48
KELUARGA BERENCANA

 · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

KELUARGA BERENCANA

310383-(34).

Page 2:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah
Page 3:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

BAB XII

KELUARGA BERENCANA.

1. Pendahuluan.Program keluarga berencana ditujukan untuk meningkatkan

derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya. Dengan pelaksanaan ke-luarga berencana, diusahakan agar angka kelahiran dapat di -turunkan, sehingga tingkat kecepatan perkembangan pendu- duk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi, dan dengan demikian diharapkan dapat ditingkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat.

Pengaruh pelaksanaan program keluarga berencana terha- dap angka kelahiran dan tingkat kecepatan perkembangan penduduk, sudah barang tentu belum akan dapat terlihat da- lam jangka waktu lima tahun. Namun demikian, sebagai arah sasaran jangka pendek telah ditetapkan, bahwa dalam masa lima tahun (1969-1974), diusahakan untuk mencapai 6.000.000 akseptor, sehingga dengan demikian diharapkan akan tercegah sebanyak 1.700.000 kelahiran.

Pelaksanaan program ini dilakukan atas dasar sukarela serta tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan dan, moral Pancasila. Oleh karena itu maka bimbingan, pendidikan serta pengarahan amat diperlukan, agar dengan kesadarannya sen- diri masyarakat dapat menghargai dan menerima pola ke- luarga kecil, sebagai salah satu tindakan penting bagi mening-katkan kesejahteraan hidupnya. Dengan demikian maka pe-laksanaan program keluarga berencana tidak hanya menyang- kut masalah teknis medis semata-mata, melainkan mencakup juga berbagai masalah penting dalam tata hidup dan kehi - dupan rakyat, antara lain berhubungan pula dengan tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya.

Page 4:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

531

Page 5:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

Kegiatan keluarga berencana secara terorganisir telah mulai dirintis dengan didirikannya Perkumpulan Keluarga Berencana Indenesia (PKBI) pada tahun 1957. Karena berbagai alasan dan keadaan sosial politik pada waktu itu, maka kegiatan - kegiatan keluarga berencana amatlah terbatas. Barulah sejak tahun 1968, dengan dibentuknya Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN), kegiatan keluarga berencana, dapat diting-katkan menjadi program nasional. Pengalaman selanjutnya menunjukkan perlunya penyempurnaan organisasi, sehingga pada tahun 1970 LKBN dirubah menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dengan makin me-ningkatnya perkembangan pelaksanaan program, usaha pe-nyempurnaan organisasi BKKBN terus menerus dikembang- kan.

Sementara itu, untuk iebih meningkatkan pelaksanaan pro- gram keluarga berencana, pada awal tahun ketiga Repelita I (1972) telah ditanda tangani perjanjian bantuan dari Bank Dunia bersama dengan Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN FPA). Dalam rangka bantuan ini, akan dibangun sejumlah besar klinik-klinik keluarga berencana, tempat-tempat pendidikan, tempat-tempat latihan, fasilitas kerja (kantor BKKBN pusat dan daerah) serta berbagai kegiatan penting lainnya.

Agar pelaksanaan program dapat berjalan lebih effektif, disamping terbatasnya dana dan pengalaman yang dimiliki, maka selama masa Repelita I, program keluarga berencana dipusatkan didaerah Jawa dan Bali. Hal ini juga disebabkan oleh karena pada daerah-daerah tersebut terdapat situasi ke- padatan penduduk, yang relatif lebih kritis keadaannya diban- ding dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Walaupun demikian ternyata bahwa diberbagai daerah diluar Jawa dan Bali telah dirintis pula kegiatan-kegiatan keluarga berencana oleh berbagai organisasi kemasyarakatan, serta Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Usaha-usaha rintisan ini diharap- kan akan dapat lebih diperkembangkan dan diserasikan dengan program nasional dalam masa Repelita II yang akan datang.

