1
Daftar Isi
2 Arah dan Peran Riset Akuntansi
10 (Kolom) Tanya Uni Hesty: Belajar Akuntansi Dasar – Tunai
vs Kredit
21 Akuntansi dan Pengukuran
25 Mengetahui Lebih dalam Perubahan PSAK No. 16 (Revisi
2007) tentang Aset Tetap (Bagian 3)
40 Review Buku: Numbers Rule Your World
Penasihat
Prof. Dr. Zaki Baridwan, MSc.; Prof. Dr. Suwardjono, MSc.
Redaksi: Arie Rahayu, Arif Perdana, Hesty Wulandari, Yeni Januarsi
Blog: http://akuntanmuda.wordpress.com/
E-mail: [email protected] atau [email protected]
2
Arah dan Peran Riset
Akuntansi
Seorang dosen saya pernah
menantang mahasiswanya untuk
menemukan artikel yang berisikan
penelitian akuntansi murni di
beberapa jurnal. Dengan gayanya
yang sedikit kocak, sang dosen yang
begitu digemari oleh mahasiswa-mahasiswanya itu berkata:
kalau seandainya ada salah satu dari kalian berhasil
mendapatkannya, saya akan mencukur rambut saya!
Sebagian mahasiswa ada yang menanggapinya dengan
senyuman dan sebagian lagi ada yang tertawa. Beliaupun
kemudian berkata, sepanjang dari apa yang beliau ketahui,
tidak ada satupun penelitian akuntansi saat ini yang benar-
benar murni. Semuanya bersifat multidisiplin.
3
Dari obrolan-obrolan yang beredar di kalangan mahasiswa
pascasarjana akuntansi - khususnya yang bergelut di bidang
sains akuntansi - ketika ingin membuat thesis, salah satu
permasalahan penting yang mereka hadapi adalah, apakah
topik yang mereka angkat “terasa akuntansi” atau tidak.
Mereka yang mengambil konsentrasi akuntansi keuangan
dan auditing dengan percaya dirinya berkata bahwa semua
topik yang mereka teliti sangat akuntansi. Mereka yang dari
akuntansi sektor publik, perpajakan dan akuntansi
managemen juga masih memiliki kepercayaan diri meskipun
masih kalah dibandingkan dengan mereka yang dari
akuntansi keuangan. Bagaimana dengan sistem informasi
akuntansi, mereka yang mengambil konsentrasi ini
berdasarkan pengamatan, tidak begitu yakin apakah topik
yang mereka angkat terasa akuntansi atau tidak.
Arah Riset Akuntansi Masa Kini
Untuk mengurai permasalahan ini, mari kita telusuri lebih
lanjut tentang riset-riset akuntansi, apakah benar masih ada
penelitian akuntansi yang murni dan sangat terasa akuntansi.
Apakah memang penelitian akuntansi keuangan itu benar-
4
benar ‘terasa akuntansi’ dibandingkan dengan bidang
akuntansi lainnya seperti akuntansi sektor publik,
perpajakan, akuntansi managemen, akuntansi keperilakuan,
dan sistem informasi akuntansi.
Penelitian akuntansi sebenarnya dapat dibagi kedalam dua
periode besar yaitu periode sebelum Ball & Brown (1968)
dan periode setelahnya. Artikel Ball & Brown memberikan
dampak yang luar biasa bagi penelitian akuntansi setelahnya.
Sebelum periode Ball and Brown, penelitian akuntansi lebih
bersifat normatif yaitu bagaimana seharusnya suatu kejadian
ekonomis dicatat dan dilaporkan. Setelah Ball & Brown
(1968) melakukan penelitian empiris mengenai dampak dari
angka laba terhadap harga saham, penelitian akuntansi mulai
bergeser kearah positif. Riset seperti ini lebih difokuskan
kepada prediksi bagaimana dampak dari informasi akuntansi
terhadap perekonomian.
Artikel-artikel yang diterbitkan oleh The Accounting Review
sejak tahun 1926 hingga tahun 1960-an lebih banyak fokus
kepada bagaimana kejadian-kejadian ekonomi dilaporkan
dan prinsip-prinsip apa saja yang mendasarinya. Tema-tema
normatif lebih fokus kepada sisi teknis dari akuntansi dan
5
bagaimana hal tersebut harus diterapkan secara ideal. Pada
era tersebut, dapat dikatakan bahwa artikel yang diterbitkan
di jurnal tersebut masih terasa sangat akuntansi. Pada tahun
1940an bahkan terdapat buku yang membahas Matematika
Akuntansi. Buku yang membahas tentang seluk beluk teknis
akuntansi yang diturunkan dari ilmu mapan matematika.
Tema-tema seperti itu sangat jarang sekali kita jumpai lagi
pada artikel-artikel di jurnal-jurnal top akuntansi saat ini.
Penelitian positif masa kini lebih banyak meminjam teori-
teori dan kutipan-kutipan dari disiplin ilmu lain seperti
ekonomi, managemen, keuangan, psikologi dan statistika.
Sekarang mari kita tanyakan kepada mereka-mereka yang
mengambil konsentrasi akuntansi keuangan, teori-teori dari
siapa saja yang mereka kenal dengan baik? Teori-teori
tentang seperti hipotesis pasar efisien (Eugene F. Fama,
1970), teori keagenan (Michael Jansen & William Meckling,
1976) merupakan dua teori yang paling banyak dikutip dalam
penelitian-penelitian akuntansi keuangan. Kedua teori ini
ditemukan oleh pakar-pakar di bidang ekonomi keuangan,
bukan akuntansi! Jika kita membaca penelitian-penelitian
tentang akuntansi managemen, kita akan familiar dengan
nama-nama seperti Tversky dan Kahneman yang
6
mencetuskan Prospect Theory, Albert Bandura dengan
Cognitive Theory-nya, Locke and Latham dengan Goal Setting
Theory-nya, Donald C. Hambrick dengan Upper Echelons
Theory, Dennise M Rosseau (Goal Contract Theory), Barry M
Staw (Escalation of Commitment) dan masih banyak lagi
nama-nama lainnya yang sesungguhnya bukan merupakan
pakar dalam bidang akuntansi, mereka pada umumnya
adalah ahli-ahli psikologi, tetapi teori-teori yang mereka
kemukakan banyak dikutip dalam penelitian akuntansi.
