Agribisnis Budidaya PETERNAKAN BELUT
Disusun Oleh :Wahyu Handono, SP (E2D011127)
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Pengertian AgribisnisAgribisnis pada hakikatnya adalah aktivitas usaha (profit) yang meliputi satu atau
keseluruhan faktor-faktor industri dalam bidang pertanian. Agribisnis mempelajari strategi
memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses
pengolahan, hingga tahap pemasaran. Pengertian Agribisnis menurut Sjarkowi dan Sufri
(2004) adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang
meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun
juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian.
Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, di mana Agri = Agriculture artinya pertanian
dan Bisnis = Business artinya usaha atau kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Jadi,
Agribisnis adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan agro-based
industries (komoditas pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan) yang berorientasi
pasar dengan melakukan proses nilai tambah. Menurut Tjakrawerdaya (1996) Agribisnis
secara umum mengandung pengertian sebagai keseluruhan operasi yang terkait dengan
usaha untuk menghasilkan usaha tani, pengolahan hasil (agro industry), keuangan dan
pemasaran.
Kegiatan usaha agribisnis merupakan (a) kegiatan yang berbasis pada keunggulan
sumberdaya alam (on-farm agribusiness) yang terkait erat dengan penerapan teknologi dan
keunggulan sumberdaya manusia bagi perolehan nilai tambah yang lebih besar (off-farm
agribusiness).
1.2 Agribisnis sebagai Usaha dan Sistem
a. Agribisnis sebagai Usaha
Menurut Griffin dan Ebert (1996) Aktivitas bisnis melalui penyedian barang dan jasa
bertujuan untuk menghasilkan profit atau laba. Suatu perusahaan dikatakan menghasilkan
laba apabila total penerimaan pada suatu periode lebih besar dari total biaya pada periode
yang sama. Agribisnis sebagai bisnis berarti keseluruhan operasi yang mencakup pertanian,
semuanya mengarah pada usaha dan untuk mendapat profit melalui penyedian barang dan
jasa.
b. Agribisnis sebagai Sistem
Agribisnis sebagai Sistem adalah merupakan seperangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Secara konsepsional Sistem Agribisnis
adalah semua aktivitas mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai
kepada pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani dan agroindustri yang
saling terkait satu sama lain. Sistem Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari
beberapa subsistem, yaitu :
a. Subsistem Hulu
Adalah industri yang menghasilkan barang-barang sebagai modal bagi kegiatan
pertanian. Contoh: Industri pembibitan tumbuhan dan hewan, Industri agrokimia (pupuk
dan pestisida), Industri agro otomotif (mesin dan peralatan pertanian) seta industri
pendukungnya.
b. Subsistem Usaha Tani
Adalah kegiatan yang menggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam
untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Contoh : Usaha tanaman pangan dan
holtikultura, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan.
c. Subsistem Pengolahan
Adalah kegiatan nilai tambah yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi
produk olahan berupa produk antara dan produk akhir. Contoh: Produk makanan dan
minuman, Industri serat alam, Industri biofarma dan Industri agro-wisata.
d. Subsistem Pemasaran
Adalah kegiatan untuk memperlancar pemasaran komoditas pertanian baik segar
maupun olahan untuk nasional dan ekspor ke luar negeri. Contoh : Distribusi, Konsumsi,
Promosi, Informasi pasar
e. Subsistem Jasa Pendukung
Adalah menyediakan jasa bagi subsistem agribisnis hulu, subsistem usaha tani dan
subsistem agribisnis hilir. Contoh : Penelitian, Perkreditan dan Transportasi.
1.3 Lingkup Kegiatan Agribisnis
1) Pertanian
Pertanian dalam arti luas adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta
produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan
hewan. Pemanfaatan sumber daya ini terutama berarti budi daya (cultivation, atau untuk
ternak: raising). Sedangkan pertanian dalam arti sempit adalah proses menghasilkan bahan
makanan.
