1
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH
WAKAF MASJID
(Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec.
Gampengrejo Kab. Kediri)
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI)
OLEH : Ni’am Syahbana
(03210094)
JURUSAN AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009
2
2
HALAMAN PENGAJUAN
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH WAKAF MASJID
(Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec.
Gampengrejo Kab. Kediri)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI)
Oleh : Ni’am Syahbana NIM 03210094
Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah
Fakultas Syari’ah
Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing
H. Isroqunnajah, M,Ag NIP 150278262
Mengetahui, Dekan Fakultas Syari’ah
Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag. NIP 150216425
3
3
MOTTO
s9 (#θ ä9$oΨs? §�É9ø9$# 4®Lym (#θ à)Ï�Ζè? $£ϑ ÏΒ šχθ™6 ÏtéB 4 $ tΒ uρ (#θ à)Ï�Ζè? ÏΒ & ó x« ¨β Î* sù ©! $#
ϵÎ/ ÒΟŠ Î=tæ
“ Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu
nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” 1
$ y㕃 r'‾≈tƒ tÏ% ©!$# (# þθãΖ tΒ#u (#θ à)Ï�Ρr& ÏΒ ÏM≈t6 ÍhŠsÛ $ tΒ óΟçFö;|¡ Ÿ2 !$£ϑ ÏΒuρ $oΨ ô_t�÷zr& Νä3s9 zÏiΒ
ÇÚ ö‘ F{$# ( Ÿω uρ (#θßϑ£ϑ u‹ s? y]Š Î7y‚ ø9$# çµ÷ΖÏΒ tβθ à)Ï�Ψè? ΝçGó¡ s9 uρ ϵƒÉ‹Ï{$ t↔ Î/ Hω Î) β r& (#θ àÒ Ïϑøó è?
ϵ‹Ïù 4 (#þθ ßϑ n=ôã$# uρ ¨β r& ©! $# ;Í_xî Ïϑ ym
“ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji. ” 2
1 Soenarjo. Al Qur’an dan Terjemahnya. (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir
Al Qur’an. 1971) QS. Ali Imran; 92 hal:91 2 Ibid. QS. Al- Baqarah; 267 hal: 67
4
4
PERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana karena atas Rahmat,
Taufiq dan hidayahnya, kami dapat menyusun skripsi ini .Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad saw yang memberi petunjuk
jalan yang benar, terhindar dari jalan yang sesat dan gelap.
Bapak dan Ibuku Do’a dan Ridlomu yang selalu mengiringi perjalanan hidupku,
semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan memberikan yang terbaik untukmu
amin.
Kakak-kakakku dan Adik-adikku Semoga Allah selalu melimpahkan Rahmat dan
Hidayah untuk kalian semua, dan selalu berjuanglah atas nama Allah SWT.
Semua Guru-guruku dari sejak aku lahir hingga ajalku tiba kelak, terimakasih
atas keikhlasannya dalam memberikan ilmu, semoga Allah selalu melimpahkan
Rahmat dan Hidayahnya kepadamu.
Abah yai Prof. Dr. Ahmad Mudhor SH. sekeluarga yang diRahmati Allah, semoga
selalu diberikan kesehatan dan kelancaran amin.
Untuk calon istriku dan anak keturunanku semoga Allah selalu melimpahkan
Rahmat dan Hidayahnya kepadamu untuk bekal bertanggung jawab kehadirat
Allah SWT
Saudara-saudaraku dan teman-temanku semuanya semoga Allah SWT selalu
melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya untuk kalian, dalam berjuang mengarungi
perjalanan hidup.
INGAT ”Jangan pernah berhenti dalam berjuang di jalan Allah.”
5
5
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Demi Allah,
Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan,
penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH
WAKAF MASJID
(Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec.
Gampengrejo Kab. Kediri)
benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikasi atau
memindah data milik orang lain. Jika kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada
kesamaan, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagian,
maka skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya secara otomatis batal
demi hukum.
Malang, April 2009 Penulis
Ni’am Syahbana NIM 03210094
6
6
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi saudara Ni’am Syahbana NIM 03210094,
mahasiswa Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah Fakultas Syari’ah Universitas
Islam Negeri Malang. Setelah membaca, mengamati kembali berbagai data yang
ada didalamnya dan mengoreksi, maka skripsi yang bersangkutan dengan judul:
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH
WAKAF MASJID
(Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec.
Gampengrejo Kab. Kediri)
Telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada
majelis penguji skripsi.
Malang, April 2009 Pembimbing
H. Isroqunnajah, M,Ag NIP 150278262
7
7
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
Dewan penguji skripsi saudara Ni’am Syahbana, NIM 03210094, mahasiswa
Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2003, dengan judul:
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH
WAKAF MASJID
(Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec.
Gampengrejo Kab. Kediri)
Telah dinyatakan lulus dengan nilai B (memuaskan)
Dewan penguji:
1. Zaenul Mahmudi,M.A ( ____________________ ) NIP: 150295155 ( Ketua )
2. H.Isroqunnajah,M.Ag ( ____________________ ) NIP: 150278262 ( Sekretaris )
3. Dr.Umi Sumbulah,M.Ag ( ____________________ ) NIP: 150289266 ( Penguji Utama )
Malang, Mei 2009 Dekan,
Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag. NIP 150216425
8
8
KATA PENGANTAR
ÉΟó¡ Î0 «! $# Ç≈ uΗ÷q§�9 $# ÉΟŠÏm§�9 $#
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah berupa skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya sampai hari akhir.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung pembuatan karya ilmiah berupa skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan, terutama kepada:
1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Malang
2. Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN
Malang.
3. H. Isroqunnajah, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
4. Semua Dosen UIN Malang, khususnya Dosen Fakultas Syari’ah yang telah
memberikan ilmu yang insya Allah bermanfaat dan berguna bagi penulis
untuk taggung jawab selanjutnya.
5. Teman-temanku semuanya, terutama yang di Fakultas Syari’ah angkatan
2003, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam proses penulisan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala keterbatsan pengetahuan dan waktu penulis,
sekiranya dengan segala kelebihan dan kekurangan pada skripsi ini, diharapkan
9
9
dapat memberikan sumbangan bagi khazanah ilmu pengetahuan, khususnya bagi
pribadi penulis dan Fakultas Syari’ah Jurusan al-Ahwal al-Syakhsiyah, serta
semua pihak yang memerlukan. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya dan mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca demi
sempurnanya karya ilmiah selanjutnya.
Malang, April 2009
Penulis
10
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................. i
MOTTO ............................................................................................... iii
PERSEMBAHAN ................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... vi
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................ x
ABSTRAK ........................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................... 1
B. Batasan Masalah ........................................................ 6
C. Rumusan Masalah ...................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ....................................................... 8
E. Kegunaan Penelitian .................................................. 9
F. Sistematika Pembahasan ............................................ 9
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu .................................................. 12
B. Sejarah Perkembangan Wakaf .................................... 14
C. Deskripsi Wakaf ........................................................ 18
1. Perspektif Fiqh …………………………….. 18
2. Perspektif Perundang-undangan ………….. 21
11
11
Dasar Hukum Perwakafan .......................................... 22
b. Fungsi dan tujuan wakaf ........................................ 20
c. Rukun dan Syarat Perwakafan ................................ 20
d. Macam-macam Perwakafan ................................... 22
e. Pengertian Wakaf Produktif ................................... 25
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ................................ 28
B. Objek Penelitian ........................................................ 29
C. Sumber Data .............................................................. 29
D. . Metode Pengumpulan Data ........................................ 30
E. Metode Pengolahan Dan Analisis Data ...................... 31
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi ....................................................... 34
B. Hasil Penelitian .......................................................... 35
C. Analisis Data ............................................................. 39
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 54
B. Saran .......................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
12
12
ABSTRAK
Ni’am Syahbana, 2008, PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH WAKAF MASJID (Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri). Skripsi, Jurusan al-Ahwal al-Syakhsiyah, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Pembimbing: H. Isroqunnajah M.Ag
Kata kunci: kewenangan, upaya, pengelolaan, pengembangan, wakaf .
Peran wakaf dalam masyarakat masih banyak yang belum sepenuhnya berjalan tertib dan efisien sehingga dalam berbagai kasus harta wakaf tidak terpelihara sebagai mana mestinya. Keadaan demikian disebabkan diantaranya kelalaian atau ketidakmampuan Nazhir dalam mengelola serta mengembangkan harta wakaf dan belum memahami status benda wakaf yang seharusnya dilindungi untuk kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukan wakaf.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang apa yang melatar belakangi munculnya ide pengembangan harta wakaf serta Bagaimana upaya Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan Tanah Wakaf masjid An-Nikmah Desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah bahan primer dan sekunder yang dihimpun melalui observasi, interview, dokumentasi, kemudian di analisis dengan teknik deskriptif-analisis, content analisis (analisis isi).
Faktor yang melatarbelakangi adanya upaya pengembangan Masjid diantaranya, satu-satunya masjid yang ada di Desa Toyoresmi dan hampir rusak sehingga harus diselamatkan atau dibangun, kemudian adanya bantuan modal untuk kesejahteraan masjid yang di belikan pekarangan untuk perluasan Masjid dan bantuan berupa dua tanah wakaf ladang untuk kesejahteraan masjid. Warga Toyoresmi sendiri juga antusias terhadap pembangunan kembali Masjid, kemudian dimusyawarahkan dengan warga setempat untuk memperbaiki dan membangun Masjid, hasil musyawarah diantaranya, Menetapkan swadaya murni warga setiap panen raya minimal 10 Kg gabah. Hasil pengolahan wakaf ladang untuk kesejahteraan Masjid dan swadaya masuk ke Mal Masjid untuk bisyaroh ustadz, Madrasah, TPA tiap bulannya. Untuk masjid dananya dari kas Masjid kekurangan maka di ambilakan dari tarikan warga sekitar.sebaliknya untuk madrasah dananya dari swadaya murni. Upaya yang dilakukan pengelola diantaranya, membeli tanah wakaf berupa pekarangan untuk memperluas Masjid yang dananya berasal dari urunan warga dan kekurangannya diambilkan dari kas masjid, untuk pengelolaan tanah wakaf ladang yang dikelola oleh nazhir dan hasilnya ditujukan untuk kesejahteraan Masjid dananya dari kas Masjid.
Yang terpenting dalam mengelola harta wakaf adalah memperhatikan akad yang disebutkan oleh wakif, dengan tidak mengesampingkan pendapat para ulama’ serta perundang undangan yang berlaku, dan juga peran masyarakat sekitar, juga nazhir yang mampu memegang amanat sebagaimana seorang nazhir.
13
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia karena
mempunyai arti ganda, yaitu sebagai fungsi sosial dan sebagai modal, tanah
sebagai fungsi sosial serta sarana pengikat kesatuan dikalangan masyarakat
Indonesia untuk hidup dan kehidupan, sedangkan sebagai modal tanah merupakan
faktor modal dalam pembangunan. Sebagai modal tanah telah tumbuh sebagai aset
ekonomi yang sangat berharga. Di satu sisi tanah harus dipergunakan dan
dimanfaatkan sebasar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat, sedangkan disisi lain
tanah juga harus dijaga kelestariannya.
Tanah merupakan salah satu karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi setiap
Bangsa dan Negara, tanah adalah aset berharga yang harus dimiliki setiap manusia
14
14
dalam kehidupan bermasyarakat khususnya di Indonesia, karena kita tahu
mayoritas sumber ekonomi kehidupan rakyatnya masih bercorak Agraris.
Sebagai karunia Tuhan sekaligus sumber daya alam yang setrategis bagi
Bangsa, Negara dan Rakyat, tanah dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencapai
kesejahteraan hidup bangsa Indonesia sehingga perlu campur tangan Negara turut
mengaturnya. Hal ini sesuai amanat sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 ayat
(3) UUD 1945 yang berbunyi:
“Bumi, Air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Sesuai Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum. Dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum, maka salah satunya perlu meningkatkan
peran wakaf sebagai pranata keagamaan yang tidak hanya bertujuan menyediakan
berbagai sarana Ibadah dan social, tetapi juga memiliki kekuatan ekonomi yang
berpotensi, sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan prinsip
Syari’ah.
Tanah wakaf merupakan salah satu aset tetap, bernilai ekonomis dan
abadi, manfaatnya terus menerus sebagai keperluan hidup hingga akhir hayat.
Aset tanah wakaf tersebut seharusnya dapat digunakan untuk mendongkrak
keterpurukan kehidupan social, ekonomi, dan SDM umat sebagai instrumen
meningkatkan kesejahteraan bangsa.
15
15
Masyarakat Islam Mulai sadar kembali akan pentingnya peranan wakaf
pada saat ini, oleh karenanya dari pihak pemerintah maupun masyarakat mulai
merehabilitasi kembali wakaf-wakaf yang sudah ada untuk dikembangkan
menjadi wakaf produktif, artinya tidak hanya menjaga aset wakaf tetapi diganti
menjadi bagaimana aset wakaf bisa bermanfaat lebih untuk kesejahteraan umat.
Al-Qur’an sebagai sumber Hukum Islam utama memberi petunjuk umum
tentang pengelolaan harta, menurut Imam Fakhruddin Al-Razi yang berkaitan
dengan distribusi keuangan dalam Islam, salah satunya adalah wakaf, dalam
rangka mengembangkan harta wakaf secara produktif. Ayat-ayat Al-Qur’an
mengenai pengelolaan harta wakaf diantaranya:
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 267 yang berbunyi :
$ y㕃 r'‾≈tƒ tÏ% ©!$# (# þθãΖ tΒ#u (#θ à)Ï�Ρr& ÏΒ ÏM≈t6 ÍhŠsÛ $ tΒ óΟçFö;|¡ Ÿ2 !$£ϑ ÏΒuρ $oΨ ô_t�÷zr& Νä3s9 zÏiΒ
ÇÚ ö‘ F{$# ( Ÿω uρ (#θßϑ£ϑ u‹ s? y]Š Î7y‚ ø9$# çµ÷ΖÏΒ tβθ à)Ï�Ψè? ΝçGó¡ s9 uρ ϵƒÉ‹Ï{$ t↔ Î/ Hω Î) β r& (#θ àÒ Ïϑøó è?
