PROPOSAL SKRIPSI
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK SAAT PEMBELAJARAN
DARING
OlehRESA KAMALA FASIKA
NIM 201733021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS2021
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL SKRIPSI
Proposal skripsi dengan judul Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak Saat
Pembelajaran Daring oleh Resa Kamala Fasika NIM 201733021 disetujui untuk
diseminarkan.
Kudus,
Pembimbing I Pembimbing II
Mila Roysa, S.Pd, M.Pd Khamdun, S.Pd, M.Pd
NIDN. 0604038702 NIDN. 0612047001
Mengetahui
Ka. Prodi
Siti Masfuah, S.Pd, M.Pd
NIDN. 0615129001
ii
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI
Proposal skripsi oleh Resa Kamala Fasika (NIM: 201733021) ini telah
diseminarkan di depan Tim Penguji pada tanggal sebagai syarat untuk
melakukan penelitian.
Kudus,
Tim Penguji
Ketua Anggota
Anggota Ka. Prodi
iii
ABSTRAK
Fasika, Resa Kamala. 2021. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak Saat Pembelajaran Daring. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus. Dosen Pembimbing (1) Mila Roysa, S.Pd,M.Pd. (2) Khamdun, S.Pd, M.Pd.
Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Pembelajaran Daring
Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pendampingan dalam mendidik anak dengan tujuan membimbing, membina, dan melindungi anak. Selama pandemi, orang tua mempunyai peran penting untuk mendampingi anak belajar secara online. Hal ini tentunya orang tua dituntut mempunyai pola asuh yang tepat dalam mendampingi anak selama di rumah. Perilaku yang baik muncul dari pola asuh yang baik, begitu pula sebaliknya. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh yang diterapkan orang tua saat pembelajaran daring selama Covid-19. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang berlangsung sebagian atau seluruhnya memanfaatkan internet.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karangbener Rt.08 / Rw.05, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah orang tua siswa, siswa kelas V SD 2 Karangbener, dan guru. Sedangkan sumber data sekunder dihasilkan melalui dokumentasi, catatan penelitian, buku dan jurnal relevan yang terkait dengan penelitian ini, serta data pendukung lainnya. Teknik dan instrumen pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
PENGESAHAN PENGUJI iii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 5
2.1 Deskripsi Konseptual 5
2.1.1 Pola Asuh Orang Tua 5
2.1.2 Metode Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring 9
2.1.3 Lingkungan Belajar Anak SD 10
2.1.4 Peran Guru dalam Proses Pembelajaran 12
2.2 Kajian Penelitian Relevan 13
2.3 Kerangka Berpikir 19
v
BAB III METODE PENELITIAN 21
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 21
3.1.1 Tempat Penelitian 21
3.1.2 Waktu Penelitian 21
3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian 21
3.3 Peranan Peneliti 22
3.4 Data dan Sumber Data 22
3.4.1 Data 22
3.4.2 Sumber Data 23
3.5 Pengumpulan Data 24
3.6 Keabsahan Data 26
3.7 Analisis Data 27
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 32
PERNYATAAN 54
KETERANGAN SELESAI BIMBINGAN 55
PERMOHONAN SEMINAR PROPOSAL 56
vi
DAFTAR TABEL
2.1 Persamaan, Perbedaan, Orisinalitas Kajian Relevan 16
vii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Berpikir 19
3.1 Analisis Data 28
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Kisi-kisi Observasi Pola Asuh Orang Tua 33
Kisi-kisi Observasi Siswa 35
Instrumen Observasi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak saat Pembelajaran
Daring 36
Instrumen Observasi siswa Kelas V 38
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa 39
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru 40
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Orang Tua 41
Instrumen Wawancara Siswa Kelas V 42
Instrumen Wawancara Guru Kelas V 44
Instrumen Wawancara Orang Tua Siswa 46
Kisi-kisi Angket Respon Siswa 48
Kisi-kisi Angket Respon Orang Tua 49
Angket Respon Siswa Kelas V 50
Angket Respon Orang Tua Siswa Kelas V 52
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-empat disebutkan bahwa salah
satu tujuan Nasional Negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa. Banyak cara yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan tersebut,
diantaranya adalah melalui pendidikan. Dalam upaya pencapaian tujuan
pendidikan tersebut, diperlukan adanya suatu pengalaman dalam belajar.
Pengalaman belajar yang tidak menimbulkan kepuasan bagi anak tidak akan
mengubah tingkah laku sesuai yang diharapkan. Dalam hal ini guru harus bisa
menciptakan suasana proses belajar mengajar yang hidup, akan tetapi disaat
kondisi seperti ini yaitu adanya wabah covid-19 sementara pembelajaran harus
dilakukan secara daring oleh sebab itu mau tidak mau anak harus belajar
dirumah dengan pendampingan orang tua sehingga diharapkan ada hubungan
timbal balik antara orang tua dengan anak.
Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, telah
mengeluarkan Surat Edaran No. 4 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) sudah
terhitung mulai 24 Maret 2020. Adanya surat tersebut, pemerintah
menghendaki agar masyarakat untuk tetap bekerja, belajar, dan beribadah di
Rumah. Kondisi tersebut memberikan dampak secara langsung pada dunia
pendidikan. Lembaga pendidikan formal, informal, dan nonformal menutup
pembelajaran tatap muka dan beralih dengan pembelajaran daring (online).
Peralihan pembelajaran, dari yang semula tatap muka menjadi pembelajaran
daring memunculkan banyak hambatan bagi orang tua peserta didik karena
orang tua juga harus ikut serta mendampingi anak dalam belajarnya di Rumah.
Keluarga merupakan adanya hubungan darah terhadap beberapa individu
yang berada dalam satu rumah tangga yang sama. Didalam keluarga terdiri
dari ayah, ibu, dan anak. Menurut Djamarah (2014 : 19) mengemukakan
bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat
tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan
1
batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling
menyerahkan diri.
Orang tua merupakan faktor eksternal yang mempunyai peranan utama
dalam mendidik anak. Tugas dan peran orang tua yang utama bukan lagi
mendidik, melainkan menyampaikan pengetahuan, memupuk pengertian,
membimbing anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan agar
dapat belajar secara efektif, sehingga diharapkan akan tercapai suatu
masyarakat yang cerdas sesuai yang dicita-citakan. Keberhasilan dalam belajar
hendaknya memberikan suatu bantuan kepada anak untuk mengatasi masalah
atau kesulitan yang timbul pada kegiatan belajar.
Terkadang orang tua sering mengeluh dan tidak dapat berbuat banyak
dalam menghadapi berbagai hambatan dalam belajar yang dihadapi anaknya
apalagi dengan kondisi yang sekarang ini pembelajaran masih dilakukan
secara daring. Perhatian orang tua lah yang dapat mendukung keberhasilan
anak di Sekolah. Menurut Slameto (2010 : 60-61) mengemukakan bahwa cara
orang tua mendidik anak sangat berpengaruh terhadap belajar anak. Sikap dan
perlakuan orang tua yang tidak memperhatikan anak seperti tidak
memperhatikan kebutuhan anak-anak dalam belajar akan mengakibatkan
kegagalan dalam prestasi pendidikan anak. Jelas bahwa orang tua memiliki
peran penting bagi pembentukan pola berpikir dan kecakapan anak. Pola asuh
yang positif akan berdampak baik pada perkembangan anak dalam belajar,
begitu pula sebaliknya pola asuh yang tidak baik akan berdampak tidak baik
juga pada perkembangan anak dalam belajar.
Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama
mengadakan kegiatan pendampingan dalam mendidik anak dengan tujuan
membimbing, membina, dan melindungi anak.
Menurut Hurlock (2006 : 93-4) mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis
pola asuh yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda yaitu pola otoriter,
pola demokratis, dan pola permisif. Pola otoriter adalah suatu jenis pola asuh
yang menuntut agar anak patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan
aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada kebebasan untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat sendiri. Pola demokratis adalah suatu jenis pola asuh
2
orang tua yang mendorong anak-anaknya agar mandiri namun masih
memberikan batas-batas dan pengendalian atas tindakan yang dilakukan anak.
Sedangkan pola premisif adalah suatu jenis pola asuh orang tua yang sangat
terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit batas dan kendali
terhadap anak mereka. Orang tua cenderung lebih membiarkan anak-anak
mereka melakukan apa saja, sehingga anak tidak dapat mengendalikan
perilakunya serta tidak mampu untuk menaruh hormat pada orang lain.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan di SD 2 Karangbener
tepatnya di Kelas V, menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah siswa di
Kelas mengaku lebih menyukai pembelajaran tatap muka langsung daripada
pembelajaran secara daring dan siswa juga memberikan informasi bahwa
kebiasaan mereka di Rumah cenderung menghabiskan waktu untuk bermain
dan nonton televisi. Pernyataan tersebut menjadi lebih kuat dengan penjelasan
yang diberikan oleh guru kelas bahwa lebih dari setengah jumlah siswa di
Kelas memiliki motivasi belajar rendah. Hal tersebut terjadi akibat dari orang
tua dalam memberikan pendampingan yang kurang maksimal sehingga
berdampak buruk pada belajar anak apalagi pembelajaran dilakukan secara
daring.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak Saat Pembelajaran
Daring”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan maka
rumusan masalah secara umum yaitu : Bagaimanakah Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Anak Saat Pembelajaran Daring?