Page 6:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

532

Page 7:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

Sejak tahun 1968, dan terutama sekali dalam rangka pelak -sanaan Repelita I, berbagai kegiatan penerangan/motivasi, pendidikan dan latihan, penyediaan logistik dan sarana fisik, pelayanan medis serta penelitian dan evaluasi telah berhasil dilaksanakan. Berbagai perkembangan dalam lapangan ke- giatan-kegiatan tersebut dikemukakan dalam uraian berikut - nya.

2. Penerangan dan motivasi keluarga berencana.Kegiatan penerangan dan motivasi keluarga berencana ter -

utama diarahkan untuk memberikan penerangan seluas-luas- nya kepada masyarakat tentang terdapatnya kemungkinan bagi mereka untuk melaksanakan perencanaan keluarga.

Sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 berbagai usaha pene-rangan dan motivasi keluarga berencana telah dilakukan secara intensif. Pada tingkat pertama usaha ini ditujukan untuk merangsang dan membangkitkan perhatian serta pengertian umum dari masyarakat terhadap program keluarga berencana. Kegiatan ini dilakukan dengan mengarahkan sarana-sarana penerangan seperti radio (RRI dan radio-radio swasta/niaga), televisi, surat-surat kabar, laporan-wartawan serta lagu-lagu populer keluarga berencana. Bersamaan dengan itu dimanfa-atkan pula media-media kesenian rakyat seperti dagelan, ke-toprak, ludruk, reog, wayang orang, wayang kulit dan wayanggolek.

Bersamaan dengan itu dilakukan pula pendekatan terhadapgolongan-golongan ,,berpengaruh’ dalam masyarakat, yang diharapkan tidak hanya akan menjadi ,,penghubung dan pe-nyebar” gagasan keluarga berencana, akan tetapi bahkan di -harapkan menjadi ,,orang contoh” dalam melaksanakan ke- luarga berencana. Dalam rangka kegiatan dilapangan ini telah dilakukan pendekatan dan pembinaan secara khusus terhadap pemimpin-pemimpin masyarakat, alim ulama, organisasi-orga-nisasi karyawan swasta dan karyawan pemerintah, organisasi pemuda, pelajar, cendekiawan, kalangan ABRI, usahawan dan

Page 8:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

lain sebagainya.

1972/73

533

1972/73

1972/73

1972/73

1972/73

1972/73

1972/73

1972/73

1972/73

1972/73

1972/73

Page 9:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

Untuk mendorong perhatian khusus dari masyarakat ter- hadap program keluarga berencana dalam jangka waktu 1969-1972 berbagai pameran keluarga berencana da1am ber- bagai kesempatan telah pula diselenggarakan.

Akan tetapi segera ternyata bahwa perhatian dari masya- rakat terhadap program keluarga berencana, harus segera di- ikuti dengan penggarapan yang lebih bersifat individul, agar kesadaran yang telah mulai berkembang itu dapat tumbuh menjadi tindakan melaksanakan keluarga berencana. Pada tingkat ini, maka peranan dari Petugas-petugas Lapangan Ke-luarga Berencana (PLKB) amatlah penting. Mereka melaku- kan kunjungan kerumah-rumah, melakukan kontak-kontak langsung (face to face communication) untuk mendorong ak-septor-akseptor baru, dan mendorong kunjungan lanjutan ak- septor-akseptor yang telah ada. Penelitian pada beberapa dae- rah menunjukkan bahwa terdapat huhungan yang positif an- tara perkembangan jumlah akseptor dan perkembangan jumlah PLKB pada daerah yang bersangkutan.

Oleh karena peranan positif yang diberikan oleh para Pe-tugas Lapangan Keluarga Serencana ini terhadap perkem- bangan akseptor, maka terutama sejak tahun 1971/72 jumlah PLKB mulai ditingkatkan dan dibina secara lebih saksama (lihat Tabel XII).

