Kamis, 3-4
KORUPSI DALAM PRESPEKTIF WAWASAN NUSANTARA
Makalah
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pendidikan Kewarganegaraan
Yang di bina oleh Bapak Drs. Gatot Isnani. MSi
Oleh:
Heru Saputro (9)
085258716770
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRO 2012
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN…………………………………..……… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………...……… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..... 3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………. 4
A. Apa pengertian korupsi? ……………….………………...………………. 4
B. Apa Pengertian Wawasan Nusantara? ….…………………………….….. 5
C. Bagaimana Korupsi dalam persfektif Wawasan Nusantara? ………......... 6
D. Bagaimana Presepsi Korupsi dalam masyarakat? ………...……………… 8
E. Bagaimana Wawasan Nusantara untuk penganggulangan Korupsi
di Indonesia? ……………………………………………………………… 9
BAB III KESIMPULAN………………………………………….……………… 10
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………………. 12
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bernegara, tidak lepas dari perihal kekuasaan dan
kesejahteraan sosial. Menciptakan kesejahteraan sosial melalui segenap sumber
daya alam dan manusia dalam suatu Negara merupakan sebuah keharusan. Tak
terkecuali dengan Indonesia, sebuah Negara kepulauan yang “besar”, memiliki
sumber daya alam melimpah yang tersebar di sepanjang Sabang hingga
Merauke. Sumber daya manusia yang banyak, hingga dua ratusan juta jiwa.
Sungguh sangat potensial sekali untuk mewujudkan sebuah tujuan nasioanal
Negara Indonesia tersebut. Akan tetapi, dengan segenap keunikan karakter
manusia, tidak semudah membalikkan telapak tangan dalam mewujudkan tujuan
bernegara itu, terdapat tantangan besar dalam kenyataannya. Salah satunya
adalah Korupsi.
Korupsi secara etimologis berarti menyelewangkan atau penyalahgunaan
atas sesuatu hal. Korupsi dalam kontek kenegaraan erat dikaitkan dengan
aktivitas penyelewengan uang atau aset Negara. Menyalahgunakan
wewenangnya untuk mengalihfungsikan uang atau aset Negara untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu yang bukan menjadi haknya.
Dengan kata lain, korupsi dapat diterangkankan sebagai suatu tindakan
mengambil hak milik orang lain.
Sebagai contoh tindak pidana korupsi di Indonesia adalah salah satu
kasus korupsi di indonesia yang belakangan ini terkuak adalah Kasus
Hambalang, yang merupakan kasus dugaan tindak pidana korupsi yang
melibatkan banyak pihak terlibat, diantaranya para elite Partai Demokrat, Anas
Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum, komisaris PT Dutasari Citralaras;
Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Andi Malarangeng; Mahfud Suroso,
Direktur PT Dutasari Citralaras; dan lain sebagainya. Kasus Hambalang ini
pertama kali diungkapkan oleh terdakwa suap proyek pembangunan wisma atlet,
M Nazaruddin. Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), negara
dirugikan sebesar Rp 2,5 Triliun sebagaimana dirilis oleh media Kompas.
1
Indeks tingkat korupsi di Indonesia dilaporkan naik dari peringkat 100
menjadi 118 pada 2012. Indikasinya, tindak pidana korupsi pun masih kerap
terjadi.Tingkat korupsi tersebut merupakan laporan hasil survei lembaga
Transparency Internasional (TI) yang berkedudukan di Berlin, Jerman. Dari
situs resmi TI, Indonesia dilaporkan mendapat nilai 32 dari 0 yang terkorup dan
100 merupakan negara terbersih. Survei tersebut dilakukan terhadap 176 negara
di seluruh dunia.
Sebagaimana dirilis oleh situs berita online Republika.com, Peringkat
korupsi Indonesia 2012 tersebut lebih buruk dari negara Asia Tenggara lainnya.
