Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERBANDINGAN PEMERINTAHAN INDONESIA DAN PERANCIS
Dosen Pengampu:Isnaini Muallidin, S.IP., M.P.A.
Disusun Oleh:
Diah Wahyuningsih 20140520036Irma Herlina 20140520030Akbar 20140520140Vikri Yordhanda 20140520289Rido Argo Mukti 20140520098Riyan Prayitno 20140520229
ILMU PEMERINTAHANFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2017
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................iDAFTAR ISI..............................................................................................................ii
I. Pengantar..............................................................................................................1
II. Pembahasan..........................................................................................................3A. Negara Indonesia............................................................................................3
1. Sejarah......................................................................................................32. Sistem Ekonomi.......................................................................................93. Sistem Kenegaraan...................................................................................104. Sistem Pemerintahan................................................................................13
B. Negara Perancis..............................................................................................211. Sejarah......................................................................................................212. Sistem Ekonomi.......................................................................................263. Sistem Kenegaraan...................................................................................294. Sistem Pemerintahan................................................................................32
III. Perbandingan........................................................................................................38A. Sejarah............................................................................................................43B. Sistem Ekonomi.............................................................................................43C. Sistem Kenegaraan.........................................................................................45D. Sistem Pemerintahan......................................................................................45
IV. Kesimpulan..........................................................................................................41
Daftar Pustaka............................................................................................................42
ii
1
I. Pengantar
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari 2 istilah,yaitu sistem dan
pemerintahan, pengertian sistem adalah adanya hubungan fungsional antara badan
dengan badan lain secara keseluruhan,sedangkan pemerintahan adalah suatu
perbuatan atau urusan memerintah. Di lihat dari perspektif sejarahnya sistem
pemerintahan di indonesia sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur
kedudukan lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara, serta hubungan antar
lembaga-lembaga tersebut.undang-undang dasar merupakan hukum
tertinggi,kemudian kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR
(Lembaga Tertinggi).MPR mendistribusikan kekuasaannya (distribution of
power) kepada 5 lembaga tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu Presiden,
Mahkamah Agung (MA), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Pokok-pokok sistem pemerintahan indonesia dalam sejarahnya
berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD
1945 tentang 7 kunci pokok sistem pemerintahan negara indonesia, sebagai
berikut: 1) Sistem Konstitusional. 2) Indonesia merupakan negara yang
berdasarkan atas hukum (rechtsstaat). 3) Kekuasaan tertinggi negara ada di tangan
MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat). 4) Kekuasaan kepala negara tidak tak
terbatas. 5) Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
6) Presiden merupakan penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah
MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat). 7) Menteri negara adalah pembantu
presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab kepada DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat).
Dari perspektif perekonomian adalah sistem yang dipakai oleh sebuah
negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dikuasainya baik untuk
perorangan ataupun instansi di negara itu.perbedaan utama antara satu sistem
ekonomi dengan sistem ekonomi yang lain yaitu bagaimana cara sistem itu
mengelola faktor produksinya. dalam beberapa sistem, seorang individu diizinkan
memiliki seluruh faktor produksi.Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor
tersebut dikuasai oleh pemerintah.
2
Sistem perekonomian yang diterapkan oleh negara Indonesia adalah sistem
perekonomian pancasila.ini artinya sistem perekonomian yang dijalankan di
Indonesia harus berpedoman pada Pancasila.sehingga secara normatif Pancasila
dan UUD 1945 adalah landasaan di sistem perekonomian di Indonesia. Secara
garis besarnya,sistem pemerintahan itu dapat dikelompokan dalam 2 bagian,yaitu
sistem pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensial.bagi
negara indonesia yang pada hakekatnya menganut sistem pemerintahan
presidensial,presiden mempunyai kekuasaan yang sangat besar. presiden adalah
sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. sistem pemerintahan presidensial
pada dasarnya mempunyai hubungan yang erat dengan teori pemisahan
kekuasaan.
Variasi ini terdapat dalam pelaksana pemerintahan presidensial di
indonesia.kedudukan dan kekuasaan presiden dan lembaga-lembaga negara
lainnya,biasanya ditentukan dalam konstitusi suatu negara.berdasarkan praktek
ketatanegaraan,jika ditelusuri undang-undang dasar 1945 indonesia menganut asas
pembagian kekuasaan(separation of powers) dalam arti formal dalam sistem
pemerintahannya.
Sistem pemerintahan presidensial yang murni adalah sistem pemerintahan
dimana teori pemisahan kekuasaan dilaksanakan secara murni.di indonesia
pengawasan ataupun kerjasama antara dewan perwakilan rakyat dengan presiden
adalah merupakan salah satu bagian dalam praktek ketatanegaraan,kegiatan ini
tidak dapat dihilangkan,karena ia merupakan konsekuensi dari asas pembagian
kekuasaan yang dianut oleh undang-undang dasar 1945.
Sedangkan negara prancis atau variasinya prancis (Republique Francaise)
adalah sebuah negara yang terletak di Eropa Barat. Selain di daratan Eropa,
wilayahnya juga terdiri dari berbagai pulau dan wilayah di benua lain. Prancis
Metropolitan membentang dari Laut Tengah sampai ke Selat Inggris dan Laut
Utara, serta sungai Rhein sampai Samudera Atlantik Negara yang luasnya paling
besar di daratan Eropa ini (547.026 km²), memiliki penghasilan utamanya adalah
di bidang agrikultur dan industri besar yang cukup terkemuka di Eropa. Terutama
dalam industri padi, daging, anggur, serta industri besi dan baja, bahkan juga
plutonium untuk bahan nuklir.
3
Prancis merupakan Negara Republik Kesatuan. Sistem Pemerintahan
Negara ini menganut sistem pemerintahan semi presidensial dengan tradisi
demokrasi yang kuat. Dalam cabang eksekutif terdapat dua pemimpin, yakni
dikepalai oleh Presiden yang dipilih dalam pemilu untuk masa jabatan 5 tahun,
dan Perdana Menteri yang ditunjuk oleh presiden, dan Perdana Menteri juga
memimpin Dewan Menteri atau Kabinet.
Badan Legislatif atau Parlemen Prancis adalah sebuah badan Bikameral,
yang terdiri atas Assemblee Nationale dan Senat. Assemblee Nationale, yang
mewakili konstituensi lokal dan dipilih langsung untuk masa jabat 5 tahun,
memiliki kekuatan untuk membubarkan kabinet sehingga pihak mayoritas
menjadi penentu pilihan pemerintah. Assemblee Nationale berjumlah 107 orang,
dan anggota Senat berjumlah 48 orang. Senator dipilih secara tidak langsung
untuk masa jabat 6 tahun dan pemilihannya dibagi menjadi dua, dan hal ini
dilakukan setiap tiga tahun dimulai sejak pada tahun 2008.
4
II. Pembahasan
A. Negara Indonesia
1. Sejarah
a. Sejarah Pada Masa Orde Lama
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di
Indonesia. Ir. Soekarno adalah presiden Indonesia pertama yang menjabat pada
periode 1945 – 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah
Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang
terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno menandatangani Surat Perintah
11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya – berdasarkan versi
yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat – menugaskan Letnan Jenderal
Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi
kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk
membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-
anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggung jawabannya ditolak
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke
empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai
presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat
Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu
tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem
ekonomi komando. Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia
menggunakan sistem pemerintahan parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan
waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando. Pemerintahan Soekarno
pada era 1960-an, masa ekonomi surut di Indonesia. Saat itu harga-harga
melambung tinggi, sehingga pada tahun 1966 mahasiswa turun ke jalan untuk
mencegah rakyat yang turun. Mereka menuntut Tritura. Jika saat itu rakyat yang
turun, mungkin akan terjadi people power seperti yang terjadi di Philipina.
Pemerintahanj Rezim Militer (Orba) cukup baik pada era 1970-an dan 1980-
an, namun akhirnya kandas di penghujung 1990-an karena ketimpangan dari
pemerintah itu sendiri. Di pemerintahan Soekarno malah terjadi pergantian sistem
5
pemerintahan berkali-kali. Liberal, terpimpin, dan sebagainya mewarnai politik
Orde Lama. Rakyat muak akan keadaan tersebut. Pemberontakan PKI pun
sebagian dikarenakan oleh kebijakan Orde Lama. PKI berhaluan
sosialisme/komunisme (Bisa disebut Marxisme atau Leninisme) yang berdasarkan
asas sama rata, jadi faktor pemberontakan tersebut adalah ketidakadilan dari
pemerintah Orde Lama.
Masa orde lama yaitu masa pemerintahan yg dimulai dari proklamasi
kemerdekaan 17 agustus 1945 sampai masa terjadinya G30 S PKI. Dizaman orde
lama partai yang ikut pemilu sebanyak lebih dari 25 partai peserta pemilu. Masa
orde lama ideologi partai berbeda antara yang satu dengan lainnya, ada Nasionalis
PNI-PARTINDO-IPKI-dll, Komunis PKI; Islam NU-MASYUMI- PSII-PI PERI,
Sosialis PSI-MURBA, Kristen PARKINDO dll. Pelaksanaan Pemilu pada Orde
Lama hampir sama seperti sekarang.
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang
berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada
saat itu kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan
kondisi sosial-budaya berada dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah
(inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian
bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama.
Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-
1950, periode 1950-1959, dan periode 1959-1966.
Orde Lama telah dikenal prestasinya dalam memberi identitas, kebanggaan
nasional dan mempersatukan bangsa Indonesia. Namun demikian, Orde Lama
pula yang memberikan peluang bagi kemungkinan kaburnya identitas tersebut
(Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945). Beberapa peristiwa pada Orde Lama
yang mengaburkan identitas nasional kita adalah; Pemberontakan PKI pada tahun
1948, Demokrasi Terpimpin, Pelaksanaan UUD Sementara 1950, Nasakom dan
Pemberontakan PKI 1965.
6
b. Sejarah Pada Masa Orde Baru ( 1966 – 1998 )
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto
di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era
pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat “koreksi total” atas
penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama.
Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu
tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan
dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan
antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
1) Perkembangan Kekuasaan Orde Baru
Pada hakikatnya Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat,
bangsa dan negara yang diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan
UUD 1945 atau sebagai koreksi terhadap penyelewengan penyelewengan yang
terjadi pada masa lalu Tritura mengungkapkan keinginan rakyat yang mendalam
untuk melaksanakan kehidupan bernegara sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Jawaban dari tuntutan itu terdapat pada 3 ketetapan sebagai berikut :
a) Pengukuhan tindakan pengemban Supersemar yang membubarkan PKI
dan ormasnya ( TAP MPRS No. IV dan No. IX / MPRS / 1966
b) Pelarangan paham dan ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme
di Indonesia ( TAP MPRS No. XXV / MPRS / 1966 )
c) Pelurusan kembali tertib konstitusional berdasarkan Pancasila dan
tertib hukum ( TAP MPRS No. XX / MPRS / 1966 )
Pada tanggal 3 Pebruari 1967 DPR-GR yang menganjurkan kepada Soeharto
untuk melaksanakan Sidang Istimewa, sehingga pada 20 Pebruari 1967 Presiden
Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto.Tahap selanjutnya adalah :
a) Penyederhanaan Partai
b) Memurnikan kembali politik luar negeri bebas aktif.
c) Menghentikan konfrontasi dengan Malaysia dan membentuk
kerjasama ASEAN.
d) Kembali menjadi anggota PBB
7
2) Kebijakan Pemerintah Orde Baru
Setelah berhasil memulihkan keamanan kemudian pemerintah
melaksanakan pembangunan Nasional jangka pendek dan jangka panjang melalui
Pelita yang tidak terlepas dari Trilogi Pembangunan, yaitu.
a) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
b) Pertumbuhan ekonomi yang cukup timggi.
c) Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis
Pelaksanaan pembangunan tidak akan berjalan lancar tanpa ada
pemerataan pembangunan yang menetapkan 8 jalur pemerataan, yakni :
a) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, hususnya sandang,
pangan dan perumahan.
b) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan
kesehatan.
c) Pemerataan pembagian pendapatan.
d) Pemerataan kesempatan kerja.
e) Pemerataan berusaha.
f) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya
bagi generasi muda dan kaum wanita.
g) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
h) Pemeratan kesempatan memperoleh keadilan
c. Sejarah Pada Masa Era Reformasi (1998 – sekarang)
Sejarah Reformasi 1998 – Banyak hal yang mendorong timbulnya
reformasi pada masa pemerintahan Orde Baru, terutama terletak pada
ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum. Tekad Orde Baru pada awal
kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Setelah Orde Baru memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan
pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk terus menerus mempertahankan
kekuasaannya atau status quo. Hal ini menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu
8
semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya penyelewengan dan
penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang terdapat
pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan
permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok
tertentu, bahkan lebih banyak di pegang oleh para penguasa. Dalam UUD 1945
Pasal 2 telah disebutkan bahwa “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”. Pada dasarnya secara de jore (secara
hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai wakil-wakil dari
rakyat, tetapi secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur
dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan
ikatan kekeluargaan (nepotisme).
Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya kepada
institusi pemerintah, DPR, dan MPR. Ketidak percayaan itulah yang
menimbulkan munculnya gerakan reformasi. Gerakan reformasi menuntut untuk
dilakukan reformasi total di segala bidang, termasuk keanggotaan DPR dam MPR
yang dipandang sarat dengan nuansa KKN.
Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap
lima paket undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan,
di antaranya :
a) UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum
b) UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan
Wewenang DPR / MPR
c) UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
d) UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum
e) UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa.
Perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah
menimbulkan ketimpangan ekonomi yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi
oleh kelompok tertentu, konglomerasi, tidak mempu menghapuskan kemiskinan
pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Kondisi dan situasi Politik di tanah air
semakin memanas setelah terjadinya peristiwa kelabu pada tanggal 27 Juli 1996.
9
Peristiwa ini muncul sebagai akibat terjadinya pertikaian di dalam internal Partai
Demokrasi Indonesia (PDI).
Krisis politik sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu,
bukan hanya menyangkut masalah sekitar konflik PDI saja, tetapi masyarakat
menuntut adanya reformasi baik didalam kehidupan masyarakat, maupun
pemerintahan Indonesia. Di dalam kehidupan politik, masyarakat beranggapan
bahwa tekanan pemerintah pada pihak oposisi sangat besar, terutama terlihat pada
perlakuan keras terhadap setiap orang atau kelompok yang menentang atau
memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil atau dilakukan oleh
pemerintah. Selain itu, masyarakat juga menuntut agar di tetapkan tentang
pembatasan masa jabatan Presiden.
Terjadinya ketegangan politik menjelang pemilihan umum tahun 1997
telah memicu munculnya kerusuhan baru yaitu konflik antar agama dan etnik
yang berbeda. Menjelang akhir kampanye pemilihan umum tahun 1997, meletus
kerusuhan di Banjarmasin yang banyak memakan korban jiwa.
Pemilihan umum tahun 1997 ditandai dengan kemenangan Golkar secara
mutlak. Golkar yang meraih kemenangan mutlak memberi dukungan terhadap
pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden dalam Sidang Umum MPR tahun
1998 – 2003. Sedangkan di kalangan masyarakat yang dimotori oleh para
mahasiswa berkembang arus yang sangat kuat untuk menolak kembali pencalonan
Soeharto sebagai Presiden.
Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai
Presiden Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul
tekanan pada kepemimpinan Presiden Soeharto yang dating dari para mahasiswa
dan kalangan intelektual.
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak
ketidakadilan. Sejak munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh kalangan
mahasiswa, masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat
menghendaki adanya reformasi di bidang hukum agar dapat mendudukkan
masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang sebenarnya.
10
2. Sistem Ekonomi
a. Sistem Perekonomian di Indonesia
Sistem ekonomi Indonesia dikenal sebagai Demokrasi Ekonomi adalah
Sistem Ekonomi yang dijalankan oleh Indonesia. Pada sistem ini, kegiatan
produksi dilakukan oleh semua, untuk semua, dan dibawah pimpinan atau
kepemilikan oleh anggota-anggota masyarakat. Motivasi kegiatan ekonominya
dalah untuk kemakmuran masyarakat dengan memenuhi kebutuhannya dan
mengembangkan keselarasan, keserasian serta keseimbangan antara kepentingan
individu dan kepentingan masyarakat.
Dalam pidato yang diucapkan oleh wakil presiden RI dalam konferensi
ekonomi di Yogyakarta pada tanggal 3 febuari 1946 dikatakan bahwa dasar
politik perekonomian RI terpancang dalm UUD 1945 dalam bab kesejahteraan
sosial pasal 33. Sementara itu Sumitro Djojohadikusumo dalam pidatonya
dihadapan“School of Advanced International Studies” Washington D. C tanggal
22 febuari 1949 juga menegaskan bahwa yang dicita-citakan ialah suatu macam
ekonomi campuran yaitu lapangan-lapangan tertentu akan dinasionaliasi dan
dijalankan oleh pemerintah, sedangkan yang lainnya akan terus terletak dalam
lingkungan usaha partekelir.
Meskipun sistem perekonomian Indonesia sudah cukup jelas dirumuskan
oleh tokoh-tokoh ekonomi Indonesia yang sekaligus menjadi tokoh pemerintahan
pada awal republik Indonesia berdiri, dalam perkembangannya pembicaraan
tentang sistem perekonomian Indonesia tidak hanya berkisar pada sistem ekonomi
campuran, tetapi mengarah pada suatu bentuk baru yang disebut sistem ekonomi
pancasila.
Sistem ekonomi Pancasila adalah salah satu tata ekonomi yang dijiwai
oleh ideologi Pancasila, yang di dalamnya terkandung makna demokrasi ekonomi
yaitu kegiatan ekonomi yang dilakukan berdasarkan usaha bersama berasaskan
kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah
pimpinan dan pengawasan pemerintah. Sistem Ekonomi Pancasila (SEP)
merupakan sistem ekonomi yang digali dan dibangun dari nilai-nilai yang dianut
dalam masyarakat Indonesia. Beberapa prinsip dasar yang ada dalam SEP tersebut
11
antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusiaan, nasionalisme ekonomi,
demokrasi ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan, dan keadilan.
b. Ciri-ciri Sistem Ekonomi Pancasila
Sistem Ekonomi Pancasila memiliki empat ciri yang menonjol, yaitu :
1) Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah.
Contoh hajad hidup orang banyak yakni seperti air, bahan bakar minyak /
BBM, pertambangan / hasil bumi, dan lain sebagainya.
2) Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga
dengan peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak
mendominasi. Sehingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal
maupun sistem ekonomi komando. Kedua pihak yakni pemerintah dan
swasta hidup beriringan, berdampingan secara damai dan saling
mendukung.
3) Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi
dilakukan oleh semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh
anggota masyarakat. Modal atau pun buruh tidak mendominasi
perekonomian karena didasari atas asas kekeluargaan antar sesama
manusia.
3. Sistem Kenegaraan
Negara Indonesia salah satu negara yang berada di Asia Tenggara, dan
menjadi salah satu perintis, pelopor, dan pendiri berdirinya ASEAN. Letak
geografis Indonesia yang berada di antara dua samudera yaitu Samudera Pasifik
dan Samudera Atlantik, serta diapit oleh dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua
Australia.
Menurut Pasal 1 ayat 1, Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik. Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kedaulatan berada di
tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD. Sistem pemerintahannya yaitu
negara berdasarkan hokum (rechsstaat). Dengan kata lain, penyelenggara
pemerintahan tidak berdasarkan pada kekuasaan lain (machsstaat). Dengan
berlandaskan pada hokum ini, maka Indonesia bukan negara yang bersifat
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Semenjak lahirnya reformasi pada
12
akhir tahun 1997, bangsa dan negara Indonesia telah terjadi perubahan sistem
pemerintahan Indonesia, yaitu dari pemerintahan yang sentralistik menjadi
desentralisasi atau otonomi daerah.
Setelah ditetapkannya UUD No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pusat dan Daerah, serta UU No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bebas KKN, merupakan tonggak
awal dari diberlakukannya sistem otonomi daerah di Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa alat penyelenggara negara yang ada di
Indonesia yang menjadi penentu keberhasilan negara Indonesia dalam
membangun dan menciptakan tujuan negara yang dikehendaki berdasarkan UUD
1945.
Sistem pemerintahan negara Indonesia dapat diartikan dalam dua bagian,
yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit pemerintahan terdiri
dari lembaga eksekutif saja, yaitu :
1) Tingkat pusat. Meliputi presiden dan wakil presiden, menteri-menteri dan
instansi yang berada dalam ruang lingkupnya
2) Tingkat daerah meliputi :
a. Provinsi terdiri dari gubernur dan wakil gubernur yang dibantu
oleh dinas-sinas.
b. Kota dan kabupaten dipimpin oleh walikota dan wakil walikota
atau bupati dan wakil bupati, dibantu oleh dinas-dinas, camat, lurah
atau kepala desa, serta rw, rt atau kadus.
Pengertian Sismtem Desentralisasi artinya tata pemerintahan yang lebih
banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintahan daerah (KBBI, BP 1995).
Sistem desentralisasi maksudnya sistem pemerintahan di mana pemerintah daerah
memiliki kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
berdasarkan kebutuhan dan potensi daerah masing-masing. Selain negara kesatuan
dengan sistem desentralisasi, dikenal juga negara kesatuan dengan sistem
sentralisasi.
Pengertian Sistem Sentralisasi artinya penyatuan segala sesuatu ke suatu
tempat yang dianggap sebagai pusat (KBBI, BP 1995). Sistem sentralisasi
13
maksudnya sistem kekuasaan yang sepenuhnya diatur oleh pemerintah pusat,
dalam hal ini daerah-daerah kabupaten atau kota tinggal melaksanakannya saja.
a. Sistem desentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, kekuasaan
pemerintahan tidak seluruhnya dijalankan oleh pemerintah pusat. Kekuasaan yang
sesungguhnya berada di tangan pemerintah pusat itu sebagian diserahkan pada
daerah-daerah.
Tujuan penyerahan wewenang oleh pemerintah pusat itu adalah agar
daerah-daerah dapat berpartisipasi dalam mengatur daerahnya sendiri secara
bertanggung jawab. Hak untuk mengatur daerahnya sendiri itu disebut otonomi.
Daerah yang diserahi wewenang oleh pemerintah pusat tersebut disebut daerah
otonom. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi memiliki kelebihan dan
juga memiliki kelemahan. Berikut ini kelebihan dan kekurangan sistem tersebut.
Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945 yaitu negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik”. Mengingat
sedemikian luasnya wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka
penyelenggaraan pemerintahan di negara ini tidak mungkin dijalankan dengan
sistem sentralisasi. Pemerintah Pusat yang berkedudukan di Jakarta tidak mungkin
akan mampu mengurusi penyelenggaraan pemerintahan secara langsung di
wilayah-wilayah yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Berbeda dengan
negara-negara lain yang wilayahnya tidak luas, misalnya Singapura, Brunei
Darussalam, Timor Leste, dan lain-lain. Oleh karena itu, pemerintahan di Negara
Kesatuan Republik Indonesia tidak dijalankan dengan sistem sentralisasi,
melainkan desentralisasi.
