BAB I
PENDAHULUAN
Katarak berarti sebuah opasitas lensa dan istilah katarak berasal dari bahasa
yunani “katarraktes” (air terjun) karena pada awalnya terdapat anggapan bahwa
katarak adalah cairan beku yang berasal dari cairan otak yang mengalir didepan lensa.
Katarak adalah penyebab kebutaan yang paling sering dihadapi oleh ahli bedah
mata.2,4
Proses penuaan adalah penyebab katarak yang paling banyak, tetapi masih banyak
faktor lain yang dapat terlibat, yang mencakup trauma, keracunan, penyakit sistemik
(seperti diabetes), merokok, dan herediter.1, 2 Katarak traumatic disebabkan oleh
trauma okuli perforans atau non perforans. Cahaya infra merah (glass-bloer’s
cataract), sengatan listrik, dan radiasi ionisasi adalah penyebab lain katarak traumatic
yang jarang terjadi. 2,4,5
Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan di Indonesia juga di
negara lainnya. Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari 2,5 juta kasus pertahun.
Sedangkan di Indonesia terdapat 70 ribu kasus pertahun. Diketahui bahwa prevalensi
kebutaan di Indonesia berkisar 1,2% dari jumlah penduduk di Indonesia. Dari angka
tersebut, persentase kebutaan utamanya adalah yang disebabkan katarak yaitu sekitar
0,7% dan yang presentasi kebutaan akibat katarak traumatika sebesar 0,3%. Tujuh
persen dari seluruh kasus trauma mata melibatkan kelainan pada lensa kristalina
dengan komplikasi terjadinya katarak traumatika..3,5
1
BAB II
ISI
A. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna, lensa juga tidak memiliki inervasi persarafan. Tebalnya sekitar
4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula zinni,
yang terdiri dari serabut yang lembut tetapi kuat, yang menghubungkannya dengan
korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus; di sebelah
posteriornya, vitreus. Lensa disusun oleh kapsul, epitel lensa, korteks, dan nucleus. 4, 5
1. Kapsul
Kapsul lensa adalah membrane yang transparan dan elastic yang terdiri dari
kolagen tipe IV. Kapsul mengandung substansi lensa dan mampu untuk
membentuknya pada saat perubahan akomodatif. Lapisan paling luar dari kapsul
lensa, zonullar lamella, juga berperan sebagai titik perlekatan untuk serabut
zonular. Kapsul lensa yang paling tebal ada pada bagian perrquatorial anterior dan
posterior dan paling tipis pada bagian kutub posterior sentral. Kapsul lensa bagian
anterior lebih tebal daripada kapsul bagian posterior pada saat lahir dan
meningkat ketebalannya seiring dengan berjalannya waktu.5
2. Epitel lensa
Dibelakang kapsul lensa anterior adalah sebuah lapisan tunggal sel epitel. Sel-sel
ini aktif secara metabolis dan melakukan semua aktivitas sel yang normal, yang
mencakup biosintesis DNA, RNA, protein dan lemak; mereka juga menghasilkan
adenoid trifosfat untuk memenuhi kebutuhan energy lensa.5
3. Nucleus dan korteks
2
Nucleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,
serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan
menjadi lebih besar dan kurang elastic. Nukleus dan korteks terbentuk dari dari
lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan yang terbentuk
dengan persambungan lamella ini ujung-ke-ujung berbentuk [Y] bila dilihat
dengan slitlamp. Bentuk [Y] ini tegak di anterior dan terbalik di posterior.