Pertanian terbagi atas 2 hal, yaitu :
a. Pertanian Lahan Basah atau Sawah
Merupakan usaha tani yang dilaksanakan pada hamparan yang sangat membutuhkan
perairan. Perairan sawah biasanya dilakukan untuk komoditi padi,jagung dan kacang-
kacang.
b. Perairan Lahan Kering atau Ladang
Adalah pertanian yang tidak membutuhkan pengairan. Komoditas ini biasanya berupa
palawija, umbi-umbian dan holtikultura.
2) Perkebunan
Merupakan usaha tani di lahan kering yang ditanami dengan tanaman industri yang
laku di pasar, seperti : karet, kelapa sawit, tebu, cengkeh , dan lain-lain.
3) Peternakan
Merupakan usaha tani yang dilakukan dengan membudidayakan ternak (ayam, itik,
kambing, sapi, kerbau, kuda dan lain-lain)
4) Perikanan
Perikanan adalah semua kegiatan yang terorganisir berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan. Perikanan tangkap dapat dibedakan menjadi perikanan perairan
(sungai dan danau) dan perikanan air laut. Perikanan budidaya, dapat dibedakan dalam
perikanan kolam, perikanan rawa, perikanan empang dan perikanan tambak.
5) Kehutanan
Adalah kegiatan pertanian yang dilakukan untuk mempoduksi atau memamfaatkan
hasil hutan,baik yang tumbuh atau hidup secara alami maupun yang telah dibudidayakan.
BAB II
BUDIDAYA TERNAK BELUT
2.1 Budidaya Belut
Budidaya belut di indonesia bergaung mulai tahun 1997 ketika krisis moneter melanda
negeri ini, masyarakat kita mulai banyak yang tertarik dengan budidaya belut karena
beranggapan bahwa bisnis budidaya belut ini sangat menguntungkan, pada
perkembangannya, maka bermunculan peternak belut yang lahir dari seminar dan pelatihan
yang diadakan. Tetapi kebanyakan para peternak belut banyak sekali yang gagal. Dari
masalah media, pakan, benih dan bahkan informasi cara-cara budidaya yang didapatnya itu
menjadi factor utama kegagalan tersebut.
Hingga saat ini pemain belut yang sukses masih bisa dihitung dengan jari mereka yang
masih tetap eksis bertahan adalah sebagai petani pemijahan belut, supplier belut, pengepul
dan pengrajin belut olahan. Untuk petani pembesaran jarang sekali mereka yang bisa
bertahan lama, biasanya karena disebabkan factor kegagalan hingga menyerah tidak mau
melangkah lagi dalam bisnis budidaya belut. Budidaya belut memang fenomenal seiring
perkembangan informasi dan teknologi masyarakat sudah mulai kritis dan dewasa
menyikapi penomena ini. Banyak peternak belut yang merugi biasanya mereka memulai
budidaya belut dengan pembesaran, padahal secara analisa usaha pembesaran kurang
menguntungkan dari segi bisnis. Kecuali pembesaran yang bisa berhasil dengan peningkatan
angka minimal diatas 2 x lipat selama jenjang waktu 4 bulan. Ini terjadi karena kost pakan
terlalu besar nilainya sehingga tidak bisa menutupi penjualan hasil panen.
Untuk menutupinya maka diwajibkan untuk ternak pakan belut. Ternak pakan yang
paling mudah adalah cacing ini menjadi salah satu pilihan budidaya belut yang disarankan,
dengan system integrasi ini mempunyai keuntungan ganda selain menutupi kost pengeluran
pakan buat budidaya belut yang terlalu mahal dapat menjadi sumber penghasilan
sampingan juga dengan menjual pakannya itu.
2.2 Belut
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat
memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan
anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan
di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga
saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor. Sentra
Peternakan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan
Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan
di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut
tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
Jenis Klasifikasi belut adalah sebagai berikut :
Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut.
Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.
2.2 Manfaat Belut
Manfaat dari budidaya belut adalah:
1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Sebagai obat penambah darah.
2.3 Persyaratan Lokasi Budidaya Ternak Belut
1. Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang
spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah
sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada
batasan yang spesifik.
2. Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah
dasar kolam tidak beracun. Air yang kurang layak/tidak bagus untuk budidaya belut
di air bersih air PDAM karena banyak mengandung zat-zat kimia (kaporit), air yang
langsung diambil dari sumur bur karena sangat minim kandungan oksigennya dan air
limbah
3. Suhu udara/temperatur optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar 25-31 0C.
4. Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan oksigen
terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk
perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup
di air yang keruh.
5. Kolam budidaya harus ada sirkulasi air walau dengan debit yang sangat kecil (ada
yang masuk dan ada yang keluar). Dengan adanya aliran air kedalam kolam budidaya
maka akan menambah kandungan oksigen didalamnya sehingga sangat berpengaruh
dalam untuk perkembangan serta pertumbuhan belut serta tidak terlalu repot untuk
penggatian air. Jika kolam budidaya belut tidak ada sirkulasi air dan pembuangan, air
akan cepat kotor/keruh kecoklatan, maka kita harus sering mengganti air paling tidak
selama 2 atau 3 hari sekali.
2.4 Pedoman Teknis Budidaya Ternak Belut
A. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain:
kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2
cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut
konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2
bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20
cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran
30-40 cm.
2. Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh
ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3. Kolam belut bisa berupa terpal, Seng, drum yang tidak digunakan atau kolam
permanen dan lain-lain.
4. Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak
tidak perlu diplester.
5. Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran
belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5
cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama
(ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap
kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut
pemanenan kelak berukuran 30-50 cm.
6. Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat
penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
7. Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam
padi, gedebok pisak dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk
lapisan pertama diberi gedobok pisang dan sekam padi setebal 10 cm, diatasnya
ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan
ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan
organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam
kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik+ air). Dengan
demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan
beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut
diluncurkan ke dalam kolam. Setelah satu bulan di taruh di kolam mediasi itu
kemudian bulan keduanya Lumpur dikurangi tiap hari sampai habis, belut tidak kaget
serta jadi terbiasa hidup di air jernih.
B. Penyiapan Bibit
1) Ciri-ciri bibit
1. Pilih bibit belut yang berukuran “fiberling” yaitu seukuran batang rokok/pena,
seragam waktu pengiriman jangan terlalu lama maksimal 1 jam mengurangi
stressing.
2. Pilih belut yang berwarna cokelat kekuningan (oranye) berdada kuning, atau
kecoklatan bening dan bertutul hitam. Apabila dipegang/ diangkat tidak melengkung
lemas.
3. Ditempat penampungan kepala tidak mendongok ke atas dan tenang tetapi bergerak
aktif posisi tetap dibawah dan dalam air. Kalau mau mengambil nafas mereka
menjulurkan hidungnya keluar air langsung kembali ke dalam air dengan cepat.
Warna disekitar insang cerah. Posisi perutnya masih dibawah jangan memilih belut
yang sudah terlentang dipastikan tidak lama akan mati. Tidak luka atau cacat karena
terkena penjepit/ pancing atau alat waktu menangkap.
4. Pilihlah bibit belut yang dapat besar yakni berwarna kekuning-kuningan, coklat cerah
bening, ada toto-totol hitam samar-samar, coklat agak kehijauan disekujur
tubuhnya, kepala jendol dan dipunggug bagian ekor bergaris berwarna kuning cerah
ada batikan/ motif terlihat jelas dibagian ekor. Bagian kepala ada corat coret
berwarna kuning terlihat jelas, bibit yang punggungnya berwarna coklat kehitaman
tetapi berdada kuning.
2) Menyiapkan Bibit
1. Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm.
Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya
selama 2 bulan.
2. Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh dari
sarang-sarang bibit yang ada di alam.
3. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya belut
yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ±
40 cm.
4. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan
dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira
berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur
5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut
segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit.
Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam
pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut
berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam
belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
5. Cara mebedakan belut jantan dan betina
3) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama
1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang
hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
C. Pemeliharaan dan Pembesaran
1) Pemupukan
Jerami atau gedebok pisang yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran
yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
2) Pemberian Pakan
Pemberian pakan pokok yang disarankan dalam jumlah minimal perhari adalah :
Bulan pertama cacing merah dengan yuyu,
Bulan kedua dipakani cacing merah, cacahan keong, cacahan anak katak, cacahan
ikan, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
Bulan ke tiga diberi pakan keong separo dan anak katak,
Pada bulan ke empat sampai panen keong utuh dan anak katak utuh. Penggantian air
rutin pada saat pemberian pakan yuyu, selama pemberian pakan keong pergantian
air dilakukan seminggu sekali kita tetap menjaga air tetap jernih jangan sampai keruh
karena pembusukan pakan.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada
gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
D. Hama dan Penyakit
1. Hama
Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu
kehidupan belut.
Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain:
berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus.
Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya
katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
2. Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat
rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
E. Panen
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/
panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan
antara lain : bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan
pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.
2.5 Pascapanen
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan
pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh
konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.
2.6 Analisis Ekonomi Budidaya Belut
Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun
1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi
a. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,-Rp. 28.000,
b. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,-Rp. 225.000,
c. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,
d. Lain-lain Rp. 30.000,-
e. Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,
2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,-Rp. 750.000,
3) Keuntungan Rp. 422.000,
4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28
2.7 Gambaran Peluang Agribisnis
Di restoran dan hotel bintang lima di Singapura, Hongkong dan Tokyo, belut
merupakan hidangan istimewa. Biasanya petugas restoran atau hotel itu sampai perlu
mengumumkan bahwa hari itu ada hidangan dari belut. Biasanya belut itu sudah disajikan
dalam potongan sepanjang 5 cm. sementara diameternya 2,5 cm. Menu yang yang paling
favorit adalah belut asap yang kemudian dimasak dengan berbagai bumbu dan kuah.
Di kawasan pantura Jawa, para nelayan juga biasa menjajakan belut asap masih dalam
keadaan utuh maupun sudah berupa potongan. Masyarakat Jawa biasanya akan memasak
belut ini dengan bumbu pedas. Mereka biasa menyebut bumbu semacam ini sebagai sambal
goreng. Bumbunya antara lain cabai merah, bawang merah, bawang putih, lengkuas, daun
salam, garam, gula merah, asam jawa dan santan. Rasa belut asap berkuah pedas di
pedesaan Jawa bagian utara ini juga sangat lezat. Kalau belut yang dijajakan di Pantura Jawa
ini memang benar-benar belut, tetapi belut laut.
Budidaya belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai
prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin
meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya
yang memuaskan dan diminati konsumen.
Dari bibit satu kintal bisa menghasilkan 1 ton belut panen. Modal 25juta dalam empat
bulan dapat menghasilkan uang 60jutaan keuntungan bersih setelah dikurangi beban bisa
mencapai 20juta, jumlah angka yang menggiurkan. Bibit belut ukuran 10-20cm : Rp
35.000/kg isi 90-100 ekor; Rp 40.000/kg isi 100-125 ekor dan Rp 45.000/kg isi 125-200 ekor.
(Sumber http://infopekalongan.com/content/view/62/1/Sumbangan artikel dari : Harmono
Penggiat Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Ngudi Ajining Tani
Banjarmangu Peternakan Belut Desa Kincang Kec Jiwan Kab Madiun 081803362605)
2.8 URUTAN PERSIAPAN BUDIDAYA BELUT
Dalam budidaya belut pakan mempunyai urutan pertama dalam persiapan, karena
untuk mendapatkan pakan belut tak semudah seperti layaknya budidaya ikan mas atau lele
karena pakannya dapat dibeli di toko-toko. Untuk itu persiapan pakan belut menjadi
kewajiban utama Sebelum persiapan yang lainnya.