ϵ‹Ïù 4 (# þθßϑ n=ôã $#uρ ¨βr& ©!$# ;Í_xî Ïϑ ym
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkan lah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu”. “Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu dinafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan kamu akan memicingkan mata padanya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji .” 3
3 Soenarjo, Al Qur’an dan terjemahnya. (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir
Al Qur’an.1971) QS. Al- Baqarah; 267 hal: 67
16
16
Dalam Surat Ali-Imran Ayat 92 juga disebutkan,
s9 (#θ ä9$oΨ s? §�É9ø9 $# 4 ®Lym (#θ à) Ï�Ζè? $£ϑÏΒ šχθ™6 ÏtéB 4 $ tΒuρ (#θ à)Ï�Ζè? ÏΒ &óx« ¨β Î* sù ©!$# ϵÎ/
ÒΟŠ Î= tæ
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebaikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.4
Banyaknya koreksi terhadap cara-cara klasik yang diwariskan dalam
memanajemen dan mengembangkan harta wakaf, serta dengan banyaknya
perkembangan ilmu dan peradaban, telah mendorong sebagian pihak pemerintah
dan masyarakat yang memperhatikan problematika wakaf untuk meninjau ulang
cara-cara manajemen harta wakaf.
Sesuai dengan UU terbaru yakni UU No.41 Tahun 2004 Praktek
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagai pranata keagamaan
yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi perlu dikelola secara efektif dan
efisisen untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
oleh sebab itu diperlukan kerja keras dari semua pihak, pihak yang paling
berwenang dalam hal ini adalah dari pihak KUA sebagai abdi masyarakat.
Dalam upaya pelaksanaan praktek pengelolaan dan pengembangan yang
sesuai tuntutan Syari’ah, biasanya yang menjadi hambatan utama adalah Dalam
hal Manajemen wakaf apabila tidak diperhatikan akan berimbas pada
penyalahgunaan dan penyelewengan dalam perwakafan, hal inilah yang menjadi
4 Soenarjo, Al Qur’an dan terjemahnya. (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir
Al Qur’an.1971) QS. Ali Imran; 92 hal: 91
17
17
salah satu hambatan yang perlu perhatian ekstra dari semua pihak terutama
masyarkat Islam
Pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf di Masjid An-Nikmah yang
berada di Kabupaten Kediri sudah mulai sadar akan pentingnya peran tanah wakaf
yang dimiliki untuk dikembangkan menjadi wakaf yang lebih produktif, hal ini
dapat dilihat dengan adanya tindakan yang dilakukan masyarakat atau warga
sekitar masjid yang berinisiatif untuk mengembangkan aset wakafnya, yaitu
ditandai dengan berdirinya sekolah-sekolah diantaranya TPA, MI, dan beberapa
sarana keagamaan. Pembangunan masjid, sekolah, dan beberapa sarana
keagamaan yang dilakukan warga masjid An-Nikmah cukup pesat, mengingat
pelaksanaannya jauh hari sebelum adanya perundang-undangan yang mengatur
tentang wakaf pada UU No. 41 Tahun 2004.
Wakaf berupa Masjid sebenarnya memainkan peranan penting dalam
membangun semangat kebersamaan, memelihara identitas umat, membantu
masyarakat kurang beruntung dan meningkatkan SDM dengan mendirikan
sekolah-sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Peranan wakaf dalam perkembangan
Islam di Indonesia sebenarnya cukup pesat, karena kebiasaan berwakaf sudah
melembaga sedemikian rupa dikalangan umat Islam Indonesia, walaupun hasilnya
belum maksimal seperti yang diharapkan. Artinya, jumlah harta wakaf khususnya
wakaf tanah belum begitu berpengaruh secara signifikan di masyarakat, kenyataan
ini memerlukan penanganan profesional untuk mengembangkan potensi wakaf
sebagai penunjang dakwah islamiyah.
18
18
Dalam pembukaan UU No.41 Tahun 2004 tentang wakaf telah disebutkan
“Bahwa lembaga wakaf sebagai pranata sosial Keagamaan yang memiliki potensi
dan manfaat ekonomi sehingga perlu untuk dikelola secara efektif dan efisien
untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.” Dalam
pelaksanaannya di tuntut dari pihak yang berwenang dalam mengelola dan
mengembangkan wakaf agar selalu mengkaitkan dengan penentuan kepentingan
kolektif “umum” dan harus sesuai dengan azas-azas yang telah terbangun sejak
awal disyariatkannya wakaf; yaitu azas keabadian manfaat, bertanggung jawab,
profesionalitas manajemen keadilan sosial dan azas kepastian hukum beresensi
ibadat. Berhubungan dengan tujuan dan lembaga hak atas tanah wakaf.
Pengelolaan dan Pendayagunaan tanah wakaf menjadi penting jika keberadaannya
mampu memenuhi layanan bernilai spiritual dan materiil secara optimal sesuai
dengan tujuan dan fungsi wakaf yang telah tercantum dalam UU No. 41 Tahun
2004 dan sesuai dengan apa yang sudah disyari’atkan dalam Agama.
B. Batasan Masalah
Setelah mengungkapkan latar belakang permasalahan yang akan diteliti,
yaitu mengenai pengelolaan dan pengembangan yang terjadi di Desa Toyoresmi
Kec. Gampengrejo Kab. Kediri, maka perlu adanya ruang lingkup pembahasan
sebagai batasan atas suatu permasalahan yang diteliti. Pelaksanaan pengelolaan
dan pengembangan tanah wakaf Masjid di Desa Toyoresmi tidak terdapat problem
yang serius dan sesuai dengan fungsi dan tujuan wakaf sebagaimana tercantum
dalam UU perwakafan seperti yang diharapkan, mayoritas masyarakat di Desa
19
19
Toyoresm memberi kepercayaan penuh pada pengurus atau nazhir yang
berwenang, sehingga yang dilakukan pengurus wakaf tidak banyak terdapat
permasalahan , akan tetapi dibalik itu semua masih terdapat hal-hal yang perlu
diluruskan dan diperjelas lagi dalam pengelolaan harta wakaf agar tidak terjadi
permasalahan dikemudian hari.
Dalam penelitian kali ini penulis mencoba menguraikan dan menganalisis
permasalahan diantaranya mengenai sistem kepengurusan yang berkaitan dengan
pengurus Masjid dan pengurus harta wakaf, disini masih terdapat kerancuan
dalam hal wewenang kepengurusan yakni ketimpangan kewenangan antara
pengelola masjid dan kepengurusan nazhir, pertama kepengurusan tentang
pembagian harta wakaf dan harta masjid, harta hasil pengelolaan tanah wakaf
untyuk kesejahteraan masjid yang seharusnya menjadi tanggung jawab seorang
nazhir di pegang oleh bendahara masjid, bahkan jumlah hasil pengolahan harta
tanah wakaf lading yang dikelola tidak diketahui bendahara nazhir, hal ini
seharusnya menjadi kewenangan dan tanggung jawab nazhir.
Kemudian dalam hal perlengkapan dan perluasan tanah wakaf Masjid yang
pendanaannya masih terjadi percampuran antara uang kas Masjid dengan Harta
wakaf untuk kesejahteraan masjid. Uang infak, urunan warga, dan hasil dari harta
wakaf ladang yang terkumpul langsung masuk menjadi uang kas masjid tanpa
adanya pembagian. Akan tetapi disisi lain pengambangan yang terjadi dengan
berdirinya TPA dan MI sudah cukup bagus dan pendanaannya diambil dari uang
masjid dan uang warga. Kemudian dalam penggunaan dana yang masuk ke kas
masjid tidak hanya digunakan untuk kesejahteraan masjid akan tetapi terdapat
20
20
program selain masjid yakni madrasah yang juga menggunakan dana dari kas
masjid, kemudian bisyaroh ustadz dan lain-lain, hal ini masih terjadi perbedaan
pendapat diantara para pengurus masjid dan pengurus nazhir yang seharusnya
memiliki kewenangan, tugas dan tanggung jawab sendiri-sendir.
C. Rumusan Masalah
Setelah mengetahui latar belakang kami dapat merumuskan beberapa
masalah yang dapat dijadikan pembahasan dalam skripsi ini, antara lain:
1. Apa yang melatar belakangi munculnya upaya Nazhir dalam mengelolaan dan
mengembangan harta Tanah Wakaf Masjid di Desa Toyoresmi Kec.
Gampengrejo Kab. Kediri ?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan Nazhir dalam mengelola dan
mengembangkan harta Tanah Wakaf ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian skripsi ini sesuai dengan rumusan masalah diatas yaitu
untuk mengetahui apa saja yang melatar belakangi munculnya upaya Nazhir
dalam mengelolaan dan mengembangan Aset Tanah Wakaf Masjid serta upaya
Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta Tanah Wakaf Masjid di Desa
Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri.
21
21
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan daripada penelitian ini diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui dan mengamalkan ilmu pengetahuan yang sudah diketahui khususnya
dari hasil penelitian ini, dan juga dapat dijadikan sebagai referensi bagi pihak
yang berkecimpung dibidang perwakafan baik dari dari segi praktek pengelolaan
tanah wakaf maupun segi Ilmu pengetahuan.
Dan juga diharapkan kepada mahasiswa selanjutnya agar dapat
mengembangkan dan melakukan penelititian lebih lanjut terutama dalam bidang
perwakafan dimasa yang akan datang baik dari segi praktek maupun teori sebagai
sumbangan pengembangan Ilmu pengetahuan.
F. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini mengemukakan tentang problematika wakaf
yang terjadi di masyarakat terutama yang terjadi pada masyarakat Islam modern.
Dalam sistematika pembahasan skripsi ini kami uraikan beberapa BAB
yang dimana dari BAB-BAB tersebut saling berhubungan dan tersusun secara
sistematis sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan dalam bab ini peneliti mendeskripsikan secara umum
keseluruhan isi skripsi ini mulai dari pendahuluan hingga penutup yang
terdiri dari beberapa Sub Bab, yaitu Latar Belakang permasalahan, Batasan
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan
Sistematika Pembahasan.
22
22
BAB II Kajian Teori dalam BAB ini mengemukakan kajian terhadap
beberapa hasil penelitian terdahulu atau buku yang terbit sebelumnya,
diantaranya berisi tentang penelitian terdahulu, Sejarah perkembangan
wakaf, dan Deskripsi wakaf yang dibagi menjadi lima bagian yaitu Dasar
hukum wakaf, Fungsi dan tujuan wakaf, Rukun dan syarat perwakafan,
Macam-macam perwakafan dan Penegertian wakaf produktif
BAB III Metode Penelitian dalam BAB ini menguraikan tentang objek
penelitian, karena jenis penelitian ini adalah sosiologis maka metode
penelitian menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan penulis
dalam penelitian ini, yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian,
kemudian Objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
pengolahan dan analisis data.
BAB IV Pembahasan dalam BAB ini memaparkan subtansi kajian dalam
karya ilmiyah yang merupakan hasil analisis dan interprestasi data dengan
menggunakan metode dan teori yang ditentukan. bab ini berisi tentang
gambaran lokasi, kemudian menguraikan hasil penelitian, dan dilanjutkan
dengan menganalisis data hasil dari penelitian di Masjid An-Nikmah Desa
Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri dengan menggunakan beberapa
literatur yang kami dapat, sesuai dengan apa yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini.
BAB V Penutup dalam Bab ini merupakan bagian akhir dari tubuh karya
ilmiyah yang diletakkan di bagian akhir, yang menyajikan kesimpulan
secara umum, serta saran yang merupakan anjuran untuk pembaca melalui
23
23
hasil analisis kritis penulis terhadap hasil kajiannya sendiri sehingga dapat
menemukan kelemahan dan kekurangannya, jadi bab ini merupakan hasil
dari proses pencocokan antara teori dengan masalah yang diteliti dalam
sebuah kesimpulan, kemudian dilanjutkan dengan saran.
Kemudian dilanjutkan dengan
Daftar Pustaka dan
Lampiran-lampiran
24
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Mengenai Penelitian terdahulu kami mengambil beberapa Sampel dalam
abstrak Skripsi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis,yaitu
tentang pengelolaan tanah wakaf yang bersifat produktif diantaranya:
Dwi Bagus, 2005, “Wakaf Produktif dan Pemberdayaan Ekonomi Umat
(Praktek Perwakafan di Kebon Apel di Desa Andonosari Kec. Tutur Kab.
Pasuruan).” dalam skripsi ini disebutkan bahwa aktifitas dan praktek perwakafan
di kebon apel di Desa Andonosari Kec. Tutur Kab. Pasuruan serta peran wakaf
dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat di gunakan untuk pengembangan fisik
Masjid, dan dalam upaya peningkatan kualitas SDM telah dibangun lembaga
pendidikan diantaranya TK, MI, MTS dan Koprasi.
25
25
Dania Nailul, 2006, Pemahaman Wakaf Produktif Bagi Pengelola Aset
Wakaf (Kasus Di Pondok Pesantren An-Nur Ii Bulu Lawang Kabupaten Malang).
Hasil dari penelitian ini adalah secara umum tingkat pengetahuan pengelola
tentang wakaf produktif cukup tinggi yaitu dengan adanya pengembangan di
bidang lain diantaranya dengan berdirinya, toko, SPBU, dan tempat usaha lain.
Aminullah, 2007, “Pengelolaan Tanah wakaf (Studi Problematika Tanah
Wakaf Masjid Agung Baitul Qadim Kel. Loloan Timur Kec. Negara Kab.
