43
WAWASAN HADIS & METODOLOGINYA Zulfahmi Alwi, Ph.D Orientasi Islam Untuk Disiplin Ilmu (IDI) UIN Alauddin Makassar Samata, 3-8 Desember 2012

Wawasan Hadis & metodologinya

  • Upload
    zuriel

  • View
    137

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Zulfahmi Alwi , Ph.D Orientasi Islam Untuk Disiplin Ilmu (IDI) UIN Alauddin Makassar Samata , 3-8 Desember 2012. Wawasan Hadis & metodologinya. Terminologi Hadis. Hadis : bahasa Arab الحديث ( sesuatu yang baru ). Terminologi Hadis. - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: Wawasan Hadis  &  metodologinya

WAWASAN HADIS & METODOLOGINYA

Zulfahmi Alwi, Ph.D

Orientasi Islam Untuk Disiplin Ilmu (IDI)UIN Alauddin MakassarSamata, 3-8 Desember 2012

Page 2: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Terminologi Hadis

Hadis : bahasa Arab sesuatu yang) الحديثbaru).

Page 3: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Terminologi Hadis

Ulama hadis: "Segala apa yang disandarkan kepada Nabi saw baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, persetujuan (تقرير), sifat, atau sejarah hidup.

Ulama Usul: segala yang disandarkan kepada Nabi saw selain al-Qur'an, baik dari segi perkataan, perbuatan, ataupun taqrir yang dapat dijadikan sebagai dalil atas sebuah hukum syari'at.

Page 4: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Terminologi Hadis

Ulama Fikih: Segala yang bersumber dari Nabi saw yang tidak berhubungan dengan hal-hal yang bersifat fard ataupun wajib.

Ulama Akidah: sesuatu yang berlawanan dengan bid'ah.

Perbedaan pendefinisian ini disebabkan karena perbedaan pendekataan yang diterapkan oleh masing-masing ulama dalam melihat sosok Nabi saw.

Page 5: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Sinonim Hadis (1) Al-Sunnah Segala yang diriwayatkan dari

Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, maupun sifat/keadaan

Tidak ada perbedaan antara pengertian hadis dan sunnah, sebagaimana dianut oleh mayoritas ulama

Page 6: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Sinonim Hadis (2)

Al-Khabar1.Defenisi al-khabar sama dengan

hadis;2.Al-Khabar adalah sesuatu yang

datang selain dari Nabi Muhammad saw, karena yang datang dari Nabi saw disebut Hadis;

3.Al-Khabar lebih umum dari pada hadis, karena al-khabar dapat digunakan untuk apa yang datang dari Nabi dan selain Nabi saw, sedangkan hadis khusus digunakan untuk apa yang datang dari Nabi saw.

Page 7: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Sinonim Hadis (3)

Al-Atsar1.Segala sesuatu yang disandarkan

kepada Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, maupun sifat/moral;

2.Apa yang disandarkan kepada sahabat dan tabi'in;

3.Ulama Fikih dari Khurasan menamakan semua hadis mauquf dengan nama al-atsar, sedangkan hadis marfu' dinamakan al-khabar.

Page 8: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Struktur Hadis (1)

1.Sanad: mata rantai para perawi yang menghubungkan matan hadis sampai kepada Nabi Muhammad saw.

2.Matan: Lafaz hadis yang dengannya terbentuk makna-makna tertentu.

3.Rawi/Perawi: orang yang meriwayatkan hadis dari seorang guru kepada orang lain yang tercantum dalam buku hadis.

4.Mukharrij: perawi terakhir yang membukukan hadis yang diriwayatkannya ke dalam kitabnya, seperti al-Bukhari dan Muslim.

Page 9: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Struktur Hadis (2)Contoh Sanad

بDDن حدثنDDا اللDDه عبDDد الحميديحدثنDDا الزبيDDر قال سDDفيان قال

األنصDاري حدثنDا سDعيد بDن يحيDىأخDبرني إDبراهيم قال بDن محمDد

سDDمع التيمDDي بDDن أنDDه DةDDعلقمالليثDي سDمعت وقاص عمDر يقولالخطاب علDى بDن عنDه اللDه رضDي

اللDه رسDول سDمعت قال المنDبريقول ... سلم و عليه الله صلى

1.Al-Humaidiy bin al-Zubair (sanad 1/perawi 6).

