24
Volume II / 2016

Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Volume II / 2016

Page 2: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Volume II / 2016

PENANGGUNG JAWABDr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM(K), PhDDr. Florence M. Manurung, SpM(K)Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM

EDITORMubadiyah, S.Psi, MMDeny WahyuniWandi P. Sumanullang, MBA

FOTOGRAFEREndang SupriyadiIrham Sinaga

COPYWRITINGAnggreini & Co.

ALAMAT REDAKSIJEC@KedoyaJl. Terusan Arjuna No. 1Kedoya, Jakarta BaratTelp : (021) 2922 1000Fax : (021) 2569 6060email : [email protected]

www.jec.co.id

Semangat MelayaniSapa Manajemen

Konten

Impian kami untuk menyediakan pelayanan

kesehatan mata yang memenuhi standard terbaik nasional

dan internasional dengan adanya sertifikasi “Gold Seal” dari

Joint Commission International (JCI) dan “Paripurna” dari

Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Pencapaian ini

kemudian menimbulkan pertanyaan lain bagi kami sendiri,

bisakah pelayanan JEC diakses oleh semua orang?

Menyajikan segala yang terbaik di bidang kedokter-

an mata tidak dapat dilepaskan dari adopsi teknologi, selain

tentunya harus didukung oleh sumber daya manusia yang

memenuhi standar kualitas JEC. Implikasi dari penerapan

teknologi mumpuni menimbulkan konsekuensi yang tak

terhindarkan, yaitu biaya pelayanan yang tidak murah.

Meskipun begitu, kami tetap bersemangat mem-

buka pintu kami bagi siapa saja yang memerlukan layanan

kesehatan mata. Penuh syukur, kami dapat menjalankan

program Bakti Katarak secara berkesinambungan dan

menjalin kerjasama antara Klinik Mata Utama JEC@Cibubur

dengan BPJS Kesehatan. Lewat kedua upaya tersebut, kami

berharap dapat menjaga agar JEC tetap menjadi pusat

pelayanan yang dekat di hati masyarakat, sebab kesehatan

mata adalah hak semua orang.

Salam sehat,

RS Mata JEC

2

Pola Hidup Sehat CegahRetinopati Diabetika12

6 Sakit Kepala?Waspadai Glaukoma Sudut Tertutup Akut

Alergi Imunologidan Mata Anak

8

16 Low VisionBerdamai dengan Penglihatan Buruk

18 Eyes On: “Kick-O� 910” Bakti Katarak JEC Join Gratis Klub Senam Sehat JEC

Klinik Mata Utama JEC @ Cibubur SambutPasien BPJS

ReLEx® SMILESingkirkan Myopia Tanpa Flap Kornea

4

10 Koreksi Minus & Silindris denganOrthokeratology

Page 3: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Volume II / 2016

PENANGGUNG JAWABDr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM(K), PhDDr. Florence M. Manurung, SpM(K)Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM

EDITORMubadiyah, S.Psi, MMDeny WahyuniWandi P. Sumanullang, MBA

FOTOGRAFEREndang SupriyadiIrham Sinaga

COPYWRITINGAnggreini & Co.

ALAMAT REDAKSIJEC@KedoyaJl. Terusan Arjuna No. 1Kedoya, Jakarta BaratTelp : (021) 2922 1000Fax : (021) 2569 6060email : [email protected]

www.jec.co.id

Semangat MelayaniSapa Manajemen

Konten

Impian kami untuk menyediakan pelayanan

kesehatan mata yang memenuhi standard terbaik nasional

dan internasional dengan adanya sertifikasi “Gold Seal” dari

Joint Commission International (JCI) dan “Paripurna” dari

Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Pencapaian ini

kemudian menimbulkan pertanyaan lain bagi kami sendiri,

bisakah pelayanan JEC diakses oleh semua orang?

Menyajikan segala yang terbaik di bidang kedokter-

an mata tidak dapat dilepaskan dari adopsi teknologi, selain

tentunya harus didukung oleh sumber daya manusia yang

memenuhi standar kualitas JEC. Implikasi dari penerapan

teknologi mumpuni menimbulkan konsekuensi yang tak

terhindarkan, yaitu biaya pelayanan yang tidak murah.

Meskipun begitu, kami tetap bersemangat mem-

buka pintu kami bagi siapa saja yang memerlukan layanan

kesehatan mata. Penuh syukur, kami dapat menjalankan

program Bakti Katarak secara berkesinambungan dan

menjalin kerjasama antara Klinik Mata Utama JEC@Cibubur

dengan BPJS Kesehatan. Lewat kedua upaya tersebut, kami

berharap dapat menjaga agar JEC tetap menjadi pusat

pelayanan yang dekat di hati masyarakat, sebab kesehatan

mata adalah hak semua orang.

Salam sehat,

RS Mata JEC

2

Pola Hidup Sehat CegahRetinopati Diabetika12

6 Sakit Kepala?Waspadai Glaukoma Sudut Tertutup Akut

Alergi Imunologidan Mata Anak

8

16 Low VisionBerdamai dengan Penglihatan Buruk

18 Eyes On: “Kick-O� 910” Bakti Katarak JEC Join Gratis Klub Senam Sehat JEC

Klinik Mata Utama JEC @ Cibubur SambutPasien BPJS

ReLEx® SMILESingkirkan Myopia Tanpa Flap Kornea

4

10 Koreksi Minus & Silindris denganOrthokeratology

Page 4: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa

surat rujukan dokter dari layanan primer yang

menyatakan bahwa peserta BPJS memerlukan

pemeriksaan mata dan penatalaksanaan lebih

lanjut di JEC@Cibubur. Mengingat banyaknya

jumlah peserta asuransi milik pemerintah tersebut,

peserta BPJS Kesehatan diharapkan mengikuti

seluruh proses yang berlaku. JEC@Cibubur

berkomitmen untuk memberikan pelayanan

kesehatan mata yang memadai sesuai dengan

ketentuan penyelenggara BPJS Kesehatan.

Berdiri di atas lahan seluas 1.030 meter

persegi, dengan total luas bangunan 1.300 meter

persegi, bangunan 4 lantai JEC@Cibubur mampu

menampung 100-150 pasien setiap harinya dan

memiliki fasilitas bedah tanpa rawat inap. Pengelo-

laan manajemen dan operasional Klinik Mata

Utama JEC@Cibubur berada di bawah PT. JEC

Medika Indonesia, yaitu anak

perusahaan JEC Korporat

(PT. Nitrasanata Dharma,

perusahaan yang

memayungi RS Mata

JEC).

JEC@Cibubur

dilengkapi dengan

peralatan diagnos-

tik dan terapeutik

modern yang antara

lain terdiri dari Optical Coherence Tomography

(OCT), foto fundus digital, USG

mata, perimetri Humphrey, pachymetry, biometri,

IOL Master, retinometri, tonometri non-kontak, laser

kapsulotomi, serta laser fotokoagulasi. Klinik

mampu menangani keluhan katarak dan mengatasi

permasalahan kesehatan mata lainnya seperti

glaukoma dan retina. Layanan yang tidak tersedia di

klinik hanyalah bedah LASIK dan penanganan yang

memerlukan rawat inap.

JEC@Cibubur siap menyambut pasien,

peserta BPJS Kesehatan, peserta asuransi lainnya

dan juga pasien mandiri. Mari luangkan waktu satu

hari untuk menjalani pemeriksaan mata berkala.

2 3

Corporate News

linik Mata Utama JEC@Cibubur yang ber-

lokasi di kawasan timur Jakarta merupakan

salah satu wujud nyata komitmen JEC

dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat

melalui pelayananan kesehatan mata terdepan.

Mudah dicapai dari Bekasi, Depok, bahkan Bogor,

klinik memiliki pelayanan mata terintegrasi.

Berfokus memberikan pelayanan ber-

pengalaman, andal dan terampil didukung

teknologi medis terkini, JEC@Cibubur semakin

terjangkau pasca penandatangan kerjasama

dengan BPJS Kesehatan untuk tindakan yang

tidak memerlukan bius umum.

“Secara prinsip, kami ingin melayani

masyarakat seluas-luasnya. Ketika pemerintah

meluncurkan BPJS Kesehatan, banyak yang

bertanya kapan program tersebut berlaku di JEC.

Kerjasama antara BPJS dan Klinik Mata Utama

JEC@Cibubur kiranya dapat menjawab harapan

masyarakat,” jelas Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM yang

mengepalai klinik.

Prosedur BPJS menetapkan alur pelayanan

dengan pola rujukan berjenjang mulai dari sistem

layanan primer hingga tersier. Layanan primer terdiri

atas Puskemas, klinik dokter pribadi serta klinik

pratama (klinik swasta). Guna menghindari penum-

pukan di rumah sakit, peserta harus berobat dari

sistem layanan primer terlebih dulu. Peserta bisa

langsung mendapatkan penanganan di rumah sakit

bila ada keadaan darurat seperti kecelakaan atau

penyakit yang tidak bisa ditangani di layanan primer.

K

Masyarakat kini memiliki kesempatan lebih luas untuk mengakses berbagai pusat pelayanan kesehatan sejak kehadiran Badan Penyelengga-ra Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Asuransi yang diselenggarakan oleh pemerintah ini bukan hanya bermanfaat di puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah, melainkan juga di klinik dan rumah sakit swasta, termasuk Klinik Mata Utama JEC @ Cibubur yang telah melayani pasien peserta BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Agustus 2016.

Klinik Mata Utama Klinik Mata Utama

Page 5: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa

surat rujukan dokter dari layanan primer yang

menyatakan bahwa peserta BPJS memerlukan

pemeriksaan mata dan penatalaksanaan lebih

lanjut di JEC@Cibubur. Mengingat banyaknya

jumlah peserta asuransi milik pemerintah tersebut,

peserta BPJS Kesehatan diharapkan mengikuti

seluruh proses yang berlaku. JEC@Cibubur

berkomitmen untuk memberikan pelayanan

kesehatan mata yang memadai sesuai dengan

ketentuan penyelenggara BPJS Kesehatan.

Berdiri di atas lahan seluas 1.030 meter

persegi, dengan total luas bangunan 1.300 meter

persegi, bangunan 4 lantai JEC@Cibubur mampu

menampung 100-150 pasien setiap harinya dan

memiliki fasilitas bedah tanpa rawat inap. Pengelo-

laan manajemen dan operasional Klinik Mata

Utama JEC@Cibubur berada di bawah PT. JEC

Medika Indonesia, yaitu anak

perusahaan JEC Korporat

(PT. Nitrasanata Dharma,

perusahaan yang

memayungi RS Mata

JEC).

JEC@Cibubur

dilengkapi dengan

peralatan diagnos-

tik dan terapeutik

modern yang antara

lain terdiri dari Optical Coherence Tomography

(OCT), foto fundus digital, USG

mata, perimetri Humphrey, pachymetry, biometri,

IOL Master, retinometri, tonometri non-kontak, laser

kapsulotomi, serta laser fotokoagulasi. Klinik

mampu menangani keluhan katarak dan mengatasi

permasalahan kesehatan mata lainnya seperti

glaukoma dan retina. Layanan yang tidak tersedia di

klinik hanyalah bedah LASIK dan penanganan yang

memerlukan rawat inap.

JEC@Cibubur siap menyambut pasien,

peserta BPJS Kesehatan, peserta asuransi lainnya

dan juga pasien mandiri. Mari luangkan waktu satu

hari untuk menjalani pemeriksaan mata berkala.

2 3

Corporate News

linik Mata Utama JEC@Cibubur yang ber-

lokasi di kawasan timur Jakarta merupakan

salah satu wujud nyata komitmen JEC

dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat

melalui pelayananan kesehatan mata terdepan.

Mudah dicapai dari Bekasi, Depok, bahkan Bogor,

klinik memiliki pelayanan mata terintegrasi.

Berfokus memberikan pelayanan ber-

pengalaman, andal dan terampil didukung

teknologi medis terkini, JEC@Cibubur semakin

terjangkau pasca penandatangan kerjasama

dengan BPJS Kesehatan untuk tindakan yang

tidak memerlukan bius umum.

“Secara prinsip, kami ingin melayani

masyarakat seluas-luasnya. Ketika pemerintah

meluncurkan BPJS Kesehatan, banyak yang

bertanya kapan program tersebut berlaku di JEC.

Kerjasama antara BPJS dan Klinik Mata Utama

JEC@Cibubur kiranya dapat menjawab harapan

masyarakat,” jelas Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM yang

mengepalai klinik.

Prosedur BPJS menetapkan alur pelayanan

dengan pola rujukan berjenjang mulai dari sistem

layanan primer hingga tersier. Layanan primer terdiri

atas Puskemas, klinik dokter pribadi serta klinik

pratama (klinik swasta). Guna menghindari penum-

pukan di rumah sakit, peserta harus berobat dari

sistem layanan primer terlebih dulu. Peserta bisa

langsung mendapatkan penanganan di rumah sakit

bila ada keadaan darurat seperti kecelakaan atau

penyakit yang tidak bisa ditangani di layanan primer.