Jembrana Bali).” dalam skripsi ini Aminullah meneliti tentang keadaan tanah
wakaf di Masjid Agung Baitul Qadim yang jumlahnya banyak, dan kebanyakan
wakaf sawah, kebun. Dan tanah wakaf yang dikelola Nazhir adalah tanah yang
sudah bersertifikat. dalam skripsi ini juga dijelaskan peruntukan atau tujuan
Wakaf, bahwa karena wakaf sudah sejak lama keberadaannya, oleh karena itu
sulit diketahui tujuan atau peruntukan benda wakaf dan wakifnya pun belum jelas.
Selanjutnya faktor tidak dikelolanya tanah wakaf disebabkan karena sosialisasi
dari Pemerintah, KUA, serta lokasi tanah yang tidak strategis juga karena SDM
SiPengelola juga kurang memadai.
Efi Yuhanafisah, 2007. Implementasi UU No. 41 Tahun 2004 Tentang
wakaf (Studi di KUA Kec. Lowokwaru Kota Malang). Dalam skripsi ini
membahas tentang efektifitas UU No. 41 Tahun 2004 Tentang wakaf disini
sumber data dari sipeneliti hanya terbatas pada informasi dari KUA, dan dalam
hal ini KUA sendiri data administrasinya kurang lengkap, serta dapat diketahui
bahwa hasil dari efektifitas UU ini belum efektif karena data yang terdapat di
KUA kurang lengkap.
26
26
Dari hasil beberapa penelitian terdahulu terdapat beberapa persamaan yang
melandasi penulis dengan penulis sebelumnya yaitu sama-sama meneliti tentang
praktek pengelolaan wakaf terutama yang berkaitan dengan wakaf yang bersifat
produktif. Akan tetapi terdapat suatu hal yang membedakan antara penulis dengan
penulis sebelumnya, disini penulis ingin menguraikan dan mengungkapkan apa
yang menjadi wewenang dan tugas sebagai seorang Nazhir serta problem kegiatan
pengelolaan dan pengembangannya harta wakaf yang terjadi di masyarakat
tepatnya tanah wakaf di Masjid An Nikmah Desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo
Kab. Kediri, kemudian sedikit dikaitkan dengan kajian dalam perspektif Fiqih
berangkat dari sini penulis mencoba menguraikan dengan beberapa argumen para
Fuqoha’
B. Sejarah Perkembangan Wakaf
Berdasarkan maknanya yang umum dan prakteknya, wakaf adalah
memberikan harta atau pokok benda yang produktif terlepas dari campur tangan
pribadi, menyalurkan hasil dan manfaatnya secara khusus sesuai dengan tujuan
wakaf, baik untuk kepentingan perorangan, masyarakat, agama atau umum.5
Praktek perwakafan khususnya tanah milik dikalangan umat Islam sudah
berjalan sebelm pemerintahan kolonial belanda di Indonesia. Hasil penelitian yang
dilakukan Dr. H. Rahmat Djatnika di Jawa Timur membuktikan bahwa praktik
perwakafan yang berdasarkan agama Islam sudah ada sejak abad ke-15.
5 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005) Hal: 3
27
27
Sejarah perkembangan wakaf di Indonesia sendiri sebenarnya bersamaan
dengan datangnya Islam pertama kali di Indonesia, akan tetapi peraturan tentang
wakaf sendiri pertama kali baru dimulai sejak awal abad ke-20 yang dilakukan
pihak pemerintah kolonial Belanda pada tanggal 31 Januari 1905 dengan
mengeluarkan Surat Edaran Sekretaris Goverment no. 435 yang termuat dalam
bijblad No. 6195/1905 tentang Toezichat op den bouw van Mohammedaansche
Bedehuizen. Yang berlaku diseluruh Jawa-Madura kecuali Surakarta-
Yogyakarta.6
Surat edaran masih belum berlaku eektif, tetapi masih dipertahankan
selama 25 tahun. Kemudian pemerintah menyadari ketidak efektifan dengan
mengeluarkan surat edaran baru, pada tanggal 4 Januari 1931 pemerintah
mengeluarkan edaran dari sekretaris
Setelah Indonesia merdeka yang diiringi dengan pembentukan Departemen
Agama (Jawatan Urusan Agama) tanggal 3 Januari 1946 maka wakaf menjadi
wewenang Depag berdasarkan atas PP No. 33/1949 Jo. PP No. 8/1950. Kemudian
berdasarkan Surat Edaran (Jawatan Urusan Agama) No. 5/D/1956 urusan
perwakafan diserahkan kepada Kantor Urusan Agama (KUA). 7
Dalam edaran ini KUA dianjurkan membantu orang-orang yang akan
mewakafkan hartanya lengkap dengan prosedurnya, yaitu:
1. Setiap orang yang akan mewakafkan hartanya supaya membuat pernyataan wakaf dengan saksi yang cukup untuk diberitahukan kepada kantor Depag.
6 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media. Yogyakarta.
2005. Hal: 40 7 Abdul Ghofur Anshori. Ibid., Hal: 43
28
28
2. Dalam mewakafkan hartanya supaya ada pernyataan bagi Nazhir yang diserahi mengawasi wakaf tersebut untuk diberitahukan kepada KUA.
3. KUA member tahukan kehendak orang yang berwakaf kepada bupati setempat untuk disahkan.
4. Jika sudah disahkan bupati, baru dilakukan peresmian wakaf yang disaksikan KUA, Pamongpraja, wakif, nazhir dan saksi-saksi.
5. Kamudian ada pemberitahuan pendaftaran banda/tanah wakaf kepada yang bersangkutan, diantaranya kepada pamongpraja dan kantor pendaftaran.
Kemudian muncul peraturan Wakaf yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik, dalam PP ini semua peraturan
produk Belanda beserta ketentuan pelaksanaannya yang bertentangan dengan
ketentuan dalam PP No.28/1977 secara otomatis dinyatakan tidak berlaku lagi.
Tetapi PP. No. 28/1977 hanya mengatur tentang perwakafan tanah dan tidak
mengatur perwakafan selain tanah.8
Seiring dengan diluaskannya kompetensi Pengadilan Agama, maka urusan
perwakafan juga diatur dalam Inpres No. 1/1991 tentang Kompilasi Hukum Islam
tertanggal 22 juli 1991. Untuk melaksanakan Inpres ini Menteri Agama telah
mengeluarkan keputusan MA No. 154/1991 tertanggal 22 juli 1991 yang
berisikan “semua instansi Departemen Agama dan instansi pemerintah lainnya
yang terkait supaya menyebarluaskan Kompilasi Hukum Islam”. Lahirnya
Kompilasi Hukum Islam ini erat kaitannya dengan disahkannya UU No. 7/1989
tentang Peradilan Agama yang memberikan kompetensi lebih luas kepada
Pengadilan Agama dan menjadikan kedudukannya sama dengan Pengadailan 8 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media. Yogyakarta.
2005. Hal: 50
29
29
Negeri. Kompetensi yang sebelumnya hanya dibidang perkawinan kemudian
diperluas dibidang kewarisan, wakaf, wasiat, dan hibah. 9
Kemudian pada tanggal 27 Oktober 2004, pemerintah mengeluarkan
sebuah peraturan baru yaitu Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang
wakaf. Undang-undang ini merupakan UU pertama yang mengatur secara khusus
mengatur wakaf. Dengan berlakunya UU ini, semua peraturan mengenai
perwakafan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti
dengan peraturan yang baru berdasarkan UU No.41 Tahun 2004.10
Secara umum UU No.41 Tahun 2004 banyak hal baru dari peraturan
sebelumnya, diantaranya: UU ini membagi benda wakaf menjadi benda tidak
bergerak dan benda bergerak. Benda tidak bergerak contohnya hak atas tanah,
bangunan atau bagian bangunan, tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan
tanah, serta hak milik atas rumah susun. Sedangkan benda bergerak contohnya
adalah uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan
intelektual dan hak sewa. Khusus untuk benda bergerak berupa uang, UU No.41
Tahun 2004 mengaturnya dalam 4 pasal yaitu pasal 28 sampai pasal 31. Hal ini
sejalan dengan fatwa Majlis Ulama’ Indonesia pada Tahun 2002 yang isinya
membolehkan wakaf uang.11
Hal lain yang ada dalam UU No.41 Tahun 2004 adalah adanya jangka
waktu wakaf sesuai dengan kepentingan, artinya wakaf dapat kembali pada
pemiliknya sesuai dengan waktu yang ditentukan, kemudian adanya BWI (Badan
9 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media. Yogyakarta.
2005. Hal: 51 10 Abdul Ghofur Anshori. Ibid., Hal: 52 11 Abdul Ghofur Anshori. Ibid., Hal: 53
30
30
Wakaf Indonesia) sebagai sebuah lembaga independen yang dibentuk pemerintah
untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan Nasional, dan juga mengenai
penyelesaian sengketa yang dapat diselesaikan dengan musyawarah mufakat
maupun bantuan pihak ketiga melalui mediasi, arbitrase dan jalan terakhir melalui
pengadilan.
C. Deskripsi Wakaf
Pengertian wakaf telah berkembang dikalangan sebagian masyarakat
berbagai definisi, bentuk, jenis benda wakaf juga berkembang mengikuti
perkembangan zaman, yang otomatis mempengaruhi peraturan Perundang-
undangan yang mengatur tentang perwakafan, begitu pula dengan fiqih yang
berkaitan dengan dengan perwakafan yang otomatis juga harus dapat
mempertegas dan memperjelas apa dan bagaimana fiqih wakaf yang sebenarnya
dalam Islam. Berikut beberapa pendapat tentang pengertian wakaf dalam
beberapa perspektif diantaranya:
Perspektif Fiqh
Wakaf ditinjau dari segi Bahasa berasal dari kata dengan makna " وقـف "
aslinya berhenti, diam ditempat, atau menahan.
Manurut arti bahasanya, waqafa berarti menahan atau mencegah, misalnya وقففت
”.saya menahan diri dari berjalan “ عن الشري
31
31
Dalam peristilahan syara’, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya
dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal ( حمبيش االصـل), lalu menjadikan
manfaatnya berlaku umum. Yang dimaksud dengan حمبـيش االصـل ialah menahan
barang yang diwakafkan agar tidak diwariskan, digunakan dalam bentuk dijual,
dihibahkan, digadaikan, disewakan, dipinjamkan, dan sejenisnya. Sedangkan
pemanfaatannya adalah dengan menggunakannya sesuai dengan kehendak
pemberi wakaf tanpa imbalan. 12
Dapat juga diartikan memindahkan hak kepemilikan suatu benda abadi
tertentu dari seseorang kepada orang lain (individu) atau organisasi Islam, untuk
diambil manfaatnya dalam rangka ibadah untuk mencari Ridho Allah SWT.
Pengertian wakaf yang sangat luas dan beragam memunculkan berbagai
pengertian wakaf, para ulama’ pun berbeda pendapat dalam mengartikan wakaf
secara terminologi sesuai dengan mazhab yang dianut, di lihat dari kacamata para
Ulama Empat Mazhab;
Imam Hanafi berpendapat, pengertian wakaf adalah menahan benda yang
tetap menjadi milik wakif untuk disedekahkan demi kebaikan artinya kepemilikan
masih ditangan wakif. Dalam hal ini wakif berhak menarik kembali atau
menjualnya dan dapat diwariskan artinya hampir sama dengan peminjaman.
Dalam hal ini beliau juga berpendapat tentang wakaf bagi orang murtad, yaitu jika
orang murtad tersebut wakaf ketika ia masih murtad, maka ditangguhkan, jika ia
12 Mughniyah,Muhammad Jawad. Fikih Lima Mazhab.(Jakarta: Penerbit Lentera.2001) hal: 635
32
32
kembali Islam, maka wakafnya sah dan jika tetap murtad, maka wakafnya batal.
Jika ia wakaf kemudian ia murtad maka wakafnya batal.13
Sedangkan menurut Imam Maliki mengartikan wakaf yaitu pemilik
menjadikan manfaat benda yang dimiliki, sekalipun dengan menyewa, atau
pemilik menjadikan penghasilannya (seperti dirham), kepada orang yang berhak
dengan bentuk penyerahan dalam kurun waktu tertentu yang ditetapkan oleh
wakif, sedangkan akibat hukum benda wakafnya pemilik masih ditangan wakif,
yang diwakafkan hanya bendanya, dan benda wakaf nya bisa ditentukan jangka
waktunya.14
Imam Syafi’i berpendapat pengertian wakaf adalah melepaskan hak
pengelolaan benda yang wujud yang biasa dimanfaatkan, dengan tetapnya benda
tersebut, wakif dan lainnya dengan syarat pengelolaan yang mubah, dengan tujuan
kebaikan. Akibat hukum kepemilikan benda wakaf yang ditimbulkan menjadi
milik Allah, dan sifat daripada wakaf itu sendiri adalah permanen dan tidak bisa
ditarik kembali atau dikurangi sedikitpun serta tidak bisa dihibahkan, dijual, dan
diwariskan.15
Menurut Imam Hambali wakaf diartikan, malepaskan hak pengelolaan
benda yang wujud yang bisa dimanfaatkan, dengan tetapnya benda tersebut, wakif
dan lainnya, dengan syarat pengelolaan yang mubah, dengan tujuan kebaikan.
Wakaf menurut beliau bersifat permanent dan tidak bisa ditarik kembali atau
13 Hand Book H. Isroqunnajah M.Ag 14 Hand Book H. Isroqunnajah M.Ag 15 Hand Book H. Isroqunnajah M.Ag
33
33
dikurangi sedikitpun, sedangkan hak kepemilikan dan pengelolaan lepas dari
wakif tidak biasa dihibahkan, dijual dan diwariskan.16
Dari pengertian wakaf para Ulama’ Mazhab menunjukkan permasalahan
wakaf yang dihadapi dalam lingkungannya dan juga kapasitas keilmuwan yang
dimiliki menjadi latar belakang para Ulama’ dalam mengartikan wakaf menjadi
beragam.
