Upload
hoanghanh
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI KONSELING
KONSELING EKSISTENSIAL HUMANISTIK
OLEH :
KETUA : ASIS (11301001)PEMATERI : WA ODE NURWIDA (113010082)ANGGOTA : LA JUNA HARA (113010059)
NASRI (113010060)LA HAEMI (1130100 )MAIL (113010021)MUHAMMAD NAIM (1130100 )ANI LA IBU (1130100 )
SEMESTER : IVKELAS : A
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU2015
KATA PENGANTAR
Puli syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas mata kuliah Teori-Teori
Konseling, selama penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang kami hadapi
akan tetapi berkat bimbingan, petunjuk, serta bantuannya kami dapat mengatasi.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dan
pihak terkait yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalh ini
bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca khususnyapenyusun.
Baubau, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................
B. Tujuan Penulisan..................................................................................
C. Manfaat Penulisan................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A. Konsep-konsep utama..........................................................................
B. Tujuan-tujuan terapuitik.......................................................................
C. Fungsi dan peran terapis......................................................................
D. Penerapan teknik dan proses terapuitik................................................
E. Dalil utama eksistensial.......................................................................
F. Pandangan islam tentang eksistensi manusia.......................................
G. Kelemahan dari eksistensi humanistic..................................................
BAB III. PENUTUP............................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan dasar banyak pendekatan psikoterapi adalah membantu individu agar mampu
bertindak, menerima kebebasan dan tanggung jawab untuk tindakan – tindakannya.
Terapi eksistensial, berpijak pada premis bahwa manusia itu tidak bisa melarikan diri
dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam
penerapan – penerapan terapeutiknya, pendekatan eksistensial-humanistik
memusatkan perhatian pada asumsi – asumsi filosofis yang melandasi terapi.
Pendekatan eksistensial humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang –
orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang
unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi - implikasi bagi
usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan – pertanyaan dasar yang
menyangkut keberadaan manusia.
Pendekatan humanistik – eksistensial merupakan suatau pendekatan yang berusaha
mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang
manusia pada tarafnya yang tertinggi. Selain itu, pendekatan ini memberikan
kontribusi yang besar dalam bidang psikologi. Yakni tentang penekanannya terhadap
kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses teurapeutik. Maka dari itu,
akan lebih meningkatkan kebebasan konseli dalam mengambil keputusan serta
bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya. Ini merupakan terobosan
yang cukup bagus dalam menunjukkan diri pada inti perjuangan manusia
kontemporer.
B. Tujuan Penulisan
Sebagai salah satu syarat mengikuti mata kuliah teori – teori konseling
C. Manfaat Penulisan
Sebagai salah satu referensi dalam mata kuliah teori – teori konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep-konsep utama
Konsep utama Eksistensial humanistic adalah freedom (kebebasan) dan responsibility
(tanggung jawab). Manusia disamping ada keunikan diri sendiri, ia “manusia” tidak
lepas dari keberadaan orang lain. Gejala alienasi (penyimpangan) merupakan gejala
keterasingan dengan diri sendiri, dengan lingkungannya, atau dengan Tuhannya,
sehingga individu yang bersangkutan kehilangan eksistensi diri.Eksistensial
Humanistik diperlukan bagi individu yang mengalami kekosongan batin; tingkah
lakunya merupakan refleksi dari apa yang diharapkan orang lain pada dirinya;
misalnya, dengan terpaksa, terlanjur, dsb.
Dosa eksistensial dalam bentuk memilih tidak memililh dalam situasi memilih
dengan pilihan semakin banyak/kesadaran makin luas; tidak pernah
memilih/kesadaran sempit.
Ada persamaan dan perbedaan antara Eksistensial dan Humanistik.
Persamaan dan perbedaan itu adalah sebagai berikut:
v Persamaan: Eksistensial Therapy (Subjective reality, Kepercayaan pada Klien)
sama dengan Humanistic Therapy (Freedom, Choice, Meaning, Otonomy, Value,
Tujuan & Personal responsibility).
v Perbedaan: Existensial Therapy (menekankan pada kecemasan, dan pada manusia
tidak ada internal nature) VS Humanistic Therapy (Tidak terlalu menekankan
kecemasan, tiap manusia mempunyai potensi untuk membuktikan mendapat kondisi
natural yang tumbuh secara otomatik).
