5
Wayang kulit Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang ' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa , atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden . Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir , yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong ), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon ), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar. [1] Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana , tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji . Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat . [2]

Wayang kulit.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Wayang kulitWayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.[1]Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.[2]

Wayang kulit is a traditional Indonesian art are mainly developed in Java. Puppet comes from the word 'Ma Hyang' meaning leads to spiritual spirit, god, or God Almighty. There is also interpreted Javanese wayang is a meaningful term 'shadow', this is because the audience can watch the puppets from behind the curtain or imagining. Shadow puppets played by a puppeteer who is also the narrator's dialogue puppet characters, with accompanied by gamelan music played by a group of nayaga and songs sung by the singer. Leather puppet puppeteer behind the screen, the screen is made of white cloth, while the lights flashed behind electricity or oil lamps (blencong), so that the spectators who were on the other side of the screen can see the shadow puppet who fall into color. To be able to understand the story of the puppet (play), the audience must have knowledge of puppet characters whose image appears on the screen. [1]In general puppets took the story from the Mahabharata and Ramayana manuscript, but is not limited only with the standard (standard), the mastermind ki can also play play carangan (composition). Some of the stories are taken from the Panji stories.Puppet show has been recognized by UNESCO on November 7, 2003, as a work culture that is admirable in the field of narrative story and beautiful and precious heritage (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Shadow puppets are more popular in central and eastern Java, while the puppet show more often played in West Java. [2]

[intro]CGDmAmFCE2x

GlihatlahnegerikitaDmAmyangsuburdankayarayaFsawahladangterhamparluasEsamuderabiru

CGtapirataplah negerikitaDmAmyangtinggalhanyalahceritaFCEceritadancerita,teruscerita...

[chorus]FGpengangguranmerebakluasEmAmkemiskinanmerajalelaFCEpedagangkakilimatergusurteraniaya

FGbocah-bocahkecilmerintihEmAmmelangsungkan mimpidijalananFCEburuhkerapdihadapipenderitaan

CGinilahnegerikitaDmAmFalamnyakelamtiadaberbintangCEdarideritadanderitamenderita

CGsampaikapankahderitainiDmAmyangkayadarahdanairmataFCEyangsenantiasamewarnaibumipertiwi

AmGFEdinodaiAmGFEdikangkangiAmGFEdikuasaiAmGFEdijajahparapenguasarakus

[intro]CGDmAmFCE2x

AmGFEdinodaiAmGFEdikangkangiAmGFEdikuasaiAmGFEdijajahparapenguasarakus

intro : D A E

EKulari Mengejar Laju Bis KotaEBelomba-lomba Saling BerebutanATuk SekedarE D AMencari Tempat yang adaEKucari dan Terus Kucari-cariENamun Semua Kursi Telah TerisiA Edan Akhirnya Akupun Harus Berdiri

B C#mBercampur Dengan Peluh... Semua OrangBdan Bermacam AromaC#m ABikin Kupusing Kepala...

Reff ESerba Salah A BNafasku Terasa Sesak C#m ABerimpitan Berdesakkan BBergantungan

EMemang Susah..... (susah) A BJadi Orang Yang Tak Punya C#m A B EKemanapun Naik Bis Kota

melodyE D A B 2X

c#m A F#m C#m A B E