Perspektif Perundang-Undangan
Dalam KHI wakaf diartikan yaitu “Perbuatan hukum seorang atau
kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda
miliknya dan melambangkannya untuk selama-lamanya guna kepentingan Ibadat
atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.”17
Sedangkan dalam UU No.41 Tahun 2004 hampir sama dengan yang
terdapat dalam KHI yaitu wakaf adalah “Perbuatan hukum wakif untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan Ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
Syari’ah.” 18
Dengan demikian dari berbagai pengertian wakaf diatas dapat di ambil
kesimpulan bahwa wakaf adalah memindahkan hak kepemilikan suatu benda
tertentu dari seseorang kepada organisasi Islam atau orang lain untuk diambil
manfaatnya dalam rangka ibadah untuk mencari ridha Allah SWT.
16 Hand Book H. Isroqunnajah M.Ag 17 Depag RI.Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia.(Jakarta: 2000) Hal: 99 18 Undang-Undang RI No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
34
34
1. Dasar Hukum Perwakafan
Al-Qur’an sebagai sumber hokum Islam yang utama memberi petunjuk
secara umum tentang amalan wakaf, dasar hukum yang disyariatkan tentang
wakaf dapat kita ketahui dari ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan beberapa hadist Nabi
Muhammad SAW
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 261 yang berbunyi :
ã≅ sWΒ t Ï%©!$# tβθ à)Ï�Ζ ãƒ óΟßγ s9≡ uθ øΒr& ’ Îû È≅‹Î6y™ «! $# È≅ sVyϑx. >π¬6ym ôM tF u;/Ρr& yì ö7y™ Ÿ≅Î/$ uΖy™ ’ Îû Èe≅ä. 7' s# ç7/Ψ ß™ èπ s'($ ÏiΒ 7π¬6 ym 3 ª! $#uρ ß# Ïè≈ŸÒムyϑÏ9 â!$ t± o„ 3 ª!$#uρ ìì Å™≡ uρ íΟŠÎ=tæ ∩⊄∉⊇∪
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta dijalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa saja yang dia kehendaki. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 261). 19
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 267 yang berbunyi :
$ y㕃 r'‾≈tƒ tÏ% ©!$# (# þθãΖ tΒ#u (#θ à)Ï�Ρr& ÏΒ ÏM≈t6 ÍhŠsÛ $ tΒ óΟçFö;|¡ Ÿ2 !$£ϑ ÏΒuρ $oΨ ô_t�÷zr& Νä3s9 zÏiΒ
ÇÚ ö‘ F{$# ( Ÿω uρ (#θßϑ£ϑ u‹ s? y]Š Î7y‚ ø9$# çµ÷ΖÏΒ tβθ à)Ï�Ψè? ΝçGó¡ s9 uρ ϵƒÉ‹Ï{$ t↔ Î/ Hω Î) β r& (#θ àÒ Ïϑøó è?
ϵ‹Ïù 4 (# þθßϑ n=ôã $#uρ ¨βr& ©!$# ;Í_xî Ïϑ ym
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi
19 Soenarjo. Al Qur’an dan Terjemahnya. (Jakarta: yayasan penyelenggara penterjemah/pentafsir
Al Qur’an. 1971) hal: 65
35
35
untuk kamu”. “Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu dinafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan kamu akan memicingkan mata padanya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.20
Al-Qur’an Surat Ali Imran : 92 yang berbunyi:
s9 (#θ ä9$oΨ s? §�É9ø9 $# 4 ®Lym (#θ à) Ï�Ζè? $£ϑÏΒ šχθ™6 ÏtéB 4 $ tΒuρ (#θ à)Ï�Ζè? ÏΒ &óx« ¨β Î* sù ©!$# ϵÎ/
ÒΟŠ Î= tæ
Artinya “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui.” (QS: Ali Imran : 92). 21
Dalam Hadist juga disebutkan yang bunyinya:
ابن ادم انقطع عمله اذامات: عن ايب هريرة ان رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال
)رواه مسلم(او علم ينتفع به او ولد صا حل يدعو له , صدقة جارية, اال من شالث
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA., Sesungguhnya Rasulullah SAW Bersabda: “Apabila anak Adam meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan
20 Soenarjo. Ibid., hal: 67 21 Soenarjo. Al Qur’an dan Terjemahnya. (Jakarta: yayasan penyelenggara penterjemah/pentafsir
Al Qur’an. 1971) hal: 91
36
36
anak sholeh yang mau mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim).22
2. Rukun dan Syarat Wakaf
wakaf dilaksanakan dengan memenuhi unsur wakaf, dalam UU No.41
Tahun 2004 terbagi menjadi beberapa bagaian, rukun wakaf diantaranya:
Wakif yaitu pihak yang mewakafkan harta benda miliknya
Nazhir adalah pengelola banda yang diwakafkan.
Mauquf atau Harta benda wakaf adalah segala benda baik benda begerak maupun
benda tidak begerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali
pakai dan bernilai menurut ajaran Islam.
Sighat atau Ikrar Wakaf yaitu peryataan kehendak wakif yang diucapkan secara
lisan dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.
Mauquf’alaih atau Peruntukan harta benda wakaf yaitu ada tempat kemana
diwakafkan harta itu atau tujuan daripada wakaf itu sendiri.
Jangka waktu wakaf adalah jangka waktu penggunaan manfaat harta benda wakaf
Sedangkan dalam rukun wakaf diatas terdapat beberapa syarat lagi yang
harus dipenuhi oleh wakif, mauquf, sighat, mauquf alaih, dan nazhir sesuai
dengan yang telah disyari’atkan dalam UU.
Adapun syarat-syarat wakaf diantaranya; 23
1. Wakaf harus dilakukan secara tunai, tanpa digantungkan kepada akan terjadinya sesuatu peistiwa dimasa yang akan datang, sebab pernyataan wakif dapat beakibat lepasnya hak milik seketika setelah wakif menyatakan berwakaf.
22 Depag RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia. (Jakarta.
2004) hal: 18 23 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media. Yogyakarta. 2005. Hal:30-31
37
37
2. Tujuan wakaf harus jelas, maksudnya hendaklah wakaf itu
disebutkan dengan terang kepada siapa diwakafkan.
3. Wakaf merupakan hal yang harus dilaksanakan tanpa syarat boleh khiyar, artinya tidak boleh membatalkan atau melangsungkan wakaf yang telah dinyatakan sebab pernyataan wakaf berlaku tunai dan berlaku selamanya.
3. Fungsi dan Tujuan wakaf
Fungsi dan tujuan harta benda wakaf telah disebutkan dalam pembukaan
UU No.41 Tahun 2004 yaitu Bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan
yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi perlu dikelola secara efektif dan
efisien untuk kepentingan ibadah dan memajukan kesejahteraan umum.
Kemudian dalam BAB II Bagian Kedua tentang Tujuan dan Fungsi Wakaf
pasal 4 dan 5, telah disebutkan
Pasal 4, “ Wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya.”
Pasal 5, “ Wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi
harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum.”
Dari kedua pasal diatas sudah cukup jelas menggambarkan apa yang
menjadi tujuan dan fungsi wakaf.
4. Macam- Macam Perwakafan
Perkembangan wakaf yang sangat pesat dalam Islam serta
pemeliharaannya yang baik telah menjadikan aset wakaf berkembang. Hal ini
memunculkan berbagai bentuk macam dan pembentukan wakaf yang beragam.
Wakaf lihat dari segi mauquf
38
38
Wakaf lihat dari segi mauquf atau benda wakaf, dibagi menjadi dua
macam, yaitu benda wakaf tidak bergerak dan benda bergerak. 24
Benda tidak bergerak misalnya hak atas tanah, bangunan atau bagian
bangunan, tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah, serta hak milik
atas rumah susun.
Sedangkan benda bergerak adalah uang, logam mulia, surat berharga,
kendaraan, hak atas kekayaan intelektual dan hak sewa. Khusus untuk benda
bergerak berupa uang, UU No.41 Tahun 2004 mengaturnya dalam 4 pasal yaitu
pasal 28 sampai pasal 31. Hal ini sejalan dengan fatwa Majlis Ulama’ Indonesia
pada Tahun 2002 yang isinya membolehkan wakaf uang.
Wakaf dilihat dari mauquf alaih
Dilihat dari mauquf alaih atau tujuan kepentingannya wakaf dibagi
menjadi dua bagian, yaitu Wakaf Khairi dan Wakaf Ahli.
Wakaf Khairi ialah wakaf yang sejak semula ditujukan untuk kepentingan
umum, tidak dikhususkan untuk orang-orang tertentu.25
Definisi Wakaf Khairi berdasarkan hadis dari Umar Bin Khattab tentang
wakaf yang menerangkan bahwa wakaf Umar tersebut untuk kepentingan umum,
meskipun disebut juga tujuan untuj kerabatnya, agar keluarga besar umar dapat
menikmati hasil harta wakaf.
24 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media.
Yogyakarta. 2005. Hal: 53 25 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media.
Yogyakarta. 2005. Hal: 31
39
39
Wakaf Ahli atau bisa disebut sebagai wakaf keluarga ialah wakaf yang
ditujukan pada orang-orang tertentu seorang atau lebih, baik keluarga wakif atau
bukan.26
Contoh wakaf ahli yang sering dijumpai dimasyarakat, misalnya ada
seorang mewakafkan tanah, buku, masjid, dan lain-lain. Pada seorang kyai karena
kyai punya santri dan pondok pesantren maka Kyai bertanggung jawab atas wakaf
tersebut dan digunakan untuk kepentingan umum dalam mengelola Pondok
Pesantrennya.
Wakaf berdasarkan substansi ekonomi
Sedangkan berdasarkan substansi ekonomi atau manajemen wakaf, wakaf
bisa dibagi menjadi dua macam yaitu wakaf langsung dan wakaf produktif .27
Wakaf Langsung, yaitu wakaf untuk memberi pelayanan langsung kepada
orang-orang yang berhak, seperti wakaf masjid yang disediakan sebagai tempat
sholat, wakaf sekolah yang disediakan sebai tempat belajar, wakaf rumah sakit
dan lain-lain. Pelayanan langsung ini benar – benar dirasakan langsung
manfaatnya oleh masarakat dan menjadi modal tetap yang selalu bertambah dari
generasi ke generasi berikutnya
Wakaf Produktif, yaitu harta wakaf yang digunakan untuk kepentingan
produksi, baik dibidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa yang
manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari keuntungan
bersih hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang
berhak sesuai dengan tujuan wakaf, disini wakaf produktif diolah untuk dapat
26 Abdul Ghofur Anshori. Ibid., Hal:31 27 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005)Hal: 22-23
40
40
menghasilkan barang atau jasa kemudian dijual kemudian hasilnya dipergunakan
sesuai dengan tujuan wakaf
Jadi perbedaan antara wakaf langsung dan wakaf produktif terletak pada
pola manajemen dan cara pelestarian wakaf. Wakaf langsung membutuhkan
biaya untuk perawatan yang dananya diperoleh dari luar benda wakaf, sedangkan
wakaf produktif sebagian hasilnya diperrgunakan untuk merawat dan
melestarikan benda wakaf dan selebihnya untuk diberikan kepada orang-orang
yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf.
Wakaf berdasarkan jangka waktunya
macam-macam wakaf berdasarkan jangka waktunya dibagi menjadi dua
macam.28
Wakaf Abadi, yaitu wakaf yang di ikrarkan selamanya dan tetap berlanjut
sepanjang zaman. Wakaf yang sebenarnya dalam Islam adalah wakaf abadi, yang
pahalanya berlipat ganda dan terus berjalan selama wakaf itu masih ada.
Keabadian wakaf biasanya berlangsung secara alami pada wakaf tanah.
Wakaf Sementara, yaitu wakaf yang sifatnya tidak abadi, baik dikarenakan
oleh bentuk barangnya maupun keinginan wakif sendiri.
Dari sekian banyak macam-macam bentuk wakaf menunjukkan
perkembangan wakaf akan terus berlanjut untuk dalam waktu yang akan datang.
5. Pengertian Wakaf Produktif
Wakaf yang berkembang saat ini masih sedikit sekali yang dikelola secara
produktif dalam bentuk suatu usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan begi pihak-
28 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005)Hal: 24
41
41
pihak yang memerlukan terutama di Indonesia, yang masih banyak masyarakat
miskin.
Pemanfaatan tersebut dilihat dari segi social khususnya untuk kepentingan
keagamaan memang efektif, tetapi dampaknya kurang berpengaruh positif dalam
kehidupan ekonomi masyarakat, apabila peruntukan benda wakaf tidak diimbangi
dengan wakaf yang dapat dikelola secara produktif, maka wakaf sebagai salah
satu sarana untuk mewujudkan kesejahteraan social ekonomi masyarakat tidak
akan terealisasi secara optimal.
Maka dari itu pengertian tentang wakaf produktif harus dipahami oleh
semua pihak terutama yang menangani langsung perwakafan agar mau mengelola
harta wakaf yang memiliki manfaat ibadah dan ekonomis.
Dalam hal ini wakaf produktif diartikan sebagai harta wakaf yang
digunakan untuk kepentingan produksi, baik dibidang pertanian, perindustrian,
perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung,
tetapi dari keuntungan bersih hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada
orang-orang yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf, disini wakaf produktif
diolah untuk dapat menghasilkan barang atau jasa kemudian dijual dan hasilnya
dipergunakan sesuai dengan tujuan wakaf, seperti yang telah dijelaskan dalam
macam-macam bentuk wakaf.
Jadi ciri utama wakaf produktif terletak pada pola manajemen dan cara
pelestarian wakaf, wakaf produktif sebagian hasilnya dipergunakan untuk
merawat dan melestarikan benda wakaf dan selebihnya untuk diberikan kepada
orang-orang yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf.
