Validasi dan kontrol proses sterilisasi
1
Tehnologi Sediaan Steril
pram.steril.2012
1. KONTROL PROSES STERILISASI
2. UJI STERILITAS
2 pram.steril.2012
Validasi dan kontrol proses sterilisasi
Alat – alat yang akan digunakan untuk proses seteriolisasi harus divalidasi terlebih dahulu dengan menggunakan indikator yang telah distandardisasi sehingga alat layak dipakai.
Dalam proses validasi dan monitoring harus dapat menjamin bahwa alat berjalan dengan baik.
Ada 3 macam indikator yang dipakai pada proses sterilisasi yaitu :
1. Indikator Biologi ( Biological Indicator ) 2. Indikator Kimia ( Chemical Indicator ) 3. Indikator Fisik ( Physical Indicator )
3 pram.steril.2012
Validasi dan kontrol proses sterilisasi
INDIKATOR BIOLOGI
Indikator biologi adalah sediaan berisi populasi miokroorganisme spesifik dalam bentuk spora.
Spora bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam suatu proses tertentu.
Prinsip kerja indikator biologi adalah mensterilkan spora hidup mikroorganisme yang non-patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu.
4 pram.steril.2012
Apabila dalam proses sterilisasi spora-spora terbunuh, diasumsikan bahwa mikroorganisme lainnya ikut terbunuh pula dan benda yang kita sterilkan bisa disebut steril.
Indikator biologi tersedia untuk metode sterilisasi uap, panas kering, dan gas etilen oksida.
Jenis yang digunakan adalah:
Bacillus subtilis (sterilisasi gas ETO dan panas kering),
Bacillus pumilus (radiasi ionisasi) dan
Bacillus stearothermophyllus (sterilisasi uap).
5 pram.steril.2012
Beberapa jenis indikator biologi 1. Indikator biologi berupa strip kertas yang
mengandung spora kering dan di kemas dalam kantong bersegel.
Setelah proses sterilisasi selasai, spora kering dipindahkan secara aseptik kedalam media pertumbuhan untuk dilihat apakah terjadi pertumbuhan koloni.
2. Indikator biologi dikemas tersendiri , strip berisi spora dikemas dlm vial bersama dg media pertumbuhan spora .
Setelah sterilisasi selasai indikator biologi diaktifkan dengan memecah ampul yg berisi media dan kemudian diinkubasi untuk melihat adanya pertumbuhan koloni.
6 pram.steril.2012
Beberapa jenis indikator biologi
3. Perkembangan selanjutnya dipakai Indikator biologi yang mengandung sistem deteksi cepat ( rapid ).
Sistem ini bekerja berdasarkan adanya interaksi enzim dalam spora dengan bahan yg ada dlm media pertumbuhan .
Hasil positif (terjadi peertumbuhan koloni ) jika memberikan fluoresensi dibawah sinar UV.
Hasil ini dapat diketahui setalah 3 jam.
7 pram.steril.2012
Beberapa jenis indikator biologi
4. Indikator biologi yang berbentuk vial tertutup yg mengandung strip spora dan ampul berisi media pertumbuhan yg mengandung zat warna.
Sistem ini bekerja berdasarkan adanya interaksi enzim dalam spora dengan bahan yg ada dlm media pertumbuhan .
Indikator diaktifkan dg cara memecah ampul kemudian diinkubasi pada 57oC selama 24 – 48 jam.
Produk dikatakan steril jika tidak terjadi perubahan warna.
8 pram.steril.2012
Interpretasi hasil indikator biologi
Hasil positif jika terjadi :
Kekeruhan dan pertumbuhan koloni (1 dan 2 )
Fluoresensi (3)
Perubahan warna (4)
Hasil positif produk tidak steril atau proses sterilisasi gagal.
9 pram.steril.2012
INDIKATOR KIMIA Indikator kimia adalah indikator yang menandai
terjadinya paparan sterilitas (uap panas atau gas ETO) pada objek yang disterilkan dengan adanya perubahan warna.
Indikator kimia diproduksi dalam bentuk strip, kartu, dan vial.
Indikator sensitif terhadap satu atau lebih parameter sterilisasi.