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
1) Bagaimana bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa di SD
2 Karangbener?
2) Bagaimana faktor pola asuh orang tua yang mempengaruhi belajar siswa
saat pembelajaran daring?
3
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada
siswa di SD 2 Karangbener.
2) Mengetahui faktor pola asuh orang tua yang mempengeruhi belajar siswa
saat pembelajaran daring.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diantaranya sebagai berikut :
1) Manfaat Teoritis
Berkaitan dengan manfaat teoritis, secara umum hasil penelitian pengaruh
pola pendampingan ini dapat dijadikan rujukan bagi orang tua dalam
memberikan pendampingan untuk siswa sekolah dasar agar dalam hal
pembelajaran siswa dapat meningkatkan semangat belajarnya secara utuh
dan sekaligus sebagai bahan masukan untuk penelitian sejenisnya.
2) Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
seperti yang diuraikan berikut ini :
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan efek posistif bagi
siswa dalam pengaruhnya terhadap semangat belajar siswa sehingga
siswa tersebut mendapat yang baik.
b. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah, dalam hal karakter
peserta didik yang baik. Dan memberikan manfaat tepat guna yang
dapat meningkatkan mutu dan kualitas sekolahan.
c. Bagi Orang Tua
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan kepada
orang tua terkait dalam memberikan pola pendampingan kepada anak
dalam pembelajaran secara daring.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Konseptual
Dalam deskripsi konseptual atau kajian teori ini peneliti akan menguraikan
tentang, (1) Pola asuh orang tua, (2) Metode belajar siswa dalam pembelajaran
daring, (3) Lingkungan belajar anak SD, (4) Peran guru dalam proses
pembelajaran daring.
2.1.1 Pola Asuh Orang Tua
a) Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Menurut Bahasa, pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pola” memiliki arti cara kerja, sistem,
model, dan bentuk tetap. Sedangkan kata “asuh” memiliki arti menjaga (merawat,
mendidik) atau membimbing. Pola asuh orang tua adalah interaksi antara orang
tua dan anak selama mengadakan kegiatan pengasuhan dalam mendidik anak
dengan tujuan membimbing, membina, dan melindungi anak untuk mencapai
kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Orang tua
adalah lingkungan terdekat anak yang menjadi idola mereka. Cara kerja perilaku
orang tua atau tingkah laku orang tua secara tidak langsung akan ditiru oleh anak.
Anak akan meniru bagaimana orang tua bertutur kata, bersikap, mengungkapkan
perasaan, menanggapi, dan memecahkan masalah.
Menurut Poerwadarminta (1985: 63) mengemukakan bahwa pola asuh terdiri
dari dua istilah yaitu “pola” yang berarti model dan “asuh” yang berarti merawat,
menjaga, mendidik, dan melatih anak supaya bisa mandiri. Sedangkan menurut
Djamarah (2014: 51) mengemukakan bahwa pola asuh adalah kebiasaan yang
dilakukan oleh orang tua dalam memimpin, menjaga, dan membimbing anak yang
dilakukan secara konsisten sejak anak lahir hingga remaja dan membentuk
perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik sesuai dengan kehidupan
masyarakat.
Berdasarkan pendapat menurut para ahli diatas maka peneliti mendefinisikan
bahwa pola asuh adalah interaksi antara orang tua dan anak, dimana orang tua
5
mengontrol anak dalam memberikan pengasuhan terhadap anak dengan cara
mendidik, membimbing kepribadian anak, dan membangun pengetahuan sehingga
anak dapat berkembang sesuai usia perkembangannya. Dalam hal ini pola asuh
yang positif akan memberikan dorongan belajar bagi anak sehingga anak dapat
belajar dengan baik.
b) Jenis-jenis Pola Asuh
Menurut Hurlock (2006: 93) terdapat 3 jenis pola asuh yaitu pola asuh
otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif sebagai berikut:
1. Pola Asuh Otoriter
Menurut Baumrind (dalam Santrock 2002: 257-258) mengemukakan bahwa
pola asuh otoriter ini adalah suatu jenis bentuk pola asuh yang menentu agar anak
patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua
tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat sendiri.
Menurut Adek (2008) bahwa pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik
anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka
melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas, dan menarik diri.
Dalam hal ini anak harus nurut kepada orang tua dan anak tidak boleh
mengeluarkan pendapat. Anak jarang diajak bertukar pikiran dan berkomunikasi
dengan orang tua. Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai dengan
hukuman-hukuman yang dilakukan dengan keras. Dalam pola asuh otoriter ini
akan berakibat buruk bagi kepribadian anak seperti anak menjadi penakut, kurang
adaptif, pencemas, dan mudah stres sehingga memungkinkan anak kehilangan
kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilakunya sendiri.
Menurut Hurlock (2006: 93) mengemukakan bahwa terdapat beberapa
karakteristik dalam pola asuh otoriter ini yaitu orang tua memiliki kaidah dan
peraturan yang bersifat kaku, adanya hukuman pada setiap pelanggaran, tidak ada
pujian jika anak melaksanakan peraturan dengan benar, anak tidak diberi
kebebasan dalam berbuat kecuali yang dikehendaki orang tua, anak tidak diberi
kesempatan untuk mengambil keputusan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pola
asuh otoriter merupakan pola asuh dimana orang tua memegang kendali secara
6
keseluruhan agar anak patuh tanpa adanya kebebasan untuk anak dalam bertanya
dan mengemukakan pendapat sendiri.
2. Pola Asuh Demokratis
Menurut David (dalam Shochib, 2000) mengemukakan bahwa dalam
keluarga dengan pola asuh demokratis dapat dijumpai pada keluarga seimbang
yang ditandai oleh keharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, ayah dengan
anak, serta ibu dengan anak. Sedangkan menurut Septiani (2012) mengemukakan
bahwa pada pola asuh demokratis ini orang tua memberikan aturan-aturan yang
jelas, dan menjelaskan akibat yang terjadi apabila peraturan dilanggar. Dalam hal
ini orang tua bertanggung jawab dan dapat dipercaya, serta menjadi sebagai
koordinator. Pada pola asuh demokratis ini orang tua juga memberikan sedikit
kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki dan apa yang
diinginkan anak, serta jika anak berpendapat orang tua memberikan kesempatan
untuk mendengarkan, dilibatkan dalam pembicaraan terutama menyangkut dengan
kehidupan anak itu sendiri. Pola asuh demokratis ini dapat memberikan dampak
baik bagi kepribadian anak yaitu anak akan mandiri, percaya diri, dapat
berinteraksi baik dengan teman sebayanya, patuh, dan mampu menghadapi stres.
Menurut Hurlock (2006: 93) mengemukakan bahwa terdapat beberapa
karakteristik dalam pola asuh demokratis ini yaitu orang tua melakukan diskusi,
memberikan penjelasan serta alasan dalam membuat peraturan, orang tua lebih
menekankan pada aspek pendidikan daripada hukuman, hukuman hanya diberikan
jika anak dengan sengaja melakukan pelanggaran, orang tua memberikan pujian
jika anak melakukan perbuatan yang sesuai dengan apa yang patut dilakukan,
orang tua berusaha menumbuhkan kontrol dalam diri anak.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pola
asuh demokratis merupakan pola asuh orang tua dimana anak diberikan
kesempatan dalam menentukan pilihan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak
sepenuhnya orang tua mengambil keputusan tentang anaknya.
3. Pola Asuh Permisif
Menurut Shapiro (1999: 127-128) mengemukakan bahwa orang tua yang
permisif berusaha menerima dan mendidik anaknya sebaik mungkin tapi
cenderung sangat pasif ketika sampai pada masalah penetapan batas-batas atau
7
menanggapi ketidakpatuhan. Menurut Covey (1997: 45) mengemukakan bahwa
orang tua yang menerapkan pola asuh permisif cenderung ingin selalu disukai dan
anak tumbuh dewasa tanpa pengertian mendalam mengenai standard an harapan,
tanpa komitmen pribadi untuk disiplin dan bertanggung jawab. Sedangkan
menurut Lutvita (2008) mengemukakan bahwa anak yang diasuh secara permisif
mempunyai kecenderungan kurang berorientasi pada prestasi, suka memaksakan
keinginannya, egois, kemandirian yang rendah, serta kurang bertanggung jawab.