42
42
Wakaf produktif dapat dilihat dari tujuan dari kepengurusan wakaf itu
sendiri, kepengurusan yang memberikan pembinaan dan pelayanan terhadap
sejumlah harta yang ditujukan untuk merealisasikan perolehan manfaat yang
sebesar mungkin. Tujuan kepengurusan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kelayakan produksi harta wakaf hingga mencapai target ideal untuk memberi manfaat sebesar mungkin bagi tujuan wakaf.
2. Melindungi pokok-pokok harta wakaf dengan mengadakan pemeliharaan dan penjagaan yang baik dalam menginvestasikan harta wakaf dan mengurangi sekecil mungkin resiko investasi, sebab harta wakaf merupakan sumber dana abadi yang hasilnya disalurkan untuk berbagai tujuan kebaikan.
3. Melakukan tugas distribusi hasil wawkaf dengan baik kepada tujuan wakaf yang telah ditentukan, berdasarkan pernyataan wakif dalam akte wakaf.sebagaimana juga dituntut untuk mengikuti perubahan social dan ekonomi yang terus berlangsung, dan mempunyai kemampuan administrasi untuk mengambil keputusan yang layak, guna mengatasi setiap perubahan situasi dan kondisi
4. Berpegang teguh pada syarat-syarat wakif, baik itu berkenaan dengan jenis investasi dan tujuannya maupun dengan tujuan wakaf, pengenalan objeknya dan batasan tempatnya, atau bentuk kepengurusan dan seluk beluk cara nazhir bisa menduduki posisi tersebut.
5. Memberikan penjelasan kepada para dermawan dan mendorong mereka untuk melakukan wakaf baru, dan secara umum memberi penyuluhan dan menyarankan pembentukan wakaf baru baik secara lesan maupun dengan cara memberi keteladanan.29
Dari pengertian wakaf produktif diatas sudah sangat jelas bahwa wakaf
yang memiliki nilai keagamaan dan ekonomis sangat dibutuhkan sebagai
penunjang kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan bersama,
terutama dalam kehidupan sekarang ini.
29 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005)Hal: 321-322
43
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam sebuah penelitian diperlukan sebuah pendekatan yang sifatnya
disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan yang akan diteliti. Penelitian dalam
penulis lakukan adalah penelitian lapangan, yang memerlukan sebuah pendekatan
kualitatif.
Pendekatan kualitatif digunakan apabila data-data yang dibutuhkan berupa
sebaran-sebaran informasi yang tidak perlu dikuantifikasi.30
30 Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. (Malang: Fakultas Syari’ah, UIN. 2005) Hal:11
44
44
Artinya disini data-data hasil penelitian tidak memerlukan analisis
statistic, baik berupa data nominal, maupun interval.
Dengan mengetahui definisi penelitian kualitatif tersebut diatas dapat
diambil pengertian bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya
alamiah dan bertanggung jawab pada pengamatan yang ada dilapangan. Penelitian
ini bersifat deskriptif, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 1988
Jakarta Deskriptif adalah menggambarkan apa adanya. Artinya memaparkan atau
menggambarkan data-data yang diperoleh dengan kata-kata yang jelas dan terinci.
Penelitian sosial menggunakan format deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai
variabel yang timbul di masyarakat yang mejadi objek peneltian itu.31
B. Obyek Penelitian
Dalam melakukan sebuah penelitian, peneliti sudah seharusnya
memaparkan obyek penelitian, yang berkaitan dengan tempat, pelaku, dan
kegiatannya.
1. Tempat Penelitian
Tempat yang menjadi objek penelitian tentang pengelolaan dan
pengembangan tanah wakaf Masjid adalah bertempat di Desa Toyoresmi
Kec. Gampengrejo Kab. Kediri tepatnya di tanah wakaf Masjid An-Nikmah.
2. Pelaku
31 Bungin,Burhan Metodologi Penelitian Sosia. (Sidoarjo: Airlangga University Press. 2001) Hal:
48
45
45
Pelaku yang dimaksud disini adalah nazhir dan pengurus masjid sebagai
pihak yang berwenang dan juga semua yang berperan dalam pengelolaan dan
pengembangan harta tanah wakaf Masjid An-Nikmah, beserta masyarakat
sekitar yang membantu dan mendukung kegiatan tersebut.
3. Kegiatan
Yang dimaksud kegiatan adalah segala aktivitas yang berlaku di
masyarakat teutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan
tanah wakaf, baik dari segi manajemen maupun sosialnya.
C. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini menurut Arikunto
Suharsimi adalah Subjek dimana data dapat diperoleh.32
Sumber data adalah hal yang paling fital dalam sebuah penelitian,
kesalahan dalam memahami sumber data akan menyebabkan data yang diperoleh
akan meleset dari apa yang diharapkan. Dua sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Sumber Data Primer
Sumber Data Primer adalah Sumber pertama dimana sebuah data
dihasilkan.33
32 Arikunto,Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta. 2002) Hal: 107 33 Bungin,Burhan Metodologi Penelitian Sosial. (Sidoarjo: Airlangga University Press. 2001)
Hal:128
46
46
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan beberapa
informan diantaranya, Tokoh Agama, Nazhir, pengurus masjid dan pejabat Kantor
Urusan Agama (KUA).
2. Sumber Data Sekunder
Sumber Data Sekunder Adalah Sumber data kedua setelah sesudah
sumberdata primer.34
Data sekunder diperoleh dari beberapa dokumentasi, seperti buku-buku,
hasil penelitian terdahulu, dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan
pembahasan dalam penelitian ini.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data
yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitain. Dalam penelitian
lapangan ini menggunakan beberapa metode pendekatan untuk mengumpulkan
data-data yang dibutuhkan , diantaranya:
1. Observasi, observsi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kedalam suatu skala bertingkat.35 Pengamatan disini dilakukan secara langsung pada objek yang diobservasi, dalam arti pengamatan tidak menggunakan “media-media transparan.”36
34
Bungin,Burhan Metodologi Penelitian Sosial. (Sidoarjo: Airlangga University Press. 2001) Hal:128
35 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta. 2006)Hal: 229 36 Bungin,Burhan. Op.Cit., Hal: 143
47
47
Observasi yang dilakukan penulis disini adalah termasuk observasi
langsung,artinya, Observasi diadakan ditempat yang di teliti secara
langsung melihat dan mengamati objek, yakni di Desa Toyoesmi Kec.
Gampengrejo Kab. Kediri dimasjid An-Nikmah.
2. Interview atau wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.37
Pihak yang di interview disisni adalah orang-orang yang berwenang dalam
pengelolaan dan pengembangan harta wakaf dan juga pihak-pihak yang
berhubungan dengan pengelolaan.
3. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.38
Data-data yang dimaksud adalah data berbentuk surat-surat, catatan harian,
kenang-kenangan, laporan dan sebaginya.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang berkaitan dengan
pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf produktif di Desa Toyoresmi Kec.
Gampengrejo Kab. Kediri. Kemudian data yang kami peroleh dilakukan
pengecekan mengenai validitas data, kejelasan data, tujuannya agar data yang
diperoleh lengkap dan terjamin
E. Metode Pengolahan Dan Analisis Data
37 Bungin,Burhan Metodologi Penelitian Sosial. (Sidoarjo: Airlangga University Press. 2001) Hal:
133 38 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta. 2006)Hal: 231
48
48
1. Metode Pengolahan Data
Setelah data- data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan agar data
yang dikumpulkan dapat disajikan secara sistematis dan mudah dipahami, teknik
pengolahan data dapat diuraikan dengan bahasa peneliti diantaranya:
Editing Data, yaitu pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari
kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansinya
dengan kelompok data lain.39
Relevansi disini maksudnya adalah hubungannya dengan data-data yang
lain yang diperoleh dari penelitian.
Klasifikasi Data, yaitu mereduksi data yang ada dengan cara menyusun dan
mengklarifikasikan data yang diperoleh kedalam pola tertentu atau
permasalahan tertentu untuk mempermudah pembahasannya.40
Mereduksi data artinya memurnikan data yang diperoleh agar tidak terlalu
meluas pembahasannya.
2. Analisis Data
Metode analisis data adalah tahapan setelah data-data dari hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi selesai dikumpulkan dan dianggap lengkap,
kemudian data tersebut disajikan secara sistematis artinya teratur menurut system.
Data-data yang diperoleh dari penelitian diperlukan sebuah analisa, ada
beberapa teknik analisa yang dapat digunakan dalam penelitian kualitataif, teknik
tersebut adalah Content Analysis.
39 Saifullah. Buku Panduan Metodologi Penelitian.(Fakultas Syari’ah: UIN Malang) 40 Saifullah. Ibid.
49
49
Content Analysis artinya, berangkat dari anggapan dasar dalam ilmu-ilmu
sosial bahwa studi tentang proses dan isi komunikasi adalah dasar studi-studi ilmu
sosial metode ini sering digunakan dalam analisis-analisis varevikasi. Cara kerja
atau logika analisis data ini sesungguhnya sama dengan kebanyakan analisis data
kuantitatif. Peneliti memulai analisisnya dengan menggunakan lambang-lambang
tertentu, mengklasifikasi data tersebut dengan kriteria tertentu serta melakukan
prediksi dengan teknik yang tertentu pula.41
Strategi analisis data kualitatif telah memberi gambaran kepada kita tetang
bagaimana alur logika analisis perdata pada penelitian kualitatif.
41Bungin,Burhan Metodologi Penelitian Sosial. (Sidoarjo: Airlangga University Press. 2001) Hal:
293
50
50
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi
Wakaf yang ada di Indonesia pada umumnya berupa tanah wakaf masjid,
mushola, madrasah, sekolah, makam, rumah yatim piatu dan lain-lain. Dilihat dari
segi sosial dan ekonomi, wakaf yang ada memang belum dapat berperan dalam
menanggulangi permasalahan umat khususnya masalah sosial dan ekonomi hal ini
dimaklumi karena kebanyakan wakaf yang ada kurang maksimal dalam
pengelolaannya..42
Tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalam bentuk suatu usaha
yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang memerlukan sangat 42 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005) Hal: XV
51
51
sedikit sekali. Data yang di dapat dari KUA masih belum banyak tanah wakaf
yang dikelola secara optimal, sekitar 320an tanah wakaf yang terdata hanya
kurang lebih sembilan tanah wakaf yang diketahui oleh para pegawai sebagai
tanah wakaf yang bisa dikatakan produktif. 43 diantaranya:
Masjid Karang Rejo dengan luas 786 m2
Madrasah Putih dengan luas 483 m2
Masjid Tugu Rejo dengan luas 324 m2
Sawah Kepuh Rejo luasnya 250 m2
Masjid Kali Belo dengan luas 244 m2
Madrasah Putih dengan luas 166 m2
Mushola Ploso Rejo dengan luas 84 m2
Pemanfaatan dari segi social dibidang keagamaan memang mayoritas
berjalan efektif, tetapi dampaknya kurang berpengaruh positif dalam bidang lain,
misalnya ekonomi, peningkatan SDM dan lain-lain. Berangkat dari masalah ini
penulis ingin mengungkapkan gambaran dari lokasi research di desa toyoresmi
Kab. Kediri di masjid An-Nikmah dalam hal pengelolaan dan pengembangan
harta tanah wakaf.
Lokasi desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri terletak di Utara
Kota Kediri kurang lebih 10 Km dari Utara Kota. Kehidupan disana tergolong
pedesaan dan kehidupan mayoritas masyarakatnya adalah petani. Tempatnya yang
strategis untuk bercocok tanam menjadikan daerah ini tanahnya sebagian besar
adalah tanah sawah. Kehidupan masyarakatnya pun rukun dan gotong royong
43 Data KUA
52
52
karena diantara mereka pada umumnya sama seperti masyarakat khas desa
didaerah lain yakni dilandasi dengan saling percaya yang amat besar diantara
mereka, dan membuat masyarakatnya jarang sekali terdapat konflik, masalah atau
problem yang besar.
Kehidupan yang Agamis di Desa Toyoresmi memudahkan persatuan dan
kebersamaan diantara mereka terjalin erat terutama yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan yang Islami, misalnya kegiatan ngaji setiap hari di Masjid
setelah sholat Magrib, Istighosah setiap dua minggu sekali dengan mendatangkan
kiyai, yasinan atau membaca yasin secara rutin bersama setiap malam jum’at
dirumah warga dengan berpindah-pindah tiap minggunya, kemudian diba’an yang
dilaksanakan setiap malam kamis dengan rutin yang bertempat di Masjid An
Nikmah.
Aset tanah wakaf yang dimiliki Masjid An Nikmah berupa tanah Masjid
sendiri seluas 350 m2, pekarangan masjid 266 m2, 2 tanah wakaf ladang untuk
kesejahteraan Masjid salah satu tanahnya seluas 1280 m2, tanah wakaf Madrasah
hasil dari pengembangan wakaf pertama.
B. Hasil Penelitian
Dalam menjalankan atau mengelola harta benda wakaf, hal yang paling
mendasar adalah sifat dan sikap komitmen dari pengelola (nazhir) sebagai orang
yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap harta benda wakaf, Berangkat
dari sini penulis mencoba memaparkan hasil dari penelitian di Desa Toyoresmi
Kec. Gampengrejo Kab. Kediri tepatnya di Masjid An Nikmah.
53
53
Munculnya ide atau upaya pengelolaan dan pengembangan harta benda
wakaf Masjid An Nikmah di latar belakangi oleh berapa hal diantaranya, menurut
bapak Masduki Masjid An Nikmah adalah Masjid satu-satunya yang ada di Desa
Toyoresmi kemudian ada faktor alam yaitu kondisi Masjid yang hampir rusak,
selain itu juga mendapat bantuan modal yang di belikan tanah berupa pekarangan
untuk perluasan Masjid.
