ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU YANG TERDAPAT
DALAM ALBUM BADAI PASTI BERLALU KARYA CHRISYE
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
OLEH :
PRICILLIA ARLES
126211309
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR
بسم الل الرحمن الرحيم
Dengan rahmat Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Analisis
Gaya Bahasa dan Makna Pada Lirik Lagu Dalam Album Badai Pasti Berlalu
Karya Chrisye. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
ujian guna mendapatkan gelar sarjana lengkap pada (FKIP) Universitas Islam Riau
Pekanbaru .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Skripsi ini terlaksana
berkat bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Alzaber, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau yang telah memberi izin untuk melakukan
penelitian ini;
2. Muhammad Mukhlis, M.Pd. selaku Ketua Program Studi bahasa Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menjalani aktifitas
perkuliahan;
3. Sri Rahayu, M.Pd. selaku pembimbing Utama yang telah banyak memberikan
berbagai kemudahan, dan motivasi dalam bimbingan skripsi ini;
4. Noni Andriyani, SS, M.Pd. selaku pembimbing pendamping yang telah
banyak meluangkan waktu dalam mengarahkan dan memberikan petunjuk
pada penulis;
5. seluruh Dosen dan staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau yang telah memberi bantuan dalam penyelesaian
skripsi ini.
6. kedua orang tua penulis, Ayahanda Tri Sukarnof dan Ibunda HJ. Desrina
Yetti serta adik penulis yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
7. sahabat penulis yang turut memberikan dukungan dan semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Semoga motivasi dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis bernilai
dan diberikan balasan yang berlipat ganda oleh Allah Swt. Dalam penyusunan
Skrips ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya dan
penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisan,
tata bahasa maupun bentuk ilmiahnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dengan senang hati
penulis menerima kritikan dan saran-saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan Skripsi ini, dan semoga laporan ilmiah ini bermanfaat bagi kita
semua. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih.
Pekanbaru, Februari 2016
Penulis
ABSTRAK
Pricillia Arles. 2016. Skripsi. Gaya bahasa dan Makna pada Lirik Lagu Pada Album Badai Pasti Berlalu Karya Chrisye
Sebuah gaya bahasa biasanya tidak lepas dari suatu makna di dalamnya.
Penulis menetapkan pokok pembahasan pada gaya bahasa dan makna yang
terdapat pada lirik lagu dalam album badai pasti berlalu karya Chrisye. Penelitian
ini berjudul “Analisis Gaya Bahasa Dan Makna Yang Terdapat Pada Lirik Lagu
Dalam Album Badai Pasti Berlalu Karya Chrisye”. Masalah dalam penelitian ini
adalah 1) Bagaimanakah gaya bahasa yang terdapat pada liriklagu dalam album
badai pasti berlalu karya Chrisye?, 2) Bagaimanakah makna yang terdapat pada lirik
lagu dalam album badai pasti berlalu karya Chrisye?. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis gaya bahasa dan makna yang terdapat pada lirik lagu dalam album
badai pasti berlalu karya Chrisye. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif,
jenis penelitian pustaka, dan penelitian kualitatif. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori keraf (2006), Abdul Chaer (2009) dan pateda (2010).
Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh lagu yang terdapat dalam album
badai pasti berlalu karya Chrisye yang berjumlah 11 (Sebelas) lagu. Hasil penelitian
ini adalah gaya bahasa yang terdapat pada lirik lagu dalam album badai pasti berlalu
karya Chrisye yang peneliti temukan sejumlah 10 gaya bahasa sesuai dengan
pembatasan masalah yang diteliti yaitu gaya bahasa retoris: Aliterasi, Asindenton,
Polisindenton, Asonansi, Hiperbola, Simploke. dan gaya bahasa kiasan :
Persamaan atau simile, Personifikasi, Eponim, Hipalase. Pada penelitian ini penulis
menemukan 8 (Delapan) jenis makna sesuai dengan pembatasan masalah yang
diteliti yaitu makna ekstensi, makna gereflekter, makna gramatikal, makna
nonreferensial, makna kognitif, makna piktorial, makna ideomatikal dan makna
kiasan. Penulis lirik menggunakan mana untuk lebih memperindah lagunya, dan
menunjukan bahwa gaya bahasa dan makna adalah ilmu yang juga diterapkan pada
seorang seperti bait lagu pada album badai pasti berlalu karya Chrisye.
Kata kunci: Gaya bahasa, Makna
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFAR ISI .................................................................................... ii
1. Latar Belakang dan Masalah.......................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Masalah........................................................................................ 6
2. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
3. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................. 6
3.1 Pembatasan Masalah............................................................... 7
3.2 Penjelasan Istilah.......................................................................... 9
4. Anggapan Dasar dan Teori........................................................... 11
4.1 Anggapan Dasar.......................................................................... 11
4.2 Teori.......................................................................................... 12
4.3 Gaya Bahasa................................................................................ 14
5. Penentuan Sumber Data............................................................... 22
6. Metodologi Penelitian.................................................................. 22
6.1 Metodologi peneletian, jenis dan pendekatan penelitian........ 22
6.1.1 Metode Penelitian...................................................................... 22
6.1.2 Jenis Penelitian......................................................................... 22
6.1.3 Pendekatan penelitian............................................................. 23
7. Teknik penelitian ................................................................. 23
iii
7
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang
Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Secara
umum bahasa ialah alat komunikasi sosial yang digunakan untuk menyampaikan
pesan, baik secara lisan maupun tulisan. Chaer (2007:32) menyatakan “Bahasa ialah
sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok
sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri”. Fungsi
dari bahasa salah satunya ialah fungsi imajinatif. Hal ini menjelaskan bahwa
bahasa berfungsi sebagai pencipta sistem, gagasan, atau kisah yang imajinatif.
Karya sastra merupakan salah satu karya imajinatif yang diciptakan
pengarang untuk menyampaikan gagasan, pandangan hidup dan tanggapan atas
kehidupan manusia serta alam sekitarnya. Menurut Hamidy (2001:7) karya sastra
ialah karya imajinatif karya yang mempunyai bentuk sedemikian rupa, sehingga
unsur-unsur estetika merupakan bagian yang dominan. Sastra dan seni merupakan
karya imajinatif yang diciptakan oleh pengarang, keduanya merupakan dua bidang
berbeda yang kadang kala dapat mengisi dan membangun suatu unsur kualitas
menjadi saling berkaitan. keduanya berbeda bidang cakupan tetapi jika keduanya
digabung menjadi satu akan menimbulkan suatu keselarasan estetika yang
menarik, misalnya terdapat dalam karya sastra puisi yang biasanya dijadikan syair
oleh pengarang lagu atau musisi. Sastra adalah karya seni yang membicarakan
masalah manusia dengan kemanusiaan serta prilaku.
8
Lirik lagu merupakan bagian dari karya sastra. Lirik berarti karya sastra yang
berisi curahan perasaan pribadi, atau susunan kata sebuah nyanyian Depdiknas
(1994:263). Oleh karena itu, secara umum lirik lagu adalah puisi, sebagai karya
sastra seni. Hanya saja lirik lagu diberi berbagai not, nada, dan irama yang
membuatnya lebih hidup sehingga dapat dinyanyikan dengan tepat.
Menurut Mc Caulay, Hudson (dalam Amiduddin, 2009:134), “Puisi adalah
salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian
untuk membuahkan ilusi dan imajinasi”. Lirik lagu banyak ditemukan gaya
bahasa. Penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan
nilai rasa atau konotasi tertentu. Pemakaian majas dalam sebuah lirik lagu akan
menjadikan sebuah lagu menarik, penuh daya khayal, membangkitkan suasana
dan kesan tertentu, membangkitkan tanggapan indera tertentu, dapat memperluas
kata, dan menimbulkan efek kepuitisan. Pemakaian gaya bahasa dalam lirik akan
menimbukan efek kepuitisan layaknya sebuah puisi.
Gaya bahasa mempunyai peran penting dalam sebuah puisi, sehingga ada
yang menyatakan bahwa gaya bahasa merupakan esensi penulis puisi. Bahkan ada
pula yang menyebutnya sebagai dasar bangunan setiap puisi. Dikatakan pula
bahwa gaya bahasa merupakan salah satu faktor penentu seberapa jauh seorang
penyair mempunyai daya cipta yang asli.
Fenomena yang terjadi bahwa orang mendengarkan lagu biasanya hanya
sekedar mendengarkan saja, karena menikmati alunan nada yang indah dan enak
didengar tanpa mengetahui maksud atau arti lagu yang didengarkan. Sebagaimana
diketahui bahwa lagu merupakan teks sastra yang bertujuan sebagai media
9
hiburan bagi para pendengarnya. Di dalam lagu terdapat gaya bahasa. Gaya
bahasa merupakan sesuatu yang memberikan ciri khas pada sebuah teks. Teks
pada giliran tertentu dapat berdiri semacam individu yang berbeda dengan
individu yang lain. Luxemburg dkk (1990: 105) Ahli lain berpendapat bahwa gaya
bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (Pemakaian bahasa) Keraf
(2006:113). Dael dalam Tarigan (2009:4) mengatakan: “Gaya bahasa adalah
bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan
memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan
benda atau hal lain yang lebih umum”.
Makna merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari-hari.
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari
apa saja yang dituturkan. Oleh sebab itu pada prinsip umum dalam semantik yang
menyebutkan bahwa bentuk (Maksudnya bentuk kata atau leksem) berbeda, maka
makna kata tersebut pun akan berbeda, meskipun perbedaannya hanya sedikit.
Poerwadarminta (dalam Tarigan, 2009) mengatakan,
Makna adalah arti atau maksud (suatu kata), misalnya mengetahui lafal
dan maknanya; bermakna: berarti mengandung arti yang penting (dalam)
terbilang, mengandung beberapa arti; memaknakan: menerangkan arti
(maksud) suatu kata dan sebagainya.
Makna memang sangat sulit dan ruwet karena, walaupun makna ini adalah
persoalan bahasa, tetapi keterkaitan dengan segala segi kehidupan manusia sangat
erat. Pengertian makna dalam kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas. Begitu juga
dalam sebuah lagu yang di dalamnya terdapat kata-kata yang berupa bahasa yang
terdapat makna di dalam nya .
10
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang lagu, karena lagu
merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan secara lisan. Menurut Soekarno
(tanpa tahun, 173) sebuah lagu yang baik adalah kristalisasi dari musik, yang
dapat disebut jiwa dari sajak. Lirik-lirik lagu yang bermutu, di mana perasaan
yang paling asli tetap hidup sampai kepada sekecil-kecilnya dari kata-kata, dan gaya
bahasa yang digunakan dalam setiap lirik lagu sangat menarik untuk diteliti.
Penelitian yang penulis lakukan ini salah satu album Chrisye, Chrisye dengan
nama lengkap Chrismansyah Rahadi (Lahir dengan nama Christian Rahadi
sebelum masuk ke agama islam). Tempat tanggal lahir: Jakarta, 16 september
1949. Meninggal: Jakarta 30 Maret 2007. Beliau merupakan musisi Indonesia
yang sangat legendaris di kalangan musisi Indonesia lainnya, dengan karya-karya
dan penghargaan yang diraihnya beliau berhasil membuktikan eksistensinya. Lagu
Chrisye sangat menarik untuk dianalisis, karena bahasa yang digunakan dalam
lirik lagu-lagu beliau berisi ungkapan-ungkapan dalam menggunakan gaya bahasa
dan tentunya memiliki makna.
Berikut penulis paparkan album-album yang pernah diliris Chrisye; Pantulan
Cinta (1961), Jurang Pemisah (1977), Sabda Alam (1978), Puspa Indah (1980),
Nona Lisa (1986), Jumpa Pertama (1988), Pergilah Kasih (1989), Badai Pasti
Berlalu (1990), the best of Chrisye (1993), Kala Cinta Menggoda (1997), Dekade
(2002), Senyawa (2004), chrisye my request (2005). Masih ada beberapa album lagi
yang merupakan album duet chrisye dengan beberapa musisi lain nya, dan juga ada
satu album yang merupakan kumpulan lagu-lagu yang populer yang dijadikan
dalam bentuk satu album setelah beliau wafat.
11
Lirik-lirik lagu yang terdapat pada lagu-lagu Chrisye banyak
menggunakan bahasa-bahasa. Penelitian yang penulis teliti ini ialah sebuah album
pada tahun (1977) yang diliris ulang pada tahun (1990). Album badai pasti beralu
merupakan album studio yang memuat lagu tema untuk film berjudul sama yang
dirilis pada tahun 1977. Lagu-lagu dalam Album ini diarahkan oleh Eros Djarot,
musik dimainkan oleh Jockie Soerjoprajogo dan dinyanyikan oleh Chrisye dengan
vokal pendukung oleh Berlian Hutauruk. Album ini masuk ke peringkat 1 di
dalam daftar 150 Album Indonesia terbaik majalah Rolling Stone Indonesia bulan
Desember 2007. Album Badai Pasti Berlalu sangat populer sehingga Erwin
Gutawa dalam album berjudul sama tahun 1999 yang dirilis dalam dua versi rilis
ulang, versi pertama adalah Chrisye dengan aransemen di bawah label
rekaman Musica Studio's. Versi kedua adalah versi album lagu tema dari film
daur ulangnya yang diaransemen Andi Rianto dan dirilis tahun 2007.
