Upload
bunga-nur-annisa
View
10
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jccbjc
Citation preview
BAB I
PRESENTASI KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. ZA
Usia : 39 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp. Kebon Pala, Sukabumi
Agama : Islam
Suku : Sunda
Tanggal masuk : 8 April 2014
B. Anamnesa
Keluhan utama :
nyeri pada bahu sebelah kiri yang menjalar ke tangan sebelah kiri sejak ±2 bulan
yang lalu.
Keluhan tambahan :
Hidung tersumbat sebelah kiri, benjolan pada leher sebelah kiri, penurunan berat
badan.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri pada tangan sebelah kiri. Nyeri
dirasakan terus menerus, dan seperti ditusuk-tusuk pada telapak tangan. Nyeri
dirasakan sudah ±2 bulan yang lalu dan sangat mengganggu tidur pasien.
Pasien mengaku tidak ada gangguan nyeri menelan dan tidak ada
gangguan pada telinga. Pada pernapasan pasien merasakan hidung tersumbat di
sebelah kiri terutama saat pasien rebahan.
Pasien mengeluh ada benjolan pada leher sebelah kiri sejak ± 2 bulan yang
lalu, setelah dilakukan biopsi di RS. S dengan hasilnya menunjukkan adanya sel
ganas. Benjolan dirasakan semakin membesar namun tidak nyeri.
Pasien mengaku kehilangan berat badan ± 5kg dalam 2 bulan terakhir.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi disangkal
Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat batuk pilek yang berulang disangkal
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok disangkal
Riwayat minum alkohol disangkal
Riwayat makan makanan yang diasinkan terutama ikan asin ada
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Kepala : deformitas (-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), ptosis (-/+)
Mulut : mukosa mulut basah
Thorax paru
Inspeksi : gerakan pernapasan simetris
Palpasi : pengembangan paru simetris
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikular
Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak terlihat ada kelainan
Palpasi : nyeri tekan (-), undulasi (-), hepar dan lien tidak teraba,
ballottement (-/-).
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : bising usus normal (+)
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik
Pemeriksaan Fisik THT
ADS
Aurikula : dbn/dbn
CAE : hiperemis (-/-), edema (-/-), sekret (-/-), serumen (+/+)
MT : intak/intak, refleks cahaya (+/+)
Retroauricular : dbn
CN
Mukosa : hiperemis (-/-)
Konka inferior : eutrofi / eutrofi
Septum deviasi : (-)
Massa : (-/-)
Pasase udara : (-/menurun)
NPOP
Uvula : di tengah
Arcus faring : Hiperemis (- /-) , edema (- / -) simetris, tidak tampak massa
Tonsil : T2/T2, hiperemis (-/- ), kripta (tidak melebar / tidak melebar),
detritus (- / -)
Maxillofacial : asimetris, terdapat ptosis pada mata sbelah kiri, parese (-)
Leher : Benjolan pada colli sinistra, sebesar 10x3 cm, konsistensi keras,
batas tegas, terfiksir, permukaan rata, nyeri tekan (-).
KGB : di region tubuh lain tidak teraba.
D. Pemeriksaan Penunjang
Biopsi 20 Februari 2014
Makroskopis :
Tiga buah jaringan terbesar ukuran 4cmx3cmx2cm, terkecil ukuran
2,5cmx2cmx1cm, warna putih kecoklatan kenyal. Pada lamelasi tampak massa
padat putih kecoklatan.
Mikroskopis :
Sediaan berupa massa tumor terdiri dari sel-sel bentuk torak yang tumbuh
hiperplastis memadat. Sebagian membebtyk struktur kelenjar. Inti pleomorfi,
chromatin kasar, mitosis ditemukan. Stroma terdiri dari jaringan fibrotic serta
ditemukan sedikit jaringan limfoid diantaranya tampak pelebaran pembuluh darah
dan limf.
Kesimpulan :
Metastase adenocarcinoma pada kelenjar getah bening a/r colli
Catatan : bagaimana respiratory tract atau kelenjar liur?
Pemeriksaan laboratorium 08 April 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Waktu perdarahan 1’ 30” 1-3 menit
Waktu pembekuan 8’ 1-11 menit
E. Resume
Pasien mengeluh nyeri tangan sebelah kiri sejak 2 bulan yang lalu SMRS. Nyeri
dirasakan semakin bertambah dan menetap, nyeri disertai rasa seperti ditusuk-tusuk
pada telapak tangan sebelah kiri dan sangat mengganggu tidur. Pasien mengeluhkan
hidung tersumbat pada sebelah kiri, terutama dirasakan saat pasien rebahan. Pasien
mengeluhkan ada benjolan di leher sebelah kiri sejak 2 bulan yang lalu, dan sudah
dilakukan biopsi 2 bulan yang lalu, benjolan dirasakan semakin membesar setelah
dilakukan biopsi, namun tidak nyeri. Riwayat sesak napas, perubahan suara, nyeri
menelan, telinga penuh dan pilek yang berkepanjangan disangkal.