Selain itu dari warga Toyoresmi sendiri juga antusias mendukung kegiatan
pembangunan Masjid dengan gotong royong, kemudian memunculkan adanya ide
musyawarah dengan warga setempat untuk membangun atau memperbaiki
Masjid. Yang diantaranya
1. Menetapkan bahwa swadaya murni atau shodaqoh warga sekitar berlaku
pada setiap panen raya dengan ketentuan minimal 10 Kg harga gabah.
2. Setelah adanya dua tanah wakaf ladang untuk kesejahteraan Masjid
swadaya masuk ke Mal Masjid dan digunakan untuk pesangon guru,
madrasah, TPA, dan untuk biaya ngaji tiap bulannya.
3. Untuk pembangunan masjid menggunakan uang dari kas Masjid kemudian
apabila terdapat kekurangan maka di ambilakan dari tarikan warga sekitar.
4. Untuk pembangunan dan pengelolaan tanah wakaf madrasah sumber
dananya dari swadaya murni kemudian apabila terdapat kekurangan maka
di ambilakan dari uang kas Masjid.
Dan juga ada faktor dari luar yaitu adanya teguran dari KUA untuk
mendaftarkan tanah yang belum bersertifikat dan juga memperbaiki Masjid, yang
nantinya akan dibantu oleh KUA.
54
54
Kemudian dilanjutkan dengan beberapa upaya pembangunan sebagai
aplikasi dari ide-ide sebelumnya, dengan mengelola dan mengembangkannya.
a. Wakif dan Susunan kepengurusan
Dimulai dari informan pertama yakni ketua Nazhir dan ketua Ta’mir
Masjid An Nikmah yaitu Bapak Masduki, beliau adalah cucu dari wakif Masjid
An Nikmah yaitu Bapak Sulaiman. Bapak masduki adalah orang yang paling
berperan dalam mengelola harta benda wakaf Masjid hingga sampai saat ini dan
berperan penting dalam menjadikan wakaf yang semula hanya Masjid dan
sekarang bisa berkembang pesat, seperti perawatan fisik Masjid yang bagus
kemudian perabotan Masjid lengkap, begitu juga dengan berdirinya Madrasah
Ibtidaiyah, dan juga TPA. Bapak Masduki adalah aktor penting dalam
menjalankan harta wakaf Masjid ini.
Beliau menjelaskan dengan detail dari para wakif, susunan kepengurusan,
sistem pengelolaan harta wakaf hingga berkembang seperti saat ini. Wakif Masjid
An Nikmah yaitu Bapak Sulaiman yaitu kakek dari Bapak Masduki, kemudian
ada dua tanah wakaf yang berupa ladang yaitu wakaf ladang pertama wakifnya
adalah H. Ibrahim dan Wakif ladang kedua yaitu Bu Masrifah atau H. Khayin,
sedangkan untuk tanah wakaf hasil pengembangan harta wakaf yakni berupa
Madrasah dan pekarangan Masjid, tanah wakaf Madrasah wakifnya di atas
namakan Ibu Qibtiyah yakni orang yang paling banyak menyumbang dalam
pembelian tanah tersebut dan wakaf pekarangan Masjid di atas namakan Bak
Masduki sendiri yang kemudian dibangun TPA.44
44 Bpk. Masduki, Ketua Nazhir dan Ketua Ta’mir
55
55
Seperti yang telah di katakan Bapak Masduki, Bapak M Juhdi mengatakan
bahwa pembelian tanah wakaf pekarangan atau Latar Masjid adalah urunan atau
patungan dari warga sekitar sedangkan pembelian Tanah wakaf Madrasah adalah
Sumbangan beberapa Orang dengan Mengajukan Proposal ke beberapa Kerabat
yang dirasa kaya.45
Menurut Bapak M. Sofyan uang pembelian pekarangan atau latar Masjid
selain dari shodaqoh masyarakat sekitar ada juga dari luar daerah, kemudian
kekurangannya adalah uang pinjaman.
Susunan kepengurusan wakaf atau Nazhir dan juga kepengurusan Masjid
atau Ta’mir Masjid menurut Bapak Masduki adalah dimulai dari Ketua Nazhir
yaitu Bapak Masduki sendiri kemudian Sekertaris Nazhir, yaitu Bapak M. Juhdi
dan ada juga, Bendahara Nazhir, yakni Bapak M. Sofyan. Kemudian susunan
ta’mir Masjid juga diketuai oleh Bpk Masduki, kemudian Sekertaris Masjid, ada
Bapak M Juhdi, untuk, Bendahara Masjid Bpk Mukid, dibidang pembangunan ada
Bpk Suwondo, dan seksi perlengkapan atau Perbot Masjid ada Bpk Mashuri.46
Dalam hal kepengurusan ini antara Nazhir dan Ta’mir hampir sama karena
beberapa orang yang sebagai Nazhir ada juga yang menjabat sebagai Ta’mir
Masjid.
b. Sumber Dana dan Manajemen Keuangan
Mengenai Sumber Pendanaan Wakaf Masjid sebelum adanya tanah wakaf
untuk kesejahteraan Masjid yaitu tanah wakaf sawah adalah Swadaya Murni,
swadaya murni adalah urunan atau tarikan berasal dari warga desa Toyoresmi
45 M. Juhdi, Sekertaris Nazhir dan Sekertaris Ta’mir 46 Bpk. Masduki, Ketua Nazhir dan Ketua Ta’mir
56
56
yang digunakan untuk keperluan Masjid, dalam hal ini berbeda dengan uang
infak, karena menurut Bapak Masduki uang infak adalah uang yang didapatkan
dari kotak amal pada hari Jum’at.47
Setelah adanya tanah wakaf sawah yang menjadi sumber utama dana
untuk kesejahteraan Masjid, swadaya murni tetap diberlakukan akan tetapi
waktunya ditetapkan pada setiap panen raya, tiap warga diwajibkan untuk
shodaqoh minimal 10 Kg dari harga gabah. Sedangkan hasil pengelolaan dua
tanah wakaf sawah tersebut 100 % masuk untuk kesejahteraan Masjid.48
Bapak M. Juhdi mengatakan untuk wakaf ladang atau sawah dari si wakif
yakni Bpk. Khayin digarap pewakif sendiri akan tetapi hasilnya tetap 100% untuk
kesejahteraan Masjid, kemudian hasil pengelolaan kedua sawah tersebut langsung
masuk ke bendahara masjid akan tetapi terlebih dahulu melewati atau mengetahui
bendahara Nazhir.49
Menurut Bapak Sofyan sebagai bendahara Nazhir mengakui bahwa
Bendahara nazhir hanya sebagai perantara uang hasil pengelolaan kedua tanah
wakaf sawah dan sama sekali tidak memegang uang hasil panen dari kedua sawah,
karena uang tersebut setelah diterima, langsung di berikan kepada bendahara
Masjid. Kadang juga ada, hasil pengelolaan dari sawah tersebut langsung
diberikan kepada bendahara Masjid dan tidak diketahui oleh bendahara Nazhir. 50
c. Pengelolahan Harta Wakaf
47 Bpk. Masduki, Ketua Nazhir dan Ketua Ta’mir 48 Bpk. Masduki, Ketua Nazhir dan Ketua Ta’mir 49 M. Juhdi, Sekertaris Nazhir dan Sekertaris Ta’mir 50 M. Sofyan, Bendahara Nazhir
57
57
Harta yang dikelola disini adalah dua tanah wakaf berupa ladang yang
ditujukan untuk keperluan masjid, kemudian ada tanah wakaf Madrasah, dan juga
ada tanah wakaf yang berupa TPA. Untuk tanah wakaf yang berupa ladang ada
dua, yakni dari wakif Bpk. Khayin digarap pewakif sendiri akan tetapi hasilnya
tetap 100% untuk kesejahteraan Masjid kemudian langsung masuk ke bendahara
masjid. Sedangkan untuk tanah wakaf yang dari wakif Bapak H.Ibrahim tanahnya
dikelola sendiri oleh nazhir, dengan cara menawarkan kepada orang yang mampu
mengelola harta wakaf yang berupa ladang, dengan ada surat perjanjian baik
dalam pengelolaan, pendanaan, dan hasilnya.
Pengelolaan harta tanah wakaf Masjid, dua tanah wakaf ladang, tanah
wakaf Madrasah, dan juga TPA sumber dananya langsung diambilkan dari uang
yang masuk ke bendahara Masjid. Pembagian pengalokasian uang hasil dari
beberapa sumber dana tersebut juga dijelaskan, untuk uang dari swadaya murni
masuk ke Mal Masjid dan kemudian digunakan untuk pesangon Guru Madrasah
dan TPA serta untuk biaya keperluan-keperluan ngaji. Untuk pembangunan dan
perlengkapan Masjid dananya diambilkan dari Kas Masjid, apa bila ada
kekurangannya maka diambilkan dari tarikan warga. Sedangkan Untuk
pembangunan madrasah pengambilan dananya dari swadaya atau tarikan dari
warga kemudian kekurangannya diambilkan dari kas Masjid.51
Bapak M. Sofyan sebagai bendahara Nazhir mengenai sistem keuangan ini
sangat meresahkan seperti yang beliau ungkapkan, karena sistem pengelolaan
keuangan wakaf Masjid An Nikmah menurut beliau tugas dan fungsi masing-
51 Bpk. Masduki, Ketua Nazhir dan Ketua Ta’mir
58
58
masing pengurus mempunyai tanggung jawab yang berbeda, oleh karena itu perlu
adanya kejelasan kembali di bidang pengurusan, terutama dibidang keuangan,
agar di kemudian hari tidak terjadi permasalahan karena sudah jelas siapa yang
bertanggung jawab di bidangnya masing-masing. Masalahnya sistem keuangan
antara uang hasil tanah wakaf sawah dengan uang masjid seperti infak, wakaf,
shodaqoh di gabungkan menjadi satu karena bendahara masjid tidak membedakan
uang yang masuk antara uang infak, shodaqoh, jariyah, swadaya murni atau
tarikan tiap tahun dari warga.dan hasil pengelolaan kedua tanah wakaf sawah.52
C. Analisis Data
Bagian analisis data sesuai dengan yang telah disebutkan dalam rumusan
masalah yaitu, tentang kewenangan nazhir dalam pengelolaan dan pengembangan
aset tanah wakaf dan bagaimana upaya nazhir dalam mengelola dan
mengembangkan Tanah Wakaf Masjid di Desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo
Kab. Kediri
Dalam rangka usaha meningkatkan manfaat tanah wakaf agar menjadi
tanah yang bermanfaat lebih serta menjadikan modal yang ada menjadi lebih
produktif dan berimbas pada kesejahteraan umat dan generasi yang akan datang,
maka dalam hal ini yang sangat butuh perhatian adalah nazhir atau pengelola, dan
diharapkan peran dalam menjalankan tugasnya secara professional sehingga dapat
mengembangkan tanah wakaf menjadi produktif. Terdapat beberapa faktor yang
menjadi hambatan utama nazhir dalam menjalankan pengelolaan tanah wakaf
pada masa kini, diantaranya; 52 M. Sofyan, Bendahara Nazhir
59
59
1. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap harta tanah wakaf, beserta
sistem pengelolaannya.
2. Pada umumnya masyarakat yang ingin mewakafkan hartanya
menyerahkan terhadap orang yang dianggap panutan dalam lingkup
masyarakat tertentu, dan belum tentu yang dipasrahi mempunyai
kemampuan yang baik dalam mengelola secara optimal.
3. Kurang memadainya peraturan perundang-undangan yang diterapkan di
Indonesia tentang wakaf.
Dari tiga hambatan yang tersebut diatas adalah permasalahan umum yang
hingga kini belum terselesaikan secara tuntas.
Ketika zaman sudah mengalami perubahan yang pesat, pemukiman,
pertokoan, pembangunan gedung-gedung pencakar langit berdiri tegak, apakah
wakaf sebagai lahan yang fungsinya untuk kemaslahatan umat dibiarkan saja
tanpa ada perkembangan dan perubahan yang lebih, ini merupakan tuntutan dan
tantangan tersendiri untuk perkembangan wakaf. Ada beberapa permasalahan
yang menjadi perhatian serius dalam pengelolaan harta wakaf pada penelitian ini,
diantaranya tentang pengembangan harta wakaf, pendanaan wakaf, dan
manajemen wakaf.
Oleh karena itu masyarakat Desa Toyoresmi tergugah dan menggagas
untuk membangun kembali wakaf yang sudah ada kemudian diikuti dengan
mengembangkan dari modal wakaf.
Pengembangan harta wakaf dapat diartikan dengan pembangunan kembali
wakaf yang telah hancur atau membangun kembali dan memperbaiki yang rusak,
60
60
pengembangan ini merupkan masalah lama yang dialami oleh wakaf sejak dahulu.
Sedangkan pengembangan yang kedua dapat diartikan dengan memperluas wakaf
yang sudah ada atau menambah wakaf baru kepada wakaf lama yang berpengaruh
terhadap tujuan awal wakaf.
Berangkat dari sini peran nazhir dalam mengelola harta wakaf sangat vital
karena mempunyai wewenang penuh dalam mengelola harta wakaf dalam usaha
memajukan dan mengembangkan harta wakaf. Nazhir adalah pemimpin umum
dalam wakaf oleh karena itu seorang nazhir harus berakhlak mulia, amanah,
berkelakuan baik, berpengalaman menguasai ilmu administrasi dan keuangan
yang dianggap perlu untuk melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan jenis
wakaf dan tujuannya.
Kewenangan-Kewenangan nazhir yang menjadi tugas dan tanggung jawab
dalam mengelola harta wakaf telah disebutkan dalam peraturan pelaksanaan UU
No. 41 Tahun 2004 Tentang wakaf ( PP. RI. Nomor 42 Tahun 2006 ) Bab II
Bagian kelima Tugas dan masa bakti Nazhir Pasal 13-14, yang bunyinya;
Pasal 13
(1) Nazhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 11 wajib mengadministrasikan, mengelola, mengembangkan, mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.
