36 Universitas Kristen Petra
4. ANALISIS DATA
4.1 Profil Program
4.1.1 Profil Program Pendidikan Berkarakter
Program Pendidikan Berkarakter di Purwakarta pertama kali diusulkan oleh
Dedi Mulyadi sebagai bupati Purwakarta. Program Pendidikan Berkarakter ini
ditujukan kepada siswa Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
Program ini tertuang dalam Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun 2015, peraturan ini
disahkan pada tanggal 9 Juni 2015, dan mempunyai 15 bab 37 pasal.
Tujuan program Pendidikan Berkarakter yang tertuang dalam Peraturan Bupati
Nomor 69 Tahun 2015 adalah:
1. Memberikan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam merencanakan dan
merumuskan kebijakan di bidang pendidikan yang langsung menyentuh
pada aspek pembinaan mental dan spiritual peserta didik yang terintergrasi
dengan aspek yang bersifat kurikuler
2. Sebagai pedoman bagi guru dalam memberikan bimbingan dan pengasuhan
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses pembelajaran
terhadap peserta didik sekolah
3. Melatih peserta didik untuk membiasakan pola hidup tertib, mandiri, peduli,
dan peka terhadap lingkungan sekitarnya dengan mengaplikasikan nilai-
nilai yang diperkenalkan melalui proses pembelajaran di sekolah
4. Menjadikan satuan pendidikan sebagai sarana pembentukan sikap dan
perilaku positif dari peserta didik yang tidak terpisahkan dengan rumah dan
lingkungan tempat tinggalnya; dan
5. Menjalin hubungan yang harmonis dan sinergis antara guru dan orang tua
peserta didik dalam mewujudkan cita-cita pendidikan dalam arti seluas-
luasnya.
37 Universitas Kristen Petra
Adapun beberapa peraturan Program Pendidikan Berkarakter yang tertuang
dalam Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun 2015 adalah:
1. Hari Senin, Ajeg Nusantara, mengandung makna menumbuh kembangkan
rasa kebangsaan atau cinta tanah air.
2. Hari Selasa, Mapag Buana, mengandung makna memperluas wawasan
tentang dunia.
3. Hari Rabu, Maneuh di Sunda, mengandung makna membentuk dan
memperkuat pada jati diri seorang Sunda.
4. Hari Kamis, Nyanding Wawangi, mengandung makna memberikan ruang
untuk kebebasan berekspresi.
5. Hari Jum’at, Nyucikeun Diri, mengandung makna mendekatkan diri kepada
Yang Maha Kuasa.
6. Hari Sabtu dan Minggu, Betah di Imah, mengandung makna mencintai
keluarga sebagai tempat terjadinya proses pendidikan yang pertama dan
utama.
Contoh di atas merupakan bagian dari program Pendidikan Berkarakter yang
tertuang dalam pasal 5 ayat 2 di dalam Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun 2015
mengenai pedoman kepada nilai kesundaan yaitu Tujuh Poe Atikan Pendidikan
Purwakarta Istimewa dalam bahasa Indonesianya berarti Tujuh Hari Ajaran
Pendidikan Purwakarta Istimewa.
Selain itu ada program Pendidikan Berkarakter dengan melarang para siswa SD
sampai SMA untuk jajan di luar lingkungan sekolah pada saat jam sekolah. Para siswa
hanya diperbolehkan membawa makanan dari rumah dan makanan tersebut dimasukan
ke dalam rantang. Hasil wawancara dengan Purwanto hal ini didasari pada aspek
kebersihan dan higienisnya suatu makanan. Selain itu dengan tujuan untuk memupuk
rasa kebersamaan, setia kawan, dan kepedulian antar sesame siswa.
Peraturan ini tertuang pada bab ketujuh pasal ke-13 ayat pertama yang ada di
dalam Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun 2015. Bagi yang melanggar program
38 Universitas Kristen Petra
Pendidikan Berkarakter ini akan dijatuhi sanksi berupa (1) bagi kepala sekolah akan
dilepas jabatannya sebagai kepala sekolah; (2) bagi guru dan tenaga pendidik akan
ditunda kenaikan pangkatnya; (3) bagi siswa akan diberi surat peringatan, bila masih
melalaikan surat peringatan maka siswa akan dikembalikan ke orang tua masing-
masing untuk dididik kembali. Peraturan tentang sanksi sudah diatur dalam bab ke-13
pasal 34.
4.1.2 Profil Purwakarta
Dilansir dari website purwakartakab.go.id, secara administratif, wilayah
Kabupaten Purwakarta terdiri dari 17 kecamatan, 183 desa dan 9 kelurahan, 490 dusun,
1.056 rukun warga, dan 3.071 rukun tetangga.
Gambar 4.1 Peta Purwakarta
Sumber:
http://geospasial.bnpb.go.id/wp-content/uploads/2009/09/peta_RBI_purwakarta.pdf
39 Universitas Kristen Petra
Selain itu Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa
Barat yang terletak di antara 107o30’ – 107o40’ Bujur Timur dan 6o25’– 6o45’ Lintang
Selatan. Secara administratif, Kabupaten Purwakarta mempunyai batas wilayah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung
Barat;
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten
Cianjur dan
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan
Kabupaten Bogor.
5. Kabupaten Purwakarta memiliki wilayah seluas 97.172 hektar, atau 971,72
km2.
Secara geografis Kabupaten Purwakarta berada pada titik temu tiga jalur utama lalu
lintas yang sangat strategis, yaitu jalur Purwakarta-Jakarta, Purwakarta-Bandung dan
Purwakarta-Cirebon.
40 Universitas Kristen Petra
4.1.3 Profil Dedi Mulyadi
Gambar 4.2 Dedi Mulyadi
Sumber: Humas Disdikpora Purwakarta (2017)
H. Dedi Mulyadi, S.H. (lahir di Sukasari, Subang, 11 April 1971; umur 45
tahun) adalah Bupati Purwakarta. Ia dilantik pada tanggal 13 Maret 2008 (Mulyadi,
2014, hal. 200). Sebelum menjadi Bupati, Dedi Mulyadi menjabat sebagai anggota
DPRD Kabupaten Purwakarta dan menjadi Wakil Bupati Purwakarta pada periode
(2003-2008) bersama Lily Hambali Hasan. Pada Pilkada 2013, Dedi Mulyadi terpilih
kembali menjadi Bupati Purwakarta untuk periode 2013-2018 berpasangan dengan
Dadan Koswara.
Dedi Mulyadi terjun ke dunia politik dimulai ketika ia terpilih menjadi Anggota
DPRD Purwakarta pada Periode 1999-2004 dan menjabat sebagai Ketua Komisi E.
Akan tetapi pada tahun 2003, ia terpilih sebagai Wakil Bupati Purwakarta Periode
2003-2008 berpasangan dengan Lily Hambali Hasan. Pada tahun 2008, ia mencalonkan
diri sebagai Bupati Purwakarta Periode 2008-2013 berpasangan dengan Dudung B.
Supardi, dan menjadi Bupati Purwakarta pertama yang dipilih langsung oleh rakyat.
Pada periode selanjutnya, ia terpilih kembali menjadi Bupati Purwakarta
Periode 2013-2018 berpasangan dengan Dadan Koswara. Pada 23 April 2016, Dedi
terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Periode 2016 -
2020 menggantikan Irianto MS Syafiuddin atau biasa yang dikenal dengan nama
Yance.
41 Universitas Kristen Petra
4.1.4 Profil Informan Purwanto
Purwanto, S. Pd, M. Pd., melalui wawancara dengan peneliti, adalah seseorang
yang menjabat sebagai Sekretaris Disdikpora Purwakarta, ia sudah menjabat sebagai
Sekretaris Disdikpora selama 1,5 tahun. Dengan berlatar belakang sebagai guru
membuat Purwanto dipindahkan di Disdikpora. Purwanto mempunyai spesialis dalam
administrasi pendidikan.
Peneliti memilih Purwanto sebagai salah satu informan dikarenakan peran
Purwanto yang membantu proses sosialisasi Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun 2015
mengenai Program Pendidikan Berkarakter di Purwakarta. Purwanto juga sering
membantu kegiatan Dedi Mulyadi pada saat mensosialisasikan program Pendidikan
Berkarakter di Purwakarta.
4.1.5 Profil Informan Dede Supendi
Dede Supendi, S. Pd, ., melalui wawancara dengan peneliti, adalah seseorang
yang menjabat sebagai Kepala Seksi Kurikulum di Disdikpora Purwakarta. Pria
kelahiran Subang pada 15 Juni ini, sedang menempuh pendidikan Magister Pendidikan
Islam di Universitas Pendidikan Indonesia di Purwakarta. Dirinya juga sering kali turun
ke lapangan untuk memberikan penilaian mengenai efektivitas sosialisasi program
Pendidikan Berkarakter sendiri.
Selain itu dirinya, ditunjuk oleh Dedi Mulyadi untuk mengkaji dan memberikan
standard kurikulum untuk program Pendidikan Berkarakter di Purwakarta. Tentu saja
tidak lepas dari Dedi Mulyadi sebagai pengendali dari program Pendidikan Berkarakter
ini. Dirinya juga sering memberikan workshop atau seminar mengenai Pendidikan
Berkarakter ini dan hal ini masih dilakukannya hingga sekarang.