Penelitian tentang analisis dalam lagu bukanlah Penelitian yang baru. Telah
ada penelitian terdahulu yang melakukan penelitian ilmiah terkait lirik lagu.
Sebelum melakukan penelitian ini, terlebih dahulu penulis melakukan peninjauan
untuk banyak memperoleh informasi tentang penelitian ini. Berikut ini penulis
paparkan sebagi bukti penelitian yang relevan dengan masalah yang akan penulis
teliti.
Penelitian relevan kesatu dilakukan oleh Ayu Metriani pada tahun 2010
dengan judul Analisis Majas dalam Lirik lagu untuk kita renungkan karya Ebit
G.Ade. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau. Masalah
yang diteliti (1) Majas yang terdapat dalam lirik lagu album untuk kita renungkan
12
karya Ebit G.Ade, (2) Makna majas yang terdapat dalam lirik lagu album Untuk
Kita Renungkan Karya Ebiet G. Ade. Teori yang digunakan dalam penelitiannya:
Hamidy (2003:23), Pradopo (2009:79). Metode yang digunakan adalah metode
deksriptif analitik. Hasil penelitiannya ditemukannya gaya bahasa (alegori, simile,
metafora, metonimia, litoles, hiperbola, personifikasi). Persamaan penelitian yang
dilakukan oleh Ayu Metriani dan yang penulis teliti adalah sama sama menganalisis
gaya bahasa (majas) dalam lirik lagu dalam sebuah album. Sedangkan
perbedaannya adalah saudari Ayu Metriani yang terdapat dalam lirik lagu Ebiet
G.Ade sedangkan yang penulis teliti mengenai gaya bahasa dan makna.
Penelitian relevan kedua ialah penelitian oleh Ernawati pada tahun 2011
FKIP UIR dengan judul, ”Analisis gaya bahaa dan citraan lirik lagu yang terdapat
pada album penguasa hati karya ungu band”. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Islam Riau. Masalah yang diteliti (1) Gaya bahasa apa
sajakah yang terdapat pada album penguasa hati karya ungu band? (2) Bentuk
citraan apa sajakah yang terdapat pada album penguasa hati karya ungu band ?.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Hamidy (1983:9-64),
Waluyo (2003:1), Tarigan (1985:6). Persamaan penelitian yang dilakukan oleh
Ernawati dan yang penulis teliti adalah sama sama menganalisis gaya bahasa
(majas) dalam lirik lagu dalam sebuah album. Sedangkan perbedaannya adalah
Ernawati menganalis yang terdapat dalam lirik lagu Ebiet G.Ade sedangkan yang
penulis teliti dalam lirik lagu Chrisye.
13
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun
praktis. Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi dan
tambahan ilmu pengetahuan tentang gaya bahasa dan makna yang terdapat pada
album badai pasti berlalu karya Chrisye. Sedangkan manfaat praktis dari
penelitian ini adalah bagi seniman, khususnya pengarang lagu dapat memperoleh
pengetahuan dalam menggunakan bahasa sebagai ungkapan mengeluarkan ide-
idenya sesuai dengan kaedah bahasa sastra. Bagi masyarakat, khususnya
pemerhati seni dapat dijadikan sumber informasi yang mengulas tentang gaya
bahasa dan makna dalam lagu-lagu sehingga dapat memahami maksud dari
pengarang, selain itu penelitian ini hendaknya dapat menjadi contoh menganalisis
gaya bahasa dan makna bagi para penelitian selanjutnya.
1.1.2 Masalah
Masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.1.2.1 Bagaimanakah gaya bahasa yang terdapat pada lirik lagu dalam Album
badai pasti berlalu karya Chrisye?
1.1.2.2 Bagaimanakah makna yang terdapat pada lirik lagu dalam Album badai
pasti berlalu karya Chrisye?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan:
1.2.1 Untuk mengklasifikasikan, mendeskripsikan, menganalisis, serta
menemukan gaya bahasa yang terdapat dalam lirik lagu pada album badai pasti
berlalu karya chrisye.
14
1.2.2 Untuk mengetahui makna yang terkandung pada lirik lagu dalam Album
badai pasti berlalu karya Chrisye.
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang penulis teliti termasuk ke dalam disiplin kebahasan,
Penelitian ini untuk mengidentifikasi gaya bahasa dan makna yang terdapat di dalam
Album badai pasti berlalu katya Chrisye berdasarkan kata atau kalimat.
1.3.1 Pembatasan Masalah
Mengenai cakupan gaya bahasa luas, oleh karena itu penelitian ini dibatasi
pada aspek gaya bahasa retoris: Aliterasi, Asindenton, Polisindenton, Asonansi,
Hiperbola, Simploke. dan gaya bahasa kiasan: Persamaan atau Simile, Personifikasi,
Eponim, Hipalase.
Kajian makna yang akan diteliti adalah makna ekstensi, makna gereflekter,
makna gramatikal, makna nonreferensial, makna kognitif, makna piktorial, makna
idiomatikal dan makna kiasan.
1.3.2 Penjelasan Istilah
Penelitian yang penulis lakukan banyak menggunakan istilah yang sesuai
dengan kajian yang diteliti. Untuk menghindari kesalah pahaman dalam
memahami istilah yang peneliti ungkapkan, maka berikut akan dijelaskan maksud
istilah-istilah berikut:
1.3.2.1 Analisis ialah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan,
dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (Depdiknas, 1994:58).
15
1.3.2.2 Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperhatikan ciri dan kepribadian penulis (pemakai
bahasa)”. Berdasarkan langsung tidaknya makna (Keraf, 2006:113).
1.3.2.3 Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh paa
anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri (Chaer, 2007:32).
1.3.2.4 Lirik lagu, lirik berarti karya sastra yang berisi curahan perasaan pribadi,
atau susunan kata sebuah nyanyian (Depdiknas, 2012:263).
1.3.2.5 Album adalah kupulan lagu-lagu dalam rekaman kaset. (kaset-kaset lagu)
1.3.2.6 Karya adalah pekerjaan, hasil perbuatan, buatan, ciptaan (terutama hasil
karangan) (Depdiknas, 2012:511).
1.3.2.7 Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperhatikan ciri dan kepribadian penulis (pemakai
bahasa) (Keraf, 2006:113).
1.3.2.8 Makna adalah arti atau sesuatu yang ditujukan oleh apa yang dikatakan.
Makna yang sebenarnya (Aminuddin, 2010:143).
1.3.3 Anggapan Dasar
Berdasarkan pengamatan, setiap lagu memiliki kata, gaya bahasa, dan
makna, demikian juga halnya dengan kumpulan lagu-lagu pada lirik lagu dalam
Album badai pasti berlalu karya Chrisye yang terdapat gaya bahasa.
16
1.4 Teori
Landasan teori yang penulis gunakan dalam pembahasan ini adalah,
menggunakan teori stilistika. Istilah stilistika berasal dari bahasa Latin yaitu style
yang artinya gaya. Stilistika merupakan ilmu yang kajiannya terhadap wujud
performasi kebahasaan, khususnya yang terdapat di dalam karya sastra
(Nurgiyantoro, 1995: 279). Tuner dalam Pradopo (1999) “stilistika adalah ilmu
bagian linguistik yang memusatkan diri pada variasi-variasi penggunaan bahasa,
seringkali tetap tidak secara eksklusif, memberikan perhatian khusus kepada
penggunaan bahasa yang paling sadar dan paling kompleks dalam kesusastraan”.
Kajian Stilistika itu sendiri sebenarnya dapat ditujukan terhadap berbagai ragam
penggunaan bahasa, tidak terbatas pada sastra saja, namun biasanya stilistika lebih
sering dikaitkan dengan bahasa sastra.
Beberapa pakar linguistik telah mencoba memberikan batasan mengenai
gaya bahasa. Menurut Ahmadi (1990: 170), “Gaya bahasa merupakan penggunaan
bahasa yang istimewa, dan tidak dapat dipisahkan dari cara atau teknik seorang
pengarang dalam merefleksikan (memantulkan, mencerminkan) pengalaman,
nilai-nilai kualitas kesadaran pikiran dan pandangan yang istimewa atau khusus”.
Ahmadi membagi gaya bahasa menjadi dua, yaitu gaya bahasa penekanan yang
terdiri dari 25 jenis gaya bahasa dan gaya bahasa perbandingan yang terdiri dari
empat belas jenis.
Menurut Keraf (2006:113), “Gaya bahasa merupakan cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan ciri dan
kepribadian penulis (pemakai bahasa)”. Berdasarkan langsung tidaknya makna,
17
Keraf membagi gaya bahasa menjadi dua macam, yaitu gaya bahasa retoris yang
terdiri atas 21 jenis dan gaya bahasa kiasan yang terdiri atas enam belas jenis gaya
bahasa.
Tarigan (1985:5) mengatakan “Gaya bahasa adalah bahasa indah yang
dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta
membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih
umum”. Tarigan membagi gaya bahasa menjadi empat varian, yaitu gaya bahasa
perbandingan yang terdiri atas sebelas macam, gaya bahasa pertentangan yang
terdiri atas 21 macam, gaya bahasa pertautan yang terdiri atas empat belas macam,
dan gaya bahasa perulangan yang terdiri atas tiga belas macam.
Menurut Luxemburg dkk (1990: 105), “Gaya bahasa merupakan sesuatu
yang memberikan ciri khas pada sebuah teks. Teks pada giliran tertentu dapat berdiri
semacam individu yang berbeda dengan individu yang lain”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
merupakan kemampuan dari seorang pengarang dalam mempergunakan ragam
bahasa tertentu dalam menulis sebuah karya sastra, dan ragam bahasa tersebut sudah
mempunyai pola-pola tertentu dan akan memberi kesan pada pembaca atau
pendengar karya itu.
Menurut Keraf (2006:113), “Gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa
dan kepribadian penulis (pemakai bahasa)”. Dalam Tarigan (1985:5) dinyatakan
bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan
18
efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal
tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
Penulis menganalisis dalam teori Keraf yaitu gaya bahasa retoris dan kiasan.
Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang semata-mata merupakan
penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu (Keraf,
2006:130). Gaya bahasa ini memiliki berbagai fungsi antara lain: menjelaskan,
memperkuat, menghidupkan objek mati, menimbulkan gelak tawa, atau untuk
hiasan.
1.4.1 Gaya Bahasa
Gaya bahasa retoris dapat dibedakan seperti berikut.
a. Aliterasi ialah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan
yang sama, baik di awal, di tengah, maupun di akhir kata, frase atau kalimat.
Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk hiasan
atau untuk penekanan. Misalnya : Takut titik lalu tumpah. Keras-keras kerak kena
air lembut juga.
b. Asonansi ialah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan vocal yang
sama, baik di awal, di tengah, maupun di akhir kata, frase atau kalimat. Biasanya
dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk memperoleh efek
penekanan atau sekedar keindahan. Misalnya: aku adalah wanitamu, aku adalah
kekasihmu, dan aku adalah kamu.
c. Asindeton ialah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat di
19
mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan
kata sambung. Misalnya: Kesesakan, kepedihan, kesakitan. Seribu derita detik-
detik penghabisan orang melepaskan nyawa.
d. Polisindeton ialah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton. Beberapa
kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata
sambung. Misalnya: Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah
dan tidak menyerah pada gelap dan pada dingin yang bakal merontokkan bulu-
bulunya?
e. Elipsis ialah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur yang
dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca sehingga struktur
gramatikal memenuhi pola yang berlaku.
f. Hiperbola ialah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan.
g. simploke ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan pada awal dan
akhir beberapa baris atau kalimat secara berturut-turut.
Gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan
atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan yang lain, berarti mencoba
menemukan ciri-ciri yang manunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut (Keraf,
2006:136). Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu
perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung dan
perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Kelompok pertama
termasuk gaya bahasa langsung dan kelompok kedua termasuk gaya bahasa
kiasan.
20
a. Dia sama pintar dengan kakaknya.
Kerbau itu sama kuat dengan sapi.
b. Matanya seperti bintang timur.
Bibirnya seperti delima merekah.
Perbedaan antara kedua perbandingan di atas adalah dalam hal kelasnya.
Perbandingan pertama mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas yang
sama, sedangkan perbandingan kedua, sebagai bahasa kiasan, mencakup dua hal
yang termasuk dalam kelas yang berlainan.
Gaya bahasa kiasan dapat dibedakan atas :
a. Persamaan atau simile ialah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu gaya
bahasa yang langsung menyatakan sesuatu yang sama dengan hal lain.
Misalnya: Kikirnya seperti kepiting batu.
Alisnya bagai semut beriring.
b. Metafora ialah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dengan kias perwujudan.
Misalnya: Pemuda adalah bunga bangsa.
c. Alegori ialah suatu cerita singkat yang mengandung kisahan. Dalam alegori,
nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu
jelas tersurat.
Misalnya: Cerita tentang putri salju.
d. Parabel ialah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh yang biasanya manusia,
yang selalu mengandung tema moral dan biasanya berhubungan dengan
agama.
