Upload
indraswary-tenis
View
40
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
1/131
PERHITUNGAN CADANGAN NIKEL MENGGUNAKAN
METODE PENAMPANG TEGAK DAN METODE DAERAH
PENGARUH PADA BUKIT TLC-3 TAMBANG TENGAH DI PT
ANTAM Tbk. UBPN POMALAA KABUPATEN KOLAKA
SULAWESI TENGGARA
TUGAS AKHIR II
Oleh
Zaenal Abbidin Kamarullah
NIM : 711106072
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
2/131
PERHITUNGAN CADANGAN NIKEL MENGGUNAKAN
METODE PENAMPANG TEGAK DAN METODE DAERAH
PENGARUH PADA BUKIT TLC-3 TAMBANG TENGAH DI PTANTAM Tbk. UBPN POMALAA KABUPATEN KOLAKA
SULAWESI TENGGARA
TUGAS AKHIR II
Karya Tulis ini Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Program Studi
Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Oleh :
Zaenal Abbidin Kamarullah
NIM. 711106072
Yogyakarta, November 2010
Menyetujui
Pembimbing II Pembimbing I
(Ir. St. Soebantidjo, Msi) (Ir. Ag. Isjudarto, M.T)
NIP : 131476787 NIK : 19730068
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
3/131
HALAMAN PERSEMBAHAN
Katakanlah ; Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yangtidak mengetahui! sesungguhnya orang yang berakallha yang dapat menerima pelajaran.(Q.S 39 : 9)
Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberiilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.S 58 : 11)
Sekiranya saya mengucap banyak syukur dan pujian sebesar-besarnya kepada AllahSWT karena dengan nikmat dan karuniaNYA yang diberikan kepada sayasehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir 2 ini dengan baik.
Tak lupa pula salawat dan salam saya haturkan keharibaan junjungan Nabi besarMuhammad SAW beserta keluar, sahabat dan pengikut beliau yang merupakanpanutan bagi kaum muslimin dan muslimat
Karya Tulis ini Kupersembahkan Kepada1. Kedua orang tuaku tercinta Ibu Farida Mukarram dan Ayah Umayyah
Kamarullah yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidikku yangtidak sanggup penulis gantikan dengan apapun.
2. Adik-adik tercinta (Ridwan Kamarullah, Nurhafni Kamarullah danNurhasanah Kamarullah) terima kasih atas dukungan dan supportselama ini.
3. Istri dan Anak-anak tercinta (Zaitum Marichar Sahib, Nurul ChalwaLuqyana, Alfiah Fairus) yang juga meberikan semangat dan doronganserta doanya dalam suka dan duka.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
4/131
Zulfi 02, Ode 07, Utam 04, Beni 04, Al 04, Lia 06, Non 02, Marito 07,Lalu 08, Alfi 07, Oyong 09 serta semua anggota HMTA yang tidakdapat disebtkan satu persatu, Selalu dalam loyalitas HMTA, vivatambang yes.
3. Sohib-Sohib dan SaudaraAcango, Uceng, Fatimah, Dr Ichad, Noval, Ko uci, K Sil, K Uban, Ian,
Gei, dan teman dekat serta saudara yang tidak penulis sebutkan satu-persatu terima kasih telah memberi dorongan dan nasehatnya.
4. Dan semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telahmembantu penulis selama menjalankan proses di bangku kuliah sampaiselesainya penulisan Tugas Akhir I ini.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
5/131
SARI
Penambangan bahan galian merupakan kegiatan dalam rangka penyediaan
bahan baku untuk keperluan pembangunan disegala bidang. Maka dari itu usaha
pertambangan tidak lepas dari pekerjaan-pekerjaan dalam mencari bahan
tambang. Estimasi cadangan merupakan salah satu pekerjaan yang penting dalam
mengevaluasi suatu proyek pertambangan, dimana diperlukan suatu perkiraan
mengenai keberadaan bahan galian agar dapat dimanfaatkan secara maksimal
Perhitungan cadangan berperan penting dalam menentukan jumlah,
kualitas, dan kemudahan dalam eksplorasi secara komersial dari suatu endapan.
Sebab dari hasil perhitungan cadangan yang baik dan akurat yang sesuai dengan
keberadaannya dilapangan dapat menentukan investasi yang akan ditanam oleh
investor sebagai penanaman modal dalam usaha penambangan, penentuan kerja
produksi, cara penambangan yang akan dilakukan, bahkan dalam memperkirakan
waktu yang akan dibutuhkan oleh perusahaan dalam melaksanakan usahapenambangannya.
Berdasarkan data yang tersedia di peta kemajuan tambang maka
perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan mengetahui jumlah cadangan
berdasarkan metode yang dipakai, yakni metode penampang tegak dan metode
daerah pengaruh. dan juga dapat menganalisa kadar rata-rata Ni.
Hasil perhitungan dengan metode penampang tegak didapatkan cadangannikel sebesar 659.955,8515 WMT dan dengan metode penampang tegak
didapatkan hasil sebesar 742.800 WMT dengan selisih dari kedua metode tersebut
sebesar 82.844,15 WMT. sedangkan persentasi kesalahan sebesar 13%. persentase
kesalahan ini menurut Mc. Kelvey dianggap rendah dengan mengasumsikan pada
klasifikasi cadangan terukur dengan persentase kesalahan 20%.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
6/131
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena
dengan karunia dan inayahNYA penulis dapat menyelesaikan tugas akhir II ini
dengan baik.
Tujuan penulisan tugas akhir II ini dengan judul Perhitungan CadanganNikel Menggunakan Metode Penampang Tegak dan Metode Daerah Pengatuh
Pada Bukit TLC-3 Tambang Tengah di PT. ANTAM UBPN Pomalaa Kolaka
Sulawesi Tenggara, adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana teknik pada Program Studi Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi
Teknologi Nasional Yogyakarta.
Penulisan tugas akhir II ini berdasarkan data yang tersedia dari peta
kemajuan tambang pada tanggal 31 Oktober 2008.
Atas segala bantuan, bimbingan serta saran-saran dalam penyusunan tugas
akhir ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Imron Rosyidin ST Selaku Manajer, Staf Pomalaa MiningManager.
2. Bapak Wiwit Setiawan ST, selaku pembimbing penulis selamamelakukan penelitian.
3. Bapak Ir. H. Ircham, M.T selaku Ketua Sekolah Tinggi TeknologiNasional Yogyakarta.
4. Bapak Ir. Ag. Isjudarto, M.T selaku Ketua Program Studi TeknikPertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta, dan
juga selaku Dosen Pembimbing I
5. Bapak Ir. St. Soebantijo, Msi selaku Dosen Pembimbing II.6. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama proses
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
7/131
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
tugas akhir II ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari
pembaca sekalian. semoga kritik dan salam dapat memberikan motifasi kepada
penulis untuk lebih baik lagi kedepan.
Dan semoga tugas akhir II ini dapat bermanfaat bagi kita semua Amin
Yogyakarta,.2011
Penulis
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
8/131
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN.. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN.. iiiSARI.. v
KATA PENGANTAR. vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 11.2. Perumusan Masalah. 21.3. Batasan Masalah.. 21.4. Tujuan Penelitian. 21.5. Metode Penelitian 31.6. Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1. Lokasi Kesampaian Daerah. 52.2. Keadaan Geologi Penelitian.... 7
2.2.1. Geologi Umum Sulawesi. 72.2.2. Morfologi. 7
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
9/131
2.5. Penambangan Bijih Nikel. 21
BAB III DASAR TEORI
3.1. Kegiatan Eksplorasi.. 293.2. Pengertian Cadangan 333.3.
Perhitungan Cadangan. 35
3.4. Metode Perhitungan Cadangan 373.4.1. Metode Penampang Tegak 383.4.2. Metode Daerah Pengaruh. 39
3.5. Penentuan Batas Cadangan.. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Metode Penampang Tegak 444.2. Metode Daerah Pengaruh. 46
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Perhitungan Cadangan.. 495.1.1. Metode Penampang Tegak 495.1.2. Metode Daerah Pengaruh. 49
5.2. Kesalahan Perhitungan.. 50
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 516.2. Saran.. 51
DAFTAR PUSTAKA. 52
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
10/131
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Peta Lokasi Penelitian 62.2.
Stratigrafi Lembar Kolaka. 12
2.3. Peta Geologi Daerah Pomalaa 132.4. Penampang Endapan Nikel Sulfida 162.5. Penampang Endapan Nikel Laterit. 172.6. Skema Pembentukan NIkel Laterit. 192.7. Grafik Rata-Rata Curah Hujan... 202.8. Grafik Rata-Rata Hari Hujan.. 212.9. Kegiatan Pemboran. 222.10.Pengukuran Kemajuan Tambang 222.11.Persiapan Daerah Penambangan. 242.12.Kegiatan Pereparasi Conto. 262.13.Alat Analisis Kadar Pada Bijih Nikel 262.14.Proses Pengolahan dan Pemurnian Bijih Nikel.. 283.1. Diagram Alir Tahap-Tahap Kegiatan Pertambangan. 313.2. Metode Eksplorasi.. 323.3. Klasifikasi Cadangan.. 353.4. Metoda Penampang Standar... 393.5. Metoda Daerah Pengaruh 41F.1. Peta Lubang Bor dan Sayatan. 119
G.1. Peta Lubang Bor dan Daerah Pengaruh.. 120
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
11/131
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Mineral Utama yang Mengandung Nikel... 13
4.1. Perhitungan Metoda Penampang Standar.................................. 44
4.2. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang Tegak...... 45
4.3. Perhitungan Cadangan Menggunakan Metode Daerah Pengaruh 47
A.1. Data Curah Hujan dan Hari Hujan............................................. 53
B.1. Data Analisa Titik Bor dan Kadar.............................................. 54
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
12/131
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Data Curah Hujan dan Hari Hujan.............................................. 53
B. Data Analisa Titik Bor dan Kadar............................................... 54
C. Perhitungan Luas Sayatan Metode Penampang Tegak................ 80
D. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang Tegak........ 94
E. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Daerah Pengaruh.......... 100
F. Peta Lubang Bor dan Sayatan....................................................... 119
G. Peta Lubang Bor dan Daerah Pengaruh........................................ 120
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
13/131
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangPenambangan bahan galian merupakan kegiatan dalam rangka penyediaan
bahan baku untuk keperluan pembangunan disegala bidang. Maka dari itu usaha
pertambangan tidak lepas dari pekerjaan-pekerjaan dalam mencari bahan
tambang. Estimasi cadangan merupakan salah satu pekerjaan yang penting dalam
mengevaluasi suatu proyek pertambangan, dimana diperlukan suatu perkiraan
mengenai keberadaan bahan galian agar dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Perhitungan cadangan berperan penting dalam menentukan jumlah,
kualitas, dan kemudahan dalam eksplorasi secara komersial dari suatu endapan.
Sebab dari hasil perhitungan cadangan yang baik dan akurat yang sesuai dengan
keberadaannya dilapangan dapat menentukan investasi yang akan ditanam oleh
investor sebagai penanaman modal dalam usaha penambangan, penentuan kerja
produksi, cara penambangan yang akan dilakukan, bahkan dalam memperkirakan
waktu yang akan dibutuhkan oleh perusahaan dalam melaksanakan usaha
penambangannya.
Bila dilihat secara keseluruhan, betapa pentingnya mineral bagi kehidupan
manusia, sehingga makin maju dan modern kehidupan manusia, akan banyak lagi
mineral-mineral yang akan dibutuhkan dimasa yang akan datang. Bahkan para
ahli berpendapat kemajuan peradaban manusia dapat diukur dengan pemakaian
mineral. Kalau ditinjau dari sejarah, dimana penamaan suatu periode atau jaman
disebut berdasarkan pemakaian mineral saat itu. Mulai dari jaman batu sampai
jaman besi (logam).
Nikel merupakan salah satu bahan galian tambang yang digunakan dalam
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
14/131
cara untuk menyelidiki cadangan nikel yang lebih banyak, diperlukan suatu
metode eksplorasi yang lebih akurat dan sesuai.
Untuk menentukan estimasi cadangan diperlukan metode estimasi yang
sesuai dengan kodisi geologi, genesa, dan mineralisasi pada daerah penelitian,
maka penulis mencoba untuk menghitung nilai evaluasi cadangan bijih nikel di
PT. Aneka Tambang (Tbk) Unit Bisnis Pertambangan Nikel Operasi Pomalaa,
(PT.Antam Tbk UBPN) Sulawesi Tenggara terutama di tambang tengah pada
bukit TLC 3 dengan membandingkan Metode penampang tegak dengan metode
daerah pengaruh.