K

Masyarakat kini memiliki kesempatan lebih luas untuk mengakses berbagai pusat pelayanan kesehatan sejak kehadiran Badan Penyelengga-ra Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Asuransi yang diselenggarakan oleh pemerintah ini bukan hanya bermanfaat di puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah, melainkan juga di klinik dan rumah sakit swasta, termasuk Klinik Mata Utama JEC @ Cibubur yang telah melayani pasien peserta BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Agustus 2016.

Klinik Mata Utama Klinik Mata Utama

Page 6: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

ReLEx® SMILESingkirkan Myopia Tanpa Flap Kornea

Cataract & Refractive Surgery Service

4 5

eLEx® SMILE (Small Incision Lenticule Extraction) merupakan inovasi terkini dari

teknologi koreksi penglihatan dengan laser.

Sebelum prosedur ini lahir, kita telah mengenal

tindakan dengan Photo Refractive Keratectomy

(PRK) dan Laser in Situ Keratomileusis (LASIK).

Prosedur SMILE hadir menyempurnakan keistime-

waan dari tindakan LASIK dan PRK.

Pada LASIK, dokter harus membuat flap

kornea, yaitu membuka lapisan luar kornea tanpa

putus sehingga tercipta semacam pintu. Flap dibuat

dengan pisau bedah mata maupun dengan laser

femtosecond. Setelah flap terbuka, dokter operator

dapat membentuk bagian dalam kornea dengan

menggunakan laser excimer, kemudian mengem-

balikan posisi flap hingga kornea kembali tertutup

rapi seperti semula.

Prosedur SMILE tergolong minim invasi.

Dokter tidak perlu membuat flap sehingga tidak ada

risiko yang terkadang muncul menyertainya. Tanpa

flap, lapisan atas kornea dan bagian saraf pada

kornea sebagian besar tetap utuh sehingga mem-

perkecil risiko terjadinya sindroma mata kering.

Tindakan ablasi untuk pembentukan

kornea tidak diperlukan pada SMILE. Keseluruhan

prosedur hanya berlangsung dengan satu kali laser

femtosecond. Dokter operator membuat lentikular

pada kornea dan mengekstraknya melalui sayatan

yang sangat kecil, sekitar 4 milimeter saja. Sayatan

sekecil ini menurunkan risiko terjadinya infeksi dan

pertumbuhan epitel sekaligus membuat kualitas

kesembuhan kornea pasca bedah semakin baik.

Tidak semua orang dapat menjadi kandi-

dat ReLEx® SMILE. Prosedur ini mampu mengoreksi

ukuran minus atau hasil kombinasi antara minus

dengan silinder mulai dari S-3.00 diopter hingga

S-10.00 diopter. Bagi pasien dengan ukuran mata di

luar kisaran tersebut, dokter akan menyarankan

prosedur LASIK.

ReLEx® SMILE tentu saja bisa menjadi

alternatif bagi Anda yang ingin melihat dengan

benderang tanpa memerlukan kacamata atau lensa

kontak lagi. Tindakan ReLEx® SMILE sangat tepat

untuk individu yang memiliki mobilitas tinggi, aktif,

dinamis dan berkecimpung di dunia contact sports

dan extreme sports seperti tinju, taekwondo, terjun

payung, selam, selancar, dan lain sebagainya.

R

Di berbagai negara maju, prosedur ini

disambut gembira oleh para ahli bedah refraksi

karena memberikan hasil baik pada mata pasien

dengan cara yang lebih aman. ReLEx® SMILE

menjawab harapan pasien yang menginginkan

kualitas penglihatan lebih baik dengan tingkat

keamanan prosedur lebih tinggi.

Untuk mendapatkan manfaat dari

prosedur ReLEx® SMILE, Anda dapat berkonsultasi

terlebih dulu kepada ahli bedah refraktif JEC. Sangat

disarankan untuk membuat janji temu melalui Call

Center JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000,

Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger

7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App yang dapat

diunduh melalui Android Apps Store atau Apple

Apps Store.

Alam menyediakan begitu banyak hal untuk dinikmati, termasuk jutaan pemandangan indah yang terbentang di hadapan kita maupun yang harus dicari hingga ke pelosok terpencil. Alangkah menyenangkannya bila semua itu dapat terlihat tanpa bantuan kacamata dan lensa kontak. ReLEx® SMILE telah hadir di RS Mata JEC untuk memberikan kebebasan bagi mata Anda. Begitu nyaman, aman, dan lebih stabil karena tidak perlu membuka lapisan terluar kornea.

Cataract & Refractive Surgery Service

Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K)

Dr. Darwan M. Purba, SpM(K)

Dr. Hadisudjono Sastrosatomo, SpM(K)

Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM, PhD(K)

Dr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K)

Dr. Johan A. Hutauruk, SpM(K)

Dr. Ucok Parlindungan, SpM(K)

Dr. Sharita R. Siregar, SpM

Tahapan SMILE:

1. VisuMax® femtosecond Laser bekerja menembus masuk ke lapisan Stroma kornea untuk membuat jaringan tipis atau lentikular. Ketebalan lentikular dibuat sesuai dengan ukuran kelainan refraksi yang dimiliki pasien. Kemudian laser membuat sayatan kecil untuk menarik lentikular keluar

2. Dokter mengangkat lentikular tersebut melalui sayatan kecil yang telah dibuat sebelumnya. Sayatan hanya berukuran 2-4mm.

3. Terangkatnya lentikular menyebabkan perubahan bentuk kornea yang baru sehingga dapat memperbaiki kelainan refraksi pasien. Sayatan kecil tadi akan melekat dengan sendirinya tanpa memerlukan jahitan.

Page 7: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

ReLEx® SMILESingkirkan Myopia Tanpa Flap Kornea

Cataract & Refractive Surgery Service

4 5

eLEx® SMILE (Small Incision Lenticule Extraction) merupakan inovasi terkini dari

teknologi koreksi penglihatan dengan laser.

Sebelum prosedur ini lahir, kita telah mengenal

tindakan dengan Photo Refractive Keratectomy

(PRK) dan Laser in Situ Keratomileusis (LASIK).

Prosedur SMILE hadir menyempurnakan keistime-

waan dari tindakan LASIK dan PRK.

Pada LASIK, dokter harus membuat flap

kornea, yaitu membuka lapisan luar kornea tanpa

putus sehingga tercipta semacam pintu. Flap dibuat

dengan pisau bedah mata maupun dengan laser

femtosecond. Setelah flap terbuka, dokter operator

dapat membentuk bagian dalam kornea dengan

menggunakan laser excimer, kemudian mengem-

balikan posisi flap hingga kornea kembali tertutup

rapi seperti semula.

Prosedur SMILE tergolong minim invasi.

Dokter tidak perlu membuat flap sehingga tidak ada

risiko yang terkadang muncul menyertainya. Tanpa

flap, lapisan atas kornea dan bagian saraf pada

kornea sebagian besar tetap utuh sehingga mem-

perkecil risiko terjadinya sindroma mata kering.

Tindakan ablasi untuk pembentukan

kornea tidak diperlukan pada SMILE. Keseluruhan

prosedur hanya berlangsung dengan satu kali laser

femtosecond. Dokter operator membuat lentikular

pada kornea dan mengekstraknya melalui sayatan

yang sangat kecil, sekitar 4 milimeter saja. Sayatan

sekecil ini menurunkan risiko terjadinya infeksi dan

pertumbuhan epitel sekaligus membuat kualitas

kesembuhan kornea pasca bedah semakin baik.

Tidak semua orang dapat menjadi kandi-

dat ReLEx® SMILE. Prosedur ini mampu mengoreksi

ukuran minus atau hasil kombinasi antara minus

dengan silinder mulai dari S-3.00 diopter hingga

S-10.00 diopter. Bagi pasien dengan ukuran mata di

luar kisaran tersebut, dokter akan menyarankan

prosedur LASIK.

ReLEx® SMILE tentu saja bisa menjadi

alternatif bagi Anda yang ingin melihat dengan

benderang tanpa memerlukan kacamata atau lensa

kontak lagi. Tindakan ReLEx® SMILE sangat tepat

untuk individu yang memiliki mobilitas tinggi, aktif,

dinamis dan berkecimpung di dunia contact sports

dan extreme sports seperti tinju, taekwondo, terjun

payung, selam, selancar, dan lain sebagainya.

R

Di berbagai negara maju, prosedur ini

disambut gembira oleh para ahli bedah refraksi

karena memberikan hasil baik pada mata pasien

dengan cara yang lebih aman. ReLEx® SMILE

menjawab harapan pasien yang menginginkan

kualitas penglihatan lebih baik dengan tingkat

keamanan prosedur lebih tinggi.

Untuk mendapatkan manfaat dari

prosedur ReLEx® SMILE, Anda dapat berkonsultasi

terlebih dulu kepada ahli bedah refraktif JEC. Sangat

disarankan untuk membuat janji temu melalui Call

Center JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000,

Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger

7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App yang dapat

diunduh melalui Android Apps Store atau Apple

Apps Store.

Alam menyediakan begitu banyak hal untuk dinikmati, termasuk jutaan pemandangan indah yang terbentang di hadapan kita maupun yang harus dicari hingga ke pelosok terpencil. Alangkah menyenangkannya bila semua itu dapat terlihat tanpa bantuan kacamata dan lensa kontak. ReLEx® SMILE telah hadir di RS Mata JEC untuk memberikan kebebasan bagi mata Anda. Begitu nyaman, aman, dan lebih stabil karena tidak perlu membuka lapisan terluar kornea.

Cataract & Refractive Surgery Service

Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K)

Dr. Darwan M. Purba, SpM(K)

Dr. Hadisudjono Sastrosatomo, SpM(K)

Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM, PhD(K)

Dr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K)

Dr. Johan A. Hutauruk, SpM(K)

Dr. Ucok Parlindungan, SpM(K)

Dr. Sharita R. Siregar, SpM

Tahapan SMILE:

1. VisuMax® femtosecond Laser bekerja menembus masuk ke lapisan Stroma kornea untuk membuat jaringan tipis atau lentikular. Ketebalan lentikular dibuat sesuai dengan ukuran kelainan refraksi yang dimiliki pasien. Kemudian laser membuat sayatan kecil untuk menarik lentikular keluar

2. Dokter mengangkat lentikular tersebut melalui sayatan kecil yang telah dibuat sebelumnya. Sayatan hanya berukuran 2-4mm.

3. Terangkatnya lentikular menyebabkan perubahan bentuk kornea yang baru sehingga dapat memperbaiki kelainan refraksi pasien. Sayatan kecil tadi akan melekat dengan sendirinya tanpa memerlukan jahitan.

Page 8: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

GlaucomaService

6 7

melonjak secara tiba-tiba. Pasien dapat merasakan

beberapa gejala klinis, mulai dari sakit kepala, nyeri

pada mata, ketajaman penglihatan menurun (men-

dadak buram), seolah melihat pelangi atau

lingkaran berwarna-warni, hingga mual yang dapat

disertai muntah.

Ahli glaukoma RS Mata JEC Dr. Zeiras Eka Djamal, SpM mengatakan, “Serangan glaukoma akut

merupakan kegawatdaruratan mata yang harus

segera ditangani. Ketika seseorang tiba-tiba

mengalami gejala serangan akut seperti mata

merah dan buram disertai nyeri kepala yang sangat

mengganggu, ia harus segera memeriksakan mata

ke dokter mata. Apabila ditangani dengan cepat

dan tepat, pengelihatan masih bisa pulih kembali.

Namun apabila telat diterapi, tekanan bola mata

yang tinggi akan menimbulkan kerusakan saraf yang

permanen dan tidak bisa lagi dipulihkan.”

Kasus glaukoma sudut tertutup akut

banyak dijumpai di negara-negara Asia, termasuk

Indonesia. Ras Asia cenderung memiliki sudut bilik

depan yang sempit sehingga berisiko lebih tinggi

untuk mengalami serangan akut glaukoma diban-

dingkan dengan ras Kaukasia.

Penatalaksanaan

Penderita glaukoma, termasuk tipe sudut

tertutup akut, harus mendapatkan penanganan sedini

mungkin untuk mengurangi risiko kerusakan yang

penglihatan yang parah. Glaukoma adalah penyakit

yang tidak dapat pulih, kerusakan yang telah terjadi

tidak bisa diperbaiki. Akan tetapi, dengan penanganan

sedini mungkin, dokter mata ahli glaukoma dapat

mencegah atau memperlambat kerusakan yang luas

pada penglihatan dengan tatalaksana glaukoma yang

meliputi obat-obatan, terapi laser, dan tindakan operasi

jika diperlukan.

Pada pasien glaukoma sudut tertutup akut,

dokter akan berusaha menurunkan tekanan bola mata

dengan menggunakan obat-obatan anti glaukoma dan

laser. Tindakan laser bertujuan untuk membuat saluran

di dalam bola mata agar cairan bola mata bisa

mengalir lancar kembali dan TIO pun menjadi turun.

Apabila TIO tetap tinggi walaupun sudah mendapat-

kan terapi obat dan tindakan laser, dokter dapat

menyarankan pasien untuk menjalani operasi. Selain

itu, dokter akan menyarankan tindakan laser pada

mata sebelahnya karena mata sebelah memiliki

risiko yang sama untuk terkena serangan akut.

