan menemukan posisi paradigma ilmu untuk

menentukan paradigma apa yang akan dikembangkan seseorang dalam kegiatan

keilmuan (Muslih, 2004).

Teori harus diekspresikan dalam bentuk bahasa yang baik yang bersifat verbal

dan matematis. Teori dapat dinayatakan dalam bentuk kata dan simbol, yang disebut

dalam filsafat pengetahuan dengan istilah semiology. Semiology terdiri dari tiga unsur

yaitu: (a) sintetik, studi tentang tata bahasa atau hubungan antara simbol dengan simbol,

(b) semantik, menunjukkan hubunga makna atau hubungan antara kita, tanda atau simbol dengan objek yang ada di dunia nyata, (c) pragmatik, menunjukkan hubungan

pengaruh kata-kata atau simbol terhadap seseorang. Dalam kaitannya dengan akuntansi,

aspek pragmatis berkaitan dengan bagaimana konsep dan praktik akuntansi

memengaruhi perilaku seseorang (Chariri dan Ghozali, 2001).

Page 99: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Telaah Kepemilikan Kebenaran Ilmiah Dalam Pengembangan Pengetahuan Akuntansi

77

Seperti telah diuraikan di atas, akuntansi modern berkembang dengan pesat

didukung setidaknya oleh tiga paradigma, yaitu: positivistik, naturalistik dan

rasionalistik. Sedangkan Triyuwono (2013) menyatakan bahwa variasi pemahaman

Paradigma penelitian akuntansi dibagi ke dalam lima bagian yakni paradigma

positifisme, interpretif, kritis, posmodernis dan spiritualis. Menurut Ghozali (2004)

perkembangan akuntansi dapat di bagi ke dalam tiga dekade yakni perkembangan teori

akuntansi normatif, teori akuntansi positif serta pendekatan sosiologi akuntansi.

Tidak dapat dipungkiri kemunculan maupun perkembangan pengetahuan

akuntansi merupakan perpanjangan rezim ekonomi kapitalis, yang mengagung-

agungkan filsafat materialisme, mereka memahami bahwa realitas sesungguhnya

terletak pada materi, sehingga semua hal yang tidak dapat di indera dianggap sebagai

hal yang mustahil atau tidak memiliki eksistensi. Demikian juga dengan keberadaan

manusia yang memiliki kemampuan untuk menggunakan inderanya sehingga manusia

menjadi subyek diantara realitas yang ada. Paradigma tersebut mulai dikritik, karena

dianggap belum memuaskan para ilmuwan sosial, terlebih bagi mereka yang meyakini

wahyu sebagai suatu kebenaran. Bagi mereka, realitas sosial bukan hanya terdiri dari

realitas empiris, realitas logis, dan realitas etis, namun juga perlu mempertimbangkan

realitas wahyu, yakni realitas normatif.

Gaffikin (2005a, 2005b, 2005c, 2006) telah meneliti akuntansi sebagai ilmu,

dengan upaya untuk menggunakan metodologi ilmiah, sebagai ekspresi murni teknis

dari teori ekonomi, didominasi oleh penelitian di bidang keuangan, dan sebagai bagian

dari "hukum", meskipun hukum (peraturan) sangat dipengaruhi oleh ideologi ekonomi

dan politik yang dominan. Diskusi yang mengungkapkan bahwa semua perspektif ini

memiliki banyak kekurangan. Untungnya, ada perspektif lain tentang akuntansi yang

dapat memberikan lebih bermanfaat. Walaupun paradigma yang ada tidak

menyelesaikan persoalan pengembangan pengetahuan akuntansi, namun sungguh

disayangkan jika kritikan tersebut harus menyisakan pertentangan paradigma. Dengan

mengindikasikan bahwa paradigma mereka merupakan paradigma yang paling layak

dikatakan ilmiah dan bersandar pada kepemilikan keilmuan yang lebih baik, sementara

paradigma lainnya tidak memenuhi kaidah-kaidah ilmiah. Jika masing-masing pihak

mengatakan bahwa mereka yang paling berhak mewakili kebenaran ilmiah, manakah

klaim kepemilikan tersebut yang paling tepat?

Tentu sebagai otokritik atas pertentangan kepemilikan kebenaran dari kedua

aliran pemikiran tersebut tidak akan menyentuh kebenaran hakiki. Kebenaran hakiki

merupakan kebenaran yang diakui oleh siapapun, inilah kebenaran yang sebenarnya.

Akan tetapi, kebenaran ini belum pernah tersentuh, belum pernah terjamah dan belum

pernah dimengerti juga belum pernah dibuktikan. Kebenaran dengan segala misteri

yang ada didalamnya, menyatu dengan hati nurani. Kebenaran yang dicari dengan

metode ilmiah, yang temuannya selalu terbantahkan oleh temuan berikutnya. Kebenaran

yang dihindari oleh kebenaran relatif karena ketidak mengertiannya. Kebenaran yang di

klaim sebagai kebenaran ideologis tapi yang akhirnya berbenturan sesama kebenaran

ideologis sendiri karena perbedaan penafsiran. Kebenaran hakiki memang tidak akan

pernah tersentuh, akan tetapi keyakinan akan adanya kebenaran hakiki hanya akan

ditemukan dengan petunjuk yang diyakini kebenarannya.

Berangkat dari hal tersebut, tidak ada paradigma yang paling unggul dalam

pengembangan pengetahuan akuntansi, semua paradigma memiliki kelemahan dan

kelebihannya masing-masing, yang tentunya tidak bisa hanya di dekatkan dengan logika

benar-salah atau ilmiah-tidak ilmiah. Pendekatan yang paling cocok adalah pendekatan

Page 100: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 68-79

78

holistik atau menyeluruh. Hal ini berarti untuk dapat memahami realitas praktik

akuntansi, kita dapat memandang dari berbagai sudut pandang (multiparadigma).

Dengan adanya ilmu pengetahuan yang berbasis multiparadigma maka segala masalah

yang terdapat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengembangan

praktik akuntansi dapat diselesaikan dengan berbagai pandangan, tidak hanya cukup

dengan satu pandangan.

Permasalahan kebenaran dalam ilmu pengetahuan tidak bisa hanya diselesaikan

dengan satu pandangan semata, tetapi juga menurut cara pandang orang lain.

Pentingnya pondasi utama dalam berpikir multiparadigma yaitu meyakini adanya

kebenaran relatif. Dengan pengembangan praktik akuntansi berbasis multiparadigma,

maka paradigma–paradigma yang ada tidak akan saling menjegal atau menyatakan

paradigma sayalah yang paling cocok dengan menegasikan paradigma yang lain. Akan

lebih baik lagi semua paradigma saling berinteraksi dan bersinergi sehingga

menghasilkan suatu kekuatan paradigma keilmuan.

H. KESIMPULAN

Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan

pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan secara sistematik dapat diuji

dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Di pandang dari

sudut epistemologi filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir lebih jauh

mengenai pengetahuan yang dimilikinya.

Akuntansi adalah disiplin yang multiparadigmatik, ditengah kekuatan arus

utama dalam penelitian dan pengembangan akuntansi, muncul pendekatan alternatif

yang mengisi ruang kajian akuntansi. Perspektif-perspektif dalam ilmu pengetahuan

sosial, terutama sosiologi, mampu membuka ruang yang lebih luas bagi para peneliti

atau calon peneliti akuntansi untuk mengkaji masalah atau problema dalam ilmu

akuntansi dari sisi-sisi lain yang selama ini tidak terperhatikan (Djamhuri, 2011).

Penelitian dan pengembangan akuntansi dapat didekati dari sudut pandang

filsafat ilmu. Hasil penelitian akuntansi tidak perlu dipandang sebagai suatu nilai yang

meragukan atau secara teoretik belum sempurna. Dari sudut pandang manapun

paradigma yang digunakan dalam meneliti dan mengembangkan apakah mainstream

atau alternatfif akuntansi merupakan produk pengetahuan yang tidak memiliki

kebenaran mutlak, sehingga tidaklah perlu perbedaan cara pandang dalam meneliti

akuntansi menjadi suatu pertentangan yang justeru dapat mengeyampingkan hakikat

epistemologi, ontologi dan aksiologi.

REFERENSI

Asy’arie, Musa. 1999. Filsafat Islam: Sunah Nabi dalam Berpikir, Jogyakarta, LESFI.

Burrell, G dan G. Morgan. 1979. Sociological Paradigms and Organisational Analysis:

Elements of the Sociology of Corporate Life. Heinemann Educational Books,

London.

Chua, Wai Fong. 1986. Radical Developments in Accounting Thought. The Accounting

Review, Vol 61, No 4.

Creswell, John, W. 2007. Qualitative Inquiry & Research Design Choosing Among Five

Approaches. Sage Publication. New Dehli.

Djamhuri, Ali. 2011. Ilmu pengetahuan sosial dan berbagai paradigma dalam kajian

akuntansi.

Page 101: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Telaah Kepemilikan Kebenaran Ilmiah Dalam Pengembangan Pengetahuan Akuntansi

79

Gaffikin, Michael. 2005. Creating a Science of Accounting: accounting theory to 1970.

UOW: School of Accounting & Finance. NSW 2522.

Kuhn, Thomas. 2005. The Structure of Scientific Revolutions (Peran Paradigma Dalam

Revolusi Sains). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Maksum, Ali. 2011. Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme,

Jakarta, AR Ruzz Media.

Neuman, W Lawrence. 1997. Social Research Methods. Allyn and Bacon USA. Suhardi, Suhardi. (2015). Persepsi Pemakai Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap

Independensi Auditor Badan Pemeriksa Keuangan. Jurnal Akuntansi Universitas Jember,

10 (2), 1-29. doi:10.19184/jauj.v10i2.1249.

Suhardi dan Darus Altin. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Bank BPR Konvensional di

Indonesia Periode 2009 sampai 2012. Pekbis Jurnal. Vol. 5, No.2, Juli 2013: 101-

110. Suwardi, Herman. 1999. Roda Berputar Roda Bergulir. Bandung, Bakti Mandiri.

Suriasumantri, Jujun S. 1995. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta.

Pustaka Sinar Harapan.

Suriasumantri, Jujun S. 2001. Ilmu dalam perspektif: Sebuah kumpulan karangan

tentang Hakekat Ilmu. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Jogyakarta, Kanisius.

Suwardjono. 2006. Teori Akuntansi. BPFE. Yogjakarta.

Triyuwono, Iwan. 2006. Perspektif Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah.

RadjaGrafindo Persada. Jakarta.

Page 102: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

ISSN: 2443-2164

80

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja

Mengajar Guru

Oktarina STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial kepala

sekolah dan iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru SMP Negeri di Kecamatan

Toboali Kabupaten Bangka Selatan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan instrumen angket. Karena dalam penelitian ini diperlukan data tentang

”Kemampuan manajerial kepala sekolah, iklim organisasi, dan kinerja mengajar guru”, maka

angket dibuat dalam tiga bagian dengan jumlah sampel 56 guru, kepala sekolah dan pengawas

yang terdiri dari 5 (lima) Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Toboali Bangka

Selatan. Teknik analisa data menggunakan program SPSS.

Hasil analisa data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif kemampuan

manajerial kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru, terdapat pengaruh positif iklim

organisasi dengan kinerja mengajar guru, serta terdapat pengaruh positif kemampuan

manajerial kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan kinerja mengajar

guru.

Kata Kunci: Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah, Iklim Organisasi, Kinerja Mengajar

Guru

1. LATAR BELAKANG

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang bersifat formal, non formal dan informal yang

tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, guna mengajari, mengelola dan

mendidik peserta didik melalui bimbingan yang diberikan oleh tenaga pendidik.

Program pendidikan bagi anak dengan tujuan dan aturan yang jelas untuk membina

anak yang berkualitas sebagaimana diharapkan oleh masyarakat.

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen dikatakan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru

berkewajiban:

a. merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,

serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara

berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,

agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status

sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

d. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta

nilai-nilai agama dan etika; dan

e. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Selain tugas guru di atas ada juga aspek penting yang harus diperhatikan yaitu

peran kepemimpinan. Peran kepemimpinan dalam pendidikan adalah memberdayakan

para guru dan memberikan wewenang yang luas untuk meningkatkan kinerja mengajar

guru sehingga proses pembelajaran para pelajar dapat mencapai hasil yang optimal.

Seperti yang dikemukakan oleh Stanley Spanbauer (Sallis, 2008:174) bahwa:

“Pemimpin institusi pendidikan harus memandu dan membantu pihak lain (guru dan

staf) dalam mengembangkan karakteristik serupa. Sikap tersebut mendorong terciptanya

Page 103: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru

81

tanggung jawab bersama-sama serta sebuah gaya kepemimpinan yang melahirkan

lingkungan kerja yang interaktif. Dia menggambarkan sebuah gaya kepemimpinan

dimana pemimpin harus menjalankan dan membicarakan mutu serta mampu memahami

perubahan terjadi sedikit demi sedikit, bukan dengan serta merta.”

Secara eksplisit dinyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas adalah kompetensi guru, metode

pembelajaran yang di pakai, kurikulum, sarana dan prasarana, serta lingkungan

pembelajaran baik lingkungan alam, (psiko) sosial dan budaya (Depdikbud, 1994).

Dapat diartikan disini bahwa lingkungan sosial pembelajaran di kelas maupun di

sekolah (kantor, guru dan staf tata usaha) mempunyai pengaruh baik langsung maupun

tak langsung terhadap proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

Dari data yang didapatkan kehadiran guru, kelulusan siswa, siswa yang masuk

SMA Negeri dan nilai rata-rata kelulusan siswa untuk membuktikan kinerja mengajar

guru,

Data tahunan SMP Negeri tahun 2013/2014

Kehadiran guru

PNS dan non PNS

Kelulusan siswa Siswa masuk SMA

Negeri

Nilai rata-rata

kelulusan siswa

PNS 25 Laki-laki 76 SMA N 109 Tertinggi 9,00

Non PNS 12 Perempuan 83 SMA S 50 Terendah 2,50

Jumlah 37 guru Jumlah 159 siswa Jumlah 109 siswa Rata-rata 19,46

100% 100% 109 100%

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa kemampuan seorang kepala

sekolah dan iklim organisasi memiliki hubungan yang positif dan berkontribusi

terhadap kinerja mengajar guru. Sementara kenyataan yang penulis lihat dan ditemui di

lapangan seperti guru-guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bangka

Selatan seperti subjek penelitian, bahwa kinerja mengajar guru dilapangan masih

mengalami:

1. Kelemahan dalam memilih dan mengembangkan bahan pengajaran.

2. Banyak yang tidak memiliki persiapan dalam pengajaran (tidak membuat perangkat

pembelajaran).

3. Kelemahan dalam menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi

yang diajarkan.

4. Kelemahan dalam berinteraksi dengan siswa.

5. Sering kali tidak merangkum materi pelajaran dalam mengakhiri pembelajaran, dan

6. Guru dalam melaksanakan evaluasi hampir tidak pernah melakukan analisis soal

yang akan diujikan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas menunjukkan bahwa kinerja

mengajar guru tidak terlepas dari kemampuan manajerial kepala sekolah dan iklim

organisasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

kemampuan manajerial kepala sekolah dan iklim organisasi terhadap kinerja mengajar

guru SMP Negeri di Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan.

2. KAJIAN TEORI

2.1. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

Menurut Wahjosumidjo (dalam Karweti, 2010: 80) mendefinisikan kepala sekolah

sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu

sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi

interaksi antara guru yang memberi

Page 104: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 80-93

82

pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Kemampuan manajerial kepala sekolah berdasarkan Permendiknas Nomor 13

Tahun 2007 tentang standar kepala sekolah mencakupkompetensi kepribadian,

kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan

kompetensi sosial. Indikator-indikator kompetensi tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut: Indikator kompetensi kepribadian meliputi kompetensi: berakhlak mulia;

mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia

bagi komunitas di sekolah; memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin; memiliki

keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah; bersikap terbuka

dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi; mengendalikan diri dalam menghadapi

masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah: memiliki bakat dan minat jabatan

sebagai pemimpin pendidikan.

Seorang kepala sekolah, di samping harus mampu melaksanakan proses

manajemen yang merujuk pada fungsi-fungsi manajemen, juga dituntut untuk

memahami sekaligus menerapkan seluruh substansi kegiatan pendidikan. Wayan Koster

mengemukakan bahwa dalam konteks Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

(MPMBS), kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan: 1) menjabarkan

sumber daya sekolah untuk mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar, 2) kepala

administrasi, 3) sebagai manajer perencanaan dan pemimpin pengajaran, dan 4)

mempunyai tugas untuk mengatur dan mengorganisir dan memimpin keseluruhan

pelaksanaan tugas-tugas pendidikan di sekolah. Dikemukakan pula bahwa sebagai

kepala administrasi, kepala sekolah bertugas untuk membangun manajemen sekolah

serta bertanggung jawab dalam pelaksanaan keputusan manajemen dan kebijakan

sekolah (Admin, 2008:1).

Sedangkan Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2002) dengan mengutip dari

Dirawat mengemukakan tentang pemikiran Bogdan bahwa dalam perspektif

peningkatan mutu pendidikan terdapat empat kemampuan yang harus dimiliki oleh

seorang pemimpin pendidikan, yaitu, 1) kemampuan mengorganisasikan dan membantu

staf di dalam merumuskan perbaikan pengajaran di sekolah dalam bentuk program yang

lengkap, 2) kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan pada diri

sendiri dari guru-guru dan anggota staf sekolah lainnya, 3) kemampuan untuk membina

dan memupuk kerja sama dalam mengajukan dan melaksanakan program-program

supervisi, dan 4) kemampuan untuk mendorong dan membimbing guru-guru serta

segenap staf sekolah lainnya agar mereka dengan penuh kerelaan dan tanggung jawab

berpartisipasi secara aktif pada setiap usaha-usaha sekolah untuk mencapai tujuan-

tujuan sekolah itu sebaik-baiknya (Admin, 2008:1).