TABEL XII - 1JUMLAH PERSONALIA PROYEK

DI JAWA DAN BALI1967 - 1972/73

T a h u n P.L.K.B. Group Leader Supervisor Koordinator1967 - - -

1968 - - -1969/70 - - -1970/71 - - -1971/72 1930 203 641972/73 3774 715 108 23

534

Page 10:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

GRAFIK XII - 1

JUMLAH PERSONALIA PROYEK PLKB DI JAWA DAN BALI

1971/72 - 1972/T3

Page 11:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

535

Page 12:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

3. Pelayanan medis.

Kegiatan penerangan dan motivasi, yang membangkitkan dan mendorong para anggota masyarakat untuk melaksanakan keluarga berencana disatu pihak, dengan kegiatan pelayanan medis dipihak lain, sangat bertalian erat satu sama lain. Apa- bila seseorang sudah berhasil diberikan penerangan dan moti -vasi dan telah dengan sukarela bersedia melaksanakan kelu- arga berencana, maka pada saat itu diperlukan pelayanan medis (keluarga berencana) yang sebaik-baiknya. Apabila kegiatan penerangan yang berhasil tidak disertai dengan pe -layanan yang baik, maka calon akseptor akan mengalami ke -kecewaan, dan pada gilirannya akan merugikan perkembangan keseluruhan program.

Kecuali itu pelayanan medis juga dimaksudkan untuk meni-ngkatkan kesehatan dan kesejahteraan, serta memperbaiki dan meningkatkan gizi anak, ibu dan keluarga. Dengan demi - kian usaha dan kegiatan dibidang pelayanan medis tidak dapat dilepaskan daripada usaha dan kegiatan dibidang kesehatan pada umumnya.

Dalam melaksanakan usaha dan kegiatan pelayanan medis (keluarga berencana) diperlukan klinik-klinik keluarga beren-cana (yang bersih, menarik dan menimbulkan rasa tenteram), perlengkapan teknis medis yang baik dan sesuai dengan ke-butuhan, tenaga-tenaga pelayanan medis (dokter, bidan dan tenaga-tenaga lainnya). Karena klinik-klinik keluarga beren- cana pada umumnya diintegrasikan dengan KIA, Puskesmas, rumah bersalin dan rumah-rumah sakit yang sudah ada, maka sarana dan personalia lembaga-lembaga tersebut ditingkatkan secara bertahap untuk dapat menampung dan melayani ke- giatan-kegiatan keluarga berencana yang makin meningkat. Atas dasar kebutuhan-kebutuhan inilah, jumlah klinik-klinik keluarga berencana serta tenaga-tenaga personalia klinik terus menerus ditingkatkan selama pelaksanaan Repelita I (Tabel XII-2 dain Tabel XII-3).

Page 13:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

536

Page 14:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

TABEL XII - 2.

JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA MENURUTSTATUS TIAP TAHUN DI JAWA DAN BALI

1967 - 1072/73

T a h u n JUMLAH KLINIK TERDAFTARDep.Kes. A.B.R.I. Inst. Pem. Lain Swasta Total

1967 - 1161968 - 2151969/70 - - 727 **

)1970/71 - 1.4651971/72 1.564 148 44 105 1.8611972/73 ) 1.784 153 40 2.084

Keterangan :*) Jumlah Klinik Keluarga Berencana pada bulan Desember 1972. **) Catatan yang ada hanya menunjukkan jumlah total.

Disamping para akseptor biasa yang datang keklinik-klinik untuk melaksanakan keluarga berencana, dilakukan pula ,,pendekatan khusus” terhadap ibu yang akan dan baru saja melahirkan. Kepada mereka yang baru saja melahirkan dan membutuhkan pelaksanaan keluarga berencana diberikan pe-layanan langsung pada waktunya (hospital post parthum program).

Program ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah lainnya di Jawa, Bali dan Sumatera yang seluruhnya meliputi 26 buah rumah sakit. Dalam tahun-tahun yang akan datang program ini akan lebih diperluas lagi.

537

Page 15:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

GRAFIK XII - 2

JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENGANA DIJAWA DAN BALI 1967 - 1972/73

538

Page 16:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

TABEL XII - 3.

JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGABERENCANA MENURUT KATAGORI DI JAWA DAN BALI

1967 - 1972/73

JUMLAH PERSONALIA DI KLINIK

TahunDokter Bidan Pembantu Bidan Tenaga ADM.

19671968 - -1969/70 421 855 75 -1970/71 556 1.678 580 322

1971/72 791 1.758 605 1.2751972/73 *) 883 1.776 1.143 1.646

Page 17:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

Keterangan:* ) Angka sementara sampai dengan Desember 1972.

539

Page 18:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

GRAFIK XII - 3

JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGA MENURUT KATAGORI DI JAWA DAN BALI1969/73-1972/73

Page 19:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

540

Page 20:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

Dalam pada itu terhadap ibu-ibu yang melahirkan diluar klinik (dirumah sendiri dan sebagainya) juga dilakukan pen-dekatan khusus, dengan memberikan pelayanan langsung bagi mereka yang membutuhkan keluarga berencana segera setelah mereka melahirkan (field post parthum program). Kegiatan ini dalam tahun 1973/74 sedang dimatangkan persiapannya untuk segera dapat dilaksanak lan secara lebih meluas.

4. Pendidikan dan latihan.Kegiatan pendidikan dan latihan terutama diarahkan kepada

dua sasaran pokok yakni pendidikan dan latihan bagi petugas -petugas pelaksana program keluarga berencana dan pendidikan kependudukan (population edueation).

Pendidikan dan latihan bagi para petugas keluarga berencana ditujukan untuk menyediakan petugas-petugas pelaksana pro- gram keluarga berencana dalam jumlah, kemampuan dan ke- trampilan yang dibutuhkan. Dalam jangka waktu antara tahun 1969 hingga tahun 1972 tenaga-tenaga pelaksana keluarga be- rencana yang mendapatkan pendidikan/latihan adalah sebagai berikut:

541

a. petugas administrasi b. tenaga logistikc. dokter keluarga berencanad. bidan keluarga berencanae. pembantu bidan keluarga berencana f. petugas penerangan (kecamatan) g. P.L.K.B.h. pimpinan kelompok PLKBi. pengawas/supervisor PLKBj. koordinator PLKBk. petugas pencatatan & pelaporan klinik,

kabupaten dan propinsi 1. trainersm. dukun (beranak)

94 orang 40 ,,

1.064 ,, 1.703 ,, 246 ,, 3.012 ,, 4.564 ,, 673 ,, 76 ,, 23 ,,

2.195 ,, 390 ,,

Page 21:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

Sedangkan 370 orang tenaga pelaksana keluarga berencana lainnya, yang sebagian besar terdiri dari tenaga-tenaga admi-nistrasi dan petugas-petugas penelitian dan penilaian telah mendapatkan latihan diluar negeri.

Sementara itu kegiatan pendidikan kependudukan (popula- tion education) yang akan diselenggarakan baik didalam mau- pun diluar sekolah ditujukan untuk memberi kesempatan kepa- da para murid sekolah dan orang dewasa untuk menyadari keadaan penduduk dan hubungannya dengan peningkatan ke- sejahteraan keluarga, masyarakat, bangsa, bahkan dunia pada umumnya. Melalui kegiatan pendidikan kependudukan ini di- harapkan bahwa pelaksanaan keluarga berencana dimasa men-datang akan terjalin menjadi satu dalam sikap hidup rakyat pada umumnya yang memandang bahwa pola keluarga kecil adalah suatu sarana penting dalam melaksanakan tanggung- jawab mereka bagi pembinaan kesejahteraan hidup masyarakat dan keluarganya.

Walaupun demikian, usaha-usaha pendidikan kependudukan ini perlu dipersiapkan sebaik-baiknya sebelum dilaksanakan se- cara meluas. Berbagai faktor pendidikan di Indonesia perlu di- perhitungkan, disamping persiapan-persiapan kurikulum yang serasi dengan keadaan masyarakat serta aspirasi bangsa In- donesia. Dalam hubungan ini maka persiapan bahan-bahan pen-didikan akan diusahakan untuk dapat diselesaikan dalam tahun 1973/74, kemudian disusul dengan masa percobaan selama 2 tahun (1974/75 dan 1975/76). Sejak tahun 1976/77 diharapkan kegiatan pendidikan kependudukan sudah akan dapat dilaksa -nakan pada tingkat yang lebih luas.

