25
i PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT YANG MEMBANGUN RUMAH DI ATAS TANAH NEGARA (STUDI DIKABUPATEN BIMA) JURNAL ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat S-1 pada Program Studi Ilmu Hukum Oleh : RUKMINI D1A 015 234 FAKULTAS HUKUM UNIVESITAS MATARAM MATARAM

Web FH Unram · Web viewKepastian mengenai orang/badan hukum yang menjadi pemegang hak atas tanah, yang disebut juga sebagai kepastian mengenai subyek hak dan Kepastian mengenai letak,

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

v

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT YANG MEMBANGUN RUMAH DI ATAS TANAH NEGARA

(STUDI DIKABUPATEN BIMA)

JURNAL ILMIAH

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

untuk mencapai derajat S-1 pada

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

RUKMINI

D1A 015 234

FAKULTAS HUKUM

UNIVESITAS MATARAM

MATARAM

2019

HALAMAN PENGESAHAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT YANG MEMBANGUN RUMAH DI ATAS TANAH NEGARA

(STUDI DIKABUPATEN BIMA)

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

RUKMINI

D1A 015 234

Menyetujui,

Pembimbing Pertama,

Dr. Sahnan, SH., M.Hum

NIP.19721231 200312 1 005

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT YANG MEMBANGUN RUMAH DI ATAS TANAH NEGARA

(STUDI DIKABUPATEN BIMA)

RUKMINI

D1A 015 234

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prosedur yang perlu dilakukan untuk memperoleh hak milik diatas tanah negara serta bentuk pelindungan hukum terhadap masyarakat yang memperoleh hak milik diatas tanah negara di kabupaten Bima. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian empiris. Prosedur yang perlu dilakukan adalah dengan mengajukan izin membuka tanah negara kepada pemerintah, membayar biaya pajak bumi dan bangunan serta mendaftarkan tanah negara menjadi tanah hak milik ke kantor pertanahan kabupaten bima. Bentuk perlindungan hukum terhadap masyarakat yang memperoleh hak milik diatas tanah negara yaitu diperolehnya sertifikat sebagai alat bukti yang kuat.

Kata kunci : Pendaftaran Tanah Negara menjadi hak milik

PROTECTION OF THE LAW ON THE COMMUNITY THAT BUILDS HOMES ON THE LAND OF STATE (STUDIES IN BIMA DISTRICT

Abstract

This research aims to determine how the procedures that need to be done to acquire the property rights above the land and the form of protection of the Law on the community that acquired the rights above the State land in Bima district. The research method used is empirical research. The procedure that needs to be done is to apply permission to open the State land to the government, pay the cost of Earth tax and building and register the country to land land rights to the office of Bima Regency. A form of legal protection against communities that acquire property rights above the country is obtained by certificates as a means of strong evidence.

Keyword: state land registration to be proprietary

I. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara hukum dan bukan negara kekuasaan, yang berarti bahwa dalam setiap kegiatan kenegaraan selalu berdasarkan hukum yang berlaku, hampir semua bidang kehidupan dewasa ini diatur oleh hukum dan sulit ditemukan suatu bidang tertentu dalam kehidupan masyarakat yang tidak tersentuh oleh hukum. Oleh karena itu maka dalam setiap tindakannya Negara selalu menggunakan undang-undang sebagai acuan dari setiap tindakanya termasuk dalam penguasaan negara terhadap sumber daya alam. negara menguasai seluruh sumber daya alam yang ada baik itu tanah, air bahkan ruang angkasa dan digunakan untuk kemakmuran rakyat.

Hal tersebut terdapat dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945 yang tercantum dalam Pasal 33 ayat (3) yang menentukan sebagai berikut:

“Bumi, dan air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pasal 33 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini diimplementasikan lagi dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang ketentuan pokok agraria yang dimana dalam penjelasan umum undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang ketentuan pokok agraria disebutkan bahwa ’’didalam Negara Republik Indonesia yang susunanya termasuk perekonomianya masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang amat sangat penting untuk membangun masayrakat yang adil dan makmur sebagai yang dicita-citakan.

UUPA telah meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah. Kepastian hukum hak-hak atas tanah itu adalah kepastian hukum yang tertuju pada bidang pertanahan, khususnya mengenai pemilikan dan atau penguasaannya. Adanya kepastian hukum hak-hak atas tanah itu, akan memberikan kejelasan tentang. Kepastian mengenai orang/badan hukum yang menjadi pemegang hak atas tanah, yang disebut juga sebagai kepastian mengenai subyek hak dan Kepastian mengenai letak, batas-batasnya, luasnya, dibebani dengan hak-hak lain atau tidak, dan sebagainya. Dengan kata lain disebut juga sebagai kepastian mengenai obyek hak.