4.2 Temuan Data
4.2.1 Strategi Komunikasi Politik
Di lapangan peneliti menemukan strategi komunikasi politik yang dilakukan
oleh komunikator Dedi Mulyadi dalam mensosialisasikan Program Pendidikan
42 Universitas Kristen Petra
Berkaraker adalah dengan melibatkan diri Dedi Mulyadi sendiri dan melibatkan
individu-individu lain yang dikenal baik atau berhubungan dengan Program
Pendidikan Berkarakter ini.
Dedi Mulyadi sendiri melibatkan adanya perencanaan dari komunikator,
khalayak, pesan, media, khalayak, dan efek. Dalam perencanaan sosialisasi yang masih
dilaksanakan setiap satu bulan sekali itu, selalu ada rapat sebelum perencanaan
sosialisasi dimulai. Dedi Mulyadi yang menentukan semua itu berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan yang ada seperti waktu dan tempat. Sosialisasi
dilaksanakan dari tanggal sebelum pengesahan Program Pendidikan Berkarakter yang
tertuang dalam Perbup Nomor 69 Tahun 2015 yang disahkan pada 9 Juni 2015 hingga
sekarang.
4.2.2 Komunikator Politik
Dalam proses sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter Dedi Mulyadi yang
berperan besar dalam proses sosialisasi, atau pihak-pihak yang terkait seperti staff dari
Disdikpora Purwakarta. Individu yang secara tidak langsung itu ditunjuk langsung oleh
Dedi Mulyadi atau atas inisiatif dari Disdikpora Purwakarta sendiri.
Adanya inisiatif dari staff Disdikpora Purwakarta sendiri dikarenakan staff
mengetahui jobdesk seperti mengawasi pelaksanaan Program Pendidikan Berkarakter,
penyusunan kurikulum sekolah yang sesuai dengan standard Program Pendidikan
Berkarakter, mengadakan seminar dan sosialiasi dari masing-masing divisi. Selain itu
dikarenakan adanya motivasi yang dijalankan Disdikpora Purwakarta agar program ini
selalu berjalan lancer dan tanpa adanya halangan yang akan menganggu Program
Pendidikan Berkarakter.
Dalam penentuan komunikator politik akan dilaksanakan satu bulan
sebelumnya. Komunikator dipilih pada setiap rapat bersama dengan Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi sendiri biasanya akan turun ke lapangan sebagai komunikator dalam
proses sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter pada setiap dua atau tiga bulan
43 Universitas Kristen Petra
sekali. Bila bukan Dedi Mulyadi biasanya akan diserahkan kepada pihak-pihak yang
terkait.
Komunikator dalam komunikasi politik terbagi tiga yaitu: (1) politikus, (2)
komunikator professional, (3) aktivis. Hasil wawancara dengan Dedi Mulyadi yang
dilaksanakan pada 11 Mei 2017 lalu, Dedi Mulyadi sebagai politikus adalah
komunikator utama dalam proses sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter. Selain
itu komunikator professional seperti anggota humas atau staff kepemerintahan
diperankan oleh Purwanto dan Deden sebagai bagian dari Disdikpora Purwakarta
dalam proses sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter yang dilaksanakan setiap
bulannya hingga sekarang.
Adapun komponen komunikator politik dalam proses strategi komunikasi
politik dalam mensosialisasikan Program Pendidikan Berkarakter adalah: (1)
credibility, (2) attractiveness, (3) similarity, (4) power. Hasil wawancara dengan Dedi
Mulyadi pada 11 Mei 2017, Dedi Mulyadi selalu menggunakan pakaian kampret
(pakaian khas Sunda khusus laki-laki) dalam setiap proses sosialisasi Program
Pendidikan Berkarakter, hal yang sama juga dilaksanakan oleh Purwanto dan Deden
dalam setiap proses sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter di Purwakarta. Hal
tersebut berkaitan dengan attractiveness yang merupakan bagian dari komponen
komunikator politik.
Gambar 4.3 Contoh attractiveness dan similarity
Sumber: Humas Disdikpora Purwakarta (2017)
44 Universitas Kristen Petra
Begitupula dengan staff Disdikpora Purwakarta seperti Purwanto dan Deden
yang selalu telaten dan rutin memperhatikan selalu proses dari sosialisasi Program
Pendidikan Berkarakter. Dedi Mulyadi secara tersirat mengatakan credibility yang
dimilikinya sebagai pemimpin;
“Saya tidak bisa lama-lama diam di kantor karena tidak terbiasa. Saya lebih suka
berada di tengah masyarakat, bila dipaksakan erada di dalam ruangan rasanya
sangat tersiksa. Sekarang saya takut ada anggapan da nada perasaan malu dalam
diri saya bila setelah menjadi bupati mempunyai kebiasaan lain dari kebiasaan
sebelum menjadi bupati. Padahal dulu dan sekarang saya adalah tetap Dedi Mulyadi
yang selalu ingin lebih dekat dengan rakyatnya. Itulah makanya saya ingin selalu
berpetualang ditengah-tengah masyarakat.” – (Mulyadi, 2014, hal. 87-88).
Selain itu dalam wawancaranya dengan peneliti, Dedi mengungkapkan bahwa;
“Intinya saya tidak bisa diam saja di ruangan, saya harus berpetualang di tengah
masyarakat dan mendengarekan aspirasi,” (Hasil wawancara dengan Dedi Mulyadi,
11 Mei 2017, di Purwakarta).
Sebagai perbandingan dengan Dedi Mulyadi, Purwanto dan Deden sebagai staff
Disdikpora Purwakarta yang mempunyai ketertarikan yang sama dengan Dedi Mulyadi
mengenai Program Pendidikan Berkarakter. Purwanto mengatakan secara langsung
terhadap peneliti, bahwa;
“Selain itu, adanya perhatian lebih kepada dunia pendidikan yang dimana pada
zaman sekarang dunia pendidikan semakin miris, maka dari itu sebagai seorang
Sunda kita peduli saya peduli terhadap moral anak-anak yang tampaknya semakin
turun,” (hasil wawancara dengan Purwanto 11 Mei 2017, di Purwakarta).
Dedi Mulyadi juga mempunyai kesamaan seperti masyarakat Sunda pada masa
kecilnya dulu dan tidak jauh dengan pada masa sekarang, lebih jelasnya seperti kutipan
di bawah ini;
“Saya dulu juga membantu orang tua saya membajak sawah, menanam padi,
memanen padi, membantu orang tua dalam kegiatan sehari-hari.” – (Hasil
wawancara dengan Dedi Mulyadi 11 Mei 2017, di Purwakarta).
45 Universitas Kristen Petra
Komponen power juga dimiliki Dedi Mulyadi sebagai komunikator politik
dikarenakan adanya penyampaian pesan yang dilakukan oleh Dedi Mulyadi pada saat
proses sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter, sehingga masyarakat mengerti
bahwa adanya nilai positif bila menjalankan Program Pendidikan Berkarakter di
Purwakarta. Selain itu Dedi Mulyadi juga menggunakan jaringan humas di kantor
untuk mensosialisasikan Program Pendidikan Berkarakter melalui media massa.
Pelaksanaan sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter dimulai dari
komunikator dalam penyampaian pesan mengenai Program Pendidikan Berkarakter di
Purwakarta. Dedi Mulyadi sebagai politikus mempunyai attractiveness dan similarity
yaitu dimana Dedi Mulyadi selalu menggunakan baju khas Sunda (kampret) dalam
proses sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter. Komponen credibility ditegaskan
Dedi Mulyadi melalui sosialisasi setiap bulannya, seperti yang ditegaskan oleh
Purwanto bahwa;
“Dedi Mulyadi hanya bisa dalam jangka waktu dua sampai 3 bulan sekali, kalau ada
kegiatan dimanapun Dedi Mulyadi selalu mengusahakan agar bisa datang,” (hasil
wawancara dengan Purwanto 18 Mei 2017, di Purwakarta).
46 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.4 Contoh credibility
Sumber: Humas Disdikpora Purwakarta (2017)
Seperti contoh gambar di atas merupakan contoh credibility, dimana Dedi
Mulyadi langsung turun ke lapangan untuk meninjau langsung Program Pendidikan
Berkarakter. Tampak Dedi Mulyadi sedang menegur anak yang masih di bawah umur
sedang membawa kendaraan. Anak-anak usia sekolah dilarang membawa motor
merupakan bagian dari Program Pendidikan Berkarakter.
Dari segi power cara Dedi Mulyadi dalam menyampaikan pesan yang dengan
keadaan khalayak yang datang selalu banyak. Hal ini dapat ditegaskan oleh Purwanto
sebagai sekretaris Disdikpora di Purwakarta;
“Kang Dedi itu kalau sosialisasi, banyak banget yang datang, dari tua sampai muda,
dari yang tempat tinggalnya dekat sampai jauh bisa datang,” (hasil wawancara
dengan Purwanto, 18 Mei 2017, di Purwakarta).