1. Persiapan pakan belut
Sebelum mengawali ternak belut kita harus mempersiapkan pakan belutnya terlebih
dahulu, karena kebutuhan pakan dalam budidaya belut cukup besar. Biasanya kebutuhan
pakan belut berbanding lurus dengan hasil panen yang akan dihasilkan.
Perbandingannyaadalah 1 kg bibit belut ukuran100 ekor pakan yang dibutuhkan selama
jenjang waktu 4 bulan adalah 6 kg , itu artinyasetiap bulan kebutuhan pakan belut adalah
1,5 kg atau setiap hari nya kebutuhan pakan sebanyak 0,05 kg setiap hari untuk 1kg belut.
Pakan belut bisa didapatkan dengan mencari di tempat sekitar atau dengan cara
ternak sendiri. Apabila mencari di tempat sekitar maka carilah yang termudah dan termurah
biasanya disetiap daerah akan sangat berbeda. Tetapi jalan terbaik adalah dengan memilih
cara membudidayakan pula pakannya, sehingga diharapkan pasokan pakan akan selalu
cukup dan aman.
2. Macam-macam Pakan Belut
Dibawah ini adalah nama-nama pakan belut diantaranya adalah, cacing, kodok, yuyu,
bekicot, ikan-ikan kecil, belalang, dan lain-lain. Apabila pakan yang akan diberikan adalah
Cacing maka berikan pada kolam yang tepat pada gundukan media yang dibuat sebelumnya
ini untuk memungkinkan cacing berkembang biak.
Kemudian apabila pemberian pakan dengan keong mas / bekicot bisa dilakukan proses
sebagai berikut :
1. Sebelumnya rebus dulu keong mas agar matang, ini berfungsi untuk memudahkan
mengeluarkan daging dari cangkangnya.
2. Kemudian cincang kecil-keci untuk memudahkan dimakan oleh benih belut yang
masih kecil.
3. Buat jamu penambah nafsu makan untuk belut, bisa menggunakan parutan temu
lawak dan kunyit, bila perlu berikan 3 hari sekali atau seminggu sekali.
4. Campurkan parutan temulawak dan kunyit pada pakan keong mas atau bekicot yang
sudah di cincang kecil-kecil
3. Persiapan Kolam
Setelah persiapan pakan baru kemudian kita mempersiapakan kolam untuk budidaya
belut. Sebelumnya tentukan dahulu lokasi untuk pembuatan kolam, pilihlah lokasi kolam
yang teduh tidak terik terkena sinar matahari langsung. Dan usahakan mudah dalam sistem
pengairan.
1. Macam-macam kolam belut
Secara struktur kolam belut dapat dibedakan menjadi dua macam:
a. Kolam permanen
Kolam permanen biasanya terbuat dari semen atau tembok, anda bisa
memanfaatkan kolam bekas budidaya ikan yang tidak produktif. Kolam ini
mempunyai keuntungan tahan lama dan kuat serta suhu air biasanya stabil
menggunakan kolam ini. Sebelum anda investasi awal di kolam permanen ada
baiknya menghitung dahulu untung ruginya serta harus benar-benar mempersiapkan
keilmuan Sumber Daya Manusianya secara matang agar pilihan budidaya belut ini
berhasil dengan baik. Apa lagi apabila berniat terjun besar-besaran secara total di
bisnis ini.
b. Kolam semi permanen
Apabila anda berencana untuk mencoba – coba dulu untuk budidaya belut ini, kolam
semi permanen bisa menjadi pilihan, biasanya kolam semi permanen ini dapat
menggunakan kolam plastik, kolam terpal, kolam jaring, kolam drum / kolam tong,
kolam fiber dan lain-lain.
Kolam ini selain murah juga cukup efisien digunakan di halaman yang tidak terlalu
luas walaupun mempunyai resiko sangat rentan dengan kebocoran tetapi dengan
perlakuan hati-hati kolam ini bisa awet dan tahan lama.
2. Jenis-jenis kolam belut
Menurut jenisnya kolam budidaya belut terbagi atas 3 (tiga) bagian diantaranya
adalah :
Kolam untuk pemijahan/pendederan
Ukuran kolam pemijahan bisa disesuaikan menurut pilihan.
