i
PEDOMAN
PERENCANAAN JENIS DAN
PENGHITUNGANKEBUTUHAN
GURUBERDASARKAN KURIKULUM 2013
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2014
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | ii
KATA PENGANTAR
Guru merupakan salah satu komponen yang mempunyai peran sangat
penting sebagai ujung tombak dalam peningkatan mutu pendidikan. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah
menyediakan guru profesional dengan kualitas dan kuantitas sesuai
kebutuhan. Untuk itu diperlukan persamaan persepsi dari semua
pengelola pendidikan tentang perencanaan kebutuhan guru meliputi cara
penentuan jenis dan penghitunganjumlah guruyang dibutuhkan.
Pedoman ini disusun untuk dijadikan acuan bagi pengelola pendidikan
yang berwenang membina guru dalam menentukan kebijakan dan
merencanakan serta mengkaji ulang kebutuhan guru.Pedoman ini merujuk
kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
perencanaan dan penataan guru.
Semoga pedoman ini dapat bermanfaat dan membantu para pengelola
pendidikan dalam perencanaan dan penataan guru di Indonesia.
Jakarta, Mei2014
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar,
Hamid Muhammad, Ph.D
NIP. 19590512 1983111001
iii | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 4
A. Latar Belakang ................................................................................... 4 B. Dasar Hukum ..................................................................................... 4 C. Tujuan ................................................................................................ 6 D. Sasaran .............................................................................................. 6 BAB II PERENCANAAN KEBUTUHAN GURU ....................................... 8 A. Ruang Lingkup ................................................................................... 8 B. Manfaat .............................................................................................. 8 C. Jenis Guru .......................................................................................... 8 D. Penghitungan Kebutuhan Guru Tingkat Satuan Pendidikan ............. 9 E. Hasil Penghitungan dan Rencana Pemenuhan Guru Pada Tingkat
Satuan Pendidikan ............................................................................. 23 F. Penghitungan Kebutuhan Guru di Tingkat Kabupaten/Kota ............. 24 G. Penghitungan Kebutuhan Guru Per Provinsi ..................................... 27 H. Penghitungan Kebutuhan Guru Nasional .......................................... 27 BAB III PENUTUP ..................................................................................... 28
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjadi wahana
pembangunan sumberdaya manusia untuk mewujudkan amanat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru. Oleh karena itu, sekolah harus dilihat sebagai sebuah sistem
yang terdiri dari komponen peserta didik, program/kurikulum, pendidik
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta manajemen
sekolah. Semua komponen pendidikan tersebut saling berhubungan
dan mempengaruhi satu dengan lainnya, baik pada tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
Perencanaan kebutuhan guru di sekolah harus dilakukan secara
sinergi dengan perencanaan komponen pendidikan lainnya, yang
merupakan bagian dari perencanaan sekolah seutuhnya. Perencanaan
guru yang tidak mengacu pada kurikulum dan jumlah rombel yang
direncanakan akan menyebabkan kelebihan dan atau kekurangan
jumlah dan jenis guru.
Berlakunya kurikulum 2013 juga berimplikasi pada jenis dan
perencanaan kebutuhan guru. Hal tersebut disebabkan karena adanya
perubahan kerangka dasar dan struktur kurikulum pada setiap jenjang
pendidikan. Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disusun pedoman
perencanaan jenis dan penghitungan kebutuhan guru berdasarkan
Kurikulum 2013.
B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 jo Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
5 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru
Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 jo Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pengadaan Pegawai
Negeri Sipil;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
tentangPemerintahan Daerah;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah, PemerintahanDaerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009
tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan
Pendidikan;
10. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi,
Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Dan Menteri Agama
Nomor 05/X/Pb/2011, Nomor Spb/03/M.Pan-Rb/10/2011, Nomor
48 Tahun 2011, Nomor 158/PMK.01/2011, dan Nomor 11 Tahun
2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri
Sipil
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1Tahun
2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2013 atas perubahan Peraturan Menteri Pendidikan
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 6
NasionalNomor 15Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Pendidikan Dasar Di Kabupaten/Kota;
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum;
C. Tujuan
Pedoman ini disusun dengan tujuan sebagai berikut.
1. Sebagai panduan atau acuan bagi dinas pendidikan,
penyelenggara pendidikan, kepala sekolah dan pemangku
kepentingan (stakeholder) lainnya dalam menghitung kebutuhan
guru di setiap sekolah.
2. Sebagai panduan atau acuan bagi dinas pendidikan,
penyelenggarapendidikan, kepala sekolah dan pemangku
kepentingan (stakeholder) lainnya dalam menentukan jumlah
kekurangan atau kelebihan guru, baik guru kelas, guru mata
pelajaran, maupun guru bimbingan dan konseling.