Sehingga disarankan untuk melakukan laser

preventif agar mata sebelahnya tidak mengalami

hal yang serupa.

Deteksi Dini Secara Komprehensif

Sebaik-baiknya penatalaksanaan penyakit

glaukoma, tentu akan lebih baik melakukan pen-

cegahan terjadinya serangan. Cara terbaik untuk

mengetahui ada atau tidaknya risiko glaukoma

hanyalah dengan melakukan deteksi dini dan

pemeriksaan berkala. Rangkaian pemeriksaan diawali dengan

memeriksa ketajaman penglihatan dan pemeriksaan

TIO. Selanjutnya, dilakukan pengukuran TIO dengan

alat tonometri nonkontak atau tonometri aplanasi

Goldman. Pemeriksaan dengan gonioskopi diperlukan

untuk menilai sudut bilik mata depan guna menentu-

kan jenis glaukoma. Pemeriksaan lainnya mencakup

pemeriksaan evaluasi struktur saraf mata meng-

gunakan Heidelberg Retinal Tomography (HRT) atau

Optical Coherence Tomography (OCT), pemeriksaan

lapangan pandang mata dengan alat Humphrey dan

juga pemeriksaan ketebalan kornea mata.

Pemeriksaan glaukoma secara kompre-

hensif dengan teknologi modern dapat dilakukan di

JEC@Menteng, JEC@Kedoya, dan JEC@Cibubur.

Pendaftaran dapat dilakukan melalui Call Center

JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000, Whatsapp

088 1159 3416, Blackberry Messenger 7D2BC2C0,

atau melalui JEC Mobile App.

terganggu. Saat itu, kerusakan terlanjur meluas. Hal

ini umumnya terjadi pada pasien yang mengalami

glaukoma tipe primer sudut terbuka dan primer

sudut tertutup kronik.

Ketika Glaukoma Bergejala

Ketiadaan gejala tidak berlaku pada tipe

glaukoma sudut tertutup akut. Tipe yang satu ini

memberikan tanda khas sehingga bila segera

tertangani akan mencegah kerusakan penglihatan.

Glaukoma sudut tertutup akut terjadi

seketika karena peningkatan cairan dengan cepat

dan drastis di dalam mata yang mengakibatkan TIO

Masyarakat seringkali merespon rasa sakit kepala dengan cara mengonsumsi pereda nyeri. Padahal, sakit kepala merupakan tanda adanya gangguan kesehatan lain yang bisa berupa apa saja, termasuk glaukoma tipe sudut tertutup akut. Dengan mengenali ragam gejala galukoma tipe sudut tertutup, penderita akan segera mencari pertolongan dokter mata sehingga dapat terhindar dari kerusakan pengliatan yang luas.

SAKIT KEPALA?

eberadaan glaukoma seringkali tidak

disadari oleh penderitanya. Ketika tekanan

bola mata atau tekanan intraokuler (TIO)

naik sedikit demi sedikit, tubuh manusia yang

memiliki kemampuan beradaptasi secara luar biasa

otomatis menyesuaikan diri sehingga penderita

tidak merasakan gangguan pada bagian mata.

Peningkatan TIO secara terus-menerus

menekan saraf-saraf mata hingga terjadi kerusakan

penglihatan sedikit demi sedikit yang biasanya

dimulai dari bagian tepi (penglihatan perifer). Ketika

kerusakan mulai mengenai sekitar penglihatan

sentral yang banyak digunakan dalam melakukan

aktivitas sehari-hari, seperti membaca, menonton,

berjalan, dan menyetir kendaraan, barulah merasa

KGlaucoma Service

DR. Dr. Ikke Sumantri, SpM(K)Dr. Abdul Manan Ginting, SpM(K)Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K)Dr. Donny V. Istiantoro, SpM(K)Dr. Zeiras Eka Djamal, SpMDr. Emma Rusmayani, SpMDr. Rini Sulastiwati, SpMDr. M. Yoserizal, SpM

WASPADAI GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP AKUT

Page 9: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

GlaucomaService

6 7

melonjak secara tiba-tiba. Pasien dapat merasakan

beberapa gejala klinis, mulai dari sakit kepala, nyeri

pada mata, ketajaman penglihatan menurun (men-

dadak buram), seolah melihat pelangi atau

lingkaran berwarna-warni, hingga mual yang dapat

disertai muntah.

Ahli glaukoma RS Mata JEC Dr. Zeiras Eka Djamal, SpM mengatakan, “Serangan glaukoma akut

merupakan kegawatdaruratan mata yang harus

segera ditangani. Ketika seseorang tiba-tiba

mengalami gejala serangan akut seperti mata

merah dan buram disertai nyeri kepala yang sangat

mengganggu, ia harus segera memeriksakan mata

ke dokter mata. Apabila ditangani dengan cepat

dan tepat, pengelihatan masih bisa pulih kembali.

Namun apabila telat diterapi, tekanan bola mata

yang tinggi akan menimbulkan kerusakan saraf yang

permanen dan tidak bisa lagi dipulihkan.”

Kasus glaukoma sudut tertutup akut

banyak dijumpai di negara-negara Asia, termasuk

Indonesia. Ras Asia cenderung memiliki sudut bilik

depan yang sempit sehingga berisiko lebih tinggi

untuk mengalami serangan akut glaukoma diban-

dingkan dengan ras Kaukasia.

Penatalaksanaan

Penderita glaukoma, termasuk tipe sudut

tertutup akut, harus mendapatkan penanganan sedini

mungkin untuk mengurangi risiko kerusakan yang

penglihatan yang parah. Glaukoma adalah penyakit

yang tidak dapat pulih, kerusakan yang telah terjadi

tidak bisa diperbaiki. Akan tetapi, dengan penanganan

sedini mungkin, dokter mata ahli glaukoma dapat

mencegah atau memperlambat kerusakan yang luas

pada penglihatan dengan tatalaksana glaukoma yang

meliputi obat-obatan, terapi laser, dan tindakan operasi

jika diperlukan.

Pada pasien glaukoma sudut tertutup akut,

dokter akan berusaha menurunkan tekanan bola mata

dengan menggunakan obat-obatan anti glaukoma dan

laser. Tindakan laser bertujuan untuk membuat saluran

di dalam bola mata agar cairan bola mata bisa

mengalir lancar kembali dan TIO pun menjadi turun.

Apabila TIO tetap tinggi walaupun sudah mendapat-

kan terapi obat dan tindakan laser, dokter dapat

menyarankan pasien untuk menjalani operasi. Selain

itu, dokter akan menyarankan tindakan laser pada

mata sebelahnya karena mata sebelah memiliki

risiko yang sama untuk terkena serangan akut.

Sehingga disarankan untuk melakukan laser

preventif agar mata sebelahnya tidak mengalami

hal yang serupa.

Deteksi Dini Secara Komprehensif

Sebaik-baiknya penatalaksanaan penyakit

glaukoma, tentu akan lebih baik melakukan pen-

cegahan terjadinya serangan. Cara terbaik untuk

mengetahui ada atau tidaknya risiko glaukoma

hanyalah dengan melakukan deteksi dini dan

pemeriksaan berkala. Rangkaian pemeriksaan diawali dengan

memeriksa ketajaman penglihatan dan pemeriksaan

TIO. Selanjutnya, dilakukan pengukuran TIO dengan

alat tonometri nonkontak atau tonometri aplanasi

Goldman. Pemeriksaan dengan gonioskopi diperlukan

untuk menilai sudut bilik mata depan guna menentu-

kan jenis glaukoma. Pemeriksaan lainnya mencakup

pemeriksaan evaluasi struktur saraf mata meng-

gunakan Heidelberg Retinal Tomography (HRT) atau

Optical Coherence Tomography (OCT), pemeriksaan

lapangan pandang mata dengan alat Humphrey dan

juga pemeriksaan ketebalan kornea mata.

Pemeriksaan glaukoma secara kompre-

hensif dengan teknologi modern dapat dilakukan di

JEC@Menteng, JEC@Kedoya, dan JEC@Cibubur.

Pendaftaran dapat dilakukan melalui Call Center

JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000, Whatsapp

088 1159 3416, Blackberry Messenger 7D2BC2C0,

atau melalui JEC Mobile App.

terganggu. Saat itu, kerusakan terlanjur meluas. Hal

ini umumnya terjadi pada pasien yang mengalami

glaukoma tipe primer sudut terbuka dan primer

sudut tertutup kronik.

Ketika Glaukoma Bergejala

Ketiadaan gejala tidak berlaku pada tipe

glaukoma sudut tertutup akut. Tipe yang satu ini

memberikan tanda khas sehingga bila segera

tertangani akan mencegah kerusakan penglihatan.

Glaukoma sudut tertutup akut terjadi

seketika karena peningkatan cairan dengan cepat

dan drastis di dalam mata yang mengakibatkan TIO

Masyarakat seringkali merespon rasa sakit kepala dengan cara mengonsumsi pereda nyeri. Padahal, sakit kepala merupakan tanda adanya gangguan kesehatan lain yang bisa berupa apa saja, termasuk glaukoma tipe sudut tertutup akut. Dengan mengenali ragam gejala galukoma tipe sudut tertutup, penderita akan segera mencari pertolongan dokter mata sehingga dapat terhindar dari kerusakan pengliatan yang luas.

SAKIT KEPALA?

eberadaan glaukoma seringkali tidak

disadari oleh penderitanya. Ketika tekanan

bola mata atau tekanan intraokuler (TIO)

naik sedikit demi sedikit, tubuh manusia yang

memiliki kemampuan beradaptasi secara luar biasa

otomatis menyesuaikan diri sehingga penderita

tidak merasakan gangguan pada bagian mata.

Peningkatan TIO secara terus-menerus

menekan saraf-saraf mata hingga terjadi kerusakan

penglihatan sedikit demi sedikit yang biasanya

dimulai dari bagian tepi (penglihatan perifer). Ketika

kerusakan mulai mengenai sekitar penglihatan

sentral yang banyak digunakan dalam melakukan

aktivitas sehari-hari, seperti membaca, menonton,

berjalan, dan menyetir kendaraan, barulah merasa

KGlaucoma Service

DR. Dr. Ikke Sumantri, SpM(K)Dr. Abdul Manan Ginting, SpM(K)Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K)Dr. Donny V. Istiantoro, SpM(K)Dr. Zeiras Eka Djamal, SpMDr. Emma Rusmayani, SpMDr. Rini Sulastiwati, SpMDr. M. Yoserizal, SpM

WASPADAI GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP AKUT

Page 10: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

9

alergi, maka risiko diturunkan pada anak sekitar

25-30 persen. Namun bila kedua orangtua alergi

(atau berbakat alergi karena kakek-nenek ada yang

menderita alergi), maka risiko alergi menurun ke

anak pun meningkat menjadi 60-70 persen.

Pendapat lain menyebutkan bahwa bakat alergi

diturunkan 100 persen, hanya saja pencetusnya dan

dampak alergi belum tentu sama. Pada orang tua

yang tidak memiliki riwayat alergi, bayi tetap memi-

liki risiko alergi sekitar 5-15 persen.

Sejumlah peneliti di Indonesia mempre-

diksi peningkatan kasus alergi mencapai 30 persen

per tahun. Alergi memiliki prevalensi tertinggi pada

bayi dan anak. Kejadian alergi pada anak diperkira-

kan antara 5-11 persen (Chandra, 2011).

Penderita alergi berat berisiko mengalami

reaksi alergi yang mengancam jiwa, dikenal dengan

istilah anafilaksis. Reaksinya mulai dari pingsan

karena kesulitan bernafas hingga nyawa melayang.

Penderita bisa diselamatkan apabila segera

mendapatkan penanganan ketika muncul gejala

awal anafilaksis.

Dampak Pada Mata Anak

Serangan alergi yang mencapai mata

seringkali ditemukan pada anak-anak karena imuni-

tas mereka cenderung lebih rendah dibandingkan

orang dewasa. Ketua Children Eye and Squint Clinic

(CESC) JEC Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K, MMEdu mengemukakan, keadaan penyakit mata

akibat alergi bervariasi mulai dari konjungtivitis derajat

ringan hingga derajat berat seperti keratokonjungtivitis

atopik yang dapat menyebabkan kebutaan.

Konjungtivitis sering ditandai dengan mata

kemerahan, terasa gatal, dan kadang disertai sedikit

rasa panas. Gangguan ini bisa terjadi karena beragam

pencetus, terutama debu, tungau, makanan, dan

serpihan yang berasal dari hewan peliharaan yang

kurang bersih (kulit, bulu, atau kotoran).

Pada dasarnya, masalah kesehatan mata

yang dapat timbul karena alergi dapat diatasi dengan

menghindari pencetus dan menjaga kebersihan. Akan

tetapi pasien dan dokter mata menghadapi problem

yang lebih serius jika pasien mengalami gangguan

imunologi.

Dari Gatal Sampai Glaukoma

Dalam suatu kasus yang cukup langka, JEC

menemukan alergi yang semula menimbulkan

mata merah kemudian berkembang semakin berat

pada pasien anak. Awalnya pasien anak datang

dengan keluhan mata merah. Setelah masalah

teratasi, beberapa bulan kemudian pada mata anak

tersbut ditemukan katarak. Setelah katarak dihilan-

gkan, pasien mengalami glaukoma. Di usia yang

begitu muda, pasien anak ini harus mengalami

pembedahan berkali-kali dan juga menjalani

pengobatan.

