Upload
ymd14
View
12
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
wanted wall coloumn
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Absorpsi merupakan proses penyerapan yang terjadi pada seluruh permukaan
bahan atau zat hingga kedalam zat tersebut yang berlangsung dalam suatu kolom atau
absorber. Proses penyerapan yang terjadi tersebut merupakan suatu fenomena fisik
ataupun kimiawi sewakru atom, molekul, ataupun ion memasuki suatu fase limbak
(bulk) lain yang dapat berupa gas, cairan, ataupun padatan. Proses absorpsi ini tentunya
berbeda dengan proses adsorpsi karena penyerapan molekul dilakukan melalui volume
bukan melalui permukaan (penyerapan terjadi hingga kebagian dalam absorben).
Dalam proses absorpsi, zat yang diserap disebut fase terserap (absorbat)
sedangkan zat yang menyerap disebut absorben kecuali zat padat. Absorben dapat pula
berupa zat cair karena itu absorpsi dapat terjadi antara zat cair dengan zat cair atau gas
dengan zat cair. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi proses absorpsi, yaitu:
1) kemampuan pelarut yang digunakan sebagai absorben
2) laju alir dari pelarut
3) jenis atau tipe kolom yang digunakan
4) kondisi operasi yang sesuai, dll
Di dalam suatu kolom absorber, gas yang akan diserap dialirkan pada bagian
bottom kolom, sedangkan liquid atau pelarut dialirkan pada bagian top kolom. Hal ini
disebabkan karena gas lebih ringan dan mudah menyebar daripada liquid, sehingga
kontak antara liquid dan gas akan berlangsung dengan baik dan juga mempengaruhi
banyaknya gas yang diserap oleh pelarut atau liquid.
Absorpsi dikelompokan menjadi:
1) Proses absorpsi yang berlangsung secara fisika terdiri dari absorpsi dan dekripsi.
2) Proses absorpsi yang berlangsung secara kimia, proses ini biasanya disertai oleh
reaksi kimia.
Proses absorpsi yang terjadi didalam wetted wall absorption column dapat
menggambarkan adanya perpindahan massa didalam kolom tersebut. Perpindahan massa
ini terjadi akibat adanya penyerapan (dalam hal ini berupa absorpsi) yang terjadi didalam
kolom tersebut.Apabila suatu sistem terdiri dari dua komponen atau lebih, dimana
konsentrasi masing – masing berbeda, maka ada kecenderungan massa untuk
2
berpindahsecara alami dalam sistem. Perpindahan massa merupakan perpindahan suatu
unsur atau suatu senyawa dari konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih
rendah.
Perpindahan massa merupakan peristiwa penting dalam proses industri, misalnya
dalam penghilangan polutan dari suatu aliran keluaran pabrik dengan absorpsi,
pemisahan gas dari air limbah, difusi neutron dalam reaktor nuklir dan lain-lain. Dalam
kehidupan sehari-hari perpindahan massa pun sering terjadi seperti halnya kita masukan
gula ke dalam secangkir kopi, dimana gula tersebut akan larut dan kemudian berdifusi
secara seragam ke dalam secangkir kopi tersebut.
Dengan adanya perpindahan massa yang terjadi, maka selanjutnya akan ditemui
pula suatu bilangan yang merupakan koefisien dari perpindahan massa. Dimana
koefisien perpindahan massa itu sendiri merupakan besaran empiris yang diciptakan
untuk memudahkan persoalan-persoalan perpindahan massa antar fase.Absorpsi gas
merupakan operasi dimana campuran gas dikontakan dengan liquid yang bertujuan untuk
melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan menghasilkan larutan gas dalam liquid.
Absorpsi gas oleh zat padat digunakan pada gas masker.
Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke fase liquid.
Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan yang ada,
karena itu diperlukan karakteristik sistem gas liquid.Absorpsi gas memiliki tujuan antara
lain adalah untuk menghilangkan komposisi tertentu campuran gas. Selain itu, dengan
absorpsi dapat dihasilkan larutan khusus, misalnya O2 murni.
1.2. Permasalahan
Masalah yang akan dibahas dalam percobaan ini adalah:
1) Faktor apa saja yang mempengaruhi banyaknya O2 yang terserap?
2) Bagaimanakah menentukan koefisien perpindahan massa dalam liquid?
3) Bagaimanakah pengaruh laju aliran udara pada Wetted Wall Adsorbtion Column
terhadap Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number (Re) dan Sherwood
Number (Sh)?
4) Bagaimanakah pengaruh laju aliran aor pada Wetted Wall Adsorbtion Column
terhadap Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number (Re) dan Sherwood
Number (Sh)?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari praktikum ini adalah:
3
1) Mengetahui prinsip dan cara kerja Wetted Wall Absorption Colomn.
2) Mengetahui cara menghitung kadar DO dalam air.
3) Mengetahui cara menghitung koefisien perpindahan massa dalam liquid (kL).
4) Mengetahui aplikasi dari Wetted Wall Absorption Colomn.
1.4. Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah:
1) Dapat mengetahui cara kerja dan aplikasi alat wetted wall absorption secara lebih
jelas.
2) Dapat mengetahui dan membandingkan pemakaian laju aliran udara dan air yang
berbeda pada wetted Wall Absorption Column.