Masing-masing serat lamellar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan
mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa didekat ekuator dan bersambung
dengan lapisan epitel subkapsul.4
Gambar 1. Anatomi lensa tampak anterior dan lateral (dikutip dari
kepustakaan no 7)
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan
protein tertinggi di antara jaringan tubuh yang lain), dan sedikit sekali mineral yang
biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada
di sebagian besar jaringan yang lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi.4
3
Gambar 2. Struktur lensa normal (dikutip dari kepustakaan no 4)
B. Fisiologi
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris berelaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter enteroposterior lensa sampai ke
ukuran yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil hingga berkas
cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat,
otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang
elastic kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan
daya biasnya. Kerjasama fisiologis antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
bertambahnya usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.4
4
C. Definisi Katarak
Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti
air terjun. Asal kata ini mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat
sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya. Seorang dengan katarak
akan melihat benda seperti ditutupi kabut.2,3,5
Penuaan merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan
faktor lain seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok,
dan faktor keturunan. Katarak yang berkaitan dengan usia adalah penyebab utama
gangguan penglihatan.1,3,4
Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi akibat trauma, baik trauma
tembus maupun trauma tumpul pada bola mata yang terlihat sesudah beberapa
hari atau beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut,
ataupun gejala sisa dari trauma mata. Energi inframerah, aliran listrik, dan radiasi
ion jarang menjadi penyebab katarak traumatik. Katarak yang disebabkan trauma
tumpul umumnya membentuk opasitas posterior yang berbentuk seperti bintang
atau seperti bunga mawar pada aksial posterior yang mungkin stabil atau
progresif, sedangakn trauma tumpul dengan lepasnya kapsul lensa membentuk
perubahan kortikal yang tetap fokal jika kecil atau progresif cepat menjadi
opasifikasi kortikal total.2,3
D. Insiden
Sekitar 2,5 juta cedera pada mata terjadi setiap tahun di Amerika
serikat. Diperkirakan bahwa sekitar 4-5% dari pasien ahli mata datang ke
tempat praktek karena cedera ocular. Katarak traumatic dapat terjadi sebagai
sekuel trauma ocular yang akut, subakut, atau lambat. Trauma menjadi
penyebab terbanyak kebutaan monocular pada orang yang berusia dibawah 45
tahun. Rasio laki-laki dan perempuan pada kasus ini adalah 4:1. Cedera mata
5
yang disebabkan oleh pekerjaan dan olahraga paling sering terjadi pada anak-
anak dan pria dewasa muda.3
E. Patogenesis
Katarak traumatic paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa
atau trauma tumpul pada bola mata. Penyebab lain yang lebih jarang adalah anak
panah, abut, kontusio, sinar-x, dan bahan radioaktif. Lensa menjadi putih segera
setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan
humor aqueus dan terkadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa4.
Berikut adalah proses patogenesis berdasarkan proses:
1. Trauma okuli non perforans
Pukulan langsung ke mata dapat menyebabkan lensa menjadi opak.
Terkadang munculnya katarak akan tertunda bahkan selama beberapa
tahun. Trauma okuli non perforans dapat disebabkan oleh mekanisme coup
dan countercoup. Ketika permukaan anterior mata terkena pukulan,
terdapat pemendekan anterior-posterior yang terjadi dengan cepat yang
disertai oleh ekspansi equatorial. Peregangan equatorial ini dapat
mengganggu kapsul lensa, sonulla, atau keduanya. Kombinasi dari coup,
countercoup, dan ekspansi equatorial bertanggung jawab terhadap
terjadinya katarak traumatic setelah trauma okuli non perforans.1, 3
2. Trauma okuli perforans
Luka perforasi di mata menimbulkan resiko menderita katarak yang lebih
tinggi. Jika objek yang menembus mata melewati kornea tanpa menyentuh
lensa, biasanya lensa dapat bertahan, dan, biasanya tidak terjadi katarak.
Sayangnya, luka tembus juga dapat menimbulkan pecahnya kapsul lensa,
dengan keluarnya serat lensa ke ruang anterior. Jika kapsul lensa orang
6
dewasa mengalami rupture, cenderung akan menimbulkan jaringan
fibrosis, dan plak putih yang disebabkan oleh fibrosis dapat menyumbat
pupil. Trauma okuli perferans yang mengenai kapsul lensa menyebabkan
opasifikasi kortikal pada bagian yang mengalami trauma. Jika lubangnya
cukup besar, keseluruhan lensa akan berubah menjadi opak dengan cepat,
tetapi jika lukanya kecil, katarak kortikal dapat berhenti dan tetap
terlokalisasi.1, 3
Trauma tumpul bertanggung jawab dalam mekanisme coup dan contrecop.
