20 Januari 2020
Publikasi ini disusun oleh Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) untuk Chemonics
International untuk kegiatan yang diselesaikan berdasarkan Kontrak No. AID-497-TO-16-0000
LAPORAN AKHIR HIBAH ADVOKASI PEMBIAYAAN BERKELANJUTAN
TAMAN NASIONAL MELALUI PEMBETUKAN
BADAN LAYANAN UMUM
Disusun oleh
Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) untuk Chemonics International
Kegiatan diselesaikan berdasarkan Kontrak No. AID-497-TO-16-0000
Tahun 2020
Pernyataan:
Laporan ini dimungkinkan oleh dukungan Rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional
Amerika Serikat (USAID). Isi dari laporan merupakan tanggung jawab penuh Pusat Telaah dan
Informasi Regional (PATTIRO) dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau Pemerintah Amerika
Serikat
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR SINGKATAN
Akronim Definisi
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BIJAK Bangun Indonesia untuk Jaga Alam demi Keberlanjutan
BKF Badan Kebijakan Fiskal
BLU Badan Layanan Umum
CSO Civil Society Organization
Diklat PIM Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
Ditjen KSDAE Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
DJPBN Direktorat Jenderal Perbendaharaan
FGD Focus Goup Discussion
IDR Indonesia Rupiah
IPB Institut Pertanian Bogor
IUCN International Union for Conservation of Nature
JPNN Jawa Pos News Network
Kemenkeu Kementerian Keuangan
KESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
KK-KSDAE Kawasan Konservasi - Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem
KKSDA Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air
KLHK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
KPA Kawasan Pelestarian Alam
KSA Kawasan Suaka Alam
LHK Lingkungan Hidup dan Kehutanan
METT Management Effectiveness Tracking Tool
PATTIRO Pusat Telaah dan Informasi Regional
PETI Penambang Emas Tanpa Izin
PFM Public Finance Management
PJLHK Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi
PKPPIM Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral
PKS Perjanjian Kerja Sama
PMK Peraturan Menteri Keuangan
iv
Akronim Definisi
PNBP Pendapatan Negara Bukan Pajak
PP Peraturan Pemerintah
PPK Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan
RPJMN Rencana Pebangunan Jangka Menengah Nasional
RPJP Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Satker Satuan Kerja
SDM Sumber Daya Manusia
Setditjen Sekretariat Direktorat Jenderal
SETJEN Sekretariat Jenderal
SKP Standar Kinerja Pegawai
SOP Standar Operasional Prosedur
SPM Standar Pelayanan Minimum
SWOT Strength-Weakness-Opportunity-Threat
TA Tenaga Ahli
TN Taman Nasional
TNBTS Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
TNGGP Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
TNGHS Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Tupoksi Tugas Pokok Fungsi
BAGIAN I – TEKNIS
Ringkasan Sasaran dan Tujuan Kegiatan Hibah
Program yang didanai oleh hibah ini, bertujuan untuk mendorong lahirnya rekomendasi kebijakan
terkait transformasi bentuk kelembagaan Taman Nasional menjadi Badan Layanan Umum. Melalui
program ini, serangkaian kegiatan yang direncanakan telah dilaksanakan untuk dapat mencapai tujuan
yang diharapkan. Program ini dilaksanakan dalam rangka mendapatkan gambaran kesiapan mengenai
Taman Nasional (TN) untuk memperoleh status BLU, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PP No. 23/2005) dan aturan
turunannya, yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180 Tahun 2016 tentang Penetapan dan
Pencabutan Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Pada Satuan Kerja Instansi
Pemerintah (PMK No. 180/2016). Pasal 4 PP No. 23/2005 jo Pasal 2 PMK No. 180/2016, mengatur
tiga syarat, apabila Satuan Kerja (Satker) ingin menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Tiga persyaratan
tersebut adalah substantif, teknis dan administratif.
Secara umum, program ini dilakukan melalui studi dan advokasi. Studi dilakukan secara kolaboratif
melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti pengelola TN (TN Gunung Gede Pangrango, TN
Gunung Halimun Salak, dan TN Bromo Tengger Semeru), masyarakat sekitar TN, Pemerintah Desa
sekitar TN, Pemerintah Daerah yang menjadi lokasi TN, akademisi, media, swasta, dan CSO, untuk
memberikan masukan terhadap hasil lapangan yang dilakukan oleh program. Melalui diskusi publik dan
audiensi, hasil studi dikemas dalam bentuk policy paper, dan disampaikan kepada Pemerintah
(Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, khususnya Ditjen KSDAE, Kementerian Keuangan,
khususnya Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU Ditjen Perbendaharaan ), dan Bappenas.
Berikut ini gambaran alur studi dan advokasi yang dilakukan oleh program hibah ini.
Bagan 1. Alur Studi dan Advokasi Program
Upaya mencapai tujuan kegiatan program dilakukan melalui serangkaian kegiatan, meliputi:
Policy Community
1. Design and roadmap TN to BLU
2. Management of TN-BLU
TN Financing the Satker model lowers TN capablity in
performing 10 functions ▪ Profiles and
challenges of TN
management
▪ Comparation of TN issues with TN benefit as Satker and BLU,
▪ Readiness of TN if it becomes BLU: Substantive, , technic and administrations .
▪ Gap the requirement and readiness of TN to BLU
▪ Role of local government, community, private if TN to BLU,
▪ Policy recomendations
Research results
A. Commitment of TN managers
Design and roadmap TN to BLU
Readiness TN
Expert meeting Public
Discussion
Recommendation BLU
Audiences meeting With MOF, MoEF, and National Development
Planing Agency
2
Kegiatan ini bertujuan untuk melihat gambaran tentang peta dan analisis kebijakan yang relevan
dengan BLU Taman Nasional, selain itu studi juga menggambarkan kondisi TN dari aspek tupoksi,
pendanaan dan hubungannya dengan pemerintah pusat, daerah, pemerintah desa, swasta, dan
masyarakat sekitar TN. Desk study diaksanakan dari tanggal 20 Januari sampai 22 Maret 2019.
Hasil yang dicapai dari kegiatan ini adalah laporan desk study yang menggambarkan tentang regulasi
yang berkaitan dengan TN dan BLU, peluang dan tantangan TN menjadi BLU, gambaran umum dari
ketiga TN, dan sumber-sumber pembiayaan TN saat ini. Selain itu, desk study juga menggambarkan
tentang kewenangan pengelolaan TN antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemerintah desa
dan masyarakat.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan masukan dari para expert dan peserta terhadap draft instrumen studi lapangan di tiga taman nasional, yaitu TN Gunung Gede Pangrango, TN Gunung
Halimun Salak, dan TN Bromo Tengger Semeru, dan menyempurnakan draft instrumen studi
lapangan, agar mencapai kualitas seperti yang diharapkan. Expert Meeting dilaksanakan pada 6
Februari 2019 bertempat di Kantor PATTIRO yang dihadiri oleh 14 orang terdiri dari 10 orang laki-
laki dan 4 orang perempuan. Expert yang hadir yaitu, 2 expert konservasi dan BLU, dan dari tim
Bijak.
Hasil kegiatan ini adalah input dari expert terhadap instrument studi lapangan. Instrumen ini akan
digunakan oleh tim peneliti pada saat melakukan studi lapangan (interview dan FGD).
Kegiatan ini dilakukan di tiga TN, yaitu TN Gunung Gede Pangrango, TN Gunung Halimun Salak, dan
TN Bromo Tengger Semeru. Tujuan dari pelaksanaan studi ini adalah untuk mendapatkan data dan
informasi mengenai kebijakan yang mendukung dan menghambat TN menjadi BLU, kondisi
pengelolaan ketiga TN saat ini yang mencakup tupoksi, kinerja perencanaan dan pelaksanaan
anggaran serta potensi kawasan, dan mendapatkan gambaran mengenai tantangan, peluang dan
kesiapan TN dalam memperoleh status BLU.
Studi lapangan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan FGD.
Wawancara telah dilakukan kepada stakeholders yang relevan, memiliki kewenangan serta memiliki
pengetahuan yang kuat di dalam pengelolaan TN dan pembentukan BLU. Partisipan yang menjadi
responden studi adalah, pengelola TN, Pemerintah daerah, pemerintah Desa di sekitar lokasi TN.
Wawancara dilaksanakan selama 6-7 hari dilokasi program, dengan rincian pelaksanaan di masing-
masing TN adalah: TN-GGP dilaksanakan pada 23-26 April 2019, TN-GHS dilaksanakan pada tanggal
13-18 Mei 2019, dan TN-BTS dilaksanakan tanggal 11-17 Mei 2019. Selain itu, wawancara juga
dilakukan terhadap instansi pemerintah di tingkat pusat, yaitu: pejabat Ditjen KSDAE Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Direktorat PPK BLU Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu,
dan Bappenas.
Dari proses wawancara, kami mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan terkait gambaran
mengenai kondisi pengelolaan TN saat ini yang mencakup tupoksi, kinerja perencanaan dan
pelaksanaan anggaran, potensi kawasan, serta gambaran mengenai tantangan, peluang dan kesiapan
TN bertransformasi status menjadi BLU. Beberapa temuan penting yang diperoleh dari wawancara:
1) Di aspek substantif, TN memiliki banyak potensi yang masih perlu dikembangkan seperti
tanaman obat, panas bumi dan air panas (diluar layanan jasa pada pendakian dan wisata); 2) Pada
3
aspek teknis, TN memiliki rencana strategis sebagai acuan pelaksanaan kegiatan, setiap pegawai TN
memiliki Standar Kinerja Pegawai (SKP) yang setiap tahun diperbaharui, TN memiliki penilaian
METT, penguatan kapasitas pegawai TN masih tergantung dari pemerintah pusat atau lembaga lain,
dan sistem rekrutmen masih tergantung pemerintah pusat, sehingga penempatan pegawai tidak
sesuai dengan kebutuhan TN; 3) Sementara di aspek administratif antara lain: pengelolaan keuangan
TN sudah dilakukan audit, TN memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dan TN belum
memiliki Standar Pelayanan.
