KONDISI TAMBAK DI KOTA SEMARANG
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Presensi Absen Semester Genap 2010 / 2011
Mata Kuliah Geologi Tata Lingkungan
Disusun oleh :
Eki Wedia Yunas
L2L007019
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
KONDISI TAMBAK DI KOTA SEMARANG
1. Pendahuluan
Kondisi tambak di Kota Semarang identik dengan daerah Tambak
Lorok yang merupakan kawasan perkampungan nelayan di kelurahan
Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara dengan jumlah 1051 Kepala
Keluarga (data demografi kawasan Tambak Lorok (Oktober 2005)). Pada
kawasan ini mempunyai permasalahan yang unik terkaitan dengan kondisi
geologi tata lingkungannya. Beberapa permasalahan tersebut diantaranya
selalu terjadi penurunan kualitas lingkungan yang mempunyai resiko
ekologis terhadap kelangsungan hidup seperti yang terkait kondisi air
sumur yang tercemar karena intrusi air laut, eksploitasi air tanah, dan juga
semakin parahnya amblesan tanah yang semuanya mempengaruhi kondisi
pertambakan yang ada di Kota Semarang.
Gambar 1. Lokasi tambak di kelurahan Tambak Loro, Semarang Barat
yang Sudah berubah menjadi lautan
Selain itu, hilangnya hutan mangrove, menyebabkan kondisi
pemukiman warga Tambak Lorok di tahun 2011 ini, menjadi terancam
abrasi pantai. Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena tak hanya abrasi
pantai saja yang menjadi-jadi, pemukiman wargapun juga sudah mulai
2
tertelan air laut, yang menyebabkan beberapa KK kemungkinan telah dan
akan direlokasi (lagi) ke tempat lain yang lebih aman.
2. Fakta – fakta Data Lapangan
Berikut ini beberapa fakta – fakta data lapangan yang berhasil dikaji
sebagai permasalahan yang ditemukan di daerah Tambak Lorok dan erat
kaitannya terhadap evaluasi dan monitoring penataan tata ruang
berdasarkan aspek geologi tata lingkungan.
a. Area pertambakan di Tambak Lorok kini berubah menjadi
lautan.
Hilangnya hutan mangrove, telah membuat gelombang lautan
begitu leluasa menggempur daratan sehingga menyebabkan abrasi dan
erosi pantai, juga menelan korban puluhan bahkan ratusan hektar
tambak dan pemukiman penduduk. Faktanya, memang sudah tidak ada
lagi tanaman pantai sebagai sabuk hijau pantai berupa mangrove,
kecuali timbunan sampah dan alat pemecah gelombang yang dibangun
secara tidak terkonsep atau serampangan.
Gambar 2. Lokasi tambak di kelurahan Tambak Loro, Semarang Barat
yang Sudah berubah menjadi lautan
3
b. Kondisi Air Tanah di Sekitar Tambak
Pemanfaatan air tanah di kawasan pantai yang dilakukan
berlebihan tanpa perhitungan akan menyebabkan air laut begitu mudah
meresap ke darat. Kadar garam air tanah yang cukup tinggi
menyebabkan sumber air minum warga berkurang. Jika 10 tahun yang
lalu dapat mengambil air sumur dan mendapatkan air yang segar,
sekarang mereka yang tinggal di kawasan tersebut tidak dapat
menikmatinya lagi. Beberapa warga tambak lorok mempunyai sumur
gali yang sangat dangkal hanya 5-10 meter kedalamannya. Airnya
rasanya asin.
Kekeruhan dan kelebihan unsur-unsurnya begitu jelas sehingga air
berwarna kecoklatan dan terasa asin. Kondisi air tanah dangkal
semakin memprihatinkan. Hampir semua air tanah dangkal di kawasan
Semarang, terutama sumur gali dengan kedalaman sampai 10 meter
memiliki salinitas tinggi.
c. Pemukiman di sekitar Tambak yang semakin amblas
Setiap tahun ketinggian tanah Kota Semarang mengalami
penurunan/amblasan (land subsidence) antara 0,6-1,2 cm. Salah satu
penyebabnya makin parahnya rob (luapan air laut pasang) di Kota
Semarang bagian bawah akibat pengeboran air bawah tanah (ABT)
yang tidak terkendali yang banyak dilakukan oleh perusahaan dan
pengembang perumahan dengan membangun sumur artesis.