Orang tua yang memiliki pola asuh permisif cenderung selalu memberikan
kebebasan pada anak tanpa memberikan adanya kontrol sama sekali dan kurang
tegas dalam menerapkan peraturan. Orang tua permisif tidak begitu menuntut
karena yakin bahwa anak-anak seharusnya berkembang sesuai dengan
kecenderungan alamiahnya. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya
sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Dalam pola asuh permisif
ini dapat menyebabkan anak tidak patuh pada orang tua dan kurang mampu
mengontrol diri.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peneliti mengemukakan bahwa pola
asuh permisif adalah pola asuh dimana orang tua menginginkan hal baik untuk
anak akan tetapi orang tua cenderung memberikan kebebasan anak dalam
menentukan pilihannya.
c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Menurut Edwars adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh
sebagai berikut:
1. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan
mereka menjalankan pengasuhan. Untuk orang tua yang sudah memiliki
pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap dalam
menjalankan peran asuh, selain itu orang tua dapat mengamati tanda-tanda
pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan agar lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan yaitu terlibat aktif
dalam setiap pendidikan anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-
anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, dapat
menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak.
8
2. Lingkungan
Tidak mustahil jika lingkungan ikut serta dalam mewarnai pola-pola pengasuhan
yang diberikan orang tua terhadap anaknya karena lingkungan dapat
mempengaruhi perkembangan anak.
3. Budaya
Banyak orang tua mengharapkan anaknya dapat diterima dimasyarakat. Sering
kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam
mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak karena
pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan.
2.1.2 Metode Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring
Menurut Gilbert (2015) mengemukakan bahwa pembelajaran daring
menarik sejumlah peserta didik dan sudah lazim dilaksanakan dalam menyusun
kegiatan pembelajaran mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah dan ke
jenjang pendidikan tingkat tinggi. Pembelajaran daring dapat didefinisikan
sebagai pembelajaran yang berlangsung sebagian atau seluruhnya memanfaatkan
internet (Education, 2010).
Salah satu dampak social distancing terjadi pada sistem pembelajaran di
Sekolah. Berdasarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus. Mendikbud
menghimbau supaya semua lembaga pendidikan tidak melakukan proses belajar
mengajar secara langsung atau tatap muka, akan tetapi harus dilaksanakan secara
tidak langsung atau jarak jauh. Dengan adanya himbauan tersebut membuat semua
lembaga pendidikan mengganti metode pembelajaran yaitu menjadi online atau
dalam jaringan (daring). Berdasarkan hasil observasi, guru menyatakan bahwa
selama pembelajaran online diberlakukan untuk semua lembaga pendidikan,
banyak mengalami perubahan yang salah satunya yaitu semangat belajar siswa,
terutama pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia dan IPA karena dapat dilihat
bahwa pelajaran Bahasa Indonesia yang banyak bacaan dan pelajaran IPA yang
cukup rumit materinya untuk dipelajari sehingga semangat belajar siswa menurun
ditambah pembelajaran dilakukan secara daring.
9
Dari hasil implikasi Surat Edaran Mendikbud No. 4 Tahun 2020 terdapat
beberapa metode yang efektif untuk diterapkan pada saat pembelajaran daring,
diantaranya sebagai berikut :
1. Project Based Learning (PBL)
Metode Project Based Learning ini sangat efektif diterapkan untuk para
pelajar dengan membentuk kelompok belajar kecil dalam mengerjakan projek,
eksperimen, dan inovasi. Metode ini dapat memberikan pelatihan kepada
pelajar untuk lebih bisa berkolaborasi, dan gotong-royong dengan sesama.
2. Daring Method (Metode Daring)
Metode daring dapat mengatasi permasalahan yang terjadi selama pandemi
ini berlangsung dengan membuat para siswa memanfaatkan fasilitas yang ada
di rumah dengan baik.
3. Home Visit Method
Metode pembelajaran saat pandemi ini mirip seperti kegiatan belajar
mengajar yang disampaikan saat home schooling. Jadi, pengajar mengadakan
home visit di rumah pelajar dalam waktu tertentu. Metode ini sangat cocok
untuk pelajar yang kurang memiliki kesempatan untuk mendapatkan
seperangkat teknologi yang mewadai.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat menjelaskan bahwa pembelajaran
berbasis online atau jarak jauh diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi
siswa. Dalam hal ini, guru juga mengharapkan partisipasi dan pengasuhan orang
tua di Rumah untuk memberikan dorongan terhadap anak-anak mereka supaya
bisa semangat belajar di Rumah, dengan menggunakan fasilitas yang ada dan
melakukan kegiatan sesuai dengan ketetapan pemerintah selama Covid-19.
2.1.3 Lingkungan Belajar Anak SD
Secara umum, lingkungan belajar anak usia sekolah dasar dapat dibagi
menjadi tiga yaitu lingkungan belajar keluarga, lingkungan belajar sekolah, dan
lingkungan belajar masyarakat. Dalam hal ini lingkungan belajar keluarga, orang
10
tua mempunyai peran penting dalam memberikan pengasuhan kepada anak
sehingga akan tercapai situasi yang diharapkan.
a) Lingkungan Belajar Keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi anak. Menurut Shocib
(2010: 10) mengemukakan bahwa keluarga adalah pendidikan pusat yang pertama
dan terpenting karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini, keluarga
selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti setiap manusia. Sedangkan
menurut Damsar (2015: 71) mengemukakan bahwa dalam masyarakat modern
keluarga lebih merupakan agen sosialisasi primer utama, pelajaran berikutnya
seperti nilai, norma, harapan dan diterima dari keluarga seiring berjalannya waktu,
yang berkaitan dengan berjalannya usia.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peneliti mengemukakan bahwa
lingkungan pendidikan didalam keluarga adalah lingkungan belajar yang sangat
mempengaruhi pola kehidupan anak. Keluarga mempunyai peranan sangat
penting dalam upaya pembentukan karakter kepribadian anak. Keluarga adalah
pendidikan umum bagi anak, dengan demikian dalam keluarga diperlukan adanya
keseriusan untuk memberikan pendampingan dan bimbingan yang maksimal bagi
anak.
b) Lingkungan Belajar Sekolah
Menurut Ridwan (2008) mengemukakan bahwa definisi sekolah adalah
lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan belajar siswa. Lingkungan pendidikan pada hakikatnya adalah
sesuatu yang ada diluar individu maupun didalam individu. Pada umumnya
sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting
dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu lingkungan sekolah
yang baik mampu mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Menurut Suharjo
(2006: 1) mengemukakan bahwa sekolah dasar pada dasarnya merupakan lembaga
pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun. Sedangkan menurut
Sugiyono (2010: 1) mengemukakan bahwa anak sekolah dasar merupakan anak
dengan kategori banyak mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental
maupun fisik. Hakekatnya pendidikan sekolah dasar lebih mengarahkan dan
memotivasi anak untuk memberikan semangat anak dalam belajar. Pendidikan
11
sekolah dasar harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, karena sekolah
dasar merupakan pondasi atau wadah pertama kali yang diterima anak dijenjang
pendidikan formal.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa lingkungan belajar sekolah mempunyai peranan yang sangat penting bagi
pertumbuhan akademik pada anak, dan yang paling terpenting sekolah adalah
wadah satu-satunya untuk menyalurkan bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh
seorang anak khususnya diusia sekolah dasar.
c) Lingkungan Belajar Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan salah satu lingkungan belajar yang alami
dalam memahami etika serta nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Masyarakat
dikatakan memiliki peranan sangat penting dalam pembentukan jiwa sosial dari
seseorang karena lingkungan belajar masyarakat diyakini mampu membentuk
pengetahuan sosial pada diri seseorang. Pendidikan dalam masyarakat dikatakan
sempurna dan akan terwujud apabila orang-orang yang berkepentingan seperti
orang tua, tokoh-tokoh masyarakat, guru-guru, anak atau pemuda saling bersatu
paham dalam bidang agama, politik, dan kebangsaan.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sosial
masyarakat pada siswa sekolah dasar memang begitu penting. Jika seorang siswa
mendapatkan lngkungan belajar masyarakat yang baik, maka lingkungan belajar
keluarga dan lingkungan belajar sekolah akan menjadi lebih kompleks. Sehingga
seorang anak diharapkan akan memiliki kemampuan yang lengkap yaitu
kepribadian, pengetahuan, dan sosial yang maksimal.