D. Sasaran
Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi pihak yang berkepentingan
terutama:
1. Guru;
2. Kepala Sekolah;
3. PengawasSekolah;
4. Penyelenggara pendidikan;
5. Dinas Pendidikan;
6. Badan Kepegawaian Daerah;
7. Badan Kepegawaian Negara;
7 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru
8. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
9. Kementerian lain yang menyelenggarakan pendidikan formal pada
pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;
dan
10. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi.
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 8
BAB II
PERENCANAAN KEBUTUHAN GURU
A. Ruang Lingkup
Perencanaan kebutuhan guru meliputi kegiatan penentuanjenis dan
penghitungan kebutuhan guru. Penentuanjenis guru dilakukan oleh
Pemerintah, sedangkan penghitungan kebutuhan guru dilakukan
secara berjenjang mulai dari tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.
B. Manfaat
Melalui perencanaan kebutuhan guru dapat diketahui jumlah guru yang
memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam
tatap muka per minggu dan jumlah guru yang tidak mendapat alokasi
mengajar paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per
minggu.
C. Jenis Guru
1. Dasar Pemikiran
a. Jenis guru secara umum meliputi guru kelas, guru mata
pelajaran, guru bimbingan konseling (konselor), dan guru
pembimbing khusus. Guru mata pelajaran ditentukan
berdasarkan mata pelajaran yang termuat dalam struktur
kurikulum 2013 sebagaimana tercantum pada Lampiran 1,2, 3,
dan 4.
b. Setiap guru seharusnya memiliki latar belakang
pendidikan/profesi/sertifikat pendidik yang sama/sesuai dengan
mata pelajaran yang diampu.
2. Jenis Guru Per Jenjang Pendidikan
a. Jenis guru terdiri dari guru kelas, guru mata pelajaran, guru
bimbingan dan konseling (BK), dan guru pembimbing khusus
(GPK).
9 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru
b. Guru kelas terdiri dari guru kelas TK yang mengajar di TK,
guru kelas TKLB yang mengajar di TKLB, guru kelas SD
mengajar di SD, dan guru kelas SLB mengajar di SDLB/MILB.
c. Guru mata pelajaran yang mengajar di SD terdiri dari guru
agama dan guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
(PJOK).
d. Guru mata pelajaran yang mengajar di SMP, SMA, SMK,
SMPLB, dan SMALB mengampu jenis mata pelajaran sesuai
dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya.
e. Guru mata pelajaran muatan lokal pada semua jenjang
ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya.
f. Guru BK adalah guru yang diberi tugas melaksanakan
bimbingan dan konseling di SMP, SMA dan SMK.
g. Jenis guru pada semua jenjang pendidikan dicantumkan dalam
Lampiran 3 dan 4.
D. Penghitungan Kebutuhan Guru Tingkat Satuan Pendidikan
Penghitungan kebutuhan guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru BK
di tingkat satuan pendidikan menggunakan teknik uraian dan teknik
tabulasi.
1. Teknik Uraian
Teknik uraian dilakukan dengan cara mengisi rumus penghitungan
dengan data yang dibutuhkan yaitu jam pelajaran yang tercantum
dalam struktur kurikulum sekolah/madrasah dan jumlah rombongan
belajar.
2. Teknik Tabulasi
Teknik tabulasi digunakan untuk menghitung kebutuhan guru di
tingkat satuan pendidikan dengan menggunakan format
penghitungan kebutuhan guru. Format penghitungan kebutuhan
guru dirancang berdasarkan kerangka dasar dan struktur
kurikulum. Format dikembangkan dengan menambahkan kolom
penghitungan jumlah tatap muka (JTM) per mata pelajaran per
sekolah, kolom penghitungan jumlah guru dan kolom jumlah tatap
muka per guru.
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 10
Penghitungan kebutuhan guru bimbingan dan konseling dilakukan
terpisah karena tidak menggunakan jam pelajaran yang ada dalam
kurikulum tetapi menggunakan jumlah siswa sebagai
dasarpenghitungan.
1. Kebutuhan Guru Taman Kanak-Kanak (TK)
a Prinsip Perhitungan
Satu rombel diampu oleh 1 (satu) orang guru,
b Formula Perhitungan Kebutuhan Guru TK
Rumus perhitungan:
Keterangan:
KG = Kebutuhan Guru
JR = Jumlah rombel
2. Kebutuhan Guru Sekolah Dasar (SD)
a Prinsip Penghitungan
1) Setiap rombel diampu oleh 1 (satu) orang guru kelas.