47 Universitas Kristen Petra
Baik Purwanto dan Dede juga melakukan hal yang sama dalam proses
sosialisasi. Purwanto dan Dede termasuk dalam golongan komunikator professional
dikarenakan merupakan ahli dan juga merupakan bagian dari Disdikpora Purwakarta.
Purwanto dan Dede juga menggunakan pakaian kampret pada saat sosialisasi dan
menyampaikan pesan dengan metode seperti seminar gratis.
4.2.3 Khalayak
Dalam penentuan khalayak, sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter tidak
terlepas dari sasaran Program Pendidikan Berkarakter atau pihak yang terkait di
dalamnya. Pihak-pihak yang terlibat seperti kepala sekolah, guru, tenaga pendidik,
orang tua, siswa, bahkan pedagang jajanan yang berada di lingkup sekolah dari tingkat
SD hingga SMA.
Pemilihan lokasi untuk khalayak bisa berubah sesuai dengan daerah mana yang
ingin disosialisasikan atau yang masih butuh perhatian lebih mengenai Program
Pendidikan Berkarakter. Biasanya lokasi untuk pengumpulan khalayak adalah lokasi
yang di dalam Purwakarta atau dalam lingkup wilayah Purwakarta. Tidak menutup
kemungkinan Dedi Mulyadi akan mengundang para khalayaknya untuk hadir di kantor
pemerintahan Purwakarta untuk melakukan sosialisasi bersama tanpa memandang
jabatan.
Pemilihan khalayak tidak lepas dari peran Disdikpora yang memegang data
mengenai keberadaan sekolah-sekolah yang ada di Purwakarta sebagai target untuk
peinjauan dan pelaksanaan sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter.
Khalayak ini berlaku bagi semua kalangan termasuk anak Dedi Mulyadi. Dedi
Mulyadi mempunyai dua anak laki-laki yang masih bersekolah. Anak Dedi Mulyadi
juga tidak luput dari sasaran Program Pendidikan Berkarakter yang di Purwakarta.
Menurut Dedi Mulyadi dalam wawancaranya:
“Semuanya, termasuk anak saya, saya tidak mau membeda-bedakan karena semua
siswa sekolahan juga termasuk anak saya, dan saya juga orang tua bagi mereka.
48 Universitas Kristen Petra
Jadi, saya harus memberikan contoh yang baik kepada mereka semua .” – ( Hasil
wawancara dengan Dedi Mulyadi, 11 Mei 2017 di Purwakarta).
Gambar 4.5 Foto bersama guru sesudah sosialisasi sebagai khalayak
Sumber: Humas Disdikpora Purwakarta (2017)
Gambar di atas merupakan visualisasi dari kepala sekolah dan guru yang datang
sebagai khalayak pada saat sosialisasi. Dedi Mulyadi juga menekankan pada kepala
sekolah sebagai khalayak pada saat sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter. Tidak
ada perlakuan khusus bagi kepala sekolah dan guru yang mengajar di sekolah negeri
dan swasta, semuanya sama. Contoh pesan yang disampaikan Dedi Mulyadi kepada
kepala sekolah;
“Kepala Sekolah jangan segan dan jangan ragu untuk melaporkan guru yang
malas. Kirim keuh weh surat karena kita akan memberikan sanksi dari mulai
pemotongan gaji hingga pemberhentian.” (Mulyadi, 2016, hal. 128).
Dedi Mulyadi mengharapkan semua khalayak terutama sekolah sebagai
lembaga pendidikan dan tempat yang hamir setiap hari didatangi oleh siswa yang
menuntut ilmu agar dapat menjalankan Program Pendidikan Berkarakter, tidak hanya
siswa saja melainkan sekolah itu sendiri, dimulai dari kepala sekolah hingga guru.
Seperti yang dijelaskan oleh Dedi Mulyadi;
49 Universitas Kristen Petra
“Seluruh sekolah harus berusaha meningkatkan kualitas kebersihan. Ada
pengelolan organik dan non organik, karena itu bagian dari keberadaban. Selain
itu, membersihkan sekolah dan lingkungan sekolahnya dari kebiasaan
konsumerisme, yang bersifat jajan. Kalau orang masuk ke dalam ruangan yang
sudah adab, maka di dalamnya akan beradab.” – (Mulyadi, 2016, hal. 130-131).
Selain kepala sekolah, guru yang menjadi khalayak tidak luput dari sosialisasi
Program Pendidikan Berkarakter. Demi Program Pendidikan Berkarakter di
Purwakarta berlangsung dengan baik, maka Dedi Mulyadi memberikan pesan kepada
guru bahwa akan adanya diberikan pelatihan-pelatihan demi mendapatkan pendidikan
yang merata di Purwakarta, serta akan dibangunnya sekolah di setiap kecamatan.
Contoh guru sebagai khalayak dalam sosialisasi Program Pendidikan
Berkarakter, seperti pesan yang di bawah ini;
“Di sekolah juga ada guru biologi yang antara lain mengajar teori organis dan
penanaman pohon. Seharusnya guru biologi mengajak murid misalnya menanam
tomat. Murid diminta mencatat perkembangan tanaman setiap hari sampai berbuah.
Nanti datang guru ekonomi yang menganjurkan agar tomatnya tidak dimakan
melainkan dibuat jus dan dijual. Kemudian untuk guru matematika, coba
perhatikan murid-muridnya. Lihat mereka jujur atau tidak, apakah ia
menyampaikan uang iuran seperti perintah orang tuanya atau tidak. Bangsa ini
tidak boleh memajukan orang pembohong. Itulah pendidikan yang Islami dan
berkarakter.” - (Mulyadi, 2013, hal. 181).
Gambar 4.6 Suasana Sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter kepada siswa SD
Sumber: Humas Disdikpora Purwakarta (2017)
50 Universitas Kristen Petra
Selain guru, tampak gambar di atas merupakan sosialisasi Program Pendidikan
Berkarakter di Purwakarta yang dilakukan oleh Dedi Mulyadi kepada para siswa SD di
Purwakarta. Dedi Mulyadi dengan menggunakan pakaian kampret sedang
mensosialisasikan tentang Program Pendidikan Berkarakter di Purwakarta, tampak
siswa SD serius mendengarkan pengarahan dari Dedi Mulyadi. Tak hanya siswa SD
saja siswa SMP sampai SMA juga tidak luput dari kunjungan Dedi Mulyadi,
sebagaimana pesan yang tertulis untuk kalangan SMP sampai SMA;
“Salah satu program saya di Purwakarta adalah mengajak para belajar berkesenian
dan berkeliling ke desa-desa, seminggu bisa tiga kali. Mereka mendapat uang saku
supaya bisa membiayai sekolahnya sendiri.” – (Mulyadi, 2014, hal. 16).
Orang tua sebagai khalayak juga tidak lepas dari Program Pendidikan
Berkarakter. Seperti yang diterangkan Dedi Mulyadi bahwa;
“Saya percaya semua anak memiliki kekuatannya masing-masing. Namun secara
umum, setiap anak manusia memiliki kelebihan intelektualitas (dalam kadarnya
masing-masing). Maka pendidikan yang penuh cinta adalah pendidikan yang
sanggup memberikan ruang bagi perkembangan intelektualitas.” – (Mulyadi, 2014,
hal. 51).
4.2.4. Pesan
Pesan yang disampaikan diolah Dedi Mulyadi sendiri atau brainstorming
bersama pihak Disdikpora Purwakarta seperti Purwanto atau Deden agar pesan diolah
menarik dan dapat dimengerti oleh masyarakat. Biasanya pesan diolah dengan bahasa
Sunda dan mencirikan Program Pendidikan Berkarakter bila ada yang tidak paham
dengan bahasa Sunda maka ada bahasa Indonesia. Dedi Mulyadi akan berperan dalam
proses sosialisasi dalam jangka waktu dua atau tiga bulan sekali, bila tidak maka
Purwanto atau Deden sendiri yang akan menyampaikan pesan mengenai sosialisasi
Program Pendidikan Berkarakter.
51 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.7 Contoh pesan yang dibuat oleh Dedi Mulyadi
Sumber: https://www.instagram.com/p/BNZT9UAA2WS
Gambar di atas merupakan visualisasi contoh pesan yang peneliti temui melalui
media instagram. Tampak pesan diolah sekreatif mungkin dan mengandung makna
tertentu yang biasanya mencirikan pribadi seorang Sunda di dalamnya. Pesan akan
diolah seinformatif dan persuasif mungkin agar khalayak dapat memahami pesan yang
akan disampaikan. Dalam penyampaian pesan biasanya Dedi Mulyadi atau Purwanto
sendiri akan menyampaikan dengan humor di dalamnya agar tidak terlalu serius dalam
proses penyampaian pesan terhadap khalayak. Sebagai contoh pesan yang
dikemukakan pada suatu acara di Purwakarta dalam sosialisasi mengenai Pendidikan
Berkarakter bahwa;
“Sakola kudu ngajarkan otentisitas, kasampurnaan diri, lumpatna ka Allah
(Sekolah hanya mengajarkan otentisitas, kesempurnaan diri hanya punya Allah).