1.2Perumusan MasalahPenelitian yang dilakukan dengan mencari data analisa pemboran melalui
pengamatan langsung daerah penambangan yang pada saat ini semakin berkurang,
sehingga perlu diadakan pencarian kembali dan perhitungan cadangan nikel sesuai
COG dengan menggunakan metode yang tepat.
Adapun permasalahan yang dihadapi, metode perhitungan cadangan yang
dilakukan PT. Antam(Tbk) UBPN Pomalaa hanya menggunakan metode daerah
pengaruh, dengan endapan bijih nikel merupakan endapan yang bersifat
heterogen, sehingga diperlukan metode lain yang sesuai dengan endapan bijih,
salah satunya menggunakan metode penampang tegak.
1.3Batasan MasalahBatasan masalah pada penelitian ini mengarah pada perhitungan cadangan
menggunakan metode penampang dan metode daerah pengaruh, dan mengetahui
penyebaran endapan bijih nikel dari hasil analisa conto dan hasil pemboran
endapan bijih nikel
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
15/131
mengestimasi cadangan bijih nikel di PT. Antam (Tbk) UBPN Operasi Pomalaa
pada tambang tengah di bukit TLC 3, ini dengan tinjauan geologi, genesa, dan
mineralisasinya dengan mengunakan metode penampang tegak dan metode
daerah pengruh dengan cara membandingkan kedua metode tersebut, mana yang
lebih sesuai.
1.5Metode PenelitianMetode penilitian yang dilakukan di PT. ANTAM POMALAA ini
merupakan metode kuantitatif. Tahapan metode ini terdiri dari
A. Pengambilan DataPengambilan data dilakukan dengan dua cara yakni
1. Data PrimerData primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, yang terdiri
dari:
a. Jumlah titik bor.b. Cara penambangan.c. Pengambilan conto.
2. Data SekunderData sekunder didapat dari mengumpulkan data dari instansi terkait,
berupa data analisis kadar, peta topografi, peta geologi, dan peta sebaran endapan
nikel.
B. Pengolahan dan Analisis DataPengolahan dan analisis data yang ada untuk mendapatkan alternatif
pemecahan permasalahan yang dibahas, kemudian melakukan perhitungan-
perhitungan terhadap alternatif pemecah masalah, sehingga dapat menyelesaikan
permasalahan yang dibahas
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
16/131
1.6Manfaat PenilitianManfaat yang diperoleh dari penilitian ini adalah :
A. Mengetahui pola sebaran endapan nikel.B. Sebagai masukan metode mana yang sesuai dengan perhitungan cadangan
nikel.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
17/131
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Lokasi penambangan bahan galian bijih nikel yang dilakukan oleh PT.
Antam (Tbk). UBPN Operasi Pomalaa, secara adsminitrasi terletak di daerah
Pomalaa Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis
terletak pada 12131 BT - 12140 BT dan 410 LS - 418 LS.
Unit Bisnis Pertambangan Nikel Operasi Pomalaa, Kabupaten Kolaka,
Propinsi Sulawesi Tenggara berbatasan dengan :
A. Disebelah Utara berbatasan dengan Sungai Huko-HukoB. Disebelah Timur berbatasan dengan Perbukitan ManiangC. Disebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Oko-OkoD. Disebelah Barat berbatasan dengan Teluk Mekongga
Dearah penelitian memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antara
25 - 32C dengan musim kering terjadi pada bulan Mei-Agustus sedangkan
musin hujan terjadi pada bulan September-April. Angin Barat merupakan angin
kencang yang biasanya terjadi di bulan Februari-Maret. Curah hujan rata-rata per
tahun 1980 mm, dengan rata-rata hari hujan 129 hari.
Lokasi penelitian berbatasan langsung dengan Propinsi Sulawesi Tengah
di sebelah Utara Sulawesi Tenggara dimana dapat dicapai dengan menggunakan
kendaraan roda dua maupun roda empat ke Kolaka dari Kendari. Ibukota Propinsi
Sulawesi Tenggara adalah Kota Kendari berjarak 165 km dari Kolaka,
sedangkan Pomalaa terletak disebelah Selatan kota Kolaka dengan jarak 29 km.
atau dapat juga ditempuh dari Makasar, Sulawesi Selatan dimana harus melewati
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
18/131
(Sumber : Arsip PT. ANTAM POMALAA)
G b 2 1 P t L k i P liti
0 14 28
Skala
U: Jalan
: Sungai
: Gunung
: Ibukota propinsi
: Ibukota Kabupaten
: Lokasi Penelitian
Keterangan:
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
19/131
2.2 Keadaan Geologi Penelitian2.2.1. Geologi Umum Sulawesi
Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah dengan tatanan geologi yang
sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena Sulawesi terletak pada zona
konvergen antara 3 lempeng litosfer, yaitu Lempeng Australia di bagian utara,
pergerakan ke barat Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia di bagian selatan-
tenggara (Herman dan Hasan Sidi, 2000 dalam arsip PT. Antam, Tbk UBPN
Operasi pomalaa). Pulau Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari 3 Mandala Geologi
yaitu:
A. Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung apipaleogen, intrusi neogen dan sedimen mesozoikum.
B. Mandala Geologi Sulawesi Timur, dicirikan oleh batuan ofiolit yang berupabatuan ultramafik peridotit, harzburgit, dunit, piroksenit dan serpentinit yang
diperkirakan berumur kapur.
C. Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh batuan dasar berupa batuanmetamorf Permo-Karbon, batuan Plutonik yang bersifat granites berumur
Trias dan batuan sedimen Mesozoikum.
2.2.2. MorfologiMenurut Hasanudin dkk, 1992 (arsip PT. Antam,Tbk UBPN Operasi
Pomalaa), daerah penelitian termasuk dalam morfologi Lembar Kolaka, yang
dapat dibedakan menjadi beberapa satuan morfologi, yaitu: morfologi
pegunungan, perbukitan, daerah karst dan morfologi dataran rendah.
Berdasarkan pembagian morfologi Lembar Kolaka, morfologi daerah
Pomalaa terbagi 2, yaitu perbukitan dan dataran rendah. Daerah konsesi
pertambangan PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa termasuk dalam
morfologi perbukitan. Daerah perbukitan menempati hampir seluruh daerah
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
20/131
2.2.3. FisiografiSulawesi dan pulau-pulau kecil disekitarnya secara fisiografis oleh Van
Bemmelen 1994 (Arsip PT. Antam Tbk UBPN Pomalaa) dikelompokkan menjadi
tujuh system, yaitu :
A. Sangihe-Minahasa System.
B. Northern Part of Celebes Orogen.
C. Central Part of Celebas Orogen.
D. Southern Part of Celebes Orogen.
E. The Makasar System.
F. The Buton System.
G. System of The Lesser Surda Island.
Menurut Rusmana dkk 1998 (Arsip PT. ANTAM Tbk UBPN Pomalaa),
Sulawesi Tenggara adalah daerah lembar Kendari dan Kolaka morfologinya dapat
dibedakan menjadi empat satuan yaitu,satuan pegunungan, satuan perbukitan,
satuan karst, dan dataran rendah.
Satuan pegunungan sebagian besar menenpati daerah di Tengah dan Barat
lembar, dengan arah punggungnya memanjang Barat Laut- Tenggara. Pegunungan
tersebut antara lain, Pegunungan Mekongga, Pegunungan Abuki, Pegunungan
Tangkelomboke, dan Pegunungan Matarombeo. Daerah ini umumnya bertonjolan
halus sampai kasar dan berlereng sedang sampai curam. Ketinggian puncak-
puncaknya berkisar antara 750 meter samapai 3000 meter atas permukaan laut.
Satuan perbukitan terdapat dibagian Barat dan Timur lembar sekitar kaki
perbukitan. Satuan ini membentuk perbukitan bergelombang dengan ketinggian
berkisar antara 75 meter samapai 750 meter atas permukaan air laut.
Satuan Karst, sebagian terdapat dibagian Utara Perbukitan Matarombeo,
sebagian diantara Perbukitan Mekongga dan Perbukitan Tangkelomboke, serta
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
21/131
2.2.4. Stratigrafi Daerah PenelitianMenurut Van Bemmelen, 1949 dan Hutchison, 1983 (arsip PT. Antam,
Tbk UBPN Operasi Pomalaa), pada lengan tenggara Pulau Sulawesi, batuan
ultramafik kebanyakan masif peridotit, sebagian besar harzburgit, dunit dan
sedikit berasosiasi dengan gabro dan basalt. Menurut Hasanudin dkk, 1992 (arsip
PT. Antam,Tbk UBPN Operasi Pomalaa), secara regional satuan batuan di
Lembar Kolaka dapat dikelompokkan menjadi 2 Mandala Geologi Sulawesi
Timur dan Mandala Geologi Banggai Sula. Mandala Geologi Sulawesi Timur
dicirikan oleh gabungan batuan ultramafik, mafik dan malihan. Sedangkan
Mandala Geologi Banggai Sula dicirikan oleh kelompok batuan sedimen malih.
Menurut Simanjuntak dkk, 1994 (arsip PT. Antam,Tbk UBPN Operasi
pomalaa), Stratigrafi Lembar Kolaka juga dapat dikelompokkan menjadi 2
Mandala, yaitu:
1. Mandala Geologi Sulawesi TimurMandala geologi sulawesi timur disebut juga lajur ofiolit Sulawesi Timur,
tersusun oleh batuan ultramafik, mafik, malihan dan sedikit batuan sedimen
pelagos, berturut-turut dari tua ke muda adalah sebagai berikut:
a. Kompleks UltramafikSatuan ini terdiri dari: Harzburgit, dunit, serpentinit, gabro, mikrogabro basal,
dolerit dan setempat-setempat gabro malihan dan amfibolit. Batuan ultramafik
ini diperkirakan batuan tertua dan menjadi alas di Mandala Sulawesi Timur,
diduga berumur Kapur Awal.
b. Formasi Pompangeo (Kompleks Pompangeo)Formasi ini tersusun oleh berbagai jenis sekis, diantaranya sekis mika, sekis
klorit, sekis kuarsa-mika dan setempat geneis, hornfels dan ekologit.
Kompleks Pompangeo ini bersentuhan tektonik dengan batuan ultramafik dan
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
22/131
c. PualamSatuan ini terdapat secara setempat-setempat dengan ketebalan dari beberapa
meter sampai puluhan meter. Kedudukannya melensa dan setempat menjari
dengan batuan asal sedimen di Formasi Pompangeo.
d. Formasi MantanoFormasi ini tersusun oleh kalsiluit dengan sisipan rijang dan batu sabak,
satuan ini diperkirakan berumur Kapur Akhir. Formasi Matano
dikelompokkan menjadi lajur ofiolit Sulawesi Timur.
Hubungan antara batuan ultramafik dan mafik dengan batuan malihan adalah
berhubungan secara tektonik.
2. Mandala Tukang Besi-ButonMandala Tukang Besi-Buton tersusun oleh formasi yang berturut-turut dari
tua ke muda yaitu:
a. Kompleks MekonggaKompleks ini tersusun oleh sekis, geneis dan kuarsit, umumnya diperkirakan
berumur lebih tua dari Trias, bahkan mungkin Permo-Karbon. Kompleks ini
tertindih tak selaras oleh Formasi Meluhu dan Formasi Laonti.
b. Formasi MeluhuFormasi ini tersusun oleh filit, batusabak, batupasir terubah, kuarsit, serpih
dan batugamping malihan. Formasi Meluhu merupakan satuan tertua pada
Mandala Arjung Tukang Besi-Buton yang tersingkap disini dan menjadi alas
batuan tersier dengan Formasi Laonti hubungannya menjari.
c. Formasi LaontiTersusun oleh batugamping malihan, pualam dan filit. Kedudukan formasi
laonti menjari dengan formasi meluhu dan menunjukkan bahwa umurnya
Trias Atas.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
23/131
Formasi LangkowalaFormasi ini tersusun oleh batupasir, serpih dan konglomerat. Formasi ini
tertindih secara tak selaras oleh Formasi Boepinang dan selaras dengan
Formasi Eimiko. Umur Formasi Langkolawa ialah Miosen Akhir atau
Akhir Miosen Tengah.