Tingkat korupsi Malaysia berada di peringkat 54 dengan nilai 49. Adapun
Thailand dan Filipina menduduki peringkat negara terkorup di posisi masing-
masing 88 dan 105. Singapura menjadi negara Asia dengan tingkat korupsi
paling baik. Tingkat korupsi Singapura berada di posisi 5, mengalahkan negara
Asia Timur seperti Cina dan Jepang yang masing-masing menduduki peringkat
80 dan 17. Lembaga internasional yang mengukur tingkat korupsi tersebut
percaya adanya hubungan yang kuat antara kemiskinan, konflik, dengan tingkat
korupsi.
Tindak pidana korupsi di berbagai lapisan pejabat negara yang
merugikan keuangan negara mempengaruhi pencapaian tujuan negara, yakni
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sangat
bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila yang telah diakui kedaulatan
sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu juga bertolak
belakang dengan wawasan nusantara sebagai landasan visional bangsa
Indonesia. Korupsi memang bukan masalah yang baru, pemikir negara seperti
Cicero beranggapan bahwa korupsi merupakan masalah riskan dalam sistem
tubuh politik yang merupakan kodrat alamiah manusia cenderung berperilaku
meniru tokoh-tokoh yang berwenang. Sehingga, korupsi seolah-olah
‘dibiasakan’ oleh masyarakat, karena kodrat alamiah tersebut yang menjadikan
korupsi sebagai masalah yang susah untuk diberantas.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian korupsi?
2. Apa pengertian Wawasan Nusantara?
3. Bagaimana Korupsi di Indonesia dalam persfektif Wawasan Nusantara?
4. Bagaimana Presepsi Korupsi dalam masyarakat?
5. Bagaimana Wawasan Nusantara sebagai penganggulangan Korupsi di
Indonesia?
Teknis penulisan makalah ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang (UM, 2010)
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apa pengertian korupsi?
“Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Selanjutnya
disebutkan bahwa coouptio itu berasal pula dari kata asal corrumpere, suatu kata
Latin yang lebih tua. Arti kata itu ialah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, kata-kata yang menghina dapat
dalam The Lexicon Webster Dictionary.”(Andi, 1984:9)
Korupsi merupakan tindakan yang merugikan negara baik secara
langsung maupun tidak langsung. Bahkan ditinjau dari berbagai aspek normatif,
korupsi merupakan suatu penyimpangan atau pelanggaran. Dimana
norma sosial, norma hukum, norma etika pada umumnya secara tegas
menganggap korupsi sebagai tindakan yang buruk.
Dari segi hukum korupsi mempunyai arti
- melawan hukum
- menyalahgunakan kekuasaan
- memperkaya diri
- merugikan keuangan Negara
Tindak pidana Korupsi sesuai dengan Undang-Undang No. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pasal 2 dan 3 adalah
sebagai berikut :
Pasal 2 Ayat 1
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara
seumur hidup atau penjara paling singkat empat tahun dan paling lama
duapuluh tahun dan denda paling sedikit duaratus juta rupiah dan paling
banyak satu milyar rupiah.
4
Pasal 3
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat satu tahun dan
paling lama duapuluh tahun dan atau denda paling sedikit limapuluh juta
rupiah dan paling banyak satu milyar rupiah.”
B. Apa pengertian Wawasan Nusantara?
“Bangsa Indonesia telah memiliki wawasan nasional, yaitu ‘wawasan
nusantara’. Wawasan itu, tidak saja berlatar filosofis dan normative, akan tetapi
juga sekaligus sebagai analisis kajian empiric terhadap segala sesuatu yang
menjadi realitas bangsa Indonesia.” (Al Hakim, 2002:58)
H Kaelan (2002:125) menyatakan:
Istilah wawasan berasal dari kata ‘wawas’ yang berarti pandangan, tinjauan,
atau penglihatan inderawi. Akar kata ini membentuk kata ‘mawas’ yang
berarti memandang, meninjau, atau melihat. Sedangkan istilah Nusantara
berasal dari kata ‘nusa’ yang berarti pulau-pulau, dan ‘antara’ yang berarti
diapit di antara dua hal. Istilah Nusantara dipakai untuk menggambarkan
kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak
di antara Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia serta diantara benua Asia
dan benua Australia
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungannya berdasarkan ide nasional Pancasila yang merupakan aspirasi
bangsa Indonesia, serta menjiwai tata-hidup dan tindakan kebijakannya dalam
mencapai tujuan nasional. Terdapat tiga kesadaran dalam wawasan nusantara
(wanus) yaitu
(1) ruang hidup dan waktu,
(2) milik,
(3) kawan dan lawan.