21
Misalnya : Cerita tentang anak yang durhaka kepada orang tuanya.
Fabel adalah suatu metafora yang berbentuk cerita mengena dunia
binatang, di mana binatang dapat bertingkah laku seperti manusia.
Misalnya: Cerita dongeng Sang Kancil.
e. Personifikasi ialah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda
mati atau barang yang tak bernyawa seolah-olah dapat bertingkah laku seperti
manusia.
Misalnya: Angin malam meraung seolah mengerti kegalauan hatiku.
f. Alusi ialah semacam acuan yang menyugesti kesamaan antara orang, tempat,
dan peristiwa.
Misalnya: Bandung adalah Paris Jawa kebanggaan Indonesia
g. Eponim ialah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering
dihubungkan dengan sifat tertentu.
Misalnya: Anak itu masih kecil, namun kekuatannya seperti Hercules.
h. Epitet ialah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang
khusus dari seseorang atau suatu hal.
Misalnya: Sang putri malam sedang menunjukkan sinarnya (bulan).
i. Sinekdoke ialah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan bagian dari
sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau
mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totem pro parte).
Misalnya: Setiap kepala dikenai iuran. Indonesia memenangkan medali di
kejuaraan bulu tangkis dunia (totem pro parte).
22
j. Metonimia ialah gaya bahasa kiasan yang menggunakan sebuah kata untuk
menyatakan suatu hal yang lain, karena mempunyai pertalian yang sangat
dekat, atau dengan kata lain metonimia menyatakan sesuatu yang
menyebutkan namanya secara langsung untuk memahami hal yang dimaksud.
Misalnya: Ia membeli sebuah chevrolet.
k. Antonomasia ialah sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud
penggunaan sebuah epitet untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi,
atau jabatan untuk menggantikan nama diri.
Misalnya: Yang mulia tidak dapat hadir pada rapat kerajaan hari ini.
l. Hipalase ialah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu digunakan
untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata
yang lain.
Misalnya: Ia berbaring di atas sebuah kasur yang gelisah. (Yang gelisah adalah
manusianya bukan kasurnya).
m. Ironi, sinisme, dan sarkasme Ironi ialah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu
dengan menggunakan hal lain yang berlawanan dengan tujuan agar orang
yang dituju tersindir secara halus.
Misalnya: Untuk apa susah-susah belajar, kau kan sudah pintar! Sinisme
adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan hal yang
berlawanan dengan tujuan agar orang tersindir secara lebih tajam dan
menusuk perasaan.
Misalnya: Kau kan sudah hebat, tak perlu lagi mendengar nasihat orang tua
seperti aku ini!
23
n. Sarkasme ialah gaya bahasa yang melontarkan tanggapan secara pedas dan
kasar tanpa menghiraukan perasaan orang lain.
Misalnya: Sikapmu seperti anjing dan sifatmu seperti babi!
o. Satire ialah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini
tidak harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan
manusia.
Misalnya: Jangan pernah berpikir kau adalah dewa, menghadapi masalah
seperti ini pun kau sudah kewalahan.
p. Inuendo ialah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya.
Misalnya: Setiap ada pesta ia pasti sedikit mabuk karena kebanyakan minum.
q. Antifrasis ialah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata
dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri.
Misalnya: Lihatlah sang raksasa telah datang (maksudnya si cebol).
r. Pun atau paronamasia ialah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi
yang berupa permainan kata, tetapi terdapat perbedaan besar dalam maknanya.
Misalnya: “Engkau orang kaya!” “Ya, kaya monyet!”.
Uraian di atas memuat tentang gaya bahasa retoris dan kiasan yang akan
dipergunakan sebagai landasan teori pada penelitian ini. Gaya bahasa ini memiliki
fungsi yang berbeda pada setiap kalimat. Ada yang berfungsi sebagai penambah
nilai estetik atau keindahan dan ada pula yang memperjelas dan memperkuat makna,
atau hanya sekedar hiasan. Keseluruhan jenis gaya bahasa inilah yang akan
diterapkan penggunaannya dalam penelitian ini selanjutnya. Keraf (2010:
24
134) mengungkapkan : ” Gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur
berikut : kejujuran, sopan-santun, dan menarik”.
1. Kejujuran dalam bahasa berarti mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang
baik dan benar dalam berbahasa. Pemakaian kata yang kabur dan tidak terarah,
serta penggunaan kalimat yang rumit, adalah jalan untuk mengundang ketidak
jujuran. Pembicaraan atau penulis tidak menyampaikan isi pikirannyasecara
terus terang, ia seolah olah menyembunyikan pikirannya itu di balik rangkaian
kata-kata yang kabur dan jaringan kalimat yang rumit tidak menentu.Bahasa
adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan secara tepat dengan
memperhatikan sendi kejujuran.
2. Sopan santun
Sopan santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang
diajak bicara, khususnya pendnegar atau pembaca. Rasa hormat dalam gaya
bahasa dimanifestasikan melalui kejeasan dan keisngkatan. Menyampaikan
sesuatu secara jelas berarti tidka membuat pembaca atau pendnegar merasa
keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis atau dikatakan. Kejelasan demikian
akan diukur dalam beberapa butir kaidah berikut: kejelasan dalam struktur
gramatikal, kejelasan dalam korespondensi dengan fakta yang diungkap melalui
kata-kata, kejelasan dalam pengurutan ide secraa logis, kejelasan dalam
penggunaan kiasan dan perbandingan.
3. Menarik gaya bahasa yang menarik dapat diukur melalui beberapa komponen
yaitu variasi, humor sehat, pengertian yang baik tenaga hidup, dan penuh daya
khayal.
25
1.4.2 Makna
Pateda (2010) mengatakan istilah makna merupakan kata dan istilah yang
membingungkan. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini
mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu yakni dalam bidang lingusitik.
Sehubungan dengan itu, para filsuf menjelaskan ada tiga istilah makna yakni (1)
menjelaskan makna kata secara ilmiah, (2) mendeskripsikan kalimat secara
ilmiah, dan (3) menjelaskan makna dalam poses komuniasi kemson (dalam
pateda, 2010:79).
Makna ialah sesuatu yang membingungkan. Pengertian makna dalam
kehidupan sehari-hari mengacu pada konteks pemakaian sebuah kata. Sampai saat
ini beum ada yang mendeskripsikan makna secara tuntas.
Terlepas dari pengertian, makna tentunya memiliki beberapa jenis. Pateda
(2010:96) membagi beberapa jenis makna sebagai berikut:
1. Makna Afektif
Makna afektif makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca
terhadap penggunaan kata atau kalimat. Contohnya: Datanglah ke pondok buruk
kami. Urutan kata pondok buruk mengandung makna afektif yakni merendahkan
diri.
2. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas
hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi
26
satuan bahasa itu secara tepat. Makna denotatif adalah makna polos, makna apa
adanya. Contohnya: kata uang tersebut mengandung makna benda kertas atau logam
yang digunakan dalam transaksi jual beli.
3. Makna Deskriptif
Makna deskriptif atau makna referensial adalah makna yang terkandung di dalam
setiap kata itu pada masa sekarang. Contohnya: jika seseorang berkata “Ambillah
segelas air”, maka yang dibawa pasti air, bukan jeruk atau air raksa.
4. Makna Ekstensi
Makna ekstensi adalah makna yang mencakup semua makna atau kemungkinan
makna yang muncul dalam kata. Contohnya: kata kepala mencakup makna bagin
tubuh yang ada di atas leher yang ada pada manusia.
5. Makna Emotif
Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau
sikap mengenai apa yang dipikirkan atau dirasakan. Contohnya: Engkau kerbau.
Kata kerbau ini menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar, atau pembaca.
6. Makna Gereflekter
Makna gereflekter muncul dalam hal makna konseptual yang jamak, makna
yang muncul akibat reaksi kita terhadap makna yang lain. Contohnya: Bersetubuh,
eraksi.
27
7. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata
dalam kalimat. Setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk
meyatakan makna ‘jamak’ bahasa Indonesia menggunakan proses reduplikasi.
Contonya: mata. Kata mata mengandung makna alat indra penglihatan.
8. Makna Ideasional
Makna ideasional adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata yang
memiliki konsep. Contohnya: Partisipasi.
9. Makna Intensi
Makna intensi adalah makna yang menekankan maksud pembicara.
Contohnya: Saya minta roti. Kalimat saya minta roti bermakna pembicara
bermaksud mendapatkan roti.
10. Makna Khusus
Makna khusus adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas pada
bidang tertentu. Contohnya: Operasi bagi dokter atau orang yang bekerja dirumah
sakit.
11. Makna Kiasan
Makna Kiasan adalah makna pemakaian kata yang maknanya tidak
sebernya. Contohnya bintang bermakna benda langit yang berkelap-kelip.
12. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukan oleh acuannya, makna unsur
bahasa yangs angat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, obejk atau
28
gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya. Contohnya:
pohon. Kata pohon bermakna tumbuhan yang bebatang keras dan besar, berdaun,
berbatang.
13. Makna Kolokasi
Makna kolokasi berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam
lingkungan yang sama. Contohnya: cantik. Kata cantik dalam makna kolokasi hanya
dapat digunakan untuk gadis, dan tidak untuk pemuda.
14. Makna Konotatif
Makna konotatif muncu sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa
terhadap kata yang didengar atau kata yang diabac. Contohnya: berilah dia
amplop agar urusanmu segera selesai. Kata amplop berarti berilah uang.
15. Makna Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang esensial di dalam suatu hahasa.
Makna konseptual dapat diketahuo setelah kita menghubungkan atau
membandingkan pada tataran bahasa. Contohnya: demokrasi. Kita mengerti
makna konseptual dari kata demkrasi ini.
16. Makna Kontruksi
Makna kontruksi adalah makna yang terdapat di dalam suatu kontruksi
kebahasaan.
17. Makna Kontekstual
Makna kontektual muncul sebagai akibat huungan antara ujaran dan konteks
(konteks orangan, konteks situasi, konteks tujuan, konteks formal, konteks
suasana hati pembiacra/pendengar) contohnya: usulmu ditolak (konteks formal).
29
18. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna kata ketia kata itu berdiri sendiri, baik dalam
benteuk leksem atau pun bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tepat,
seperti yang dapat dibaca dalam kamus bahasa tertentu.
19. Makna Lokusi
Makna lokusi yaitu ujaran. Ada tga macam tindak ujaan yakni, tindak lokusi
(Mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam suatu ujaran), tindak
ilokusi (Pengujaran suara pernyataan, janji, tawaran), dan perlokusi ( Hasil atau efek
yang timbul oleh ujaran itu pada pihak pendengar sesuai konteks).
20. Makna Luas
Makna luas menunjukan bahwa yang terkandung pada sebuah kata lebih luas
dari yang dipertimbangkan. Misalnya kalau seseorang menatakan kuliah, apakah
yang dimaksud dengan kata ini? Kalau seseorang berkata, ”Kuliah sebentar
sore”, maka makna kata kuliah akan jelas bagi pendengar.
21. Makna Piktorial
Makna piktorial adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengar atau
pembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Contohnya: kaskus. Orang
yang mendengar kata kakus pasti terbayang tentang baunya, warna, dan lain-lain.
22. Makna Proposisional
Makna proposisional adalah makna yang muncul apabila seseorang
membatasi pengertiannya tentang sesuatu. Biasanya berhubungan dengan
matematika atau hal-hal yang sudah pasti.
30
23. Makna Pusat
Makna pusat adalah makna yang dimilki setiap kata meskipun kata
tersebut tidak berada di dalam konteks kalimat. Contohnya: malam, meja. Jika
memandang buku akan terlihat meja.
24. Makna Referensial dan Makna Nonreferensial
Makna referensial adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan
yang ditunjuk oleh kata. Contohnya: sungai. Maka lambang akan menunjukan
bahwa itu sungai.
Makna nonreferensial adalah makna kata yang tidak memiliki referensial.
Kelas kata tugas seperti preposisi dan konjungsi yang tidak memiliki makna.
Contohnya: karena, maka, tapi, atau, dan, di, ke, atas, denga, dan sebagaianya.
(Abdul Chaer:2009).
25. Makna Sempit
Makna sempit merupakan makna yang berwujud sempit pada keseluruhan
ujaran. Contohnya: ahli bahasa. Kata ahli bahasa yang dimaksud bukan semua
ahli yang ada di dunia tetapi ahli dalam bidang tertentu saja.
26. Makna Stilistika dan makna Idiomatikal
Makna stilistika adalah makna yang timbul akibat pemakaian bahasa. Makna
stilistika dapat dijelaskan melalui berbagai dimensi dan tingkatan pemakaian
bahasa. Misalnya dialek.
Makna idiomatikal adalah satuan-satuan bahasa yang berupa kata, frasa
maupun kalimat yang maknanya tidak diramalkan dari makna leksika unsur-
unsurnya (Abdul Chaer:2009).
31
27. Makna Tekstual
Makna tekstual adalah makna yang tibul setelah seseorang membaca teks
secara keseluruhan. Makna tektual tidak diperoleh hanya melalui makna setiap kata,
atau makna setiap kalimat, tetapi makna tekstual dapat ditemukan setelah seseorang
membaca seluruhan teks.