Focus Group Discussions (FGD) dilaksanakan setelah wawancara di 3 TN terlaksana yang bertujuan
untuk mendapatkan tambahan informasi dan melakukan validasi atas hasil wawancara. FGD di tiga
lokasi TN dilaksanakan dengan mengundang stakeholders yang semula menjadi responden, antara
lain pengelola TN, pemerintah desa, pemerintah kabupaten, masyarakat sekitar TN, CSO dan pihak
swasta (mitra TN).
FGD di TN Gunung Gede Pangarango dilaksanakan pada 9 Mei 2019 bertempat di Amaris Hotel
Pajajaran Bogor yang dihadiri oleh 19 orang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
Peserta yang hadir dalam FGD ini adalah pengelola TN, CSO, Akademisi, Pemerintah Desa,
Masyarakat, dan Media. Hasil yang didapatkan dari FGD ini adalah adanya masukan dari para peserta
yang hadir terkait wacana TN akan dijadikan BLU di antaranya: 1) Regulasi yang ada masih belum
update dan masih banyak regulasi yang perlu diterbitkan; 2) Masih minimnya peningkatan kapasita
internal dari TN sendiri; 3) Jumlah SDM belum proporsional dan belum mendukung; 4) Penempatan
sumber daya manusia belum sesuai kebutuhan TN, karena keterbatasan SDM yang dimiliki, sehingga
SDM menjadi multitasking dalam menjalankan tugasnya; 5) Penyediaan layanan barang dan jasa
terkendala keterbatasan sumber daya manusia dan petugas yang akan pensiun, sementara belum ada
penambahan sumber daya dan anggaran; 6) Dari sisi jasa wisata, sarana/prasarana sederhana, masih
minim pemasaran/marketing, minim sumber daya manusia yang menjaga atau mengelola di sana; 7)
Packaging wisata yang masih standar dan belum profesional; 8) Belum memiliki sumber daya
manusia yang berlatar akuntansi untuk mengelola keuangan; 9) Komposisi SDM belum optimal; 10)
Anggaran masih terbatas.
FGD di TN Bromo Tengger Semeru dilaksanakan pada 17 Mei 2019 bertempat di Hotel Santika
Malang yang dihadiri oleh 16 orang terdiri 14 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Peserta yang
hadir merupakan perwakilan dari Pengelola TN, Pemerintah Desa, CSO, Akademisi, Media, dan
Masyarakat. Pada kegiatan ini dihasilkan beberapa temuan di antaranya: 1) Regulasi yang ada belum
diperbaharui dan belum mendukung kinerja atau program yang dilaksanakan di TNBTS; 2)
Perencanaan dan pelaksanaan anggaran menggunakan mekanisme APBN; 3) Hubungan antara
pemerintah daerah dan TNBTS perlu ditingkatkan; 4) Jumlah SDM TNBTS masih terbatas; 5) TNBTS
memiliki peluang yang cukup tinggi untuk meningkatkan PNBP.
FGD di TN Gunung Halimun Salak dilaksanakan pada 19 Juni 2019 bertempat di Whiz Prime Hotel
Pajajaran Bogor yang dihadiri oleh 24 orang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 6 orang perempuan.
Peserta yang hadir dalam FGD ini adalah pengelola TN, CSO, Akademisi, Pemerintah Kabupaten,
Pemerintah Desa, dan Masyarakat. Adapun temuan yang dihasilkan dari kegiatan ini, yaitu: 1) Regulasi
yang ada belum mendukung kegiatan yang dilaksanakan dan perlu diterbitkan regulasi yang baru; 2)
Tupoksi TNGHS masih fokus pada mandat-mandat dari KLHK; 3) Perencanaan dan penganggaran
masih menggunakan mekanisme APBN; 4) TNGHS memiliki tantangan yang cukup banyak, salah
satunya adalah Penambang Emas Tanpa Izin (PETI); 5) TNGHS juga memiliki potensi
kawasan/peluang untuk dapat dikembangkan ke depannya.
Diskusi analisis hasil studi lapangan dilakukan setelah mendapatkan data dan informasi yang
didapatkan dari wawancara dan FGD. Analisis difokuskan dengan melihat gap antara kondisi saat ini
4
dengan persyaratan menjadi BLU dari aspek substantif, teknis, dan administratif. Temuan-temuan
utama selanjutnya dianalisis dengan 4 aspek analisis, yaitu communication, resource, disposition or attributes, dan bureaucratic structures).
Kegiatan Diskusi Analisis dilaksanakan dalam enam kali pertemuan, yaitu:
• Pertemuan Pertama dilaksanakan pada 28 Juni 2019 dengan menghasilkan outline penulisan
laporan studi penelitian.
• Pertemuan Kedua dilaksanakan pada 11 Juli 2019 untuk melakukan update hasil penulisan
laporan studi lapangan dan membahas analisis hasil studi lapangan.
• Pertemuan ketiga dilaksanakan pada 24 Juli 2019 untuk membahas tentang hasil analisis dan
tambahan informasi penulisan studi penelitian.
• Pertemuan keempat dilaksanakan pada 2 Agustus 2019 yang diawali dengan update penulisan
laporan dan analisisnya serta sekaligus membahas kegiatan Workshop Triangulasi.
• Pertemuan kelima dilaksanakan pada 5 Agustus 2019 untuk membahas persiapan Workshop
Triangulasi dan persiapan substansi yang akan disampaikan dalam kegiatan tersebut.
• Pertemuan keenam dilaksanakan pada 14 Agustus 2019 dengan menghasilkan ide awal desain
BLU sekaligus persiapan terakhir Workshop Triangulasi.
Workshop Triangulasi dilakukan untuk mengkonfirmasi temuan awal dari hasil wawancara dan FGD,
dan untuk mendapatkan masukan atas draft awal temuan studi dan hasil analisis. Workshop
Triangulasi dilaksanakan selama dua hari yakni tanggal 15-16 Agustus 2019 di Hotel Sofyan Betawi
Jakarta. Pada kegiatan ini peserta yang hadir berjumlah 42 orang, yang terdiri dari pengelola TN di 3
lokasi studi, dan 2 TN non lokasi studi (TN Kepulauan Seribu dan TN Ujung Kulon), akademisi,
Direktorat PPK-BLU Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu, KLHK, KESDM, CSO, Tim BIJAK dan
PATTIRO. Pada Workshop Triangulasi ini, tim peneliti mendapatkan beberapa masukan dari
peserta terkait hasil penelitian dan desain BLU dan roadmap transformasi status TN menjadi BLU.
Hasil dari Workshop Triangulasi ini adalah adanya masukan dari peserta terhadap temuan studi,
sebagaimana berikut ini:
• Perlu ditambahkan adanya analisis terhadap sumber pendapatan dari PNBP yang diterima
oleh Taman Nasional. Jumlah PNBP yang diterima oleh Taman Nasional perlu diketahui
rinciannya (misalnya, PNBP dari ekowisata dan komersialisasi air) agar diketahui mana yang
dikelola TN mana yang bukan.
• Perlu ditambahkan dalam hasil studi mengenai potensi-potensi yang bisa menjadi sumber
pendapatan Taman Nasional seperti dari pemanfaatan air dan flora fauna. Potensi ini perlu
dioptimalkan pada saat nanti menjadi BLU. Hal ini perlu ditambahkan dalam hasil studi agar
menguatkan isi dari riset bahwa sebetulnya Taman Nasional memiliki potensi yang sangat
besar.
• Laporan studi belum mengelaborasi konteks pembiayaan berkelanjutan dengan proyeksi
potensi yang dapat dioptimalkan oleh Taman Nasional.
• Legalitas atau Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Taman Nasional dengan Masyarakat sekitar
kawasan perlu dijelaskan.
• Pentingnya pelibatan masyarakat dalam pengembangan Taman Nasional, termasuk
keberadaan masyarakat adat di dalam kawasan perlu dimasukan dalam hasil studi.
• Upaya yang dilakukan agar masyarakat adat dapat hidup berdampingan dengan Taman
Nasional.
• Pelibatan perwakilan masyarakat adat dalam setiap penyusunan dan perencanaan hingga
pelaksanaan aturan dan kebijakan yang terkait dengan masyarakat dan Taman Nasional.
• Pola kemitraan antara Taman Nasional dengan masyarakat adat perlu dikembangkan.
5
• Rekomendasi yang diberikan dalam studi perlu memberikan alternatif usaha yang dilakukan
Taman Nasional bersama masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional.
Diskusi finalisasi laporan merupakan diskusi internal tim program dan melibatkan ahli di bidang
konservasi untuk melakukan pengolahan data dan informasi yang dihasilkan dari kegiatan Workshop
Triangulasi. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara serial. Hasil dari serial diskusi ini adalah laporan
studi yang sudah final dari tim peneliti.
