Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
WACANA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO
EDISI JANUARI–JUNI TAHUN 2016: ANALISIS STRUKTUR WACANA
MENURUT TEUN. A. VAN DIJK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Ludgeryus Angger Prapaska
154114032
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
Age Quod Agis
Manusia tanpa harapan, dia mayat berjalan.
(Y. B. Mangunwijaya)
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yang Maha Esa,
Bapak F. X. Sutarno, Ibu Magdalena Liestyawati, Adik Helena Paskah
Lintangarum,
Program Studi Sastra Indonesia USD,
serta segenap pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
yang melimpah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Wacana
Laporan Utama pada Majalah Tempo Edisi Januari–Juni tahun 2016: Analisis
Struktur Wacana Menurut Teun. A. Van Dijk” secara baik adanya. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Selama proses pengerjaan skripsi, penulis menyadari banyak pihak yang
membantu dan mendukung, baik dalam bentuk materi, doa, maupun moral – hingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan terima
kasih. Pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak F. X. Sutarno, Ibu
Magdalena Liestyawati, dan Adik Helena Paskah Lintangarum, keluarga yang telah
membiayai dan selalu mendoakan penulis.
Kedua, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I. Praptomo
Baryadi, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar memberikan
masukan, inspirasi, pinjaman buku, dan dorongan moral kepada penulis. Segenap
dosen Program Studi Sastra Indonesia yang belum disebut: Susilawati Endah Peni
Adji, S.S., M.Hum (dosen pembimbingan akademik penulis sekaligus Kepala Prodi
Sastra Indonesia), Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Drs. B. Rahmanto, M.Hum.,
Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A., M. M. Sinta Wardani, S.S., M.A., Drs. Herry
Antono, M.Hum. (Alm), Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum. (Alm), serta dosen-
dosen pengampu mata kuliah lain yang telah memberikan banyak ilmu dan
pengetahuan kepada penulis selama berproses dan berkuliah di Program Studi
Sastra Indonesia.
Ketiga, penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh Staf karyawan
Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma yang selama ini telah membantu
penulis dalam keperluan akademik. Para staf Perpustakaan Universitas Sanata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Prapaska, Ludgeryus Angger. 2019. “Wacana Laporan Utama pada Majalah
Tempo Edisi Januari–Juni Tahun 2016: Analisis Struktrur Wacana
Menurut Teun. A. Van Dijk”. Skripsi Strata Satu (S1). Program
Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata
Dharma.
Penelitan ini membahas analisis struktur wacana menurut van Dijk pada
wacana laporan utama di majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Dalam
penelitian ini terdapat tiga masalah yang dibahas, yaitu (i) struktur makro, (ii)
superstruktur, dan (iii) struktur mikro pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun
2016. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan (i) struktur makro, (ii)
superstruktur, dan (iii) struktur mikro dalam majalah Tempo edisi Januari–Juni
tahun 2016.
Data penelitian ini adalah wacana laporan utama yang terdapat pada majalah
Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian
meliputi metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian
hasil analisis data. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak
dengan membaca, mencatat, dan mengkategorikan berdasarkan tema-tema pada
wacana laporan utama dalam majalah Tempo edisi Januari-Juni tahun 2016. Metode
analisis data yang digunakan adalah metode agih dengan teknik dasar, yaitu bagi
unsur langsung (BUL) serta metode padan dengan metode padan referensial.
Kemudian data yang telah dianalisis akan dikemukakan dengan menggunakan
metode formal dan informal.
Hasil penelitian ini berupa deskripsi struktur makro, superstruktur, dan
struktur mikro pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Unsur struktur
makro berisi deskripsi elemen tematik meliputi tema (i) korupsi, (ii) terorisme, (iii)
politik, (iv) sosial budaya, dan (v) kriminalitas. Unsur superstruktur berisi deskripsi
elemen skematik meliputi (1) summary dan (2) story. Unsur (1) summary
diklasifikasikan sesuai penentuan sejumlah tema, yaitu (i) summary dalam wacana
korupsi, (ii) summary dalam wacana terorisme, (iii) summary dalam wacana politik,
(iv) summary dalam wacana sosial budaya, dan (v) summary dalam wacana
kriminalitas. Sementara itu, (2) story meliputi (a) proses peristiwa, yaitu (i) kisah
utama (episode) dan (ii) latar; serta (b) komentar dalam teks, yaitu (i) reaksi
komentar verbal.
Unsur struktur mikro dikategorikan menjadi beberapa bab dan subbab
menurut penentuan tema pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Hal
itu meliputi (a) struktur mikro dalam laporan utama bertema korupsi meliputi (i)
kata dalam wacana korupsi, (ii) kalimat dalam wacana korupsi, dan (iii) paragraf
dalam wacana korupsi; (b) struktur mikro dalam laporan utama bertema terorisme
meliputi (i) kata dalam wacana terorisme, (ii) kalimat dalam wacana terorisme, dan
(iii) paragraf dalam wacana terorisme; (c) struktur mikro dalam laporan utama
bertema politik meliputi (i) kata dalam wacana politik, (ii) kalimat dalam wacana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
politik, (iii) paragraf dalam wacana politik; (d) struktur mikro dalam laporan utama
bertema sosial budaya meliputi (i) kata dalam wacana sosial budaya, (ii) kalimat
dalam wacana sosial budaya, dan (iii) paragraf dalam wacana sosial budaya; (e)
struktur mikro dalam laporan utama bertema kriminalitas meliputi (i) kata dalam
wacana kriminalitas, (ii) kalimat dalam wacana kriminalitas, dan (iii) paragraf
dalam wacana kriminalitas.
Kata kunci: analisis struktur wacana, van Dijk, struktur makro, superstruktur,
struktur mikro, majalah Tempo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Prapaska, Ludgeryus Angger. 2019. “The Discourse of the Main Report in
Tempo Magazine on January–June Edition of 2016: the Analysis of
Discourse Structure According to Teun. A. Van Dijk”.
Undergraduate Thesis. Indonesian Letters Department, Faculty of
Letters, Sanata Dharma University.
This research discusses an analysis of the structure of discourse according
to van Dijk on discourse the main report in Tempo magazine edition of January–
June of the year 2016. In this research, there are three problems that are discussed,
namely (i) macro structure, (ii) the superstructure, and (iii) micro structure on the
Tempo magazine edition of January–June of the year 2016. The purpose of this
study is to describe the (i) macro structure, (ii) the superstructure, and (iii) micro
structure in Tempo magazine on edition of January–June of the year 2016.
The data of this study is the discourse main report that is contained in Tempo
magazine edition of January–June of the year 2016. The methods that are used in
the research include data collection methods, data analysis methods, and the method
of presentation of the results of the data analysis. Data collection method that used
is the method of check out to read, take notes, and categorize based on themes in
the discourse of the main report in Tempo magazine edition of January–June of the
year 2016. Data analysis method that used is the method of agih with basic
techniques, namely for the elements of direct (BUL) as well as the method with
using match method with match referential. Then the data that has been analyzed
will stated by using formal and informal methods.
The results of this study are in the form of a description macro structure,
superstructure, and micro structure on the Tempo magazine edition of January–June
of the year 2016. Elements of the macro-structure contains of a description thematic
elements include the themes of (i) corruption, (ii) terrorism, (iii) politics, (iv) social
and culture, and (v) crime. The elements of the superstructure contains description
the elements of the schematic include (1) summary and (2) the story. Elements (1)
a summary is classified according to the determination of a number of themes,
namely (i) summary in the discourse of corruption, (ii) summary in the discourse of
terrorism, (iii) summary in political discourse, (iv) summary in the discourse of
social culture, and (v) summary in the discourse of criminality. Meanwhile, (2) the
story includes (a) the process of events, namely (i) the main story (episodes) and
(ii) the background; and (b) the comments in the text, namely (i) the reaction of
your verbal comments.
Elements of the micro structure are categorized into several chapters and
sections according to the theme determination on the Tempo magazine edition of
January–June of the year 2016. It include (a) mirco structure of the report the main
theme of corruption include (i) words in the discourse of corruption, (ii) sentences
in the discourse of corruption, and (iii) the paragraph in the discourse of corruption;
(b) micro-structure in the report the main theme of terrorism include (i) word in the
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
discourse of terrorism, (ii) sentences in the discourse of terrorism, and (iii) the
paragraph in the discourse of terrorism; (c) micro-structure in the main report
politically themed covers (i) word in the political discourse, (ii) the phrase in
political discourse, (iii) a paragraph in the political discourse; (d) micro structure of
the report the main theme of the social culture include (i) words in the discourse of
social culture, (ii) sentences in the discourse of social culture, and (iii) the paragraph
in the discourse of social culture; (e) micro structure of the report the main theme
of crime include (i) words in the discourse of criminality, (ii) a sentence in a
discourse of criminality, and (iii) the paragraph in the discourse of criminality.