3) Dapat menghitung dan menganalisa besarnya nilai Koefisien Perpindahan Massa
(KL), nilai Reynold Number (Re) dan nilai Sherwood Number (Sh) dari suatu senyawa
kimia dengan menggunakan metode wetted wall absorption column..
4) Dapat mengetahui hubungan antara nilai Sh dengan nilai Re dengan melihat grafik.
5) Dapat mengetahui secara langsung proses terjadi absorpsi apabila suatu gas dilewati
pada suatu cairan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Absorbsi
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan.
Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada
absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia).
Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan
juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Proses absorpsi sangat banyak ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, salah satu contoh dari proses absorpsi yang sering terdapat
pada kehidupan kita sehari-hari:
1) Formalin
Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat
dihasilkan melalui proses absorbsi. Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam
reaktor. Output dari reaktor yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C didinginkan
pada kondensor hingga suhu 550C, dimasukkan ke dalam absorber.Keluaran dari
absorber pada tingkat I mengandung larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar
37–40%. Bagian terbesar dari metanol, air,dan formaldehid dikondensasi di bawah air
pendingin bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan
formaldehid dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact.
2) Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2)
Pada proses pembuatan asam nitrat. Tahap akhir dari proses berlangsung dalam
kolom absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan
reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai empat
fluks masuk dan dua fluks keluar. Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam
nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih dari 200
ppm.
Secara umum absorpsi dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:
2.1.1. Absorpsi Fisika
5
Absorpsi fisika disebabkan oleh gaya Van der Wall yang ada di permukaan
absorbent. Panas absorpsinya rendah dan lapisan yang terbentuk pada permukaan
absorbent lebih dari 1 (satu) lapis.
2.1.2. Absorpsi Kimia
Absorpsi kimia terjadi karena reaksi antara zat yang diserap dengan aborbent.
Panas absorpsinya tinggi dan lapisan yang terbentuk pada permukaan absorbent
hanya 1 (satu) lapisan.
Absorbsi dengan reaksi kimia pada dasarnya jauh lebih menguntungkan untuk
pemisahan. Meskipun demikian, absorbsi fisis menjadi penting jika pemisahan
dengan reaksi kimia tidak dapat dilakukan. Di dalam mengevaluasi absorber atau
stripper, sesorang harus mengetahui dan menentukan:
1) kondisi bahan yang akan dipisahkan (umpan), yaitu kecepatan arus fluida
umpan, komposisi dan tekanan
2) banyak solut yang harus dipisahkan
3) jenis solven yang akan digunakan
4) suhu dan tekanan alat
5) kecepatan arus solven
6) diameter absorber
7) jenis absorber
8) jumlah stage ideal dan tinggi menara
Absorber dan stripper sering digunakan bersamaan. Absorber digunakan
untuk memisahkan solut dari arus gas. Stripper digunakan untuk memisahkan solut
dari cairan sehingga diperoleh gas dengan kandungan solut lebih pekat.
2.2. Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada
permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Adapun persyaratan dari
absorben:
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
6
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah
Peralatan yang digunakan dalam operasi absorpsi mirip dengan yang digunakan
dalam operasi distilasi. Namun demikian terdapat beberapa hal perbedaan yang menonjol
pada kedua operasi tersebut, yaitu sebagai berikut:
a. Umpan pada absorpsi masuk dari bagian bawah kolom, sedangkan pada distilasi
umpan masuk dari bagian tengah kolom.
b. Pada absorpsi cairan solven masuk dari atas kolom di bawah titik didih, sedangkan
pada distilasi cairan solven masuk bersama bagian tengah kolom.
c. Pada absorpsi difusi dari gas ke cairan bersifat irreversible, sedangkan pada distilasi
difusi yang terjadi adalah equimolar counter diffusion.
d. Rasio laju alir cair terhadap gas pada absorpsi lebih besar.
2.3. Struktur dalam absorber
Struktur dalam absorber adalah sebagai berikut:
1. Bagian atas: Spray untuk megubah gas input menjadi fase cair.
2. Bagian tengah: Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga
mudah untuk diabsorbsi.
3. Bagian bawah: Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.
7
2.4. Teori Dasar Peristiwa Absorpsi
Ada tiga teori dasar yang menjelaskan tentang peristiwa absorpsi, yait:
2.4.1. Teori Dua Film (Double Film Theory)
Pada berbagai proses pemisahan, materi berdifusi dari satu fase ke fase lainnya
dan laju difusi di dalam kedua fase itu akan mempengaruhi laju perpindahan massa
keseluruhan. Dalam teori Whitman menyatakan bahwa kesetimbangan diasumsikan
terjadi pada permukaan batas (interface) antara fase gas dan cairan sehingga tahanan
perpindahan massa pada kedua fase ditambahkan untuk memperoleh tahanan
keseluruhan. Model ini menggambarkan tentang adanya lapisan difusi. Perpindahan
massa yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan jarak perpindahan massa, yaitu
ketebalan film tersebut.
Hal yang membuat perpindahan massa antara fase menjadi lebih rumit ialah
perpindahan kalor dan diskontinuitas (ketaksinambungan) yang terdapat pada antar
muka. Yang terjadi karena konsentrasi atau fraksi mol zat terlarut yang terdifusi
hampir tidak pernah sama kedua sisi antarmuka itu. Sebagai contoh, dalam destilasi
campuran biner, Y*A lebih besar dari XA dan gradian didekat permukaan
gelembung. Untuk absorpsi gas yang sangat mudah larut, fraksi mol di dalam zat cair
pada antarmuka akan lebih besar dari fraksi mol didalam gas.