Dengan sistem desentralisasi, Pemerintah Pusat menyerahkan wewenang
pemerintahan kepada suatu daerah untuk mengatur urusan pemerintahan di
derahnya sendiri. Wewenang daerah yang diterima dari Pemerintah Pusat itu
disebut otonomi daerah. Hal ini akan dibahas lebih mendalam dalam pembahasan
tentang pemerintahan daerah. Wewenang daerah dalam suatu negara kesatuan
berbeda dengan kekuasaan negara bagian dalam suatu negara serikat (federasi).
Wewenang daerah dalam negara kesatuan diperoleh berdasarkan penyerahan
wewenang oleh Pemerintah Pusat, sedangkan bagi negara-negara bagian justru
14
sebaliknya. Negara-negara bagian itulah yang menyerahkan sebagian wewenang
pemerintahan kepada pemerintah federal (pusat). Dengan kata lain, sebenarnya
yang memiliki wewenang atau kekuasaan pemerintahan dalam negara kesatuan
adalah Pemerintah Pusat, sedangkan dalam negara serikat adalah Pemerintah
Negara Bagian. Penyelenggaraan pemerintahan pada dasarnya adalah layanan
pemerintah terhadap kepentingan rakyat, baik menyangkut keamanan, ketertiban,
kesejahteraan sosial, pendidikan, serta berbagai sarana/ prasarana bagi
kepentingan umum.
4. Sistem Pemerintahan
a. Pengertian Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan
pemerintahan. Kata sistem merupakan terjemahan dari bahasa Latin (systēma) dan
bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau
elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi
atau energi. Sistem berarti suatu keseluruhan yang terdiri atas beberapa bagian
yang mempunyai hubungan fungsional. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-
bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki
item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan
suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling
berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai
penggeraknya yaitu rakyat yang berada di negara tersebut.
Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah,
atau, negara; pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam
memerintah. Pemerintah adalah organisasi yang mencakup aparatur negara yang
meliputi semua organ-organ, badan atau lembaga, alat kelengkapan negara
memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan dalam bentuk (penerapan hukum
dan undang-undang) di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang
berada di bawah kekuasaan mereka.
Kekuasaan dalam suatu negara menurut Montesquieu diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu kekuasaan eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan
undang-undang atau kekuasaan menjalankan pemerintahan; kekuasaan legislatif
15
yang berarti kekuasaan membentuk undang-undang; dan kekuasaan yudikatif
yang berarti kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang.
Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif,
legislatif dan yudikatif.
Pemerintah berbeda dengan pemerintahan. Pemerintah merupakan organ
atau alat pelengkap jika dilihat dalam arti sempit pemerintah hanyalah lembaga
eksekutif saja. Pemerintahan dalam arti sempit adalah semua aktivitas, fungsi,
tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga untuk mencapai tujuan negara.
Pemerintahan dalam arti luas adalah semua aktivitas yang terorganisir yang
bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara,
rakyat, atau penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara.
Pemerintahan juga dapat didefinisikan dari segi struktural fungsional
sebagai sebuah sistem struktur dan organisasi dari berbagai dari berbagai macam
fungsi yang dilaksanakan atas dasar-dasar tertentu untuk mencapai tujuan negara
(Haryanto dkk, 1997:2-3). C.F Strong mendefinisikan pemerintahan dalam arti
luas sebagai segala aktivitas badan-badan publik yang meliputi kegiatan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan negara. Sedangkan
pemerintahan dalam arti sempit adalah segala kegiatan badan-badan publik yang
hanya meliputi kekuasaan eksekutif.
Menurut ruang lingkup, pengertian sistem pemerintahan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a) Sistem pemerintahan dalam arti sempit
Sistem pemerintahan adalah sebuah kajian yang melihat hubungan
legislatif dan eksekutif dalam sebuah negara. Berdasarkan kajian ini
dibedakan dua model pemerintahan yakni, system parlementer dan system
presidensial .
b) Sistem pemerintahan dalam arti luas
Sistem pemerintahan adalah suatu kajian pemerintahan negara yang
bertolak dari hubungan antara semua organ negara, termasuk hubungan
antara pemerintah pusat dengan bagian-bagian yang ada didalam negara.
Sistem pemerintahan negara dibedakan menjadi negara kesatuan, negara
serikat (federal), dan negara konfederasi.
16
c) Sistem pemerintahan dalam arti sangat luas
Sistem pemerintahan adalah suatu system pemerintahan yang menitik
beratkan hubungan antara negara dan rakyat. Sistem ini dibedakan menjadi
system pemerintahan monarki, pemerintahan aristokrasi, dan pemerintahan
demokrasi.
Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem pemerintahan
dibedakan menjadi dua klasifikasi besar, yaitu:
1) Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem presidensial (presidensiil), atau disebut juga dengan sistem
kongresional, merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan
eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif. Sistem
pemerintahan ini dianut oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian
besar negara-negara Amerika Latin dan Amerika Tengah.
Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu:
a. Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat
pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
b. Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap,
tidak bisa saling menjatuhkan.
c. Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan
badan legislatif. Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi
yang relatif kuat dan tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif
seperti rendahnya dukungan politik.
2) Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu:
a. Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan
sekaligus kepala negara.
b. Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat
dan dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan
rakyat.
c. Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat
dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan
non- departemen.
17
d. Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif
(bukan kepada kekuasaan legislatif).
e. Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan
legislatif.
f. Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
3) Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen
memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki
wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat
menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak
percaya. Berbeda dengan sistem presidensiil, di mana sistem parlemen dapat
memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang
terhadap jalannya pemerintahan.
Dalam presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan,
namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara
saja. Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung
dari dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau
parlemen, sering dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu,
tidak ada pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang
legislatif.
4) Ciri-ciri pemerintahan parlementer yaitu:
a) Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan
sedangkan kepala negara dikepalai oleh presiden/raja.
b) Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja
diseleksi berdasarkan undang-undang.
c) Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk
mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin
departemen dan non- departemen.
d) Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
e) Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
f) Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
18
5) Sistem Bikameral
Sistem kamar (unikameral, bikameral, dan trikameral) dalam lembaga
perwakilan rakyat efektifitasnya ditentukan oleh perimbangan kewenangan antar-
kamar dalam pelaksanaan fungsi parlemen seperti fungsi legislasi, anggaran,
kontrol, representasi, dan rekrutmen politik.Dari fungsi tersebut, perimbangan
dalam fungsi legislasi menjadi faktor utama.Dalam sistem dua kamar (bikameral),
dengan perimbangan itu, dimaksudkan untuk melaksanakan mekanisme checks
and balancesantar-kamar di lembaga perwakilan rakyat.
Dengan adanya dua majelis akan dapat menjamin semua produk legislatif
dan tindakan pengawasan diperiksa dua kali (double check). Keunggulan sistem
double check ini semakin terasa jika Majelis Tinggi yang memeriksa dan merevisi
suatu rancangan undang-undang memiliki keanggotaan yang komposisinya
berbeda dari Majelis Rendah (Asshiddiqie, 1996). Sistem bikameral bukan hanya
merujuk adanya dua dewan dalam suatu negara, tetapi dilihat pula dari proses
pembuatan undang-undang yang melalui dua dewan atau kamar, yaitu melalui
Majelis Tinggi dan Majelis Rendah (Mulyosudarmo, 2004).
Di Indonesia, hubungan antar-kamar tidak mungkin menciptakan
bikameral yang efektif. Pasal 20A Ayat (1) UUD 1945 menyatakan, DPR
memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan pengawasa. Karena fungsi tersebut
tidak diberikan kepada DPD, Pasal 20A Ayat (1) memunculkan superioritas
fungsi legislasi DPR terhadap DPD.Kehadiran Pasal 20A Ayat (1) memberi garis
demarkasi yang sangat tegas bahwa kekuasaan membuat undang-undang hanya
menjadi monopoli DPR.Padahal, dalam sistem bikameral, jia tidak diberi hak
mengajukan RUU, Majelis Tinggi berhak untuk mengubah, mempertimbangkan,
atau menolak RUU dari Majelis rendah.Sekiranya hak itu juga tidak ada, Majelis
Tinggi diberi hak menunda pengesahan UU yang disetujui Majelis Rendah.Hak
menunda pengesahan sering menjadi satu-satunya kekuatan jika Majelis Tinggi
jika tidak mempunyai hak mengubah dan menolak rancangan undang-undang
(Evans, 2002).
Mencermati ketentuan dalam UUD 1945, wewenang DPD terbatas dan
sempit, karena DPD hanya untuk memberi pertimbangan.Seolah-olah DPD hanya
19
berposisi sebagai Dewan Pertimbangan DPR dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia.Secara eksplisit, UUD 1945 telah memangkas penggunaan fungsi
legislasi DPD.Pasal 20 Ayat (1) dan 20A Ayat (1) menentukan, kekuasaan
membuat undang-undang (legislasi) hanya dimiliki oleh DPR.
Begitu juga ketentuan yang sama dijabarkan lebih lanjut dalam undang-
undang turunannya, yakni Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang
Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD (UU No 22/2003).
Karenanya harus diakui perubahan UUD 1945 amat membatasi kewenangan
DPD, begitu juga dalam UU No 22/2003. Baik dalam Pasal 22D Ayat (1) dan
Ayat (2) UUD 1945 maupun Pasal 42 dan 43 UU No 22/2003 menunjukkan
betapa terbatasnya wewenang DPD. DPD hanya ikut membahas RUU tertentu
yang berkaitan dengan otonomi daerah dan dapat memberi pertimbangan kepada
DPR saat DPR melaksanakan kewenangannya. Dari ketentuan tersebut jelas
terlihat bahwa sistem bikameral yang dituangkan dalam UUD 1945 hasil
amandemen tidak sesuai dengan prinsip bikameral yang umum dalam teoriteori
ketatanegaraan, yaitu fungsi parlemen yang dijalankan oleh dua kamar secara
berimbang (balance) dalam proses legislasi maupun pengawasan.
Dengan demikian, DPD berfungsi sebagai “ko-pembahas” yang dalam hal
ini tentulah dimaksud “ikut membahas” rancangan undang-undang dalam sidang
DPR di mana rancangan yang bersangkutan dibahas bersama oleh DPR dan
Presiden. Artinya, dalam pelaksanaan fungsi legislasi, DPD tidak bisa kepada
tahap persetujuan rancangan undang-undang.Disamping itu, dalam bidang
legislasi, DPD juga berfungsi sebagai pemberi pertimbangan atas perancangan
dan pembahasan RUU di bidang-bidang tertentu; dan di bidang pengawasan, yaitu
mengawasi pelaksanaan UU di bidang-bidang yang terkait dengan kepentingan
daerah.
Berdasarkan penjelesan di atas, guna membangun prinsip checks
andbalances dalam lembaga perwakilan rakyat Indonesia harus ada perubahan
radikal terhadap fungsi legislasi yaitu dengan tidak lagi membatasi DPD seperti
saat ini. Kalau ini dilakukan, gagasan menciptakan kamar kedua di lembaga
perwakilan rakyat guna mengakomodasi kepentingan daerah dalam menciptakan
keadilan distribusi kekuasaan menjadi dapat diwujudkan. Bagaimanapun, dengan
20
pola legislasi sekarang, DPD tidak mungkin mampu mengartikulasikan
kepentingan politik daerah pada setiap proses pembuatan keputusan di tingkat
nasional terutama dalam membuat undang-undang yang berkaitan langsung
dengan kepentingan daerah.