Keywords: analysis of the structure of discourse, van Dijk, macro structure,
superstructure, micro structure, Tempo magazine.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR SINGKATAN
P : paragraf
J : judul
L : lead
K : kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ........................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 14
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 14
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ................................................................................. 15
1.5 Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 15
1.6 Landasan Teori ................................................................................................ 18
1.6.1 Etimologi Wacana ........................................................................................... 18
1.6.2 Analisis Wacana .............................................................................................. 19
1.6.3 Kajian Wacana Versi Teun A. Van Dijk ...................................................... 19
1.7 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian ....................................................... 22
1.7.1 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 22
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ................................................................. 22
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ......................................................... 25
1.8 Sistematika Penyajian ..................................................................................... 25
BAB II STRUKTUR MAKRO DALAM LAPORAN UTAMA PADA
MAJALAH TEMPO EDISI JANUARI–JUNI TAHUN 2016 .......... 26
2.1 Pengantar ......................................................................................................... 26
2.2 Korupsi ............................................................................................................ 26
2.3 Terorisme ........................................................................................................ 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2.4 Politik .............................................................................................................. 29
2.5 Sosial Budaya .................................................................................................. 30
2.6 Kriminalitas ..................................................................................................... 31
BAB III SUPERSTRUKTUR DALAM LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO EDISI JANUARI–JUNI TAHUN 2016 .......... 33
3.1 Pengantar ......................................................................................................... 33
3.2 Summary ......................................................................................................... 33
3.2.1 Summary dalam Wacana Korupsi ................................................................. 34
3.2.2 Summary dalam Wacana Terorisme ............................................................. 35
3.2.3 Summary dalam Wacana Politik .................................................................... 36
3.2.4 Summary dalam Wacana Sosial Budaya ...................................................... 37
3.2.5 Summary dalam Wacana Kriminalitas ......................................................... 38
3.3 Story ................................................................................................................ 39
3.3.1 Proses Peristiwa ............................................................................................... 40
3.3.1.1 Kisah Utama ...................................................................................... 40
3.3.1.2 Latar ................................................................................................... 68
3.3.2 Komentar dalam Teks ..................................................................................... 95
3.3.2.1 Reaksi Komentar Verbal .................................................................... 96
Rangkuman Bab III ...................................................................................................... 108
3.4 Tabel Superstruktur Tema Korupsi ..................................................................... 108
3.5 Tabel Superstruktur Tema Terorisme ................................................................. 116
3.6 Tabel Superstruktur Tema Politik ........................................................................ 126
3.7 Tabel Superstruktur Tema Sosial Budaya .......................................................... 134
3.8 Tabel Superstruktur Tema Kriminalitas ............................................................. 139
BAB IV STRUKTUR MIKRO DALAM LAPORAN UTAMA PADA
MAJALAH TEMPO EDISI JANUARI–JUNI TAHUN 2016 ........ 150
4.1 Pengantar ....................................................................................................... 150
4.2 Struktur Mikro dalam Laporan Utama Bertema Korupsi ............................. 150
4.2.1 Kata dalam Wacana Korupsi ....................................................................... 151
4.2.2 Kalimat dalam Wacana Korupsi .................................................................. 153
4.2.3 Paragraf dalam Wacana Korupsi ................................................................. 154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4.3 Struktur Mikro dalam Laporan Utama Bertema Terorisme .......................... 156
4.3.1 Kata dalam Wacana Terorisme .................................................................... 157
4.3.2 Kalimat dalam Wacana Terorisme .............................................................. 158
4.3.3 Paragraf dalam Wacana Terorisme ............................................................. 160
4.4 Struktur Mikro dalam Laporan Utama Bertema Politik ................................ 162
4.4.1 Kata dalam Wacana Politik .......................................................................... 162
4.4.2 Kalimat dalam Wacana Politik .................................................................... 164
4.4.3 Paragraf dalam Wacana Politik ................................................................... 165
4.5 Struktur Mikro dalam Laporan Utama Bertema Sosial Budaya ................... 167
4.5.1 Kata dalam Wacana Sosial Budaya ............................................................ 168
4.5.2 Kalimat dalam Wacana Sosial Budaya ....................................................... 169
4.5.3 Paragraf dalam Wacana Sosial Budaya ...................................................... 170
4.6 Struktur Mikro dalam Laporan Utama Bertema Kriminalitas ...................... 172
4.6.1 Kata dalam Wacana Kriminalitas ................................................................ 173
4.6.2 Kalimat dalam Wacana Kriminalitas .......................................................... 175
4.6.3 Paragraf dalam Wacana Kriminalitas ......................................................... 176
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 179
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 179
5.2 Saran .............................................................................................................. 181
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 182
Sumber Data ...................................................................................................... 184
LAMPIRAN ....................................................................................................... 185
Bagan Analisis Struktur Wacana Model van Dijk pada Wacana Laporan
Utama dalam Majalah Tempo Edisi Januari–Juni 2016 ..................................... 185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Objek penelitian ini adalah wacana laporan utama pada majalah Tempo edisi
Januari–Juni tahun 2016. Menurut Eriyanto (2001: 3) dalam pengertian lingustik,
wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Analisis wacana dalam
studi linguistik ini merupakan reaksi dari bentuk linguistik formal yang lebih
memperhatikan pada unit kata, frase, atau kalimat semata tanpa melihat keterkaitan
di antara unsur tersebut. Analisis wacana, kebalikan dari linguistik formal, justru
memusatkan perhatian pada level di atas kalimat seperti hubungan gramatikal yang
terbentuk pada level yang lebih besar dari kalimat.
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam menganalisis wacana pada laporan
utama di majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016, digunakan kajian struktur
wacana menurut Tuen. A. Van Dijk untuk meneliti struktur wacana berita. Hal
pertama yang dibahas dalam penelitian ini adalah struktur makro – meliputi tematik
sebagai tema atau topik yang dikedepankan dalam suatu berita. Menurut van Dijk
(dalam Eriyanto, 2001: 230-231) gagasan tematik didasari pada pandangan
wartawan ketika meliput suatu peristiwa dengan memandang masalah pada mental
(pikiran) tertentu. Mental (kognisi) ini secara jelas dapat dimunculkan dalam berita
karena topik dipahami sebagai mental wartawan untuk menekankan suatu kejadiaan
pada pemberitaan. Oleh karena itu, tema atau topik merupakan pokok pikiran yang
menjadi dasar penulis mengemukakan suatu peristiwa (berita). Unsur tema atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
topik perlu diketahui oleh pembaca sebelum memasuki alur cerita pada berita,
sebab unsur tersebut menunjukkan konsep sentral, dominan, dan paling penting
pada isi berita. Berikut salah satu contoh unsur tematik wacana tentang korupsi di
majalah Tempo edisi Januari–Juni 2016:
(1) Jejak Suap di Hang Lekir V Kasus dugaan suap panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyeret
sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi. Ditengarai menerima uang untuk
“mengamankan“ sejumlah perkara yang terkait dengan Lippo Group.
Sempat empat kali hampir ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi.
(Anton, Aprianto, dkk. “Jejak Suap di Hang Lekir V”. Majalah Tempo.
8 Mei 2016: 33-38)
Pada contoh (1) dapat diketahui tematik wacana berita tersebut berbicara
tentang kasus suap Sekretaris Pengadilan Negeri Jakarta yang menyeret Sekretaris
Mahkamah Agung (MA). Kasus korupsi yang melibatkan kedua birokrat itu
ditelusuri dari dugaan suap untuk melindungi beberapa perkara di Lippo Group.
Secara mendasar pada contoh (1), tematik mengemukakan hal-hal pokok di dalam
berita yang merujuk topik mengenai korupsi. Hal itu terpatri dari isi wacana berita
tentang kasus suap yang dialami oleh kedua panitera pengadilan. Penyimpulan
topik korupsi ini didasari dari penekanan wacana berita yang mengarah langsung
dalam menuliskan informasi dengan faktual; kasus suap (korupsi) di lapangan.
Masalah kedua yang dikaji dalam penelitian ini ialah superstruktur –
meliputi skematik sebagai bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita
utuh. Dalam pemberitaan suatu peristiwa para penulis (wartawan) akan melaporkan
berita menurut kaidah penulisan jurnalistik yaitu struktur piramida terbalik.
Piramida terbalik adalah sebuah pola penulisan berita yang menempatkan informasi
penting (menarik) di bagian awal naskah, lalu dilanjutkan dengan isi atau tubuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
berita. Berkenaan dengan skema berita, alur berita lazimnya akan menunjukkan
bagian-bagian dalam teks yang disusun dan diurutkan sehingga membentuk
kesatuan arti. Seperti pada struktur tematik, menurut van Dijk (dalam Eriyanto,
2001: 233) struktur tematik dipandang sebagai satu kesatuan yang koheren dan
padu. Semua skema bukan saja semata-mata dilihat dari penyusunan berita, tetapi
dibentuk pengertian sebagaimana dipahami dan dimaknai atas peristiwa yang
terjadi di khalayak.
Secara hipotetik unsur skematik mempunyai dua kategori yakni (a) summary
dan (b) story. Summary ditandai dengan elemen judul dan lead (teras berita) yang
menunjukkan tema dalam pemberitaan oleh wartawan (Eriyanto, 2001: 232). Kedua
elemen tersebut digunakan sebagai pengantar ringkasan sebelum masuk dalam isi
berita secara lengkap. Sebagaimana pada uraian contoh summary dalam wacana
terorisme berikut.
(2) J : Jejak Lelaki Bertopi Nike L : Kelompok pengikut ISIS dituduh berada di balik serangan bom
dan penembakan brutal di kawasan Jalan M. H. Thamrin, Jakarta
Pusat. Polisi menyebut Bahrun’naim, mantan narapidana
penyimpan bahan peledak, sebagai otak teror itu. Rencana operasi
terendus sejak November tahun lalu.
(Sunudyantoro, dkk. “Jejak Lelaki Bertopi Nike”. Majalah
Tempo. 24 Januari 2016: hlm 35)
Wacana berita (2) merupakan judul dan lead dari laporan utama pada
majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 mengenai tema terorisme. Dalam (J
dan L) atas wacana berita (2) menjelaskan insiden serangan bom dan penembakan
kejam oleh para terorisme terduga pengikut ISIS. Hal tersebut terpatri secara
ringkas pada alur awal lead yang berbunyi, “Kelompok pengikut ISIS dituduh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
berada di balik serangan bom dan penembakan brutal di kawasan Jalan M. H.
Thamrin, Jakarta Pusat.” Kemudian, permasalahan terorisme kembali dilanjutkan
melalui penggalan kalimat, “Polisi menyebut Bahrun’naim, mantan narapidana
penyimpan bahan peledak, sebagai otak teror itu.” Seperti diketahui bahwa
Bahrun’naim adalah tokoh ISIS asal Indonesia yang menjadi “dalang” peristiwa
serangan bom. Operasi serangan terorisme tersebut telah dijajaki aparat negara
sejak setahun yang lalu. “Rencana operasi terendus sejak November tahun lalu.”
Demikian, secara skematik dan eksplisit wacana berita (2) berusaha menguak
kejahatan publik yang tersusun ringkas pada tema terorisme.