28. Makna Tematis
Makna tematis adalah cara memahami setelah berkomunikasi oleh
pembicara dan penulis, baik memalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan
maupun penekanan pembicaraan.
29. Makna Umum
Makna umum adalah makna yang menyangkut keseluruhan atau semuanya,
tidak meyangkut yang khusus atau tertentu. Contohnya: guru. Orang mengatakan
guru adalah orang yang pekerjaannya, profesinya mengajar.
1.5 Penentuan Sumber Data
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa teks lirik lagu yang
terdapat pada album Badai pasti berlalu karya Chrisye sejumlah 11 lirik lagu.
Adapun 11 lirik tersebut yaitu: (1) Badai pasti berlalu, Matahariku, Baju
Pengantin, Angin Malam, Semusim, Merpati Putih, Khayalku, Pelangi, Cintak,
.Merepih Alam, Matahri.
32
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Pendekatan penelitian,Metode dan jenis penelitian
1.6.1.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
yaitu pendekatan yang memperhatikan segi-segi kualitas seperti sifat dan keadaan
(Hamidy, 2003:23). Dalam hal ini yang akan dibahas adalah gaya bahasa dan makna
pada album badai pasti berlalu karya Chrisye.
1.6.1.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif merupakan analisis dari penelitian yang datanya teruarai dalam
bentuk kata-kata bukan bentuk angka-angka. Nasution (soejono dan
Abdurrahman, 1990:19) mengatakan bahwa penelitian deskriptif ialah suatu metode
yang dikembangkan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial.
1.6.1.3 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang akan penulis lakukan adalah jenis penelitian
kepustakaan (Library Research). Maksudnya, penulis memperoleh data dari kaset
album badai pasti berlalu karya Chrisye, mengumpulkan lirik-liriknya untuk
dianalisis dan mengumpulkan buku-buku yang berkenaan dengan masalah yang
relevan. Penelitian kepustakaan ialah jenis penelitian dengan cara mengumpulkan
data dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan (Nazir, 1988 : 111).
33
1.7 Teknik penelitian
1.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Objek dalam penelitian ini adalah lirik lagu. Teknik yang penulis gunakan
dalam penelitian ini adalah teknik hermenuetik. Teknik ini dioperasionalkan dengan
data yang relevan dan masalah pokok penelitian ini. Semua bahan dipahami
dan ditelaah secara cermat sehinga diperoleh data.
Teknik hermenuetik ialah suatu teknik untuk mengkaji karya sastra dengan
membaca (membaca teks lirik-lirik lagu), mencatat (mencatat data yang
berkenaan dengan masalah di dalam teks lirik lagu), dan simpul (menyimpulkan
data yang didapat dari teks lirik lagu). Teknik ini biasanya dipakai untuk kajian
sastra yang mempelajari naskah (Hamidy, 2003:24). Teknik hermenuetik penulis
gunakan pada penelitian ini ialah untuk dapat mengumpulan data tentang album
kumpulan lagu lagu dalam album badai pasti berlalu dengan cara dibaca secara
berulang-ulang, mencatat dan menyimpulkan.
1.7.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ialah serangkaian kegiatan mengolah data yang telah
dikumpulkan dari lapangan menjadi seperangkat hasil, baik dalam bentuk
penemuan-penemuan baru maupun dalam bentuk kebenaran hipotesa
(Mohammad Hasyim, 1982 : 41). Berdasarkan pengertian tersebut, maka teknik
analisis data merupakan serangkaian kegiatan mengolah data yang telah
dikumpulkan dari data yang ada menjadi seperangkat hasil yang bermakna dan
34
berguna dalam memecahkan masalah sehingga hasil dari penelitian dapat
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Langkah-langkah menganalisis gaya bahasa dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Mengklasifikasikan data dengan masalah yang diteliti.
b. Mendeskripsikan unsur gaya bahasa dan memberikan arti atau makna
dari lirik lagu tersebut.
c. Menganalisis data menggunakan teori Keraf dan teori pateda pada
masalah yang diteliti.
d. Menyimpulkan gaya bahasa dan makna yang terdapat dalam lirik lagu
tersebut.
e. Membuat laporan penelitian.
35
BAB II PENGOLAHAN DATA
2.1 Deskripsi Data
Pada deskripsi data ini merupakan bab penyajian hasil penelitian. Adapun
hasil penelitian yang disajikan tentang: (1) data penelitian, (2) analisis gaya
bahasa, (3) analisis makna.
Data penelitian yang penulis gunakan adalah lirik lagu Album Badai Pasti
Berlalu karya Chrisye. Data tersebut berjumlah 11 lirik lagu, dapat dideskripsikan
dalam tabel sebagai berikut:
TABEL 01 : DESKRIPSI GAYA BAHASA YANG TERDAPAT PADA LIRIK
LAGU DALAM ALBUM BADAI PASTI BERLALU KARYA
CHRISYE
NO
Album
Lagu
Cuplikan Lagu
Gaya Bahasa
Retoris Kiasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Badai pasti berlalu
Daun-daun ber gu gu r an
Satu-satu jatuh ke
pan gku an
√
√
Gelisah kumenati tetes
emun pagi Tak kuasa ku memandang dikau matahari
Badai pastu berlalu
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
√
√
36
Awan hitam di hati yang sedang gelisah
Kutenggelam sudah
ke dalam dekapan
√
√
Badai pasti berlalu Badai pasti berlalu Badai pasti berlalu Badai pasti berlalu
√
Gelisah kumenanti
tetes embun pagi Tak
kuasa ku memandang
dikau matahari
√
2 Khayalku Melambai mesra √
Setinggi bintang,
malam tua
√
Diantara kita selebar
samudera
Hatiku haus meronta
√
kau juwita kurnia
dewata
lembut bak sutera
sejuk
√
3 Merepih
Alam
Kan kujelang kau √
Benamkan diriku dalam dekapan,
√
37
Benamkan diriku
dalam dekapan,
tanganmu
Yang hangat penyegar
cita rasaku
Bukakan pintumu
Kan kujelang kau
pelita hidupku
√
Meremang gulana menatap reruntuhan dalam duka
Bawa aku serta
berlayar menuju
pantai harapan
√
√
Wajahpun meredup tercerminhaus cahaya
kunanti fajar
berkawan angin
malam merindukan
√
√
4 Semusim Berpadu bermesra √
Jernihnya semesta membakar peluhku
√
5 Pelangi Dibuai-dibuai √
Tertegun ku dibuai- dibuai dalam kenangan dan senyuman Yang tak kan terlupakan
√
38
Tiada lagi melodi Tiada lagi melodi Tiada lagi melodi
√
Tiada lagi melodi Tiada lagi melodi Tiada lagi melodi
√
Bagaikan langit
berpelangi
√
Sinar rembulan terasa
oh hangat
menyentuhan tubuh
√
Tertegun ku dibuai dalam kenangan dan senyuman
√
6 Cintaku Kan ku jalin lagu √
Cinta, akan ku berikan Cintaku, gelora asmara
√
√
Tiada ada yang kuasa Melebihi indahnya Nikmat bercinta
√
Bagai embun pagi
Yang menyentuk
rerumputan
√
Bagai embun pagi Yang menyentuh rerumputan
√ √
7 Merpati
Putih
Tinggi di awan, menghilang dilangit yang hitam
√
39
Merpati putih berarak
pulang terbang
menerjang badai
√
Bercumbu langit memadu satu janji berjuta bintang
√
8 Matahari Matahari pagi,
bersinar gelisah
√
Kapan badai pasti
berlalu
Resah aku menunggu
Kapan badai pasti
berlalu
Badai pasti berlalu
√
Matahari dalam rimba
kabut pagi,
Awan yang hitam
tenggelam dalam
dekapan
√
√
Musim berlalu resah
menanti matahari
pagi, Bersinar gelisah
√
Dimana kau timbun daun berlayu
√
9 Serasa Serasa nikmat dan sejuknya
√
Berseri semesta menyongsong sejoli
√
40
Bercumbu dimabuk
asmara
√
10 Baju penganti n
Menambah hangatku
berkawan alam
√
Jenuh awan nan kelabu
√
11 Angin
malam
Semerbak wangi bunga Berkelana membisikan kata
√
Dewi malam pancaran kebahagiaan
√
Jumlah 6 5 2 5 7 2 2 8 1 5
Keterangan Tabel 01:
1 = Aliterasi
2 = Asindenton
3 = Polisindenton
4 = Asonansi
5 = Hiperbola
6 = Simploke
7 = Persamaan atau simile
8 = Personifikasi
9 = Eponim
10 = Hipalase
41
TABEL 02 : DESKRIPSI MAKNA YANG TERDAPAT PADA LIRIK
LAGU DALAM ALBUM BADAI PASTI BERLALU KARYA
CHRISYE.
No Judul Lagu Makna
1 Badai Pasti Berlalu Makna Idiomatikal
1. Awan hitam di hati yang sedang gelisah
Makna Nonreferensial
1. Awan hitam di hati yang sedang gelisah
2. Satu-satu jatuh ke pangkuan
3. Kutenggelam sudah ke dalam dekapan
Makna Kognitif
1. Daun-daun jatuh berguguran
Makna kiasan
1. Matahari segera berganti
Makna Piktorial
1. Badai pasti berlalu
2. Serasa Makna Nonreferensial
1.serasa nikmat dan sejuknya
2. dalam kemurnian cinta yang membara
Makna Gramatikal
1.serasa nikmat dan sejuknya
Makna Gereflekter
1.bercumbu dimabuk asmar
3 Pelangi Makna ektensi
1.terlukis wajah dalam mimpi
Makna Nonreferensial
1.terlukis wajah dalam mimpi
2.kudengar laguku dalam simfoni
Makna Piktorial
1.Bagai langit berpelangi
4 Matahari Makna Nonrefernsial
1.matahari dalam rimba kabut pagi
2.awan yang hitam tenggelam dalam dekapan
3. daun yang layu berguguran di pangkuan
Makna Piktorial
1.Awan yang hitam ku tenggelam dalam dekapan
5. Khayalku Makna Nonreferensial
1.walau dinding yang membentang
6. Cintaku Makna Nonreferensial
1.yang mengagungkan cinta
2.di cumbu asmara
42
3. cinta, akan kuberikan
4.bagi hatiku yang damai
7. Merepih Alam Makna Gramatikal
1.yang hangat penyegar cita rasaku
Makna Nonreferensial
1.meremang guana menatap reruntuhan dalam
duka
2.Benamkan diriku dalam dekapan, tanganmu
8. Angin Malam Makna Nonreferensial
1.dalam hening dalam lamunan
9. Baju Pengantin Makna Nonreferensial
1.berakhir di ujung hujan
10. Semusim Makna Gereflekter
1.Menyambut insyan bercinta
Makna Nonreferensial
1.dalam kelembutan
2.dalam wangi bunga
11 Merpati Putih Makna Nonreferensial
1.mengering sudah bunga di pelukan
Makna Piktorial
1.Merpati putih berarak pulang terbang menerjang
badai
2.2 An alisis Da ta
Analisis data ini bertujuan menguraikan secara terperinci deskripsi data yang
telah dikemukakan pada bagian terdahulu. Pada bagian ini penulis menguraikan
gaya bahasa dan makna yang terdapat pada lirik lagu dalam album badai pasti
berlalu karya Chrisye.
Setelah penulis membaca, memahami, dan menelaah lirik lagu dalam
album badai pasti berlalu karya Chrisye, penulis menemukan beberapa gaya
bahasa yang digunakan oleh penulis lirik lagu Chrisye untuk memperindah lirik lagu
mereka. Penganalisisan data dilakukan dengan mengklasifikasikan data berdasarkan
jenis-jenis gaya bahasa yang ada yaitu gaya bahasa retoris: Literasi,
43
Asindenton, Polisindenton, Elipsis, Hiperbola, Simploke. dan gaya bahasa kiasan :
Persamaan atau simile, Personifikasi, Epitet, Hipalase. Berikut ini disajikan hasil
analisis lirik lagu yang terdapat dapa album badai pasti berlalu karya Chrisye.
2.2.1 Gaya Bahasa Retoris
Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang semata-mata merupakan
penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu (Keraf,
2006:130). Gaya bahasa ini memiliki berbagai fungsi antara lain: menjelaskan,
memperkuat, menghidupkan objek mati, menimbulkan gelak tawa, atau untuk
hiasan. Berdasarkan pembatasan masalah yang penulis teliti maka gaya bahasa
retoris penulis batasai pada gaya bahasa Aliterasi, Asindenton, Polisindenton,
Asonansi, Hiperbola dan Simploke.