2.Sufyan (sanad 2/perawi 5)

3.Yahya bin Sa’id al-Ansari (sanad 3/perawi 4).

4.Muhammad bin Ibrahim al-Taimi (sanad 4/perawi 3).

5. ‘Alqamah bin Waqqas al-Laisi (sanad 5/perawi 2).

6.Umar bin al-Khattab ra (sanad 6/perawi 1), hingga sampai kepada Nabi saw.

Page 10: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Struktur Hadis (3)

Contoh Matan

لكDDDل وإنمDDDا بالنيات األعمال إنمDDDاهجرتDDه كانDDت فمDDن نوى مDDا امرىDDءينكحهDا امرأDة إلDى أDو يصDيبها دنيDا إلDى

... هاجر ما إلى فهجرته

Page 11: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Hadis sebagai Sumber Ajaran Islam

Al-Quran. Perintah taat kepada Allah dan Rasul-Nya (al-Nisa:59). Perintah mengikuti segala yg diperintahkan Nabi dan menjauhi larangannya (al-Hasyr:7).

Hadis Nabi. Hadis tentang keselamatan orang yg berpegang teguh pada al-Quran dan Sunnah (HR. Malik bin Anas). Hadis tentang perintah berpegang teguh kepada sunnah Nabi saw (HR. Abu Dawud).

Ijma’ Ulama. Umat Islam sepakat al-Quran dan hadis sebagai sumber ajaran Islam.

Logika. Kewajiban taat kepada sunnah Nabi Muhamaad saw adalah konsekuensi logis atas dalil-dalil yang sangat jelas menerangkan kebenaran Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah.

Page 12: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Peran/Fungsi Nabi sawPenjelas al-Qur’an QS al-Nahl/44: Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar

kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.

HR Muslim dari Ibn Umar: Apabila kamu melihat bulan maka berpuasalah, juga apabila kamu melihatnya maka berbukalah.

Menguatkan QS al-Baqarah ayat 185 yang artinya: Maka barangsiapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia berpuasa.

Ayat-ayat al-Qur’an mengenai perintah mendirikan salat, kewajiban menunaikan zakat, disyariatkannya jual beli, nikah, hudud, dan sebagainya.

HR al-Bukhari: Salatlah sebagaimana engkau melihat aku salat.

Page 13: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Peran/Fungsi Nabi saw

Legislator Dalam hal-hal tertentu yang tidak ada keterangannya dalam al-Qur’an, Nabi

saw dianugerahi otoritas untuk menetapkan hukum secara independen. QS al-A’raf 157: Dan (Rasul) menghalalkan bagi mereka segala hal yang baik

dan mengharamkan bagi mereka segala hal yang buruk…. QS al-Hasyar 7: Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan

apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. contoh larangan berpoligami bagi seseorang terhadap wanita dengan bibinya,

sebagaimana hadis diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya: Tidak boleh seseorang mengumpulkan (memadu) seorang wanita dengan ‘ammah’ (saudari bapak)nya dan seorang wanita dengan khalah (saudari ibu)nya.

Contoh lain: larangan mengawini seorang wanita yang bersaudara sepersusuan karena ia dianggap muhrim senasab. HR Bukhhari dan Muslim: Sesungguhnya Allah telah mengharamkan mengawini seseorang karena sepersusuan, sebagaimana halnya Allah telah mengharamkannya karena senasab.

Page 14: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Peran/Fungsi Nabi saw

Sosok yang Harus Dipatuhi QS al-Anfal 20: Wahai orang-

orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan Rasulnya.

QS al-Nisa’ 80: Siapa yang taat kepada Rasul, berarti ia taat kepada Allah.

Page 15: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Peran/Fungsi Nabi saw

Model Bagi Prilaku Muslim QS al-Ahzab 21: Sesungghunya

telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Page 16: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Inkar al-Sunnah/Anti HadisInkar al-Sunnah: Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadis atau sunnah sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an.

Page 17: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Tiga Kelompok Inkar al-Sunnah: Mereka yang menolak sunnah secara

keseluruhan, golongan ini menganggap bahwa hanya al-Qur’an yang bisa dijadikan sebagi hujjah;

Mereka yang tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan al-Qur’an;

Mereka yang hanya menerima sunnah mutawatir saja dan menolak selain mutawatir.