Suku 1/Ky dapat dianggap sebagai tahanan menyeluruh terhadap perpindahan
massa, sedang suku m/Kx dan 1/Ky adalah tahanan di dalam film zat cair dan film
gas. “Film” ini tidak selalu merupakan lapisan stagnan yang mempunyai ketebalan
tertentu agar teori dua Film berlaku. Perpindahan massa di dalam salah satu Film
dapat berlangsung melalui difusi melalui lapisan batas laminar atau melalui difusi
keadaan taksteadi, seperti umpamanya dalam teori penetrasi dan koefisien
menyeluruh masih bisa didapatkan. Dalam beberapa masalah tertentu, misalnya
perpindahan melalui film stagnan ke fase dimana teori penetrasi diperkirakan
berlaku, koefisien teori penetrasi mengalami perubahan kecil karena adanya
perubahan konsentrasi pada antar muka, namun efek ini hanya mempunyai nilai
akademis semata-mata.
8
Jika cairan mempunyai komposisi tetap, konsentrasi pada bagian film akan
menurun dari A* pada permukaan sampai Ao pada cairan bagian ruah. Di sini tidak
terjadi konveksi pada film dan gas terlarut melewati film tersebut hanya oleh difusi
molekuler. Proses difusi berlangsung efektif bila lapisan film tipis. Lapisan film
yang tipis tidak menyebabkan tahanan dari lapisan itu makin kecil, sehingga proses
perpindahan massa tidak terganggu.
Untuk mendapatkan lapisan yang tipis, kondisi dari kedua aliran fase harus
diatur yaitu diusahakan membuat aliran yang turbulen, karena pada lapisan film yang
tipis akan diperoleh gradien konsentrasi yang kecil, sehingga proses absorpsi berjalan
sangat cepat dengan keadaan menjadi steady state.
Ketika suatu zat berpindah dari satu fase ke fase yang lain
melaluisuatu interface diantara keduanya maka resistance di kedua fase tersebut
menyebabkan gradien konsentrasi. Untuk sistem dimana konsentrasi solute dalam
gas dan liquid adalah kecil, maka laju perpindahan massa dapat dinyatakan oleh
persamaan yang memperkirakan laju perpindahan massa yang sebanding dengan
perbedaan diantara konsentrasi bulk dan konsentrasi dalam interface gas-liquid.
2.4.2. Teori Higbie (Higbie Theory)
Teori penetrasi ini dikemukakan oleh Higbie yang menyatakan bahwa
mekanisme perpindahan massa melalui kontak antara dua fasa, yaitu fasa gas dan
fasa liquid. Dalam pernyataannya, Higbie menekankan agar waktu kontak lebih lama.
Higbie, untuk pertama kalinya menerapkan teori ini untuk absorpsi gas dalam liquid
yang menunjukkan bahwa molekul-molekul yang berdifusi tidak akan mencapai sisi
lapisan tipis yang lain jika waktu kontaknya pendek.
Teori Higbie ini menyebutkan bahwa turbulensi akan menaikkan difusivitas
pusaran, hal ini akan menentukan waktu kontak perpindahan massa yang terjadi
untuk setiap keadaan massa. Difuivitas pusaran ini terjadi dalam keadaan setimbang
antara fase gas dan liquid.
2.4.3. Teori Danckwerts (Danckwerts Theory)
9
Teori penetrasi juga dikembangkan oleh Danckwerts yang menyatakan bahwa
unsur-unsur fluida pada permukaan secara acak akan diganti oleh fluida lain yang
lebih segar dari aliran tindak. Teori ini digunakan dalam keadaan khusus di mana
dianggap massa difusivitas pusaran berlangsung dalam waktu yang bervariasi dan
dianggap laju perpindahan massa tidak tergantung dari waktu perpindahan unsur
dalam fase cairan tindak pada keadaan stagnan. Sehingga perpindahan massa yang
terjadi di interface merupakan harga dari jumlah zat yang terabsorpsi.
2.5.Penggunaan Absorpsi
Absorpsi gas oleh zat padat digunakan pada gas masker. Alat berikut ini berisi
arang halus yang, yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak diinginkan, misalnya
gas yang beracun. Arang halus yang juga dipergunakan untuk membuat vakum, dengan
temperatur yang rendah dapat dibuat vakum sampai 10-4 mm. Grafit yang juga
dipergunakan sebagai pelumas karena molekulnya yang pipih sehingga mudah bergeser
terhadap satu sama lain.
Grafit memang sangat menguntungkan, akan tetapi ternyata bahwa pada
temperatur yang tinggi sifat pelumas grafit sangat berkurang dan kembali lagi apabila
temperatus direndahkan (dikurangi). Dengan analisis kimia kadang-kadang diperoleh
kesulitan, hal ini disebabkan oleh karena adanya daya serap dari beberapa endapan
terhadap ion-ion dalam larutan.