(2) Nazhir wajib membuat laporan secara berkala kepada menteri dan BWI mengenai kegiatan perwakafan sebagaimana di maksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur dengan peraturan menteri.
Pasal 14
61
61
(1) Masa bakti Nazhir adalah 5 (lima) Tahun dan dapat diangkat kembali
(2) Pengangkatan kembali Nazhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh BWI, apabila yang bersangkutan telah melaksanakan tugasnya dengan baik pada periode sebelumnya sesuai ketentuan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan.
Kemudian juga disebutkan dalam Bab V Pengelolaan dan pengembangan
Pasal 45
(1) Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan peruntukan yang tercantum dalam AIW.
(2) Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk memajukan kesejahteraan umum, Nazhir dapat bekerjasama dengan pihak lain sesuai dengan prinsip syariah.
Dengan demikian seorang Nazhir merupakan salah satu unsur wakaf dan
memegang peranan penting dalam mengelola dan mengembangkan harta benda
wakaf sesuai dengan peruntukannya. Oleh karena itu tugas dan kewenangan
sebagai Nazhir harus di perhatikan dan dilaksanakan seperti yang tercantum
dalam pasal-pasal diatas.
a. Upaya Pendanaan Harta Tanah Wakaf
Pentingnya pendanaan bagi wakaf ketika tidak lagi produktif, rusak,
hancur, dan lain-lain, sudah terlihat sejak banyaknya wakaf yang sudah tidak
terurus lagi hingga hancur, inisiatif pembangunan dan pendanaan wakaf sangat
tepat sebagai upaya mengembalikan lagi peran wakaf, yakni asas manfaat untuk
kesejahteraan umum.
62
62
Ada beberapa cara mendanai wakaf, seperti yang telah disebutkan dalam
buku-buku fikih, diantaranya, yaitu meminjamkan wakaf, menjual hak monopoli
wakaf, menyewaka wakaf, menambah wakaf baru, dan menukar wakaf. 53
Untuk menjaga agar harta wakaf mendapatkan pengawasan dengan baik,
kepada nazhir (pengurus perseorangan) dapat diberikan imbalan yang ditetapkan
dengan jangka waktu tertentu atau mengambil sebagian dari hasil harta wakaf
yang dikelolanya yang menurut UU No. 41 Th. 2004 jumlahnya tidak boleh lebih
dari 10% dari hasil bersih benda wakaf yang dikelolanya.
Nazhir juga berwenang melakukan hal-hal yang mendatangkan kebaikan
harta wakaf dan mewujudkan syarat-syarat yang mungkin telah ditetapkan wakif
sebelumnya Kemudian juga memegang amanat untuk memelihara dan
menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan tujuan perwakafan tersebut.54
Bagaimana dengan upaya nazhir dalam mengelola dan mengembangkan
tanah wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi, sebagaimana telah di uraikan
dalam hasil penelitian dalam bab sebelumnya yakni nazhir dan masyarakat sekitar
Masjid An-Nikmah menginginkan agar wakaf yang ada dapat dikembangkan dan
lebih bermanfaat bagi masyarakat umum, hal ini telah mendorong munculnya
kepentingan-kepentingan baru dalam kegiatan sosial, bahkan hal itulah yang
menjadi pendorong bagi lahirnya bentuk-bentuk baru wakaf yang belum pernah
ada sebelumnya.
Pada perkembangan selanjutnya Sumber dana menjadi faktor utama dalam
pengelolaan harta wakaf, Nazhir tanah wakaf Masjid An-Nikmah dalam soal 53 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005) Hal: 252 54 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media. Yogyakarta. 2005. Hal: 35
63
63
pengelolaan ini dana yang masuk untuk keperluan masjid dikumpulkan menjadi
satu yaitu dalam kas Masjid diantaranya terdapat dana dari swadaya murni yaitu
uang dari sumbangan rutin warga sekitar Masjid, kemudian uang infak, jariyah
jum’at, shodaqoh, dan juga usaha menggalang dana dengan mengajukan proposal
kepada beberapa pihak atau orang yang di anggap kaya, selain itu sember dana
yang masuk dalam kas Masjid ada juga dari hasil pengelolaan dua tanah wakaf
ladang yang ditujukan untuk kepentingan Masjid.
b. Upaya Mengelola Dan Mengembangkan Harta Wakaf
Upaya Nazhir Masjid An-Nikmah dalam mengelola harta atau tanah
wakaf, terlebih dahulu dimusyawarahkan dengan warga sekitar, kemudian warga
dan nazhir menetapkan beberapa kebijakan berkaitan dengan sumber dana yang
diperoleh, diantaranya;
1. Menetapkan bahwa swadaya murni atau shodaqoh warga sekitar berlaku
pada setiap panen raya dengan ketentuan minimal 10 Kg harga gabah.
2. Setelah adanya dua tanah wakaf ladang untuk kesejahteraan Masjid
swadaya masuk ke Mal Masjid dan digunakan untuk pesangon guru,
madrasah, TPA, dan untuk biaya ngaji tiap bulannya.
3. Untuk pembangunan masjid menggunakan uang dari kas Masjid kemudian
apabila terdapat kekurangan maka di ambilakan dari tarikan warga sekitar.
4. Untuk pembangunan dan pengelolaan tanah wakaf madrasah sumber
dananya dari swadaya murni kemudian apabila terdapat kekurangan maka
di ambilakan dari uang kas Masjid.
64
64
Beberapa kebijakan yang di rumuskan diatas ternyata telah berlaku sejak
lama, tetapi baru terlihat hasilnya setelah adanya Madrasah dan TPA yang
menjadi milik masjid, yaitu ditandai dengan pembelian tanah pekarangan untuk
kepentingan Masjid, disusul dengan pembangunan kelas untuk TPA.
Diantara sekian banyak upaya dalam mengembangankan tanah wakaf
tersebut patut kita banggakan, disisi lain dalam kepengurusan antara Nazhir dan
Ta’mir Masjid An-Nikmah terdapat beberapa kerancuan, yaitu diantaranya
masalah keuangan. Bendahara nazhir masjid An-Nikamh disini tidak berfungsi
sebagaimana mestinya sebagai seorang nazhir karena tugas, dana, tanggung jawab
semua diserahkan kepada pengurus Masjid atau bendahara masjid, dan bendahara
nazhir bahkan tidak mengetahui berapa dana yang sudah terkumpul dari hasil
pengelolaan dua tanah wakaf ladang yang ditujukan untuk kesejahteraan Masjid.
Hal ini menjadi sangat serius apabila dikemudian hari bendahara Nazhir dimintai
pertanggung jawaban tentang pengelolaan harta wakaf, karena bagaimanapun
yang bertanggung jawab atas pengelolaan harta wakaf adalah pihak Nazhir.
Sebagaiman yang diercantumkan dalam UU No. 41 Tahun 2004 bagian
kelima pasal 11; tentang beberapa tugas yang diemban oleh seorang Nazhir,
diantanya;
a. melakukan pengadministrasian harta benda wakaf; b. memengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan
tujuan, fungsi dan peruntukannya;
c. mengawasi dan melindungi harta benda wakaf; dan
d. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indnesia.
65
65
Dengan ketentuan pasal diatas seorang Nazhir akan sangat kesulitan
apabila ketentuan pasal diatas tidak dijalankan sebagaiman mestinya.
Bila dipandang dari sudut hukum Islam semata, maka soal wakaf menjadi
sangat sederhana asalkan dilandasi dengan kepercayaan.hal ini di satu sisi
memudahkan soal administrasi, artinya tidak ada prosedur yang rumit dalam
mengelola wakaf, tapi di sisi lain kemudahan itu berakibat sulitnya pengawas
yang dilakukan, terutama pihak yang berwenang dalam bidang perwakafan, dan
akibat yang lebih buruk lagi apabila dikemudian hari dalam pengelolaan harta
wakaf tersebut terdapat permasalan.
Indikasi ini menunjukkan bahwa ibadah tidaklah cukup hanya dilandasi
dengan keikhlasan dan kepercayaan semata, akan tetapi harus diperhatikan unsur
kemaslahatan, serta manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka waktu yang tidak
terbatas sebagaimana sifat wakaf itu sendiri.
Beberapa permasalahan yang menjadi perhatian serius dalam pengelolaan
harta wakaf pada penelitian ini, diantaranya tentang pengembangan harta wakaf,
pendanaan wakaf, dan manajemen wakaf. Pengembangan harta wakaf terkait
dengan penambahan wakaf baru pada wakaf lama dapat disebut sebagai
penambahan modal wakaf dari sebagian hasilnya, dalam masalah penyisihan
sebagian dari hasil wakaf untuk menambah modal adalah prinsip dalam wakaf
untuk menghormati syarat yang telah ditetapkan oleh wakif.
Berkaitan dengan masalah ini Al-Kamal bin Al-Hamman mengatakan
dalam pembahasannya tentang pembangunan wakaf “ Pembangunan yang layak
adalah sesuai dengan kemampuan yang ada pada orang-orang yang berhak atas
66
66
hasil wakaf berdasarkan kategori yang ditentukan oleh wakif.” Beliau juga
mempertegas dengan perkataannya, “ Sedangkan penambahan pada wakaf dari
hasil itu bukan haknya. Sebab hasil dari wakaf telah menjadi hak orang yang
berhak mendapatkan hasilnya.55
Dengan demikian hal baru yang berkaitan dengan penambahan modal
wakaf dapat dikatakan harus mendapatkan izin dari pada wakif atau ahlul baitnya.
Mengenai kemungkinan pengembangan harta wakaf dari hasilnya dalam beberapa
bentuk, yang muncul karena situasi dan kondisi yang baru.
Diantaranya, harta wakaf yang ada ditangan nazhir menghasilkan
keuntungan yang sangat besar dan masih berlebihan setelah dibagikan pada yang
berhak, kemudian sisa hasilnya tersebut dipakai untuk berinvestasi, misalnya
mendirikan toko, rumah persewaan, lahan pertanian, dan lain-lain.
Bentuk pengembangan tanah wakaf seperti contoh diatas telah dilakukan
oleh nazhir wakaf Masjid An-Nikmah dan kesepakatan warga sekitar dan
bersepakat untuk mempergunakan tanah wakaf yang ada untuk lahan pertanian.
dalam pengelolaannya berinisiatif untuk menyewakan tanah wakafnya untuk
pertanian, dengan alasan mayoritas masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan
lahannya juga cocok untuk lahan pertanian, kemudian hasil dari penggarapan
lahan tadi ditujukan untuk kesejahteraan masjid.
55 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005) Hal: 231
67
67
Terdapat sebagian para ahli fiqih yang berpendapat, yang mengatakan
bahwa kelebihan dari hasil wakaf setelah dibagikan harus diberikan kepada tujuan
lain yang lebih dekat berdasarkan jenis tujuan dan letak geografisnya. 56
Dengan demikian tidak ada batasan dan syarat dari amal kebaikan selain
dari syarat kepemilikan, kemampuan, tujuan mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Firman Allah dalam Surat At-Taubah : 91 telah dijelaskan;
4 $ tΒ ’ n? tã šÏΖÅ¡ ósßϑ ø9 $# ÏΒ 9≅ŠÎ6 y™
Artinya: “Tidak ada jalan sedikitpun untuk mengalahkan orang-orang yang berbuat baik.”
Membentuk wakaf baru pada hakikatnya adalah tujuan sampingan bagi
pengurus wakaf produktif, tujuan ini merupakan tujuan sosial yang bersifat umum
dan bukan menjadi tugas khusus nazhir harta wakaf produktif, dengan kata lain
adalah bertujuan mendorong terbentuknya wakaf baru.
Lalu bagaimana dengan membeli tanah wakaf baru untuk memperluas
pekarangan wakaf lama dengan cara nazhir mengumpulkan dana dari warga
sekitar atas kesepakatan bersama, kemudian tanah tersebut digunakan untuk
pekarangan dan gedung sekolah akan tetapi tidak ada sighat wakaf dari siapapun.
Pertanyaannya apakah tanah dan gedung tersebut sudah menjadi tanah wakaf, lalu
siapakah yang menjadi wakif dari tanah wakaf baru tersebut. Dalam keputusan
Muktamar NU 1971 M di Surabaya pernah membahas tentang menggunakan
tanah untuk madrasah, kaitannya dengan wakaf. Dalam keputusannya tersebut 56 Qahaf, Mundzir. Ibid., Hal: 230
68
68
bahwa tanah wakaf atau gedung baru sebagai tambahan wakaf lama belum
menjadi barang wakaf, dan yang berhak menjadikan barang-barang wakaf dan
membuat syarat-syaratnya adalah:
1. Wakif (orang yang mewakafkan)
2. panitia yang mengumpulkan
3. dan Hakim Syar’i
Dari keputusan tersebut dapat diketahui bahwa barang yang dibeli tidak
otomatis menjadi barang wakaf sampai hakim menentukannya. Hakim tersebut
berwenang menangani jual beli perwakafan dan jika tidak terdapat nazhir yang
khusus menangani barang yang diwakafkan tersebut.
Bagaimana dengan upaya mengumpulkan dana dari warga, disebutkan
dalam keputusan Muktamar NU 1929 M Di Semarang bahwa memungut derma
untuk mendirikan masjid yang akan dibangun, dalam keputusan muktamar
tersebut dijelaskan bahwa hal seperti itu boleh, adapun tidak sahnya wakaf untuk
Masjid yang akan dibangun itu disebabkan karena belum adanya obyek yang
diwakifinya, jadi permulaannya terputus (munqathi ‘awwal) yang merujuk dari
keterangan dalam kitab Syarah Bahjah Juz III.57
Artinya: “ Masalahnya sama (boleh) dengan orang yang mengambil harta
atau uang dari warga untuk membangun sekolah, pondok, sumur, dan Masjid.