Diskusi finalisasi laporan yang terlaksana adalah sebagai berikut:
• Diskusi pada tanggal 21 Agustus 2019. Diskusi ini dilaksanakan pasca kegiatan Workshop
Triangulasi. Diskusi ini membahas informasi yang didapatkan dari hasil Workshop Triangulasi
tentang peran Taman Nasional dalam pengelolaan kawasan apabila menjadi BLU. Peran
Taman Nasional perlu diperkuat dari dua hal: yaitu: (1) peningkatan tugas dan fungsi TN
dalam mengelola kawasan; dan (2) pengelolaan keuangan Taman Nasional melalui BLU
sehingga dapat mendorong pengelola TN untuk melakukan kreativitas dan inovasi dalam
meningkatkan kinerjanya. Selain itu, berdasarkan informasi dari workshop, TN memiliki
kendala dari sisi persyaratan standar pelayanan minimum. Adapun persyaratan lain umumnya
TN sudah memenuhi. Melihat hal tersebut, standar pelayanan minimum menjadi salah satu
aspek yang perlu menjadi fokus untuk dikembangkan dan ditingkatkan apabila TN menjadi
BLU.
• Diskusi pada tanggal 9 September 2019. Diskusi ini melibatkan expert konservasi hutan,
yaitu Prof. Dr. Hadi Ali Kodra (Guru Besar Institut Pertanian Bogor). Peserta yang hadir
sebanyak 5 orang (4 orang laki-laki dan 1 orang perempuan). Dalam kegiatan tersebut
dihasilkan masukan-masukan dari expert terkait poin-poin yang perlu dilakukan oleh TN
untuk menjadi BLU. Dalam pertemuan tersebut, Prof Ali memberikan masukan untuk
memastikan pengelolaan kawasan konservasi tetap terjaga apabila menjadi BLU maka
pemenuhan persyaratan substantif oleh TN perlu dilakukan dengan fokus pada identifikasi
potensi kawasan terutama dari sisi ekologis. Selain itu, identifikasi layanan barang dan jasa
yang spesifik perlu dimunculkan dari sisi ekonomi dan sosial.
• Diskusi pada tanggal 12-13 September 2019. Diskusi ini bertempat di kantor PATTIRO
dengan peserta sebanyak 3 orang (laki-laki). Diskusi membahas tentang peta jalan (road map) pembentukan TN menjadi BLU. Roadmap pembentukan TN menjadi BLU berfokus pada
persiapan persyaratan BLU. Terdapat lima tahap kegiatan yang perlu dilakukan TN, yaitu: (1)
penyepakatan peningkatan status TN menjadi BLU di internal Ditjen KSDAE; (2)
pembentukan tim persiapan TN menjadi BLU; (3) verifikasi internal dokumen persyaratan
TN; (4) penyampaian hasil verifikasi kepada Menteri LHK dan penyepakatan TN yang
diusulkan berstatus BLU; dan (5) Pengusulan TN oleh Menteri LHK kepada Menteri
Keuangan.
Diskusi publik dilakukan untuk mendiseminasikan hasil studi kepada publik dan membangun
komitmen dari pembuat kebijakan, khususnya Ditjen KSDAE KLHK untuk menindaklanjuti
rekomendasi studi. Kegiatan dilaksanakan pada 25 September 2019 di Hotel Millenium Jakarta yang
dihadiri oleh 30 orang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Peserta dari berbagai
stakeholder tersebut di antaranya dari Kementerian Keuangan, KHK, 3 TN lokasi studi, akademisi,
CSO, media, dan Mitra Bappenas.
Tanggapan dari peserta terhadap hasil studi, yaitu:
6
• BLU ini sangat menarik namun memiliki tantangan sendiri dimana fleksibilitas pengelolaan
keuangan yang diberikan sebanding dengan tanggung jawab yang dimiliki.
• Jika TN akan diajukan menjadi BLU, Kementerian Keuangan akan melakukan pengujian atas
pemenuhan persyaratan menjadi BLU dengan melibatkan pihak lain di internal Kementerian
Keuangan, seperti Ditjen Anggaran dan Badan kebijakan Fiskal. Pelibatan ini untuk
mendapatkan gambaran seutuhnya terkait rencana dalam menjalankan pelayanan yang
diajukan oleh TN apabila menjadi BLU.
• Perlu adanya integrasi dalam pengelolaan kawasan yang dilaksanakan TN dengan melibatkan
pemerintah desa, kecamatan dan kabupaten. Hal ini karena ditemukan adanya TN yang
memiliki PNBP besar namun pemerintah daerahnya tidak mendapatkan apa-apa. Assessment anggaran yang dilakukan TN juga hendaknya menghitung berapa anggaran untuk program
menyejahterakan masyarakat di sekitar TN.
• Pengembangan objek wisata di kawasan TN harus didukung dengan infrastruktur pendukung
menuju lokasi serta konsep pengembangan yang jelas terlebih dahulu (pengembangan ruang
publik dan ruang usaha). Pembangunan akses jalan menjadi hal penting yang sering
dikoordinasikan antara TN dengan Pemerintah Daerah. Selama ini jalan yang melintas ke TN
umumnya adalah jalan kabupaten.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan expert di bidang public finance management (PFM) dan
bidang konservasi. Expert memberikan masukan terhadap draf policy paper yang sudah dibuat
berdasarkan laporan studi. Masukan yang diberikan oleh expert dalam bentuk catatan dan input
langsung terhadap draf.
Diskusi Penyusunan draft policy paper dilaksanakan dalam dua kali tahapan. Tahap pertama
dilaksanakan pada 18 Oktober 2019 dengan jumlah peserta tiga orang (laki-laki semua). Pada
kegiatan pertama ini menjelaskan tentang draf yang sudah dibuat. Catatan akhir dari diskusi ini
adalah: 1) memperjelas road map pembentukan BLU; dan 2) perlu menambahkan topik bahasan
tentang temuan lapangan, terkait jenis layanan barang dan jasa TN. Hasil pembahasan di internal tim
ini, disampaikan kepada expert untuk mendapatkan input terhadap draf policy paper dari expert.
Tahap kedua dilaksanakan pada 25 Oktober 2019 yang dihadiri oleh 7 orang terdiri dari enam orang
laki-laki dan satu orang perempuan. Diskusi tahap ini membahas input yang telah diberikan oleh tim
expert, dan meninjau kembali hasil penyempurnaan draft berdasarkan input diskusi tahap pertama.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan masukan terhadap draft policy paper dari para ahli.
Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 7 November 2019 bertempat di Puri Denpasar Hotel Jakarta
yang dihadiri oleh 24 orang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Ahli yang hadir
adalah expert di bidang konservasi (guru besar IPB), Direktur Kawasan Konservasi Ditjen KSDAE
KLHK, expert di bidang publik finance (Kasubdit PPK-BLU), perwakilan pengelola TN Bromo
Tengger Semeru dan CSO yang konsen di isu konservasi.
Hasil kegiatan ini adalah adanya masukan dari para expert terhadap draft policy paper yang telah
disusun oleh PATTIRO. Beberapa masukan tersebut antara lain: (1) perlu mencantumkan daftar
KSA/KPA yang bertitel ‘global’ seperti cagar biosfer, warisan alam dunia, ramsar site, warisan alam
Asia dan Suaka Lintas Batas. Sebagai contoh TN Komodo adalah warisan alam dunia dengan Pulau
Komodo-nya sebagai cagar biosfer (2) Menyusun peta tupoksi yang menghasilkan barang dan atau
jasa di taman nasional untuk melihat potensi barang dan jasa apa yang bisa dikembangkan di taman
nasional (3) Usulan struktur organisasi taman nasional berstatus BLU bisa diganti menjadi butir-butir
7
kegiatan. Usulan struktur organisasi baru rentan menimbulkan perbedaan persepsi, dan (4) Judul
draft policy paper yang disusun agar langsung ke pokok bahasan yaitu terkait dengan Taman Nasional
menjadi Badan Layanan Umum (BLU).
Selain itu, dalam expert meeting tersebut, rekomendasi dalam draft policy paper terkait dengan BLU
Taman Nasioanl, mendapatkan respon dari Direktorat Kawasan Konservasi, KSDAE, KLHK, Ir.
Dyah Murtiningsih. Menurut Dyah Murtiningsih, Direktorat Jenderal KSDAE mendorong agar
seluruh Taman Nasional yang ada di Indonesia memberikan layanan spesifik, terutama soal jasa
lingkungan wisata, dengan begitu TN bisa menjadi BLU. Pentingnya spesifikasi layanan tersebut
sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
BLU. Dalam PP tersebut disebut BLU dibentuk untuk memberi layanan pada masyarakat berupa
penyediaan barang atau jasa yang mengutamakan prinsip efisiensi dan produktivitas. Selain itu, respon
dari media terhadap isu ini juga cukup baik, hal ini dibuktikan dengan diliputnya isu ini di beberapa
media online.
Kegiatan diskusi finalisasi yang dilaksanakan di kantor PATTIRO dilaksanakan dalam rangka
membahas dan memfinalisasi laporan berdasarkan masukan expert. Diskusi finalisasi dilakukan dalam
beberapa tahapan kegiatan di internal tim peneliti PATTIRO. Pada tanggal 31 Oktober 2019,
dilaksanakan diskusi dengan diikuti oleh empat orang (laki-laki).
