22

PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan
Page 2: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

i

PROSIDING

“REVITALISASI INDONESIA MELALUI IDENTITAS KEMAJEMUKAN

BERDASARKAN PANCASILA”

Susunan Panitia

Penasehat : Dr. Dhaniswara K. Harjono, SH., MH., MBA

(Rektor UKI)

Pdt. Wellem Sairwona, M,Th

SC : Prof. Dr. Charles Marpaung

Dr. Wilson Rajagukguk, M.Si.,MA

Wakil Rektor Bidang Akademik (WRA)

Dr. Bernadetha Nadeak, M.Pd.,PA.

Wakil Rektor Bidang Keuangan, SDM dan Administrasi

Umum (WRKSA)

Dr.rer.pol., Ied Veda R. Sitepu, SS., MA.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hukum dan

Kerjasama (WRKK)

Penanggungjawab : Dr. Wahju Astjarjo Rini, M.A, M.Pd. K

Kepala Pusat Studi Lintas Agama dan Budaya

Ketua : Pdt. Ester Rela Intarti, M.Th

Sekretaris : Pdt. Indri Jatmoko, S.Si (Teol)., M.M.

Sekretariat : Decmoon Destine, S.Pd

Bendahara : Ir. Edison Siregar, M.M

Elferida Sormin , S.Si., M.Pd

Koor Acara : Pdt. Dr. Dirk Roy Kolibu, M.Th

Pdt. Indri Jatmiko, S.Th., M.M

Koor Prosiding : Dr. Lamhot Naibaho, M.Pd.

Dr. Demsi Jura, M.Th.

Dr. Desi Sianipar, M.Th.

Koor Perlengkapan : Hotma Parulian Panggabean, SE., M.Ak.

Koor Keamanan : Dandy Sendayu Noron, S.Sos

Page 3: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

ii

Koor Pubdekdok : Dr. A. Dan Kia, M.Th

Jehezkiel Sandi Juli Handoko, A.Md.

Koor Konsumsi : Ledyana Efarida, A.Md.,

Rotua Vicky Ria, SE

Reviewer : Dr. Demsy Jura, M.Th.

Dr. Lamhot Naibaho, S.Pd., M.Hum.

Dr. Sidik Budiono, S.E., M.E.

Dr. Gindo E.L. Tobing, S.H., M.H.

Dr. Desi Sianipar, M.Th.

Dr. Dirk Roy Kolibu, M.Th.

Editor : Dr. Lamhot Naibaho, S.Pd., M.Hum.

Dr. Demsy Jura, M.Th.

Page 4: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

iii

PROSIDING

“REVITALISASI INDONESIA MELALUI IDENTITAS KEMAJEMUKAN

BERDASARKAN PANCASILA”

Reviewer:

Dr. Demsy Jura, M.Th.

Dr. Lamhot Naibaho, S.Pd., M.Hum.

Dr. Sidik Budiono, S.E., M.E.

Dr. Gindo E.L. Tobing, S.H., M.H.

Dr. Desi Sianipar, M.Th.

Dr. Dirk Roy Kolibu, M.Th.

Editor:

Dr. Lamhot Naibaho, S.Pd., M.Hum.

Dr. Demsy Jura, M.Th.

ISBN: 978-979-8148-96-5

Penerbit

UKI Press

Jl. Mayjen Sutoyo No.2 Cawang Jakarta 13630

Telp.(021)8092425, [email protected]

Cetakan 1, 2018

UKI Prees

2018

Page 5: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang penuh berkat dan rahmat atas perkenanNya serta dukungan

dari pimpinan Universitas Kristen Indonesia Seminar Nasional dan call for paper dengan

tema Revitalisasi Indonesia melalui identitas Kemajemukan berdasarkan Pancasila yang

telah diselenggarakan pada tanggal 22 November 2018 dapat terlasana dengan baik dan

Prosiding ini dapat diterbitkan.

Tema dalam seminar nasional ini dipilih dengan alasan, pertama sebagai wujud kontribusi

Universitas Kristen Indonesia yang telah berusia 65 sejak berdiri pada 15 Oktober 1953

dengan turut serta berpartisipasi mencerdaskan kehidupan bangsa seperti diamanatkan dalam

UUD 1945. Panggilan tersebut bertugas membentuk calon pemimpin yang cakap dan

profesional, beriman dan berwawasan Oikumenis, serta berkarakter dan bervisi pelayanan

bagi kemanusiaan dengan membawa serta, damai dan sejahtera, peka dan mampu

menanggapi kebutuhan masyarakat dengan wawasan kebangsaan dalam rangka kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Alasan yang kedua, untuk menghimpun berbagai

pemikiran dan wawasan serta pengalaman dari para pembicara dalam rangka membangun jati

diri terhadap identitas kemajemukan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Seminar nasional ini dihadiri oleh Bp. Lukman Hakim, Menteri Agama Republik Indonesia,

sebagai keynote speaker, dan Bp. Ahmad Basarah, Wakil Ketua MPR RI, sebagai pembicara

utama serta para akademisi pemakalah dari berbagai kampus atau universitas, sekaligus

bertukar informasi dan memperdalam masalah fenomena kehidupan berbangsa dan

bernegara.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada keynote speaker, pembicara utama,

Pimpinan Universitas Kristen Indonesia, pemakalah/nara sumber, moderator, peserta, panitia,

para alumni, para mahasiswa serta seluruh stake holder yang telah berupaya mensukseskan

seminar nasional ini.

Jakarta, 18 Maret 2019

Ketua LPPM UKI

Dr. Aartje Tehupeiory, S.H.,M.H

Page 6: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Keynote Speakers

1 Pancasila sebagai Identitas Pemersatu Kemajemukan Indonesia:

Tinjauan Ketatanegaraan. Ahmad Basarah (Wakil Ketua Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia) MPR RI.

1

2 Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarka

Pancasila. Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama Republik

Indonesia)

11

Speakers

3 Membumikan Pancasila: Aktualisasi Nilai dan Pembudayaan Karakter.

Benny Susetyo Pr. (Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah UKP-PIP)

16

4 Membangun Budaya Toleransi Berbasis Wawasan Kebangsaan Guna

Memperkuat Kedaulatan Indonesia. Prof. Dr. Muhammad AS. Hikam,

APU. (Dosen Universitas Presiden)

22

5 Generasi Muda dan Identitas Kemajemukan Indonesia di Kancah

Internasional. Biondi Sima, M.Sc, LLM.M & Zeva Sudana, M.A (Co-

chairs Indonesian Youth Diplomacy (IYD))

35

6 Mengelaborasi peran strategis Pusat Studi Lintas Agama dan Budaya

dalam menyemai identitas kemajemukan Indonesia. Wahju A. Rini

(Kepala Pusat Studi Lintas Agama dan Budaya Universitas Kristen

Indonesia).

