BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat merupakan kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia ,
khususnya bagi penduduk negara yang berkembang. Walaupun jumblah kalori
yang dihasilkan oleh satu gram karbohidrat(dalam hal ini pati) hanya 4 kalori
dibanding protein dan lemak, karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah.
Selain ittu karbohidrat menghasilkan serat – serat (dierty fiber) yang berguna bagi
pencernaan.
Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur-unsur: C, H dan O,
terutama terdapat didalam tumbuh-tumbuhan yaitu kira-kira 75%. Dinamakan
karbohidrat karena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat dari karbon; dalam
senyawa tersebut perbandingan antara H dan O sering 2 berbanding 1 seperti air.
Jadi C6H12O6 dapat ditulis C6(H2O)6, C12H22O11 sebagai C12 (H2O)11 dan
seterusnya, dan perumusan empiris ditulis sebagai CnH2nOn atau Cn (H2O)n
(Sastrohamidjojo, H., 2005).
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang terdapat
dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O; misalnya
rumus molekul glukosa ialah C6H12O6. Senyawa ini pernah disangka “hidrat dari
karbon” sehingga disebut karbohidrat. Dalam tahun 1880-an disadari bahwa
gagasan hidrat dari karbon merupakan gagasan yang salahdan karbohidrat
sebenarnya adalah polihidroksi aldehid dan keton atau turunan mereka.
Karbohidrat sangat beranekaragam sifatnya. Misalnya, sukrosa (gula pasir) dan
kapas, keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan utama antara berbagai
tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya. ( Ralp J Fessenden. 1986 : 318)
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan kandungan karbohidrat
dalam bahan pangan, misalnya dengan cara kimiawi, fisik, enzimatis, biokimia,
maupun kromatografi. Analisa karbohidrat dapat dilakukan terhadap kandungan
total karbohidrat, kandungan total gula, kandungan pati, serat kasar, serat pangan,
dan senyawa pektin. Semua senyawa karbohidrat tersebut dapat menentukan nilai
gizi pangan bahan sumber karbohidrat.
Oleh karena itu, dalam kegiatan praktikum kali ini akan dilakukan penentuan
kadar gula reduksi sebab gula reduksi mempunyai pengaruh langsung terhadap
nilai gizi pangan bahan sumber karbohidrat.
1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui cara penentuan gula reduksi bahan pangan dan hasil
pertanian,2. Untuk mengetahui cara pengambilan sample yang akan di
analisa(homogenisasi),3. Untuk mengetahui cara ekstraksi gula reduksi di dalam preparasi sample
bahan pangan dan hasil pertanian yang akan dianalisis kadar gula reduksinya.
BAB 2. TINJAUN PUSTAKA
2.1 Pengertian Karbohidrat dan Gula reduksi
2.1.1 Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton atau
turunan turunan. Keduanya dengan rumus umum (Cn(H2O)m). Dimana n= n 1
atau kelipatan bilangan bulat lainnya.(Sumardjo,1998).
Secara alami, terdapat tiga bentuk karbohidrat yang terpenting, yaitu monosakarida, oligosakarida (terdiri atas 2-10 unit monoskarida), dan polisakarida (terdiri lebih dari 10 unit monosakarida). Contoh monosakarida adalah glukosa. Contoh oligosakarida adalah sukrosa. Contoh polisakarida adalah pati, amilum, selulosa, pektin, gum. Karbohidrat sebagai polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton mempunyai kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa. Sifat reduktif ini terdapat pada gugus hidroksil atom C nomor 1 untuk aldosa dan pada atom C nomor 2 untuk ketosa (Tejasari, 2005: 6).
2.1.2 Gula Perekduksi
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi.
Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa
yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti
Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa,
fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. Salah satu contoh dari gula reduksi
adalah galaktosa. Galaktosa merupakan gula yang tidak ditemui di alam bebas,
tetapi merupakan hasil hidrolisis dari gula susu (laktosa) melalui proses
metabolisme akan diolah menjadi glukosa yang dapat memasuki siklus kreb’s
untuk diproses menjadi energi. Galaktosa merupakan komponen dari Cerebrosida,
yaitu turunan lemak yang ditemukan pada otak dan jaringan saraf (Budiyanto,
2002).
Penjelasan Bahan Baku
2.2.1 Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan satu komoditi pertanian yang mempunyai
prospek untuk dikembangkan di lahan yang kurang subur dan sebagai bahan
olahan ataupun sebagai bahan baku industry. Menurut sejarahnya, tanaman ubi
jalar berasal dari Amerika Tengah tropis, namun ada yang berpendapat lain
yaitu dari Polinesia. Tanaman ubi jalar masuk ke Indonesia diduga dibawa para
saudagar rempah-rempah(Irani, E dan Meinarti N, 1996)
Tabel 1. Komponen Gizi beberapa Jenis Ubi Jalar per 100 grambahan.