Sekolah ini harus bisa mengembangkan potensi. Yang jadi Dalang saja jadi tidak
masalah,. Anda di sini tidak ada yang bodoh, semuanya pintar.” – (Mulyadi, 2014,
hal. 65)
52 Universitas Kristen Petra
Selain itu menurut Dedi Mulyadi pada saat wawancara dengan peneliti pada 11
Mei 2017 lalu, Dedi Mulyadi mengatakan:
“Kalau biacara persoalan hidup maka fokus kita saat ini soal kebangkitan di
Purwakarta adalah kebangkitan pelayanan masyarakat yaitu dibidang kesehatan
dan pendidikan.” – (Hasil wawancara dengan Dedi Mulyadi, 11 Mei 2017, di
Purwakarta).
Dedi Mulyadi selalu menekankan pada pesan pentingnya pendidikan beserta
reformasi yang hanya bisa disampaikan oleh orang-orang pemberani. Lalu
menekankan pada karakter anak bangsa agar tidak melupakan jati diri sebgai seorang
anak di dalam lingkup keluarga dan juga siswa dalam lingkup sekolah. Proses
penyampaian pesan selalu diselingi dengan humor atau dikemas dalam bentuk menarik
sehingga khalayak tidak mengantuk, tidak bosan, dan dapat memahami dengan mudah
pesan yang disampaikan. Pesan yang disampaikan bersifat informatif atau persuasif.
Contoh pesan yang mempunyai sifat persuasif dan informatif dapat dilihat pada kutipan
di bawah ini:
“Karena tidak semua bisa mengerti bahasa yang disampaikan, harus bisa dikemas
semenarik mungkin, kadang ada yang paham terus ada yang kadang tidak paham.
Jadi, saya harus membuat sekreatif mungkin, agar masyarakat paham dengan
maksud yang disampaikan.” – (Hasil wawancara dengan Dedi Mulyadi 11 Mei 2017
di Purwakarta).
Dedi Mulyadi pada saat sosialisasi selalu menekankan pada pesan yang
disampaikannya, isi pesan tersebut selalu berisi tentang kualitas dari siswa sekolah itu
sendiri. Sebagaimana contoh pesan yang ditemui oleh peneliti;
“Saya ingin sekolah di Purwakarta itu baik, bukan hanya baik bangunannya tapi
juga baik kualitas siswanya, baik juga kualitas pendidikannya, juga sistemnya. Satu
saja targetnya yang penting adalah siswanya menjadi seorang yang produktif dan
mengerti apa itu etos yang kuat.” - (Mulyadi, 2016, hal. 135)
53 Universitas Kristen Petra
.
Gambar 4.8 Contoh komentar balik Dedi Mulyadi
Sumber: https://www.facebook.com/DediMulyadi1971/?fref=ts
Selain gambar di atas, adapun contoh pesan yang peneliti dapatkan di halaman
facebook Dedi Mulyadi mengenai pendidikan agama sebagai bagian dari Program
Pendidikan Berkarakter, Dedi Mulyadi mengatakan bahwa:
54 Universitas Kristen Petra
“Pendidikan Agama merupakan solusi bagi peningkatan kualitas pemahaman siswa
terhadap makna hidup dan tujuan hidup itu sendiri. Sebagai solusi dari problem
Full Day School dan Pendidikan Madrasah serta Pesantren. Pemerintah Kabupaten
Purwakarta meluncurkan Program Full Day School berbasis Madrasah Diniyyah
dan Pesantren. Secara teknis, program ini disesuaikan dengan lingkungan tempat
siswa tinggal. Jika terdapat Madrasah atau Pesantren di lingkungannya, maka usai
belajar di sekolah, siswa dapat langsung masuk ke Madrasah atau Pesantren. Jika di
lingkungan tersebut tidak terdapat Madrasah atau Pesantren, maka Guru Madrasah
atau Kiai Pesantren, datang ke sekolah untuk mengajar para siswa . Hal tersebut
merupakan bagian dari penguatan Pendidikan al Qur’an dan Pendidikan Kitab
Kuning yang berjalan selama ini. Skema pendidikan ini akan melibatkan ahli
psikologi anak, ahli permainan tradisional anak, ahli kesehatan anak dan seluruhnya
terintegrasi dalam Pendidikan Manusia Indonesia seutuhnya. Semoga Purwakarta
bisa menjadi contoh dalam menyelesaikan ketegangan yang berkembang selama ini.
Full Day School OK, Madrasah dan Pesantren lebih OK.” – (Kiriman pesan Dedi
Mulyadi 14 Agustus 2017, melalui facebook).
Dedi Mulyadi dalam bukunya juga menekankan mengenai kualitas pendidikan
itu bukan soal bangunan saja melainkan orang yang terkait juga, seperti kutipan di
bawah ini;
“Kualitas pendidikan tidak selalu tergantung kemajuan secara fisik, namun juga
secara karakter, dimulai dari guru-guru yang terlibat di sekolah.” (Hasil wawancara
dengan Dedi Mulyadi 11 Mei 2017, di Purwakarta).
Selain itu pesan Program Pendidikan Berkarakter pada saat sosialisasi akan
berbeda, tergantung pada khalayaknya yang hadir pada saat itu. Sebagaimana contoh
pada saat khalayak yang datang adalah kepala sekolah. Maka pesan yang disampaikan
adalah sebagai berikut:
“Seluruh sekolah harus berusaha meningkatkan kualitas kebersihan. Ada
pengelolan organik dan non organik, karena itu bagian dari keberadaban. Selain
itu, membersihkan sekolah dan lingkungan sekolahnya dari kebiasaan
konsumerisme, yang bersifat jajan. Kalau orang masuk ke dalam ruangan yang
sudah adab, maka di dalamnya akan beradab.” – (Mulyadi, 2016, hal. 130-131).
Bila pada saat dimana khalayak yang datang adalah guru pada saat sosialisasi
Program Pendidikan Berkarakter, maka pesan yang disampaikan akan berbeda juga.
Contoh peneliti temui dalam bukunya yaitu:
55 Universitas Kristen Petra
“Pemerintah akan membekali semua guru memiliki skill dan pengetahuan yang
sama. Ada banyak teori pembelajaran kontemporer yang dapat diberikan pada guru,
misalnya Quantum Learning, Contextual Teaching and Learning, dan Hypnotic
Learning. Selain pengetahuan dan skill, guru-guru pun akan diajarkan filosofi
cinta. Melalui ikhtiar ini, saya yakin pendidikan bisa merata dan pendidikan akan
menghasilkan output yang baik.” - (Mulyadi, 2014, hal. 47).
Adapun contoh pesan yang diberikan Dedi Mulyadi bila yang hadir pada saat
sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter itu adalah orang tua siswa dan masyarakat.
Contoh pesan yang ditemui peneliti seperti kutipan di bawah ini;
“Pendidikan lebih dari persekolahan, pendidikan meliputi pembiasaan berbahasa
Sunda, belajar membaca Al-Quran pembiasaan etika dan akhlak serta banyak aspek
lain yang merupakan tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Bahayanya lagi
banyak orang tua yang menganggap bahwa para gurulah yang bertanggung jawab
pada seluruh kewajiban mendidik. Gejala ini dapat ditengarai dari ketidakpedulian
para orang tua pada apa yang sudah didapatkan anaknya di sekolah,
ketidakpedulian orang tua pada pola gaul anak-anak remajanya, dan keengganan
masyarakat untuk memperbaiki perilaku anak-anak muda.” – (Hasil wawancara
dengan Dedi Mulyadi 11 Mei 2017, di Purwakarta).
Selain itu, contoh pesan untuk masyarakat luas di Purwakarta mengenai
Program Pendidikan Berkarakter di Purwakarta, seperti yang diungkapkan Dedi
Mulyadi, ia mengatakan bahwa;
“Maksud masyarakat pembelajar adalah seluruh orang tua dan orang dewasa harus
menyadari bahwa mereka adalah guru bagi anak-anak mereka, bagi anak-anak
muda di sekitarnya. Jadi, orang dewasa haruslah mendorong, menegur,
mengingatkan semua generasi muda untuk belajar dan belajar tanpa kenal henti.
Semua orang harus menjadi polisi belajar.” – (Hasil wawancara dengan Dedi
Mulyadi 11 Mei 2017, di Purwakarta).
Namun, pesan yang sangat ditekankan Dedi Mulyadi untuk masyarakat
Purwakarta terkait dengan Program Pendidikan Berkarakter seperti yang tertulis dalam
buku Dedi Mulyadi, ia mengemukakan pendapatnya sebagai berikut;
“Orang yang memiliki karakter adalah orang yang memiliki kualitas. Orang yang
memiliki kualitas adalah orang yang senantiasa menghargai, menghormati aspek
56 Universitas Kristen Petra
tanah, air, udara, dan matahari. Di mana nilai pendidikan formalnya selaras dengan
kebaikan perilakunya sehari-hari… Pembangunan berkarakter adalah meletakkan
manusia pada karakter empat hal tadi. Tidak boleh bertentangan dengan empat hal
ini melainkan harus bersenyawa.” – (Mulyadi, 2015, hal. 154)
4.2.5 Media
Media sangat berpengaruh dalam proses sosialisasi Program Pendidikan
Berkarakter. Media yang sangat berpengaruh dalam proses sosialisasi Program
Pendidikan Berkarakter menurut Dedi Mulyadi, Purwanto, dan Deden adalah media
sosial.
