1
Bisnis Indonesia, 22 Maret 2018 | Hal.11 Media Indonesia, 22 Maret 2018 | Hal.5

(Yanuarius V iodeogo ) Bisnis Indonesia, 22 Maret 2018 ...bigcms.bisnis.com/file-data/1/2037/5b707827_Des17-MandomIndonesia... · kehilangan peluang investasi yang besar. Asuransi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: (Yanuarius V iodeogo ) Bisnis Indonesia, 22 Maret 2018 ...bigcms.bisnis.com/file-data/1/2037/5b707827_Des17-MandomIndonesia... · kehilangan peluang investasi yang besar. Asuransi

11 Kamis, 22 Maret 2018

�UPAYA KELUAR PKPU

Hansindo Jajaki Sejumlah Investor

JAKARTA — Perusahaan besi be-ton, PT Hansindo Indonesia tengah menjajaki sejumlah investor untuk memperkuat operasional bisnis per-usahaan.

Pasalnya, perusahaan itu tengah terbelit perkara utang piutang dan masuk dalam belenggu penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).

Kuasa Hukum PT Hansindo Indo-nesia Rendy Kailimang mengatakan bahwa upaya mencari investor ada-lah bagian dari permintaan kreditur kepada kliennya untuk merekstruk-turisasi utang.

"Kami minta bantuan konsultan keuangan termasuk permintaan dari kreditur supaya diperbaikan utang ada investor baru. Hal itu kami coba tempuh agar keluar dari PKPU," kata Rendy kepada Bisnis, Selasa (20/3).

Rendy berharap agar para kreditur nantinya bisa menyetujui proposal perdamaian yang akan disampaikan pada rapat kreditur berikutnya pada Selasa (27/3).

Sebelumnya, PT Hansindo Indo-nesia menjadi termohon PKPU yang diajukan oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk. dengan nomor perkara 125/Pdt.Sus-PKPU/2016 PN Jkt.Pst yang

didaftarkan pada 28 September 2017. Hakim pengawas yang ditunjuk

oleh PN Titik Tejaningsih meminta kepada debitur untuk memaksimalkan waktu selama 2 pekan ke depan sebelum keputusan diterima atau ditolak.

"Debitur maksimalkan waktu se-baik-baiknya dan komunikasi, tidak saat rapat kreditur tetapi di luar. Ini bisa saling bertemu [kedua belah pihak]," kata Titik.

PT Hansindo Indonesia (debitur) memiliki tiga kreditur separatis atau dengan jaminan senilai Rp999,40 miliar. PT Bank CIMB Tbk. mempu-nyai tagihan paling besar di antara kreditur lainnya yakni mencapai Rp651,88 miliar.

Adapun bank lainnya yaitu PT Bank Mega Tbk. mempunyai tagih-an Rp192,22 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk. memiliki tagihan sebanyak Rp150,29 miliar. Selain itu, ada tagihan Rp155 miliar dan denda Rp25,85 miliar.

Dalam proposal yang diusulkan pada rapat kreditur 9 Januari 2018, debitur akan membayar utang kepada krediturnya selama 6 tahun dari sebelumnya 8 tahun. (Yanuarius Viodeogo)

�OJK VS ASURANSI BUMI ASIH

Akankah Berakhir Indah?Perseteruan antara perusahaan asuransi PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya dan

pengawasnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang cukup pelik.

Deliana Pradhita [email protected]

Keduanya kini bertarung di pengadilan perdata setelah sebelumnya saling menun-

jukkan perlawanan di ranah niaga.

Di pengadilan niaga, OJK berhasil mempailitkan Asu-ransi Bumi Asih. Meski men-dapatkan perlawanan dari Bumi Asih, OJK memenang-kan perkara ini hingga tahap Peninjauan Kembali (PK). Artinya, putusan kepailitan Asuransi Bumi Asih sudah mengikat secara hukum (Inkrah).

Dalam proses kepailitan-nya, Asuransi Bumi Asih tercatat memiliki utang sebesar Rp1,2 triliun kepada krediturnya.

Tim kurator pun telah membagikan Rp50 miliar se-cara pro-rata kepada seluruh pemegang polis pada tahap pertama September 2016.

Dana itu dibagikan kepada 29.000 pemegang polis dan kantor pajak yang memiliki tagihan Rp37 miliar.

Di tengah-tengah proses pailit, Asuransi Bumi Asih kembali melawan. Kali ini, salah satu perusahaan asu-ransi tertua di Indonesia itu menggugat OJK atas perbuat-an melawan hukum.

Perkara ini didaftarkan di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan nomor 643/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Pst.

Asuransi Bumi Asih (peng-gugat) tidak terima atas tin-dakan semena-semena yang dilakukan oleh OJK. Tak tanggung-tanggung, Bumi Asih menggugat ganti rugi sebesar Rp5,4 triliun, dengan perincian kerugian materiel senilai Rp1,4 trilun. Kerugian tersebut dihitung sejak OJK melakukan pencabutan izin usaha pada Oktober 2013.

Di sisi lain, penggugat

juga meminta ganti rugi ima-teriel sebesar Rp4,4 triliun. Pasalnya, sejak Pembatas-an Kegiatan Usaha (PKU) pada 30 April 2009 hingga sekarang, penggugat telah kehilangan peluang investasi yang besar.

Asuransi jiwa yang berdiri sejak 1967 ini keberatan dengan aksi OJK yang menjatuhkan sanksi Pemba-tasan Kegiatan Usaha (PKU) terhadap Bumi Asih pada 30 April 2009. Tak berhenti di situ, 5 tahun berselang, OJK juga mencabut izin usaha penggugat tertanggal 28 Ok-tober 2013.

