BAB III
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
Kuliah Kerja Nyata Profesi Kesehatan (KKN-PK) Angkatan 50 Universitas
Hasanuddin yang dilaksanakan di Desa Bonto Rappo Kecamatan Tarowng Kabupaten
Jeneponto dan dimulai pada tanggal 13 Juni – 5 Agustus 2015 ini memiliki program
kerja yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada di
Desa Bonto Rappo berdasarkan hasil observasi lapangan dan diskusi dengan tokoh
masyarakat.
Pelaksanaan KKN-PK memberikan pengetahuan dan pengalaman yang tidak
didapatkan di kampus. Dalam KKN-PK ini, mahasiswa diberikan kesempatan untuk
turun langsung ke masyarakat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di
bangku kuliah dan melihat gambaran situasi masalah-masalah kemsyarakatan yang
terjadi, khususnya masalah kesehatan. Berikut merupakan kegiatan-kegiatan yang
kami laksanakan di Desa Bonto Rappo, Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto.
A. Persiapan Observasi
Sebelum melakukan observasi lapangan, kami melakukan persiapan dengan
melakukan pertemuan dengan kepala desa dan pihak-pihak yang terkait untuk
menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami. Hal ini dimaksudkan sebagai
perkenalan awal agar nantinya masyarakat tidak terkejut dan menyalahartikan
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 24
maksud kedatangan kami. Selain itu, kami juga mengadakan koordinasi dengan
kepala Desa dan kepala Dusun mengenai rencana kegiatan yang akan dilakukan
untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan.
B. Observasi Lapangan
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai masalah-
masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bonto Rappo,
khususnya Desa Bonto Rappo, sehingga dapat disusun program kerja berdasarkan
masalah kesehatan yang ditemukan di lapangan.
Observasi lapangan ini dilakukan pada tanggal 13 Juni – 5 Agustus 2015
yang dirangkaikan dengan kegiatan sosialisasi kepada perangkat desa, tokoh
masyarakat dan tokoh agama yang terdapat di Desa Bonto Rappo. Observasi
lapangan ini dilakukan dengan berkeliling desa untuk mengamati kondisi
lingkungan sekitar Desa Bonto Rappo.
Observasi lapangan juga dilakukan dengan wawancara langsung kepada
masyarakat Desa Bonto Rappo dan diskusi singkat ketika sosialisasi bersama
Kepala Desa, Kepala-Kepala Dusun, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan
kader-kader Posyandu yang berada di wilayah adminnistrasi Desa Bonto Rappo
tentang status kesehatan dan kebiasaan masyarakatnya.
Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan, kemudian
dilakukan identifikasi masalah kesehatan yang ada di Desa Bonto Rappo.
Identifikasi masalah merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan dalam
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 25
proses membuat perencanaan program kerja kegiatan. Tujuannya adalah untuk
memperoleh gambaran tentang program - program kerja yang sesuai dan dapat
dilaksanakan selama masa KKN.
Adapun hasil identifikasi masalah-masalah kesehatan di Desa Bonto Rappo
tersebut antara lain:
1. Pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat.
2. Pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu yang masih rendah terhadap
pentingnya pemberian makanan yang bergizi pada balitanya.
3. Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan jamban sehat di daerah Desa
Bonto Rappo kurang.
4. Masyarakat Desa Bonto Rappo masih banyak yang mengonsumsi air yang
tidak dimasak karena kepercayaan bahwa air tersebut berasal dari mata air
yang bersih dan dapat langsung dikonsumsi.
5. Pengetahuan masyarakat khususnya para remaja yang masih rendah akan
bahaya HIV/AIDS
6. Pengetahuan masyarakat yang masih kurang mengenai penyakit hipertensi
dan artritis, serta upaya preventif dan kuratif secara tradisional.
C. Program Kerja
Program kerja KKN Profesi Kesehatan merupakan perpaduan yang
proporsional antara program kerja yang berasal dari mahasiswa sendiri yang
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 26
merupakan hasil observasi terhadap masalah kesehatan masyarakat di wilayah
kerja yang dikoordinasikan dengan puskesmas dan pemerintah setempat.
Keterlibatan mahasiswa KKN-PK terhadap program kerja puskesmas bersifat
partisipatori, artinya mahasiswa berpartisipasi dalam melaksanakan upaya atau
program pembangunan kesehatan masyarakat melalui puskesmas maupun
poskesdes.
Dari hasil observasi lapangan yang telah dilakukan di Desa Bonto Rappo,
Kecamatan Bonto Rappo, Kabupaten Jeneponto diperoleh beberapa rumusan
program kerja. Rumusan program kerja ini terdiri dari intervensi fisik dan
intervensi non fisik.
Namun sebelum melaksanakan kegiatan (program kerja) tersebut, terlebih
dahulu diadakan pertemuan (Seminar Program Kerja) dengan pemerintah daerah
setempat, puskesmas, pustu, kader, perwakilan-perwakilan sekolah, tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat pada tanggal 20 Juni 2015 untuk
memaparkan dan mensosialisasikan program kerja mahasiswa KKN-PK untuk
Desa Bonto Rappo, dengan tujuan mendapatkan dukungan dan kerjasamanya
serta membangun komitmen bersama dalam rangka menyukseskan program kerja
tersebut.
Adapun program kerja nonfisik yang telah disepakati bersama dalam seminar
program kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sekolah
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 27
2. Penyuluhan Diare
3. Penyuluhan Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui
4. Penyuluhan Gizi dan Skrining Status Gizi Pada Batita
5. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sekolah Rumah Tangga
6. Penyuluhan HIV-AIDS
7. Penyuluhan Hipertensi
8. Penyuluhan Tanaman Obat
9. Penyuluhan BKKBN
10. Penyuluhan BPJS Kesehatan
Selanjutnya program kerja fisik terbagi atas :
1. Lomba Lingkungan Sehat
2. Pengadaan Poster di Poskesdes di Dusun Bonto Rappo
3. Mengajar Mengaji anak-anak TK-TPQ Al-Ikhlas di Mesjid Nurul Jihad Desa
Bonto Rappo.