“Pasien seperti ini membutuhkan pena-

nganan bersama oleh beberapa dokter subspesialis

sekaligus. Kami juga merujuk pasien ke dokter ahli

alergi imunologi untuk menangani sumber utama

gangguan kesehatannya. Apabila masalah alergi

imunologi tidak tertangani dengan baik, besar

kemungkinan pasien anak ini mengalami masalah

pada mata terus-menerus, dan mungkin juga

merembet ke organ lainnya,” tutur Dr. Florence M. Manurung, SpM(K). Orang tua perlu mengamati bila ada

riwayat alergi di dalam keluarga, termasuk keluarga

besar yang masih bertalian darah. Buat catatan

khusus mengenai jenis alergi yang dialami keluarga,

gejala yang terlihat pada anak dan beserta pen-

cetusnya. Kecermatan orang tua dapat menjadi

kunci untuk menyelamatkan mata anak.

Children Eye & Squint Clinic

8

stilah “alergi” digunakan untuk pertama kalinya

oleh Clemens von Pirquet pada tahun 1906.

Alergi adalah kumpulan gejala akibat reaksi

kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap bebera-

pa pencetus.

Ada banyak ragam penyakit dalam alergi

dan imunologi. Untuk bidang alergi, contohnya

dapat berupa asma bronkial, rinitis alergi, dan

urtikaria kronik (antara lain dermatitis atopi yang

sering disebut sebagai eksim), dan alergi obat. Pada

bidang imunologi, terdapat penyakit autoimun,

seperti Lupus Eritematosis Sistemik dan Multiple

Sclerosis, serta penyakit penurunan sistem kekebal-

an tubuh akibat virus HIV yang disebut Acquired

Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

Komplikasi alergi dapat mengganggu

sejumlah organ tubuh dan berpengaruh negatif

terhadap tumbuh kembang anak. Indikator paling

tepat untuk deteksi dini alergi adalah melalui

riwayat keluarga karena alergi bersifat genetik. Jika

salah satu dari kedua orangtua kandung menderita

ISalah kaprah tentang alergi imunologi membuat masyarakat sering mengang-gap remeh penyakit ini. Kebanyakan penderitanya abai dengan tanda-tanda awal, seperti gatal pada kulit yang sulit sembuh walaupun diobati, mudah batuk pilek, atau peka terhadap debu, makanan tertentu, dan perubahan cuaca. Tanpa penanganan yang tepat, masalah alergi imunologi dapat meng-gerogoti kesehatan penderitanya dengan mengganggu berbagai organ, termasuk mata. Alergi imunologi yang gejalanya seolah akrab dalam kesehari-an si penderita diam-diam sanggup merampas penglihatan penderitanya seperti musuh dalam selimut.

ALERGIIMUNOLOGIDANMATA ANAK

Children Eye & Squint Clinic

Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K), MMEdu

Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K)

Dr. Florence M. Manurung, SpM(K)

Dr. Devina Nur Anissa, SpM,

Page 11: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

9

alergi, maka risiko diturunkan pada anak sekitar

25-30 persen. Namun bila kedua orangtua alergi

(atau berbakat alergi karena kakek-nenek ada yang

menderita alergi), maka risiko alergi menurun ke

anak pun meningkat menjadi 60-70 persen.

Pendapat lain menyebutkan bahwa bakat alergi

diturunkan 100 persen, hanya saja pencetusnya dan

dampak alergi belum tentu sama. Pada orang tua

yang tidak memiliki riwayat alergi, bayi tetap memi-

liki risiko alergi sekitar 5-15 persen.

Sejumlah peneliti di Indonesia mempre-

diksi peningkatan kasus alergi mencapai 30 persen

per tahun. Alergi memiliki prevalensi tertinggi pada

bayi dan anak. Kejadian alergi pada anak diperkira-

kan antara 5-11 persen (Chandra, 2011).

Penderita alergi berat berisiko mengalami

reaksi alergi yang mengancam jiwa, dikenal dengan

istilah anafilaksis. Reaksinya mulai dari pingsan

karena kesulitan bernafas hingga nyawa melayang.

Penderita bisa diselamatkan apabila segera

mendapatkan penanganan ketika muncul gejala

awal anafilaksis.

Dampak Pada Mata Anak

Serangan alergi yang mencapai mata

seringkali ditemukan pada anak-anak karena imuni-

tas mereka cenderung lebih rendah dibandingkan

orang dewasa. Ketua Children Eye and Squint Clinic

(CESC) JEC Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K, MMEdu mengemukakan, keadaan penyakit mata

akibat alergi bervariasi mulai dari konjungtivitis derajat

ringan hingga derajat berat seperti keratokonjungtivitis

atopik yang dapat menyebabkan kebutaan.

Konjungtivitis sering ditandai dengan mata

kemerahan, terasa gatal, dan kadang disertai sedikit

rasa panas. Gangguan ini bisa terjadi karena beragam

pencetus, terutama debu, tungau, makanan, dan

serpihan yang berasal dari hewan peliharaan yang

kurang bersih (kulit, bulu, atau kotoran).

Pada dasarnya, masalah kesehatan mata

yang dapat timbul karena alergi dapat diatasi dengan

menghindari pencetus dan menjaga kebersihan. Akan

tetapi pasien dan dokter mata menghadapi problem

yang lebih serius jika pasien mengalami gangguan

imunologi.

Dari Gatal Sampai Glaukoma

Dalam suatu kasus yang cukup langka, JEC

menemukan alergi yang semula menimbulkan

mata merah kemudian berkembang semakin berat

pada pasien anak. Awalnya pasien anak datang

dengan keluhan mata merah. Setelah masalah

teratasi, beberapa bulan kemudian pada mata anak

tersbut ditemukan katarak. Setelah katarak dihilan-

gkan, pasien mengalami glaukoma. Di usia yang

begitu muda, pasien anak ini harus mengalami

pembedahan berkali-kali dan juga menjalani

pengobatan.

“Pasien seperti ini membutuhkan pena-

nganan bersama oleh beberapa dokter subspesialis

sekaligus. Kami juga merujuk pasien ke dokter ahli

alergi imunologi untuk menangani sumber utama

gangguan kesehatannya. Apabila masalah alergi

imunologi tidak tertangani dengan baik, besar

kemungkinan pasien anak ini mengalami masalah

pada mata terus-menerus, dan mungkin juga

merembet ke organ lainnya,” tutur Dr. Florence M. Manurung, SpM(K). Orang tua perlu mengamati bila ada

riwayat alergi di dalam keluarga, termasuk keluarga

besar yang masih bertalian darah. Buat catatan

khusus mengenai jenis alergi yang dialami keluarga,

gejala yang terlihat pada anak dan beserta pen-

cetusnya. Kecermatan orang tua dapat menjadi

kunci untuk menyelamatkan mata anak.

Children Eye & Squint Clinic

8

stilah “alergi” digunakan untuk pertama kalinya

oleh Clemens von Pirquet pada tahun 1906.

Alergi adalah kumpulan gejala akibat reaksi

kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap bebera-

pa pencetus.

Ada banyak ragam penyakit dalam alergi

dan imunologi. Untuk bidang alergi, contohnya

dapat berupa asma bronkial, rinitis alergi, dan

urtikaria kronik (antara lain dermatitis atopi yang

sering disebut sebagai eksim), dan alergi obat. Pada

bidang imunologi, terdapat penyakit autoimun,

seperti Lupus Eritematosis Sistemik dan Multiple

Sclerosis, serta penyakit penurunan sistem kekebal-

an tubuh akibat virus HIV yang disebut Acquired

Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

Komplikasi alergi dapat mengganggu

sejumlah organ tubuh dan berpengaruh negatif

terhadap tumbuh kembang anak. Indikator paling

tepat untuk deteksi dini alergi adalah melalui

riwayat keluarga karena alergi bersifat genetik. Jika

salah satu dari kedua orangtua kandung menderita

ISalah kaprah tentang alergi imunologi membuat masyarakat sering mengang-gap remeh penyakit ini. Kebanyakan penderitanya abai dengan tanda-tanda awal, seperti gatal pada kulit yang sulit sembuh walaupun diobati, mudah batuk pilek, atau peka terhadap debu, makanan tertentu, dan perubahan cuaca. Tanpa penanganan yang tepat, masalah alergi imunologi dapat meng-gerogoti kesehatan penderitanya dengan mengganggu berbagai organ, termasuk mata. Alergi imunologi yang gejalanya seolah akrab dalam kesehari-an si penderita diam-diam sanggup merampas penglihatan penderitanya seperti musuh dalam selimut.

ALERGIIMUNOLOGIDANMATA ANAK

Children Eye & Squint Clinic

Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K), MMEdu

Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K)

Dr. Florence M. Manurung, SpM(K)

Dr. Devina Nur Anissa, SpM,

Page 12: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Lensa kontak Ortho-K bekerja terbaik saat

penggunanya tidur di malam hari. Ketika itu, yang

rigid membentuk permukaan kornea bagian depan

dengan perlahan sehingga pengguna dapat melihat

dengan jelas setelah bangun tidur. Berbagai peneli-

tian pada penggunaan Ortho-K terbukti mampu

menurunkan progresivitas myopia sekaligus

mengendalikan peningkatannya, terutama pada

usia anak dan remaja yang memiliki bola mata

belum stabil.

Sampai saat ini, tidak terdapat batasan usia

untuk pengguna Ortho-K. Program Ortho-K dapat

menjadi pilihan bagi yang tidak dapat menggu-

nakan soft lens karena alergi dan mengalami mata

kering. Ortho-K juga tepat bagi pengguna yang aktif

berolahraga dan bekerja pada lingkungan yang

berdebu di luar ruang. Bagi anak-anak dan remaja

yang secara usia masih terlalu muda untuk menjala-

ni prosedur bedah refraktif laser seperti LASIK

ataupun ReLEx SMILE, Ortho-K dapat menjadi

alternatif yang tepat.

Lensa Ortho-K dibuat secara khusus untuk

setiap mata. Oleh karena itu, setiap pasien harus

menjalani pengukuran kornea terlebih dulu secara

akurat dengan dokter mata ahli lensa kontak.

Anda dapat mengetahui bila Anda kandi-

dat yang tepat untuk terapi Ortho-K dengan men-

jalani pemeriksaan awal RS Mata JEC. Pendaftaran

dapat dilakukan melalui Call Center JEC (+62-21)

2922 1000, 0857 7599 1000, Whatsapp 088 1159 3416,

Blackberry Messenger 7D2BC2C0, atau melalui JEC

Mobile App.

10 11

Contact LensService

Ingin bedah koreksi refraksi, tapi kondisi mata tidak memungkinkan? Tidak perlu galau, karena Anda dapat memilih orthokeratology (Ortho-K), terapi dengan lensa kontak yang mampu membentuk kontur kornea dan menahan laju peningkatan ukuran minus. Dengan segala keunggulannya, Ortho-K bisa untuk segala usia, lho!

Contact Lens Service

Dr. Tri Rahayu, SpM(K), FIACLEDr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K)

erapi kornea dengan menggunakan lensa

kontak rigid gas permeable (RGP) dikenal

dengan istilah orthokeratology (Ortho-K). Di

negara lain, Ortho K juga dikenal sebagai corneal reshaping (CR), corneal refractive therapy, atau

vision shaping.

Sesuai namanya, lensa Ortho-K memiliki

tekstur yang lebih keras. Terbuat dari material plastik

lensa ini memiliki kekuatan lebih baik daripada soft lens yang cenderung mudah robek. Lensa Ortho-K

dapat mempertahankan bentuknya ketika kelopak

mata berkedip sehingga cenderung memberikan

penglihatan yang lebih tajam dibandingkan soft lens yang lunak dan lentur.

Meskipun bermaterialkan plastik yang

kaku, lensa RGP dirancang sedemikian rupa agar

dapat mentransmisikan oksigen ke kornea. Hal

tersebut sangat penting mengingat kornea yang

kekurangan oksigen akan sangat rentan mengalami

mata kering maupun infeksi berat.

Ketua Contact Lens Service RS Mata JEC

Dr. Tri Rahayu, SpM, FIACLE mengemukakan, “Terapi

Ortho-K memiliki beberapa keunggulan, yaitu tidak

invasif, tidak membutuhkan tindakan bedah, serta

bersifat sementara. Begitu pengguna berhenti

menggunakan lensa Ortho-K, kornea akan kembali

ke bentuk semula dalam beberapa hari kemudian,

sehingga pengguna dapat kembali menggunakan

kacamata jika ingin. Sebagai alat terapi, tentu akan

lebih baik jika penggunaan lensa Ortho-K dilakukan

secara teratur dan dengan supervisi dokter mata

yang kompeten.