Dalam kehidupan bermasyarakat masih banyak bidang-bidang tanah milik negara yang dipergunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu tanah pertanian maupun pemukima. Seperti yang terjadi di Desa Pesa Kecematan Wawo Kabupaten Bima, masih banyak tanah-tanah di dekat pemukiman warga yang masih teridentifikasi sebagai tanah negara atau belum dikuasai oleh siapapun, hal tersebut dapat dilihat dari data Pemerintah Desa setempat serta banyaknya warga yang membangun rumah di atas tanah yang belum memiliki sertifikat atau yang bukan miliknya. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diketahui perlindungan hukum terhadap masyarakat yang membangun rumah diatas tanah negara serta status hukum terhadap masyarakat yang membangun rumah di atas tanah negara.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: (1). Bagaimana prosedur yang dilakukan masyarakat Desa Pesa Kecamatan Wawo Kabupaten Bima agar dapat memperoleh hak milik di atas tanah negara? 2). Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap masyarakat yang membangun rumah diatas tanah negara di Desa Pesa Kecamatan Wawo Kabupaten Bima?

Tujuan dan Manfaat yang diharapkan dari Penelitian ini adalah : a). Untuk mengetahui prosedur yang dilakukan oleh masyarakat agar dapat memperoleh hak milik di atas tanah negara dan untuk mengetahui bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap masyarakat yang membangun rumah di atas tanah negara. b). Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu dalam bidang keperdataan, lebih khususnya pada bidang tanah Negara. Dan hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat yang mempergunakan tanah negara agar mengetahui bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap dirinya. Juga hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfat bagi seluruh warga negara Indonesia agar dapat mempertahankan hak serta menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian hukum empiris. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual dan pendekatan sosiologis. Sumber data berasal dari sumber data primer seperti hasil wawancara dan data sekunder seperti kepustakaan, sedangkan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer ,data sekunder, dan data tersier. Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui wawancara.

II. PEMBAHASAN

Prosedur Yang Dilakukan Masyarakat Desa Pesa Kecamatan Wawo Kabupaten Bima Agar Dapat Memperoleh Hak Milik Di Atas Tanah Negara.

Tanah Negara adalah tanah yang langsung dikuasai Negara. Langsung dikuasai artinya tidak ada pihak lain di atas tanah itu, tanah negara yang diatasnya dibangun rumah oleh masyarakat Desa Pesa ini merupakan tanah negara bebas atau tanah negara yang diatasnya tidak ada satupun pihak lain yang menumpanginya. Tanah tersebut bukan merupakan tanah pertanian karena jenis tanahnya yang merupakan tanah kapur. Karena tanah tersebut berada didekat pemukiman warga dan tidak ada satu pihakpun yang mempunyai alas hak di atas tanah itu maka banyak masyarakat yang membangun rumah di atasnya.

untuk memperoleh tanah negara menjadi tanah hak milik masyarakat harus mengurus terlebih dahulu izin membuka tanah negara yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada orang pribadi dalam rangka kegiatan membuka dan/ atau mengambil manfaat tanah dan mempergunakan/ menggarap tanah Negara yang belum terdaftar dan/ atau dilekati hak atas tanah dan/ atau bersertifikat sesuai ketentuan yang berlaku. Serta adanya bukti pembayaran pajak bumi bangunan kepada pemerintah.

Agar terjaminnya kepastian hukum dalam pensertipikatan tanah negara menjadi tanah hak Pemohon mengajukan permohonan pensertipikatan tanah negara kepada Kantor kecamatan dengan menyertakan bukti-bukti tertulis / surat riwayat perolehan tanah,dan juga surat bebas sengketa dari kelurahan setempat yang diketahui Camat. Kemudian permohonan tersebut diajukan kepada BPN (Badan Pertanahan Nasional) untuk mendapatkan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT).

Kantor pertanahan memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik, dari pihak pemohon hak atas tanah negara serta memeriksa kelayakan permohonan tersebut untuk dapat atau tidaknya diproses lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila dalam hal tanah yang dimohon belum ada Surat ukurnya, Kepala Kantor Pertanahan memerintahkan kepada Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah untuk melakukan pengukuran guna di terbitkannya gambar situasi bidang tanah yang dimohon. Apabila semua persyaratan telah dipenuhi semua, kemudian permohonan Hak Atas Tanah Negara tersebut diproses oleh panitia A.