2.2. Iklim Organisasi

Stephen P. Robbins (dalam Wirawan, 2007:2-3) Robbins mengemukakan bahwa

organisasi merupakan social entity, unit-unit dari organisasi terdiri atas orang atau

kelompok orang yang saling berinteraksi. Interaksi tersebut terkoordinasi secara sadar,

artinya dikelola dalam upaya mencapai tujuannya. Pola interaksi yang diikuti oleh orang

dalam organisasi bukan muncul seketika, tetapi telah direncanakan secara matang

sebelumnya. Pola interaksi antara anggota organisasi seimbang dan harmonis untuk

meminimalkan redundansi, sehingga menjamin tugas-tugas kritikal dapat terlaksana.

Dengan demikian, diperlukan adanya suatu koordinasi pola interaksi.

Menurut Taiguri dan Litwin (dalam Wirawan, 2007: 121) mengatakan bahwa

iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif

Page 105: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru

83

terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi dan mempengaruhi perilaku mereka

serta dapat dilukiskan dalam satu set karakteristik atau sifat organisasi. Kualitas

lingkungan organisasi ini dialami oleh pada karyawan di dalam organisasinya tersebut

dalam bentuk nilai, ciri atau sifat organisasinya.

Iklim organisasi merupakan suasana dalam suatu organisasi yang diciptakan

oleh pola hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) yang berlaku. Pola

hubungan ini bersumber dari hubungan antara guru dengan guru lainnya, atau mungkin

hubungan antara guru dengan kepala sekolah atau sebaliknya antara kepala sekolah

dengan guru. Pola hubungan antara pegawai dengan pemimpin (kepala sekolah)

membentuk suatu jenis kepemimpinan (leadership style) yang ditetapkan oleh

pemimpin dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinannya.

Iklim dapat mempengaruhi perilaku dalam organisasi. Iklim organisasi dapat

menyenangkan dapat pula tidak menyenangkan, oleh karena iklim organisasi dibangun

melalui kegiatan dan mempunyai akibat atau dampak bagi organisasi. Menurut Croft,

iklim organisasi yang berkualitas ditandai adanya suasana penuh semangat dan adanya

daya hidup, memberikan kepuasan kepada anggota organisasi (Sagala, 2008:129).

Menurut Fred Luthans, iklim organisasi merupakan keseluruhan perasaan yang

disampaikan dengan pengaturan yang bersifat fisik, cara peserta berinteraksi, dan cara

anggota organisasi berhubungan dengan pelanggan dan individu dari luar.

Jadi, iklim organisasi adalah serangkaian sifat lingkungan kerja, yang dinilai

langsung atau tidak langsung oleh karyawan yang dianggap menjadi kekuatan utama

dalam mempengaruhi perilaku karyawan. Iklim organisasi mengacu pada persepsi

anggota organisasi terhadap lingkungan kerjanya secara umum yang dipengaruhi oleh

organisasi formal, organisasi informal, kepribadian partisipan, dan kepemimpinan

organisasi.

2.3. Kinerja Mengajar Guru

Menurut Hasibun (2005:94) menyatakan bahwa: “Kinerja adalah suatu hasil kerja yang

dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.

Smith (Mulyasa, 2007:136) menyatakan bahwa kinerja adalah „......output drive

from prosesses, human or otherwise’, jadi kinerja merupakan hasil atau keluaran dari

suatu proses. Sedangkan menurut LAN (Mulyasa, 2007:136) menyatakan bahwa

„kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja,

pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.

Menurut Smith (dalam Sanjaya, 2008:208) bahwa: “Mengajar adalah

menanamkan pengetahuan atau keterampilan (teaching is imparting knowledge or

skill)”. Menanamkan pengetahuan disini terjadi karena adanya proses penyampaian

pengetahuan dari guru kepada siswa.

Bruce Weil (dalam Sanjaya, 2008:216-217) mengemukakan tiga penting dalam

proses pembelajaran. Pertama proses pembelajaran adalah membentuk kreasi

lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan

pengaturan lingkungan ini dimaksudkan untuk menyediakan pengalaman belajar yang

memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe

pengetahuan yang harus dipelajari. Ada tiga tipeyang masing-masing memerlukan

situasi yang berbeda dalam mempelajarinya. Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan

fisis, sosial, dan logika. Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari

suatu objek atau kejadian, seperti bentuk, besar, berat, serta bagaimana objek itu

Page 106: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 80-93

84

berinteraksi satu dengan lainnya. Pengetahuan sosial berhubungan antara manusia yang

dapat mempengaruhi interaksi sosial. Pengetahuan logika berhubungan dengan berpikir

matematis, yaitu pengetahuan yang dibentuk berdasarkan pengalaman dengan suatu

objek dan kejadian tertentu. Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran

lingkungan sosial. Melalui hubungan sosial itulah anak berinteraksi dan berkomunikasi,

berbagai pengalaman dan lain sebagainya, yang memungkinkan mereka berkembang

secara wajar.

Upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengefektifkan pembelajaran, secara

garis besar mencakup tiga tahap, yaitu, 1) persiapan atau perencanaan, 2) pelaksanaan,

dan 3) penilaian/evaluasi (Sutikno, 2005:44). Sedangkan Moore (Sutikno, 2005:40)

menjelaskan enam langkah yang berkesinambungan dalam suatu model pembelajaran

yang efektif, yaitu, 1) memahami situasi dalam belajar, 2) perencanaan pembelajaran, 3)

merencanakan tugas-tugas, 4) melaksanakan kegiatan belajar, 5) mengevaluasi kegiatan

belajar, dan 6) menindaklanjuti.

Berdasarkan uraian diatas, dimensi kinerja mengajar guru yang akan dijadikan

kajian dalam penelitian ini meliputi kinerja mengajar guru dalam 1) merencanakan

pembelajaran, 2) melaksanakan pembelajaran, dan 3) mengevaluasi pembelajaran.

Kerangka berpikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari

fakta-fakta, observasi dan telaah kepustakaan. Oleh karena itu, kerangka berfikir

memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian.

Uraian dalam kerangka berfikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan antara variabel

penelitian. Variabel-variabel penelitian dijelaskan secara mendalam dan relevan dengan

permasalahan yang di teliti, sehingga dapat dijadikan dasar untuk menjawab

permasalahan (Riduwan, 2005:34-35). Kerangka berfikir juga menggambarkan alur

pemikiran penelitian dan memberikan penjelasan kepada pembaca. Kerangka berfikir

dapat disajikan dengan bagan yang menunjukkan alur fikir peneliti serta keterkaitan

antar variabel yang diteliti.

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini dibuat kerangka pemikiran yang

menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif korelasional, sebab penelitian ini akan mendeskripsikan hubungan

sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat melalui uji statistik. Penelitian ini

terdiri dari tiga variabel, yaitu variabel bebas (independen) kemampuan manajerial

kepala sekolah (X1) dan iklim organisasi (X2), dengan satu variabel terikat (dependen),

yaitu kinerja mengajar guru (Y).

Gambar 2.2

Kerangka berpikir

Kesimpulan dari kerangka berfikir adalah keterkaitan antara kemampuan

manajerial kepala sekolah (X1) dengan iklim organisasi (X2) untuk menghasilkan

kinerja mengajar guru yang bermutu.

X2

Y

X1

Page 107: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru

85

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikiran diatas diuraikan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat kontribusi yang signifikan antara Kemampuan manajerial kepala sekolah

terhadap kinerja mengajar guru SMP Negeri di Kecamatan Toboali Kabupaten

Bangka Selatan.

2. Terdapat kontribusi yang signifikan antara Iklim organisasi sekolah terhadap

kinerja mengajar guru SMP Negeri di Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka

Selatan.

3. Terdapat kontribusi yang signifikan antara kemampuan manajerial kepala sekolah

dan iklim organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru SMP

Negeri di Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah

penelitian yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya

(Sugiyono, 2006:11). Dalam penelitian ini variabel yang dimaksud adalah kemampuan

manajerial kepala sekolah, iklim organisasi dan kinerja mengajar guru.

Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini menggunakan metode penelitian

kuantitatif. Dalam penelitian ini data yang digunakan dan diolah adalah data kuantitatif,

yaitu data berbentuk angket atau data kualitatif data yang diangkakan (Sugiyono,

2006:14)

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Penelitian ini yang menjadi populasi adalah guru-guru SMP Negeri di Kecamatan

Toboali Kabupaten Bangka Selatan yang terdiri dari 5 sekolah. Adapun penyebaran

sekolah SMP Negeri tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2

Penyebaran Populasi Guru SMP Negeri

NO SEKOLAH JENIS GURU JUMLAH

PNS NON PNS

1 SMP NEGERI 1 24 15 39

2 SMP NEGERI 2 27 11 38

3 SMP NEGERI 3 9 7 16

4 SMP NEGERI 4 5 14 19

5 SMP NEGERI 5 6 7 13

JUMLAH 125

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014

3.2.2 Sampel

Penarikan sampel dari suatu populasi memiliki aturan atau teknik tersendiri. Dengan

menggunakan teknik yang tepat memungkinkan peneliti dapat menarik data realbiel.

Karena itu ketentuan-ketentuan dalam menarik sampel menjadi penting dalam setiap

kegiatan penelitian ilmiah. Sugiyono (2006:91) menyatakan bahwa: “Sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi”. Sedangkan Arikunto (2006:131) mengatakan: “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.

Sementara itu Nurgiyantoro dkk (2004:21) mengatakan bahwa: “Sampel adalah sebuah

kelompok anggota yang menjadi bagian populasi sehingga juga memiliki karakteristik

Page 108: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 80-93

86

populasi”. Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah bagian

dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu yang akan diteliti. Karena itu ketentuan-

ketentuan penarikan sampel dalam setiap kegiatan penelitian menjadi penting.

Mohammad Ali (1985:55) menyatakan bahwa: “Dalam pengambilan sampel dan

populasi memerlukan suatu teknik tersendiri. Sehingga sampel yang diperoleh dapat

representatif atau mewakili populasi dan kesimpulan yang dibuat dapat tepat atau valid

dan dapat dipercaya (signifikan)”.

Menentukan jumlah sampel dari populasi, penulis merujuk pada rumus dari Taro

Yamane atau Slovin (Ridwan dan Akdon, 2007:254):

n = 𝑁

𝑁𝑑2+1

keterangan:

N = ukuran populasi

n = ukuran sampel minimal

d2 = presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)

Berdasarkan data diatas sampel penelitian diambil sebanyak 56 guru dari

jumlah guru yang ada di kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan.

Tabel 3.3

Sampel Penelitian No Nama Sekolah Jumlah Guru

1 SMP NEGERI 1 17

2 SMP NEGERI 2 16

3 SMP NEGERI 3 9

4 SMP NEGERI 4 7

5 SMP NEGERI 5 7

Jumlah 56

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan gambaran umum mengenai masing-masing variabel

sebagai pembanding dalam anasis data hasil penelitian yang meliputi: (1) deskripsi data

penelitian meliputi variabel bebas, yaitu kemampuan manajerial kepala sekolah dan

iklim organisasi, sedangkan variabel terikat adalah kinerja mengajar guru, (2) pengujian

persyaratan analisis data, yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji

linieritas, (3) uji hipotesis dengan menggunakan statistika regresi.

4.1.1 Deskripsi Data

Data penelitian ini meliputi tiga variabel, (1) variabel bebas terdiri dari kemampuan

manajerial kepala sekolah (X1) dan iklim organisasi (X2) dan variabel terikat yaitu

kinerja mengajar guru (Y). Dari data 3 variabel tersebut terdiri dari 37 butir angket

untuk varibel kemampuan manajerial kepala sekolah, 36 butir angket untuk variabel

iklim organisasi, dan 35 butir angket untuk variabel kinerja mengajar guru. Angket-

angket penelitian tersebut diberikan kepada sampel sebanyak 56 responden. Dari

pemeriksaan yang telah dilakukan, seluruh data memenuhi syarat untuk diolah dan dianalisis. Secara singkat data tersebut dinyatakan dengan statistik deskriptif yaitu:

sampel (N), nilai rata-rata (mean), simpangan baku (standard deviation), nilai terendah

Page 109: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru

87

(minimum) dan nilai tertinggi (maximum). Data statistik tersebut dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 4.1

Deskripsi Data Statistics

Kemampuan Manajerial

Kepala Sekolah

Iklim Organisasi

Kinerja Mengajar

Guru

N Valid 56 56 56

Missing 0 0 0 Mean 155.6607 149.0893 148.7500 Std. Error of Mean .79130 1.13053 .87023 Median 156.0000 150.0000 149.0000 Mode 154.00 142.00 149.00 Std. Deviation 5.92154 8.46012 6.51223 Variance 35.065 71.574 42.409 Kurtosis -.101 .012 .196 Std. Error of Kurtosis .628 .628 .628 Range 25.00 41.00 29.00 Minimum 141.00 126.00 132.00 Maximum 166.00 167.00 161.00 Sum 8717.00 8349.00 8330.00

Sumber : Output SPSS

4.1.2 Uji Normalitas

Analisis uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan utuk menguji apakah data yang

diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas

penyebaran nilai atau data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.

Taraf signifikansinya yang digunakan sebagai dasar menolak atau menerima keputusan

dengan acuan alpha 0,05 atau pada taraf kepercayaan 95%. Hipotesis yang diajukan

untuk uji normalitas ini adalah sebagai berikut.

H0 : Data tidak berdisribusi normal.

H1 : Data berdistribusi normal,

Dasar pengambilan keputusan:

Terima H0, jika nilai asyimotic signifikansi < nilai signifikansi alpha (0,05).

Terima H1, jika nilai asyimtotic signifikansi > nilai signifikansi alpha (0,05).

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas Variabel X1, X2, dan Y One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kemampuan Manajerial

Kepala Sekolah Iklim Organisasi Kinerja

Mengajar Guru

N 56 56 56 Normal Parameters

a,b Mean 155.6607 149.0893 148.7500

Std. Deviation 5.92154 8.46012 6.51223 Most Extreme Differences Absolute .112 .085 .105

Positive .075 .085 .061 Negative -.112 -.081 -.105

Test Statistic .112 .085 .105 Asymp. Sig. (2-tailed) .076

c .200

c,d .194

c

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, nilai signifikansinya untuk variabel kemampuan

manajerial kepala sekolah (X1) sebesar 0,076 > 0,05 dan variabel iklim organisasi (X2)

Page 110: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 80-93

88

sebesar 0,2 > 0,05, sedangkan uji signifikansi pada variabel kinerja guru (Y) sebesar

0,194 > 0,05, Berdasarkan landasan pengambilan keputusan di atas, maka H1 diterima

dan H0 ditolak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa data kemampuan manajerial

kepala sekolah, iklim organisasi, dan kinerja mengajar guru dalam penelitian ini sebaran

membentuk distribusi normal.

4.1.3 Uji Linieritas

Uji linieritas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah masing-masing data

variabel kemampuan manajerial kepala sekolah (X1) dan iklim organisasi (X2)

cenderung membentuk garis linier terhadap variabel kinerja mengajar guru (Y)

responden. Rumusan hipotesis yang diajukan untuk persyaratan uji linieritas sebagai

berikut.

HO : tidak terdapat pengaruh yang linier antara variabel bebas dan variabel terikat,

H1 : terdapat pengaruh yang linier antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut.

HO diterima : jika nilai signifikansi > nilai signifikansi alpha (0,05).

H1 ditolak : jika nilai signifikansi < signifikansi alpha (0,05).

Hasil uji kelinieran antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan

SPSS.

Tabel 4.3

Uji Linieritas Variabel X1 terhadap Y

Pengaruh Perhitungan Jumlah

kuadrat

Rata-

Rata

Kuadrat

Nilai Uji F Nilai

Signifikan

Kemampuan manajerial

kepala sekolah terhadap

kinerja mengajar guru

Nilai linieritas 677.721 677.721 20.789 0.000

Deviasi dari

nilai linieritas 513.771 27.041 0.829 0.661

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansinya

kelinieran variabel X1 terhadap variabel terikat Y sebesar 0,000. Karena signifikansinya

kurang dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel terikat Y dan variabel

bebas X1 terdapat hubungan yang linier.

Tabel 4.4

Uji Linieritas Variabel X2 terhadap Y

Pengaruh Perhitungan Jumlah

kuadrat

Rata-Rata

Kuadrat Nilai Uji F

Nilai

Signifikan

Iklim organisasi

terhadap kinerja

mengajar guru

Nilai linieritas 475.570 475.570 11.276 0.002

Deviasi dari

nilai linieritas 507.313 23.060 0.547 0.929

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansinya

kelinieran variabel X2 terhadap variabel terikat Y sebesar 0,002. Karena signifikansinya

kurang dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel terikat Y dan variabel

bebas X2 terdapat pengaruh yang linier.