2.1.4 Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Menurut Slameto (1995: 97-98) mengemukakan bahwa tugas guru adalah
untuk mendorong, membimbing, dan member fasilitas belajar bagi siswa untuk
mencapai tujuan. Mengenai apa itu peran guru ada beberapa pendapat yang
dapat dijelaskan dalam buku Sadirman A. M. (2006: 143), antara lain: Prey Katz
menggambarkan bahwa peran guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat
memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,
pembimbing dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai,
12
orang yang menguasai bahan yang diajarkan. James W. Brown mengemukakan
bahwa tugas dan peran guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi
pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol
dan mengevaluasi kegiatan siswa. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa peran guru adalah:
1. Sebagai organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus,
workshop, jadwal pelajaran, dan lain-lain.
2. Sebagai motivator, guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan
untuk mendinamisasi potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan daya cipta,
sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar.
3. Sebagai director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar mengajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
4. Sebagai inisiator, guru sebagai pencetus ide-ide kreatif yang dapat dicontoh
oleh anak didiknya dalam proses belajar.
5. Sebagai transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan pendidikan
dan pengetahuan.
6. Sebagai fasilitator, guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar mengajar mengajar.
7. Sebagai mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
8. Sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak dapat
menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
2.2 Kajian Penelitian Relevan
Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti lakukan, sampai saat ini terdapat
beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan pola asuh orang tua untuk
meningkatkan semangat belajar siswa saat pembelajaran daring, diantara yang
relevan adalah penelitian yang ditulis oleh:
Penelitian yang membahas tentang hubungan pola asuh yang pernah
dilakukan oleh: Joko Tri Suharsono, dkk 2009, yang melakukan penelitian
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Anak
Prasekolah Di TK Pertiwi Purwokerto Utara menggunakan metode pendekatan
cross sectional. Bahwa hasil penelitian menunjukkan hubungan pola asuh orang
13
tua terhadap kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah di TK Pertiwi
Purwokerto Utara yang telah diuraikan, maka peneliti menyarankan sebagai
berikut (1) Orang tua memegang peranan penting dalam kemampuan sosialisasi
anak dan pengasuhan yang baik sangat penting untuk menjamin tumbuh
kembangnya anak yang optimal, sehingga orang tua perlu menggali informasi
yang banyak tentang pola asuh yang tepat untuk diterapkan kepada anak. (2)
Kemampuan sosialisasi dipengaruhi oleh faktor keluarga (orang tua) dan
lingkungan disekitarnya. (3) Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat
mengetahui pola asuh yang paling dominan terhadap kemampuan sosialisasi anak
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan sosialisasi pada anak
prasekolah.
Penelitian yang membahas tentang pola asuh orang tua dan lingkungan yang
dilakukan oleh: Rini Harianti, 2016 yang melakukan penelitian mengkaji tentang
Pola Asuh Orang Tua Dan Lingkungan Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar
Siswa dengan menggunakan metode penelitian kualitatif serta analisis deskriptif.
Hasil kajian menunjukkan bahwa hasil analisis regresi linear menunjukkan
pengaruh pola asuh terhadap motivasi menunjukkan hubungan sangat kuat
(R=0.831) dan pola positif, artinya semakin baik pola asuh semakin meningkat
motivasi.
Penelitian yang membahas tentang pola asuh terhadap kedisiplinan belajar
yang dilakukan oleh: Eka Setiawati, 2015 mengkaji penelitian tentang Pengaruh
Pola Asuh Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa menggunakan metode penelitian
kuantitatif bahwa hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pola asuh
terhadap kedisiplinan belajar siswa kelas V Gugus Teuku Umar Kecamatan
Dukuhturi Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2013/2014. Besarnya pengaruh pola
asuh terhadap kedisiplinan belajar siswa tergolong kuat dengan koefisien R
sebesar 0,645. Sedangkan kontribusi variabel X terhadap variabel Y sebesar
41,6% kemudian sisanya 58,4% ditentukan oleh faktor lain. Dari hasil data yang
diperoleh maka disimpulkan pola asuh sangat mempengaruhi kedisiplinan belajar
pada siswa namun tidak dijelaskan jenis pola asuh mana yang mampu
mempengaruhi kedisiplinan siswa tersebut.
14
Penelitian yang dilakukan oleh: Ani Siti Anisah (2011) mengkaji Pola Asuh
Orang Tua dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Anak dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Bahwa hasil penelitian menunjukkan
hasil Hasil uji chi-square yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola
asuh orang tua terhadap kemampuan sosialisasi pada anak pra sekolah di TK
Pertiwi Purwokerto Utara diperoleh bahwa anak yang diasuh dengan pola asuh
otoriter mempunyai kemampuan sosialisasi baik sebanyak 1 (5,3%), cukup
sebanyak 7 (36,8%), kurang sebanyak 11 (57,9%). Anak dengan pola asuh
demokratis lebih dari setengahnya memiliki kemampuan sosialisasi yang baik
yaitu 27 (79,4%), sedangkan cukup dan kurang sebanyak 3 (8,8%) dan 4 (11,8%).
Hasil analisis diketahui bahwa nilai p=0,000, yaitu p<ɑ (0,05) sehingga dapat
diuraikan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap kemampuan
sosialisasi pada anak pra sekolah di TK Pertiwi Purwokerto Utara.
Penelitian yang dilakukan oleh: Cahyati, Nika dan Kusumah, Rita (2020)
yang mengkaji tentang Peran Orang Tua dalam Menerapkan Pembelajaran di
Rumah Saat Pandemi Covid 19 dengan menggunakan metode kualitatif
fenomenologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua memiliki peran
yang sangat besar selama terjadinya kegiatan pembelajaran di rumah, orang tualah
madrasah pertama bagi anak-anaknya sebelum adanya pembelajaran di Sekolah.
Orang tua dapat meningkatkan kelekatan hubungan dengan anaknya dan orang tua
dapat melihat langsung perkembangan kemampuan anaknya dalam belajar.
Pembelajaran di rumah lebih cenderung kepada banyaknya pemberian tugas yang
dapat dibantu dibimbing pengerjaannya oleh orang tua di rumah. Pembelajaran
dirumah dinilai tetap mampu meningkatkan kualitas pembelajaran begitupun
dengan pembelajaran di sekolah, pembelajaran di rumah dinilai tidak
menguntungkan bagi siswa menurut sebagian orang tua, karena di sekolah siswa
dapat berinteraksi langsung dengan guru dan bisa bersosialisasi dengan teman-
temannya. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran secara daring
memiliki manfaat bagi siswa maupun orang tuanya, kebijakan pemerintah
mengenai pembelajaran daring membuat semua orang sadar pentingnya
mempelajari teknologi dan menggunakan teknologi secara positif.
15
Penelitian yang dilakukan oleh: Nasrah, A. Muafiah (2020) mengkaji tentang
Analisis Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Daring Mahasiswa Pada Masa
Pandemi Covid-19 dengan menggunakan metode Kuantitatif. Penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar dapat diketahui bahwa hanya 52% mahasiswa
yang memperoleh nilai sangat baik dengan rata-rata niai 87,192 berada pada
kategori baik. Dari beberapa indikator penilaian Motivasi belajar, hanya indikator
senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal yang berada pada kategori
motivasi tinggi yang lainnya berada pada kategori motivasi sangat tinggi.
Motivasi belajar daring mahasiswa pada mata pelajaran IPA 74% berada pada
kategori motivasi sangat tinggi dan 1% termotivasi sangat rendah sehingga dapat
diuraikan bahwa pencapaian hasil motivasi belajar dan hasil belajar belum
maksimal, maka diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar mahasiswa dalam perkuliahan IPA.
Tabel 2.1 Persamaan, Perbedaan, dan Orisinalitas Kajian Relevan
NoNama
Peneliti
Judul
PenelitianPersamaan Perbedaan Orisinalitas
1. Joko Tri
Suharsono,
dkk.
Hubungan
Pola Asuh
Orang Tua
Terhadap
Sosialisasi
Pada Anak
Prasekolah
Di TK
Pertiwi
Purwokerto
Utara.
Penelitiannya
sama-sama
membahas
tentang pola
asuh yang
dapat
berpengaruh
pada anak.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh Joko Tri
Suharsono,
dkk lebih
fokus pada
hubungan
pola asuh
pada
sosialisasi
anak.
Penelitian
yang akan
dilakukan
oleh peneliti
lebih fokus
pada peranan
pola asuh
terhadap
semangat
belajar siswa
SD saat
pembelajaran
daring.
2. Rini
Harianti.
Pola Asuh
Orang Tua
Penelitiannya
sama-sama
Penelitian
yang
Penelitian
yang akan
16
dan
Lingkungan
Pembelajaran
Terhadap
Motivasi
Belajar
Siswa.
membahas
tentang pola
asuh yang
kaitannya
dengan
semangat
belajar siswa.
dilakukan
oleh Rini
Harianti
terdapat
variabel lain
yaitu
lingkungan
pembelajaran.
dilakukan
oleh peneliti
lebih fokus
pada peranan
pola asuh
terhadap
semangat
belajar siswa
SD saat
pembelajaran
daring.