T

Koreksi Minus & Silindris dengan

Orthokeratology

Page 13: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Lensa kontak Ortho-K bekerja terbaik saat

penggunanya tidur di malam hari. Ketika itu, yang

rigid membentuk permukaan kornea bagian depan

dengan perlahan sehingga pengguna dapat melihat

dengan jelas setelah bangun tidur. Berbagai peneli-

tian pada penggunaan Ortho-K terbukti mampu

menurunkan progresivitas myopia sekaligus

mengendalikan peningkatannya, terutama pada

usia anak dan remaja yang memiliki bola mata

belum stabil.

Sampai saat ini, tidak terdapat batasan usia

untuk pengguna Ortho-K. Program Ortho-K dapat

menjadi pilihan bagi yang tidak dapat menggu-

nakan soft lens karena alergi dan mengalami mata

kering. Ortho-K juga tepat bagi pengguna yang aktif

berolahraga dan bekerja pada lingkungan yang

berdebu di luar ruang. Bagi anak-anak dan remaja

yang secara usia masih terlalu muda untuk menjala-

ni prosedur bedah refraktif laser seperti LASIK

ataupun ReLEx SMILE, Ortho-K dapat menjadi

alternatif yang tepat.

Lensa Ortho-K dibuat secara khusus untuk

setiap mata. Oleh karena itu, setiap pasien harus

menjalani pengukuran kornea terlebih dulu secara

akurat dengan dokter mata ahli lensa kontak.

Anda dapat mengetahui bila Anda kandi-

dat yang tepat untuk terapi Ortho-K dengan men-

jalani pemeriksaan awal RS Mata JEC. Pendaftaran

dapat dilakukan melalui Call Center JEC (+62-21)

2922 1000, 0857 7599 1000, Whatsapp 088 1159 3416,

Blackberry Messenger 7D2BC2C0, atau melalui JEC

Mobile App.

10 11

Contact LensService

Ingin bedah koreksi refraksi, tapi kondisi mata tidak memungkinkan? Tidak perlu galau, karena Anda dapat memilih orthokeratology (Ortho-K), terapi dengan lensa kontak yang mampu membentuk kontur kornea dan menahan laju peningkatan ukuran minus. Dengan segala keunggulannya, Ortho-K bisa untuk segala usia, lho!

Contact Lens Service

Dr. Tri Rahayu, SpM(K), FIACLEDr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K)

erapi kornea dengan menggunakan lensa

kontak rigid gas permeable (RGP) dikenal

dengan istilah orthokeratology (Ortho-K). Di

negara lain, Ortho K juga dikenal sebagai corneal reshaping (CR), corneal refractive therapy, atau

vision shaping.

Sesuai namanya, lensa Ortho-K memiliki

tekstur yang lebih keras. Terbuat dari material plastik

lensa ini memiliki kekuatan lebih baik daripada soft lens yang cenderung mudah robek. Lensa Ortho-K

dapat mempertahankan bentuknya ketika kelopak

mata berkedip sehingga cenderung memberikan

penglihatan yang lebih tajam dibandingkan soft lens yang lunak dan lentur.

Meskipun bermaterialkan plastik yang

kaku, lensa RGP dirancang sedemikian rupa agar

dapat mentransmisikan oksigen ke kornea. Hal

tersebut sangat penting mengingat kornea yang

kekurangan oksigen akan sangat rentan mengalami

mata kering maupun infeksi berat.

Ketua Contact Lens Service RS Mata JEC

Dr. Tri Rahayu, SpM, FIACLE mengemukakan, “Terapi

Ortho-K memiliki beberapa keunggulan, yaitu tidak

invasif, tidak membutuhkan tindakan bedah, serta

bersifat sementara. Begitu pengguna berhenti

menggunakan lensa Ortho-K, kornea akan kembali

ke bentuk semula dalam beberapa hari kemudian,

sehingga pengguna dapat kembali menggunakan

kacamata jika ingin. Sebagai alat terapi, tentu akan

lebih baik jika penggunaan lensa Ortho-K dilakukan

secara teratur dan dengan supervisi dokter mata

yang kompeten.

T

Koreksi Minus & Silindris dengan

Orthokeratology

Page 14: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Retina ServiceDiabetic Clinic

12 13

Dari sekian banyak penyebab kebutaan yang ada hingga saat ini, sebagian di antaranya dapat dihindari dengan menjalankan pola hidup sehat. Retinopati diabetika adalah salah satunya. Penyakit ini bersembunyi di balik diabetes mellitus yang terkenal sebagai pe- nyakit gula. Kenali cara untuk mencegah diri dari risiko diabetes, dan langkah apa saja yang harus dilakukan jika sudah terlanjur terkena retinopati diabetika.

bertujuan untuk memperbaiki asupan darah ke

retina. Tumbuhnya pembuluh baru pada retina

disebut proliferative retinopathy. Namun sayangnya,

reaksi yang bertujuan untuk menyelamatkan retina

ini malah dapat menimbulkan jaringan parut pada

retina, menyebabkan retina terlepas, dan me-

nyebabkan kebutaan.

Faktor Risiko

Apakah semua orang berisiko mengalami

retinopati diabetika? Tidak seperti katarak dan

glaukoma yang bisa terjadi pada siapa saja, retino-

pati diabetika hanya terjadi pada mereka yang me-

miliki diabetes mellitus.

Dalam penelitian oleh United Kingdom

Prospective Diabetic Study, ditemukan ketika

seorang penderita retinopati diabetika terdiagnosa,

ternyata ia sudah menderita diabetes jauh sebelum

didiagnosis dengan komplikasi tersebut.

Diabetes merupakan perjalanan penyakit

yang cukup panjang. Ketika pasien datang pertama

kalinya kepada dokter dengan keluhan yang kemu-

dian dikenali oleh dokter sebagai gejala diabetes,

maka sebenarnya pasien tersebut telah menderita

diabetes sejak bertahun-tahun sebelumnya. Fungsi

sel beta pasien menurun sebesar hampir 50 persen

saat konsultasi pertama.

“Diabetes mellitus menimbulkan komplika-

si kerusakan pada semua organ yang berkaitan

dengan pembuluh darah. Mata biasanya menjadi

organ terakhir yang terserang. Itulah sebabnya

dokter mata yang menangani pasien retinopati

diabetika biasanya segera merujuk pasien untuk

ditangani oleh dokter internis agar organ-organ lain

segera mendapatkan pemeriksaan,” jelas Ketua

Retina Service JEC Dr. Elvioza, SpM(K). Guna mengurangi faktor risiko mengalami

retinopati diabetika, seseorang harus terlebih dulu

menghindari diabetes. Mengatur pola makan yang

baik, berolahraga secara teratur, dan tidak merokok

sangat berguna dalam mencegah diabetes.

“Pola hidup demikian bermanfaat besar

jika dilakukan secara berkesinambungan sejak usia

belia. Kita tetap mengutamakan pencegahan penya-

kit, bukan pengobatan,” kata Dr. Elvioza.

etinopati diabetika merupakan bentuk

kelainan mata yang paling sering terjadi

akibat diabetes. Penyakit ini tergolong

berbahaya karena mampu merusak sebagian peng-

lihatan, bahkan menyebabkan penderitanya

mengalami kebutaan apabila tidak mendapatkan

penanganan dengan cepat dan tepat.

Retinopati diabetika terjadi ketika peruba-

han pada kadar gula darah menyebabkan perubah-

an pada pembuluh darah retina. Dalam sejumlah

kasus, pembuluh retina akan membengkak dan

menimbulkan kebocoran cairan ke area belakang

mata. Pada kasus-kasus lainnya juga ditemukan

pertumbuhan pembuluh abnormal pada permu-

kaan retina.

Tipe Retinopati Diabetika

Retinopati diabetika terdiri dari tiga tipe,

yaitu background retinopathy, diabetic maculo- pathy, dan proliferative retinopathy.

Background retinopathy adalah tahap

awal kerusakan retina berupa aneurisma mikro,

yaitu ketika ada pembengkakan pembuluh kapiler

yang berfungsi mengantarkan nutrisi ke retina.

Ketika kelainan ini muncul, pasien tidak selalu me-

rasakan keluhan sehingga seringkali tidak ber-

konsultasi ke dokter. Tanda-tanda background retinopathy hanya dapat diketahui melalui pemerik-

saan menggunakan teknik pemotretan mata.

Diabetic maculopathy adalah kerusakan

yang terjadi pada makula, bagian mata yang menye-

diakan penglihatan tengah. Salah satu penyebabnya

adalah oedema makula di mana pembuluh darah

mengalami kebocoran cairan atau protein hingga

mengenai makula. Jika kebocoran tersebut meng-

akibatkan retina mengeras dan eksudasi (deposit

lemak dari darah) semakin membesar dan

mendekati fovea, maka kondisi ini disebut sebagai

Clinically Significant Macular Oedema (CSMO).

Ketika sejumlah pembuluh darah pada

retina mengalami kerusakan, tubuh secara otomatis

bereaksi dengan melepaskan hormon pertumbu-

han yang disebut Vascular Endothelial Cell Growth Factor (VEGF). Hormon ini menimbulkan pemben-

tukan pembuluh-pembuluh baru pada retina yang

R

Page 15: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Retina ServiceDiabetic Clinic

12 13

Dari sekian banyak penyebab kebutaan yang ada hingga saat ini, sebagian di antaranya dapat dihindari dengan menjalankan pola hidup sehat. Retinopati diabetika adalah salah satunya. Penyakit ini bersembunyi di balik diabetes mellitus yang terkenal sebagai pe- nyakit gula. Kenali cara untuk mencegah diri dari risiko diabetes, dan langkah apa saja yang harus dilakukan jika sudah terlanjur terkena retinopati diabetika.

bertujuan untuk memperbaiki asupan darah ke

retina. Tumbuhnya pembuluh baru pada retina

disebut proliferative retinopathy. Namun sayangnya,

reaksi yang bertujuan untuk menyelamatkan retina

ini malah dapat menimbulkan jaringan parut pada

retina, menyebabkan retina terlepas, dan me-

nyebabkan kebutaan.

Faktor Risiko

Apakah semua orang berisiko mengalami

retinopati diabetika? Tidak seperti katarak dan

glaukoma yang bisa terjadi pada siapa saja, retino-

pati diabetika hanya terjadi pada mereka yang me-

miliki diabetes mellitus.

Dalam penelitian oleh United Kingdom

Prospective Diabetic Study, ditemukan ketika

seorang penderita retinopati diabetika terdiagnosa,

ternyata ia sudah menderita diabetes jauh sebelum

didiagnosis dengan komplikasi tersebut.

Diabetes merupakan perjalanan penyakit

yang cukup panjang. Ketika pasien datang pertama

kalinya kepada dokter dengan keluhan yang kemu-

dian dikenali oleh dokter sebagai gejala diabetes,

maka sebenarnya pasien tersebut telah menderita

diabetes sejak bertahun-tahun sebelumnya. Fungsi

sel beta pasien menurun sebesar hampir 50 persen

saat konsultasi pertama.

“Diabetes mellitus menimbulkan komplika-

si kerusakan pada semua organ yang berkaitan

dengan pembuluh darah. Mata biasanya menjadi

organ terakhir yang terserang. Itulah sebabnya

dokter mata yang menangani pasien retinopati

diabetika biasanya segera merujuk pasien untuk

ditangani oleh dokter internis agar organ-organ lain

segera mendapatkan pemeriksaan,” jelas Ketua

Retina Service JEC Dr. Elvioza, SpM(K). Guna mengurangi faktor risiko mengalami

retinopati diabetika, seseorang harus terlebih dulu

menghindari diabetes. Mengatur pola makan yang

baik, berolahraga secara teratur, dan tidak merokok

sangat berguna dalam mencegah diabetes.

“Pola hidup demikian bermanfaat besar

jika dilakukan secara berkesinambungan sejak usia

belia. Kita tetap mengutamakan pencegahan penya-

kit, bukan pengobatan,” kata Dr. Elvioza.

etinopati diabetika merupakan bentuk

kelainan mata yang paling sering terjadi

akibat diabetes. Penyakit ini tergolong

berbahaya karena mampu merusak sebagian peng-

lihatan, bahkan menyebabkan penderitanya

mengalami kebutaan apabila tidak mendapatkan

penanganan dengan cepat dan tepat.

Retinopati diabetika terjadi ketika peruba-

han pada kadar gula darah menyebabkan perubah-

an pada pembuluh darah retina. Dalam sejumlah

kasus, pembuluh retina akan membengkak dan

menimbulkan kebocoran cairan ke area belakang

mata. Pada kasus-kasus lainnya juga ditemukan

pertumbuhan pembuluh abnormal pada permu-

kaan retina.

Tipe Retinopati Diabetika

Retinopati diabetika terdiri dari tiga tipe,

yaitu background retinopathy, diabetic maculo- pathy, dan proliferative retinopathy.

Background retinopathy adalah tahap

awal kerusakan retina berupa aneurisma mikro,

yaitu ketika ada pembengkakan pembuluh kapiler

yang berfungsi mengantarkan nutrisi ke retina.

Ketika kelainan ini muncul, pasien tidak selalu me-

rasakan keluhan sehingga seringkali tidak ber-

konsultasi ke dokter. Tanda-tanda background retinopathy hanya dapat diketahui melalui pemerik-

saan menggunakan teknik pemotretan mata.