2.2.1.1 Gaya Bahasa Aliterasi
Gaya bahasa aliterasi ialah semacam gaya bahasa yang berwujud
perulangan konsonan yang sama, baik di awal, di tengah, maupun di akhir kata,
frase atau kalimat. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa,
untuk hiasan atau untuk penekanan. Gaya bahasa aliterasi tampak pada lirik lagu
yang berjudul Khayalku, Badai Pasti Berlalu, Merepih Alam, Semusim, Cintaku dan
Pelangi di bawah ini:
1. “Khayalku”
Setinggi bintang, malam tua
Remang bersinar
Melambai mesra
Oh.... Juwita dambaan jiwa
44
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait satu baris ke tiga pada lirik lagu
yang berjudul “Khayalku” menggambarkan gaya bahasa aliterasi yakni pada
bagian kata “melambai mesra”, karena pengulangan bagian kata yang sama pada
melambai mesra. Bagian kata yang diulang pada lirik lagu tersebut memberikan
efek yang ingin di sampaikan oleh pencipta lagu tersebut dimana jika digantikan
dengan kata lain maka artI dari kata tersebut akan berubah dari bagian kata
melambai mesra, jika hanya lambai dan sra saja atau diberi awalan berupa imbuhan
lain misalnya di maka akan menjadi dilambai disra dan tidak sesuai lagi dengan
arti yang sebenarnya dari lirik lagu “Khayalku”. Berdasarkan hal tersebut maka
pengulangan bagian kata pada lirik lagu di atas termasuk dalam gaya bahasa
aliterasi.
2. “Badai Pasti Berlalu”
Awan hitam di hati yang sedang gelisah
Daun-daun berguguran
Satu-satu jatuh kepangkuan Kutenggelam
sudah ke dalam dekapan Semusim yang
lalu sebelum ku mencapai Langkahku
yang jauh
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait satu baris ke dua dan tiga pada lirik
lagu yang berjudul “Badai pasti berlalu” menggambarkan gaya bahasa aliterasi
yakni pada bagian kata yang terdapat pada awalan “daun-daun” dan “satu-satu”,
karena pengulangan bagian kata yang sama pada bagian awal kata “daun-daun” dan
“satu-satu”. Bagian awal kata yang terdapat pada lirik lagu tersebut termasuk dalam
gaya bahasa aliteras.
3. “Merepih Alam”
45
Benamkan diriku dalam dekapan, tanganmu
Yang hangat penyegar cita rasaku
Bukakan pintumu
Kan kujelang kau pelita hidupku
Lirik lagu diatas yang terdapat pada bait ke tiga baris ke empat pada lirik
lagu yang berjudul “Merepih Alam” menggambarkan gaya bahasa aliterasi yakni
pada kata “kan kujelang kau”, karena pengulangan konsonan yang sama pada
kan kujelang kau. Pada pengulangan konsonan tersebut dipergunakan dalam
penekanan kata pada bagian kata di awal lirik kan kujelang kau untuk lebih
menekankan bahwa seseorang akan pergi untuk bertemu seseorang yang
disayangnya. Berdasarkan hal tersebut maka bagian kata yang mengalami
pengulangan termasuk dalam gaya bahasa aliterasi.
4. “Semusim”
Sentuhan bibirmu
Membakar peluhku
Bergelora tak terlukiskan
Sukmaku jiwaku
Berpadu bermesra
Dalam kabut cinta abadi
Selamanya
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke dua baris ke lima pada bagian
kata lirik lagu yang berjudul “Semusim” menggambarkan gaya bahasa aliterasi
yakni pada bagian kata “berpadu bermesra”, karena pengulangan bagian kata
awalan yang sama pada bagian kata berpadu bermesra. Jika tidak memiliki
awalan ber maka kata pada lirik tersebut menjadi padu mesra memang masih
memiliki artian tetapi pencipta lagu menggunakan awalan ber sehingga menjadi
kata berpadu bermesra dimana maksdunya ialah dua orang yang saling berkasih
sayang dengan kemesraan. Jika hanya awalan kata berupa imbuhan itu diganti
46
dengan imbuhan lain misalnya imbuhan ter maka akan mengubah artian dari kata
tersebut. Berdasakan hal tersebut maka bagian kata pada lirik lagu yang berjudul
“Semusim” termasuk dalam gaya bahasa aliterasi.
5. “Pelangi”
Bagaikan langit berpelangi
Terlukis wajah dalam mimpi
Tertegun ku dibuai-dibuai dalam kenangan dan senyuman Yang tak kan terlupakan
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait satu baris ke tiga pada lirik lagu
yang berjudul “pelangi” menggambarkan gaya bahasa aliterasi yakni pada kata
“dibuai-dibuai”, karena pengulangan bagian awal kata yang sama pada kata
dibuai-dibuai. Pengulangan terjadi dua kali untuk menekankan kata dibuai . Jika
awalan itu diganti dengan awalan lainnnya maka akan memberikan efek lain dan
tidak sesuai dengan apa yang di maksud dalam lirik lagu tersebut misalnya diganti
awalannya menjadi ber, berbuai-berbuai maka artiannya tidak sama lagi dengan
dibuai-dibuai. Berdasarkan hal tersebut bagian awalan kata pada lirik lagu
“Pelangi” termasuk dalam gaya bahasa aliterasi.
6. “Cintaku”
Kan ku jalin lagu
Bingkisan kalbuku
Bagi insan dunia
Yang menganggungkan cinta
47
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait satu baris ke satu pada lirik lagu
yang berjdul “Cintaku” menggambarkan gaya bahasa aliterasi yakni pada kata “kan
ku”, karena pengulangan konsonan yang sama pada kata kan ku.
Pengulangan awalan konsonan pada lirik tersebut memberikan efek penekanan
pada kata dalam lirik lagu yang berjudul “Cintaku” lain halnya jika bagian kata
tersebut menjadi “Akan aku” memang sama maksudnya tetapi dalam sebuah lagu
pemenggalan bagian kata berpengaruh terhadap tekanan pada lagu yang ingin
disampaikan oleh pencipta lagu kepada pendengar. Berdasarkan hal tersebut maka
pengualngan bagian kata tersebut termasuk dalam gaya bahasa aliterasi.
2.2.1.2 Gaya Bahasa Asindenton
Gaya bahasa asindeton ialah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat
padat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan
dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja dengan koma.
Gaya bahasa asidenton tampak pada lirik lagu yang berjudul Khayalku, Matahari,
Merepi alam, Merpati putih dan cintaku di bawah ini:
1. “Cintaku”
Cinta, akan kuberikan
Bagi hatimu yang damai
Cintaku, gelora asmara
Seindah lembayung senja
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke tiga baris satu dan tiga pada lirik
lagu yang berjudul “Cintaku” menggambarkan gaya bahasa asindenton yakni pada
kata cinta, dan cintaku, dimana tidak dihubungkan dengan kata sambung
melainkan dipisahkan dengan menggunakan koma hal tersebut memberikan efek
48
penekanan pada kata cinta yang berupa suatu perasaan yang besar yang dimilki oleh
seseorang tersebut kepada orang yang dicintainya jika tidak dipisahkan dengan
koma maka penekanan pada kata tersebut akan berubah misalnya diganti dengan
menggunakan tanda titik saja berhenti pada kata cinta sedangkan jika menggunakan
kata koma lantunan lagu tersebut akan tetap hanya diberi jeda sedikit saja.
Berdasarkan hal tersebut kata pada lirik lagu “Cintaku” termasuk dalam gaya bahasa
asindenton. Penulis menggunakan tanda koma pada lirik lagu tersebut untuk
memberikan acuan terhadap lirik lagu dengan menggunakan tanda koma pada kata
cintaku, dan cinta, sebagai kata pemisah dengan lirik lagu
berikutnya.
2. “Merepih Alam”
Benaman diriku dalam dekapan, tanganmu
Yang hangat penyegar cita rasaku
Bukakan pintumu
Kan kujelang kau pelita hidupku
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke tiga baris satu dan tiga pada lirik
lagu yang berjudul “Merepih alam” menggambarkan gaya bahasa asindenton yakni
pada “dekapan, ” dimana tidak dihubungkan dengan kata sambung melainkan
dipisahkan dengan menggunakan koma. Tanda koma memberikan acuan pada
kata “dekapan,” berupa penekanan pada kata. kata dekapan berupa pelukan yang
erat yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain jadi tanda koma berpengaruh
terhadap penekanan kata pada lirik lagu tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka
kata dekapan yang dipisahkan dengan tanda koma termasuk dalam gaya bahasa
asindenton.
49
3. “ Merp ati P utih ”
Mengering sudah bunga di pelukan
Merpati putih bararak pulang terbang menerjang badai
Tinggi di awan, menghilang di langit yang hitam
Lirik lagu diatas yang terdapat pada bait satu baris ke tiga pada lirik lagu
yang berjudul “Merpati putih” menggambarkan gaya bahasa asindenton yakni
pada “Awan, “ dimana tidak dihubungkan dengan kata sambung melainkan
dipisahkan dengan menggunaka koma sebagai acuan pada baris lirik lagu tersebut.
Acuan memberikan efek bagi kata awan di mana diketahui bahwa awan berada di
atas langit yang tinggi jika diganti kata awan dengan kata lain misalnya tinggi di
tebing saja maka penekanannya masih rendah daripada kata awan maka dari itu
pencipta memilih menggunakan kata awan mejadi acuan dan diperkuat dengan
diberi tanda koma. Berdasarkan hal tersebut maka kata “Awan,” yang dipisahkan
dengan tanda koma termasuk dalam gaya bahasa asindenton.
4. “Matahari”
Musim berlalu resah menanti
Matahari pagi, bersinar gelisah
Kini semua bukan milikku
Kini semua itu telah berlalu
Matahari segera berganti
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait satu baris ke dua pada lirik lagu
yang berjudul “Matahari” menggambarkan gaya bahasa asindenton yakni pada kata
“Pagi,“ dimana tidak dihubungkan dengan kata sambung melainkan dipisahkan
dengan menggunakan koma. Kata pagi dipisahkan dengan kata lainnya dengan
menggunakan koma saja untuk memberikan acuan terhadap kata
50
sebelumnya yaitu matahari maka penekanan pada kata pagi menegaskan matahari
yang ada di pagi hari jika kata pagi itu diganti dengan kata malam, maka
penekanannya akan berbeda dan artiannya juga berbeda karena matahari tidak
muncul di malam hari tetapi di pagi hari. Berdasarkan hal tersebut maka kata “pagi,”
yang dipisahkan dengan kata lain menggunakan tanda koma termasuk dalam gaya
bahasa asindenton.
5. “Khayalku”
Setinggi bintang, malam tua
Remang bersinar
Melambai mesra
Oh... Juwita dambaan jiwa
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait satu baris ke dua pada lirik lagu
yang berjudul “ Khayalku” menggambarkan gaya bahasa asindenton yakni pada
kata “bintang, “ dimana tidak dihubungkan dengan kata sambung melainkan
dipisahkan dengan menggunakan koma untuk memberikan acuan pada kata yang
terdapat pada baris lirik lagu tersebut. Kata bintang berupa benda langit yang
berkelap kelip di malam hari menegaskan kata berikutnya yaitu malam tua.
Berdasarkan hal tersebut maka kata yang dipisahkan dengan tanda koma termasuk
dalam gaya bahasa asindenton.
2.2.1.3 Gaya Bahasa Polisindenton
Gaya bahasa polisindeton ialah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari
asindeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu
sama lain dengan kata sambung. Gaya bahasa polisindenton tampak pada lirik
lagu yang berjudul Pelangi dan Serasa di bawah ini:
51
1. “Pelangi”
Tertegun ku dibuai-dibuai dalam kenangan dan senyuman
Yang tak kan terlupakan
Lirik lagu di atas pada bait satu baris ke tiga pada lirik lagu yang berjudul
“pelangi” menggambarkan gaya bahasa polisindenton yakni pada kata penghubung
“dan” yang digunakan pada baris tersebut untuk menghubungkan dan merurutan
satu sama lain dengan kata-kata sambung. Jika penghubung itu diganti dengan kata
“atau” maka efeknya akan mengubah dan membandingkan antara kenangan atau
senyuman sedangkan pencipta lagu disini memilih penghubung dan untuk
menghubungkan antara kata satu dengan yang lain kalimat satu dengan yang lain
dalam hal ini menghubungkan kata satu dengan yang lain. Berdasarkan hal tersebut
maka penggunaan penghubung pada lirik lagu tersebut termasuk dalam gaya
bahasa polisindenton.
2. “Serasa”
Serasa nikmat dan sejuknya
Bila kekasih tidur dipeukan
Lirik lagu di atas pada bait satu baris ke satu pada lirik lagu yang berjudul
“serasa” menggambarkan gaya bahasa polisindenton yakni pada penghubung
“dan” yang digunakan pada kalimat serasa nikmat “dan” sejuknya. Kata sambung
“dan” yang dihubungkan dengan kata satu sama lain jika penghubung dan
diganti dengan penghubung selain dan misal penghubung tetapi maka akan
memberikan efek menyangkal pada kata yang terdapat dalam lirik lagu tersebut
maka dari itu pemilihan penghubung dan dalam lirik tersebut sudah tepat.
52
Berdasarkan hal tersebut sudah jelas bahwa lirik lagu dengan penggunaan kata
sambung termasuk dalam gaya bahasa polisindenton.
