24
ANALISIS N-TOTAL DENGAN CARA DESTILASI KJELDAHL (Laporan Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik) Oleh DESTA SAPUTRI 1113023007

destakuchiki203.files.wordpress.com  · Web viewSusu harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dengan niali gizi yang tingi. Kandungan protein merupakan parameter kualitas susu. Jika

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS N-TOTAL DENGAN CARA DESTILASI KJELDAHL

(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik)

Oleh

DESTA SAPUTRI1113023007

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013

Judul: Analisi n-total dengan cara destilasi kjeldahl

Nama: Desta Saputri

NPM: 1113023007

Fakultas: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan: Pendidikan MIPA

Program Studi: Pendidikan Kimia

Kelompok: 4 (empat)

Bandar Lampung, 5 Desember 2013

Mengetahui

Asisten

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, kita membutuhkan asupan makanan untuk dapat menghasilkan energi agar dapat beraktivitas. Protein merupakan salah satu yang dibutuhkan oleh tubuh. Protein merupakan salah satu unsure makro yang terdapat pada bahan pangan selain lemak dan karbohidrat. Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak. Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak dapat terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga berperan dalam pengaturan proses dalam tubuh ( secara langsung maupun tidak langsung ).  Dengan cara mengatur zat-zat pengatur proses dalam tubuh, protein dapat mengatur keseimbangan cairan dalam jarngan dan pembuluh darah, yaitu dengan cara menimbulkan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotic tersebut dapat menarik cairan jaringan kedalam pembuluh darah. Selain itu, sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh. Protein dapat ditemukan dapam susu. Susu merupakan bahan makanan bernilai tinggi, kandungan gizinya lengkap dengan serat gizi yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Komponen-komponen penting dalam air susu adalah protein, lemak, vitamin, mineral, laktosa serta enzim dan bebearpa mikroba. Umumnya susu mengandung air 87,1%, emak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72%, dan beberapa vitamin larut dalam lemak susu yaitu vitamin A, D, E, dan vitamin K.

Susu harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dengan niali gizi yang tingi. Kandungan protein merupakan parameter kualitas susu. Jika protein dihidrolisis secara sempurna maka akan terbentuk asam-asam amina sebagai hasilnya. Protein tersusun atas kira-kira 20 macam asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida yang dibentuk antara gugus karboksil asam amino dengan gugus amino dari asam amino berikutnya. Untuk lebih memahami jumlah protein yang terkandung dalam susu maka dilakukanlah percobaan ini.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kandungan protein dalam susu dengan cara metode kjeldahl

II. TINJAUAN PUSTAKA

Protein merupakan salah satu unsure makro yang terdapat pada bahan pangan selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino yang mengandung unsure- unsure C, H, O dan N dalam ikatan kimianya. Molekul protein juga mengandung fosfor, belerang dan ada beberapa jenis protein yang mengandung tembaga. Protein sangat mudah mengalami perubahan fisis maupun aktivitas biologis yang disebabkan oleh kandungan protein berupa polipeptida dengan BM ( berat molekul ) yang beragam.

Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak. Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak dapat terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga berperan dalam pengaturan proses dalam tubuh ( secara langsung maupun tidak langsung ). Dengan cara mengatur zat-zat pengatur proses dalam tubuh, protein dapat mengatur keseimbangan cairan dalam jarngan dan pembuluh darah, yaitu dengan cara menimbulkan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotic tersebut dapat menarik cairan jaringan kedalam pembuluh darah. Selain itu, sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh.

Protein dapat mengalami perubahan- perubahan yang disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

1.      Dapat terdenaturasi yang disebabkan oleh perlakuan pemanasan. Pada umumnya protein akan terdenaturasi karena adanya kondisi ekstrim.

2.      Dapat terkoagulasi atau membentuk endapan yang disebabkan oleh adanya perlakuan pengasaman.

3.      Dapat mengalami dekomposisi atau pemecahan oleh enzim- enzim proteolitik.

4.      Dapat bereaksi dengan gula reduksi. Reaksi tersebut akan menimbulkan terbentuknya warna cokelat.

Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis protein secara kualitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya protein dalam suatu bahan pangan. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida dan reaksi Sakaguchi. Sedangkan analisis protein secara kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisi kuantitatif protein dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret) dan metode spektrofotometri UV.

Analisis protein ini dapat menentukan tingkat kualitas protein apabila dipandang dari sudut gizi serta menelaah protein yang merupakan salah satu bahan kimia secara biokimia, fisiologis, reologis dan enzimatis.

Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCl (Sudarmadji, 1996).