Formasi EmoikoFormasi ini tersusun oleh kalkarenit, batugamping koral, batupasir dan
napal. Berdasarkan kedudukan stratigrafinya yang selaras di atas Formasi
Langkolawa, tertindih pula secara tak selaras oleh Formasi Buara dan
Formasi Alangga.
Formasi BoepinangFormasi ini tersusun oleh batu lempung pasiran, napal pasiran dan
batupasir, umumnya berkisar antara Miosen Akhir-Pliosen. Formasi ini
mempunyai hubungan menjari dengan Formasi Eimoko, menindih selaras
dan setempat tak selaras oleh Formasi Langkolawa, tertindih pula secara
tak selaras oleh Formasi Buara dan Formasi Alangga.
Formasi AlanggaFormasi ini tersusun oleh konglomerat dan batupasir. Formasi ini
menindih tak selaras formasi Eimoko dan Boepinang, formasi ini berumur
plistosen.
Formasi BuaraFormasi ini tersusun oleh terumbu koral, setempat terdapat konglomerat
dan batupasir yang belum padat. Formasi ini masih memperlihatkan
hubungan yang menerus dengan pertumbuhan terumbu pada pantai yang
berumur Resen.
2.2.5. Struktur Geologi
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
24/131
ujung tenggara di Sulawesi Tenggara. Di daerah Pomalaa singkapan batuan
ultrabasa ini umumnya telah mengalami pelapukan, berwarna kuning-coklat
berbintik hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian luar
tepi/pinggirnya, terlihat juga batuan ultrabasa di Pomalaa ini telah mengalami
proses serpentinisasi yang cukup kuat. Untuk menentukan jenis batuan ultrabasa
Pomalaa ini perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis atas sejumlah conto batuan
yang dianggap belum begitu lapuk dari beberapa bukit yang telah ditambang.
Conto diambil dari beberapa rock sample dan core sample.
FORMASI/SATUAN
Mandala Geologi
Sulawesi Timur
Mandala Geologi
Banggai Sula
Ultramafik mafik
Formasi
Boroboro
Formasi
Laonti
Formasi
Kabaena
Komplek
Pompangeo
Pualam
Anggota KonglomeratAnggota BatupasirFormasi Langkowala
Formasi Boepinang Formasi Eemoiko
Formasi Buara
AluviumKolovium
Aluvium EndapanRawa
Formasi Alangga
Kapur
UMUR
Holosen
Plistosen
Pliosen
Akhir
Tengah
Awal
Oligosen
Eosen
Paleosen
Jura
TriasPerm
Karbon
K
uarter
Kenozoikum
Tersier
Miosen
M
esozoikum
Paleozoikum
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
25/131
0 500 1000
( Bag. Pengukuran & Ekploras PT. ANTAM, Tbk UBPN POMALAA 2008)
Gambar 2.3 Peta Geologi Daerah Pomalaa
2.3Genesa Endapan NikelAda beberapa mineral utama yang mengandung nikel dalam endapan bijih
nikel di alam ini, baik dilihat dari segi cara pembentukan, sifat maupun komposisi
kimia mineralnya (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Mineral utama yang mengandung nikel,
(Kajian nikel Dept ESDM 1985)Mineral Rumus Kimia Kandungan Nikel
Sulfida
Pentlandit Millerit Heazlewoodit Linnaete
(Ni,Fe)9S8 NiS Ni3S2 (Fe,Co,Ni)3S4
34,22 64,67 73,30 Bervariasi
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
26/131
Maucherit Rammelsbergit Gersdorfit
Ni11As8 NiAs2 NiAsS
51,85 28,15 35,42
Antimonida
Breithauptit NiSb 32,53Arsenat
Annabergit Ni3As2O8.8H2O 29,40Silikat dan oksida
Garnierit Limonit bernikel
(Ni,Mg)6Si4O10(OH)8 (Fe,Ni)O(OH).nH2O
Berkisar sampai 47% Rendah tapi beragam
Inti bumi diperkirakan terdiri atas besi dengan kandungan nikel sekitar
7%. Zone diantara kerak bumi dan inti bumi, yaitu yang disebut mantel (mantle),
diperkirakan tebalnya 2.898 km dan mengandung 0,1% - 0,3% nikel. Deposit
nikel pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu nickel-
copper sulfida, nickel silicate dan laterites and serpentines (Kajian nikel Dept
ESDM 1985).
Deposit nikel yang mengandung sulfida terdapat pada atau dekat peridotitatau intrusi norit yang diperkirakan saling berkaitan. Deposit tersebut tersebar
dalam badan yang masif atau terkonsentrasi di dalam urat bijih (vein), balok
(stringers) dan celah yang kosong (fissure filling) di sekitar induk batuan beku.
Badan bijih pada umumnya berbentuk memanjang (elongated), lensa (lenticular)
atau lembaran (sheetlike), dengan panjang beberapa ratus meter sampai ribuan
meter.
Formasi deposit nikel sulfida diperkirakan merupakan hasil dari proses
pemisahan magma (magmatic segregation). Tetesan cairan sulfida diperkirakan
memisah dari keluarga magma mafis atau ultra mafis magma selama kristalisasi.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
27/131
nikel. Laterit-laterit yang dibentuk dari pelapukan serpentin biasanya kaya akan
kandungan besi (45% - 55%) dan mengandung nikel sekitar 1%.
Tipe kedua dari nickelferous iron laterite adalah nikel silikat. Disebut
nikel silikat karena nikel terdapat sebagai hydrosilicate garnierite atau sebagai
nickel-bearing talc atau antigorit. Tipe laterit ini dihasilkan dari pelapukan pada
batuan peridotit segar, dunit dan piroksenit. Nikel silikat mengandung besi kurang
dari 30% dan kandungan nikelnya mencapai 1,5%.
Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat digolongkan menjadi
dua macam, yaitu: endapan bijih nikel primer/sulfida dan endapan bijih nikel
sekunder/laterit.
2.3.1 Endapan bijih nikel primer atau sulfidaEndapan nikel dalam bentuk sulfida terdapat pada atau dekat suatu badan
batuan yang kandungan besinya tinggi, mengandung magnesium dan silikon nisbi
rendah, bervariasi dari gabro yang dikenal dari norit sampai peridotit. Endapan
tersebut adalah batuan beku intrusi di permukaan bumi yang berasal dari
terobosan magma pijar. Intrusi ini membentuk sekelompok massa yang pada
keadaan tertentu menyebar dengan membentuk lapisan-lapisan serta di lain saat
membentuk suatu bentuk yang tidak teratur.
Bijih nikel yang utama adalah mineral phyrotit (Fe7S8), yang di dalamnya
terdapat mineral pentlandit ((Ni, Fe)9S8) dan khalkopirit (CuFeS2). Deposit
mineral ini terbentuk sewaktu dan setelah proses pendinginan magma gabro dan
norit (ultra basa/ultra mafis), yaitu ketika magma mencari jalan ke atas dan
mengadakan intrusi di bagian atas kerak bumi (tanpa sampai ke permukaan bumi).
Badan bijih biasanya mencapai panjang beberapa antara beberapa ratus sampai
ribuan meter. Mengingat proses terjadinya jauh di bawah permukaan bumi, maka
penambangan bijih nikel sulfida dilakukan dengan cara tambang dalam.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
28/131
(Sumber : Kajian nikel Dept ESDM 1985)
Gambar : 2.4 Penampang endapan nikel sulfida
2.3.2 Endapan bijih nikel sekunder atau lateritMineral nikel yang terdapat di daerah Pomalaa pada dasarnya adalah bijih
lateritis, yaitu hasil pelapukan batuan ultrabasa yang mengandung nikel.
Bijih nikel laterit merupakan hasil pelapukan (weathering) batuanultrabasa peridotit yang terdapat di atas permukaan bumi. Proses pelapukan terjadi
karena pergantian musim panas dan dingin yang silih berganti, sehingga batuan
menjadi pecah-pecah dan mengalami pelapukan. Ion-ion yang mempunyai berat
jenis besar, termasuk nikel, mengalami pengayaan di tempat. Sementara ion-ion
yang mempunyai berat jenis kecil dihanyutkan oleh air, angin atau media lain ke
dataran yang lebih rendah. Pada umumnya bijih nikel laterit mengandung unsur
besi, kobalt dan khromium.
Proses pelapukan dimulai pada batuan peridotit. Batuan ini banyak
mengandung olivin, magnesium silikat dan besi silikat yang pada umumnya
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
29/131
dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini
akan menghilangkan air dengan membentuk mineral-mineral seperti karat, yaitu
geothit FeO(OH), Hematit (Fe2O3) dan kobalt dalam jumlah kecil. Jadi besi
oksida akan mengendap dekat dengan permukaan tanah. Sedang magnesium,
nikel silika tertinggal di dalam larutan selama air masih asam. Tetapi jika
dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut
akan cenderung mengendap sebagai hydrosilikat.
Nikel mempunyai sifat kurang kelarutannya dibandingkan magnesium.
Perbandingan antara nikel dengan magnesium di dalam endapan lebih besar dari
pada larutan, karena ada sedikit magnesium yang terbawa oleh air tanah. Kadang-
kadang olivin di dalam batuan diubah menjadi serpentin sebelum tersingkap di
permukaan. Serpentin terurai ke dalam komponen-komponennya bersama-sama
dengan terurainya olivin.
Adanya erosi air tanah asam dan erosi di permukaan bumi, akan
menyerang nikel-nikel yang telah diendapkan. Zat-zat tersebut dibawa ke tempat
yang lebih dalam, selanjutnya diendapakan sehingga terjadi pengayaaan pada bijih
nikel. Kandungan nikel pada zat terendapkan akan semakin bertambah banyak
dan selama itu magnesium tersebar pada aliran air tanah. Dalam hal ini proses
pengayaan bersifat kumulatif (lihat Gambar 2.5.).
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
30/131
Proses pengkayaan dimulai dari suatu batuan yang mengandung 0,25%
nikel, sehingga akan dihasilkan 1,50% bijih nikel. Keadaan ini merupakan suatu
kadar yang sudah dapat ditambang. Waktu yang diperlukan untuk proses
pengayaan tersebut mungkin dalam beberapa ribu atau bahkan berjuta-juta tahun.
Bijih nikel pada endapan laterit yang mempunyai kadar paling tinggi terdapat
dengan dasar zone pelapukan dan diendapkan pada retakan-retakan di bagian atas
dari lapisan dasar (bedrock). Perlu ditambahkan bahwa endapan nikel laterit
terletak pada lapisan bumi yang kaya akan besi. Pembagian yang sempurna dari
besi dan nikel ke dalam zone-zone yang berbeda, tidak pernah ada. Pengayaan
besi dan nikel terjadi melalui pemindahan magnesium dan silika. Besi dalam
material ini paling banyak berbentuk mineral ferri oksida yang pada umumnya
membentuk gumpalan (disebut limonit). Sehingga endapan nikel dapat
ditunjukkan dengan adanya jenis limonit tersebut atau sebagai nickelferous iron
ore. Hal ini berlawanan dengan endapan nikel yang bertipe silikat (kadang-kadang
disebut sebagai bijih serpentin); pemisahan nikel dari besi lebih baik. Skema
pembentukan endapan nikel daerah Pomalaa sebagai berikut:
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
31/131
Ni, SiO2, MgO
Urat urat garnieriteUrat urat krisopras
Konsentrasi Residu
Peridotit Serpentinit (lapuk)
Proses Pelapukan dan Lateritisasi
Peridotit serpentinit
Proses Serpentinisasi
Batuan Induk Peridotit
(Ni Primer + 0.1%)
Urat urat :
Magnesit (MgCO3)
Dolomit (CaMg)CO3Kalsit (CaCO3)
Konsentrasi celah dari
senyawa karbonat
Terbawa sebagai partikel
koloidal
Terlarut sebagai larutan Ca
Mg karbonat
Bahan yang tertinggal (Fe, AL,
Cr, Mn, Ni, Co)
Bahan yang terbawa bersama
larutan
Konsentrasi Celah
Fe, Ni, Co
SaprolitSoft Brown Ore
Hard Brown Ore
Zona Tengah (Zona Saprolit)
Zona paling bawah
(Zona Bedrock)
Konsentrasi residu
Fe oksidasi
Al hidroksida
Ni - Co
Zona paling atas (Zona
overburden dan limonit)
Skema Pembentukan Nikel Laterit
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
32/131
2.4 Kondisi Iklim dan Curah HujanSalah satu ciri tambang terbuka yang membedakannya dengan tambang
bawah tanah adalah pengaruh iklim pada kegiatan penambangan. Elemen-elemen
iklim seperti hujan, temperatur serta tekanan udara dapat mempengaruhi kondisi
tempat kerja, efisiensi alat dan kondisi pekerja.
