- 1 -
1. Komponen Risiko Audit
a) Definisi masing-masing komponen risiko audit
1) Risiko bawaan
Risiko bawan (Inherent risk) merupakan kerentanan asersi terhadap salah saji
(misstatement) yang material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada pengendalian
yang berhubungan atau tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern
yang terkait.
2) Risiko pengendalian
Risiko pengendalian (control risk) adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang
dapat terjadi dalam suatu asersi, tidak dapat dideteksi ataupun dicegah secara tepat
pada waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern
perusahaan.
3) Risiko Deteksi
Risiko deteksi (detection risk) merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi
salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko ini merupakan fungsi
keefektifan prosedur audit dan aplikasinya oleh auditor.
b) Keterkaitan komponen risiko audit dalam membentuk risiko audit
Hubungan antara komponen-komponen risiko audit dalam membentuk risiko audit dapat
digambarkan dalam suatu model, sebagai berikut :
UJIAN TENGAH SEMESTERAUDIT SEKTOR PUBLIK
NAMA : NI KADEK RIANATRISNADEWINIM : 1214081033KELAS : VI/FJURUSAN : AKUNTANSI PROGRAM S1
- 2 -
CRIRARDR
DRCRIRAR
x
x x
deteksi) (risikorisk detection DRan)pengendali (risikorisk controlCR
bawaan) (risikorisk inherent IRaudit) (risikorisk audit AR
:ket
Risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi akan membentuk risiko audit.
Besarnya Risiko bawaan dan risiko pengendalian dipengaruhi oleh keadaan perusahaan
atau klien, sedangkan risiko deteksi ditentukan oleh auditor. Dengan mengetahui tingkat
risiko bawaan dan risiko pengendalian, auditor bisa memanajemen risiko audit dengan
menentukan tingkat risiko deteksi. Risiko deteksi tergantung atas penerapan auditor
terhadap risiko audit, risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin besar risiko audit,
semakin besar pula risiko deteksi. Sebaliknya semakin besar risiko bawaan ataupun
risiko pengendalian, semakin kecil risiko deteksi. Dalam penentuan risiko deteksi,
auditor mempertimbangkan kemungkinan dia melakukan kesalahan seperti kesalahan
penerapan prosedur auditing atau salah melakukan interpretasi terhadap bukti bukti
audit yang telah dihimpun. Dalam model risiko audit, auditor menilai risiko bahwa salah
saji material akan terjadi pada suatu asersi kemudian memperoleh pemahaman tentang
struktur pengendalian intern yang relevan dengan asersi tersebut dan dapat
melaksanakan pengujian tentang efektivitas pengendalian. Setelah mempertimbangkan
risiko bawaan dan risiko pengendalian, auditor membuat pertimbangan tentang risiko
salah saji yang material dalam informasi keuangan tentang asersi yang disajikan untuk
audit serta menetapkan lingkup prosedur audit yang sesuai. Apabila risiko bawaan dan
risiko pengendalian dapat dikurangi, selanjutnya auditor dapat merancang suatu rencana
audit yang memperbolehkan tingkat risiko deteksi yang lebih tinggi, demikian pula
sebaliknya apabila risiko bawaan dan risiko pengendalian terlalu besar, auditor dapat
merancang suatu rencana audit dengan memperkecil risiko deteksi.
- 3 -
2. Proses Audit Sektor Belanja
a) Diagram alur (flowchart) proses audit atas siklus belanja
Mulai
Buku BesarBelanja
Kredit Kas
Dibandingkan denganDaftar Hutang
Buku Besar dan BukuPembantu Utang
Koreksi
Selesai
Verifikasi Buku Besar Kas,Buku Pembantu
Pengeluaran Kas, BukuBesar Pos-pos Belanja, dan
SP2D
Minta Register SP2Ddan Buku Pembantu
Pengeluaran Kas
Koreksi
Selesai
b) Penjelasan flowchart
Prosedur pemeriksaan atas siklus belanja pada organisasi sektor publik dimulai dengan
memeriksa buku besar belanja. Apabila terjadi belanja secara kredit, auditor akan
memeriksa buku besar dan buku pembantu hutang kemudian dibandingkan dengan
Daftar Hutang. Jika ada selisih, akan dilakukan koreksi baik koreksi tambah maupun
- 4 -
koreksi kurang pada akun-akun atau pos-pos yang terkait dengan siklus belanja tesebut
dan selesai. Sedangkan apabila organisasi sektor publik ini melakukan belanja secara
tunai, auditor akan meminta register SP2D dan memeriksa Buku pembantu pengeluaran
kas. Dengan register SP2D dan buku pembantu pengeluaran kas tersebut, auditor akan
memverifikasi Buku Besar Kas, Buku Pembantu Pengeluaran Kas, Buku Besar Pos-Pos
Belanja, dan SP2D. Jika terjadi selisih, akan dilakukan koreksi baik koreksi tambah
maupun koreksi kurang pada akun-akun atau pos-pos terkait dan selesai.