Selanjutnya, dalam upaya memperkuat isi policy paper tim internal PATTIRO, melakukan diskusi
lanjutan sebanyak 5 kali, dengan agenda memasukkan dan melengkapi input dan usulan expert, menyisir kembali draft atas masukan tim Bijak, yang berkaitan dengan input regulasi, analisis, dan
rekomendasi. Satu pertemuan dilakukan bersama dengan tim Bijak pada tanggal 20 November 2019,
yang dihadiri oleh 5 laki-laki dan 3 perempuan. Dalam pertemuan ini, Tim BIJAK memberikan
masukan terhadap substansi policy paper dan memberikan masukan terhadap pola penyajian agar
tidak kaku/monoton, seperti mengubah sub-bahasan yang terdapat dalam outline dengan kalimat
tanya. Hasil dari serangkaian diskusi finalisasi ini adalah policy paper yang telah mengakomodir
masukan dari expert dan tim Bijak.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan publik atas policy paper yang berisi publikasi
policy paper "Badan Layanan Umum Taman Nasional untuk Pengelolaan Kawasan Konservasi
Berkelanjutan" kepada publik, yang di dalamnya berisi materi urgensi transformasi taman nasional
menjadi BLU, desain BLU TN dan roadmap pembentukan BLU TN. Diskusi telah dilaksanakan pada
hari Selasa, 10 Desember 2019 di Hotel Sari Pacific yang dihadiri oleh 40 orang terdiri 20 orang laki-
laki dan 20 orang perempuan.
Dalam kegiatan diskusi ini disampaikan Policy Paper kepada para pembuat kebijakan yang terkait
dengan TN dan BLU. Direktur Konservasi dan Sumber Daya Alam Bappenas, perwakilan dari
Direktorat Kawasan Konservasi Ditjen KSDAE, perwakilan dari Badan Kebijakan Fiskal (BKF)
Kementerian Keuangan serta Tenaga Ahli (TA) Kementerian Pariwisata.
Partisipan dalam kegiatan ini terdiri dari Pengelola TN lokasi studi, pengelola TN Kepulauan Seribu,
pemerintah pusat (KLHK, BKF, Kementerian Pariwisata dan Bappenas), akademisi, Perguruan Tinggi,
CSO, dan Media. Dari proses diskusi yang dilakukan, TA Kementerian Pariwisata menyampaikan
pentingnya meningkatkan koordinasi dan komunikasi antara KLHK dan Kementerian Pariwisata
dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan di Taman Nasional, sebagai upaya dalam mencapai
target RPJMN terkait pembangunan pariwisata berkelanjutan di Indonesia.
8
Pada kegiatan ini juga disampaikan policy paper bagi pengambil kebijakan, dengan harapan dapat
ditindaklanjuti.
Tanggapan dari peserta terhadap hasil studi, yaitu:
• Hasil kajian yang dilakukan oleh PATTIRO sudah cukup baik, terutama adanya roadmap yang
diusulkan menjadi peta jalan dari pembentukan BLU menjadi Taman Nasional. Roadmap ini
perlu dikomunikasikan ke para pihak terkait sehingga akan menjadi clear kelanjutannya.
• Dalam pengelolaan kawasan konservasi juga perlu diperhatikan sistem perencanaannya.
Dokumen perencanaan yang digunakan jangka panjang adalah Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) harus diturunkan ke dalam Renstra kawasan hutan. Apabila dalam
perencanaan kehutanan pengelolaan BLU dapat diintegrasikan maka hal ini akan bisa
memperkuat BLU bagi Taman Nasional.
• Kertas kebijakan yang disusun perlu melihat bagaimana analisis pembentukan BLU
berdasarkan tujuan pembentukan BLU, yaitu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberikan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan, dan menerapkan prinsip ekonomi dan produktifitas,
dan menerapkan praktek bisnis yang sehat.
• Kertas kebijakan yang disusun oleh PATTIRO mengenai pengelolaan kawasan konservasi
berkelanjutan melalui BLU Taman Nasional sangat berkorelasi dengan peran Kementerian
Pariwisata dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan yang memperhitungkan aspek
ekonomi, sosial, budaya, dan ekologis.
• Pintu masuk pembangunan pariwisata berkelanjutan yang dapat dilaksanakan oleh Taman
Nasional adalah melalui pengembangan ekowisata. Kebijakan di Kementerian Pariwisata
sudah mendukung pembangunan berkelanjutan yaitu Peraturan Menteri Pariwisata No 14
Tahun 2016 yang memuat tentang terdapat 3P + 1M: People (sosial budaya), Planet (Lingkungan), dan Prosperity (ekonomi).
• Wacana pembentukan BLU di TN juga hampir sama dengan kajian yang dilakukan oleh LIPI
terkait pemanfaatan SDA Kebun Raya Bogor. Hasil kajiannya menyimpulkan BLU sebagai
alternatif pengelolaan keuangan Kebun Raya Bogor.
• Peningkatan efektivitas di TN apabila menjadi BLU memang belum tentu, namun
pertanyaannya apakah pengelolaan TN hanya begini-begini saja? perlu ada gebrakan atau
inovasi dalam pengelolaannya.
Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah PATTIRO akan melaksanakan audiensi kepada para pengambil
kebijakan di tingkat pemerintah pusat untuk menyampaikan rekomendasi dari kertas kebijakan yang
telah disusun. Audiensi akan dilaksanakan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem) dan Kementerian Keuangan (Direktur
Pengelolaan Pembinaan Keuangan BLU Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan.
Kegiatan ini belum bisa dilaksanakan dalam program hibah. Berdasarkan arahan yang diberikan oleh
tim BIJAK, bahwa rencana kegiatan media briefing harus dikonsultasikan untuk mendapatkan
persetujuan dari Ditjen KSDAE, baik terkait draf/bahan media briefing maupun pelaksanaannya.
Konsultasi dan persetujuan dimaksudkan untuk menjaga agar tidak terjadi “ketersinggungan” dari
KLHK atas berita media yang muncul sebagai output dari media briefing.
Agar kegiatan ini dapat terlaksana, Tim PATTIRO telah melakukan beberapa upaya, yaitu: (1)
menyampaikan draft bahan media briefing pada saat kegiatan audiensi kepada Dirjen KSDAE (Ir.
Wiratno, MSc) pada hari Jumat, 13 Desember 2019. Dalam kesempatan ini, Dirjen belum
9
menyatakan persetujuannya karena Dirjen lebih banyak merespon isi policy paper yang telah
dikemas dalam bentuk lima slide powerpoint; (2) mengagendakan pertemuan dengan Direktur
Kawasan Konservasi (KK). Awalnya pertemuan akan dilaksanakan pada akhir Desember 2019.
Namun karena Direktur KK ada tugas dinas ke Medan, maka pertemuan ditunda. Pada akhirnya,
pertemuan dengan Direktur KK terlaksana pada tanggal 6 Januari 2020. Dalam pertemuan ini, selain
menyampaikan policy paper, secara khusus kami juga menyampaikan dan membahas draft materi
media briefing. Hasil pertemuan ini, Direktur KK menyarankan untuk ekspose hasil studi terlebih
dahulu kepada seluruh Direktorat yang ada di Ditjen KSDAE. Kegiatan ekspose ini juga sebagai
tindak lanjut dari disposisi Dirjen KSDAE kepada Direktur KK pasca tim PATTIRO beraudiensi
dengan Dirjen KSDAE; (3) melakukan ekspose hasil studi kepada Direktorat yang ada di Ditjen
KSDAE pada hari Kamis, tanggal 9 Januari 2020. Kesepakatan yang dihasilkan pada saat ekspose
studi, bahwa dibentuk tim kecil lintas Direktorat yang akan merumuskan Nota Dinas kepada Bu
Menteri terkait pentingnya perubahan status Taman Nasional Komodo dan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru menjadi BLU.
Sedangkan terkait media briefing, Dirjen KSDAE meminta agar kegiatan media briefing dilakukan
setelah hasil studi dan policy paper PATTIRO disampaikan dan mendapatkan respons dari Menteri
KLHK. Dan sampai dengan tanggal 9 Januari 2020 kegiatan media briefing belum dapat dilaksanakan
karena belum mendapatkan persetujuan dari Menteri KLHK.
Mengingat Laporan Final sudah harus dikirimkan pada tanggal 10 Januari 2020, PATTIRO kemudian
mengirimkan email yang berisi update bahwa kegiatan media briefing belum dapat dilaksanakan dan
mengajukan agar anggaran media briefing sebesar Rp 6.000.000 dapat dialihkan untuk kegiatan
fasilitasi penyusunan Nota Dinas kepada Menteri.
Berdasarkan komunikasi yang intensif dengan Tim BIJAK, pada akhirnya disepakati bahwa kegiatan
media briefing dihilangkan dan dana sebesar Rp 6.000.000 akan dikurangi dari total anggaran di dalam
kontrak.
Audiensi dilakukan untuk mendapatkan dukungan dan komitmen tindaklanjut rekomendasi kebijakan
mengenai desain dan roadmap pembentukan BLU TN dari tiga kementerian utama, yaitu KLHK,
Kemenkeu, dan Bappenas.
Pertemuan dengan Dirjen KSDAE dilakukan dilakukan pada tanggal 13 Desember 2019. Pertemuan
bertujuan untuk menyampaikan policy paper dan memaparkan rekomendasi tindak lanjut yang perlu
dilakukan oleh Ditjen KSDAE. Dirjen KSDAE mengapresiasi hasil studi dan rekomendasi yang
disampaikan PATTIRO. Dalam pertemuan tersebut, Dirjen KSDAE juga menyampaikan bahwa hasil
studi perlu dipresentasikan kepada jajaran eselon II Ditjen KSDAE, agar semua mendapatkan
informasi terkait hasil studi. Untuk itu, Dirjen KSDAE membuat disposisi ke Direktur KK untuk
mengundang jajaran menyampaikan bahwa hasil studi PATTIRO perlu dipresentasikan kepada jajaran
KSDAE dengan agenda, ekspose hasil studi oleh tim PATTIRO dan mendiskusikan rencana tindak
lanjutnya. Untuk menindaklanjuti arahan Dirjen KSDAE tentang rencana kegiatan ekspose, Tim
PATTIRO melakukan komunikasi dengan Direktur KK untuk meminta waktu bertemu, selain
membicarakan agenda ekspose juga tim PATTIRO ingin menyampaikan draf materi untuk kegiatan
media briefing.
Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 6 Januari 2020, kegiatan dilakukan oleh lima orang yang terdiri
dari 2 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Dalam pertemuan ini, PATTIRO mendiskusikan tindak
10
lanjut disposisi dari Dirjen KSDAE kepada Direktur KK untuk menyelenggarakan ekspose hasil studi.
Selain itu, tim PATTIRO juga meminta masukan dari Ditjen KSDAE terkait draf materi media
briefing.
Hasil dari pertemuan ini adalah: 1) kegiatan media briefing hendaknya dilakukan setelah ekspose hasil
studi; 2) Disepakatinya waktu untuk melakukan ekspose hasil studi kepada jajaran di KSDAE pada 9
Januari 2020; 3) rekomendasi policy paper PATTIRO hendaknya tidak berfokus pada Direktur KK,
namun pada semua eselon II di KSDAE, karena kerja-kerja yang dilakukan Taman Nasional terkait
dengan semua Direktorat di Ditjen KSDAE.
Ekspose hasil studi merupakan kegiatan tindaklanjut dari audiensi dengan Dirjen KSDAE dan
audiensi dengan Direktur KK. Kegiatan ekspose hasil studi dilakukan di ruangan Rapat Dirjen
KSDAE pada tanggal 9 Januari 2020, dengan jumlah peserta sebanyak 24 orang, laki-laki 14 orang
dan perempuan 10 orang. Hadir dalam pertemuan tersebut seluruh jajaran dari eselon II KSDAE,
yaitu perwakilan dari Sesditjen, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Kawasan
Konservasi, Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi. Rapat dipimpin Dirjen
KSDAE dan Direktur KK.
Beberapa tanggapan dari peserta terkait pemaparan policy paper:
• TN Komodo merupakan salah satu area wisata Labuan Bajo yang menjadi salah satu dari lima
Destinasi Wisata Super Prioritas dalam lima tahun mendatang. Dirjen KSDAE
menginformasikan bahwa landasan pacu Bandara akan diperpanjang yang mengakibatkan
pesawat dari Ghuang Zhou (China) dapat langsung mendarat di Labuan Bajo. Kondisi ini
perlu diantisipasi oleh pengelola TN Komodo.
• Perubahan TN Komodo menjadi BLU adalah salah satu alternatif penanganan untuk TN
Komodo sebagai World Heritage Site Menuju Destinasi Ekowosata Prioritas Nasional sesuai
Keputusan Menteri LHK Nomor: SK.880/MENLHK/SETJEN/KSA.2/10/2019 tanggal 18
Oktober 2019.
• Dalam proses persiapan pengajuan TN menjadi BLU di periode 2010-2014, tim dari Sesditjen
telah melakukan studi banding ke beberapa BLU, antara lain studi banding ke Pengelola
Gelora Bung Karno dan rumah sakit.
• Salah satu kendala yang dihadapi dalam proses pengajuan TN menjadi BLU di periode 2010-
2014 adalah belum disusunnya Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk BLU karena belum
tercapai kesepakatan apakah SPM akan ditetapkan per TN atau berlaku umum (untuk semua
TN).
Agenda Tindak Lanjut dari kegiatan ini adalah:
• Dirjen KSDAE menginstruksikan agar Direktur KK segera membuat draft Nota Dinas ke
Menteri LHK terkait urgensi perubahan status TN Komodo dan TN Bromo Tengger Semeru
menjadi BLU, yang di dalamnya berisi analisis SWOT dari kedua TN ini.
• Untuk menindaklanjuti instruksi Dirjen KSADE ini, forum menyepakati pembentukan Tim
kecil lintas Direktorat di lingkungan Ditjen KSDAE yang terdiri dari Ibu Dyah Murtiningsih
(Direktur KK), Ibu Julianti Siregar (perwakilan Direktorat PJLHK) dan Ibu Peggy (perwakilan
dari Sesditjen KSDAE, yang merupakan anggota dari Tim Persiapan Pengajuan TN menjadi
BLU di Periode 2010-2014).
Dalam perkembangannya, Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK)
mengundang PATTIRO untuk hadir pada rapat tanggal 22 Januari 2020 yang membahas “penelaahan
TN Komodo sebagai Badan Layanan Umum”. Rapat tersebut merupakan tindak lanjut upaya
11
penanganan untuk TN Komodo sebagai World Heritage Site Menuju Destinasi Ekowosata Prioritas
Nasional sesuai Keputusan Menteri LHK Nomor: SK.880/MENLHK/SETJEN/KSA.2/10/2019 tanggal
18 Oktober 2019, dimana usulan TN Komodo menjadi BLU merupakan salah satu alternatif
perbaikan pengelolaan TN Komodo.
Rapat dipimpin oleh Direktur PJLHK Bapak Asep Sugiharta, diikuti oleh staf di Direktorat PJLHK
dan Ibu Desi (penyusun tesis BLU TN di tahun 2012) yang membahas tentang: (i) pemaparan
tentang BLU; (ii) rencana dari pemerintah; (iii) Rencana Tindak Lanjut. Pemaparan tentang BLU
disampaikan oleh Ibu Julianti Siregar yang memaparkan hasil ekspose kajian PATTIRO dengan
Dirjen KSDAE pada tanggal 9 Januari 2020. Sedangkan Ibu Desi menyampaikan hasil risetnya
tentang BLU, terutama aspek-aspek apa yang diperlukan oleh TN agar menjadi BLU.
Rencana pemerintah terkait lima destinasi wisata super prioritas, saat ini difokuskan pada TN
Komodo dan pemerintah menargetkan pembahasan mengenai kesiapan TN Komodo menjadi BLU
bisa selesai hingga bulan Maret 2020.
Terkait dengan hal ini, Direktur PJLHK berpendapat perlu kajian yang mendalam apakah BLU
menjadi solusi yg terbaik bagi TN Komodo dalam menindaklanjuti ide tiket masuk 1000 dollar dan
perlu dikaji juga dampak sosial terkait meningkatkan arus wisatawan dari Guang Zhou China.
Dengan demikian, Direktur PJLHK berpendapat diperlukan kajian melalui 2-3 kali pertemuan.
Rencana tindak lanjut:
• Direktorat PJLHK akan mengirimkan Nota Dinas kepada Dirjen KSDAE untuk membentuk
tim kecil khusus membahas peluang pembentukan BLU TN Komodo. PATTIRO akan diminta
untuk masuk dalam tim.
• Akan dilakukan 2-3 kali pertemuan membahas peluang BLU TN Komodo namun diusulkan
setelah terbentuknya tim kecil yang melibatkan semua unsur.
Kegiatan dilaksanakan di kantor Direktorat Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-
BLU) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Kementerian Keuangan pada tanggal 20
Desember 2019, dihadiri 4 orang 3 orang laki-laki dan 1 orang perempuan (3 orang dari tim
PATTIRO dan satu orang dari Direktorat PPK BLU). Pertemuan dilakukan dalam rangka
menyampaikan rekomendasi kebijakan policy paper. Dalam pertemuan tersebut, Bintang Prasetyo
Jati Kepala Seksi PPK-BLU III B, mengapresiasi hasil studi yang dilakukan PATTIRO, dan Direktorat
PPK-BLU akan mempelajari hasil studi tersebut. Hasil kajian sangat membantu Direktorat PPK-BLU
dalam mengidentifikasi produk barang/jasa yang menjadi potensi Taman Nasional dengan disertai
regulasi dan kebijakan yang mendukung. Selain itu, Pak Bintang menyampaikan pentingnya komitmen
pimpinan menjadi faktor kunci dalam mendorong pembentukan BLU Taman Nasional. Sebagai
Pembina teknis, KLHK perlu melakukan konsolidasi internal, agar keinginan menjadi BLU juga
didukung oleh semua pihak. Pimpinan perlu mengambil langkah strategis untuk mempercepat
pembentukan BLU.
Dalam pertemuan tersebut, PATTIRO menyampaikan rencana untuk melaksanakan media briefing.
Terkait hal ini, Pak Bintang memberikan masukan materi penyajian materi kepada media yaitu: 1)
untuk menjadi BLU harus memenuhi persyaratan substantif, teknis dan administratif; 2) Skema BLU
harus dipahami sebagai salah satu alternatif pembiayaan untuk mendorong lembaga pemerintah
dapat mengoptimalkan tugas dan fungsinya dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Kegiatan audiensi kepada pengambil kebijakan di Bappenas berbeda dengan KLHK dan Kementerian
Keuangan. Hal ini karena Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air (KKSDA), Dr. Nur
12
Hygiawati, ST, MSc telah hadir sebagai Pembahas yang memberikan tanggapan atas materi policy paper di dalam kegiatan Diskusi Kebijakan pada tanggal 10 Desember 2019.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur KKSDA menyampaikan tanggapannya terkait dengan materi
policy paper, yaitu:
• Tujuan utama taman nasional adalah untuk menjaga kawasan konservasi, bagaimana
mengelola kawasan agar dari sisi ekologis tetap terjaga disamping dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat sekitar. Aspek ekonomi saya anggap sebagai bonus saja. Melalui BLU saya
berpesan agar tujuan utama ini tidak akan hilang.
• Direktur KKSDA tidak setuju pengelolaan taman nasional ke arah mass tourism. Potensi yang
dimiliki oleh taman nasional itu sangat tinggi, namun saat ini condong ke pengembangan
ekowisata saja. Dalam kertas kebijakan perlu dimasukan potensi apa saja selain dari wisata
seperti misalnya air. Bagaimana pemanfaatan air di taman nasional.