Susu sapi merupakan bahan pangan sehat karena kandungan nutrisinya yang hampir lengkap: air, lemak, protein, karbohidrat, asam amino, mineral dan vitamin. Ukuran kualitas susu secara kimiawi dapat ditunjukkan oleh komposisi yang dikandung didalamnya, yaitu protein, lemak, dan laktosa. Pengujian kualitas susu pada hasil dari peternak sapi sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut pada pabrik susu perlu dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi untuk pengujian tersebut. Sementara ini untuk menentukan kandungan-kandungan susu tersebut pada kebanyakan koperasi susu di seluruh Indonesia masih dilakukan dengan cara konvensional, contohnya seperti metode Kjeldahl untuk pengujian kadar protein susu secara kimiawi, yaitu dengan 4 tahap perlakuan yaitu tahap destruksi, destilasi, titrasi, serta konversi. Hal ini akan membutuhkan banyak waktu, biaya dan energi yang tidak sedikit. Dengan suatu peralatan spektroskopi inframerah kesulitan-kesulitan tersebut dapat ditanggulangi. Hanya dengan menyediakan sedikit sampel susu (sekitar 5 cc) yang diletakkan pada tempat kaca, kemudian ditunggu proses beberapa saat (sekitar 2 menit) pada peralatan spektroskopi tersebut maka besarnya komposisi susu tersebut dapat diketahui. Keunggulan peralatan yang akan peneliti rencanakan tersebut, yaitu dapat dipergunakan dengan sangat praktis, akurat, cepat, dan murah (Winarno, 1992).

Kandungan protein ditentukan dengan menggunakan metoda Kjeldahl dan kandungan lemak ditentukan dengan menggunakan metode ekstraksi. Penilaian organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tingkat kesukaan) dari soygurt dilakukan oleh 15 orang panelis yang tidak terlatih. Sampel diletakkan dalam wadah bersih dan diberi tanda huruf sesuai dengan banyaknya perlakuan. Protein susu terbagi menjadi dua, yaitu Casein yang dapat diendapkan oleh asam dan Rennin, serta protein whey yang dapat mengalami denaturasi oleh panas pada suhu 65oC. Casein dalam susu mencapai 80 % dari total protein. Pengasaman susu oleh aktivitas bakteri menyebabkan mengendapnya casein. Whey adalah cairan susu tanpa lemak dan casein. Pasteurisasi susu dilakukan untuk mencegah kerusakan karena mikroorganisme dan enzim. Ada 2 macam metode pasteurisasi susu yaitu Holding methode dan HTST (High Temperature Short Time ). Protein merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi tubuh, mempunyai fungsi sebagai pertumbuhan sel, pengganti sel yang rusak dan sebagai bahan bakar dalam tubuh manusia. Oleh sebab itu kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada manusia (Hadiwiyoto, 1994).

Banyak anak autis memiliki ketidakmampuan dalam mencerna gluten atau casein. Gluten adalah campuran protein yang terkandung dalam gandum dan produknya. Casein adalah protein susu.'Hal ini terjadi karena enzim utama (DPP-1V) untuk mencerna subtansi tersebut tidak ada (karena genetik) atau tidak aktif (mekanisme autoimun) yang menyebabkan terjadinya akumulasi opioid. Penumpukan dan akumulasi dari substansi-substansi ini menyebabkan anak seperti tidak sadar (spaced out) atau kecendemngan tidak peduli dengan orang lain dan kelihatan seperti hidup di dunianya sendiri. Kebanyakan dari anak autis sering memiliki sistem saluran cema yang meradang dan memiliki sensitivitas terhadap makanan tertentu seperti gluten dan casein.

Gluten mengandung glutamin dan asparagin lebm dari 35 % dati komposisi asam aminonya. Dalam keadaan tidak terdenaturasi gugus-gugus amida pada rantai sampingnya membentuk ikatan bidrogen dengan gugus bidroksil serin dan tbreonin. Kelarutan gluten yang tinggi diduga sebagai akibat telah terjadinya denaturasi pada gluten sehingga ikatan bidrogen rusak. Sedangkan kasein (acid casein) yang kelarutannya sangat rendah diperoleb dati pengendapan protein susu bebas lemak pada kisaran pH 4.5 sampai 5.0. Protein ini mengandung ikatan bidrofobik antar molekul dalam jumlah besar. Susu skim mengandung kasein yang disertakan ke dalam medium pertumbuhan bakteri berfungsi sebagai substrat enzim. Hidrolisis kasein digunakan untuk memperlihatkan aktivitas hidrolitik protease. Protease mengkatalisis degradasi kasein yaitu dengan memutuskan ikatan peptida CO-NH dengan masuknya air ke dalam molekul. Reaksi tersebut melepaskan asam amino (Anna, 1994).