c) Bagian-bagian yang terkait dalam siklus belanja pada organisasi sektor publik :
1) Bendaharawan khusus barang
2) Bendaharawan (pemegang kas) yang merupakan pihak
3) Subbagian keuangan setiap unit kerja
4) Kepala Dinas
5) Kepala Daerah, dalam hal ini kepala biro/bagian keungan
3. Perbedaan Pengujian Substantif dengan Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian dilakukan bertujuan untuk menilai efektifitas kebijakan
atau prosedur pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu
asersi laporan keuangan. Jenis pengujian pengendalian ada dua, yaitu Concurrent test of
control (bersaman) yaitu dilaksanakan seiring dengan prosedur untuk memperoleh
pemahaman mengenai SPI klien, dan Pengujian pengendalian tambahan atau yang
direncanakan. Prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian, yaitu pengajuan
pertanyaan kepada para karyawan klien, pengamatan terhadap karyawan klien dalam
melaksanakan tugasnya, melakukan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan, mengulang
kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor. Pengujian pengendalian dapat
dilaksanakan pada dua saat, yaitu Selama pekerjaan interim dan pada saat mendekati akhir
- 5 -
tahun. Auditor semestinya lebih mengutamakan pengujian pengendalian mendekati akhir
tahun. Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan pada keseluruhan periode tahun
pembukuan yang diaudit.
Sedangkan Pengujian Substantif dilakukan bertujuan untuk menguji atau
menentukan kewajaran asersi-asersi pada laporan keuangan yang signifikan. Ada tiga jenis
pengujian substantif yang dapat digunakan, yaitu Pengujian rinci atau detail saldo,
Pengujian rinci atau detail transaksi, dan Prosedur analitis. Prosedur untuk melaksanakan
pengujian substantif, yaitu pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan
kinerja tugas mereka, pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan
tugas mereka, menginspeksi dokumen dan catatan, melakukan penghitungan kembali,
konfirmasi, Analisis, Tracing atau pengusutan, serta Vouching atau penelusuran. Penentuan
waktu pelaksanaan pengujian substantif dipengaruhi oleh tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima. Jika risiko deteksi rendah maka pengujian substantif lebih baik dilaksanakan
pada atau dekat dengan tanggal neraca.
Pembeda Pengujian Pengendalian Pengujian Substantif
Jenis- Concurrent test of control
- Tambahan
- Prosedur analitis,
- pengujian detail transaksi,
- pengujian detail saldo
Tujuan
Menentukan efektivitas
rancangan dan pengoperasian
kebijakan dan prosedur SPI
Menentukan kewajaran
asersi-asersi Laporan Keuangan
yang signifikan
Sifat ukuran pengujian
Frekuensi deviasi dari
kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian
Kesalahan jumlah rupiah dalam
transaksi-transaksi dan saldo
Prosedur audit yang dapat - Pengajuan pertanyaan, Sama dengan pengujian
- 6 -
diterapkan - observasi,
- inspeksi,
- pengerjaan ulang, dan
- teknik audit berbantuan
komputer
pengendalian, ditambah
- prosedur analitis,
- perhitungan,
- pengiriman konfirmasi,
- penelusuran, dan
- pencocokan ke dokumen
pendukung
Waktu pelaksanaanSelama pekerjaan interim atau
saat mendekati akhir tahun
Terutama pada tanggal neraca
atau mendekati tanggal neraca
Komponen risiko audit Risiko pengendalian Risiko deteksi
Diwajibkan oleh standar Tidak Ya