Sementara itu, (b) story merujuk pada isi berita secara keseluruhan dengan
dua subkategori berupa proses peristiwa dan komentar dalam teks. Proses peristiwa
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kisah utama dan latar, sedangkan komentar
dalam teks mencakup reaksi komentar verbal. Proses peristiwa yang menunjukkan
kisah utama saling berkaitan erat dengan latar untuk menjelaskan sekaligus
mendukung episode yang disajikan kepada khalayak (Eriyanto, 2001: 232). Berikut
wacana laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 yang
menggunakan subkategori kisah utama dan latar berbasis proses peristiwa dalam
tema sosial budaya.
(3) Aliansi Pemburu Kaum Kiri Rapat tertutup itu berlangsung tanpa perdebatan. Selama dua jam,
perwakilan sejumlah organisasi kemasyarakatan bergilir menyampaikan
pendapat di lantai dua kantor Majelis Ulama Indonesia, Rabu siang
pekan lalu. Kesimpulan mereka serupa: tanda-tanda kebangkitan Partai
Komunis Indonesia semakin jelas. “Kami mewakili seluruh jaringan
yang sadar akan bangkitnya PKI,” kata Alfian Tanjung, Ketua
Departemen Kajian Strategis Gerakan Bela Negara (GBN), setelah
menghadiri rapat tersebut. (P1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Ketua Umum Dewan
Pimpinan Pusat Front Pembela Islam Shobri Lubis, Ketua GBN Mayor
Jenderal Purnawirawan Budi Sujana, serta perwakilan Gerakan Pemuda
Islam Indonesia dan Pelajar Islam Indonesia. Ada pula anggota staf ahli
Menteri Pertahanan, Ian Santoso, yang memberikan catatan bahwa
gejala bangkitnya PKI sudah begitu kentara. Menurut Alfian, semua
peserta rapat sepakat mengawasi dan melawan segala gerak-gerik
pendukung PKI. “Mereka tak bisa tersenyum manis saja,” ujar Alfian.
(P2)
Di Jakarta, bukan hanya kegiatan masyarakat sipil yang jadi sasaran.
Pertemuan di kantor MUI juga menyebut Simposium Nasional
“Membedah Tragedi 1965” di Hotel Aryaduta, Jakarta, pertengahan
April lalu, sebagai pertanda hidupnya kembali komunisme. Padahal
acara tersebut difasilitasi Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan
Keamanan, dengan ketua panitia pengarah Letnan Jenderal
Purnawirawan Agus Widjojo. Kala itu, Alfian dan kawan-kawan
mengerahkan massa untuk berunjuk rasa di depan Hotel Aryaduta. (P5)
Setelah pertemuan di MUI, koalisi anti-komunis ini merancang
sejumlah kegiatan. Pada Jumat pekan lalu, misalnya, mereka menggelar
acara silahturahmi yang dihadiri 200-an purnawirawan tentara dan
polisi, plus pengurus ormas keagamaan dan kepemudaan. Mereka juga
mengundang Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sebagai tamu
utama dalam hajatan di Balai Kartini, Jakarta Selatan, itu. (P7)
Dalam pidato sambutannya, Ryamizard mengatakan, sebagai Menteri
Pertahanan, dia tak ingin ada ribut-ribut di negara ini. “Saya tak ingin
ada pertumpahan darah,” ujarnya. Namun, menurut dia, banyaknya
acara berbau kiri bisa memancing kubu yang kontra. “Yang dikeluarkan
masih anak-cucunya. Ini pengecut juga. Jadi bahaya laten itu benar,”
kata Ryamizard. (P8)
Menurut Ketua GBN Budi Sujana, acara di Balai Kartini merupakan
pemanasan menjelang simposium pada 1-2 Juni nanti. Simposium
nasional itu mengambil tema “Mengamankan NKRI dari Bahaya
Komunisme”. Mereka telah menunjuk mantan Wakil Kepala Staf TNI
Ankatan Darat Letnan Jenderal Purnawirawan Kiki Syahnakri sebagai
ketua panitia simposium tandingan itu. Setelah simposium, pada 3 Juni,
mereka akan mengadakan apel besar-besaran dengan mengerahkan
sekitar 100 ribu orang. (P9)
Menjelang simposium, Alfian dan kawan-kawan akan meresmikan
organisasi bernama Barisan Ganyang PKI. Anggota barisan pemukul
itu, menurut Alfian, sudah digalang lewat jejaring WhatsApp selama
dua bulan terakhir. Yang dipilih merupakan ahli bela diri dengan rentang
usia 30-40 tahun. “Gugus tempur kaminakan main fisik,” ujar Afian,
yang juga anggota Badan Ahli Front Pembela Islam. (P11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Tak hanya di Jakarta. Gerakan pengganyangan komunisme juga
bermunculan di daerah. Di Jawa Timur, mereka bergabung dalam Front
Pancasila. Kamis dua pekan lalu, front ini berunjuk rasa menolak
kebangkitan komunisme di depan Gedung Negera Grahadi, Surabaya.
Berhimpun dalam front ini antara lain Forum Madura Bersatu, Pelajar
Islam Indonesia, Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Laskar Sapu Jagat,
Gerakan Nasional Patriot Indonesia, Center for Indonesian Community
Studies, dan Front Pembela Islam. “Anggota kami banyak. Semua orang
tahu itu,” kata salah seorang penggagas Front Pancasila, Arukat
Djaswadi. (P12)
Di Yogyakarta, Ketua Front Anti Komunis Indonesia Burhan Zainuddin
Rusjiman juga mengancam akan menghadang setiap kegiatan berbau
kiri. Massa kelompok inilah, bersama anggota Forum Komunikasi
Putra-Putri TNI/Polri, yang mengacaukan acara World Press Freedom
Day 2016 dan pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta di kantor AJI
Yogyakarta. (P13)
Bersama massa Forum Umat Islam, Burhan juga membubarkan
pemutaran film Senyap pada 2014. Film dokumenter karya sutradara
Joshua Oppenheimer itu bertema sentral pembantaian massal pada 1965.
“PKI sedang bangkit melukai kegiatan seperti pemutaran film,” kata
lelaki 76 tahun yang biasa diaspa Burhan Kampak itu. (P14)
(Trianita, Linda, dan Artika Rachmi Farmati. “Aliansi Pemburu Kaum
Kiri”. Majalah Tempo. 22 Mei 2016: hlm 72-73)
Dalam contoh wacana berita (3), wacana berita tersebut mengandung kisah
utama tentang sosial budaya. Kisah utama tersebut secara bertahap memberitakan
kekalutan publik atas isu kebangkitan komunisme yang selanjutnya dinamai PKI
tersinyalir muncul ke permukaan khalayak. Beberapa organisasi masyarakat mulai
mengadakan pertemuan untuk mengorganisasi serta mengawasi sindikat terduga
PKI di Indonesia. Hal itu dapat ditunjukkan pada contoh kutipan (P1 dan P2), bagan
(P1) “Rapat tertutup itu berlangsung tanpa perdebatan. Selama dua jam,
perwakilan sejumlah organisasi kemasyarakatan bergilir menyampaikan pendapat
di lantai dua kantor Majelis Ulama Indonesia, Rabu siang pekan lalu. Kesimpulan
mereka serupa: tanda-tanda kebangkitan Partai Komunis Indonesia semakin jelas.
“Kami mewakili seluruh jaringan yang sadar akan bangkitnya PKI,” kata Alfian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Tanjung, Ketua Departemen Kajian Strategis Gerakan Bela Negara (GBN), setelah
menghadiri rapat tersebut.” dan (P2), “Hadir dalam pertemuan tersebut antara
lain Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam Shobri Lubis,
Ketua GBN Mayor Jenderal Purnawirawan Budi Sujana, serta perwakilan
Gerakan Pemuda Islam Indonesia dan Pelajar Islam Indonesia. Ada pula anggota
staf ahli Menteri Pertahanan, Ian Santoso, yang memberikan catatan bahwa gejala
bangkitnya PKI sudah begitu kentara. Menurut Alfian, semua peserta rapat sepakat
mengawasi dan melawan segala gerak-gerik pendukung PKI. “Mereka tak bisa
tersenyum manis saja,” ujar Alfian.”
Pengawasan yang dilakukan oleh para organisasi masyarakat tersebut tidak
hanya menyasar pada kegiatan masyarakat sipil, tetapi juga kegiatan
kepemerintahan. Seperti yang ditunjukkan dalam (P5), “Di Jakarta, bukan hanya
kegiatan masyarakat sipil yang jadi sasaran. Pertemuan di kantor MUI juga
menyebut Simposium Nasional “Membedah Tragedi 1965” di Hotel Aryaduta,
Jakarta, pertengahan April lalu, sebagai pertanda hidupnya kembali komunisme.
Padahal acara tersebut difasilitasi Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan
Keamanan, dengan ketua panitia pengarah Letnan Jenderal Purnawirawan Agus
Widjojo. Kala itu, Alfian dan kawan-kawan mengerahkan massa untuk berunjuk
rasa di depan Hotel Aryaduta.” Seiring pengawasan yang berlangsung, kelompok
anti-komunis ini juga merancang sejumlah agenda, salah satunya ialah
silahturahmi. Acara itu pun menjadi bagian dalam peneguhan koalisi terhadap
paham anti-komunis. Terutama, setelah acara tersebut akan diadakan simposium
nasional dalam rangka menumpas paham komunisme di Indonesia. Seperti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dibuktikan pada contoh kutipan (P7, P8, dan P9), bagan (P7), “Setelah pertemuan
di MUI, koalisi anti-komunis ini merancang sejumlah kegiatan. Pada Jumat pekan
lalu, misalnya, mereka menggelar acara silahturahmi yang dihadiri 200-an
purnawirawan tentara dan polisi, plus pengurus ormas keagamaan dan
kepemudaan. Mereka juga mengundang Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu
sebagai tamu utama dalam hajatan di Balai Kartini, Jakarta Selatan, itu.” Bagan
(P8), “Dalam pidato sambutannya, Ryamizard mengatakan, sebagai Menteri
Pertahanan, dia tak ingin ada ribut-ribut di negara ini. “Saya tak ingin ada
pertumpahan darah,” ujarnya. Namun, menurut dia, banyaknya acara berbau kiri
bisa memancing kubu yang kontra. “Yang dikeluarkan masih anak-cucunya. Ini
pengecut juga. Jadi bahaya laten itu benar,” kata Ryamizard” dan (P9), “Menurut
Ketua GBN Budi Sujana, acara di Balai Kartini merupakan pemanasan menjelang
simposium pada 1-2 Juni nanti. Simposium nasional itu mengambil tema
“Mengamankan NKRI dari Bahaya Komunisme”. Mereka telah menunjuk mantan
Wakil Kepala Staf TNI Ankatan Darat Letnan Jenderal Purnawirawan Kiki
Syahnakri sebagai ketua panitia simposium tandingan itu. Setelah simposium, pada
3 Juni, mereka akan mengadakan apel besar-besaran dengan mengerahkan sekitar
100 ribu orang.”