49

Pemakalah

7 Membangun Jejaring Lintas Agama dan Budaya untuk Menjaga

Kemajemukan dalam Penguatan Karakter Bangsa. Aartje Tehupeiory

(Universitas Kristen Indonesia)

59

8 Membangun Ketahanan Nasional yang Berkelanjutan dalam Konteks

Kemajemukan Bangsa Indonesia. George Royke Deksino (Akademi

Militer Magelang)

68

Page 7: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

vi

9 Meneguhkan Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila sebagai

Perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mukhtadi (Universitas

Pertahanan).

82

10 Gaya Kepemimpinan yang Berintegritas Pancasila. Petrus Danan

Widharsana, S. Pantja Djati (Universitas Mercu Buana Jakarta), St.

Hendro Budiyanto, M. M

94

11 Membangun Budaya Toleransi melalui Dunia Nyata. Mariani Harmadi

(STT Baptis Semarang)

102

12 Pendidikan Pancasila sebagai Resolusi Mengatasi Hate Speech di

Media Sosial dalam Pemilu Nasional 2019. Fransiskus X. Gian Tue

Mali, M.Si (Universitas kristen Indonesia)

115

13 Pendidikan sebagai Ujung Tombak Kerukunan Antar Umat Beragama.

E. Handayani Tyas (Universitas Kristen Indonesia)

137

14 Revitalisasi Ekonomi Pancasila melalui Pos Pemberdayaan Keluarga

(Posdaya) Berbasis Potensi Lokal. Katiah (Prodi Pendidikan Tata

Busana, FPTK, Universitas Pendidikan Indonesia), Supriyono

(Departemen Pendidikan Umum, FPIPS, Universitas Pendidikan

Indonesia), Asep Dahliyana (Departemen Pendidikan Umum, FPIPS,

Universitas Pendidikan Indonesia)

147

15 Membangun Jejaring Lintas Budaya dan Agama untuk Menjaga

Kemajemukan. Antie Solaiman (Universitas Kristen Indonesia)

160

16 Kebijakan Publik bila Mencantumkan Aliran Kepercayaan dalam

Admininistrasi Kependudukan sebagai Bentuk Revitalisasi Pancasila.

Rospita Adelina Siregar (Universitas Kristen Indonesia)

173

17 Model Pendidikan yang Cocok dalam Masyarakat Majemuk di

Indonesia: Pendidikan Agama yang Inklusif dan Pendidikan Agama

yang Multikultural. Fredik Melkias Boiliu (Universitas Kristen

Indonesia)

178

18 Peranan Mahasiswa dalam Merajut Kerukunan Antar Umat Beragama

dalam Perspektif Kekristenan. Esther Rela Intarti (Universitas Kristen

191

Page 8: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

vii

Indonesia)

19 Etika Teologi Politik: Analisis Etis Teologis Ketaatan kepada

Pemerintah. Noh Ibrahim Boiliu (Universitas Kristen Indonesia)

199

20 Peran Pendidikan Agama Kristen di Universitas Kristen Indonesia

dalam Konstelasi Nasional Pembangunan Bangsa Bedasarkan Nilai-

Nilai Pancasila. Dirk Roy Kolibu (Universitas Kristen Indonesia)

210

21 Pendidikan Multikultural untuk Anak melalui Belajar Injil Yohanes

supaya Terbangun Semangat Penerimaan dalam Kehidupan Berbangsa.

Yohanes Patar Parulian (Universitas Kristen Indonesia)

223

22 Pendekatan Tipologi Tripolar Alan Race dalam Keberagaman Agama

di Indonesia. Demsy Jura (Universitas Kristen Indonesia)

232

23 Peran Orang Tua dalam Mengantisipasi Radikalisme pada Anak. Merci

Merliana Laik (Universitas Kristen Indonesia)

246

24 Hospitalitas sebagai Praksis Kristiani dalam Memberdayakan

Disabilitas Korban Kekerasan. Alfonso Munte (Universitas Indonesia)

255

Page 9: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

68

Membangun Ketahanan Nasional yang Berkelanjutan

dalam Konteks Kemajemukan Bangsa Indonesia

George Royke Deksino

[email protected]

Abstrak

Perjuangan Bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan dari penjajah telah

selesai, namun perjuangan untuk menjaga eksistensi negara-bangsa dalam

mencapai tujuan nasional serta mempertahankan kemerdekaan yang hakiki

sesuai cita-cita para pendiri negara - bangsa (the founding fathers), belumlah

selesai dan masih terus diperjuangkan. Oleh sebab itu, diperlukan adanya

pemahaman tentang Ketahanan Nasional secara berkelanjutan bagi masyarakat

Indonesia yang sangat pluralis. Ketahanan Nasional dapat dipahami baik

sebagai konsepsi maupun sebagai suatu kondisi. Ketahanan Nasional sebagai

konsepsi merupakan pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan

keamanan secara seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan

nasional. Kemudian pemahaman Ketahanan Nasional sebagai suatu kondisi

adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan

mengembangkan kekuatan nasional untuk menjamin kelangsung hidup bangsa

dan negara dalam mencapai tujuan nasional. Melalui pemahaman tentang

Ketahanan Nasional yang berkelanjutan dalam konteks kemajemukan bangsa

Indonesia diharapkan setiap komponen bangsa memiliki wawasan kebangsaan

yang utuh dan tanggung jawab yang tinggi untuk bersama sama menjaga dan

melestarikan kebhinekaan tunggal ika sebagai identitas primer. Pembahasan ini

menggunakan metode historis dan model Astagatra. Model yang berisi delapan

gatra terdiri atas trigatra (geografi, sumber daya alam, demografi) dan panca

gatra ( ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan keamanan).

Hasil analisis adalah bahwa keberlangsungan hidup dan eksistensi suatu bangsa,

sangat dipengaruhi oleh kemampuan bangsa tersebut dalam memahami dan

menguasai kondisi Astagatra secara berkelanjutan. Kesimpulan pembahasan

bahwa pemahaman tentang Astagatra secara utuh dan berkelanjutan merupakan

ketahanan nasional yang dapat memberi kontribusi positif dalam meneguhkan

kemajemukan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Implikasi

pembahasan adalah bilamana ketahanan nasional diabaikan oleh masyarakat

Indonesia maka dapat berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup bangsa

yang sangat majemuk.

Kata kunci: ketahanan nasional, astagatra, kemajemukan

I. Pendahuluan

Perjuangan Bangsa Indonesia

untuk mencapai kemerdekaan dari

penjajah telah selesai, namun

tantangan untuk menjaga dan

mempertahankan kemerdekaan yang

hakiki belumlah selesai. seorang

sejarawan menyatakan,“... dahulu,

musuh itu jelas: penjajah yang tidak

memberikan ruang untuk

Page 10: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

69

mendapatkan keadilan, kemanusiaan,

yang sama bagi warga negara, pada

masa kini, musuh bukan dari luar,

tetapi dari dalam negeri sendiri

seperti korupsi yang merajalela,

ketidakadilan, pelanggaran HAM,

kemiskinan, ketidakmerataan

ekonomi, penyalahgunaan

kekuasaan, tidak menghormati harkat

dan martabat orang lain, suap-

menyuap, dan lain lain (Lubis: 2008).