Selain fungsi legislasi, sistem bikameral yang efektif juga dibangun dalam
fungsi anggaran.Terkait dengan hal ini, hampir semua negara memberikan
kewenangan kepada the second chamber untuk melakukan perubahan dan
penundaan dalam waktu terbatas terhadap rancangan undang-undang keuangan
negara dan yang terkait dengan keuangan negara. Misalnya di Puerto Rico, all
bills for raising revenue shall originate in the House of Representatives, but the
Senate may propose or concur with amendments as on other bills. Sementara di
Inggris, House of Lord diberikan wewenang melakukan perubahan atas rancangan
undang-undang keuangan negara dan tidak dapat melakukan penundaan lebih satu
bulan (the House of Lords cannot delay a money bill for more than one month).
Tidak demikian dengan Indonesia. Pasal 22D Ayat (2) UUD 1945
menyatakan, memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-
undang anggaran pendapatan dan belanja negara. Sama dengan fungsi legislasi,
dalam fungsi anggaran DPD juga mempunyai fungsi anggaran yang sangat
terbatas yaitu terbatas pada memberikan pertimbangan kepada DPR dalam proses
pembahasan rancangan undang-undang APBN. Padahal, pertimbangan hanyalah
bagian kecil saja penggunaan hak dalam fungsi anggaran.Semestinya, DPD diberi
kewenangan untuk mengusulkan, mempertimbangkan, mengubah, dan
menetapkan anggaran seperti DPR. Menurut Kevin Evans (2002), dalam sistem
bikameral, jika mengubah dan menetapkan tidak dimiliki oleh the second
chamber, maka kepadanya seharusnya diberi hak menunda persetujuan rancangan
APBN.
Sebetulnya, berkaca pada praktik sejumlah negara, ketimpangan fungsi
legislasi antar-kamar dalam lembaga perwakilan bukan sesuatu yang baru.
Namun, ketimpangan itu selalu diupayakan dengan memberikan ”kompensasi”
kepada kamar lain yang lebih lemah. Dalam model lembaga perwakilan rakyat
bikameral, jika tidak berhak mengajukan rancangan undang-undang, Majelis
Tinggi diberi hak konstitusional untuk mengubah, mempertimbangkan, atau
21
menolak rancangan undang-undang yang berasal dari Majelis Rendah. Sekiranya
hak itu juga tidak ada, Majelis Tinggi diberi hak menunda pengesahan undang-
undang yang disetujui Majelis Rendah. Menurut Kevin Evans (2002), jika
konstitusi tidak memberi hak untuk mengubah dan menolak rancangan undang-
undang, menunda pengesahan sering menjadi satu-satunya kekuatan Majelis
Tinggi dalam fungsi legislasi. Sebagai bagian dari mekanisme checks and
balances dalam fungsi legislasi, penundaan tersebut dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan bagi Majelis Tinggi untuk mengoreksi rancangan
undang-undang yang telah disetujui Majelis Rendah.
Berdasarkan penjelesan itu, DPD yang dihasilkan dalam perubahan UUD
1945 tidak memberikan wewenang kepada DPD untuk mengubah dan menolak
rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden.
Tidak hanya itu, DPD pun tidak diberi wewenang untuk menunda pengesahan
rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama oleh DPR dan
Presiden.Satu-satunya kesempatan DPD untuk terlibat lebih intensif dalam
pembahasan rancangan undang-undang yaitu dengan adanya frasa “ikut
membahas” yang terdapat dalam Pasal 22D Ayat (2) UUD 1945.Dibandingkan
dengan wewenang DPR dan Presiden, frasa “ikut membahas” menunjukkan
bahwa DPD merupakan pelengkap dalam fungsi legislasi.Dengan frasa “ikut
membahas” tersebut, peran DPD dalam fungsi legislasi untuk rancangan undang-
undang tertentu lebih tepat disebut sebagai ko-pembahas karena pembahas utama
tetap dilakukan oleh DPR dan Presiden.
Dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 22D UUD 1945, frasa “ikut
membahas” masih memungkinkan bagi DPD untuk berperan lebih maksimal
dalam fungsi legislasi. Namun kemungkin itu menjadi tertutup karena Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR,
DPD dan DPRD (UU No. 22/2003) makin membatasi peran DPD dalam fungsi
legislasi.
Sama halnya dengan fungsi legislasi dan fungsi pengawasan, dalam fungsi
pengawasan pun DPD mempunyai kewenangan yang sangat terbatas. Pasal 22D
Ayat (3) UUD 1945 menyatakan, DPD dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang mengenai: (a) otonomi daerah, (b) hubungan pusat
22
dan daerah, (c) pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, (d)
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, (e) pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja negara, (f) pajak, (g) pendidikan, dan (h) agama.
Kemudian, hasil itu disampaikan kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti.Dari ketentuan itu, fungsi pengawasan DPD seolah-olah menjadi
sub-ordinat (fungsi pengawasan) DPR.Oleh karenanya, untuk membangun
bikameral yang efektif, fungsi pengawasan DPD menjadi sebuah keniscayaan.
Dalam hal fungsi representasi, Pasal 22C Ayat (1) UUD 1945 anggota
DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum. Kemudian, dalam Pasal
22C Ayat (2) ditegaskan lagi, anggota DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama
dan jumlah seluruh anggota DPD itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota
DPR. Dari ketentuan itu, tidak bisa dinafikan bahwa DPD merupakan representasi
daerah.Karena DPR lebih merupakan representasi partai politik, representasi
daerah relatif lebih tepat untuk mengimbangi partai politik di lembaga perwakilan
rakyat.Meskipun demikian, idealnya dikembangkan juga upaya untuk memikirkan
bahwa DPD tidak hanya menjadi representasi daerah tetapi juga mampu
merepsentasikan kelompok-kelompok marjinal dan minoritas.
B. Negara Perancis
1. Sejarah
a. Revolusi perancis
Revolusi perancis adalah adalah masa dalam sejarah perancis antara tahun 1789 dan 1799 dimana para demokrat dan pendukung republikanisme menjatuhkan monarki absolut di perancis dan memaksa Gereja Katolik Roma menjalani restrukturasi yang radikal. Meski Perancis kemudian akan berganti sistem antara republik, kekaisaran, dan monarki selama 75 tahun setelah Republik Pertama Perancis jatuh dalam kudeta yang dilakukan oleh Napoleon Boneparte. Revolusi ini dengan jelas mengakhiri ancien regime (dalam bahasa Indonesia yaitu rezim lama) yang merajuk kepada kekuasaan dinasti seperti
23
Valois dan Bourbon)dan menjadi lebih penting dari pada revolusi-revolusi berikutnya yang terjadi di Perancis.
b. Penyebab Revolusi Perancis
Banyak faktor yang menyebabkan revolusi ini. Salah satu diantaranya adalah karena sikap orde lama yang terlalu kaku dalam menghadapi dunia yang berubah. Penyebab lainnya adalah karena ambisi yang berkembang dan dipengaruhi oleh ide pencerahan dari kaum borjouis, kaum petani, para buruh dan individu dari semua kelas yang merasa disakiti. Sementara revolusi berlangsung dan kekuasan beralih dari monarki ke badan legislatif, kepentingan-kepentingan yang berbenturan dari kelompok-keompok yang semula bersekutu ini kemudian menjadi sumber konflikdan pertumpahan darah. Sebab-sebab revolusi perancis adalah sebagai berikut:
1) Kemarahan terhadap absolutisme kerajaan2) Kemarahan terhadap sistem seigneurialisme di
kalangan kaum petani, para buruh, dan sampai batas tertentu kaum borjuis
3) Bangkitnya gagasan-gagasan pencerahan 4) Hutang nasional yang tidak terkendali yang disebabkan
dan diperparah oleh sistem pajak yang tak seimbang.5) Situasi ekonomi yang buruk, sebagian disebabkan oleh
keterlibatan perancis dan batuan terhadap revolusi Amerika
6) Kelangkaan makanan di bulan-bulan menjelang revolusi7) Kemerahan terhadap hak-hak istimewa kaum
bangsawan dan dominasi dalam kehidupan publik oleh kelas profesional yang ambisius
8) Kebencian terhadap toleransi agama
24
9) Kegagalan Louis XVI untuk menangani gejala-gejala ini secara efektif.
c. Geopolitik Perancis sebelum 1945
Perancis merupakan salah satu negara yang cukup terkenal di Eropa. Selain terkenal dengan kebudayaan dan seni-seninya, Perancis sejatinya menyimpan banyak keistimewaan sejarah didalamnya. Bersama Inggris, Perancis sejak jaman dahulu kala kerap kali disebut-sebut sebagai negara yang cenderung kolonial. Tidak sedikit daerah jajahan Perancis tersebar diseluruh dunia. Situasi geopolitik Perancis sebelum tahun 1945 diliputi dengan imperialisme dan kolonialisme (Rahayu, 2015).
Perancis sebagai negara yang besar dan berkuasa pada saat itu menguasai sebagian besar wilayah di Afrika. Mulai dari Algeria, Afrika Barat, Madagascar, dll (Anon, n.d.). Tahun 1900-14 daerah jajahan Perancis diekspansi hingga ke Indocina. Hingga tahun 1919, Perancis mengalami sedikit perselisihan dengan Jerman yang mana keduanya berebut daerah jajahan, hingga pada akhirnya Perancis yang memenangkan perjanjian sehingga Jerman mengembalikan Alsace dan Lorraine dalam perjanjian Versailles. Mendekati tahun 1945, Perancis lama-lama mulai kehilangan daerah jajahannya. Lebanon, tahun 1943, pada akhirnya mendeklarasikan kemerdekaannya atas Perancis (Rahayu, 2015).
d. Sejarah dan Perkembangan Perancis setelah 1945
Tahun 1945 menjadi tahun-tahun yang cukup memberikan pengaruh bagi negara-negara berkuasa saat itu, tidak terkecuali Perancis. Perancis sebagai salah satu negara yang terlibat dalam Perang Dunia kedua pada akhirnya harus berusaha menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Sejak lama Perancis
25
memiliki sejarah hubungan yang tidak terlalu baik dengan Jerman. Untuk itu, pasca tahun 1945, Perancis terlihat berusaha merekonsiliasi hubungannya dengan Jerman. Hal itu terbukti dengan adanya beberapa kerjasama yang dilakukan Perancis dengan Jerman (Friedman dalam (Rahayu, 2015)).
