207
UNIVERSITAS INDONESIA STRATEGI MANAJEMEN PERUBAHAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI DATA ALUMNI DIKLAT (SIDAD): STUDI KASUS BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI KARYA AKHIR YULI FAZRIYANI 1206195041 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JANUARI 2014 Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

Yuli Fazriyani 1206195041lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367378-TA-Yuli Fazriyani... · yuli fazriyani 1206195041 fakultas ilmu komputer program magister teknologi informasi jakarta

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    i

    UNIVERSITAS INDONESIA

    STRATEGI MANAJEMEN PERUBAHAN IMPLEMENTASISISTEM INFORMASI DATA ALUMNI DIKLAT (SIDAD):STUDI KASUS BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

    KEMENTERIAN DALAM NEGERI

    KARYA AKHIR

    YULI FAZRIYANI1206195041

    FAKULTAS ILMU KOMPUTERPROGRAM MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI

    JAKARTAJANUARI 2014

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • i

    HALAMAN JUDUL

    UNIVERSITAS INDONESIA

    STRATEGI MANAJEMEN PERUBAHAN IMPLEMENTASISISTEM INFORMASI DATA ALUMNI DIKLAT (SIDAD):STUDI KASUS BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

    KEMENTERIAN DALAM NEGERI

    KARYA AKHIRDiajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Magister Teknologi Informasi

    YULI FAZRIYANI1206195041

    FAKULTAS ILMU KOMPUTERPROGRAM MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI

    JAKARTAJANUARI 2014

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • ii

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • iii

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, shalawat serta salam

    semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang selalu

    memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan karya akhir yang berjudul Strategi Manajemen Perubahan

    Implementasi SistemInformasi Data Alumni Diklat (Sidad): Studi Kasus

    Badan Pendidikan Dan Pelatihan Kementerian Dalam Negeri,tepat pada

    waktu yang direncanakan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya akhir

    ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun

    dari semua pihak selalu penulis harapkan demi kesempurnaan karya akhir ini.

    Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Riri Satria, S. Kom., MM., yang telah mengarahkan dan membimbing penulis

    dengan penuh kesabaran selama mengerjakan karya akhir ini.

    2. Dr. Achmad Nizar Hidayanto, M. Kom., selaku dosen dan Ketua Program

    Studi Magister Teknologi Informasi.

    3. Kepada Para penguji yang juga telah memberikan arahan untuk

    kesempurnaan Karya Akhir ini.

    4. Kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika atas dukungan bagi

    penulis selama perkuliahan berlangsung.

    5. Redy Gunawan, ST. dan Rafandra Aulia Zikra atas cinta dan dukungan yang

    tidak akan pernah pupus. Terima kasih karena telah memberi inspirasi bagi

    penulis selama menyusun karya akhir ini.

    6. Apa, Mamah dan Keluarga besar di Bandung, serta Ibu, Bapak dan Keluarga

    besar di indramayu, atas doa dan segala dukungannya yang diberikan kepada

    penulis sehingga Karya Tulis ini terselesaikan dengan baik.

    7. Rekan-rekan asisten (Mas Henry dan Mas Haris) atas arahan dan

    bimbingannya yang diberikan kepada penulis dalam menyusun karya akhir

    ini.

    8. Rekan-rekan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Dalam Negeri,

    khususnya Bagian Perencanaan dan Anggaran, mba Hana, Mba Takwa, dan

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • v Universitas Indonesia

    rekan-rekan yang telah banyak memberikan masukan pada penulis dalam

    menyelesaikan karya akhir ini.

    9. Teman-teman MTI UI, angkatan 2012SA, khususnya rekan-rekan GCIO atas

    bantuan dan dukungannya selama masa perkuliahan dan selamat untuk kita se

    10. Rekan-rekan seperjuangan Mas Alvi, Mba Lena, Mba Dewi, Mba Felis, Mas

    Ali, Mas Syofian, Mas Bari, Mas Nuzul, Mas Risnal, Mas Alvin, Mas Soleh,

    Mas Andika, Danmas Asya atas perjuangan, semangat serta kebersamaannya

    akhir-akhir ini.

    Akhir kata semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga untuk

    pengembangan ilmu pengetahuan.

    Jakarta, Januari 2014

    Penulis

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • vi

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • vii Universitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Yuli FazriyaniProgram Studi : Magister Teknologi InformasiJudul KaryaAkhir

    : Strategi Manajemen Perubahan ImplementasiSistemInformasi Data Alumni Diklat (Sidad): StudiKasus Badan Pendidikan Dan Pelatihan KementerianDalam Negeri

    Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Dalam Negeri adalah institusi yangsalah satu tugasnya menyelenggarakan kediklatan urusan Pemerintahan DalamNegeri. Banyaknya target peserta yang menjadi sasaran kegiatan kediklatan dansulitnya memperoleh informasi terkait sebaran alumni diklat, menuntutpengadministrasian penyelenggaraan kediklatan berjalan secara cepat dan mudahdengan tetap menjaga keakuratan data peserta dan alumni diklat. Hal inilahmenjadi pertimbangan dibangunnya SIDAD. Selama kurun waktu dua tahunberjalan ternyata penerapan SIDAD tidak berjalan sesuai dengan harapansehingga perlu dilakukan penelitian terkait penyusunan strategi manajemenperubahan penerapan SIDAD. Strategi Manajemen perubahan yang disusun dalampenelitian ini menggunakan kerangka kerja system thinking dan model perubahan8 (delapan) langkah Kotter dalam menyusun strategi manajemen perubahannya,kemudian dilakukan penentuan prioritas strategi pada setiap langkah Kotterdengan teknik Analyical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari penelitian iniadalah strategi manajemen perubahan yang telah diprioritaskan untuk mendukungkesuksesan penerapan SIDAD di Badan Diklat Kemendagri

    Kata Kunci : Strategi, Manajemen Perubahan, System Thinking, AnalyticalHierarchy Process (AHP).

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • viii Universitas Indonesia

    ABSTRACT

    Name : Yuli FazriyaniStudy Program : Magister Teknologi InformasiTitle : Change Management Strategy implementation of

    Education and Training Alumni Data InformationSystem (SIDAD): a Case Study ofEducationandTrainingAgency TheMinistryof HomeAffairs

    Education and training agency of The Ministry of Home Affairs is an institutionwhich provides training for the home affairs related. The high target ofprospective trainee and the difficulties in having information related to the alumni,require quick and easy administration process which still pointed on data accuracyof trainees and alumni. This is the fundamental reason for SIDAD development.For two years, SIDAD is not running as expected. Further research is neededregarding to strategic management plan in the change of SIDAD implementation.The change of strategic management set in this research is using system thinkingframework and Kotter's eight changes model in developing the change of strategicmanagement, then strategic priority determination is done in each step of Kotter'susing Analycal Hierarchy Process (AHP) technique. The result of this research isthe change of strategic management which prioritized for the succeed of SIDADimplementation in Education and Training Agency.

    Keywords: Strategy, Change of Management, System Thinking, AnalyticalHierarchy Process (AHP)

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • ix Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................. vi

    ABSTRAK ............................................................................................................ vii

    ABSTRACT......................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

    DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii

    BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

    1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ............................................................. 4