3. Eka
Setiawati.
Pengaruh
Pola Asuh
Terhadap
Kedisiplinan
Belajar.
Penelitian
sama-sama
membahas
pola asuh dan
kaitannya
dengan belajar
anak.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh Eka
Setiawati
lebih fokus
pada
kedisiplinan
belajar.
Penelitian
yang akan
dilakukan
oleh peneliti
lebih fokus
pada peranan
pola asuh
terhadap
semangat
belajar siswa
SD saat
pembelajaran
daring.
4. Ani Siti
Anisah.
Pola Asuh
Orang Tua
dan
Implikasinya
Terhadap
Pembentukan
Karakter
Siswa.
Penelitiannya
sama-sama
membahas
tentang pola
asuh dan
jenis-jenis
pola asuh
yang dapat
Penelitian
yang
dilakukan
oleh Arini Siti
Aisah lebih
menekankan
pada aspek
pembentukan
Penelitian
yang akan
dilakukan
oleh peneliti
lebih fokus
pada peranan
pola asuh
terhadap
17
berpengaruh
pada anak.
karakter pada
diri anak.
semangat
belajar siswa
SD saat
pembelajaran
daring.
5. Cahyati,
N. dan
Kusumah,
R.
Peran Orang
Tua dalam
Menerapkan
Pembelajaran
di Rumah
Saat Pandemi
Covid 19.
Penelitiannya
sama-sama
membahas
tentang pola
asuh saat masa
pandemi covid
19.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh Cahyati,
N. dan
Kusumah, R.
lebih
menekankan
pada
perkembangan
kemampuan
anaknya saat
proses
pembelajaran
di Rumah.
Penelitian
yang akan
dilakukan
oleh peneliti
lebih fokus
pada peranan
pola asuh
terhadap
semangat
belajar siswa
SD saat
pembelajaran
daring.
6. Nasrah, A.
Muafiah.
Analisis
Motivasi
Belajar dan
Hasil Belajar
Daring
Mahasiswa
Pada Masa
Pandemi
Covid-19.
Penelitiannya
sama-sama
membahas
tentang belajar
daring pada
masa pandemi
covid 19.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh Nasrah,
A. Muafiah
lebih
menekankan
pada
pencapaian
hasil motivasi
belajar dan
hasil belajar
Penelitian
yang akan
dilakukan
oleh peneliti
lebih fokus
pada peranan
pola asuh
terhadap
semangat
belajar siswa
SD saat
pembelajaran
18
PendidikanYangIdeal
Lingkungan Belajar
Pendidikan Anak Sekolah Dasar
Keluarga
Sekolah
Masyarakat
Daring
Pola Asuh
Semangat Belajar
daring. daring.
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka teori adalah rancangan konsep yang disusun secara sistematis yang
saling berhubungan. Kerangka teori ini berfungsi untuk memperjelas pada saat
mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data sekaligus untuk memperjelas
rujukan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian. Peneliti membuat kerangka teori
ini dalam bentuk bagan berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan
dalam kajian teori, supaya lebih mudah dalam memahami teori dari siapa saja
yang membangun teori peneliti dalam melakukan penelitian.
Kerangka teori telah disusun oleh peneliti sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Berdasarkan pada bagan kerangka berpikir diatas dapat disimpulkan bahwa
mulai dari pendidikan yang ideal dapat diperoleh siswa melalui pendidikan anak
usia SD yang dilakukan secara daring dan Lingkungan belajar. Lingkungan
19
belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan penting untuk
memberikan dorongan semangat belajar anak berhubungan dengan pola asuh yang
positif, sehingga jika anak dapat memiliki semangat belajar yang baik akan
memperoleh hasil belajar yang maksimal. Dari uraian tersebut pola asuh
mempunyai peranan penting dalam pembentukan semangat belajar anak dan
implikasinya terhadap pendidikan yang ideal.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus. Dimana didalam penelitian ini akan memperdalam analisis pola asuh
orang tua terhadap anak saat pembelajaran daring dalam meningkatkan motivasi
belajar pada siswa kelas V SD 2 Karangbener.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini memerlukan beberapa tahap yaitu tahap perencanaan,
pelaksanan, dan pelaporan. Adapun waktu yang digunakan untuk merencanakan
penelitian pada bulan Maret 2021, untuk pelaksanaan penelitian pada bulan Mei
2021, dan pelaporan penelitian dimungkinkan pada bulan Juli 2021 yang
bertempat di Desa Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Penelitian ini
diharapkan dapat selesai tepat waktu sehingga peneliti dapat memperoleh
penelitian yang sudah direncanakan.
3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini mengungkap tentang pola asuh orang tua terhadap anak saat
pembelajaran daring. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, yaitu menggunakan kata-kata tertulis atau lisan orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati dan suatu pendekatan penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan cara
pengukuran. Dengan metode penelitian deskriptif untuk menekankan atau
menjelaskan peristiwa kejadian yang terjadi pada masa sekarang serta
memperoleh gambaran empirik tentang pola asuh ibu dan lingkungan
pembelajaran secara daring.
Penelitian ini memfokuskan diri pada prosedur-prosedur yang menghasilkan
data kualitatif, ungkapan atau data dari orang itu sendiri atau tingkah laku yang
21
dilakukan melalui observasi. Melalui penelitian kualitatif, peneliti menggunakan
strategi kualitatif untuk mengumpulkan data atau informasi secara mendalam
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan. Penelitian ini
digunakan untuk melakukan penelitian kaitannya dengan analisis pola asuh orang
tua untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V secara daring di SD 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
3.3 Peranan Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti mempunyai peranan penting untuk terwujudnya
keberhasilan dalam penelitian. Peneliti mempunyai peranan dari observasi
terhadap permasalahan sampai akhir menyimpulkan hasil penelitian yang sudah
diperoleh. Peran peneliti dalam penelitian kualitatif ini yaitu sebagai perencana
penelitian, pengumpul data penelitian, penganalisis data hingga akhirnya dapat
menyimpulkan data yang diperoleh dari sebuah penelitian tersebut. Oleh karena
itu, peneliti disini mempunyai peranan yang begitu penting untuk melakukan
sebuah penelitian. Disamping itu, peneliti juga berperan sebagai pendamping dan
obyek yang akan diteliti.
Berdasarkan pendidikan usia sekolah dasar pada kondisi yang masih pandemi
saat ini, peneliti berusaha memecahkan fenomena pola asuh yang diterapkan
orang tua terhadap siswa sehingga peneliti dapat memberikan informasi yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dan diharapkan hasil dari penelitian
bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk kepentingan pendidikan.
3.4 Data dan Sumber Data
3.4.1 Data
Informasi penting yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu berupa
data kualitatif. Data yang banyak berupa uraian kata-kata. Penelitian ini diperoleh
secara lisan dan tulisan. Data lisan diperoleh dari hasil wawancara dari
narasumber yaitu orang tua siswa. Sedangkan, data tulisan diperoleh dari hasil
teori pendukung yang terdapat dibuku terkait variabel yang akan diteliti yaitu pola
asuh orang tua.
22
Untuk data sementara yang diperoleh dari hasil observasi yang
dilaksanakan di SD 2 Karangbener pada kelas V mempunyai jumlah siswa
sebanyak 14 siswa meliputi 7 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Kondisi
siswa menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah siswa dikelas mengaku
lebih senang bermain game dihandphone daripada belajar dan siswa juga
memberikan informasi bahwa kebiasaan mereka dirumah selalu menghabiskan
waktu untuk bermain handphone, menonton televisi, dan bermain. Berdasarkan
pada identitas data orang tua siswa kelas V rata-rata berprofesi sebagai buruh
pabrik dan pedagang. Hal tersebut terjadi akibat dari orang tua dalam memberikan
pendampingan yang kurang maksimal sehingga berdampak buruk pada belajar
anak apalagi pembelajaran dilakukan secara daring. Hal ini akan menjadi bahan
penelitian bagaimana bentuk pengasuhan dilihat dari background keluarga yang
berbeda.
3.4.2 Sumber Data
Menurut Arikunto (2010: 172) mengemukakan bahwa sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data pada
penelitian ini adalah siswa, orang tua siswa yang akan memberikan informasi
secara langsung dengan dilakukannya wawancara serta wawancara dari guru
kelas. Menurut Sugiyono (2016: 308) mengemukakan bahwa sumber data
dibedakan menjadi dua yaitu primer dan sekunder, yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari seseorang.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau
dapat melalui orang lain atau teori-teori yang didalam buku.
Data primer dalam penelitian ini adalah orang tua siswa, siswa kelas V SD 2
Karangbener, dan guru. Data yang akan diperoleh dapat dijelaskan sebagai
berikut:
23
1) Orang tua siswa, dalam subjek penelitian ini data yang akan diperoleh adalah
penjelasan deskriptif yang terkait dengan bagaimana pengasuhan yang
diberikan oleh anak dan semangat belajar anak saat pembelajaran daring.
