Yuda Afriansyah Hotel Collapse Singapore

Embed Size (px)

Citation preview

RESUME HOTEL COLLAPSE SINGAPORE Hotel New World, dibangun pada tahun 1969 dan selesai pada tahun 1971 terletak di persimpangan Serangoon Road dan Owen Road, Singapura, runtuh pada tanggal 14 Maret 1986 pukul 11.26 karena kesalahan struktural dan konstruksi berkualitas rendah. Keruntuhan yang terjadi kurang dari 60 detik tersebut mengakibatkan korban tewas sebanyak 33 orang. Sebuah operasi penyelamatan yang melibatkan berbagai tim penyelamatan, terdiri dari ahli bangunan, penggali terowongan kereta bawah tanah serta ahli asing. Para tim penyelamat berhasil mengeluarkan 17 korban yang selamat dari reruntuhan setalah berjuang beberapa hari menghadapi puing-puing bangunan berlantai enam dengan berat 6000 ton tersebut. Pada saat keruntuhannya, gedung ini ditempati oleh Bank Industri & Komersial di lantai dasar dan sebuah klub malam di lantai dua. Lantai yang tersisa di isi oleh sebuah Hotel New World. Bangunan ini juga memiliki parkir mobil di ruang bawah tanah. Langkah awal dilakukan evakuasi terhadap puing-puing bangunan dengan menggunakan alat berat. Namun diperkirakan ada korban selamat yang tertimpa di bawah reruntuhan. Muncul ide untuk menggali terowongan oleh relawan penggali terowongan yang berasal dari Irlandia yang di pimpin oleh Tony Gallagher yang kebetulan terlibat dalam pembangunan kereta bawah tanah tak jauh dari hotel ini. Mereka masuk dari saluran udara dan membuat terowongan menggunakan bor untuk mencapai area paling bawah yaitu area parkir. Beberapa korban yang berhasil diselamatkan yaitu Cheong Cheng Guan dan Christina Phua yang bekerja di Hotel tersebut berhasil diselamatkan setelah terperangkap 2 hari di bawah reruntuhan. Tony Gallagher Kejadian ini membuat para menteri serta Perdana Menteri Lee Kuan Yew terjun ke lokasi dimana terjadinya keruntuhan ini. Perdana Menteri Lee Kuan Yew kemudian membentuk komisi penyelidikan untuk menyelidiki penyebab keruntuhan. Terry Hulme, salah satu bagian dari tim penyelidik adalah ahli rancangan bangunan yang di tempatkan di Singapura. Penyelidikan dimulai setelah beberapa hari pasca runtuhnya bangunan tersebut. Penyelidikan pertama yaitu mengingat kembali apa yang terjadi sepuluh tahun yang lalu, dimana terjadi kebocoran gas dan mengakibatkan 35 orang keracunan. Dugaan awal pun muncul, ada kemungkinan ledakan terjadi akibat dari kebocaran gas. Dan lebih parah lagi ada kemungkinan serangan bom. Menurut Terry Hulme efek dari ledakan yaitu jendela yang pecah, lemparan puing-