III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pemanas Kjeldahl yang dihubungkan dengan pengisap uap aspirator, labu Kjeldahl, alat distilasi, Erlenmeyer, buret 50ml, neraca analitik, kertas timbang, gelas kimia, dan labu ukur. Sedangkan bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah sampel yang berupa susu bubuk, Kalium Sulfat (K2SO4), Raksa Oksida (HgO), NaOH 60 %, asam borat, kertas lakmus, larutan HCl 0,1N, HCl 0,2N dan indikator metil blue.

3.2 Prosedur

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

0. Menimbang sample sebanyak 0,05 gram lalu memindahkannya kedalam labu kjeldahl.

0. Menambahkan 0,04 gram HgO dan 0,9 gram K2SO4

0. Menambahkan 4ml H2SO4

0. Menambahkan beberapa butir batu didih, lalu memanaskannya sampai mendidih selama 15 menit dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan.

Melakukan percobaan dilemari asam menggunakan alat destruksi dengan unit penghisapan uap.

0. Mendinginkan campuran, lalu menambahkan 10 ml NaOH 60%

0. Memindahkan isi tabung kedalam alat distilasi. Mencuci dan membilas labu 5-6 kali dengan 1-2ml air lalu dipindahkan dalam labu distilasi

0. Menambahkan 15 ml asam borat kemudian menambahkan 2 tetes indikator metal merah biru

0. Meguji sampel dengan lakmus

0. Menitrasi sampel dengan larutan HCl 0,1 N dan ),2 N

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh yaitu sebagai berikut:

Sampel

Wsampel

Konsentrasi HCl

Volume HCl

Volume blanko

Kadar N (%)

Kadar Protein (%)

Susu Bubuk

50,2 mg

0,1 N

4,5 ml

0,2

11,99

76,54

52,4 mg

0,2 N

6,8 ml

0,1

3,582

22,85

4.2 Perhitungan

a. HCl 0,1N

Volume titran pada sample= 4,5 ml

Volume titran pada blanko= 0,2 ml

Berat sample= 50,2 mg

% N

= 11,99 %

% protein = % N x factor konversi

= 11,99 % x 6,38

= 76,54%

b. HCl 0,2N

Volume titran pada sample= 6,8 ml

Volume titran pada blanko= 0,1 ml

Berat sample= 52,4 mg

% N

= 3,582 %

% protein = % N x factor konversi

= 3,582 % x 6,38

= 22,85%

4.3 Pembahasan

Pada praktikum ini, sampel yang digunakan yaitu susu bubuk. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh praktikan adalah memasukkan sampel sebanyak 50,2 mg kedalam labu kjeldahl. Kemudian kedalam labu, ditambahkan 0,04 gram HgO, 0,9 gram K2SO4. Setelah itu, ditambahkan lagi H2SO4 sebanyak 4 ml dalam ruang asam yang kemudian dilanjutkan dengan mendestruksi sampel hingga warnanya berubah menjadi hijau bening. Sampel yang sudah didestruksi, akan didinginkan yang kemudian akan dilanjutkan dengan proses destilasi. Sebelumnya, sampel ditambahkan dengan akuades agar endapan dapat larut. Kemudian ditambahkan asam borat kedalam destilat sebanyak 15 ml yang dilanjutkan dengan penambahan 2 tetes indicator metal merah biru. Setelah penambahan indicator, dilakukan uji lakmus terhadap sampel yang kemudian dilajutkan dengan titrasi HCl hingga warnanya berubah menjadi biru. praktikum kali ini, normalitas HCl yang digunakan adalah 0,1 N dan 0,2 N.

Penambahan K2SO4 berfungsi sebagai katalisator yang dapat meningkatkan titik didih. 1 gram K2SO4 dapat meningkatkan titik didih hingga 30 C. Peningkatan titik didih akan mengefektifkan reaksi antara asam sulfat dengan sampel ( destruksi berjalan efektif ). Hal tersebut disebabkan oleh lamanya waktu yang dibutuhkan oleh asam sulfat untuk menguap ( semakin tinggi titik didih, maka waktu yang dibutuhkan asam sulfat untuk menguap akan semakin lama ). Destruksi sampel bertujuan untuk mempercepat reaksi dan hidrolisis protein menjadi unsur C, H, O, N, S dan P. Proses destruksi akan menghasilkan karbondioksida ( CO2 ), air ( H2O ) dan ammonium sulfat (( NH4)2SO4).

Destilasi merupakan suatu proses memisahkan cairan maupun larutan yang berdasarkan pada perbedaan titik didih. Tujuan dari proses destilasi adalah memisahkan zat yang akan dianalisa dengan cara memecah ammonium sulfat menjadi ammonia ( NH3 ). Pemecahan tersebut melibatkan peran NaOH 60% yang ditambahkan kedalam sampel sebanyak 10 ml. Penambahan NaOH bertujuan untuk mempercepat pelepasan ammonia dengan cara menciptakan suasana basa ( reaksi tidak dapat berlangsung dalam kondisi asam ). NH3 dihasilkan dalam destilat berupa gas. Gas NH3 tersebut ditangkap oleh asam borat.