No Kandungan Gizi Banyaknya dalam
Ubi Putih Ubi ungu Ubi kuning Daun
1 Kalori (kal) 123 123 136 47
2 Protein (gr) 1,8 1,8 1,1 2,8
3 Karbohidrat (gr) 27,9 27,9 32,3 10,4
4 Air (gr) 68,5 68,9 - 87,7
5 Serat Kasar (gr) 0,90 1,2 1,4 -
6 Kadar gula (gr) 0,40 0,4 0,3 -
7 Lemak (gr) 0,7 0,7 0,4 0,4
8 Beta karoten
(mg)
31,2 174,2 - -
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI, 1981 dalam Jamriyanti, 2007
2.2.2 Ubi Talas
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas
termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak,tinggi 1 m
atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Asal mula
tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke cina dalam abad
pertama, ke Jepang, kedaerh Asia Tenggara lainnya dan beberapa Pulau di
Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi penduduk.
Tabel 2. Komposisi kandungan gizi talas per 100 gram
Zat Gizi Umbi Talas Daun Talas
Energi yang dihasilkan(kal) 104 85
Air (gram) 73,0 79,4
Protein(gram) 1,9 4,1
Lemak(gram) 0,2 2,1
Karbohidrat (gram) 23,7 12,3
Kalsium (mg) 28 302
Fosfor(mg) 61 47
Zat Besi 1,o 8,3
Vitamin A(mg) 6 3118
Vitamin C(mg) 4 163
Sumber : Buku Daftar Analisa Bahan Makanan
2.2.3 Buah Pisang
Pisang merupakan buah yang mempunyai kandungan gizi yang anyak
oleh karean itu pisang banyak digunakan untuk pengobatan misalnya untuk orang
yang anemia,depresi dan stress berat, sakit lambung, meningkatkan daya ingat,
hipertensi dan stroke. Nutrien yang terdapat di dalam setiap 100 gr pisang matang
ada dalam table 3 dibawah ini :
Nutrisi Jumlah (%)
Air 7,4
Lemak 1,4
Protein 3,2
Karbohidrat
a. Pati
b. Sukrosa
c. Gula reduksi
85,1
38,6
31,2
15,3
Abu 2,9
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI
2.2.4 Buah Jambu
Buah jambu berbentuk bulat, bulat agak lonjong, dan daging buah
berwarna putih ada yang merah tergantung pada varietasnya. Buah memiliki
kulit tipi dan permukaannya halus sampai kasar. Buah yang telah masak
dagingnya luna, sedang yang belum masak dagingnya agak keras dan
renyah. Buah tersa manis, kurang manis, dan hambar, tergantung dari
varietasnya (Bambang,2010)
Kandungan gizi buah jambu :
2.2 Penjelasan Macam-macam Analisa Karbohidrat
Berikut ini adalah beberapa prinsip analisa yang dapat digunakan untuk
menganalisis kandungan karbohidrat pada bahan hasil pertanian, yaitu :
1. Penetapan kadar gula reduksi : monosakarida mempunyai kemampuan
untuk mereduksi suatu senyawa. Apabila monosakarida mengalami polimerisasi,
maka sifat mereduksinya akan berkurang atau hilang. Metode oksidasi ini
didasarkan pada peristiwa tereduksinya kupri okisida menjadi kupro oksida
karena adanya andungan senyawa gula reduksi pada bahan.
Contoh : Metode Lane-eynon adalah metode titrasi (volumetri) untuk penentuan gula pereduksi. Penentuan gula reduksi dengan metode ini didasarkan atas pengukuran standar yang dibutuhkan untuk mereduksi preaksi tembaga basa yang diketahui volumenya. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan hilangnya warna indikator metilen biru. Titik akhir titrasi merupakan jumlah yang dibutuhkan untuk mereduksi semua tembaga. (Apriyanto, 1989).
2. Penggunaan cara Luff-Schoorl : metode ini dilakukan dengan cara
menentukan kupri oksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi
setelah reaksi dengan sampel gula reduksi yang dititrasi dengan Na-thiosulfat.
Selisihnya merupakan kadar gula reduksi. Cara Nelson Somogy, yang direduksi
adalah jumlah kuprooksida yang bereaksi dengan arsenomolybdat dan akan
mereduksi menjadi molybdine blue dan warna biru inilah yang akan diukur nilai
absorbansinya.