Artikel-artikel mengenai akuntansi keperilakuan juga
demikian, nama Rokeach ataupun Hofstede yang sejatinya
terkenal karena penelitiannya tentang sosiologi dan dimensi
budaya juga digunakan temuan empirisnya dalam penelitian
akuntansi keperilakuan. Bagaimana sistem informasi
akuntansi? Konsentrasi ini dianggap subyek yang paling
menyimpang. Penelitiannya kurang terasa akuntansi-nya dan
dianggap terlalu cenderung ke teknologi informasi. Nama-
nama seperti William H. DeLone & Ephraim R. McLean (IS
Success Model), Fred D. Davis (Technology Acceptance
Model), N. Venkatraman (Strategic Allignment), Magid
Igbaria (Motivational Model of Microcomputer Usage)
7
merupakan contoh teori-teori yang sering dikutip dalam
penelitian sistem infromasi akuntansi.
Perdebatan antara masing-masing bidang keilmuan akuntansi
yang mengklaim paling akuntansi bukan merupakan suatu hal
yang penting. Riset yang dilakukan oleh masing-masing
bidang akuntansi sudah bersifat multidisipliner. Yang
terpenting untuk dibahas adalah bagaimanakah sebenarnya
dampak penelitian tersebut terhadap pengembangan
akuntansi secara praktis dan teoritis.
Peran Riset Akuntansi
Pada tahun 1924 Henry Rand Hatfield pernah
mempertanyakan, apakah akuntansi merupakan disiplin
akademis, 83 tahun kemudian, John C Fellingham melakukan
penelaahan kembali atas pernyataan tersebut. Secara
normatif, akuntansi sesungguhnya lebih dekat kepada
masalah teknis ataupun vokasi. Akuntansi terikat pada
aturan-aturan dan tutorial bagaimana seharusnya suatu
transaksi diperlakukan, namun demikian ketika berbicara
pada dampak yang ditimbulkan dari angka-angka yang
8
dihasilkan dari teknik-teknik akuntansi, wilayah disiplin
akademis diperlukan. Teori-teori normatif akuntansi tidak
mampu menjelaskan bagaimana dampak dari informasi
akuntansi, oleh karena itu diperlukan teori-teori yang telah
lebih dahulu mapan dari disiplin ilmu-ilmu lainnya, untuk
memprediksi dampak tersebut.
Pertanyaan yang penting untuk dikemukakan saat ini,
bagaimanakah sebenarnya peran penelitian-penelitian
akuntansi bagi praktik akuntansi? Begitu banyak penelitian-
penelitian yang telah dilakukan baik secara normatif,
deskriptif, kritikal, dan positif, namun demikian kasus-kasus
seperti Enron, Arthur Anderson dan Worldcom yang sangat
menggemparkan dunia dan menciptakan krisis yang cukup
serius terhadap kredibilitas proses akuntansi, pelaporan, dan
tatakelola perusahaan tetap terjadi. Bagaimanakah
sebenarnya kontribusi riset-riset akuntansi terhadap krisis
keuangan global yang terjadi saat ini ? Pada tahun 1929 saat
terjadi kehancuran pasar modal di Amerika. Audit dan
pelaporan akuntansi datang bagaikan malaikat penyelamat
yang memberikan peran ideologi baru dalam memperbaiki
perekonomian Amerika. Praktik akuntansi di Amerika mulai
berubah, dari yang sebelumnya unregulated menjadi
9
regulated. Hal ini ditandai dengan persetujuan awal yang
dilakukan olah AICPA dengan NYSE pada tahun 1930 untuk
menyiapkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
kebijakan akuntansi. Apakah peran penelitian akuntansi
mampu memberikan solusi bagi krisi keuangan global saat
ini? Penelitian-penelitian positif akuntansi lebih berada pada
wilayah untuk mengurangi timbulnya informasi asimetri,
meningkatkan transparansi yang diperlukan agar pasar dapat
berfungsi dengan efisien. Namun demikian penelitian
akuntansi belum dikembangkan secara teoritis untuk
menganalisis, menginterpretasi hubungan antara akuntansi
dan makro ekonomi yang sesungguhnya amat penting
terutama dalam kaitannya dengan krisis keuangan global saat
ini.
(Arif Perdana)
10
Tanya Uni Hesty Uni Hesty saat ini mengajar di jurusan
akuntansi Politeknik Caltex di kota
bertuah Pekanbaru dan akan segera
mengajar di Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Negri Sutan Syarif
Kasim Pekanbaru. Uni menamatkan S1
di Universitas Andalas, Padang.
Setelah berkutat dengan kuliah selama
5,5 tahun dengan nilai ala kadarnya,
meneruskan kuliah profesi akuntan dan menamatkan studi S2
di kampus biru UGM, tempat yang kemudian mengubahnya
menjadi pencinta pembelajaran.
Silakan kirim pertanyaan apa saja seputaran akuntansi kepada
Uni Hesty melalui e-mail di : [email protected]
Tanya: Uni, saya kesulitan membedakan mana transaksi
yang melibatkan hutang, kas, dan piutang. Adakah cara yg
lebih mudah agar bias lebih paham?
11
Belajar Akuntansi Dasar: Tunai vs Kredit
Bagi sebagian orang, transaksi
akuntansi bukanlah hal yang
mudah untuk dimengerti. Hal
itu terjadi karena sebagian
besar sulit berpikir dan
menempatkan diri dalam
posisi sebagai perusahaan sementara sebagian lagi
mungkin tidak memiliki imajinasi yang cukup ☺. Nah,
untuk membantu mereka yang kesulitan
mengidentifikasi suatu transaksi, kali ini kita akan mulai
belajar kembali akuntansi dasar, dimulai dari transaksi
yang sifatnya dasar sekali yaitu transaksi yang
melibatkan akun kas, hutang dan piutang
Tunai = Kas
Akun kas biasanya akan muncul pada transaksi yang
memuat kata kunci TUNAI atau KAS baik untuk
12
membayar ataupun untuk menerima pembayaran,
seperti:
• dibayar secara tunai
• dengan membayar sejumlah uang tunai
• diterima kas
• menerima pembayaran secara tunai.