Kelompok anti-komunis kian marak bermunculan di sejumlah daerah.
Beberapa di antaranya berafiliasi untuk menggaungkan paham anti-komunisme di
penjuru Indonesia. Sebagaimana yang dapat ditunjukkan dalam contoh kutipan
(P11, P12, P13, dan P14), bagan (P11) “Menjelang simposium, Alfian dan kawan-
kawan akan meresmikan organisasi bernama Barisan Ganyang PKI. Anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
barisan pemukul itu, menurut Alfian, sudah digalang lewat jejaring WhatsApp
selama dua bulan terakhir. Yang dipilih merupakan ahli bela diri dengan rentang
usia 30-40 tahun. “Gugus tempur kaminakan main fisik,” ujar Afian, yang juga
anggota Badan Ahli Front Pembela Islam.” Bagan (P12), “Tak hanya di Jakarta.
Gerakan pengganyangan komunisme juga bermunculan di daerah. Di Jawa Timur,
mereka bergabung dalam Front Pancasila. Kamis dua pekan lalu, front ini
berunjuk rasa menolak kebangkitan komunisme di depan Gedung Negera Grahadi,
Surabaya. Berhimpun dalam front ini antara lain Forum Madura Bersatu, Pelajar
Islam Indonesia, Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Laskar Sapu Jagat, Gerakan
Nasional Patriot Indonesia, Center for Indonesian Community Studies, dan Front
Pembela Islam. “Anggota kami banyak. Semua orang tahu itu,” kata salah seorang
penggagas Front Pancasila, Arukat Djaswadi.” Bagan (P13), “Di Yogyakarta,
Ketua Front Anti Komunis Indonesia Burhan Zainuddin Rusjiman juga mengancam
akan menghadang setiap kegiatan berbau kiri. Massa kelompok inilah, bersama
anggota Forum Komunikasi Putra-Putri TNI/Polri, yang mengacaukan acara
World Press Freedom Day 2016 dan pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta
di kantor AJI Yogyakarta.” dan (P14), “Bersama massa Forum Umat Islam,
Burhan juga membubarkan pemutaran film Senyap pada 2014. Film dokumenter
karya sutradara Joshua Oppenheimer itu bertema sentral pembantaian massal
pada 1965. “PKI sedang bangkit melukai kegiatan seperti pemutaran film,” kata
lelaki 76 tahun yang biasa diaspa Burhan Kampak itu.” Berdasarkan contoh
wacana berita (3) kisah utama mengenai sosial budaya ditandai dengan kekalutan
publik atas paham komunisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
(4) Aliansi Pemburu Kaum Kiri
Yang mereka paparkan sebagai tanda-tanda kebangkitan komunisme di-
Indonesia adalah sejumlah kegiatan kalangan masyarakat sipil. Di-
antaranya perhelatan Belok Kiri Fest di Lembaga Bantuan Hukum
Jakarta pada 27 Februari-6 Maret lalu, rencana pemutaran film Pulau
Buru Tanah Air Beta di kantor Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta
pada 3 Mei 2016, serta ASEAN Literary Festival di Taman Ismail
Marzuki, Jakarta, pada 5-8 Mei lalu. (P3)
Menurut Ketua MUI Ma’ruf Amin, perwakilan organisasi
kemasyarakatan Islam juga meminta MUI mengeluarkan fatwa haram
terhadap komunisme. “Kami mendukung gerakan antikomunis. Kami
bisa saja menerbitkan fatwa haramnya paham itu,” ujar Ma’ruf. (P6)
(Trianita, Linda, dan Artika Rachmi Farmati. “Aliansi Pemburu Kaum
Kiri”. Majalah Tempo. 22 Mei 2016: hlm 72)
Dalam contoh wacana berita (4), wacana berita tersebut mengandung latar
tentang sosial budaya. Latar wacana berita tersebut menguraikan kegaduhan publik
atas isu kebangkitan komunisme di Indonesia. Kemunculan kembali paham
komunisme ditengarai dari aktivitas sejumlah masyarakat sipil yang diduga memuat
unsur komunis. Sebagaimana ditunjukkan pada kutipan latar (P3), bagan (P3),
“Yang mereka paparkan sebagai tanda-tanda kebangkitan komunisme di Indonesia
adalah sejumlah kegiatan kalangan masyarakat sipil. Di antaranya perhelatan
Belok Kiri Fest di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta pada 27 Februari-6 Maret
lalu, rencana pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta di kantor Aliansi Jurnalis
Independen Yogyakarta pada 3 Mei 2016, serta ASEAN Literary Festival di Taman
Ismail Marzuki, Jakarta, pada 5-8 Mei lalu.” Penolakan beberapa kegiatan
masyarakat sipil oleh kelompok anti-komunis tersebut juga menghendaki MUI agar
mengeluarkan fatwa haram komunisme. Seperti yang dipaparkan dalam kutipan
latar (P6), bagan (P6), “Menurut Ketua MUI Ma’ruf Amin, perwakilan organisasi
kemasyarakatan Islam juga meminta MUI mengeluarkan fatwa haram terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
komunisme. “Kami mendukung gerakan antikomunis. Kami bisa saja menerbitkan
fatwa haramnya paham itu,” ujar Ma’ruf.” Berdasarkan contoh wacana (4) latar
mengenai sosial budaya ditandai dengan penolakan kelompok anti-komunis
terhadap aktivitas publik yang memuat unsur komunisme.
Sementara itu, komentar dalam teks yang mencakup reaksi komentar verbal
menunjukkan penggambaran pihak-pihak terlibat untuk memberikan komentar atas
suatu peristiwa (Eriyanto, 2001: 233). Hal tersebut berfungsi untuk menjaga nilai
keseimbangan berita dan pemaknaan wartawan atas suatu peristiwa. Berikut contoh
dan penggunaan subkategori komentar dalam teks, yakni reaksi komentar verbal
pada wacana laporan utama di majalah Tempo edisi Januari-Juni tahun 2016
bertema sosial budaya.
(5) Aliansi Pemburu Kaum Kiri
Berbeda dengan tudingan kelompok Islam garis keras itu,
penyelenggara acara menyatakan kegiatannya tak bersangkut paut
dengan kebangkitan komunisme. Ketua AJI Yogyakarta Anang Zakaria,
misalnya, mengatakan film dokumenter Pulau Buru akan diputar dalam
acara Hari Kebebasan Pers Dunia. “Film itu bisa disebut karya
jurnalistik. Pemerintah pun tak pernah melarangnya,” ujar Anang.
Sekretaris Jenderal Komite Belok Kiri Fest Indraswari Agnes
menyatakan hal senada. Menurut dia, festival itu melawan propaganda
Orde Baru. “Acara itu untuk menyudahi buta politik dan amnesia
sejarah,” kata Agnes. (P4)
Budi mengklaim simposium dan rangkaian kegiatan melawan
komunisme dibiayai sejumlah pengusaha muslim, antara lain Tommy
Soeharto. “Dari mana kalau bukan dari mereka? Kami hanya bermodal
semangat dan pemikiran,” ujar Budi. Kuasa hukum Tommy Soeharto,
Elza Syarief, mengaku tidak tahu apakah Tommy akan menyumbang
kegiatan tersebut atau tidak. “Soal itu saya tak paham,” kata Elza. (P10)
(Trianita, Linda, dan Artika Rachmi Farmati. “Aliansi Pemburu Kaum
Kiri”. Majalah Tempo. 22 Mei 2016: hlm 72-73)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Wacana berita (5) mengandung reaksi komentar verbal tentang sosial
budaya. Reaksi komentar verbal tersebut ditunjukkan melalui berbagai komentar
dari sejumlah pihak terlibat atas kegaduhan isu kebangkitan paham komunisme di
Indonesia. Dalam pemberitaannya, isu kebangkitan paham komunisme ditandai
oleh sejumlah aktivitas masyarakat sipil yang diduga memuat unsur komunisme.
Bermula dari hal itu, kelompok anti-komunis muncul untuk menyuarakan
penolakan terhadap paham komunisme dan menggencarkan operasi pembubaran.
Namun, tudingan tersebut ditampik oleh beberapa pihak sipil yang menyatakan
kegiatan itu tidak ada hubungan dengan kebangkitan komunisme. Sebagaimana
yang ditunjukkan pada kutipan reaksi komentar verbal (P4), bagan (P4) “Berbeda
dengan tudingan kelompok Islam garis keras itu, penyelenggara acara menyatakan
kegiatannya tak bersangkut paut dengan kebangkitan komunisme. Ketua AJI
Yogyakarta Anang Zakaria, misalnya, mengatakan film dokumenter Pulau Buru
akan diputar dalam acara Hari Kebebasan Pers Dunia. “Film itu bisa disebut
karya jurnalistik. Pemerintah pun tak pernah melarangnya,” ujar Anang.
Sekretaris Jenderal Komite Belok Kiri Fest Indraswari Agnes menyatakan hal
senada. Menurut dia, festival itu melawan propaganda Orde Baru. “Acara itu
untuk menyudahi buta politik dan amnesia sejarah,” kata Agnes.”