4. Pemeriksaan Tekanan Darah dan Skrining Katarak
5. Kerja Bakti Lingkungan di tiap dusun di Desa Bonto Rappo
6. Pelatihan Dokter Kecil
7. Lomba Menjelang 17 Agustus Antardusun
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 28
1. Intervensi Non Fisik
a. Senam Lansia
1) Latar Belakang
Salah satu tujuan Milineum Development Goals (MDGs)
adalah menurunkan angka kematian balita (AKABA). Penentuan
indikator-indikator tersebut bukanlah dibuat untuk semata-mata
sebagai indikator yang terkait dengan masalah kesehatan, tetapi
merupakan indikator yang sensitif terhadap sektor-sektor lain seperti
gizi, ekonomi, keluarga berencana, lingkungan dan kesejahteraan
secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa menurunkan AKI, AKB,
dan AKABA merupakan upaya lintas sektor dan lintas disiplin.
Dari berbagai kepustakaan diperoleh informasi bahwaseribu
hari pertama kehidupan, yaitu 270 hari selama masa didalam
kandungan dan 730 hari setelah persalinan merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan organ yang menyusun berbagai
sistem didalam tubuh kita. Proses pertumbuhan dan perkembangan
ini memerlukan asupan zat gizi, baik yang dikonsumsi ibu maupun
yang berasal dari cadangan ibu. Asupan gizi yang kurang, akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan sel yang
masih dapat diperbaiki. Namun, bila kekurangan terjadi setelah 1000
hari, maka kerusakan atau gangguan yang terjadi bersifat menetap.
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 29
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
untuk AKI sangat mengejutkan. AKI melonjak sanagt signifikan dari
228 per 1.000.000 kelahiran hidup pada tahun pada kondisi tahun
2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau mengembalikan
pada kondisi tahun 1997. Hal ini berarti kesehatan ibu mengalami
kemunduran selama 15 tahun. Hal ini sangat jauh dari target MDGs
yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Angka Kematian Bayi (AKB) juga tidak mengalami penurunan
yang mengesankan. Pada tahun 2002 AKB adalah 35 per 1000
kelahiran hidup. Pada tahun 2007 34 per 1000 kelahiran dan pada
tahun 2012 32 per 1000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Balita (AKABA) juga mempunyai
kecenderungan yang sama. Pada tahun 2002 AKABA adalah 46 per
1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007, 44 per 1000 kelahiran hidup
dan pada tahun 2012 40 per 1000 kelahiran hidup.
Saat ini, sepertiga anak Indonesia usia dibawah lima tahun
mempunyai status gizi stunting atau pendek, lebih dari seperlima
anak sudah mengalami stunting pada usia 0-5 bulan, mencapai
puncaknya pada usia antara 2-3 tahun, yaitu lebih dari 40%. Hal ini
mengindikasikan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia pernah
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 30
mengalami kekurangan gizi kronis dan berualang, dan mulai pada
usia sangat dini.
ASI merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik
bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi
yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Namun masih banyak masyarakat yang kurang memahami
pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi. Sehingga program
pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung secara optimal.
Sebenarnya menyusui, khususnya yang secara eksklusif
merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah. Namun, sering
kali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi bahkan sering kali
mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif,
tentang bagaimana cara menyusui yang benar, dan apa yang harus
dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya.
Dari hasil observasi kami di Desa Bomtorappo Kecamatan
Tarowang belum terdapat bangunan posyandu yang dapat
memberikan penyuluhan pentingnya 1000 Hari Awal Kehidupan bagi
ibu hamil dan menyusui.
Sehubungan dengan penjelasan di atas dengan adanya
Penyuluhan 1000 Hari Awal Kehidupan, sebagai upaya promotif dan
preventif dalam meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak maka
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 31
kegiatan ini dijadikan sebuah momen yang baik untuk memberikan
edukasi, pelayanan, ataupun sejenisnya bagi Ibu hamil dan ibu
menyusui di Desa Bontorappo, Kecamatan Tarowang, Kabupaten
Jeneponto.
2) Tujuan Umum
Masyarakat dapat mengetahui dan memanfaatkan pentingnya
periode emas 1000 hari awal kehidupan
3) Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan ibu menyusui tentang
nutrisi selama kehamilan
b. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan ibu menyusui tentang
inisiasi menyusu dini dan Asi eksklusif 6 bulan
c. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan ibu menyusui tentang
pemeriksaan antenatal
d. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan ibu menyusui tentang
resiko komplikasi kehamilan
e. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan ibu menyusui tentang
imunisasi dasar wajib bagi bayi/Baduta (bawah dua tahun)
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 32
4) Sasaran
Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah ibu hamil, ibu menyusui
dan wanita produktif di Desa Bontorappo, Kecamatan Tarowang,
Kabupaten Jeneponto
5) Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan dua kali. Kegiatan pertama kali
dilaksanakan pada 27 Juni 2015 di Mesjid Nurul Jihad Desa Bonto
Rappo dan dihadiri oleh 35 peserta yang berasal dari Dusun Bonto
Rappo, Sarroangin, dan Punagayya. Kegiatan kedua dilaksanakan pada
8 Juli 2015 di Dusun Borong Loe dan dihadiri oleh 60 peserta yang
berasal dari Dusun Borong Loe.
Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan dengan metode
pemberian materi dan sesi tanya jawab. Materi-materi penyuluhan
yang diberikan merupakan materi-materi pemahaman akan kesehatan
yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan kemampuan para
Ibu hamil, menyusu dan wanita produktif.
Ibu-ibu akan diberikan pemahaman mengenai kesehatan
pribadi dan lingkungan, Pemantauan pemeriksaan antenatal minimal 4
kali selama kehamilan, Risiko komplikasi kehamilan, Persiapan
persalinan, Inisiasi menyusu dini dan asi eksklusif 6 bulan, Timbang
berat badan bayi dan panjang badan secara rutin setiap bulan,
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 33
Imunisasi dasar wajib bagi bayi/baduta (bawah dua tahun),
Pemberian Makanan Peralihan ASI (MP ASI) secara bertahap pada
usia 6 bulan dan tetap memberikan ASI hingga 2 tahun.
. Sebelum penyuluhan dilaksanakan, Ibu diberikan pertanyaan
untuk mengukur pemahaman awal para Ibu. Setelah penyuluhan, Ibu
diberikan petanyaan yang berbeda untuk mengukur sejauh mana
peningkatan pemahaman Ibu setelah mengikuti penyuluhan.
6). Hasil
Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 5 orang disetiap dusun di desa Bonto Rappo, Kecamatan
Tarowang, Kabupaten Jeneponto dan terselenggaranya kegiatan
minimal satu kali disetiap dusun serta terdapat peningkatan
pengetahuan pada masyarakat khususnya ibu hamil,menyusu dan
wanita produktif yang mengikuti penyuluhan tentang kesehatan pada
ibu hamil dan menyusu. Jumlah peserta yang menghadiri penyuluhan
mencapai target > 100% dan pengetahuan peserta meningkat setelah
penyuluhan terlihat dari tanya-jawab yang dilakukan dimana peserta
dapat menjawab serta mempraktekan hal-hal yang dipaparkan dalam
penyuluhan.
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 34
2. Sosialisasi BPJS Kesehatan
1) Latar Belakang
Kejadian sakit adalah tidak pasti, oleh karena itu membutuhkan
perlindungan awal. Peribahasa sedia payung sebelum hujan adalah konsep
yang mendasari mekanisme kerja asuransi, sehingga diperlukan kebutuhan
perencanaan di awal agar terlindungi dari kejadian sakit yang berdampak pada
kerugian “bencana keuangan” seseorang.
Berdasarkan visi BPJS Kesehatan CAKUPAN SEMESTA 2019 yaitu
paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan
kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.
Oleh karena alasan diatas, dibutuhkan sosialisasi tentang BPJS
Kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Bontorappo
tentang BPJS Kesehatan.
2) Tujuan Umum
Meningkatkan pemahaman masyarakat Desa Bontorappo tentang
BPJS Kesehatan
3) Tujuan Khusus
a. Memberikan informasi tentang waktu dimulainya dan pelayanan BPJS
Kesehatan
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 35
b. Memberikan informasi tentang kepesertaan, IURAN, dan cara
pendaftaran BPJS Kesehatan
c. Memberikan informasi tentang Hak dan Kewajiban serta Sanksi
peserta BPJS Kesehatan
4) Sasaran
Kegiatan sosialisasi ditujukan kepada masyarakat Desa Bontorappo.
5) Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2015 di Kantor Desa
Bontorappo dan pada tanggal 8 Juli 2015 di Masjid Borongloe. Kegiatan
penyuluhan ini dilaksanakan dengan metode pemberian materi dan sesi tanya
jawab. Materi-materi penyuluhan yang diberikan merupakan materi-materi
pemahaman akan jaminan kesehatan nasional.
Sebelum materi diberikan, terlebih dahulu dilakukan pre-test untuk
mengukur kemampuan awal warga. Setelah pemaparan materi, dilakukan
post-test untuk mengukur peningkatan pemahaman warga tentang Jaminan
Kesehatan Nasional yang dikelolah BPJS Kesehatan.
6). Hasil
Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan ini
dan peningkatan pengetahuan pada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
tentang BPJS Kesehatan. Pada kegiatan penyuluhan ini, 31 warga mengalami
peningkatan pengetahuan dengan rata-rata 38% dari 47 warga yang hadir di
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 36
Kantor Desa Bontorappo dan 34 warga mengalami peningkatan pengetahuan
pengetahuan dengan rata-rata 23% dari 60 warga yang hadir di Masjid
Borongloe.
3. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga
1) Latar Belakang
Hidup sehat adalah hal yang seharusnya diterapkan oleh setiap orang,
mengingat manfaat yang ditimbulkan akan sangat banyak, mulai dari
konsentrasi kerja, kesehatan dan kecerdasan anak sampai dengan keharmonisan
keluarga. Menciptakan hidup sehatpun sangatlah mudah serta murah,
mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan apabila mengalami
gangguan kesehatan cukup mahal.
Setiap manusia yang hidup di dunia ini memerlukan lingkungan yang
bersih dan sehat agar dapat memberikan kenyamanan hidup. Oleh karena itu,
manusia wajib peduli terhadap lingkungan dengan cara menjaga, memelihara
dan menciptakan lingkungan hidup yang baik.
Perilaku merupakan wujud tindakan seseorang berdasarkan pemahaman
dan kemauan terhadap sesuatu yang dihadapi. Sedangkan lingkungan hidup
merupakan wahana dimana mahluk dapat bertahan dan berkembang biak.