2.2.1.4 Gaya Bahasa Asonansi
Gaya bahasa asonansi ialah semacam gaya bahasa yang berwujud
perulangan vocal yang sama, baik di awal, di tengah, maupun di akhir kata, frase
atau kalimat. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa,
untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan. Gaya bahasa asonansi
tampak pada lirik lagu yang berjudul cintaku, pelangi, Merepih alam, Badai pasti
berlalu dan Matahari di bawah ini:
1. “Cintaku”
Tiada ada yang kuasa
Melebihi indahnya
Nikmat bercinta
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait empat dan baris 1-3 pada lirik
lagu yang berjudul “cintaku” menggambarkan gaya bahasa asonansi yang
merupakan bunyi vokal yang sama yakni ditandai dengan huruf ‘a” yang merupakan
perulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris nya.
2. “pelangi”
Tiada lagi melodi
Tiada lagi melodi
Tiada lagi melodi
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait empat dan baris 1-3 pada lirik
lagu yang berjudul “pelangi” menggambarkan gaya bahasa asonansi yang
53
merupakan bunyi vokal yang sama yakni ditandai dnegan huruf ‘i” yang merupakan
perulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris. Berdasarkan ha tersebut
maka pengulangan bagian akhir kata yang sama termasuk dalam gaya bahasa
polisindenton.
3. “Merepih alam”
Benamkan diriku dalam dekapan, tanganmu
Yang hangat penyegar cita rasaku
Bukakan pintumu
Kan kujelang kau pelita hidupku
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait empat dan baris 1-3 pada lirik
lagu yang berjudul “pelangi” menggambarkan gaya bahasa asonansi yang
merupakan bunyi vokal yang sama yakni ditandai dengan huruf vocal ‘i” yang
merupakan perulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris. Bedasarkan hal
tersebut maka perulangan vokal yang sama pada akhir disetiap kalimat termasuk
dalam gaya bahasa asonansi.
4. “Badai pasti berlalu”
Gelisah kumenati tetes emun pagi
Tak kuasa ku memandang dikau matahari
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ketiga baris 1-2 dan ke lima
baris 1-4 pada lirik lagu yang berjudul “Badai pasti berlalu” menggambarkan
gaya bahasa asonansi yang merupakan bunyi vokal yang sama yakni ditandai
54
dnegan huruf ‘i” dan “u” yang merupakan perulangan bunyi vokal yang sama
pada akhir tiap baris. Pada bait ketiga efek yang yang ditimbukan berupa penekanan
pada kalimat yang terdapat dalam lirik lagu tersebut. Penekanan disini dimaksud
atas sebuah harapan, kegelisahan menanti hal yang baru yang lebih baik lagi
Berdasarkan hal tersebut maka pengulangan vokal yang sama pada akhir disetiap
baris lirik lagu termasuk dalam gaya bahasa asonansi.
5. “Matahari”
Kapan badai pasti berlalu
Resah aku menunggu
Kapan badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait empat dan baris 1-4 pada lirik
lagu yang berjudul “Matahari” menggambarkan gaya bahasa asonansi yang
merupakan bunyi vokal yang sama yakni ditandai dengan huruf “u” yang
merupakan perulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris. Efek yang
timbul dari pengulangan bunyi vocal yang sama pada tiap akir baris adalah efek
penekanan dimana baris pertama merupakan harapan dan baris kedua
menimbulkan sikap optimis bahwa masalah dalam bentuk apapun pasti akan berlalu
dan keindahan dalam lirik lagu yang berjudul “Matahari” memperindah lagu
tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka pengulangan vokal yang sama pada akhir
baris lirik lagu termasuk dalam gaya bahasa asonansi.
2.2.1.5 Gaya Bahasa Hiperbola
Gaya bahasa hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung
suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Gaya
55
bahasa hiperbola tampak pada lirik lagu yang berjudul Merpati putih, Matahari,
Badai pasti berlalu, Semusim,Serasa, Merepi alam, Khayalku sebagai berikut:
1. “Merpati Putih ”
Mengering sudah bunga di pelukan
Merpati putih berarak pulang terbang menerjang badai
Tinggi di awan, menghilang di langit yang hitam
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke satu baris kedua menggambarkan
gaya bahasa hiperbola yakni pada kata “Merpati putih berarak pulang terbang
menerjang badai”, dimana kata tersebut menyatakan suatu pernyataan yang
berlebih-lebihan. Terdapat kata menerjang badai kata menerjang badai mempunyai
arti angin kencang yang menyertai cuaca buruk dan kata menerjang berarti
melawan, artinya melawan badai. Kata tersebut dipilih untuk lebih memberikan efek
yang berlebihan bagi pembaca ataupun pendengar dengan apa yang ingin
disampaikan oleh pencipta lagu dalam lagunya tersebut. Yang ingin disampaikan
oleh pencipta lagu hanya perasaannya yang mulai hilang karena seseorang yang
tidak pernah kembali datang padahal ia selalu menanti kehadiran seseorang yang
disayangnya itu terlihat jelas pada lirik lagu sesudah nya. Berdasarkan hal tersebut
maka kata pada lriik lagu “Merpati Putih” termasuk dalam gaya bahasa hipebola.
2. “Badai pasti berlalu”
Awan hitam di hati yang sedang gelisah
Daun-daun berguguran
Satu-satu jatuh kepangkuan Kutenggelam
sudah ke dalam dekapan Semusim yang
lalu sebelum ku mencapai
56
Langkahku yang jauh
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke satu baris keempat
menggambarkan gaya bahasa hiperbola yakni pada kata “Awan hitam dihati yang
sedang gelisah” pada lirik lagu tersebut terdapat kata awan hitam dimana yang
diketahui bahwan awan berada di langit dan warna hitam di awan tersebut
menunjukan cuaca yang akan hujan. Pada lirik lagu tersebut awan hitam berada di
hati yang sedang gelisah tidak mungkin awan hitam yang ada dilangit bisa pindah
ke dalam hati. Awan hitam disana hanya mengiaskan suasana hati yang sedang tidak
tenang, penggunaan kata awan hitam pada bagian lirik lagu tersebut termasuk
berlebih lebihan tetapi jika diperhatikan lagi kata awan hitam tepat digunakan
untuk menggantikan perasaan yang sedang tidak tenang dan lebih menghemat kata.
selanjutnya pada baris ke empat yaitu pada lirik lagu “Kutenggelam sudah
ke dalam dekapan”, yang menyatakan suatu pernyataan yang berlebih-lebihan.
Kalimat tersebut bukan perumpaan manusianya yang tenggeleam didalam air
yang dalam tetapi merupakan merumpamaan perasaan seseorang terhadap suatu
hal yang dirasakannya. Karena tidak mungkin seseorang bisa tenggelam di dalam
pelukan, Orang bisa tenggelam karena air yang ada pada tempat suatu bendungan
air terlalu dalam atau memang orang tersebut tidak bisa berenang tetapi lain
halnya dengan apa yang ingin ditulis oleh pencipta lagu kata tersebut dipilih untuk
melebih lebihkan kata agar apa yang ingin disampaikan sampai kepada pendengar
atau pembaca nya. Berdasarkan hal tersebut maka lirik lagu kutenggelam
termasuk dalam gaya bahasa hiperbola.
57
3. “Merepih Alam”
Merepih alam dimalam
Berselubung kabut kelam
Wajah pun meredup haus cahaya
Meremang gulana menatap reruntuhan dalam duka
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke satu baris keempat
menggambarkan gaya bahasa hiperbola yakni pada kata “Meremang gulana
menatap reruntuhan dalam duka”, yang menyatakan suatu pernyataan yang
berlebih-lebihan. Kata reruntuhan pada kalimat tersebut bukan berarti rumah atau
bangunan yang runtuh tapi perumpaan terhadap perasaan seseorang yang
bersedih. Kata reruntuhan digunakan oleh pencipta lagu untuk membrikan efek agar
pendengarpun bisa membayangkan apa yang ingin disampaikan oleh pencipta
lagu dalam lagu yang diciptakannya. Berdasarkan hal tersebut kata reruntuhan
termasuk dalam gaya bahasa hiperbola.
“Merepih Alam”
Bawa aku serta berlayar Menuju
pantai harapan Bersamamu oh
asmara oh asmara Insanmu
menanggung rindu
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke empat baris ke satu
menggambarkan gaya bahasa hiperbola yakni pada kata “Bawa aku serta
berlayar”,”Menuju pantai harapan”, yang menyatakan suatu pernyataan yang
berlebih-lebihan. Kata berlayar bukan seseorang tersebut adalah seorang nahkoda
kapal ataupun yang mempunyai kapal tetapi kata berlayar disitu
perumpumpamaan kata pergi. Seseorang tersebut ingin menyampaikan kepada
seseorang untuk ikut serta membawa dia pergi. Kata berlayar digunakan pencipta
lagu untuk memunculkan imajinasi pendengar dalam lagu yang di buatnya. Kata
58
pantai bukan artian memang dibawa kepantai tetapi kata pantai disitu lebih kepada
arti pantai yang merupakan tempat yang indah dalam liik tersebut mengapa pantai
termasuk dalam gaya bahasa hiperbola karena tidak ada pantai harapan tetapi
lebih kepada suatu ungkapan yang berlebih lebihan terhadap harapan seseorang
yang sedang merindukan kekasihnya. Berdasarkan hal tersebut maka kata diatas
termasuk dalam gaya bahasa hiperbola.
4. “Khayalku”
Mungkin tercapai jua
Cintaku khayalku
Walau dinding yang memebentang
Diantara kita selebar samudera
Membendung cita khayalku
Hatiku haus meronta
Tuk menyunting duhai kau
Juwita
Setinggi bintang
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke dua baris keempat dan bait ke
empat baris 1 menggambarkan gaya bahasa hiperbola yakni pada kata “Diantara
kita selebar samudera”,”hatiku haus meronta”, yang menyatakan suatu pernyataan
yang berlebih-lebihan. Kata samudera berarti lautan, kepulauan indonesia diapit
oleh pasifik dan indonesia. Pencipta lagu memunculkan efek imajinasi yang
membawa pendengar membayangkan bahwa dinding yang membentang dianatara
dua orang yang memiliki perasaan sebesar samudera kata samudera bisa diganti
dengan kata “luas” tetapi hal tersebut akan mengubah dan mempengaruhi dari apa
yang ingin disampaikan oleh penulis dalam lagunya, maka dari itu kata tersebut
dalam gaya bahasa dikatakan sebagai kata yang
59
berlebih lebihan. Berdasarka hal tersebut maka kata di atas termasuk dalam gaya
bahasa hiperbola.
5. “Semusim”
Semusim bersemi bunga
Dalam kelembutan
Cakrawala senja
Pagi benderang
Jernihnya semesta
Dalam wangi bunga Menyambut insan bercinta
Sentuhan bibirmu
Membakar peluhku
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait pertama baris kelima dan bait ke
dua baris pertama dan kedua menggambarkan gaya bahasa hiperbola yakni pada
kata “Jernihnya semesta” pada bagian lirik lagu tersebut terdapat kata jernihnya
yang mengiaskan bahwa semesta itu seperti jernihnya air yang berwarna putih
bersih. Kata jernih dianggap berlebihan karena semesta tidak merupakan air saja
banyak hal yang ada di semesta (Alam) ini ada pegunungan, daratan dan lain-lain.
Maka dari itu bagian lirik lagu tersebut termasuk dalam gaya bahasa hiperbola.
Lirik lagu pada bait ke dua baris 1-2 “sentuhan bibirmu membakar
peluhku” lirik lagu tersebut termasuk dalam gaya bahasa hiperbola karena pada
liik lagu tersebut disentuh saja dengan bibir bisa memberikan efek kepada seseoarng
sehingga orang yang etrsentuh oleh bibir tersebut menjadi berkeringat padahal kata
membakar digunakan jika ada percikan api sedangkan pada lirik lagu tersebut tidak
ada percikan api ataupun api. Berdasarkan hal tersebut tersebut lirik di atas termasuk
dalam gaya bahasa hiperbola.
60
6. “Serasa”
Bercumbu dimabuk asmara
Dalam kemurnian cinta yang membara
Membentang dataran hijau
Berseri semesta di malam pertama
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait pertama baris pertama
menggambarkan gaya bahasa hiperbola yakni pada kata “Bercumbu dimabuk
asmara” terdapat kata dimabuk dalam lirik lagu tersebut . Kata dimabuk pada
umumnya berarti seseorang yang terganggu oleh sesuatu hal. Kata bercumbu berarti
bersenda gurau, berkelakar, saling mencumbu (Bercinta-cintaan). Lirik lagu
tersebut hanya ingin menyampaikan dimana dua orang yang saling bersenda gurau
yang difikiarnnya hanya ada dia dan pasangannya yang saling mencintai.
Berdasarkan hal tersebut maka lirik lagu di atas termasuk dalam gaya bahasa
hiperbola.
7. “Matahari”
Dimana kau timbun daun berlayu
Makin gelisah aku menanti
Matahari dalam rimba kabut pagi
Sampai kapankah ku harus menanti
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke dua baris ke tiga menggambarkan
gaya bahasa hiperbola yakni pada kata “Matahari dalam rimba kabut pagi”
terdapat kata matahari yang berada di dalam rimba dimana hal yang sebenarnyaialah
letak atau posisi matahari berada di atas langit tidak pernah matahari turun lalu
masuk ke dalam rimba kecuali sinarnya saja. Bagian dari lirik lagu tersebut
termasuk dalam gaya bahasa hiperbola.