Dari pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, tekanan darah 120/100 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,6’C, RR
20x/menit, pada pemeriksaan THT-KL didapatkan CAE dextra dan sinistra terdapat
serumen. Pada daerah colli sinistra terlihat adanya massa sebesar 10x3 cm,
konsistensi keras, batas tegas, terfiksir, permukaan rata, nyeri tekan (-).
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan waktu perdarahan 1’ 30” , waktu
pembekuan 8’.
F. Diagnosis Kerja
Suspek Carcinoma Nasopharynx dengan metastasis ke colli sinistra.
G. Diagnosis Banding
Suspek tumor colli sinistra
H. Saran Pemeriksaan
- CT Scan setinggi nasopharynx
- Nasopharyngoscopy
- Biopsy nasopharynx
- Fine Needle Aspiration Biopsy massa colli
I. Tatalaksana
- IVFD RL 20 tpm
- Ketorolac 3x30 mg IV
- Ranitidine 3x25 mg IV
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KARSINOMA NASOFARING
Epidemiologi dan Etiologi
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang
terbanyak ditemukan di Indoneis. Hampir 60 % tumor ganas kepala dan leher merupakan
karsinoma nasofaring, kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan sinus paranasal ( 18
%), laring (16%), dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam prosentase
rendah. Berdasarkan data Laboratorium Patologi Anatomi tumor ganas nasofaring sendiri
selalu berada dalam kedudukan lima besar dari tumor ganas tubuh manusia bersama
tumor ganas serviks uteri, tumor payudara, tumor getah bening dan tumor kulit.
Ras mongoloid merupakan factor dominan timbulnya KNF, sehingga kekerapan
cukuptinggi pada penduduk Cina bagian selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand,
Malaysia, Singapura,dan Indonesia. Sekalipun termasuk ras Mongoloid, bangsa Korea,
Jepang dan Tiongkok sebelahutara tidak banyak yang dijumpai mengidap penyakit ini.
Penduduk di provinsi Guang Dong ini hampir setiap hari mengkonsumsi ikan
yang diawetkan(diasap, diasin), bahkan konon kabarnya seorang bayi yang baru selesai
disapih, sebagaimakanan pengganti susu ibu adalah nasi yang dicampur ikan asin ini. Di
dalam ikan yangdiawetkan dijumpai substansi yang bernama nitrosamine yang terbukti
bersifat karsinogen bagihewan percobaan.
Dijumpainya Epstein-Barr Virus (EBV), pada hampir semua kasus KNF
telahmengaitkan terjadinya kanker ini dengan keberadaan virus tersebut. Pada 1966,
seorang penelitimenjumpai peningkatan titer antibodi terhadap EBV pada KNF serta titer
antibodi IgG terhadapEBV, capsid antigen dan early antigen. Kenaikan titer ini sejalan
pula dengan tingginya stadiumpenyakit. Namun virus ini juga acapkali dijumpai pada
beberapa penyakit keganasan lainnyabahkan dapat pula dijumpai menginfeksi orang
normal tanpa menimbulkan manifestasi penyakit.Jadi adanya virus ini tanpa faktor
pemicu lain tidak cukup untuk menimbulkan proses keganasan.
Berbeda halnya dengan jenis kanker kepala dan leher lain, Kanker Nasofaring
(KNF)jarang dihubungkan dengan kebiasaan merokok dan minum alkohol tetapi lebih
dikaitkan denganvirus Epstein Barr, predisposisi genetik dan pola makan tertentu.
Meskipun demikan tetap adapeneliti ygmencoba menghubungkannya dengan merokok ,
secara umum resiko terhadap KNFpada perokok 2-6 kali dibandingkan dengan bukan
perokok (HSU dkk.2009). ditemukan jugabahwa menurunnya angka kematian KNF di
Amerika utara dan Hongkong merupakan hasil darimengurangi frekuensi merokok.
Adanya hubungan antara faktor kebiasaan makan denganterjadinya KNF dipelajari oleh
Ho dkk.
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah iritasi oleh bahan kimia, asap sejenis
kayu tertentu, kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu, dan
kebiasaan makanan terlau panas.