Pada reaksi komentar verbal berikutnya diuraikan aksi penolakan paham
komunisme turut diikuti dengan sejumlah gelaran acara, salah satunya simposium
nasional. Berkenaan dengan simposium tersebut, seorang simpatisan anti-komunis
mengklaim rangkaian kegiatan melawan komunisme dan simposium dibiayai oleh
kalangan pengusaha Muslim. Namun, pihak kuasa hukum dari salah satu pengusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
itu mengaku tidak tahu mengenai hal tersebut. Seperti yang ditunjukkan pada
kutipan rekasi komentar verbal (P10), bagan (P10) “Budi mengklaim simposium
dan rangkaian kegiatan melawan komunisme dibiayai sejumlah pengusaha muslim,
antara lain Tommy Soeharto. “Dari mana kalau bukan dari mereka? Kami hanya
bermodal semangat dan pemikiran,” ujar Budi. Kuasa hukum Tommy Soeharto,
Elza Syarief, mengaku tidak tahu apakah Tommy akan menyumbang kegiatan
tersebut atau tidak. “Soal itu saya tak paham,” kata Elza.” Berdasarkan contoh
wacana (5) reaksi komentar verbal mengenai sosial budaya ditandai dengan
berbagai komentar dari sejumlah pihak atas isu kebangkitan paham komunisme di
Indonesia.
Selanjutnya, masalah ketiga dalam penelitian ini adalah struktur mikro yang
diklasifikasikan menjadi beberapa elemen. Namun, pada penelitian ini hanya
diterapkan tiga elemen satuan kebahasaan, yaitu kata (i), kalimat (ii), dan paragraf
(iii) yang dimuat di Majalah Tempo edisi Januari-Juni tahun 2016. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi V versi daring, satuan kebahasaan kata,
kalimat, dan paragraf didefinisikan sebagai berikut; kata adalah satuan bahasa
terkecil yang dapat berdiri sendiri dan memiliki makna; kalimat adalah satuan
bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara
aktual ataupun potensial terdiri atas klausa; paragraf adalah bagian bab dalam suatu
karangan yang mengandung ide pokok. Untuk menganalisis wacana berita tersebut
elemen kata, kalimat, dan paragraf diuraikan sesuai penentuan tema dalam majalah
Tempo edisi Januari-Juni tahun 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Wacana laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016
dapat dianalisis karena memiliki keutuhan sebagai wacana. Keutuhan wacana
tersebut terlihat dari keterkaitan antartopik atau tema, skema, dan unsur-unsur
penunjang lainnya. Selain itu, wacana teks berita mempunyai unsur-unsur yang
menarik untuk diteliti dengan menggunakan analisis wacana menurut van Dijk.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana struktur makro dalam laporan utama pada majalah Tempo edisi
Januari–Juni 2016?
1.2.2 Bagaimana superstruktur dalam laporan utama pada majalah Tempo edisi
Januari–Juni 2016?
1.2.3 Bagaimana struktur mikro dalam laporan utama pada majalah Tempo edisi
Januari–Juni 2016?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk
mencapai tujuan sebagai berikut:
1.3.1 Mendeskripsikan struktur makro dalam laporan utama pada majalah Tempo
edisi Januari–Juni 2016.
1.3.2 Mendeskripsikan super struktur dalam laporan utama pada majalah Tempo
edisi Januari–Juni 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1.3.3 Mendeskripsikan struktur mikro dalam laporan utama pada majalah Tempo
edisi Januari–Juni 2016.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis.
Manfaat teoritis hasil penelitian ini adalah sebagai pengembangan wawasan teori
wacana dan contoh penerapan analisis wacana menurut van Dijk yang meliputi
struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Manfaat praktis hasil penelitian
ini adalah sebagai referensi pengetahuan pembaca tentang analisis wacana teks
berita.
1.5 Tinjauan Pustaka
Sudah ada penelitian-penelitian tentang analisis wacana yaitu, pertama
skripsi Primaningsih (2009) mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta –
dengan judul “Analisis Wacana Teks Lagi I’m Sorry Goodbye Karya Melly
Goeslaw Sebagai Wacana Naratif Tinjauan Internal dan Eksternal.” Kedua, Nesi
(2011) seorang mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta – dengan judul
“Kohesi dan Koherensi Wacana Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar: Studi Kasus
Wacana Berita Utama dan Surat Pembaca Kompas, Republika, Kedaulatan Rakyat,
dan Bernas Jogja Edisi Agustus 2019.” Ketiga, buku analisis wacana yang semula
adalah sebuah skripsi karya Eriyanto (2000) dengan judul “Kekuasaan Otoriter:
Dari Gerakan Penindasan Menuju Politik Hegemoni (Studi atas Pidato-Pidato
Politik Soeharto)”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Dalam penelitian Primaningsih, hal yang dibahas mengenai unsur internal
dan eksternal pada teks lagu sebagai sebuah wacana naratif. Fokus tujuan
penelitiannya ialah mendeskripsikan unsur internal dan eksternal pada teks lagu
sebagai sebuah wacana naratif. Hasil penelitian ini mencakup unsur internal dan
eksternal. Unsur internal meliputi struktur, koherensi, dan kohesi. Struktur wacana
naratif terbagi menjadi abstrak, orientasi, dan koda atau kausalitas. Kohesi meliputi
kohesi gramatikal (pengacuan, penggantian, dan penghilangan). Unsur eksternal
meliputi latar belakang Melly Goeslaw (kehidupan pribadi, proses penciptaan
karya, dan seputar pekerjaannya), topik wacana (yaitu ‘aku’ atau tokoh utama).
Pada skripsi Nesi membahas tentang penanda kohesi dan koherensi wacana
bahasa Indonesia dalam surat kabar. Tujuan penelitian ini merujuk pada paparan
mengenai pendeskripsian penanda-penanda kohesi dan koherensi wacana bahasa
Indonesia dalam surat kabar. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, jenis kohesi yang ditemukan adalah kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.
Kohesi gramatikal meliputi pengulangan, sinonimi, antonimi, hiponimi,
ekuivalensi, dan kolokasi. Kedua, jenis koherensi yang ditemukan adalah koherensi
kontekstual, koherensi ko-tekstual, dan koherensi logis. Koherensi kontekstual
meliputi, koherensi wacana promotif dan koherensi wacana normatif. Koherensi
wacana normatif dirinci menjadi koherensi wacana klarifikatif dan koherensi
wacana deklaratif. Koherensi ko-tekstual meliputi koherensi ko-tekstual endofora
anaforis dan koherensi ko-tekstual endofora kataforis. Koherensi logis meliputi
koherensi kausalitas, koherensi pengontrasan, koherensi definisi, dan koherensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
simpulan. Koherensi simpulan dapat dirinci menjadi koherensi simpulan deduktif
dan koherensi simpulan induktif.
Pada buku Eriyanto membahas pidato-pidato kenegaraan (politik) Soeharto
untuk dianalisis berdasarkan pilihan kata, kalimat, retorika, gaya bahasa, serta
berbagai struktur pidato secara strategis untuk memaknai peristiwa politik. Tujuan
penelitian dalam buku ini merujuk pada paparan mengenai pendeskripsian pilihan
kata, kalimat, retorika, gaya bahasa, serta berbagai struktur pidato kenegaraan
Soeharto untuk memaknai peristiwa politik. Hasil penelitian dalam buku ini
memuat sejumlah analisis struktur (wacana) pidato kenegaraan Soeharto yang tiap-
tiap pidato memiliki kontrol wacana. Pidato-pidato tersebut meliputi, orde baru
adalah orde pancasila, orde baru adalah orde pembangunan, stabilitas nasional,
konflik dan selaras, konstitusionalisme dan inkonstitusionalisme. Adapun elemen-
elemen struktur wacana dalam menganalisis pidato kenegaraan Soeharto, meliputi;
struktur makro berisi elemen tematik; superstruktur berisi elemen skematik; dan
struktur mikro berisi pilihan kata, kalimat, retorika, gaya bahasa, serta bagian-
bagian lokal (kecil) lain yang dipakai oleh suatu teks pidato.
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka di atas, penelitian tentang analisis
wacana belum ditemukan kajian yang membahas “Wacana Laporan Utama pada
Majalah Tempo Edisi Januari–Juni tahun 2016: Analisis Struktur Wacana Menurut
Teun. A. Van Dijk”. Oleh karena itu, penelitian tentang analisis struktur wacana
dalam majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 merupakan hal yang baru dan
perlu dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1.6 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, (1.6.1) teori
wacana (etimologi wacana), (1.6.2) analisis wacana, dan (1.6.3) kajian wacana versi
Teun A. Van Dijk. Berikut uraian teori-teori tersebut.
1.6.1 Etimologi Wacana
Kata wacana berasal dari kata vacana ‘bacaan’ dalam bahasa Sansekerta.
Kata vacana itu kemudian masuk ke dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa
Baru wacana atau vacana ‘bicara, kata, ucapan’. Kata wacana dalam bahasa baru
itu kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana ‘ucapan,
percakapan, kuliah’ (Poerwadarminta, 1976: 1144).
Kata wacana dalam bahasa Indonesia dipakai sebagai padanan (terjemahan)
kata discourse dalam bahasa Inggris. Kata discourse berasal dari bahasa Latin
discursus ‘lari kian kemari’. Kata discourse diturunkan dari kata discurrere. Bentuk
discurrere itu merupakan gabungan dari dis dan currere ‘lari, berjalan kencang’.
Wacana atau discourse lalu diangkat sebagai istilah linguistik ‘satuan lingual yang
berada di atas tataran kalimat’ atau ‘satuan gramatikal tertinggi dan terbesar’
(Baryadi, 2002:1-2).
Menurut Hawthorn (dalam Eriyanto, 2001:2) wacana merupakan
komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara
pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana dibentuknya
ditentukan oleh tujuan sosialnya. Analisis wacana difokuskan pada struktur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
secara alamiah terdapat pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam
wacana percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan lainnya.