Indikator memberikan informasi tercapainya kondisi steril pada tiap kemasan.
Maka, selain digunakan di luar ada pula yang digunakannya di dalam, sehingga dikenal dengan internal indikator dan eksternal indikator.
10 pram.steril.2012
1. Browne’s sterilizer control tubes - Tabung kecil tertutup yang mengandung
campuran zat dan indikator. - Terjadi perubahan warna hijau, jika
suhu dan waktu sterilisasi telah tercapai. 2. Filter paper strip 3. Royce sachet (gas Et-O, etilen klorhidrin
yang terbentuk kuning mjd ungu) 4. Dosimeter radiasi ( terjadi perubahan
densitas optik karena radiasi, diukur dengan spektro.UV)
11 pram.steril.2012
BEBERAPA JENIS INDIKATOR KIMIA
Jenis Warna hijau setelah
Black Spot Otoklaf ad 126 ºC 25’, 115C
16’, 120C
11’, 125C Yellow spot High vacuum otoclave
pada > 130 ºC 4’, 130C
3’, 125C
Green spot Oven pada 160 º C 60’, 160C
Blue Spot Oven infra red pada 180 º C
12’, 180C
12 pram.steril.2012
INDIKATOR FISIK /MEKANIK
Indikator mekanik adalah bagian instrumen mesin sterilisasi seperti tabel, dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik.
Contohnya adalah indikator tes Boudewick. Indikator ini digunakan untuk menilai efesiensi pompa vakum pada alat sterilisasi serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam ruang sterilisasi.
13 pram.steril.2012
Kegunaan INDIKATOR FISIK / MEKANIK
Pengukuran temperatur dan tekanan merupakan fungsi penting sistem monitoring sterilisasi. Apabila indikator mekanik berfungsi dengan baik, maka akan memberikan informasi segera mengenai temperatur, tekanan, waktu, dan fungsi mekanik lainnya dari alat.
Memberikan indikasi adanya masalah apabila alat rusak dan memerlukan perbaikan.
14 pram.steril.2012
Keterbatasannya
Indikator mekanik tidak menunjukkan bahwa keadaan steril sudah tercapai, melainkan hanya memberikan informasi tentang fungsi alat sterilisasi.
Karena bersifat mekanis, maka bila tidak dilakukan kaliberasi alat dengan tepat atau pemakaian yang terlalu sering indikator dapat memberikan informasi yang tidak tepat.
15 pram.steril.2012
UJI STERILITAS
Larutan Uji + Media Perbenihan
Inkubasi 30 – 35 ºC
20 – 25 ºC
Kekeruhan / pertumbuhan-Tidak Steril
Tidak keruh -- Steril
16 pram.steril.2012
MEDIA JASAD RENIK
MIKROBA UJI SUHU INKUBASI
Tioglikolat Cair Aerob B. Subtilis C. Albicans Bacteroides vulgatus
30 – 35 ºC
Tioglikolat alternatif
Anaerob Bacteroides vulgatus 30 – 35 º C
Soybean-casein digest
Aerob Bacillus subtilis Candida albicans
20 – 25 º C
17 pram.steril.2012
Prosedur umum uji sterilitas
1. Inokulasi langsung ke dalam media uji Spesimen uji + media uji inkubasi tidak kurang
dari 14 hari amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin sekurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.
Jika zat uji menyebabkan media menjadi keruh sehingga ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba tidak dapat ditentukan secara visual pindahkan sejumlah memadai media ke dalam tabung baru berisi media yang sama, sekurangnya 1 kali antara hari ke-3 dan ke-7 sejak pengujian dimulai lanjutkan inkubasi media awal dan media baru selama total waktu tidak kurang dari 14 hari sejak inokulasi awal.
18 pram.steril.2012
Cara ini dapat digunakan untuk uji sterilitas Cairan
Salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropyl miristat
Zat padat
Kapas murni, perban, pembalut, benang bedah, dan bahan sejenisnya
Alat kesehatan steril
Alat suntik kosong atau terisi steril
19 pram.steril.2012
2. Teknik penyaringan membran
Penyaringan dengan filter membran porositas 0,22 m, diameter 47 mm, kecepatan aliran 55 – 75 ml/menit, tek.70 cmHg.