    1.3 Ruang lingkup masalah ............................................................................... 6

    1.4 Tujuan dan Manfaat .................................................................................... 6

    1.5 Sistematika Penulisan.................................................................................. 6

    BAB 2 LANDASAN TEORI.................................................................................. 8

    2.1. Definisi Strategi........................................................................................... 8

    2.2. Manajemen Perubahan .............................................................................. 11

    2.2.1. Tipe Perubahan Organisasi............................................................ 14

    2.2.2. Penolakan terhadap perubahan (Resistance of Change)................ 19

    2.3. Model-model Perubahan ........................................................................... 20

    2.3.1 Lewin’s three step model ............................................................... 20

    2.3.2 The Eight-Stage Change Process Kotter ....................................... 21

    2.3.3 Nine step change model Anderson-Anderson ............................... 23

    2.4. System Thinking ....................................................................................... 26

    2.5. Soft System Methodology......................................................................... 30

    2.6. Analisis SWOT ......................................................................................... 32

    2.5.1. Analisis Internal............................................................................. 32

    2.5.2. Analisis Eksternal .......................................................................... 33

    2.7. Analisis PESTEL....................................................................................... 34

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • x Universitas Indonesia

    2.8. Analytical Hierarchy Process (AHP)........................................................ 36

    2.9. Teori Organisasi ........................................................................................ 38

    2.10. Faktor Sukses Penerapan Sistem Informasi .............................................. 40

    2.11. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 41

    2.12. Kerangka Pemikiran Penelitian................................................................. 52

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 54

    3.1 Tahapan Penelitian .................................................................................... 54

    3.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 56

    3.3 Desain Wawancara .................................................................................... 57

    3.4 Metode Analisis Data ................................................................................ 58

    BAB 4 GAMBARAN UMUM ORGANISASI.................................................. 59

    4.1 Profil Organisasi........................................................................................ 59

    4.2 Visi ............................................................................................................ 62

    4.3 Misi............................................................................................................ 63

    4.4 Struktur Organisasi.................................................................................... 63

    4.5 Sistem Informasi Data Alumni Diklat (SIDAD)....................................... 65

    BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 66

    5.1 Data Wawancara ....................................................................................... 66

    5.1.1 Responden ..................................................................................... 66

    5.1.2 Hasil Wawancara........................................................................... 67

    5.2 Tujuan dan Ukuran Pencapaian Tujuan .................................................... 69

    5.3 Perumusan Strategi Manajemen Perubahan .............................................. 71

    5.4.1 Identifikasi Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat............ 71

    5.4.1.1 Analisis Internal............................................................................. 71

    5.4.1.2 Analisis Eksternal .......................................................................... 78

    5.4.1.3 Formulasi Strategi ......................................................................... 82

    5.4.2 Strategi Manajemen Perubahan..................................................... 93

    5.4 Penentuan Prioritas Strategi dengan AHP................................................. 95

    5.3.1 Menentukan Prioritas Kriteria ....................................................... 95

    5.3.2 Menentukan Prioritas Strategi langkah ke 1.................................. 99

    5.3.3 Penentuan Prioritas Strategi Langkan Ke 2................................. 102

    5.3.4 Penentuan Prioritas Strategi Langkah Ke 3................................. 102

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • xi Universitas Indonesia

    5.3.5 Penentuan Prioritas Strategi Langkah Ke 4................................. 106

    5.3.6 Penentuan Prioritas Strategi Langkah Ke 5................................. 110

    5.3.7 Penentuan Prioritas Strategi Langkah Ke 6................................. 114

    5.3.8 Penentuan Prioritas Strategi Langkah Ke 7................................. 115

    5.3.9 Penentuan Prioritas Strategi Langkah Ke 8................................. 117

    5.3.10 Hasil Prioritas Strategi Manajemen Perubahan........................... 121

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 126

    6.1 Kesimpulan.............................................................................................. 126

    6.2 Saran........................................................................................................ 129

    DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 131

    LAMPIRAN 1.................................................................................................... 134

    LAMPIRAN 2.................................................................................................... 146

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • xii Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Diagram Fishbone ............................................................................... 4Gambar 2.1 Level Strategi (Katsioloudes, 2006).................................................. 10Gambar 2.2 Faktor penentu perubahan (Anderson & Anderson, 2010) ............... 13Gambar 2.3 Developmental Change (Anderson & Anderson, 2010) ................... 15Gambar 2.4 Transisional Change (Anderson & Anderson, 2010) ....................... 17Gambar 2.5 Transformational change (Anderson & Anderson, 2010) ................ 18Gambar 2.6 Three Step Lewins (Lewins, 1997)................................................... 20Gambar 2. 7 Nine Step Model Anderson (Anderson & Anderson, 2010) ............. 24Gambar 2.8 System Thinking Approach (Haines, 2000)...................................... 27Gambar 2.9 The Rollercoaster of Change............................................................. 28Gambar 2.10 Soft System Methodology (Checkland, P. & J. Scholes, 2001) ....... 30Gambar 2. 11 Analytic Hierarchy Process (Saaty, 2001) ..................................... 37Gambar 2. 12 Theoretical Framework.................................................................. 52Gambar 3.1 Gambar Alur Penelitian..................................................................... 54Gambar 4.1 Struktur Organisasi............................................................................ 64Gambar 5.1 Penghitungan Nilai Eigen Untuk Kriteria ......................................... 97Gambar 5.2 Struktur Hirarki AHP Kriteria.......................................................... 98Gambar 5.3 Struktur Hirarki pada langkah 1 ..................................................... 100Gambar 5.4 Hasil Penghitungan Nilai Eigen Langkah 1 .................................... 101Gambar 5.5 Struktur Hirarki pada langkah 3 ...................................................... 104Gambar 5.6Hasil Penghitungan Nilai Eigen Langkah 3 ..................................... 105Gambar 5.7 Struktur Hirarki pada langkah 4 ...................................................... 108Gambar 5.8 Hasil Penghitungan Nilai Eigen Langkah 4 .................................... 109Gambar 5.9 Struktur Hirarki pada langkah 5 ...................................................... 112Gambar 5.10Hasil Penghitungan Nilai Eigen Langkah 5 ................................... 113Gambar 5.11 Struktur Hirarki pada langkah 7 .................................................... 116Gambar 5.12 Hasil Penghitungan Nilai Eigen Langkah 7 .................................. 117Gambar 5.13 Struktur Hirarki pada langkah 8 ................................................... 119Gambar 5.14Hasil Penghitungan Nilai Eigen Langkah 8 ................................... 120

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • xiii Universitas Indonesia

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Matriks TOWS...................................................................................... 33Tabel 2.2 Skala Perbandingan Saaty (Saaty, 2001) .............................................. 37Tabel 2.3 Studi Kasus Strategi Manajemen Perubahan(Trieu Thi Van Hau &

    Kuzic, 2010).............................................................................................. 45Tabel 2.4 Hasil Pendekatan Manajemen Perubahan untuk pedoman implementasi

    TRM (Gerdsri, Assakul, & Vatananan, 2008) .......................................... 47Tabel 2. 5 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 48Tabel 4.1 Distribusi Pegawai Berdasarkan Jabatan .............................................. 61Tabel 4.2 Distribusi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan........................... 61Tabel 5. 1 Tujuan dan Ukuran Pencapaian Tujuan .............................................. 70Tabel 5.2 Analisis Internal Organisasi ................................................................. 72Tabel 5.3 Analisis Lingkungan eksternal............................................................. 78Tabel 5.4 Matrix TOWS/SWOT........................................................................... 83Tabel 5.5 Formulasi Strategi berdasarkan Matrix TOWS/SWOT........................ 91Tabel 5.6 Pemetaan rumusan Strategi kedalam 8 langkah Kotter ....................... 94Tabel 5.7 Matriks Pairwise Comparison............................................................... 97Tabel 5.8 Tabel Urutan Prioritas Kriteria ............................................................ 98Tabel 5.9 Tabel Matriks Pairwise Comparison untuk langkah 1 ......................... 99Tabel 5.10. Nilai Eigen langkah 1....................................................................... 100Tabel 5.11 Tabel Urutan Prioritas Strategi Langkah 1 ...................................... 101Tabel 5. 12 Hasil Penilaian Responden Pada Strategi Langkah 2 ...................... 102Tabel 5.13 Tabel Matriks Pairwise Comparison untuk langkah 3 ..................... 103Tabel 5.14. Tabel Nilai Eigen langkah 3............................................................. 104Tabel 5.15 Tabel Urutan Prioritas Strategi Langkah 3 ...................................... 105Tabel 5.16 Tabel Matriks Pairwise Comparison untuk langkah 4 ..................... 106Tabel 5.17. Tabel Nilai Eigen langkah 4............................................................. 107Tabel 5.18 Tabel Urutan Prioritas Strategi Langkah 4 ...................................... 109Tabel 5.19 Tabel Matriks Pairwise Comparison untuk langkah 5 ..................... 110Tabel 5.20. Tabel Nilai Eigen langkah 5............................................................. 111Tabel 5.21 Tabel Urutan Prioritas Strategi Langkah 5 ...................................... 113Tabel 5. 22 Hasil Penilaian Responden Pada Strategi Langkah 6 ...................... 114Tabel 5.23 Tabel Matriks Pairwise Comparison untuk langkah 7 ..................... 115Tabel 5.24. Tabel Nilai Eigen langkah 7............................................................. 115Tabel 5.25 Tabel Urutan Prioritas Strategi Langkah 7 ...................................... 117Tabel 5.26 Tabel Matriks Pairwise Comparison untuk langkah 8 ..................... 118Tabel 5.27. Tabel Nilai Eigen langkah 8............................................................. 119Tabel 5.28 Tabel Urutan Prioritas Strategi Langkah 8 ...................................... 120Tabel 5.29 Ringkasan Hasil Prioritas Strategi Manajemen Perubahan.............. 121

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB 1 PENDAHULUANBAB 1

    PENDAHULUAN

    Perkembangan teknologi informasi yang pesat dan semakin mutakhir yang

    mempengaruhi setiap lini kehidupan manusiasecara langsung merubah masyarakat

    menjadi kritis dan menuntut pelayanan yang efektif, efisien, cepat dan akurat. Hal

    ini secara tidak langsung menuntut setiap organisasi untuk ikut berkembang dan

    melakukan perubahan pada setiap pekerjaannya dengan memanfaatkan

    keberadaan teknologi tersebut dalam kaitan untuk memenuhi tuntutan masyarakat,

    sehingga dapat melakukan pelayanan secara optimal. Badan Pendidikan dan

    Pelatihan, sebagai organisasi pemerintah yang memiliki tugas untuk melayani

    penyediaan program kediklatan bagi aparatur, berusaha untuk melakukan

    perubahan dengan mengikuti perkembangan teknologi informasi dalam setiap

    pekerjaannya. Diantara teknologi informasi yang diterapkan salah satunya adalah

    penerapan Sistem Informasi Data Alumni Diklat (SIDAD). Pada bab ini akan

    diuraikan mengenai latar belakang masalah dan perumusan masalah yang

    melatarbelakangi dilakukannya penelitian, ruang lingkup, tujuan penelitian,

    manfaat penelitian dan sistematika penulisan laporan.

    1.1 Latar Belakang

    Dewasa ini perkembangan teknologi informasi semakin pesat dsan menjadi

    kebutuhan yang tidak terpisahkan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Hal ini

    terbukti dengan adanya penerapan teknologi informasi pada setiap proses bisnis

    suatu organisasi. Penerapan teknologi informasi ini tidak hanya sebagai

    pendukung tetapi sudah menjadi suatu kunci pelaksanaan kegiatan operasional

    organisasi. Dalam beberapa bidang, penerapan teknologi informasi bahkan dapat

    menggantikan peran manusia, yaitu seperti dalam bidang manufaktur. Pada bidang

    pendidikan, penerapan yang paling dapat terlihat adalah penerapan teknologi

    informasi untuk mempermudah proses administrasi akademik, penerimaan pelajar,

    e-learning dan e-library. Hal ini dilakukan untuk tujuan efisiensi dan efektifitas

    pelaksanaan kegiatan.

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 2

    Universitas Indonesia

    Badan Pendidikan dan Pelatihan Diklat Kementerian Dalam Negeri adalah suatu

    organisasi di bidang pendidikan dan pelatihan aparatur di lingkungan Kementerian

    Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam

    Negeri Nomor 41 Tahun 2010tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja

    Kementerian Dalam Negeri, pasal 1200, dimana disebutkan bahwa Badan

    Pendidikan dan pelatihan (untuk selanjutnya disebut Badan Diklat) Kemendagri

    mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang pemerintahan

    dalam negerisebagai bentuk pelaksanaan fungsi pembinaan aparatur Kementerian

    Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Hal ini ditegaskan kembali dalam

    Peraturan Pemerintah nomor 79 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan

    Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah bahwa pemerintah

    melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah

    yang salah satu pembinaannya dalam bentuk pendidikan dan pelatihan aparatur

    pemerintahan daerah. Pada kenyataannya penyelenggaraan tugas dan fungsi

    Kementerian Dalam Negeri pada umumnya dan Badan Pendidikan dan Pelatihan

    pada khususnya, belum sepenuhnya mencapai kinerja yang diharapkan yakni

    efektif, efisien, transparan dan akuntabeldalam rangka mewujudkan tata kelola

    kepemerintahan yang baik (Kemendagri, 2011). Hal ini didasarkan pada beberapa

    permasalahan yang salah satunya menyebutkan bahwa belum seluruh manajemen

    pelayanan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri menggunakan teknologi

    informasi berbasis elektronik, baik melalui e-office maupun e-government.

    Penerapan dan pemanfaatan teknologi informasi di lingkungan pemerintahan,

    seperti yang tertera pada Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2003 tentang

    Pengembangan E-Government, akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas,

    transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.