1.6.2 Analisis Wacana
Analisis wacana merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji
satuan lingual yang berada di atas kalimat. Objek kajian wacana mencakup kalimat,
gugus kalimat, alinea atau paragraf, penggalan wacana (pasal, subbab, bab atau
episode), dan wacana utuh. Analisis wacana mengkaji wacana, baik dari segi
internal maupun eksternal. Dari segi internal, wacana dikaji dari jenis, struktur, dan
hubungan bagian-bagiannya. Lalu dari segi eksternal, wacana dikaji dari
keterkaitan wacana itu dengan pembicara, hal yang dibicarakan, dan mitra bicara.
Demikian, tujuan pengkajian wacana adalah untuk mengungkapkan kaidah
kebahasaan yang mengonstruksi wacana, produksi wacana, pemahaman wacana,
dan pelambangan suatu hal dalam wacana. (Baryadi, 2002:3-4).
1.6.3 Kajian Wacana Versi Teun A. Van Dijk
Menurut van Dijk (dalam Haryatmoko, 2017:78-79) metode studi wacana
kritis ini memiliki lima ciri pokok. Pertama, peneliti studi wacana kritis memiliki
komitmen untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan sosial. Kedua, studi
wacana kritis sangat memperhatikan cara bagaimana wacana memroduksi atau
mereproduksi dominasi sosial, yaitu penyalahgunaan kekuasaan oleh suatu
kelompok terhadap yang lain, namun juga mencermati bagaimana kelompok-
kelompok yang didominasi, melalui wacana, melakukan perlawanan terhadap
dominasi. Ketiga, studi wacana kritis tidak bisa disamakan begitu saja dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
model penelitian-penelitian sosial lainnya karena sudah mempunyai asumsi bahwa
banyak rumusan teks atau wacana sudah tidak adil atau diskriminatif. Keempat,
studi ini bukan pertama-tama berorientasi ke teori, namun berorientasi pada
masalah. Kelima, penelitian yang secara sosial memiliki komitmen harus dilakukan
dalam kerja sama yang erat dan solider dengan mereka yang paling membutuhkan,
yaitu kelompok-kelompok yang terpinggir atau didominasi.
Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan
dikembangkan oleh para ahli, barangkali model van Dijk adalah model yang paling
banyak dipakai. Hal ini kemungkinan karena van Dijk mengelaborasi elemen-
elemen wacana sehingga bisa didayahgunakan dan dipakai secara praktis. Model
analisis wacana oleh van Dijk ini sering disebut “kognisi sosial” yang digunakan
untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya (produksi) suatu teks wacana
(Eriyanto, 2001:221).
Struktur wacana model van Dijk memuat struktur dan berbagai tingkatan
elemen yang saling mendukung. Struktur wacana tersebut terbagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Struktur makro
adalah gambaran umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik
atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Superstruktur adalah kerangka
suatu teks yang diacu melalui bagian-bagian teks yang tersusun ke dalam berita
secara utuh. Struktur mikro adalah makna wacana berdasarkan pada bagian kecil
dari suatu teks yang meliputi kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrasa, dan
gambar (Eriyanto, 2001:226). Berikut struktur wacana van Dijk yang digambarkan
dalam bentuk tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tabel 1: Struktur Wacana van Dijk
NO STRUKTUR
WACANA
HAL YANG DIAMATI ELEMEN
1 Struktur Makro Tematik:
Tema/topik yang dikedepankan
dalam suatu berita
Topik
2 Superstruktur Skematik:
Bagaimana bagian dan urutan
berita diskemakan dalam teks
berita utuh
Skema
3 Struktur Mikro Semantik:
Makna yang ingin ditekankan
dalam teks berita. Misal dengan
memberi detil pada suatu sisi atau
membuat eksplisit satu sisi dan
mengurangi detil sisi lain
Latar, Detil,
Maksud,
Pranggapan,
Nominalisasi
4 Struktur Mikro Sintaksis:
Bagaimana kalimat (bentuk,
susunan) yang dipilih
Bentuk kalimat,
Koherensi, Kata
ganti
5 Struktur Mikro Stilistik:
Bagaimana pilihan kata yang
dipakai dalam teks berita
Leksikon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
6 Struktur Mikro Retoris:
Bagaimana dan dengan cara
penekanan dilakukan
Grafis, Metafora,
Ekspresi
Sumber: Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Eriyanto, 2001:228-
229)
1.7 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian
Metode penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu (i) pengumpulan
data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut uraian masing-
masing dari ketiga metode tersebut.
1.7.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak.
Metode simak dilakukan dengan cara membaca, menyimak, atau mendengarkan
penggunaan bahasa pada teks berita. Metode simak yang digunakan yaitu metode
simak tidak berpartisipasi dengan lima wacana berita pada majalah Tempo Edisi
Januari–Juni tahun 2016.
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode dan teknik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan
metode padan dan agih. Metode agih adalah metode analisis data yang alat
penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti
(Sudaryanto, 1993: 38). Teknik yang digunakan dalam metode agih meliputi teknik
dasar yaitu teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik BUL adalah teknik analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
data bahasa dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau
unsur dan unsur-unsur itu dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk
konstruksi yang dimaksud. Metode dan teknik ini digunakan untuk mengkaji
wacana laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Berikut
contoh penerapan metode agih dan teknik bagi unsur langsung.
(6) Penjaja Ginjal di Selasar Kencana Polisi membongkar jaringan penjual ginjal yang kerap berkeliaran
di rumah sakit milik pemerintah. Beraksi sejak 2008, mereka mematok
tarif ratusan juta rupiah. Jumlah “korban” yang terlacak polisi lebih
banyak daripada pengakuan pelaku.
(Persada, Syailendra dan Dwi Renjani. “Penjaja Ginjal di Selasar
Kencana”. Majalah Tempo. 21 Februari 2016: hlm 67)
Wacana berita (6) berisikan judul dan lead dari laporan utama pada majalah
Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 mengenai tema kriminalitas. Tema
kriminalitas ditelusuri dari skema J5 dan L5 atas wacana berita (13). Secara runut
wacana berita (13) memberitakan kasus kriminalitas yang terjadi di lingkup
lembaga kesehatan pemerintah. “Polisi membongkar jaringan penjual ginjal yang
kerap berkeliaran di rumah sakit milik pemerintah.” Para pelaku penjual ginjal
menetapkan harga sampai ratusan juta rupiah. Lebih dari itu pula, berdasarkan
temuan aparat hukum jumlah korban lebih banyak daripada pengakuan sang pelaku.
“Jumlah ‘korban’ yang terlacak polisi lebih banyak daripada pengakuan pelaku.”
Demikian, penegasan tema kriminalitas pada judul Penjajal Ginjal di Selasar
Kencana ditunjukkan melalui skema wacana yang merujuk tindakan menyimpang
masyarakat. Hal tersebut menjadi gamblang karena membuka informasi penting
sebelum masuk dalam isi berita utuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Kemudian metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya
berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang diteliti. Tujuan
analisis data dengan metode padan adalah untuk menentukan identitas satuan
kebahasaan yang menjadi objek penelitian. Identitas kebahasaan ditentukan
berdasarkan tingginya kadar kesamaan dengan alat penentu yang bersangkutan
sekaligus menjadi standar atau pembakunya (Sudaryanto, 1993: 13). Penelitian ini
menggunakan metode padan referensial. Metode padan referensial adalah metode
padan yang alat penentunya berupa bahasa (Kridalaksana 2001: 186). Metode
padan referensial digunakan untuk menentukan identitas satuan kebahasaan
menurut referen yang ditunjuk. Berikut penerapan metode padan referensial pada
majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 bertema sosial budaya:
(7) Aliansi Pemburu Kaum Kiri
Kesimpulan mereka serupa: tanda-tanda kebangkitan Partai Komunis
Indonesia semakin jelas. (K3, P1)
Menurut Alfian, semua peserta rapat sepakat mengawasi dan melawan
segala gerak-gerik pendukung PKI (K3, P2)
Menurut dia, festival itu melawan propaganda Orde Baru. (K6, P4)
Di Yogyakarta, Ketua Front Anti Komunis Indonesia Burhan Zainuddin
Rusjiman juga mengancam akan menghadang setiap kegiatan berbau
kiri. (K1, P13)
(Trianita, Linda, dan Artika Rachmi Farmati. “Aliansi Pemburu Kaum
Kiri”. Majalah Tempo. 22 Mei 2016: hlm 72-73)
Kata dalam wacana (7) mengandung sejumlah kata yang dominan dengan
tema sosial budaya. Sebagaimana pada (K3, P1 dan K3, P2) diperoleh kata
kebangkitan dan mengawasi. Kata kebangkitan berleksem bangkit diartikan
timbul kembali isu paham komunisme mencuat di Indonesia. Kata mengawasi
berleksem awas memiliki maksud memperhatikan atau mengontrol segala gerak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
gerik pendukung PKI oleh sekelompok gerakan anti-komunisme. Kemudian pada
(K6, P4 dan K1, P13) terdapat kata melawan dan mengancam. Kata melawan
berleksem lawan memiliki erti penentangan oleh golongan masyarakat sipil
terhadap narasi propaganda Orde Baru melalui sejumlah kegiatan publik.
Sementara, kata mengancam berleksem ancam diartikan sebagai maksud untuk
memberikan peringatan kepada segala aktivitas publik yang mengandung unsur
“kiri” oleh sekelompok gerakan anti-komunis.
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan
metode formal dan informal. Penyajian dengan metode formal adalah perumusan
dengan tabel dan bagan. Penyajian dengan metode informal dilakukan dengan hasil
penelitian dikemukakan menggunakan kaidah penggunaan bahasa berupa kata-kata
biasa agar mudah dipahami oleh pembaca (Sudaryanto, 2015: 145).
1.8 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode dan teknik penelitian,
dan sistematika penyajian. Bab II berisi pembahasan tentang analisis struktur makro
pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Bab III berisi pembahasan
mengenai analisis superstruktur pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016.
Bab IV berisi pembahasan mengenai analisis sturuktur mikro pada majalah Tempo
edisi Januari–Juni tahun 2016. Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB II
STRUKTUR MAKRO DALAM LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH
TEMPO EDISI JANUARI–JUNI TAHUN 2016
2.1 Pengantar
Pada Bab II ini diuraikan struktur makro dalam laporan utama yang dimuat
di majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Hal yang diamati pada struktur
makro ialah unsur tematik yang mengedepankan topik (tema) dalam suatu berita.