4.1.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian ketiga hipotesis yang diajukan yaitu terdapat pengaruh kemampuan

manajerial kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru dan terdapat pengaruh iklim

organisasi terhadap kinerja mengajar guru baik secara masing-masing maupun secara

Page 111: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru

89

bersama-sama. Melihat pengaruh tersebut menggunakan analisis regresi sederhana dan

regresi berganda sebagai berikut:

a) Analisis Regresi Linier Sederhana (Parsial)

Analisis regresi linear sederhana adalah untuk melihat pengaruh linear antara variabel

bebas X1 terhadap variabel terikat Y dan variabel X2 terhadap variabel Y. Selain itu

untuk memprediksi nilai variabel terikat apabila variabel bebas diketahui (nilai variabel

bebas mengalami kenaikan atau penurunan). Hipotesis yang akan diuji adalah H0 : tidak

terdapat pengaruh secara signifikansinya antara variabel X1 dan varibel X2 terhadap Y

dan H1 : tidak terdapat pengaruh secara signifikansinya antara variabel X1 dan varibel

X2 terhadap Y. Hasil analisis regresi dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada

Tabel di bawah ini.

Tabel 4.5

Pengujian Kemampuan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru Model Summary

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .539a .291 .277 5.53571 .291 22.116 1 54 .000

a. Predictors: (Constant), Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

Sumber: Diolah oleh Peneliti

Berdasarkan Tabel di atas, di dapat nilai R = 0,539 dan nilai R square sebesar

0,291. Dengan demikian, terdapat pengaruh antara kemampuan manajerial kepala

sekolah terhadap kinerja mengajar guru yang besarnya adalah 0,291 x 100% = 29,1%.

Dari hasil di atas, menunjukkan bahwa nilai signifikansinya sebesar 0,00, karena nilai

signifikansinya lebih kecil daripada taraf signifikansinya 5% (0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima berarti secara signifikansi bahwa

terdapat pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja mengajar

guru.

Tabel 4.6

Pengujian Iklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru Model Summary

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .452a .204 .189 5.86409 .204 13.830 1 54 .000

a. Predictors: (Constant), Iklim Organisasi

Sumber: Diolah oleh Peneliti

Berdasarkan hasil pengujian variabel iklim organisasi dengan kinerja mengajar

guru diperoleh nilai R = 0,452 dan nilai R square sebesar 0,240. Dengan demikian

terdapat pengaruh antara iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru yang besarnya

adalah 0,240 x 100% = 24%. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,00. Karena

nilai signifikansinya lebih kecil dari pada taraf signifikansinya 5% (0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima berarti secara signifikansi bahwa terdapat pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru.

Selanjutnya, dilakukan perhitungan nilai koefesien dan nilai konstanta pada

masing-masing variabel yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 112: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 80-93

90

Tabel 4.7

Regresi Linear Sederhana Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja

Mengajar Guru Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 56.474 19.636 2.876 .006

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

.593 .126 .539 4.703 .000

a. Dependent Variable: Kinerja Mengajar Guru

Sumber: Diolah oleh Peneliti

Data pada tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai konstanta variabel

kemampuan manajerial kepala sekolah sebesar 56,474 dan koefisien regresi sebesar

0,593 sehingga persamaan regresi antara variabel X1 (kemampuan manajerial kepala

sekolah) dan Y (kinerja mengajar guru) adalah Y = 0,593 X + 56,474. Dari nilai

koefesien 56,474, berarti setiap kenaikan 1 poin skor kemampuan manajerial kepala

sekolah maka skor kinerja mengajar guru akan bertambah sebesar 0,593. Tabel 4.8

Regresi Linear Sederhana Iklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 96.930 13.956 6.945 .000

Iklim Organisasi .348 .093 .452 3.719 .000

a. Dependent Variable: Kinerja Mengajar Guru

Sumber: Diolah oleh Peneliti

Data pada Tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar variabel

iklim organisasi sebesar 96.930 dan koefisien regresi sebesar 0,348 sehingga persamaan

regresi antara variabel X2 (iklim organisasi) dan Y (kinerja mengajar guru) adalah Y =

0,348X + 96.930. Dari nilai koefesien 0,348, berarti setiap kenaikan 1 poin skor iklim

organisasi maka skor kinerja mengajar guru akan bertambah sebesar 0,348.

b) Analisis Regresi Linear Berganda (R)

Hasil perhitungan data regresi ganda untuk variahel bebas X1 dan X2 terhadap variabel

terikat Y dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 4.9

Hasil Model Sumari Analisis Korelasi Ganda Antara Iklim organisasi dan Kemampuan

Manajerial Kepala Sekolah Model Summary

Model R R

Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square Change

F Chang

e df1 df2 Sig. F

Change

1 .620a .384 .361 5.20502 .384 16.547 2 53 .000

a. Predictors: (Constant), Iklim Organisasi, Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

Sumber: Diolah oleh Peneliti

Data pada tabel di atas, diperoleh angka korelasi berganda R sebesar 0.620. Hal

ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara variabel bebas X1 dan X2

secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y. Persentase pengaruh variabel bebas

Page 113: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru

91

(X1 dan X2) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Y) sebesar 38,4% dan

sisanya dipengaruhi faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini, sedangkan

banyak kesalahan terhadap kinerja mengajar guru sebesar sebesar 5,20502. Karena

standar eror of the estimate (5,308) kurang dari standar deviasi variabel terikat, maka

persamaan regresi semakin baik dalam memprediksi kinerja mengajar guru.

Data pada tabel di atas, menunjukkan nilai F tes hitung adalah 16.547 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,000, Oleh karena probabilitas (0,00) lebih kecil dari 0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas X1 dan X2 berpengaruh terhadap variabel

terikat Y. Untuk hasil analisis korelasi berganda dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10

Regresi Linear Berganda (R) Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 35.851 19.837 1.807 .076

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

.489 .124 .445 3.942 .000

Iklim Organisasi .247 .087 .321 2.842 .006

a. Dependent Variable: Kinerja Mengajar Guru

Sumber: Diolah oleh Peneliti

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, diketahui nilai konstanta yang terbentuk sebesar

35.851, sedangkan koefisen persamaan garis regresi variabel kemampuan manajerial

kepala sekolah sebesar 0.489 dan iklim organisasi 0.247, Sehingga diperoleh persamaan

garis regresi antara variabel X1 dan X2 adalah Y = 35.851 + 0.489X1 + 0.247X2. Dari

Persamaan regresi mengindikasikan bahwa jika variabel X1 dan X2 masing-masing

ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka nilai Y akan naik sebesar 0.489 (1) + 0.247 (1) =

0,756.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan pada bab IV, diperoleh temuan

sebagai berikut.

1) Terdapat pengaruh positif kemampuan manajerial kepala sekolah belajar dengan

kinerja mengajar guru, dengan koefesien regresi 0,291. Dengan perkataan lain,

makin tinggi kemampuan manajerial kepala sekolah, akan tinggi kinerja mengajar

guru.

2) Terdapat pengaruh positif iklim organisasi dengan kinerja mengajar guru dengan

koefesien regresi 0,204. Dengan perkataan lain, makin tinggi iklim organisasi, akan

makin tinggi kinerja mengajar guru.

3) Terdapat pengaruh positif kemampuan manajerial kepala sekolah, dan iklim

organisasi secara bersama-sama dengan kinerja mengajar guru responden, dengan

koefesien regresi berganda sebesar 0,384. Dengan perkataan lain, makin tinggi kemampuan manajerial kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama

akan makin tinggi kinerja mengajar guru.

Page 114: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 80-93

92

5.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang ditunjukan kepada berbagai

pihak yang diharapkan dapat memanfaatkan dan menindaklanjuti hasil penelitian ini,

guru, responden, peneliti lain, serta pihak yang terlibat dalam mengajar ilmu pendidikan

hendaknya memberikan masukan dalam meningkatkan kinerja mengajar guru.

1. Kepala Sekolah

Kepala sekolah perlu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan, serta

mengembangkan kemampuan manajerial agar dapat bertugas melaksanakan proses

belajar mengajar secara efektif dan efisien, baik dalam menyusun perencanaan,

mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan kegiatan, mengkoor-dinasikan kegiatan,

melaksanakan pengawasan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan, menentukan

kebijaksanaan, dan lain sebagainya, guna mendapatkan hasil yang optimal.

2. Pengajar (Guru)

Pengajar (guru) perlu meningkatkan kemampuan kompetensi khususnya pada

kemampuan mengajar sehingga penerapan pembelajaran dapat berjalan sesuai yang

diinginkan. Selain itu, hendaknya guru juga memahami fungsi dan tugasnya, serta

memiliki keterampilan keguruan guna dapat mengimplemen-tasikan tugasnya sebagai

guru.

DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2008. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah. Artikel Pendidikan.

[Online].Tersedia:https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/02/kemampua

n-manajerial-kepala-sekolah/

Akdon, Ridwan. 2007. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung : Alfabeta.

Ali, Mohammad.1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa

Bandung.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 13 / 2007 tanggal 17 April 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah, Jakarta: BNSP.

Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP). Depdikbud. Jakarta.

Hasibun, M. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Ketujuh, Jakarta: Bumi

Aksara.

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosdakarya.

Nurgiyantoro Burhan dkk. 2004. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial.

Yogyakarta. Gadjah Mada University Press Karweti. 2010. Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Faktor yang

Mempengaruhi Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SLB di Kabupaten

Subang. Jurnal Penelitian Vol. 11 No. 2.

Republik Indonesia. 2005. Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen.

Ridwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sagala, S. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Page 115: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru

93

Sallis, E. 2008. Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu Pendidikan.

Cetakan ke 8. Alih Bahasa oleh A. R. Ahmad dan Fahrurrozi. Jogjakarta:

IRCiSoD.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. Mataram: NTP Pres.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi: Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta:

Salemba Empat.

Page 116: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

ISSN: 2443-2164

94

PENGARUH MOTIVASI, DISIPLIN DAN KOMITMEN PEGAWAI

TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI PADA PT. JASA RAHARJA

(PERSERO) CABANG BANGKA BELITUNG

Teguh Afrianto PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung

Chandra Suwondo STIE Pertiba Pangkalpinang

Wargianto STIE Pertiba Pangkalpinang

Abstrak

Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh motivasi, disiplin dan komitmen pegawai

terhadap prestasi kerja pegawai pada PT. Jasa Raharja (PERSERO) Cabang Bangka Belitung.

Metode penelitian digunakan metode survey. Responden penelitian adalah seluruh pegawai PT.

Jasa Raharja (PERSERO) Cabang Bangka Belitung sejumlah 32 orang. Variabel yang

digunakan adalah prestasi kerja, motivasi, disiplin dan komitmen pegawai. Penelitian ini

menggunakan analisis kuantitatif. Data penelitian ini adalah primer hasil penelitian langsung

di lapangan. Data penelitian dianalisis dengan teknik analisis regresi yang pengelolahannya

dilakukan melalui perangkat lunak SPSS versi 17.

Hasil penelitian ini adalah 1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel

motivasi terhadap prestasi kerja pegawai pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka

Belitung. 2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel disiplin terhadap prestasi kerja

pegawai Pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung. Terdapat pengaruh positif

dan signifikan variabel komitmen pegawai terhadap prestasi kerja pegawai pada PT Jasa

Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung 4) Terdapat pengaruh positif dan signifikan

variabel motivasi, disiplin dan komitmen pegawai secara bersama-sama terhadap prestasi kerja

pegawai pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung.

Keywords: motivasi, disiplin, komitmen pegawai, kinerja.

1. PENDAHULUAN

Perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai bagian dari organisasi

dihadapkan pada kenyataan yang kurang mengenakan, dimana sering kita jumpai

adanya pegawai dengan kualitas yang tidak memadai. Kondisi yang menunjukan

bahwa kinerja pegawai pada sebuah perusahaan sedikit mengalami kemunduran, sering

dijumpai para pegawai yang kurang bekerja dengan sungguh-sungguh bahkan terkesan

seadanya, sehingga berpengaruh buruk secara tidak langsung terhadap kinerja

perusahaan secara keseluruhan. Ini tentu saja menjadi dilema bagi manajemen, dimana

seharusnya pegawai merupakan salah satu asset yang sangat penting bagi

keberlangsungan perusahaan.

Kondisi pegawai PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung saat ini

tetap berusaha bekerja sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) perusahaan

yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab kesehariaannya

serta memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Namun tentu saja pada kondisi

tertentu terdapat pegawai yang kurang bersikap profesional dengan berbagai alasan,

yang tentu saja hal tersebut tidak boleh dilakukan oleh para pegawai. Bahwa dalam

kondisi apapun pegawai harus menunjukan kualitas kerja dan dedikasi tinggi terhadap

perusahaan.

Peningkatan prestasi kerja pegawai pada dasarnya terletak pada semangat kerja

yang dimiliki oleh personil yang ada, baik, cukup atau kurangnya semangat kerja

Page 117: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Motivasi, Disiplin Dan Komitmen Pegawai Terhadap Prestasi Kerja

95

personil sangatlah tergantung pada “motivasi” yang dimiliki oleh personil oleh personil

itu sendiri. Menurut Nasrih, M. L. (2010) menjelaskan bahwa motivasi sejati adalah

dorongan kerja yang asalnya dari diri orang itu sendiri, bukan karena tekanan atau bujuk

rayu. Motivasiinilah yang mendorong timbulnya semangat kerja manusia supaya

kemampuan yang dimiliki digunakan secara semaksimal mungkin. Maka dari itu

pemberian motivasi bagi pegawai PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung

perlu diatur dan dibenahi kembali. Jika pimpinan kurang memperhatikan terhadap

pemberian motivasi kepada para pegawai, maka berdampak pada rendahnya prestasi

kerja pegawai. Kurangnya motivasi pegawai tercermin pada turunnya pendapatan

perusahaan di sektor IWKBU (Iuran Wajib Kendaraan Bermotor Umum) yang

merupakan salah satu instrumen pendanaan sesuai dengan UU 33 tahun 1964 jo PP no

17 tahun 1965. Untuk tahun 2015 pendapatan yang dicapai hanya 68,5% dari anggaran

yang telah ditetapkan, sedangkan untuk kecepatan pelayanan santunan secara rata-rata

adalah selama 6,76 hari kerja. Memang hal tersebut masih dibawah batas target yang

ditetapkan perusahaan secara nasional yaitu selama 7 hari kerja. Namun jika

dibandingkan dengan pencapaian tahun 2015 khusus hal kecepatan pelayanan santunan

mengalami penurunan sebesar 0,26 hari kerja (data tercermin dari laporan aktivitas

perbandingan pelayanan 2015-2016 PT. Jasa Raharja Cabang Bangka Belitung). Hal

tersebut banyak disebabkan oleh berbagai faktor, dan salah satunya adalah motivasi

kerja pegawai yang sedikit menurun. Sehingga menurut evaluasi dari Satuan Pengawas

Intern (SPI) bahwa pada periode beberapa bulan tertentu pada tahun 2016, terdapat

kinerja kantor cabang yang dibawah target atau tidak tercapainya target yang telah

ditetapkan, baik dari sektor pendanaan khususnya untuk IWKBU dan Percepatan

Pelayanan Santunan. Kemungkinan besar karena faktor pegawai yang mulai mengendur

motivasinya. Dengan kondisi ini terbuka bagi Kepala Cabang PT Jasa Raharja

(Persero) Cabang Bangka Belitung untuk segera membenahi cara-cara pemberian

motivasi kepada pegawai, agar mereka merasa diperhatikan, tetap bekerja dengan penuh

semangat atau tetap termotivasi bekerja dengan sepenuh hati dan selanjutnya diharapkan

bersedia meningkatkan prestasi kerja.

Menurut Suryanto, E., Hasiolan, L. B., & Fathoni, A. (2010) mengatakan bahwa

kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting, karena semakin baik disiplin

pegawai, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan

yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Pendapat lain

menurut (Rivai, 2006 ), disiplin adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk

berkomunikasi dengan pegawai agar mereka bersedia untuk mengubah suatu prilaku

serta sebagai suatu upaya meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati

semua peraturan perusahaan dan norma-norma yang berlaku. Hal tersebut sedikit

banyaknya tercermin pada prilaku para pegawai PT Jasa Raharja (Persero) Cabang

Bangka Belitung, mereka memiliki sikap disiplin yang baik namun jika dilihat dari

akumulasi penilaian pegawai PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung untuk

semester I dan semester II tahun 2016, yang dilakukan oleh Kepala Cabang. Bloudan Boal dalam (Robbins, 119) mendefinisikan komitmen sebagai suatu

keadaan dalam mana seseorang karyawan memihak padasuatu organisasi tertentu dan

tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannya dalam organisasi tersebut.

Komitmen merupakan keinginan pegawai untuk tetap mempertahankan keanggotaan

dirinya dalam organisasi dan bersedia melakukan usaha yang tinggi bagi pencapaian

tujuan organisasi. Komitmen pegawai dicerminkan oleh kemauan pegawai, kesetiaan

pegawai dan kebanggaan pegawai terhadap organisasi. Pegawai yang memiliki

Page 118: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 94-105

96

komitmen yang tinggi akan menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Dengan

adanya komitmen pegawai ini dapat tercermin dari tingkah laku serta sikap pegawai itu

pada saat dilingkungan perusahaan dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan

kepadanya. Komitmen pegawai dapat berdampak pada baiknya kinerja suatu

perusahaan, dikarenakan adanya dukungan yang baik dari semua unsur elemen

perusahaan yang ada didalamnya terutama pegawai perusahaan itu sendiri. Dengan

tingginya komitmen pegawai tersebut diharapkan berdampak kepada kualitas pekerjaan

para pegawai dan pencapaian target perusahaan sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Apalagi di tahun 2012 ini yang merupakan tahun ke 51 PT Jasa Raharja (Persero)

mengabdi pada masyarakat, dimana manajemen mencanangkan suatu perubahan agar

terciptanya kondisi dimana perusahaan memberikan pelayanan terbaik atau excellent

service kepada masyarakat dengan menggunakan konsep pelayanan “PRIME” (Proaktif,

Ramah, Ikhlas, Mudah dan Empati). Yang pada dasarnya merupakan penajaman sikap

dan prilaku yang harus ditingkatkan dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat

yang mengalami musibah kecelakaan baik darat, laut maupun udara. Hanya saja

sesekali walau telah menunjukan sikap yang profesional namun pegawai acapkali lupa

menunjukan rasa empati sebagai salah satu konsep dari PRIME tersebut, empati dalam

artian bahwa pegawai seyogyanya menempatkan diri merasa sebagai orang yang

mengalami musibah kecelakaan. Dengan keadaan tersebut maka baik manajemen

maupun pimpinan untuk terus memberikan pengarahan kepada seluruh pegawai PT Jasa

Raharja khususnya untuk Cabang Bangka Belitung agar tetap memegang komitmen

untuk bersikap dan bekerja dengan profesional dan mengedepankan konsep PRIME

tersebut dalam bekerja.