Program Pendidikan Berkarakter biasanya akan disosialisasikan melalui media
iklan seperti baliho atau spanduk, namun menurut Dedi Mulyadi yang sangat berperan
adalah media sosial dikarenakan pada zaman sekarang masyarakat tidak bisa lepas dari
gadget. Dedi Mulyadi menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, instagram,
website pemerintahan untuk proses sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter. Hasil
wawancara Dedi Mulyadi dengan peneliti menemukan:
“Teknologi pada zaman sekarang juga semakin berkembang, tidak boleh luput
karena teknologi yang menggunakan media juga semakin digemari oleh orang
banyak dan ini juga merupakan kesempatan yang baik untuk saling berbagi.” –
(Hasil wawancara dengan Dedi Mulyadi 11 Mei 2017, di Purwakarta).
57 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.9 Penggunaan media sosial sebagai sarana sosialisasi
Sumber: https://www.instagram.com/p/BTlemLljByk/
Selain penggunaan instagram seperti contoh di atas, Dedi Mulyadi selalu aktif
dalam membagikan kiriman apa yang dilakukannya pada hari itu melalui media sosial,
contohnya pada tanggal 25 Juli 2017 yang berkaitan dengan Program Pendidikan
Berkarakter pada media facebook. Dedi Mulyadi membagikan kiriman tentang panen
padi yang ditanam oleh siswa SMA di Purwakarta dengan bentuk video pada dinding
facebooknya. Pada hal ini Dedi Mulyadi menggunakan media sosial sebagai sarana
untuk sosialisasi. Selain video seperti gambar di bawah, Dedi Mulyadi juga
mengirimkan foto bahkan kadang siaran langsung dan dibagikan lagi oleh Dede atau
Purwanto.
58 Universitas Kristen Petra
Contoh 4.10 Penggunaan media sosial dalam sosialisasi Program Pendidikan
Berkarakter
Sumber: https://www.facebook.com/DediMulyadi1971/?fref=ts
Sedangkan Purwanto dan Deden juga melakukan hal yang sama, menggunakan media
sosial seperti facebook, twitter, instagram, website Disdikpora Purwakarta untuk
proses sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter. Biasanya Purwanto dan Deden
akan membagikan ulang kiriman dari Dedi Mulyadi, meretweet kembali kiriman dari
Dedi Mulyadi, atau bahkan menulis kirimannya sendiri kepada masyarakat Purwakarta.
Dedi Mulyadi juga menuliskan beberapa buku sebagai media pembelajaran.
Adapun buku yang dibuatnya mengenai hasil buah pemikirannya sendiri. Sebagai
contoh yaitu Kang Dedi Menyapa, Mengayuh Negeri dengan Cinta, Spirit Budaya
Kang Dedi, dan lain-lain. Sebagai contoh tulisan mengenai Pendidikan Berkarakter
yang berada di media cetak;
“Kalau saya sekarang lebih memilih sembilan tahun karena itulah yang disebut
dengan semangat. Pertanyaannya, kenapa masih ada bimbel? Dari Kumon sampai
kumat… karena orang tua cenderung memilih kursus saja daripada sekolah. Kalau
anak ingin ahli otomotif, kursus montir saja, enam bulan selesai… Jadi masuk
sekolah itu karena ingin memenuhi aspek formal negara. Kalau sudah seperti ini,
harus segera dilakukan perubahan. Nah, andaikata negeri ini tidak ada ujian,
mungkin tidak akan lagi kita capek.” – (Mulyadi, 2013, hal. 129).
59 Universitas Kristen Petra
4.2.6 Efek
Dedi Mulyadi mengharapkan agar para khalayak yang mendengarkan
sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter agar mengerti pesan apa yang
disampaikan. Dedi Mulyadi, Purwanto, Deden memperhatikan efek pada pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), perilaku (behavior).
Efek ini sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah proses sosialisasi
Program Pendidikan Berkarakter yang dilaksanakan pada bulan tersebut. Semua efek
sangat diperhatikan dalam sebuah proses sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter
yang dilaksanakan di Purwakarta. Dimulai dari pengetahuan mengenai Program
Pendidikan Berkarakter, sikap masyarakat terhadap Program Pendidikan Berkarakter,
bahkan perilaku kepala sekolah, tenaga pendidik, guru, orang tua, siswa yang
merupakan khalayak dari Program Pendidikan Berkarakter ini.
Pada zaman sekarang teknologi semakin berkembang dan meningkatkan efek
konsumenrisme, maka dari itu Dedi Mulyadi berharap dengan adanya program
Pendidikan Berkarakter di Purwakarta ini dapat mengurangi kebiasaan konsumenrisme
dengan cara membawa bekal makanan dari rumah. Seperti yang ditemukan peneliti
mellaui tulisan dan dokumentasi foto di bawah;
“Anak sekolah tidak boleh lagi jajan karena itu bersifat konsumtif, dan sudah
saatnya anak-anak Purwakarta hari ini berjalan tegak, pergi ke sekolah dengan
sepeda atau jalan kaki tanpa ada uang jajan, sepatunya harus dibuat oleh dirinya
sendiri, tas sekolahnya tidak boleh yang mewah dan harus dibuat sendiri, baju
sekolahnya harus dibikin oleh dirinya sendiri dan saya tegaskan tidak ada kewajiban
seragam sekolah untuk rakyat Purwakarta, tidak ada kewajiban bersepatu.” Mulyadi (2015; hal. 120)
60 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.11 Contoh efek perilaku membawa bekal ke sekolah bagian Program
Pendidikan Berkarakter
Sumber: Humas Disdikpora Purwakarta (2017)
Selain itu penekanan pada efek kognitif, afeksi, dan behavior pada Program
Pendidikan Berkarakter ingin diterapkan. Dedi Mulyadi pada masa yang dimana
menurut dirinya sekarang bahwa anak-anak seusia SD sampai SMA masih bersifat
konsumenrisme, kurang bermoral, bingung akan masa depannya sendiri, dan harus
diarahkan dengan sebuah Pendidikan Berkarakter. Maka Dedi Mulyadi dalam bukunya
berkata;
“Sekarang musim rambutan maka boleh sehari anaknya diliburkan untuk
menemani ibunya memetik rambutan dan mengikatnya. Itu pendidikan bukan
perbudakan. Untuk apa? Agar ada keterikatan moral siswa dengan orang tua dan
pohonnya karena itu akan menjadi kenangan dan sebuah pelajaran moral.”
(Mulyadi, 2016, hal. 133).
61 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.12 Seorang siswa SMP sedang membantu ayahnya
Sumber: Humas Disdikpora Purwakarta (2017)
Gambar di atas merupakan contoh nyata efek dari Program Pendidikan
Berkarakter di Purwakarta yang sudah mulai memberikan efek kepada siswa SD- SMA
dari sisi efek sikap dan perilaku.
4.3 Analisis dan Interpretasi Data
4.3.1 Strategi Komunikasi Politik Dedi Mulyadi
Baik Dedi Mulyadi maupun Purwanto dan Dede mempunyai strategi
komunikasi politik yang dijalankan pada saat mensosialisasikan Program Pendidikan
Berkarakter di Purwakarta. Terlihat ada sedikit perbedaan pelaksanaan strategi
komunikasi politik yang dilaksanakan oleh Dedi Mulyadi maupun Purwanto dan Dede
saat proses sosialisasi.
4.3.2 Komunikator Politik
Pada saat Dedi Mulyadi sebagai komunikator dalam penyampaian pesan
mengenai Program Pendidikan Berkarakter di Purwakarta, Dedi Mulyadi sebagai
politikus mempunyai komponen credibility, power, attractiveness, dan similarity. Hal
tersebut dilihat pada saat Dedi Mulyadi selalu menggunakan baju khas Sunda
(kampret) dalam proses sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter. Pemakaian baju
62 Universitas Kristen Petra
kampret merupakan bagian dari komponen attractiveness dan similarity bahwa dirinya
adalah seorang Sunda.
Dari segi credibility, Dedi Mulyadi selalu melakukan sosialisasi setiap
bulannya, walaupun Dedi Mulyadi hanya bisa dalam jangka waktu dua sampai 3 bulan
sekali (wawancara dengan Purwanto 18 Mei 2017). Tetapi, Dedi Mulyadi selalu
mengusahakan agar dirinya hadir di dalam setiap sosialisasi. Credibility merupakan
elemen dalam komponen komunikator yang berbicara dengan bagaimana perkataan
seorang komunikator dapat dibuktikan dan sang komunikator dapat menjalankan
sebuah kegiatan berdasarkan apa yang ia ucapkan. Tidak hanya berbicara mengenai
kepastian tetapi sebuah perilaku jujur dan berakhlak sehingga masyarakat mengakui
bahwa seorang komunikator baik tidak hanya merealisasikan keinginan rakyat namun
juga ramah dan jujur.
