6
-1- 1. Komponen Risiko Audit a) Definisi masing-masing komponen risiko audit 1) Risiko bawaan Risiko bawan (Inherent risk) merupakan kerentanan asersi terhadap salah saji (misstatement) yang material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada pengendalian yang berhubungan atau tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait. 2) Risiko pengendalian Risiko pengendalian (control risk) adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi, tidak dapat dideteksi ataupun dicegah secara tepat pada waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern perusahaan. 3) Risiko Deteksi Risiko deteksi (detection risk) merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko ini merupakan fungsi keefektifan prosedur audit dan aplikasinya oleh auditor. b) Keterkaitan komponen risiko audit dalam membentuk risiko audit Hubungan antara komponen-komponen risiko audit dalam membentuk risiko audit dapat digambarkan dalam suatu model, sebagai berikut : UJIAN TENGAH SEMESTER AUDIT SEKTOR PUBLIK NAMA : NI KADEK RIANA TRISNA DEWI NIM : 1214081033 KELAS : VI/F JURUSAN : AKUNTANSI PROGRAM S1

5_1214081033_UTS Audit Sektor Publik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

5_1214081033_UTS Audit Sektor Publik

Citation preview

  • - 1 -

    1. Komponen Risiko Audit

    a) Definisi masing-masing komponen risiko audit

    1) Risiko bawaan

    Risiko bawan (Inherent risk) merupakan kerentanan asersi terhadap salah saji

    (misstatement) yang material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada pengendalian

    yang berhubungan atau tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern

    yang terkait.

    2) Risiko pengendalian

    Risiko pengendalian (control risk) adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang

    dapat terjadi dalam suatu asersi, tidak dapat dideteksi ataupun dicegah secara tepat

    pada waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern

    perusahaan.

    3) Risiko Deteksi

    Risiko deteksi (detection risk) merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi

    salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko ini merupakan fungsi

    keefektifan prosedur audit dan aplikasinya oleh auditor.

    b) Keterkaitan komponen risiko audit dalam membentuk risiko audit

    Hubungan antara komponen-komponen risiko audit dalam membentuk risiko audit dapat

    digambarkan dalam suatu model, sebagai berikut :

    UJIAN TENGAH SEMESTERAUDIT SEKTOR PUBLIK

    NAMA : NI KADEK RIANATRISNADEWINIM : 1214081033KELAS : VI/FJURUSAN : AKUNTANSI PROGRAM S1

  • - 2 -

    CRIRARDR

    DRCRIRAR

    x

    x x

    deteksi) (risikorisk detection DRan)pengendali (risikorisk controlCR

    bawaan) (risikorisk inherent IRaudit) (risikorisk audit AR

    :ket

    Risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi akan membentuk risiko audit.

    Besarnya Risiko bawaan dan risiko pengendalian dipengaruhi oleh keadaan perusahaan

    atau klien, sedangkan risiko deteksi ditentukan oleh auditor. Dengan mengetahui tingkat

    risiko bawaan dan risiko pengendalian, auditor bisa memanajemen risiko audit dengan

    menentukan tingkat risiko deteksi. Risiko deteksi tergantung atas penerapan auditor

    terhadap risiko audit, risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin besar risiko audit,

    semakin besar pula risiko deteksi. Sebaliknya semakin besar risiko bawaan ataupun

    risiko pengendalian, semakin kecil risiko deteksi. Dalam penentuan risiko deteksi,

    auditor mempertimbangkan kemungkinan dia melakukan kesalahan seperti kesalahan

    penerapan prosedur auditing atau salah melakukan interpretasi terhadap bukti bukti

    audit yang telah dihimpun. Dalam model risiko audit, auditor menilai risiko bahwa salah

    saji material akan terjadi pada suatu asersi kemudian memperoleh pemahaman tentang

    struktur pengendalian intern yang relevan dengan asersi tersebut dan dapat

    melaksanakan pengujian tentang efektivitas pengendalian. Setelah mempertimbangkan

    risiko bawaan dan risiko pengendalian, auditor membuat pertimbangan tentang risiko

    salah saji yang material dalam informasi keuangan tentang asersi yang disajikan untuk

    audit serta menetapkan lingkup prosedur audit yang sesuai. Apabila risiko bawaan dan

    risiko pengendalian dapat dikurangi, selanjutnya auditor dapat merancang suatu rencana

    audit yang memperbolehkan tingkat risiko deteksi yang lebih tinggi, demikian pula

    sebaliknya apabila risiko bawaan dan risiko pengendalian terlalu besar, auditor dapat

    merancang suatu rencana audit dengan memperkecil risiko deteksi.