Page 18: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Sejarah Inkar al-sunnah Muncul awal abad ke-2 H dan

kemudian menghilang dan muncul kembali pada abad ke-13 H di India dan Mesir.

Masa Klasik: a.l. dimotori oleh kelompok Mu’tazilah

Masa Modern: a.l. dimotori Sayyid Ahmad Khan (w. 1897 M) di India, Dr. Taufiq Sidqi (w. 1920 M) di Mesir, Kassim Ahmad (Malaysia) dan Ahmad Sutarto di Indonesia.

Page 19: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Argumen & Bantahan thdp Inkar al-Sunnah

Argumen: QS. al-An’am/6: 38 dan al-Nahl/16:89 dan Logika

Bantahan a.l.: Periode kalsik: Imam al-Syafi’i (w.204 H)

Periode modern: Prof. Dr. Mustafa al-Siba’i dan Prof. Dr. H. M. Syuhudi Ismail (w. 1995 M).

Page 20: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Pokok Ajaran Inkar al-Sunnah Tdk percaya pd semua hadis

Nabi, hadis hanya karangan Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam. 

Dasar hukum Islam hanya al-Qur’an saja. 

Syahadat mereka: Isyhadu bi anna muslimun. 

Salat mereka bermacam-macam, ada yang salatnya dua raka’at-dua raka’at dan ada yang hanya eling (ingat) saja. 

Page 21: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Pokok Ajaran Inkar al-Sunnah Puasa wajib bagi yg melihat bulan sj, jika seorang saja yang

melihat Bulan, maka dialah yang wajib berpuasa. Mereka berependapat demikian merujuk pada ayat:

فليصمه الشهر منكم شهد فمن Haji boleh dilakukan selama 4 bulan haram yaitu Muharram,

Rajab, Zulqa’dah dan Zulhijjah.  Pakaian Ihram adalah pakaian Arab dan membuat repot.

Oleh karena itu, waktu mengerjakan haji boleh memakai celana panjang dan baju biasa serta memakai jas/dasi.

Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.  Nabi Muhammad tidak berhak menjelaskan tentang ajaran

al-Qur’an (kandungan isi al-Qur’an).  Orang yang meninggal dunia tidak dishalati karena tidak

ada perintah al-Qur’an.

Page 22: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Metode Periwayatan Hadis

Syarat Penerima HadisDapat memahami pesan yang terkandung di dalam hadis

Dapat membedakan yang baik dan benar dari yang buruk dan salah (mumayyiz) meskipun seorang non muslim.

Syarat Periwayat Hadis Muslim, Mukallaf, adil, dan dabit.

Page 23: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Delapan Metode Periwayatan Hadis1. Al-Sama’’ala al-syaikh (mendengar langsung dr

guru).

2. Al-Qira’ah ala al-syaikh (m’bacakan di hadapan guru).

3. Al-Ijazah (pemberian izin).

4. Al-Munawalah (penyerahan).

5. Al-Kitabah (penulisan atau korespondensi).

6. Al-I’lam (pemberitahuan).

7. Al-Wasiyyah (mendapat wasiat).

8. Al-Wijadah (penemuan).

Page 24: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Periwayatan hadis pada masa Nabi saw

1.Metode Lisan. Nabi saw seringkali mengulangi hal-hal penting dari pesan-pesan beliau. Selain itu, Nabi kadang meminta para Sahabat mengulangi kembali apa yg diajarkannya untuk memastikan tidak ada kekeliruan.

2.Metode Tulisan. Sekalipun tidak dapat menulis, Nabi menggunakan perantara penulis untuk menyampaikan pesan-pesannya. Buktinya, surat-surat Nabi kpd para raja, penguasa, kepala suku, dll.

3.Metode Praktek. Rasulullah saw dalam memberikan penjelasan-penjelasan praktis tentang perkara ibadah dan muamalah senantiasa disertai dengan perintah untuk mengikutinya.