Apabila anda memilih untuk memijahkan belut sepasang, bisa dengan jumlah belut
indukan 3 (tiga) ekor, yaitu 1(satu) ekor pejantan dan 2(dua) ekor betina
menggunakan kolam ukuran : (P)1 m x (T) 0,8 m x (L) 1 m.
Tetapi apabila pilihannya pemijahan secara masal bisa menggunakan kolam sesuai
ukuran belut indukan yang akan ditebar, idealnya kolam pemijahan 1 : 1 sama
dengan kolam untuk pembesaran, yaitu 1 (satu) m luas kolam bisa diisi dengan belut
indukan 1 (satu) pasang. Dalam kolam pemijahan masal, 1 (satu) pasang belut
indukan bisa ditambahkan belut betinanya menjadi 3-4 ekor. Ini dilakukan agar
dapat mempercepat proses perkawinan dan supaya bisa memperbanyak telur yang
akan dihasilkan nantinya.
Kolam untuk pembesaran
Kolam pembesaran terbagi menjadi 2 (dua) tahapan,
pada tahap pertama kolam pembesaran dimaksudkan untuk pemeliharaan belut
ukuran 5-8 cm, lama pemeliharaan 3 bulan hingga menghasilkan belut ukuran 15 –
20 cm.
tahap berikutnya kolam pembesaran untuk belut ukuran 15 – 20 cm pemeliharaan
selama 3 bulan untuk menghasilkan belut ukuran 30 – 40 cm.
Untuk 1 (satu) tahap sekaligus pemeliharaan bisa dilakukan langsung dari belut
ukuran 5-8 cm sampai menghasilkan belut ukuran 30 – 40 cm selama jenjang waktu
6 (enam) bulan, yang masa panennya di lakukan 2 bulan sekali untuk mensortir
ukuran belut yang kecil dan besar hal ini dilakukan untuk mengurangi kanibalisme..
Bagi pemula yang ingin mencoba dalam pembesaran belut dapat memulai
pemeliharaan dari belut ukuran 15-20 cm sampai menghasilkan belut ukuran 40-60
cm dalam jenjang waktu 4 bulan (disarankan panen dilakukan 2 kali selama 2 bulan).
Kolam untuk penampungan dan karantina
Kolam penampungan berfungsi sebagai sarana untuk menyimpan belut hasil panen
dan dapat digunakan pula sebagai tempat karantina belut sebelum ditebar kekolam.
Karantina belut mempunyai manfaat yang penting selain untuk menghindari
penularan bibit penyakit juga untuk mengurangi kematian di kolam pemeliharaan,
sehingga diharapkan belut yang ditanam di kolam pembesaran adalah belut yang
benar-benar sehat dan lincah setelah diadakan seleksi di kolam karantina.
Karantina cukup dilakukan maksimal selama sehari semalam dengan menggunakan
air bersih yang mengalir dan sirkulasi, walaupun pada dasarnya belut dapat bertahan
lama di air bersih. Selama karantina belut tetap harus di berikan pakan, ini agar belut
yang lincah tidak menjadi lemes dan yang lemas tidak menjadi mati.
Kapasitas daya tampung kolam yang ideal adalah 1:1 yaitu 1 (satu) m kolam belut
diisi dengan 1 (satu) kg belut, atau dengan rincian sebagai berikut:
Untuk belut ukuran 1 – 5cm mempunyai daya tampung 500 ekor/m
Untuk belut ukuran 5-10cm mempunyai daya tampung 250 ekor/m
Untuk ukuran belut 15-20cm mempunyai daya tampung 50 ekor/m
dari jumlah belut per ekor diatas diasumsikan mempunyai berat 1 kg sesuai ukuran
panjangnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Rohmad. 2012. Diktat Kuliah Dasar Aneka Ternak. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Islam Kediri. Kediri
Sjarkowi,F dan M. Sufri. 2004. Manajemen Agribisnis. Palembang : CV. Baldal Grafiti Press