Namun demikian, Asuransi Bumi Asih sebagai penggugat mengklaim pencabutan izin usaha tersebut bertentang-an dengan Pasal 42 ayat (1) jo Pasal 42 ayat (4) PP No.73/1992 tentang Penye-lenggaraan Usaha Perasuran-sian. Pasalnya, jangka waktu antara pembatasan kegiatan usaha hingga pencabutan izin usaha maksimal hanya 12 bulan.

Selanjutnya, alih-alih mem-berikan solusi, OJK malah mengajukan permohonan pailit PT Asuransi Bumi Asih Jaya di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Permohonan pailit didaftarkan pada 18 Maret 2015 dengan nomor registrasi 04/Pdt.Sus/Pai-lit/2015/PN.Jkt.Pst.

Penggugat menilai, tindak-an OJK mempaililitkan peng-gugat adalah cacat hukum lantaran tidak ada payung hukum yang mendasarinya.

Adapun, peraturan pelaksa-naan atas wewenang meng-ajukan pailit baru berlaku sejak Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) diundang-an pada 11 Desember 2015.

Aturan itu tercantum pada Pasal 61 POJK No.28/POJK.O5/2015 tentang Pembubar-an, Likuidasi dan Kepaili-tan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syari-ah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah.

Di sisi lain, pihak OJK (tergugat) berkukuh gugat-an perdata ini tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Perwakilan OJK dalam persi-dangan berkali-kali menyata-kan bahwa Bumi Asih sudah hilang haknya melakukan gugatan perdata pasca me-nyandang gelar pailit sejak 18 Agustus 2015.

Bagi OJK, penggugat tidak mempunyai kendali apapun dalam mengoperasikan bis-nisnya. Seluruh harta milik debitur pailit sudah beralih untuk dikelola kurator.

Oleh sebab itu, pihak yang berwenang atas Asuransi Bumi Asih hanya kurator, bukan pihak lain.

Dalam persidangan, lima kurator kepailitan Bumi Asih mengajukan diri sebagai pihak tergugat intervensi. Mereka mengaggap gugatan Bumi Asih tidak berdasar karena diajukan tanpa izin dari kurator dan hakim pengawas.

MEDIASIKendati demikian, permin-

taan para kurator tak dika-bulkan oleh majelis hakim.

Kini, proses sidang perdata antara Bumi Asih vs OJK telah memasuki agenda me-diasi. Namun, mediasi pun dinyatakan gagal lantaran kedua pihak tidak menemui kesepakatan.

"Pihak OJK tidak mau membayar ganti rugi Rp5,4 triilun, jadi kami tidak mau berdamai di mediasi," ujar Poltak Hutadjulu, Kuasa Hu-kum PT Asuransi Bumi Asih Jaya kepada Bisnis, Selasa (20/3).

Mengingat gagalnya me-diasi, hakim mediator akan melanjutkan persidangan ke

pokok perkara.Kedua kubu mengklaim

sebagai pihak yang paling benar. OJK menolak disalah-kan karena telah melakukan proses mempailitkan Bumi Asih sesuai dengan aturan.

Di sisi lain, kubu Bumi Asih akan terus berjuang hingga titik akhir. "Pasca mediasi gagal, kami tetap melanjutkan sidang ini hing-ga akhir," tutur Poltak.

Sebenarnya apa yang terja-di dengan Bumi Asih hingga dipailitkan OJK?

Mengacu kepada laporan keuangan per Desember 2012, Bumi Asih memikul kewajiban, termasuk pem-bayaran klaim dan manfaat kepada pemegang polis senilai Rp1,3 triliun. Sebalik-nya, aset yang diperkenan-kan milik perseroan “hanya” Rp294,14 miliar. Tingkat liabilitas perseroan mencapai minus Rp1,01 triliun.

Dalam laporan itu disebut-kan bahwa rasio pencapaian tingkat solvabilitas sebesar minus 1159% tersebut jauh di bawah ketentuan Pasal 43 dari KMK No.424/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yakni minimal 120%.

Ekuitas perseroan minus Rp768,4 miliar, jauh di ba-wah ketentuan yang mewa-jibkan perusahaan asuransi punya modal sebesar Rp70 miliar pada saat ini dan Rp100 miliar maksimal 31 Desember 2014.

Dengan demikian, perse-roan hanya dapat diselamat-kan jika ada investor yang menyuntikkan dana.

Akibat kondisi yang mem-prihatinkan itu, OJK mema-sukkan Bumi Asih dalam pengawasan khusus untuk memantau proses penyehat-an. Tak kunjung sehat, OJK pun mencabut izin usaha hingga mempailitkan Bumi Asih.

Melihat kondisi seperti, siapakah yang bakal meme-nangkan perseteruan kali ini? Apakah akhirnya bisa menyenangkan semua pihak, terutama nasabah yang sudah menunggu kepastian pengembalian uang premi-nya. Kita tunggu saja.

�Di tengah-tengah proses pailit, Asu-ransi Bumi Asih kembali melawan. Kali ini, salah satu perusahaan asuransi tertua di Indonesia itu menggugat OJK atas perbuatan me-lawan hukum.

Antara/Galih Pradipta

Terdakwa kasus suap pemberian izin lokasi perkebunan di Kutai Kartanegara Rita Widyasari (kiri ) berjalan seusai menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (21/3). Sidang Bupati Kutai Kartanegara nonaktif itu beragendakan mendengarkan keterangan saksi.

�SIDANG LANJUTAN

H U K U M B I S N I S

Bisnis Indonesia, 22 Maret 2018 | Hal.11 Media Indonesia, 22 Maret 2018 | Hal.5