2) Setiap SD harus menyediakan guru agama dan guru
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (PJOK).
3) Wajib mengajar bagi guru agama dan guru PJOK yang
digunakan dalam perhitungan adalah 24 jam tatap muka
per minggu.
4) Di SD harus disediakan guru agama sesuai dengan ragam
jenis agama yang dianut peserta didik.
b Formula Penghitungan Kebutuhan Guru di Sekolah Dasar
(SD)
Penghitungan kebutuhan guru SD menggunakan teknik uraian
seperti berikut.
KG = JR x 1 guru
11 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru
Rumus penghitungan jumlah guru kelas:
Rumus penghitungan jumlah guru agama dan guru PJOK:
๐พ๐บ๐ด
๐=
๐ฝ๐๐
24=
๐๐1๐ฅ๐ฝ๐ 1 + โฏ + (๐๐6๐ฅ๐ฝ๐ 6)
24
Keterangan:
KGK = Kebutuhan Guru Kelas
JTM = Jumlah Jam Tatap Muka Perminggu
JR = Jumlah Rombel
KGA/P= Kebutuhan Guru Agama/PJOK
MP = alokasi jam Mata Pelajaran perminggu pada mata pelajaran
agama/PJOK di satu tingkat
24 = jam wajib mengajar perminggu
1 s.d.6 = tingkat 1 (kelas I), tingkat 2 (kelas II), tingkat 3(kelas III),
tingkat 4 (kelas IV), tingkat 5 (kelas V), tingkat 6 (kelas VI)
3. Contoh Penghitungan kebutuhan guru SD
teknik uraian
SD N X memiliki6 (enam) kelas.
o Kebutuhan guru kelas
KGK = โK x 1 guru
= 6 kelas x 1
= 6 guru kelas
o Kebutuhan guru Agama (4 jam pelajaran per minggu).
SD N X dengan 6 kelas
= {(jml jam pel x tingkat 1) + (jml jam pel x tingkat 2) + (jml jam
pel x tingkat 3) + (jml jam pel x tingkat4) + (jml jam pel x
tingkat5) + (jml jam pel x tingkat6)}/24
= {(4 x 1) + (4 x 1) + (4 x 1)+ (4 x 1) + (4 x 1)+ (4 x 1)}/24
= 24/24 = 1 orang guru agama
KGK = JR x1 guru
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 12
o jumlah guru PJOK (4 jam pelajaran per minggu).
Untuk SD dengan 6 kelas
= {(jml jam pel x tingkat 1) + (jml jam pel x tingkat 2) + (jml jam
pel x tingkat 3) + (jml jam pel x tingkat4) + (jml jam pel x
tingkat5) + (jml jam pel x tingkat6)}/24
= {(4 x 1) + (4 x 1) + (4 x 1)+ (4 x 1) + (4 x 1)+ (4 x 1)}/24
= 24/24 = 1 orang guru
Contoh 2: Penghitungan Kebutuhan Guru Kelas SD
SD N Y memiliki9 (sembilan) kelas.
o Kebutuhan guru kelas
KGK = โK x 1 guru
= 9 kelas x 1
= 9 guru kelas
o Kebutuhan guru Agama (4 jam pelajaran per minggu).
SD N Y dengan 9 kelas
๐พ๐บ๐ด
๐=
๐ฝ๐๐
24=
๐๐1๐ฅ๐ฝ๐ 1 + โฏ + (๐๐6๐ฅ๐ฝ๐ 6)
24
= {(jml jam pel x tingkat 1) + (jml jam pel x tingkat 2) + (jml jam
pel x tingkat 3) + (jml jam pel x tingkat4) + (jml jam pel x
tingkat5) + (jml jam pel x tingkat6)}/24
= {(4 x 2) + (4 x 2) + (4 x 2)+ (4 x 1) + (4 x 1)+ (4 x 1)}/24
= 32/24 = 1,5 orang guru agama
1,5 dibulatkan ke bawah menjadi 1 orang guru agama,
dengan TMG masing masing = (1,5:1)x24 = 36 jam tatap muka
per mingguatau dibulatkan keatas menjadi 2 orang guru
dengan tatap muka perminggu (1,5:2)x24 = 18 jam tatap muka
perminggu.
o jumlah guru PJOK (4 jam pelajaran per minggu).