Topik menggambarkan ungkapan wartawan dalam pemberitaan yang menjadi
domain sentral dari isi berita. Oleh karena itu, tematik menunjukkan gambaran
umum dari suatu teks yang berisi konstituen gagasan atau ringkasan utama dari teks.
Berdasarkan pengamatan penulis ditemukan lima topik yang termuat dalam laporan
utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 yaitu (i) korupsi, (ii)
terorisme, (iii) politik, (iv) sosial budaya, dan (v) kriminalitas. Berikut dipaparkan
topik-topik wacana berita dengan memanfaatkan aspek-aspek kebahasaan.
2.2 Korupsi
Klitgaard (dalam Burhanuddin, 2014: 11-12) mendefinisikan korupsi
sebagai tingkah laku menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah jabatan negara,
karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi (perorangan,
keluarga dekat, dan kelompok sendiri). Sementara itu, laporan mendalam (indept
report) yang memberitakan topik tentang korupsi bermula dari kecurigaan beberapa
pihak atas penyelewengan suatu hal demi kepentingan pribadi atau orang lain. Dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
penyimpangan itu tugas wartawan sebagai penunjang nilai-nilai kebenaran
mengorek segala tindak tanduk kejahatan para pelaku koruptor.
Seperti pada laporan utama dalam majalah Tempo berjudul “Jejak Suap di
Hang Lekir V” yang dimuat 8 Mei 2016 secara berlanjut hendak mengungkapkan
kasus suap Sekretaris Pengadilan Negeri Jakarta yang menyeret Sekretaris
Mahkamah Agung, atas praktik mafia pengadilan. Berikut contoh topik/tema
wacana (berita) tentang korupsi yang digambarkan secara representatif:
(8) Kasus dugaan suap panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyeret
sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi. Ditengarai menerima uang untuk
“mengamankan” sejumlah perkara yang terkait dengan Lippo Group:
sempat empat kali hampir ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi.
(Aprianto, Anton, dkk. “Jejak Suap di Hang Lekir V”. Majalah Tempo.
8 Mei 2016: 33-38)
Dalam penggalan wacana berita pada contoh (8), topik tersebut ditunjukkan
melalui teras berita (lead) yang memuat unsur tematik. Tematik berperan sebagai
penekanan topik terkait peristiwa dugaan suap Sekretaris Pengadilan Negeri Jakarta
yang menyeret Sekretaris Mahkamah Agung (MA). Kasus korupsi yang melibatkan
kedua birokrat itu ditelusuri dari dugaan suap untuk melindungi beberapa perkara
di Lippo Group.
Secara mendasar pada contoh (8), tematik mengemukakan hal-hal pokok
di dalam berita yang merujuk topik mengenai korupsi. Hal itu tercantum dari isi
wacana berita tentang kasus suap yang dialami oleh kedua panitera pengadilan.
Penyimpulan topik korupsi ini didasari dari penekanan wacana berita yang
mengarah langsung dalam menuliskan informasi dengan faktual; kasus suap
(korupsi) di lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.3 Terorisme
Laporan mendalam (indept report) yang memberitakan kasus terorisme
bermula dari suatu peristiwa kekerasan di kalangan masyarakat atas kekacauan
publik. Kekalutan itu secara terbuka akan menimbulkan ketakutan atau keresahan
terhadap seluruh elemen masyarakat. Djelantik (2010: 21) menyebutkan bahwa
peneliti ilmu sosial mendefinisikan aksi teroris sebagai kekerasan yang
dikalkulasikan dan ditunjukkan terhadap masyarakat melalui agen-agen rahasia
dalam upaya mencapai tujuan politik. Seperti pada laporan utama dalam majalah
Tempo bertajuk “Jejak Lelaki Bertopi Nike” yang dimuat 24 Januari 2016. Wacana
berita tersebut secara bertahap ingin menguak peristiwa terorisme yang terjadi di
kawasan Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat. Berikut contoh topik wacana berita
tentang terorisme:
(9) Kelompok pengikut ISIS dituduh berada di balik serangan bom dan penembakan brutal di kawasan Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat.
Polisi menyebut Bahrun’naim, mantan narapidana penyimpan bahan
peledak, sebagai otak teror itu. Rencana operasi terendus sejak
November tahun lalu. (Sunudyantoro, dkk. “Jejak Lelaki Bertopi Nike”.
Majalah Tempo. 24 Januari 2016: 34-37)
Berdasarkan pada contoh (9), topik wacana berita tentang terorisme menjadi
permasalahan utama yang dibahas oleh penulis (wartawan). Hal itu terlampir pada
penekanan wacana terkait serangan bom dan penembakan brutal yang terjadi di
kawasan Jalan M. H Thamrin, Jakarta Pusat. Kemudian penegasan lain
menyebutkan insiden itu disinyalir kelompok pengikut ISIS berada di balik aksi
terorisme tersebut. Salah satu pelaku teror dan pengikut ISIS yang terindikasi ialah
Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo. Bahrun’naim merupakan tokoh ISIS
asal Indonesia yang menjadi “dalang” sekaligus otak teror dari peristiwa tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Ihwal lain ditunjukkan pada epilog wacana berita (9) bahwa rencana operasi
terorisme sudah termonitor oleh pemerintah setahun yang lalu.
Secara eksplisit contoh wacana berita (9) telah menunjukkan topik
mengenai terorisme. Unsur terorisme itu terkemukakan melalui isi wacana berita
yang mengarah langsung pada tindak kekerasan di lingkungan masyarakat. Selain
itu, penulisan wacana berita dalam memberitakan kasus terorisme disajikan dengan
lugas dan objektif sehingga memunculkan intisari wacana dengan terang.
2.4 Politik
Secara etimologi kata ‘politik’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu polis.
Polis merupakan suatu negara yang memiliki sebuah wilayah dan batas tertentu
dengan regulasi pemerintah untuk melindungi serta menjaga kepentingan rakyat.
Sementara itu, seorang ilmuwan – Andrew Heywood – mendefinisikan politik
sebagai sebuah aktivitas sebuah bangsa yang membuat, mempertahankan, dan
mengamandemen undang-undang guna mengatur hidup masyarakat (Djuyandi,
2018: 3-4). Sebagaimana laporan utama pada majalah Tempo berjudul “Gaduh
Trunojoyo Menjelang Suksesi” yang dimuat 5 Juni 2016. Keberlanjutan wacana
berita tersebut dengan gamblang mengarah pada situasi perpolitikan di Indonesia
terkait pergantian dan perpanjangan jabatan Kapolri, Jenderal Badrodin Haiti.
Berikut contoh wacana berita tentang politik:
(10) Presiden Joko Widodo mengkaji opsi perpanjangan masa tugas Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti. Upaya berkelit dari desakan
PDI Perjuangan yang tetap menginginkan Budi Gunawan dipilih. Ada
operasi penggiringan opini publik.
(Prihandoko, dkk. “Gaduh Trunojoyo Menjelang Suksesi”. Majalah
Tempo. 5 Juni 2016: 36-41)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dalam contoh (10) topik wacana berita tentang politik mengurai kegaduhan
yang terjadi di wilayah internal kepemerintahan hingga publik menjelang suksesi
Kapolri. Hal itu disebabkan gesekan politik dari PDIP yang tetap menginginkan
Budi Gunawan sebagai Kapolri baru. Namun, Presiden memiliki opsi lain setelah
KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka suap dan gratifikasi. Oleh
karena itu, Presiden pun mengkaji opsi perpanjangan Kapolri lama, Badrodin Haiti
– sembari menyiapkan kandidat lain. Langkah politik yang dilakukan oleh Presiden
juga menjadi peredam kegaduhan publik atas pencalonan Budi Gunawan.
Dari contoh wacana berita (10) penekanan topik politik teridentifikasi dari
orientasi wacana teks berita yang bertautan dengan situasi perpolitikan di
Indonensia. Temuan-temuan itu ditunjukkan melalui kebijakan-kebijakan Presiden
atas suksesi Kapolri. Hal tersebut yang menengarai pula wacana berita (10)
memiliki variabel dominan dalam menegaskan unsur tematik pada politik.
2.5 Sosial Budaya
Sosial budaya dipahami sebagai segala sesuatu yang diciptakan manusia
dengan akal dan budi dalam kehidupan masyarakat. Unsur sosial budaya juga
memberikan dampak positif maupun negatif bagi khalayak. Hal itu yang
menyebabkan perubahan iklim sosial budaya di masyarakat bersifat dinamis.
Dalam laporan utama pada majalah Tempo berjudul “Aliansi Pemburu Kaum Kiri”
yang dimuat 22 Mei 2016 – memberitakan perihal kelompok anti-komunisme yang
melawan segala gerak-gerik para pendukung PKI. Hal itu dipicu dengan tanda-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
tanda kebangkitan komunisme sehingga menimbulkan perpecahan di Indonesia.
Berikut contoh topik wacana tentang sosial budaya:
(11) Kelompok anti-komunisme bermunculan di sejumlah kota. Disokong pensiunan tentara dan tokoh Islam garis keras.
(Trianita, Linda, dan Artika Rachmi Farmati. “Aliansi Pemburu Kaum
Kiri”. Majalah Tempo. 22 Mei 2016: 72-73)
Berdasarkan pada contoh (11) penggalan wacana berisi kekalutan situasi
sosial budaya masyarakat atas isu kebangkitan PKI di Indonesia. Dewasa ini, isu
tentang kebangkitan PKI kian mencuat di pelosok tanah air. Beberapa gerakan anti-
komunisme pun muncul untuk menggaungkan penolakan terhadap paham
komunisme. Sebab, komunisme seyogianya tidak sesuai dengan falsafah negara
yang berlandaskan pancasila. Penekanan wacana sosial budaya (11) kembali
memerikan perubahan sosial yang seiring mengalami permasalahan di masyarakat.
Tak ayal, gagasan wacana mengenai sosial budaya juga dibentuk dalam tata ruang
publik sehingga mencerminkan pandangan luas yang koheren dengan keadaan
masyarakat saat ini.