Mekanisme coup adalah mekanisme dengan dampak langsung. Ini akan
mengakibatkan cincin Vossius ( pigmen iris tercetak ) dan kadang-kadang
ditemukan pada kapsul lensa anterior setelah trauma tumpul. Mekanisme
contrecoup menunjuk kepada cedera yang jauh dari tempat trauma yang
disebabkan oleh gelombang energy yang berjalan sepanjang garis sampai
kebelakang. Ketika permukaan anterior mata terkena trauma tumpul, ada
pemendekan cepat pada anterior-posterior yang diikuti pemanjangan garis
ekuatorial. Peregangan ekuatorial dapat meregangkan kapsul lensa, zonula atau
keduanya. Kombinasi coup, contrecoup dan pemanjangan ekuatorial bertanggung
jawab dalam terjadinya katarak traumatik yang disebabkan trauma tumpul bola
mata. Trauma tembus yang secara langsung menekan kapsul lensa menyebabkan
opasitas kortikal pada tempat trauma. Jika trauma cukup besar, keseluruhan lensa
akan mengalami opasifikasi secara cepat, namun jika kecil, katarak kortikal yang
akan terjadi.3
1) Luka memar/tumpul
Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai mata
dapat menyebabkan lensa menjadi opak. Trauma yang disebabkan oleh
benturan dengan bola keras adalah salah satu contohnya. Kadang
munculnya katarak dapat tertunda samapi kurun waktu beberapa tahun.
Bila ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai kemungkinan
7
adanya riwayat trauma sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibatnya
kadang-kadang cukup sulit dibuktikan dikarenakan tidak adanya tanda-
tanda lain yang dapat ditemukan mengenai adanya trauma sebelumnya
tersebut.1,3
Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior maupun
posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat
pula dalam bentuk katarak tercetak ( imprinting ) yang disebut cincin
Vossius.
Gambar 3. Cincin Vossius3,6
Gambar 4. Katarak Stellata 1,3
2) Luka tusuk/perforasi
8
Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk
terbentuknya katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi
( contohnya gelas yang pecah ) tembus melalui kornea tanpa mengenai
lensa biasanya tidak memberikan dampak pada lensa, dan bila trauma tidak
menimbulkan suatu luka memar yang signifikan maka katarak tidak akan
terbentuk. Hal ini tentunya juga bergantung kepada penatalaksanaan luka
kornea yang hati-hati dan pencegahan terhadap infeksi, akan tetapi trauma-
trauma seperti diatas dapat juga melibatkan kapsul lensa, yang
mengakibatkan keluarnya lensa mata ke bilik anterior. Urutan dari dampak
setelah trauma juga bergantung pada usia pasien. Saat kapsul lensa pada
anak ruptur, maka akan diikuti oleh reaksi inflamasi di bilik anterior dan
masa lensa biasnya secara berangsur-angsur akan diserap jika tidak
ditangani dalan waktu kurang lebih 1 bulan. Namun demikian, pasien tidak
dapat melihat dengan jelas karena sebagian besar dari kemampuan refraktif
mata tersebut hilang. Keadaan ini merupakan konsekuensi yang serius dan
kadang membutuhkan penggunaan lensa buatan intraokuler. Bila ruptur
lensa terjadi pada dewasa, juga diikuti dengan reaksi inflamasi seperti
halnya pada anak, namun tendensi untuk fibrosis jauh lebih tinggi dan
jaringan fibrosis opak yang terbentuk tersebut dapat bertahan dan
menghalangi pupil.6,7
Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi
kecil akan menutup dengan cepat akibat priloferasi epitel sehingga bentuk
kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan
mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan
terdapatnya mada lensa didalam bilik mata. Pada keadaan ini akan terlihat
secara histopatologik masa lensa yang akan difagosit makrofag dengan
cepatnya yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakolitik. Lensa
9
dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga
akan mengakibatkan terbentuknya cincin Soemering atau bila epitel lensa
berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elschnig.4,6
Gambar 5. cincin Soemering.6
Gambar 6. mutiara Elschnig 5
3) Radiasi
Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya katarak.