Untuk SD N Y dengan 9 kelas
13 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru
๐พ๐บ๐ด
๐=
๐ฝ๐๐
24=
๐๐1๐ฅ๐ฝ๐ 1 + โฏ + (๐๐6๐ฅ๐ฝ๐ 6)
24
= {(jml jam pel x tingkat 1) + (jml jam pel x tingkat 2) + (jml jam
pel x tingkat 3) + (jml jam pel x tingkat4) + (jml jam pel x
tingkat5) + (jml jam pel x tingkat6)}/24
= {(4 x 2) + (4 x 2) + (4 x 2)+ (4 x 1) + (4 x 1)+ (4 x 1)}/24
= 32/24 = 1,5 orang guru
1,5 dibulatkan ke bawah menjadi 1 orang guru PJOK, dengan
TMG masing masing = (1,5:1)x24 = 36 jam tatap muka per
mingguatau dibulatkan keatas menjadi 2 orang guru dengan
tatap muka perminggu (1,5:2)x24 = 18 jam tatap muka
perminggu.
teknik tabulasi
Format Penghitungan Kebutuhan Guru SD
Nama Sekolah : SD________
Jumlah Kelas : _______ kelas (_______ rombel per tingkat)
No. Jenis Guru alokasi Waktu pada kelas Jml
rombel JTM
Jml Guru TMG
I II III IV V VI HP RKG
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Guru Kelas 22 24 26 28 28 28
2
Pendidikan
Agama dan
Budi Pekerti
4 4 4 4 4 4
3
Pendidikan
Jasmani, Olah
Raga, dan
Kesehatan
4 4 4 4 4 4
Keterangan:
1. Kolom (2) adalah jenis guru di satuan pendidikan
2. Kolom (3), (4), (5), (6), (7), (8) adalah alokasi jam pelajaran yang tercantum
dalam K13
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 14
3. Kolom (9) diisi jumlah rombel
4. Kolom (10) JTM diisi dengan hasil penjumlahan dari kolom alokasi waktu K13
pada kelas kali jml rombel {(3)x(6) + (4)x(6) + (5)x(6)}
5. Kolom (11) HP. : Hasil Penghitungan
6. Kolom (12) RKG: Rencana Kebutuhan Guru
7. Kolom (13) TMG : Tatap muka per minggu
Contoh 1:
Format Penghitungan Kebutuhan Guru SD
Nama Sekolah : SDN X
Jumlah Kelas : 6 kelas (1 rombel per tingkat)
No. Jenis Guru alokasi Waktu pada kelas Jml
rombel JTM
Jml Guru TMG
I II III IV V VI HP RKG
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Guru Kelas
22 24 26 28 28 28 6 sesuai
kelas 6 6
sesuai
kelas
2
Pendidikan
Agama dan Budi
Pekerti
4 4 4 4 4 4 6 24 1 1 24
3
Pendidikan
Jasmani, Olah
Raga, dan
Kesehatan
4 4 4 4 4 4 6 24 1 1 24
Contoh 2:
Format Penghitungan Kebutuhan Guru SD
Nama Sekolah : SDN Y
Jumlah Kelas : 9 kelas (2 rombel untuk kelas 1,2,3 dan 1 rombel
untuk kelas 4,5,6,)
No. Jenis Guru alokasi Waktu pada kelas Jml
rombel JTM
Jml Guru TMG
I II III IV V VI HP RKG
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Guru Kelas
22 24 26 28 28 28 9 Sesuai
kelas 9 9
sesuai
kelas
2 Pendidikan 4 4 4 4 4 4 9 36 1,5 1 36
15 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru
No. Jenis Guru alokasi Waktu pada kelas Jml
rombel
JTM Jml Guru TMG
Agama dan Budi
Pekerti
3
Pendidikan
Jasmani, Olah
Raga, dan
Kesehatan
4 4 4 4 4 4 9 36 1,5 1 36
8. Kebutuhan Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP)
a Prinsip Penghitungan
1) Setiap rombel dalam mengikuti mata pelajaran tertentu
diampu oleh 1 (satu) orang guru.
2) Jumlah guru dihitung berdasarkan jumlah tatap muka (JTM)
per minggu yang terjadi di sekolah dibagi wajib mengajar
guru (24).
3) Jumlah tatap muka (JTM) dihitung dengan cara
menjumlahkan jumlah rombel per tingkat kali jumlah jam
mata pelajaran perminggu pertingkat yang ada dalam
kurikulum.
4) Wajib mengajar yang digunakan adalah 24 jam tatap muka
per minggu.
5) Guru mata pelajaran hanya mengampu 1 (satu) jenis mata
pelajaran yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang
dimilikinya.