Kaitan fungsional antara pemberian motivasi, disiplin kerja dan komitmen

pegawai oleh manajemen maupun pimpinan dapat menggerakan gairah kerja para

pegawai untuk meningkatkan prestasi kerjanya merupakan keadaan yang mengugah

penulis untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Komitmen

Pegawai Terhadap Prestasi Kerja Pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka

Belitung.

1.1. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah Motivasi Kerjaberpengaruh positif dan signifikan terhadap Prestasi kerja pegawaipada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung?

b. Apakah Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Prestasi kerja

pegawaipada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung?

c. Apakah Komitmen Pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap Prestasi kerja pegawaipada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung?

d. Apakah Motivasi kerja, Disiplin kerja dan Komitmen pegawai secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Prestasi kerja pegawai pada PT Jasa

Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung?

1.2. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Motivasi Kerja terhadap Prestasi kerja

pegawaipada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Disiplin Kerja terhadap Prestasi kerja

pegawaipada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung.

Page 119: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Motivasi, Disiplin Dan Komitmen Pegawai Terhadap Prestasi Kerja

97

3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Komitmen pegawai terhadap Prestasi kerja

pegawaipada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung.

4. Mengetahui dan menganalisis variabel Motivasi, Disiplin dan Komitmen Pegawai

secara bersama-sama berpengaruh terhadap Prestasi Kerja pegawaipada PT Jasa

Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung.

2. KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut (Husein Umar, 2004), merupakan

bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur Sumber

Daya Manusia (SDM). Adalah tugas MSDM untuk mengelola unsur manusia secara

baik agar diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Dengan demikian kita

dapat mengelompokan tugas MSDM atas tiga fungsi, yaitu fungsi manajerial:

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Fungsi operasional:

pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan

hubungan kerja. Fungsi ketiga adalah kedudukan MSDM dalam pencapaian tujuan

organisasi perusahaan secara terpadu.

Berdasarkan penjelasan diatas lebih lanjut (Husein Umar, 2004) mengartikan

MSDM sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas

pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan

hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara

terpadu.

2.2. Motivasi Motivasi berasal dari kata latin ”movere” yang berarti dorongan atau daya penggerak

(Hasibuan, 2000). Motivasi hanya diberikan kepada manusia khususnya kepada para

bawahan atau pengikut.Motivasi mempersoalkan bagaimana mendorong gairah kerja

bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuannya

dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan atau organisasi.

Selanjutnya menurut (Siagian, 2001) motivasi dapat didefinisikan sebagai berikut:

“ bahwa keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian

rupa, sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi

dengan efisiensi dan ekonomis.Motivasi diberikan oleh pemimpin kepada semua

karyawan agar mereka mengerjakan tugas-tugasnya yang menjadi tanggung jawabnya

dengan sebaik-baiknya.

Peterson dan Plowman dalam (Manullang,1984), menyebutkan keinginan-

keinginan tersebut, adalah:

1) The desire to live, artinya keinginan untuk hidup merupakan keinginan utama dari

setiap orang sehingga manusia bekerja untuk dapat makan dan minum guna

melanjutkan hidupnya.

2) The desire for posession, artinya keinginan untuk memiliki sesuatu merupakan

keinginan manusia yang kedua dan ini salah satu sebab mengapa manusia mau

bekerja.

3) The desire for power, artinya keinginan akan kekuasaan merupakan keinginan

selangkah diatas keinginan untuk memiliki, mendorong atau mau bekerja.

4) The desire for recognition, keinginan akan pengakuan merupakan jenis terakhir dari

kebutuhan dan juga mendorong orang mau bekerja.

Page 120: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 94-105

98

Dengan demikian setiap pekerja mempunyai motif tertentu dan mengharapkan

kepuasan dari hasil pekerjaannya. Lebih lanjut (Gitosudarmo, 2000) menyatakan bahwa

"Motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang menggerakkan dan

mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu." Sehingga motivasi yang

terdapat pada diri seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada

tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Menurut (Mangkunegara ,2001) “motivasi

adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari

motifnya. Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan

dorongan dalam diri”.

2.3. Disiplin Kerja

Disiplin kerja adalah sikap tingkah laku dan perbuatan sesuai dengan peraturan yang

berlaku didalam organisasi. Pegawai itu mentaati semua peraturan-peraturaan dan

norma-norma yang secara sukarela mematuhinya, pegawai itu melaksanakan

pekerjaannya atau tugasnya bukan karena terpaksa, selalu datang dan pulang tepat

waktu dan tidak suka membolosatau dengan kata lain disiplin adalah kegiatan

manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasi.

Menurut Malayu (S.P. Hasibuan, 2000) mengatakan bahwa kedisiplinan

merupakan fungsi MSDM yang terpenting, karena semakin baik disiplin pegawai,

semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang

baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal.Disiplin yang baik

mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang

diberikan kepadanya.Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja dan terwujudnya

tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.Oleh karena itu setiap manajer selalu

berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik, kedisiplinan adalah

keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan perusahaan dan norma-norma sosial

yang berlaku.

Menurut (Rivai, 2006 ), disiplin adalah suatu alat yang digunakan para manajer

untuk berkomunikasi dengan pegawai agar mereka bersedia untuk mengubah suatu

prilaku serta sebagai suatu upaya meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang

mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Sedangkan menurut (L. Mathis, 2006 ) yang dimaksud dengan disiplin adalah bentuk

pelatihan yang menjalankan peraturan organisasional.

2.4. Komitmen Pegawai Salah satu maksud dan tujuan dari komitmen yang dilakukan antara pemimpin dengan

karyawan adalah agar karyawan mempunyai motivasi yang tinggi terhadap organisasi.

Dengan demikian tujuan organisasi di satu pihak dapat dicapai dan prestasi kerja

karyawan di lain pihak dapat lebih ditingkatkan.

Dalam kaitannya dengan komitmen, Porter dan Smith dalam (Steers, 1991)

mendefinisikan komitmen sebagai sifat hubungan seorang individu dengan organisasi

yang memungkinkan seseorang yang mempunyai komitmen yang tinggi

memperlihatkan (1) keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi yang

bersangkutan; (2) kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan

organisasi tersebut, dan (3) kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai

dan tujuan organisasi.

Kemudian Blou dan Boal dalam (Robbins, 2001) mendefinisikan komitmen

sebagai suatu keadaan dalam mana seseorang karyawan memihak pada suatu organisasi

Page 121: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Motivasi, Disiplin Dan Komitmen Pegawai Terhadap Prestasi Kerja

99

tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannya dalam

organisasi tersebut.Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa komitmen

pegawai/karyawan sebagai suatu sikap yang diambil karyawan/pegawai bagaimanapun

juga akan menentukan perilakunya sebagai perwujudan dari sikap. Konsekuensi

perilaku yang muncul sebagai perwujudan tingginya komitmen pegawai/karyawan pada

organisasi antara lain: rendahnya tingkat pergantian (keluar masuk) pegawai/karyawan,

rendahnya tingkat kemangkiran (absensi), tingginya motivasi kerja, puas terhadap

pekerjaan yang dilaksanakan dan berusaha mencapai prestasi kerja yang tinggi.

2.5. Prestasi Kerja

Penilaian prestasi kerja pada dasarnya merupakan salah satu faktor kunci guna

mengembangkan organisasi secara efektif dan efisien.Dengan mengadakan penilaian

prestasi kerja berarti suatu organisasi telah memanfaatkan sumber daya manusia yang

ada dalam organisasi tersebut dengan baik. Prestasi kerja seorang pegawai/karyawan

pada dasarnya adalah hasil kerja seorang pegawai/karyawan selama periode tertentu

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target atau sasaran yang

telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama.

Menurut (Hasibuan, 2000) prestasi kerja diartikan sebagai hasil kerja yang

dicapai seorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Prestasi kerja

merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang

pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan

tingkat motivasi seorang pekerja.Semakin tinggi ketiga faktor diatas semakin besarlah

prestasi kerja seseorang.Menurut (Husein Umar, 2004) manajemen maupun karyawan

perlu umpan balik tentang hasil kerja mereka. Hasil penilaian prestasi kerja

(performance apprasial) karyawan dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia

dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Hal

ini cukup sejalan dengan pengertian prestasi kerja menurut Siswanto dalam (Saputra,

2007) "prestasi kerja diartikan sebagai hasil akhir yang merumuskan dari pekerjaan

yang dilakukan seseorang dapat dilakukan dengan mengukur atau menilai kinerjannya.

Adapun unsur-unsur yang dinilai adalah kejujuran, tanggung jawab, kerja sama,

kreativitas dan kedisiplinan."

2.6. Kerangka Pikiran

2.6.1. Hubungan antara motivasi dengan prestasi kerja

Tugas pimpinan salah satunya adalah memotivasi para bawahan agar mau bekerja

dengan efektif dan efisien.Motivasi adalah kekuatan, penggerak atau pendorong bagi

para bawahan dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhannya dengan meningkatkan

hasil kerjannya.Jadi hubungan motivasi kerja dengan prestasi kerja pegawai merupakan

sesuatu yang positif, karena kinerja atau prestasi kerja tergantung adanya motivasi kerja,

selain itu ada juga kemapuan kinerja sangat ditentukan oleh interaksi kemampuan dan

motivasi.

PRESTASI KERJA = MOTIVASI x KEMAMPUAN

2.6.2. Hubungan antara disiplin dengan prestasi kerja

Disiplin kerja merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang untuk mentaati semua

peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma yang berlaku, sedangkan prestasi

kerja merupakan proses pelaksanaan kerja pegawai yang indikatornya mengenai

Page 122: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 94-105

100

penguasaan peraturan kualitas dan kuantitas kerja, komunikasi, inisiatif, disiplin kerja,

kecepatan kerja, kerja sama, penggunaan waktu dan kemandirian.Jadi hubungan disiplin

kerja dengan prestasi kerja pegawai adalah sesuatu yang positif, karena prestasi kerja

tertanggung dengan disiplin kerja pegawai, tanpa adanya disiplin kerja maka kinerja

akan menjadi tidak baik.

2.6.3. Hubungan antara komitmen dengan prestasi kerja

Suatu bentuk komitmen bukan hanya bersifat loyalitas pasif, tetapi juga melibatkan

hubungan yang aktif dengan organisasi kerja yang memiliki tujuan memberikan segala

usaha demi keberhasilan organisasi yang bersangkutan. Adanya komitmen atau

keterikatan membantu memberikan sekiranya empat hasil yang berkaitan dengan

efektifitas, pertama: para karyawan yang benar-benar menunjukkan komitmen terhadap

tujuan dan nilai-nilai organisasi kemungkinan yang lebih besar untuk menunjukkan

tingkat partisipasi yang tinggi dalam kegiatan organisasi, kehadiran mereka umumnya

juga sangat tinggi, kedua; karyawan yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki

keinginan yang kuat untuk tetap bekerja agar dapat terus mencapai tujuan yang mereka

inginkan, ketiga; karyawan yang kuat komitmennya akan sepenuhnya melibatkan diri

pada pekerjaan karena pekerjaan tersebut adalah mekanisme kunci dan saluran individu

untuk memberikan sumbangannya bagi pencapaian tujuan organisasi, keempat;

karyawan yang komitmennya tinggi akan bersedia mengerahkan cukup banyak usaha

demi kepentingan organisasi (Robbins, 2001:89).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun kerangka konseptual variabel

penelitian sebagai berikut:

Kerangka Konseptual Penelitian

H1

Gambar

Kerangka Konseptual Penelitian

2.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

a. Diduga motivasi kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi

kerja pegawai (H1).

b. Diduga disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja

pegawai (H2).

Motivasi

Kerja

Disiplin

Kerja Prestasi

Kerja

Komitmen

Pegawai

Page 123: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Motivasi, Disiplin Dan Komitmen Pegawai Terhadap Prestasi Kerja

101

c. Diduga komitmen pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi

kerja pegawai (H3).

d. Diduga motivasi kerja, disiplin kerja dan komitmen pegawai secara bersama-sama

berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja pegawai (H4).

3. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan metode eksplanatif untuk menjelaskan

hubungan kausalitas antara motivasi, disiplin dan komitmen pegawai terhadap prestasi

kerja pegawai PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Bangka Belitung. Untuk menguji

hipotesis yang diajukan, peneliti mengumpulkan data dengan teknik survei.

Terbatas pada kajian manajemen sumber daya manusia dengan kajian aspek

Pegawai PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung, terkait dengan motivasi,

disiplin dan komitmen pegawai dalam usaha meningkatkan prestasi kerja pegawai PT

Jasa Raharja (persero) Cabang Bangka Belitung.

3.1. Populasi dan Sampel Obyek penelitian adalah pegawai yang bekerja pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang

Bangka Belitung. Jumlah populasi yang terdapat dalam obyek penelitian adalah 32

orang. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus, yaitu semua anggota populasi

dijadikan sampel. Hal tersebut sesuai menurut (Purwanto, 2011) dimana jika populasi

objek penelitian kurang dari 100 orang, maka seluruh populasi dijadikan sampel.Maka

jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang sesuai dengan jumlah populasi pada

PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung.

3.2. Variabel Peneltian

Pada penelitian ini terdapat 4 (tiga) variabel utama, yaitu: motivasi kerja, disiplinkerja,

komitmen pegawai dan prestasi kerja pegawai. Motivasi, disiplin dan komitmen

pegawai ditetapkan sebagai variabel independen (X) sedangkan prestasi kerja sebagai

variabel dependen (Y). Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti meliputi: Variabel

bebas (Xi), terdiri dari: X1 = Motivasi , X2 = Disiplin, X3 = Komitmen Pegawai.

Variabel tak bebas(Y) = Prestasi Kerja.

3.3. Analisis Regresi Berganda

Model yang digunakan untuk menganalisis data adalah regresi linier berganda,

digunakan untuk mengetahui pengaruh motivasi, disiplin dan komitmen pegawai secara

simultan terhadap prestasi kerja pegawai.Model regresi linier berganda yang digunakan

dapat dituliskan sebagai berikut (Umar Husein, 2004):

Y = a + b1X1 + b2X2 +b3X3+ e

Dimana:

Y= Prestasi kerja

X1= Motivasi karyawan

X2= Disiplin karyawan

X3= Komitmen karyawan

b1= Koefisien regresi motivasi karyawan

b2= Koefisien regresi disiplin karyawan

b3= Koefisien regresi komitmen karyawan

a = Konstanta

e = Faktor lain yang tidak di teliti

Page 124: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 94-105

102

4. HASIL PENELITIANPENGUJIAN PERSYARATAN ANALISIS

4.1. Persamaan Regresi

Hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan komputer, diperoleh nilai persamaan

regresi linear berganda antara variabel bebas X, yaitu motivasi (X1),disiplin(X2) dan

komitmen pegawai (X3), sedangkan variabel terikat yaitu nilai dari prestasi kerja (Y).

Untuk lebih jelasnya nilai-nilai dari koefisien masing-masing variabel dapat dilihat

dalam tabel berikut ini

Table Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 57.640 16.093 3.582 .001

Motivasi .458 .271 .176 6.949 .000

Disiplin .263 .210 .234 5.253 .000

Komitmen Pegawai .151 .207 .047 5.248 .001

Sumber: Data diolah peneliti

Dari tabel koefisien tersebut di atas, maka nilai persamaan regresi berganda

dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = α0 + b1X1 + b2X2 + b3X3

Y = 57.640 + 0.458 X1 + 0.263 X2 + 0.151 X3

Angka-angka yang terdapat di dalam kurung adalah merupakan besarnya nilai

signifikan dari masing-masing variabel bebas dimana koefisien regresi < α (0,05) berarti

berpengaruh signifikan variabel motivasi (X1),disiplin (X2) dan komitmen pegawai (X3)

nilainya adalah positif, artinya hubungan tersebut dengan prestasi kerja (Y) adalah

searah, sehingga apabila variabel-variabel bebas tersebut mengalami kenaikan, maka

nilai variabel terikat juga akan mengalami kenaikan atau sebaliknya. Sedangkan nilai

intersep dan nilai koefisien dari masing-masing variabel diantaranya motivasi (X1),

disiplin (X2), Komitmen Pegawai (X3) dan prestasi kerja (Y) dalam persamaan tersebut

di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Intersep: 57,640 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel motivasi (X1), disiplin

(X2) dan komitmen pegawai (X3) maka prestasi kerja pegawai pada PT Jasa Raharja

(Persero) Cabang Bangka Belitung adalah 57,640 satuan .

b. Untuk motivasi (X1): 0.458 artinya apabila variabel motivasi meningkat 1 satuanmaka akan meningkatkan prestasi kerja sebesar 0.458 satuan.

c. Untuk disiplin (X2): 0,263 artinya apabila variabel disiplin meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan prestasi kerja (Y) sebesar 0,263 satuan.

d. Untuk komitmen pegawai (X3): 0,151 artinya apabila variabel komitmen pegawai meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan prestasi kerja (Y) sebesar 0,151

satuan.