    Untuk mengantisipasi permasalahan-permasalahan tersebut, salah satu misi Badan

    Diklat, yaitu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka

    meningkatkan kualitas pelayanan penyelenggaraan diklat. Langkah nyata

    pelaksanaan misi ini salah satunya adalah dengan dilakukannya pengembangan

    Sistem Informasi Data Alumni Diklat (SIDAD) pada tahun 2010. Berdasarkan

    hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Kepala Bagian Perencanaan dapat

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 3

    Universitas Indonesia

    disimpulkan tujuan pengembangan SIDAD adalah mewujudkan pengelolaan data

    peserta yang telah mengikuti diklat dan memfasilitasi bidang-bidang

    penyelenggara diklat dalam administrasi penyelenggaraan diklat. Banyaknya

    peserta yang mengikuti diklat setiap tahun, menyulitkan penyelenggara diklat

    untuk melakukan pengarsipan dan penyimpanan dokumentasi penyelenggaraan

    kediklatan, dalam hal ini pengelolaan data peserta yang telah mengikuti diklat.

    Dengan diterapkannya Aplikasi ini, diharapkan dapat menjadi basis data alumni

    diklat yang dapat dijadikan salah satu dasar pengambilan keputusan dan media

    evaluasi bagi para bidang penyelenggara terhadap pelaksanaan program yang

    dijalankan.

    Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pengelola aplikasi hingga saat ini

    penerapan SIDAD dalam penyelenggaraan diklat masih tidak sesuai harapan, atau

    dapat dikatakan tidak berjalan (sumber: hasil wawancara dengan Kepala Bagian

    Perencanaan dan Anggaran). Hal ini dikuatkan dengan adanya data bahwa dari 20

    bidang pelaksana diklat hanya 2 (dua) bidang yang menggunakan SIDAD

    (sumber: hasil observasi). Berbagai sosialisasi dan bimbingan teknis telah

    dilaksanakan. Beberapa faktor yang dimungkinkan menjadi kendala dalam

    penerapan SIDAD adalah kurangnya dukungan dari manajemen tingkat atas

    dalam hal ini Kepala Badan Diklat, adanya resistensi pengguna yang disebabkan

    oleh perubahan budaya kerja, permasalahan teknis aplikasi dan permasalahan-

    permasalahan lainnya.

    Besar harapan pimpinan agar seluruh bidang pelaksana diklat dapat menerapkan

    dan menggunakan SIDAD secara konsisten sehingga kedepannya memudahkan

    dalam menyajikan dan mengelola data terkait alumni diklat dan sebagai media

    evaluasi program kediklatan. Selain itu, dengan penerapan SIDAD ini diharapkan

    dapat mendukung Badan Diklat untuk berkembang menjadi Lembaga Sertifikasi

    Pendidikan dan Pelatihan Pemerintahan daerah (sumber: hasil wawancara dengan

    Kepala Bagian Perencanaan dan Anggaran).

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 4

    Universitas Indonesia

    1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

    Pada penelitian ini dilakukan pembahasan berdasarkan pada permasalahan yang

    terdapat pada Badan Diklat Kemendagri sebagai objek penelitian. Permasalahan-

    permasalahan seperti yang telah diuraikan diatas didapatkan dari hasil wawancara

    dan pengamatan yang telah dilakukan. Berdasarkan uraian diatas dan data hasil

    wawancara selanjutnya dapat dilakukan identifikasi permasalahan kegagalan

    implementasi SIDAD yang digambarkan dengan diagram fishbone sebagai

    berikut:

    Gambar 1.1 Diagram Fishbone

    Gambar diatas merupakan gambaran aspek-aspek yang mempengaruhi program

    implementasi SIDAD. Penjelasan dari aspek-aspek tersebut adalah sebagai

    berikut:

    a. Aspek Kebijakan

    Belum ada kebijakan terkait pengelolaan dan penggunaan SIDAD yang

    mengharuskan setiap bidang menggunakan aplikasi, telah menyebabkan

    implementasi SIDAD belum sesuai harapan.

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 5

    Universitas Indonesia

    b. Sumber Daya Manusia

    Berdasarkan hasi wawancara dengan Kepala Pusat Diklat Manajemen

    Kepemimpinan dan Pemerintahan Daerah, sumber daya manusia yang tersedia

    saat ini kurang memiliki kemahiran dalam menggunakan komputer dan

    mengoperasi sistem SIDAD dalam pekerjaannya. Hal tersebut diperburuk

    dengan keengganan pegawai untuk beralih dari pekerjaan pengarsipan data

    alumni secara manual ke sistem aplikasi yang sudah berbasis teknologi

    informasi. Bagian Perencanaan dan Anggaran sebagai pengelola aplikasi telah

    melaksanakan sosialisasi SIDAD sebanyak 3 kali dalam 2 tahun terakhir ini,

    tetapi hal ini tidak membuat para pegawai terpacu untuk menggunakan

    SIDAD. Belum adanya suatu rumusan strategi manajemen perubahan

    menyebabkan penyelesaian masalah selama ini hanya difokuskan pada

    pengembangan teknologi.

    c. Infrastruktur

    Belum terbangunnya infrastruktur yang baik dalam implementasi SIDAD baik

    dari sisi infrastruktur jaringan dan kehandalan system aplikasi, diperkirakan

    mempengaruhi kurangnya antusias pengguna dalam menggunakan sistem.

    Infrastruktur jaringan yang belum terbentuk menyebabkan system harus

    digunakan secara offline, sehingga data yang telah terinput hanya tersimpan di

    dalam local data komputer bersangkutan dan harus disalin secara manual

    kedalam database pusat yang ada di bagian perencanaan dan anggaran.

    Berdasarkan identifikasi masalah seperti pada gambar fishbone diatas, maka perlu

    dibuat langkah-langkah strategis manajemen perubahan yang tepat untuk

    mendukung implementasi SIDAD di Badan Pendidikan dan Pelatihan

    Kementerian Dalam Negeri. Pertanyaan penelitian yang dapat disimpulkan

    berdasarkan pada indentifikasi permasalahan diatas, adalah:

    “Bagaimana Strategi manajemen perubahan yang dapat mendukung

    keberhasilan penerapan SIDAD di Badan Pendidikan dan Pelatihan

    Kementerian Dalam Negeri?”

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 6

    Universitas Indonesia

    1.3 Ruang lingkup masalah

    Ruang lingkup penelitian hanya difokuskan pada penyusunan strategi manajemen

    perubahan implementasi SIDAD di Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian

    Dalam Negeri. Proses pelaksanaan strategi dan evaluasi dampak terhadap

    pelaksanaan strategi tersebut tidak menjadi bagian dari penelitian ini

    1.4 Tujuan dan Manfaat

    Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

    adalah menyusun strategi manajemen perubahan yang dapat mendukung

    keberhasilan penerapan SIDAD dan sesuai dengan karakteristik organisasi dalam

    hal ini Badan Pendidikan dan Pelatihan Kemendagri.

    Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat dirasakan oleh institusi tempat

    penelitian pada khususnya dan dunia akademik pada umumnya. Bagi instansi

    tempat penelitian, dalam hal ini Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian

    dalam Negeri, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

    Badan Pendidikan dan Pelatihan tentang strategi manajemen perubahan

    implementasi SIDAD, sehingga lebih lanjut dapat mendukung keberhasilan

    implementasi SIDAD dan menjaga keberlangsungan penerapannya di lingkup

    Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Dalam Negeri. Dalam dunia

    pendidikan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

    dunia pendidikan sebagai pelengkap referensi dalam penelitian terkait penyusunan

    strategi manajemen perubahan.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan laporan penelitian dibagi kedalam enam bab. Masing-

    masing bab akan menguraikan secara lebih terperinci setiap tahapan penelitian

    yang dibahas. Sistematika tersebut adalah sebagai berikut:

    Bab 1 Pendahuluan

    Pada bab ini menjelaskan latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah, ruang

    lingkup, tujuan dan manfaat, dan sistematika penulisan laporan penelitian.

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 7

    Universitas Indonesia

    Bab 2 Landasan Teori

    Pada bab ini menjelaskan studi literatur yang dijadikan acuan dalam penelitian.

    Studi literatur mencakup teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, dalam

    hal ini mencakup strategi, manajemen perubahan, system thinking,analisis SWOT,

    analisis PEST, AHP, Teori organisasi, SIDAD, dan penelitian-penelitian

    terdahulu.

    Bab 3 Metodologi Penelitian

    Pada bab ini menjelaskan mengenai alur penelitian, kerangka penelitian, dan

    metode pengumpulan data.

    Bab 4 Profil Organisasi

    Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran organisasi yang dijadikan studi kasus

    dalam penelitian.

    Bab 5 Analisis dan Pembahasan

    Pada bab ini menjelaskan terkait analisis dan pembahasan penelitian yang

    dilakukan. Analisis dan pembahasan meliputi formulasi strategi, pengelompokan

    strategi manajemen perubahan dan penentuan prioritas strategi berdasarkan

    metode AHP.

    Bab 6 Kesimpulan dan Saran

    Pada bab ini menejelaskan kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan.

    Bagian kesimpulan memberikan gambaran menyeluruh dari proses dan hasil

    penelitian secara ringkas, dan bagian saran memberikan pendapat penulis tentang

    solusi mengenai strategi manajemen perubahan untuk menduung keberhasilan

    penerapan SIDAD di Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Dalam

    Negeri.

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 8 Universitas Indonesia

    BAB 2 LANDASAN TEORIBAB 2

    LANDASAN TEORI

    Bab ini menjelaskan teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian.

    Landasan teori meliputi konsep strategi, konsep manajemen perubahan, Model-

    model perubahan, konsep system thinking, konsep SSM, Analisis SWOT, analisis

    PESTEL, konsep AHP, dan teori organisasi. Selain itu pada bab ini juga

    dilakukan penelaahan terhadap 6 penelitian sebelumnya, ulasan terkait Sistem

    Informasi Data Alumni Diklat (SIDAD) dan theoretical Framework yang

    dikembangkan dari teori-teori sebelumnya.