Pada PT. Aneka tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa, curah hujan yang
turun tiap tahun rata-rata cukup tinggi. Dari stasiun pengamatan curah hujan PT.
Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa diketahui curah hujan tertinggi
dalam kurun waktu 5 tahun (2002-2007) terjadi pada bulan April sebesar 372,266mm/bln. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar
58,564mm/bln. Hari hujan terbesar pada bulan April dan hari hujan terendah padabulan Agustus. Grafik curah hujan dan hari hujan wilayah Pomalaa ditunjukkanpada gambar 2.7 dan gambar 2.8.
Gambar 2 7 Grafik rata-rata curah hujan
Grafik Curah Hujan
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Janua
ri
Februa
ri
Mare
t
April
Me
i
Juni
Juli
Agustu
s
Septembe
r
Oktobe
r
Novembe
r
Desembe
r
Bulan
Curahhujan
Rata-rata curah hujan
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
33/131
2.5. Penambangan Bijih NikelKegiatan pada Industri Pertambangan PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN
Operasi Pomalaa terdiri atas beberapa kegiatan utama yaitu:
1. Kegiatan EksplorasiPekerjaan eksplorasi pada PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi
Pomalaa mempunyai tujuan untuk mengetahui:
A. Macam cadanganB. Penyebaran cadanganC. Kuantitas dan kualitas cadangan
Adapun kegiatan eksplorasi yang dilakukan yaitu:
a. Kegiatan PemboranKegiatan pemboran merupakan kegiatan utama pada eksplorasi untuk
Gambar 2.8. Grafik rata-rata hari hujan
Grafik Rata-rata hari hujan
0
2
4
6
8
10
12
14
Janu
ari
Febr
uari
Maret
April
Mei
Juni Ju
li
Agustus
Septembe
r
Oktobe
r
Novembe
r
Desembe
r
Bulan
Harihujan
Rata-rata hari hujan
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
34/131
Kegiatan pemboran pada PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi
Pomalaa dilakukan oleh CV. Cipta Utama
b. Pengukuran Kemajuan TambangSelain kegiatan eksplorasi, tim eksplorasi memiliki tugas penting lainnya
yaitu melakukan pengukuran terhadap kemajuan tambang. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui jumlah cadangan nikel yang telah dieksploitasi pada suatu daerah
penambangan sekaligus untuk mengetahui sisa cadangan yang dapat dieksploitasi
selanjutnya. Alat yang digunakan adalah Theodolith Nikon Semi Digital.
Gambar 2.9. Kegiatan Pemboran
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
35/131
2. Kegiatan PenambanganKegiatan penambangan bijih nikel di PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN
Operasi Pomalaa dilakukan secara tambang terbuka dengan sistem open cut
(selectivemining).
Tahapan pada kegiatan penambangan adalah:
a. Persiapan daerah penambanganMerupakan persiapan awal sebelum melakukan kegiatan penambangan.
Pekerjaan tersebut meliputi:
Pioneering(pembuatan jalan produksi)Jalan produksi adalah jalan yang digunakan oleh dump truck untuk
mengangkut bijih nikel ke tempat penimbunan bijih (stock yard) dari
frontpenambangan atau sebaliknya.Berdasarkan perbedaan kondisi jalan, dikenal dua macam jalan, yaitu
jalan utama yang menghubungkan tempat penimbunan dari kaki bukit
dan cabang jalan utama yang menghubungkan kaki bukit ke front
penambangan.
Land Clearing(Pembabatan)Pekerjaan pembabatan dilakukan setelah lokasi penambangan telah
ditentukan. Pekerjaan ini meliputi pembersihan daerah rencana
penambangan dari semak-semak dan pohon-pohon. Alat yang
digunakan adalahBulldozer D85E-SS.
Stripping of over burdenKegiatan ini dilakukan apabila pekerjaan pembabatan selesai. Alatyang digunakan adalahBulldozer D85E-SS.
Pengontrolan terhadap hasilstrippingadalah dengan jalan mengadakan
pengukuran terhadap tempat-tempat yang sudah dikerjakan, sambil
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
36/131
b. PenambanganSistem penambangan yang digunakan adalah open cut dengan metode
selective mining. Sistem selective miningdigunakan karena sistem ini dianggapcukup efektif dalam memenuhi target produksi bijih nikel untuk saat ini. Kegiatan
penambangan pada PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa dilakukan
oleh pihak beberapa pihak kontraktor antara lain PT. Sumber Setia Budi (SSB),
PT. Jembatan Mas dan PT. Setia Budi Guna Abadi (SBGA). Alat muat yang
digunakan adalahBackhoe Komatsu PC 200 sedangkan untuk pengangkutan dari
lokasi tambang kestock yardmenggunakanDump Truck Nissan Diesel CWM 432
HTRA yang berkapasitas 20 ton.
3. PengapalanPelabuhan yang ada di PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa
terdiri dari Pelabuhan Pomalaa dan Pelabuhan Tanjung Leppe. Pada keduapelabuhan tersebut kapal tidak dapat merapat ke pantai karena dangkal. Oleh
karena itu untuk mengangkut bijih nikel ke ore ship digunakan tongkang yang
ditarik oleh tug boat. Ore ship yang berlabuh berasal dari beberapa negara yaitu
Gambar 2.11. Persiapan daerah penambangan
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
37/131
a. Peralatan daratYang dimaksud dengan peralatan darat adalah segala macam alat yang
digunakan untuk kepentingan pemuatan bijih yang operasinya di darat.
Macam-macam peralatan yang dipakai berdasarkan sistem yang digunakan
adalah:
Bijih Nikel diangkut secara langsung oleh dump truck ke dalamtongkang. Alat muat yang digunakan adalah Wheel Loader.
Bijih Nikel diangkut dengan dump truckkemudian ditumpahkan padafeeder yang telah disiapkan pada pelabuhan. Tongkang diletakkan di
bawah feeder sehingga bijih nikel tersebut akan langsung menuju
tongkang. Alat muat yang digunakan adalah Wheel Loader.
b.
Peralatan LautYang dimaksud dengan peralatan laut adalah segala macam alat yang
digunakan untuk pemuatan bijih ke ore ship yang beroperasi di laut.
Macam-macam peralatan yang dipakai adalah:
Tug boatdipergunakan untuk menarik tongkang yang telah berisi bijihnikel untuk dibawa ke ore ship. Untuk menarik sebuah tongkang
digunakan 1 tug boat.
Tongkang dipergunakan untuk membawa bijih nikel ke ore ship.Kapasitas tongkang yang digunakan adalah 500 ton.
4. Preparasi contoPreparasi conto adalah pekerjaan mempersiapkan conto baik dalam hal
ukuran maupun jumlah sebelum conto tersebut dikirim ke laboratorium untukdianalisa. Kegiatan preparasi conto meliputi conto eksplorasi, conto produksi dan
conto pengapalan. Kegiatan preparasi conto ini dikerjakan oleh pihak kontaktor
yaitu CV. Putra Mekongga.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
38/131
5. Analisis KadarAnalisa kadar dilakukan dengan menggunakan X-Ray Spectrometer
Simultix 12 (Rigaku). Penentuan kadar/unsur-unsur tidak hanya dilakukan
untukore tetapi juga untuk metal, batu kapur dan slag.
6 P l h P l b d P i
Gambar 2.12. Kegiatan preparasi conto
Gambar 2.13. Alat Analisa Kadar pada bijih nikel
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
39/131
nikel tersebut adalah Feni 1, Feni 2 dan Feni 3. Bagan proses pengolahan,peleburan dan pemurnian bijih nikel dapat dilihat pada gambar 2.14.
7. ReklamasiSalah satu kegiatan yang sangat penting dalam industri pertambangan
adalah reklamasi pada lahan tambang. Kegiatan reklamasi pada lahan tambang ini
terdiri dari:
a. Pembuatan sistem penyaliran dan kolam pengendapan.Hal ini berfungsi untuk mengatur aliran air dan mengurangi kekeruhan air
khususnya air hujan sebelum dialirkan ke sungai atau ke laut dan
mengantisipasi terjadinya genangan air hujan pada lubang-lubang bekas
penambangan dan jalan tambang .
b.
Penghijauan daerah bekas tambangSistem penghijauan pada daerah bekas tambang tersebut disesuaikan
dengan lingkungan daerah bekas tambang tersebut.
Beberapa cara penghijauan yaitu:
Sistem Pot: Sistem ini digunakan pada daerah bekas tambang yanglokasinya berbatu-batu dan sulit untuk mendapatkan tanah humus.
Sistem Teras: Sistem ini digunakan pada daerah bekas tambang yangtopografinya landai serta mudah mendapatkan tanah humus.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
40/131
Bijih Nikel Batubara Antrasit Batu Kapur
Pengeringan dengan Rotary Dryer
Pengayakan Pengayakan Pengayakan
Pemecahan Pemecahan Pemecahan
Penimbangan Penimbangan Penimbangan
Pencampuran
Kalsinasi denganRotary Kiln
Umpan Panas
Peleburan
Desulfurisasi
Deoksidasi
Pencetakan
Pemurnian
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
41/131
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Kegiatan Eksplorasi
Eksplorasi merupakan bagian dari kegiatan pertambangan, dimana
kegiatan dimulai dari propeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan,
ekstraksi, dan pemasaran sampai reklamasi. Namun seluruh kegiatan tersebut
selalu dilakukan, hal ini bergantung pada jenis bahan galian, pemakaian bahan
galian tersebut dan permintaan pasar.
Menurut Mc. Kinstry H.E dan Alan M. Bateman (ore deposit 1987),
eksplorasi didefinisikan sebagai kegiatan yang tujuan akhirnya adalah penemuan
geologis berupa endapan mineral yang bernilai ekonomis. Selain itu eksplorasi
dapat juga diartikan sebagai pekerjaan selanjutnya setelah ditemukannya endapan
mineral berharga, yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mendapatkan ukuran,
bentuk, letak (posisi), kadar rata-rata, dan jumlah cadangan dari endapan tersebut
(Nurhakim, bahan kuliah teknik eksplorasi Prodi Teknik Pertambangan Fakultas
Teknk Universitas Lambung Mangkurat 2006).
Tahapan kegiatan eksplorasi biasanya dilakukan berbeda untuk setiap jenis
endapan mineralnya dan bahkan untuk endapan mineral yang sama sekalipun. Ini
dikarenakan adanya perbedaan penekanan pada tahap-tahap eksplorasi yang
dilakukan pada jenis endapan tertentu, kepentingan masing-masing serta kondisi
geologi dan endapan mineral itu sendiri.
Adapun kegiatan eksplorasi meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
A. Studi LiteraturSt di lit t k t k i t t k i t d tk
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
42/131
Analisa data sekunder dan peninjauan lapangan, untuk menentukan layak atautidaknya dilakukan eksplorasi.
C. Penyelidikan PendahuluanMempersempit daerah prospek dengan cara pemetaan geologi, geokimia, atau
geofisika udara untuk sasaran eksplorasi. Hasil yang didapat adalah endapan
yang mungkin ekonomis dan masih merupakan cadangan tereka.
D. Eksplorasi DetilMelanjutkan penyelidikan pada sasaran-sasaran eksplorasi dan mendapatkan
cadangan yang merupakan cadangan terindikasi.
E. Eksplorasi LanjutPenentan secara pasti sifat-sifat yang diperlukan sebagai data persiapan
penambangan dan persiapan produksi. Hasil yang didapat adalah endapanekonomis dan sudah didapat cadangan terukur.
Dan metode dari eksplorasi itu sendiri terdiri dari :
1. Metode LangsungMenghasilkan gejala geologi tersebut dapat diamati dengan mata geologist ;
metode geologist.