2.6 Kriminalitas
Tindak kriminalitas diartikan sebagai segala perbuatan yang melanggar
hukum dan norma-norma sosial (Kartono, 1999: 122). Proses penyimpangan itu
merupakan hasil dari kekosongan kontrol atau pengendalian sosial di masyarakat.
Demikian pula, hal tersebut menjadi konsekuensi logis dari kegagalan seseorang
untuk menaati hukum. Sebagaimana pada majalah Tempo bertajuk “Penjaja Ginjal
di Selasar Kencana” yang dimuat 21 Februari 2016. Wacana berita itu dengan
terang mengungkap kasus kriminalitas yang terjadi di lembaga kesehatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pemerintah. Motif yang diterapkan dalam tindak kejahatan itu dinilai telah
menciderai nilai-nilai norma sosial di masyarakat. Salah satunya ialah penjualan
ginjal ilegal. Berikut contoh topik wacana berita tentang kriminalitas:
(12) Polisi membongkar jaringan penjual ginjal yang kerap berkeliaran di rumah sakit milik pemerintah. Beraksi sejak 2008, mereka mematok
tarif ratusan juta rupiah. Jumlah “korban” yang terlacak polisi lebih
banyak daripada pengakuan pelaku.
(Persada, Syailendra dan Dwi Renjani. “Penjaja Ginjal di Selasar
Kencana”. Majalah Tempo. 21 Februari 2016: 66-72)
Wacana berita (12) mengandung unsur tematik mengenai kriminalitas.
Topik kriminalitas dijajaki dari penonjolan isi wacana yang merujuk pada tindakan
menyimpang masyarakat, terkhusus di lingkup lembaga kesehatan. Proses
penindaklanjutan pidana diperoleh selepas polisi membongkar jaringan ilegal
penjual ginjal yang kerap berkeliaran di rumah sakit pemerintah. Penelusuran polisi
merekam jejak “korban” lebih banyak daripada pengakuan sang pelaku. Gerak-
gerik itu menandakan penjualan ginjal gelap terorganisasi secara masif dan baik
tanpa ada intervensi landasan hukum.
Penegasan topik wacana kriminalitas (12) dapat ditunjukkan melalui alur
wacana berita yang menginformasikan tindak penyimpangan masyarakat. Aksen-
aksen itu pula yang menjadi titik utama penyusunan tematik wacana kriminalitas
memiliki unsur konstituen dalam pemberitaan. Selain itu, isi wacana kriminalitas
menghasilkan komponen yang mengacu pada situasi kekosongan pengendalian
sosial seperti pada contoh wacana berita (12). Demikian, rasionalisasi tematik
mengenai kriminalitas didapat setelah mencermati wacana berita dengan
komprehensif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
SUPERSTRUKTUR DALAM LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH
TEMPO EDISI JANUARI–JUNI TAHUN 2016
3.1 Pengantar
Pada Bab III ini diuraikan mengenai superstruktur dalam laporan utama
yang dimuat di majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Hal yang diamati
pada superstruktur ialah unsur skematik yaitu bagian dan urutan berita diskemakan
dalam teks berita utuh. Van Dijk (dalam Eriyanto, 2001: 234) menjelaskan skematik
merupakan strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin
disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Teks berita
dengan bagian dan urutan tertentu akan menjadi kesatuan yang holistik dan koheren
dalam membentuk unsur-unsur wacana yang saling berkaitan satu sama lain.
Secara hipotetik skema mempunyai dua kategori yaitu (a) summary yang terdiri dari
judul dan lead. Kemudian, (b) story yang meliputi proses peristiwa, yaitu kisah
utama (episode) dan latar; serta komentar dalam teks, yaitu reaksi komentar verbal.
3.2 Summary
Summary yang ditandai dengan elemen judul dan lead (teras berita) secara
umum menunjukkan tema yang ingin ditampilkan oleh wartawan dalam
pemberitaannya (Eriyanto, 2001: 232). Kedua elemen tersebut digunakan sebagai
pengantar ringkasan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap. Penentuan
summary diklasifikasikan berdasarkan tema-tema pada majalah Tempo edisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Januari-Juni tahun 2016, yaitu summary dalam wacana korupsi (3.2.1), summary
dalam wacana terorisme (3.2.2), summary dalam wacana politik (3.2.3), summary
dalam wacana sosial budaya (3.2.4), dan summary dalam wacana kriminalitas
(3.2.5). Berikut uraian contoh summary dalam tema-tema tersebut.
3.2.1 Summary dalam Wacana Korupsi
Summary dalam wacana mengenai korupsi yang dimuat di majalah Tempo
edisi Januari–Juni tahun 2016 menampilkan peristiwa praktik mafia pengadilan atas
kasus suap Sekretaris Pengadilan Negeri Jakarta yang menyeret Sekretaris
Mahkamah Agung. Hal itu tampak pada penggambaran elemen judul dan lead yang
berisi pengantar ringkasan, sebelum masuk ke isi berita secara lengkap. Berikut
uraian contoh judul dan lead dari wacana berita yang bertema korupsi.
(13) J1 : Jejak Suap di Hang Lekir V L1 : Kasus dugaan suap panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menyeret sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi. Ditengarai
menerima uang untuk “mengamankan” sejumlah perkara yang
terkait dengan Lippo Group: sempat empat kali hampir
ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi.
(Aprianto, Anton, dkk. “Jejak Suap di Hang Lekir V”. Majalah
Tempo, 8 Mei 2016: hlm 33)
Wacana berita (13) merupakan judul dan lead dari laporan utama pada
majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 mengenai tema korupsi. Berkenaan
dengan J1 dan L1 pada wacana berita (13) memberitakan kasus dugaan korupsi
dengan motif suap yang dialami oleh Edy Nasution, Panitera Pengadilan Negeri
Jakarta dan Nurhadi, Sekretaris Mahkamah Agung (MA). Penampilan tema korupsi
didasari dari penggalan kalimat yang diperoleh melalui judul dan isi teras berita
seperti “Jejak Suap di Hang Lekir V” dan “Ditengarai menerima uang untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
‘mengamankan’ sejumlah perkara yang terkait dengan Lippo Group: sempat empat
kali hampir ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi.” Kedua kutipan tersebut
makin memperjelas, isi wacana berita hendak mengabarkan peristiwa
penyelewangan uang suap yang terjadi di lembaga tinggi pemerintah. Oleh sebab
itu, ihwal korupsi menjadi tema dominan dalam penggambaran ringkas pada
wacana berita (13).
3.2.2 Summary dalam Wacana Terorisme
Summary dalam wacana mengenai terorisme yang dimuat di majalah Tempo
edisi Januari–Juni tahun 2016 menguak peristiwa terorisme yang terjadi di kawasan
Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat. Selain memberitakan operasi serangan
terorisme juga disiarkan pelaku yang menjadi “dalang” sekaligus otak teror dalam
aksi terorisme tersebut. Hal itu tampak pada penggambaran elemen judul dan lead
yang berisi pengantar ringkasan, sebelum masuk ke isi berita secara lengkap.
Berikut uraian contoh judul dan lead dari wacana berita yang bertema terorisme.
(14) J2 : Jejak Lelaki Bertopi Nike L2 : Kelompok pengikut ISIS dituduh berada di balik serangan bom
dan penembakan brutal di kawasan Jalan M. H. Thamrin,
Jakarta Pusat. Polisi menyebut Bahrun’naim, mantan
narapidana penyimpan bahan peledak, sebagai otak teror itu.
Rencana operasi terendus sejak November tahun lalu.
(Sunudyantoro, dkk. “Jejak Lelaki Bertopi Nike”. Majalah
Tempo. 24 Januari 2016: hlm 35)
Wacana berita (14) merupakan judul dan lead dari laporan utama pada
majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 mengenai tema terorisme. Dalam J2
dan L2 atas wacana berita (14) menjelaskan insiden serangan bom dan penembakan
kejam oleh para terorisme terduga pengikut ISIS. Hal tersebut terpatri secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
ringkas pada alur awal lead yang berbunyi, “Kelompok pengikut ISIS dituduh
berada di balik serangan bom dan penembakan brutal di kawasan Jalan M. H.
Thamrin, Jakarta Pusat.” Kemudian, permasalahan terorisme kembali dilanjutkan
melalui penggalan kalimat, “Polisi menyebut Bahrun’naim, mantan narapidana
penyimpan bahan peledak, sebagai otak teror itu.” Sebagaimana diketahui bahwa
Bahrun’naim adalah tokoh ISIS asal Indonesia yang menjadi “dalang” peristiwa
serangan bom. Operasi serangan terorisme tersebut telah dijajaki aparat negara
sejak setahun yang lalu. “Rencana operasi terendus sejak November tahun lalu.”
Demikian, secara skematik dan eksplisit wacana berita (14) berusaha menguak
kejahatan publik yang tersusun ringkas pada tema terorisme.
3.2.3 Summary dalam Wacana Politik
Summary dalam wacana mengenai politik yang dimuat di majalah Tempo
edisi Januari–Juni tahun 2016 memberitakan situasi perpolitikan di Indonesia
terkait pergantian atau perpanjangan jabatan Kapolri, Jenderal Badrodin Haiti. Hal
itu tampak pada penggambaran elemen judul dan lead yang berisi pengantar
ringkasan, sebelum masuk ke isi berita secara lengkap. Berikut uraian contoh judul
dan lead dari wacana berita yang bertema politik.
(15) J3 : Gaduh Trunojoyo Menjelang Suksesi L3 : Presiden Joko Widodo mengkaji opsi perpanjangan masa tugas
Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti. Upaya berkelit dari
desakan PDI Perjuangan yang tetap menginginkan Budi
Gunawan dipilih. Ada operasi penggiringan opini publik.
(Prihandoko, dkk. “Gaduh Trunojoyo Menjelang Suksesi”.
Majalah Tempo. 5 Juni 2016: hlm 36)
Wacana berita (15) merupakan judul dan lead dari laporan utama pada
majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 mengenai te