Untuk mewujudkan sebuah bangsa yang lebih sehat, masyarakat diajak
berkomitmen untuk melakukan hidup sehat melalui perilaku hidup bersih dan
sehat. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat adalah upaya untuk memberikan
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 37
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social
Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Sehingga keluarga
dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Dengan demikian masyarakat
dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan
masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Rumah Tangga merupakan unit terkecil dalam lingkungan. Perilaku hidup
yang bersih dan sehat selayaknya harus diterapkan dan ditanamkan kepada
seluruh anggota keluarga. Peranan keluarga dalam sebuah rumah memegang
kunci utama untuk meningkatkan kualitas kesehatan sejak dini. Karena jika
keluarga sehat, akan membentuk masyarakat yang sehat pula. Untuk itu, Sehat
harus diawali dari dalam rumah sendiri.
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 (sepuluh)
PHBS di Rumah Tangga yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang bayi dan balita
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 38
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
Pada kesempatan ini Penyuluh hanya memberikan penyuluhan tentang
Menggunankan jamban sehat dan Tidak merokok dalam rumah. Berdasarkan
hasil observasi awal yang kami lakukan di Desa Bonto Rappo, diketahui bahwa
sekitar 30% rumah warga belum memiliki jamban dan sebagian besar
masyarakat masih memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah. Melihat
keadaan tersebut, penting kiranya dilakukan prnyuluhan dan praktek PHBS di
rumah tangga
2) Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Memberikan Pengetahuan kepada masyarakat Desa Bonto Rappo tentang
perilaku hidup bersih dan sehat.
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 39
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota
rumah tangga tentang menggunakan jamban sehat dan tidak merokok
di dalam rumah.
b. Masyarakat desa Bonto Rappo dapat memahami tentang pentingnya
Jamban dan Tidak merokok di dalam rumah.
3) Sasaran
Masyarakat Desa Bonto Rappo, Kec. Tarowang
4) Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan 2 kali yang bertempat di kantor Desa Bonto Rappo
dan Mesjid di Dusun Borongloe Desa Bonto Rappo Kecamatan Tarowang.
Pada Tanggal,30 Juni dan 09 Juli 2015.
5) Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan tentang PHBS di Rumah
Tangga pada warga Desa Bonto Rappo sekitar 95% warga mengetahui
mengenai PHBS di rumah tangga. dengan jumlah warga yang hadir 86 orang.
Indikator keberhasilan dinilai dari post test yang di berikan.
4. Penyuluhan Gizi dan Skrining Gizi Batita
1) Latar Belakang
Dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangan manusia, terjadi percepatan
yang luar biasa ketika umur manusia menginjak 0-3 tahun. Salah satu hal yang
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 40
menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi anak (dalam hal
ini balita) adalah pemberian makanan bergizi yang seimbang dan adekuat. Yang
perlu diketahui pada saat pemberian makanan seorang anak adalah sumber,
jumlah, dan konsistensi yang sesuai dengan umur anak tersebut, beserta
frekuensi pemberian makanan setiap harinya bagi anak. Makanan yang bergizi
penting untuk menunjang perkembangan otak dan saraf serta kekuatan fisik
seorang anak.
2) Tujuan Umum
Untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada para Ibu yang
memiliki balita nengenai cara pemberian makanan bergizi yang baik dan benar
bagi balita
3) Tujuan Khusus
a. Agar Ibu para balita dapat mengetahui jenis jenis makanan bergizi yang penting
dalam masa perkembangan dan pertumbuhan balita.
b. Agar Ibu para balita mengetahui cara yang benr dalam memberi makanan bagi
balita.
c. Agar Ibu para balita dapat mengetahui bahaya gizi buruk dan bagaimana
mengenali tanda awalnya.
4) Sasaran
Kegiatan penyuluhan ditujukan kepada para Ibu Balita dusun masale Desa
Tompo Bulu agar dapat mengetahui tentang gambaran umum yang berkaitan
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 41
dengan makanan yang bergizi yang penting bagi balita mulai dari jenisnya, cara
pemberiannya, dan bahaya gizi buruk.
5) Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2014 di Posyandu di Dusun
Lokayya. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan dengan metode pemberian
materi dan sesi tanya jawab. Materi-materi penyuluhan yang diberikan
merupakan materi-materi pemahaman akan kesehatan yang disesuaikan dengan
tingkat pemahaman dan kemampuan para Ibu Balita.
Ibu-ibu akan diberikan pemahaman mengenai Pemberian Makanan Bergizi
pada Balita. Sebelum penyuluhan dilaksanakan, Ibu diberikan pre-test untuk
mengukur pemahaman awal para Ibu. Setelah penyuluhan, Ibu diberikan post
test untuk mengukur sejauh mana peningkatan pemahaman Ibu setelah
mengikuti penyuluhan.
6). Hasil
Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan ini dan
peningkatan pengetahuan pada masyarakat khususnya ibu para balita yang
mengikuti penyuluhan tentang makanan bergizi. Jumlah peserta yang
pengetahuannya >80% meningkat dari 3 orang menjadi 10 orang dari 15 total
peserta setelah dilakukan penyuluhan.
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 42
4. Penyuluhan Osteoartritis
1) Nama Kegiatan
Penyuluhan Osteoartritis
2) Latar Belakang
Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan
struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan
tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis
dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya
kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang
menghubungkan sendi. Pencegahan penyakit ini pada usia muda sangat berguna
untuk menghindari penyakit ini di usia tua. Berdasarkan data sekunder yang
didapatkan dari Poskesdes Bonto Rappo, artritis termasuk dalam 10 besar
penyakit terbanyak.
3) Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang osteoartritis
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pengetahuan tentang faktor penyebab osteoartritis
b. Memberikan pengetahuan tentang cara pencegahan dan penanganan
osteoartritis
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 43
c. Memberikan pengetahuan tentang cara mengatur lingkungan di rumah
untuk lansia
4) Sasaran
Masyarakat Desa Bontorappo kecamatan Tarowang kabupaten Jeneponto
5) Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2015 di Kantor Desa Bontorappo dan
pada tanggal 7 Juli 2015 di Masjid Borongloe. Kegiatan penyuluhan ini
dilaksanakan dengan metode pemberian materi dan sesi tanya jawab. Materi-
materi penyuluhan yang diberikan merupakan materi-materi tentang faktor
penyebab osteoarthritis, cara pencegahan dan pengobatan osteoarthritis dan cara
mengatur lingkungan rumah bagi lansia Sebelum materi diberikan, terlebih
dahulu dilakukan pre-test untuk mengukur kemampuan awal warga. Setelah
pemaparan materi, dilakukan post-test untuk mengukur peningkatan
pemahaman warga tentang Osteoartritis
6) Hasil
Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan ini dan
peningkatan pengetahuan sebanyak 50 % dari peserta penyuluhan. Pada
kegiatan penyuluhan di kantor Desa Bonto Rappo, 63 warga mengalami
peningkatan pengetahuan dari 105 warga (60%) dengan rata-rata nilai pre-test
40 dan post-test 60 sedangkan pada penyuluhan di Dusun Borongloe 28 warga
mengalami peningkatan pengetahuan dari 52 warga (53,8%).
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 44
5. Penyuluhan Tanaman Obat
1) Latar Belakang
Penggunaan obat tradisional memiliki keunggulan dari obat sintetik,
antara lain lebih mudah dijangkau baik harga dan ketersediaannya, tidak
terlalu menyebabkan efek samping karena masih bisa dicerna oleh tubuh
bahkan ada yang tidak menimbulkan efek samping jika digunakan secara
tepat, dan memperbaiki keseluruhan sistem tubuh. Memang efek yang
ditimbulkan tidak secepat obat sintetik, namun bagi masyarakat di pedesaan,
penggunaan obat tradisional dapat membantu mengurangi biaya pengeluaran
untuk membeli obat sintetik dengan khasiat terapetik yang sama dan jauh
lebih aman.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Poskesdas Khadijah di Desa
Bontorappo pada bulan Mei 2015, prevalensi penyakit hipertensi dan artritis
menempati urutan pertama dan kedua. Kedua penyakit tersebut dapat diatasi
dengan resep tradisional menggunakan Tanaman Obat yang mudah dijangkau
ketersediaannya dan tidak sulit dalam budidayanya. Selain itu, Tanaman Obat
yang terdiri dari bumbu dapur juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang umum dijumpai di pedesaan seperti flu, diare, bahkan dapat
memperlancar ASI.
Penyuluhan mengenai Tanaman Obat ini pada dasarnya berlandaskan
pada pentingnya pemahaman yang baik di masyarakat, meliputi definisi,
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 45
khasiat dan cara penggunaan atau pengolahan tanaman yang akan dijadikan
obat. Diharapkan dengan adanya penyuluhan ini, masyarakat dapat lebih
mandiri dalam menangani penyakit-penyakit dengan tingkat keparahan rendah
yang umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
2) Tujuan Umum
Penyuluhan tanaman obat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
Masyarakat Desa Bontorappo mengenai Tanaman Obat serta cara
pengolahannya.
3) Tujuan Khusus
a. Memberi informasi mengenai definisi, khasiat, dan cara pengolahan
Tanaman Obat.
b. Memberikan contoh cara mengolah tanaman obat untuk penyakit
hipertensi atau artritis.
4) Sasaran
Masyarakat khususnya ibu rumah tangga, di Desa Bontorappo, Kecamatan
Tarowang, Kabupaten Jeneponto.
5) Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di Kantor Desa Desa Bontorappo, Kecamatan
Tarowang, Kabupaten Jeneponto pada tanggal 2 Juli 2015 dan Dusun
Borongloe pada 7 Juli 2015. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan dengan
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 46
metode pemberian materi dan sesi tanya jawab. Materi-materi penyuluhan
yang diberikan merupakan materi-materi pemahaman mengenai tanaman obat.
Sebelum materi diberikan, terlebih dahulu dilakukan pre-test (tanya
jawab) untuk mengukur kemampuan awal warga. Setelah pemaparan materi,
dilakukan post-test (tanya jawab) untuk mengukur peningkatan pemahaman
warga tentang Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelolah BPJS Kesehatan.
6). Hasil
Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan ini dan
peningkatan pengetahuan sebanyak 50 % dari peserta penyuluhan. Pada
kegiatan penyuluhan di kantor Desa Bonto Rappo, 70 warga mengalami
peningkatan pengetahuan dari 105 warga (66,67%) sedangkan pada
penyuluhan di Dusun Borongloe 32 warga mengalami peningkatan
pengetahuan dari 52 warga (61,53%).
6). Penyuluhan Diare
1) Nama Kegiatan
Penyuluhan Kesehatan mengenai Diare.
2) Latar Belakang
Perjalanan penyakit tropis dibedakan menjadi 2, yaitu: infeksi yaitu
invasi yang disebabkan oleh endoparasit dan infestasi yang disebabkan oleh
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 47
ektoparasit, misalnya yang ditimbulkan oleh artropoda atau parasite-parasit
dan bakteriu dari tanah maupun tanaman.
Penyuluhan mengenai infeksi tropis terutama diare bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membangun pola hidup bersih
dan sehat agar terhindar dari kedua penyakit tersebut. Penyakit diare ini
merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan penderitanya mengalami
imobilisasi sehingga mengalami gangguan untuk melakukan pekerjaan atau
kegiatan sehari-hari. Dan apabila kedua penyakit ini memberat, tentunya akan
menimbulkan komplikasi yang lebih merugikan penderitanya.