Masyarakat menilai, revitalisasi pelabuhan Tanjung Mas di
Semarang tahun 1980 dan 1985, dan berdirinya pabrik-pabrik di
Sayung memucu terjadinya perubahan besar. Air laut mulai merembes
ke sumur dan lahan sawah. Sejak itu, lahan sawah yang tidak dapat
ditanami, dan akhirnya menjadi tambak. Dan tentu saja, imbasnya, air
mulai menjadi masalah. Karena pembuatan sumur artetis yang tidak
terkontrol inilah, setiap tahunnya amblasan permukaan tanah di
4
Semarang mencapai 1,2 cm. Warga kawasan ini dalam 3-5 tahun sekali
selalu memperbaiki rumahnya yang amblas.
Pelan tapi pasti, perubahan terus terjadi. Tanah ambles dan
sejumlah tambak mulai tenggelam. Garis pantai ke pemukiman tinggal
1 km. Masyarakat menilai, pengerukan pelabuhan Tanjung Mas tahun
1995 menjadikan abrasi semakin parah. Jalan ke Tambaksari, yang
semula mempunyai lebar 5 meter dan tinggi 1,5, mulai tenggelam saat
air pasang, dan menyempit tinggal 1 meter. Perubahan lain yang
dirasakan masyarakat adalah menurunnya jumlah dan mutu air minum.
Debit pompa mengecil dan airnya berwarna kekuningan.
d. Intrusi Air laut
Garis pantai makin menjorok ke darat hingga nampak tambak dan
sawah masyarakat ikut tenggelam, kampung kebanjiran. dan
perubahan lahan sawah yang menjadi tidak berfungsi karena air asin
meresap. Ketika lahan itu dirubah menjadi tambak, banjir pasang surut
dan abrasi menenggelamkannya.
Dampak dari penurunan tanah yang terus berlangsung
menyebabkan semakin banyaknya resapan air laut. Ini mencemari air
sumur yang semula digunakan warga untuk minum. Di kawasan
tambak lorok yang terdiri dari 5 RW hanya ditemukan 3 sumur
dangkal yang airnya kotor berwarna kuning kecoklatan. Mereka
mengatakan karena resapan air laut menyebabkan sebagian besar
warga menutup sumur dangkal mereka dan menggantinya dengan
sumur bor. Mereka tidak peduli dengan penggalian sumur bor yang
mempunyai peranan signifikan terjadinya penurunan air tanah.
3. Pembahasan
Pemanfaatan lahan sebagai tambak ikan di wilayah tepi air atau
pantai di Indonesia merupakan salah satu aspek yang potensial untuk
dikembangkan. Pemanfaatan lahan tersebut seharusnya tak lepas dari
5
peran geologi tata lingkungan sebagai aspek pembangunan guna
terciptanya kesejahteraan dan keberlangsungan hidup warga yang tinggal
disekitar tambak.
a. Dampak Permasalahan
Dampak permasalahan yang terjadi di area pertambakan
kota semarang, tak lepas dari proses abrasi pantai yang diakibatkan
oleh reklamasi pantai. Reklamasi berdampak langsung terhadap
pola gelombang disekitarnya. Selain reklamasi, faktor lain yang
berpengaruh terhadap kerusakan tambak adalah adanya penurunan
tanah atau amblasan tanah yang diakibatkan oleh adanya
pembebaban masa yang berlebihan diwilayah tersebut. Selain itu
eksploitasi tanah yang berlebihan dapat juga menyebabkan
amblasan tanah sehingga air laut akan mengintrusi air tanah dan
menenggelamkan sebagian pesisir pantai.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Abdul rofiq
petani tambak warga kampung Kampak, Kelurahan Tugurejo, kec.