• Taman nasional sebaiknya tidak diberikan target PNBP dan harus dipatok dari jumlah
pengunjung. Tujuan mendapatkan PNBP tinggi sebenarnya bukan tujuan dari kawasan
konservasi. Hal ini perlu dimasukan dalam kertas kebijakan yang disusun oleh PATTIRO.
Selanjutnya, dalam rangka memperluas dukungan atas rekomendasi policy paper, PATTIRO
berinisiatif untuk menyampaikan rekomendasi kebijakan kepada Deputi Kemaritiman dan Sumber
Daya Alam Bappenas. Surat permohonan audiensi telah disampaikan sejak pertengahan bulan
Desember 2019. Setelah melalui proses komunikasi dengan staf Deputi, audiensi diagendakan
dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2020. Namun, karena adanya agenda mendadak dari Deputi
(rapat dengan menteri), maka agenda audiensi ditunda dan dijadwal di tanggal 24 Januari 2020 dan
selanjutnya diinformasikan lagi bahwa audiensi dijadwalkan di tanggal 28 Januari 2020 pukul 14.00
WIB dikarenakan pada tanggal 24 Januari 2020 Deputi Kemaritiman dan Sumber Daya Alam harus
mendampingi Menteri Bappenas.
13
Ringkasan Pencapaian Kegiatan Hibah
Nama Indikator Target Aktual Deskripsi
1. Jumlah laporan studi
lapangan yang memuat
gambaran kesiapan
Taman Nasional dalam
menuju BLU
1 laporan studi yang
mencakup 3 TN pada
bulan maret 2018
1 laporan studi yang
mencakup 3 TN di
sampaikan pada Januari
2020
Secara umum, laporan
studi memberikan
gambaran mengenai
pemenuhan persyaratan
awal TN menjadi BLU, tiga
TN yang menjadi objek
studi memenuhi 3
persyaratan yang diminta
oleh Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 180
Tahun 2016 tentang
Penetapan dan Pencabutan
Penerapan Pola Keuangan
BLU, yaitu: substantif,
teknis dan administratif.
Dengan demikian,
indikator ini telah tercapai.
2. Jumlah collaboration
inisiative yang terbangun
antara TN, Masyarakat
sekitar TN, CSO, Swasta
dan atau pemerintah
daerah dan Pemerintah
Desa.
1 kolaborasi initiative dilaporkan pada bulan maret 2019
1 kolaborasi initiative dilaporkan pada bulan September 2019
1 kolaborasi initiative
dilaporkan pada tanggal
25 Juni 2019
1kolaborasi initiative dilaporkan pada tanggal 7 Januari 2020
Pelaksanaan kegiatan studi
lapangan dilakukan pada
bulan Mei dan Juni 2019.
Kegiatan FGD dilaksanakan
setelah wawancara selesai,
pelaksanaan kegiatan FGD
mengundang responden
yang sebelumnya telah
diwawancara. FGD
dilakukan di masing-masing
lokasi studi, TN-GGP
dilakukan pada tanggal 9
Mei 2019, TN-GHS
dilakukan pada tanggal 17
Juni 2019, dan TN-BTS
dilakukan pada tanggal 17
Mei 2019.
Kegiatan diskusi publik
telah dilaksanakan pada
tanggal 25 September
2019. Kegiatan melibatkan
pengelola TN, KLHK,
akademisi/expert dan
CSO.
Dari kegiatan yang
dilakukan terbangun
kolaborasi dalam
memperkuat hasil studi,
yaitu kolaborasi dalam
bentuk memberikan input
terhadap hasil studi,
seperti input CSO pada
penyusunan roadmap
14
Nama Indikator Target Aktual Deskripsi
pembentukan TN menjadi
BLU, dan input pemerintah
seperti perlunya
keterlibatan seluruh eselon
II di jajaran KSDAE dalam
mendorong TN menjadi
BLU, sehingga harus
dimasukkan ke dalam
rekomendasi studi.
Dengan demikian,
indikator ini telah tercapai.
3. jumlah input dari
pemangku kepentingan
dan para ahli terkait
perubahan bentuk
institusi taman nasional
menjadi BLU
5 input dari pemangku kepentingan pada bulan Maret 2019
5 input dari pemangku kepentingan pada bulan Mei 2019
Ada 5 masukan dari
FGD yang dilaksanakan
di 3 TN. Kegiatan
dilaksanakan pada bulan
Mei dan Juni 2019
Ada 6 input peserta
terhadap laporan studi
pada saat workshop
triangulasi yang
dilaksanakan pada 15-16
Agustus 2019
Dari FGD yang dilakukan
di 3 TN, ada 5 masukan
penting, antara lain:
1) Ada perbedaan yang
sangat tajam ketika
memberlakukan BLU
kawasan. 2) Mengubah
mindset dari yang biasa
disuapin menjadi nyari
makan sendiri apalagi
sumbernya dari kawasan,
ini sangat berat. 3) Pada
saat menjadi BLU, perlu
dipertimbangkan model
kolaborasi dengan
masyarakat sekitar
kawasan karena tipikal
masyarakat itu berebda-
beda, 4) Menjadi BLU
merupakan sesuatu yang
positif karena akan
meretas dan meringkas
birokrasi. 5) Ketika
menjadi BLU, lokal spesifik
perlu ditingkatkan, jangan
sampai hilang atau punah.
Dalam workshop
triangulasi ada 6 input yang
penting, yaitu 1) hasil studi
perlu ditambahkan
mengenai potensi-potensi
yang bisa menjadi sumber
pendapatan TN seperti
dari pemanfaatan air dan
flora fauna. 2) langkah-
langkah yang akan
dilakukan TN apabila
menjadi BLU untuk
mengelola TN, 3) perlunya
melihat konsep BLU yang
cocok untuk Taman
Nasional, 4) Pelibatan
15
Nama Indikator Target Aktual Deskripsi
4 input dari expert Februari dan Agustus 2019
Ada 5 input dari peserta
expert meeting yang
dilaksanakan pada tanggal
7 November
perwakilan masyarakat
adat dalam setiap
penyusunan dan
perencanaan hingga
pelaksanaan aturan dan
kebijakan yang terkait
dengan masyarakat dan
TN, 5) Desain struktur
organisasi TN tidak hanya
mencakup pelaksanaan di
tingkat kewilayahan, namun
juga struktur yang
memenuhi pelayanan fungsi
seperti keuangan dan
teknis di ekologis, ekonomi
dan sosial 6) cara agar TN
dapat mempersiapkan
pengembangan ekowisata
secara profesional
Ada 5 masukan penting,
dalam expert meeting,
yaitu: 1) menyusun peta
tupoksi yang menghasilkan
barang dan atau jasa di TN
, 2) identifikasi sumber
daya kunci atau
stakeholder yang sudah
menggunakan atau
memanfaatkan jasa
lingkungan di setiap TN, 3)
Policy paper perlu
mengulas strategi bisnis
dalam sebuah kawasan, 4)
Arah dari perubahan status
Taman Nasional menjadi
BLU 5) Tantangan dan
masalah yang akan timbul
apabila TN ini menjadi BLU
perlu dimasukan ke dalam
draft policy paper
4. Jumlah Policy Paper tentang urgensi desain
dan roadmap akselerasi
perubahan TN menjadi
BLU
1 policy paper di
laporkan setelah draf
bulan July 2019
1 policy paper dilaporkan pada 21
Januari 2020
policy brief berisi:
1. RPJMN 2020-2024,
pada sektor lingkungan
hidup, Pemerintah
menargetkan
meningkatnya Indeks
Kualitas Lingkungan
Hidup (IKLH) sebesar
75,0-78,0 pada tahun
2024, strategi yang
digunakanberkaitan erat
dengan keberadaan TN
sebagai kawasan
konservasi
16
Nama Indikator Target Aktual Deskripsi
2. Pandangan Rylance &
Barois (dalam IUCN
2018), mengenai
sumber pendanaan bagi
kawasan konservasi, spt
1) Transfer fiskal antar
sektor 2) Penambahan
pajak untuk donasi 3)
Donasi individu 4)
Donasi perusahaan.
dapat mengatasi
kesenjangan anggaran
yang dihadapi oleh TN.
3. Regulasi yang relevan
mendukung
transformasi TN
menjadi BLU, seperti
diantaranya pasal 42,
43, UU Nomor 32
Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan PP Nomor
108 Tahun 2015
tentang Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam
dan Kawasan
Pelestarian Alam
4. Secara umum TN sudah
memenuhi persyaratan
awal PMK Nomor 180
tahun 2016 tentang
penetapan dan
pencabutan PPK-BLU
(substantif, teknis dan
administratif). Secara
substantif TN
merupakan unit kerja
penyelenggara layanan,
dan secara teknis sudah
memiliki pola kinerja
pelayanan umum dan
keuangan, sementara
secara administratif TN
sudah memiliki
dokumen yang diminta
oleh PMK, kecuali
tentang standar
pelayanan.
5. Kriteria TN yang bisa
didorong menjadi BLU
adalah TN yang
memiliki nilai MEET
efektif dan PNBP tinggi,
17
Nama Indikator Target Aktual Deskripsi
ada 5 TN yang memiliki
kriteria tersebut salah
satunya adalah TN-BTS.
an
Dengan demikian,
indikator ini telah tercapai.