Ultraviolet juga mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar dengan
gelombang pendek tidak dapat melewati atmosfir. Sinar gelombang pendej
( tidak telihat ) ini dapat menyebabkan luka bakar kornea superficial yang
10
dramatis, yang biasanya sembuh dalam 48 jam. Cedera ini ditandai dengan
“snow blindness” dan “welder flash”. Sinar infra merah yang
berkepanjangan ( prolong ) juga dapat menjadi penyebab katarak, ini dapat
ditemui pada pekerja bahan-bahan kaca dan pekerja baja, namun
penggunaan kacamata pelindung dapat setidaknya mengeliminasi sinar X
ini dan sinar gamma yang juga dapat mengakibatkan katarak. Katarak
traumatik disebabkan oleh radiasi ini dapat ditemukan pada pasien-pasien
yang mendapat radioterapi ( seluruh tubuh ) leukemia, namun resiko
terjadinya hanya apabila terapi menggunakan sinar X.4,5
Seringnya, manifestasi awal dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan
berbentuk roset ( rossete cataract ), biasanya pada daerah aksial yang
melibatkan kapsul posterior lensa. Pada beberapa kasus, trauma tumpul
dapat berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada lensa. Katarak
traumatik ringan dapat membaik dengan sendirinya ( namun jarang
ditemukan ).3,4
4) Kimia
Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain
menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa
yang masuk mengenai mata menyebbakan peningkatan pH cairan akuous
dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara
akut ataupun pelahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat
asam, namun karena trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata
dibandingkan basa makan jarang menyebabkan katarak.4,6
F. Gejala klinis
11
Banyak pasien katarak yang mengeluhkan pandangan kabur, yang biasanya
bertambah buruk jika melihat objek yang jauh, secara mendadak. Selain itu pasien
katarak seringkali mengeluhkan monocular diplopia. Silau juga menjadi gejala
yang sering muncul. Pasien mengeluhkan bahwa mereka tidak dapat melihat
dengan baik dalam keadaan terang. Mata menjadi merah, lensa opak, dan mungkin
terjadi perdarahan intraocular. Apabila humor aqueus atau korpus vitreum keluar
dari mata, mata menjadi sangat lunak. Pasien juga memiliki riwayat mengalami
trauma.1, 3, 4
1. Penurunan ketajaman visus
Katarak secara klinis relevan jika menyebabkan penurunan signifikan
pada ketajaman visual, baik itu dekat maupun jauh. Biasanya akan ditemui
penurunan tajam penglihatan dekat signifikan dibanding penglihatan jauh,
mungkin disebabkan oleh miosis akomodatif. Jenis katarak yang berbeda
memiliki tajam penglihatan yang berbeda pula. Pada katarak subkapsuler
posterior dapat sangat mengurangi ketajaman penglihatan dekat menurun
daripada penglihatan jauh. Sebaliknya katarak nuklear dikaitkan dengan
tajam penglihatan dekat yang tetap baik dan tajam penglihatan jauh yang
buruk. Penderita dengan katarak kortikal cenderung memperoleh tajam
penglihatan yang baik.4,10
2. Silau
Seringkali penderita mengeluhkan silau ketika dihadapkan dengan
sinar langsung. Biasanya keluhan ini ditemukan pada katarak subkapsuler
posterior dan juga katarak kortikal. Jarang pada katarak nuklearis.4,10
3. Sensitivitas kontras
Sensitivitas kontras dapat memberikan petunjuk mengenai kehilangan
signifikan dari fungsi penglihatan lebih baik dibanding menggunakan
pemeriksaan Snellen. Pada pasien katarak akan sulit membedakan
12
ketajaman gambar, kecerahan, dan jarak ruang sehingga menunjukkan
adanya gangguan penglihatan. 4,10
4. Pergeseran miopia
Pasien katarak yang sebelumnya menggunakan kacamata jarak dekat
akan mengatakan bahwa ia sudah tidak mengalami gangguan refraksi lagi
dan tidak membutuhkan kacamatanya. Sebaliknya pada pasien yang tidak
menggunakan kacamata, ia akan mengeluhkan bahwa penglihatan jauhnya
kabur sehingga ia akan meminta dibuatkan kacamata. Fenomena ini disebut
pergeseran miopia atau penglihatan sekunder, namun keadaan ini bersifat
sementara dan terkait dengan stadium katarak yang sedang dialaminya.4,10
5. Diplopia monokuler
Pada pasien akan dikeluhkan adanya perbedaan gambar objek yang ia
lihat, ini dikarenakan perubahan pada nukleus lensa yang memiliki indeks
refraksi berbeda akibat perubahan pada stadium katarak. Selain itu, dengan
menggunakan retinoskopi atau oftalmoskopi langsung, akan ditemui
perbedaan area refleks merah yang jelas terlihat dan tidak terlalu jelas.10
Clear image
Nuclear Sclerotic Cataract
Diffusely blurred vision, filters
Cortical Cataract
13
out the color blue. Part of vision is blurry, not severe.