Contoh
1. Dibeli satu unit rumah seharga 150 juta tunai
2. Diterima pembayaran dari ibu Ani untuk
pesanan kue 10 kotak sebesar 100.000
Hutang = Beli Kredit
Piutang = Jual Kredit
Kebalikan dengan akun kas, akun hutang akan muncul
pada transaksi yang dilakukan kepada pihak/ orang lain
yang bersifat MEMBELI yang pembayarannya tidak
dilakukan secara langsung atau tertunda saat barang
kita terima. Transaksi yang akan memunculkan akun
hutang biasanya memuat kata-kata, seperti :
• dibayar secara kredit
13
• dibayar satu minggu kemudian
• dibayar satu bulan kemudian atau
• dibayar pada saat barang diterima
Contoh 1 :
1. PT A membeli sebuah mobil angkutan barang
dengan secara kredit
2. Usaha Catering ABC membeli seperangkat
peralatan masak, pembayaran akan dilakukan
satu bulan kemudian
Jika akun hutang muncul akibat transaksi yang kita
lakukan pada orang lain, maka akun piutang akan
muncul jika perusahaan melakukan penjualan, atau ada
pihak lain yang melakukan pembelian (jika perusahaan
dagang), memakai suatu jasa ataupun memesan suatu
barang yang pembayarannya tidak langsung diterima
pada saat barang atau jasa tersebut diserahkan. Kata-
kata kunci yang digunakan umumnya juga serupa
14
dengan yang ada pada transaksi yang melibatkan akun
hutang, seperti:
• dibayar secara kredit
• dibayar satu minggu kemudian
• dibayar satu bulan kemudian atau
• dibayar pada saat barang diterima.
Contoh 2 :
1. 10/5 Diterima pesanan 10 kotak kue dari ibu ani
untuk acara ulang tahun anaknya. Pembayaran
akan dilakukan seminggu kemudian
2. 11/7 Dibeli satu unit kulkas oleh Bapak Indra,
pembayaran dilakukan secara cicilan selama 12
bulan.
Ditaruh di Mana?
Untuk mengetahui apakah akun hutang, piutang atau
kas itu berada pada sisi debit atau kredit atas suatu
transaksi, maka yang pertama kali harus kita ketahui
adalah masuk kedalam kelompok apakah akun yang
15
muncul tersebut. Apakah ia masuk kedalam golongan
akun aktiva, hutang, pendapatan, beban atau modal.
Setelah mengetahui kelompok dari akun yang muncul
tersebut, kita harus mengetahui posisi normal suatu
akun itu. Posisi normal ini akan memberikan panduan
tentang apakah suatu akun akan berada di debet atau
kredit dalam keadaan tidak terjadi apa-apa atau dalam
keadaan ia bertambah. Setelahnya kita harus
mengidentifikasikan apakah transaksi tersebut
menyebabkan suatu akun bertambah atau berkurang.
Akun kas dan piutang merupakan bagian dari kelompok
aktiva. Kedua-duanya termasuk ke dalam golongan
aktiva lancar dengan posisi normal disebelah debet.
Untuk kelompok aktiva, catatan penting yang harus
diingat adalah :
AKTIVA (+) = Debet
AKTIVA (-) = Kredit
16
Contoh 3 :
Dibeli satu unit rumah seharga 150 juta tunai ----------�
rumah=aktiva, bertambah di posisi debit sedangkan
uang tunai = aktiva, berkurang di sebelah kredit.
Dengan demikian, maka jurnalnya adalah :
Rumah 150.000.000
Kas 150.000.000
Contoh 4 :
10/5 Diterima pesanan 10 kotak kue dari ibu ani untuk
acara ulang tahun anaknya sejumlah Rp. 100.000.
Pembayaran akan dilakukan seminggu kemudian. ----�
pemesanan kue = pendapatan, bertambah disebelah
kredit. Pembayaran dilakukan seminggu kemudian=
piutang, bertambah ada disebelah debet
Piutang usaha 100.000
Pendapatan 100.000
Sedangkan kelompok hutang memiliki posisi yang
berlawanan dengan kelompok aktiva. Untuk akun ini,
17
posisi normalnya berada disebelah kredit. Untuk akun
hutang, catatan yang harus diingat adalah :
Hutang (+) = Kredit
Hutang (-) = Debet
Contoh 5 :
PT A membeli sebuah mobil angkutan barang senilai
125.000.000 dengan system pembayaran yang
dilakukan secara kredit. � mobil = aktiva, bertambah
disebelah debet. Pembelian secara kredit = hutang,
bertambah disebelah kredit. Maka dengan demikian
jurnalnya :
Mobil 125.000.000
Hutang 125.000.000
Separuh Tunai Separuh Kredit
Terkadang ada beberapa contoh soal yang
menggabungkan antara transaksi tunai dengan transaksi
kredit, baik itu piutang ataupun hutang. Jika
18
menemukan soal seperti itu, bagaimana
penyelesaiannya?
Jika transaksi yang muncul dalam soal adalah transaksi
yang merupakan pembelian, yang sebagian dibayarkan
tunai dan sebagian laginya dibayarkan secara kredit,
maka akun hutang dan kas akan muncul bersamaan
dengan akun barang yang dibeli.
Contoh 6 :
Dibeli sebuah mesin pengemas produk senilai
120.000.000. dibayar DP (uang muka) 30% dan sisanya
dibayar secara angsuran 8 bulan. --� mesin = aktiva,
bertambah di sebelah debit. Pembayaran uang muka =
Kas berkurang, disebelah kredit. Sisanya dibayar secara
cicilan 8 kali pembayaran = hutang, bertambah
disebelah kredit.
Maka jurnalnya :
Mesin (perlengkapan) 120.000.000
Kas 40.000.000*
Hutang 80.000.000**
19
*30%x120.000.000
** 120.000.000-40.000.000
Sebaliknya, jika transaksi yang dilakukan berupa
penjualan ataupun pemesanan jasa yang kita tawarkan
yang sebagian dibayar tunai dan sebagian lainnya
dilakukan secara kredit, maka akun kas dan piutang
akan muncul bersamaan dengan penjualan ataupun
akun pendapatan.
Contoh 7 :
PT ABC menjual satu unit mesin pembeku makanan
seharga 120.000.000 kepada PT XYZ. DP 30% sisanya
dicicil 8 kali. ---� menjual satu unit mesin =
pendapatan/ penjualan (kalau PT ABC adalah
perusahaan dagang), bertambah di sebelah kredit.
Dibayar DP oleh PT XYZ 30%= uang tunai= kas,
bertambah disebelah debet. Sisanya dibayar kredit 8
kali = piutang, bertambah disebelah debet.