Pandangan tentang Sifat Manusia
1. Kesadaran diri
· Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu
kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir
dan memutuskan.
· Semakin besar kesadaran dirinya, maka semakin besar pula kebebasannya untuk
memilih altrnatif-alternatif.
· Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai dengan tanggung jawab.
· Manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
2. Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
· Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan
yang menjadi atribut dasar pada manusia.
· Kecemasan juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas
kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (Nonbeing)
3. Penciptaan Makna
· Manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai
yang akan memberikan makna bagi kehidupan.
· Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian.
· Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu
cara yang bermakna.
· Manusia juga berusaha untuk mengaktualisasikan diri, yakni mengungkapkan
potensi-potensi manusiawinya. Apabila gagal mengaktualisasikan dirinya, maka
ia bisa menjadi “sakit”.
B. Tujuan – Tujuan Terapeutik
Bugental (1965) menyebutkan bahwa keotentikan sebagai “urusan utama
psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”
v Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
— Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
— Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang
— Memikul tanggung jawab untuk memilih.
v Klien yang neurotic adalah orang yang kehilangan rasa ada, dan tujuan terapi
adalah membantunya agar ia memperoleh atau menemukan kembali kemanusiaannya
yang hilang.
v Pada dasarnya, tujuan terapi eksistensial adalah :
— meluaskan kesadaran diri klien
— meningkatkan kesanggupan pilihannya
— menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
C. Fungsi Dan Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki
orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
a) Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b) Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
c) Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
d) Berorientasi pada pertumbuhan
e) Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang
menyeluruh.
f) Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan
klien.
g) Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada
klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
h) Kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
i) Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan
klien.
D. Penerapan : Teknik-Teknik Dan Prosedur-Prosedur Terapeutik
Teknik – teknik serta prosedur terapeutik dalam teori eksistensi humanistik dapat
dijelaskan sebagai berikut :
§ Tidak ada teknik tertentu yang ditentukan secara ketat
§ Metode-metode yang berasal dari Gestalt dan analisis transaksional sering
digunakan.
§ Mengintegrasikan metodologi dan konsep-konsep psikoanalisis.
Menurut Bugental konsep inti psikoanalisis tentang resistensi dan trasferesi dan
praktek terapi bisa diterapkan pada filsafat eksistensial.
E. Tema-Tema Dan Dalil-Dalil Utama Eksistensial
1. Dalil 1 : Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikannya mampu
melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berpikir
dan memilih yang khas manusia.
“ semakin tinggi kesadaran, maka semakin utuh diri sesorang”
Berikut ini adalah daftar dari beberapa pemunculan kesadaran yang dialami orang,
baik konseling individual maupun dalam konseling kelompok :
a) Mereka menjadi dasar bahwa dalam usaha yang nekat untukdicintai, mereka
sebenarnya kehilangan pengalaman dicintai.
b) Mereka melihat, bagaimana mereka menukarkan keamanan yang diperolehdari
keberuntungan dengan kecemasan – kecemasan yang menyertai pengambilan
putusan untuk diri sendiri.
c) Mereka mengakui, bagaimana mereka berusaha mengingkari berbagai
ketidakkonsistenan diri mereka sendiri, dan bagaimana mereka menolak apa –
apa yang ada di dalam diri sendiri, yang mereka anggap tidak bisa diterima.
d) Mereka bisa mengakui bahwa mereka gagal untuk hidup pada saat sekarang
karena dikuaisai oleh masa lampau maupun oleh rencana masa depan, atau
karena mencoba mengerjakan terlalu banyak hal sekaligus.
2. Dalil 2 : Kebebasan dan tanggung jawab
Manusia pada dasarnya adalah bebas, oleh karenanya harus bertanggung jawab atas
pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri.
3. Dalil 3 : Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain.
Individu memiliki kebutuhan untuk memelihara keunikan dan keterpusatannya, tetapi
sekaligus memiliki kebutuhan untuk keluar dari diri sendiri, berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan.
a. Keberanian untuk ada
Usaha menemukan inti dan belajar bagaimana hidup dari dalam memerlukan
keberanian. Manusia berjuang untuk menemukan, untuk menciptakan dan untuk
memelihara inti dari ada kita.
b. Pengalaman kesendirian
Manusia bisa memperoleh kekuatan dari pengalaman melihat kepada diri sendiri dan
dari merasakan kesendirian dan terpisahkan.
c. Pengalaman keberhubungan
Manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan untuk menjadi orang yang berarti dalam
dunia orang lain, dan butuh ajan perasaan bahwa kehadiran orang lain penting dalam
dunia kita.