Tujuan Perancis dalam usaha rekonsiliasi hubungan tersebut adalah karena Perancis melihat Jerman merupakan rekan yang menjanjikan untuk membantu mencapai kepentingan nasionalnya. Beberapa geopolitik utama yang dimiliki Perancis pasca tahun 1945 adalah: 1) Mengamankan daerah pedalaman dengan jangka yang lebih luas; 2) Selalu melihat ke Timur; 3) Menjaga daerah-daerah jajahannya agar tetap dibawah pengaruh imperial Perancis; 4) Menjadi fleksibel mengingat geopolitik bukanlah sesuatu yang bersifat ideologis atau personal, yang mana seringkali negara-negara harus bersekutu dengan negara lain agar bisa bertahan (Friedman dalam (Rahayu, 2015)). Melihat perkembangan sejarah tersebut, Perancis terlihat berusaha menjalin persahabatan dengan Jerman walaupun kenyataannya Perancis saat ini kian berada di bayang-bayang Jerman. Bagaimanapun tantangan yang akan dihadapi, Perancis memiliki sejarah hebat dalam intrik diplomasinya dan politik Machiavelli yang bisa diimplementasikan secara langsung.
e. Karakter dan Pengelolaan Politik Domestik Perancis
Prancis merupakan negara yang memiliki sistem politik yang cukup berbeda apabila dibandingkan dengan sebagian besar negara lain, sistem pemerintahan yang dianut oleh Prancis merupakan semi-presidentialism. Jadi di dalam semi-presidentialism proses pemilihan Presiden dilakukan dengan voting suara rakyat atau pemilu seperti di Indonesia maupun di Amerika. Akan tetapi terdapat juga Perdana Menteri yang kedudukan dan kepentingannya hampir menyamai Presiden,
26
seperti di Inggris. Perdana Menteri tersebut sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh Parlemen. Sehingga dapat dilihat bahwa terdapat dua aktor utama dalam menjalankan pemerintahan di Prancis, yaitu Presiden, sebagai kepala negara dan Perdana Menteri, sebagai kepala pemerintahan (Rahayu, 2015). Sebagian besar pembagian agenda Perdana Menteri dan Presiden di Prancis adalah Presiden sebagai figur dengan tanggung jawab yang lebih besar secara keseluruhan, sedangkan Perdana Menteri memiliki tanggung jawab untuk mengurus permasalahan terkait politik domestik. Sistem ini pertama kali digunakan oleh Prancis di era Charles de Gaulle pada tahun 1958 dan disebut Sistem Republik Kelima, yang kemudian dilanjutkan oleh para penerusnya (Elgie dalam (Rahayu, 2015)). Dalam implementasinya, Sistem Republik kelima membentuk kepemimpinan terpusat di Presiden, meski Perdana Menteri juga memiliki kapabilitas dan tanggung jawab yang sama besar, akan tetapi Perdana Menteri hadir sebagai “tangan kanan” bagi Presiden. Tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh Perdana Menteri merupakan implementasi dari keputusan yang diberikan oleh Presiden. Sistematika pemilihan Perdana Menteri merupakan tanggung jawab milik Presiden, sehingga Presiden memilih Perdana Menteri dari anggota Parlemen (Rahayu, 2015).
f. Perkembangan Kultur Politik Perancis
Dalam sejarahnya, Perancis mengalami berbagai macam fase yang kemudian dapat dikelompokkan ke dalam empat fase perkembangan politik di Perancis. Fase pertama yaitu fase sentralisasi yang terjadi antara tahun 834 sampai 1453 ketika Kekaisaran Roma masih membawa banyak pengaruh bagi Perancis. Perancis mengalami banyak tantangan dalam
27
perluasan wilayahnya di bawah Kekaisaran Roma. Terlebih dengan adanya perpecahan politik dan etnis dikarenakan posisi Perancis yang berada di persimpangan utara-selatan benua Eropa mendorong munculnya intervensi dari pidak luar (Rahayu,2015). Salah satu contohnya adalah Inggris yang sempat mengangggap kontinental Perancis adalah wilyahnya. Anggapan Inggris yang terjadi pada masa Middle Ages ini hampir menghancurkan Perancis pada Perang Seratus Tahun (1337-1453) yang hampir menyatukan Inggris dan Perancis. Perancis juga sempat mengalami perang dengan umat Islam yang kemudian membawa pengaruh besar terhadap perkembangan sistem politik.
Sistem politik Perancis mulai bergeser ke arah sentralisasi. Berbagai macam bencana politik di masa feodal, seperti perang dengan Inggris telah memberi arti penting bagi Perancis terhadap nilai-nilai persatuan yang menjadikannya negara paling terpusat di Eropa. Fase kedua adalah munculnya tantangan Hapsburg dan konsep Balance of Power. Fase kedua menunjukkan bahwa kemunculan Hapsburg yang secara masif mengontrol banyak negara menjadikan ancaman tersendiri bagi Perancis.
Fase ini kemudian menyadarkan Perancis agar lebih bisa fleksibel dengan membentuk berbagai aliansi guna menyeimbangkan kekuatannya dalam menghadapi Hapsburg. Dari sini terlihat bahwa konsep Balance of Power sudah mulai berkembang. Fase ketiga adalah lahirnya nasionalism di Perancis, yang muncul sebagai efek dari adanya Revolusi Perancis. Dari nasionalism ini kemudian muncul konsep nation-state yang menyatukan berbagai entitas politik dalam negaranya ke dalam satu unit pemerintahan. Konsep ini dikaitkan dengan sentralisasi yang ada ditularkan ke seluruh Eropa dan Afrika Selatan. Dan fase yang terakhir adalah fase ketika Perancis
28
berusaha mengelola hubungannya dengan Jerman, terlebih dengan unifikasi yang dilakukan oleh Jerman. Unifikasi Jerman tentu mengindikasikan semakin kuatnya Jerman dan mengancam eksistensi Perancis (Friedman (Rahayu, 2015)).
Perancis merupakan negara dengan sejarah imperialisme dan kolonialisme yang kuat. Perancis sempat menguasai banyak wilayah di Afrika pada sekitar tahun 1900 sampai 1943, ketika Lebanon mulai mendeklarasikan kemerdekaannya. Tahun setelahnya, tepatnya setelah Perang Dunia berakhir, Perancis lebih menitikberatkan pada rekonsiliasi terhadap negara-negara seperti Jerman yang sebelumnya menjadi lawan dalam perebutan kekuasaan (Rahayu, 2015).
Dalam sistem pemerintahannya, Perancis menganut sistem semi-presidentialism dengan menggunakan voting dalam pemilihan presidennya. Sistem ini memiliki dua aktor utama dalam negara, yaitu presiden dan perdana menteri. Sedangkan dalam perkembangan politiknya, Perancis mengalami empat fase pertumbuhan. Fase tersebut adalah fase sentralisasi, fase balance of power, fase nasionalisme, dan fase terakhir merupakan fase dimana Perancis mulai menjaga hubungannya dengan Jerman. Perancis juga merupakan salah satu negara yang turut menginisiasi lahirnya Uni Eropa dan juga menjadi negara yang memiliki peranan penting di dalamnya (Rahayu,2015).
2. Sistem Ekonomi
a. Sistem Ekonomi Liberal (Pasar Bebas)
Perancis merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar dan
terkuat di dunia. Adapun sistem ekonomi yang dianut Perancis adalah sama
dengan Amerika Serikat dan Inggris, yakni sistem ekonomi liberal (pasar bebas).
Sistem ekonomi pasar bebas sering disebut juga dengan sistem ekonomi liberal.
29
Sistem Ekonomi Liberal adalah sistem ekonomi yang menghendaki adanya
kebebasan yang seluas-luasnya bagi tiap individu untuk melakukan kegiatan
ekonomi tanpa campur tangan pemerintah. Kebebasan yang seluas-luasnya dalam
kegiatan ekonomi, maksudnya bahwa pemerintah tidak mempengaruhi kegiatan
ekonomi yang dilakukan masyarakat. Setiap individu memiliki kebebasan dalam
berusaha dan memiliki benda, baik berupa modal maupn benda-benda konsumsi.
Dalam sistem ini setiap orang bebas untuk berusaha dan memiliki modal dan alat-
alat produksi.
Selama ini Perancis sebagai salah satu negara kuat yang memiliki ekonomi
tertutup (Proteksionisme). Strategi yang dilakukan negara Perancis ialah lebih
mengedepankan kesejahteraan nasional ketimbang meleburkan diri ke dalam
perekonomian global yang kental dengan kapitalisme dan moral hazard-nya. Nilai
ekonomi yang diangkat ke tataran Uni Eropa oleh negara Perancis berkaitan
dengan promosi ekonomi yang tertutup dengan cara melipatgandakan ekspor dan
meminimksn impor, serta integrasi supranasional dengan Uni Eropa.
Perancis telah menunjukkan kemandirian bangsa dengan upaya maksimal
penerapan strategi pemisahan Dewan Ekonomi dan Sosial dalam Legislatif.
Terbukti bahwa hingga saat ini, perekonomian Perancis adalah salah satu yang
terkuat di Dunia, meskipun tidak rentan krisis. Peranan dan fungsi Dewan
Ekonomi dan Sosial nasional melalui Dewan yang consultative dan advisory
terhadap pelaku-pleku perekonomian dan masalah-masalah social.
b. Mekanisme Penentuan Barang dan Jasa
Mekanisme penentuan barang dan jasa yang diproduksi ditentukan oleh
kekuatan pasar. Siapa yang memiliki modal yang banyak akan menguasai pasar.
Oleh karena itu, sistem ekonomi ini juga dikenal dengan sistem kapitalis. Sistem
ekonomi liberal tumbuh bersamaan dengan kapitalisame sehingga merupakan
sistem perekonomian kapitalis bebas beusaha. Sistem Ekonomi yang memberikan
kebebasan disebut sebagai “laissez faire” (bahasa Prancis) yang artinya
“biarkanlah”. Sistem ekonomi ini dianut oleh Amerika Serikat dan negara Eropa
seperti Jerman, Prancis dan Belanda.
30
Menurut Adam Smith (1776) dalam bukunya “An Inquiry Into the Nature
and Causes of the Wealth of Nations”. Model sistem ekonomi kapitalis ini
merujuk pada perekonomian pasar persaingan sempurna. Pada dasarnya sistem
ekonomi yang kapitalis murni hampir tidak ada. Hanya kadar dominasinya yang
menentukan kecenderungannya kepada suatu jenis sistem ekonomi. Negara yang
menggunakan sistem ekonomi ini adalah Amerika Serikat, Swedia, Belanda dan
Perancis.
1) Ciri dari sistem ekonomi liberal atau sistem ekonomi pasar bebas yang
dianut oleh negara Perancis dalah :
a) Setiap orang bebas memiliki barang, termasuk barang modal.
b) Setiap orang bebas menggunakan barang dan jasa yang dimilikinya.
c) Aktivitas ekonomi ditujukan untuk memperoleh laba.
d) Pemerintah tidak melakukan intervensi dalam pasar.
e) Persaingan dilakukan secara bebas
f) Peranan modal sangat vital
g) Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan
ekonomi.
h) Adanya kebebasan pihak swasta atau masyarakat untuk melakukan
tindakan ekonomi (memproduksi barang, penentuan harga, dan lain-
lain).
i) Modal memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi.
j) Adanya kebebasan untuk memiliki barang modal atau peralatan
produksi.
k) Adanya kebebasan memiliki kekayaan dan barang konsumsi.
2) Manfaat dari sistem ekonomi liberal negara Perancis antara lain:
a) Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur
kegiatan ekonomi.
b) Setiap individu bebas memiliki sumber-sumber produksi.
c) Munculnya persaingan untuk maju.
d) Barang yang dihasilkan bermutu tinggi, karena barang yang tidak
bermutu tidak akan laku dipasar.
31
e) Efisiensi dan efektivitas tinggi karena setiap tindakan ekonomi
didasarkan atas motif mencari laba.
3) Kerugian dari sistem ekonomi liberal yang dainut negara Perancis antara
lain:
a) Sulitnya melakukan pemerataan pendapatan.
b) Cenderung terjadi eksploitasi kaum buruh oleh para pemilik modal.
c) Munculnya monopoli yang dapat merugikan masyarakat.
d) Sering terjadi gejolak dalam perekonomian karena kesalahan
alokasisumber daya oleh individu.
3. Sistem Kenegaraan
Perancis merupakan Negara Republik Kesatuan. Sistem Pemerintahan Negara ini menganut sistem pemerintahan semi presidensial dengan tradisi demokrasi yang kuat. Mengapa disebut sistem semi presidensil? Ini dikarenakan dalam menjalankan roda pemerintahan, Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan dibantu oleh seorang Perdana Menteri. Presiden yang dipilih dalam pemilu untuk masa jabatan 5 tahun, dan perdana menteri yang ditunjuk oleh presiden, dan perdana menteri juga memimpin dewan menteri atau kabinet(Syatriandi, 2013).