Posterior Subcapsular cataract
Central blurred vision with glare.
Posterior subcapsular cataract
Severe glare visual loss. Person would
probably
have to close this eye to drive.
Gambar 7. Visualisasi gejala klinik4
Tanda objektif yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik oftalmologikus, antara
lain:
a. Visus dan pupil : adanya RAPD (defek pupil aferen relatif)
menunjukkan adanya neurpoati optic post trauma ataupun lesi besar di retina
ataupun makula
b. Gerakan bola mata :fraktur orbital atau kelumpuhan saraf akibat trauma
c. Tekanan bola mata :glaucoma sekunder dan perdarahan retrobulbar
d. Bilik mata depan :hifema, iritis, sudut sempit, iridodonesis, sudut tertutup
e. Lensa :subluksasi, dislokasi, robek kapsul ( anterior dan
posterior ), katarak ( bentuk dan jenis ), edema, fakodenesis
f. Vitreous : ada tidaknya perdarahan, lepasnya vitreous posterior
g. Fundus :lepasnya retina, rupture koroid, komosio retina, perdarahan
preretinal, perdarahan intraretinal, perdarahan subretinal,
Tampak kekeruhan lensa dalam bermacam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini
juga ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.
14
Gambar 8. Opasifikasi kortikal komplet yang terjadi setelah trauma okuli
perforans5
Gambar 9. Gambaran katarak kortikal focal yang disebabkan oleh trauma
tusuk yang kecil di lensa7
15
Gambar 10. Gambaran rosette cataract pada katarak traumatic yang
disebabkan oleh trauma tumpul5
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk membantu mendiagnosis katarak traumatic
dapat dilakukan, antara lain:
Funduskopi
Dari pemeriksaan dengan menggunakan oftalmoskop adalah adanya opasitas
yang seringkali terlihat sebagai black spoke pada refleks fundus. Penting
untuk mendilatasikan pupil dan memeriksanya pada ruangan yang gelap.
Seringkali, pada katarak traumatic yang disebabkan oleh kontusio dapat
terlihat opasifikasi berbentuk stellate atau rosette (katarak rosette), biasanya
terletak di aksial. Pada trauma tembus, cedera pada kapsul mata dapat
sembuh, yang menyebabkan katarak kortikal focal yang stasioner. 1, 5
B-scan
Pemeriksaan ini dilakukan jika kita tidak dapat melihat kutub posterior lensa
A-scan
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum kita melakukan ekstraksi katarak
CT scan orbita
16
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah terjadi fraktur orbita dan
apakah terdapat benda asing pada mata.3
H. Pengobatan
Pengobatan yang terbaik untuk katarak traumatik adalah operasi dan apabila
tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang karena
akibat pengaruh trauma tersebut. Apabila terjadi glukoma dan uveitis selama periode
menunggu, bedah katarak jangan ditunda walaupun masih terdapat peradangan. Jika
terjadi pecahnya kapsul mengakibatkan gejala radang berat maka dilakukan aspirasi
secepatnya agar keadaan uveitis tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat.
Penyulit uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada orang usia tua. Pada beberapa
pasien dapat berbentuk cincin soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi
tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai perdarahan, ablasi retina, uveitis atau
salah letak lensa. Untuk memperkecil resiko terjadinya infeksi dan uveitis harus
diberikan antibiotic sistemik dan topical serta kortikosteroid topical dalam beberapa
hari. Atropine sulfat 1%, 1 tetes tiga kali sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap
berdilatasi dan untuk mencegah pembentukan sinekia posterior.3, 45
Merencanakan pendekatan pembedahan sepenuhnya penting pada kasus-kasus
katarak traumatik. Integritas kapsular preoperatif dan stabilitas zonular harus
diketahui/ diprediksi. Pada kasus dislokasi posterior tanpa glaukoma, inflamasi, atau
hambatan visual, pembedahan mungkin tidak diperlukan.4,6,8
Indikasi untuk dilakukan operasi pada katarak traumatic, antara lain:
Penurunan visus yang berat
Hambatan penglihatan karena proses patologis pada bagian posterior.
Inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya glaukoma
Rupture kapsul dengan edema lensa
Keadaan patologis okular lain yang disebabkan trauma dan membutuhkan
tindakan bedah 3, 4
17
Managemen katarak traumatik tergantung keadaan klinik dilakukan menggunakan
baik yang standard pada limbus anterior ataupun pada pars plana posterior.
Ekstraksi katarak intrakapsular diperlukan pada kasus-kasus dislokasi anterior atau
instabilitas zonular yang ekstrim. Dislokasi anterior lense ke bilik anterior
merupakan keadaan emergensi yang harus segera dilakukan tindakan (removal),
karena dapat mengakibatkan terjadinya pupillary block glaucoma. Pendekatan
limbus anterior adalah yang terbaik untuk katarak traumatik walaupun dislokasi
lensa sudah komplit atau ruptur kapsular dengan material lensa didalam vitreous.
Pewarnaan kapsular dengan trypan blue pada kasus visus buruk dan
hydrodissection untuk mencegah penekanan pada zonula selama ekstraksi lensa
adalah langkah yang penting selama pembedahan.2,5
Fakoemulsifikasi standar dapat dilakukan bila kapsul lensa intak dan dukungan
zonular yang cukup. Teknik fako supracapsular digunakan untuk meminimalkan
resiko penekanan pada kapsul dan zonula. Jika zonula rusak dan viteous prolaps
pada saat operasi, maka cutting-aspiration handpiece dapat digunakan untuk
mengeluarkan vitreous. Urutan langkah-langkah operasi akan tergantung pada
derajat kerusakan pada zonula.1,2,4
Pembedahan pada pars plana posterior dengan vitrectomy dan lensectomy
dilakukan pada kasus rupture kapsul posterior dengan prolaps vitreous atau dengan
dislokasi lensa posterior. Derajat kerusakan pada zonula tergantung pada
subluksasi atau dislokasi lensa. Jika kerusakannya kecil tanpa prolaps vitrous,
perawatan ekstra harus dilakukan agar tidak menekan zonula. Untuk kerusakan
zonula yang lebih luas, harus dipertimbangkan dilakukan implantasi capsular
tension ring (CTR). 2,4
CTR adalah suatu cincin terbuka yang diletakkan didalam kapsul. CTR akan
membentuk kembali kapsul posterior, dan membuat capsular equator yang
18
melindungi terhadap aspirasi kapsul forniks, dengan mencegah ekstensi dialysis
zonula selama pembedahan. Pemasangan CTR juga mempermudah penempatan
IOL, mencegah desentrasi IOL, dan menurunkan insiden opasifikasi kapsul
posterior. Pada operasi pengeluaran lensa dengan katarak traumatic, CTR dapat
ditanam sebelum atau sesudah phacoemulsification.3,5
Operasi Katarak Traumatik
1. Pengangkatan lensa
Ekstraksi Lensa Intrakapsular
Mengeluarkan lensa secara bersama-sama dengan kapsul lensa.
Indikasi:
Apabila ditemui kondisi seperti:
1. Katarak dengan stadium intumesen, hipermatur, dan katarak luksasi
2. Apabila pada operasi EKEK ditemukan zonula Zini tidak utuh
Kontraindikasi:
Operasi katarak intra kapsuler merupakan kontraindikasi absolut apabila
ditemukan keadaan berikut:
1. Anak-anak dan remaja
2. Ruptur kapsul traumatik
Ekstraksi Lensa Ekstrakapsular
19
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa dan mengeluarkan
nucleus lensa dan korteks. Pada saat ini ekstrakapsular lebih dianjurkan
pada katarak senilise untuk mencegah degenerasi macula pasca bedah. 3,4,6
Pada operasi katarak ekstra kapsuler, secara teknis dibuat luka operasi yang
cukup lebar karena harus mengeluarkan lensa secara keseluruhan.