5. Jumlah forum yang
mendiskusikan usulan
perbaikan untuk
pengelolaan TN
1 forum FGD pada
bulan Maret 2019
1 forum di bulan
may
1 forum di bulan
Juni 2019
1 forum di bulan
Agustus 2019
1 forum di bulan
Oktober 2019
3 forum FGD
dilaksanakan pada bulan
Mei dan Juni 2019
1 forum workshop
triangulasi yang
dilaksanakan pada 15-16
Agustus 2019
1 forum diskusi publik
telah dilaksanakan pada
tanggal 25 September
2019
1 forum expert meeting
dilaksanakan pada tanggal
7 November 2019
1 forum desiminasi
publik dilaksanakan pada
tanggal 10 Desember
2019
Secara umum, indikator ini
telah tercapai
6. jumlah pengambil
kebijakan yang
menerima rekomendasi
terkait kebijakan
tentang perubahan
institusi taman nasional
menjadi BLU
3 orang pembuat kebijakan di bulan November 2019
6 orang dari pembuat
kebijakan menerima
policy paper
1). Bapak Ir Wiratno,
Dirjen KSDAE, 2). Ibu
Dyah, Direktur Kawasan
Konservasi Ditjen KSDAE,
3) Dr. Nurhygiawati
Rahayu, M.Sc, Direktur
Kawasan Konservasi dan
SDA Bappenas, 4) Bpk. Eka
Hendra, (PKPPIM) Badan
Kebijakan Fiskal,
Kemenkeu, 5) Valerina
Daniel, Tenaga Ahli
Menteri Pariwisata, 6) Dian
Risdianto, S.Hut,M.Si , KK-
KSDAE Kementerian
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
Pada saat diskusi publik
policy paper, 4 orang yang
menjadi narasumber dari 3
kementerian (KLHK,
Bappenas dan Keuangan)
diberikan policy paper.
18
Nama Indikator Target Aktual Deskripsi
Sementara Dirjen KSDAE
dan Direktur KK diberikan
saat kegiatan audiensi
meeting.
Dengan demikian,
indikator ini telah tercapai.
Jumlah berita yang
dipublikasikan oleh
media tentang isu atau
kegiatan dari program ini
7 7 7 berita terkait hasil
penelitian BLU diliput oleh
AgroIndonesia, Republika,
JPPN News, Antaranews.
Daftar Produk yang dihasilkan
No Nama Produk yang
Dihasilkan Penerima Produk
Penggunaan Produk oleh
Oleh Penerima
1. Dokumen hasil study lapangan
2. Dokumen kertas kebijakan KSDAE KLHK, Badan
Kebijakan Fiskal dan
Direktorat PPK-BLU
Kemenkeu, Direktorat
Kawasan Konservasi dan SDA,
Bappenas, CSO, Akademisi,
pengelola TN
Dijadikan rujukan untuk
membentuk tim kecil yang
akan membuat SWOT
tentang TN menjadi BLU,
yang hasilnya akan
disampaikan kepada menteri
LHK.
Secara umum, milestone yang telah ditetapkan dalam kontrak, dari milestone 1 sampai dengan
milestone 10 telah tercapai.
Namun demikian, ada satu kegiatan di milestone 10, yaitu kegiatan 10.a (media briefing) yang pada
akhirnya tidak terlaksana. Berdasarkan arahan yang diberikan oleh tim BIJAK, bahwa kegiatan media
briefing harus dikonsultasikan dan mendapatkan persetujuan dari Ditjen KSDAE, baik terkait
draf/bahan media briefing maupun pelaksanaanya. Konsultasi dan persetujuan dimaksudkan untuk
menjaga agar tidak terjadi “ketersinggungan” dari KLHK atas berita media yang muncul sebagai
output dari media briefing.
Agar kegiatan ini dapat terlaksana, Tim PATTIRO telah melakukan beberapa upaya, yaitu:
1. Menyampaikan draft bahan media briefing pada saat kegiatan audiensi dengan Dirjen KSDAE
(Ir. Wiratno, MSc) pada hari Jumat, 13 Desember 2019. Dalam kesempatan ini, Dirjen
KSDAE belum memberikan persetujuannya karena lebih banyak merespon isi policy paper yang telah dikemas dalam bentuk lima slide powerpoint.
2. Mengagendakan pertemuan dengan Direktur KK. Awalnya pertemuan akan dilaksanakan pada
akhir Desember 2019. Namun karena Direktur KK ada tugas dinas ke Medan, maka
pertemuan ditunda. Pada akhirnya, pertemuan dengan Direktur KK telah terlaksana pada
tanggal 6 Januari 2020. Hasil pertemuan ini, Direktur KK menyarankan untuk ekspose hasil
studi terlebih dahulu kepada seluruh Direktorat yang ada di Ditjen KSDAE.
3. Melakukan ekspose hasil studi kepada Direktorat yang ada di Ditjen KSDAE pada hari Kamis,
tanggal 9 Januari 2020. Terkait media briefing, Dirjen KSDAE meminta agar kegiatan media
19
briefing dilakukan setelah mendapatkan respons dari Menteri KLHK. Sampai dengan tanggal 9
Januari 2020, kegiatan media briefing belum dapat dilaksanakan karena belum mendapatkan
persetujuan dari Menteri KLHK.
Mengingat jatuh tempo pengiriman Laporan Final tanggal 10 Januari 2020, maka PATTIRO
mengirimkan email yang berisi update bahwa kegiatan media briefing belum dapat dilaksanakan dan
mengajukan agar anggaran media briefing sebesar Rp. 6.000.000 dapat dialihkan untuk kegiatan
fasilitasi penyusunan Nota Dinas kepada Menteri.
Berdasarkan komunikasi yang intensif dengan Tim BIJAK, pada akhirnya disepakati kegiatan media briefing dihilangkan dan dana sebesar Rp. 6.000.000 akan dikurangi dari total anggaran di dalam
kontrak.
Meskipun kegiatan media briefing tidak terlaksana, namun hal ini tidak berdampak pada pencapaian
keseluruhan hasil program. Hal ini terjadi karena media sudah sering dilibatkan dalam tahapan
kegiatan studi. Misalnya, media diundang dalam kegiatan expert meeting tanggal 7 November 2019
yang menghasilkan liputan media online antara lain: Republika.co.id, JPNN.com, dan Antaranews.com.
Selain itu, media juga telah meliput pemberitaan tentang BLU setelah dilakukan kegiatan Diskusi
Publik yang diselenggarakan pada tanggal 25 September 2019. Berikut ini link berita terkait BLU TN:
1. Agar jadi BLU, Taman nasional didorong KLHK beri layanan spesifik
(https://www.antaranews.com/berita/1153260/agar-jadi-blu-taman-nasional-didorong-klhk-
beri-layanan-spesifik);
2. BLU taman nasional ditujukan mendanai kawasan konservasi berkelanjutan
(https://www.antaranews.com/berita/1153147/blu-taman-nasional-ditujukan-mendanai-
kawasan-konservasi-berkelanjutan);
3. KLHK Harapkan Taman Nasional Bisa Jadi Badan Layanan Umum
(https://www.jpnn.com/news/klhk-harapkan-taman-nasional-bisa-jadi-badan-layanan-umum);
4. Taman Nasional Didorong Jadi BLU untuk Optimalkan Fungsi
(https://nasional.republika.co.id/berita/q0lt0h284/taman-nasional-didorong-jadi-blu-untuk-
optimalkan-fungsi);
5. BLU Taman Nasional untuk Kawasan Konservasi Berkelanjutan
(https://www.republika.co.id/berita/q0ltnc284/blu-taman-nasional-untuk-kawasan-konservasi-
berkelanjutan).
6. Status Blu Upaya Optimalisasi Peran Taman Nasional
http://pattiro.org/2019/11/fact-sheet-status-blu-sebagai-upaya-optimalisasi-peran-taman-
nasional/
7. Bisakah Taman Nasional menjadi BLU
http://agroindonesia.co.id/2019/10/bisakah-taman-nasional-menjadi-blu/
Pembelajaran yang didapatkan di dalam pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya persepsi negatif tentang BLU. Secara umum, pemangku kepentingan memiliki
persepsi yang negatif terkait BLU, sehingga ketika tim peneliti menjelaskan tema riset yang
mendorong BLU TN, maka respons yang dilakukan adalah mengkhawatirkan jika pengelolaan
TN akan mengarah pada upaya “komersialisasi TN” yang bersifat eksploitatif yang pada gilirannya
akan berdampak negatif pada kelestarian Kawasan TN. Persepsi negatif ini muncul karena
20
beberapa hal, antara lain: (I) Minimnya pemahaman pemangku kepentingan terkait BLU yang
memiliki karakter non-profit; (2) minimnya pemahaman bagaimana pengelolaan TN jika berstatus
BLU (dibandingkan pengelolaan saat ini). Hal ini muncul di setiap tahapan studi pada saat
wawancara dengan pengelola TN, wawancara dengan responden di pemerintah pusat (khususnya
KLHK dan Bappenas), FGD, workshop triangulasi, dan diseminasi hasil studi. Dalam kondisi
demikian, yang dilakukan tim peneliti adalah memberikan penjelasan di awal kerangka pikir dari
riset ini, bahwa status BLU merupakan alternatif terobosan pengelolaan TN untuk
mengoptimalkan fungsi perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara seimbang.