Dua dekade pasca reformasi,

masyarakat Indonesia masih belum

sepenuhnya dewasa dalam memaknai

dan mempraktikkan demokrasi

sebagaimana yang dicita-citakan

kaum reformis. Reduksi

kewarganegaraan bagi kelompok

minoritas keberagamaan dan etnik,

diiringi dengan berbagai konflik

SARA yang bersifat komunal masih

terjadi. Tercatat ada tiga konflik

SARA bersifat besar dan komunal

pada pasca reformasi tahun 2000,

konflik Ambon, Konflik Poso 2002,

konflik Suku di Kalimantan (Sampit,

Sambas, Ketapang, tahun 2004.

Konflik Sampang tahun 2011-2012,

Peristiwa Jember September 2013,

Peristiwa Cikeusik Banten

penyerangan kelompok Ahmadiyah

tahun 2012 dan beberapa konflik

antar desa dan kelompok ulayat di

Sulawesi, NTT (Hikam, 2014).

Kemudian, Setara Institute

menyatakan bahwa telah terjadi 155

kasus intoleransi di Indonesia di

sepanjang tahun 2017. Pandangan

dari Setara Institute mengenai

intoleransi di Indonesia, juga

dikemukakan oleh Panglima TNI

pada saat Fit and Proper Test di

hadapan anggota DPR RI tahun 2017.

Marsekal TNI Hadi Tjahjanto sebagai

calon Panglima TNI saat itu,

menyatakan bahwa ancaman konflik

komunal berbasis SARA masih ada.

Panglima TNI menyatakan bahwa

konflik komunal berbasis SARA

dinilai berpotensi merongrong

legitimasi pemerintahan. "Dengan

konstruksi Indonesia sebagai negara

kepulauan dan masyarakat yang

majemuk, potensi separatisme serta

konflik komunal berbasis suku,

agama, ras termasuk antargolongan

akan selalu ada (Kompas, 2017).

Bangsa Indonesia sebagai suatu

bangsa yang sangat majemuk

memiliki potensi ancaman SARA

yang dapat berujung pada disintegrasi

bangsa bilamana masyarakat

Indonesia tidak memiliki ketahanan

nasional yang utuh dan berkelanjutan.

Pemahaman tentang ketahanan

nasional secara utuh dan

berkelanjutan sangat diperlukan

dalam rangka mencapai tujuan dan

cita-cita nasional. Ketahanan

nasional menjadi keniscayaan untuk

membangun bangsa Indonesia

menjadi bangsa yang besar dan

disegani. Terlebih pada saat ini

dimana bangsa Indonesia akan

melaksanakan pesta demokrasi

pemilihan umum (Pemilu) baik

legislatif maupun pemilihan calon

Presiden dan Wakil Presiden pada

tahun 2019, maka setiap komponen

bangsa perlu menyadari pentingnya

ketahanan nasional yang

berkelanjutan.

II. Tinjauan Pustaka

Setiap bangsa yang merdeka

tentunya memiliki tujuan dan cita cita

nasional. Bangsa Indonesia sebagai

bangsa yang merdeka memiliki tujuan

dan cita cita nasional sebagaimana

dalam pembukaan UUD Negara RI

tahun 1945 pada aline 4 yang

menyatakan “ Kemudian dari pada

Page 11: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

70

itu untuk membentuk suatu

Pemerintah Negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan

sosial, maka disusunlah

Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia

itu dalam suatu Undang-Undang

Dasar Negara Indonesia, yang

terbentuk dalam suatu susunan

Negara Republik Indonesia yang

berkedaulatan rakyat dengan

berdasarkan kepada Ketuhanan Yang

Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil

dan Beradab, Persatuan Indonesia

dan Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan, serta

dengan mewujudkan suatu Keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Untuk mewujudkan tujuan dan cita-

cita nasional ini tentunya tidak

mudah, terlebih dihadapkan pada

kondisi masyarakat Indonesia yang

sangat majemuk. Perwujudan tujuan

dan cita cita nasional memerlukan

komitmen dan kesadaran yang tinggi

dari setiap komponen bangsa.

Bagaimana untuk mewujudkan

tujuan dan cita cita nasional

sebagaimana yang diharapkan dari

para pahlawan dan pendiri bangsa?

Mewujudkan masyarakat Indonesia

yang adil dan beradab serta sejahtera

merupakan pekerjaan rumah setiap

komponen bangsa. Proses perjuangan

untuk menjaga eksistensi negara-

bangsa dalam mencapai tujuan

nasional sesuai cita-cita para pendiri

negara - bangsa (founding fathers)

perlu terus diperjuangkan. Melalui

penguatan ketahanan nasional yang

berkelanjutan dan dipahami oleh

masyarakat luas dari generasi ke

generasi, maka impian dan cita cita

untuk menjadi bangsa yang besar dan

disegani yang berdasarkan Pancasila

akan dapat diwujudkan.

Ketahanan Nasional dapat

dipahami dari dua sisi yaitu pertama

sebagai suatu konsep dan kedua

sebagai suatu kondisi. Ketahanan

nasional sebagai konsep merupakan

pengaturan dan penyelenggaraan

kesejahteraan dan keamanan secara

seimbang, serasi dan selaras dalam

seluruh aspek kehidupan nasional.

Kemudian pemahaman ketahanan

nasional sebagai suatu kondisi adalah

keuletan dan ketangguhan bangsa

yang mengandung kemampuan

mengembangkan kekuatan nasional

dalam menghadapi dan mengatasi

segala tantangan, ancaman, hambatan,

dan gangguan baik yang datang dari

luar maupun dari dalam untuk

menjamin identitas, kelangsungan

hidup bangsa dan negara serta

perjuangan mencapai tujuan nasional

(Lemhannas, 2018). Ketahanan

nasional merupakan kesatuan yang

terdiri dari delapan unsur yang

disebut ASTAGATRA yaitu: gatra

geografi, gatra sumber kekayaan alam

(SKA), gatra demografi, gatra

ideologi, gatra politik, gatra ekonomi,

gatra sosial budaya dan gatra

pertahanan keamanan.

Gagasan tentang ketahanan

nasional sesungguhnya telah tercetus

sejak awal tahun enam puluhan di

sekolah staf dan komando Angkatan

Darat (SSKAD) Bandung. Pada saat

ini SSKAD telah berubah namanya

menjadi Seskoad (Sunardi, 2004).

Konsepsi analitis tentang Ketahanan

nasional lahir pada tahun 1972 yang

Page 12: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

71

merumuskan bahwa ketahanan

nasional adalah kondisi dinamik satu

bangsa yang berisi keuletan dan

ketangguhan yang mengandung

kemampuan untuk mengembangkan

kekuatan nasional didalam mengatasi

dan menghadapi segala ancaman,

tantangan, hambatan dan gangguan

baik dari luar mapun dari dalam yang

langsung maupun tidak langsung

membahayakan integritas, identitas,

kelangsungan hidup bangsa dan

negara serta perjuangan untuk

mengejar tujuan nasional. Disini

terlihat dengan jelas adanya unsur

perlunya dimiliki kualitas untuk

“survive” yang disublimasikan

kedalam keuletan serta kualitas

kemampuan berkembang “growth”

agar memenuhi tuntutan peningkatan

kehidupan nasional yang

disublimasikan kedalam ketangguhan.