    2.1. Definisi Strategi

    Sebuah organisasi yang terbentuk baik itu organisasi pemerintahan maupun non

    pemerintahan tentu memiliki tujuan tertentu baik itu jangka pendek maupun

    jangka panjang. Untuk mencapai tujuannya suatu organisasi harus menyusun

    strategi-strategi tertentu sehingga tujuan-tujuannya dapat tercapai.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi diartikan sebagai rencana yg

    cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi ini banyak

    dikembangkan organisasi untuk mengatasi segala ancaman dan merebut peluang

    yang ada. Menurut Johnson dan schools (Jhonson et al, 2002) dalam bukunya

    Exploring Corporate Strategy mendeskripsikan strategi sebagai arah dan lingkup

    organisasi dalam jangka panjang untuk mencapai keuntungan organisasi melalui

    konfigurasi sumber daya yang dimiliki untuk dapat mengatasi tantangan

    lingkungan sekaligus memenuhi kebutuhan lingkungan bisnis dan harapan pihak-

    pihak yang berkepentingan. Sedangkan Kenneth Andrews berpendapat bahwa

    strategi adalah sebuah pola keputusan dalam sebuah organisasi atau perusahaan

    yang menentukan dan mengungkap sasaran, tujuan, menghasilkan prinsip-prinsip

    kebijakan dan rencana untuk meraih tujuan tersebut (Morden, 2007).

    Michael Porter mendefinisikan strategi sebagai sekumpulan tindakan atau

    aktivitas yang berbeda untuk menghantarkan nilai yang unik (Porter, 1998).

    Menurut Hunger and Wheelen (2003:16) strategi merupakan rumusan

    perencanaan komprehensif tentang bagaimana suatu perusahaan akan mencapai

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 9

    Universitas Indonesia

    misi dan tujuannya dimana strategi ini akan memaksimalkan keunggulan

    kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing. Di sumber lain Henry

    Mintzberg dalam bukunya Toward a General Theory of Strategy Formulation

    mengatakan bahwa kata strategi dapat digunakan dalam berbagai cara atau situasi

    (Mintzberg, 2007), yaitu:

    1. Strategy is a plan, a how, a means of getting from here to there (Strategi

    adalah suatu rencana, cara bagaimana untuk berpindah dari posisi ini ke

    posisi disana)

    2. Strategy is a pattern in actions over time (Strategi adalah suatu pola dalam

    melakukan aksi)

    3. Strategy is position; that is; reflects decisions to offer particular products or

    services in particular markets.(Strategi adalah posisi yang mencerminkan

    keputusan untuk menawarkan produk khusus atau pelayanan pada pasar yang

    khusus)

    4. Strategy is perspective, that is vision and direction(strategi adalah perspektif

    visi dan perspektif arah)

    Whelen Hunger dalam bukunya The Concepts of Strategic Management and

    Business Policy membagi strategi kedalam beberapa tipe ((Wheelen & Hunger,

    2008), yaitu:

    1. Defenders adalah suatu organisasi/perusahaan dengan produk terbatas yang

    fokus pada peningkatan efisiensi operasional yang sedang berjalan. Orientasi

    biaya membuatnya tidak melakukan inovasi pada daerah yang baru.

    2. Prospectors adalah suatu organisasi/perusahaan dengan produk-produk yang

    cukup banyak, fokus pada inovasi produk dan peluang pasar. Berorientasi

    pada penjualan membuat organisasi ini menjadi tidak efisien pada beberapa

    hal. Mereka cenderung memperkaya kreatifitas diatas efisiensi.

    3. Analyzers adalah sebuah korporasi yang beroperasi pada setidaknya dua

    daerah product-market yang berbeda, one stable dan one variable. Pada

    daerah yang stable,efisiensi ditekankan, sedangkan pada daerah variable,

    inovasi lebih ditekankan.

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 10

    Universitas Indonesia

    4. Reactors adalah korporasi dimana konsistensi hubungan strategi, struktur dan

    budaya sangat rendah. Respon (lebih sering tidak efektif) terhadap tekanan

    lingkungan pelan-pelan cenderung merubah strategi.

    Dalam perencanaan strategis, menurut Marios I. Katsioloudes, terdapat 3 level

    strategi, yaitu: level korporasi, level unit bisnis, dan level fungsi. Ketiga level ini

    digambarkan dalam bentuk piramida (Katsioloudes, 2006) sebagai berikut:

    Gambar 2.1 Level Strategi (Katsioloudes, 2006)

    Dalam literatur lain, Schendel dan Charles Hofer, Higgins (1985) menjelaskan

    adanya empat tingkatan dari strategi. Semuanya disebut dengan master strategy,

    yang terdiri dari enterprise strategy, corporate strategy, business strategy, dan

    functional strategy (Kurniawan, 2013).

    Enterprise Strategy adalah strategi yang berkaitan dengan dengan respon

    kelompok masyarakat diluar organisasi yang tidak terkontrol, misalnya

    pemerintah, kelompok penekan, kelompok politik, dan kelompok sosial lainnya.

    Pada strategi enterprise akan terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat luar,

    sejauhmana interaksi itu akan diperkuat sehingga dapat menguntungkan

    organisasi itu sendiri. Selain itu, Strategi juga menunjukkan bahwa organisasi

    benar-benar berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik terhadap pemenuhan

    tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

    Corporate Strategy sering disebut sebagai grand strategi yang meliputi seluruh

    bidang dalam organisasi. Strategi ini berkaitan erat dengan misi organisasi.

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 11

    Universitas Indonesia

    Business Strategy menjelaskan bagaimana merebut pangsa pasar di tengah

    masyarakat dan bagaimana menempatkan organisasi di hati para pengguna dan

    pemilik modal. Semua itu dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan-

    keuntungan stratejik yang dapat menunjang perkembangan organisasi kearah yang

    lebih baik.

    Functional Strategy merupakan strategi pendukung yang berfungsi untuk

    mendukung kesuksesan strategi-strategi lain. Tiga jenis strategi fungsional, yaitu:

    1. Strategi fungsional ekonomi mencakup fungsi-fungsi yang memungkinkan

    organisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat, misalnya fungsi

    berkaitan dengan keuangan, pemasaran, penelitian, pengembangan, dan

    sumber daya.

    2. Strategi fungsional manajemen mencakup fungsi-fungsi manajemen, seperti

    perencanaan, pengelolaan, penerapan, pengontrolan, leading, motivasi,

    staffing, komunikasi, representing, pengambilan keputusan, dan

    pengintegrasian.

    3. Strategi isu stratejik memiliki fungsi utama untuk mengendalikan lingkungan,

    baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui

    serta perubahannya.

    Penerapan strategi ini tidak hanya berlaku bagi organisasi yang berbasis

    keuntungan, tetapi juga berlaku bagi organisasi non-profit. Pada organisasi non-

    profit seperti pemerintahan, sekolah dan sebagainya, Strategi dibutuhkan pada

    setiap penerapan suatu kebijakan atau program baru yang mungkin akan

    membawa perubahan bagi organisasi tersebut. Sebagai contoh pada implementasi

    TI di organisasi secara menyeluruh, dibutuhkan strategi untuk mewujudkan

    harapan-harapan yang ingin dicapai sehingga dapat tercapai secara efektif dan

    efisien.

    2.2. Manajemen Perubahan

    Perubahan adalah sesuatu yang tidak akan pernah terlepas dari setiap sendi

    kehidupan. Setiap sesuatu yang ada pasti akan mengalami suatu perubahan, tidak

    terkecuali bagi sebuah organisasi yang juga dituntut untuk terus berubah sesuai

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 12

    Universitas Indonesia

    dengan tuntutan zaman dan tuntutan masyarakat. Dewasa ini, perubahan dan

    bagaimana memimpin, mengelola dan menjaga suatu perubahan secara sukses,

    menjadi perbincangan yang sangat banyak diantara para pimpinan organisasi.

    Perubahan itu sendiri menjadi salah satu persyaratan untuk menjaga

    keberlangsungan organisasi baik yang berorientasi keuntungan maupun oragnisasi

    pemerintah. Setiap pimpinan perlu mengetahui dan menyusun strategi sehingga

    dapat dengan baik mengelola perubahan di organisasinya dan didukung oleh

    seluruh bagian dalam organisasi. Perubahan yang secara sukses telah dilaksanakan

    tidak serta merta berlangsung secara terus menerus karena banyaknya proses dan

    pekerjaan terus menerus memberikan tekanan sehingga dimungkinkan dapat

    terjadinya kegagalan dalam penerapan perubahan. Untuk mengelola perubahan

    perlu dilakukan pengelolaan ataupun manajemen perubahan agar tetap sesuai

    dengan tujuan organisasi.

    Bennet P. Lientz dan Katheryn P. Rea (2004) mengartikan manajemen perubahan

    sebagai sebuah pendekatan untuk merencanakan, mendesain, mengelola,

    mengukur keberlangsungan perubahan dalam sebuah proses bisnis dan perkerjaan.

    Disisi lain, menurut Coffman dan Lutes (2007) manajemen perubahan adalah

    sebuah pendekatan terstruktur yang digunakan untuk membantu baik individu

    maupun organisasi dalam proses transisi dari kondisi sekarang menuju kondisi

    baru yang lebih baik.

    Faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan dibagi kedalam faktor internal

    dan faktor eksternal (Lientz & Rea, 2004) diantaranya sebagai berikut:

    1. Faktor internal : - Perubahan manajemen

    - Perubahan prioritas dalam manajemen

    - Masalah internal dalam pekerjaan

    - Tingginya pergantian pegawai

    - Kehilangan staf-staf penting

    - Produk atau pelayanan baru

    - Implementasi teknologi baru

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 13

    Universitas Indonesia

    - Akuisisi atau merger

    - Perubahan organisasi

    2. Faktor Eksternal : - Peningkatan atau penurunan penjualan

    - Kompetisi yang memanas memaksa perubahan

    - Penggambungan teknologi yang sulit digunakan

    - Perubahan regulasi dan kebijakan pemerintah

    - Perubahan kontrak

    - Rekomendasi perubahan dalam tata kerja

    Selain faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab perubahan, terdapat

    beberapa faktor yang juga mengendalikan perubahan. Pengendali perubahan ini

    mengklasifikasikan kebutuhan terhadap perubahan, terutama perubahan

    transformasional. Model ini mengilustrasikan bahwa kebutuhan perubahan dipicu

    oleh perubahan lingkungan yang sangat dinamis, yang membangun kebutuhan

    baru untuk sukses. Kebutuhan pelanggan baru memicu sebuah kebutuhan bisnis

    yang strategis yang kemudian membutuhkan suatu perubahan dalam organisasi

    untuk mengeksekusinya termasuk didalamnya perubahan struktur, sistem, proses

    bisnis, ataupun teknologi. Perubahan budaya menentukan kebutuhan perubahan

    pada kebiasaan dan cara berfikir dari setiap elemen organisasi. Tujuh aspek

    penentu model perubahan seperti yang tergambar sebagai berikut:

    Gambar 2.2 Faktor penentu perubahan (Anderson & Anderson, 2010)

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 14

    Universitas Indonesia

    Pada gambar diatas, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, menunjukkan

    faktor-faktor yang mengendalikan perubahan. Gambar tersebut mengilustrasikan

    bahwa seluruhnya saling berkaitan. Perubahan di salah satu faktornya akan

    menimbulkan perubahan pada faktor yang lainnya.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan manajemen perubahan menurut

    Sirkin et al. (2005) adalah sebagai berikut:

    1. Soft factor (motivation, communication, dan leadership) yang merupakan

    faktor-faktor tidak terukur

    2. Hard factor (duration, integrity, commitment, dan effort) yang merupakan

    faktor-faktor terukur.