Maka jurnal oleh PT ABC:
20
Kas 40.000.000*
Piutang 80.000.000**
Penjualan 120.000.000
* 30%x120.000.000
** 120.000.000-40.000.000
Banyak hal-hal besar dimulai dari mengenali hal-hal
kecil. Belajar akuntansipun demikian, kita harus
memulai dulu dari memahami transaksi yang dasar
untuk bisa memahami transaksi yang kompleks.
21
Akuntansi dan PengukuranAkuntansi dan PengukuranAkuntansi dan PengukuranAkuntansi dan Pengukuran
Fungsi laporan keuangan sebagai alat untuk pengambilan
keputusan telah memberikan konsekuensi bahwa laporan
keuangan harus menyajikan informasi yang berguna. Hal ini
sesuai dengan apa yang disebutkan oleh FASB Statement No.
1 berkaitan dengan tujuan dari laporan keuangan yang secara
umum dapat disimpulkan berkaitan dengan decision
usefulness (FASB 1980, paras. 32–54). Yang menjadi
pertanyaan sekarang adalah, pada tingkat seperti apakah
informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan itu
memiliki kegunaan bagi pihak-pihak yang memanfaatkan
informasi tersebut ? Kemampuan laporan keuangan untuk
memberikan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang
menggunakannya berkaitan erat dengan permasalahan
karakteristik kualitatif dari laporan keuangan itu sendiri.
Karakteristik kualitatif tersebut berkaitan dengan decision
usefulness yang memiliki dua kualitas utama sehingga
informasi keuangan bermanfaat dalam pembuatan atau
pengambilan keputusan. Dua kualitas utama yang dimaksud
adalah relevan dan reliabel (FASB 1980, para. 33).
22
Pertimbangan atas kedua karakteristik kualitatif ini akan
sangat mempengaruhi atribut pengukuran yang akan
dipergunakan, apakah menggunakan historical cost,
replacement cost, exit value, net reliazable value atau
presented (discounted) cash flow (FASB 1984, para. 67) dan
fair value. Kelima atribut pengukuran diatas merupakan hal
yang sering dilakukan di dunia praktis dan juga dikemukakan
di dalam FASB Statement No. 5. Namun FASB Statement No.
5 juga tidak memberikan pernyataan yang tegas mengenai
atribut yang terbaik untuk digunakan dalam penilaian atau
pengukuran item-item pada laporan keuangan. Meskipun
istilah fair value tidak tercantum di dalam FASB Statement
No. 5, tetapi FASB Statement No. 7 menyatakan bahwa
beberapa istilah yang tercantum di dalam FASB Statement
No. 5 bersesuaian dengan fair value (FASB 2000, para. 7).
Informasi akuntansi yang disampaikan di dalam laporan
keuangan adalah berupa akun-akun dan angka dalam bentuk
satuan moneter. Pemrosesan informasi di dalam siklus
akuntansi harus melewati satu aktifitas yang dinamakan
dengan pengukuran (measurement). Pengukuran
didefinisikan sebagai pelekatan angka-angka sebagai atribut
23
atau properti atas objek yang diukur (Wolk et al., 2008, p.6).
Dari pengertian tersebut, jika dihubungkan dengan siklus
akuntansi, pengukuran merupakan proses pemberian nilai
atau angka terhadap suatu kejadian (event) ekonomi yang
dilakukan oleh suatu entitas. Tujuannya adalah untuk
mengetahui seberapa besar kejadian tersebut memiliki
pengaruh terhadap posisi keuangan entitas tersebut. Proses
pengukuran memang terlihat sebagai suatu aktifitas yang
mudah dilakukan karena hanya berkaitan dengan pelekatan
angka-angka nominal yang disajikan dalam satuan moneter.
Namun demikian kesalahan atau ketidaktepatan dalam
pengukuran suatu kejadian ekonomis akan berdampak besar
bagi proses penyajian dan pemanfaatan informasi keuangan
di dalam akuntansi. Oleh karena itu pengukuran merupakan
suatu aktifitas inti dalam akuntansi.
Pengukuran telah menjadi tema sentral di dalam akuntansi.
Disamping itu aktifitas ini juga telah menimbulkan
perdebatan yang panjang, baik dalam tataran praktis
maupun teoritis. Wolk et al (2008, p.12) menyatakan bahwa
selama bertahun-tahun, perdebatan di dalam akuntansi
terpusat kepada isu mengenai penilaian atau pengukuran
24
akun-akun yang ada di dalam neraca dan laporan laba rugi.
Hal ini dapat dipahami karena laporan keuangan tersebut
merepresentasikan penyajian informasi keuangan mengenai
suatu entitas. Perbedaan dalam penetapan angka-angka
moneter yang ada di dalam laporan keuangan tersebut jelas
akan mempengaruhi bagaimana informasi tersebut akan
dipergunakan dan dimanfaatkan dalam pengambilan
keputusan.
Referensi:
Statement of Financial Accounting Concepts No. 2,
Qualitative Characteristics of Accounting Information.
Statement of Financial Accounting Concepts No. 5,
Recognition and Measurement in Financial Statements of
Business Enterprises.
Statement of Financial Accounting Concepts No. 7, Using
Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurements.
Accounting Theory : Conceptual Issues in a Political and
Economic Environment 7th edition (Harry I Wolk,. et al. 2008)
(Arif Perdana)
25
BELAJAR IFRS
MENGETAHUI LEBIH DALAM
PERUBAHAN PSAK NO.16
(REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP
(Bagian 3)
Oleh: Yeni Januarsi
Pada edisi pertama Buletin Akuntan Muda, saya
telah memaparkan beberapa point yang terdapat dalam
perubahan PSAK 16 (revisi 2007) yang meliputi istilah
aset tetap dan definisi, pengakuan aset tetap,
pengukuran aset tetap, dan pengukuran setelah
pengakuan awal. Pada bagian ke dua (edisi April)
beberapa topik yang telah saya paparkan meliputi
pengeluaran setelah akuisisi, pertukaran aset tetap, dan
penurunan nilai aset. Pada bagian ke-3 ini (edisi Mei)
26
akan khusus membahas tentang Pengukuran Setelah
Pengakuan Awal.
PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN
AWAL
Dalam PSAK no.16 paragraf 29 dinyatakan bahwa
suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) atau
model revaluasian (revaluation model) sebagai kebijakan
akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap
seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Paragraf 29
ini mengandung arti bahwa entitas dapat memilih salah satu
model untuk melakukan pengukuran setelah pengakuan awal
dan model yang dipilih harus diaplikasikan pada seluruh kelas
aset tetap pada kelompok yang sama. Berarti jika kelompok
aset tetap berbeda, maka diperbolehkan menggunakan
model yang berbeda pula. Sebagai bahan acuan, yang
dimaksud kelompok aset yang sama adalah kelompok dari
aset yang memiliki sifat yang sama dan digunakan dalam
kegiatan operasi perusahaan. Berikut merupakan contoh dari
beberapa kelompok aset yang berbeda:
27
(a) Land;
(b) Land and buildings;
(c) Machinery;
(d) Ships;
(e) Aircraft;
(f) Motor vehicles;
(g) Furniture and fixtures; and
(h) Office equipment.
Interpretasi dari paragraf 29 dapat dicontohkan
sebagai berikut. Misalkan PT. Rahayu memiliki 7 buah mesin
yang digunakan dalam kegiatan operasi bisnisnya. Dari 7
buah mesin tersebut, dapatkan PT. Rahayu menerapkan
model biaya untuk 3 mesin dan menerapkan model revaluasi
untuk 4 mesin lainnya??? Berdasarkan kondisi ini dan
merujuk pada paragraf 29 PSAK no.16 (revisi 2007) maka PT.
Rahayu tidak diperbolehkan menerapkan dua model yang
berbeda untuk kelompok aset tetap yang sama karena
standar tidak memperbolehkannya.
Selain itu, paragraf 34 menunjukkan bahwa revaluasi
yang dilakukan secara tahunan diperlukan bagi beberapa
aset tetap yang mengalami perubahan nilai wajar secara
signifikan dan fluktuatif. Aset tetap yang tidak memiliki
28
perubahan signifikan dapat di nilai kembali (revalue) tiga atau
lima tahun sekali. Jadi, tidak setiap tahun perusahaan yang
memilih menggunakan model revaluasian ini harus
melakukan penilaian kembali terhadap aset tetapnya jika
memang tidak memiliki perubahan signifikan nilai wajar atau
jika nilai wajarnya tidak berfluktuatif
MODEL BIAYA (COST MODEL)
Berdasarkan model biaya, setelah diakui sebagai aset, suatu
aset dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Model
ini pada umumnya banyak digunakan oleh perusahaan.
Berdasarkan model ini. Penilaian kembali yang bersifar
upward tidak diperkenankan, namun penilaian kembali yang
bersifat dawnward diperkenankan jika aset mengalami
penurunan nilai (impairment).
MODEL REVALUASI (REVALUATION MODEL)
Sebelum menjelaskan lebih lanjut, perlu ditekankan bahwa
terdapat perbedaan antara revaluation model dengan fair
value model. Fair Value model berkaitan dengan Properti
Investasi yang terdapat dalam PSAK No. 13 atau berdasarkan
29
IAS 40. Sedangkan Revaluation model berkaitan dengan
Aset tetap yang terdapat dalam PSAK 16 (revisi 2007).
Menurut model ini, setelah aset diakui sebagai aset, jika nilai
pasar wajar aset dapat diukur secara andal maka aset harus
dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada
tanggal revaluasian dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasian. Nilai wajar dalam hal ini didefinisikan sebagai
jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset
antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar
(arm’s length transaction). Revaluasi ini dilakukan dengan
tujuan untuk memastikan bahwa jumlah tercatat aset tidak
berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.
Dalam kaitannya dengan akumulasi penyusutan untuk
menentukan jumlah revaluasian, paragraf 35 mengatur
bahwa jika suatu aset tetap direvaluasi, akumulasi
penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan
salah satu cara berikut ini :
30
1. disajikan kembali secara proporsional dengan
perubahan dalam jumlah tercatat bruto dari aset
sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama
dengan jumlah revaluasian.
2. dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset
dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan
kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset
tersebut (standar menyatakan bahwa metode ini
sering digunakan untuk bangunan)
Cara yang pertama selanjutnya disebut dengan Metode
Proporsional, sedangkan cara yang ke dua disebut dengan
metode Eliminasi (yang selanjutnya akan dibahas kemudian).
REVALUASI AWAL (INITIAL REVALUATION)
Berdasarkan model revaluasi, pada saat tanggal awal (tanggal
pertama kali ) aset tetap direvaluasi, penyesuaian awal
terhadap revaluasi diperhitungkan sebagai berikut :
1. kenaikan nilai terbawa (carrying amount) aset akan
dikreditkan pada other comprehensive income (OCI)
dengan menggunakan rekening gain on revaluation.
31
2. Penurunan nilai terbawa (carrying amount) aset akan
dibebankan pada OCI dengan menggunakan rekening
loss on revaluation pada laporan laba rugi komprehensif.
Sebagai contoh dapat PT. Rahayu memperoleh bangunan
dengan harga perolehan Rp 200.000. setelah satu tahun,
bangunan tersebut dinilai memiliki fair value sebesar Rp
250.000. Ayat Jurnal yang dibuat untuk mencatat kenaikan
carrying amount ke nilai wajar-nya adalah:
Building Rp50.000
Other comprehensive income-gain revaluation
Rp50.000
Pada akhir tahun fiskal, kenaikan yang terjadi pada nilai
terbawa bangunan akan diakumulasikan pada akun
“revaluation surplus” dalam seksi ekuitas pemegang saham
pada laporan posisi keuangan.
REVALUASI KEMUDIAN (SUBSEQUENT REVALUATION)
Pada periode berikutnya, penyesuaian terhadap
revaluasi diperhitungkan sebagai berikut:
32
1. Kenaikan yang terjadi pada nilai carrying amount
(upward revaluation) harus diakui sebagai income dalam
laba atau rugi sebagai kelanjutan dari rugi revaluasi
tahun sebelumnya yang diakumulasikan dalam surplus
revaluasi, dan kelebihannya harus di kreditkan ke ekuitas.
2. Penurunan yang terjadi pada nilai carrying amount
(downward revaluation) harus dibebankan ke OCI
sebagai kelanjutan dari surplus revaluasi tahun
sebelumnya dan kelebihannya harus dikreditkan ke
ekuitas.