Memahami ketahanan nasional

tentunya tidak dapat dilepaskan dari

geostrategi Indonesia. Geostrategi

pada dasarnya merupakan ketahanan

nasional, sebagai suatu cara untuk

tetap mempertahankan wilayah NKRI

(Lemhanas, 2017). Geostrategi

dipahami sebagai suatu strategi dalam

memanfaatkan kondisi geografis

negara dalam menentukan kebijakan,

tujuan dan sarana untuk mewujudkan

cita cita proklamasi dan tujuan

nasional (Jakni, 2014). Geostrategi

diperlukan dalam menunjang

keberhasilan tugas pokok pemerintah

seperti tegaknya hukum dan

ketertiban, terwujudnya kesejahteraan

dan kemakmuran, terselenggaranya

pertahanan dan keamanan,

terwujudnya keadilan hukum dan

keadilan sosial. Geostrategi memiliki

fungsi daya tangkal terhadap segala

bentuk ancaman, gangguan, hambatan

dan tantangan terhadap identitas,

integritas, dan eksistensi bangsa

dalam aspek ideologi, politik,

ekonomi, sosial budaya, dan

pertahanan serta keamanan. Melalui

geostrategi bangsa Indonesia

memberikan arahan tentang

bagaimana menyusun strategi

pembangunan nasional untuk

mewujudkan masa depan Indonesia

yang jauh lebih baik, memiliki

keadilan sosial dan kemakmuran

ditengah kemajemukan masyarakat

Indonesia.

III. Pembahasan

1. Pendekatan Astagatra

Ketahanan nasional merupakan

kesatuan yang terdiri dari delapan

unsur yang tidak terpisahkan satu

sama lain. Kedelapan unsur disebut

Astagatra terdiri dari Geografi,

Sumber Kekayaan Alam (SKA) dan

Demografi disebut juga Tri Gatra dan

Panca Gatra yang terdiri dari unsur

Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial

Budaya dan Pertahanan Keamanan.

Kedelapan gatra ini merupakan hal

penting dalam membangun dan

memperkokoh persatuan dan kesatuan

bangsa di tengah kemajemukan

bangsa Indonesia. Adapun

penjelasan Tri Gatra dan Panca Gatra

sebagai berikut:

2. Gatra Geografi

Negara Indonesia terletak pada

lokasi kepulauan atau berbatasan

dengan banyak laut (multi-sea and

insular). Negara Indonesia

berdasarkan United Nations

Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS) tanggal 10 Desember

1982 telah disahkan dan termasuk

dalam kategori negara kepulauan

(Archipelagic State) dan Indonesia

juga telah meratifikasinya dengan

Undang-Undang No.17 Tahun 1985

Page 13: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

72

(Lemhanas, 2017). Kondisi ini

berbeda dengan negara seperti Iran

dan Pakistan yang berbatasan hanya

satu lautan saja (one-sea location)

atau negara Turki dan Italia yang

berbatasan dengan dua lautan (two-

sea location). Kemudian lokasi

negara Indonesia berbatasan dengan

sepuluh negara tetangga. Fakta

geografis menunjukkan bahwa

Indonesia memiliki bentuk wilayah

terdiri dari ribuan pulau-pulau besar

dan kecil, kondisi ini semakin

mempertegas bahwa Indonesia

dipersatukan oleh laut. Negara

Indonesia memiliki luas daratan

2.027.087 Km2 dan perairan

5.866.163Km2, termasuk luas Laut

ZEE 2.700.000 Km (Lemhanan,

2017). Indonesia memliki ¾ wilayah

laut yang terbentang secara horisontal

dari sabang di sebelah barat sampai

Merauke di sebelah Timur sepanjang

lebih dari 5.140 Kilometer dan dari

pulau Miangas di sebelah Utara

sampai pulau Dana di sebelah Selatan

sepanjang lebih dari 1.949 kilometer.

Wilayah laut Indonesia yang sangat

luas (5,8 juta Km2) dengan ditaburi

pulau pulau besar dan kecil (17.504

pulau, ada 13.466 pulau sudah

memiliki dokumen hasil survei

toponimi). Kondisi Geografi bangsa

Indonesia yang sangat luas dan

menyimpan potensi kekayaan di

daratan, lautan dan udara yang sangat

beraneka ragam, merupakan aset yang

bernilai tinggi untuk dapat

dimanfaatkan dan menumbuhkan

cinta tanah air dan patriotisme bagi

setiap komponen bangsa.

3. Gatra Sumber Kekayaan

Alam

Istilah kekayaan alama secara

resmi diawali pemakaiannya pada

UUD Negara RI tahun 1945 pasal 33

ayat (3) yang menyebutkan Bumi dan

air dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Undang undang lain yang

menggunakan istilah Kekayaan Alam

adalah Undang- undang Pokok

Agraria no. 5 tahun 1960 pada pasal 1

ayat (2) yang menyebutkan “seluruh

bumi, air dan ruang angkasa,

termasuk kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dalam

wilayah Republik Indonesia sebagai

karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah

bumi, air dan ruang angkasa bangsa

Indonesia dan merupakan kekayaan

nasional” (Lemhanas, 2017).

Berbicara mengenai sumber kekayaan

alam Indonesia setidaknya terdapat

tiga bidang yang saling terkait adalah

energi, kehutanan, perikanan dan

kelautan. Kekayaan alam Indonesia di

bidang energi, kehutanan, perikanan

dan kelauatan merupakan modal besar

bagi Indonesia untuk menjadi negara

besar. Presiden RI pertama Ir.

Soekarno pernah menyatakan: Aku

tinggalkan kekayaan alam Indonesia,

biar semua negara besar dunia iri

dengan Indonesia, dan aku

tinggalkan hingga bangsa Indonesia

sendiri yang mengolahnya (Hikam,

2014). Sumber kekayaan alam

Indonesia yang sangat besar ini dapat

menjadi aset dan potensi kekuatan

Bangsa Indonesia untuk memajukan

kesejahtera rakyat Indonesia. Sumber

Kekayaan Alam (SKA) harus dapat

dikelola untuk mendatangkan

kemakmuran seluruh rakyat Indonesia

dari sabang sampai merauke.

Kedaulatan suatu bangsa akan sumber

kekayaan alam juga diatur secara

internasional dalam Resolusi Sidang

Umum PBB 1803 pada tanggal 14

Page 14: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

73

Desember 1962 yang menyebutkan:

“The right of peoples and nations to

permanent sovereignty over their

national wealth and resources must

be exercised in the interest of their

national development and of the well-

being of the people of the State

concerned” (Lemhanas, 2017).

Bangsa Indonesia yang

memiliki sumber kekayaan alam

yang sangat besar dan

menguntungkan ini, tentunya

menjadikan pihak-pihak diluar bangsa

Indonesia berkeinginan untuk ingin

memanfaatkan potensi sumber

kekayaan alam bangsa Indonesia.