Tindakan ini akan membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama dari pada
penggunaan teknik operasi fakoemulsifikasi.2,5
Kontraindikasi dari operasi ini adalah operasi ekstraksi katarak
ekstrakapsuler membutuhkan keutuhan zonula untuk pengangkatan nukleus
dan materi korteks. Oleh karena itu, bila zonula tidak utuh maka perlu
direncanakan operasi ekstraksi katarak intrakapsuler atau lensektomi pars
plana.3,4,7
Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi
Dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik
ekstrakapsular yang menggunakan getaran – getaran ultrasonic untuk
mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (mm)
sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi.1,4
20
2. Penanaman lensa baru
Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan
mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa
buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya
lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata. Keadaan
afakia mungkin menjadi pilihan yang lebih baik pada anak-anak dan pada pasien
yang matanya sangat meradang. 3, 4
I. Komplikasi
Komplikasi katarak traumatic yang dapat terjadi, antara lain:
Dislokasi lensa dan subluksasio umumnya ditemukan pada penyakit yang
berhubungan dengan katarak traumatic
Komplikasi lainnya yang terkait adalah fakolitik, fakomorfik, blok pupil, dan
glukoma; uveitis facoanafilaktik; lepasnya retina; rupture koroid; hifema;
perdarahan retrobulbar; neuropati optic traumatic; dan rupture bola mata.3
Komplikasi segera setelah pascaoperasi adalah fibrinous uveitis dan komplikasi pasca
operasi yang lambat adalah kekeruhan lensa posterior.8
J. Prognosis
Prognosis sangat bergantung kepada luasnya trauma yang terjadi pada saat terjadinya
trauma dan kerusakan yang terjadi akibat trauma.
BAB III
21
KESIMPULAN
Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi karena kecelakaan. Katarak ini
paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul.
Penyebab lain yang jarang adalah karena trauma tembus pada bola mata seperti
tertusuk anak panah, batu, pajanan berlebih terhadap panas atau karena energi infra
merah (“glassblower cataract”), sinar-X, sengatan litrik dan bahan radioaktif.
Operasi katarak traumatik dilakukan melalui 2 langkah yaitu pertama dengan
mengangkat lensa yang keruh dan yang kedua adalah mengganti lensa yang keruh
tersebut dengan lensa baru. Proses pengangkatan lensa dapat dilakukan dengan 3
macam operasi, yaitu ekstraksi katarak intrakapsular, ekstraksi katarak ekstrakapsuler
dan fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi.
Sebagian besar katarak traumatik dapat dicegah. Di dunia industri, tindakan
pengamanan yang terbaik adalah dengan menggunakan alat pelindung mata pada saat
melakukan aktifitas beresiko tinggi. Komplikasi yang sering terjadi post-operasi
katarak adalah phacolytic, phacomorphic, blokade pupil dan glaukoma sudut tertutup;
uveitis; ruptur kornea; ruptur koroid; hifema; pendarahan retrobulbar; trauma saraf
optikus dan ruptur bola mata.
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Galloway N. Cataract. In Common Eye Diseases and their Management ed 3th.
2006. Springer-Verlag: London. 81-91.
2. Riordan P, et al. Lens. In Vaughan & Asbury's General Ophthalmology, 16th
Edition. 2000. McGraw-Hill: New York. Hal 174-181.
3. Graham R, et al. Cataract Traumatic. 2013. In
http://www.emedicine.medscape.com
4. Shock J, et al. Lensa. Dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14. 2000. Widya
Medika:Jakarta. Hal: 175-182.
5. Zorab R, et al. Cataract. In Lens and Cataract, American Academy of
Opthalmology. Section 11. Edition 2008-2009. San Francisco, USA. Hal: 5-9, 53-
57.
6. Oliver J, et al. Cataract Assessment. In Ophthalmology at Glance. 2005.
Blackwell-science: Massachusetts. Hal 73-75.
7. Lang, G. Cataract. In Ophthalmology A short text book. 2000. Thieme: New
York. Hal 183.
8. Lacmanovic Valentina, et al. 2004. Surgical Trratment, Clinical Outcome, and
Complication of Traumatic Cataract: Retrospective Study.
23
Recommended