Contoh : Metode Nelson Somogyi digunakan dalam mengukur kadar gula reduksi
dengan menggunakan pereaksi tembaga-arsenol-molibdat. Prinsip kerja Nelson
Somogyi yaitu tereduksinya jumlah endapan kuprooksida yang bereaksi dengan
arsenomolibdat yang tereduksi menjadi molybdine blue dan warna biru diukur
absorbansinya. Reagen nelson somogyi berfungsi sebagai oksidator antara
kuprooksida yang bereaksi dengan gula reduksi membentuk endapan merah bata.
Dalam hal ini, pereaksi Somogyi merupakan pereaksi tembaga alkali yang
mengandung Na2PO4 anhidrat dengan garam K-Na-tartrat (garam Rochelle),
sedangkan pereaksi Nelson mengandung amonium molibdat H2SO4, NaHAsO4,
7H2O. Dengan membandingkan hal tersebut terhadap larutan standar, konsentrasi
gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang telah terbentuk dapat
menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur absorbansinya.
(Puspitasari,Ayu, 2000)
3. Penetapan sukrosa : sukrosa dihidrolisa menjadi monosakarida dengan
menggunakan asam atau panas. Setelah diketahui jumlah gula reduksinya, maka
jumlah sukrosa dengan mengalikan faktor 0,95.
4. Penetapan pati : pati dihidrolisa dengan asam atau enzim sehingga
diperoleh gula reduksi. Jumlah pati sama dengan 0,9 dikali jumlah gula reduksi.
5. Penetapan serat kasar, defating, digestion, dan penyaringan. Defating
dilakukandengan menggunakan pelarut lemak. Digesti dilakukan dengan
menggunakan asam atau basa dalam keadaan tertutup dan suhu yang terkontrol.
Sedangkan residu setelah proses penyaringan merupakn suatu serat kasar.
2.3 Prinsip Analisa Gula Reduksi
Metode Nelson Somogyi digunakan dalam mengukur kadar gula reduksi
dengan menggunakan pereaksi tembaga-arsenol-molibdat. Prinsip kerja Nelson
Somogyi yaitu tereduksinya jumlah endapan kuprooksida yang bereaksi dengan
arsenomolibdat yang tereduksi menjadi molybdine blue dan warna biru diukur
absorbansinya. Reagen nelson somogyi berfungsi sebagai oksidator antara
kuprooksida yang bereaksi dengan gula reduksi membentuk endapan merah bata.
Dalam hal ini, pereaksi Somogyi merupakan pereaksi tembaga alkali yang
mengandung Na2PO4 anhidrat dengan garam K-Na-tartrat (garam Rochelle),
sedangkan pereaksi Nelson mengandung amonium molibdat H2SO4, NaHAsO4,
7H2O. Dengan membandingkan hal tersebut terhadap larutan standar, konsentrasi
gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang telah terbentuk dapat
menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur absorbansinya.
(Puspitasari,Ayu, 2000)
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Bulb pipet- Beaker glass - Gelas piala- Labu ukur- Neraca analitis- Penangas air- Pipet volume - Spektrofotmeter
3.1.2 Bahan
- Aquades- BaOh dan ZnSO4
- CaCO3
- Nelson samogy- Tissue- Arsenomolibdat - Pisang - Talas- Ubi jalar- Jambu merah
3.2 Prosedur Analisa
3.2.1 Kurva Standar
Pada preparasi kurva standar, mula-mula mengambil larutan glukosa 0,1
gr/ml menggunakan pipet dengan konsentrasi 0,25 ml, 0,5 ml, 0,75 ml, 1 ml, 1,25
ml, dan 1,5 ml. Setelah itu menambahkan nelson somogi sebanyak 1 ml
digunakan untuk mereduksi, selain itu untuk mengoksidasi kuprioksida menjadi
endapan kuprooksida yang berwarna merah, kemudian dipanaskan selama 20
menit untuk mempercepat reaksi, selanjutnya menambahkan arsenomolibdat
sebanyak 10 ml, pada penambahan larutan arsenomolibdat ini akan bereaksi
dengan endapan endapan koprooksida sehingga dapat membentuk molibdine blue
yang berwarna biru. Setelah itu menera larutan dengan 10 ml aquades, supaya
larutan tidak terlalu pekat. Kemudian di fortex untuk menghomogenkan larutan
setelah itu ukur nilai absorban. Dan membuat kurva standar menggunakan excel.