Pengambilan sumber kekayaan alam

Indonesia oleh bangsa asing tentu

akan dilaksanakan melalui pelemahan

integrasi nasional yang dilakukan

dengah berbagai cara antara lain

“menghembuskan” timbulnya rasa

ketidak adilan pada setiap anak

bangsa, melemahkan penegakkan

hukum, eksploitasi sumber kekayaan

alam yang berlebihan, memperbesar

kesenjangan sosial, memperluas

kemiskinan, melemahkan aspirasi

masyarakat, memarjinalkan kelompok

kelompok kecil sehingga

menimbulkan rasa ketidakpuasan,

diskriminasi, kemiskinan dan lain

lain.

Mencermati sumber kekayaan

alam yang dimiliki bangsa Indonesian

maka setiap komponen bangsa harus

memiliki kesadaran yang tinggi dan

wawasan kebangsaan yang luas

mengenai sumber kekayaan alam

Indonesia, agar aset yang sangat

bernilai tinggi ini dipelihara, dan

dijaga, serta dikelola untuk menjadi

sumber kemakmuran rakyat Indonesia

sekaligus menjadi sarana perekat

persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Gatra Demografi

United Nation (1958) dan

International Union for the Scientific

Study of Population/IUSSP (1982)

mendefinisikan demografi sebagai

studi ilmiah masalah kependudukan

yang berkaitan dengan jumlah,

struktur, serta pertumbuhannya

(Lemhanas, 2018). Berdasarkan hasil

survey sosial ekonomi nasional

(susenas) tahun 2014 diketahui bahwa

jumlah penduduk Indonesia

berjumlah 254 juta jiwa. Ini

merupakan penduduk dengan jumlah

terbanyak ke 4 di dunia setelah

Tiongkok, India dan Amerika Serikat

dengan laju pertumbuhan penduduk

sebesar 1, 49% pertahun (Lemhanas,

2018). Kemudian bila memperhatikan

perhitungan dari Bappenas

memperkirakan penduduk Indonesia

pada tahun 2018 akan berjumlah 267

juta (Bappenas, 2018). Dari sensus

penduduk tersebut diketahui bahwa

saat ini Indonesia sedang mengalami

Bonus Demografi dimana jumlah

penduduk yang produktif (usia 15-64

tahun) lebih banyak daripada jumlah

penduduk yang tidak produktif (usia

0-14 dan diatas 64 tahun). Pada masa

bonus demografi (tahun 2020 –

2030) merupakan jendela peluang

(windows opportunity) yang dapat

positif dan juga negatif. Bonus

demografi yang positif bagi

pembangunan nasional dapat

diidentifikasi seperti : (1) terdapat

suplai tenaga kerja yang besar

sehingga meningkatkan pendapatan

per kapita apabila mendapat

kesempatan kerja yang produktif,

(2)terdapat peningkatan peranan

perempuan yang juga memasuki pasar

kerja sehingga mampu membantu

untuk meningkatkan pendapatan, (3)

terdapat tabungan masyarakat yang

Page 15: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

74

dapat diinvestasikan secara produktif,

dan (4)terdapat modal manusia yang

besar apabila ada investasi untuk itu

(Giyarsih, 2015). Bonus demografi

yang bernilai postif dapat dikelola

oleh pemerintah untuk membangun

dan meningkatkan kesejahteraan

bangsa sekaligus memperat persatuan

dan kesatuan sesama anak bangsa.

Bonus demografi yang bersifat

negatif antara lain seperti tidak

terserapnya tenaga kerja produktif,

tentu dapat berpotensi menimbulkan

konflik sosial antar warga dan

cenderung meningkatnya angka

kriminalitas karena tingginya angka

penggangguran. Oleh sebab itu

pemerintah harus dapat mengelola

bonus demografi ini menjadi

kekuatan bangsa untuk

memaksimalkan peluang positif dan

meminimalisir dampak negatifnya.

5. Gatra Ideologi

Ideologi adalah suatu sistem

nilai yang merupakan kebulatan

ajaran yang memberikan motivasi.

Dalam ideologi juga terkandung

konsep dasar tentang kehidupan yang

dicita-citakan oleh suatu bangsa.

Bangsa Indonesia memiliki Ideologi

Pancasila Ketahanan ideologi

diartikan sebagai kondisi dinamik

kehidupan ideologi bangsa Indonesia

yang ulet dan tangguh untuk

mengembangkan kekuatan nasional

dalam menghadapi segala tantangan,

ancaman, hambatan serta gangguan

dari luar ataupun dari dalam. Bangsa

Indonesia tidak akan dapat

menghindari dinamika globalisasi

dengan pelbagai ancaman dan

tantangan yang dihadapi.

Dalam suatu kesempatan

kegiatan konferensi Nasional Umat

Katolik Indonesia, Menteri

Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu

menyatakan: “Diperlukan peran

serta dari seluruh komponen bangsa

untuk tetap memelihara sikap

nasionalisme kesadaran bela negara

dengan berpegang teguh pada

Pancasila dan UUD 1945. Jika

Pancasila tidak dijadikan falsafah

dalam berbangsa dan bernegara,

maka bangsa ini akan kehilangan roh

dan jiwanya. Akibatnya, masyarakat

dapat mudah disusupi oleh ideologi

asing yang belum tentu sesuai dengan

akar budaya bangsa Indonesia,"

Demikian pernyataan Menteri

Pertahanan RI pada acara Konferensi

Nasional Umat Katolik Indonesia

bertajuk 'Revitalisasi Pancasila', di

Universitas Katolik Atma Jaya, di

Jakarta, (Media Indonesia, 2018).

Menyikapi perkembangan

global yang sangat dinamis dan

perkembangan teknologi informasi

yang sangat cepat maka pengaruh dari

luar termasuk ideologi asing dan

nilai nilai barat yang berdampak

negatif tidak dapat terbendung. Oleh

sebab itu diperlukan penanaman nilai

nilai Pancasila dan implementasinya

secara terencana dan berkelanjutan

dari tingkat pendidikan sekolah dasar

sampai dengan perguruan tinggi serta

di setiap instansi pemerintah, swasta

dan organisasi masyarakat.

Pendidikan kewarganegaraan dan atau

Pancasila perlu secara terus menerus

ditanamkan pada diri anak didik

dengan cara mengintegrasikan dengan

mata pelajaran lain seperti pendidikan

budi pekerti, pendidikan sejarah

perjuangan bangsa dan kepramukaan.

Hal ini penting agar ideologi

Pancasila dapat terus dilestarikan

pada segala lapisan komponen

bangsa.

6. Gatra Politik

Page 16: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

75

Secara etimologis politik

berasal dari kata polis (bahasa

Yunani) yang artinya negara kota.

Orang yang mendiami polis disebut

polites yang artinya warga negara.

Politikos berarti kewarganegaraan.

Politik merupakan kegiatan dan

interaksi manusia yang berkenaan

dengan proses pembuatan dan

pelaksanaan keputusan yang

mengikat untuk masyarakat umum

(Lemhanas, 2017).