5
Hakikat wawasan nusantara adalah Persatuan-Kesatuan atau keutuhan
bangsa. Kedudukan wanus sebagai landasan visional bangsa. Hal ini tampak
pada struktur pemikiran bangsa Indonesia, yakni selain dari landasan ideal
(Pancasila), landasan konsitusional (UUD), landasan konseptual (Tanas), dan
landasan operasional (GBHN) sehingga penting untuk diketahui oleh seluruh
bangsa Indonesia.
Fungsi Wanus adalah sebagai pedoman dan rambu-rambu dalam
perbuatan kebijakan dari tingkat atas sampai bawah dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Sementara itu, tujuan Wanus adalah mewujudkan
nasionalisme yang tinggi di semua aspek kehidupan untuk mencapai tujuan
nasional sebagaimana tertuang dalam sila ke-lima, takni mewujudkan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Asas Wanus merupakan hal yang melandasi wawasan nusantara.
Terdapat enam asas yang harus dijaga keberadaannya dalam wanus yaitu: asas
kepentingan yang sama, keadilan, kejujuran, solidaritas, kerjasama, dan
kesetiaan terhadap kesepakatan bersama. Kemudian terdapat pula arah pandang
wanus,terdapat dua arah yaitu ke dalam dan ke luar. Arah pandang ke dalam
yakni persatuan dan kesatuan atau keutuhan bangsa. Arah ke luar adalah
terjaminnya kepentingan nasional dalam hubungannya antar bangsa-bangsa.
C. Bagaimana Korupsi dalam persfektif Wawasan Nusantara?
Korupsi dilihat dari perspektif wawasan nusantara atau landasan visional
bangsa Indonesia menunjukkan ketidaksesuaian antara fakta dan nilai. Apa yang
seharusnya berbeda dengan apa yang senyatanya terjadi. Faktanya korupsi
marak terjadi di berbagai elemen pemerintahan, personal maupun golongan. Hal
ini begitu mengancam keberlangsungan tata kehidupan bangsa Indonesia.
Dalam kacamata wanus, terdapat tiga kesadaran yakni kesadaran ruang hidup
dan waktu, milik, serta kawan dan lawan.
Kesadaran akan ruang hidup dan waktu, apabila para pelaku koruptor
melakukan tindakan tersebut atas pilihan sadarnya, maka dimungkinkan
koruptor tersebut tidaklah mengimplementasikan nilai wanus di dalam
kehidupannya, jika ditinjau dari sudut pandang wanus. Kita hidup di ruang
6
sosial yang saling mempengaruhi, apabila kita berlaku salah, diri sendiri atau
pun orang lain dapat saja terkena dampaknya. Dengan korupsi sebagaimana
telah dijelaskan pengertian atau ruang lingkupnya, orang telah menghianati asas
yang telah disepakati bersama dalam wawasan nusantara. Enam asas yang telah
dilanggar, seperti asas kepentingan yang sama. Korupsi dengan tujuan
memperkaya diri sendiri mau pun kepentingan orang lain atau kelompoknya
telah menciderai asas tersebut. Asas kepentingan yang sama merupakan asas
yang fundamental dalam membangun tujuan nasional. Kepentingan nasional
yang sama menjadikan warga Indonesia bersatu membangun bangsa. Akan
tetapi, dengan membelotnya para pejabat korup telah menghambat tercapainya
tujuan nasional.