Page 25: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Periwayatan hadis pada masa Sahabat & TabiinMasa Sahabat lebih banyak dilakukan

secara lisan disamping tulisan. Bersikap sangat hati-hati dan khawatir akan berpalingnya konsentrasi sahabat dari al-Qur’an yang usianya masih sangat muda kepada hadis.

Masa Tabi’in juga dilakukan secara berhati-hati sekalipun tidak lagi terjadi keraguan akan bercampurnya al-Qur’an dengan hadis.

Page 26: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Kodifikasi hadis masa mutaqaddimin

Kodifikasi hadis di pelopori oleh Khalifah Umar bin ‘Abdul ‘Aziz yang menjadi khalifah dari tahun 99-101 H.

Pada periode ini, tabi’in pertama yang menghimpun hadis secara riwayah adalah Ibn Syihab al-Zuhri dan Ibn Juraij.

Periode ini telah melahirkan sejumlah kitab himpunan hadis seperti al-Musannafat, al-Muwatta’, al-Musnad, al-Sunan, al-Jami’ dan al-Sahih.

Page 27: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Kodifikasi hadis masa muta’akhkhirin

Lebih fokus kpd aspek penelitian kualitas hadis yg telah dihimpun pada periode mutaqaddimin.

Pada periode ini disusun juga sejumah kitab kitab baru dengan tujuan untuk memelihara, menertibkan dan menghimpun sanad dan matan hadis yang saling berhubungan, dan/atau telah dimuat secara terpisah dalam kitab-kitab yang telah disusun oleh al-mutaqaddimin, seperti kitab-kitab atraf dan mustakhrajat, syuruh, mukhtasarat, al-zawa’id, dan ma’ajim.

Page 28: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Penelitian hadis periode kontemporer

Fokus pada kajian dan penelitian yang lebih spesifik terhadap hadis Nabi saw dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan, baik dalam bentuk takhrij al-hadis, ikhtisar al-hadis, kajian tematik, maupun penggunaan media IT.

Page 29: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Kemunculan Hadis Palsu

Page 30: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Kaidah Kesahihan Hadis

1.Sanad hadis bersambung dari Mukharrij sampai ke Nabi saw.

2.Seluruh periwayat dalam sanad bersifat ‘adil.

3.Seluruh periwayat dalam sanad bersifat dabit.

4.Sanad hadis terhindar dari syuzuz (kejanggalan)

5.Sanad hadis terhindar dari ‘illat (cacat).

Page 31: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Kaidah Kesahihan Hadis

1.Matan hadis terhindar dari syaz (kejanggalan) baik dari segi lafaz maupun makna.

2.Matan hadis terhindar dari ‘illat (cacat) baik dari segi lafaz maupun makna.

Page 32: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Perkembangan Ilmu Hadis

Ilmu Rijal al-Hadis. Ilmu yang membahas tentang integritas dan kapasitas perawi dari segi periwayatan.

Ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil. ilmu yang membahas tentang kecacatan dan keadilan seorang perawi sehingga dapat diketahui apakah riwayatnya diterima atau ditolak.

Ilmu Tarikh al-Ruwah. ilmu yang membahas secara mendalam tentang aspek kesejarahan seorang perawi, mulai dari identitas dan latar belakang perawi sampai kepada usahanya terhadap periwayatan hadis.

Ilmu ‘Ilal al-Hadis. ilmu yang membahas tentang sebab-sebab tersembunyi dan samar-samar yang berakibat rusaknya kesahihan hadis.

Page 33: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Perkembangan Ilmu Hadis

Ilmu Musykil al-Hadis. ilmu yang menerangkan ta’wil hadis yang musykil (pelik dan susah) meskipun tidak bertentangan dengan hadis lain.

Ilmu Muktalaf al-hadis. ilmu yang membahas hadis-hadis yang menurut lahirnya tampak saling bertentangan atau berlawanan.

Ilmu Nasikh wa al-Mansukh. Ilmu yang membahas tentang hadis-hadis yang bertentangan yang tidak mungkin dikompromikan

Ilmu Asbab al-Wurud. ilmu yang membatasi arti suatu hadis, baik berkenaan dengan arti umum atau khusus, mutlaq atau muqayyad, di-nasakh atau tidak, dan seterusnya, atau suatu arti yang dimaksud oleh sebuah hadis saat kemunculannya.