57 Mahfudh,Sahal. Solusi Problema Aktual Hukum Islam (Keputusan Muktamar, Munas, Konbes
NU 1926-1999 M). (Surabaya: Lajnah Ta’lif Wan Nasyr NU Jawa Timur dan diantama Surabaya. 2005) hal: 71
69
69
Kemudian soal pendanaan wakaf, pendanaan harta wakaf merupakan hal
yang harus diperhatikan dan dipahami secara serius, karena dalam hal ini rawan
terjadi permasalah dikemudian hari. Ada beberapa cara yang umumnya digunakan
oleh nazhir, diantaranya dengan menyewakan harta wakaf, menambah wakaf baru
pada wakaf lama, ada juga pendanaan wakaf dengan cara menggalang bantuan
dari masyarakat, dan lain-lain.
Cara-cara pendanaan seperti ini banyak dilakukan oleh para nazhir pada
umumnya, para ulama’ pun memberi pendapat dan alasan yang berbeda-beda
dalam menyikapi soal pendanaan tanah wakaf seperti ini. tetapi yang lebih utama
dari itu adalah apakah cara yang dilakukan dalam mengelola dan memanajemen
dana yang dilakukan sudah sesuai dengan yang disyariatkan.
Sistem pendanaan yang dilakukan oleh nazhir masjid An-Nikmah Desa
Toyoresmi adalah dengan beberapa cara diantaranya meminjamkan tanah wakaf
untuk dikerjakan orang lain kemudian hasilnya nanti ditujukan untuk
kesejahteraan Masjid, Kemudian menggalang dana dari masyarakat secara rutin
setiap panen raya, cara seperti ini sudah dijalankan sejak lama.
Setelah sekian lama dana yang masuk ke kas masjid terkumpul, berangkat
dari situ nazhir beserta warga memutuskan untuk membeli pekarangan untuk
perluasan masjid sekaligus merencanakan untuk membangun gedung untuk TPA
yang dananya juga dari warga kemudian untuk kekurangannya diambilkan dari
kas masjid, karena dinilai dana yang terkumpul dalam kas masjid melimpah, dan
perbaikan dan segala keperluan masjid dinilai sudah tercukupi.
70
70
Permasalahannya dana yang digunakan untuk pembiyayaan pembangunan
diluar masjid diambilkan sebagian dari uang kas masjid, yang terdapat uang dari
tanah wakaf ladang untuk kesejahteraan masjid. Seperti yang telah diangkapkan
dalam bukunya Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif beliau
mengungkapkan; Terdapat sebagian para ahli fiqih yang berpendapat, yang
mengatakan bahwa kelebihan dari hasil wakaf setelah dibagikan harus diberikan
kepada tujuan lain yang lebih dekat berdasarkan jenis tujuan dan letak
geografisnya.
Penggunaan uang dari kas masjid juga dibahas dalam keputusan
Muktamar NU 1929 M Di Semarang , tentang uang wakaf untuk pembangunan
Masjid digunakan untuk membiayai pekerjaan bangunan. Dalam muktamar
tersebut diperbolehkan, karena penggunaan denikian itu telah menjadi kebiasaan
yang berlaku. Merujuk dari keterangan dalam Kitab Fatawi Kubro, yang berbunyi;
Artinya; beliau ditanya tentang harta yang diwakafkan tanpa diketahui
untuk keprluan apa harus dipergunakan, namun populer bahwa harta itu
merupakan wakaf untuk ini, dan itu berlaku sejak dahulu.
Apakah nazhir (pengurus) yang belakangan harus mengikuti pada
pengurus yang lama? Beliau menjawab, harta wakaf tersebut harus dikelola
sebagaimana kebiasaan orang atau pengurus sebelum dan dengan catatan tidak
ada yang mengingkari seperti untuk keperluan membangun masjid dan lainnya.
Dalam hal ini harus mengikuti kebiasaan yang maklum sejak dahulu sampai
sekarang, tanpa ada yang mengingkari karena kebiasaan yang berlaku sama
71
71
seperti yang disyaratkan sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Izzu Abdi al-Salam
dan lainnya.
Telah banyak yang dilakukan oleh nazhir dalam mengelola harta wakaf,
akan tetapi perlu di perhatikan kembali syari’at yang mengatur tentang
pengelolaan harta wakaf. Baik syari’at tersebut dari petunjuk kitab-kitab ulama’
terdahulu, pendapat para ulama’ modern, ataupun dari UU yang yang berlaku.
Maka dari itu dari pihak pemerintah mengeluarkan UU No. 41 Tahun 2004
tentang wakaf, sebagai peraturan perundang-undangan yang mengatur dan
melindungi harta agama tersebut.
UU No. 41 Tahun 2004 ini banyak hal baru yang belum terdapat dalam
peraturan sebelumnya, diantaranya;
1. UU No. 41 Tahun 2004 membagi benda wakaf menjadi dua yaitu benda
bergerak dan benda tidak bergerak. Benda bergerak misalnya seperti
uang, surat berharga, kendaraan kekayaan intelektual hak sewa dan lain-
lain. Sedangkan benda tidak bergerak adalah sesuatu yang berkaitan
dengan tanah, yakni ladang, bangunan atau gedung, dan lain-lain.
2. Dalam pasal 1 UU No. 41 Tahun 2004 disebutkan bahwa wakaf adalah
perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk
jangka waktu tertentu dan sesuai dengan kepentingan guna keperluan
ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut Syari’ah. Jadi wakaf
sementara juga dibolehkan menurut kepentingannya.
72
72
3. Mengenai cara penyelesaian sengketa, dalam UU ini penyelesaian
sengketa dapat diselesaikan melalui musyawarah mufakat maupun
bantuan pihak ketiga melalui mediasi, arbitrase, dan jalan terakhir adalah
melalui pengadilan.
4. Hak baru lain dalam UU ini adalah mengenai dibentuknya Badan Wakaf
Indonesia (BWI), yang bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan
perwakafan Nasional.
Sementara peraturan mengenai dasar-dasara wakaf, tujuan dan fungsi
wakaf, wakif, harta benda wakaf, ikrar wakaf, peruntukan harta benda wakaf,
wakaf dengan wasiat, dan lain-lain. Relatif sama hanya ada beberapa penyesuaian
karena terbentuknya BWI.
Pendapat imam yang boleh difatwakan dan dijadikan landasan atau
pedoman selain dari Mazhab Syafi’i, disebutkan dalam Muktamar NU pertama
1926 M Di Surabaya diantaranya;
1. Pendapat yang terdapat kata sepakat antar imam Nawawi dan Imam Rafi’i
2. Pendapat yang dipilih oleh Imam Nawawi Saja,
3. Pendapat yang dipilih oleh Imam Rafi’i Saja,
4. Pendapat yang disokong oleh ulama’ terbanyak,
5. Pendapat ulama’ yang terpandai,
6. Pendapat ulama’ yang paling wira’i.
Keterangan, dari permulaan Kitab I’anatut-Thalibin.58
58 Mahfudh,Sahal. Solusi Problema Aktual Hukum Islam (Keputusan Muktamar, Munas, Konbes
NU 1926-1999 M). (Surabaya: Lajnah Ta’lif Wan Nasyr NU Jawa Timur dan diantama Surabaya. 2005) hal: xxxv
73
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kewenangan pengelolaan dan pengembangan Tanah Wakaf Masjid An-
Nikmah di Desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri memunculkan ide
dalam upaya mensejahterakan harta benda wakaf Masjid An Nikmah, hal-hal yang
melatar belakangi diantaranya, Masjid An Nikmah adalah Masjid satu-satunya
yang ada di Desa Toyoresmi serta kondisi Masjid yang hampir rusak sehingga
harus diselamatkan dari kehancuran dan dibangun kembali, kemudian adanya
bantuan modal untuk kesejahteraan masjid yang di belikan tanah berupa
74
74
pekarangan untuk perluasan Masjid dan bantuan berupa dua tanah wakaf ladang
untuk kesejahteraan masjid.
Selain itu dari warga Toyoresmi sendiri juga antusias mendukung kegiatan
pembangunan kembali Masjid, yang kemudian memunculkan adanya upaya
memusyawarah dengan warga setempat untuk memperbaiki dan membangun
Masjid. Yang diantaranya Menetapkan,
1. Bahwa swadaya murni atau shodaqoh warga sekitar berlaku pada setiap panen raya dengan ketentuan minimal 10 Kg harga gabah.
2. Setelah adanya dua tanah wakaf ladang untuk kesejahteraan Masjid swadaya masuk ke Mal Masjid dan digunakan untuk bisyaroh ustadz, madrasah, TPA, dan untuk biaya ngaji tiap bulannya.
3. Untuk pembangunan masjid menggunakan uang dari kas Masjid kemudian apabila terdapat kekurangan maka di ambilakan dari tarikan warga sekitar.
4. Untuk pembangunan dan pengelolaan tanah wakaf madrasah sumber dananya dari swadaya murni kemudian apabila terdapat kekurangan maka di ambilakan dari uang kas Masjid.
Upaya yang dilakukan sebagaimana disebutkan dalam hasil musyawarah
telah berjalan sesuai dengan yang disepakati. diantaranya tentang penambahan
tanah wakaf baru berupa pekarangan untuk memperluas wakaf lama atau Masjid,
kas Masjid juga digunakan untuk pendanaan wakaf ladang yang dikelola nazhir,
dan juga pendanaan tanah hasil pengembangan harta wakaf yang berupa
Madrasah dan TPA.
B. Saran
Berangkat dari masalah dalam penelitian kali ini maka peneliti
menyarankan kepada semua pihak yang berkecimpung dalam dunia perwakafan
khususnya perwakafan yang terjadi di Masjid An-Nikmah Desa Toyoresmi Kab.
Kediri Kec. Gampengrejo, baik mempelajari ataupun prakteknya agar
memperhatikan dengan seksama rukun dan syarat-syaratnya baik dalam kitab-
kitab yang membahas perwakafan, buku-buku perwakafan, peraturan-peraturan
75
75
pemerintah yang berlaku, dan lain-lain. karena bagaimanapun kepentingan yang
berlandaskan keikhlasan seperti wakaf harus tetap menjadi perhatian khusus guna
merealisasikan tujuan wakaf yakni manfaat untuk kemaslahatan umat.
76
76
BUKTI KONSULTASI
Nama ; Ni’am Syahbana NIM ; 03210094 Fakultas/Jurusan ;Fakultas Syari’ah/Al-Ahwal Al-Syakhsiyah Universitas
Islam Negeri (UIN) Malang. Judul Skripsi ; PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH
WAKAF MASJID (Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri)
Dosen pembimbing ; H. Isroqunnajah, M,Ag
No. Tanggal Materi Konsultasi Tanda Tangan
01 2 Mei 2008 Seminar Proposal
02 5 Mei 2008 Konsultasi Hasil Seminar
03 15 Mei 2008 Pengajuan BAB I dan II
04 24 Juni 2008 Revisi I,II dan Konsultasi
III,IV,V
05 16 Oktober 2008 Pengajuan BAB I,II,III,IV, dan
V
06 22 Oktober 2008 Revisi BAB I,II,III,IV, dan V
07 9 Januari 2009 Pengajuan BAB I,II,III,IV,V
dan ACC keseluruhan
Malang, April 2009 Dekan,
Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag. NIP. 150216425
77
77
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Abdul Ghofur.Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia.(Yogyakarta: Pilar Media. 2005)
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta. 2006)
Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. (Malang: Fakultas Syari’ah, UIN. 2005)
Bungin,Burhan Metodologi Penelitian Sosial. (Sidoarjo: Airlangga University Press. 2001)
Depag RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di
Indonesia. (Jakarta. 2004) Depag RI.Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan
Peradilan Agama.(Jakarta:Depag,RI) Depag RI.Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia.(Jakarta: 2000)
Harsono,Boedi.Hukum Agraria Indonesia. Jilid I (Jakarta: Penerbit
Djambatan,2007)
Harsono,Boedi.Hukum Agraria Indonesia. Jilid II (Jakarta: Penerbit
Djambatan,2006)
Himpunan peraturan perundang-undangan, Undang-Undang Wakaf 2007 (Bandung: Fokusmedia)
Johnson,Alvin S.Sosiologi Hukum.(Jakarta:Penerbit Rineka Cipta.2004)
Kansil. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia.(Jakarta: Balai Pustaka.1989)
Mahfudh,Sahal. Solusi Problema Aktual Hukum Islam (Keputusan Muktamar,
Munas, Konbes NU 1926-1999 M). (Surabaya: Lajnah Ta’lif Wan Nasyr NU Jawa Timur dan diantama Surabaya. 2005)
Mughniyah,Muhammad Jawad. Fikih Lima Mazhab.(Jakarta: Penerbit
Lentera.2001) Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. (Malang: UM, 2003)
Peraturan Presiden R.I. Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Pertanahan dan UU R.I. Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. (Bandung: Citra Umbara. 2007)
78
78
Saifullah. Buku Panduan Metodologi Penelitian.(Fakultas Syari’ah: UIN Malang)
Soekanto,Soerjono.Pokok-Pokok Sosiologi Hukum.(Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1988)
Subekti, R dan R Tjusodibio.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.(Jakarta: PT
Pradnya Paramita.2003) Soenarjo. Al Qur’an dan Terjemahnya. (Jakarta: yayasan penyelenggara
penterjemah/pentafsir Al Qur’an. 1971) Syafei, Rachmat. Fiqih Muamalah. (Bandung: Pustaka Setia. 2006) Syafei, Rachmat.Ilmu Ushul Fiqih. (Bandung: Pustaka Setia. 1999) Syafi’i, M. Pedoman Ibadah. (Surabaya: Arkola.) Undang-Undang RI No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
Usman, Suparman.Hukum Islam.( Jakarta: Gaya Media Pratama.2001)
Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005)
Recommended