Diabetic maculopathy adalah kerusakan

yang terjadi pada makula, bagian mata yang menye-

diakan penglihatan tengah. Salah satu penyebabnya

adalah oedema makula di mana pembuluh darah

mengalami kebocoran cairan atau protein hingga

mengenai makula. Jika kebocoran tersebut meng-

akibatkan retina mengeras dan eksudasi (deposit

lemak dari darah) semakin membesar dan

mendekati fovea, maka kondisi ini disebut sebagai

Clinically Significant Macular Oedema (CSMO).

Ketika sejumlah pembuluh darah pada

retina mengalami kerusakan, tubuh secara otomatis

bereaksi dengan melepaskan hormon pertumbu-

han yang disebut Vascular Endothelial Cell Growth Factor (VEGF). Hormon ini menimbulkan pemben-

tukan pembuluh-pembuluh baru pada retina yang

R

Page 16: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Waspadai Setiap Gejala

Retinopati diabetika bukan hanya satu-

satunya kelainan mata yang dapat menyertai diabe-

tes mellitus. Orang dengan diabetes mellitus harus

teliti dan mewaspadai setiap gejala yang dirasakan

pada mata.

Jangan tunda kunjungan ke dokter mata

jika terasa gangguan pada mata, seperti penglihatan

yang memburuk, kehilangan penglihatan secara

mendadak, merasa melihat benda-benda asing

mengambang di area pandang (dikenal sebagai

floaters), pandangan mengabur, mata merah, atau

nyeri pada mata. Mata memerlukan pemeriksaan

segera untuk mengetahui bila terdapat retinopati

diabetika atau masalah lain, seperti retina lepas atau

glaukoma.

Penanganan retinopati diabetika tidak bisa

dilakukan tanpa menangani diabetes mellitus. JEC

memberikan kemudahan bagi masyarakat dengan

menyediakan Retina Service dan Diabetic Clinic

dalam satu atap di seluruh rumah sakit JEC. Layanan

Diabetic Clinic JEC sendiri akan diluncurkan pada

bulan November 2016, bertepatan dengan pelaksa-

naan Saturday Seminar Retinopati Diabetika.

Buktikan kepedulian Anda pada kesehatan

mata dengan memeriksakan mata di JEC. Janji

temu dapat dilakukan melalui Call Center JEC

(62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000, aplikasi

Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger

7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App yang dapat

diunduh melalui Android Apps Store atau Apple

Apps Store.

14 1515

Retina Service

Dr. Elvioza, SpM(K)

Dr. Darwan M. Purba, SpM(K)

Dr. Soedarman Sjamsoe, SpM(K)

Dr. Waldensius Girsang, SpM(K)

Dr. Gitalisa Andayani, SpM(K)

Dr. Referano Agustiawan, SpM(K)

Dr. Cosmos O. MAngunsong, SpM

Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM

Dr. Soefiandi Soedarman, SpM

Diabetic Clinic

Dr. Suharko Soebardi, SpPD - KEMD

Dr.Djoko Maryono, DsPD, DsPJ, FIHA, FACC

Dr. Lies Luthariana, SpPD

Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci

Dr. Albertus Hendrawidjaja Undarsa, SpPd

Dr. Velma Herwanto, SpPD

Mata Normal

Mata denganRetinopati Diabetika

Hasil fotoMata Normal

Monitor Tiga Aspek

Semua orang pada dasarnya dapat meng-

hindari risiko retinopati diabetika, atau mencegah

perburukan jika terlanjur mendapatkan penyakit

tersebut. Caranya adalah dengan mengendalikan

kadar gula darah, tekanan darah, dan kadar koleste-

rol, serta memonitor ketiga aspek itu secara teratur.

Kriteria yang digunakan untuk menentu-

kan bila seseorang menyandang diabetes mellitus

adalah gula darah puasa sekitar 126 mg/dl atau gula

darah sewaktu sekitar 200 mg/dl. Menurut ahli

penyakit dalam JEC Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci, ”Kadar gula darah bukan satu-

satunya syarat untuk menegakkan diagnosa diabe-

tes mellitus. Dokter membutuhkan anamnesis

mengenai gejala lain, seperti sering buang air seni di

malam hari, sering haus, dan sering lapar.”

Gula darah normal berada di kisaran 110

mg/dl. Jika gula darah puasa berada di antara 111-126

mg/dl, maka pasien sudah berada dalam kelompok

pra-diabetes. Secara klinis, pasien mungkin belum

menunjukkan gejala diabetes, namun sudah dapat

masuk dalam kelompok orang berisiko tinggi untuk

menjadi penyandang diabetes sesungguhnya.

Jika pasien melakukan pengecekan gula

darah sewaktu secara mandiri di rumah, lakukan

beberapa kali sehari karena hasilnya bisa ber-

beda-beda sepanjang hari. American Diabetes

Association menganjurkan penderita diabetes

mellitus untuk memeriksa tujuh kali gula darah

dalam satu hari untuk mendapatkan gambaran

yang lebih baik, yaitu pra-pagi, pasca-pagi, pra-siang,

pasca-siang, pra-malam, pasca-malam, dan

menjelang tidur. Di Indonesia, karena berbagai

alasan, pasien hanya dianjurkan memeriksa gula

darah puasa dan dua jam setelah makan.

Tekanan darah juga merupakan hal yang

perlu mendapat perhatian. Pemeriksaan dapat

dilakukan oleh dokter atau secara mandiri di rumah.

Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter

merkuri (mmHg). Orang dengan diabetes disarankan

memiliki tekanan darah tidak lebih daripada

140/80mmHg. Jika terdapat komplikasi diabetes,

termasuk retinopati diabetika, tekanan darah harus

kurang dari 130/80mmHg.

Kadar kolesterol dapat diukur dengan alat

pengukuran sederhana tetapi hanya dilaksanakan

oleh tenaga medis. Seseorang dengan diabetes

disarankan memiliki kadar kolesterol total tidak lebih

daripada 4 mmol/l.

Meskipun kadar gula darah, tekanan darah,

dan kolesterol telah terkendali, pasien dengan diabe-

tes mellitus tetap memerlukan pemeriksaan mata

secara teratur untuk mendeteksi bila terdapat

tanda-tanda awal retinopati diabetika. Semakin dini

penanganan dilakukan, semakin besar kesempatan

untuk menyelamatkan penglihatan.

Hasil fotoMata dengan Retinopatika Diabetika

Page 17: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Waspadai Setiap Gejala

Retinopati diabetika bukan hanya satu-

satunya kelainan mata yang dapat menyertai diabe-

tes mellitus. Orang dengan diabetes mellitus harus

teliti dan mewaspadai setiap gejala yang dirasakan

pada mata.

Jangan tunda kunjungan ke dokter mata

jika terasa gangguan pada mata, seperti penglihatan

yang memburuk, kehilangan penglihatan secara

mendadak, merasa melihat benda-benda asing

mengambang di area pandang (dikenal sebagai

floaters), pandangan mengabur, mata merah, atau

nyeri pada mata. Mata memerlukan pemeriksaan

segera untuk mengetahui bila terdapat retinopati

diabetika atau masalah lain, seperti retina lepas atau

glaukoma.

Penanganan retinopati diabetika tidak bisa

dilakukan tanpa menangani diabetes mellitus. JEC

memberikan kemudahan bagi masyarakat dengan

menyediakan Retina Service dan Diabetic Clinic

dalam satu atap di seluruh rumah sakit JEC. Layanan

Diabetic Clinic JEC sendiri akan diluncurkan pada

bulan November 2016, bertepatan dengan pelaksa-

naan Saturday Seminar Retinopati Diabetika.

Buktikan kepedulian Anda pada kesehatan

mata dengan memeriksakan mata di JEC. Janji

temu dapat dilakukan melalui Call Center JEC

(62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000, aplikasi

Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger

7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App yang dapat

diunduh melalui Android Apps Store atau Apple

Apps Store.

14 1515

Retina Service

Dr. Elvioza, SpM(K)

Dr. Darwan M. Purba, SpM(K)

Dr. Soedarman Sjamsoe, SpM(K)

Dr. Waldensius Girsang, SpM(K)

Dr. Gitalisa Andayani, SpM(K)

Dr. Referano Agustiawan, SpM(K)

Dr. Cosmos O. MAngunsong, SpM

Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM

Dr. Soefiandi Soedarman, SpM

Diabetic Clinic

Dr. Suharko Soebardi, SpPD - KEMD

Dr.Djoko Maryono, DsPD, DsPJ, FIHA, FACC

Dr. Lies Luthariana, SpPD

Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci

Dr. Albertus Hendrawidjaja Undarsa, SpPd

Dr. Velma Herwanto, SpPD

Mata Normal

Mata denganRetinopati Diabetika

Hasil fotoMata Normal

Monitor Tiga Aspek

Semua orang pada dasarnya dapat meng-

hindari risiko retinopati diabetika, atau mencegah

perburukan jika terlanjur mendapatkan penyakit

tersebut. Caranya adalah dengan mengendalikan

kadar gula darah, tekanan darah, dan kadar koleste-

rol, serta memonitor ketiga aspek itu secara teratur.

Kriteria yang digunakan untuk menentu-

kan bila seseorang menyandang diabetes mellitus

adalah gula darah puasa sekitar 126 mg/dl atau gula

darah sewaktu sekitar 200 mg/dl. Menurut ahli

penyakit dalam JEC Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci, ”Kadar gula darah bukan satu-

satunya syarat untuk menegakkan diagnosa diabe-

tes mellitus. Dokter membutuhkan anamnesis

mengenai gejala lain, seperti sering buang air seni di

malam hari, sering haus, dan sering lapar.”

Gula darah normal berada di kisaran 110

mg/dl. Jika gula darah puasa berada di antara 111-126

mg/dl, maka pasien sudah berada dalam kelompok

pra-diabetes. Secara klinis, pasien mungkin belum

menunjukkan gejala diabetes, namun sudah dapat

masuk dalam kelompok orang berisiko tinggi untuk

menjadi penyandang diabetes sesungguhnya.

Jika pasien melakukan pengecekan gula

darah sewaktu secara mandiri di rumah, lakukan

beberapa kali sehari karena hasilnya bisa ber-

beda-beda sepanjang hari. American Diabetes

Association menganjurkan penderita diabetes

mellitus untuk memeriksa tujuh kali gula darah

dalam satu hari untuk mendapatkan gambaran

yang lebih baik, yaitu pra-pagi, pasca-pagi, pra-siang,

pasca-siang, pra-malam, pasca-malam, dan

menjelang tidur. Di Indonesia, karena berbagai

alasan, pasien hanya dianjurkan memeriksa gula

darah puasa dan dua jam setelah makan.

Tekanan darah juga merupakan hal yang

perlu mendapat perhatian. Pemeriksaan dapat

dilakukan oleh dokter atau secara mandiri di rumah.

Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter

merkuri (mmHg). Orang dengan diabetes disarankan

memiliki tekanan darah tidak lebih daripada

140/80mmHg. Jika terdapat komplikasi diabetes,

termasuk retinopati diabetika, tekanan darah harus

kurang dari 130/80mmHg.

Kadar kolesterol dapat diukur dengan alat

pengukuran sederhana tetapi hanya dilaksanakan

oleh tenaga medis. Seseorang dengan diabetes

disarankan memiliki kadar kolesterol total tidak lebih

daripada 4 mmol/l.

Meskipun kadar gula darah, tekanan darah,

dan kolesterol telah terkendali, pasien dengan diabe-

tes mellitus tetap memerlukan pemeriksaan mata

secara teratur untuk mendeteksi bila terdapat

tanda-tanda awal retinopati diabetika. Semakin dini

penanganan dilakukan, semakin besar kesempatan

untuk menyelamatkan penglihatan.

Hasil fotoMata dengan Retinopatika Diabetika

Page 18: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

16 17

Kehilangan penglihatan pada pasien yang

semula mampu melihat secara normal tak jarang

menimbulkan guncangan batin. Hal seperti itu tidak

dirasakan oleh orang yang berpenglihatan minim

atau buta sejak lahir. Menurut Agus, sejumlah pasien

perlu ditangani bersama dengan psikolog terutama

untuk mencegah depresi. JIka pasien masih usia

sekolah perlu keterlibatan guru kelas, orangtua,

dokter mata dan terapis low vision.

Agus mengatakan, “Beberapa pasien

memiliki pekerjaan yang menuntutnya memiliki

penglihatan sempurna, atau minimal bisa dibantu

dengan kacamata biasa, misalnya pekerjaan yang

berhubungan dengan keselamatan manusia atau

pengoperasian mesin. Bagi mereka, hilangnya peng-

lihatan berarti kehilangan pekerjaan. Sebelum hal

itu terjadi, kami akan menggali kemampuan

tersembunyi pada pasien. Terkadang situasi peng-

lihatan yang memburuk malah mendorong pasien

menemukan potensi terbaiknya.”

Dukungan keluarga dan orang-orang

sekitar menjadi faktor penting yang tidak bisa

dipisahkan dalam menangani pasien. Agus me-

wajibkan pasien didampingi oleh anggota keluarga

pada setiap sesi terapi low vision. Terapi tidak akan

berhasil apabila keluarga pasien tidak teredukasi

mengenai keadaan penglihatan pasien.