61
2.2.1.6 Gaya Bahasa Simploke
Simploke ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan pada awal dan
akhir beberapa baris atau kalimat secara berturut-turut. Gaya bahasa simploke
tampak pada lirik lagu yang berjudul Badai pasti berlalu dan pelangi di bawh ini:
1. “Badai pasti berlalu”
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke lima baris 1-4 menggunakan gaya
bahasa simploke yakni kata “Badai pasti berlalu”, karena perulangan pada awal
dan akhir beberapa baris kalimat secara berturut-turut. Pada lirik tersebut, disebut
simploke karena kata “Badai pasti berlalu” diucapkan empat kali dengan maksud
menegaskan dan menekankan makna yaitu permasalahan yang dihadapi pasti akan
berlalu. Berdasarkan hal tersebut maka lirik lagu di atas termasuk dalam gaya
bahasa simploke.
2. “pelangi”
Tiada lagi melodi
Tiada lagi melodi
Tiada lagi melodi
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke lima baris 1-3 menggunakan gaya
bahasa simploke yakni kata “Tiada lagi melodi”, karena perulangan pada awal dan
akhir beberapa baris kalimat secara berturut-turut. karena perulangan pada awal dan
akhir beberapa baris kaliat secara berturut-turut diulang sejumlah tiga kali dengan
tujuan menegaskan dan menekankan bahwa memang tidak ada
62
lagi melodi nada nada yang indah untuk seseorang yang disayangnya.
Pengulangan pada awal dan akhir beberapa baris pada lirik lagu yang berjudul
pelangi termasuk dalam gaya bahasa simploke.
2.2.2 Gaya Bahasa Kiasan
Gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan
atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan yang lain, berarti mencoba
menemukan ciri-ciri yang manunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut (Keraf,
2006:136). Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu
perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung dan
perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Kelompok pertama
termasuk gaya bahasa langsung dan kelompok kedua termasuk gaya bahasa
kiasan. Berdasarkan pembatasan masalah yang peneliti teliti maka peneliti
membatasi gaya bahasa kiasan pada gaya bahasa persamaan atau simile,
personifikasi, eponim dan hipalase.
2.2.2.1 Gaya Bahasa Persamaan atau Simile
Persamaan atau simile ialah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu
gaya bahasa yang langsung menyatakan sesuatu yang sama dengan hal lain. Gaya
bahasa persamaan atau simile tampak pada lirik lagu yang berjudul Pelangi dan
Cintaku berikut ini:
1. “Cintaku”
Betapa nikmatnya
Dicumbu asmara
Bagai embun pagi
Yang menyentuk rerumputan
63
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke lima baris 3-4 menggunakan
gaya bahasa persamaan atau simile yakni “Bagai embun pagi yang menyentuk
rerumputan” terdapat kata “Bagai” kata tersebut memerlukan upaya yang secara
eksplisit menunjukan kesamaan antara baris sebelumnya pada bait ke lima baris 1
dan 2 merupakan persamaan dengan baris 3-4 dengan menggunakan bahasa yang
membawa pendengar dan pembaca membayangkan bahwa betapa nikmatnya
dicumbu asmara yang disamakan dengan embun di pagi hari yang menyentuh
rerumputan. Maka dari itu lirik lagu diatas termasuk dalam gaya bahasa
persamaan atau simile.
2. “Pelangi”
Bagaikan langit berpelangi
Terlukis wajah dalam mimpi
Tertegun ku dibuai dalam kenangan dan senyuman
Yang tak kan terlupakan
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke lima baris 1 menggunakan
gaya bahasa persamaan atau simile yakni “Bagaikan langit berpelangi ” terdapat
kata “Bagaikan” kata tersebut memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukan
kesamaan itu. Kata “bagaikan” tersebut menyamakan antara langit yang berpelangi
dengan lukisan wajah seseorang dalam mimpi. Pelangi itu memiliki banyak warna
yang indah persamaannya wajah seseorang yang terlukis dalam mimpi orang
tersebut juga indah seperti pelangi. . Maka dari itu lirik lagu diatas termasuk dalam
gaya bahasa persamaan atau simile.
64
2.2.2.2 Gaya Bahasa Personifikasi
Personifikasi ialah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda mati atau barang yang tak bernyawa seolah-olah dapat bertingkah laku seperti
manusia. Gaya bahasa persnifikasi tampak pada lagu merpati putih, cintaku,
Baju Pengantin, Badai pasti berlalu, pelangi, merepih alam, matahari, Angin
Malam dibawah ini:
1. “Matahari”
Dimana kau timbun daun berlayu
Makin gelisah aku menanti
Matahari dalam rimba kabut pagi
Sampai kapankah ku harus menanti
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke satu baris 1 menggunakan
gaya bahasa personifikasi yakni “Dimana kau timbun daun berlayu” terdapat
kata “Daun berlalu” kata tersebut mengiaskan benda mati seolah-olah hidup.
Tedapat kata daun berlalu bukan daun yang berlalu tetapi seseorang yang beranjak
pergi meninggalkan kenangan kata daun yang mati seoah-olah hidup padahal yang
dimaksud seseorang yang memiki kenangan yang menyembunyikan hal tersebut
dari seseorang. Lirik lagu tersebut termasuk dalam gaya bahasa personifikasi.
2. “Merepih alam”
Merepih alam dimalam
Berselubung kabut kelam
Wajah pun meredup tercermin haus cahaya
Meremang gulana menatap reruntuhan dalam duka
kunanti fajar berkawan angin malam merindukan
belaianmu oh asmara oh asmara
insanmu menanggung rindu
65
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait kedua baris 1 menggunakan gaya
bahasa personifikasi yakni “Wajah pun meredup tercermin haus cahaya” terdapat
kata haus yang digunakan oleh manusia untuk melepas dahaga dengan meminum
air dalam lirik tersebut bukan cermin yang sedang merasa haus tetapi seseoarang
yang menginginkan adanya cahaya. berdasarkan hal tersebut maka bagian lirik
lagu di atas termasuk dalam gaya bahasa personifikasi.
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait kedua baris 1 menggunakan gaya
bahasa personifikasi yakni “Kunanti fajar berkawan angin malam merindukan”
terdapat kata “Kunanti fajar berkawan angin malam merindukan” kata tersebut
mengiaskan benda mati seolah olah hidup. Terdapat kata kunanti wajar berkawan
angin maksdunya bukan fajar yang berteman dengan angin tetapi fajar itu
mengiaskan arti pagi hari dimana matahari baru terbit dan angin masih terasa, bukan
fajar dan angin yang dirindukan oleh orang tersebut terlihat pada baris kedua
yang dirindukan sebenarnya adalah seseorang. Jadi fajar berkawan angin seolah
oleh hidup yang bisa dirindukan. Berdasarkan hal tersebut maka lirik agu di atas
temasuk dalam gaya bahasa personifikasi.
3. “Cintaku”
Betapa nikmatnya
Di cumbu asmara
Bagai embun pagi
Yang menyentuh rerumputan
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait kedua baris 1 menggunakan gaya
bahasa personifikasi yakni “Bagai embun pagi yang menyentuh rerumputan”
terdapat kata “Bagai embun pagi yang menyentuh rerumputan” kata tersebut
mengiaskan benda mati seolah olah hidup, di mana kata embun pagi mana bisa
66
menyentuh rerumutan sentuhan itu hanya dirasakan oleh manusia dengan indera
perasa nya saja bagai mana bisa embun pagi menyentuh rerumputan. Embun pagi
biasanya hanya bisa dirasakan sejuknya saja. Lirik lagu tersebut dilihat dari lirik
pada bagian sebelumnya menjelaskan tentang perasaan seseorang yang
membayangkan kekasihnya berada didekatnya, bukan embun pagi yang
menyentuh rerumputan. Berdasarkan hal tersebut maka lirik lagu diatas termasuk
dalam gaya bahasa personifikasi.
4. “Badai pasti berlalu”
Gelisah kumenanti tetes embun pagi
Tak kuasa ku memandang dikau matahari
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ketiga baris 1 menggunakan gaya
bahasa personifikasi yakni “Gelisah kumenanti tetes embun pagi tak kuasa ku
memandang dikau matahari” terdapat kata “Gelisah kumenanti tetes embun pagi
tak kuasa ku memandang dikau matahari” kata tersebut mengiaskan benda mati
seolah olah hidup. Kata gelisah bukan dalam artian seseorang gelisah menanti
embun pagi dan tidak kuat memandang matahari tetapi lebih kepada sesuatu yang
dikawatirkan akan terjadi atau sedang terjadi tidak kuat untuk mengahadapi suatu
permasalahan. Berdasarkan hal tersebut maka lirik lagu di atas termasuk dalam gaya
bahasa personifikasi.
5. “Baju Pengantin”
Desah angin pagi
Menambah hangatku berkawan alam
Kini telah kujumpa
Air sejuk pelepas haus dahaga
67
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ketiga baris 1 menggunakan gaya
bahasa personifikasi yakni “Desah angin pagi menambah hangatku berkawan
alam” terdapat kata “Desah angin pagi menambah hangatku berkawan alam”
kata tersebut mengiaskan benda mati seolah olah hidup. Hal ini bisa dilihat pada
kata berkawan alam kata berkawan alam maksudnya disini seseorang yang berteman
dengan alam pada kenyataannya berteman itu ditunjukan pada orang satu dengan
orang lainnya tetapi dilirik lagu tersebut kata berkawan digunakan untuk berteman
dengan alam. Berdasarkan hal itu maka lirik lagu tersebut termasuk dalam gaya
bahasa personifikasi.
6. “Pelangi”
Mungkinkah tercipta kembali
Malam nan penuh keindahan
Sinar rembulan terasa oh hangat menyentuhan tubuh
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ketiga baris 1 menggunakan gaya
bahasa personifikasi yakni “Sinar rembulan terasa oh hangat menyentuhan
tubuh” terdapat kata “Sinar rembulan terasa oh hangat menyentuhan tubuh” kata
sinar rembulan yang terasa hangat menyentuh tubuh tersebut mengiaskan benda
mati seolah olah hidup yang dapat memberikan kehangatan. Diketahui bahwa
sinar rembulan hanya bisa dilihat saja tanpa bisa dirasakan tetapi dalam liik lagu
tersebut sinar rembulan dibuat seolah olah bisa membuat seseorang merasakan
hangatnya. Padahal yang dimaksud ialah sebuah harapan dari seseorang yang
menginginkan kekasihnya kembali bersamanya sehingga terciptalah suasana yang
hangat. Berdasarkan hal tersebut maka bagian lirik lagu di atas termasuk dalam gaya
bahasa personifikasi.
68
7. “Merpati Putih”
Terserah kasih kembali mesra
Bercumbu langit memadu satu janji berjuta bintang
Dalam pelukan sehangat pagi yang cerah
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke tiga baris ke dua
menggunakan gaya bahasa personifikasi yakni pada “Bercumbu langit memadu
satu janji bintang” kata bercumbu merupakan suatu hal yang jamak, untuk
mengatan dua orag yang saling berkasih sayang pada lirik lagu tersebut
digambarkan dengan langit yang memadu kasih dengan berjuta bintang lirik tersebut
membawa pembaca atau pendengar untuk membayangkan keindahan bintang di
malam hari yang berada dilangit. Bukan langit yang memadu kasih tetapi seseorang.
Berdasarkan hal tersebut maka bagian lriik di atas termasuk dalam gaya bahasa
personifikasi.
8. “Angin Malam”
Angin malam
Semerbak wangi bunga
Berkelana membisikan kata
Dua insan
Bercumbu berpelukan
Penuh kasih gelora asmara
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ke tiga baris ke dua menggunakan gaya
bahasa personifikasi yakni pada “Semerbak wangi bunga berkelana membisikan
kata” terdapat kata wangi bunga yang membisikan kata dimana yang diketahui ialah
yang dapat membisikan kata adalah seseorang satu dengan orang lain nya yang ingin
menyampaikan sebuah pesan dengan berbisik istilah bisikan digunakan oleh
manusia dalam hal memberi informasi yang tidak ingin diketahui
69
oleh orang lain secara rahasia sedangkan dalam lirik lagu tersebut sermerbah
wangi bunga yang berkelana membisikan kata seolah olah wangi bunga tersebut
dapat berbicara berkomunikasi padahal tidak. Berdasarkan hal tersebut maka kata
lirik lagu di atas termasuk dalam gaya bahasa personifikasi.
2.2.2.3 Gaya Bahasa Eponim
Gaya bahasa eponim adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya
begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk
menyatakan sifat itu. Gaya bahasa eponim terdapat pada lirik lagu Khayalku di
bawah ini:
1. “Khayalku”
kau juwita kurnia dewata
lembut bak sutera sejuk
bibirmu
oh.... terasa merasuk sukma
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ketiga baris 1 menggunakan gaya
bahasa Eponim yakni “Kau juwita kurnia dewata lembut bak sutera sejuk”
terdapat kata “kau juwita kurnia dewata lembut bak sutera sejuk” kata bak sutera
digunakan untuk menyatakan sifat juwita yang lembut. Maka jelas bahwa kata
juwita dihubungkan dengan bak sutera (kelembutannya) termasuk dalam gaya
bahasa eponim.