Membran di potong menjadi 2 bagian (jika hanya mungkin membran), lalu dimasukkan ke dalam:
• Media tioglikolat cair, inkubasi 30 - 35C, 7 hari
• Media soybean digest, inkubasi 20 - 25C, 7 hari
20 pram.steril.2012
Cara ini dapat digunakan untuk uji sterilitas 1. Cairan yang dapat bercampur dengan
pembawa air 2. Cairan yang tidak bercampur dengan
pembawa air (> 100 ml/wadah) 3. Zat padat yang dapat di saring 4. Salep dan minyak yang larut dalam
isopropyl miristat 5. Alat kesehatan 6. Zat padat yang tidak dapat di saring
21 pram.steril.2012
Keuntungan cara filtrasi
• Lebih sensitive dari pada cara inokulasi
• Zat penghambat dapat dipisahkan (antibiotik, pengawet, antioksidan)
• Volume besar tidak masalah • Kesalahan sampling dengan derajat
kontaminasi rendah/dikurangi
22 pram.steril.2012
Penafsiran hasil uji sterilitas Tahap pertama • Jika (-) steril • Jika (+), tapi peninjauan dalam pemantauan
fasilitas pengujian sterilitas, bahan yang digunakan, prosedur pengujian dan kontrol negatif menunjukkan tidak memadai atau teknik aseptic yang salah digunakan dalam pengujian tahap pertama di ulang
• Jika (+), tetapi tidak terbukti uji tahap pertama tidak absah tahap ke dua.
23 pram.steril.2012
Tahap kedua • Jumlah spesimen uji min.2 x jumlah
tahap pertama • Jika (-) steril • Jika (+) tidak steril • Jika uji pada tahap kedua dibuktikan
ada kesalahan atau teknik aseptik tidak memadai tahap kedua di ulang.
24 pram.steril.2012
Pengambilan sample untuk uji sterilitas
Pengertian batch menurut FI IV
• Sediaan yang disterilkan secara bersamaan c/ dalam otoklav; isi seluruhnya = 1 batch
• Sediaan yang disterilkan secara berkesinambungan (c/ radiasi berkas electron) = 1 batch semua sediaan yang disterilisasi menurut cara tersebut tidak lebih dari 24 jam
25 pram.steril.2012
Sampling menurut FI IV
• Sediaan dibuat secara aseptic, yang di isi dalam waktu tidak kurang dari 24 jam berurutan tanpa henti (berkesinambungan), diambil pada waktu tertentu, minimum 20 wadah dan maksimum 100 wadah.
• Untuk batch kecil,
Jika jumlah wadah 20 – 200 di ambil 10%
Jika jumlah wadah 20 min. 2 wadah di ambil.
26 pram.steril.2012
1. Definisi
2. Uji pirogen
27 pram.steril.2012
PIROGEN
Definisi Pirogen adalah senyawa dengan berat molekul tinggi
yg dinyatakan sebagai senyawa lipopolisakarida-protein-lipoid-kompleks yg diproduksi kira-kira 5-10% dari masa total bakteri.
Bahan pirogen yg berukuran antara 0.05µ – 1.0µ dapat tersaring , bahan pirogen tahan terhadap panas pengeringan hingga suhu 180oC. Oleh karena itu pembebasan pirogen bukan hal yg mudah karena progen dapat berada di air suling, bahan obat, bahan pembantu, wadah atau selang infus.
28 pram.steril.2012
PIROGEN
Definisi Adanya pirogen pada tubuh akan menyebabkan
hipertermi yaitu naiknya suhu tubuh shg kita akan menggigil kedinginan.
Pada awalnya akan terjadi leukopenia, selanjutnya leukositosis yg dapat mengakibatkan kematian.
Pirogen merupakan endotoksin yaitu hasil metabiolisme bakteri gram positif seperti Salmonela, pseudomonas dan lainnya yang melekat kuat pada permukaan bakteri
Sifat pirogen ini juga ditemui pada beberapa virus, ragi dan jamur.