puing dinding bangunan namun bukti tersebut tidak dapat dijumpai disekitar area terjadinya keruntuhan. Dugaan kedua yaitu hasil laporan dari penggali terowongan saat mengevakuasi korban, menurut penggali tersebut dinding beton terlalu lunak untuk di bor. Ini menjadi pertanyaan serius apakah kualitas beton sudah memenuhi standar keamanan. Sebanyak 240 contoh sampel beton pun terkumpul untuk diteliti di salah satu laboratorium terkenal di Singapura. Sebanyak 80 buah sampel tidak bisa diteliti karena sudah tidak layak untuk diteliti, dan sebanyak 160 diteliti apakah beton tersebut sudah memenuhi kriteria standar antara campuran semen, agregat kasar dan agregat halus. Kemudian dilakukan uji tekan terhadap beton tersebut, dan ternyata kualitas beton tersebut sudah memenuhi standar keamanan. Dugaan rapuhnya beton ini pun gagal untuk dijadikan alasan runtuhnya bangunan. Para ahli kembali berpikir apa sebenarnya penyabab keruntuhan, sebuah ide muncul untuk meneliti tanah tempat dibangunnya gedung ini. Mereka menemukan bahwa tanah dibawah merupakan tanah rawa dan rawan banjir, mengingat kebanyakan tanah di Singapura merupakan tanah rawa dan timbunan. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan menguji dinding bawah tanah yang utuh. Jika pondasi bergerak karena tanah tidak stabil akan ditemukan adanya bukti keretakan hebat, tapi ternyata bukti tersebut tidak ditemukan, untuk membuktikan komposisi tanah di teliti di laboratorium. Para penyeldik itu mengebor jauh kebawah tanah untuk mengambil sampel tanah. Tak ingin melewatkan kemungkinan lainnya, mereka juga meneliti kekuatan pondasi yang masih utuh. Setelah penelitian berminggu-minggu akhirnya didapatkan hasil. Walau terdapat bukti adanya sedikit pergerakan tanah, para peneliti dapat menyimpulkan bahwa bukti tersebut dianggap kurang kuat sebagai penyebab runtuhnya gedung. Maka tidak para peneliti menyimpulkan bahwa kondasi tanah dan pondasi cukup kokoh dan tidak bisaa dijadikan alasan keruntuhan. Para penyelidik melakukan penyeldikan lebih lanjut lagi pada area bawah tanah. Dan menduga kemungkinan baru bahwa pembangungunan kereta bawah tanah telah melemahkan pondasi gedung dan menyebabkan keruntuhan. Peneliti menyatakan bahwa terdapat 2 buah terowongan kereta bawah tanah terdekat dengan jarak sekitar kurang dari 1 kilometer. Tommy Hulme yang merupakan bagian dari proyek pembuatan kereta bawah tanah tersebut sedikit kecewa. Para penyelidik mengukur diameter terowongan dan menghitung pergerakan tanah yang dipicu

oleh getaran. Profesor Jonathan Wood seorang ahli yang mendalami dinamika runtuhnya sebuah gedung turun tangan menangani kasus ini. Menurutnya, jarak terowongan ke lokasi keruntuhan ratusan meter dan tidak mungkin ada dampak yang cukup besar terhadap pondasi yang melemah, jika jaraknya 2 kali diameter terowongan baru kemungkinan besar itu terjadi. Sekali lagi para peneliti menyatakan bahwa terowongan kereta api bawah tanah bukan penyabab runtuhnya gedung itu. Tommy Hulme serta rekan kerja kini bebas dari tuduhan. Jelas sudah bahwa runtuhnya Hotel New World bukan akibat dari ledakan, konstruksi beton yang rapuh, kondisi tanah berawa, bahkan pembuatan terowongan kereta bawah tanah. Begitu sulit untuk peneliti membuktikan penyebab terjadinya keruntuhan. Hingga membuat kemungkinan dari sumber yang kurang meyakinkan, yaitu klub malam.polisi mewawancarai para wanita yang masuk bekerja, yang terletak di lantai 2. Pengelola klub malam bercerita bahwa malam sebelum bencana terjadi atau 16 jam sebelum terjadinya keruntuhan, saat dia sedang membersihkan bar sebuah tiang di lantai dansa retak tiba-tiba. Penyelidik mempelajari rancangan pembangunan dan menyatakan kalau tiang yang retak tersebut adalah tiang nomor 26 dari total tiang yang berjumlah 36. Tapi mereka menyatakan kalau kerusakan 1 tiang saja tidak mungkin membuat 1 gedung runtuh. Kemudian mereka mewawancarai seorang wanita klub malam. Saat itu dia sedang berias dikamar rias, sekitar 12 jam sebelum terjadinya keruntuhan, seketika cermin rias retak tiba-tiba. Cermin tersebut menempel pada tiang penopang yang lain yaitu tiang nomer 32. Para penyelidik kini tahu kalau tiang kedua juga rusak. Berikutnya mereka mewawancarai korban selamat, Christina Phua. Menurut pengkuannya, saat 1 jam sebelum kejadian, dia turun ke area parkir dan melihat beberapa pekerja sedang memasang kayu ke tiang yang retak. Penyidik menandai tiang tersebut nomer 30. Ini merupakan terobosan penting, kini ada 3 saksi yang mengatakan ada terdapat 3 tiang yang rusak pada saat detik-detik akan terjadinya bencana keruntuhan. Langkah selanjutnya ialah melakukan penyidikan memanfaatkan laboratorium canggih untuk meneliti fenomena ini sebagai penyebab keruntuhan. Saat beton ditekan hampir ke titik maksimalnya, retakan kecil akakn menyebar di bagian inti beton. Retakan ini ini tidak terlihat oleh mata dan dinamakan retakan mikro ini sungguh mengerikan yang hanya dapat terlihat oleh mikroskop. Retakan mikro tersebut akan menggerogoti seluruh beton disisinya sehingga membuat tiang-tiang penopang ini begitu rapuh. Namun apakah penyebab keretakan mikro ini terjadi? Para penyidik kembali berpikir keras.