2. Metode Tidak LangsungMenghasilkan suatu anomali yang dapat ditafsirkan sebagai gejala geologi
yang dilacak dengan; metode geofisika dan metode geokimia.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
43/131
Tidak LayakLayak
Tidak adaAda
EksplorasiStop
Analisis dan Perhitungan
Cadangan
Evaluasi
Studi Kelayakan
Development
Penambangan
Pengolahan/Ekstraks
Pemasaran
Stop
Arsip
EkplorasiPendahuluanEksplo Eksplorasi
Detail rasi Lanjut
Prospeksi
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
44/131
(Sumber : Nurhakim, 2006)
Gambar 3.2 Metode Eksplorasi
Metoda Eksplorasi
Metoda Geologi
Dari ruang angkasa:
Analisa Citra Satelit
Metoda Geofisika Metoda Geokimia
Survei Indera Jauh
Dari Udara :Analisa Foto Udara,
Citra Radar dll
Survei Geolo i Permukaan
Survei Geologi Tinjau(Reconnaissance)
Suvei GeologiSingkapan
Sumur Uji dan Paritan
Pemboran Eksplorasi
Survei Geologi Bawah
Tanah
Survei Geofisika Udara
Survei Gravitasi
Survei Magnetik
Survei Geofisika Darat
Survei Seismik
Survei Gravitasi
Survei Magnetik
Survei Geolistrik
IP
EM
Resistivitas
SP
Loging Sumur
Penyontohan Aliran
Sungai
Penyontohan Batuan
Penyontohan Tanah
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
45/131
3.2 Pengertian CadanganMenurut Mc. Kelvey yang dimaksud dengan cadangan (reserves) adalah
bagian dari sumber daya terindikasi dari suatu komoditas mineral yang dapat
diperoleh secara ekonomis dan tidak bertentangan dengan hukum dan
kebijaksanaan pemerintah pada saat itu. Suatu cadangan mineral biasanya
digolongkan berdasarkan ketelitian dari eksplorasinya. Klasifikasi cadangan di
Amerika menurut US Berau Of Mine and US Geological Survey (USBM and
USGS) dan usulan Mc. Kelvey, 1973 sebagai berikut :
A. Cadangan TerukurCadangan terukur adalah cadangan yang kuantitasnya dihitung dari
pengukuran nyata, misalnya dari pemboran, singkapan dan paritan, sedangkan
kadarnya diperoleh dari hasil analisa conto. Jarak titik-titik pengambilan conto
dan pengukuran sangat dekat dan terperinci, sehingga model geologi endpan
mineral dapat diketahui dengan jelas. Struktur, jenis , komposisi, kadar, ketebalan,
kedudukan , dan kelanjutan endapan mineral serta batas penyebarannya dapat
ditentukan dengan tepat. Batas kesalahan perhitungan baik kuantitas maupun
kualitas tidak boleh lebih dari 20%.
B. Cadangan Terkira/Teridikasi (indicated)Cadangan terkira adalah cadangan yang jumlah tonase dan kadarnya
sebagian diperoleh dari hasil perhitungan pemercontoan dan sebagian lagi
dihitung sebagai proyeksi untuk jarak tertentu berdasarkan keadaan geologi
setempat titik-titik pemerconto dan pengukuran jaraknya tidak perlu rapat
sehingga struktur, kadar, ketebalan, kedudukan, dan kelanjutan endapan mineral
serta batas penyebarannya belum dapat dihitung secara tepat dan baru
disimpulkan/dinyatakan berdasar indikasi. Batas kesalahan baik kuantitas maupun
kualitas 20% - 40%.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
46/131
mempunyai ciri endapan sama. Toleransi penyimpangan kesalahan terhadapperhitungan cadangan adalah 60%.
Di Indonesia mengikuti klasifikasi cadangan menurut Mc. Kelvey, karena
dianggap paling detil, mempertimbangkan keadaan geologi, ekonomi, dan
memiliki wawasan luas tentang klasifikasi cadangan. Klasifikasi cadangan yang
diusulkan Mc. Kelvey ini berdasarkan pada :
a. Kenaikan tingkat keyakinan geologi.
b. Kenaikan tingkat kelayakan ekonomi.
Kriteria keyakinan geologi didasarkan tingkat keyakinan mengenai
endapan mineral yang meliputi ukuran, bentuk, sebaran, kuantitasnya sesuai
dengan tahap eksplorasinya. Kriteria kelayakan ekonomi didasarkan pada faktor-
faktor ekonomi layak atau tidaknya berdasarkan kondisi ekonomi pada saat itu.
Tingkat kesalahan adalah penyimpangan kesalahan baik kuantitas maupun
kualitas cadangan yang masih bisa diterima sesuai dengan tahap ekplorasinya.
Selain itu juga Mc. Kelvey membagi cadangan didasarkan pada kenaikan
tingkat pelaksanaan ekonomi dan tingkat keyakinan geologi yang dapat dilihat
pada gambar 3.3
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
47/131
SubEconomic
SubMarginal,Par
amarginal
Kenaikan Tingkat Keyakinan Geologi
(Sumber : Mc. Kelvey dalam Abdul Rauf Perhitungan cadangan endapan mineral, 1998)
Gambar 3.3 Klasifikasi Cadangan dan Sumber Daya Mineral
3.3 Perhitungan Cadangan
Setelah kita melakukan ekplorasi pada tahap-tahap kegiatan penambangan
kemudian melakukan analisa dan perhitungan cadangan seperti terlihat pada
Gambar 3.1. Adapun tujuan dari perhitungan cadangan yaitu agar dapat
menentukan jumlah dan mutu kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan untuk
dieksploitasi sesuai dengan kebutuhan Dengan perhitungan cadangan akan dapat
Total Resources
Totalitas Sumber Daya Mineral
Identified
Teridikasi
Undiscovered
Tak Terindikasi
Demontrated
Terunjuk
Tereka
Hypothermal
Hypotetik
Speculatives
Spekulatif
Measured
Terukur
Indicated
Terindikasi
Economic
ekonomi
Reserve
Cadangan
Resources
KenaikanTingkatKelayakanE
konomi
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
48/131
A. Observasi LapanganMerupakan gambaran praktis kondisi dan keadaan dilapangan meliputi
pengambilan data geografi dan demografi.
B. PemetaanTidak mutlak dilaksanakan, untuk pengambilan topografi, bentang alam, dan
lereng awal jika peta telah tersedia maka hanya dilakukan ploting.
C. Pengambilan ContoDapat berupa air, tanah, endapan, singkapan sesuai dengan metodenya.
D. Pengambilan Data GeologiDapat dilakukan dengan studi literatur dan pengecekkan langsung dilapangan.
E. Pengolahan DataDilakukan di lapangan (pengecekkan mudah) atau dikirim ke kantor termasuk
pekerjaan studio, uji laboratorium dan analisa.
Untuk Estimasi cadangan tidak lepas dari metode yang akan digunakan,
adapun metode perhitungan cadangan dapat dikategorikan menjadi :
1. Metode Konvesionala. Tertua dan paling umum digunakan.
b. Mudah diterapkan, dikomunikasikan, dan dipahami.c. Mudah di adaptasi dengan semua edapan mineral.d. Kelemahannya sering menghasilkan perkiraan salah, karena cendrung
menilai kadar tinggi saja.
e. Kadar suatu luasan diasumsikan konstan sehingga tidak optimal secaramatematika.
f. Untuk endapan yang terpencar dapat terjadi penafsiran yang salah.2. Metode Non Konvensional.
a. Pengembangan teori matematik dan statistik.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
49/131
3.4 Metode Perhitungan Cadangan
Dalam melakukan metode perhitungan cadangan haruslah ideal dan
sederhana, cepat dalam pengerjaan dan dapat dipercaya sesuai dengan keperluan
dan kegunaan. Metode perhitungan harus dipilih secara hati-hati dan rumusan
yang dipilih harus sederhana dan mempermudah perhitungan sehingga dapat
menghasilkan tingakat ketepatan yang sama dengan metode yang komplek. Maka
tingkat kebenaran perhitungan cadangan tergantung pada ketepatan dan
kesempurnaan pengetahuan atas endapan mineral seperti asumsi-asumsi yang
digunakan untuk menginterprestasikan variabel-veriabel pada batas-batas endapan
dan pada perumusan matematika.
Pemilihan metode untuk perhitungan cadangan tergantung pada :
A. Keadaan Geologi dari Endapan MineralTopografi daerah penelitian berupa perbukitan bergelombang
B. Ketersediaan DataTidak adanya data lubang bor yang menunjukkan ketebalan endapan bijih
nikel sehingga data merupakan indikasi secara geologi saja.
C. Jenis Bahan Galian.Bijih nikel merupakan jenis bahan galian golongan B yang mempunyai bentuk
dan geometri yang sederhana, dan memiliki assosiasi dengan mineral-mineral
lainnya.
Secara umum endapan-endapan bahan galian dapat dikategorikan atas
sederhana (simple) atau kompleks (complex) tergantung dari distribusi kadar dan
bentuk geometrinya. Kriteria untuk mengkategorikan endapan bahan galian ini
didasarkan atas pendekatan geologi. Untuk kategori kompleks dicirikan dengan
kadar pada batas endapan dan pada tubuh bijihnya sangat bervariasi serta bentuk
geometrinya yang kompleks, sedangkan untuk kategori sederhana dicirikan
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
50/131
3.4.1. Metode Penampang Tegak (Cross Section)Prinsip dari metode ini yaitu pembuata sayatan pada badan bijih, dalam hal
ini adalah nikel. Kemudian dihitung luasan masing-masing badan bijih tersebut,
dan untuk menghitung volumenya digunakan jarak antar penampang.
Untuk perhitungan volume dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
A. Rumus luas rata-rata1. Volume penampang yang sejajar
V : Volume Cadangan
S1 : Luas Penampang Satu
S2 : Luas Penampang Dua
L : Jarak Antar Penampang
2. Untuk menghitung tonase digunakan rumusT = V x BJ
Dimana : T = Tonase (ton)
V = Volume (m3)
BJ = Berat Jenis Material (ton/ m3)
Rumus Prismoida
V = (S1 + 4M + S2)
S1,S2 = Luas Penampang Ujung
M = Luas Penampang Tengah
L J k A t S d S
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
51/131
3. Rumus Kerucut Terpancung
k
S1 : Luas Penampang Atas
S2 : Luas Penampang Bawah
L : Jarak Antara S1 dan S2
V : Volume Cadangan
(Abdul Rauf 1998)Gambar 3.4. Metoda Penampang Standar
3.4.2. Metode Daerah PengaruhPerhitungan cadangan menggunakan metode daerah pengaruh (Area Of
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
52/131
titik conto bervariasi, dan luas daerah pengaruh setiap titik dihitung dengan
membagi jarak antara dua titik conto yang berdekatan menjadi dua.
Metode ini umumnya menggunakan nilai titik conto yang berada dipusat
blok sebagai pengganti terbaik nilai rata-rata luas tertentu didalam blok tersebut
tanpa mempertimbangkan pengaruh, hubungan letak, dan ruang titk conto di
sekelilingnya. Pada metode daerah pengaruh ini semua faktor ditentukan untuk
titik tertentu pada endapan mineral, diekstensikan (perluasan) sejauh setengah
jarak dari titik-titik sekitarnya yang membentuk daera pengaruh.
Ukuran blok yang ditentukan oleh tiap-tiap titik conto dipengaruhi
langsung oleh spasi conto. Jika spasi rapat maka ukuran blok akan semakin kecil
begitu juga sebaliknya, maka ukuran blok dibatasi. Ukuran blok dapat ditantukan
secara subyektif berdasarkan pengalaman dan perhitungan cadangan sejenis yang
pernah dilakukan sebelumnya.
Dengan demikian pengaruh dari tiap-tiap titik akan membentuk suatu
poligon tertutup, dimana bagian dari endapan yang akan diestimasi cadangannya
diganti oleh beberapa prisma poligon, setiap prisma poligon atau blok
menggambarkan volume daerah pengaruh suatu titik conto,
Dengan demikian untuk mengestimasi volume daerah pengaruh tiap-tiap
poligon, dilakukan dengan cara mengkalikan luas daerah pengaruh tiap-tiap
poligon dengan tebal bijih pada daerah pengaruh tersebut (tebal pada tiap-tiap
poligon)
Volume dari masing-masing daerah pengaruh dapat diestimasi dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
V = a x t
Keterangan :
V = Volume daerah pengaruh (m3)
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
53/131
= a1 x t1 + a2 x t2 + a3 x t3 + + an x tn
Keterangan :
V1, V2, V3, Vn = Volume masing-masing poligon (m3)
a1, a2, a3, an = Luas daerah pengaruh dari masing-masing poligon (m2)
t1, t2, t3, tn = Tebal bijih dari masing-masing poligon (m)
Untuk estimasi tonase bijih total digunakan persamaan sebagai berikut :
T = T1 + T2 + T3 + + Tn
= (V1 x x C1) + (V2 x x C2) + (V3 x x C3) + (Vn x x Cn)
Sedangkan rata-rata diestimasi dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
CAV = C1V1 + C2V2 + C3V3 + + CnVn
V1 + V2 + V3 + Vn
Keterangan :
T = Tonase bijih total dari cadangan (WMT)
T1, T2, T3, ,Tn = Tonase bijih dari masing-masing poligon (WMT)
= Densitas Batuan (Ton/m3)
V1, V2, V3, ,Vn = Volume dari masing-masing poligon (m3)
C1, C2, C3,. ,Cn = Kadar dari masing-masing poligon (%)
Keterangan :
Berprospek
Tidak Berprospek
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
54/131
3.5. Penentuan Batas Cadangan
Ketidakteraturan bentuk endapan bijih dan ketidakmerataan distribusi
kadar akan menimbulkan kesulitan dalam penentuan batas-batas endapan
bijihnya. Penanganan masalah ketidakteraturan bentuk endapan dan
ketidakmerataan distribusi kadar merupakan satu rangkaian dalam penentuan
batas-batas cadangan. Terdapat dua kriteria dalam penentuan batas cadangan,
yaitu :
1. Penentuan batas cadangan didasarkan pada interprestasi geologi atas daerahmineralisasi, sehingga batas-batas struktur maupun litologi juga merupakan
batas cadangan.