Badan legislatif atau parlemen perancis menggunakan sistem parlemen 2 pintu (bikameral) yang terdiri atas National Assembly (sidang nasional) dan Senat. National Assembly, yang mewakili konstituensi lokal dan dipilih langsung untuk masa jabatan 5 tahun, memiliki kekuatan untuk membubarkan kabinet sehingga pihak mayoritas menjadi penentu pilihan pemerintah. National Assembly berjumlah 107 orang, dan anggota senat berjumlah 48 orang. Senator dipilih secara tidak langsung untuk masa jabatan 6 tahun dan pemilihannya dibagi dua, dilakukan
32
tiap tiga tahun dimulai 2008. Awalnya, senator menjabat untuk 9 tahun, namun dikurangi. Kekuasaan legislatif senat terbatas jika ada perselisihan antara National Assembly dan senat, yang diperhatikan adalah National Assembly kecuali untuk hukum konstitusiona. Walaupun demikian, Presiden tidak dipilih oleh parlemen tetapi dipilih secara electoral college yang terdiri dari wakil-wakil daerah atau kota (Syatriandi, 2013).
Dalam menjalankan sistem pemerintahan di Perancis, kabinet yang anggotanya terdiri dari dewan-dewan menteri berada dibawah kepemimpinan Perdana Menteri. Sedangkan Presiden bersama dengan Sidang Nasional dan Senat akan mengangkat Dewan Konstitusi. Dewan Konstitusi ini anggotanya terdiri dari 9 orang yang tugas utamanya adalah mengawasi ketertiban dalam proses pemilihan Presiden dan Parlemen serta mengawasi pelaksanaan refendum (Syatriandi, 2013).
Kekuatan Presiden dapat dikatakan kuat. Karena walaupun Dewan Menteri memiliki Perdana Menteri (PM) tetapi presidenlah yang mengangkat Perdana Menteri tersebut, dan presidenlah yang mengetuai sidang kabinet (Sidang Menteri-Menteri). Memang dalam hal ini parlemen Perancis juga kuat untuk menjatuhkan Perdana Menteri dengan mosi tidak percaya. Akan tetapi tidak dapat menjatuhkan Presiden, bahkan sebaliknya presiden dapat membubarkan National Assembly. Presiden merupakan pelindung dan pelerai dalam tiap persoalan yang timbul diantara lembaga-lembaga pemerintahan.
Konstitusi yang dianut oleh Negara Perancis adalah konstitusi tertulis. Namun bila dibandingkan dengan negara-negara yang lain, konstitusi Perancis ini lebih regid atau kaku. Terjadi pemisahan kekuasaan yang jelas antara legislatif yang ada ditangan Parlemen serta eksekutif ditangan Presiden dan yudikatif ditangan badan kehakiman. Mengenai badan kehakiman, para hakim ini diangkat oleh eksekutif dan terbagi
33
menjadi dua, yaitu Peradilan Kasasi dan Peradilan Hukum Administrasi (Syatriandi, 2013)
a. Pola Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Perancis dikenal sebagai negara yang berkarakter dominasi Pemerintah Pusat walaupun tidak sepenuhnya benar Di sana terdapat 96 department (pemerintah lokal), yang dikelompokkan ke dalam 22 regions (pemerintah regional), ditambah adanya 36,000 communes. Masing-masing memiliki lembaga perwakilan dan kepala daerahnya (Owen: 2000). Daerah-daerah otonom tersebut memiliki kewenangan yang cukup beragam. Meskipun demikian sistem pemerintahan daerahnya condong sebagai ‘local administration forms’ dimana status yang dimiliki oleh daerah-daerah tersebut bersifat ganda karena sebagai bagian juga dari mesin Pemerintah Pusat. (Maksum, 2013).
Selama 20 tahun terakhir dilakukan modernisasi terutama dengan penciutan beberapa daerah otonom yang lemah menjadi satu bagian dari daerah otonom lainnya. Perubahan signifikan terjadi terhadap sistem prefektoral, yakni diberi sebutan ‘komisioner prefek-republikan’ dimana lembaga perwakilan dapat mengambil kebijakan tanpa harus melalui persetujuan prefek atasan –dan bukan sub-perfect pada level ‘arrondissement’ Owen dalam (Maksum, 2013).
pada level nasional Eksekutive membawahi Para Menteri termasuk Menteri dalam Negeri yang mengawasi jalannya pemerintahan daerah. Menteri Dalam Negeri mengawasi para wakil Pemerintah (perfect) di daerah mulai dari level ‘region’ sampai ‘arrondissement’. Level terbawah (Commune) dalam pemerintahan daerah di Perancis tidak terdapat ‘perfect’, namun di atas ‘commune’ yakni ‘arrondissement’ ditempatkan wakil
34
Pemerintah yang disebut sub-perfect dan tidak ada lembaga pemerintahan daerah di sana. (Maksum, 2013).
Sub-perfect ini mengawasi ‘commune’. Sampai pada level ‘departments’ terdapat kantor instansi vertikal dari Departemen/ Lembaga Non-departemen yang beroperasi di wilayahnya sebagai administrasi lapangan. Nampaknya susunan tersebut menjadi dasar analisis Humes IV dalam (Maksum, 2013) menempatkan Perancis pada pola ‘dual supervision’ dalam kerangka di depan yang condong ke arah digunakannya pengawasaan dari departemen sektoral lebih banyak berperan.
Perancis dikenal sebagai negara yang kuat dominasi eksekutifnya Owen dalam (Maksum, 2013)Tampaknya ini berpengaruh terhadap praktek pemerintahan daerahnya. Set-up kelembagaan tersebut memberi sedikit gambaran bahwa pemerintahan daerah di Perancis tidak pernah sepenuhnya dianggap lepas dari struktur Pemerintah Pusat sebagai pemegang kendali roda pemerintahan negara. secara parsial, Pemerintah Daerah di Perancis bertanggungjawab kepada DPRD dan Kepala Daerah (Eksekutif)-nya berperan juga sebagai agen Pemerintah pusat atau sebagai bagian dari struktur (hirarki) Pemerintah Pusat yang secara langsung bertanggungjawab kepada Pemerintah dan diawasi pula oleh Pemerintah.
Pemerintahan daerah Perancis dijalankan dengan dominasi adanya penggunaan wakil Pemerintah di setiap levelnya. Hanya level paling bawah (commune) yang tidak terdapat adanya wakil pemerintah. Namun, di level atasannya terdapat ‘arrondissement’ yang menjadi tempat bagi ‘sub-perfect’ sebagai wakil Pemerintah (generalis) terakhir. Disamping itu, di Perancis juga tidak kurang peran bagi departemen sektoral dalam memberi warna jalannya roda pemerintahan di daerah karena
35
ditempatkan berbagai instansi vertikal di daerah. (Maksum,2013).
Sampai pada level ‘departments’ masih terdapat instansi vertikal dari Departemen/ Lembaga Pemerintah Nondepartemen (LPND). Baik pada level arrondissement maupun commune tidak ada instansi vertical beroperasi di sana. Bahkan sub-perfect pada level ‘arrondissement’ tidak memiliki perangkat fungsional-sektoral seperti di commune atau di ‘departments’ karena sub-perfect ini adalah ‘field office-nya perfecturate atasannya (departments). beroperasinya departemen sektoral di daerah dimana Perancis menganut bahwa instansi vertikal dapat muncul sampai di level departments. Pada level ‘commune’ peran instansi vertikal masih ada dalam rangka pembinaan dan pengawasan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas-dinas di ‘commune’. Oleh karena itu, di ‘commune’ tidak ada instansi vertikal. (Maksum, 2013).
Beroperasinya departemen sektoral/ LPND hingga ke tingkat lokal melalui administrasi lapangannya, membawa dominasi unsur fungsional/ sektoral dalam pemerintahan daerah di Perancis. Menurut Humes IV dalam (Maksum, 2013) mengemukakan bahwa ada empat faktor yang berpengaruh terhadap dominasi departemen sektoral/ LPND di Perancis adalah sebagai berikut:
1. Faktor besarnya struktur organisasi Pemerintah Pusat yang tajam
2. Menguatnya peran yang prestisius dari kelompok senior Departemen/ LPND
3. Fragmentasi pemerintahan daerah terjadi karena kuatnya fungsi spesifik yang diemban oleh Departemen/ LPND yang berpengaruh
36
4. Keterlibatan langsung para menteri dalam masalah-masalah lokal.
4. Sistem Pemerintahan Perancis
1) Semi Presidensil
Republik Perancis atau yang memiliki nama The Fifth Republic menganut
sistem pemerintahan semi presidensiil dengan tradisi demokrasi yang kuat.
Dikarenakan dalam menjalankan roda pemerintahan, Presiden sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan dibantu oleh seorang Perdana Menteri. Hal ini
berbeda dengan sistem pemerintahan yang presidensiil secara murni dimana
Presiden hanya menjalankan pemerintahan seorang diri dengan hanya dibantu
kabinet.
2) Eksekutif
1) Presiden
Konstitusi Perancis saat ini memberikan kekuasaan lebih pada badan
eksekutif yang terdiri dari Presiden dan Perdana Menteri. Presiden memiliki
jabatan resmi sebagai Kepala Negara dan merupakan Komandan Tertinggi di
Angkatan Bersenjata Nasional. Presiden dipilih langsung oleh rakyat dengan masa
jabatan 5 tahun. Satu dari kekuasaan paling penting yang dimiliki Presiden adalah
kewenangannya untuk membubarkan Majelis Nasional dan mengadakan
pemilihan baru atas badan legislatif. Presiden bersama dengan Sidang Nasional
dan Parliement Sovereignity akan mengangkat Dewan Konstitusi.
Presiden juga diberi kewenangan untuk mengajukan beberapa
permasalahan kebijakan tertentu seperti perjanjian-perjanjian di Uni Eropa ke
dalam referendum nasional. Kekuatan Presiden dapat dikatan kuat, karena
walaupun Dewan Menteri tersebut, dan Presidenlah yang mengetuai Sidang
Kabinet (Sidang Menteri-Menteri). Presiden memiliki fungsi sebagai:
a) Presiden Republik harus menjalankan dan menaati UUD.
b) Presiden sebagai penjamin, kemerdekaan nasional, kesatuan wilayah
dan hasil persetujuan serta perjanjian daerah.
37
c) Presiden Republik dapat membubarkan dewan nasional setelah
berkonsultasi dengan perdana menteri dan para ketua dewan nasional
dan senat.
d) Presiden menandatangani aturan-aturan dan dekrit yang telah
ditetapkan oleh dewan menteri.
e) Presiden adalah angkatan perang.
2) Perdana Menteri
Perdana Menteri dipilih oleh Majelis Nasional. Perdana Menteri disini
merupakan kepala atas Dewan Menteri atau Kabinet dimana kabinet-kabinet ini
sendiri ditunjuk oleh Presiden dengan rekomendasi dari Perdana Menteri. Perdana
Menteri bertanggungjawab atas kebijakan domestik.Perdana Menteri
bertanggungjawab atas kebijakan domestik. Perdana Menteri menguasai otoritas
signifikan sebagai pemimpin partai mayoritas atau koalisi di dalam Majelis
Nasional. Balance of Power (BoP) antara Presiden dan Perdana Menteri
tergantung pada Partai yang berpengaruh dalam badan legislatif. Dalam artian,
ketika Presiden memiliki dukungan kuat dari mayoritas parlementer, maka ada
tendensi dimana Perdana Menteri akan berperan sebagai deputi dari Presiden.
Sebaliknya, jika partai yang menaungi Presiden merupakan salah satu partai
minoritas maka Presiden harus menunjuk Perdana Menteri yang berasal dari salah
satu partai dari koalisi (partai mayoritas). Jika situasi ini terjadi maka akan tercipta
suatu power-sharing arrangement (kohabitasi) dimana Presiden dan Perdana
Menteri memiliki kecenderungan untuk mengawasi pengaruh yang dimiliki satu
sama lain.