Politik adalah satu aspek

kehidupan nasional yang berkaitan

dengan kekuasaan atau kekuatan

dalam penyelenggaraan pemerintahan

negara dan berhubungan erat dengan

penyaluran aspirasi rakyat sebagai

wujud dari kedaulatan di tangan

rakyat. Dalam rangka mewujudkan

ketahanan politik diperlukan

kehidupan politik bangsa yang sehat

dan dinamis dengan memelihara

stabilitas politik yang berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945. Segenap

komponen bangsa dan para pejabat

baik yang ada di tingkat eksekutif,

legislatif dan yudikatif harus dapat

mengedepankan kepentingan nasional

diatas kepentingan partai atau

golongannya.

Implementasi pengelolaan

pemerintahan negara serta

pengelolaan kehidupan bermasyarakat

dan berbangsa sebagai kinerja politik

harus dilaksanakan berdasarkan

paradigma nasional, diantaranya

konsep wawasan nusantara yang

menjamin persatuan dan kesatuan

wilayah, bangsa dan segenap aspek

kehidupan nasional Indonesia.

Berbagai kebijakan politik, berupa

peraturan perundang-undangan di

semua tingkatan, kebijakan

pembangunan nasional dan

pembangunan daerah harus mengacu

untuk kepentingan seluruh rakyat

Indonesia di semua wilayah negara,

bukan untuk kepentingan kelompok

dan golongan tertentu. Dengan kata

lain, kehidupan sosial

kemasyarakatan harus dilandasi oleh

sikap dan perilaku yang didasari oleh

solidaritas dan toleransi yang tinggi,

serta menjauhkan diri dari rasa

superiotas, chauvinitas dan

diskriminasi berdasarkan suku, adat

istiadat, ras dan agama.

7. Gatra Ekonomi

Bidang ekonomi adalah salah

satu aspek kehidupan nasional yang

berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan bagi masyarakat meliputi

produksi, distribusi, serta konsumsi

barang dan jasa. Ekonomi yang

dibangun oleh pemerintah Indonesia

adalah ekonomi berbasis pada

konstitusi UUD 1945. Seorang tokoh

bangsa sekaligus proklamator, bung

Hatta memiliki pemikiran yang

visioner dan komprehensif tentang

ekonomi Indonesia. Pemikiran bung

Hatta menurut banyak studi

(Damanhuri, 1990; Mubyarto, 2001;

Swasono, 2005) telah tertuang dalam

pasal pasal ekonomi UUD 1945

terutama pasal pasal 2 ( ayat 2), pasal

27 (ayat 2), pasal 33 ( ayat 1,2 dan 3)

dan pasal 34. (ayat 1). Bila

dirangkaikan secara bebas sebagai

berikut: “Sistem Eknomi Indonesia

(SEI) disusun sebagai usaha bersama

berdasar asas “kekeluargaan”

dimana: (1) cabang cabang produksi

yang penting bagi negara dan

menyangkut hajat hidup rakyat

banyak dikuasai negara, (2) Bumi, air

dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. (3) Tiap tiap

warganegara berhak atas pekerjaan

Page 17: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

76

dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan, dan (4) Fakir, miskin

dan anak anak terlantar dipelihara

oleh Negara dalam Sistem Jaminan

Sosial Nasional dengan APBN dan

APBD untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat.” Sistem

Ekonomi Indonesia hendak

membangun ekonomi rakyat yang

mengedepankan kesejahteraan untuk

semua rakyat Indonesia.

Saat ini Indonesia telah berada

pada tahap ke tiga dari pelaksanaan

RPJPN 2005 – 2025. Pembangunan

ekonomi tahun 2015-2019 diarahkan

untuk membangun landasan bagi

Indonesia untuk keluar dari middle

income trap untuk memasuki menjadi

negara maju tahun 2030 (Lemhanas,

2018). Tahap ketiga dari pelaksanaan

RPJPN diikuti dengan perggantian

pemerintahan dari Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono ke Presiden

Joko Widodo. Presiden RI Joko

Widodo telah menyampaikan visi dan

misi pembangunan nasional 2015 –

2019, untuk Visi yaitu terwujudnya

Indonesia yang berdaulat, mandiri

dan berkepribadian berlandaskan pada

gotong royong. Visi tersebut

diterjemahkan dalam tiga aspek

kehidupan berbangsa dan bernegara

yaitu berdaulat dalam politik

berdirikari dalam ekonomi dan

berkepribadian dalam kebudayaan.

Dan ada 7 Misi pembangunan tahun

2015 – 2019 yaitu (Lemhanas, 2018):

a) Mewujudkan keamanan nasional

yang mampu menjaga kedaulatan

wilayah, menopang kemandirian

ekonomi dengan mengamankan

sumber daya maritim; b)

Mewujudkan masyarakat maju,

berkeseimbangan, demokratis

berlandaskan negara hukum; c)

Mewujudkan politik luar negeri bebas

aktif dan memperkuat jati diri sebagai

negara maritim; d) Mewujudkan

kualitas hidup manusia Indonesia

yang tinggi, maju dan sejahtera; e)

Mewujudkan bangsa yang berdaya

saing; f) Mewujudkan Indonesia

menjadi negara maritim yang

mendiri, maju, kuat dan berbasiskan

kepentingan nasional; g)

Mewujudkan masyarakat yang

berkepribadian dalam kebudayaan.

Kemudian ada sembilan

prioritas (NawaCita) untuk mencapai

visi dan misi tersebut adalah: a)

Negara memberikan perlindungan

kepada segenap bangsa dan

memberikan rasa aman kepada

seluruh warga negara; b) Tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif,

demokratis dan terpercaya; c)

Membangun Indonesia dari pinggiran,

dengan memperkuat daerah daerah

dan desa dalam rangka negara

kesatuan; d) Reformasi sistem dan

penegakkan hukum yang bebas

korupsi, bermartabat dan terpercaya;

e) Peningkatan kualitas hidup

masyarakat Indonesia; f) Peningkatan

produktivitas rakyat dan daya saing di

pasar Internasional; f) Kemandirian

ekonomi dengan menggerakkan

sektor--sektor strategis ekonomi

domestik; g) Revolusi karakter

bangsa; dan h) Memperteguh ke

Bhinnekaan dan memperkuat

restorasi.

Dari sembilan prioritas

pembangunan di atas ada tiga

kegiatan penting yang berkaitan

dengan dengan strategi pembangunan

ekonomi yaitu membangun Indonesia

dari pinggiran dengan memperkuat

daerah dan desa dalam rangka Negara

Kesatuan, kedua Peningkatan

produktivitas dan daya saing di pasar

Internasional dan ketiga kemandirian

Page 18: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

77

Eknomi dengan menggerakkan

sektor-sektor strategis ekonomis

domestik. Mencermati tiga kegiatan

penting di bidang ekonomi yang

disusun oleh pemerintah RI sangat

jelas sekali bahwa pemerintah

memberikan penekanan penting

mengenai pemerataan pembangunan

nasional. Hal ini dapat dilihat antara

lain dengan pembangunan

infrastruktur seperti pembangunan

waduk yang berjumlah 49 proyek

baru dan 16 proyek lama (Detik.com,

2018). Pembangunan nasional secara

merata di seluruh wilayah NKRI

dapat meminimalisir kesenjangan

sosial antar daerah atau provinsi

khususnya yang berada di P Jawa

maupun di luar P. Jawa.