6) Apabila di suatu sekolah terdapat Iebih dari satu jenis mata
pelajaran agama yang diajarkan, jumlah dan jenis guru
agama disesuaikan dengan kebutuhan dan peraturan yang
berlaku.
b Formula Penghitungan Kebutuhan Guru SMP
Rumus umum penghitungan jumlah guru per mata pelajaran:
(MP1 x JR1)+( MP2 x JR2)+( MP3 x JR3) KG =
24
JTM
24 =
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 16
Keterangan:
KG = Kebutuhan Guru
JTM = jumlah tatap muka per jenis guru per minggu
MP = alokasi jam mata pelajaran per minggu pada mata pelajaran
tertentu di satu tingkat
JR = Jumlah rombel pada suatu tingkat yang mengikuti pelajaran
tertentu
24 = Wajib mengajar per minggu, digunakan angka 24
1,2,3 = Tingkat 1 (Kelas VII), Tingkat 2 (Kelas VIII), dan Tingkat 3
(Kelas IX)
c Contoh Perhitungan kebutuhan guru SMP
1. teknik uraian
Contoh 1: Penghitungan Kebutuhan Guru SMP
Untuk SMP N X dengan 9 (sembilan) rombel untuk setiap
tingkat.
o Kebutuhan jumlah guru Agama (3 jam pelajaran per
minggu).
= {(jml jam pel x rombel tingkat 1) + (jml jam pel x rombel
tingkat 2) + (jml jam pel x rombel tingkat 3)}/24
= {(3 x 3) + (3 x 3) + (3 x 3)}/wajib mengajar
= 27/24 = 1,13 orang guru
1,13 dibulatkan kebawah menjadi 1 orang guru dengan
tatap muka per minggu (TMG) = (1,13:1)x24 = 27 jam
tatap muka per minggu atau dibulatkan keatas menjadi
2 orang guru dengan tatap muka perminggu (1,13:2)x24
= 13,5 jam tatap muka perminggu.
o jumlah guru Bahasa Indonesia (6 jam pelajaran per
minggu).
= {(jml jam pel x rombel tingkat 1) + (jml jam pel x rombel
tingkat 2) + (jml jam pel x rombel tingkat 3)}/wajib
mengajar
= {(6 x 3) + (6 x 3) + (6 x 3)}/24
= 54/24 = 2,25 orang guru
2,25 dibulatkan ke bawah menjadi 2 orang guru Bahasa
Indonesia, dengan TMG masing masing = (2,25:2)x24 =
27 jam tatap muka per minggu atau dibulatkan ke atas
17 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru
menjadi 3 orang guru dengan tatap muka per minggu
(2,25:3)x24 = 18jam tatap muka per minggu.
Contoh 2: Penghitungan Kebutuhan Guru SMP
Untuk SMP N Y dengan 15 rombel untuk setiap tingkat.
o Kebutuhan jumlah guru Agama (3 jam pelajaran per
minggu).
= {(jml jam pel x rombel tingkat 1) + (jml jam pel x rombel
tingkat 2) + (jml jam pel x rombel tingkat 3)}/24
= {(3 x 5) + (3 x 5) + (3 x 5)}/wajib mengajar
= 45/24 = 1,88 orang guru
1,88 dibulatkan ke bawah menjadi 1 orang guru dengan
tatap muka per minggu (TMG) = (1,88:1)x24 = 45 jam
tatap muka per minggu atau dibulatkan ke atas menjadi 2
orang guru dengan tatap muka per minggu (1,88:2)x24 =
22,6 jam tatap muka per minggu.
o jumlah guru Bahasa Indonesia (6 jam pelajaran per
minggu).
= {(jml jam pel x rombel tingkat 1) + (jml jam pel x rombel
tingkat 2) + (jml jam pel x rombel tingkat 3)}/wajib
mengajar
= {(6 x 5) + (6 x 5) + (6 x 5)}/24
= 90/24 = 3,75 orang guru
3,75 dibulatkan ke bawah menjadi 3 orang guru Bahasa
Indonesia, dengan TMG masing masing = (3,75:3)x24 =
30 jam tatap muka per minggu atau dibulatkan ke atas
menjadi 4 orang guru dengan tatap muka per minggu
(3,75:4)x24 = 22,5 jam tatap muka per minggu.
2. teknik tabulasi
Perhitungan guru SMP dengan teknik tabulasi pada
dasarnya menggunakan format struktur kurikulum SMP
yang dimidifikasi dengan menambahkan kolom jumlah
rombel, jam tatap muka (JTM), hasil perhitungan (HP),
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 18
rencana kebutuhan guru (RKG), dan tatap muka guru per
minggu (TMG) sebagai berikut.