Sebagai contoh, anggaplah PT. Rahayu pada tahun
berikutnya memiliki bangunan dengan fair value sebesar $
180.000 dan bukan sebesar Rp250.000 seperti pada tahun
sebelumnya. Jurnal berikut akan dibuat oleh PT. Rahayu
untuk mencatat terjadinya downward revaluation:
Others comprehensive income-gain revaluation
Rp50.000
Loss on revaluation – Building (expense) 20.000
Building Rp70.000
33
METODE UNTUK MENYESUAIKAN AKUMULASI
DEPRESIASI PADA TANGGAL REVALUASI
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, dalam
kaitannya dengan akumulasi penyusutan untuk menentukan
jumlah revaluasian, terdapat dua metode untuk
menyesuaikan akumulasi depresiasi yaitu:
1. Metode proporsional dan
2. Metode Eliminasi.
1. MOTODE PROPORSIONAL
Dengan menggunakan metode ini akumulasi depresiasi
akan dinyatakan kembali secara proporsional sesuai dengan
perubahan pada gross carrying amount aset sehingga nilai
carrying amount aset setelah revaluasi akan sama dengan
jumlah revaluasiannya. Untuk lebih jelasnya bisa disimak
contoh berikut.
Asumsikan PT Rahayu memiliki bangunan dengan harga
perolehan Rp200.000 dan diestimasi memiliki umur
ekonomis 5 tahun. Depresiasi berdasarkan informasi ini
adalah sebesar Rp40.000 per tahun. Setelah dua tahun
berlalu (pada akhir tahun ke-2), PT Rahayu memperoleh
34
informasi bahwa nilai wajar bangunan sebesar Rp 300.000
dan memutuskan untuk menaikkan nilai bangunan ke nilai
wajarnya sebesar Rp300.000. Dari situasi ini, net carrying
amount (nilai buku atau kos depresiasi) sebelum revaluasi
adalah Rp120.000 {berasal dari Rp200.000 – (2xRp40.000)}.
Net upward revaluation/surplus revaluasi (atau bisa juga
disebut kenaikan carrying value aset) adalah sebesar
Rp180.000 (Rp300.000 –Rp120.000) atau sebesar perbedaan
antara fair value dengan net carrying value.
Jika PT Rahayu menggunakan metode proporsional (atau
disebut juga pendekatan “Gross Up”) maka terlebih dahulu
harus kita tentukan berapa nilai bangunan yang akan dicatat.
Untuk itu, terlebih dahulu kita cari nilai gross fair value.
Karena nilai fair value setelah 2 tahun dari 5 tahun umur
ekonomis sebesar Rp300.0001, maka jumlah gross fair value
seharusnya sebesar:
Gross fair value (Gross Carrying amount) = 5/3 x
Rp300.000 = Rp 500.000
1 Logikanya adalah total gross fair value adalah 5/1 * 300.000=
Rp1,500.000.
35
Karena pada awalnya aset memiliki kos Rp200.000, maka
agar total nilai aset sama dengan gross fair value-nya yaitu
sebesar Rp500.000, maka dalam revaluasi ini aset akan
dicatat sebesar Rp300.000.
Untuk mendapatan nilai net carrying value sama dengan fair
value-nya setelah dua tahun maka saldo akumulasi depresiasi
harus menjadi Rp200.000 sehingga untuk pancatatan pada
tanggal revaluasi, saldo akumulasi depresiasi harus
ditambahkan sebesar Rp120.000 (sebelum revaluasi terdapat
saldo Rp80.000 sehingga total saldo akan menjadi
Rp200.000).
Penjelasan lain mengapa saldo akumulasi depresiasi harus
sebesar Rp200.000 adalah jika total gross fair value adalah
Rp500.000 (seperti yang telah dihitung diatas) maka untuk
periode sampai dengan akhir tahun kedua, total akumulasi
depresiasi adalah (Rp500.000/5thn) x 2 tahun = Rp200.000
sehingga untuk pancatatan pada tanggal revaluasi, saldo
akumulasi depresiasi harus ditambahkan sebesar Rp120.000
36
Terakhir adalah akun gain on ravaluation2. Nilai akun ini
dicatat sebesar perbedaan antara nilai fair value yaitu
Rp300.000 dengan nilai carrying value aset yaitu Rp 120.000,
sehingga akun gain on ravaluation akan dicatat sebesar:
gain on ravaluation = Rp300.000 – Rp120.000 = Rp
180.000
Rangkuman dari perhitungan diatas dapat dilihat sebagai
berikut:
Keterangan Original
Cost
Revaluation Total
Gross Carrying
amount
Rp200.000 Rp300.000 Rp500.000
Accumulated
Depreciation
80.000 120.000 200.000
Net Carrying
Amount
Rp120.000 Rp 180.000 Rp300.000
Jurnal yang dibuat pada tanggal revaluasi dengan metode
proporsional adalah:
2 Akun ini dapat diganti dengan menggunakan akun “surplus
revaluasi”
37
Buildings Rp300.000
Accumulated depreciation Rp120.000
Other Comprehensive Income-Gain On revaluation
180.000
Setalah revalusi, maka carrying value bangunan adalah
sebesar Rp300.000 (Rp500.000 –Rp200.000).
METODE ELIMINASI
Metode ini dapat disebut juga “netting approach”. Dengan
menggunakan metode ini, akumulasi depresiasi akan
dieliminasi terlebih dahulu baru kemudian nilai aset akan
dinaikkan dengan mendebet rekening aset tetap yang terkait
sebesar perbedaan antara fair value dengan carrying amount
dan mengkredit rekening Gain On revaluation (atau surplus
revaluasi) dengan jumlah yang sama dengan rekening
debetnya.
Sebagai contoh PT Rahayu memiliki bangunan dengan harga
perolehan Rp200.000 dan diestimasi memiliki umur
ekonomis 5 tahun. Depresiasi berdasarkan informasi ini
38
adalah sebesar Rp40.000 per tahun. Setelah dua tahun
berlalu (pada akhir tahun ke-2), PT Rahayu memperoleh
informasi bahwa nilai wajar bangunan sebesar Rp 300.000
dan memutuskan untuk menaikkan nilai bangunan ke nilai
wajarnya sebesar Rp300.000.