    2.2.1. Tipe Perubahan Organisasi

    Linda Ackerman Anderson (1986) membagi perubahan organisasi

    kedalam tiga tipe yang paling lazim terjadi dalam organisasi, yaitu:

    perubahan pembangunan, perubahan transisional, dan perubahan

    transformasional (Anderson & Anderson, 2010). tipe-tipe perubahan

    tersebut dijelaskan sebagai berikut:

    a. Development change menggambarkan peningkatan kemampuan,

    metode, standar kinerja, atau kondisi saat ini yang tidak sesuai

    dengan kebutuhan saat ini atau masa depan. Perubahan ini

    bertujuan untuk melakukan perbaikan pada sisi keterampilan,

    metode, kinerja dan kondisi organisasi. Fokus perubahan untuk

    memperkuat atau memperbaiki hal yang telah terjadi dalam

    organisasi dalam rangka peningkatan kinerja (process

    improvements). Jenis perubahan ini merupakan jenis perubahan

    yang paling sederhana daripada jenis perubahan yang lain. Hal

    ini tidak berarti bahwa developmental change menjadi sesuatu

    yang tidak penting atau tidak menantang, tetapi lebih karena

    resiko yang timbul dan terkait dengan jenis perubahan ini

    cenderung lebih sedikit dibanding jenis perubahan lainnya.

    Seorang pemimpin dapat melakukan inisiatif terbaik dalam

    developmental changes melalui sharing informasi tentang

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 15

    Universitas Indonesia

    kenapa indikator kinerja harus ditingkatkan dengan menetapkan

    tujuan yang jelas.

    Terdapat dua asumsi dasar dalam developmental changes,

    pertama, sumber daya manusia yang ada mampu untuk

    meningkatkan kemampuannya, dan kedua, mereka akan

    meningkatkan kemampuannya jika terdapat alasan, sumber

    daya, motivasi dan pelatihan yang sesuai. Strategi

    developmental change yang umum digunakan adalah pelatihan

    baik dalam hal keterampilan, komunikasi yang lebih baik, atau

    teknik baru atau proses baru untuk meraih tujun yang lebih

    tinggi. Seorang pimpinan dapat menggunakan sebuah penilaian

    dan pendekatan penyelesaian masalah untuk menidentifikasi,

    menghilangkan atau memecahkan permasalahan yang akan

    menghalangi peningkatan kinerja.

    Gambar 2.3 Developmental Change (Anderson & Anderson, 2010)

    Pada gambar diatas terlihat bahwa pada developmental change

    terdapat perubahan kinerja dalam hal ini peningkatan kinerja

    organisasi.

    b. Transitional Change adalah tipe perubahan yang lebih kompleks

    dimana dibutuhkan respon untuk pergeseran yang lebih

    signifikan dalam tekanan lingkungan atau kebutuhan untuk

    sukses. Transitional change dimulai ketika pimpinan

    mengetahui bahwa terdapat sebuah masalah yang harus

    diselesaikan atau sebuah kesempatan yang harus diraih dan

    bahwa terdapat kebutuhan operasional yang memerlukan

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 16

    Universitas Indonesia

    perubahan atau dibuat pelayanan yang lebih baik untuk tuntutan

    saat ini ataupun masa depan. Richard Beckhard dan Rubin Haris

    (1987) mengatakan bahwa transitional change membutuhkan

    proses pembongkaran kondisi lama dan membentuk dengan

    jelas rancangan kondisi baru, biasanya diraih dalam jangka

    waktu tertentu yang disebut sebagai kondisi transisi. isu budaya

    dan manusia, pada perubahan transisional, ada tetapi tidak

    dominan. Aspek penting dari sebuah strategi perubahan

    transisional adalah memperjelas kunci perbedaan antara kondisi

    saat ini dan kondisi yang diinginkan (seperti gap analisis) dan

    menentukan dampak dari kesenjangan tersebut. Proses ini

    biasanya disebut sebagai analisis dampak (impact analysis).

    Analisis dampak menilai baik dari sisi organisasi dan dampak

    terhadap manusia serta menyediakan informasi penting untuk

    membangun rencana perubahan yang lebih baik dan mengurangi

    trauma bagi setiap individu. Analisis dampak meliputi:

    1) Aspek apa dari kondisi lama yang dapat dikembangkan atau

    dirubah menjadi kondisi yang baru.

    2) Aspek apa yang perlu untuk dikembangkan ataupun

    dihapuskan.

    3) Apa yang perlu dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan

    kondisi baru.

    Pelaksanaan analisis dampak selama fase-fase awal dari sebuah

    fase transisi akan mengindikasikan seberapa banyak perubahan

    yang dibutuhkan dan menentukan berapa lama masa transisi

    yang dibutuhkan. Dari pengetahuan ini seorang pemimpin dapat

    merencanakan rencana aksi yang logis dan sesuai waktu untuk

    mengarahkan penerapan kondisi baru.

    perubahan transisional yang kompleks akan memberikan hasil

    terbaik jika menjalankan dua struktur pengelolaan secara paralel

    dan terpisah, yaitu satu struktur dimana operasional tetap

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 17

    Universitas Indonesia

    berjalan secara efektif dan satu struktur pengelolaan lainnya

    mengendalikan perubahan termasuk didalamnya perencanaan

    kondisi baru, analisis dampak, dan perencanaan

    implementasinya. Tugas pengelolaan perubahan dalam hal

    strukturnya, berada pada level eksekutif pimpinan tim

    perubahan, seorang sponsor, dan pimpinan proses perubahan

    yang bertanggungjawab terhadap strategi seluruh perubahan dan

    tim proyek perubahan untuk eksekusi rencana perubahan.

    Dengan menggunakan metode tersebut, memungkinkan

    perubahan terjadi dengan gangguan yang sangat minim untuk

    operasional, kejelasan pembuatan keputusan, dan pemanfaatan

    sumber daya yang tersedia. Ilustrasi penerapan perubahan

    transisi ditunjukkan pada gambar berikut:

    Gambar 2.4 Transisional Change (Anderson & Anderson, 2010)

    Gambar diatas menunjukkan penerapan kondisi baru yang telah

    diketahui. Pengelolaan kondisi transisi ini dikendalikan oleh

    jangka waktu pelaksanaannya.

    c. Transformational Change adalah perubahan yang sangat radikal

    dari sebuah strategi, sistem, proses ataupun teknologi, yang

    sangat penting dimana membutuhkan perubahan budaya,

    kebiasaan dan mind set untuk menerapkannnya secara sukses

    dan berkelanjutan. Perubahan transformasional akan berdampak

    pada seluruh daerah inti organisasi, orang dan proses perubahan

    itu sendiri. Perubahan jenis ini mirip dengan perubahan

    transisional hanya saja ada sedikit perbedaan. Perbedaaan antara

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 18

    Universitas Indonesia

    perubahan transisional dengan perubahan transformasional

    terletak pada faktor manusia dan budaya. Pada transformational

    change, kedua faktor di atas sangat dominan dan merupakan

    faktor kunci. Proses pada transformational change dapat

    diilustrasikan pada gambar berikut:

    Gambar 2.5 Transformational change (Anderson & Anderson, 2010)

    Pada gambar tersebut terlihat bahwa kebutuhan suatu organisasi

    untuk melakukan transformasi dimulai dari semakin

    meningkatnya kekacauan yang terjadi dalam organisasi hingga

    akhirnya mencapai posisi dimana organisasi tidak dapat

    memperbaikinya. Dari posisi tersebutorganisasi kemudian harus

    melakukan transformasi dimana transformasi ini akan mengubah

    hampir di semua aspek dan proses bisnis dalam suatu organisasi.

    Biasanya tuntutan/desakan kebutuhan pasar akan memaksa

    perubahan besar-besaran dalam organisasi. Perubahan ini akan

    menuntut suatu posisi baru. Posisi baru tersebut meliputi:

    (1) posisi baru tidak diketahui. Hal ini muncul dari visi, dan uji

    coba penemuan dan pembelajaran;

    (2) posisi baru membutuhkan perubahan mindset yang sangat

    besar, mengelola prinsip, kebiasaan dan atau budaya, seperti

    perubahan organisasi, dan apapun yang mendukung

    pencapaian tujuan bisnis.

    Pada penelitian ini jenis perubahan organisasi yang diteliti adalah

    perubahan organisasi transisional. Hal ini dikarenakan, Sistem informasi

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 19

    Universitas Indonesia

    data alumni diklat (SIDAD) yang diterapkan dapat mengakibatkan adanya

    perubahan budaya kerja atau perubahan proses bisnis organisasi dari yang

    semula masih bersifat manual dan tidak teroganisir dengan baik menjadi

    proses bisnis yang berbasiskan sistem informasi dan pengelolaan kegiatan

    yang lebih baik. Perubahan ini tentusaja tidak serta merta dapat terlaksana

    hanya dengan pelaksanaan kegiatan kediklatan terkait sistem tersebut, tapi

    lebih lanjut perlu dilakukan dengan strategi-strategi khusus agar sistem

    dapat diterima dan diditerapkan dengan baik.

    2.2.2. Penolakan terhadap perubahan (Resistance of Change)

    Penolakan terhadap suatu perubahan adalah reaksi yang sangat alami yang

    ditunjukkan ketika karyawan di haruskan untuk berubah. Perubahan itu

    sendiri ada kondisi yang terkadang memberikan ketidaknyamanan bagi

    setiap orang dan tentu saja memerlukan cara lain dalam berfikir dan

    melakukan sesuatu. Resistance terhadap manajemen perubahan yang telah

    dibuat biasanya ditunjukkan secara aktif maupun pasif dengan berbagai

    macam bentuknya. Individu ataupun sekelompok orang dapat

    mengekspresikan atau merasakan tingkat penolakannya. Perlu diingat

    bahwa resistansi adalah sesuatu yang dinamis dan selalu berubah

    tergantung pada situasi tertentu (Lientz & Rea, 2004). Terdapat beberapa

    kategori resistansi, yaitu penolakan aktif dan penolakan pasif. Pada

    penolakan aktif, beberapa pegawai secara terbuka akan menanyakan

    perubahan dan mengindikasikan kurangnya dukungan untuk perubahan.