Format Penghitungan Kebutuhan Guru SMP
Nama Sekolah : SMP N ______
Jumlah Rombel : _______ rombel (_______ rombel per tingkat)
No. Jenis Guru
alokasi Waktu
pada kelas
Jml
rombel/
tingkat
JTM Jml Guru
TMG
VII VIII IX HP RKG
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Pendidikan Agama 3 3 3
2 PPKn 3 3 3
3 Bahasa Indonesia 6 6 6
4 Matematika 5 5 5
5 IPA 5 5 5
6 IPS 4 4 4
7 Bahasa Inggris 4 4 4
8 Seni Budaya 3 3 3
9 PJOK 3 3 3
10 Prakarya 2 2 2
Keterangan:
1. Kolom (2) adalah jenis guru di satuan pendidikan
2. Kolom (3), (4), (5) adalah alokasi jam pelajaran yang tercantum dalam K13
3. Kolom (6) diisi jumlah rombel per kelas
4. Kolom (7) JTM diisi dengan hasil penjumlahan dari kolom alokasi waktu
K13 pada kelas kali jml rombel
5. Kolom (8) HP. : Hasil Penghitungan
6. Kolom (9) RKG: Rencana Kebutuhan Guru
7. Kolom (10) TMG : Tatap muka per minggu
Contoh 1: Penghitungan Kebutuhan Guru di SMP
Format Penghitungan Kebutuhan Guru SMP
Nama Sekolah : SMP N Z.
19 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru
Jumlah Rombel : 3 rombel (1rombel per tingkat)
No. Jenis Guru
alokasi Waktu
KTSP pada kelas
Jml
rombel/
tingkat
JTM Jml Guru
TMG
VII VIII IX HP RKG
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Pendidikan Agama 3 3 3 1 9 0.38 1 9
2 PPKn 3 3 3 1 9 0.38 1 9
3 Bahasa Indonesia 6 6 6 1 18 0.75 1 18
4 Matematika 5 5 5 1 15 0.63 1 15
5 IPA 5 5 5 1 15 0.63 1 15
6 IPS 4 4 4 1 12 0.50 1 12
7 Bahasa Inggris 4 4 4 1 12 0.50 1 12
8 Seni Budaya 3 3 3 1 9 0.38 1 9
9 PJOK 3 3 3 1 9 0.38 1 9
10 Prakarya 2 2 2 1 6 0.25 1 6
Berdasarkan tabel di atas, pada SMP yang hanya memiliki 3 rombel,
semua guru akan mengajar kurang dari 24 jam tatap muka per minggu.
Contoh 2:
Format Penghitungan Kebutuhan Guru SMP
Nama Sekolah : SMP N X
Jumlah Rombel : 9 rombel (3 rombel per tingkat)
No. Jenis Guru alokasi Waktu Jml JTM Jml Guru TMG
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 20
pada kelas rombel/
tingkat VII VIII IX HP RKG
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Pendidikan Agama 3 3 3 3 27 1.13 1 27
2 PPKn 3 3 3 3 27 1.13 2 13.5
3 Bahasa Indonesia 6 6 6 3 54 2.25 2 27
4 Matematika 5 5 5 3 45 1.88 1 45
5 IPA 5 5 5 3 45 1.88 2 22.5
6 IPS 4 4 4 3 36 1.50 1 36
7 Bahasa Inggris 4 4 4 3 36 1.50 2 18
8 Seni Budaya 3 3 3 3 27 1.13 1 27
9 PJOK 3 3 3 3 27 1.13 2 13.5
10 Prakarya 2 2 2 3 18 0.75 1 18
Berdasarkan tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
o HP guru Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yaitu 1.88jika
dibulatkan ke atas atau direncanakan ada 2 (dua) orang guru,
maka kedua guru tersebut hanya mengajar 22.5 jam tatap muka
per minggu. Apabila direncanakan 1 (satu) orang guru maka guru
tersebut akan mengajar 45 jam tatap muka per minggu.
o HP guru Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bahasa Inggris yaitu 1.5 jika
dibulatkan kebawah, guru bersangkutan akan mengajar sebanyak
36 tatap muka per minggu. Apabila dibulatkan keatas tiap guru
akan mengajar 12 jam tatap muka per minggu.
Contoh 2:
Format Penghitungan Kebutuhan Guru SMP
Nama Sekolah : SMP N Y
Jumlah Rombel : 15 rombel (5 rombel per tingkat)
21 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru
No. Jenis Guru
alokasi Waktu
pada kelas
Jml
rombel/
tingkat
JTM Jml Guru
TMG
VII VIII IX HP RKG
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Pendidikan Agama 3 3 3 5 45 1.88 1 45
2 PPKn 3 3 3 5 45 1.88 2 22.5
3 Bahasa Indonesia 6 6 6 5 90 3.75 3 30
4 Matematika 5 5 5 5 75 3.13 3 25
5 IPA 5 5 5 5 75 3.13 4 18.75
6 IPS 4 4 4 5 60 2.50 2 30
7 Bahasa Inggris 4 4 4 5 60 2.50 3 20
8 Seni Budaya 3 3 3 5 45 1.88 1 45
9 PJOK 3 3 3 5 45 1.88 2 22.5
10 Prakarya 2 2 2 5 30 1.25 1 30
Berdasarkan tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
o Guru dengan HP 1.88, apabila dibulatkan keaatas maupun
kebawah, akan memiliki JJM diluar rentang kewajiban mengajar 24
s.d 40 jam tatap muka.