Jika PT. Rahayu menggunakan metode eliminasi (atau
“netting approach”) maka nilai Gain On revaluation dihitung
sebagai berikut:
Gain On revaluation = fair value - carrying amount
= Rp300.000 – (Rp200.000 –
Rp80.000)
= Rp 300.000 – Rp 120.000
= Rp 180.000
Selanjutnya jurnal sekelengkapnya yang dapat dibuat oleh
PT. Rahayu bekaitan dengan model revaluasi ini adalah:
31/12/08 Accumulated Deprecation
Building
(untuk mencatat eliminasi
akumulasi depresiasi)
Rp80.000*
Rp80.000
39
31/12/08 Buildings
Other Comprehensive
Income-Gain On revaluation
(mencatat revaluasi building)
Rp 180.000
Rp180.000
*= jumlah akumulasi depresiasi pada tanggal ini
adalah sebesar Rp80.000 yang merupakan
total akumulasi depresiasi selama 2 tahun
REFERENSI
1. http://www.gfsconsulting.ca/ifrs/ifrs-and-
canadian-gaap-%E2%80%93-ias-16-revaluation-
model
2. Epstein & Jermakowicz. IFRS : Interpretation and
Application of International Accounting and Financial
Reporting, John Wiley, 2010
3. Workshop dan Diskusi “Pengaruh IFRS terhadap
Silabus dan Materi Pengajaran Akuntansi serta
Workshop "PSAK Terbaru, UI, 2010
4. Standar Akuntansi keuangan per 1 juli 2009. Ikatan
Akuntan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta
40
Review Buku : Numbers Rule
Your World
Numbers Rule Your World
Kaiser Fung
McGraw-Hill, 1 edition, 2010
224 halaman
Hardcover: $15.61
If you know how to use numbers in making everyday
decisions, you rule your world.
(Kaiser Fung – Number s Rule Your World)
Adakah aktifitas kehidupan kita yang tidak terpengaruhi oleh
angka ? Tidak ada, semua aktifitas kehidupan kita selalu
dipengaruhi oleh angka, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kehidupan kita dibatasi oleh usia dan waktu yang
diukur dalam angka. Kehidupan yang bahagia dan ideal mulai
41
dari kekayaan hingga bentuk fisik tubuh seringkali dikaitkan
dengan angka. Kesuksesan di bidang akademis tak luput dari
angka-angka. Pertumbuhan ekonomi suatu negara tak lepas
dari ukuran angka-angka. Bahkan dalam beribadah kepada
Tuhan pun kita tak bisa melepaskan peran angka-angka.
Angka telah mempengaruhi kehidupan manusia mulai dari
yang sifatnya ilmiah, religius bahkan hingga mistis.
Pesona angka memang sangat luar biasa. Kemampuan
berhitung angka dengan cepat mengindikasikan sebagai salah
satu bentuk kejeniusan. Orang-orang yang berbicara dengan
angka-angka tampak memiliki intelektualitas yang baik.
Kebohongan akan tampak menjadi sebuah kebenaran yang
ilmiah apabila dibarengi dengan angka-angka yang memukau.
Bahkan sesuatu yang tidak rasional pun bisa diubah menjadi
rasional melalui angka-angka. Angka tidak pernah luput jadi
bumbu penyedap yang amat lezat dalam pembicaraan mulai
dari anak TK hingga mahasiswa doktoral, dari guru SD hingga
Professor, dari penjudi hingga peneliti, dan dari rohaniawan
hingga paranormal. Ada dua bahasan penting yang tak dapat
dilepaskan dengan angka yaitu mistik dan statistik. Tak jarang
pula kedua bidang ini bisa bersinergi. Mistik dapat berubah
42
menjadi statistik, demikian pula sebaliknya. Semuanya
tergantung dari cara berpikir orang yang menggunakannya.
Mistifikasi Angka
Semua kebudayaan di dunia memiliki kepercayaan terhadap
angka-angka. Beberapa diantaranya adalah kepercayaan
mengenai angka 13 dan 666 di kebudayaan Barat dan angka
4 kebudayaan Timur. Kepercayaan terhadap angka-angka
tersebut ternyata masih sangat berpengaruh terhadap
kehidupan manusia masa kini. Lihat saja kursi-kursi di
pesawat terbang dan gedung-gedung bertingkat. Kita tidak
akan pernah menjumpai penggunaan angka 13 disana. Angka
13 yang muncul pertama kali dari ajaran kuno Kabbala ini
dianggap membawa kesialan oleh karena itu harus dihindari.
Begitu juga dengan angka 666. Angka ini selalu diidentikan
dengan keburukan dan satanisme. Dalam kebudayaan China,
angka 4 dipercaya merupakan angka sial karena dalam
bahasa China, angka ini berarti kematian. Di Indonesia,
beberapa waktu lalu, di mailing list dan blog muncul tulisan
yang mencoba menghubung-hubungkan angka 26 dengan
43
sebagian besar musibah yang terjadi di Indonesia. Mistik
sudah mirip seperti statistik. Angka-angka di atas dicoba
dihubung-hubungkan dengan suatu kejadian buruk. Lebih
parahnya lagi tumbuh keyakinan bahwa angka –angka
tersebut yang menyebabkan terjadinya suatu kejadian buruk.
Sungguh suatu pembodohan yang luar biasa. Mistifikasi
angka-angka telah meracuni kehidupan manusia. Sesuatu
yang irrasional pun terlihat menjadi menarik karena
dibumbui oleh angka-angka.
Cara Berfikir Statistik
Statistik telah menjadi perangkat yang penting di semua
bidang ilmu pengetahuan. Berita-berita yang kita lihat di
media cetak dan elektronik hampir semuanya adalah angka-
angka statistik, baik yang sifatnya deskriptif maupun
inferensial. Pendapatan per kapita, persentase kemiskinan,
indeks harga saham, hasil survey dan polling, tingkat
pengangguran, ramalan cuaca dsb semuanya adalah angka-
angka statistik. Seberapa penting kah angka-angka tersebut?
Statistik jelas bermanfaat bagi kehidupan manusia. Suatu
permasalahan akan dapat dengan mudah dijelaskan dan
44
diprediksi dengan memanfaatkan angka-angka karena
terukur dengan jelas. Namun demikian tidak semua
permasalahan dapat dikuantifikasi, dijelaskan dan diprediksi
hanya dengan angka-angka statistik dan probailitas semata.