Manusia berhubungan dengan dunia luar dalam 2 bentuk :
i. Alam kekurangan (deficiency)
ii. Alam menjadi (being)
4. Dalil 4 : Pencarian Makna
Salah satu kharakteristik yang khas pada manusia adalah perjuangannya untuk
merasakan arti dan maksud hidup.
Para terapis eksistensial memandang neurosis sebagai kehilangan rasa ada, yang
membawa serta pembatasan kesadaran dan penutupan kemungkinan – kemungkinan
yang merupakan manisfestasi dari ada.
5. Dalil 5 : Kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasana bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan
Kesadaran adalah akibat dari kesadaran atas tanggung jawab untuk memilih.
6. Dalil 6 : Kesadaran atas kematian dan Non-ada
Karakteristik yang khas pada manusia adalah kemampuan untuk memahami konep
masa depan dan tak bisa dihindarkannya kematian.
Hidup menjadi bermakna karena memiliki pembatasan waktu.
7. Dalil 7 : perjuangan untuk aktualisasi diri
Manusia berjuang untuk aktualisasi diri, yakni kecenderungan untuk menjadi apa saja
yang mereka mampu.
a. Kompleks Junus :
perasaan takut, gamang, perasaan tidak berharga dan meragukan kemampuan diri
untuk memperoleh kemasyuran dan aktualisasi diri
b. Dalil Maslow tentang aktualisasi diri
Manusia dalam tendensi ke arah pertumbuhan dan aktualisasi merangkum kekuatan
utama yang menggerakkan proses terapeutik. Pada kodratnya, manusia memiliki
dorongan yang kuat ke arah aktualisasi diri dan ingin mencapai lebih dari sekedar
keberadaan yang aman tetepi ststis.
c. Dalil dari Carl Rogers tentang “ pribadi yang berfungsi penuh”
Menurut Rogers, sifat manusia dapat dipercaya dan memandang gerak ke arah
berfungsi penuh sebagai suatu kebutuhan dasar. Jika fungsi manusia berfungsi secara
bebas, maka ia akan bersifat konstruktif dan dapat dipercaya.
F. Pandangan Islam tentang Eksistensi Manusia
Berbicara mengenai eksistensi manusia yang dalam hal ini psikologi eksistensial
terdapat beberapa hal yang memiliki kesamaan dengan yang diajarkan dalam Islam.
“Sungguh kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur
yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu kami
jadikan dia mendengar dan melihat. Sungguh kami telah menunjukkan kepadanya
jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.” (Q.S. Al-Insan : 2-3)
Seperti yang terdapat pada ayat diatas, dapat kita ambil makna bahwa sesungguhnya
manusia diberikan kebebasan untuk memilih kebaikan ataupun keburukkan untuk
hidup yang jelas Allah SWT telah memberikan petunjuk yang benar dan lurus,
apabila kemudian mereka (manusia) mau bersyukur ataupun kufur tergantung kepada
manusia itu sendiri. Karena Allah SWT telah memberikan potensi-potensi kepada
manusia untuk dikembangkan dan digunakan sebaik-baiknya. Dalam memandang
kebebasan menusia untuk berbuat sesuatu untuk hidupnya psikologi eksistensi juga
mengungkapkan hal tersebut, manusia akan hidup dalam eksistensinya walaupun
dengan pilihan hidup yang otentik dan tidak otentik manusia itu sendiri juga yang
memilihnya. Namun ada hal yang tidak dapat ditemukan oleh pemakalah dalam
eksistensi manusia itu sendiri. Yaitu dari mana manusia itu berasal sehingga bisa
menjadi ada-di-dunia atau disebut Dasein. Manusia tidak memiliki eksistensi terlepas
dari dunia dan dunia tidak memiliki eksistensi terlepas dari manusia. Tidak ada
penjelasan bagaimana manusia dan dunia bisa ada. Kami memang menemukan aspek
“tuhan” serta ‘spiritual’ pada analisa mimpi yang dilakukan oleh Boss akan tetapi
penjelasan aspek tersebut tidak ditemukan. Seolah-olah manusia dan dunia muncul
dengan begitu saja kemudian manusia itu menyadari keberadaannya maka dia ‘ada’.