Page 34: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Hadis Daif & Hadis Mawdu’

Hadis Daif karena Keterputusan sanad:1.Hadis Mursal2.Hadis Munqati’3.Hadis Mu’dhal4.Hadis Mu’allaq5.Hadis Mudallas

Page 35: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Hadis Daif & Hadis Mawdu’

Hadis Daif karena Kecacatan sanad/matan:

1. Hadis Matruk2. Hadis Majhul3. Hadis Mubham4. Hadis Munkar5. Hadis Syaz6. Hadis Mudraj7. Hadis Maqlub8. HadisMudhtarib9. Hadis Mushahhaf10. Hadis Mudha’af11. Hadis Mu’allal

Page 36: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Kehujahan Hadis Daif

Para ahli hadis & ulama lain memperbolehkan periwayatan hadis-hadis daif tanpa menjelaskan kedaifannya dengan dua syarat:   Tidak terkait dengan akidah. Tidak terkait dengan hukum syariat, seperti halal

dan haram.Sedangkan hadis-hadis yang terkait dengan akidah

dan hukum syariat maka hadis daif tersebut tidak boleh diriwayatkan tanpa menjelaskan keda’ifannya dan tidak bisa dijadikan sebagai hujah atau dalil hukum.

Page 37: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Pengamalan Hadis Daif

a.Hadis daif bisa diamalkan secara mutlak dengan alasan hadis daif lebih kuat dari pada akal perorangan (qiyas) (ulama fikih spt Abu Daud dan Ahmad bin Hambal.

Page 38: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Pengamalan Hadis Daif

a.Hadis daif bisa digunakan dalam masalah fada’il, mawa’iz dan sejenisnya dengan syarat: 

1. Keda’ifannya tidak parah, seperti perawinya bukan pendusta atau sering melakukan kesalahan. 

2. Hadis da’if masuk dalam cakupan hadis pokok yang bisa diamalkan dan tidak berlawanan dengan dalil lain atau kaidah umum.  

3. Ketika mengamalkan hadis tersebut, tidak diyakini sebagai amalan hadis atau sunnah, tetapi diyakini sekedar sebagai langkah kehati-hatian.  

Page 39: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Pengamalan Hadis Daif

c. Hadis da’if tidak bisa diamalkan secara mutlak, baik mengenai fada’il al-A’mal dan hukum-hukum syariat (ulama besar hadis).

Page 40: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Takhrij Hadis

Al-Takhrīj berasal dari perkataan bahasa Arab .yang berarti keluar (خرج)

Istilah al-takhrīj mempunyai beberapa pengertian, sbb:

1. Al-Takhrīj berarti menjelaskan hadis kepada orang lain dengan menyebutkan para perawinya dalam sanad. Misalnya al-Bukhārī dan Muslim dengan kitab al-Sahīhayn.

2. Al-Takhrīj berarti mengeluarkan hadis dari sumber kitab asal dan meriwayatkannya berdasarkan susunan riwayatnya sendiri, dengan menjelaskan para perawinya dari kitab asal. Diantaranya, al-Imām al-Bayhaqī yang telah banyak meriwayatkan hadis-hadis dengan sanadnya sendiri dari kitab al-Sunan karya Abū al-Hasan al-Basrī al-Saffār.

3. Al-Takhrīj berarti menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumbernya yang asal, yaitu berbagai kitab, dengan menjelaskan kekuatan hukum hadisnya. Di antaranya al-Imām al-Zaylācī (w. 762 H) dalam kitabnya Nasb al-Rāyah fī Takhrīj Ahādīth al-Hidāyah.

Urgensi takhrij hadis1. Untuk mengenal pasti asal-usul

riwayat suatu hadis serta redaksinya secara lengkap.

2. Untuk mengetahui kesemua riwayat bagi suatu hadis. Hadis yang akan diteliti mungkin lebih dari satu sanad.

3. Untuk mengetahui lafaz-lafaz yang digunakan dalam periwayatan hadis.

4. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya shāhid atau muttabi bagi sanad suatu hadis.

5. Untuk mengetahui kekuatan hukum suatu hadis. Diantara kitab-kitab hadis, ada yang dijelaskan kedudukan hukum hadis-hadisnya, seperti Sahīh al-Bukhārī dan Sahīh Muslim.