    Penolakan pasif tergolong sulit dideteksi, orang mungkin akan

    memberikan dukungan perubahan tetapi kemudian ketika perubahan mulai

    diterapkan, mereka akan mulai melakukan penolakan. Beberapa faktor

    dibalik penolakan adalah sebagai berikut (Lientz & Rea, 2004):

    a. Adanya ketakutan akan digantikan oleh orang lain

    b. Kebijakan penghematan biaya perusahaan yang terkadang akan

    berujung pada pemutusan hubungan kerja

    c. Pada beberapa situasi pegawai terkadang tidak terlalu terlatih untuk

    pekerjaannya saat ini, sehingga mereka lebih resisten untuk berubah

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 20

    Universitas Indonesia

    d. Proses perubahan pada percobaan sebelumnya gagal

    e. Perubahan pada departemen lain menghasilkan penyusutan pekerjaan

    f. Dalam membawa perubahan kedalam organisasi, terkadang tim tidak

    memiliki pengetahuan atau pengalaman

    g. Ketakutan akan kehilangan posisi

    2.3. Model-model Perubahan

    Dalam menyusun strategi perubahan terdapat beberapa model perubahan yaitu

    Model Lewin’s three step model, anderson and anderson nine phase chage

    process model, dan kotter’s eight stage change proces. Model-model tersebut

    akan dijelaskan sebagaimana berikut ini.

    2.3.1 Lewin’s three step model

    Model ini diperkenalkan oleh Lewins pada tahun 1951 dengan melihat

    bahwa perilaku sebagai kesinambungan yang dinamis dari kekuatan yang

    bekerja secara berlawanan (Hartana, 2010), Model ini dikenal dengan

    Force field analysis. Force field analysis adalah sebuah teknik untuk

    melihat gambaran utama yang melibatkan semua kekuatan yang berjalan

    sejalan dengan perubahan (driving forces) dan kekuatan yang merintangi

    sebuah perubahan (resisting forces).

    Gambar 2.6 Three Step Lewins (Lewins, 1997)

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 21

    Universitas Indonesia

    Pada model ini dikenal 3 step utama yaitu: unfreezing, move, dan refreeze.

    1. Unfreezingthe status quo adalah tahapan pertama yang dibentuk

    dengan teori perilaku manusia dan perilaku organisasi. Pada tahapan

    ini dilakukan persiapan untuk semua komponen dalam organisasi

    untuk melakukan perubahan. Komponen tersebut adalah sumber daya

    manusia, change sponsor (pihak yang melindungi terjadinya

    perubahan), dan change agents (sekelompok orang yang akan menjadi

    ujung tombak pelaksanaan perubahan).

    2. Movement adalah suatu tahapan dimana dilakukan analisis gap antara

    status yang diinginkan dengan status saat ini serta mencermati setiap

    program perubahannya yang sesuai dengan analisis yang telah

    dilakukan.

    3. Refreezing melakukan kegiatan-kegiatan untuk memperkuat program

    perubahan yang telah dilaksanakan sehingga terbiasa

    melakukannyadan membudayakannya. Proses ini termasuk

    didalamnya terjadi proses stabilisasi perubahan yang telah terjadi

    dengan membantu orang-orang yang terkena dampak perubahan,

    mengintegrasikan perilaku dan sikap yang telah berubah ke dalam cara

    yang normal untuk melakukan sesuatu. Hal ini dilakukan dengan

    memberi mereka kesempatan untuk menunjukkan perilaku dan sikap

    baru. Sikap dan perilaku yang sudah mapan kembali tersebut perlu

    dibekukan, sehingga menjadi norma-norma baru yang diakui

    kebenarannya, atau dengan kata lain membawa kembali organisasi

    kepada keseimbangan baru.

    2.3.2 The Eight-Stage Change Process Kotter

    Metode yang digunakan dalam kesuksesan perubahan adalah kesemuanya

    berdasarkan pada pengertian bahwa perubahan yang utama tidak akan

    pernah terjadi secara mudah untuk berbagai macam alasan. Kebutuhan

    akan perubahan dapat tetap terhalangi karena budaya, birokrasi,

    kecurangan politik, tingkat kepercayaan yang rendah, teamwork yang

    kurang solid, sikap yang sombong, kurangnya rasa kepemimpinan pada

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 22

    Universitas Indonesia

    manajemen tingkat menengah dan ketakutan manusia yang tidak diketahui

    (Kotter & Cohen, 2002). Oleh karena itu untuk menyiasati hal tersebut,

    perlu dibuat suatu strategi perubahan khusus sesuai karakteristik

    organisasinya. Oleh karena itu, Koter memperkenalkan suatu model

    perubahan yang terdiri dari 8 tahapan yaitu sebagai berikut.

    1. Membangun kesadaran akan pentingnya perubahan (Increase of

    Urgency) adalah sesuatu yang sangat penting untuk meraih kerjasama

    yang diperlukan. Dengan tingkat keharusan dilakukannya perubahan

    yang sangat tinggi, biasanya proses perubahan akan dilakukan saat ini

    juga karena sebagian orang akan lebih tertarik untuk melakukan

    perubahan. Tujuan dari membangun rasa urgensi ini adalah untuk

    mempelajari dan identifikasi peluang pasar dan realitas kompetitif.

    2. Membentuk kelompok perubahan (Build the guiding team), untuk

    perubahan yang memerlukan kepemimpinan yang sangat kuat dan

    didukung orang-orang penting dalam organisasi. Tujuannya adalah

    untuk membentuk kelompok yang memiliki kekuasaan dalam

    perubahan.

    3. Membangun visi dan strategi untuk perubahan (Get the vision right).

    Tahapan ini dapat membantu mengarahkan organisasi menuju ke arah

    perubahan yang lebih baik dengan mengembangkan berbagai macam

    strategi-strategi perubahan.

    4. Mengkomunikasikan visi perubahan (Communication), dengan

    membangun sarana komunikasi diantara seluruh elemen organisasi

    untuk mendukung visi dan strategi perubahan yang baru. Dalam fase

    ini kelompok perubahan menggunakan setiap waktu untuk

    mengkomunikasikan visi perubahan, menjadikan koalisi yang tangguh

    sehngga dapat menjadi panutan dalam perubahan, dan mengajarkan

    perilaku – perilaku organisasi yang baik kepada seluruh pihak dalam

    organisasi.

    5. Memberdayakan tindakan yang menyeluruh (Empowerment),

    mengeliminir kemungkinan rintangan yang ada untuk dilakukan

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 23

    Universitas Indonesia

    perubahan. Membangun sistem atau struktur yang dapat mendukung

    visi perubahan dan mendorong timbulnya ide-ide pembaharuan.

    6. Menghasilkan kemenangan jangka pendek (Create Short Term Wins)

    dengan melakukan perencanaan untuk meningkatkan kemampuan

    individu dalam menciptakan ide-ide perbaikan dan memberikan

    reward terhadap individu yang berjuang melakukan perubahan.

    7. Mengkonsolidasi hasil dan mendorong perubahan yang lebih besar

    dengan menggunakan penilaian sistem perubahan, struktur dan

    kebijakan, perekrutan, promosi, pengembangan karyawan untuk

    perubahan. Inovasi terhadap proses-proses perubahan dengan karya-

    karya baru, tema-tema dan agen-agen perubahan.

    8. Menambahkan pendekatan baru dalam budaya dengan adanya

    peningkatan kualitas dalam kepemimpinan dan kesuksesan.

    Pada tahapan model Kotter, empat proses pertama adalah proses yang

    membantu organisasi dalam menghilangkan status quo sehingga mau

    menerima perubahan. Jika empat step ini dapat dijalani dengan mudah

    maka tidak perlu seluruh step dilalui. dua step selanjutnya lebih

    memperkenalkan praktis baru. Sedangkan step terakhir adalah fase untuk

    membudayakan proses dalam organisasi.

    2.3.3 Nine step change model Anderson-Anderson

    Model 9 fase memimpin perubahan mengikuti kepercayaan tentang apa

    yang dibutuhkan untuk sebuah proses perubahan yang komprehensif yang

    sesuai untuk transformasi. 9 fase anderson ini mewakili proses umum

    tentang bagaimana suatu perubahan terjadi dalam suatu organisasi. Model

    mengintegrasikan strategi perubahan pada elemen isi, SDM dan proses

    pada seluruh level organisasi. Kesembilan fase tersebut digambarkan

    kedalam gambar berikut:

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 24

    Universitas Indonesia

    Gambar 2. 7 Nine Step Model Anderson (Anderson & Anderson, 2010)

    Gambar diatas merupana proses perubahan dengan menggunakan model

    sembilan fase model anderson (Anderson & Anderson, 2010). Aktifitas

    dari fase-fase tersebut dijelaskan sebagai berikut:

    1. Prepare to lead the change. Fase persiapan untuk memimpin

    perubahan. Aktifitas yang dilakukan adalah memulai persiapan dan

    perubahan pada staf, membangun kasus untuk perubahan dan

    menentukan inisiasi proses yang diinginkan, melakukan penilaian dan

    membangun kapasitas dan kesiapan organisasi, membentuk kapasitas

    pimpinan untuk membangun perubahan, mengklarifikasi strategi

    perubahan secara keseluruhan, dan membangun infrastruktur dana

    kondisi untuk mendukung usaha perubahan.

    2. Create organizational vision, commitment, and capacity, yaitu

    membuat visi, komitmen dan kapasitas organisasi. Aktivitas yang

    dilakukan adalah membangun pemahaman organisasi tentang kasus

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 25

    Universitas Indonesia

    untuk perubahan, visi dan strategi perubahan dan meningkatkan

    kemampuan organisasi untuk berubah.

    3. Assess the situation to determine design requirement. Tahapan ini

    bertujuan untuk membangun pengertian secara menyeluruh dalam

    organisasi, komitmen, dan kapasitas untuk sukses dalam perubahan

    khususnya diantara para stakeholder.

    4. Design desired state. Fase ini bertujuan untuk membantu organisasi

    merancang keadaan perubahan yang diinginkan.

    5. Analyze the impact, yaitu melakukan analisis terhadap dampak dari

    posisi yang ingin dicapai dengan memperkirakan kekuatan dari

    pengaruh perubahan dalam organisasi dan kebiasaannya sebagai dasar

    untuk perencanaan proses penerapan perubahan yang lebih realistis.