Penggunaan normalitas asam klorida yang berbeda bertujuan untuk membandingkan normalitas mana yang menghasilkan kadar protein yang sesuai dengan literature. Apabila membandingkan antara kedua kadar protein tersebut, didapatkan hasil yang rentang perbedaannya sangat jauh. Menurut literature, kadar protein dalam susu bubuk adalah 25,9 % sedangkan menurut hasil praktikum adalah 76,54 % dan 22,85 %. Hasil analisa kadar protein menggunakan asam klorida 0,2 N memberikan hasil yang sedikit mendekati kadar literature. Besarnya kadar protein pada susu bubuk ( HCl 0,1 N ) kemungkinan disebabkan oleh ikut teranalisisnya komponen- komponen lain seperti purina, pirimidina, asam amino besar, kreatina dan vitamin- vitamin sebagai nitrogen protein.

Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu:

4NH3 + 2H3BO3                       2(NH4)2BO3 +H2

HgO + H2SO4             HgSO4 + H2

Hg2SO4 + 2 H2SO4                  2 HgSO4 + 2 H2O + SO2

( NH4)2SO4 + 2NaOH              2NH3 + Na2SO4 + 2H2O

(CHON) + On + H2SO4           CO2 + H2O + (NH4)2SO4

Protein merupakan salah satu unsure makro yang terdapat pada bahan pangan selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino yang mengandung unsure- unsure C, H, O dan N dalam ikatan kimianya. Molekul protein juga mengandung fosfor, belerang dan ada beberapa jenis protein yang mengandung tembaga. Protein sangat mudah mengalami perubahan fisis maupun aktivitas biologis yang disebabkan oleh kandungan protein berupa polipeptida dengan BM ( berat molekul ) yang beragam. Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak. Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak dapat terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga berperan dalam pengaturan proses dalam tubuh ( secara langsung maupun tidak langsung ).  Dengan cara mengatur zat-zat pengatur proses dalam tubuh, protein dapat mengatur keseimbangan cairan dalam jarngan dan pembuluh darah, yaitu dengan cara menimbulkan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotic tersebut dapat menarik cairan jaringan kedalam pembuluh darah. Selain itu, sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh.

Protein dapat mengalami perubahan- perubahan yang disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

1.      Dapat terdenaturasi yang disebabkan oleh perlakuan pemanasan. Pada umumnya protein akan terdenaturasi karena adanya kondisi ekstrim.

2.      Dapat terkoagulasi atau membentuk endapan yang disebabkan oleh adanya perlakuan pengasaman.

3.      Dapat mengalami dekomposisi atau pemecahan oleh enzim- enzim proteolitik.

4.      Dapat bereaksi dengan gula reduksi. Reaksi tersebut akan menimbulkan terbentuknya warna cokelat.

Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis protein secara kualitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya protein dalam suatu bahan pangan. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida dan reaksi Sakaguchi. Sedangkan analisis protein secara kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisi kuantitatif protein dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret) dan metode spektrofotometri UV.

Pada praktikum kali ini akan dilakukan penentuan kadar protein dalam susu dengan menggunakan metode Kjeldahl. Analisis protein ini dapat menentukan tingkat kualitas protein apabila dipandang dari sudut gizi serta menelaah protein yang merupakan salah satu bahan kimia secara biokimia, fisiologis, reologis dan enzimatis. Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCl.

V. KESIMPULAN

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu sebagai berikut:

8. Kadar protein pada susu bubuk yang dititrasi menggunakan HCl 0,1N yaitu sebesar 76,54%

8. Kadar protein pada susu bubuk yang dititrasi menggunakan HCl 0,1N yaitu sebesar 22,85 %

8. Penggunaan normalitas asam klorida yang berbeda bertujuan untuk membandingkan normalitas mana yang menghasilkan kadar protein yang sesuai dengan literature

8. Hasil analisa kadar protein menggunakan asam klorida 0,2 N memberikan hasil yang sedikit mendekati kadar literature yaitu 25,9%

8. Besarnya kadar protein pada susu bubuk ( HCl 0,1 N ) kemungkinan disebabkan oleh ikut teranalisisnya komponen- komponen lain seperti purina, pirimidina, asam amino besar, kreatina dan vitamin- vitamin sebagai nitrogen protein

DAFTAR PUSTAKA

Anna,Poedjiadi.1994. Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta: UI-Press

Hadiwiyoto,S.1994.Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya.Yogyakarta: Liberty

Sudarmadji,dkk.1984.Analisa Bahan Makanan dan Hasil Pertanian.Yogyakarta: Liberty

Winarno, FG.1992. Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta: Gramedia