Tentang factor genetic telah banyak ditemukan kasus herediter atau familier dari pasien
KNF dengan keganasan pada organ tubuh lain. Suatu cintoh terkenal di Cina selatan,
satukeluarga dengan 49 anggota dari dua generasi didapatkan 9 pasien KNF dan 1
menderita tumorganas payudara. Secara umum didapatkan 10% dari pasien karsinoma
nasofaring menderitakeganasan organ lain.
Gejala dan Tanda
Gejala nasofaring yang pokok adalah :
1.Nasal sign :
- Pilek lama yang tidak sembuh
- Epistaksis. Keluarnya darah ini biasanya berulang-ulang, jumlahnya sedikit dan
seringkali bercampur dengan ingus, sehingga berwarna merah jambu
- Ingus dapat seperti nanah, encer atau kental dan berbau.
2.Ear sign :
- Tinitus. Tumor menekan muara tuba eustachii sehingga terjadi tuba oklusi, karena
muara tuba eustachii dekat dengan fosa rosenmulleri. Tekanan dalam kavum timpani
menjadi menurun sehingga terjadi tinnitus.
- Gangguan pendengaran hantaran
- Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia).
3.Eye sign :
- Diplopia. Tumor merayap masuk foramen laseratum dan menimbulkan gangguan N.
IV dan N. VI. Bila terkena chiasma opticus akan menimbulkan kebutaan.
4.Tumor sign :
- Pembesaran kelenjar limfoid leher ini merupakan penyebaran atau metastase dekat
secara limfogen dari karsinoma nasofaring.
5. Cranial sign
- Gejala cranial terjadi bila tumor sudah meluas ke otak dan dirasakan pada
penderita.
Gejala ini berupa :
- Sakit kepala yang terus menerus, rasa sakit ini merupakan metastase secara
hematogen.
-Sensitibilitas derah pipi dan hidung berkurang.
-Kesukaran pada waktu menelan
-Afoni
-Sindrom Jugular Jackson atau sindroma reptroparotidean mengenai N. IX, N. X,
N. XI, N. XII. Dengan tanda-tanda kelumpuhan pada: lidah,palatum, faring atau
laring,M. sternocleidomastoideus, M. trapezius.
DIAGNOSIS
Jika ditemukan adanya kecurigaan yang mengarah pada suatu karsinoma nasofaring,
protokol
dibawah ini dapat membantu untuk menegakkan diagnosis pasti serta stadium tumor :
1.Anamnesis / pemeriksaan fisik
Anamnesis berdasarkan keluhan yang dirasakn pasien (tanda dan gejala KNF)
2. Pemeriksaan nasofaring
Dengan menggunakan kaca nasofaring atau dengan nashopharyngoskop
3. Biopsi nasofaring
Diagnosis pasti dari KNF ditentukan dengan diagnosis klinik ditunjang dengan
diagnosis histologik atau sitologik. Diagnosis histologik atau sitologik dapat ditegakan
bila dikirim suatu material hasil biopsy cucian, hisapan (aspirasi), atau sikatan (brush),
biopsy dapatdilakukan dengan 2 cara, yaitu dari hidung atau dari mulut.
4.Pemeriksaan Patologi Anatomi
Klasifikasi gambaran histopatologi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe, yaitu :
o Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell
Carcinoma). Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi baik, sedang dan
buruk.
o Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma). Pada tipe ini dijumpai
adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi sel skuamosa tanpa jembatan
intersel. Pada umumnya batas sel cukup jelas.
o Karsinoma tidak berdiferensiasi (Undifferentiated Carcinoma). Pada tipe ini sel
tumor secara individu memperlihatkan inti yang vesikuler, berbentuk oval atau
bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya batas sel tidak terlihat dengan
jelas.
Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa keratinisasi mempunyai sifat yang sama, yaitu
bersifatradiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi tidak begitu radiosensitif.
Klasifikasigambaran histopatologi terbaru yang direkomendasikan oleh WHO pada tahun
1991,hanya dibagi atas 2 tipe, yaitu :
• Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell
Carcinoma).
• Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma). Tipe ini dapat
dibagilagi menjadi berdiferensiasi dan tak berdiferensiasi.
5. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi pada kecurigaan KNF merupakan pemeriksaan penunjang
diagnostic yang penting. Tujuan utama pemeriksaan radiologic tersebut adalah:
• Memberikan diagnosis yang lebih pasti pada kecurigaan adanya tumor
pada daerah nasofaring
• Menentukan lokasi yang lebih tepat dari tumor tersebut
• Mencari dan menetukan luasnya penyebaran tumor ke jaringan sekitarnya
6. Pemeriksaan serologi.
Pemeriksaan serologi IgA anti EA (early antigen) dan igA anti VCA (capsid
antigen)untuk infeksi virus E-B telah menunjukan kemajuan dalam mendeteksi
karsinoma nasofaring. Tjokro Setiyo dari FK UI Jakarta mendapatkan dari 41 pasien
karsinoma nasofaring stadium lanjut (stadium III dan IV) senstivitas IgA VCA adalah
97,5% danspesifitas 91,8% dengan titer berkisar antara 10 sampai 1280 dengan
terbanyak titer 160.IgA anti EA sensitivitasnya 100% tetapi spesifitasnyahanya 30,0%,
sehingga pemeriksaan ini hanya digunakan untuk menetukan prognosis pengobatan,
titer yangdidpat berkisar antara 80 sampai 1280 dan terbanyak 160.
Stadium
Untuk penentuan stadium dipakai system TNM menurut UICC (2002).
T = primer
T0 = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas di nasofaring
T2 = Tumor meluas ke jaringan lunak
T2a = Perluasan tumor ke orofaring dan atau rongga hidung tanpa perluasan ke
parafaring
T2b = Disertai perluasan ke parafaring
T3 = Tumor menginvasi struktur tulang dan atau sinus paranasal
T4 = Tumor dengan perluasan intracranial dan atau terdapat keterlibatan saraf
cranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita, atau ruang masticator
N = Pembesaran kelenjar getah bening regional
NX = Pembesaran kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 = Tidak ada pembesaran
N1 = Metastasis kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau
sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikular
N2 = Metastasis kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau
sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikular
N3 = Metastasis kelenjar getah bening bilateral dengan ukuran lebih besar dari 6 cm
atau terletak di dalam fossa supraklavikula
N3a = Ukuran lebih dari 6 cm
N3b = Di dalam fossa supraklavikula
M = Metastasis jauh
MX = Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 = Tidak ada metastasis jauh
M1 = terdapat metastasis jauh
Stadium 0 T1s N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIA T2a N0 M0
Stadium IIB T1 N1 M0
T2a N1 M0
T2b N0,N1 M0
Stadium III T1 N2 M0
T2a,T2b N2 M0
T3 N2 M0
Stadium IV a T4 N0,N1,N2 M0
Stadium IV b semua T N3 M0
Stadium IV c semua T semua N M1
Penatalaksanaan
Stadium I : Radioterapi
Stadium II dan III : Kemoradiasi
Stadium IV dengan N < 6 cm : Kemoradiasi
Stadium IV dengan N > 6 cm : Kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi
Komplikasi
1. Petrosphenoid sindrom
Tumor tumbuh ke atas ke dasar tengkorak lewat foramen laserum sampai sinus
kavernosus menekan saraf N. III, N. IV, N.VI juga menekan N.II.yang memberikan
kelainan :
• Neuralgia trigeminus ( N. V ) : Trigeminal neuralgia merupakan suatu nyeri pada wajah
sesisi yang ditandai dengan rasa seperti terkena aliran listrik yang terbatas pada daerah
distribusi dari nervus trigeminus.
• Ptosis palpebra ( N. III )
• Ophthalmoplegia ( N. III, N. IV, N. VI )
2. Retroparidean sindrom
Tumor tumbuh ke depan kea rah rongga hidung kemudian dapat menginfiltrasi ke
sekitarnya. Tumor ke samping dan belakang menuju ke arah daerah parapharing dan
retropharing dimana ada kelenjar getah bening. Tumor ini menekan saraf N. IX, N. X, N.
XI, N. XII dengan manifestasi gejala :
• N. IX : kesulitan menelan karena hemiparesis otot konstriktor superior serta gangguan
pengecapan pada sepertiga belakang lidah
• N. X : hiper / hipoanestesi mukosa palatum mole, faring dan laring disertai gangguan
respirasi dan saliva
• N XI : kelumpuhan / atrofi oto trapezius , otot SCM serta hemiparese palatum mole
• N. XII : hemiparalisis dan atrofi sebelah lidah.
• Sindrom horner : kelumpuhan N. simpaticus servicalis, berupa penyempitan fisura
palpebralis, enoftalmus dan miosis
3.Sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama getah bening atau darah, mengenaiorgan tubuh
yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering adalah tulang, hati dan paru.Hal ini
merupakan hasil akhir dan prognosis yang buruk. Dalam penelitian lain ditemukan bahwa
karsinoma nasofaring dapat mengadakan metastase jauh, ke paru-paru dan tulang, masing-
masing 20 %, sedangkan ke hati 10 %, otak 4 %, ginjal 0.4 %, dan tiroid 0.4 %.