Pembersihan puing-puing bekas runtuhan masih berlanjut membutuhkan waktu beberapa hari. Namun saat penyidik memperhatikan pembersihan tersebut, penyidik berpikir apakah puingpuing besar masuk dalam perencanaan beban atau tidak. Penyidik pun memperlajari cetak biru perencanaan. Dan menemukan hal yang mengejutkan yaitu selama 15 tahun gedung tiu berdiri telah terjadi penambahan beban yang tidak termasuk perencanaan awal, dimulai dari tahun 1975 ada penambahan ruang besi tebal seberat 22 ton, lalu tahun 1978 pemilik gedung memasang menara pendingin ruangan, di tahun 1982 untuk mempercantik penampilannya yang membosankan di pasang ubin keramik diluar gedung seberat lebih dari 50 ton. Dan terakhir di tahun 1986 sebelum gedung runtuh di tambah lagi pendingin ruangan. Dalam perencanaan dikenal beban mati dan beban hidup. Beban mati yaitu beban sendiri bangunan tersebut sedangkan beban hidup adalah beban manusia dan benda tambahan. Namun penyelidik meneliti lebih dalam lagi apakah beban mati seberat lebih dari 100 ton tersebut gedung adalah akibat dar keruntuhan. Dan hasilnya sangat mengejutkan penyidik bahwa perhitungan menunjukan beban hidup tersebut mampu ditahan oleh gedung yang beratnya 6000 ton tersebut. Seharusnya penambahan ruangan besi, menara pendingin serta ubin keramik tidak menyebabkan gedung dengan 36 tiang tersebut runtuh. Penyidik kembali ke titik awal. Peyelidikan berbulan-bulan belum membuahkan hasil. Mereka yakin ada petunjuk penting yang terlewat yang seharusnya membuat mereka paham penyebab runtuhnya Hotel New World, Singapura. Mereka mempelajari kembali cetak biru gedung, dan berulang-ulang meneliti tiang-tiang yang rusak itu. Tanpa hasil, mereka kemudian memeriksa ulang perhitungan yang dibuat perancang atas beban gedung itu, yaitu yang disebut beban mati. Dan akhirnya terkuaklah misteri akibat dari keruntuhan yang membuat para penyelidik berpikir keras selama berbulan-bulan, sebuah sesalahan fatal yang menunjukan bahwa selama 15 tahun itu berdiri, gedung itu di ambang kehancuran. Sebuah penemuan yang mencengangkan dan sebuah kesalahan sepele. Perencana hanya memperhitungkan beban hidup tanpa beban mati dalam perencanaan gedung itu. Perhitungan yang direncanakan sangat kacau hingga tiang utama, seperti tiang nomer 26 dan 32 tidak mampu menopang beban gedung sendiri. Walaupun tidak ditambahkan beban hidup pendingin ruangan, ubin yang berat, serta ruangan besi bank, selama 15 tahun gedung tersebut selalu di intai bahaya keruntuhan. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa keretakan mikro yang bermula dari tiang 26 hingga beruntun ke 2 tiang tiang lainnya inilah awal dari kehancuran. Pemilik seharusnya melapor ke

pihak berwenang untuk melakukan penyidikan lebih awal, bukannya dengan menopang dengan kayu. Perencanaa manapun pasti akan mengosongkan gedung bila terjadi 3 keretakan di tiang utama. Sebuah kesalahan fatal dari perencana dalam perencanaan beban mati, sebuah kesalahan yang membutuhkan waktu berbulan-bulan tim penyidik untuk memecahkannya. Sebuah pelajaran yang berharga bagi kita calon engineer.