2) Siswa, peneliti akan menggali tentang bagaimana semangat belajar siswa saat
daring dan peranan orang tua dirumah dalam memberikan pengasuhan.
3) Guru kelas, peneliti akan menyesuaikan informasi yang didapat dari orang tua
dan siswa sehingga guru dapat memberikan informasi yang sesuai dengan
kondisi kelas tentang semangat belajar siswa sebelum daring.
Dalam data sekunder akan dijadikan sebagai data pendukung penelitian
dengan melalui dokumentasi, catatan penelitian, dan data pendukung lainnya.
3.5 Pengumpulan Data
Langkah utama dalam penelitian yaitu teknik pengumpulan data dengan
tujuan untuk mendapatkan sebuah data. Pada tahap pengumpulan data ini peneliti
akan mendapatkan data dengan menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
1. Observasi
Menurut Sugiyono (2010: 310) mengemukakan bahwa metode observasi
partisipasif yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang dimanfaatkan sebagai sumber data penelitian. Menurut
Sarwono (2001: 224) mengemukakan bahwa kegiatan observasi meliputi kegiatan
melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, objek yang
dilihat, dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang
sedang dilakukan. Sedangkan menurut Arikunto (2009: 19) mengemukakan
bahwa observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, observasi yang akan dilakukan pada
penelitian ini adalah observasi partisipasif. Peneliti melakukan observasi tentang
beberapa hal yang terkait dengan pola asuh dan semangat belajar siswa sekolah
dasar secara daring. Melalui pengamatan langsung diharapkan peneliti dapat
memperoleh data yang dibutuhkan dalam menjunjung hasil penelitian.
24
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2010: 194) mengemukakan bahwa wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Sedangkan menurut Esterberg dalam Sugiyono (2010: 319) mengemukakan
bahwa terdapat beberapa macam wawancara yaitu wawancara terstruktur, semi
terstruktur, dan tidak terstruktur. Penelitian ini menggunakan wawancara semi
terstruktur. Tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat. Wawancara ini
digunakan untuk mengetahui pola asuh orang tua terhadap anak saat pembelajaran
daring pada siswa kelas V SD 2 Karangbener.
3. Angket
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kuesioner atau angket merupakan
alat riset atau survey yang terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis yang
bertujuan untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok orang terpilih melalui
wawancara pribadi, daftar pertanyaan. Menurut Sugiyono (2011) mengemukakan
bahwa angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Terdapat beberapa jenis angket yaitu angket
terbuka dan tertutup, semi terbuka, dan angket langsung dan tidak langsung. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup karena angket tertutup
merupakan angket yang jawabannya telah disediakan, responden tinggal memilih
jawaban yang sesuai.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar, atau karya dari seseorang.
Menurut Arikunto (2009: 274) mengemukakan bahwa metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya. Sedangkan
menurut Sukardi (2003: 81) mengemukakan bahwa sumber dokumentasi
dibedakan menjadi dua macam yaitu dokumentasi resmi dan dokumentasi tidak
25
resmi. Metode dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh
dalam observasi. Dalam penelitian ini dokumentasi berfungsi untuk menambah
pemahaman dan dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
3.6 Keabsahan Data
Menurut Lexy (2014: 324) mengemukakan bahwa untuk menentukan
keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan
didasarkan atas kriteria tertentu, ada empat kriteria yang digunakan yaitu
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability).
1. Kepercayaan (Credibility)
Fungsi dari kriteria ini yaitu untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa
sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai.
2. Keteralihan (Transferability)
Kriteria ini berfungsi untuk mengumpulkan kejadian empiris tentang temuan
kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk
menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan
tentang pengalihan tersebut.
3. Kebergantungan (Dependability)
Kebergantungan mempunyai kesamaan fungsi yaitu substitusi dari istilah
reliabilitas pada penelitian nonkualitatif.
4. Kepastian (Confirmability)
Menurut nonkualitatif kriteria kepastian berasal dari konsep objektivitas.
Nonkualitatif menetapkan objektivitas dari segi kesepakatan antar subjek.
Menurut Sugiyono (2016: 366) mengemukakan bahwa keabsahan data yang
dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian dilakukan benar-benar ilmiah
sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependability.
1. Credibility
Uji kredibilitas atau uji kepercayaan terhadap penelitian yang disajikan oleh
peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak meragukan sebuah karya
ilmiah.
26
2. Transferability
Transferbilitas adalah validitas eksternal dalam sebuah penelitian kualitatif.
Validitas eksternal menunjukkan derajat ketetapan atau dapat diterapkan hasil
penelitian ke populasi dimana tersebut diambil.
3. Dependability
Realibitas atau penelitian dapat dipercaya, dengan kata lain beberapa
percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama. Penelitian
dependability merupakan penelitian apabila penelitian yang dilakukan oleh
orang lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang
sama pula.
Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menarik kesimpulan terkait keabsahan
data dalam penelitian sebagai berikut:
1) Credibility
Pada tahap ini ditunjukkan adanya temuan observasi orang tua, pola
pembelajaran dan efek belajar siswa kemudian data bisa diperoleh dari
wawancara dan dokumentasi.
2) Transferability
Pada tahap ini berkaitan terhadap kritik dan dilakukan interpretasi data,
kemudian data tersebut akan disambungkan menjadi data baru.
3) Reliability
Data yang berkaitan dengan pendidikan usia sekolah dasar dengan pola
pengasuhan orang tua.
4) Confirmability
Pada tahap ini data yang diperoleh benar-benar objektif yang nantinya akan
berlanjut pada tindak lanjut peneliti.
3.7 Analisis Data
Menurut Sugiyono (2016: 335) mengemukakan bahwa analisis data
merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit melakukan
27
Koneksi Data
Reduksi Data
Kesimpulan
Penyajian Data
sintesa dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri dan orang
lain. Berikut adalah penjelasan tahapannya:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan
keluasan kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam mereduksi data, peneliti akan
dipandu pada tujuan yang dicapai. Tujuan utama pada penelitian kualitatif adalah
pada temuan.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data, yang
paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan sehingga akan mudah dipahami.
3. Kesimpulan atau Verifikasi
Langkah ketiga dalam penelitian kualitatif adalah melakukan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Gambar 3.1 Analisis Data
28
Dari teori ahli yang terdapat pada tahapan analisis data, peneliti akan
menguraikan terkait dengan analisis data yang akan dilaksanakan mulai dari
menentukan rancangan penelitian, kemudian data yang diperoleh akan direduksi
sehingga dapat diperoleh dari proses penelitian yang akan dianalisis supaya hasil
penelitian tidak bersifat subjektif. Pada tahap selanjutnya peneliti akan
menyimpulkan hasil penelitian dan melakukan evaluasi terkait dengan masalah
yang ada pada penelitian.
29
DAFTAR PUSTAKA
Adek. 2008. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Karakteristik Anak. Viewed 15 September, http://valmband.multiply.com/journal/item/31/pengaruh_pola_asuh_orang_tua_terhadap_karakteristik_anak, Volume 4, Nomor 3.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Cahyati, N., dan Kusumah, R. 2020. Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Pembelajaran Di Rumah Saat Pandemi Covid 19. Jurnal Golden Age, Universitas Hamzanwadi Vol. 04 No. 1 (152-159).
Anisah, Ani Siti. 2011. Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Anak. Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 05, No. 01 (70-84).
Damsar. 2015. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga : Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Jakarta: Rineka Cipta. Jurnal Kreatif Februari 2017.
Education, U. S. D. 2010. Evaluation of Evidence-Based Practices in Online Learning: A Meta-Analysis and Review of Online Learning Studies.
Gilbert, B. 2015. Online Learning Revealing The Benefits and Challenges. Fisher Digital Publications.
Harianti, Rini, dkk. 2016. Pola Asuh Orang Tua dan Lingkungan Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Curricula, Vol.1, No.2.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak (Child Development) Jilid 2 (Edisi 6). Diterjemahkan oleh Meitasari Tjandrasa. 2006. Jakarta: Erlangga.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2020. Surat Edaran No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Moloeng, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.
Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press, Vol. 12, No. 1, April 2011.
Nasrah, A. Muafiah. 2020. Analisis Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Daring Mahasiswa Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Riset Pendidikan Dasar, Vol. 03 No. 2 (207-213).
30
Ridwan. 2008. Ketercapaian Prestasi Belajar. Diunduh di http://ridwan202.wordpress.com tanggal 10 September 2019, Vol. 5, No.2 (2016).
Santrock, Jhon. 2002. Perkembangan Masa Hidup Edisi ke-5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga, Pesona PAUD, Volume 1, Nomor 1.