Page 41: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Takhrij HadisMetode Takhrij Hadis

1. Al-Takhrīj dengan cara melacak perawi pertama yang meriwayatkan hadis. Perawi pertama adalah perawi yang meriwayatkan hadis dari Nabi saw. Diantara kitab rujukannya: kitab al-masānīd, al-macājim, al-atrāf, al-tarājum dan al-fahāris.

2. Al-Takhrīj dengan cara melacak kata pertama dari lafaz matan hadis. Diantara kitab rujukannya: kitab al-mawsūcāt al-hadīthiyyah, al-mafātīh. dan al-fahāris.

3. Al-Takhrīj dengan cara melacak salah satu kata dari lafaz hadis. Diantara kitab rujukannya: al-Mucjam al-Mufahras li Alfāz al-Hadīth al-Nabawī karya Arent Jan Wensinck.

4. Al-Takhrīj dengan cara melacak satu tema dari tema-tema yang terdapat dalam hadis. Diantara kitab rujukannya: Miftāh Kunūz al-Sunnah karya Arent Jan Wensinck.

5. Al-Takhrīj dengan cara mengkaji sifat-sifat khas yang dimiliki hadis itu, baik pada sanad ataupun matnnya. Misalnya, tanda-tanda qudsī pada sanadnya dan tanda mutawātir pada matnnya. Diantara kitab rujukannya: kitab al-Ithāfāt al-Sunniyyah fī al-Ahādīth al-Qudsiyyah karya Shaykh Muhammad b. Mahmūd al-Madanī (w. 1200 H).

Ragam Obyek Takhrij Ulama Hadis:1.Takhrij hadis-hadis yang terdapat

dalam kitab tertentu saja. Misalnya, al-takhrīj yang dilakukan oleh al-Zaylacī keatas hadis-hadis dalam kitab al-Kashshaf karya al-Zamakhsharī.

2.Takhrij hadis-hadis berdasarkan perkara tertentu. Misalnya, al-takhrīj yang dilakukan oleh Jāsim Sulaymān al-Fuhaydī ke atas hadis-hadis yang berkenaan dengan shalat al-tasbīh dalam kitabnya al-Tanqīh limā jā’a fī salāt al-tasbīh.

3.Takhrij hadis-hadis tertentu saja. Misalnya Khalīl Ibrāhīm Malā Khatīr yang mentakhrīj hadis mengenai lalat dalam kitabnya al-Isābah fī (الذبابة)sihhah hadīth al-dhubābah.

Page 42: Wawasan Hadis  &  metodologinya

Mukharrij dan Kitab Himpunan

Pengenalan mukharrij dan karya-karyanya Mukharrij adalah mereka yang

telah mengemukakan hadis kepada orang lain dengan menyebutkan para periwayatnya dalam sanad hadis dengan metode yang periwayatan yang ditempuhnya atau mereka yang telah melakukan perlawatan kemudian menyusun hadis-hadis Nabi lengkap sanad dan matan serta metodenya ke dalam kitab hadis, seperti Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam al-Turmuzi, dan Imam al-Nasa’i.

Pengenalan kitab himpunan hadis Kitab himpunan hadis adalah kitab

hadis yang dikatagorisasikan sbg kitab riwayat, yakni kitab hadis yang disusun oleh para mukharrij setelah menghimpun hadis-hadis dari berbagai guru (syaikh) hadis dari berbagai daerah. Misalnya, al-Jami’ al-Sahih karya Imam al-Bukhari, Sunan Abu Dawud, dan Musnad Ahmad bin Hanbal.

Para mukharrij dalam menyusun kitab-kitab hadis menggunakan metode yang berbeda-beda. Misalnya: al-Bukhari dan Muslim menyusun Kitab Sahih dengan metode al-jami’ (mengumpulkan seluruh aspek hadis yang dinilai sahih), Abu Dawud, al-Turmuzi, dan al-Nasa’i menyusun Kitab Sunan dengan metode al-musannafat (berdasarkan bab-bab fiqh), dan Ahmad bin Hanbal menyusun kitab dengan metode al-musnad (berdasarkan periwayat pertama).

Page 43: Wawasan Hadis  &  metodologinya

TERIMAKASIH