2. Minimnya informasi yang didapatkan terkait rencana pengembangan TN pasca
berstatus BLU. Hal ini terjadi pada saat proses wawancara dengan pengelola TN. Minimnya
informasi terkait BLU menjadikan sebagian responden sulit memberikan pendapatnya terkait
rencana pengembangan TN pasca berstatus BLU. Bagi sebagian pengelola TN, mereka
cenderung “nyaman” dengan kondisi saat ini (TN sebagian Satker) dan mengkhawatirkan
penurunan manfaat yang akan didapatkan (secara organisasi dan secara individu) jika
dibandingkan dengan kondisi saat ini. Namun sebagian pengelola TN, yaitu “pegawai berusia
muda” mereka memandang rencana pengembangan TN pasca BLU merupakan tantangan agar
pengelola TN dapat mandiri dalam mengelola kawasan konservasi. Semangat ini ditunjukkan oleh
Kepala Bidang Tata Usaha TN Bromo Tengger Semeru, dan menjadikan transformasi BLU bagi
TN sebagai program kerjanya. Hal serupa ditunjukkan oleh staf muda di TN Gunung Halimun
Salak (TNGHS) yang memiliki ide pengembangan TNGHS untuk membuat hal baru, yaitu “sate
rusa” (karena sate kambing dan sate kelinci sudah dianggap biasa). TNGHS bisa bermitra dengan
masyarakat untuk memelihara rusa dan hasilnya ditawarkan kepada restoran di sekitar puncak.
Minimnya informasi pengembangan TN pasca berstatus BLU mengakibatkan sebagian instrumen
yang menggunakan teori mic mac tidak bisa optimal digunakan, yaitu yang meminta responden
untuk dapat memberikan pendapat masalah terkait 4 hal, yaitu Apa yang mungkin terjadi? (Opsi
Strategis), (Keputusan Strategis) dan (Tindakan dan rencana operasional). Penerapan 4 hal
tersebut, ternyata membuat responden kesulitan dalam memberikan jawaban atau bahkan belum
bisa membayangkannya. Namun, untuk instrumen yang menjelaskan kondisi pengelolaan saat ini
yang terkait 3 persyaratan yang diminta oleh PMK 180 Tahun 2016 tidak mengalami kendala
berarti.
3. Pentingnya memastikan kesiapan expert untuk bisa berkomitmen terlibat dalam
kegiatan yang dibutuhkan. Expert konservasi yang telah dipilih dan dicantumkan namanya di
proposal PATTIRO ternyata memiliki kesibukan luar biasa sehingga proses diskusi melalui tatap
muka langsung tidak bisa terlaksana secara optimal. Untuk mengatasi hal ini, PATTIRO berupaya
untuk berdiskusi dengan mendapatkan masukan dari expert yang lain, antara lain: (i) Prof. Hadi
Ali Kodra (Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB); dan (ii) Prof Sambas Basuni (Guru Besar IPB).
Selain itu, PATTIRO juga melibatkan Koordinator Kelompok Kerja Perhutanan Sosial (Pokja PS),
Muayat Ali Muhsi sebagai tim peneliti dan terlibat intensif untuk memberikan input dalam
laporan studi.
Dari pembelajaran di atas, kami merekomendasikan untuk:
• Menyiapkan materi substansi tema riset untuk disampaikan kepada responden, terutama jika
tema riset adalah tema baru.
• Melakukan uji coba terhadap instrumen yang akan digunakan kepada calon responden
pengelola TN.
• Meminta komitmen kepada expert terpilih untuk terlibat aktif dan mengalokasikan waktu yang
cukup agar dapat memberikan masukan terhadap hasil studi.
21
Pada pelaksanaan program hibah, beberapa kisah sukses yang dihasilkan, yaitu:
1. Tersusunnya desain pengelolaan BLU TN dan roadmap pembentukan BLU TN secara partisipatif
yang dihasilkan pada saat Workshop Triangulasi yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2019.
2. Studi Pembiayaan Berkelanjutan bagi TN yang dilakukan program ini, menginspirasi Kepala
Bidang Tata Usaha TN Bromo Tengger Semeru untuk melakukan proyek perubahan Diklat PIM
III yang berjudul “Model Bisnis Konservasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.”
3. Adanya instruksi dari Dirjen KSDAE kepada jajaran Ditjen KSDAE untuk menyusun Nota Dinas
kepada menteri terkait urgensi pembentukan BLU TN Komodo dan TN Bromo Tengger
Semeru. Instruksi ini disampaikan dalam pertemuan ekspose hasil studi yang diselenggarakan 9
Januari 2020, yang dihadiri oleh jajaran KSDAE, diantaranya yaitu, perwakilan dari Sesditjen,
Direktur Kawasan Konservasi dan stafnya, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, dan
Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi. Untuk menyusun Nota Dinas,
disepakati untuk dibuat tim kecil dimana PATTIRO menjadi anggotanya.
Dokumentasi kegiatan sebagaimana dalam lampiran laporan ini.
22
BAGIAN II – FINANSIAL
Deskripsi Pendanaan Kegiatan Hibah
Dari budget proposal yang kami ajukan, bahwa tidak sepenuhnya program dibiayai dari dana hibah
BIJAK, terdapat kontribusi pembiayaan program dari PATTIRO, terutama untuk institutional support. Berikut adalah rincian dari total anggaran yang kami ajukan di dalam budget proposal:
Total Anggaran (IDR) Komitmen Anggaran Hibah
Chemonics BIJAK (IDR) Kontribusi Grantee (IDR)
1.303.350.000 794.510.000 508.840.000
61% 39%
Dalam implementasinya, seluruh biaya kegiatan untuk mencapai tujuan program sepenuhnya dibiayai
dari anggaran BIJAK, sementara kontribusi PATTIRO dalam bentuk In-kind, yaitu sebesar 26,84%
untuk institutional support, dan sebesar 30% berupa biaya operasional, pemeliharaan kantor,
komunikasi, dan transportasi.
Ringkasan Biaya Kegiatan dan Pembayaran Hibah
Pemberian hibah jenis jumlah tetap (fixed amount award).
Komitmen Anggaran Hibah
Chemonics BIJAK (IDR)
Total Pembayaran Milestone
(IDR)
Variasi
(IDR)
Tindakan yang
Dilakukan (IDR)
Milestone #1: 77.785.000
Milestone #2: 135.142.5000
Milestone #3: 75.285.000
Milestone #4: 124.100.000
Milestone #5: 78.892.000
Milestone #6: 58.892.000
Milestone #7: 69.092.500
Milestone #8: 43.785.000
Milestone #9: 85.742.000
Milestone #10: 49.792.5000
Total: 794.510.000
Milestone #1: 77.785.000
Milestone #2: 135.142.500
Milestone #3: 72.285.000
Milestone #4: 124.100.00
Milestone #5: 78.892.000
Milestone #6: 58.892.000
Milestone #7: 69.092.500
Milestone #8: 43.785.000
Milestone #9: 85.742.000
Milestone #10: 39.792.500
Total : 788.150.000
6.000.000 Melakukan
modifikasi ke-2 atas
kontrak yang sudah
ada. Perbedaan
pembayaran
disebabkan ada
kegiatan yang tidak
dapat dilaksanakan
pada periode
kontrak.
Penjelasan Biaya yang Lebih Tinggi atau Lebih Rendah daripada yang
Diantisipasi
Dalam realisasi anggaran, terdapat beberapa biaya pada item tertentu yang lebih rendah dari alokasi
anggaran.Hal ini terjadi karena pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan secara efektif dan
disesuaikan dengan kondisi kegiatan dan lapangan. Pada saat proses pelaksanaan program dana hibah,
telah dilakukan beberapa dilakukan modifikasi kontrak yaitu :
1. Modifikasi 01
Modifikasi ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan rencana kerja BIJAK pada awal 2019.
Sejumlah penyesuaian dilakukan berupa penyesuaian waktu pelaksanaan kegiatan, pembayaran
milestone dan tanggal jatuh tempo memasukkan deliverables. Dari penyesuaian ini, PATTIRO
23
meminta agar tanggal akhir kontrak diperpanjang dari tanggal 20 Desember 2019 ke tanggal 30
Januari 2020.
2. Modifikasi 02
Hingga pada akhir program, Media Briefing tidak dapat dilaksanakan karena PATTIRO perlu
mendapatkan persetujuan dari KLHK baik dari sisi substansi media rilis yang disiapkan, maupun
pelaksanaan dari Media Briefing itu sendiri. Hal ini merupakan bagian dari strategi dari proses
engegement PATTIRO dengan KLHK. Oleh sebab Media Briefing tidak dapat dilaksanakan, maka
anggaran kegiatan ini sebesar Rp 6.000.000 dikeluarkan dari awal total komitmen anggaran hibah
dan dilakukan modifikasi ke-02. Dari modifikasi ini, maka terjadi perubahan komitmen anggaran
yaitu dari Rp 794.510.000 menjadi Rp 788.510.000.
24
LAMPIRAN – DOKUMENTASI KISAH SUKSES HIBAH
Kegiatan ekspose hasil penelitian PATTIRO bersama Dirjen KSDAE, Direktur Kawasan Konservasi
dan jajaran di KSDAE pada tanggal 9 Januari 2020 di Ruang Dirjen KSDAE KLHK
Pernyataan dukungan Kasubdit PPK-BLU terhadap proyek perubahan DIklat PIM III, Kepala Bidang Tata
Usaha TN Bromo Tengger
Pernyataan dukungan Kasubdit PPK-BLU terhadap proyek perubahan DIklat PIM III,Kepala Bidang Tata Usaha TN Bromo Tengger
Workshop Triangulasi hasil studi lapangan bersama Direktorat Kawasan Konservasi KSDAE, Prof
Ali Kodra, pengelola TN di 3 objek studi dan CSO, 15-16 Agustus 2019 di Hotel Sofyan Betawi
Jakarta
Expert Meeting policy paper Optimalisasi Peran dan Fungsi TN melalui BLU, kegiatan dihadiri
oleh Direktur KK KSDAE, Kasubdit PPK-BLU, Prof Sambas Basuni, dan CSO
(7 November 2019)