Surat Kepemilikan Tanah (SKT) sebetulnya menegaskan riwayat tanah. Surat keterangan riwayat tanah tersebut merupakan salah satu alat bukti tertulis untuk menunjukkan kepemilikan tanah guna kepentingan proses pendaftaran tanah. Secara eksplisit tidak diatur mengenai tata cara untuk memperoleh SKT dalam PP 24/1997. Namun, SKT tidak diperlukan lagi sebagai salah satu syarat dalam pendaftaran tanah. Surat edaran menteri agraria dan tata ruang/badan pertanahan nasional nomor 1756 / 15.I /IV / 2016 tentang petunjuk pelaksanaan pendaftaran tanah masyarakat yang intinya menyampaikan edaran kepada seluruh kantor pertanahan untuk menyederhanakan proses pendaftaran tanah (persertifikatan tanah). Persyaratan ini dihapus BPN karna sering kali kepengurusanya memakan waktu lama.

Prosedur yang dilakukan agar dapat memperoleh Hak Milik atas Tanah Negara, yaitu sesuai dengan peraturan Kantor Pertanahan Kabupaten Bima. Yang secara umum diatur dalam peraturan Mentri Negara Agraria / Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 tahun 1999 tentang tata cara pemberian dan pembatalan Hak Milik Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan adalah sebagai berikut: 1. Permohonan hak milik atas tanah negaraa diajukan secaraa tertulis. 2. Permohonan hak milik atas tanaah negara memuat: a. Keterangan mengenai pemohon: 1) Apabila perorangan: nama, umur, kewarganegaraan, tempat tinggal dann pekerjaanya serta keterangan mengenai isteri/suami dan anaknya yang masih menjadi tanggunganya. 2) Apabila badan hukum: nama, tempat kedudukan, akta atau peraturan pendirinya tanggal dan nomor surat keputusan pengesahanya oleh pejabat yang berwenang tentang penunjukanya sebagai badan hukum yang dapat mempunyai hak milik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik: a) Dasar penguasaan atau alas haknya dapat berupa sertifikat, girik, surat kapling, surat-surat bukti pelepasan hak dan pelunasan tanah dan rumah atau tanah yang telah dibeli dari pemerintah, putusan pengadilan, akta PPAT, akta pelepasan hak, dan surat-surat bukti perolehan tanah lainya. b) Letak, batas-batas dan luasnya (jika ada surat ukur atau gambar situasi sebutkan tanggal dan nomornya). c) Jenis tanah ( pertanian/non pertanian). d) Rencana penggunaan tanah. e) Status tanahnya (tanah hak atau tanah negara).

Permohonan tanah negara menjadi hak milik sampai memperoleh sertifikat hak milik maka tidak cukup hanya mentargetkat diperolehnya surat keputusan pemberian hak milik asal tanah negara dari pemerintah, akan tetapi harus dilanjutkan dengan melakukan permohonan sertifikat hak milik.

Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap objek pendaftaran tanah yang belum terdaftar berdasarkan  PP 10/1961 maupun PP 24/1997, dapat dilakukan baik secara sistematik maupun sporadik. Definisi Pendaftaran Tanah Secara Sporadik (PP 24/1997 Pasal 1 angka 11) Adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertamakali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu Desa/Kelurahan secara individual atau massal.

Ada dua cara yang bisa ditempuh dalam memperoleh sertifikat tanah hak milik untuk pertama kali yang dimana tanah-tanah tersebut belum pernah disertifikatkan, yaitu cara pertama menggunakan cara pendaftaran tanah dengan cara sporadik, cara ini dilakukan dengan mengisi dan menandatangani formulir khusus permohonan sertifikat serta menyerahkan berkas persyaratan dan membayar biaya yang telah ditentukan di Kantor Pertanahan, cara ini merupakan inisiatif dari orang yang ingin membuat sertifikat tanahnya yaitu dengan mendatangi kantor pertanahan. Untuk cara kedua yaitu dengan cara sistematik, yaitu dengan cara didatangi langsung oleh pejabat-pejabat kantor pertanahan dan beberapa orang dari staf Desa setempat yang tergabung dalam panitia ajudikasi. Panitia ini memang ditugaskan oleh kepala BPN untuk mensertifikatkan tanah-tanah penduduk yang belum disertifikatkan dalam suatu wilayah desa. Maksud diterbitkan sertifikat dalam kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah agar pemegang hak dengan mudah dapat membuktikan bahwa dirinya sebagai pemegang haknya. Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah.