3. Legislatif atau Parlemen
Di Perancis, parlemen dapat membubarkan kabinet sehingga pihak
mayoritas menjadi penentu pilihan pemerintah. Dalam menjalankan sistem
pemerintahan di perancis, kabinet yang anggotanya terdiri dari dewan-dewan
menteri berada dibawah kepemimpinan Perdana Menteri. Di bawah konstitusi
Republik Kelima, kewenangan badan legislatif secara praktis mengalami
pengurangan jika dibandingkan pada masa Fourth Republic. Agenda dari badan
38
ini secara kuat dipengaruhi oleh pemerintah (Presiden dan Perdana Menteri) yang
bahkan bisa memenangkan pengadopsian sebuah RUU tanpa melakukan
pemungutan suara secara aktual. Di atas telah dijelaskan pula bahwasannya
Presiden (dalam situasi tertentu) bisa membubarkan Majelis Nasional bahkan
sebelum masa fungsi dari Majelis ini berakhir namun terlepas dari kekuasaan
Presiden tersebut, Majelis Nasional juga memiliki otoritas untuk menjatuhkan
pemerintahan legal jika suara mayoritas absolut dari total anggota Majelis
memutuskan untuk bertindak demikian.
Untuk urusan legislatif, Perancis menggunakan sistem parlemen 2 pintu
(bikameral) yang terdiri dari:
a) Majelis Nasional Perancis (National Assembly)
Majelis Nasional Perancis (National Assembly) adalah majelis rendah
Parlemen Perancis bikameral dibawah Republik Kelima. National Assembly yang
mewakili konstituensi lokal dan dipilih langsung untuk masa jabatan 5 tahun,
memiliki kekuatan untuk membubarkan kabinet sehingga pihak mayoritas
menjadi penentu pilihan pemerintah. Anggota Majelis Nasional terdiri dari 577
anggota.
b) Senat (Perliament Sovereignity).
Senat merupakan bagian drai lembaga legislatif Perancis. Senat memiliki masa
jabatan selama 6 tahun. Para anggota Senat bertugas di Luxembourg. Senat terdiri
dari setidaknnya 321 anggota yang masing-masing sebanyak 296 ditempatkan di
Perancis Metropolitan, 13 lainnya ditempatkan di daerah-daerah dan departemen
yang berada di luar Perancis, sisanya sebanyak 12 anggota ditujukan untuk warga
negara Perancis yang berada di luar negeri. Senator dipilih secara tidak langsung
oleh rakyat melainkan dipilih oleh para anggota departement, region, dan
commune. Kewenangan Senat pun juga dibatasi. Dalam artian, ketika terjadi
ketidak sepahaman antara dua lembaga legislatif ini, maka keputusan final
tetaplah menjadi kewenangan Majelis Nasional.
4. Lembaga Yudikatif
Sistem Yudikatif Perancis terdiri dari dua cabang, dimana pada masing-
masing cabang terdapat semacam hierarki mahkamah agung. Cabang yang
39
pertama (pengadilan Administratif) mengurusi masalah yang berkaitan dengan
peraturan pemerintah atau sengketa antar lembaga-lembaga publik. Cabang yang
kedua (pengadilan umum) mengurusi kasus-kasus sipil dan kriminalitas warga
Perancis. Dalam pengadilan umum atau pengadilan yudisial terdapat dua jenis
pengadilan. Yaitu pengadilan sipil dan pengadilan kasus kriminalitas. Pengadilan
sipil bertugas untuk menangani kasus antar perseorangan atau perseorangan
dengan korporasi. Sedangkan pengadilan kriminal menangani kasus pelanggaran
ringan dan atau kasus pembunuhan.
5. Sistem politik
Prancis menganut sistem dwi partai yang saling bertentangan satu sama lain.
Partai sayap kanan yang dikenal dengan Partai Persatuan untuk Gerakan Rakyat
melawan partai sayap kiri yang dikenal dengan Partai Sosialis Perancis. Dalam
perjalanannya, partai dari sayap kanan yakni Partai Persatuan untuk Gerakan
Rakyat mempunyai Peran dominant di Perancis. Dua pengelompokkan yang
saling menentang secara politik: pertama sayap kiri, dipusatkan di sekitar Partai
Sosialis Perancis, dan lainnya sayap kanan, sebelumnya dipusatkan pada
Rassemblement pour la République (RPR) dan sekarang Persatuan untuk Gerakan
Rakyat (UMP). Cabang eksekutif kebanyakan terdiri dari anggota Union pour un
Mouvement Populaire (UMP). Terdapat juga sebuah partai sayap kanan radikal
yang bernama Front National.
a. Pemilihan Umum
1) Pemilu Eksekutif Pemilu eksekutif diadakan untuk memilih Presiden
de la Republik dan Premier Minister.
2) Pemilu Legislatif
Pemilu legislatif dilakukan dengan metode ‘scrutin uninominal
majoritaire a deux tours’ yang berarti pemilu dengan cara memilih kandidat
yang ada, dan pemilu diadakan dalam dua putaran apabila dalam putaran
pertama tidak ada kandidat yang berhasil mendapat suara mayoritas yaitu
seperemat dari jumlah suara yang masuk.
40
a) Assemblee Nationale
Assemblee Nationale dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu legislatif
yang diadakan selama lima tahun sekali. Anggota Assemblee Nationale
disebut dengan istilah depute. Terdapat 577 depute dalam Assemblee
Nationale yang mewakili seluruh 577 cincronscription (daerah pemilihan)
yang tersebar di seluruh wilayah Perancis, baik di 96 departements yang
berada di wilayah France Metropolitaine walaupun di wilayah outre-mer.
b) Senat (Perliament Sovereignity).
1. Pemilu di Tingkat Department
Pemilu ini dilakukan untuk memilih anggota Department untuk duduk di
kursi Assemblee Nationale dari suatu wilayah tertentu. Sistem pemilihan
menggunakan sistem majoritaries a deux tours, dimana pemilihan berlangsung
dalam dua putaran. Kandidat bisa menang pada pemilu putaran pertama jika
mereka mendapat suara terbanyak. Pada pemilu putaran ke dua, kandidat dapat
menang jika mereka berhasil mendapat suara ¼ dari kursi di dalam Assemblee
Nationale.
2. Pemilu di Tingkat Region
Dewan region dibentuk berdasarkan hukum di Perancis pada tanggal 22
Desember 1789. Setiap region memilih seorang dewan umum yang dipilih untuk
jangka waktu sepanjang 6 tahun oleh rakyat Perancis secara langsung. Sistem
pemilu dewan regional menggunakan majoritaires a deux tours, dimana pemilu
berlangsung pada dua putaran. Untuk dapat terpilih pada pemilu putaran pertama,
para kandidat harus mendapat kan suara mayoritas dan ¼ suara. Di dalam putaran
kedua, jika kandidat tidak mendapatkan suara mayoritas, maka mereka harus
memperoleh 12,5% suara untuk dapat memenangkan pemilu tersebut.
3. Pemilu di tingkat Commune
Anggota pemerintahan di tingkat commune dipilih secara langsung dengan
masa jabatan 6 tahun. Model pemilu yang diselenggarakan tergantung pada
jumlah penduduk di commune tersebut. Pada commune yang berpenduduk kurang
41
dari 3.500 dan yang memiliki penduduk lebih dari itu memiliki sistem yang
berbeda. Hal ini terjadi pada kota-kota besar yang memiliki penduduk yang
banyak seperti paris, lyon dan marseille yang memiliki prosedur tersendiri dalam
melangsungkan pemilu di tingkat ini.
38
III. Perbandingan
A. Komparasi Perbandingan Negara Indonesia dan Perancis
No Negara Indonesia Negara Perancis1 Sejarah Orde Lama adalah sebutan bagi masa
pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal
Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando.
Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer.
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.
Sejarah Reformasi 1998 – Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum.
Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998
Revolusi perancis adalah adalah masa dalam sejarah perancis antara tahun 1789 dan 1799 dimana para demokrat dan pendukung republikanisme menjatuhkan monarki absolut di perancis.
Perancis sebagai salah satu negara yang terlibat dalam Perang Dunia kedua pada akhirnya harus berusaha menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
Untuk itu, pasca tahun 1945, Perancis terlihat berusaha merekonsiliasi hubungannya dengan Jerman.
Sistem ini pertama kali digunakan oleh Prancis di era Charles de Gaulle pada tahun 1958 dan disebut Sistem Republik Kelima, yang kemudian dilanjutkan oleh para penerusnya.
Perancis mengalami berbagai macam fase yang kemudian dapat dikelompokkan kedalam empat fase perkembangan politik di Perancis.
Fase kedua adalah munculnya tantangan Hapsburg dan konsep Balance of Power.
Fase ketiga adalah lahirnya nasionalism di
39
Soeharto terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden.
Timbul tekanan pada kepemimpinan Presiden Soeharto yang dating dari para mahasiswa dan kalangan intelektual.
Perancis, yang muncul sebagai efek dari adanya Revolusi Perancis. Dari nasionalism ini kemudian muncul konsep nation-state yang menyatukan berbagai entitas politik dalam negaranya ke dalam satu unit pemerintahan.
Fase terakhir merupakan fase dimana Perancis mulai menjaga hubungannya dengan Negara lainnya. Perancis juga merupakan salah satu negara yang turut menginisiasi lahirnya Uni Eropa dan juga menjadi negara yang memiliki peranan penting di dalamnya
2 Sistem Ekonomi Sistem ekonomi Indonesia merupakan system ekonomi Pancasila yang berorientasi kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam sila ini diberlakukannya etik dan moral agama, bukan materialisme. Kemanusiaan yang adil dan beradab yang tidak mengenal pemerasan atau eksploitasi. Persatuan Indonesia berlakunya kebersamaan, asas kekeluargaan, sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi dalam ekonomi. Kerakyatan mengutamakan kehidupan ekonomi rakyat dan hajat hidup orang banyak. Serta Keadilan Sosial yang mengutamakan persamaan/emansipasi, kemakmuran masyarakat yang utama bukan kemakmuran orang-seorang.
Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah
Peran negara adalah penting namun tidak
Sistem ekonomi yang dianut Perancis adalah sama dengan Amerika Serikat dan Inggris, yakni sistem ekonomi liberal (pasar bebas). Sistem ekonomi pasar bebas sering disebut juga dengan sistem ekonomi liberal.
Sistem Ekonomi Liberal adalah sistem ekonomi yang menghendaki adanya kebebasan yang seluas-luasnya bagi tiap individu untuk melakukan kegiatan ekonomi tanpa campur tangan pemerintah.
Adanya kebebasan pihak swasta atau masyarakat untuk melakukan tindakan ekonomi (memproduksi barang, penentuan harga, dan lain-lain).
40
dominan, dan begitu juga dengan peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi.
Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi.
Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas asas kekeluargaan antar sesama manusia
3 Sistem Kenegaraan Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik
Dengan sistem desentralisasi, Pemerintah Pusat menyerahkan wewenang pemerintahan kepada suatu daerah untuk mengatur urusan pemerintahan di derahnya sendiri.
Wewenang daerah yang diterima dari Pemerintah Pusat itu disebut otonomi daerah.
Wewenang daerah dalam negara kesatuan diperoleh berdasarkan penyerahan wewenang oleh Pemerintah Pusat.
Penyelenggaraan pemerintahan pada dasarnya adalah layanan pemerintah terhadap kepentingan rakyat, baik menyangkut keamanan, ketertiban, kesejahteraan sosial, pendidikan, serta berbagai sarana/ prasarana bagi kepentingan umum.