Saat ini dunia dihadapkan pada permasalahan lingkungan yang cukup besar
yang tingginya kandungan gas pencemar sebagai dampak dari kegiatan industri. Gas
pencemar tersebut antara lain SO2, CO2 dan H2S. Teknologi absorpsi dapat digunakan
untuk mengurangi bahaya lingkungan yang ditimbulkan. Contohnya adalah absorpsi
pengotor CO2 dari gas alam dengan menggunakan absorben metil dietanol amina
(MDEA) yang telah ditambahkan aktivator (aMDEA).
Absorber dibedakan berdasarkan kegunaannya. Ada banyak sekali kegunaan
absorber. Berdasarkan kegunaan dari absorber, maka absorber dibagi menjadi:
1) Packed Tower. Dipilih untuk menangani material yang sangat korosif, liquid yang
berbuih, tower yang diameternya besar dan melibatkan pressure drop yang rendah.
2) Plate Tower. Dirancang untuk operasi absorpsi gas atau stripping gas yang memiliki
banyak persamaan untuk menurunkan angka. Perbedaanya terletak pada pemisahan
10
yang didasarkan pada pemdistribusian berbagai substansi antara fase gas dan liquid
ketika seluruh komponen antara dua fase.
3) Stirred Tank. Digunakan pada sistem reaksi kimia di mana gas akan diabsorpsi
terlebih dahulu dan kemudian akan bereaksi dengan suatu komponen dengan larutan.
Alat ini memiliki kelebihan ketika reaksi berjalan lambat, dalam hal ini pada fase
liquid, sehingga membutuhkan residence time yang lama dibandingkan dengan
waktu yang disediakan.
4) Sparged Tower. Mempunyai efisien dan massanya lebih rendah dibandingkan stirred
tank.
5) Spray Chamber. Digunakan untuk skala besar dengan sistem dasarnya untuk
mengalirkan SO2 dari boiler gas buangan yang dikeluarkan dari stasiun pembakaran
batubara.
6) Venturi Scrubber. Umumnya digunakan untuk mengalirkan bahan-bahan partikel dari
aliran gas ke penyerapan uap terlarut.
7) Falling Film Absorber. Tipe ini sangat cocok untuk skala besar atau komersil di
mana panas yang diperbolehkan selama absorpsi sangat tinggi.
Absorpsi gas adalah operasi di mana campuran gas dikontakkan dengan liquid
untuk tujuan melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan menghasilkan larutan gas
dalam liguid. Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke liquid.
Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan yang ada,
karena itu diperlukan karakteristik kesetimbangan sistem gas-liquid.
2.5.1. Sistem Dua Komponen
Bila sejumlah gas tunggal dikontakkan dengan liquid yang tidak mudah
menguap, yang akan larut sampai tercapai keadaan setimbang. Konsentrasi gas yang
larut disebut kelarutan gas pada kondisi temperatur dan tekanan yang telah ada.
T=konstan, kelarutan gas akan bertambah bila nilai P dinaikkan pada absorben yang
sama. Gas yang berbeda mempunyai kelarutan yang berbeda.
2.5.2. Sistem Multikomponen
Bila campuran gas dikontakkan dengan liquid pada kondisi tertentu, kelarutan
setimbang, gas tidak akan saling mempengaruhi kelarutan gas, yang dinyatakan
dalam tekanan parsial dalam campuran gas.
Bila dalam campuran gas ada gas yang sukar larut maka kelarutan gas ini tidak
mempengaruhi kelarutan gas yang mudah larut. Pada beberapa komponen dalam
10
11
campuran gas akan mudah untuk larut dalam liquid, kelarutan masing-masing gas
tidak akan saling mempengaruhi bila gas ttidak dipengaruhi oleh sifat liquid. Hal ini
biasanya hanya terjadi pada larutan yang bersfat ideal. Karakteristik larutan ideal
yaitu:
1. Gaya rata-rata tolak menolak dan tarik menarik dalam larutan tidak berubah,
dalam campuran bahan, volume larutan berubah secara linear.
2. Pencampuran bahan tidak ada panas yang diserap dan akan dilepaskan.
3. Tekanan uap total larutan berubah secara linear dengan komposisi.
Suatu alat yang banyak digunakan dalam absorpsi gas dan beberapa operasi lain
ialah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk sekunder atau
menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian
bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, sedang pengeluaran
gas dan zat cair masing-masing pada bagian atas dan bagian bawah serta tower
packing. Penyangga itu harus mempunyai fraksi ruang terbuka yang cukup besar
untuk mencegah terjadinya pembanjiran pada piring penyangga itu. Zat cair yang
masuk disebut weak liquor berupa pelarut murni atau larutan encer zat terlarut di
dalam pelarut, didistribusikan di atas isian itu dengan distributor, sehingga pada
operasi yang ideal membebaskan permukaan isian secara seragam. Gas yang
mengandung zat terlarut disebut fat gas, masuk ke ruang pendistribusian yang
terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui celah-celah antara isian
berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian itu memberikan permukaan yang luas
untuk kontak zatcair dan gas serta membantu terjadinya kontak antara kedua fase.
Persyaratan pokok yang diperlukan untuk isian menara ialah:
1) Harus tidak bereaksi kimia dengan fluida di dalam menara.
2) Harus kuat, tetapi tidak terlalu berat.
3) Harus mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak
zat cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi.
4) Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair dengan
gas.
5) Harus tidak terlalu mahal.