4.2. Pengaruh Motivasi, Disiplin, Komitmen Pegawai Terhadap Prestasi Kerja

Pegawai Pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung

Page 125: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Motivasi, Disiplin Dan Komitmen Pegawai Terhadap Prestasi Kerja

103

Secara statistik yang diperoleh hasil perhitungan dan pembahasan didapatkan hasil

bahwa secara simultan dan secara parsial variabel motivasi, disiplin dan komitmen

pegawai berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai pada PT Jasa Raharja (Persero)

Cabang Bangka Belitung baik diuji dengan membandingkan F/ttabel dengan F/thitung dan

dengan menuji nilai sig pada output SPSS.

Variabel motivasi, disiplin dan komitmen pegawai berpengaruh terhadap

prestasi kerja pegawai pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung.

Peningkatan motivasi yang tinggi, penegakan disiplin sesuai aturan yang berlaku serta

komitmen pegawai dalam melaksanakan tugas akan meningkatkan prestasi pegawai

pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung.

Secara parsial maupun simultan motivasi, disiplin dan komitmen pegawai

berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang

Bangka Belitung. Hal ini menjelaskan bahwa variabel motivasi, disiplin serta komitmen

pegawai berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai pada PT Jasa Raharja (Persero)

Cabang Bangka Belitung. Secara umum, variabel motivasi, disiplin dan komitmen

pegawai perlu ditingkatkan dalam upaya meningkatkan prestasi kerja pegawai, sehingga

berperan besar dalam pencapaian target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Motivasi, Disiplin

dan Komitmen Pegawai Terhadap Prestasi Kerja pegawai pada PT Jasa Raharja

(Persero) Cabang Bangka Belitung, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel motivasi terhadap prestasi kerja pegawai pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung dengan nilai

thitung (3.670) > ttabel (2.04227) dan koefisien determinasi sebesar 35,1%

b. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel disiplin terhadap prestasi kerja

pegawai Pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung dengan nilai

thitung (5.373) > ttabel (2.04227) dan koefisien determinasi sebesar 24,3%

c. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel komitmen pegawai terhadap prestasi kerja pegawai pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung

dengan nilai thitung (6.287) > ttabel (2.04227) dan koefisien determinasi sebesar

12,4%

d. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel motivasi, disiplin dan komitmen pegawai secara bersama-sama terhadap prestasi kerja pegawai pada PT Jasa

Raharja (Persero) Cabang Bangka Belitung dengan nilai Fhitung (14,907) > Ftabel

(2.950) dan persamaan regresi hubungan antar variabel adalah Y = 57,640 + 0,458

X1 + 0,263 X2 + 0,151X3. Serta nilai koefisien determinasinya sebesar 63,6% dan

sisanya sebesar 36,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan

kedalam penelitian ini yaitu budaya kerja, pelatihan dan kepemimpinan.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Syaifuddin. 2000. Reliabilitas danValiditas. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua.

Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Dessler, Gary. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesepuluh. Jilid 1.

Penerbit PT. Indeks.

Page 126: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 94-105

104

Canggih Pristian, Ridha. 2011. Pengaruh Motivasi dan Disiplin Terhadap Kinerja

Pegawai Pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jepara. Tesis.

Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Gitosudarmo, Indriyo. 2000. Perilaku Keorganisasian. Edisi Pertama. Cetakan Kedua.

Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Handoko. T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi II.

Cetakan Keempat Belas. Jogjakarta: Penerbit BPFE.

Kountur, Ronny. 2007. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Edisi

revisi. Jakarta: Penerbit PPM.

Luthans, S. Fried. 2002. Organization Behaviors. Mc. GrawHil. Japan: International

Book Company.

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2001, Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan,

Cetakan ketiga, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Mathis Robert L dan Johan H. Jackson. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi

4. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Noerhayati, Endah. 2011. Pengaruh Motivasi dan Komitmen Organisasi Terhadap

Kinerja Karyawan pada CV Tirta Makmur Unggaran. Tesis. Program

Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Nawawi, Hadari. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia: Untuk Bisnis Kompetitif.

Cetakan Keempat. Yogyakarta: Penerbit Gajdah Mada University Press.

Nasrih, M. L. (2010). Analisis Hubungan Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja

Karyawan. Membudayakan Etos Kerja Islami, 2(1), 155–180.

Nurgiantoro, Burhan. 2000. Statistik Terapan Untuk Penelitian-Penelitian

Sosial.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press.

Purwanto. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan I. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Ranihusna, Desti. 2007. Pengaruh Motivasi dan Komitmen Organisasi Terhadap

Prestasi Kerja karyawan PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasional IV

Semarang. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Negri Semarang.

Rivai, Veithzak. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan.Cetakan

1. Jakarta: Murai Kencana.

Robbins, Stephen, 2001, Perilaku Organisasi, Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka dan

Benyamin Molan, Jakarta: Penerbit Prenhallindo.

Saputra, Bambang. 2007. Pengaruh Motivasi dan Disiplin Terhadap Prestasi Kerja

Karyawan Pada PT Petrokopindo Cipta Selaras. Tesis. Program Pascasarjana.

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya Jawa Timur.

Sastrodiningrat Soebagio, 1999. Kapita Selecta Manajemen & Kepemimpinan, Jakarta.

Ind-Hill-Co,

Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Edisi Ketiga.

Bandung: C.V. Mandar Maju.

Siagian, SP, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Kesembilan, Jakarta:

PT. Bumi Aksara,

Steers, Richard M and Lyman W. Porter, 1991, Motivation and Work Behavior, New

York: McGraw Hill Book Co.

Sumodiningrat, Gunawan, 1999, Ekonometrika Pengantar, Edisi Pertama, Cetakan

Kelima, Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Suhardi, Suhardi. (2015). Persepsi Pemakai Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Terhadap Independensi Auditor Badan Pemeriksa Keuangan. Jurnal Akuntansi

Universitas Jember, 10 (2), 1-29. doi:10.19184/jauj.v10i2.1249.

Page 127: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh Motivasi, Disiplin Dan Komitmen Pegawai Terhadap Prestasi Kerja

105

Suhardi dan Darus Altin. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Bank BPR Konvensional di

Indonesia Periode 2009 sampai 2012. Pekbis Jurnal. Vol. 5, No.2, Juli 2013: 101-

110.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sujianto Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16. Jakarta: Penerbit Prestasi

Pustaka Publisher

Suryanto, E., Hasiolan, L. B., & Fathoni, A. (2010). Pengaruh Kepuasan Kerja dan

Disiplin Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada C.V. Jaya Motor semarang.

Artikel Fakultas Ekonomi Universitas Pandanaran. Semarang.

Umar, Husein. 2004. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Edisi Revisi.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wijaya Toni, 2011, Cepat Menguasai SPSS 19. Jogjakarta: Penerbit Universitas Atma

Jaya

Winardi. 2000. Kepemimpinan dalam Manajemen, Cetakan ke 2, Jakarta: Rineka Cipta.

Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: teori, aplikasi dan penelitian.

Jakarta: Salemba Empat.

Page 128: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

ISSN: 2443-2164

106

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, BUDAYA

ORGANISASI, LINGKUNGAN KERJA, DAN KETERLIBATAN KARYAWAN

TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) YANG

BERDAMPAK TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK

DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

KABUPATEN BANGKA TENGAH

Eka Rafida Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Tengah

Adrian Radiansyah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pertiba Pangkalpinang

ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya

organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan karyawan, terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB) yang Berdampak pada kinerja pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan metode penelitian survey. Jumlah sampel dan populasi sebanyak 47 orang

dari. Instrumen penelitian ini terdiri dari kuisioner kepemimpnan transformasional, budaya

organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan karyawan terhadap Organization Citizenship

Behavior (OCB) yang berdampak pada kinerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). pengaruh Kepemimpinan Transformasional,

Budaya Organisasi, Lingkungan Kerja, dan Keterlibatan Karyawan, secara simultan terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB), 2) pengaruh Kepemimpinan Transformasional

terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB), 3). pengaruh Budaya Organisasi

terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB), 4). pengaruh Lingkungan Kerja terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB), 5). pengaruh Keterlibatan Karyawan terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB), 6). pengaruh Organizational Citizenship Behavior

(OCB) terhadap Kinerja.

Keywords: Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi, Lingkungan Kerja,

Keterlibatan Karyawan, Organizational Citizenship Behavior (OCB) dan Kinerja

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Pelayanan Publik (secara resmi bernama Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik) adalah Undang-Undang yang

mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas

fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri. Pelayanan publik yang dilakukan oleh

pemerintahan atau korporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi

manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi

kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber

daya alam, memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik.

Dewasa ini pembangunan bidang pemerintahan khususnya dalam rangka

meningkatkan pelayanan masyarakat semakin banyak mendapat sorotan, tidak

terkecuali di Kabupaten Bangka Tengah. Dalam rangka mewujudkan tertib administrasi

kependudukan secara nasional, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada

hakikatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan

status pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa

Page 129: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 106-128

107

penting yang dialami oleh penduduk. Dengan ini Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil bertugas dan berkewajiban memberikan pelayanan Administrasi Kependudukan

yang profesional, memenuhi standar teknologi informasi, dinamis, tertib dan tidak

diskriminatif dalam pencapaian standar pelayanan minimal menuju pelayanan prima

yang menyeluruh untuk mengatasi permasalahan kependudukan.

Dalam mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan

keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan di Kabupaten Bangka Tengah perlu didukung oleh sumber daya yang

tersedia dengan mempraktekkan prinsip-prinsip good governance merupakan prasyarat

bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan

masyarakat dalam rangka mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara.

Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban

yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasil guna, bersih dan

bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme dan tercipta

Pemerintahan Kabupaten Bangka Tengah yang bersih dan mampu menyediakan public

goods and service.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Tengah merupakan

salah satu fasilitator pemerintah daerah dalam hal pelayanan administrasi kependudukan

di wilayah Kabupaten BangkaTengah. Terwujudnya tertib administrasi kependudukan

guna menunjang pembangunan sebagai amanah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006

tentang administrasi kependudukan menjadi acuan dan tujuan utama dalam setiap

kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Bangka Tengah, jumlah personil/pegawai yang ada di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil terhitung sampai dengan per 31 Juli 2015

berjumlah 23 personil Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 24 personil Non PNS (Pegawai

Harian Lepas/PHL), dengan klasifikasi dan kualifikasi sebagaimana dilihat pada tabel

berikut:

Survei awal di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka

Tengah terhadap 10 responden dalam kinerja pegawainya belum menunjukkan kinerja

yang optimal karena penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu, teliti, cermat dan akurat

belum dapat terpenuhi sehingga berpengaruh terhadap pelayanan administrasi

kependudukan kepada masyarakat Bangka Tengah. Hal tersebut terjadi dikarenakan

beberapa permasalahan internal diantaranya adalah rasa ketidakadilan perlakuan dari

pimpinan dalam organisasi, kebijakan dan hubungan pimpinan dengan bawahan,

hubungan yang kurang harmonis antar bidang dimana terdapat perbedaan persepsi dan

kebijakan, kurangnya keterlibatan pegawai dalam fungsi organisasi, sarana dan

prasarana kantor yang kurang memadai sehingga menimbulkan ketidaknyamanan baik

dari segi pegawai maupun masyarakat yang mengurus dokumen, dan berakibat kepada

menurunnya kinerja pegawai, rendahnya kesadaran untuk bekerja secara efektif dan

efisien dimana terjadi tingkat kesalahan yang tinggi dalam pembuatan dokumen,

kurangnya rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan, Standar Operasional Prosedur yang

tidak sesuai.

Sikap negatif dari pegawai dan ego yang besar yaitu tidak bisa menerima sistem

kerja baru yang diterapkan oleh atasan juga dapat menghambat kinerja pelayanan

kepada masyarakat. Kurangnya rasa kebersamaan dan kerjasama tim dalam

penyelesaian pekerjaan juga menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja sehingga

Page 130: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan

karyawan terhadap organizational citizenship behavior

108

pelayanan kepada masyarakat tidak maksimal dan sikap petugas pelayanan menjadi

tidak ramah.

Dalam kaitannya dengan kinerja pegawai, hal tersebut tentunya harus segera

dibenahi agar dapat memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

Permasalahan eksternal yaitu kurangnya kesadaran masyarakat dalam pembuatan

dokumen kependudukan seperti KTP (Kartu Tanda Penduduk), KK (Kartu Keluarga),

dan AKTA dimana masyarakat baru membuat jika dokumen tersebut baru akan

digunakan seperti dalam pengurusan BPJS, nikah, dan bank. Pemasalahan lainnya yaitu

dari segi data, dimana masih banyak ditemukan data ganda dari penduduk sehingga hal

tersebut dapat menghambat pengurusan dokumen bagi masyarakat dan juga jumlah data

kependudukan menjadi tidak akurat. Minimnya pengetahuan masyarakat terkait

persyaratan dalam pembuatan dokumen kependudukan juga merupakan permasalahan

karena masyarakat sering menyalahkan pelayanan dari Dinas, padahal kesadaran dari

masyarakat sendirilah yang kurang sehingga berpengaruh besar terhadap pelayanan.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka

Tengah dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi,

Lingkungan Kerja, dan Keterlibatan Karyawan Terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB) Yang Berdampak Terhadap Kinerja Pelayanan Publik Di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Tengah.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah di

atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi,

Lingkungan Kerja, dan Keterlibatan Karyawan, secara simultan terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB)?

2. Bagaimanakah pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB) di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Tengah?

3. Bagaimanakah pengaruh Budaya Organisasi terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka

Tengah?

4. Bagaimanakah pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka

Tengah?

5. Bagaimanakah pengaruh Keterlibatan Karyawan terhadap Organizational

Citizenship Behavior (OCB) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Bangka Tengah?

6. Bagaimanakah pengaruh Organizational Citizenship Behavior (OCB) terhadap

Kinerja pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka

Tengah?

II. KAJIAN TEORITIK

2.1. Kepemimpinan Transformasional

Robbins dan Judge (2011: 90) mengemukakan Kepemimpinan Transformasional

menginspirasi para pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka

demi kebaikan organisasi dan mereka mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada

Page 131: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 106-128

109

diri para pengikutnya. Hughes et al. menyatakan (2012:542) bahwa pemimpin

transformasional memiliki visi, keahlian retorika, dan pengelolaan kesan yang baik dan

menggunakannya untuk mengembangkan ikatan emosional yang kuat dengan

pengikutnya, sehingga mendorong tergugahnya emosi pengikut serta kesediaan mereka

untuk bekerja mewujudkan visi sang pemimpin.

Yukl dalam Rahmi (2013:23) mengemukakan bahwa para pemimpin

transformasional membuat para pengikut menjadi lebih menyadari kepentingan dan

nilai dari pekerjaan dan membujuk pengikut untuk tidak mendahulukan kepentingan diri

sendiri demi organisasi.Para pemimpin mengembangkan keterampilan dan keyakinan

pengikut untuk menyiapkan mereka mendapatkan tanggung jawab yang lebih banyak

dalam sebuah organisasi yang memberikan wewenang. Para pemimpin memberikan

dukungan dan dorongan saat diperlukan untuk mempertahankanantusiasme dan upaya

menghadapi halangan, kesulitan dan kelelahan. Dengankepemimpinan transformasional,

para pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan

terhadap pemimpin, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang

awalnya diharapkan dari mereka.

Kepemimpinan Transformasional didefinisikan sebagai kepemimpinan yang

melibatkan perubahan dalam organisasi. Nawawi dalam Mulia (2014:40).

Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang lebih menekankan

pada kegiatan pemberdayaan (empowerment) melalui peningkatan konsep diri

bawahan/anggota organisasi yang positif. Wibowo (2015:301) menyatakan bahwa

kepemimpinan transformasional adalah perspektif kepemimpinan yang menjelaskan

bagaimana pemimpin mengubah tim atau organisasi dengan menciptakan,

mengomunikasikan dan membuat model visi untuk organisasi atau unit kerja dan

memberi inspirasi pekerja untuk berusaha mencapai visi tersebut. Adapun dimensi

Kepemimpinan Transformasional menurut Bass dalam Wibowo adalah: Charisma,

inspiration, intellectual stimulation (stimulasi intelektual), dan individualized

consideration (pertimbangan individual).

2.2. Budaya Organisasi

Budaya Organisasi adalah “The set of shared values and norms that controls

organizational members interactions with each other and with suppliers, customers and

other people outside the organization” (Set nilai-nilai dan norma-norma bersama yang

mengontrol interaksi anggota organisasi satu sama lain dan dengan pemasok, pelanggan

dan orang-orang lain di luar organisasi) (Jones, 2010). Wibowo (2011) mengatakan

budaya organisasi adalah filosofi dasar organisasi yang memuat keyakinan, norma-

norma dan cara melakukan sesuatu dalam organisasi.

Gibson (2012:31) menyatakan budaya organisasi adalah “What the employees

perceive and how this perception creates a pattern of beliefs, values and expectations”

(Cara pandang karyawan dan bagaimana cara pandang tersebut menciptakan keyakinan,

nilai dan harapan). Robbins and Coulter (2013:80) dalam bukunya menyatakan bahwa

budaya organisasi adalah “Shared values, principles, traditions, and ways of doing

things that influence the way organizational member act”(Nilai, prinsip tradisi bersama

dan cara melakukan sesuatu yang mempengaruhi cara anggota organisasi bertindak).