  • - 3 -

    2. Proses Audit Sektor Belanja

    a) Diagram alur (flowchart) proses audit atas siklus belanja

    Mulai

    Buku BesarBelanja

    Kredit Kas

    Dibandingkan denganDaftar Hutang

    Buku Besar dan BukuPembantu Utang

    Koreksi

    Selesai

    Verifikasi Buku Besar Kas,Buku Pembantu

    Pengeluaran Kas, BukuBesar Pos-pos Belanja, dan

    SP2D

    Minta Register SP2Ddan Buku Pembantu

    Pengeluaran Kas

    Koreksi

    Selesai

    b) Penjelasan flowchart

    Prosedur pemeriksaan atas siklus belanja pada organisasi sektor publik dimulai dengan

    memeriksa buku besar belanja. Apabila terjadi belanja secara kredit, auditor akan

    memeriksa buku besar dan buku pembantu hutang kemudian dibandingkan dengan

    Daftar Hutang. Jika ada selisih, akan dilakukan koreksi baik koreksi tambah maupun

  • - 4 -

    koreksi kurang pada akun-akun atau pos-pos yang terkait dengan siklus belanja tesebut

    dan selesai. Sedangkan apabila organisasi sektor publik ini melakukan belanja secara

    tunai, auditor akan meminta register SP2D dan memeriksa Buku pembantu pengeluaran

    kas. Dengan register SP2D dan buku pembantu pengeluaran kas tersebut, auditor akan

    memverifikasi Buku Besar Kas, Buku Pembantu Pengeluaran Kas, Buku Besar Pos-Pos

    Belanja, dan SP2D. Jika terjadi selisih, akan dilakukan koreksi baik koreksi tambah

    maupun koreksi kurang pada akun-akun atau pos-pos terkait dan selesai.

    c) Bagian-bagian yang terkait dalam siklus belanja pada organisasi sektor publik :

    1) Bendaharawan khusus barang

    2) Bendaharawan (pemegang kas) yang merupakan pihak

    3) Subbagian keuangan setiap unit kerja

    4) Kepala Dinas

    5) Kepala Daerah, dalam hal ini kepala biro/bagian keungan

    3. Perbedaan Pengujian Substantif dengan Pengujian Pengendalian

    Pengujian pengendalian dilakukan bertujuan untuk menilai efektifitas kebijakan

    atau prosedur pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu

    asersi laporan keuangan. Jenis pengujian pengendalian ada dua, yaitu Concurrent test of

    control (bersaman) yaitu dilaksanakan seiring dengan prosedur untuk memperoleh

    pemahaman mengenai SPI klien, dan Pengujian pengendalian tambahan atau yang

    direncanakan. Prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian, yaitu pengajuan

    pertanyaan kepada para karyawan klien, pengamatan terhadap karyawan klien dalam

    melaksanakan tugasnya, melakukan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan, mengulang

    kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor. Pengujian pengendalian dapat

    dilaksanakan pada dua saat, yaitu Selama pekerjaan interim dan pada saat mendekati akhir

  • - 5 -

    tahun. Auditor semestinya lebih mengutamakan pengujian pengendalian mendekati akhir

    tahun. Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan pada keseluruhan periode tahun

    pembukuan yang diaudit.

    Sedangkan Pengujian Substantif dilakukan bertujuan untuk menguji atau

    menentukan kewajaran asersi-asersi pada laporan keuangan yang signifikan. Ada tiga jenis

    pengujian substantif yang dapat digunakan, yaitu Pengujian rinci atau detail saldo,

    Pengujian rinci atau detail transaksi, dan Prosedur analitis. Prosedur untuk melaksanakan

    pengujian substantif, yaitu pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan

    kinerja tugas mereka, pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan

    tugas mereka, menginspeksi dokumen dan catatan, melakukan penghitungan kembali,

    konfirmasi, Analisis, Tracing atau pengusutan, serta Vouching atau penelusuran. Penentuan

    waktu pelaksanaan pengujian substantif dipengaruhi oleh tingkat risiko deteksi yang dapat

    diterima. Jika risiko deteksi rendah maka pengujian substantif lebih baik dilaksanakan

    pada atau dekat dengan tanggal neraca.

    Pembeda Pengujian Pengendalian Pengujian Substantif

    Jenis- Concurrent test of control

    - Tambahan

    - Prosedur analitis,

    - pengujian detail transaksi,

    - pengujian detail saldo

    Tujuan

    Menentukan efektivitas

    rancangan dan pengoperasian

    kebijakan dan prosedur SPI

    Menentukan kewajaran

    asersi-asersi Laporan Keuangan

    yang signifikan

    Sifat ukuran pengujian

    Frekuensi deviasi dari

    kebijakan dan prosedur

    struktur pengendalian

    Kesalahan jumlah rupiah dalam

    transaksi-transaksi dan saldo

    Prosedur audit yang dapat - Pengajuan pertanyaan, Sama dengan pengujian

  • - 6 -

    diterapkan - observasi,

    - inspeksi,

    - pengerjaan ulang, dan

    - teknik audit berbantuan

    komputer

    pengendalian, ditambah

    - prosedur analitis,

    - perhitungan,

    - pengiriman konfirmasi,

    - penelusuran, dan

    - pencocokan ke dokumen

    pendukung

    Waktu pelaksanaanSelama pekerjaan interim atau

    saat mendekati akhir tahun

    Terutama pada tanggal neraca

    atau mendekati tanggal neraca

    Komponen risiko audit Risiko pengendalian Risiko deteksi

    Diwajibkan oleh standar Tidak Ya