Prinsip-prinsip absorpsi tergantung pada banyaknya gas atau zat cair yang akan
diolah sifat-sifatnya, rasio antara kedua arus itu, tingkat perubahan konsentrasi dan
pada laju perpindahan massa persatuan volume isian. Laju optimum zat cair untuk
12
absorpsi didapatkan dengan menyeimbangkan biaya operasi untuk kedua unit dan
baiaya tetap untuk peralatan. Bila gas hanya diumpankan ke dalam menara absorpsi,
suhu di dalam menara itu berubah secara menyolok dari dasar menara ke puncaknya.
Kalor absorpsi zat terlarut menyebabkan naiknya suhu larutan, penguapan pelarut
cenderung menyebabkan suhu turun. Efeknya secara menyeluruh ialah peningkatan
suhu larutan, tetapi di dekat dasar kolom suhu itu bisa sampai melewati maksimum.
Bentuk profil suhu bergantung pada laju penyerapan zat terlarut, penguapan dan
kondensasi pelarut, serta perpindahan kalor antara kedua fase.
Pada wetted wall columns, liquid murni yang mudah menguap dialirkan ke bawah
di dalam permukaan pipa ciecular sementara itu gas ditiupkan dari atas atau dari
bawah melalui pusat inti pengukuran kelajuan penguapan liquid ke dalam aliran gas
diatas permukaan.
2.6. Tipe-tipe Kolom Absorpsi
Dalam perhitungan ukuran Tower Absorpsi, faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah nilai koefisien transfer atau tinggi unit transfer. Sementara itu untuk
kecepatan aliran total gas dan cairan akan ditentukan oleh suatu proses, hal ini sangat
penting untuk menentukan aliran yang cocok per unit area yang melalui column. Aliran
gas dibatasi dengan tidak boleh melebihi kecepatan flooding, dan akan ada hasil drop
jika kecepatan cairan sangat rendah. Hal ini cocok untuk menguji sebuah pengaruh dari
kecepatan aliran gas dan cairan pada koefisien transfer, dan juga dalam halnya
menyelidiki pengaruh variabel. Operasi perpindahan massa dilaksanakan di dalam tower
yang di desain untuk kotak dua fase peralatan ini diklasifikasi ke dalam 4 tipe utama
yang metodenya digunakan untuk menghasilkan kontak interfase.
2.6.1. Spray tower
Spray tower terdiri dari chamber-chamber besar dimana gas mengalir dan masuk
serta kontak dengan liquid di dalam spray nozzles. Spray nozzles didesain untuk
aliran liquid yang mempunyai bilangan pressure drop besar maupun kecil, untuk
aliran liquid yang mempunyai flow rate yang kecil maka cross area kontaknya harus
besar. Laju aliran yang mempunyai drop falls menentukan waktu kontak dan
sirkulasinya. Serta influensasi transfer massa antara dua fase dan harus kontak terus-
menerus. Hambatan pada transfer yaitu pada fase gas dikurangi dengan gerakan
swirling dari falling liquid droplets.
13
Spray tower digunakan untuk transfer massa larutan gas yang tinggi dimana
dikontrol laju perpindahan massa secara normal pada fase gas. Untuk ketinggian
yang rendah, efisiensi ruang spray kira-kira mendekati packed tower, tetapi untuk
ketinggian yang melebihi 4 ft efisiensi spray tower turun dengan cepat. Sedangkan
kemungkinan berlakunya interfase aktif yang sangat besar dengan terjadinya sedikit
penurunan, pada prakteknya ditemukan ketidakmungkinan untuk mencegah
hubungan ini, dan selama permukaan interfase efektif berkurang dengan ketinggian,
dan spray tower tidak digunakan secara luas.
2.6.2. Bubble Tower
Pada Bubble tower gas terdispersi menjadi fase liquid didalam fine bubble.
Kontak perpindahan massa terjadi didalam bubble formation dan bubble rise up
melalui liquid. Gerakan bubble mengurangi hambatan fase liquid. Bubble tower
digunakan dengan sistem pengontrolan laju dari perpindahan massa pada fase liquid
yang absorpsinya adalah relatif fase gas. Mekanisme dasar perpindahan massa terjadi
didalam bubble tower dan juga alirannya counter di dalam tank bubble batch dimana
gas ini terdispensi di dalam bottom tank.
2.6.3. Packed Column
Keuntungan dari penggunaan packed column:
1) Pressure drop aliran gas rendah.
2) Lebih ekonomis dalam operasi cairan korosif karena ditahan untuk packing
keramik.
3) Biaya kolom dapat lebih murah dari phase column pada ukuran diameter yang
sama.
4) Cairan hold up kecil.
2.6.4. Plate column
Penggunaan plate column lebih luas bila dibandingkan dengan packed column
secara spesial untuk destilasi. Keuntungan dari plate column adalah:
1) Menyiapkan kontak lebih positif antara dua fase liquid.
2) Dapat menghandle cairan lebih besar tanpa terjadi floading.
3) Lebih mudah dibersihkan.
2.6.5. Wetted-Wall Coloumn
14
Dalam laboratorium, Wetted-Wall Coloum telah digunakan oleh sejumlah
pekerja dan mereka telah membuktikan pentingnya menentukan berbagai faktor, dan
mengadakan basis dari hubungan yang telah dikembangkan untuk Packed Tower.