Menurut Petty (1996, hal. 20) dalam komunikasi politik, seorang komunikator
politik adalah sebuah elemen yang terpenting dalam menentukan berhasil atau tidaknya
sebuah strategi yang dijalankan. Adanya karakteristik atau komponen credibility,
similarity, power, dan attractiveness tersebut adalah sesuatu yang mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi yang lainnya. Berarti Dedi Mulyadi,
Purwanto, dan Dede adalah seorang komunikator yang berhasil karena mempunyai
empat karakteristik dalam segi komunikator politik.
Pada segi power cara Dedi Mulyadi dalam menyampaikan pesan pada saat
sosialisasi, selalu berhasil mengumpulkan khalayak banyak dari berbagai kalangan.
Sehingga, dapat diketahui bahwa power Dedi Mulyadi sangat besar di Purwakarta.
Power sebagai elemen penting dalam komponen komunikator penting, dikarenakan
dari power dapat kita ketahui seberapa berpengaruhnya seorang komunikator politik
yang berada di daerah tersebut.
Baik Purwanto dan Dede juga melakukan hal yang sama dalam proses
sosialisasi. Purwanto dan Dede termasuk dalam golongan komunikator professional
dikarenakan merupakan ahli dan juga merupakan bagian dari Disdikpora Purwakarta.
Purwanto dan Dede juga menggunakan pakaian kampret pada saat sosialisasi dan
63 Universitas Kristen Petra
menyampaikan pesan dengan metode seperti seminar gratis ataupun saat mewakili
Dedi Mulyadi bila tidak bisa menghadiri acara.
Gaya komunikator antara Dedi Mulyadi sebagai politikus dan Purwanto serta
Dede sebagai professional pada beberapa hal mempunyai kesamaan diantaranya
masing-masing dari komunikator mempunyai komponen credibility, power,
attractiveness, dan similarity. Dede dan Purwanto juga memakai baju kampret setiap
saat, terutama pada saat sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter yang merupakan
komponen dari similarity, dan attractiveness yaitu jati diri sebagai seorang Sunda.
Credibility juga ada di dalam diri Purwanto dan Dede sebagai bagian dari Disdikpora
Purwakarta yang rutin menjalankan kegiatan sosialisasi ini, hanya saja Purwanto dan
Dede ini hanya beberapa kali saja menjadi komunikator, karena Dedi Mulyadi sebagai
pencetus Program Pendidikan Berkarakter ingin melihat langsung proses sosialisasi
dan hasilnya di lapangan.
Selain itu power yang merupakan bagian dari komponen komunikator juga
terlihat ada beberapa perbedaan antara Dedi Mulyadi dengan Purwanto dan Dede.
Ketika sosialisasi dilaksanakan dan dibawakan oleh Dedi Mulyadi maka banyak pihak
yang terkait akan datang, bila dari Purwanto dan Dede hanya pihak tertentu saja yang
datang.
4.3.3 Khalayak
Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur
khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya proses komunikasi sangat
ditentukan oleh khalayak (Cangara, 2010, p. 157). Sedangkan menurut Calusse (1968)
di dalam buku Cangara (2012, hal. 30) mengatakan bahwa khalayak berlaku universal
dan secara sederhana diartikan sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar,
pemirsa berbagai media. Sedangkan menurut Nimmo (2010, hal. 25) khalayak
masyarakat luas atau kadangkala juga disebut sebagai publik. Dapat disimpulkan
bahwa khalayak adalah target dari penyampaian pesan yang disampaikan oleh
komunikator.
64 Universitas Kristen Petra
Pada segi khalayak, Dedi Mulyadi biasanya menyasarkan program sosialisasi
Program Pendidikan Berkarakter ini kepada kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, dan
pihak yang terkait. Menurut Dedi Mulyadi khalayak tersebut merupakan pihak yang
secara langsung terkait dengan Program Pendidikan Berkarakter di Purwakarta.
Purwanto dan Dede juga melakukan hal yang sama pada proses sosialisasi Program
Pendidikan Berkarakter di Purwakarta.
Khalayak yang ditemui Dedi Mulyadi saat proses sosialisasi sangat beragam
dari muda sampai tua. Ketika berkaitan dengan Program Pendidikan Berkarakter maka
pihak-pihak terkait dari guru sampai siswa mendengarkan pengarahan dari Dedi
Mulyadi, tidak hanya dilakukan di sekolah saja namun Dedi Mulyadi bisa datang ke
rumah-rumah warga atau ketika menemui di jalan dan akhirnya membagikan ke dalam
media sosial dan diterima khalayak seluruh Purwakarta bahkan seluruh Indonesia.
Adapun sifat, karakteristik dan keinginan masyarakat yang menjadi target
sasaran kampanye, dilihat dari tiga aspek, yakni: (1) aspek sosiodemografik; (2) aspek
profil psikologis; (3) aspek karakteristik perilaku masyarakat (Mc Nair 2016, hal 13).
Bila dilihat dari aspek sosiodemografik khalayak Purwakarta keinginan warga
Purwakarta untuk menjadi lebih baik, terutama di karakter anak-anak untuk
mempunyai karakter yang berbudipekerti diwujudkan Dedi Mulyadi dengan adanya
Program Pendidikan Berkarakter yang diterapkan di Purwakarta. Menurut Dedi
Mulyadi ketika diwawancara sudah ada penelitian sebelumnya
Dari aspek profil psikologis khalayak Purwakarta, Dedi Mulyadi memahami
keinginan orang tua agar anak-anaknya tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang salah
terutama pada zaman globalisasi sekarang. Begitupula dengan karakteristik perilaku
masyarakat terutama masyarakat Purwakarta dikalangan anak sekolahan, Dedi
Mulyadi melihat masih adanya anak-anak yang tidak cukup umur sudah mengendarai
kendaraan bermotor dan ugal-ugalan sehingga bila lalai terjadi kecelakaan.
Kecendrungan orang tua yang mengizinkan anaknya untuk membawa kendaraan
bermotor itulah membuat Dedi Mulyadi sangat peduli pada masa depan anak bangsa
dan akhirnya tercetuslah Program Pendidikan Berkarakter.
65 Universitas Kristen Petra
Penentuan khalayak ditentukan melalui rapat oleh Dedi Mulyadi dengan pihak-
pihak terkait termasuk salah satunya Disdikpora Purwakarta. Khalayak menjadi
penentu utama dalam pelaksanaan sebuah program atau kegiatan, agar sebuah program
atau kegiatan bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan target program.
4.3.4 Pesan
Bila dilihat dari pesan di media sosial Dedi Mulyadi ataupun media massa,
pesan selalu menekankan pada pesan pentingnya pendidikan beserta reformasi yang
hanya bisa disampaikan oleh orang-orang pemberani. Lalu menekankan pada karakter
anak bangsa agar tidak melupakan jati diri sebgai seorang anak di dalam lingkup
keluarga dan juga siswa dalam lingkup sekolah. Contohnya pada pentingnya agama
sebagai fondasi dan karakter yang berkebudayaan. Proses penyampaian pesan selalu
diselingi dengan humor atau dikemas dalam bentuk menarik sehingga khalayak tidak
mengantuk, tidak bosan, dan dapat memahami dengan mudah pesan yang disampaikan.
Pesan yang disampaikan bersifat informatif atau persuasif sehingga semua kalangan
dapat dengan mudah memahami pesan yang disampaikan Dedi Mulyadi. Seperti yang
ditegaskan Dedi Mulyadi dalam wawancara dengan peneliti;
“Karena tidak semua bisa mengerti bahasa yang disampaikan, harus bisa dikemas
semenarik mungkin, harus dibuat sekreatif mungkin, dimulai dari penggunaan
bahasa dan pemilihan kata-kata.” – ( Hasil wawancara dengan Dedi Mulyadi, 11 Mei
2017, di Purwakarta).
Pesan adalah muatan atau kontent komunikasi yang dikemas atau dikonstruksi
sebagai informasi/berita/isu dll yang bermuatan politik dalam beragam bentuk, dan
ditransformasikan kepada khalayak dengan menggunakan media, baik media
tradisisonal maupun media massa, serta media jaringan sosial (berbasis internet)
(Cangara, 2011, p. 257). Definisi lain mengenai pesan politik adalah salah satu unsur
penting dalam komunikasi politik. Pada hakikatnya, pesan adalah suatu informasi yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk mencari
persamaan makna atau persepsi Nimmo (2010, hal. 60).