2. Batas cadangan didasarkan atas nilai kandungan bijih nikel (kadar) didalambijih dengan acuan nilai Cut Off Grade sebesar 1.6 %.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
55/131
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan analisa-analisa maka penentuan layak tidaknya bijih nikel
akan ditambang didasarkan pada hasil ekplorasi yang telah dilaksanakan Pada
usaha penambangan yang dikelola oleh PT. Antam (Tbk) UPBN operasi Pomalaa
ini memiliki 4 Kuasa Wilayah (KW) penambangan yang terdiri dari :
1. KW 98PP0213 = 1584,00 Ha
2. KW 98PP0214 = 2372,00 Ha
3. KW 98PP0215 = 599,40 Ha
4. KW 98PP0216 = 3759,00 Ha +
Total Kuasa Wilayah = 8314,40 HaDi mana lokasi tambang tengah terletak di KW 98 PP0216. Di PT. Antam
(Tbk) UBPN Operasi Pomala membutuhkan kualitas pasar yang terbagi atas 2
kualitas yaitu:
1. High Gradea. High Grade Saprolit Ore (HGSO)
Dimana nikel yang mempunyai kualitas ekspor dengan kadar berkisar
2,0% Up atas permintaan dari Negara Jepang, Eropa, Thailland, dan
Korea Selatan.
b. High Grade PabrikKualitas ini untuk memenuhi kebutuhan akan pabrik FeNi 1 dan 2 yang
dikelola PT. Antam (Tbk) sendiri yang akan menghasilkan Ferro-nikelsebagai bahan setengah jadi untuk dapat diproses selanjutnya
2. Low Grade Saprolit Ore (LGSO)Kualitas nikel untuk LGSO ini memiliki kualitas yang kadar Ni rendah yaitu
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
56/131
4.1. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang Tegak
Perhitungan cadangan dengan metode penampang tegak menggunakan
metode standar, yakni mengikuti pedoman perubahan bertahap (rule of gradual
changes), dengan menghubungkan titik-titik pengamatan terluar.
Pada metode standar ini dengan prosedur :
a. Penentuan luas semua seksi.b. Penentuan faktor rata-rata.c. Perhitungan volume.d. Perhitungan cadngan, satuan berat raw material/ berat metal.
Tabel 4.1. Prosedur Perhitungan Metoda Penampang Standar
(Sumber : Abdul Rauf 1998)
Perhitungan cadangan dengan metoda penampang tegak ini dilakukan dengan
beberapa tahap :
Blok Seksi Luas
Jarak
AntarSeksi
VolumeTonage
Faktor
Cadangan
RawMaterial
Kadar
Cadangan
Mineral/Metal
1 A-A' B-B' S1 S2 L1 F Q1=V1.F c1 P1=Q1.c1
2 B-B' C-C' S2 S3 L2 F Q2=V2.F c2 P2=Q2.c2
. . . . . . . . .
. . . . . . . . .
nY-Y' Z-Z' Sn Sn Ln F Qn=Vn.F cn Pn=Qn.cn
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
57/131
3. Menghitung volume antar sayatan yang stu dengan yang lain berdasarkanblok-blok.
4. Menghitung cadangan dengan mengalikan jumlah volume total denganberat jenis material.
Maka dengan menggunakan rums pada tabel diatas di dapat hasil
perhitungan volume sebesar 343.727 m3
dan cadangan raw material sebesar
659.955,8515 WMT sebagaimana terlampir (lampiran D).
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Cadangan Nikel Menggunakan Metode
Penampang Tegak
BLOK SEKSI
LUAS
PENAMPANG
(m2)
JARAK ANTAR
PENAMPANG
(m)
VOLUME
(m3)
DENSITY
(ton/m3)
TONASE
(WMT)
1 AA' 672,34 100 32958.34 1,92 63280.0128BB' 645,74
2BB' 645,74
100 48376.04 1,92 92881.9968CC' 954,606
3CC' 954,606
100 75759.11 1,92 145457.4835DD' 1.496,09
4DD' 1.496,09
100 48930.59 1,92 93946.7328EE' 948,69
5 EE' 948,69 100 21498.69 1,92 41277.4848
FF' 411
6FF' 411
100 19111 1,92 36693.12GG' 374
7GG' 374
100 19224 1,92 36910.08HH' 377
8HH' 377
100 16847 1,92 32346.24II' 329,4
9 I
I' 329,4 50 5433.9 1,92 10433.088JJ' 204,18
10JJ' 204,18
50 21529.18 1,92 41336.0256KK' 853
11KK' 853
50 7742 1,92 14864.64L L' 275 56
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
58/131
4.2.Perhitungan Cadangan Dengan Metode Daerah PengaruhEstimasi cadangan dengan menggunakan daerah pengaruh, (Area of
Influence) perhitungan-perhitungan berdasarkan kedalaman lubang bor, ketebalan,
jarak pengaruh, dan analisis kadar Ni dibuat dalam satu tabel teratur dan
terangkum.
Estimasi cadangan dengan menggunakan metode ini dilakukan dengan
membuat blok-blok daerah pengaruh berdasarkan aturan metode poligon,
sehingga akan didapat estimasi luas dari masing-masing segi banyak hasil
penggambaran secara manual.
Adapun langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut:
a. Memasukkan data no blok, luas, ketebalan tanah penutup, dan ketebalan bijihnikel ke dalam lajur tabel yang telah dibuat..
b. Kemudian untuk mendapatkan volume dari masing-masing poligon, dilakukandengan jalan mengkalikan luas dari tiap-tiap poligon dengan tebal bijih dari
masing-masing poligon tersebut.
V = a t
Keterangan : V : volume daerah pengaruh (m3
)a : luas daerah pengaruh (m
2)
t : tebal endapan nikel (m)
c. Tonase bijih nikel didapatkan dari hasil perkalian antara volume poligondengan densitas batuan yang mempunyai kadar Ni.
T = V BJ
Keterangan : T : tonase (WMT)
V : volume (m3)
BJ: densitas batuan (ton/m3)
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
59/131
Maka dengan langkah perhitungan diatas didapat hasil perhitungan volume
sebesar 386.875 m3, dan jumlah tonase sebesar 742.800 WMT (lampiran E)
Tabel 4.3. Hasil perhitungan cadangan nikel menggunakan
metode daerah pengaruh
TB
LUAS
(m2)
KETEBALAN
(m)
DENSITAS
(ton/m3)
VOLUME
(m3)
TONASE
(WMT)
651A625 10 1.92
6250 12000650A 625 12 1.92 7500 14400
649A 625 12 1.92 7500 14400
648B 625 5 1.92 3125 6000
641A 625 10 1.92 6250 12000
641B 625 15 1.92 9375 18000
642A 625 7 1.92 4375 8400
643A 625 7 1.92 4375 8400
645A 625 10 1.92 6250 12000
645B 625 7 1.92 4375 8400
619A 625 11 1.92 6875 13200
617A 625 9 1.92 5625 10800
617B 625 9 1.92 5625 10800
615A 625 10 1.92 6250 12000
612A 625 5 1.92 3125 6000
592A 625 18 1.92 11250 21600592B 625 9 1.92 5625 10800
593A 625 8 1.92 5000 9600
594A 625 14 1.92 8750 16800
596A 625 18 1.92 11250 21600
596B 625 7 1.92 4375 8400
597A 625 8 1.92 5000 9600
598B 625 6 1.92 3750 7200
574A 625 13 1.92 8125 15600
573A 625 9 1.92 5625 10800
572A 625 9 1.92 5625 10800
571A 625 16 1.92 10000 19200
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
60/131
529A 625 8 1.92 5000 9600
528B 625 13 1.92 8125 15600
528A 625 9 1.92 5625 10800
527A 625 10 1.92 6250 12000
505A 625 6 1.92 3750 7200
506A 625 14 1.92 8750 16800
507A 625 11 1.92 6875 13200
508A 625 14 1.92 8750 16800
494C 625 12 1.92 7500 14400
493A 625 16 1.92 10000 19200
492A 625 10 1.92 6250 12000
473F 625 10 1.92 6250 12000
473E 625 16 1.92 10000 19200
473A 625 20 1.92 12500 24000
473B 625 17 1.92 10625 20400
473D 625 7 1.92 4375 8400475A 625 10 1.92 6250 12000
471F 625 7 1.92 4375 8400
470D 625 6 1.92 3750 7200
472B 625 18 1.92 11250 21600
471A 625 11 1.92 6875 13200
470A 625 12 1.92 7500 14400
469A 625 9 1.92 5625 10800
449 625 7 1.92 4375 8400
450A 625 8 1.92 5000 9600
TOTAL 386875 742800
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
61/131
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Perhitungan Cadangan
5.1.1. Metode Penampang Tegak
Untuk perhitungan dengan menggunakan metode penampang tegak,
digunakan rumus 1/3 simpson untuk menghitug luasan dari masing-masing
sayatan, kemudian digunakan rumus rata-rata (mean area formula) untuk
menghitung volume.
Penggunaan rumus rata-rata dianggap paling sederhana serta cocok untuk
menghitung volume cadangan yang terletak diantara dua penampang dengan luas
penampang 1 (S2) dan luas penampang 2 (S2) serta jarak antar penampang (L).
Pembuatan sayatan sendiri dilakukan dengan menggunakan program
Autocad 2005 dan Quicksurf 2005. pada perhitungan cadangan ini dibuat 14
sayatan sesuai dengan pola pemboran dengan jarak antar sayatan 100 m dan 50
m. Sayatn-sayatan tersebut dibagi dalam 13 blok daerah penambangan. Cadangan
dihitung tiap-tiap blok (tabel 4.2).
Hasil perhitungan cadangan nikel dengan metode penampang tegak
diperoleh jumlah cadangan sebesar 659.955,8515 WMT.
5.1.2. Metode Daerah Pengaruh
Untuk perhitungan cadangan menggunakan daerah pengaruh, dibuat
luasan membentuk segi empat sama sisi dengan luasan 25 25. Kemudian
dihitung volume dengan mengalikan ketebalan dengan luasan tiap daerah
pengaruh. Bentuk luasan daerah pengaruh dibuat dengan menggunakan surfer 8,
dan lubang bor sendiri berjumlah 58 titik bor.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
62/131
5.2. Kesalahan Perhitungan
Hasil perhitunga yang didapat dari kedua metode ini memiliki selisih
perbedaan besar cadangan. Jumlah cadangan nikel yang didapat mempunyai
jumlah selisih sebesar 82.844,15 WMT. Dari perhitungan kedua metode tersebut
didapatkan persen kesalahan sebesar 13 %. nilai ini didapat dengan rumus
dibawah ini :
= 13%.
Persen kesalahan tersebut menunjukan bahwa kesalahan perhitungan
cadangan yang dilakukan relatif rendah. ini didasarkan pada klasifikasi cadangan
menurut Mc. Kelvey dengan toleransi tingkat kesalahan perhitungan untuk
cadangan terukur yaitu 20%.
Terdapatnya perbedaan jumlah dari perhitungan cadangan dengan dua
metode tersebut dari kedua bentuk metode menunjukan perbedaan perhitungan.