29 pram.steril.2012
PIROGEN
Definisi Hingga saat ini struktur kimia pirogen belum diketahui
secara pasti.
Hampir semua farmakope mencantumkan syarat bebas pirogen untuk semua sediaan parentral tetapi masih belum seragam .beberapa mensyaratkan injeksi takaran tunggal 10 ml harus bebas pirogen, tetapi ada yg mempersyaratkan 100 ml sekali pakai harus bebas pirogen.
Air yg sudah bebas pirogen bila didiamkan di udara terbuka selama 4 jan atau lebih pada temperatur 22oC akan dapat terkontaminasi pirogen.
30 pram.steril.2012
PIROGEN
Selain pirogen hipertermi dapat pula disebabkan oleh :
Senyawa seng yang berasal dari tutup karet
Logam berat seperti besi dan tembaga
Beberapa senyawa organik
Yang dipersyaratkan bebas pirogen :
1. Air atau larutan air
a. Dengan filter penyaring.
Prosesnya terjadi melalui absorbsi pirogen pada material penyaring dengan menggunakan lapisan asbes-selulosa yg berbeda jenis dan lebar porinya.
b. Kolom aluminium oksida atau penyaring karbon 0.1% dari volume total.
31 pram.steril.2012
PIROGEN
Yang dipersyaratkan bebas pirogen :
c. Sinar γ (Cobalt 60)
d. Ditambahkan H2O2 0.1% dan dimasak selama 1 jam.
e. Ditambahkan 10 ml larutan KMnO4 0.1 N dalam NaOH 1 N per liter larutan pada waktu aquades disuling
2. Bahan obat atau bahan pembantu.
a. Melalui pemanasan selama 30 menit pada suhu 250oC atau 1 jam pada 200oC
b. Dilarutkan kemudian dibebas pirogenkan.
32 pram.steril.2012
PIROGEN
Yang dipersyaratkan bebas pirogen :
3. Wadah, bahan tutup dan lainnya.
a. Gelas piala, corong,ampul,botol infus dll dibebas pirogenkan dg disterilisasi
b. Metode kimia menggunakan asam kromsulfat atau asam nitrat dan dibilas kembali dengan air suling bebas pirogen.
c. Material karet silikon dipanaskan 30 menit pada suhu 90oC dalam fenil merkuriborat 0.002%
d. Autoclav suhu 121 – 124oC selama 120 menit
e. Disterilkan dg cara dingin yaitu dg penyinaran sinar terionisasi atau dg etilen oksida.
33 pram.steril.2012
PIROGEN
UJI PIROGEN DILAKUKAN UNTUK MEMBATASI RESIKO REAKSI DEMAM SAMPAI PADA TINGKAT YANG DAPAT DITERIMA OLEH PASIEN PADA PEMBERIAN SEDIAAN PARENTERAL.
1. Test terhadap Kelinci
Prinsip kerja bahan uji diinjeksikan kedalam vena telinga kelinci kontrol kenaikan suhu diukur melalui rektal.
Hasil negatif pada kelinci (tidak terjadi kenaikan suhu) aman pada manusia.
Syarat hewan uji yg akan dipakai : sehat, lingkungan dan makanan terkontrol. Temperatur kelinci-kelinci yg digunakan tidak boleh berbeda lebih dari 1 derajat satu dg lainnya dan konstan.
Ringkasan prosedur : bebaskan alat suntik,jarum dan alat gelas dg pemanasan 250oC selama 30 menit atau cara lain yg sesuai, hangatkan produk yg akan diuji pada 37oC + 2 derajad Celsius.
34 pram.steril.2012
UJI PIROGEN
1. Test terhadap Kelinci.
Tes pirogen menurut FI Ed. III sebagai berikut :
Tes menggunakan sekelompok hewan percobaan, yaitu 3 ekor kelinci yg memenuhi syarat. Suhu bahan uji 38,5oC . Suntikkan bahan uji pada vena telinga setiap kelinci tidak kurang dari 0.5 ml dan tidak lebih dari 10 ml per kg berat badan . Catat temperatur badan pada 1,2,dan 3 jam sesudah penyuntikan.