Adapun dimensi dari Budaya Organisasi menurut Robbins dan Coulter (2013:80)

adalah: detail, berorientasi kepada hasil, berorientasi kepada orang lain, berorientasi

kepada tim, agresif, stabil, berinovasi dan berani mengambil resiko. Mc Shane dan

Glinow dalam Sumual (2015:3), budaya organisasi adalah “Consists of the values and

Page 132: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan

karyawan terhadap organizational citizenship behavior

110

assumptions shared within an organization” (Terdiri dari nilai-nilai dan asumsi bersama

dalam sebuah organisasi).

2.3. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja fisik menurut Sedarmayanti (2009:31) adalah semua keadaan

berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi

karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sedangkan lingkungan

kerja nonfisik adalah semua keadaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja,

baik hubungan dengan atasan maupun dengan rekan kerja, ataupun hubungan dengan

bawahan. Adapun dimensi dari lingkungan kerja menurut Sedarmayanti (2009:31)

adalah: lingkungan fisik dan non fisik seperti yang telah dijelaskan diatas.

Lingkungan Kerja seperti yang dinyatakan oleh Ahyari dalam Soentoro (2013:2)

bahwa lingkungan kerja adalah berkaitan dengan segala sesuatu yang berada disekitar

pekerjaan dan yang dapat mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugasnya .

Nitisemito dalam Kakinsale, dkk (2015:901) mengemukakan lingkungan kerja adalah

segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya

dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankannya.

Lingkungan kerja adalah suasana dimana karyawan melakukan aktivitas setiap

harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan

karyawan untuk dapat bekerja optimal. Jika karyawan menyenangi lingkungan kerja

dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan betah ditempat kerjanya, melakukan

aktivitasnya sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif. Menurut Sutrisno dalam

Manaf dkk (2015:83) lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana yang

ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi

pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja meliputi: tempat bekerja, fasilitas dan alat

bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan, termasuk juga hubungan kerja

antara orang-orang yang ada di tempat tersebut.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah

segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja/karyawan yang dapat mempengaruhi

kepuasan kerja karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga akan diperoleh

hasil kerja yang maksimal, dimana dalam lingkungan kerja tersebut terdapat fasilitas

kerja yang mendukung karyawan dalam penyelesaian tugas yang dibebankan kepada

karyawan guna meningkatkan kerja karyawan dalam suatu perusahaan.

2.4. Keterlibatan Karyawan

Federman dalam Mangundjaya (2012:187) mendefinisikan “Employee engagement is

the degree to which people commit to an organization and the impact that commitment

has on how profoundly they perform and their length of tenure” (Keterlibatan karyawan

adalah sejauh mana orang berkomitmen untuk organisasi dan dampak bahwa komitmen

memiliki tentang cara mendalam mereka melakukan dan panjangnya masa jabatan).

Galuup dalam Arsawan dan Wirga (2012:194) menyatakan keterlibatan karyawan

sebagai keterlibatan dengan dan antusiasme untuk bekerja. Robbins and Coulter

(2013:403) mendefinisikan keterlibatan karyawan adalah “Employees to be connected

to, satisfied with and enthusiastic about their jobs” (Karyawan merasa terhubung, puas

dan antusias dengan pekerjaan mereka). Dimensi dari keterlibatan karyawan menurut

Robbins and Coulter (2013:406) adalah: penghargaan, jenis pekerjaan, keseimbangan

dalam pekerjaan, pelayanan yang baik, gaji layak, rekan kerja, keuntungan, potensi

karir, pelatihan dan pengembangan, serta jam kerja yang fleksibel.

Page 133: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 106-128

111

Karyawan dengan keterlibatan yang tinggi bersemangat dan secara mendalam

terhubung dengan pekerjaannya. Karyawan dengan keterlibatan yang rendah pada

dasarnya akan keluar dan tidak perduli. Mereka masuk bekerja tetapi tidak mempunyai

gairah dalam pekerjaan. MacLeod and Clarke dalam Truss, et.al (2013:2659) dalam

laporannya kepada pemerintah Inggris mendefinisikan keterlibatan adalah “A workplace

approach designed to ensure that employees are committed to their organisation’s

goals and values, motivated to contribute to organisational success, and are able at the

same time to enhance their own sense of well-being” (Pendekatan tempat kerja yang

dirancang untuk memastikan bahwa karyawan berkomitmen untuk tujuan dan nilai-nilai

organisasi mereka, termotivasi untuk memberikan kontribusi bagi keberhasilan

organisasi, dan mampu pada saat yang sama untuk meningkatkan rasa kesejahteraan

mereka sendiri).

Definisi tersebut menyarankan bahwa keterlibatan bisa mempunyai berbagai arti,

dan bukan hanya pernyataan positif dari pikiran, seperti yang juga dinyatakan oleh

Shuck dan Wollard dalam Gupta dan Sharma (2015:1282) keterlibatan karyawan adalah

“An individual’s employee cognitive, emotional and behavioural state towards the

organization desired outcomes” (Perilaku kognitif individu, emosional dan pernyataan

perilaku terhadap organisasi yang menginginkan keluaran).

2.5. Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Golparvar dan Javadian (2012:1) menyatakan: “OCB is defined as those extra role

behaviors which go above and beyond the routine duties prescribed by job

descriptions”. Pendapat ini mengungkapkan bahwa OCB adalah perilaku ekstra peran

yang mampu diperankan oleh karyawan, dimana karyawan bekerja tidak hanya terbatas

pada deskripsi tugas semata. Robbins and Coulter (2013:401) menyatakan

Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah “Discretionary behavior that is not

part of an employee’s formal job requirements, but which promotes the effective

functioning of the organization” (Perilaku tidak biasa yang bukan merupakan bagian

dari pekerjaan, tetapi mempunyai fungsi yang efektif bagi organisasi).

Organ dalam Darto (2014:13) mendefinisikan OCB sebagai perilaku individu

yang bebas, tidak berkaitan secara langsung atau eksplisit dengan sistem reward dan

bisa meningkatkan fungsi efektifitas organisasi. Adapun dimensi OCB seperti yang

dinyatakan oleh Organ dalam Darto (2014:13) adalah: altruism, conscientinousness,

sportsmanship, civic virtue, dan courtesy. Pengertian OCB menurut Turnley dan

Bloodgood dalam Lubis (2015:75) adalah perilaku karyawan yang bersedia bekerja

melebihi peran atau tugas yang diwajibkan dan tidak secara langsung diakui oleh system

reward. Peran atau tugas seorang karyawan telah digariskan secara formal pada job

description. Selanjutnya kinerja karyawan tersebut didasarkan pada sejauh mana ia

mampu melaksanakan tugas sesuai dengan job description tadi.

Dalam keadaan normal, barangkali bila semua karyawan telah maksimal bekerja

sesuai dengan job description maka kinerja organisasi akan maksimal pula. Namun

dalam kenyataan tidak selalu kondisi normal itu berjalan sebagaimana mestinya. Ada

saja masalah yang terjadi seperti karyawan berhalangan karena sebab-sebab tertentu.

Bila terjadi gangguan pada kinerja seseorang karyawan didalam sebuah team work,

maka agar system pekerjaan secara keseluruhan tidak terganggu diperlukan kesediaan

karyawan lainnya untuk berperan ekstra mengambil alih pekerjaan demi

terselesaikannya tugas-tugas secara keseluruhan. Peran ektra ini berada diluar job

Page 134: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan

karyawan terhadap organizational citizenship behavior

112

description-nya. Kontribusi seorang karyawan yang diluar diskripsi kerjanya inilah yang

disebut Organizational Citizenship Behavior.

Organisasi akan dapat menghasilkan kinerja dengan baik bilamana terdapat suatu

kelaziman dimana karyawan tidak hanya melakukan tugas pokoknya saja, namun juga

mau melakukan tugas-tugas ekstra seperti mau bekerja sama, tolong menolong,

memberikan saran sesama karyawan, berpartisipasi aktif, memberikan pelayanan ektra

dan mau menggunakan waktu kerja secara efektif. Jika diuraikan kembali, berbagai

pengertian tentang OCB yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut: Pertama; OCB merupakan perilaku yang tergolong bebas tidak sesuai dengan

tugas formal yang ditetapkan organisasi, bersifat sukarela, tidak untuk kepentingan diri

sendiri, bukan tindakan yang terpaksa dan mengedepankan pihak lain (rekan kerja,

lembaga atau organisasi). Kedua; OCB merupakan perilaku individu sebagai wujud dari

kepuasan berdasarkan performance, (kinerja) dan tidak diperintahkan secara formal

namun manfaatnya sangat penting bagi efektifitas pencapaian tujuan organisasi. Ketiga ;

OCB tidak berkaitan secara langsung dengan kompensas atau sistem reward formal

karena karakteristik perilakunya yang voluntir atau sukarela.

2.6. Kinerja

Mangkunegara (2012:97) mengatakan bahwa istilah kinerja berasal dari kata ”job

performance” atau ”actual performance” yaitu unjuk kerja atau prestasi sesungguhnya

yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggungjawab

yang diberikan kepadanya. Kinerja menurut Armstrong dan Baron dalam Sofyan

(2013:3) adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan

tersebut, kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara

mengerjakannya. Proses yang dilakukan, khususnya mengenai bagaimana proses

pekerjaan tersebut dilakukan agar mencapai pada hasil yang diharapkan, dapat

dituangkan dalam suatu konsep manajemen kinerja yang mengarah pada pencapaian

tujuan suatu organisasinya.

Mahmudi dalam Manaf, dkk (2015:81) mengemukakan Kinerja adalah hasil

pencapaian tujuan-tujuan strategi organisasi, kepuasan masyarakat dan kontribusi bagi

kemajuan ekonomi. Hughes,et.al dalam Sumual (2015:1) kinerja atau performance

“Concerns those behaviors directed toward the organizations’s mission or goals or

products and services resulting from those behaviors” (Memperhatikan perilaku secara

langsung melalui misi atau tujuan organisasi atau produk dan layanan sebagai hasil dari

perilaku tersebut).

Kinerja (performance) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak

dilakukan oleh karyawan. Dimensi kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan

pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut: kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu.

Mathis dan Jackson dalam Fitrianasari dkk (2015:15)

Berdasarkan pengertian kinerja dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat

ditafsirkan bahwa kinerja pegawai erat kaitannya dengan hasil pekerjaan seseorang

dalam suatu organisasi, hasil pekerjaan tersebut dapat menyangkut kualitas, kuantitas,

dan ketepatan waktu. Kinerja pegawai tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dan

keahlian dalam bekerja, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh semangat kerjanya.

2.7. Pelayanan Publik Pelayanan Masyarakat (publik) adalah segala bentuk pelayanan sektor publik yang

dilayani aparat pemerintah, pelaku bisnis swasta dalam bentuk barang dan jasa, karena

Page 135: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 106-128

113

sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Mahmudi (2010: 228) menyatakan bahwa prinsip-prinsip pelayanan publik tersebut,

terdiri dari “kesederhanaan prosedur, kejelasan, kepastian waktu, akurasi produk

pelayanan publik, kelengkapan sarana dan prasarana, keamanan, tanggung jawab,

kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, serta kenyamanan”.

Dengan mengacu pada prinsip-prinsip pelayanan tersebut, maka pemberian

pelayanan kepada publik sebagai pengguna jasa layanan dimaksud dapat berjalan secara

optimal dan terciptanya pelayanan prima sesuai dengan tujuan dari organisasi publik

pada umumnya, yaitu dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan

pengguna jasa layanan secara optimal.

Sinambela dalam Pasolong (2013:128) mendefinisikan Pelayanan Publik sebagai

setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang

memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan,

dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara

fisik. Prinsip pelayanan publik yang dinyatakan Moenir dalam Sofyan (2013:5)

meliputi: penetapan standar pelayanan, terbuka, memperlakukan seluruh masyarakat

sebagai pelanggan secara adil, mempermudah akses kepada seluruh masyarakat,

membenarkan sesuatu hal dalam proses pelayanan ketika hal tersebut menyimpang,

menggunakan semua sumber-sumber yang digunakan untuk melayani masyarakat

pelanggan secara efisien dan efektif dan selalu mencari pembaharuan dan

mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan.

Menetapkan standar pelayanan, dalam hal ini standar tidak hanya menyangkut

standar atas produk pelayanan, tetapi juga standar prosedur pelayanan dalam kaitan

dengan pemberian pelayanan yang berkualitas standar pelayanan akandapat menunjukan

kinerja terhadap pelayanan publik. Kurniawan dalam Aryani (2014:1013) mengatakan

bahwa pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain

atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan

pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

2.7. Kerangka Teoritik

A. Kepemimpinan Transformasional dan Organizational Citizenship Behavior

(OCB)

Organizational Citizenship Behavior (OCB) dilihat secara luas sebagai faktor yang

memberikan sumbangan pada hasil kerja organisasi secara keseluruhan. Pemimpin

memainkan peran penting dalam mendorong pencapaian OCB dengan cara

meningkatkan sikap positif karyawan (misalnya: melalui komitmen organisasi, keadilan,

dan kepuasan kerja).

Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan kontribusi individu yang

mendalam melebihi tuntutan peran ditempat kerja dan di-reward oleh perolehan kinerja

tugas. OCB ini melibatkan beberapa perilaku meliputi: perilaku menolong orang lain,

menjadi volunteer untuk tugas-tugas ekstra, patuh terhadap aturan-aturan dan prosedur-

prosedur ditempat kerja. Perilaku-perilaku ini menggambarkan "nilai tambah karyawan"

dan merupakan salah satu bentuk perilaku pro-sosial, yaitu perilaku sosial yang positif,

konstruktif dan bermakna membantu.

Tugas-tugas pimpinan akan menjadi lebih ringan jika terdapat karyawan-

karyawan dengan OCB tinggi, sehingga konsekuensinya akan meningkatkan

produktivitas dan kesuksesan dirinya.Selanjutnya, tindakan pimpinan akan sangat

berpengaruh terhadap perilaku dimana pola-pola kebiasaan yang telah diciptakan bisa

Page 136: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan

karyawan terhadap organizational citizenship behavior

114

diterima maupun ditolak oleh pegawai atau anggota organisasi yang ada. Dalam

pengertian lain bahwa bentuk sosialisasi akan tergantung kesuksesan yang dicapai

dalam menerapkan nilai-nilai dalam proses kinerja. Dalam penelitian Lembono (2013)

Kepemimpinan Transformasional berpengaruh signifikan dan positif terhadap

organizational citizenship behavior (OCB). Hal ini berarti bahwa kepemimpinan

transformasional yang tinggi dapat meningkatkan Organizational Citizenship Behavior

(OCB) karyawan.

B. Budaya Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) Budaya Organisasi memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku Sumber

Daya Manusia (SDM) yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk

menghadapi berbagai tantangan dimasa yang akan datang. Manfaat dari penerapan

budaya organisasi yang baik adalah dapat meningkatkanjiwa gotong royong,

meningkatkan kebersamaan saling terbuka satu sama lain, meningkatkan jiwa

kekeluargaan, meningkatkan rasa kekeluargaan, membangun komunikasi yang lebih

baik, meningkatkan produktivitas kerja, tanggap dengan perkembangan dunia luar, dan

lain sebagainya, yang sebagian besar merupakan bagian dari Organizational Citizenship

Behavior (OCB).Semakin positif pegawai dalam menilai budayaorganisasi dan semakin

terlibat ia dalam organisasi yang ada di instansinya, maka kecenderungannya

Organizational Citizenship Behavior (OCB) akan meningkat pula. Untuk mewujudkan

terlaksananya budaya organisasi yang ada di instansi, sangat diperlukan dukungan dan

partisipasi dari seluruh pegawai yang ada dalam lingkup organisasi tersebut. Adanya

persepsi pegawai mengenai kenyataan terhadapbudaya organisasi menjadi dasar

pegawai tersebut berperilaku.

Penelitian yang dilakukan Oemar (2013) menyatakan bahwa budaya organisasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior

(OCB) pegawai pada Bappeda Kota Pekanbaru. Pengaruh positif dan signifikan ini

memberi arti bahwa apabila budaya organisasi berjalan sangat baik atau meningkat

maka Organizational Citizenship Behavior (OCB) pegawai di lingkungan Bappeda

Kota Pekanbaru juga mengalami kecenderungan peningkatan. Demikian pula

sebaliknya, bila budaya organisasi tidak berjalan dengan baik atau mengalami

penurunan, maka kecenderungan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pegawai

juga mengalami penurunan.

C. Lingkungan Kerja dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) Lingkungan Kerja menciptakan kenyamanan tinggi bagi karyawan. Kenyamanan yang

tercipta dari lingkungan kerja ini berpengaruh terhadap keseriusan karyawan dalam

bekerja sehingga mendorong karyawan untuk bisa bekerja lebih baik karena dukungan

lingkungan. Dengan adanya lingkungan kerja yangmemadai tentunya akan membuat

karyawan betah bekerja, sehingga akan timbul semangat kerja dan kegairahan

kerjakaryawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini tentunya sangat berpengaruh

juga terhadap OrganizationalCitizenship Behavior (OCB).

D. Keterlibatan Karyawan dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) Keterlibatan Karyawan secara positif berpengaruh terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB) karena karyawan yang mempunyai keterlibatan terhadap pekerjaannya

bukan hanya mampu menyelesaikan pekerjaan sehari-hari tetapi juga mempunyai kerja

ekstra untuk melakukan aktivitas melebihi tuntutan peran. Dalam penelitian yang

Page 137: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 106-128

115

dilakukan Anusha Sridhar dan Dr. T. Thiruvenkadam (2014) keterlibatan karyawan

mempunyai pengaruh signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB).