Sedangkan dalam ayat diatas jelas manusia diciptakan dari setetes mani yang
bercampur oleh Allah SWT.
Begitu pula dalam surat Ar-Rahman ayat 4, “ Dia menciptakan manusia” serta pada
ayat 7&10, “Dan langit telah ditingggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan.(7)
Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk-Nya.(10)”. Bahwa manusia dan
dunia adalah hasil ciptaan Allah SWT. dan tidak begitu saja ada. Memang dalam teori
ini terdapat konsep transendensi, akan tetapi pengertian transendensi disini
menekankan pada cara manusia untuk melampaui/mengatasi permasalahan dunianya.
G. Kelemahan Dari Teori Eksistensi Humanistik
Bebarapa kelemahan dari teori Eksistensi Humanistik antara lain :
1. Eksistensialisme mengingkari fakta bahwa manusia harus hidup bersosialisasi
dengan manusia lainnya dalam hubungan bermasyarakat;
2. Standar moralitas (benar atau salahnya) perilaku seseorang dalam masyarakat,
bukan ditentukan oleh pribadi seseorang, melainkan norma, aturan atau hukum
yang menjadi kesepakatan di dalam masyarakat itu;
3. Eksistensialist mengabaikan nilai-nilai moralitas secara objektif.
4. Paham eksisteisme sama halnya dengan faham atiesma sehingga : manusia
sebagai individu rasional yang paling tinggi keberadaannya, manusia sebagai
sumber nilai terakhir serta mengutamakan perkembangan kreatifitas dan
moralitas individu secara rasional dan menolak dihubungkan dengan sesuatu
yang adikodrati. Humanisme memandang bahwa manusia sebagai ukuran atau
kaidah dari segala sesuatu. Ini berarti menarik diri mundur dari Allah dan secara
langsung dapat dikatakan, paham ini menolak Allah yang maha kuasa.
Meskipun pada permulaannya, penganut paham ini adalah orang-orang yang
beribadah kepada Allah, namun mereka tidak sungguh-sungguh percaya
kepada-Nya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendekatan humanistik – eksistensial merupakan suatau pendekatan yang berusaha
mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang
manusia pada tarafnya yang tertinggi. Selain itu, pendekatan ini memberikan
kontribusi yang besar dalam bidang psikologi. Yakni tentang penekanannya terhadap
kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses teurapeutik. Maka dari itu,
akan lebih meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil keputusan serta
bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya. Persamaan dan
perbedaan eksistensi dan humanistik yaitu Persamaan: Eksistensial Therapy
(Subjective reality, Kepercayaan pada Klien) sama dengan Humanistic Therapy
(Freedom, Choice, Meaning, Otonomy, Value, Tujuan & Personal
responsibility).Perbedaan: Existensial Therapy (menekankan pada kecemasan, dan
pada manusia tidak ada internal nature) VS Humanistic Therapy (Tidak terlalu
menekankan kecemasan, tiap manusia mempunyai potensi untuk membuktikan
mendapat kondisi natural yang tumbuh secara otomatik).
Tujuan konseling Eksistensial Humanistik adalah membantu klien menemukan dan
menggunakan kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri sehingga klien
bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri. Namun Untuk
mencapai tujuan tersebut konseling Eksistensial Humanistik menyajikan kondisi
untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan dengan menghapus
penghambat-penghambat aktualisasi potensi diri.
B. SARAN
Memiliki kemampuan dalam konseling humanistik merupakan hal yang penting,dapat
mengarahkan hidup kita ke masa depan yang lebih baik. Untuk itu kita harus
mengasah kemampuan (kreatifitas) kita secara baik berdasarkan pengalaman –
pengalaman pribadi kita di lingkungan.Kita dapat memahami dan mengetahui hal-hal
atau masalah klien kita nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Corey,G,. Teori dan Praktek Konseling dan Spikoterapi, Refika Aditama, Bandung
2010.
http://konselingindonesiabaru.blogspot.com/2013/05/eksistensial-humanistik.html
http://yanisusanti14.blogspot.com/2013/12/makalah-pendekatan-eksistensial.html