Prosedur Pendaftaran Tanah Secara Sporadik (PP 24/1997)Diajukan secara individual atau massal oleh pihak yang berkepentingan  [Pasal 13 (4)], yaitu pihak yang berhak atas bidang tanah yang bersangkutan atau kuasanya. Permen Agraria/Kep BPN 3/1997 pihak yang berkepentingan adalah pemegang hak dan pihak lain yang mempunyai kepentingan atas bidang tanah.

Setelah kantor pertanahan mendaftarkan (membukukan dan mensertifikatkan) tanah pemberian negara tersebut maka barulah status kita berubah dari sebagai penerima hak menjadi sebagai pemegang hak milik atas tanah tersebut.

Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat Yang Membangun Rumah Di Atas Tanah Negara Di Kecematan Wawo Kabupaten Bima

Tujuan adanya Perlindungan Hukum ini adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan katalain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.

Bentuk perlindungan hukum terhadap masyarakat Desa Pesa yang membangun rumah di atas tanah negara adalah melalui pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Bima. Penerbitan Bukti kepemilikan hak atas tanah merupakan bagian dari proses pendaftaran, yang dijalankan oleh kantor Pertanahan Kabupaten Bima. Sesuai dengan tujuan pendaftaran yaitu akan memberikan kepastian hukum maka pemerintah diwajibkan bagi pemegang hak yang bersangkutan untuk mendaftarkan setiap ada peralihan.

Sebelum mendaftarkan tanah negara menjadi tanah hak miilik bentuk perlindungan hukum terhadap masyarakaat yaitu dengan adanya izin membuka tanah negara yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada orang pribadi dalam rangka kegiatan membuka dan/ atau mengambil manfaat tanah dan mempergunakan/ menggarap tanah Negara yang belum terdaftar dan/ atau dilekati hak atas tanah dan/ atau bersertifikat sesuai ketentuan yang berlaku. Serta adanya bukti pembayaran pajak bumi bangunan kepada pemerintah

Pendaftaran tanah menurut peraturan peraturan mentri nomor 24 tahun 1997

Dalam hal tanah negara sebagai objek pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (1) huruf f pendaftaranya dilakukan dengan cara membukukan sebidang tanah yang merupakan tanah negara dalam daftar tanah. Semua hak-hak atas tanah yang tercantum pada ayat (9) pp No. 24 tahun 1997 di atas dengan membukukan tanah tersebut di Kantor Pertanahan akan diterbitkan sertifikat hak atas tanahnya yang merupakan salinan dari buku tanah. Sedangkan tanah negara tidak diterbitkan sertifikat yang diterbitkan tersebut diserahkan kepada yang berhak sebagai alat bukti haknya. Menurut peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1961, sertifikat tersendiri atas sallinan buku tanah yang memuat data yuridis dan surat ukur yang memuat data yuridis dan surat ukur yang memuat data fisik hak yang bersangkutan, yang dijilid menjadi satu dalam suatu sampul dokumen.

Sertifikat Hak Atas Tanah

Adapun yang dimaksud pasal 19 ayat (2) huruf c pada undang-undang pokok Agraria dalam pengertian sertifikat yaitu pemberian surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat bukti yang berlaku sebagai alat bukti yang kuat mengenai data fidsik dan yuridis tersebut sesuai dengan data yanga ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan dikatakan demikaian karena selama ini tidak ada bukti lain yang membuktikan ketidakbenarannya, maka keterangan yang ada dalam sertifikat harus dianggap yang paling benar dan dengan tidak perlu bukti tambahan, sedangkan alat bukti lain tersebut dianggap sebagai alat bukti permulaan dan harus dikuatkan alat bukti lainya. Jadi sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai semacam subyek hak maupun tanahnya.

Setelah mendaftarkan, membukukan dan mensertifikatkan tanah negara menjadi hak milik di kantor pertanahan maka barulah status kita berubah sebagai pemegang hak milik.

Pengertian Hak milik

Ketentuan tentang hak milik diatur dalam Pasal 20 – 27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960. Dalam Undang-undang ini pengertian hak milik seperti yang dirumuskan pada Pasal 20 Ayat (1) adalah hak turun-temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat fungsi sosial. Fungsi sosial disini berarti penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat daripada haknya, sehingga bermanfaat baik bagi masyarakat dan pemiliknya.

III. PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

Prosedur Yang Dilakukan Masyarakat Desa Pesa Kecamatan Wawo Kabupaten Bima Agar Dapat Memperoleh Hak Milik Di Atas Tanah Negara: 1) untuk memperoleh tanah negara menjadi tanah hak milik masyarakat harus mengurus terlebih dahulu izin membuka tanah negara yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada orang pribadi dalam rangka kegiatan membuka dan/ atau mengambil manfaat tanah dan mempergunakan/ menggarap tanah Negara yang belum terdaftar dan/ atau dilekati hak atas tanah dan/ atau bersertifikat sesuai ketentuan yang berlaku. serta membayar pajak bumi bangunan. 2) Bahwa surat Kepemilikan Tanah (SKT) sebetulnya menegaskan riwayat tanah. Surat keterangan riwayat tanah tersebut merupakan salah satu alat bukti tertulis untuk menunjukkan kepemilikan tanah guna kepentingan proses pendaftaran tanah. SKT tidak diperlukan lagi sebagai salah satu syarat dalam pendaftaran tanah. Surat edaran menteri agraria dan tata ruang/badan pertanahan nasional nomor 1756 / 15.I /IV / 2016 tentang petunjuk pelaksanaan pendaftaran tanah masyarakat yang intinya menyampaikan edaran kepada seluruh kantor pertanahan untuk menyederhanakan proses pendaftaran tanah (persertifikatan tanah). Persyaratan ini dihapus BPN karna sering kali kepengurusanya memakan waktu lama. 3) Bahwa Peralihan tanah negara menjadi tanah milik ditinjau dari aspek hukum agraria dan peraturan-peraturan peralihanya telah dijelaskan tata cara ataupun prosedur agar dapat memperoleh tanah negara menjadi tanah milik adapun Prosedur yang dilakukan untuk memperoleh tanah negara didasarkan pada peraturan Mentri Negara Agraria / kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 tahun 1999 tentang tata cara pemberian dan pembatalan Hak Milik Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

Bentuk perlindungan hukum terhadap masayarakat yang memperoleh tanah negara menjadi tanah milik yaitu sebagai berikut: a). Bahwa dalam hal tanah negara sebagai objek pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (1) huruf f pendaftaranya dilakukan dengan cara membukukan sebidang tanah yang merupakan tanah negara dalam daftar tanah. Semua hak-hak atas tanah yang tercantum pada ayat (9) pp No. 24 tahun 1997 dengan membukukan tanah tersebut di Kantor Pertanahan akan diterbitkan sertifikat hak atas tanahnya yang merupakan salinan dari buku tanah. Sedangkan tanah negara tidak diterbitkan sertifikat yang diterbitkan tersebut diserahkan kepada yang berhak sebagai alat bukti haknya. b). Bahwa berdasarkan pasal 19 ayat (2) huruf c pada undang-undang pokok Agraria dalam pengertian sertifikat yaitu pemberian surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat bukti yang berlaku sebagai alat bukti yang kuat mengenai data fidsik dan yuridis tersebut sesuai dengan data yanga ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan dikatakan demikaian karena selama ini tidak ada bukti lain yang membuktikan ketidak benaranya, maka keterangan yang ada dalam sertifikat harus dianggap yang paling benar. c). Ketentuan tentang hak milik diatur dalam Pasal 20 – 27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960. Dalam Undang-undang ini pengertian hak milik seperti yang dirumuskan pada Pasal 20 Ayat (1) adalah hak turun-temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat fungsi sosial. Fungsi sosial disini berarti penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat daripada haknya, sehingga bermanfaat baik bagi masyarakat dan pemiliknya.

Saran

Di samping kesimpulan di atas, penulis merasa perlu untuk mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Hendaknya masyarakat mengajukan ijin kepada desa umumnya kepada pemerintah sebelum mempergunakan tanah negara agar mendapatkan perlindungan hukum sebagaimana mestinya. 2. Hendaknya masyarakat segera mendaftarkan tanah negara tersebut ke kantor pertanahan kabupaten bima agar mendapatkan sertifikat sehingga masyarakat mendapatkan perlindungan hukum dari pemerintah.

� Sudjito, prona persertifiikatan tanah secara massal dan penyelesaian sengketa tanah yang bersih, strategis, liberty, yogyakarta, 1987,hal. 3

� Herman hermit, Cara Memperoleh Sertifikat Tanah Hak Milik Tanah Negara Dan Tanah Pemda, cet.1 Mandar Maju, Bandung , 2004, hlm.110

� Ibid,hal.5

� Chomzah, Ali Achmad, 2002, Jakarta, Hukum Pertanahan,Prestasi Pustaka, .