2.7. Perpindahan Massa pada Wetted Wall Columns
Suatu porses dimana terjadi suatu perpindahan suatu unsur pokok dari daerah
yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dinamakan perpindahan massa. Jika
sejumlah campuran gas yang terdiri dari dua jenis molekul atau lebih, di mana
konsentrasi masing-masing berbeda, maka masing-masing molekul ini cenderung
menuju ke komposisi yang sama. Proses ini terjadi secara alami.
Perpindahan massa makroskopis tidak tergantung pada konveksi dalam sistem.
Proses ini didefinisikan sebagai difusi molekul. Difusi hanya terjadi dalam campuran,
maka pengaruh tiap komponen harus diperhitungkan. Misalnya untuk mengetahui laju
difusi dari setiap komponen relatif terhadap kecepatan campuran. Kecepatan campuran
harus dihitung dari kecepatan rata-rata dari setiap komponen.
Pada persamaan perpindahan massa ditunjukkan hubungan antara flux dari
substant yang terdifusi dengan gradient konsentrasi. Persamaan yang berlaku pada
perpindahan massa di bawah ini sering dikenal dengan persamaan Hukum Frek’s.
JA,Z = -DAB (1)
keterangan:
JA,Z = molar flux pada Z
= perubahan konsentrasi
DAB = difusitas massa atau koefisien difusitas komponen A yang terdifusi melalui
komponen B.
Nilai koefisien difusivitas masing-masing fase akan berbeda-beda. Koefisien
difusivitas untuk gas akan didapatkan lebih tinggi, yaitu antara 5.10-6 – 10-5 m2/s; untuk
liquid 10-10 – 10-9 m2/s dan untuk solid 10-14 – 10-10 m2/s.
Perpindahan massa konvektif termasuk perpindahan antara fluida yang bergerak
atau dua fluida yang bergerak dan juga fluida yang tidak tercampur. Model ini
tergantung pada mekanisme perpindahan dan karakterisitk dari gerakan fluida.
Persamaan laju perpindahan massa konvektif dituliskan sebagai berikut:
15
NA = k . A (2)
keterangan:
NA = Perpindahan massa molar zat A
A = Perbedaan konsentrasi antara permukaan dengan konsentrasi rata-rata fluida.
k = Koefisien perpindahan massa konvektif.
Mekanisme perpindahan massa antara permukaan dan fluida termasuk
perpindahan massa molekul. Mekanisme tersebut akan melalui lapisan tipis fluida
stagnan dan aliran laminer.
Beberapa operasi perpindahan massa yang termasuk difusi suatu komponen gas
ke suatu komponen yang tidak berdifusi antara lain adalah absorpsi dan humidifikasi.
Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan koefisien perpindahan massa
konvektif adalah:
(3)
keterangan:
NAZ = laju perpindahan molar
DAB = difusivitas
P = tekanan
R = konstanta gas
T = temperatur
Z = jarak
Persamaan ini diperoleh dari teori lapisan atau film theory, di mana gas melewati
permukaan liquid. Teori lapisan ini didasarkan pada model dimana tahanan untuk
berdifusi dari permukaan liquid ke aliran gas diasumsikan terjadi dalam suatu stagnant
film atau laminer film tebal . Dengan kata lain menunjukkan tebal lapisan liquid.
Data dari perpindahan massa perm pipa dan aliran fluida telah ditentukan dengan
menggunakan wetted wall columns. Alasan mendasar untuk menggunakan kolom-kolom
ini untuk penyelidikan perpindahan massa adalah untuk mengkontakkan luas area antara
dua fase sehingga dapat dihitung dengan tepat. Koefisien perpindahan massa konvektif
falling liquid film dikorelasikan oleh vivian dan peacemen dengan korelasi:
16
(4)
keterangan:
Z = Panjang
DAB = Difusivitas massa antara komponen A dan B]
= Densitas liquid B
= Viskositas liquid B
g = Percepatan gravitasi
Sc = Schmidt Number (dievaluasikan pada temp film liquid)
Re = Reynold number
Koefisien film liquid lebih rendah 10 sampai 20% daripada pers secara teoritis
untuk absorpsi dalam film lam. Pada wetted wall columns, liquid murni yang mudah
menguap dialirkan ke bawah di dalam permukaan pipa sirkular sementara itu gas
ditiupkan dari atas atau dari bawah melalui pusat inti pengukuran kelajuan penguapan
liquid ke dalam aliran gas diatas permukaan.
Maka ntuk menghitung koefisien perpindahan massa untuk fase gas, gunakan
perbedaan gas-gas dan liquid menghasilkan variasi. Hal tersebut membuat Sherwood dan
Gilland menetapkan nilai-nilai untuk Re dari 2.000 sampai 35.000, Sc dari 0,6 sampai
2,5 dan tekanan gas 0,1 sampai 3 atm.
(5)
keterangan:
Sh = Sherwood number
Re = Reynold number
Sc = Schmidt number
Dalam beberapa operasi perpindahan massa, massa berubah antara dua fase.
Contohnya dalam peristiwa absorpsi. Salah satu alat yang digunakan untuk mempelajari
mekanisme yang terjadi dalam operasi perpindahan massa adalah wetted wall column.
Pada wetted-wall column, area kontak antara dua fase dibuat sedemikian rupa.
