1.1. Sistem Prasarana Jalan
Jaringan jalan di Kecamatan Tamalate menurut kondisinya diklasifikasikan
atas jalan aspal, jalan pengerasan, jalan tanah dan paving blok, sedangkan menurut
jenisnya diklasifikasikan atas jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Data
selengkapnya disajikan pada tabel 1 berikut:
Tabel 1
Jaringan Jalan di Kecamatan Tamalate
Tahun 2015
Tipe Jalan Kondisi Panjang (km)
Arteri Baik 4
Kolektor Baik 8,2
Lokal Baik 21
Lingkungan Baik 10
Hasil Survey Lapangan Penulis
1.2. Sistem Prasarana Drainase
Jaringan drainase merupakan jaringan yang berguna mengalirkan air ke suatu
tempat pengumpulan air. Drainase juga berfungsi mengalirkan limbah-limbah rumah
tangga dan limbah pabrik. Namun, pada musim hujan dapat menimbulkan banjir
akibat drainase yang terlalu kecil dan kondisi yang sedikit kurang baik. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2
Jaringan Drainase di Kecamatan Tamalate
Tahun 2015
No Jaringan drainase Kondisi
1.
2.
3.
Drainase Primer
Drainase Sekunder
Drainase Tersier
Baik
Baik
Kurang
Baik
Hasil Survey Lapangan Penulis
Berikut ini ukuran drainase di Kecamatan Tamalate:
a. Drainase Primer
80 – 120 cm
70- 80 cm
b. Drainase Sekunder
50- 75 cm
45-65 cm
c. Drainase Tersier
100 – 150 cm
70 – 80 cm
2. Analisa Pengembangan Prasarana Wilayah dan Kota
2.2. Sistem Jaringan Drainase
Jaringan drainase yang terdapat di Kelurahan Batangkaluku terdiri dari jaringan
sekunder dan tersier. Adapun ukuran drainase, rata-rata debit dan luas penampangnya
dapat diketahui sebagai berikut:
a. Jaringan drainase primer
- Lebar atas ¿1,2 meter
- Lebar bawah¿0,85 meter
- Tinggi ¿0,8 meter
1,2 meter
0,8 meter
0,85 meter
Luas Penampang :
A¿ lebar atas+lebar bawah2
×tinggi
¿1,2+0,85
2× 0,8
¿ 0,82 m2
V¿ St
¿1
0,8
¿1,25 meter/detik
Maka debit airnya adalah :
Q¿ V A
¿1,25 m /dtk × 0,82m2
¿1,025 m3/ detik
Jadi, rata-rata debit air pada jaringan drainase primer ¿1,025 m3/ detik
b. Jaringan drainase sekunder
- Lebar atas ¿0,7 meter
- Lebar bawah¿0,6 meter
- Tinggi ¿0,45 meter
0,7 meter
0,6 meter
0,3meter
Luas Penampang :
A¿ lebar atas+lebar bawah2
×tinggi
¿0,7+0,6
2×0,45
¿ 0,29 m2
V¿ St
¿1
0,45
¿2.22 meter/detik
Maka debit airnya adalah :
Q¿ V A
¿2,22 m /dtk × 0,29m2
¿0,6493 m3/ detik
Jadi, rata-rata debit air pada jaringan drainase tersier ¿0,6493 m3/ detik
c. Jaringan drainase tersier
Lebar atas ¿0,5 meter
Lebar bawah¿0,3 meter
Tinggi ¿0,45 meter
0,5 meter
0,45 meter
0,3meter
Luas Penampang :
A¿ lebar atas+lebar bawah2
×tinggi
¿0,5+0,3
2× 0,45
¿ 0,18 m2
V¿ St
¿1
0,45
¿2.22 meter/detik
Maka debit airnya adalah :
Q¿ V A
¿2,22 m /dtk × 0,18m2
¿0,3996 m3/ detik
Jadi, rata-rata debit air pada jaringan drainase tersier ¿0,3996 m3/ detik
3.1. Penempatan Prasarana Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase ditinjau dari penggunaannya dapat dibagi menjadi :
- Penyaluran dengan cara tertutup
- Penyaluran dengan cara terbuka
- Penyaluran dengan cara langsung ketempat tertentu
Jaringan drainase ini nantinya diharapkan dan diusahakan dapat cepat sampai
pada tempat tujuan dalam waktu yang relatif singkat dan tepat. Adapun asumsi dari
luas masing-masing jaringan drainase pada Kelurahan Batangkaluku, untuk tahun
2017 adalah;
- Jaringan drainase primer
Jaringan drainase primer ini tidak perlu mengalami perubahan mengingat luas
jangkauan masih seimbang dengan debit air yang mengalir pada drainase.
- Jaringan drainase sekunder
Jaringan drainase sekunder ini tidak perlu mengalami perubahan mengingat
luas jangkauan masih seimbang dengan debit air yang mengalir pada drainase.
- Jaringan drainase tersier
Jaringan drainase tersier ini tidak perlu mengalami perubahan mengingat luas
jangkauan masih seimbang dengan debit air yang mengalir pada drainase.
Dengan melihat kondisi diatas, dimana tidak perlu dilakukan perubahan pada
ukuran jaringan drainase akan tetapi dalam rencana kedepannya perlu dilakukan
kegiatan pemeliharaan dan pembersihan jaringan drainase minimal dua kali setahun.
Hal ini perlu dilakukan mengingat masih terdapat beberapa titik dimana drainase
tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, yang merupakan akar permasalahan pada
system drainase dimana pada jaringan drainase banyak tumpukan sampah dan
mengendapnya limbah-limbah padat rumah tangga.