3.2.2 Persiapan sample
Pada preparasi sampel, mula-mula menumbuk buah pisang untuk
memperkecil ukuran dan memperluas permukaan, kemudian bahan dimasukkan
dalam beaker galss sebanyak 1 gram, dan ditera dengan aquades 75 ml,
selanjutnya di stirer 15 menit untuk menghomogenkan larutan dan
mengoptimalkan dalam proses ekstraksi, setelah itu dilakukan penambahan
CaCO3 untuk menjaga gula reduksi agar tidak berikatan dengan asam organik,
kemudian dipanaskan selama 30 menit, selanjutnya larutan disaring dan
ditambahkan dengan BaOH 3,5 ml yang berfungsi untuk mengendapkan senyawa
non reduksi, kemudian ditambah dengan ZnSO4 untuk mendegradasi pigmen
larutan, setelah itu larutan disaring untuk memperoleh gula reduksi, kemudian
mengambil larutan ditera dengan aquades hingga 100 ml.
3.2.3 Analisa bahan
Larutan dipipet sebanyak 0.2, 0.3, dan 0,4 ml dituangkan dalam masing-
masing tabung reaksi dengan tiga kali pengulangan. Kemudian ditambahkan
larutan nelson somogi 1 ml untuk mereduksi senyawa kuprioksida menjadi
kuprooksida. Setelah itu dipanaskan selama 20 menit untuk mempercepat reaksi,
selanjutnya menambahkan arsenololibdat sebanyak 1 ml supaya mereduksi
endapan kuprooksida menjadi molibdin blue. Kemudian larutan ditera dengan
aquades hingga 100 ml agar tidak terlalu pekat, setelah ditera larutan di vortex
agar tercampur rata. Setelah itu diukur nilai absorbansi dengn panjang gelombang
540 nm.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pisang ubi jalar jambu merah
talas0.000
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
Series1
4.1 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang diperoleh didapatkan 4 data yang berbeda dari setiap bahan dan kurva standart yang digunakan dengan nilai y = 5,79x – 0,0064 dengan nilai R2 = 0.9636 untuk semua bahan. Untuk bahan pisang diperoleh kadar gula reduksinya sebesar 4,360 hal ini tidak sesuai dengan literatur. Pada literatur didapat nilai kadar gula reduksi pisang sebesar 15,3% hal ini mungkin dikarenakan hilangnya senyawa – senyawa gula – gula peruduksi karna penyimpanan buah ,mungkin juga saat pemanenan buah dalam kondisi yang kurang matang. Untuk nilai RSDnya diperoleh nilai sebesar 14,09% nilai RSD terlalu tinggi sehingga dapat dianalisis data yang diperoleh kurang akurat.pada literatur nilai RSD yang dapat diterima adalah <5%. Hal ini dikarenakan muungkin dari kesalahan praktikan saat praktikum khususnya dalam pemipetan larutan, dan Kesalahan ini juga dapat disebabkan karena terjadinya kekeliruan saat preparasi sampel, misalnya terlalu encer dalam membuat sampel ataupun kesalahan seperti kelebihan penambahan reagen.
Pada ubi jalar ungu diperoleh kadar gula reduksinya sebesar 3,620 hal ini sudah sesuai dengan literatur. Pada literatur diperoleh data sebesar 2,79% .Untuk nilai RSDnya diperoleh nilai sebesar 17,60% nilai RSD terlalu tinggi sehingga dapat dianalisis data yang diperoleh kurang akurat. Pada literatur nilai RSD yang dapat diterima adalah <5%. Jika ingin menurunkan nilai RSD agar lebih akurat perlu dilakukan pengulangan Hal ini dikarenakan mungkin dari kesalahan
praktikan saat praktikum khususnya dalam pemipetan larutan, dan Kesalahan ini juga dapat disebabkan karena terjadinya kekeliruan saat preparasi sampel.
Pada jambu merah diperoleh kadar gula reduksinya sebesar 5,993 hal ini berbeda dengan literatur .pada literatur diperoleh nilai sebesar 11,08 hal ini dikarenakan adanya kerusakan ataupun kehilangan senyawa gula reduksi dalam buah sehingga tidak sesuai dengan literatur. Untuk nilai RSDnya diperoleh nilai sebesar 15,403% nilai RSD terlalu tinggi sehingga dapat dianalisis data yang diperoleh kurang akurat.pada literatur nilai RSD yang dapat diterima adalah <5%. Jika ingin menurunkan nilai RSD agar lebih akurat perlu dilakukan pengulangan Hal ini dikarenakan mungkin dari kesalahan praktikan saat praktikum khususnya dalam pemipetan larutan, dan Kesalahan ini juga dapat disebabkan karena terjadinya kekeliruan saat preparasi sampel .