Tabel hasil uji pirogen
35 pram.steril.2012
UJI PIROGEN
Jumlah kelinci Bahan uji memenuhi syarat bila jumlah respon tidak melebihi (oC)
Bahan uji tidak memenuhi syarat bila jumlah respon tidak
melebihi (oC)
3 1.20 2.7
6 2.80 4.3
9 4.50 6.0
12 6.60 6.6
2. Test Limulus.
Lisat yg diperoleh dari butir darah kepiting , Limulus polyphemus mengandung sistem enzim dan protein.
Apabila ada liposakarida dalam jumlah kecil dari pirogen bakteri maka akan terjadi penggumpalan. Test hanya memerlukan waktu 90 menit . Hasil poitif menjadi bukti adanya pirogen..
Adanya penggumpalan/koagulasi dikembangkan menjadi reaksi warna yg oleh FDA metode LAL ( Limulus Amebocyte Lysate ).
36 pram.steril.2012
UJI PIROGEN
PENGUJIAN OBAT SUNTIK ( In Process Control )
pram.steril.2012 37
Menurut USA-FDA, ada 6 sistem kontrol kualitas dalam pembuatan obat suntik untuk mendapatkan kualitas obat suntik yang baik sebagai berikut:
1. Sistem dan dokumen yang berkualitas serta petugas yang pandai dan memiliki kemampuan
2. Fasilitas dan perlengkapan yang terkontrol baik 3. Material yang bermutu 4. Sistem packaging yang baik 5. Laboratorium QC yang baik 6. Sistem produksi yang baik
pram.steril.2012 38
Jumlah sampel obat suntik yang di uji atau di evaluasi dari total produksi dan
hasil yang diperbolehkan rusak
JUMLAH PRODUKSI JUMLAH SAMPEL
JML SAMPEL YANG DIPERBOLEHKAN
RUSAK
151 – 280 32 1
281 – 500 50 2
501 – 1200 80 3
1201 – 3200 125 5
3201 – 10000 200 7
10001- 35000 315 10
35001 - 150000 500 14 pram.steril.2012 39
OBAT SUNTIK YANG TELAH DIPRODUKSI MEMERLUKAN
PENGUJIAN KUALITAS OBAT SUNTIK MELIPUTI:
1. Kekedapan Ampul dikumpulkan dalam bak 3 liter dan di masukkan larutan metilen blue (0,08 – 0,09%), yang dicampur dengan 0,9% benzyl alkohol dan 3 ppm sodium hypoclorite. Kemudian, bak ditutup dan divakumkan dengan tekanan 70 mmHg selama beberapa menit (tidak lebih dari 15 menit). Kemudian bak dinormalkan kembali, lalu dibuka. Perhatikan apakah ampul diwarnai oleh larutan bahan pewarna atau setelah pencucian ampul diwarnai oleh bahan pewarna.
pram.steril.2012 40
2. Kejernihan
Wadah diputar secara vertikal berulang-ulang di depan suatu latar belakang yang gelap dan sisinya diberi cahaya (1000 lux – 1500 lux, dengan jarak 25 cm).
3. Zat aktif
4. Sterilitas
5. Pirogenitas
6. Volume
pram.steril.2012 41
6. Volume
Pemeriksaan keseragaman volume dapat dilakukan dengan cara sbb:
Lakukan pemeriksaan bobot jenis/density dari larutan produk.
Berdasarkan hasil perhitungan density buat korelasi antara bobot dan volume.
Timbang ampul/vial kosong yg telah diberi tanda/no urut.
Lakukan pengisian produk.
Timbang ampul/vial yg telah diisi dengan produk.
Catat hasil penimbangan , korelasikan ke volume.
pram.steril.2012 42
7. Keseragaman bobot Hilangkan etiket 10 wadah, cuci wadah, keringkan Kemudian timbang satu persatu dalam keadaan terbuka keluarkan isi wadah cuci dengan air cuci dengan etanol 95% keringkan pada 105C ad.bobot tetap dinginkan timbang satu persatu 8. pH 9. Homogenitas 10. Toksisitas
pram.steril.2012 43