Faktor kesalahan lainnya adalah tingkat ketelitian dari program Autocad,
Quicksurf dan Surfer dalam menentukan luas daerahnya.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
63/131
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan-perhitungan yang dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut
a. Besarnya cadangan nikel dihitung dengan merode penampang tegaksebesar 659.955,8515 WMT, dan untuk metode daerah pengaruh
sebesar 742.800 WMT.
b. Persen kesalahan perhitungan cadangan adalah sebesar 13%.
6.2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil perhitungan cadangan
nikel menggunakan metode penampang tegak dan metode daerah pengaruh yaitu :
a. Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan.Kelebihannya yaitu : sederhana, murah dan dapat diterapkan secara umum,
sedangkan kekurangan dari kedua metode tersebut adalah dalam
menghitung luasan menggunakan Autocad, quicksurf dan surfer
diperlukan ketelitian dalam penggambaran.
b. Perbedaan hasil perhitungan diharapkan dapat saling melengkapi.c. Dalam kegiatan lebih lanjut (penambangan) sebaiknya menggunakan
perkiraan jumlah cadangan dengan jumlah nilai cadangan yang kecil.
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
64/131
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Rauf, Perhitungan Cadangan Endapan Mineral, Modul Kuliah,Jurusan Teknik Pertambangan, UPN Veteran Yogyakarta, 1998
2. Abraham Beda, Rancangan Teknis Sistem Penyaliran di Bukit TBLTambang Tengah PT. ANTAM UBPN Pomalaa, Tugas Akhir,
Program Studi Teknik Pertambangan, STTNAS Yogyakarta, 2008
3. Agus Haris, Metode Perhitungan Cadangan, Modul Responsi, Dep TeknikPertambangan, ITB, Bandung, 2005
4. Hasanudin dkk, Arsip PT. ANTAM Tbk UBPN POMALAA, 19925. J.E. Gill, R.A. Blais, V.A. Haw. Ore Reserve Estimation and Grade
Control, The Canadian Institute Of Mining and Metalurgy, 1968
6. Nurhakim, Teknik Eksplorasi, Bahan Kuliah, Prodi TeknikPertambangan, UNLAM, Banjarbaru, 2006
7. Partanto Prodjosumarto, Pengantar Teknologi Mineral, Diktat Kuliah,ITB, Bandung, 1996
8. -----, Kajian Nikel, Dep Energi dan Sumber Daya Mineral, 19859. -----, Teknologi Pertambangan Indonesia, PPTM, Bandung, 1994
LMPIRAN A
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
65/131
LMPIRAN A
DATA CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN
Tabel A.1 Tabel data cura hujan dan hari hujan
Bulan
T A HU N
2002 2003 2004 2005 2006 2007
C. H Hari C. H Hari C. H Hari C. H Hari C.H Hari C. Hujan Hari(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Januari 33.41 13 6.55 4 9.2 9 40.6 14 22.4 10 23.6 10
Februari 5.46 8 0 0 24.2 18 7.6 4 9,32 7.5 172.3 13
Maret 23.62 12 10.65 7 40.5 8 34.7 10 27.37 9.25 323.25 16
April 40.2 14 18.41 19 27.9 14 15.5 7 25.5 13.5 251.05 18
Mei 37.68 7 27.74 15 14.8 5 19.7 7 24.98 8.5 404.65 23
Juni 9.24 7 11.91 12 0 0 24.3 3 11.36 5.5144.8 16
Juli 0.71 1 15.54 11 0.97 1 13.5 4 7.68 1.5 264.05 24
Agustus 0 0 7.67 8 0 0 1.6 1 2.32 2.25 63 9
September 16.21 1 2.96 2 0 0 0 0 4.79 5.75 35.95 5
Oktober 1.64 1 16.76 7 0.8 2 44.5 13 15.93 7 116.8 5
November 10.81 4 25.5 10 2.5 8 10.6 6 12.35 7 78.3 9
Desember 42.74 9 30.3 20 56.17 13 32.6 10 40.45 13 97.55 19
221.72 77 173.99 115 177.04 78 245.2 79 172.73 90.75 1975.3 167
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
66/131
LAMPIRAN B
DATA ANALISA TITIK BOR DAN KADAR
Tabel B.1 Data analisa titik bor dan kadar
TITIK
BOR
KOORDINAT
TEBAL
NILAI KADAR (%)RATARATA
KETEBALAN(m)
KADAR
RATA
RATA Ni(%)
EASCO NORCO ELEVASI Ni CO Fe SiO2 CaO MgO
651A 2087,5 1625 228,15 1 2,00 0,04 15,78 40,58 1,87 40,58 10 1,31
2087,5 1625 228,15 2 2,08 0,04 15,36 39,58 1,74 16,48
2087,5 1625 228,15 3 1,45 0,03 12,08 44,65 2,13 19,65
2087,5 1625 228,15 4 1,72 0,03 13,95 46,04 1,82 18,29
2087,5 1625 228,15 5 0,56 0,02 7,76 43,41 1,37 26,51
2087,5
1625 228,156
1,47 0,03 13,39 47,12 1,80 18,78
2087,5 1625 228,15 7 1,12 0,03 11,61 46,71 1,82 20,20
2087,5 1625 228,15 8 0,89 0,02 8,89 42,32 1,78 26,52
2087,5 1625 228,15 9 0,84 0,03 10,71 45,46 1,47 23,31
2087,5 1625 228,15 10 0,67 0,06 21,58 37,89 0,82 9,10
650A 2112,5 1625 220,05 1 0,71 0,05 21,29 41,90 0,89 9,06 12 0,75
2112,5 1625 220,05 2 0,60 0,06 18,79 48,25 0,78 8,23
2112,5 1625 220,05 3 0,79 0,07 20,92 43,47 0,82 9,27
2112,51625 220,05 4 0,98 0,08 26,51 35,22 0,86 9,35
2112,5 1625 220,05 5 0,92 0,08 24,99 35,37 0,98 10,00
2112,5 1625 220,05 6 0,88 0,05 15,63 52,15 0,88 10,10
2112,5 1625 220,05 7 0,73 0,05 18,16 45,27 0,86 9,82
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
67/131
2112,5 1625 220,05 8 0,57 0,05 16,48 51,83 0,77 7,64
2112,5 1625 220,05 9 0,48 0,06 22,12 37,74 0,87 11,18
2112,5 1625 220,05 10 1,33 0,03 11,51 43,39 1,79 19,64
2112,5 1625 220,05 11 0,55 0,04 15,00 51,14 0,82 9,80
2112,5 1625 220,05 12 0,69 0,04 15,16 52,61 0,82 9,80
649A 2137,5 1625 210,39 1 0,82 0,07 31,10 24,73 0,86 7,62 12 0,99
2137,5
1625 210,392
0,84 0,07 31,71 24,86 0,86 8,702137,5 1625 210,39 3 0,83 0,07 32,51 24,13 0,80 9,41
2137,5 1625 210,39 4 0,90 1,10 37,17 15,87 0,74 6,63
2137,5 1625 210,39 5 1,12 0,08 29,85 22,82 1,23 9,91
2137,5 1625 210,39 6 1,45 0,02 8,52 40,94 1,30 25,98
2137,5 1625 210,39 7 1,08 0,04 13,89 38,62 0,69 29,20
2137,5 1625 210,39 8 1,06 0,04 15,06 41,78 1,69 18,27
2137,5 1625 210,39 9 0,94 0,04 14,86 49,09 1,56 4,60
2137,51625 210,39 10 0,11 0,02 5,65 68,53 1,11 17,34
2137,5 1625 210,39 11 1,00 0,03 12,60 52,85 1,40 15,11
2137,5 1625 210,39 12 1,77 0,08 29,91 24,64 1,07 10,06
648B 2187.5 1625 209.18 1 1,24 0,10 21,64 42,98 0,99 11,44 5 1,12
2187.5 1625 209.18 2 1,15 0,03 9,50 42,29 1,41 28,71
2187.5 1625 209.18 3 1,13 0,03 10,19 39,46 1,25 28,92
2187.5 1625 209.18 4 1,36 0,03 9,12 42,15 1,43 19,76
2187.51625 209.18 5 0,75 0,03 5,96 39,99 1,40 21,68
641A 2087.5 1600 230.15 1 0,77 0,06 16,64 49,34 0,78 8,95 10 1,34
2087.5 1600 230.15 2 1,79 0,06 17,70 38,39 1,08 14,55
2087.5 1600 230.15 3 1,95 0,04 15,67 43,16 1,34 16,00
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
68/131
2087.5 1600 230.15 4 1,89 0,03 12,61 47,43 1,21 18,59
2087.5 1600 230.15 5 1,76 0,03 9,31 48,54 1,16 22,22
2087.5 1600 230.15 6 1,69 0,03 9,91 49,27 1,19 21,55
2087.5 1600 230.15 7 1,26 0,02 8,86 47,26 1,58 23,68
2087.5 1600 230.15 8 0,86 0,03 9,87 45,78 1,22 25,66
2087.5 1600 230.15 9 0,84 0,02 9,37 50,49 1,47 23,27
2087.5
1600 230.1510
0,61 0,02 6,39 44,29 1,44 33,09
641B 2112.5 1600 220.48 1 0,60 0,05 17,71 52,11 0,73 8,46 15 1,50
2112.5 1600 220.48 2 0,75 0,06 19,99 44,30 0,72 9,06
2112.5 1600 220.48 3 0,83 0,06 19,82 39,98 0,74 10,52
2112.5 1600 220.48 4 1,17 0,07 23,97 34,26 0,79 9,50
2112.5 1600 220.48 5 0,97 0,06 22,69 38,65 0,74 8,36
2112.5 1600 220.48 6 0,96 0,05 19,01 44,17 0,78 10,32
2112.5 1600 220.48 7 0,66 0,04 13,60 56,81 0,73 9,24
2112.51600 220.48 8 2,84 0,04 76,29 39,43 1,17 15,45
2112.5 1600 220.48 9 2,29 0,02 7,31 51,88 1,05 22,65
2112.5 1600 220.48 10 2,32 0,03 12,55 53,51 0,97 16,51
2112.5 1600 220.48 11 2,62 0,02 8,73 54,10 0,87 20,20
2112.5 1600 220.48 12 2,00 0,03 10,27 55,91 0,86 25,35
2112.5 1600 220.48 13 1,76 0,03 10,14 62,00 0,84 24,96
2112.5 1600 220.48 14 1,42 0,02 6,40 62,10 0,89 26,27
2112.51600 220.48 15 1,43 0,02 6,23 56,13 0,88 25,52
642 A 2137.5 1600 211.68 1 0,90 0,06 16,64 49,34 0,78 8,95 7 0,82
2137.5 1600 211.68 2 0,86 0,06 17,70 38,39 1,08 14,55
2137.5 1600 211.68 3 0,39 0,04 15,67 43,16 1,34 16,00
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
69/131
2137.5 1600 211.68 4 0,78 0,03 12,61 47,43 1,21 18,59
2137.5 1600 211.68 5 1,29 0,03 9,31 48,54 1,16 22,22
2137.5 1600 211.68 6 1,22 0,03 9,91 49,27 1,19 21,55
2137.5 1600 211.68 7 0,36 0,02 8,86 47,26 1,58 23,68
643A 2162.5 1600 222.33 1 0,57 0,05 18,35 17,29 1,00 7,17 7 1,16
2162.5 1600 222.33 2 1,41 0,03 10,11 43,54 1,49 23,16
2162.5
1600 222.333
1,18 0,07 25,65 30,67 1,19 11,85
2162.5 1600 222.33 4 1,24 0,02 80,52 40,52 0,87 29,57
2162.5 1600 222.33 5 1,14 0,03 11,13 43,10 1,16 27,55
2162.5 1600 222.33 6 1,42 0,03 9,33 44,24 0,78 30,98