Hasil penelitiannya menyarankan bahwa suatu organisasi dapat membangun

Organizational Citizenship Behavior (OCB) dengan berfokus kepada keterlibatan

karyawan.

E. Organizational Citizenship Behavior (OCB) dan Kinerja Secara sederhana, OCB dapat berbentuk karyawan yang membantu memecahkan

permasalahan orang lain yang diluar kewenangan dan tanggungjawab pekerjaannya.

Sebagai contoh, karyawan yang secara aktif berpartisipasi dalam pertemuan tim ketika

membicarakan perbaikan dan pembenahan pekerjaan, atau karyawan senior (telah

berpengalaman) yang memberikan pelatihan kepada karyawan baru diluar jam kerjanya.

Perilaku-perilaku tersebut secara normatif dapat berkontribusi pada peningkatan kinerja

baik secara teamwork maupun organisasional.

Aktivitas menolong rekan kerja lain akan mempercepat penyelesaian tugas rekan

kerjanya, dan pada gilirannya meningkatkan produktivitas kinerja rekan tersebut.

Seiring dengan berjalannya waktu, karyawan dapat saling tolong menolong dalam

menyelesaikan masalah dalam pekerjaannya sehingga tidak mengganggu kinerjanya.

Perilaku membantu yang ditunjukkan karyawan akan berkontribusi meningkatkan ki-

nerja karyawan. Sebagai contoh: karyawan lama yang membantu karyawan baru dalam

pelatihan dan melakukan orientasi kerja akan membantu organisasi mengurangi biaya

untuk keperluan tersebut. Selain itu, dapat juga membantu karyawan baru untuk cepat

mencapai target kinerja yang sudah ditentukan oleh Organisasi.

Hasil analisis dan pembahasan diatas menunjukkan bahwa OCB mampu

meningkatkan kinerja karyawan. Hal ini mengindikasikan, bahwa karyawan telah

membentuk perilaku OCB dalam dirinya, dapat dilihat dari sikap karyawan yang

berperilaku menggantikan orang lain dalam bekerja, berperilaku melebihi persyaratan

minimal, kemauan bertoleransi, terlibat dalam fungsi organisasi dan dapat menyimpan

informasi.

F. Hubungan antara Kinerja dengan Pelayanan Publik Instansi penyedia pelayanan publik dalam memberikan pelayanan harus memperhatikan

prinsip-prinsip pelayanan publik, menurut Mahmudi (2010:228) bahwa prinsip-prinsip

pelayanan publik tersebut, terdiri dari: kesederhanaan prosedur, kejelasan, kepastian

waktu, akurasi produk pelayanan publik, kelengkapan sarana dan prasarana, keamanan,

tanggungjawab, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, serta

kenyamanan. Kinerja pegawai erat kaitannya dengan hasil pekerjaan seseorang dalam

suatu organisasi, hasil pekerjaan tersebut dapat menyangkut kualitas, kuantitas, dan

ketepatan waktu dan berpengaruh terhadap pelayanan publik, dengan mengacu pada

prinsip-prinsip pelayanan tersebut, kinerja sangatlah penting dalam pemberian

pelayanankepada publik sebagai pengguna jasa layanan dimaksud dapat berjalan secara

optimal dan terciptanya pelayanan prima sesuai dengan tujuan dari organisasi.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi,

Lingkungan Kerja, dan Keterlibatan Karyawan secara simultan terhadap

Page 138: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan

karyawan terhadap organizational citizenship behavior

116

Organizational Citizenship Behavior (OCB) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Bangka Tengah.

2. Terdapat pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Organizational

Citizenship Behavior (OCB) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Bangka Tengah.

3. Terdapat pengaruh Budaya Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior

(OCB) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Tengah.

4. Terdapat pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Organizational Citizenship Behavior

(OCB) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Tengah.

5. Terdapat pengaruh Keterlibatan Karyawan terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka

Tengah.

6. Terdapat pengaruh Organizational Citizenship Behavior (OCB) terhadap Kinerja

Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka

Tengah.

Model Hipotesis Penelitian Ket:

X1 = Kepemimpinan Tranaformasional

X2 = Budaya Organisasi

X3 = Lingkungan Kerja

X4 = Keterlibatan Karyawan

Y = Organizational Citizenship Behavior

(OCB)

Z = Kinerja

III. METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan penelitian ini, tujuan umum penelitian ini adalah

memperoleh data empiris mengenai variabel yang berhubungan dengan Kepemimpinan

Transformarsional, Budaya Organisasi, Lingkungan Kerja, Keterlibatan karyawan,

Organizational Citizenship Behavior (OCB) dan kinerja, secara khusus tujuan

X4

X1

Y KINERJA

X2

X3

Z

Page 139: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 106-128

117

penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh Budaya Organisasi, Lingkungan

Kerja, dan Keterlibatan Karyawan secara simultan terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB), (2) pengaruh pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB), (3) pengaruh Budaya Organisasi terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB), (4) pengaruh Lingkungan Kerja terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB), dan (5) pengaruh Keterlibatan Karyawan

terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB), (6) pengaruh Organizational

Citizenship Behavior (OCB) terhadap Kinerja

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan metode analisa regresi linier

berganda yang dilakukan untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar

variabel dan digunakan bertujuan memeriksa dan membenarkan model struktural dan

model pengukuran dalam bentuk diagram yang berdasarkan teori.

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh pegawai Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Bangka Tengah yang berjumlah 47 orang yang sekaligus sebagai sampel

karena jumlahnya dibawah 100 orang. Instrumen penelitian untuk mengumpulkan

informasi yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

kuesioner. Kuesioner yang digunakan untuk variabel Kepemimpinan Transformasional,

Budaya Organisasi, Lingkungan Kerja, Keterlibatan karyawan, Organizational

Citizenship Behavior (OCB) dan Kinerja. Instrumen yang digunakan terlebih dahulu

diujicobakan kepada 120 orang tutor. Kuisioner didisain dalam bentuk dalam bentuk

skala peringkat berupa pernyataan-pernyataan yang diajukan dilengkapi dengan

alternatif jawaban dengan bobot peringkat sebagai berikut; 5 = sangat setuju, 4 = setuju,

3 = netral, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Pengujian instrumen dilakukan

untuk melihat tingkat keabsahan (validity) digunakan rumus korelasi Pearson Product

Moment.sedangkan keandalan (reability) digunakan rumus Alpha Cronbach.

IV. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

4.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar

pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Uji validitas sebaiknya dilakukan pada

setiap butir pertanyaan di uji validitasnya. Hasil r hitung kita bandingkan dengan r tabel

dimana df = n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka valid (Sujarweni: 108). Untuk

pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap

butir dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir. Syarat minimum untuk

dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3”. Jadi kalau korelasi antara butir dengan

skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Bila koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih (paling kecil 0,3). Maka butir

instrumen dinyatakan valid (Sugiyono, 2014: 187-189).

a. Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Transformasional (X1)

Variabel X1 diukur melalui butir pertanyaan 1 sampai 15 dengan menggunakan bantuan

program SPSS versi 20, dan hasil yang diperoleh sebagaimana dalam Tabel 4.2

Page 140: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan

karyawan terhadap organizational citizenship behavior

118

Tabel 4.2

Uji Validitas Untuk Variabel Kepemimpinan Transformasional (X1)

Sumber: Diolah Peneliti, 2015

Dari pengolahan data sebanyak 46 responden melalui penyebaran kuisioner, diperoleh

hasil bahwa seluruh butir pertanyaan pada variabel kepemimpinan transformasional

(X1) dinyatakan valid karena r hitung > r tabel dan lebih besar dari 0,3. Maka seluruh butir

pertanyaan tersebut dapat digunakan dalam penelitian.

b. Uji Validitas Variabel Budaya Organisasi (X2)

Variabel X2 diukur melalui butir pertanyaan 1 sampai 7 dengan menggunakan bantuan

program SPSS versi 20, dan hasil yang diperoleh sebagaimana dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3

Uji Validitas Untuk Variabel

Budaya Organisasi (X2)

Sumber: Diolah Peneliti, 2015

Dari pengolahan data sebanyak 46 responden melalui penyebaran kuisioner, diperoleh

hasil bahwa seluruh butir pertanyaan pada variabel budaya organisasi (X2) dinyatakan

valid karena r hitung > r tabel dan lebih besar dari 0,3. Maka seluruh butir pertanyaan

tersebut dapat digunakan dalam penelitian.

c. Uji Validitas Variabel Lingkungan Kerja (X3)

Variabel X3 diukur melalui butir pertanyaan 1 sampai 13 dengan menggunakan bantuan

program SPSS versi 20, dan hasil yang diperoleh sebagaimana dalam Tabel 4.4.

Variabel No Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

Kepemimpinan

Transformasional

(X1)

46 responden

1 ,582 ,300 Valid

2 ,605 ,300 Valid

3 ,605 ,300 Valid

4 ,653 ,300 Valid

5 ,494 ,300 Valid

6 ,665 ,300 Valid

7 ,511 ,300 Valid

8 ,683 ,300 Valid

9 ,631 ,300 Valid

10 ,655 ,300 Valid

11 ,743 ,300 Valid

12 ,565 ,300 Valid

13 ,767 ,300 Valid

14 ,560 ,300 Valid

15 ,551 ,300 Valid

Variabel No

Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

Budaya

Organisasi

(X2)

46 responden

1 ,595 ,300 Valid

2 ,665 ,300 Valid

3 ,595 ,300 Valid

4 ,499 ,300 Valid

5 ,828 ,300 Valid

6 ,779 ,300 Valid

7 ,619 ,300 Valid

Page 141: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 106-128

119

Tabel 4.4

Uji Validitas Untuk Variabel

Lingkungan Kerja (X3)

Variabel No

Pertanyaan r-hitung

r-

tabel Keterangan

Lingkungan

Kerja (X3)

46 responden

1 ,570 ,300 Valid

2 ,714 ,300 Valid

3 ,556 ,300 Valid

4 ,593 ,300 Valid

5 ,856 ,300 Valid

6 ,836 ,300 Valid

7 ,862 ,300 Valid

8 ,771 ,300 Valid

9 ,639 ,300 Valid

10 ,664 ,300 Valid

11 ,732 ,300 Valid

12 ,639 ,300 Valid

13 ,664 ,300 Valid

Sumber: Diolah Peneliti, 2015

Dari pengolahan data sebanyak 46 responden melalui penyebaran kuisioner, diperoleh

hasil bahwa seluruh butir pertanyaan pada variabel Lingkungan Kerja (X3) dinyatakan

valid karena r hitung > r tabel dan lebih besar dari 0,3. Maka seluruh butir pertanyaan

tersebut dapat digunakan dalam penelitian.

d. Uji Validitas Variabel Keterlibatan Karyawan (X4)

Variabel X4 diukur melalui butir pertanyaan 1 sampai 13 dengan menggunakan bantuan

program SPSS versi 20, dan hasil yang diperoleh sebagaimana dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5

Uji Validitas Untuk Variabel

Keterlibatan Karyawan (X4)

Variabel No

Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

Keterlibatan

Karyawan

(X4)

46 responden

1 ,887 ,300 Valid

2 ,884 ,300 Valid

3 ,860 ,300 Valid

4 ,721 ,300 Valid

5 ,913 ,300 Valid

6 ,780 ,300 Valid

7 ,881 ,300 Valid

8 ,737 ,300 Valid

9 ,648 ,300 Valid

10 ,664 ,300 Valid

Sumber: Diolah Peneliti, 2015

Dari pengolahan data sebanyak 46 responden melalui penyebaran kuisioner, diperoleh

hasil bahwa seluruh butir pertanyaan pada variabel Keterlibatan Karyawan (X4)

dinyatakan valid karena r hitung > r tabel dan lebih besar dari 0,3. Maka seluruh butir

pertanyaan tersebut dapat digunakan dalam penelitian.

e. Variabel Y diukur melalui butir pertanyaan 1 sampai 10 dengan menggunakan

bantuan program SPSS versi 20, dan hasil yang diperoleh sebagaimana dalam Tabel

4.6.

Page 142: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan

karyawan terhadap organizational citizenship behavior

120

Tabel 4.6

Uji Validitas Untuk Variabel Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Y)

Variabel No

Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

Organizational

Citizenship

Behavior

(OCB)

(Y)

46 responden

1 ,861 ,300 Valid

2 ,516 ,300 Valid

3 ,755 ,300 Valid

4 ,673 ,300 Valid

5 ,665 ,300 Valid

6 ,482 ,300 Valid

7 ,608 ,300 Valid

8 ,490 ,300 Valid

9 ,655 ,300 Valid

10 ,544 ,300 Valid

Sumber: Diolah Peneliti, 2015

Dari pengolahan data sebanyak 46 responden melalui penyebaran kuisioner, diperoleh

hasil bahwa seluruh butir pertanyaan pada variabel Organizational Citizenship Behavior

(OCB) (Y) dinyatakan valid karena r hitung > r tabel dan lebih besar dari 0,3. Maka seluruh

butir pertanyaan tersebut dapat digunakan dalam penelitian.

f. Variabel Y diukur melalui butir pertanyaan 1 sampai 15 dengan menggunakan

bantuan program SPSS versi 20, dan hasil yang diperoleh sebagaimana dalam Tabel

4.7. Tabel 4.7

Uji Validitas Untuk Variabel Kinerja Pelayanan Publik (Z)

Variabel No

Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

Kinerja

Pelayanan

Publik

(Z)

46 responden

1 ,759 ,300 Valid

2 ,687 ,300 Valid

3 ,854 ,300 Valid

4 ,542 ,300 Valid

5 ,611 ,300 Valid

6 ,742 ,300 Valid

7 ,748 ,300 Valid

8 ,558 ,300 Valid

9 ,482 ,300 Valid

10 ,542 ,300 Valid

11 ,720 ,300 Valid

12 ,665 ,300 Valid

13 ,595 ,300 Valid

14 ,621 ,300 Valid

15 ,810 ,300 Valid

Sumber: Diolah Peneliti, 2015

Dari pengolahan data sebanyak 46 responden melalui penyebaran kuisioner, diperoleh

hasil bahwa seluruh butir pertanyaan pada variabel Kinerja Pelayanan Publik (Z)

dinyatakan valid karena r hitung > r tabel dan lebih besar dari 0,3. Maka seluruh butir

pertanyaan tersebut dapat digunakan dalam penelitian.

4.3.1.2. Uji Reliabilitas

Untuk menguji reliabilitas salah satu metodenya adalah Alpha Cronbach’s. Uji

reliabilitas dilakukan dengan menghitung cronbach’s alpha dari masing-masing

Page 143: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 106-128

121

instrumen dalam suatu variabel. Instrumen yang dipakai dikatakan reliabel jika

memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh ≥ 0,700,

(Kountur dalam Mulia, 2014:93). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan aplikasi SPSS versi 20 dengan hasil seperti ditunjukkan pada tabel 4.8. Tabel 4.8

Hasil Uji Reliabilitas

No. Variabel Cronbach’s

Alpha Keterangan

1

Kepemimpinan

Transformasional

(X1)

,806 Reliabel

2 Budaya Organisasi

(X2) ,726

Reliabel

3 Lingkungan Kerja

(X3) ,869

Reliabel

4 Keterlibatan Karyawan

(X4) ,875

Reliabel

5

Organizational Citizenship

Behavior (OCB)

(Y)

,777 Reliabel

6 Kinerja Pelayanan Publik

(Z) ,811

Reliabel

Sumber: Diolah peneliti, 2015

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai

Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,700. Besarnya koefisien Cronbach’s Alpha sudah

cukup besar yaitu dengan nilai paling kecil sebesar 0,726 dan paling besar 0,875.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel dinyatakan reliabel.

4.3.2. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah usaha untuk menentukan apakah data yang kita teliti memiliki

distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilihat dari pergerakan data yang

masih berada disekitar garis diagonal. Distribusi normal akan membentuk satu garis

lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika

distribusi data residual normal, maka garis data yang sesungguhnya akan mengikuti

garis diagonal.

Gambar 4.1. Uji Normalitas

Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini memenuhi syarat untuk

menjadi model regresi yang baik karena memiliki distribusi normal.

Page 144: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan

karyawan terhadap organizational citizenship behavior

122

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam antar variabel independent

mempunyai hubungan langsung (berkorelasi) sempurna. Multikolinearitas dapat

diketahui dengan cara menganalisis matrik korelasi variable-variabel independen.

Deteksi multikolinieritas yang sering digunakan dalam SPSS yaitu dengan melihat nilai

Variance Inflation Factors (VIF) dan Tolerance. Nilai yang umum dipakai untuk

menunjukkan multikolonieritas adalah Tolerance 10.0 atau Variance Inflation

Factors (VIF) 10 dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Hasil Uji Multikoliniearitas

Model Collinearity Statistics

Tollerance VIF

Kepemimpinan Transformasional (X1) ,841 1,190

Budaya Organisasi (X2) ,960 1,041

Lingkungan Kerja (X3) ,253 3,949

Keterlibatan Karyawan (X4) ,256 3,899

Dependent Variable: OCB

Sumber: Diolah Peneliti, 2015

Tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa hasil tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF tidak

lebih dari 10. Hal ini berarti data penelitian bebas dari masalah multikolinieritas. Jika

bebas dari masalah multikolinieritas maka variabel independen layak digunakan secara

bersama sama dalam pengujian regresi berganda.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara variable

dependent dengan variabel independent. Model regresi linier berganda yang baik adalah

tidak mengalami autokorelasi. Autokorelasi diuji dengan pengujian Durbin Watson.