Asas keadilan dalam wawasan nusantara apabila untuk melihat
fenomena korupsi di Indonesia maka telah telah terjadi ketidakadilan, karena
dalam praktek korupsi telah terjadi penyelewengan atau penyalahgunaan alokasi
dana atau pun aset negara demi keuntungan pribadi atau orang lain, bukan untuk
tujuan yang seharusnya. Korupsi juga telah melanggar asas kejujuran, kejujuran
individu dalam melaksanakan tanggungjawab pekerjaannya. Koruptor telah
tidak jujur kepada bangsa Indonesia karena telah menghianati amanah untuk
menjadi wakil rakyat. Asas solidaritas dalam wawasan nusantara adalah
solidaritas sebuah bangsa dalam rangka bekerjasama mencapai tujuan nasional,
seperti mendukung kebijakan pemerintah dalam pembangunan nasional. Oleh
karena itu, pembangunan nasional harus diupayakan bersama dengan solidaritas
bangsa Indonesia untuk mencegah tindakan korupsi di setiap lapisan
masyarakat.
Ketika konsep dirancang dari para pemikir bangsa untuk menyusun
landasan ideal, landasan konstitusional, landasan visional sesungguhnya
merupakan harapan bersama rakyat Indonesia untuk mewujudkan tujuan
nasional (tunas). Dalam kenyataannya bahwa Indonesia masih belum bersih dari
korupsi memang menjadi berita yang memprihatikan untuk bangsa kita. Hal ini
menjadi tantangan besar bangsa Indonesia, karena maraknya korupsi
menghambat tercapainya tujuan nasional.
7
D. Bagaimana Presepsi Korupsi dalam masyarakat?
Masyarakat tidak memahami konteks korupsi secara utuh seperti dalam
undang-undang. Makna korupsi di masyarakat tidak sekadar penyalahgunaan
keuangan negara sehingga negara mengalami kerugian, namun menurut
masyarakat korupsi adalah penyalahgunakan kekuasaan dan kepercayaan untuk
kepentingan pribadi. Pungutan dalam bentuk denda razia kendaraan kendaraan
bermotor misalnya, karena tidak jelas apakah masuk kas negara atau ke kocek
oknum polisinya maka masyarakat akan menganggap itu sebagai bentuk
penyelewengan kekuasaan. Dan itu dipersepsikan sebagai korupsi. Walaupun
dengan jumlah uang yang kecil, namun bila itu terjadi terus menerus, persepsi
akan makin tebal saja persepsi bahwa polisi itu korupsi.
Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi
dan memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang
paling menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin
meluasnya praktik-praktik korupsi oleh be-berapa oknum pejabat lokal, maupun
nasional. Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi
dengan emosi dan de-monstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa
yang korup” dan “derita rakyat”.
Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas
kepada para koruptor. Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi
tahun 1998. Mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para
pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi
terhadap masyarakat dan sistem pemerin-tahan secara menyeluruh, mencita-
citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata.
Realitas dalam tataran kehidupan sehari-hari, korupsi kecil-kecilan kerap
terjadi dan berjalan karena bisa “mempermudah” urusan yang sulit secara
prosedural. Penyebab suburnya korupsi di berbagai lapisan masyarakat
kerapkali ditudingkan kepada lemahnya penyelenggara negara, baik birokrasi
maupun penegak hukum, untuk bersikap tegas menindak para pelaku korupsi.
(online, http://www.koran-sindo.com)
8
E. Bagaimana Wawasan Nusantara untuk penganggulangan Korupsi di Indonesia?
Untuk menanamkan kesadaran wawasan nusantara kepada warga negara
Indonesia secara komprehensif diperlukan upaya yang mendalam dan serius
dalam membangun generasi muda penerus bangsa. Salah satunya melalui
pendidikan, pendidikan formal di lembaga pendidikan ataupun pendidikan
informal di lingkungan tempat tinggal. Pendidikan Agama memberikan
kontribusi paling besar dalam membangun karakter seseorang, demikian juga
wawasan nasional pun dapat disampaikan beriringan dengan pendidikan agama
kepada seseorang sejak dini. Selain pendidikan agama, pendidikan moral
Pancasila juga senantiasa diberikan kepada calon generasi penerus untuk
memupuk semangat nasionalisme, membangun kehidupan berbangsa dengan
semangat optimisme perlu juga ditekankan dalam rangka solidaritas untuk
bangsa. sehingga langkah untuk mencapai tujuan nasional setidaknya diberi
akses yang mudah adanya sebuah keharmonisan dalam kehidupan sosial bangsa
Indonesia.