Sardiman, A. M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sarwono, Jonathan. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiawati, Eka. 2015. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa. Jurnal Of Elementary Education Vol. 2 No. 1.
Shocib, M. 2000. Pola Asuh Orang Tua, Rineka Cipta, Jakarta. Volume 4, Nomor 3, November 2009.
Shocib, M. 2010. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Jurnal Kreatif Februari 2017.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tri, Suharsono Joko, dkk. 2009. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Anak Prasekolah Di TK Pertiwi Purwokerto Utara. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Jurnal Of Nursing), Volume 4, No. 3 November 2009.
Uno, H. B. 2014. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
31
32
KISI-KISI OBSERVASI POLA ASUH ORANG TUA
No Indikator Aspek yang Diamati
1. Pola Otoriter a. Orang tua memiliki kaidah dan peraturan yang
bersifat kaku.
b. Adanya hukuman pada setiap pelanggaran
c. Tidak ada pujian jika anak melaksanakan
peraturan dengan benar.
d. Anak tidak diberi kebebasan dalam berbuat
kecuali yang dikehendaki orang tua.
e. Anak tidak diberi kesempatan untuk mengambil
keputusan.
2. Pola Demokratis a. Orang tua melakukan diskusi, memberikan
penjelasan serta alasan dalam membuat
peraturan.
b. Orang tua lebih menekankan aspek pendidikan
daripada hukuman.
c. Hukuman hanya diberikan jika anak dengan
sengaja melakukan pelanggaran.
d. Orang tua memberikan pujian jika anak
melakukan perbuatan yang sesuai dengan apa
yang patut dilakukan.
33
e. Orang tua berusaha menumbuhkan kontrol dalam
diri anak.
3. Pola Permisif a. Orang tua memberikan kebebasan penuh kepada
anak.
b. Anak tidak pernah diberi hukuman.
c. Orang tua membiarkan anak menentukan sendiri
batasan-batasan dari tingkah lakunya.
d. Pengawasan dari orang tua sangat longgar.
34
KISI-KISI OBSERVASI SISWA
Indikator Aspek yang Diamati
Orang tua a. Memotivasi anak untuk menumbuhkan minat belajar.
b. Membimbing dan mengarahkan siswa dalam kegiatan
belajar.
c. Memberi fasilitas dan kemudahan dalam proses belajar
anak.
Lingkungan a. Kebersihan lingkungan rumah.
b. Lingkungan masyarakat sekitar rumah.
c. Teman bermain dilingkungan rumah.
d. Kondisi tempat belajar untuk kegiatan belajar.
35
INSTRUMEN OBSERVASI POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP
ANAK SAAT PEMBELAJARAN DARING
Hari / Tanggal :
Tempat :
Waktu :
No Indikator Aspek yang Diamati Deskripsi
1. Pola Otoriter a. Orang tua memiliki kaidah
dan peraturan yang bersifat
kaku.
b. Adanya hukuman pada setiap
pelanggaran
c. Tidak ada pujian jika anak
melaksanakan peraturan
dengan benar.
d. Anak tidak diberi kebebasan
dalam berbuat kecuali yang
dikehendaki orang tua.
e. Anak tidak diberi kesempatan
untuk mengambil keputusan.
2. Pola Demokratis a. Orang tua melakukan diskusi,
memberikan penjelasan serta
alasan dalam membuat
peraturan.
b. Orang tua lebih menekankan
aspek pendidikan daripada
hukuman.
c. Hukuman hanya diberikan
jika anak dengan sengaja
melakukan pelanggaran.
36
d. Orang tua memberikan pujian
jika anak melakukan
perbuatan yang sesuai dengan
apa yang patut dilakukan.
e. Orang tua berusaha
menumbuhkan kontrol dalam
diri anak.
3. Pola Permisif a. Orang tua memberikan
kebebasan penuh kepada
anak.
b. Anak tidak pernah diberi
hukuman.
c. Orang tua membiarkan anak
menentukan sendiri batasan-
batasan dari tingkah lakunya.
d. Pengawasan dari orang tua
sangat longgar.
Kudus,
Peneliti,
Resa Kamala Fasika
NIM.201733021
37
INSTRUMEN OBSERVASI SISWA KELAS V SD 2 KARANGBENER BAE
KUDUS
Hari / Tanggal :
Tempat :
Waktu :
Indikator Aspek yang Diamati Deskripsi
Orang tua a. Memotivasi anak untuk
menumbuhkan minat belajar.
b. Membimbing dan mengarahkan
siswa dalam kegiatan belajar.
c. Memberi fasilitas dan kemudahan
dalam proses belajar anak.
Lingkungan d. Kebersihan lingkungan rumah.
e. Lingkungan masyarakat sekitar
rumah.
f. Teman bermain dilingkungan
rumah.
g. Kondisi tempat belajar untuk
kegiatan belajar.
Kudus,
Peneliti,
Resa Kamala Fasika
NIM.201733021
38
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA SISWA
No. Komponen Sub KomponenNo. Lembar
Wawancara
1. Mengetahui informasi
siswa saat pembelajaran
daring
a. Kesulitan siswa saat
pembelajaran daring1 dan 4
b. Mata pelajaran yang disukai dan
tidak disukai siswa.2 dan 3
2. Respon dan proses cara
belajar siswa saat
pembelajaran daring
a. Cara belajar siswa saat
pembelajaran daring.5 dan 7
b. Sikap siswa dilingkungan
keluarga, sekolah, dan rumah.6
c. Respon orang tua terhadap anak
dalam pembelajaran daring.8, 9, dan 10
39
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA GURU
No. Komponen Sub KomponenNo. Lembar
Wawancara
1. Mengetahui informasi
guru saat pembelajaran
daring
a. Lamanya guru mengajar di
Sekolah dan di Kelas.1 dan 2
b. Jumlah siswa di Kelas. 3
c. Motivasi guru saat pembelajaran
daring4
2. Respon dan proses cara
guru mengajar saat
pembelajaran daring
a. Cara menyampaikan materi saat
pembelajaran daring.5 dan 7
b. Cara mengatasi hambatan saat
pembelajaran daring.6
c. Upaya yang dilakukan terhadap
siswa berprestasi dan kurang
berprestasi.
8 dan 9
d. Respon siswa dalam
pembelajaran daring.10
40
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA ORANG TUA
No. Komponen Sub KomponenNo. Lembar
Wawancara
1. Mengetahui informasi
orang tua saat
pembelajaran daring
a. Penerapan pola pendampingan
kepada anak.2
b. Memberikan keluangan waktu
untuk anak.3, 6, 9, dan 10
c. Motivasi orang tua saat
pembelajaran daring4 dan 5
2. Respon orang tua
terhadap pembelajaran
daring
a. Cara mengajarkan anak saat
pembelajaran daring.1
b. Masalah-masalah yang dihadapi
anak saat pembelajaran daring.7
c. Memberikan arahan-arahan
kepada anak dalam melakukan
aktivitas belajar.
8
41
INSTRUMEN WAWANCARA SISWA I KELAS V SD 2 KARANGBENER
BAE KUDUS
Nama Sekolah :
Alamat Sekolah :
Nama Siswa :
Hari / Tanggal Wawancara :
Tempat :
No Pertanyaan Jawaban
1. Kesulitan apa yang dialami saat pembelajaran Daring?
2. Mata pelajaran apa saja yang kamu sukai di SD 2
Karangbener?
3. Apa pelajaran yang tidak disukai? Berikan alasan!
4. Ketika kamu tidak bisa mengerjakan tugas, apa yang
dilakukan?
5. Jika ada PR, apakah kamu mengumpulkan tepat waktu?
6. Bagaimana sikap kamu terhadap orang tua, guru, dan
temanmu?
7. Apakah kamu juga mengikuti kegiatan Bimbingan
Belajar / LES?
8. Apakah orang tuamu selalu menanyakan sekolah,
seperti ada PR atau tidak dan kegiatan-kegiatan lain?
42
9. Apakah orang tuamu selalu membebaskan untuk
bermain sampai lupa waktu belajar?
10. Bagaimana tanggapan orang tuamu jika kamu
mendapatkan nilai kurang baik?
Kudus,
Peneliti,
Resa Kamala Fasika
NIM.201733021
43
INSTRUMEN WAWANCARA GURU KELAS V SD 2 KARANGBENER
BAE KUDUS
Nama Sekolah :
Alamat Sekolah :
Nama Guru :
Hari / Tanggal Wawancara :
Tempat :
No Pertanyaan Jawaban
1. Sudah berapa lama ibu / bapak guru mengajar di SD 2
Karangbener?
2. Sudah berapa lama ibu / bapak menjadi guru kelas v di
SD 2 Karangbener?
3. Berapa jumlah siswa yang belajar di Kelas V saat ini?
4. Bagaimana peran ibu / bapak dalam memotivasi siswa
saat pembelajaran daring?