Semarang Barat mengatakan bahwa daerahnya telah mengalami
penurunan yang cepat. Jika dihitung, seluruk tambak yang hilang
di wilayah ini sekitar 15 hektare dan kondisinya pertambakan di
Kelurahan Tugurejo ini sudah menjadi lautan.
b. Upaya Mitigasi
Dengan melihat kondisi tambak yang semakin hilang
menjadi lautan dan mengancam wilayah pesisir dikota semarang
yang diperkirakan akan tenggelam saat kenaikan muka air laut,
maka perlu dipikirkan adanya suatu upaya perencanaan tata ruang
pembanguann dan menejemen bencana. Beberapa hal tersebut
diantaranya
1. Penilaian atas kerentanan wilayah terhadap bencana.
Penilaian terhadap kerentanan wilayah terhadap bencana
sangat perlu dilakukan, karna dapat dijadikan sebagai interaksi
6
sosial guna memberi kemudahana didalam mengidentifikasi
dampak bencana berupa jumlah korban jiwa, kerugian
ekonomi dalam janggka pendek seperti rusaknya infrastruktur,
sarana dan prasarana serta bangunan lainnya.
Penilaian kerentanan wilayah terhadap bencana dapat
mencakup beberapa aspek yang salah satunya adalah aspek
Geologi Tata Lingkungan. Artinya memandang dan
melibatkan ilmu geologi didalam perencanaan tata ruang
pembangunan dengan memperhatikan kondisi fisik seperti
daya dukung lahan, hidrogeologi dan lain sebagainya.
2. Pembanguanan fisik atau non fisik untuk meminimalisir banji
tambak
Terjadinya amblasan atau intrusi air laut yang membuat
tambak menjadi tergenang oleh air laut (banjir tambak).
Berikut ini beberapa cara untuk mengendalikan intrusi airlaut
beserta pengelolaan airtanah didaerah pantai ditinjau dari
berbagai aspek, diantaranya;
a. Mengubah Pola Pemompaan
Memindah lokasi pemompaan dari pantai ke arah hulu akan
menambah kemiringan landaian hidrolika ke arah laut,
sehingga tekanan airtanah akan bertambah besar.
Gambar 3 Mengubah Pola Pemompaan
(http://vienastra.wordpress.com/intrusiairlaut)
7
b. Pengisian Airtanah Buatan
Muka airtanah dinaikkan dengan melakukan pengisian
airtanah buatan. Untuk akuifer bebas dapat dilakukan dengan
menyebarkan air dipermukaan tanah, sedangkan pada akuifer
tertekan dapat dilakukan pada sumur pengisian yang
menembus akuifer tersebut.
Gambar 4 Pengisian Airtanah Buatan
(http://vienastra.wordpress.com/intrusiairlaut)
c. Extraction Barrier
Ekstraction barrier dapat dibuat dengan melakukan
pemompaan air asin secara terus menerus pada sumur yang
terletak di dekat garis pantai. Pemompaan ini akan
menyebabkan terjadinya cekungan air asin serta air tawar akan
mengalir ke cekungan tersebut. Akibatnya terjadi baji air laut
ke daratan.
Gambar 5 Extraction Barrier
(http://vienastra.wordpress.com/intrusiairlaut)
8
d. Injection Barrier
Injection barrier dapat dibuat dengan melakukan pengisian
air tawar pada sumur yang terletak di dekat garis pantai.
Pengisian air akan menaikkan muka air tanah di sumur
tersebut, akan berfungsi sebagai penghalang masuknya air laut
ke daratan.
Gambar 4.4 Injection Barrier
(http://vienastra.wordpress.com/intrusiairlaut)
e. Subsurface Barrier
Penghalang di bawah tanah sebagai pembatas antara air
asin dan air tawar dapat dibuat semacam dam dari lempung,
beton, bentonit maupun aspal.
Gambar 4.5 Subsurface Barrier
(http://vienastra.wordpress.com/intrusiairlaut)
4. Penutup
9
Beberapa paparan di atas menunjukkan bagaimana kemerosotan kualitas
lingkungan yang terjadi di area pertambakan yang ada di Kota Semarang. Atas
manajemen air misalnya, pengambilan air tanah belum dilakukan hati-hati,
baik dalam menentukan titik sumur bor, kedalaman sumur, maupun jumlah air
yang diambil. Padahal jelas, secara teknis, sulit mengubah abrasi pantai yang
telah terkena intrusi air laut menjadi lebih baik kembali
10