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Tarowang
dan Poskesdes Khadijah Desa Bonto Rappo, kami mendapatkan penderita
diare masuk di urutan ke-9 dari 10 penyakit terbanyak triwulan I Tahun 2015
JKN dan masuk juga di urutan ke-6 dari 10 penyakit terbanyak triwulan I
Tahun 2015 JKD. Sedangkan, tifoid masuk di urutan ke-7 dari 10 penyakit
terbanyak triwulan I Tahun 2015 JKN dan masuk juga di urutan ke-5 dari 10
penyakit terbanyak triwulan I Tahun 2015 JKD.
Dari data sekunder yang kami dapat dari Puskesmas dan Poskesdes
setempat, maka kami memutuskan untuk melakukan penyuluhan terkait
dengan pengenalan gejala, pencegahan, pengobatan, dan penyuluhan
penggunaan antibiotik yang tepat guna agar penggunanya tidak resisten.
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 48
3) Tujuan
1. Umum
Tujuan umum kegiatan ini ialah untuk meningkatkan pemahaman
dan pengetahuan masyarakat Desa Bonto Rappo, Kec. Tarowang, Kab.
Jenneponto tentang Diare.
2. Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pengertian dari
diare.
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyebabdiare.
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan dari
penyakit diare
4) Sasaran
Seluruh masyarakat (dewasa) terutama ibu-ibu yang memiliki bayi, balita,
dan anak usia sekolah di desa Bonto Rappo.
5) Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak empat kali, yaitu:
Hari/tanggal :Kamis, 25 Juni 2015 (PHBS Sekolah di SDN No. 8
Bontorappo) / Selasa, 30 Juni 2015 (PBHS RT Dusun Bonto
Rappo, Dusun Sarroanging, dan Dusun Punagayya) / Kamis, 9
Juli (PBHS RT Dusun Borong Loe) / dan Rabu, 29 Juli 2015
(PHBS Sekolah di SDN 161 Borongloe)
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 49
Waktu :08.00-selesai/ 09.00- selesai/ 09.00- selesai/ 10.30-selesai
Tempat :SDN No. 8 Bonto Rappo/ Kantor Desa Bonto Rappo/ Masjid di
Dusun Borong Loe Desa Bonto Rappo/ SDN 161 Borong Loe
6) Mekanisme dan Rancangan Kegiatan
a. Instrument kegiatan
Slidepenyakit diare.
b. Bentuk kegiatan
Penyuluhandiare ini dilakukan dengan kegiatan penyuluhan secara
langsung pada masyarakat Desa Bonto Rappomengenai penyakit diare.
Kemudian untuk mengukur tingkat pengetahuan menggunakan sesi tanya-
jawab antara penyuluh dan masyarakat.
c. Randown Acara
Pembukaan
Pre-Test
Penyuluhan
Sesi Tanya-jawab
Post-Test
Penutup
d. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penyuluhandiare adalahterlaksananya
kegiatan, hadirnya target dan peningkatana pengetahuanpeserta penyuluhan
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 50
diare dengan alat ukur Tanya-jawab antara penyuluh dan masyarakat dan
Pre-Post Test.
7) Hasil
Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan ini dan
peningkatan pengetahuan pada masyarakat yang mengikuti
penyuluhantentang Diare.
1. Pada kegiatan penyuluhan Diare di SDN No. 8 Bontorappo ini, 22
siswa/siswi mengalami peningkatan pengetahuan dengan rata-rata 85%
dari total keseluruhan siswa/siswi yang hadir di SDN No. 8 Bontorappo.
Hasil ini dinilai berdasarkan pre-testdan post-test yang diberikan kepada
siswa/siswiSDN No. 8 Bontorappo.
2. Pada kegiatan penyuluhan Diare di Kantor Desa Bontorappo ini, 38
warga mengalami peningkatan sekitar 95% dari dari total keseluruhan
warga yang hadir di Kantor Desa Bontorappo. Hasil ini dinilai
berdasarkan pre-testdan post-test yang diberikan kepadawarga Dusun
Bontorappo, Dusun Sarroanging, dan Dusun Punagayya.
3. Pada kegiatan penyuluhan Diare diMasjid Dusun Borong Loe ini, Desa
Bonto Rappo Kecamatan TarowangKegiatan terakhir dihadiri oleh 44
warga mengalami peningkatan sekitar 80% dari total keseluruhan warga
yang hadir di Kantor Desa Bontorappo. Hasil ini dinilai berdasarkan pre-
testdan post-test yang diberikan kepadawarga Dusun Borong Loe.
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 51
4. Pada kegiatan penyuluhan Diare di SDN161 Borong Loeini, 60 siswa-
siswi sekolah dasar SDN 161 Borongloe dan terjadi peningkatan
pengetahuan sebesar 80% dari total keseluruhan siswa/siswi yang hadir
di SDN 161 Borong Loe. Hasil ini dinilai berdasarkan pre-testdan post-
test yang diberikan kepada siswa/siswi SDN 161 Borong Loe.
7) Senam Lansia
1) Latar Belakang
Saat ini, angka harapan hidup terus meningkat. Hal ini kemudian
berdampak pada banyaknya lanjut usia yang ada di Indonesia. Tetapi
meningkatnya kuantitas hidup ini tidak diikuti oleh peningkatan kualitas
hidup. Di desa bontorappo terdapat 83 jiwa penduduk yang berusia di atas
enam puluh tahun. Sebagian besar penduduk Desa Bontorappo merupakan
petani. Pekerjaan fisik yang keras membuat sebagian besar lansia yang
mengalami kemunduran fisik menjadi kurang dalam berkegiatan, dalam hal
ini berhenti melakukan kegiatan bertani yang menyulitkan. Hal ini dapat
berdampak pada keadaan fisik lansia di kemudian hari. Untuk itu, perlu ada
langkah yang diambil untuk mengurangi resiko tersebut. Salah satu cara yang
dapat digunakan adalah kegiatan ringan yang mudah dilakukan oleh lansia
tetapi cukup untuk membugarkan badan.