Terapi low vision membantu pasien dan

keluarganya berdamai dengan kondisi penglihatan

yang buruk. Sejalan dengan penerimaan tersebut,

rasa percaya pasien semakin tumbuh sehingga ia

mampu menjalankan aktivitas dan fungsi dirinya

dengan baik.

Jadikan masa depan Anda atau orang yang

Anda sayangi lebih baik dengan terapi low vision. Terapi dapat dilakukan dengan perjanjian melalui

Call Center JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000,

Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger

7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App.

Berdamai dengan Penglihatan Buruk

hristine Ha kehilangan penglihatannya

secara perlahan-lahan dalam kurun waktu

1999 hingga 2007 karena penyakit auto-

imun Neuromyelitis optica. Meskipun demikian, ia

tidak pernah berhenti menekuni hobi memasak.

Dengan percaya diri, ia mendaftar sebagai kontestan

pada US Masterchef musim ketiga, menyingkirkan

30.000 pesaing, berhasil memenangkan hadiah

bernilai 250.000 dollar Amerika, dan mendapatkan

kontrak menerbitkan buku masaknya sendiri. Pen-

capaian yang sangat luar biasa, bahkan bagi orang

berpenglihatan normal sekalipun.

“Dari sisi medis, dokter menyebut peng-

lihatan saya “sehitungan jari”. Jika Anda menempat-

kan tangan sejarak 10 hingga 12 inci dari wajah saya,

saya bisa menghitung jumlah jari yang Anda acung-

kan asalkan cahaya tidak terlalu redup. Ini seperti

berada di kamar mandi yang dipenuhi dengan uap

air panas sehingga yang terlihat hanya bentuk dan

bayangan tidak jelas,“ kata Christine (www.ew.com).

Keberhasilan Christine dapat menjadi

contoh luar biasa tentang orang-orang dengan low vision yang berhasil menggapai cita-cita. Hal serupa

C

Kehilangan penglihatan seringkali dikaitkan dengan keterbatasan diri. Padahal ke- terbatasan merupakan miskonsepsi yang timbul ketika seseorang belum dapat menerima keadaan penglihatannya yang memburuk. Seorang pasien low vision JEC berpendapat, “Mungkin saya akan buta beberapa tahun lagi. Saya memutuskan akan mengenang yang terbaik dari penglihatan saya dan tidak jatuh terpuruk karena ke- jadian yang menimpa mata saya. Life goes on!”

Low Vision

Drs. Agus Teguh Riyanto

juga dialami oleh pasien low vision JEC. Pasien anak

dapat terus bersekolah, ada pasien yang menjadi

dosen, desainer interior, dan beragam profesi lain.

“Sebagian pasien datang ke dokter untuk

pertama kalinya ketika keadaan mata sudah parah

sehingga dokter tidak bisa menyelamatkan peng-

lihatan meskipun sudah berbuat maksimal. Ada

yang terkena glaukoma, kelainan retina, tumor, atau

masalah autoimun. Pasien yang berisiko kehilangan

penglihatan biasanya dirujuk untuk menjalani terapi

low vision agar pasien dapat memaksimalkan peng-

lihatan yang tersisa,” kata Drs. Agus Teguh Riyanto.

Low vision merupakan program rehabilitasi

penglihatan yang membuat pasien mempelajari

berbagai cara baru dalam mengerjakan tugas

sehari-hari, termasuk pekerjaan. Dengan bantuan

terapis, pasien belajar bagaimana bergerak secara

aman di sekitar rumah, di lingkungan kerja, dan

tempat lainnya di mana ia sering beraktivitas. Pasien

juga belajar cara bepergian sendiri. Terapis mem-

bantu pasien menentukan alat bantu adaptif yang

tepat, misalnya kaca pembesar, binokular, atau lensa

warna khusus.

Low Vision

Page 19: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

16 17

Kehilangan penglihatan pada pasien yang

semula mampu melihat secara normal tak jarang

menimbulkan guncangan batin. Hal seperti itu tidak

dirasakan oleh orang yang berpenglihatan minim

atau buta sejak lahir. Menurut Agus, sejumlah pasien

perlu ditangani bersama dengan psikolog terutama

untuk mencegah depresi. JIka pasien masih usia

sekolah perlu keterlibatan guru kelas, orangtua,

dokter mata dan terapis low vision.

Agus mengatakan, “Beberapa pasien

memiliki pekerjaan yang menuntutnya memiliki

penglihatan sempurna, atau minimal bisa dibantu

dengan kacamata biasa, misalnya pekerjaan yang

berhubungan dengan keselamatan manusia atau

pengoperasian mesin. Bagi mereka, hilangnya peng-

lihatan berarti kehilangan pekerjaan. Sebelum hal

itu terjadi, kami akan menggali kemampuan

tersembunyi pada pasien. Terkadang situasi peng-

lihatan yang memburuk malah mendorong pasien

menemukan potensi terbaiknya.”

Dukungan keluarga dan orang-orang

sekitar menjadi faktor penting yang tidak bisa

dipisahkan dalam menangani pasien. Agus me-

wajibkan pasien didampingi oleh anggota keluarga

pada setiap sesi terapi low vision. Terapi tidak akan

berhasil apabila keluarga pasien tidak teredukasi

mengenai keadaan penglihatan pasien.

Terapi low vision membantu pasien dan

keluarganya berdamai dengan kondisi penglihatan

yang buruk. Sejalan dengan penerimaan tersebut,

rasa percaya pasien semakin tumbuh sehingga ia

mampu menjalankan aktivitas dan fungsi dirinya

dengan baik.

Jadikan masa depan Anda atau orang yang

Anda sayangi lebih baik dengan terapi low vision. Terapi dapat dilakukan dengan perjanjian melalui

Call Center JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000,

Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger

7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App.

Berdamai dengan Penglihatan Buruk

hristine Ha kehilangan penglihatannya

secara perlahan-lahan dalam kurun waktu

1999 hingga 2007 karena penyakit auto-

imun Neuromyelitis optica. Meskipun demikian, ia

tidak pernah berhenti menekuni hobi memasak.

Dengan percaya diri, ia mendaftar sebagai kontestan

pada US Masterchef musim ketiga, menyingkirkan

30.000 pesaing, berhasil memenangkan hadiah

bernilai 250.000 dollar Amerika, dan mendapatkan

kontrak menerbitkan buku masaknya sendiri. Pen-

capaian yang sangat luar biasa, bahkan bagi orang

berpenglihatan normal sekalipun.

“Dari sisi medis, dokter menyebut peng-

lihatan saya “sehitungan jari”. Jika Anda menempat-

kan tangan sejarak 10 hingga 12 inci dari wajah saya,

saya bisa menghitung jumlah jari yang Anda acung-

kan asalkan cahaya tidak terlalu redup. Ini seperti

berada di kamar mandi yang dipenuhi dengan uap

air panas sehingga yang terlihat hanya bentuk dan

bayangan tidak jelas,“ kata Christine (www.ew.com).

Keberhasilan Christine dapat menjadi

contoh luar biasa tentang orang-orang dengan low vision yang berhasil menggapai cita-cita. Hal serupa

C

Kehilangan penglihatan seringkali dikaitkan dengan keterbatasan diri. Padahal ke- terbatasan merupakan miskonsepsi yang timbul ketika seseorang belum dapat menerima keadaan penglihatannya yang memburuk. Seorang pasien low vision JEC berpendapat, “Mungkin saya akan buta beberapa tahun lagi. Saya memutuskan akan mengenang yang terbaik dari penglihatan saya dan tidak jatuh terpuruk karena ke- jadian yang menimpa mata saya. Life goes on!”

Low Vision

Drs. Agus Teguh Riyanto

juga dialami oleh pasien low vision JEC. Pasien anak

dapat terus bersekolah, ada pasien yang menjadi

dosen, desainer interior, dan beragam profesi lain.

“Sebagian pasien datang ke dokter untuk

pertama kalinya ketika keadaan mata sudah parah

sehingga dokter tidak bisa menyelamatkan peng-

lihatan meskipun sudah berbuat maksimal. Ada

yang terkena glaukoma, kelainan retina, tumor, atau

masalah autoimun. Pasien yang berisiko kehilangan

penglihatan biasanya dirujuk untuk menjalani terapi

low vision agar pasien dapat memaksimalkan peng-

lihatan yang tersisa,” kata Drs. Agus Teguh Riyanto.

Low vision merupakan program rehabilitasi

penglihatan yang membuat pasien mempelajari

berbagai cara baru dalam mengerjakan tugas

sehari-hari, termasuk pekerjaan. Dengan bantuan

terapis, pasien belajar bagaimana bergerak secara

aman di sekitar rumah, di lingkungan kerja, dan

tempat lainnya di mana ia sering beraktivitas. Pasien

juga belajar cara bepergian sendiri. Terapis mem-

bantu pasien menentukan alat bantu adaptif yang

tepat, misalnya kaca pembesar, binokular, atau lensa

warna khusus.

Low Vision

Page 20: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Gratis Berkualitas

JEC melaksanakan Bakti Katarak tepat

pada hari Kick-o� diluncurkan. Pelaksanaan kegia-

tan berlangsung di JEC@Kedoya dengan menggu-

nakan teknologi bedah katarak termodern.

"Kami tetap mengutamakan kualitas,

keselamatan pasien, dan hasil. Ketiga poin tersebut

selalu kami perhatikan. Kami juga menggunakan

teknologi terkini dalam prosedur operasi gratis

sehingga mempercepat proses pengangkatan

katarak dan mempersingkat waktu pemulihan

pasca operasi," tutur Ketua Katarak dan Bedah

Refraktif JEC Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K). Sebagai rumah sakit mata peraih sertifikasi

Gold Seal dari Joint Commission International (JCI)

yang berpusat di Amerika Serikat, JEC Kedoya

menerapkan layanan kesehatan mata berstandar

internasional dalam setiap pelaksanaan tindakan

operasi. Standard internasional berlaku pada

seluruh kegiatan operasi, baik yang berbayar

maupun tidak berbayar.

Bersatu Berantas Katarak

Pada penghujung tahun 1999, suatu pene-

litian memprediksi jumlah kebutaan di dunia akan

meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun ke depan.

Menyikapi hal tersebut, World Health Organization

(WHO) bersama International Agency for Prevention

of Blindness (IAPB) menggagas “Vision 2020: The

Right to Sight” untuk menghapus apa yang disebut

sebagai “kebutaan yang bisa dihindari” secara global

dengan target menurunkan angka kebutaan pada

dari 75 juta orang menjadi 25 juta orang pada tahun

2020. Di Indonesia, visi tersebut dicanangkan oleh

18

Eyes On

emberian operasi katarak gratis terhadap

910 pasien katarak merupakan bagian dari

komitmen JEC dan Matahati untuk

mendukung upaya pemerintah mewujudkan Vision

2020 sekaligus memperingati sewindu Gerakan

Matahati dan ulang tahun ke-91 pendirinya, yakni

Panji Wisaksana.

Peserta yang telah terdaftar dalam

program Kick-o� 910. tersebar di berbagai daerah.

Dengan jumlah pasien yang cukup banyak dan

cakupan daerah sangat luas, sementara waktu dan

sumber daya manusia terbatas, maka kegiatan ini

akan berlangsung secara bertahap.

P

Sebagai negeri yang terletak di garis ekuator, Indonesia bergelimang dengan cahaya matahari. Ke- mewahan ini disertai dengan sinar ultraviolet dan menerpa sepanjang tahun sehingga diduga turut berperan dalam menyebabkan masyarakat menderita katarak 15 tahun lebih cepat daripada orang-orang dari daerah beriklim dingin. “Katarak masih menjadi penyebab kebutaan terbanyak di dunia. Diperkirakan setiap tahun ada satu kasus baru katarak di antara seribu orang,” kata Dr. Johan A. Hutauruk, SpM(K) Presiden JEC Korporat saat acara Kick-O� 910 Operasi Bakti Katarak di JEC@Kedoya, Jakarta Barat, Sabtu (23/7).

2020. Di Indonesia, visi tersebut dicanangkan oleh

pemerintah pada tahun 2000.

Menilik pada istilah kebutaan yang bisa

dihindari, memang sebenarnya 80 persen dari kasus

kebutaan dapat dicegah dengan deteksi dini dan

penanganan segera. Katarak sendiri menempati

porsi kasus terbesar.

Ironisnya, mayoritas penderita berasal dari

kalangan ekonomi lemah sehingga tidak memerik-

sakan mata. Berdasarkan data Kementerian Keseha-

tan, setiap tahunnya ada 0,1 pasien katarak baru di

Indonesia atau sekitar 250.000 orang. Namun,

kemampuan mengurangi jumlah pasien buta

katarak di Indonesia baru 180.000 operasi per tahun.

Gap yang besar ini dikenal dengan istilah “cataract

backlog”.

Pada masa krisis ekonomi 1998 melanda

negeri, kegiatan operasi gratis yang berjalan selama

belasan tahun di bawah naungan PERDAMI ber-

sama Yayasan Dharmais dan Lions Club terhenti

karena kesulitan dana. Beberapa tahun setelah

kegiatan ini vakum, Panji Wisaksana yang aktif

bergiat di Lions Club datang ke JEC@Menteng

dengan menggagas gerakan operasi katarak gratis.