Syarat tidak terjadi autokorelasi adalah 1 < DW < 3. (Sufren,2014: 104). Tabel 4.10

menunjukkan hasil DW dengan menggunakan SPSS versi 20.

Tabel 4.10. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 ,662a ,438 ,383 2,877 2,216

a. Predictors: (Constant), X4:Keterlibatan Karyawan, X1:Kepemimpinan Transformasional,

X2:Budaya Organisasi, X3:Lingkungan Kerja

b. Dependent Variable: Y:OCB

Dari tabel 4.10 diatas, angka DW pada penelitian adalah sebesar 2,216. Angka ini

lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3, secara ringkasnya 1 < 2,216 < 3, maka dapat

disimpulkan tidak mengalami autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk memastikan bahwa data bersifat heterogen,

secara umum tidak memiliki sifat pergerakan data yang sama, tidak menumpuk atau

tidak membentuk pola garis tertentu. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas

dengan melihat pola titik-titik pada Scatterplot seperti pada gambar 4.1

Page 145: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 106-128

123

Gambar 4.1

Grafik Sebaran Scatterplot dan Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa Scatterplot tidak membentuk pola tertentu sehingga

dapat disimpulkan penelitian bebas dari masalah heteroskedastisitas.

4.1. Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian menggunakan analisis regresi linier berganda dimana penulis ingin melihat

hubungan pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi, Lingkungan

Kerja, dan Keterlibatan Karyawan terhadap OCB di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Tengah.

4.4.1. Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji Statistik F)

Uji F untuk melihat apakah variabel Kepemimpinan Transformasional (X1), Budaya

Organisasi (X2), Lingkungan Kerja (X3), dan Keterlibatan Karyawan (X4) mempunyai

pengaruh bersama-sama atau simultan terhadap Organizational Citizenship Behavior

(OCB) (Y). 4.11. Tabel Hasil Uji Simultan

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 264,408 4 66,102 7,987 ,000b

Residual 339,331 41 8,276

Total 603,739 45 a. Dependent Variable: Y:OCB

b. Predictors: (Constant), X4:Keterlibatan Karyawan, X1:Kepemimpinan

Transformasional, X2:Budaya Organisasi, X3:Lingkungan Kerja

Hasil Uji Simultan dapat dilihat dengan 2 cara:

Cara pertama secara bersama-sama variabel Kepemimpinan Transformasional (X1),

Budaya Organisasi (X2), LIngkungan Kerja (X3), dan Keterlibatan Karyawan (X4)

berpengaruh signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Y)

apabila Sig < 0,05. Tabel 4.11 menunjukkan hasil Sig di bawah 0,05 yang berarti bahwa

secara bersama-sama variabel Kepemimpinan Transformasional (X1), Budaya

Organisasi (X2), Lingkungan Kerja (X3), dan Keterlibatan Karyawan (X4) secara

berpengaruh signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Y).

Cara kedua adalah secara bersama-sama variabel X1, X2, X3, dan X4 berpengaruh

secara signifikan terhadap Y, apabila F hitung > F tabel. Pada tabel 4.11 menunjukkan hasil

F hitung 7,987 > 2,60. Fhitung > Ftabel dengan (α = 0,05) atau probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak (Ha diterima).

Page 146: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan

karyawan terhadap organizational citizenship behavior

124

Ha = Terdapat pengaruh signifikan atas variabel-variabel independen dengan variabel

dependen secara simultan.

4.4.2. Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas

terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel bebas lainnya konstan.

Tabel 4.12. Hasil Uji Pengaruh Parsial

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Toleranc

e

VIF

1

(Constant) 5,768 7,093 ,813 ,421

X1:

Kepemimpinan

Transformasional

,200 ,098 ,260 2,035 ,048 ,841 1,190

X2:

Budaya Organisasi ,312 ,153 ,243 2,036 ,048 ,960 1,041

X3:

Lingkungan Kerja ,501 ,149 ,784 3,368 ,002 ,253 3,949

X4:

Keterlibatan

Karyawan

-,322 ,154 -,485 -2,096 ,042 ,256 3,899

a. Dependent Variable: Y:OCB

Tabel 4.12 menunjukkan hasil penelitian Sig < 0,05 atau di bawah 5%. Hasil Sig

untuk variabel Kepemimpinan Transformasional (X1) adalah 0,048 atau 4,8%, Budaya

Organisasi (X2) adalah 0,048 atau 4,8%, Lingkungan Kerja (X3) sebesar 0,02 atau 2%,

dan Keterlibatan Karyawan (X4) sebesar 0,42 atau 4,2% yang berarti semua variabel

berpengaruh signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Y).

Probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak (Ha diterima), artinya variabel bebas secara parsial

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat pada tingkat

kepercayaan 95%. Persamaan regresi untuk yang terbentuk adalah: Y = 5,768+0,200X1+0,312X2+0,501X3–0,322X4+e

Artinya jika X1, X2, dan X3 adalah nol, maka variabel Y akan konstan sebesar 5,768.

Apabila terjadi kenaikan X1 sebesar 1, maka akan terjadi kenaikan Y sebesar 0,200 dan

demikian pula sebaliknya, apabila terjadi kenaikan X2 sebesar 1, maka akan terjadi

kenaikan Y sebesar 0,312 dan demikian pula sebaliknya, apabila terjadi kenaikan X3

sebesar 1, maka akan terjadi kenaikan Y sebesar 0,501 dan demikian pula sebaliknya,

apabila terjadi penurunan X4 sebesar 1, maka akan terjadi penurunan Y sebesar 0,322

dan demikian pula sebaliknya.

4.4.3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas

terhadap variabel terikat. Tabel 4.13 menjelaskan tentang koefisien determinasi. Tabel 4.13. Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 ,662a ,438 ,383 2,877 2,216

a. Predictors: (Constant), X4:Keterlibatan Karyawan, X1:Kepemimpinan

Transformasional, X2:Budaya Organisasi, X3:Lingkungan Kerja

b. Dependent Variable: Y:OCB

Page 147: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 106-128

125

Dalam tabel 4.13 di atas, koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 383 atau

sebesar 38,3% yang berarti bahwa kemampuan variabel X1, X2, X3, dan X4 dalam

menjelaskan variabel Y adalah sebesar 38,3%, sedangkan sisanya sebesar 61,7%

dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel penelitian ini. R sebesar 0,662 memiliki arti

bahwa korelasi bergandanya adalah kuat.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Kepemimpinan

Transformasional, Budaya Organisasi, Lingkungan Kerja, dan Keterlibatan Karyawan

Terhadap Organization Citizenship Behavior (OCB) Yang Berdampak Terhadap

Kinerja Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Bangka Tengah diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh signifikan Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi,

Lingkungan Kerja, dan Keterlibatan Karyawan secara simultan terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB) di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Tengah.

2. Terdapat pengaruh signifikan Kepemimpinan Transformasional terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB) di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Tengah sebesar 0,048 atau 4,8%.

3. Terdapat pengaruh signifikan Budaya Organisasi terhadap Organizational

Citizenship Behavior (OCB) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Bangka Tengah sebesar 0,048 atau 4,8%.

4. Terdapat pengaruh signifikan Lingkungan Kerja terhadap Organizational

Citizenship Behavior (OCB) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Bangka Tengah sebesar 0,02 atau 2%.

5. Terdapat pengaruh signifikan Keterlibatan Karyawan terhadap Organizational

Citizenship Behavior (OCB) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Bangka Tengah sebesar 0,42 atau 4,2%.

6. Terdapat pengaruh signifikan Organizational Citizenship Behavior (OCB) terhadap

Kinerja Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Bangka Tengah.

6. SARAN

Berdasarkan temuan penelitian, simpulan dan implikasi penelitian, maka dapat diajukan

beberapa saran terhadap pihak-pihak: Berikut ini dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi dan Lingkungan Kerja

merupakan hal yang paling mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior

(OCB) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Tengah

dapat meningkatkan kinerja pegawai dalam upaya peningkatan pelayanan kepada

masyarakat.

2. Kepemimpinan Transformasional dapat membawa pegawai dalam meningkatkan

OCB dan kinerja pegawai dalam pelayanan kepada masyarakat, oleh karena itu

kepemimpinan mempunyai peranan penting bagi suatu organisasi atau instansi.

3. Pegawai diharapkan dapat meningkatkan OCB dan kinerja dalam pelayanan kepada

masyarakat Bangka Tengah.

Page 148: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan

karyawan terhadap organizational citizenship behavior

126

4. Lingkungan kerja yang baik dan sarana serta prasarana dalam pelayanan publik juga

merupakan suatu hal penting, dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Bangka Tengah harus meningkatkan fasilitas pelayanan publik dan juga

kenyamanan serta keramahan para petugasnya dalam mencapai pelayanan prima.

DAFTAR PUSTAKA

Arsawan, I Wayan Edi., Wirga, I Wayan. 2012. Keterlibatan Karyawan: Strategi

Meningkatkan Kinerja Karyawan. Bisnis dan Kewirausahaan Politeknik Negeri

Bali Vol.8, No.3, November 2012.

Azwan., Chan, Syafrudin., Majid, M.S.A. 2015. Pengaruh Budaya Organisasi,

Komitmen Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Pegawai Serta

Dampaknya Pada Kinerja Badan Investasi Dan Promosi Aceh. JurnalPascasarjana

Magister Manajemen Universitas Syiah Kuala. Volume 4, No.1, Februari 2015.

Daft, Richard L. 2013. New Era of Management. Ninth Edition Singapore: Cengage

Learning Asia Pte Ltd. Alih Bahasa oleh Tirta Maria Kanita, 2013. Salemba

Empat, Jakarta.

Darto, Mariman. 2014. Peran Organizational Citizenship Behavior (OCB) Dalam

Peningkatan Kinerja Individu Di Sektor Publik: Sebuah Analisis Teoritis Dan

Empiris. Samarinda. Jurnal Borneo Administrator Lembaga Administrasi Negara

Volume 10, No.1, 14 April 2014.

Dessler, Gary. 2009. Fundamentals of Human Resource Management, Content,

Competencies and Applications. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Enterprise, Jubilee. 2014. SPSS Untuk Pemula. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Fitrianasari, Dini., Nimran, Umar., Utami H.N. 2015. Pengaruh Kompensasi dan

Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) dan

Kinerja Karyawan. Jurnal Profit Universitas Brawijaya. Volume 7 No.1.

Fitriastuti, Triana. 2013. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional

Dan Organizational Citizenship behavior Terhadap Kinerja Karyawan. Samarinda.

Jurnal Dinamika Manajemen Universitas Mulawarman Vol.4, No.2, 2013, pp:

103-114.

Ghozali, Imam. 2011. Ekonometrika, Teori, Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS 17.

Semarang: BPFE Universitas Diponegoro.Gibson, James L., Ivancevich,John M.,

Donnelly, James H., Konopaske, Robert 2012. Organizations Behavior, Structure,

Processes. Fourteen Editions. New York: Mc Graw Hill.

Gupta, Neha., and Sharma, Vandna. 2015. An Exploratory Study On Employee

Engagement And It’s Linkage To Organizational Citizenship Behavior And

Organizational Performance. Journal IJABER, Vol.13, No.3, 2015: 1279-1300.

Hughes, R.L., Ginnett, R.C., and Curphy, G.J. 2012. Leadership: Memperkaya Pelajaran

Dari Pengalaman. Edisi ketujuh. Jakarta: Salemba Humanika.

Ivancevich, John M. 2007. Human Resource Management. International Edition. New

York: Mc Graw Hill.

Jones, Garet. 2010. Organizational Theory, Design and Change. 6th Edition. New

Jersey: Pearson Prentice Hall.

Kakinsale, Alfine., Tumbel, Altje., Sendow, Greis M. 2015. Pengaruh Keterlibatan

Kerja, Lingkungan Kerja, Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.

Bangun Wenang Beverages Manado. Jurnal EMBA. Universitas Sam Ratulangi.

Vol.3 No.1 Maret 2015, Hal.900-911.

Page 149: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

JEM: Jurnal Ekonomi dan Manajemen STIE Pertiba Pangkalpinang, Vol 3, No. 2, Edisi Desember 2017,

hal 106-128

127

Lembono, A.Yulianto. 2013. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan

Transaksional Serta Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB) Pada PT. Indofood Sukses Makmur Beji Pasuruan. Jurnal.

Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP STIM STIM

YKPN.

Manaf, Indra Gunawan., Lubis, A.Rahman., Ibrahim, Mahdani. 2015. Pengaruh

Lingkungan Kerja dan Disiplin Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dan

Implikasinya Terhadap Kinerja Sekretariat Kecamatan Dalam Kabupaten

Simeuleu. JurnalPascasarjana Magister Manajemen. Universitas Syiah Kuala.

Volume 4, No.1, Februari 2015.

Mangundjaya, Wustari L.H. 2012. Are Organizational Commitment And Employee

Engagement Important In Achieving Individual Readiness For Change?. Journal

University of Indonesia.

Mondy, R.Wayne. 2008. Human Resource Management. Tenth Edition. New Jersey:

Pearson Prentice Hall.

Mulia. 2014. Pengaruh Disiplin, Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Dan Komitmen

Terhadap Motivasi Yang Berdampak Pada Kinerja Pengurus Komite Olahraga

Nasional Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Thesis, STIE

PERTIBA, Pangkalpinang.

Musawwiri, Abdul. 2013. Pengaruh Pelatihan, Kompensasi, Lingkungan Kerja

Terhadap Motivasi Dan Implikasinya Terhadap Kinerja Pendidik Di SMPN 5

Pangkalpinang. Thesis, STIE PERTIBA, Pangkalpinang.

Nawawi, Hadari. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang

Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Noe, Raymond A., Hollenbeck, John R., Gerhart, Barry., Wright, Patrick M. 2012.

Human Resource Management: Gaining a Competitive Advantage. UK:

McGraw-Hill Education.

Oemar, Yohanas. 2013. Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Kerja Dan

Komitmen Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Pegawai Pada BAPPEDA Kota Pekanbaru. Jurnal Universitas Riau.

Pasolong, Harbani. 2013. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Rahmi, B. Maptuhah. 2013. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap

Organizational Citizenship Behavior dan Komitmen Organisasional dengan

Mediasi Kepuasan Kerja (Studi Pada Guru Tetap SMA Negeri Di Kabupaten

Lombok Timur). Thesis, Universitas Udayana, Denpasar.

Robbins, Stephen P., and Judge, Timothy A. 2011. Perilaku Organisasi. Edisi 12-buku

2. Salemba Empat, Jakarta.

Robbins, Stephen P and Coulter, Mary. 2013.Management, 11th Edition. England:

Pearson Education Limited.

Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV.

Mandar Maju

Senewe, Stanley. 2013. Kepemimpinan Transformasional Dan Organizational

Citizenship Behavior Dampaknya Terhadap Kinerja Pegawai KPKNL Propinsi

Sulawesi Utara. Bali. Jurnal EMBA. Universitas Udayana Vol.1 No.3 September

2013, Hal 356-365.

Slamet, Giarti. 2013. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB) Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan. Jurnal STIA ASMI.

Page 150: Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 - stiepertiba.ac.id

Pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan keterlibatan

karyawan terhadap organizational citizenship behavior

128

Soentoro, David Prasetyo. 2013. Pengaruh Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja Terhadap

Organizational Citizenship Behavior Dan Kepuasan Kerja di PT. Sucofindo.

Jurnal.

Sofyan, Agus. 2013. Kinerja Pelayanan Kependudukan Pada Dinas Kependudukan Dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Universitas YAPIS.

Sridhar, Anusha., and Thiruvenkadam. 2014. Impact Of Employee Engagement On

Organization Citizenship Behavior. Chennai. BVIMSR’s Journal of Management

Research SSN Engineering College Vol.6 Issue-2.

Suhardi, Suhardi. (2015). Persepsi Pemakai Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Terhadap Independensi Auditor Badan Pemeriksa Keuangan. Jurnal Akuntansi

Universitas Jember, 10 (2), 1-29. doi:10.19184/jauj.v10i2.1249.

Suhardi dan Darus Altin. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Bank BPR Konvensional di

Indonesia Periode 2009 sampai 2012. Pekbis Jurnal. Vol. 5, No.2, Juli 2013: 101-

110.

Sufren., Natanael, Yonathan. 2014. Belajar Otodidak SPSS Pasti Bisa. Jakarta. Elex

Media Komputindo.

Sujarweni, Wiratna. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta.

Pustaka Baru Press.

Sumual, Tinneke E.M. 2015. Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan, Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Pegawai Di Universitas Negeri Manado. Jurnal Manajemen

Universitas Negeri Manado.

Sugiyono. 2014. Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Truss, Catherine., Shantz, Amanda., Soane, Emma., Alfes, Kerstin., Delbridge, Rick.

2015. Employee Engagement, Organisational Performance And Individual Well-

Being: Exploring The evidence, Developing The Theory. UK. The International

Journal of Human Resource Management Vol.24, No.14, 2657-2669.

Wibowo. 2011. Budaya Organisasi, Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja

Jangka Panjang. Jakarta: Rajawali Pers.

Wibowo. 2015. Perilaku Dalam Organisasi. Edisi 2. Jakarta: Rajawali Pers.

Wulandari, Septi. 2014. Analisis Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Kompetensi dan

Komunikasi Terhadap Disiplin Kerja Yang Berdampak Pada Kinerja Pegawai

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pangkalpinang. Thesis, STIE

PERTIBA, Pangkalpinang.