Berdasarkan contoh 3 (tiga) tabel tersebut diatas, rencana pemenuhan
guru atau penentuan RKG di SMP agar memenuhi persyaratan
mengajar antara 24 sampai dengan 40 jam tatap muka per minggu
harus diselesaikan kasus per kasus.
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 22
8. Kebutuhan Guru Sekolah Daerah Terpencil
a Prinsip Perhitungan
1) Perencanaan guru pada sekolah daerah terpencil
mengacu pada kebutuhan pendidikan dan kondisi daerah
setempat,
2) Guru di sekolah daerah terpencil dapat berupa guru kelas,
guru mata pelajaran atau guru mata pelajaran yang diberi
tugas tambahan.
3) Untuk SD di daerah terpencil, setiap SD harus
menyediakan minimal 4 (empat) orang guru,
4) Untuk SMP di daerah terpencil, setiap SMP harus
menyediakan minimal 9 (sembilan) orang guru,
b Formula Perhitungan Guru Daerah Terpencil
Jumlah guru di daerah terpencil tidak menggunakan rumus
tertentu, tetapi mengunakan prinsip setiap guru mengajar
paling sedikit 24 (dua puluh empat) sampai dengan paling
banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka.per minggu.
9. Kebutuhan Guru BK
a Prinsip Penghitungan
1) Jumlah guru bimbingan dan konseling (BK) pada setiap
sekolah dihitung berdasarkan jumlah peserta didik yang
ada di sekolah tersebut,
2) Setiap guru BK wajib melayani paling sedikit 150 peserta
didik dan paling banyak 250 peserta didik,
3) Setiap SMP, SMA dan SMK harus menyediakan paling
sedikit 1 orang guru BK,
4) Dasar penghitungan jumlah guru BK adalah jumlah siswa
seluruh sekolah dibagi 150.
b Formula Penghitungan Kebutuhan Guru BK
Kebutuhan Guru BK dihitung dengan rumus sebagai berikut:
23 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru
Keterangan:
KG = Kebutuhan guru
JS = Jumlah Siswa
E. Hasil Penghitungan dan Rencana PemenuhanGuru Pada Tingkat
Satuan Pendidikan
Hasil penghitungan kebutuhan jumlah guru pada satu sekolah dapat
berupa angka bulat atau pecahan. Mengingat perencanaan jumlah
guru harus berupa angka bulat maka diperlukan pembulatan pada
angka yang diperoleh dari hasil penghitungan jumlah guru.
Angka bulat menunjukkan guru tersebut sudah mengajar 24 jam tatap
muka per minggu dengan demikian jumlah guru yang harus ada (ideal)
sama dengan hasil penghitungan.
Apabila hasil penghitungan berupa angka pecahan, maka pembulatan
dilakukan sebagai berikut:
Apabila angka pecahan hasil penghitunganlebih kecil dari 1 (satu)
maka pembulatan dilakukan keatas, dengan demikian guru yang
bersangkutan mengajar kurang dari 24 jam tatap muka per minggu.
Apabila hasil penghitungan berupa angka pecahan lebih besar dari
1 (satu) maka pembulatan dilakukan sehingga guru-guru yang
bersangkutan mengajar diatas 24 sampai dengan 40 jam tatap
muka per minggu.