Di Kecamatan Tamalate, dalam rencana pengembangan drainase untuk tahun
2020, dimana setiap lingkungan sebaiknya dilengkapi dengan sistem pembuangan air
hujan dan saluran air limbah secara terpisah. Sistem pembuangan air hujan yang
dibuat harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup seperti:
- Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi
intensitas curah hujan 2 tahunan
- Saluran pembuangan air hujan dapat merupakan saluran terbuka atau tertutup
- Apabila saluran dibuat tertutup, maka tiap perubahan arah harus dilengkapi
dengan lubang pemeriksa, pada saluran yang lurus lubang periksa harus dibuat
tiap jarak minimum 50 meter.
3.1.1 Konsep Drainase Berwawasan Lingkungan
Pembangunan sistem drainase perlu memperhatikan fungsi drainase
sebagai prasarana yang didasarkan pada konsep berwawasan lingkungan. Konsep
ini antara lain berkaitan dengan usaha konservasi sumber daya air, yang pada
prinsipnya mengendalikan air hujan agar lebih banyak yang diresapkan ke dalam
tanah sehingga mengurangi jumlah limpasan.
Sampai saat ini, sebagian besar sistem drainase mengadopsi paradigma
lama yaitu mengalirkan air hujan yang berupa limpasan secepat-cepatnya ke
badan air penerima terdekat. Di samping itu, penanganannya masih bersifat teknis
belum mempertimbangkan faktor lingkungan, sosial ekonomi dan budaya, serta
kesehatan lingkungan.
Dalam rangka mengampanyekan Sistem jaringan drainase yang
berkelanjutan (sustainability drainage sistem), maka dipikirkanlah sebuah Sistem
mekanisme dimana pengendalian air hujan bukan lagi dengan mengalirkan
limpasan secepatnya ke badan air, tetapi meresapkan air limpasan hujan di
permukaan sebanyak-banyaknya ke dalam tanah, untuk maksud konservasi air.
Konsep perencanaan drainase yang berkelanjutan tetap mempertahankan
proses alami ekologis, konservasi, dan sumber air, tanpa menimbulkan degradasi
sumber-sumber alam dalam jangka panjang dan memberikan kontribusi pada
kesehatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat di Kota Makassar.
Maka dari itu, dirumuskanlah poin-poin inti dari perencanaan, yang
adalah sebagai berikut:
1) Menciptakan kawasan bebas genangan air
2) Melindungi sumber daya air tanah
3) Merevitalisasi jaringan drainase dengan meningkatkan nilai estetika dan
fungsi primernya sebagai pengendali aliran permukaan (limpasan air hujan).
Untuk menciptakan kawasan bebas genangan air di Kota Makassar,
dapat dimulai dengan pembuatan halaman tanpa beton (mempertahankan tutupan
lahan rumput dan tanah) atau dengan permeable surface (paving blok berlubang
yang dapat diisi tanaman rumput dan memiliki daya serap tinggi) di kawaan
permukiman. Secara langsung, permukaan beton memiliki tingkat permeabilitas
yang rendah, sehingga tidak dapat menyerap limpasan air hujan. Berbeda dengan
tutupan lahan rumput dan tanah yang memiliki tingkat permeabilitas yang tinggi
sehingga dapat dengan mudah menyerap limpasan air hujan yang mengalir di
permukaan (runoff). Hal ini menyebabkan debit aliran air hujan tidak perlu
langsung seluruhnya mengalir ke saluran drainase. Dengan begini, hambatan
berupa genangan air akibat terhambatnya jalur menuju saluran drainase terdekat
bisa diatasi.
Mekanisme diatas dapat dimaksimalkan dengan membuat infrastruktur
jaringan drainase sumuran yang terintegrasi dengan drainase permukaan dan
aliran air tanah, apabila tingkat permeabilitas tanah dan rumput tidak terlalu besar
untuk secepatnya mengurangi tinggi genangan air di suatu tempat. Fungsi-fungsi
utama dari drainase sumuran antara lain untuk mengurangi aliran permukaan,
mencegah genangan air, mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah
persediaan air tanah, mengurangi/menahan intrusi air laut, dan mencegah
konsolidasi atau penurunan tanah.
3.2.1 Perencanaan Streetscape
Elemen streetscape merupakan bagian yang penting dalam menunjang
kenyamanan pengguna jalan, terutama bagi pejalan kaki. Minat masyarakat untuk
mengurangi penggunaan kendaraan dan mulai aktif berjalan kaki dapat dimulai
dari penataan streetscape yang menarik. Streetscape sendiri adalah ‘Frame Kota’,
dimana kualitas streetscape menentukan kualitas estetika kota.
Streetscape yang baik adalah streetscape yang mampu memberikan
kenyamanan dan keamanan yang seutuhnya kepada semua pengguna jalan, baik
untuk kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor, maupun pejalan kaki.
Elemen-elemen dalam streetscape diantaranya adalah badan jalan, bahu
jalan, median, separator, pagar pengaman pejalan kaki, trotoar, jalur khusus
penyandang cacat, jalur hijau, dan drainase.
Gambar 6.6.1: Model potongan jalan rencana
Sumber : wikipedia.com
Untuk perencanaan streetscape kecamatan Tamalate sendiri akan
difokuskan pada jalan-jalan utama dan jalan-jalan yang paling ramai dilintasi oleh
pejalan kaki. Jalan-jalan utama yang dimaksud antara lain Jalan HM Daeng
Patompo, Jalan Danau Tanjung Bunga, dan Jalan Mallombasi.