    6. Plan and organization for implementation, yaitu melakukan

    perencanaan, dan mengorganisir penerapannya dengan

    mengidentifikasi langkah apa yang diperlukan atau membangung

    rencana induk penerapan perubahan, dan mempersiapkan organisasi

    untuk mendukung perubahan.

    7. Implement the change, yaitu menerapkan perubahan dalam organisasi

    dengan mengikuti setiap tahapan dalam rencana perubahan.

    8. Celebrate and integrate the new state, yaitu Aktivitas yang dilakukan

    adalah merayakan pencapaian status yang diinginkan dan mendukung

    integrasi dan penguasaan status baru

    9. Learn and course correct, yaitu menciptakan mekanisme agar

    organisasi dapat terus memperbaiki keadaan yang terus berubah dan

    menjadikannya permanen. Aktivitas yang dilakukan adalah

    membangun sistem untuk meningkatkan posisi baru secara terus

    menerus, belajar dari proses perubahan dan membangun sebuah best

    practice, serta menonaktifkan infrastruktur perubahan untuk

    sementara.

    Pada penelitian ini strategi manajemen perubahan akan dibentuk dengan

    menggunakan metode Kotter. Adapun alasan penulis menggunakan metode

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 26

    Universitas Indonesia

    tersebut karena pada strategi manajemen perubahan dengan metode kotter

    memiliki tahapan yang lebih rinci dibandingkan dengan three step lewins. Selain

    itu pada nine phase anderson-anderson, terdapat phase dimana perubahan mulai

    diterapkan, sehingga hal ini menjadi pertimbangan untuk tidak memilih metode

    ini.

    2.4. System Thinking

    Sistem dapat diartikan sebagai sebuah rangkaian dari elemen atau komponen yang

    bekerja secara bersama-sama dalam suatu hubungan untuk meraih tujuan/visi

    organisaisi. System thinking didefinisikan sebagai sebuah pendekatan untuk

    menyelesaikan masalah dengan melihat suatu masalah sebagai sebuah bagian dari

    sistem secara keseluruhan, daripada melihatnya sebagai sebuah bagian yang

    khusus (Haines, 2000). Dalam prosesnya System thinking memiliki 5 fase yang

    harus dilalui, yaitu:

    1. Fase A (Output) merupakan tahapan pertama pada system thinking dimana

    pada fase ini didefinisikan dengan jelas tujuan yang ingin diraih dengan

    mendefinisikan visi ke depan.

    2. Fase B (Feedback)adalah tahapan dimana pada tahap ini ditentukan ukuran-

    ukuran dan mekanisme yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan

    3. Fase C (Input) adalah tahap penentuan kesenjangan antara kondisi saat ini

    dengan kondisi yang diinginkan. Untuk selanjutnya dapat ditentukan langkah-

    langkah yang harus dijalankan.

    4. Fase D (Throughput), menentukan langkah-langkah apa saja yang

    dibutuhkan untuk meminimalisir kesenjangan dan merealisasikan tujuan

    yang telah ditentukan di fase A.

    5. Fase E (Environment), mengidentifikasi faktor eksternal dan internal yang

    mempengaruhi perubahan. Hasil identifikasi ini akan memberikan arah dan

    seberapa besar perubahan yang akan dilakukan.

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 27

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.8 System Thinking Approach (Haines, 2000)

    Gambar di atas menunjukkan bahwa pada setiap fase saling berhubungan dan

    output dari satu fase akan menjadi input bagi fase selanjutnya sehingga pada

    akhirnya akan terbentuk sebuah siklus.

    Seiring dengan diterapkannya setiap proses, maka akan timbul reaksi dari

    individu-induvidu yang mengalami perubahan, reaksi ini dikenal dengan istilah

    rollercoaster of change (Haines, 2000). The rollercoaster of change merupakan

    suatu istilah diciptakan Haines, dimana ia menyimpulkan dari 20 lebih teori

    perubahan kedalam satu cara sederhana untuk memahami dinamika bagaimana

    dampak kesuksesan suatu perubahan untuk seluruh jenis perubahan. Haines

    percaya bahwa konsep perubahan organisasi adalah suatu mitos dan bahwa

    perubahan adalah masalah individu, emosi dan psikologis. Semakin besar suatu

    organisasi, maka semakin sulit untuk membuat setiap orang berubah dan fokus

    pada pelanggan. Berikut ini adalah gambaran model rollercoaster of change.

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 28

    Universitas Indonesia

    Sumber : Haines Centre for StrategicManagementhttp://www.hainescentreasia.com/concepts/systems_thinking_approach.htmtanggal 2 september 2013)

    Gambar 2.9 The Rollercoaster of Change

    Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa the rollercoaster of change

    menggambarkan 6 tahapan yang dialami individu dalam menghadapi perubahan

    (Haines, 2000), yaitu:

    1. Smart and Start – plan to plan day, tahap ini merupakan tahap awal

    perencanaan perubahan di mana individu-individu bersiap-siap untuk

    perubahan. Terdapat proses edukasi di dalamnnya, penilaian situasi,

    mengatur dan merangkai proses perubahan sebelum mulai memberikan

    pelatihan. Setiap proses harus dilakukan secara tepat dengan tujuan untuk

    mengurangi dampak dan meningkatkan moral dan produktifitas secara

    signifikan.

    2. Shock and denial, tahap ini merupakan tahap dimulainya perubahan, ditandai

    dengan kickoff oleh change leader. Waktu-waktu awal perubahan, seorang

    kepala tim harus selalu ada dan mengkomunikasikan perubahan yang

    diinginkan secara langsung. Pada tahap ini biasanya mulai muncul reaksi

    keterkejutan (shock) dari setiap individu. Pada tahap ini menjadi saat yang

    paling penting dari seluruh stepnya. Kuncinya pada tahap ini adalah membuat

    setiap orang mengerti tentang tujuan dan alasan perubahan.

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 29

    Universitas Indonesia

    3. Anger and depression, pada tahap ini adalah saat yang sangat tidak menentu,

    kegelisahaan dan penolakan terhadap perubahan. pada tahap ini perubahan

    sudah dilakukan dan reaksi-reaksi yang muncul akibat adanya perubahan

    mulai nampak dari individu-individu tersebut.

    4. “Hang In” point persevere or quit, pada tahap ini mulai diberlakukan

    perubahan dan setiap individu dalam organisasi akan berusaha

    mempertahankan kondisi lama, sehingga pada tahap ini seringkali perubahan

    mengalami kegagalan. Kunci utama pelaksanaan tahap ini adalah ketekunan

    dan kegigihan dalam berjuang melakukan perubahan.

    5. Hope and Readjustment, pada tahap ini setiap pimpinan harus menjelaskan

    peraturan baru pada setiap orang dan dibutuhkan harapan terhadap kinerja

    baru, kemudian menemukan cara untuk mendapatkan keterlibatan dan

    pemahaman secara maksimal. Pada tahap ini kuncinya adalah keterlibatan

    dalam perubahan.

    6. Rebuilding and productivity, tahap ini telah terbangun kondisi organisasi baru

    yang ditandai dengan terbentuknya tim yang solid dan kegiatan organisasi

    sudah berjalan dengan baik. Tahap ini merupakan tahap kunci recovery

    produktivitas organisasi. Pada lima tahapan sebelumnya lebih difokuskan

    pada seseorang bukan kepada organisasi. Sedangkan pada tahap ini pemimpin

    memiliki wewenang secara penuh terhadap setiap individu dan tim nya untuk

    meraih visi dan keuntungan bagi organisasi. Pada tahap ini pemimpin akan

    membuat peningkatan secara berkelanjutan dan perubahan yang

    berkelanjutan.

    Uraian teori diatas dikenal sebagai general system thinking dimana teori ini

    menjadi dasar dikembangkannya teori-teori lain yang dapat digunakan sebagai

    pendekatan lain dalam menyelesaikan suatu masalah dalam penelitian (Haines,

    2000). Pengembangan tersebut disesuaikan dengan konteks masalah yang

    dihadapi. Pendekatan yang saat ini banyak digunakan adalah pendekatan soft

    system methodologi karena pendekatan ini sangat sesuai untuk diterapkan dalam

    bidang manajemen dimana pendekatan ini tetap mempertimbangkan perbedaan

    perbedaan yang terdapat di dunia nyata.

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 30

    Universitas Indonesia

    2.5. Soft System Methodology

    Soft system methodology (SSM) dipublikasikan oleh Peter Checkland pada tahun

    1981. SSM merupakan suatu metodologi untuk menganalisis dan memodelkan

    suatu sistem dimana didalamnya mengintegrasikan teknologi (hard) sistem dan

    human (soft) sistem. Metodologi ini dapat digunakan sebagai salah satu

    pendekatan dalam melakukan pemodelan manajemen perubahan yang melibatkan

    faktor teknologi dan manusia sebagai bagian dari perubahan itu. Dalam

    memahami permasalahan dan menemukan penyelesaian yang sesuia dengan

    situasi saat ini dengan keadaan ideal yang seharusnya, SSM menekankan

    pentingnya konteks menyeluruh atau sistemik dengan tetap mempertimbangkan

    perbedaan persepsi dalam melihat permasalahan tersebut yang biasanya timbul

    dalam dunia nyata (Jackson, 2003).

    Tahapan tahapan penyelesaian masalah dengan menggunakan pendekatan SSM

    seperti digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2.10 Soft System Methodology (Checkland, P. & J. Scholes, 2001)

    Dalam gambar diatas dapat dilihat bahwa SSM memiliki tujuh tahapan dalam

    menyelesaikan suatu permasalahan.Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai

    berikut:

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 31

    Universitas Indonesia

    1. Identifikasi masalah (Situation Considered Problematical). Tahap ini

    merupakan tahap pendenifinisian pendapat masing-masing individu

    terhadap suatu kondisi atau situasi. Hasil pengumpulan tersebut kemudian

    akan mengarah pada identifikasi suatu masalah yang memerlukan adanya

    solusi.

    2. Pernyataan/pengungkapan masalah (Problem Situation Expressed)

    menyatakan suatu masalah dalam bentukrich picture yang bertujuan untuk

    mendapatkan dan menyebarkan pemahaman dari situasi yang telah

    didefinisikan. Hal yang masuk kedalam gambar rich picture adalah segala

    sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang diamati, dapat

    berupa orang, objek, proses, struktur, dan masalah pada keseluruhan

    proses bisnis yang ada di perusahaan.