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 52
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
senam. Senam lansia ini terdiri dari gerakan-gerakan ringan yang tidak
memberatkan lansia yang telah mengalami kemunduran fisik. Senam ini
akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang
tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Selain itu,
senam lansia juga dapat meningkatkan imunitas dalam tubuh lansia. Senam
lansia merupakan olahraga yang cocok. Selain itu, kesehatan bukan hanya
masalah fisik semata. Kesehatan juga berkaitan dengan keadaan psikologis
individu. Pada masa lanjut usia, individu menjadi lebih sering merasa
kesepian karena berbagai hal, seperti kehilangan orang terdekat, keluarnya
anak dari rumah, dan lain sebagainya. Hal ini kemudian membuat kondisi
lansia menjadi lebih buruk. Senam lansia yang diadakan ditujukan untuk
semua lansia yang ingin berpartisipasi. Oleh sebab itu, para lansia dapat
berkumpul di suatu tempat dan dapat saling bertukar cerita. Hal ini dapat
membawa kebahagiaan tersendiri bagi lansia, ketika terdapat orang-orang
yang dapat diajak untuk berbicara. Keadaan bahagia pada lansia diharapkan
dapat membantu lansia dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
Kemudian, di Kabupaten Jeneponto juga terdapat sebuah program
mengenai lansia tangguh yang merupakan program terbaru dari pemerintah.
Hal ini mengindikasikan bahwa masalah-masalah pada lansia perlu
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 53
mendapatkan perhatian khusus. Sejalan dengan hal tersebut, kemudian
diadakan senam lansia yang bertujuan untuk menjaga kebugaran lansia.
Senam lansia ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk
menykseskan program lansia tangguh yang diadakan oleh pemerintah
daerah.
2) Tujuan Umum
Melakukan senam lansia secara bersama-sama
3) Tujuan Khusus
Membantu menjaga kebugaran tubuh lansia melalui senam ringan yang tidak
memberatkan lansia.balita.
4) Sasaran
Warga lansia Desa Bontorappo Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto.
5) Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan dua kali. Kegiatan pertama kali dilaksanakan pada 2
Juli 2015 di Kantor Desa Bonto Rappo dan dihadiri oleh 21 lansia yang
berasal dari Dusun Bonto Rappo, Sarroangin, dan Punagayya. Kegiatan
kedua dilaksanakan pada 7 Juli 2015 di Dusun Borong Loe dan dihadiri oleh
20 lansia yang berasal dari Dusun Borong Loe. Pertama kali, instruktur
memperagakan gerakan-gerakan senam lansia. Selanjutnya, setelah
peragaan, seluruh warga diajak untuk mengikuti gerakan dan bersama-sama
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 54
melakukan senam lansia. Senam lansia terdiri dari tiga bagian utama, yakni
pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan.
6) Hasil
Indikator keberhasilan kegiata nini adala hterlaksanany akegiatan ini dan
keaktifan lansia dalam mengikutigerakan yang menandakanlansia merasa
terbantu dengan adanya kegiatan ini. Melalui hasil observasi dan video yang
ada, diketahui bahwa dari 21 lansia yang hadir, terdapat tiga lansia yang
tidak terlalu aktif (hanya duduk) karena tidak mampu lagi berdiri terlalu
lama. Sedangkan pada kegiatan kedua, dari 20 lansia yang hadir terdapat 5
lansia yang tidak terlalu aktif karena berada di belakang. Sebagai tambahan,
kegiatan ini juga diikuti oleh warga lainnya dan seluruh warga aktif
mengikuti gerakan yang diperagakan oleh instruktur.
8) Senam Lansia
1) Latar Belakang
Saat ini, angka harapan hidup terus meningkat. Hal ini kemudian
berdampak pada banyaknya lanjut usia yang ada di Indonesia. Tetapi
meningkatnya kuantitas hidup ini tidak diikuti oleh peningkatan kualitas
hidup. Di desa bontorappo terdapat 83 jiwa penduduk yang berusia di atas
enam puluh tahun. Sebagian besar penduduk Desa Bontorappo merupakan
petani. Pekerjaan fisik yang keras membuat sebagian besar lansia yang
mengalami kemunduran fisik menjadi kurang dalam berkegiatan, dalam hal
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 55
ini berhenti melakukan kegiatan bertani yang menyulitkan. Hal ini dapat
berdampak pada keadaan fisik lansia di kemudian hari. Untuk itu, perlu ada
langkah yang diambil untuk mengurangi resiko tersebut. Salah satu cara yang
dapat digunakan adalah kegiatan ringan yang mudah dilakukan oleh lansia
tetapi cukup untuk membugarkan badan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
senam. Senam lansia ini terdiri dari gerakan-gerakan ringan yang tidak
memberatkan lansia yang telah mengalami kemunduran fisik. Senam ini
akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang
tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Selain itu,
senam lansia juga dapat meningkatkan imunitas dalam tubuh lansia. Senam
lansia merupakan olahraga yang cocok. Selain itu, kesehatan bukan hanya
masalah fisik semata. Kesehatan juga berkaitan dengan keadaan psikologis
individu. Pada masa lanjut usia, individu menjadi lebih sering merasa
kesepian karena berbagai hal, seperti kehilangan orang terdekat, keluarnya
anak dari rumah, dan lain sebagainya. Hal ini kemudian membuat kondisi
lansia menjadi lebih buruk. Senam lansia yang diadakan ditujukan untuk
semua lansia yang ingin berpartisipasi. Oleh sebab itu, para lansia dapat
berkumpul di suatu tempat dan dapat saling bertukar cerita. Hal ini dapat
membawa kebahagiaan tersendiri bagi lansia, ketika terdapat orang-orang
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 56
yang dapat diajak untuk berbicara. Keadaan bahagia pada lansia diharapkan
dapat membantu lansia dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
Kemudian, di Kabupaten Jeneponto juga terdapat sebuah program
mengenai lansia tangguh yang merupakan program terbaru dari pemerintah.