Dengan adanya penanaman wawasan nusantara, yang diharapkan adalah
kesadaran setiap individu menjadi bagian dari sebuah kesatuan bangsa.
Kesadaran individu yang senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan guna menghindari sejauh mungkin praktek korupsi dan
sejenisnya untuk mencapai tujuan nasional.
9
BAB III
KESIMPULAN
A. Korupsi adalah perbuatan yang merugikan, tidak hanya merugikan diri sendiri
bahkan merugikan orang lain dan juga negara baik secara langsung maupun
tidak langsung. Bahkan ditinjau dari berbagai aspek normatif, korupsi
merupakan suatu penyimpangan atau pelanggaran. Dimana norma sosial, norma
hukum, norma etika pada umumnya secara tegas menganggap korupsi sebagai
tindakan yang buruk. Tindak pidana Korupsi sesuai dengan Undang-Undang
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pasal 2 dan 3
B. Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan ide nasional Pancasila yang merupakan aspirasi
bangsa Indonesia, serta menjiwai tata-hidup dan tindakan kebijakannya dalam
mencapai tujuan nasional. Kedudukan wanus sebagai landasan visional bangsa.
Hal ini tampak pada struktur pemikiran bangsa Indonesia, yakni selain dari
landasan ideal (Pancasila), landasan konsitusional (UUD), landasan konseptual
(Tanas), dan landasan operasional (GBHN) sehingga penting untuk diketahui
oleh seluruh bangsa Indonesia.
C. Korupsi dilihat dari perspektif wawasan nusantara atau landasan visional bangsa
Indonesia menunjukkan ketidaksesuaian antara fakta dan nilai. Faktanya korupsi
marak terjadi di berbagai elemen pemerintahan, personal maupun golongan. Hal
ini begitu mengancam keberlangsungan tata kehidupan bangsa Indonesia.
Dalam kacamata wanus, terdapat tiga kesadaran yakni kesadaran ruang hidup
dan waktu, milik, serta kawan dan lawan. Indonesia masih belum bersih dari
korupsi memang menjadi berita yang memprihatikan untuk bangsa kita.
D. Masyarakat tidak memahami konteks korupsi secara utuh seperti dalam undang-
undang. Makna korupsi di masyarakat tidak sekadar penyalahgunaan keuangan
negara sehingganegara mengalami kerugian. Rakyat kecil yang tidak memiliki
alat pemukul guna melakukan koreksi dan memberikan sanksi pada umumnya
bersikap acuh tak acuh. Mereka hanya bisa memberikan saran kepada
pemerintah untuk bertindak tegas kepada para koruptor.
10
E. Salah satu upaya untuk penanggulangan korupsi melalui pendidikan formal di
lembaga pendidikan ataupun pendidikan informal di lingkungan tempat tinggal.
Pendidikan Agama memberikan kontribusi paling besar dalam membangun
karakter seseorang, demikian juga wawasan nasional pun dapat disampaikan
beriringan dengan pendidikan agama kepada seseorang sejak dini. Selain
pendidikan agama, pendidikan moral Pancasila juga senantiasa diberikan kepada
calon generasi penerus untuk memupuk semangat nasionalisme, membangun
kehidupan berbangsa dengan semangat optimisme perlu juga ditekankan dalam
rangka solidaritas untuk bangsa. sehingga langkah untuk mencapai tujuan
nasional setidaknya diberi akses yang mudah adanya sebuah keharmonisan
dalam kehidupan sosial bangsa Indonesia.
11
DAFTAR RUJUKAN
Al Hakim, S. dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Pergturuan Negeri:Dalam Konteks Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang
Andi, H 1984. Korupsi di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia, Anggota IKAPI
Kaelan, (Ed). 2002. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.Yogyakarta: Paradigma
Pandangan Masyarakat, (online), (http://www.koran-sindo.com/node/336195),diakses pada 02 April 2014
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis,Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Edisi Kelima.Malang: Universitas Negeri Malang
UU RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal
24 April 2014
12