5. Perkembangan sarana dan logistik keluarga berencana.Kegiatan-kegiatan dibidang sarana dan logistik adalah me-

rupakan kegiatan penunjang yang mempengaruhi keseluruhan pelaksanaan program keluarga berencana. Dalam jangka wak- tu antara tahun 1969-1972 berbagai usaha telah dilakukan

Page 22:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

542

Page 23:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

GRAFIK XII – 4

PENYEDIAAN KONTRASEPSI, 1968/69-1973/74

543

Page 24:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan penting dibidang ini. Penyediaan fasilitas kerja (kantor dan perlengkapannya) tahap demi tahap ditingkatkan. Demikian pula alat-alat angkutan (sepeda, sepeda motor) bagi para PLKB, bidan dan lain-lain terus menerus ditingkatkan jumlahnya. Bersamaan dengan itu fasilitas-fasilitas klinik yang amat diperlukan bagi pelaksana- an keluarga berencana selangkah demi selangkah disempur- nakan.

Kecuali itu tersedianya kontrasepsi dalam jumlah yang cu- kup, serta pada tempat dan waktu yang tepat merupakan sya- rat bagi berhasilnya program ini. Berbagai kesulitan dalam pengaturan logistik kontrasepsi telah dapat diatasi, sehingga kesulitan-kesulitan yang pernah dialami dibeberapa daerah pada tahun-tahun pertama Repelita I sedikit demi sedikit da - pat dihindarkan. Perkembangan penyediaan kontrasepsi antara tahun, 1968/69 - 1973/74 dapat dilihat pada tabel XII-4.

TABEL XII - 4.PENYEDIAAN KONTRASEPSI

1968/69 – 1973/74

TahunOral pill I.U.D. Condom

(gross)(cycle) (biji)1968 - 1969 1.190.000 65.000 1.1691969 - 1970 1.100.000 98.000 -1970 - 1971 1.000.000 236.500 -1971 - 1972 2.500.000 257.000 25.0001972 - 1973 9.000.000 436.000 10.000

544

Page 25:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

6. Pengumpulan data.Tersedianya data-data yang diperlukan dan dapat dipercaya

pada saat yang dibutuhkan, adalah merupakan syarat penting untuk berhasilnya perencanaanaan pelaksanaan program ke-luarga berencana. Oleh karena itu, perhatian yang saksama te -lah diberikan terhadap kegiatan pengumpulan data, yang pada pokoknya dilakukan melalui kegiatan pelaporan dan dokumen-tasi serta penelitian dan penilaian.Pelaporan dan Dokumentasi.

Dengan masa persiapan kuran lebih 8 bulan, pada awal ta-hun 1971 telah dimulai sistim pencatatan dan pelaporan Pro-gram Keluarga Berencana Nasional yang bertujuan untuk me-nyediakan informasi secara rutin, cepat dan tepat sehingga dapat dimanfaatkan bagi penyusunan kebijaksanaan-kebijak-sanaan dan program-program pelaksanaan.

Kegiatan-kegiatan yang telah berhasil dilakukan dibidang ini adalah sebagai berikut:

a. Pendaftaran klinik-klinik keluarga berencana;b. Penggunaan kartu-kartu/formulir yang seragam; c. Sistim pelaporan program yang seragam; d. Mempercepat proses pelaporan kembali;e. Identifikasi ciri-ciri khas akseptor.Penelitian dan penilaian.

Dalam usaha menyediakan data untuk keperluan penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan, penelitian dan pe -nilaian keluarga berencana dalam. Repelita I terutama diarah -kan kepada:a. Penelitian untuk penerangan dan motivasi.