    3. Pendefinisian masalah utama dari tujuan aktifitas sistem yang relevan

    (Root definitions of relevant purposeful activity systems) berupa aktivitas

    aktivitas yang relevan. Dalam pendefinisian masalah harus

    memperhatikan faktor-faktor CATWOE (Customer (pelanggan), Actors

    (aktor), Transformation process (proses perubahan), World view (analisa

    global), Owners (pemilik) dan Environment (kondisi lingkungan)).

    Customers adalah pihak-pihak yang memperoleh dampak dari komponen

    transformations Actors adalah pihak-pihak yang memfasilitasi atau

    melakukan transformasi. Transformations adalah proses perubahan dari

    awal sampai selesai. Weltanschauung adalah Pandangan secara

    menyeluruh yang memberikan arti pada transformasi. Owner adalah

    Pemilik sistem atau pihak yang memiliki otoritas untuk menghentikan

    proses transformasi. Environment adalah elemen-elemen lingkungan yang

    mempengaruhi sistem.

    4. Membangun model konseptual dari suatu sistem relevan yang

    didefinisikan pada root definitions.

    5. Membandingkan model yang dibuat dengan dengan realitas yang terjadi

    (Compare, models, and reality). Tahap ini bertujuan untuk melakukan

    analisa terkait kemungkinan adanya perubahanmodel konseptual sesuai

    masukan dari para stakeholder.

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 32

    Universitas Indonesia

    6. Menetapkan perubahan yang layak (Define feasible and desirable change)

    salah satunya dengan membuat debat publik dalam rangka

    mengidentifikasi perubahan yang layak. Tahap ini dilakukan dengan

    membuat suatu diskusi terbuka dengan tujuan melihatdan mengakomodasi

    perkembangan yang terjadi dilingkungan. Hal yang perlu diperhatikan dan

    diakomodasi adalah sejarah, budaya dan politik yang berlaku.

    7. Melakukan aksi perbaikan (take action) dengan membangun rencana aksi

    untuk memperbaiki masalah.

    Pada penelitian ini, pendekatan pemecahan masalah yang digunakan adalah

    pendekatan system thinking. Adapun alasan yang melatar belakangi pemilihan

    metode pemecahan masalah ini adalah karena penelitian ini hanya berkaitan

    dengan penyusunan strategi manajemen perubahan dalam penerapan sebuah

    sistem. Output yang dihasilkan pada penelitian ini pun hanya strategi manajemen

    perubahan untuk penerapan sistem tersebut, dan tidak menghasilkan suatu

    pemodelan seperti yang seharusnya dihasilkan pada penelitian yang menggunakan

    pendekatan SSM.

    2.6. Analisis SWOT

    Analisis SWOT, singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan),

    opportunity (kesempatan), dan threat (ancaman), adalah suatu teknik perumusan

    strategi dengan melakukan analisis pada faktor internal (strength dan weakness)

    dan faktor eksternal (opportunity dan threat) organisasi(Ward & Peppard, 2002).

    Teknik ini dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi serta

    peluang dan ancaman yang akan ditemui organisasi berdasarkan tren

    perkembangan lingkungan. Analisis internal dan eksternal organisasi ini untuk

    selanjutanya dijelaskan sebagaimana berikut ini:

    2.5.1. Analisis Internal

    Analisis Internal merupakan salah satu metode analisis dalam manajemen strategis

    yang digunakan untuk identifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

    organisasi sehingga dapat meningkatkannya sebagai modal untuk bersaing. Untuk

    mendapatkan strength dan weakness dibuat tabel perbandingan antara fakta –

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 33

    Universitas Indonesia

    fakta yang ada diorganisasi yang dibandingkan dengan regulasi dan standar yang

    ada atau yang dapat diadopsi dari lembaga diklat sejenis lainnya.

    2.5.2. Analisis Eksternal

    Analisis Eksternal dilakukan untuk mengidentifikasi peluang yang dapat

    dimanfaatkan organisasi dan ancaman yang dihadapi oleh organisasi. Analisis ini

    biasanya dapat dilakukan dengan identifikasi peluang dan ancaman terhadap

    organisasi ataupun dengan melibatkan metode lain. Dalam hal ini untuk lebih

    mempertajam analisis eksternal yang dilakukan maka pula analisis yang

    berdasarkan kondisi politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan dan hukum.

    Analisis ini biasa dikenal sebagai analisis PESTEL (Politics, Economics, Social,

    Technology, Environment, dan Legal). Hasil identifikasi dari analisis internal dan

    eksternal diatas kemudian dimasukkan kedalam matriks yang biasa disebut

    sebagai matriks TOWS/SWOT. Matriks ini digambarkan sebgai berikut:

    Tabel 2.1 Matriks TOWS

    Internal

    EksternalStrength (S) Weakness (W)

    Opportunity (O)

    Strategi S-O:

    Memanfaatkan kekuatan

    untuk memanfaatkan

    peluang

    Strategi W-O:

    Meminimalkan kelemahan

    untuk memanfaatkan peluang

    Threat (T)

    Strategi S-T:

    Menggunakan kekuatan

    untuk mengantisipasi

    ancaman

    Strategi W-T:

    Meminimalkan kelemahan

    untuk menghindari ancaman

    Gambar di atas merupakan gambar matriks TOWS/SWOT dimana matriks ini

    bertujuan untuk mengidentifikasi strategi yang munngkin dapat dilakukan untuk

    memanfaatkan kekuatan organisasi dalam meraih peluang dan mengantisipasi

    ancaman dan meminimalkan kelemahan organisasi dalam meraih peluang dan

    menghindari ancaman. hasil Analisis TOWS/SWOT ini merupakan daftar strategi

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 34

    Universitas Indonesia

    tanpa adanya urutan prioritasi yang jelas. Strategi yang dihasilkan pada analisis

    ini, belum tentu semua dapat diturunkan kedalam suatu strategi yang penting,

    perlu dilakukan metode lain untuk dapat menganalisis strategi yang dihasilkan

    lebih lanjut hingga akhirnya dihasilkan suatu prioritas strategi yang dapat

    dijalankan oleh organisasi.

    2.7. Analisis PESTEL

    Dalam konsep analisis PESTEL terdapat banyak variabel yang dapat

    dipertimbangkan sebagai fakta eksternal organisasi. Pada penelitian ini variabel-

    variabel yang dipertimbangkan untuk dapat mempertajam analisis eksternal

    adalah politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan dan regulasi, dijelaskan

    sebagai berikut:(Morden, 2007):

    a. Politik.

    Mengidentifikasi isu-isu strategis dari lingkungan luar organisasi dibidang

    politik baik saat ini maupun prediksi kondisi politik ditahun-tahun

    mendatang, baik nasional maupun global, yang diperkirakan akan menjadi

    peluang atau ancaman bagi organisasi. Karakteristik analisis lingkungan

    eksternal dalam bidang politik diantaranya stabilitas politik, kebijakan social,

    peraturan perdagangan, kebijakan pajakan, dan sebagainya.

    b. Ekonomi.

    Menganalisis dan mengevaluasi potensi ekonomi baik secara sektoral maupun

    nasional yang dihadapi organisasi sebagai contoh meneliti tren pertumbuhan

    ekonomi dan gross produk domestik, rata-rata inflasi, daya beli konsumen,

    tren dalam manajemen perdagangan dan sebagainya. Kebijakan pemerintah

    dan institusi internasional sangat penting menentukan kondisi ekonomi

    kedepannya. Kondisi perdagangan internasional dapat menentukan kondisi

    perkembangan ekonomi dunia yang tentusaja dapat berpengaruh terhadap

    kondisi organisasi.

    c. Sosial

    Faktor sosial dan budaya memiliki dampak yang secara langsung terhadap

    perilaku manusia, konsumen, dan kebiasaan bisnis. Tren sosial berubah dalam

    pendidikan ataupun perilaku dalam bekerja dan merubah tujuan untuk seluruh

    damapak operasional organisasi. Nilai dari sebuah organisasi dibentuk oleh

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 35

    Universitas Indonesia

    etika dan standar yang dikarakteristikan oleh sosialnya. Pola perilaku dan

    kebiasaan dibentuk diatas etika dan standar moral pada saat

    tersebut.perubahan pada setiap etika dan standar moral ini harus dapat

    tercermin dalam fungsi organisasi itu sendiri. Selain itu beberapa factor-

    faktor yang mungkin menjadi indicator adalah populasi, distribusi kesehatan,

    gaya hidup dan level pendidikan penduduk.

    d. Teknologi

    Pengambilan keputusan yang bersifat strategis ataupun operasional

    tergantung pada kondisi teknologi dan peningkatan perubahan dari

    pengetahuan dan dasar teknologi dari lingkungan luar. Posisi yang kompetitif

    dan adaptasi teknologi ssangat berhubungan dengan pasar elektornik,

    komputer, telekomunikasi, perangkat mobile, manajemen data, dan

    pelayanan.

    e. Lingkungan (Environment)

    Faktor ini digunakan untuk mengidentifikasi perubahan yang terjadi terhadap

    lingkungan sebagai dampak dari Industri dan perlakukan masyarakat terhadap

    lingkungan. isu-isu dunia seperti iklim global, wabag penyakit, hutan gundul,

    dan eksploitasi terhadap lingkungan alami yang memungkinkan perubahan

    ekosistem. Isu yang mungin lebih terlihat dan secara langsung dirasakan

    adalah isu terkait polusi, pengurangan hutan hujan tropis memungkinkan

    memberikan pengaruh terhadap persepsi individu dan organisasi terhadap

    lingkungan eksternal organisasinya baik berupa peluang maupun ancaman.

    f. Hukum (Legal)

    Hukum dibuat berdasarkan perubahan dinamika dari kondisi politik,

    ekonomi, lingkungan, sosial dan lain sebagainya. Perubahan regulasi secara

    nasional maupun secara global akan sangat mempengaruhi posisi dari

    organisasi baik organisasi pemerintah maupun organisasi swasta.Beberapa

    indicator analisis dibidang hukum adalah employment regulations,

    competitive regulations, health and safety regulations, dan product

    regulations.

    Strategi managemen ..., Yuli Fazriyani, Fasilkom UI, 2014

  • 36

    Universitas Indonesia

    2.8. Analytical Hierarchy Process (AHP)

    Dalam penyusunan suatu strategi perusahaan dalam kaitan mencapai tujuan

    perusahaan, suatu pemangku kepentingan perlu membuat prioritas-prioritas

    strategi yang dijalankan terlebih dahulu. Dalam memutuskan prioritas strategi ini

    harus didasarkan pada kondisi organisasi dan kondisi lingkungan (Bushan & Rai,

    2004).Idealnya proses pengambilan keputusan harus mempertimbangkan semua

    faktor secara simultan dan terintegrasi, serta yang