66 Universitas Kristen Petra
Pesan yang disampaikan menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa
Sunda. Pemakaian bahasa Sunda dan Indonesia digunakan pada saat acara sosialisasi
berlangsung. Penggunaan bahasa Sunda akan diselingi dengan terjemahan bahasa
Indonesia, agar yang tidak mengerti dengan bahasa Sunda bisa mengerti apa yang
disampaikan. Selain itu, di media sosial Dedi Mulyadi lebih sering menggunakan
bahasa Indonesia dan sesekali menggunakan bahasa Sunda. Dalam soal Pendidikan
Berkarakter biasanya Dedi Mulyadi memberikan pesan yang bersifat persuasif
sehingga khalayak yang mendengarkan tidak bosan.
Sifat pesan informatif juga disampaikan Dedi Mulyadi, biasanya dengan fakta-
fakta yang ada dan dihubungkan dengan manfaat dari Program Pendidikan Berkarakter,
sehingga khalayak dapat memahami tujuan sesungguhya dari pelaksanaan Program
Pendidikan Berkarakter.
Dedi Mulyadi dalam setiap sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter, entah
secara langsung atau tidak langsung selalu menekankan pada pesan yang
disampaikannya. Pada setiap buku yang ditulisnya selalu ada bab mengenai pendidikan
dan sellau menekankan pada Pendidikan Berkarakter, atau menggunakan contoh
kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat, agar semua khalayak
memahami dengan pelaksanaan Program Pendidikan Berkarakter sebenarnya.
Dari temuan data di atas dan analisa di atas, maka Dedi Mulyadi menggunakan
pesan sebagai strategi komunikasi untuk kegiatan berpolitik dalam mensosialisasikan
Program Pendidikan Berkarakter di Purwakarta. Perlu dipahami bahwa politik sendiri
merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang aktor politik untuk kepentingan
bersama. Dedi Mulyadi selalu menekankan pada pesan-pesan yang disampaikan untuk
khalayaknya melalui sosialisasi. Pesan-pesan yang Dedi Mulyadi sampaikan selalu
menekankan pada aspek moral atau karakter anak bangsa yang menjadi bukti bahwa
Dedi Mulyadi menggunakan elemen pesan sebagai elemen yang terutama dalam
strategi komunikasi politik sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter di Purwakarta.
4.3.5 Media
67 Universitas Kristen Petra
Definisi media menurut Scannell dan Cardiff (1991, hal. 8) adalah sebuah
wadah yang tidak hanya mengirimkan pesan-pesan organisasi politik kepada publik,
tapi mereka mengubah pesan melalui berbagai proses pembuatan berita dan
interpretasi.
Dedi Mulyadi menggunakan beberapa media sosial seperti facebook,
instagram, twitter. Selain itu kadang juga menggunakan media lain seperti iklan di
baliho. Setidaknya sehari sekali Dedi Mulyadi akan mengirimkan sebuah kiriman di
media sosial dirinya. Tapi, Dedi Mulyadi lebih sering menggunakan media sosial
seperti facebook, instagram, dan juga twitter untuk sharing apa yang dilakukan dirinya
bahkan menuliskan pesan yang berisikan seperti Program Pendidikan Berkarakter di
Purwakarta.
Penggunaan media sangat berpengaruh besar terhadap proses sosialisasi
Program Pendidikan Berkarakter di Purwakarta. Terutama pada zaman globalisasi
sekarang, yang dimana teknologi semakin berkembang pesat dan banyaknya fitur yang
semakin beragam. Pemilihan media komunikasi harus didasarkan pada isi pesan yang
ingin disampaikan, dan pemilikan media yang dimiliki oleh khalayak (McNair, 2016,
hal. 14). Salah satu media yang disebutkan oleh McNair adalah media cetak dan media
internet yang menjadi cikal bakal tumbuhnya media sosial. Adanya kelebihan media
internet adalah: (1) kemampuan untuk menembus batas wilayah, ruang, dan waktu; (2)
memperluas akses memperoleh informasi global; (3) meningkatkan kemampuan untuk
berserikat secara bebas.
Sebagaimana yang dimaksud oleh McNair dalam kegiatan penyebaran pesan
Program Pendidikan Berkarakter melalui media internet adalah; (1) Dengan media
sosial yang terhubung dengan internet, maka pesan tentang Program Pendidikan
Berkarakter bisa diakses dimana saja, kapan saja; (2) Program Pendidikan Berkarakter
semakin dikenal masyarakat Purwakarta, tidak hanya Purwakarta saja, namun bisa saja
seluruh dunia; (3) Dengan adanya Program Pendidikan Berkarakter, maka akan adanya
timbal balik berupa kritik dan saran atas apa yang dirasakan masyarakat sebagai
khalayak, terutama warga Purwakarta sebagai khalayak dan pelaksana kegiatan
Program Pendidikan Berkarakter. Diharapkan dengan adanya kritik dan saran yang
68 Universitas Kristen Petra
dituliskan masyarakat melalui media sosial melalui media internet bisa membuat
Program Pendidikan Berkarakter menjadi lebih baik.
Kelebihan media internet di atas membuat Dedi Mulyadi memilih lebih aktif di
media sosial yang terhubung dengan internet sebagai salah satu sarana yang efektif
untuk mensosialisasikan Program Pendidikan Berkarakter yang ada di Purwakarta.
Selain itu, khalayak dari seluruh dunia menjadi tahu bahwa ada Program Pendidikan
Berkarakter di Purwakarta akibat adanya penggunaan media sosial yang terhubung
dengan internet.
Selain itu, Dedi Mulyadi juga menggunakan media cetak seperti buku yang
ditulisnya sendiri, agar dapat dibaca orang banyak dan luas. Menurut McNair, media
cetak adalah saluran komunikasi di mana pesan-pesan verbalnya (tertulis) maupun
dalam bentuk gambar-gambar seperti karikatur dan komik dilakukan dalam bentuk
cetak. Kelebihannya adalah bisa dibaca semua orang dalam satu tempat.
Kekurangannya adalah tidak memiliki jangkauan yang jauh, kecuali yang bisa
dijangkau dengan transportasi untuk mengantar media cetak tersebut.
Maka dari itu, buku yang diterbitkan oleh Dedi Mulyadi ataupun yang
menuliskan tentang dirinya bisa dibaca oleh semua orang dan semua kalangan dalam
suatu tempat yang memiliki buku tersebut. Sedangkan, kekurangannya adalah tidak
semua orang bisa mendapatkan buku tersebut dikarenakan transportasi ataupun biaya
untuk membeli buku tersebut. Media sosial dan tatap muka sama-sama memberikan
efek terhadap sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter. Media sosial memberikan
efek paling besar pada saat sosialisasi, terutama di masa sekarang.
4.3.6 Efek
Menurut Lavidge dan Steiner (dalam Saverin & Tankard, 2001) meyakini
bahwa proses komunikasi menimbulkan pengaruh-pengaruh, atau biasa disebut efek
komunikasi. Efek komunikasi adalah perubahan yang terjadi pada diri penerima pesan
komunikasi. Mereka mengelompokkan efek komunikasi ke dalam tiga dimensi atau
kategori sebagai berikut: kognitif (pemikiran/gagasan), afektif (emosi), konatif
(motivasi). Sedangkan menurut Mc Nair (2012, hal. 12) efek dapat dilihat dari tiga
69 Universitas Kristen Petra
perspektif yaitu: tingkat yang mana perilaku komunikatif yang penuh arti dari para
aktor, bagaimana proses politik dari masyarakat demokratis -praktek dan prosedur
mereka- telah terpengaruh oleh pesan-pesan signifikan komunikasi masa, tingkat
dampak yang sistemik menyangkut kenaikan komunikasi politis yang mengedepan
masyarakat kapitalis. Peneliti menggunakan definisi efek yang dikemukakan Cangara
(2011, hal . 331) sebagaimana definisi efek adalah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan, atau dilakukan oleh penerima sebelum dirinya menerima pesan.
Efek yang dirasakan setelah mendapatkan pesan yang dilakukan saat sosialisasi
adalah adanya pemahaman terhadap Program Pendidikan Berkarakter di Purwakarta
(knowledge). Kemudian adanya perubahan sikap yang dimana ada yang tidak setuju
menjadi setuju (attitude). Contoh dari sikap ini adalah pedagang kaki lima yang
menjajakan jajanan di sekolah menerima untuk tidak berjualan di lingkungan sekolah
dan dipindahkan ke lokasi yang tepat. Selain itu Dedi Mulyadi melihat adanya
perubahan perilaku siswa (behavior) salah satunya tidak membawa kendaraan ke
sekolah.
Kemudian dari orang tua dan siswa sebagai khalayak yang mernerima dampak
langsung dari sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter juga lebih memahami
kebutuhan anak dan orang tua sehari-hari. Sehingga dari sisi kognitif orang tua dan
siswa lebih memahami apa yang dibutuhkan dan dilakukan pada sehari-harinya.
Sehingga dari sisi afeksi dan perilaku yang merupakan kelanjutan dari sisi kognitif,
orang tua dan siswa sekolah SD sampai SMA dapat merasakan perubahan yang terjadi
pada sekitarnya pada saat Program Pendidikan Berkarakter dilaksanakan dan
berpengaruh kepada perubahan sikap yang ditandai dari lebih meghargai orang tua
yang bersusah payah membanting tulang dan lebih hemat dalam soal jajan.