Penelitian dalam bidang ini dikerjakan untuk semua propin -si melalui apa yang biasanya dikenal dengan Penelitian Pendapat, Sikap dan Pemakaian cara-cara keluarga beren-cana (penelitian PSP keluarga berencana).

545

310383-(35).

Page 26:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

b. Penelitian untuk klinik medis.Kecuali penelitian PSP tersebut, dilakukan pula penelitian tentang kelanjutan pemakaian alat-alat kontrasepsi, misal - nya kelangsungan penggunaan pil, kelangsungan pengguna- an IUD dan lain-lain. Dalam penelitian-penelitian serupa ini ditanyakan pula sebab-sebab mengapa seseorang peserta keluarga berencana kemudian memutuskan untuk tidak me-lanjutkan penggunaan alat-alat kontrasepsi yang semula dipergunakannya.

c. Penelitian dan penilaian untuk sarana penunjang.Penelitian dalam bidang ini luas sifatnya, yakni meliputi penelitian tentang kebenaran laporan, penelitian tentang peranan dukun (beranak), penelitian tentang insentip, pe-nelitian tentang sendi-sendi hukum yang mendukung atau bertentangan dengan keluarga berencana dan lain sebagai- nya.

7. Perkembangan jumlah dan ciri-ciri khas akseptor.Data-data menunjukkan terus meningkatnya jumlah akseptor

dari tahun ketahun. Apabila dalam tahun 1967 jumlah akseptor baru hanya mencapai 6.456 orang, maka dalam tahun 1970/71 melonjak menjadi 181.059 dan kemudian meningkat lagi dalam tahun 1971/72 menjadi 519.330 akseptor baru (lihat Tabel XII-V. Kenaikan jumlah akseptor baru dari tahun ketahun ini tentulah disebabkan oleh berbagai faktor pendukungnya. Antara lain dapat dikemukakan, bahwa usaha-usaha pene- rangan dan motivasi keluarga berencana sejak tahun 1967 (bahkan telah mulai dirintis sejak tahun 1957), memperlihat- kan pengaruhnya serta hasil-hasilnya yang positip pada tahun tahun berikutnya.

Sementara itu, kerjasama yang makin meningkat, serta tanggapan yang positip yang diberikan oleh berbagai golongan masyarakat, disamping penyelenggaraan organisasi yang baik, turut pula mendorong berkembangnya program ini secara ce- pat. Dan yang tidak kurang pentingnya, bahkan amat mem-

Page 27:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

546

Page 28:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

TABEL XII - 5.

JUMLAH AKSEPTOR BARU YANG DICAPAIPER METHODE TIAP TAHUN DI JAWA DAN BALI

1967 - 1972/73

Tahun P i 1 I u d Lain-lain T o t a l1967 306 5.904 246 6.4561968 7.548 13.753 3.737 25.0381969/70 14.579 29.040 9.484 53.1031970/71 79.768 76.373 24.918 181.0591971/72 281.757 212.668 24.905 519.3301972/73 *) 322.466 196.058 40.256 558.780Keterangan :*) Jumlah Akseptor baru sampai dengan bulan Desember 1972.

pengaruhi perkemhangan program ini adalah sikap dan du-kungan Pimpinan Pemerintah Daerah terhadap usaha keluarga berencana didaerahnya masing-masing.

Dalam pada itu, identifikasi berbagai ciri khas para akseptor pada semester pertama tahun 1972/73 menunjukkan beberapa hal yang cukup penting. Pertama-tama data-data tersebut me-nunjukkan bahwa prosentase penggunaan berbagai macam alat kontrasepsi antara berbagai daerah tidaklah sama. Dipro -pinsi Jawa Barat dan Jawa Timur misalnya, oral pil lebih di -sukai, sedangkan dipropinsi Bali dan Daerah Istimewa Yogya-karta IUD ternyata lebih tinggi prosentase pemakaiannya. Di