Perancis merupakan Negara Republik Kesatuan. Konstitusi yang dianut oleh Negara Perancis
adalah konstitusi tertulis. Perancis terdapat 96 department (pemerintah
lokal), yang dikelompokkan ke dalam 22 regions (pemerintah regional), ditambah adanya 36,000 communes.
Daerah-daerah otonom tersebut memiliki kewenangan yang cukup beragam.
Meskipun demikian sistem pemerintahan daerahnya condong sebagai ‘local administration forms’ dimana status yang dimiliki oleh daerah-daerah tersebut bersifat ganda karena sebagai bagian juga dari mesin Pemerintah Pusat.
Eksekutive membawahi Para Menteri termasuk Menteri dalam Negeri yang mengawasi jalannya pemerintahan daerah.
Menteri Dalam Negeri mengawasi para wakil Pemerintah (perfect) di daerah mulai dari level
41
‘region’ sampai ‘commune’ yakni ‘arrondissement’.
Pemerintah Daerah di Perancis bertanggungjawab kepada DPRD dan Kepala Daerah (Eksekutif)-nya berperan juga sebagai agen Pemerintah pusat atau sebagai bagian dari struktur (hirarki) Pemerintah Pusat yang secara langsung bertanggungjawab kepada Pemerintah dan diawasi pula oleh Pemerintah.
4 Sistem Pemerintahan Sistem presidensial (presidensiil), atau disebut juga dengan sistem kongresional, merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.
Presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara.
Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non- departemen.
Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
Republik Perancis menganut sistem pemerintahan semi presidensiil.
Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan dibantu oleh seorang Perdana Menteri.
Presiden memiliki jabatan resmi sebagai Kepala Negara dan merupakan Komandan Tertinggi di Angkatan Bersenjata Nasional. Presiden dipilih langsung oleh rakyat dengan masa jabatan 5 tahun.
Satu dari kekuasaan paling penting yang dimiliki Presiden adalah kewenangannya untuk membubarkan Majelis Nasional dan mengadakan pemilihan baru atas badan legislatif.
Perdana Menteri bertanggungjawab atas kebijakan domestik.
Parlemen dapat membubarkan kabinet sehingga pihak mayoritas menjadi penentu pilihan
42
Kontrusksi bikameral mencerminkan pandangan bahwa terdapat dua perwakilan dalam lembaga legislatif di Indonesia yang terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah
Dewan Perwakilan Rakyat Anggotanya terdiri atas wakil-wakil partai politik.
DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.
Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum, dan jumlah anggota DPD di setiap provinsi adalah sama.
pemerintah. Urusan legislatif, Perancis menggunakan sistem
parlemen 2 pintu (bikameral) yang terdiri dari Majelis Nasional Perancis (National Assembly) dan Senat (Perliament Sovereignity).
National Assembly yang mewakili konstituensi lokal dan dipilih langsung untuk masa jabatan 5 tahun.
Senator dipilih secara tidak langsung oleh rakyat melainkan dipilih oleh para anggota departement, region, dan commune.
Prancis menganut sistem dwi partai yang saling bertentangan satu sama lain. Partai sayap kanan yang dikenal dengan Partai Persatuan untuk Gerakan Rakyat melawan partai sayap kiri yang dikenal dengan Partai Sosialis Perancis.
Pemilu eksekutif diadakan untuk memilih Presiden de la Republik dan Premier Minister
Pemilu legislatif dilakukan dengan metode ‘scrutin uninominal majoritaire a deux tours’yang berarti pemilu dengan cara memilih kandidat yang ada.
Assemblee Nationale dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu legislatif yang diadakan selama lima tahun sekali.
Anggota Assemblee Nationale disebut dengan istilah depute.
Senat (Perliament Sovereignity) Setiap region
43
memilih seorang dewan umum yang dipilih untuk jangka waktu sepanjang 6 tahun oleh rakyat Perancis secara langsung.
Anggota pemerintahan di tingkat commune dipilih secara langsung dengan masa jabatan 6 tahun. Model pemilu yang diselenggarakan tergantung pada jumlah penduduk di commune tersebut.
B. Analisis Perbandingan Negara Indonesia dan Perancis1. Sejarah
Sejarah Indonesia tidak terlepas dari Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia. Orde
Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada
era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat “koreksi total” atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa
Orde Lama. Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap tatanan pemerintahan dan kenegaraan Indonesia.
2. Ekonomi Indonesia dan Perancis
Keputusan pemerintah dalam mengubah atau menetapkan sistem ekonomi sangatlah penting. Karena keputusan tertinggi ada pada
pemerintah. Walaupun masyarakat menghendaki pengubahan tersebut, namun pemerintah tidak mengubahnya, maka sistem ekonomi pun
tidak akan berubah. Misalnya subsidi pada suatu barang dan jasa pada suatu negara. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah
negara / pemerintah. Contoh hajad hidup orang banyak yakni seperti air, bahan bakar minyak / BBM, pertambangan / hasil bumi, dan lain
sebagainya. Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga dengan peranan pihak swasta yang posisinya penting
44
namun tidak mendominasi. Sehingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi komando. Kedua pihak yakni
pemerintah dan swasta hidup beriringan, berdampingan secara damai dan saling mendukung. Masyarakat adalah bagian yang penting di
mana kegiatan produksi dilakukan oleh semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat. Modal atau pun buruh
tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas asas kekeluargaan antar sesama manusia.
Sedangkan perancis menggunakan system ekonomi liberal memang ada beberapa keuntungan dengan penerapan system ekonomi
tersebut antara lain,
a. Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonomi.
b. Setiap individu bebas memiliki sumber-sumber produksi.
c. Munculnya persaingan untuk maju.
d. Barang yang dihasilkan bermutu tinggi, karena barang yang tidak bermutu tidak akan laku dipasar.
e. Efisiensi dan efektivitas tinggi karena setiap tindakan ekonomi didasarkan atas motif mencari laba.
Namun, Kerugian dari sistem ekonomi liberal yang dianut negara Perancis antara lain
a. Sulitnya melakukan pemerataan pendapatan.
b. Cenderung terjadi eksploitasi kaum buruh oleh para pemilik modal.
c. Munculnya monopoli yang dapat merugikan masyarakat.
d. Sering terjadi gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi sumber daya oleh individu
3. Sistem Kenegaraan
45
Kedua negara memiliki pemerintahan daerah dan mengenal dekonsentrasi serta desentralisasi. Sistem pemerintahan daerah Perancis
mirip dengan sistem di Indonesia dimana disamping adanya daerah-daerah administratif terdapat juga daerah otonom, seperti misalnya
departemen dan commune. Sedangkan di Indonesia ada tingkat pusat. Meliputi presiden dan wakil presiden, menteri-menteri dan instansi
yang berada dalam ruang lingkupnya. Tingkat daerah meliputi, Provinsi terdiri dari gubernur dan wakil gubernur yang dibantu oleh dinas-
dinas. Kota dan kabupaten dipimpin oleh walikota dan wakil walikota atau bupati dan wakil bupati, dibantu oleh dinas-dinas, camat, lurah
atau kepala desa, serta rw, rt atau kadus
4. Sistem Pemerintahan
a. Parlemen Perancis adalah bikameral dan parlemen Indonesia bikameral (DPR dan DPRD).
b. Perancis dalam bidang eksekutif dipimpin oleh seorang Presiden dan dan dalam menjalankan kabinet dibantu oleh seorang
Perdana Menteri, sedangkan Indonesia hanya seorang presiden.
c. Sistem pemerintahan yang dipakai oleh Perancis adalah Semi Presidensil sedangkan Indonesia memakai sistem Presidensil.
d. Parlemen Perancis terdiri dari Majelis Nasional dan Senat, dimana Majelis Nasional memiliki kekuatan untuk membubarkan
kabinet sehingga pihak mayoritas menjadi penentu pilihan pemerintah, sedangkan di Indonesia Kabinet tidak dapat dibubarkan
oleh Parlemen.
41
IV. Kesimpulan
Perancis merupakan Negara Republik Kesatuan. Sistem Pemerintahan
Negara ini menganut sistem pemerintahan semi presidensial dengan tradisi
demokrasi yang kuat. Dalam cabang eksekutif terdapat dua pemimpin, yakni
dikepalai oleh Presiden yang dipilih dalam pemilu untuk masa jabatan 5 tahun,
dan Perdana Menteri yang ditunjuk oleh presiden, dan Perdana Menteri juga
memimpin Dewan Menteri atau Kabinet.
Salah satu keputusan penting dari revolusi Perancis adalah pembentukan
suatu Constituante Assembly atau Dewan Konstituante yang ditugaskan untuk
menyelesaikan Undang-Undang Dasar bagi Negara Perancis yang bangkit dari
Revolusi, yang menitik beratkan panghapusan masyarakat feudal dan
“exploitation de I’homme par I’homme” dan penyusunan masyarakat baru yang
lebih adil dan manusiawi, dimana hak-hak asasi penduduk (droit de I home)
dijamin sepenuhnya. Banyak kesamaan antara perancis dengan
Indonesia,diantaranya:
1. Perancis dan Indonesia adalah negara kesatuan
2. Konstitusisi negara Perancis dan konstitusi negara Indonesia adalah
tertulis.
3. Kedua negara memiliki pemerintahan daerah dan mengenal dekonsentrasi
serta desentralisasi. Sistem pemerintahan daerah Perancis mirip dengan
sistem di Indonesia dimana disamping adanya daerah-daerah administratif
terdapat juga daerah otonom ,seperti misalnya departemen dan commune.
4. Parlemen Perancis dan Indonesia adalah bikameral Indonesia trikameral
( MPR, DPR, DPRD)
Perbedaan antara Negara Perancis dengan Indonesia:
1. Perancis dalam bidang eksekutif dipimpin oleh seorang Presiden dan dan
dalam menjalankan kabinet dibantu oleh seorang Perdana Menteri, sedangkan
Indonesia hanya seorang presiden.
2. Sistem pemerintahan yang dipakai oleh Perancis adalah Semi Presidensil
sedangkan Indonesia memakai sistem Presidensil.
42
3. Parlemen Perancis terdiri dari Majelis Nasional dan Senat, dimana Majelis
Nasional memiliki kekuatan untuk membubarkan kabinet sehingga pihak
mayoritas menjadi penentu pilihan pemerintah, sedangkan di Indonesia
Kabinet tidak dapat dibubarkan oleh Parlemen
43
V. Daftar Pustaka
Robet, R. (2013). Pengalaman Sistem Semi Presidensialisme Prancis: Sebuah Pertimbangan Untuk Indonesia.
Robert, R. (2015). Republik Kelima dan Munculnya Semi-Presidensialisme di Perancis.
Reskiyah, E. S. (2017). Peranan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (Ieu Cepa) Dalam Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Indonesia–Perancis (Doctoral dissertation, PERPUSTAKAAN).
Maksum, I. R. (2013). DSF-Bank Dunia. Retrieved from Perbandingan Sistem Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Otonom: http://thesis.umy.ac.id/datapubliknonthesis/PNLT245.pdf diakes pada tanggal 28 Mei 2017 pukul 17.20.
Rahayu, W. T. (2015).Retrieved from Sejarah Politik Perancis. diakses melalui: http://wiwit_tri-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-143720-MBP%20Eropa-Sejarah%20Politik%20Perancis.html pada tanggal, 25 Mei 2017 pukul 15.25
Syatriandi, M. (2013). Tugas Makalah Perbandingan Tata Negara. Unisba, Fakultas Hukum.
Fleece, A. J. (2013). Pengertian Dasar Tentang Desentralisasi, Otonomi Dan Pemerintahan Lokal. Desantralisasi Dan Otonomi Daerah.