Hal ini mengindikasikan bahwa masalah-masalah pada lansia perlu
mendapatkan perhatian khusus. Sejalan dengan hal tersebut, kemudian
diadakan senam lansia yang bertujuan untuk menjaga kebugaran lansia.
Senam lansia ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk
menykseskan program lansia tangguh yang diadakan oleh pemerintah
daerah. Masalah kependudukan merupakan masalah yang harus ditangani
dengan serius oleh setiap negara, termasuk Indonesia. Laju pertumbuhan
penduduk yang tak terkendali akan berdampak pada munculnya
permasalahan-permasalahan lain seperti ketenagakerjaan, kesehatan, dan
lainnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.
Keluarga merupakan unit terkecil sebuah bangsa, berpengaruh langsung
terhadap kependudukan Indonesia sehingga upaya pengontrolan laju
pertumbuhan penduduk tentu meniscayakan intervensi di tingkat keluarga.
Salah satu program pemerintah dalam mengontrol laju pertumbuhan
penduduk adalah Keluarga Berencana.
Program KB telah dijalankan sejak era ’70-an dan telah berhasil
menurunkan angka pertambahan penduduk sebesar 100 juta jiwa sampai
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 57
tahun 2010. Namun angka capaian KB sempat mengalami kemunduran
beberapa kali berdasarkan data capaian BKKBN. Sehingga dibutuhkan
upaya maintenance untuk menstabilkan capaian program ini. Edukasi kepada
masyarakat mengenai program KB masih dibutuhkan dalam rangka
mempertahankan keberhasilan program ini.
Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan manusia, terutama
mencegah ledakan penduduk adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Dimana kontrasepsi berfungsi untuk merencanakan kehamilan sehingga
setiap pasangan dapat memperoleh anak sesuai waktu yang diinginkan dan
memberikan perawatan dan pemeliharaan seoptimal mungkin. Kontrasepsi
berasal dari kata kontra, berarti “mencegah” atau “melawan” dan konsepsi
yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Jadi, maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur matang dengan
sel sperma. Pada masyarakat awam, alat kontrasepsi dikenal hanya sebagai
alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Namun, sebenarnya banyak
sekali manfaat dari alat kontrasepsi. Contohnya sebagai kebutuhan fisik dan
pencegahan transmisi penyakit (HIV AIDS)>
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 58
2) Tujuan
1. Tujuan Umum
Masyarakat Desa Bontorappo dapat mengetahui informasi mengenai program
KB dan jenis-jenis alat kontrasepsi beserta manfaatnya.
2. Tujuan Khusus
a. Masyarakat dapat mengetahui apa itu program KB.
b. Masyarakat dapat mengetahui tujuan serta manfaat program KB dari
segi kesehatan dan kependudukan.
c. Masyarakat dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan serta tingkat
keberhasilan berbagai macam alat kontrasepsi.
3) Sasaran
Warga Desa Bontorappo, Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto
4) Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan 4 Juli 2015 di Kantor Desa Bonto Rappo. Kegiatan
ini berupa pemberian penyuluhan mengenai keluarga berencana serta jenis-jenis
alat kontrasepsi dan melakukan review berupa tanya jawab kepada peserta
kegiatan.
5) Hasil
Indikator keberhasilan dari penyuluhan ini adalah terlaksananya kegiatan,
hadirnya target dan peningkatan pengetahuan peserta penyuluhan keluarga
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 59
berencana dan jenis-jenis alat kontrasepsi dengan alat ukur tanya-jawab antara
penyuluh dan masyarakat.
A. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
1. Faktor Pendukung
Selama pelaksanaan kegiatan KKN Profesi Kesehatan di Desa Bonto
Rappo ini, terdapat beberapa faktor yang dianggap mendukung terlaksananya
semua kegiatan yang telah direncanakan. Faktor pendukung tersebut antara
lain :
a. Adanya dukungan penuh dari pemerintah setempat yaitu aparat
pemerintah Desa Bonto Rappo, tokoh masyarakat, kader dan warga
setempat
b. Adanya dukungan dari pihak Tuan Rumah yang membantu dalam
memberi masukan – masukan, kritik, saran dan dukungan moril, serta
dalam hal tempat tinggal dan konsumsi kepada peserta KKN-PK.
c. Adanya kerja sama kelompok yang baik diantara sesama peserta KKN-
PK, sehingga program kerja dapat terlaksana dengan baik.
2. Faktor Penghambat
Selain faktor pendukung juga terdapat beberapa faktor penghambat
selama pelaksanaan kegiatan KKN-PK di Desa Bonto Rappo. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 60
a. Bahasa
Sebagian besar masyarakat di Desa Bonto Rappo masih ada yang
kurang lancar berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan hanya bisa
menggunakan bahasa Makassar sehingga menyulitkan bagi peserta KKN-
PK dalam pendataan maupun penyampaian informasi kesehatan saat
penyuluhan. Namun hal ini dapat diatasi dengan bantuan masyarakat
setempat, dan beberapa orang dari mahasiswa KKN-PK yang bisa
berbahasa Makassar.
b. Peran Serta Aktif dan Kesadaran Masyarakat
Adanya beberapa dusun yang masih kurang memiliki kesadaran
akan pentingnya kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari kurang antusiasnya
masyarakat di beberapa dusun tertentu di Desa Bonto Rappo untuk
mengikuti kegiatan penyuluhan.
KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 61
Recommended