Pada talas diperoleh kadar gula reduksinya sebesar hal ini ,.,.,.,.,.,.,.,.,dengan literatur. Pada literatur diperoleh data sebesar ,,,,,.,../ .untuk nilai RSDnya diperoleh nilai sebesar 80,84% nilai RSD sangat tinggi sehingga dapat dianalisis data yang diperoleh tidak akurat. Pada literatur nilai RSD yang dapat diterima adalah <5%. Jika ingin menurunkan nilai RSD agar lebih akurat perlu dilakukan pengulangan Hal ini dikarenakan mungkin dari kesalahan praktikan saat praktikum khususnya dalam pemipetan larutan, dan Kesalahan ini juga dapat disebabkan karena terjadinya kekeliruan saat preparasi sampel.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kadar gula reduksi terkecil terrdapat pada talas dengan kadar 0,073.2. Kadar gula reduksi yang terbesar adalah pada jambu yaitu sebesar 4,90.3. RSD yabg diperoleh menunjukan keakuratan dari hasil praktikum yang
diperoleh.
5.2 Saran
1. Untuk penambahkan reagen harus seteliti mungkin untuk meminimalkan penyimpangan
2. Dalam melakukan pencatatan data harus dilakukan sebaik mungkin untuk mengurangi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriantono, Fardiaz dan Puspitasari. 1989. Analisa Pangan. Bogor: IPB.
Budiyanto, M.A.K., (2002), Dasar-dasar Ilmu Gizi, Malang: UMM Press. Hal.
149.
Fessenden,R, Fessenden,joans. 1986.KIMIA ORGANIK Jilid 1 hal 318, eirlangga
,jakarta
Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Suhartono MT, penerjemah.
Jakarta: Erlangga.
Puspitasari,Ayu. 2000. Penentuan Kadar Gula Metode Somogyi-Nelson.
Politekhnik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya : Surabaya
Sastrohamidjojo, H. 2005, Kimia Organik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
LAMPIRAN
2.1 HasilTable 1.KurvaStandar
konsentrasiglukosa
absorbansi-blanko
Absorbansi
0 0 0,050,025 0,118 0,168
0,05 0,289 0,3390,075 0,436 0,486
0,1 0,572 0,6220,125 0,734 0,784
0,15 0,846 0,896
Table 2.HasilAnalisis
Konsentrasisampel (ml)
absorbansi Rata-rata
absorbansi
Konsentrasiglukosa
% gularedu
ksiUlangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
0,2 0,297 0,436 0,263 0,332 0,0584 2,92230,3 0,434 0,431 0,431 0,432 0,0757 3,78580,4 0,48 0,43 0,519 0,4763 0,0834 4,1687
Rata-rata 3,6256SD 0,6385
RSD (%) 17,6099
Perhitungan:
Konsentrasiglukosa 0,2 ml
Rata-rata abs = 0,297+0,436+0,263
3 = 0,332
Nilai x → y = 5,79x – 0,0064
0,332 = 5,79x – 0,0064
0,3384 = 5,79x
x = 0,3384
5,79
= 0,0584
% gulareduksi = (X . FP)/(V . mg bahan) x 100
= (0,0584x 100)/(0,2 x 1000) x 100
= (5,84/ 200) x 100
= 2,9223 %
Konsentrasiglukosa 0,3 ml
Rata-rata abs =0,434+0,431+0,431
3 = 0,432
Nilai x → y = 5,79x – 0,0064
0,432 = 5,79x – 0,0064
0,4384 = 5,79x
x = 0,4384
5,79
= 0,0757
% gulareduksi = (X . FP)/(V . mg bahan) x 100
= (0,0757 x 100)/(0,3 x 1000) x 100
= (7,57 / 300) x 100
= 3,7858 %
Konsentrasiglukosa 0,4 ml
Rata-rata abs = 0,48+0,43+0,519
3 = 0,4763
Nilai x → y = 5,79x – 0,0064
0,4763 = 5,79x – 0,0064
0,4827 = 5,79x
x = 0,4827
5,79
= 0,0834
% gulareduksi = (X . FP)/(V . mg bahan) x 100
= (0,0834 x 100)/(0,2 x 1000) x 100
= (8,34 / 200) x 100
= 4,1687 %
Rata-rata % gulareduksi
∑ = 2,9223+3,7858+4,1687
3 = 3,6256
SD= √ (2,9223−3,6256)2+(3,7858−3,6256 )2+(4,1687−3,6256)2
3−1
= √ 0,49463089+0,02566404+0,294957612
= √ 0,815252542
= √0 , 40762627
= 0,6385
RSD = SDΣ
x 100%
= 0,63853,6256
x 100%
= 17,6099 %