8. Gatra Sosial budaya

Masyarakat Indonesia sebagai

sebuah identitas nasional dengan

kebudayaan yang beragam dan

mendiami Negara Kesatuan Republik

Indonesia merupakan sebuah mata

rantai sosial dalam menjaga saling

keterkaitan, kesatuan dan

kebersamaan. Rasa kebersamaan

sebagai sebuah bangsa berawal dari

kesadaran diri dan kelompok akan

adanya tanggung jawab bersama

sebagai warga negara yang memiliki

ideologi Pancasila dan Undang-

undang Dasar Negara RI 1945. Dari

sisi budaya nilai nilai luhur bangsa

Indonesia yang terdiri dari berbagai

suku bangsa hanya dapat dipadukan

menjadi sebuah nilai kebangsaan

kalau dikembangkan dalam sebuah

kerangka budaya nasional (Lemhanas,

2018). Gatra sosial budaya mencakup

dua segi utama kehidupan bersama

manusia, yaitu segi sosial dimana

manusia demi kelangsungan hidupnya

harus mengadakan kerjasama dengan

sesamanya, dan segi budaya yang

merupakan keseluruhan tata nilai dan

cara hidup yang manifestasinya

tampak dalam tingkah dan hasil laku

yang terlembagakan. Wujud

ketahanan sosial budaya tercermin

dalam kondisi kehidupan sosial

budaya bangsa yang dijiwai

keperibadian nasional berdasarkan

Pancasila

Masyarakat Indonesia

mempunyai budaya lokal dan budaya

nasional yang terkonstruksi melalui

proses sejarah yang sangat panjang.

Perjuangan bersama membangun nilai

nilai kebangsaan itu menjadi modal

utama terbangunnya ketahanan

nasional yang tangguh untuk

menghadapi ancaman internal dan

eksternal. Keaneka ragaman budaya

dan adat istiadat menjadi aset bagi

bangsa Indonesia untuk dapat digali

dan diperkenalkan bagi masyarakat

dunia sehingga mampu membangun

rasa kebanggaan dan nasionalisme

yang tinggi sebagai identitas bangsa.

Pengenalan dan pembelajaran

berbagai aset budaya baik dibidang

seni tari, musik, grafis, pahat, dan lain

lain, dari anak anak di tingkat

sekolah dasar sampai dengan

perguruan tinggi sangat perlu

diberikan untuk menanamkan dan

membangun rasa cinta tanah air.

Kemudian dalam kehidupan

sosial, dan bernegara, masyarakat

Indonesia memiliki landasan

konsepsional yaitu wawasan

nusantara. Wawasan nusantara

sebagai cara pandang bangsa

Indonesia dibentuk dari dua dimensi

pemikiran yaitu pemikiran realitas

atau kewilayahan dan dimensi

pemikiran pemanfaatan. Wawasan

nusantara adalah perspektif bagi

bangsa Indonesia dalam

memanfaatkan wilayah dan segala

Page 19: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

78

potensi serta kekayaan yang

terkandung didalamnya untuk

membangun kesejahteraan dan

keamanan rakyat Indonesia.

9. Gatra Pertahanan

keamanan

Undang-undang Dasar Negara

RI tahun 1945 pasal 30 ayat (2)

dinyatakan secara tegas bahwa usaha

pertahanan dan keamanan negara

dilaksanakan melalui sistem

pertahanan dan keamanan semesta

oleh TNI dan POLRI sebagai

kekuatan utama dan rakyat sebagai

kekuatan pendukung (Lemhanas,

2018). Pertahanan dan keamanan

merupakan suatu tuntutan

perkembangan global yang harus

disiapkan secara terencana, sistemik,

menyeluruh dan sinergis. Pertahanan

dan keamanan negara atau nasional

merupakan amanat Undang-Undang

Dasar 1945, UU RI No. 3 Tahun 2002

tentang Hanneg, dan UU RI no 34

tahun 2004 Tentang TNI, yang harus

diimplementasi untuk menjaga

persatuan dan kesatuan bangsa dan

bagi kepentingan nasional.

Ketahanan nasional adalah

merupakan salah satu doktrin

nasional yang secara terus menerus

dikembangkan, mengingat pentingnya

ketahanan nasional dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara berdasarkan Pancasila

sebagai pandangan hidup bangsa. Di

dalam upaya mencapai tujuan

nasional bangsa Indonesia senantiasa

dihadapkan pada ancaman, gangguan

dan hambatan baik secara langsung

maupun tidak langsung yang dapat

membahayakan integritas, identitas

dan kelangsungan hidup bangsa.

Untuk itu diperlukan keuletan dan

ketangguhan yang mengandung

kemampuan mengembangkan

kekuatan nasional dalam aspek dan

dimensi ketahanan nasional.

Kondisi pertahanan keamanan

suatu bangsa merupakan garda

terdepan dalam melindungi

kedaulatannya, menjaga dan

menciptakan rasa aman bagi seluruh

rakyat Indonesia sebagaimana

diamanatkan oleh Undang-undang RI

nomor 34 Tahun 2004 tentang

Tentara Nasional Indonesia. Dalam

membangun garda pertahanan atau

militer yang kuat maka Indonesia

belum dapat seperti negara negara

yang sudah makmur dan kuat secara

ekonominya. Pada pembangunan

kekuatan pertahanan atau militer

negara Indonesia menerapkan

kebijakan Minimum Essential Force

(MEF) atau Kekuatan Pokok

Minimum.

Kebijakan ini lahir berangkat

dari suatu pemikiran bahwa untuk

mendukung kepentingan nasional

suatu negara harus dilindungi dengan

kekuatan pertahanan yang tangguh

dan handal. Meskipun bangsa dan

negara Indonesia memiliki berbagai

keterbatasan dan kendala dibidang

anggaran namun kepentingan

nasional bangsa Indonesia harus

mendapat perlindungan dari kekuatan

pertahanan yang tangguh dan handal.

Kekuatan pokok minimum bukanlah

merupakan kekuatan ideal tetapi suatu

bentuk kekuatan minimal yang

disiapkan selaras dengan sumber daya

yang terbatas, namun diharapkan

tetap dapat mengatasi ancaman

aktual.

Secara visual, pemetaan

kelompok ancaman menjadi ancaman

aktual dan ancaman potensial

sebagaimana gambar di halaman

berikut (Kemhan, 2009). Gambar

tersebut mengidentifikasi delapan

Page 20: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

79

ancaman keamanan bersifat aktual

(berwarna merah), yaitu : 1)

terorisme, 2) separatisme, 3)

pelanggaran wilayah perbatasan dan

pulau-pulau kecil terluar, 4) bencana

alam, 5) berbagai ragam kegiatan

ilegal, 6) konflik horisontal, dan 7)

kelangkaan energi. Sedangkan

ancaman keamanan bersifat potensial

meliputi: 1) pemanasan global, 2)

berbagai ragam pelanggaran di ALKI,

3) pencemaran lingkungan, 4)

pandemik, 5) krisis finansial, 6) cyber

crime, 7) agresi militer asing, dan 8)

krisis pangan dan air.