Dalam operasi ini aliran lapisan tipis liquid (Thin Liquid Film) sepanjang dinding kolom
kontak dengan gas. Dalam percobaan ini gas yang digunakan adalah udara biasa. Lama
17
waktu kontak dengan gas dan liquid ini relatif singkat selama operasinya normal.
Kecepatan falling film tidak dipengaruhi oleh proses difusi. Pada proses ini terjadi
perpindahan massa dan perpindahan momentum.
Berikut persamaan differensial untuk perpindahan momentum;
(6)
keterangan:
= shear stress
= density
g = gravitasi
y = jarak
Persamaan untuk profil kecepatan:
(7)
keterangan:
Vx = kecepatan arah x
= tebal film
= viskositas
Persamaan untuk kecepatan maksimum;
(8)
keterangan:
Vmax = kecepatan maximum
Proses absorpsi yang terjadi didalam wetted wall absorption column dapat
menggambarkan bahwa adanya perpindahan massa yang terjadi didalam kolom tersebut.
2.8. Persamaan Dasar Wetted Wall Absorption Column
2.8.1. Koefisien Perpindahan Massa Untuk Aliran Gas
Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas dapat ditunjukkan oleh
persamaan:
18
= 0,23 Re0,83 Sc
0,44 (9)
keterangan:
B = densitas liquid B
Re = Reynold Number
DAB = massa difusivitas komponen A yang menjadi likuid
Sc = bilangan number Schmidt.
2.8.2 Koefisien Perpindahan Massa Untuk Lapisan Film (Persamaan Vivian dan
Peaceman).
=
(10)
keterangan:
Z = panjang.
DAB = difusivitas massa antara komponen A dan B.
= densitas liquid B.
= viskositas liquid B.
g = percepatan gravitasi.
Sc = schmidt number.
Re = reynold number.
2.8. Kriteria Pemilihan Pelarut
Tujuan utama dalam proses absorpsi ialah untuk mendapatkan kemurnian
tertinggi dari suatu zat, hal serupa dapat kita lihat dari proses pembuatan asam klorida
(HCl), solvent dispesifikasikan sebagai produk alamiah. Ada beberapa tujuan dalam
proses absorpsi apabila tujuan utama dari proses absorpsi ialah untuk mengembalikan
unsur utama gas atau senyawa, ada beberapa pelarut yang dapat dipilih.
Air merupakan salah satu pelarut yang paling mudah ditemui. Selain itu, air
memiliki harga yang murah sehingga penggunaan air sebagai pelarut sangat ekonomis.
Selain harga dan jumlah yang terdapat beberapa karakteristik yang harus diperhatikan
dalam pemilihan pelarut. Beberapa karakteristik yang harus diperhatikan diantaranya
adalah:
1) Volatilitas pelarut. Tekanan uap yang rendah akan menyebabkan pelarut menjadi
pelarut jenuh ketika proses absorpsi telah selesai. Semakin kecil volatilitas sebuah
pelarut, maka make up pelarut akan semakin kecil.
19
2) Kelarutan gas. Dalam pemilihan pelarut diharapkan gas memiliki kelarutan yang
tinggi. Kelarutan gas yang tinggi dapat meningkatkan laju proses absorpsi. Selain itu,
dengan kelarutan gas yang tinggi dapat menurunkan jumlah pelarut yang digunakan
sehingga proses absorpsi lebih ekonomis karena tidak menggunakan banyak pelarut.
3) Tidak korosif. Pelarut dan gas yang bersifat korosif menyebabkan korosi pada
material dan peralatan, sehingga baik pelarut maupun gas yang diabsorpsi diusahakan
bukan senyawa yang korosif. Pelarut dan gas yang bersifat korosif dapat merusak
peralatan sehingga biaya material menjadi tinggi.
4) Viskositas. Pelarut dengan viskositas rendah lebih disukai dalam absorpsi. Pelarut
dengan viskositas rendah disukai karena lebih menguntungkan. Pelarut dengan
viskositas rendah lebih menguntungkan karena :
a) Pelarut viskositas rendah dapat mempercepat laju absorpsi.
b) Perpindahan massa akan lebih baik dan akan mencegah flooding pada kolom
absorpsi
c) Perbedaan tekanan yang rendah (less pressure drop)
d) Perpindahan panas akan lebih baik karena molekul-molekul yang dapat bergerak
aktif
5) Pelarut yang digunakan haruslah tidak beracun, tidak mudah terbakar, memiliki
ikatan yang stabil, dan memiliki titik beku yang rendah.
6) Harga. Pelarut yang digunakan diharapkan pelarut yang murah dan mudah ditemui.
Sehingga biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dan selalu tersedia di pasaran.
2.9. Aliran pada saluran tertutup (pipa)
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang
digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (Triatmojo, 1996: 25).
Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan bisa
lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di dalam pipa tidak
penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau karena tekanan di dalam
pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak penuh), aliran temasuk
dalam pengaliran terbuka. Karena mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang
dialirkan dalah zat cair. Tekanan dipermukaan zat cair disepanjang saluran terbuka
adalah tekanan atmosfer.
Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada pipa
adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada saluran
20
20
terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak penuh sehingga masih ada rongga
yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama dengan aliran pada saluran
terbuka (Kodoatie, 2002: 215). Misalnya aliran air pada gorong-gorong. Pada kondisi
saluran yangpenuh air, desainnya harus mengikuti kaidah aliran pada pipa, namun bila
mana aliran air pada gorong- gorong didesain tidak penuh maka sifat alirannya adalah
sama dengan aliran pada saluran terbuka.
Perbedaan yang lainnya adalah saluran terbuka mempunyai kedalaman air (y),
sedangkan pada pipa kedalam air tersebut ditransformasikan berupa (P/y). Oleh karena
itu konsep analisis aliran pada pipa harus dalam kondisi pipa terisi penuh dengan air.
Zat cair riil didefinisikan sebagi zat yang mempunyai kekentalan, berbeda dengan
zat cair ideal yang tidak mempunyai kekentalan. Kekentalan disebabkan karena adanya
sifat kohesi antara partikel zat cair, karena adanya kekentalan zat cair maka terjadi
perbedaan kecepatan partikel dalam medan aliran. Partikel zat cair yang berdampingan
dengan dinding batas akan diam sedang yang terletak pada suatu jarak tertentu dari
dinding akan bergerak. Perubahan kecepatan tersebut merupakan fungsi jarak dari
dinding batas. Aliran zat cair riil disebut juga aliran viskos. Aliran viskos adalah aliran
zat cair yang mempunyai kekentalan.
Viskositas terjadi pada temperature tertentu. Kekentalan adalah sifat zat cair yang
dapat menyebabkan terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak. Tegangan geser ini
akan mengubah sebagian energi aliran dalam bentuk energi lain seperti panas, suara, dan
sebagainya. Perubahan bentuk energi tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan
energi.
Aliran viskos dibedakan menjadi dua macam. Apabila pengaruh kekentalan
(viskositas) adalah cukup dominan sehingga partikel-partikel zat cair bergerak secara
teratur menurut lintasan lurus maka aliran disebut laminar. Aliran laminar terjadi apabila
kekentalan besar dan kecepatan aliran kecil. Dengan berkurangnya pengaruh kekentalan
atau bertambahnya kecepatan maka aliran akan berubah dari laminar menjadi turbulen.
Pada aliran turbulen partikel-partikel zat cair bergerak secara tidak teratur.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan, yaitu:
1) Kolom Deoksigenator.
2) Pump.
3) Compressor.
4) Sensor probe.
5) Tanki Penampung air.
6) Flowmeter udara.
7) Flowmeter air.
Bahan yang digunakan, yaitu:
1) Air.
2) Udara.
3.2. Prosedur Percobaan
1) Tekan tombol power, lalu tekan tombol supply.
2) Tekan tombol pump 1 untuk mengalirkan air dari bak penampung ke kolom
deoksigenator.
3) Atur flowmeter untuk air sesuai dengan laju alir yang ditetapkan.
4) Bila kolom deoksigenator penuh dengan air, hidupkan pump 2 yang berfungsi untuk
menyedot air dan dialirkan ke flowmeter dan sensor probe, dimana alat ini
digunakan untuk menghitung laju alir air dan O2 yang terserap dari inlet.
5) Kemudian air akan mengalir ke puncak Wetted Wall Absorption Colomn dan
selanjutnya akan turun dari puncak ke dasar kolom secara laminer yang berupa
lapisan tipis (film).
6) Bersamaan dengan itu tekan tombol compressor untuk mengalirkan udara secara
counter current ke dalam Wetted Wall Absorption Coloumn. Udara yang dialirkan
oleh Compressor sebelumnya masuk dalam flowmeter udara untuk menghitung laju
alir udara.
22
7) Kemudian air yang sudah bebas O2 masuk ke sensor probe untuk menghitung O2
outlet. Dimana kedua alat ini dihubungkan dengan DO meter.
23
DAFTAR PUSTAKA
Mazran. 2014 .Wetted Wall Gas Absorption Column. (online). http://discoverarmfield.
com/en/products/view/ces/wetted-wall-gas-absorption-column. (Diakses pada 4
September 2015)
Muhfari. 2011. Aliran dalam Pipa. (online). http://muhfari.wordpress.com/2011/
11/16/aliran-pada-saluran-tertutup-pipa/. (Diakses pada 6 September 2015)
Rahayu, S. 2009. Absorpsi. (online). http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/ kimia-
industri/teknologi-proses/absorbsi/. (Diakses pada 6 September 2015)
Reynolds, A.F. 2013.Mass Transfer Absorption in a Wetted Wall Column. (online).
http://www.aiche.org/academy/videos/conference-presentations/
mass-trans fer-evaluation-co2-absorption-wetted-wall-column.
(Diakses pada 4 September 2015 )
Suryaputra, W. 2010. Wetted Wall Column. (online). http://wijayasuryaputra.
blog.com/2010/12/08/wetted-wall-column/. (Diakses pada 6 September 2015)
Traybal, E.R. 1985. Mass-Transfer Operations third edition. Singapore: McGraw-Hill
Book Company
Warren, L., Mc. Cabe, Julian C, Smith, dan Peter Harriot. 1993. Operasi Teknik Kimia.
Jakarta: Erlangga
Welty, J.R., C.E. Wicks, R.E. Wilson. 1984. Fundamental of Momentum, Heat, and
Mass Transfer , 3rd edition. New York: John Wiley & Sons Inc.