Hasil penghitungan kebutuhan guru dan kemungkinan pembulatan
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel Pembulatan Hasil Penghitungan Guru
Hasil
penghitungan
Pembulatan
keatas JJM
Pembulatan
kebawah JJM
0,50 1 12 0 0
0,75 1 18 0 0
1,00 1 24.00 1 24.00
JS
KG = 150
X 1 0rang
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 24
Hasil
penghitungan
Pembulatan
keatas JJM
Pembulatan
kebawah JJM
1,17 1 28,00 2,00 14,00
1,33 1 32,00 2,00 16,00
1,50 1 36,00 2,00 18,00
1,67 1 40,00 2,00 20,00
1,83 1 44,00 2,00 22,00
2,00 2 24,00 2,00 24,00
2,17 2 26,00 3,00 17,33
2,33 2 28,00 3,00 18,67
2,50 2 30,00 3,00 20,00
2,67 2 32,00 3,00 21,33
2,83 2 34,00 3,00 22,67
3,00 3 24,00 3,00 24,00
3,17 3 25,33 4,00 19,00
3,33 3 26,67 4,00 20,00
3,50 3 28,00 4,00 21,00
Keterangan:
JJM = jumlah jam mengajar per minggu
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil penghitungan 1,7-
1,9 dibulatkan ke atas atau ke bawah berada di luar jumlah ketentuan
mengajar 24-40 jam tatap muka per minggu. Maka dari itu, rencana
pemenuhan pada tingkat sekolah agar tiap guru dapat memenuhi
persyaratan mengajar antara 24 sampai dengan 40 jam tatap muka per
minggu harus diselesaikan kasus per kasus. Apabila jumlah tatap
muka guru antara 24 sampai dengan 40 jam di sekolah tidak dapat
terpenuhi, pemenuhan harus diselesaikan pada tingkat
kabupaten/kota.
F. Penghitungan Kebutuhan GuruDi Tingkat Kabupaten/Kota
Perhitungan kebutuhan guru pada tingkat kabupaten/kota pada
prinsipnya adalah agregat atau rekapitulasi dari perhitungan sekolah
dalam kabupaten/kota tersebut.Angka yang digunakan dalam
rekapitulasi adalah angka hasil perhitungan yang belum dibulatkan.
25 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru
Tiap-tiap kabupaten/kota harus menjumlah semua kebutuhan guru per
sekolah menjadi rekapitulasi kebutuhan guru per kabupaten/kota.
Rekapitulasi dapat dilakukan berbasis pada sekolah, kecamatan atau
pertimbangan lain sesuai kebutuhan masing-masing kabupaten/kota.
Berikut adalah contoh tabel rekapitulasi kebutuhan guru berbasis
sekolah dan kecamatan.
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 26
Format Rekap Hasil Penghitungan Kebutuhan Guru Per
Kabupaten/Kota(berbasis sekolah)
Nama Kabupaten/Kota : Kabupaten _ _ _ _ _.
Provinsi : _ _ _ _
NO SEKO-LAH
KEBU-TUHAN
JENIS GURU
GURU KELAS
SD
GURU AGAMA
PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
BAHASA INDONESIA
MATE-MATIKA
IPA IPS BAHASA INGGRIS
SENI BUDAYA
PJOK PRAKARYA MUATAN LOKAL
1 SD N 1 HP
RKG
2 SD N 2 HP
RKG
3 SD N 3 HP
RKG
4 SD N 4 HP
RKG
5 SMP N 1 HP
RKG
6 SMP N 2 HP
RKG
7 SMP N 3 HP
RKG
8 SMP N 4 HP
RKG
Keterangan:
1. HP: Hasil perhitungan
2. RKG: Rencana Kebutuhan Guru
3. Jumlah baris disesuaikan dengan jumlah sekolah yang ada
4. Jumlah kolom disesuaikan dengan banyaknya jenis guru
27 | Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru
G. Penghitungan Kebutuhan Guru per Provinsi
Penghitungan kebutuhan guru pada tingkat provinsi pada prinsipnya
adalah agregat atau rekapitulasi dari perhitungan sekolah dalam
kabupaten/kota tersebut.
Provinsi pada prinsipnya menggunakan format yang mengakomodasi
jenis guru tiap kabupaten/kota. Provinsi juga dapat mengembangkan
format lain sesuai kepentingan masing-masing.
H. Penghitungan Kebutuhan Guru Nasional
Penghitungan kebutuhan guru pada tingkat nasional pada prinsipnya
adalah agregat atau rekapitulasi dari perhitungan tingkat provinsi.
Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru | 28
BAB III
PENUTUP
Pemberlakuan Kurikulum 2013 secara nasional mulaitahun pelajaran
2014/2015 akan berdampak pada perubahan kebutuhan jenis dan jumlah
guru, sehingga setiap satuan pendidikan harus menyusun kebutuhan guru
pada sekolah masing-masing.Dengan demikian, kabupaten/kota
mendapatkan data kebutuhan guru yang akurat.
Pedoman ini diharapkan menjadi acuan bagi satuan pendidikan,
pemerintah daerah, dan Pemerintah dalam merencanakan kebutuhan guru
sebagai bahan untuk melakukan penataan dan pemerataan guru. Selain
itu, diharapkan pengguna pedoman ini memiliki kesamaan persepsi dan
cara dalam penghitungan kebutuhan guru.
Recommended