547

Page 29:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

GRAFIK XII – 5

JUMLAH AKSEPTOR BARU YANG DICAPAI DI JAWA DAN BALI1967-1972/73

548

Page 30:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya dan Jawa Tengah pema-kaian oral pill dan IUD hampir berada dalam prosentase yang seimbang. Untuk semua propinsi, prosentase pemakaian kon-dom dan obat-abat vagina, angkanya berkisar antara 3-8%. Kecuali pada Daerah Istimewa Yogyakarta, akseptor dengan menggunakan metode kondom mencatat jumlah 22,7% suatu angka prosentase yang cukup tinggi. Untuk seluruh Jawa dan Bali dalam tahun 1971/72 tercatat akseptor oral pill 54,48%, IUD 41,89% dan 3,62% metode kondom dan obat-obat vaginal.

Perbandingan prosentase penggunaan oral pill dan IUD da-lam tahun 1972/73 dapat dilihat pada Tabel XII - 6.

Sementara itu data-data tentang prosentase akseptor baru menurut kelompok umur menunjukkan bahwa bagian terbesar

TABEL XII - 6.PROSENTASE AKSEPTOR YANG MENGGUNAKAN

ORAL PILL DAN I.U.D. *)1972/78

Daerah Oral pill%

I.U.D.%

D.K.I. Jakarta Raya 48,92 42,34Jawa Barat 81,00 15,00Jawa Tengah 44,63 45,38D.I. Yogyakarta 23,12 50,5$Jawa Timur 60,92 35,49Bali 25,04 70,63

Jawa dan Bali 56,63 36,56Keterangan:*) Keadaan pada semester I tahun 1972//73.

549

Page 31:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

dari para akseptor baru adalah mereka dari kelompok umur 25 - 29 tahun. Hal ini adalah penting oleh karena ternyata bahwa para akseptar baru keluarga berencana di Indonesia berada pada golongan penduduk yang cukup muda. Dengan demikian maka golongan penduduk yang justru berada pada jangka usia ,,masih subur untuk melahirkan” telah terjangkau oleh pelaksanaan program keluarga berencana.

Prosentase akseptor baru menurut kelompok umur dalam tahun 1972/73 dapat diikuti pada Tabel XII-7.

TABEL XH - 7.

PROSENTASE AKSEPTOR BARU MENURUTKELOMPOK UMUR

1972/73 *)

Kelompok umur Prosentase(%)

15 - 19 5,13

20 - 24 21,05

25 - 29 28,57

30 - 34 25,21

35 - 39 16,09

40 - 44 3,53

Ke terangan : *) Keadaan pada semester I tahun 1972/73.

550

Page 32:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

Dilihat dari segi pendidikannya, maka 59% dari akseptor baru tahun 1972/73 adalah buta huruf dan golongan pendidikan tidak tamat Sekolah Dasar. Sedang akseptor yang berpendidik-an sampai tamat Sekolah Dasar sebanyak 27,43%. Data-data ini menunjukkan bahwasanya dugaan yang sering dikemuka- kan bahwa program keluarga berencana hanya dapat diterima oleh mereka yang berpendidikan lanjut dan tinggi, ternyata tidak terbukti. Perbandingan prosentase para akseptor baru menurut tingkat pendidikan dalgm tahun 1972/73 adalah se- perti terlukis pada Tabel XII-8.

TABEL XII - 8.

PROSENTASE AKSEPTOR BARU MENURUT TINGKATPENDIDIKANNYA

1972/73 *)

Pendidikanakseptor

Prosentase(70),

Buta huruf 38,07Sekedar dapat membaca (Latin) 21,45

Tamat S.D. 27,43

Tamat S.L.P. 8,48

Tamat S.L.A. 4,01

Tamat Perguruan Tinggi 0,53Keterangan :*) Keadaan pada semester I tahun 1972/73.

Dalam hubungannya dengan pekerjaan suami para akseptor baru tahun 1972/73 ternyata bahwa 56,79% daripadanya ter - diri dari para petani. Data ini juga menolak perkiraan yang

551

Page 33:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

sering dinyatakan bahwa program keluarga berencana akan sukar untuk dapat diperkenalkan kepada para petani dan ma -syarakat pedesaan. Data-data yang menyangkut prosentase para akseptor menurut pekerjaan suami dinyatakan pada sering dinyatakan, bahwa program keluarga berencana akanTabel XII-9.