4.4 Triangulasi Data
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber sebagai uji keabsahan data,
sebagaimana yang dimaksud dengan triangulasi sumber adalah membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
70 Universitas Kristen Petra
alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2012, hal. 330). Triangulasi
sumber dilakukan kepada pihak terkait seperti orang tua siswa, dan siswa.
4.4.2 Orang Tua Siswa
Rizky sebagai orang tua siswa di sebuah sekolah dasar di Purwakarta
merasakan adanya perubahan besar terhadap anaknya. Dimulai dari efek pengetahuan,
perilaku, dan sikap. Anaknya yang bernama Galih jadi semakin menghargai orang tua
terutama dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikatakan Rizky saat wawancara
dengan peneliti:
“Semenjak Program Pendidikan Berkarakter diaksanakan, saya merasa bersyukur.
Anak saya jadi rajin ibadah, tidak boros terutama beli mainan. Apalagi saya baru
merintis sebagai advokat, jadi berkat Program Pendidikan Berkarakter yang
mewajibkan anak ikut orang tua bekerja, Galih jadi semakin menghargai segala
jerih payah orang tuanya. Juga tidak ada yang luput dari peraturan ini, kecuali anak
SMA yang mau ujian nasional diambil alih sama provinsi.” – (Hasil wawancara
dengan Rizky, 11 Mei 2017, di Purwakarta).
Selain itu pada saat dirinya menghadiri sosialisasi Program Pendidikan
Berkarakter, Dedi Mulyadi selalu menggunakan pakaian Kampret dan penyampaian
pesan yang selalu dengan bahasa Sunda atau bahasa Indonesia, selain itu ada humor
dalam penyampaian pesan agar tidak mengantuk. Seperti yang dikatakan Dedi Mulyadi
dalam temuan data bahwa dirinya menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia,
hal ini dibenarkan Rizky saat wawancara dengan peneliti;
“Pesannya mah pake bahasa Sunda, kalau ada yang kagak ngerti pakai Indonesia.
Terus pakai humor gitu supaya gak ngantuk, kalau gak pakai humor bisa-bisa saya
mengantuk juga gak paham dengan yang dikatakan Kang Dedi.” – (Hasil wawancara
dengan Rizky, 11 Mei 2017, di Purwakarta).
Rizky yang juga mengikuti Dedi Mulyadi di media sosial, salah satunya di
instagram. Rizky sangat setuju dengan kiriman Dedi Mulyadi mengenai Pendidikan
yang di kirim ke instagram pada awal bulan Mei lalu. Pernyataan Dedi Mulyadi di
media sosial yang dibenarkankan oleh Rizky, bahwa;
71 Universitas Kristen Petra
“Pesan yang saya lihat di instagram sangat bagus, saya setuju dengan Knowledge is
power but character is more, kan anak-anak pada zaman sekarang pada kurang
karakternya teh. Orang tua lain di sekolahan anak saya ya juga setuju dengan pesan
yang disampaikan bapak, begitupula dengan tetangga di sebelah rumah.” – (Hasil
wawancara dengan Rizky, 11 Mei 2017, di Purwakarta).
Bila dilihat dari segi komponen strategi komunikasi politik, semua yang
didapatkan oleh Rizky adalah hasil dari proses strategi komunikasi politik yang
dilaksanakan Dedi Mulyadi sebagai Bupati Purwakarta dalam mensosialisasikan
Program Pendidiksn Berkarakter. Dedi Mulyadi selalu menggunakan pakaian kampret
setiap saat, tidak hanya pada saat sosialisasi saja melainkan dalam kehidupan sehari-
hari, yaitu pada saat jam dinas ataupun santai. Penyampaian pesan dilakukan dengan
rutin sehingga memberikan efek dari segi afeksi, kognitif, dan perilaku. Sehingga
masyarakat Purwakarta tidak ada yang keberatan dengan Program Pendidikan
Berkarakter di Purwakarta, dan masyarakat lebih berinisiatif untuk mengubah diri
mereka menjadi lebih baik, terutama dikalangan siswa SD sampai SMA di Purwakarta.
Pada pesan, Dedi Mulyadi biasanya menggunakan bahasa Sunda ataupun
bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sunda ditujukan kepada masyarakat Purwakarta
bahwa mereka adalah seorang Sunda dan penggunaan bahasa yang mudah dimengerti,
seperti yang diungkapkan oleh Rizky “Knowledge is power, but character is more,”
yang menekankan bahwa pendidikan adalah sebuah kekuatan, tapi karakter lebih dari
itu. Penggunaan media sosial Dedi Mulyadi juga sangat aktif, terutama pada media
facebook. Rizky setidaknya melihat ada satu sampai tiga kiriman di dinding halaman
facebook Dedi Mulyadi setiap harinya, dimulai dari masalah ekonomi hingga
pendidikan di Purwakarta. Pada saat sosialisasi yang datang dari semua umur, ataupun
tidak pada saat sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter, khalayak yang datang
biasanya beragam.
4.4.3 Siswa Sekolah
Desi sebagai siswa kelas 10 SMK jurusan akuntansi di Purwakarta juga melihat
Dedi Mulyadi selalu berpakaian Kampret pada saat sosialisasi dan setiap saat. Selain
72 Universitas Kristen Petra
itu, menurut Desi apa yang dikatakan oleh Dedi Mulyadi saat sosialisasi benar adanya
dan membawa dampak yang positif. Penekanan Dedi Mulyadi mengenai efek kognitif,
perilaku, dan sikap yang dibawa oleh Program Pendidikan Berkarakter dibenarkan oleh
Desi;
“Jadi, banyak manfaatnya, ya walau masih ada aja yang bandel kak . Contohnya
naik kendaraan kan tidak boleh, jadi kita jalan kaki, terus ikut bantu ayah inu kerja
supaya paham susahnya cari uang untuk kehidupan sehari-hari. Kalau saya
sekarang jadi lebih menghargai orang tua, tidak berani macam-macam.” - (Hasil
wawancara dengan Desi, 11 Mei 2017, di Purwakarta).
Desi juga mengatakan bahwa dari pihak kepala sekolah, guru, siswa, dan pihak
yang terkait merupakan sasaran dari sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter.
Bahkan, anak Dedi Mulyadi tidak luput dari Program Pendidikan Berkarakter ini. Hal
tersebut dibenarkan Desi pada saat wawancara dengan peneliti, Desi mengatakan
bahwa;
“Pakai bahasa Sunda-Indonesia gitu terus gak bosenin dikarenakan ada hiburan,
terus juga dibagikan ke media sosial. Saya ikutin di facebook sih, bapak aktif juga
di facebook.” – Desi 11 Mei 2017.
Selain dengan menggunakan bahasa Sunda dan Indonesia, menurut Desi
penjelasan Dedi Mulyadi mudah dimengerti karena tidak memberatkan para peserta
sosisalisasi untk berpikir berat. Selain itu ada candaan di dalam setiap pesan yang
disampaikan oleh Dedi Mulyadi. Pada saat sosialisasi waktu juga tidak terlalu lama,
jadi para peserta sosialisasi tidak mengantuk dan tidak bosan.
Desi tidak setuju dengan penerapan Program Pendidikan Berkarakter. Namun,
setelah ikut dua kali sosialisasi dirinya jadi paham bahwa ada manfaat baik yang bisa
digunakan dalam hidupnya. Desi mulai memahami sedikit demi sedikit tentang
Program Pendidikan Berkarakter, dan melakukannya dengan senang hati. Hal itu
dibenarkan Desi pada saat melakukan wawancara dengan peneliti, seperti kutipan di
bawah ini;
73 Universitas Kristen Petra
“Bapak juga pakai baju kampret, setiap hari, setiap saat setiap waktu. Kalau dilihat
sih pada acara khusus masih pakai baju Kampret, jadi konsisten gitu kak. Jarang
sih liat bapak pake baju kek hem gitu, biasanya Kampret terus.” – (Hasil wawancara
dengan Desi, 11 Mei 2017, di Purwakarta).
Desi melihat Dedi Mulyadi memakai baju kampret setiap hari, tidak saat acara
tertentu saja. Sebagai komunikator Dedi Mulyadi mempunyai komponen
attractiveness dan similarity sebagai seorang Sunda yang menjalankan sosialisasi
Program Pendidikan Berkarakter di Purwakarta. Selain itu Desi yang mempunyai
media sosial juga mengikuti perkembangan Dedi Mulyadi melalui media sosial seperti
facebook ataupun instagram. Proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh Dedi
Mulyadi kepada siswa SD sampai SMA menurut Desi dan Galih juga mudah dipahami
karena penggunaan bahasa yang mudah dimengerti dan dengan canda tawa sehingga
siswa tidak bosan dan mudah dicerna. Efek yang diterima Desi dan Galih pada saat
sosialisasi Program Pendidikan Berkarakter sangat bermanfaat bagi diri mereka dan
teman-teman mereka. Hal itu dilihat dari Desi dan Galih pada saat diwawancarai jadi
lebih menghargai orang tua, lebih hemat.