Secara geografis tujuh ancaman

aktual terjadi di dalam negeri

(nasional), namun mempunyai

keterkaitan pada lingkup regional,

bahkan global. Hal yang sama juga

terjadi pada kelompok ancaman yang

bersifat potensial, yakni lingkup

kejadiannya tidak hanya terbatas pada

lingkup nasional. Kekuatan Pokok

Minimum merupakan prasyarat bagi

keberlangsungan pertahanan negara

dalam rangka menjaga kedaulatan

NKRI dari segala bentuk ancaman

Gambar 1.

Pemetaan Banglingstra dan Hakekat

Ancaman

VI. Kesimpulan

Ketahanan nasional adalah

merupakan salah satu doktrin

nasional yang secara terus menerus

perlu diberikan kepada setiap

komponen bangsa. Hal ini penting

karena melalui pemahaman ketahanan

nasional secara utuh dan

berkelanjutan secara khusus kepada

generasi muda insan cendikia akan

dapat membuka cakrawala berpikir

dan wawasan mengenai kebangsaan,

sehingga sebagai generasi bangsa

akan mampu meningkatkan keuletan

dan ketangguhan untuk

mengembangkan kekuatan nasional

dalam menghadapi dan mengatasi

segala tantangan, ancaman, hambatan

dan gangguan baik yang datang dari

luar maupun dari dalam. Ketahanan

nasional atau geostrategi bangsa

mencakup delapan unsur yang disebut

Astagatra yang saling terintegrasi.

Delapan unsur atau Astagatra

merupakan pendekatan secara

sistemik dalam memetakan berbagai

persoalan bangsa dan menjawabnya

secara komprehensif.

Keberlangsungan hidup dan

eksistensi suatu bangsa, sangat

dipengaruhi oleh kemampuan setiap

komponen bangsa Indonesia dalam

memahami dan menguasai kondisi

Astagatra secara utuh dan

berkelanjutan. Ketahanan nasional

dapat memberi kontribusi positif

dalam meneguhkan kemajemukan

bangsa Indonesia yang berdasarkan

Pancasila. Implikasi pembahasan

adalah bilamana ketahanan nasional

diabaikan oleh masyarakat Indonesia

maka dapat berdampak negatif

terhadap kelangsungan hidup bangsa

yang sangat majemuk.

Oleh sebab itu adanya

pemahaman tentang ketahanan

Page 21: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

80

nasional secara utuh dan

berkelanjutan, diharapkan dapat

meminimalisir berbagai persoalan

bangsa Indonesia, sehingga bangsa

dan negara terhindar dari disintegrasi

serta dapat terus melanjutkan

pembangunan nasional dalam konteks

kemajemukan bangsa dalam rangka

pencapaian tujuan dan cita cita

nasional. Tugas untuk mewujudkan

tujuan dan cita cita nasional tentunya

tidak mudah, dan membutuhkan

kesadaran dan komitmen yang tinggi

dari setiap anak bangsa untuk mau

menempatkan kepentingan nasional

diatas kepentingan golongan atau

individu.

Daftar Pustaka

Darmadi, Hamid, (2008)., Dimensi

Pendidikan Kewarganegaraan

di Perguruan Tinggi., Bandung:

Alfabeta.

Giyarsih (2018), Seminar Nasional :

“Membentuk Karakter

Generasi Muda yang Unggul

Guna Mendukung Pertahanan

Negara : Perspektif

Kependudukan “ di Akademi

Militer tanggal 15 September

2018. Magelang.

Hikam, M. A. S. (2014). Menyonsong

2014 – 2019 Memperkuat

Indonesia dalam Dunia yang

Berubah. Jakarta: CV Rumah

Buku.

Indrawan, J., (2016), Studi Strategis

Dan Keamanan,. Depok: Nadi

Pustaka.

Jakni, ( 2014), Pendidikan

Kewarganegaraan di Perguruan

Tinggi ( hal.274) , Bandung:

Alfabeta.

Kementerian Pertahanan, (2009)

Strategic defence Review

(SDR). Jakarta: Kementerian

Pertahanan RI.

Lemhannas RI (2017), Materi Pokok

Bidang Studi Sumber Kekayaan

Alam, (hal.23) Jakarta:

Lemhannas RI

Lemhannas RI (2018), Materi Pokok

Bidang Studi Sosial Budaya,

penerbit: Lembaga Ketahanan

Nasional RI Jakarta, Hal 65.

Praditya ,Y., (2016)., Keamanan di

Indonesia, Depok : Nadi

Pustaka.

Subandi (2003)., Pancasila dan UUD

1945 dalam Paradigma

Reformasi. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Sunardi, R.M (2004). Pembinaan

Ketahanan Bangsa Dalam

rangka Memperkokoh

Keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, (hal.14.)

Jakarta: PT Kuaternita

Adidarma.

Sumber Internet

Bappenas. (2018). Diakses dari

https://databoks.katadata.co.id/d

atapublish/ 2018/05/18/2018-

jumlah-penduduk-indonesia-

mencapai-265-juta-jiwa

diunduh tanggal 15 November

2018

Damanhuri,. (2016), Ekonomi

Berbasis konstitusi dan

perlunya Haluan Pembangunan

Model GBHN dalam

http://mediaindonesia.com/read/

detail/ 47287-ekonomi-

berbasis-konstitusi-dan-

perlunya-haluan-pembangunan-

model-gbhn

Detik.com. (2018). Diakses dari

https://finance.detik.com/infrast

ruktur/d-4130168/jokowi-

bangun-65-bendungan-petani-

Page 22: PROSIDINGrepository.uki.ac.id/852/1/George.pdfyang dapat berujung pada disintegrasi bangsa bilamana masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang utuh dan berkelanjutan

Seminar Nasional “Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila”, diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya – Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018

81

panen-bisa-2-kali-setahun 16

November 2018

Kompas. (2017). Diakses dari

https://nasional.kompas.com/rea

d/2017/12/06 /13352591/hadi-

tjahjanto-anggap-konflik-

berbasis-sara-bisa-berujung

pemberontakan diunduh 15 Nov

2018.

Lubis, N. (2018). Pendidikan

Kewarganegaraan. Diakses dari

http://www.polsri.

ac.id/belmawa/Buku_Pedoman_

Mata_Kuliah

_Wajib_2016/9.%20.pdf

Media Indonesia. (2018). Diakses dari

http://mediaindonesia.com/read/

detail/ 117329-indonesia-tidak-

boleh-runtuh-oleh-pengaruh-

ideologi-asing, Sabtu, 17

November 2018.

Setara Institute. (2017). Diakses dari

https://www.merdeka.com/peris

tiwa/setara-institute-terjadi-155-

kasus-intoleransi-sepanjang-

2017.html diunduh 15 Nov

2018.

Tyas, E. H., & Naibaho, L. (2018).

Kepemimpinan: Gaya Dan

Peranannya Dalam

Melaksanakan Revolusi Mental.