TABEL XII - 9.

PROSENTASE JUMLAH AKSEPTOR MENURUT,,SALURAN PENGHUBUNG” KEARAH PELAKSANAAN

KELUARGA BERENCANA1971/72 dan 1972/73

Datang atas petunjukProsentase pada Prosentase pada

Teman/suamiffamili 8,38 6,54

Akseptor lain 4,23 2,92

Petugas kesehatan 51,91 38,48

P.L.K.B. 26,84 44,35

Dukun 3,67 1,97

Mass media 0,54 0,75

Lain-lain 4,44 4,96

Keterangan:

*) Keadaan pada semester I tahun 1972/73.

Identifikasi ciri-ciri khas akseptor baru tahun 1972/73 me-nunjukkan lebih lanjut, bahwa jumlah anak yang hidup yang dimiliki akseptor baru berada pada angka rata-rata.(median) sebesar 3,60. Petunjuk dalam jumlah anak hidup dari para ak-septor (paritas) adalah penting untuk menduga sampai sebe- rapa jauh dapat diharapkan pengaruh jumlah akseptor baru

552

Page 34:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

terhadap penurunan angka kelahiran dan perkembangan jumlah penduduk. Apabila jumlah anak hidup dari para aksep- tor baru cukup besar, sebagaimaha sering terjadi dalam pelak-sanaan keluarga berencana dibeberapa negara Asia lainnya, maka pengaruh jumlah akseptor terhadap turunnya angka ke-lahiran akan menjadi minimum.

Prosentase akseptor baru menurut jumlah anak yang hidup dalam tahun 1972/73 dapat dilihat pada Tabel XII-10.

TABEL XII - 10.

PROSENTASE AKSEPTOR BARU MENURUT JUMLAH ANAK YANG HIDUP

1972/73 *)

Jumlah anak hidup Prosentase(%)

0 1,461 12,552 17,993 18,184 16,605 13,936 8,927 5,098 2,809 keatas 2,45

Keterangan : *) Keadaan pada semester I tahun 1972/73

Identifikasi ciri-ciri khas akseptor baru lainnya yang pen - ting adalah mengenai ,,pola penghubung” (referral pattern) dari para akseptor. Dengan perkataan lain, identifikasi dila-

553

Page 35:  · Web viewProgram ini dimulai sejak tahun 1969 pada 6 buah klinik di Jakarta dan Bandung atas biaya dari Population Council. Sejaktahun 1971 program ini diperluas kedaerah-daerah

pangan ini berusaha untuk mengetahui dari siapakah si-aksep - tor mendapat petunjuk/bantuan untuk dapat mengikuti keluar- -ga berencana. Data-data dilapangan ini menunjukkan bahwa peranan para Petugas Lapangan Keluarga Berencana makin meningkat, terutama apabila keadaam, pada semester I tahun 1972/73 diperbandingkan dengan tahun 1971/72. Gambaran prosentase dari ber-macam-macam ,,salunan penghubung” para akseptor baru dalam tahun 1971/72 dan 1972/73 dapat dilihat pada Tabel XII-11.

TABEL XII - 11.

PROSENTASE AKSEPTOR BARU MENURUTPEKERJAAN SUAMI

1972/73 *)

Pekerjaan suamiakseptor

Prosentase(%)

Pegawai Negeri 14,29Pegawai Swasta 6,60A.B.R.I. 5,64Pedagang 5,56Petani 56,79Pekerja Sepas 8,92Tidak bekerja, dan lain-lain 2,07

Keterangan :

*) Keadaan pada semester I tahun 1972/73.

Data-data ini amat bermanfaat bagi penyusunan strategi dan penentuan prioritas, khususnya pendidikan/latihan mau - pun operasi penerangan pada tahun-tahun selanjutnya .

554