5. Apa metode pembelajaran yang ibu / bapak gunakan
saat pembelajaran daring?
6. Apa solusi ibu / bapak lakukan mengenai faktor
hambatan saat pembelajaran daring?
7. Jika ada tugas kelompok, bagaimana pembagian
kelompok tersebut saat pembelajaran daring seperti ini?
8. Apa upaya-upaya yang selama ini ibu / bapak lakukan
untuk terus mempertahankan siswa yang berprestasi?
44
9. Apa upaya-upaya yang selama ini ibu / bapak terapkan
untuk menambah semangat belajar bagi siswa lain yang
kurang berprestasi?
10. Bagaimana respon siswa terhadap strategi yang ibu /
bapak guru terapkan pada saat pembelajaran daring?
Kudus,
Peneliti,
Resa Kamala Fasika
NIM.201733021
45
INSTRUMEN WAWANCARA ORANG TUA SISWA KELAS V SD 2
KARANGBENER BAE KUDUS
Nama Sekolah :
Alamat Sekolah :
Nama Siswa :
Hari / Tanggal Wawancara :
Tempat :
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah ibu / bapak ada aturan-aturan atau cara
mengajarkan anak saat belajar secara daring?
2. Bagaimana cara ibu / bapak menerapkan pola
pendampingan kepada anak supaya anak dengan
sendirinya mau belajar?
3. Apakah ibu / bapak dapat menyempatkan waktu untuk
menemani anak belajar?
4. Bagaimana motivasi ibu / bapak untuk mengajak anak
supaya tiap malam mau belajar?
5. Apakah di Lingkungan Rumah dapat mempengaruhi
pembentukan motivasi belajar anak?
6. Apakah ibu / bapak memberikan kebebasan anak pada
saat diluar jam pembelajaran daring?
7. Pernahkan anak ibu / bapak bercerita tentang kesulitan-
kesulitan atau masalah-masalah yang dialami saat
pembelajaran daring?
46
8. Apakah ibu / bapak selalu memberikan arahan-arahan
kepada anak dalam melakukan aktivitas belajar
mengajar di rumah?
9. Apakah dengan pekerjaan ibu / bapak dapat menyita
waktu kebersamaan anak?
10. Bagaimana cara ibu / bapak memberikan waktu untuk
anak supaya dapat berkomunikasi dengan baik?
Kudus,
Peneliti,
Resa Kamala Fasika
NIM.201733021
47
KISI-KISI ANGKET RESPON SISWA
No. Komponen Sub KomponenNo. Lembar
Wawancara
1. Respon siswa terhadap
cara belajar secara
daring
a. Respon siswa terhadap
pembelajaran daring1, 5, dan 9
b. Sikap siswa yang timbul saat
pembelajaran daring2
c. Menumbuhkan sikap optimis, dan
berfikir ilmiah10
2. Pembelajaran secara
daring dapat
memecahkan kesulitan
siswa
a. Siswa lebih mudah mengerjakan
soal3 dan 4
b. Selalu tepat waktu saat
mengumpulkan tugas8
c. Pendampingan orang tua saat
pembelajaran daring6
d. Mengikuti kegiatan bimbingan
belajar7
48
KISI-KISI ANGKET RESPON ORANG TUA
No. Komponen Sub KomponenNo. Lembar
Wawancara
1. Respon anak terhadap
pendampingan orang
tua
a. Merasa bersemangat dan senang
saat mengikuti pembelajaran
daring
1
b. Merasa nyaman belajar dengan
lingkungan yang bersih dan rapi2
c. Timbul sikap saat pembelajaran
daring 4 dan 8
2. Respon orang tua
terhadap pembelajaran
daring
a. Selalu mengecek tugas dan
mendampingi anak saat
pembelajaran daring
3 dan 6
b. Menyiapkan perlengkapan belajar 5
c. Memberi fasilitas dan waktu
kepada anak7 dan 9
d. Memberikan arahan yang positif 10
49
ANGKET RESPON SISWA KELAS V SD 2 KARANGBENER BAE
KUDUS TERHADAP PEMBELAJARAN DARING
Berilah tanda check list () sesuai dengan pilihan sikapmu terhadap pernyataan
dibawah ini!
Keterangan : Ya (setuju) dan Tidak (tidak setuju)
Hari / Tanggal :
Nama :
No PernyataanPilihan Sikap
Ya Tidak
1. Pembelajaran secara daring membuat saya bersemangat dan sangatlah
menarik minat untuk belajar.
2. Kesempatan berdiskusi dalam pembelajaran daring, membuat saya lebih
berani mengemukakan pendapat.
3. Dengan cara belajar seperti ini, membuat saya lebih mudah mengerjakan
soal Bahasa Indonesia.
4. Cara belajar seperti ini, membuat saya lebih mudah mengerjakan soal
IPA.
5. Saya tidak mudah bosan dan senang ketika belajar dirumah.
6. Orang tua saya selalu mendampingi saya mengerjakan tugas saat
pembelajaran daring.
7. Saya menyisihkan waktu untuk mengikuti kegiatan bimbingan belajar /
LES.
50
8. Saya selalu tepat waktu saat mengumpulkan tugas / PR.
9. Saya tidak pernah menyontek saat ulangan harian.
10. Saya yakin bahwa saya akan berhasil dalam pembelajaran seperti ini.
Kudus,
Peneliti,
Resa Kamala Fasika
NIM.201733021
51
ANGKET RESPON ORANG TUA SISWA KELAS V SD 2
KARANGBENER BAE KUDUS TERHADAP PEMBELAJARAN DARING
Berilah tanda check list () sesuai dengan pilihan sikapmu terhadap pernyataan
dibawah ini!
Keterangan : Ya (setuju) dan Tidak (tidak setuju)
Hari / Tanggal :
Nama :
No PernyataanPilihan Sikap
Ya Tidak
1. Anak saya merasa bersemangat dan senang mengikuti pembelajaran
daring.
2. Anak saya merasa nyaman saat belajar dirumah karena lingkungan
sekitar bersih dan rapi.
3. Saya selalu menanyakan dan mengecek tugas pada anak saat diluar jam
pembelajaran daring.
4. Cara belajar seperti ini, membuat anak saya menjadi pemberani dan
percaya diri untuk mengajukan pertanyaan.
5. Saya selalu menyiapkan perlengkapan belajar setiap akan pembelajaran
dimulai
6. Saya selalu mendampingi anak saya mengerjakan tugas pada saat jam
pembelajaran daring.
7. Saya memberi fasilitas kepada anak untuk mengikuti kegiatan
bimbingan belajar / LES.
52
8. Anak saya selalu tepat waktu saat mengumpulkan tugas / PR.
9. Saya selalu memberikan kebebasan waktu untuk anak bermain.
10. Saya akan menegur jika anak membuat kesalahan.
Kudus,
Peneliti,
Resa Kamala Fasika
NIM.201733021
53
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Resa Kamala Fasika
NIM : 201733021
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Proposal Skripsi: POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK SAAT
PEMBELAJARAN DARING
Menyatakan bahwa proposal skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau
yang ditulis oleh orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian
studi pada perguruan tinggi lain kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya
ambil sebagai acuan.
Apabila ternyata terbukti pernyataan ini tidak benar, selanjutnya menjadi
tanggung jawab saya.
Kudus,
Penyusun
Resa Kamala Fasika
NIM. 201733021
54
KETERANGAN SELESAI BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mila Roysa, S.Pd, M.Pd
NIDN : 0604038702
Jabatan : Pembimbing I
Nama : Khamdun, S.Pd, M.Pd
NIDN : 0612047001
Jabatan : Pembimbing II
telah menyelesaikan bimbingan proposal skripsi yang berjudul:
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK SAAT
PEMBELAJARAN DARING
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk mengajukan permohonan seminar
proposal.
Kudus,
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mila Roysa, S.Pd, M.Pd Khamdun, S.Pd, M.Pd
NIDN. 0604038702 NIDN. 0612047001
55
PERMOHONAN SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Resa Kamala Fasika
NIM/Semester : 201733021/8
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Mengajukan permohonan menempuh ujian proposal.
Bersama ini kami lampirkan:
1. Surat pernyataan mahasiswa tentang orisinilitas proposal skripsi
2. Surat keterangan selesai bimbingan proposal skripsi
3. Naskah proposal skripsi 3 eksemplar
4. Tanda bukti pembayaran biaya awal bimbingan dan ujian proposal skripsi
5. Transkip nilai yang telah lulus dengan IPK minimal 3.0
Kudus,
Mengetahui,
Ka. Prodi PGSD FKIP UMK Pemohon
Siti Masfuah, S.Pd, M.Pd Resa Kamala Fasika
NIDN. 0615129001 NIM. 201733021
56