Statistik identik dengan metode ilmiah. Orang yang berbicara
dengan angka-angka statistik terlihat lebih ilmiah
dibandingkan dengan yang tidak menggunakannya. Dalam
ilmu ekonomi, banyak ekonom yang memuja angka-angka
statistik. Kehidupan manusia yang kompleks dengan berbagai
pola perilaku dan aspek sosial yang menaunginya semuanya
dianggap dapat tergambarkan dalam distribusi normal.
Angka-angka statistik pun tak jarang digunakan untuk
mengilmiahkan suatu kebohongan. Angka dan statistik jelas
tidak bersalah, tetapi orang yang menggunakan dan
menyusunnya yang bermasalah. Orang-orang seperti ini jelas
telah melakukan apa yang disebut oleh Nassim Nicholas
Thaleb dalam bukunya yang fenomenal berjudul Black Swan
sebagai kecurangan intelektual yang luar biasa melalui
statistik.
Berbeda dengan Nassim Nicholas Thaleb yang mengkritisi
cara berfikir statistik, Kaiser Fung yang berprofesi sebagai
45
statistikawan professional dalam bukunya yang berjudul
Numbers Rule Your World mencoba memberikan
pemahaman yang benar mengenai “cara berfikir statistik”.
Ada lima pemikiran penting yang dikemukakan oleh Fung,
namun demikian dari semua pemikiran tersebut ada satu
pemikiran yang patut dikritisi. Berikut ini adalah cara berfikir
statistik yang benar menurut Fung.
Jangan percaya angka rata-rata. Salah satu tema penting
yang dibahas adalah penyalahgunaan angka rata-rata.
Selama ini orang selalu terpesona dengan angka rata-rata.
Padahal, penggunaan angka ini, apalagi untuk kehidupan
sosial jelas akan menjadi pernyataan yang menyesatkan jika
tidak mempertimbangkan variabilitas dari angka tersebut.
Angka rata-rata sama sekali tak bermakna apa-apa jika tidak
disandingkan dengan variabilitasnya. Sebagai contoh.
Perhitungan GNP yang diukur berdasarkan jumlah rata-rata
barang dan jasa yang diproduksi jelas akan bias jika
variabilitasnya tidak diketahui. Jumlah rata-rata
mengasumsikan produksi setiap orang adalah sama, padahal
dalam realitasnya tidak demikian.
46
Korelasi berbeda dengan kausasi. Kesalahan cara berpikir
lainnya dalam statistik adalah menyamakan korelasi dengan
penyebab. Sebagian akademisi ada yang secara gegabah
menyimpulkan suatu kondisi menyebabkan kondisi lainnya
karena adanya korelasi. Dalam korelasi kita tidak dapat
mengetahui mana yang menentukan dan mana yang
ditentukan. Perubahan lingkar leher memiliki korelasi
dengan perubahan lingkar pinggang, tetapi kita tidak dapat
mengatakan bahwa perubahan lingkar leher menyebabkan
perubahan lingkar pinggang atau sebaliknya.
Penggabungan (agregasi) dua kelompok yang berbeda itu
tidak bermanfaat. Jika ada dua kelompok mahasiswa pria
dan wanita yang mengikuti test TOEFL, kemudian dari hasil
test tersebut diperoleh nilai rata-rata mahasiswa pria adalah
550 dan wanita adalah 560. Melakukan agregasi atas nilai
rata-rata mahasiswa pria dan wanita sangat tidak tepat.
Karakteristik kedua kelompok tersebut jelas berbeda. Ketika
terjadi perbadaan dalam kelompok seperti jenis kelamin,
penghasilan, geografis, dsb , biarkanlah perbedaan itu tetap
terjadi.
47
Perhatikan sampel dalam pengambilan keputusan. Pada
statistik inferensi dikenal ada dua tipe kesalahan yaitu
kesalahan dalam menyimpulkan adanya perbedaan, padahal
sesungguhnya tidak ada perbedaan (kesalahan tipe 1) dan
kesalahan dalam menyimpulkan tidak adanya perbedaan,
padahal sesungguhnya ada perbedaan (kesalahan tipe 2).
Pengambilan keputusan yang tidak memperhatikan jumlah
sampel yang dipergunakan akan mengakibatkan kesalahan
dalam melakukan generalisasi terhadap suatu permasalahan.
Jangan terlalu percaya atas sesuatu yang jarang terjadi. Pola
pikir statistik adalah pola pikir distribusi normal. Hampir
sebagian besar permasalahan dapat diprediksi dengan
menggunakan pola tersebut. Distribusi normal juga
menyebabkan kita harus mengenyampingkan sesuatu yang
bersifat outlier dan unpredictable.
Dari kelima pemikiran Fung di atas, yang patut dikritisi adalah
pemikirannya yang terakhir. Pola pikir distribusi normal inilah
yang sebenarnya dikritik keras oleh Nassim Nicholas Thaleb.
Banyak hal-hal yang terjadi di dalam kehidupan justru berasal
dari sesuatu yang sebelumnya tak dapat diprediksi dengan
Baik. Thaleb mencontohkan kejadian terorisme September
48
2001, dan Novel Harry Potter yang menjadi best-seller. Lebih
jauh lagi, pemikiran statistik yang terlalu fokus kepada
distribusi normal sebenarnya telah mengenyampingkan
peran Tuhan di dunia ini. Tidak semua permasalahan di
dunia ini dapat diprediksi dengan baik dan dirasionalkan.
Kejadian-kejadian yang outlier dan unpredictable bisa saja
terjadi dan justru memiliki peluang besar mengubah dunia.
Hukum pareto juga bisa digunakan untuk mendukung
pernyataan ini. Sesuatu yang kecil itu justru mempengaruhi
yang besar. Mempercayai sesuatu yang outlier ataupun
unpredictable tidak berarti membuat statistik menjadi seperti
mistik. Bahkan terlalu mengagungkan pemikiran distribusi
normal itu yang dapat membuat statistik menjadi mistik. Jadi
jangan pernah mengenyampingkan sesuatu yang kecil dan
jarang terjadi, karena sesungguhnya kejadian seperti itulah
yang justru memiliki pengaruh yang amat besar bagi
kehidupan.
Kaiser Fung adalah statistikawan professional yang memiliki
pengalaman lebih dari satu dekade. Fung menyelesaikan
MBA-nya di Universitas Harvard.
(Arif Perdana)