2162.5 1600 222.33 7 0,56 0,02 5,97 43,28 0,73 36,82
645A 2187.5 1600 219.37 1 1,30 0,06 30,64 27,94 1,03 11,75 10 1,00
2187.5 1600 219.37 2 1,38 0,10 25,41 35,49 0,98 11,29
2187.5 1600 219.37 3 1,23 0,06 17,40 41,86 1,98 16,60
2187.51600 219.37 4 1,12 0,03 9,75 51,03 1,90 20,64
2187.5 1600 219.37 5 1,31 0,03 12,04 53,53 1,34 19,83
2187.5 1600 219.37 6 1,28 0,03 11,21 50,30 1,47 21,90
2187.5 1600 219.37 7 0,75 0,03 5,63 45,22 1,21 31,68
2187.5 1600 219.37 8 0,44 0,02 3,82 43,14 0,99 33,51
2187.5 1600 219.37 9 0,50 0,03 8,28 41,07 1,01 28,13
2187.5 1600 219.37 10 0,76 0,03 7,75 43,44 1,01 29,08
645B 2112.51600 218.21 1 2,36 0,07 15,09 40,66 0,97 18,48 7 2,03
2112.5 1600 218.21 2 2,80 0,04 11,75 41,93 1,01 21,24
2112.5 1600 218.21 3 2,46 0,07 25,86 29,18 0,92 14,46
2112.5 1600 218.21 4 2,65 0,08 23,71 30,98 1,02 15,45
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
70/131
2112.5 1600 218.21 5 2,11 0,03 7,24 43,04 0,94 28,14
2112.5 1600 218.21 6 1,28 0,03 4,99 42,27 1,16 30,68
2112.5 1600 218.21 7 0,58 0,03 6,02 40,75 1,15 31,19
619A 2087.5 1575 225.35 1 0,85 0,13 16,34 50,58 0,79 8,44
2087.5 1575 225.35 2 0,63 0,06 16,90 54,31 0,73 6,28
2087.5 1575 225.35 3 1,31 0,07 23,11 37,49 0,77 6,59
2087.5 1575 225.35 4 1,44 0,06 15,05 53,86 0,83 7,75
2087.5 1575 225.35 5 1,74 0,05 10,69 62,90 0,66 4,86
2087.5 1575 225.35 6 2,02 0,06 17,17 55,48 0,77 5,86
2087.5 1575 225.35 7 1,90 0,09 11,60 46,13 1,20 25,88
2087.5 1575 225.35 8 2,18 0,04 8,22 57,14 1,01 18,67
2087.5 1575 225.35 9 1,52 0,03 10,90 52,61 0,92 18,13
2087.5 1575 225.35 10 1,07 0,03 6,62 57,89 0,87 18,05
2087.5 1575 225.35 11 1,34 0,04 18,58 32,98 1,19 18,45
617A 2137.51575 216.26 1 1,52 0,06 22,72 36,38 0,94 11,88 9 0,87
2137.5 1575 216.26 2 0,94 0,05 16,58 49,01 0,99 15,08
2137.5 1575 216.26 3 1,19 0,03 9,49 49,70 1,33 20,64
2137.5 1575 216.26 4 0,75 0,03 9,30 59,88 1,21 15,59
2137.5 1575 216.26 5 0,65 0,03 9,21 54,20 0,98 21,54
2137.5 1575 216.26 6 1,09 0,04 12,44 41,73 2,59 21,26
2137.5 1575 216.26 7 0,49 0,03 8,86 57,72 1,11 17,56
2137.51575 216.26 8 0,52 0,03 9,78 59,62 1,03 17,74
2137.5 1575 216.26 9 0,72 0,03 10,20 52,21 1,02 22,16
617B 2162.5 1575 219.94 1 1,16 0,07 26,16 31,42 1,38 12,58 9 1,32
2162.5 1575 219.94 2 1,60 0,04 14,24 40,33 2,09 22,73
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
71/131
2162.5 1575 219.94 3 1,14 0,06 21,68 28,88 0,74 19,19
2162.5 1575 219.94 4 1,43 0,03 10,96 47,52 1,66 24,39
2162.5 1575 219.94 5 1,31 0,02 8,19 48,54 1,71 25,53
2162.5 1575 219.94 6 1,65 0,03 10,31 46,31 1,16 25,20
2162.5 1575 219.94 7 1,81 0,02 8,22 44,56 1,18 28,32
2162.5 1575 219.94 8 1,23 0,03 9.88 44.3 1.5 27.2
2162.5 1575 219.94 9 0.63 0.02 5.81 44.8 2.2 32.3
615A 2187.5 1575 224.31 1 1,47 0,07 26,94 34,40 0,97 13,79 10 1,37
2187.5 1575 224.31 2 1,46 0,07 24,51 37,01 0,96 13,79
2187.5 1575 224.31 3 1,55 0,04 18,82 44,68 0,96 19,37
2187.5 1575 224.31 4 1,36 0,02 8,61 51,37 1,27 25,90
2187.5 1575 224.31 5 1,78 0,02 8,14 51,63 1,34 25,50
2187.5 1575 224.31 6 1,75 0,02 4,93 55,40 1,30 25,59
2187.5 1575 224.31 7 1,15 0,03 12,30 51,00 1,34 23,76
2187.51575 224.31 8 1,15 0,03 12,29 53,85 1,27 22,02
2187.5 1575 224.31 9 1,11 0,02 10,70 53,98 1,40 23,36
2187.5 1575 224.31 10 1,01 0,03 10,90 53,72 1,63 20,82
612A 2162.5 1575 200.04 1 2,11 0,03 12,52 45,31 1,59 19,60 5 1,46
2162.5 1575 200.04 2 0,87 0,02 5,46 47,70 1,74 28,33
2162.5 1575 200.04 3 1,59 0,03 9,89 46,90 1,76 21,74
2162.5 1575 200.04 4 1,53 0,03 10,55 45,56 1,69 22,20
2162.51575 200.04 5 1,23 0,03 10,59 45,74 1,51 21,57
592A 2087.5 1550 217.82 1 0,93 0,06 24,51 23,93 1,41 10,30 18 1,65
2087.5 1550 217.82 2 0,68 0,06 19,26 30,51 1,08 8,78
2087.5 1550 217.82 3 1,32 0,06 22,54 24,25 1,68 13,53
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
72/131
2087.5 1550 217.82 4 1,82 0,04 14,04 26,94 1,94 16,76
2087.5 1550 217.82 5 2,48 0,07 23,51 19,44 1,37 13,14
2087.5 1550 217.82 6 2,26 0,02 8,84 29,59 1,79 20,54
2087.5 1550 217.82 7 2,66 0,02 6,23 28,89 1,85 20,39
2087.5 1550 217.82 8 1,61 0,02 7,86 31,18 2,21 17,85
2087.5 1550 217.82 9 1,95 0,02 9,21 26,28 2,23 17,89
2087.5 1550 217.82 10 1,77 0,02 8,37 28,96 2,13 19,66
2087.5 1550 217.82 11 1,12 0,02 7,40 32,57 2,09 15,72
2087.5 1550 217.82 12 1,50 0,02 8,74 30,59 1,88 15,13
2087.5 1550 217.82 13 1,38 0,02 6,98 33,48 1,91 15,39
2087.5 1550 217.82 14 1,31 0,03 9,90 30,24 2,03 14,09
2087.5 1550 217.82 15 1,30 0,02 9,71 27,13 2,10 16,65
2087.5 1550 217.82 16 1,38 0,03 11,67 25,92 2,37 15,86
2087.5 1550 217.82 17 2,06 0,03 10,43 24,39 1,55 17,34
2087.51550 217.82 18 2,25 0,02 6,83 26,47 1,41 19,86
592B 2112.5 1550 215.99 1 0,45 0,13 16,34 50,58 0,79 8,44 9 0,95
2112.5 1550 215.99 2 1,06 0,06 16,90 54,31 0,73 6,28
2112.5 1550 215.99 3 1,12 0,07 23,11 37,49 0,77 6,59
2112.5 1550 215.99 4 0,88 0,06 15,05 53,86 0,83 7,75
2112.5 1550 215.99 5 0,99 0,05 10,69 62,90 0,66 4,86
2112.5 1550 215.99 6 1,02 0,06 17,17 55,48 0,77 5,86
2112.51550 215.99 7 0,63 0,09 11,60 46,13 1,20 25,88
2112.5 1550 215.99 8 0,85 0,04 8,22 57,14 1,01 18,67
2112.5 1550 215.99 9 1,52 0,03 10,90 52,61 0,92 18,13
593 A 2137.5 1550 217.73 1 0,91 0,10 21,82 42,09 0,70 5,19 8 0,95
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
73/131
2137.5 1550 217.73 2 1,01 0,10 13,33 54,75 0,81 15,40
2137.5 1550 217.73 3 1,22 0,03 10,16 50,36 0,97 23,36
2137.5 1550 217.73 4 1,27 0,03 10,62 51,23 1,08 19,51
2137.5 1550 217.73 5 0,91 0,02 7,86 56,83 1,10 19,53
2137.5 1550 217.73 6 1,25 0,03 13,55 49,05 0,97 17,86
2137.5 1550 217.73 7 0,57 0,03 7,23 69,98 1,00 14,44
2137.5 1550 217.73 8 0,51 0,03 11,50 52,98 1,25 20,90
594A 2162.5 1550 225.46 1 0,63 0,04 17,03 54,48 0,85 9,38 14 1,67
2162.5 1550 225.46 2 0,75 0,05 19,04 49,28 0,80 8,75
2162.5 1550 225.46 3 0,73 0,05 13,66 57,84 0,77 9,29
2162.5 1550 225.46 4 0,61 0,03 8,23 71,62 0,93 10,34
2162.5 1550 225.46 5 0,86 0,04 14,75 .54,47 0,89 10,19
2162.5 1550 225.46 6 2,60 0,03 8,71 58,49 1,10 15,20
2162.5 1550 225.46 7 2,52 0,03 10,59 49,59 1,19 17,84
2162.51550 225.46 8 2,50 0,05 19,90 37,94 1,02 16,87
2162.5 1550 225.46 9 2,55 0,03 10,37 46,98 0,91 22,52
2162.5 1550 225.46 10 2,43 0,03 10,83 49,38 1,31 21,48
2162.5 1550 225.46 11 2,07 0,03 11,15 48,20 1,43 21,37
2162.5 1550 225.46 12 1,77 0,04 15,82 48,95 1,19 15,76
2162.5 1550 225.46 13 1,88 0,04 18,01 42,84 1,10 16,63
2162.5 1550 225.46 14 1,52 0,05 21,65 38,63 1,12 14,31
596A 2187.51550 226,20 1 1,31 0,09 27,51 33,74 0,80 11,19 18 2,08
2187.5 1550 226,20 2 1,60 0,06 26,88 31,92 0,81 11,49
2187.5 1550 226,20 3 1,64 0,09 29,05 30,51 0,77 11,95
2187.5 1550 226,20 4 2,26 0,13 35,31 19,97 0,77 11,63
7/16/2019 Zaenal Abbidin Kamarullah
74/131
2187.5 1550 226,20 5 2,26 0,06 13,86 55,41 0,81 14,75
2187.5 1550 226,20 6 2,30 0,04 17,52 43,28 0,84 16,80
2187.5 1550 226,20 7 2,63 0,04 10,26 45,59 1,01 23,15
2187.5 1550 226,20 8 2,48 0,03 10,58 47,84 1,18 21,29
2187.5 1550 226,20 9 1,98 0,03 8,05 52,15 1,30 20,69
2187.5 1550 226,20 10 1,80 0,04 8,44 47,37 1,14 19,10
2187.5 1550 226,20 11 2,37 0,04 12,05 55,76 1,37 14,72
2187.5 1550 226,20 12 1,83 0,04 8,34 52,49 1,23 21,79
2187.5 1550 226,20 13 2,15 0,03 8,98 51,72 0,86 21,40
2187.5 1550 226,20 14 4,26 0,04 7,01 47,74 0,94 22,53
2187.5 1550 226,20 15 1,62 0,03 32,28 26,76 0,89 12,79
2187.5 1550 226,20 16 1,50 0,03 34,15 24,30 0,80 12,34
2187.5 1550 226,20 17 1,56 0,06 31,86 21,41 0,79 15,39
2187.5 1550 226,20 18 1,94 0,03 34,18 21,59 0,81 12,41
596B 2212.51550 221.26 1 1,37 0,10 30,37 22,40 0,88 8,73 7 1,38
2212.5 1550 221.26 2 1,39 0,10 22,99 27,92 0,72 8,92
2212.5 1550 221.26 3 1,05 0,10 22,37 43,17 0,73 9,17
2212.5 1550 221.26 4 1,90 0,04 12,79 49,22 0,93 14,04
2212.5 1550 221.26 5 1,53 0,04 11,59 50,87 0,97 13,22
2212.5 1550 221.26 6 1,10 0,04 20,34 48,10 0,74 11,17
2212.5 1550 221.26 7 1,38 0,06 21,11 43,14 0,83 10,22
597A 2237.51550 211.46 1 1,15 0,07 24,58 36,13 1,00 11,24 8 2,24
2237.5 1550 211.46 2 1,14 0,06 21,10 43,20 0,81 8,82
2237.5 1550 211.46 3 2,64 0,24 13,71 42,33 0,