JEC menjadi rumah sakit pertama yang mendukung

Panji hingga terbentuk Gerakan Matahati.

Gerakan Matahati membangun kerjasama

dengan banyak pihak sehingga sejak tahun 2008

sampai dengan Maret 2016 Matahati telah melaku-

kan 14.825 operasi bagi sekitar 18.025 pasien tidak

mampu. JEC sendiri berkomitmen kepada Matahati

untuk menanggung sepenuhnya biaya operasi

katarak untuk pasien tidak mampu sebanyak 400

pasien per tahun.

Turut berkontribusi secara pribadi dalam

kegiatan 910 Operasi Katarak Gratis sebagai bentuk

syukur memasuki usia baru dan hari jadi pernikahan

ke-70 tahun, Bapak Panji menyatakan, “Harapan

kami, kegiatan operasi katarak gratis dapat mening-

katkan kualitas hidup pasien penderita katarak dan

tentunya turut mendukung visi Gerakan Matahati

dan pemerintah.”

"Kami menargetkan seluruh 910 operasi

sudah selesai pada bulan November tahun ini.

Angka tersebut merupakan tambahan dari target

tahunan Matahati, yaitu 2500 operasi," terang

Wandi S. Brata Ketua Pelaksana Gerakan Matahati.

“KICK-OFF 910”Bakti Katarak JEC-Matahati

Foto kiri: (dari kiri ke kanan) ..., Dr. Johan Hutauruk, SpM,

Panji Wisaksana, Wandi S. Brata, Dr. Setiyo Budi Rianto, ...,

dan Dr. ... meresmikan Kick-O� 910 bersama-sama.

Foto kanan:Beberapa peserta Bakti Katarak

tengah beristirahat pasca menjalanioperasi.

19

Page 21: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Gratis Berkualitas

JEC melaksanakan Bakti Katarak tepat

pada hari Kick-o� diluncurkan. Pelaksanaan kegia-

tan berlangsung di JEC@Kedoya dengan menggu-

nakan teknologi bedah katarak termodern.

"Kami tetap mengutamakan kualitas,

keselamatan pasien, dan hasil. Ketiga poin tersebut

selalu kami perhatikan. Kami juga menggunakan

teknologi terkini dalam prosedur operasi gratis

sehingga mempercepat proses pengangkatan

katarak dan mempersingkat waktu pemulihan

pasca operasi," tutur Ketua Katarak dan Bedah

Refraktif JEC Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K). Sebagai rumah sakit mata peraih sertifikasi

Gold Seal dari Joint Commission International (JCI)

yang berpusat di Amerika Serikat, JEC Kedoya

menerapkan layanan kesehatan mata berstandar

internasional dalam setiap pelaksanaan tindakan

operasi. Standard internasional berlaku pada

seluruh kegiatan operasi, baik yang berbayar

maupun tidak berbayar.

Bersatu Berantas Katarak

Pada penghujung tahun 1999, suatu pene-

litian memprediksi jumlah kebutaan di dunia akan

meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun ke depan.

Menyikapi hal tersebut, World Health Organization

(WHO) bersama International Agency for Prevention

of Blindness (IAPB) menggagas “Vision 2020: The

Right to Sight” untuk menghapus apa yang disebut

sebagai “kebutaan yang bisa dihindari” secara global

dengan target menurunkan angka kebutaan pada

dari 75 juta orang menjadi 25 juta orang pada tahun

2020. Di Indonesia, visi tersebut dicanangkan oleh

18

Eyes On

emberian operasi katarak gratis terhadap

910 pasien katarak merupakan bagian dari

komitmen JEC dan Matahati untuk

mendukung upaya pemerintah mewujudkan Vision

2020 sekaligus memperingati sewindu Gerakan

Matahati dan ulang tahun ke-91 pendirinya, yakni

Panji Wisaksana.

Peserta yang telah terdaftar dalam

program Kick-o� 910. tersebar di berbagai daerah.

Dengan jumlah pasien yang cukup banyak dan

cakupan daerah sangat luas, sementara waktu dan

sumber daya manusia terbatas, maka kegiatan ini

akan berlangsung secara bertahap.

P

Sebagai negeri yang terletak di garis ekuator, Indonesia bergelimang dengan cahaya matahari. Ke- mewahan ini disertai dengan sinar ultraviolet dan menerpa sepanjang tahun sehingga diduga turut berperan dalam menyebabkan masyarakat menderita katarak 15 tahun lebih cepat daripada orang-orang dari daerah beriklim dingin. “Katarak masih menjadi penyebab kebutaan terbanyak di dunia. Diperkirakan setiap tahun ada satu kasus baru katarak di antara seribu orang,” kata Dr. Johan A. Hutauruk, SpM(K) Presiden JEC Korporat saat acara Kick-O� 910 Operasi Bakti Katarak di JEC@Kedoya, Jakarta Barat, Sabtu (23/7).

2020. Di Indonesia, visi tersebut dicanangkan oleh

pemerintah pada tahun 2000.

Menilik pada istilah kebutaan yang bisa

dihindari, memang sebenarnya 80 persen dari kasus

kebutaan dapat dicegah dengan deteksi dini dan

penanganan segera. Katarak sendiri menempati

porsi kasus terbesar.

Ironisnya, mayoritas penderita berasal dari

kalangan ekonomi lemah sehingga tidak memerik-

sakan mata. Berdasarkan data Kementerian Keseha-

tan, setiap tahunnya ada 0,1 pasien katarak baru di

Indonesia atau sekitar 250.000 orang. Namun,

kemampuan mengurangi jumlah pasien buta

katarak di Indonesia baru 180.000 operasi per tahun.

Gap yang besar ini dikenal dengan istilah “cataract

backlog”.

Pada masa krisis ekonomi 1998 melanda

negeri, kegiatan operasi gratis yang berjalan selama

belasan tahun di bawah naungan PERDAMI ber-

sama Yayasan Dharmais dan Lions Club terhenti

karena kesulitan dana. Beberapa tahun setelah

kegiatan ini vakum, Panji Wisaksana yang aktif

bergiat di Lions Club datang ke JEC@Menteng

dengan menggagas gerakan operasi katarak gratis.

JEC menjadi rumah sakit pertama yang mendukung

Panji hingga terbentuk Gerakan Matahati.

Gerakan Matahati membangun kerjasama

dengan banyak pihak sehingga sejak tahun 2008

sampai dengan Maret 2016 Matahati telah melaku-

kan 14.825 operasi bagi sekitar 18.025 pasien tidak

mampu. JEC sendiri berkomitmen kepada Matahati

untuk menanggung sepenuhnya biaya operasi

katarak untuk pasien tidak mampu sebanyak 400

pasien per tahun.

Turut berkontribusi secara pribadi dalam

kegiatan 910 Operasi Katarak Gratis sebagai bentuk

syukur memasuki usia baru dan hari jadi pernikahan

ke-70 tahun, Bapak Panji menyatakan, “Harapan

kami, kegiatan operasi katarak gratis dapat mening-

katkan kualitas hidup pasien penderita katarak dan

tentunya turut mendukung visi Gerakan Matahati

dan pemerintah.”

"Kami menargetkan seluruh 910 operasi

sudah selesai pada bulan November tahun ini.

Angka tersebut merupakan tambahan dari target

tahunan Matahati, yaitu 2500 operasi," terang

Wandi S. Brata Ketua Pelaksana Gerakan Matahati.

“KICK-OFF 910”Bakti Katarak JEC-Matahati

Foto kiri: (dari kiri ke kanan) ..., Dr. Johan Hutauruk, SpM,

Panji Wisaksana, Wandi S. Brata, Dr. Setiyo Budi Rianto, ...,

dan Dr. ... meresmikan Kick-O� 910 bersama-sama.

Foto kanan:Beberapa peserta Bakti Katarak

tengah beristirahat pasca menjalanioperasi.

19

Page 22: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Eyes On

enderita diabetes di Indonesia terbilang

banyak dan terus meningkat. Menurut data

dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2013, penderita diabetes melitus yang terdiagnosa di

Indonesia meningkat sebesar dua persen dari tahun

2007. Data survey juga menyebutkan jika 2 dari 3

penderita Diabetes Mellitus tidak mengetahui

bahwa dirinya mengidap penyakit tersebut.

Penyakit Diabetes Mellitus mampu meru-

sak banyak organ, termasuk mata. Orang dengan

diabetes berisiko mengalami Retinopati Diabetik

yang mengganggu penglihatan dan bisa menye-

babkan kebutaan. Maka itu JEC sebagai pusat

pelayanan kesehatan mata, membantu masyarakat

untuk mencegah serangan ini sedini mungkin,

P

dengan cara membantu memberi informasi

mengenai pola hidup sehat dan menyelenggarakan

senam pagi secara rutin.

“Sebagai penyedia layanan kesehatan, JEC

memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan

kesadaran pasien dan masyarakat luas mengenai

dampak Diabetes Mellitus. Itupun tidak cukup. Kami

harus memupuk kesadaran itu agar tumbuh men-

jadi langkah nyata, yaitu dengan membuat pasien

dan masyarakat benar-benar bersedia menjalani

pola hidup yang lebih sehat. Salah satunya melalui

program senam sehat dan pemeriksaan gula darah

secara rutin,” tutur ketua kegiatan Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci. Kegiatan pertama yang berlangsung pada

bulan Juni diikuti oleh lebih dari 30 peserta. Seluruh

peserta juga berkesempatan mengikuti pemerik-

saan gula darah dan penyuluhan tentang diabetes

serta menikmati hidangan sehat.

Kegiatan senam sehat diharapkan akan

mengawali terbentuknya komunitas Diabetes JEC

yang aktif berkontribusi positif terhadap lingkungan

sekitarnya. Bagi yang tertarik untuk bergabung

dengan Klub Senam Sehat Diabetes Mellitus JEC,

silakan hubungi Call Center JEC (62-21) 29221000.

20

KLUB SENAM SEHAT DIABETES JEC Hidup sehat menjadi kunci untuk mengurangi risiko terkena diabetes dan menjaga mata dari kerusakan yang dapat timbul sebagai dampak lanjutan dari diabetes. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat, Rumah Sakit Mata JEC menggelar senam sehat Diabetes Mellitus dan pemeriksaan gula darah secara gratis di RS JEC @ Kedoya pada hari Sabtu terakhir di setiap bulan.

Page 23: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Eyes On

enderita diabetes di Indonesia terbilang

banyak dan terus meningkat. Menurut data

dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2013, penderita diabetes melitus yang terdiagnosa di

Indonesia meningkat sebesar dua persen dari tahun

2007. Data survey juga menyebutkan jika 2 dari 3

penderita Diabetes Mellitus tidak mengetahui

bahwa dirinya mengidap penyakit tersebut.

Penyakit Diabetes Mellitus mampu meru-

sak banyak organ, termasuk mata. Orang dengan

diabetes berisiko mengalami Retinopati Diabetik

yang mengganggu penglihatan dan bisa menye-

babkan kebutaan. Maka itu JEC sebagai pusat

pelayanan kesehatan mata, membantu masyarakat

untuk mencegah serangan ini sedini mungkin,

P

dengan cara membantu memberi informasi

mengenai pola hidup sehat dan menyelenggarakan

senam pagi secara rutin.

“Sebagai penyedia layanan kesehatan, JEC

memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan

kesadaran pasien dan masyarakat luas mengenai

dampak Diabetes Mellitus. Itupun tidak cukup. Kami

harus memupuk kesadaran itu agar tumbuh men-

jadi langkah nyata, yaitu dengan membuat pasien

dan masyarakat benar-benar bersedia menjalani

pola hidup yang lebih sehat. Salah satunya melalui

program senam sehat dan pemeriksaan gula darah

secara rutin,” tutur ketua kegiatan Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci. Kegiatan pertama yang berlangsung pada

bulan Juni diikuti oleh lebih dari 30 peserta. Seluruh

peserta juga berkesempatan mengikuti pemerik-

saan gula darah dan penyuluhan tentang diabetes

serta menikmati hidangan sehat.

Kegiatan senam sehat diharapkan akan

mengawali terbentuknya komunitas Diabetes JEC

yang aktif berkontribusi positif terhadap lingkungan

sekitarnya. Bagi yang tertarik untuk bergabung

dengan Klub Senam Sehat Diabetes Mellitus JEC,

silakan hubungi Call Center JEC (62-21) 29221000.

20

KLUB SENAM SEHAT DIABETES JEC Hidup sehat menjadi kunci untuk mengurangi risiko terkena diabetes dan menjaga mata dari kerusakan yang dapat timbul sebagai dampak lanjutan dari diabetes. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat, Rumah Sakit Mata JEC menggelar senam sehat Diabetes Mellitus dan pemeriksaan gula darah secara gratis di RS JEC @ Kedoya pada hari Sabtu terakhir di setiap bulan.

Page 24: Volume II / 2016 - api.jec.co.idapi.jec.co.id/public/dist/pdf/magazine/d314133498a24db39c835d0079f... · Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer

Volume II / 2016