2.2.2.4 Gaya Bahasa Hipalase
Hipalase ialah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu digunakan
untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata
yang lain. Gaya bahasa hipalase terdapat pada lagu Matahari, Serasa, Baju
pengantin, Pelangi di bawah ini:
70
1. “Pelangi”
Bagaikan langit berpelangi
Terlukis wajahdalam mimpi
Tertegun ku dibuai dalam kenangan dan senyuman
Yang tak ka terlupakan
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait ketiga baris 1 menggunakan gaya
bahasa hipalase yakni “Tertegun ku dibuai dalam kenangan dan senyuman” terdapat
kata “Tertegun ku dibuai dalam kenangan dan senyuman” pada kata tersebut bukan
senyuman yang membuat tertegun tapi orang yang memiliki senyuman itu yang
membuat orang yang melihatnya tertegun dan dibait berikutnya di perjelas
dengan ungakapan bahwa senyuman yang dimilki seseorang itu tidak bisa
dilupakan olehnya. Berdasarkan hal tersebut maka bagian lirik lagu di atas termasuk
dalam gaya bahasa hipalase.
2. “Matahari”
Musim berlalu resah menanti
Matahari pagi, bersinar gelisah
Kisi semua bukan milikku
Musim itu telah berlalu
Matahari segera berganti
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait pertama baris 1 menggunakan gaya
bahasa hipalase yakni “Musim berlalu resah menanti matahari pagi, bersinar
gelisah” terdapat kata “Musim berlalu resah menanti matahari pagi, bersinar
gelisah” kata musim berlalu resah menanti matahari pagi, bersinar gelisah, bukan
matahari yang bersinar gelisah melainkan seseorang yang mengiaskan dirinya
seperti matahari dipagi hari yang sedang gelisah. Berdasarkan hal tersebut maka
bagian lirik lagu di atas termasuk dalam gaya bahasa hipalase.
71
3. “Baju pengantin”
Baju pengantin telah
Kutanggalkan dini hari
Jenuh awan nan kelabu
Berakhir di ujung hujan
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait pertama baris 3 menggunakan gaya
bahasa hipalase yakni “Jenuh awan nan kelabu” terdapat kata “Jenuh awan nan
kelabu” pada lirik lagu tersebut bukan awan yang jenuh karena kejenuhan itu
adalah perasaan yang dimilki oleh manusia. Berdasarkan hal tersebut maka lirik lagu
di atas termasuk dalam gaya bahasa hipalase.
4. “Serasa”
Serasa nikmat dan sejuknya
Bila kekasih tidur dipelukan
Membentang dataran hijau
Berseri semesta menyongsong sejoli
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait kesatu baris 1 menggunakan
gaya bahasa hipalase yakni “Membentang dataran hijau berseri semesta
menyongsong sejoli” terdapat kata “Membentang dataran hijau berseri semesta
menyongsong sejoli” Bukan dataran hijau yang menyongsong sejoli tetapi dua
orang yang yang sedang berkasih sayang menggambarkan perasaan yang
dirasakannya seperti membentang dataran hijau semesta menyosngsong sejoli, ada
kata semesta mengiaskan keluasan alam menyongsong dalam artian datang dan
sejoli dua orang yang sedang berkasih sayang. Berdasarkan hal tersebut lirik lagu
di atas termasuk dalam gaya bahasa hipalase.
72
5. “Angin Malam”
Angin malam
Semerbak wangi bunga
Dalam hening khayalan asmara
Menanti kehidupan
Dewi malam pancaran bahagia
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait kesatu baris ke lima
menggunakan gaya bahasa hipalase yakni pada baris “Dewi malam pancaran
bahagia” terdapat kata pancaran dimana pancaran tersebut berupa sinar yang di
keluarkan dari sinar bulan, memang benar sinar bulan terlihat pada malam hari tetapi
pada lirik tersebut bukan sinar bulan yang memnacarkan bahgia tapi sosok Dewi
(perempuan) yang di cintainya yang membuat orang tersebut merasa bahagia.
Berdasarkan hal tersebut maka lirik lagu di atas termasuk dalam gaya bahasa
hipalase.
2.2.3 Makna Pada Album Badai Pasti Berlalu karya Chrisye
Makna adalah arti atau sesuatu yang ditujukan oleh apa yang dikatakan
makna yang sebenarnya (Aminuddin, 2010:143). Sesuai dengan pembatasan
masalah yang penulis teliti maka penelitian ini hanya menganalis 8 (Delapan)
makna yaitu makna ekstensi, makna gereflekter, makna nonreferensial, makna
piktorial, makna kognitif, makna kiasan, makna ideomatikal dan
maknagramatikal.
2.2.3.1 Makna Ekstensi
Makna ekstensi adalah makna yang mencakup semua makna atau
kemungkinan makna yang muncul dalam kata. Contohnya: Kepala. Kata kepala
mencakup makna bagian tubuh yang ada di atas leher yang pada manusia dan
73
beberapa jenis hewan merupakan otak, pusat jaringan saraf, dan beberapa pusat
indra (Pateda, 2010:143).
1. Pelangi
Bagai langit berpelangi
Terlukis wajah dalam mimpi
Tertegun ku dibuai dalam kenangan dan senyuman
Yang tak kan terlupakan
Lirik lagu yang terdapat pada bait kesatu baris kedua pada lirik yang
berjudul Pelangi yang terdapat pada baris terlukis wajah dalam mimpi. Kata
wajah yang mencakup makna (1) bagian depan dari kepala; roman muka; muka;
(2)tokoh (pemain dsd); (3) apa-apa yang tampak lebih dulu; (4) gambaran corak;.
Kata wajah dapat diuraikan komponen-komponen maknanya. Komponen yang
membentuk pemahaman pembaca, maupun pendengar lirik lagu tentang kata
tersebut. Bait di atas menunjukan lukisan wajah seseorang yang ada dalam mimpi.
Penulis lirik lagu mengingatkan bahwa pelangi itu sebagai lukisan keindahan dari
seseorang yang dimunculkan dalam mimpi seseorang. Kata tersebut masuk dalam
makna ekstensi karena kata wajah dapat diuraikan komponen-komponen maknanya.
2.2.3.2 Makna Gereflekter
Makna gereflekter muncul dalam hal makna konseptual yang jamak,
makna yang muncul akibat reaksi terhadap makna yang lain. Contohnya:
bersetubuh, ereksi, ejakulasi. Dengan demikian dalam tata pergaulan yang sopan
tidak mungkin orang berkata, “Mari kita bersetubuh’ meskipun kalimat ini wajar
dilihat dari segi strukturnya. (Pateda, 2010:143).
74
1. Semusim
Dalam wangi bunga
Menyambut insan bercinta
Lirik lagu yang terdapat pada bait kesatu baris kedelapan yang ada pada lirik
lagu semusim terdapat kata bercinta. Kata bercinta mencakup makna (1) menaruh
(rasa) cinta :yang muda; bersanggama; bersetubuh. Kata bercinta dapat diuraikan
komponen-komponen maknanya. Komponen yang memebentuk pemahaman
pembaca, maupun pendengar lirik lagu tentang kata tersebut. Bait di atas
menunjukan dua orang yang saling menaruh rasa cinta anatara satu dan yang
lainnya. Kata tersebut masuk dalam makna gereflekter karena kata bercinta dapat
diuraikan komponen-komponen maknanya.
2. Serasa
Bercumbu dimabuk asmara
Bila kekasih tidur dipelukan
Lirik lagu yang terdapat pada bait kedua baris kesatu yang ada pada lirik
lagu serasa terdapat kata bercumbu. Kata bercumbu mencakup makna (1)
bersenda gurau; berkelakar; (2) saling mencumbu (bercinta-cintaan). Kata
bercumbu dapat diuraikan komponen-komponen maknanya. Komponen yang
memebentuk pemahaman pembaca, maupun pendengar lirik lagu tentang kata
tersebut. Bait di atas menunjukan dua orang yang saling menaruh rasa cinta
anatara satu dan yang lainnya sedang dimabuk asmara terdapat pula kata dimabuk
yang memperjelas bahwa dua orang ini sangat merasakan kasih sayang dengan
satu dan lainnya. Kata tersebut masuk dalam makna gereflekter karena kata
bercumbu dapat diuraikan komponen-komponen maknanya.
75
2.2.3.3 Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat befungsinya
kata dalam kalimat. Contohnya: mata. Kata mata mengandung makna alat atau indra
yang terdapat di kepala yang berfungsi untuk melihat. Namun setelah kata mata
diletakan pada kalimat misalnya “hei, mana matamu?” kata mata tidak mengacu lagi
pada makna alat untuk melihat tetapi menunjukan pada cara bekerja, cara
mengerjakan yang hasilnya kotor, tidak baik (Pateda, 2010:144).
1. Merepih Alam
Benamkan diriku dalam dekapan, tanganmu
Yang hangat penyegar cita rasaku
Bukakan pintumu
Kan kujelang kau pelita hidupku
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait kedua baris kedua. Pada lirik
yang berjudul Merepih alam yang terdapat pada baris rasaku di hati. Kata rasaku
mengandung makna leksikal tanggapan indra terhadap rangsangan saraf, sifat dan
tanggapan badan, namun setelah kata rasaku ditempatkan pada kalimat kata
rasaku dalam bait lagu yang hangat penyegar cita rasaku tidak megacu lagi pada
makna tanggapan indra melainkan menunjukan pada rasa yang dialami di dalam
hati, yaitu perasaan rindu pada seseorang, dari atas lirik lagu tersebut terlihat
bahwa maksud kata rasa bergeser.
2. Serasa
Serasa nikmat dan sejuknya
Bila kekasih tidur dipelukan
Membentang dataran hijau
Berseri semesta menyongsong sejoli
76
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait kesatu baris kesatu. Pada lirik yang
berjudul Serasa yang terdapat pada baris sejuknya. Kata sejuknya mengandung
makna leksikal (1) terasa dingin, mudah masuk angin; (2) dingin segar atau nyaman;
(3) agak dingin; nyaman; segar; (4) senang; lega (tt hati), namun setelah kata
sejuknya ditempatkan pada kalimat kata sejuknya dalam bait lagu Serasa nikmat dan
sejuknya bila kekasih tidur dipelukan tidak megacu lagi pada makna rasa dingin
melainkan menunjukan pada rasa senang dan nyaman, yaitu perasaan se pada
seseorang, dari atas lirik lagu tersebut terlihat bahwa maksud kata rasa bergeser.
2.2.3.4 Makna Idiomatikal
Makna idiomatikal adalah satuan-satuan bahasa yang berupa kata, frase,
maupun kalimat yang maknanya tidak diramalkan dari makna leksikal unsur-
unsurnya, maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contohnya rumah
batu, meja hijau, membanting tulang.
1. Badai Pasti Berlalu
Awan hitam di hati yang sedang gelisah
Daun-daun berguguran
Satu-satu jatuh kepangkuan Kutenggelam
sudah ke dalam dekapan Semusim lalu
yang sebelum ku mencapai
Lirik lagu pada bait pertama baris pertama. Pada lirik yang berjudul Badai
Pasti Berlalu yang terdapat pada baris Awan hitam di hati yang sedang gelisah. Kata
awan hitam bukan bermakna hari mau hujan. Awan hitam selain bermakna
gramatikal suasana hati seseorang yang sedang gelisah digambarkan seperti awan
hitam . Kata awan hitam mengandung makna idiom karna maknanya tidak dapat
diramalkan kata awan hitam adalah satuan bahasa yang menyimpang dari makna
77
leksikal sebagai unsur-unsur pembentukannya. Lirik lagu tersebut dalam makna
idiomatikal.
2.2.3.5 Makna Nonreferensial
Makna nonreferensial adalah makna kata yang tidak memiliki referensial.
Kelas kata tugas seperti preposisi dan konjungsi yang tidak memiliki makna.
Contohnya: karena, tetapi, dalam, dari, kecuali, sejak, untuk, oleh, demi, di,
dalam, atas, ke, dengan, pada, akan, atau, serta, dan sebagainya.
1. Cintaku
(1) Betapa nikmatnya
Di cumbu asmara
(2) Cinta, akan ku berikan
Bagi hatimu yang damai
(3) Tiada yang kuasa
(4) Melebihi indahnya
Lirik lagu di atas pada nomor (1) (2) dan (3) yang terdapat pada bait kedua
ketiga dan keempat. Pada lirik yang berjudul Cintaku terdapat kata di cumbu
asmara, cinta, akan ku berikan dan tiada yang kuasa. Kata di pada bait kedua
menunjukan preposisi sebagai ciri-ciri dari makna nonreferensial, kata di hanya
memiliki fungsi dan tugas, banyak orang menyatakan tidak memiliki referen maka
tidak memiliki makna tetapi sebenarnya kata fungsi dan tugas memilki makna hanya
tidak memiliki referen. Penulis lirik lagu menggunakan kata di sebagai preposisi
untuk memperjelas makna dalam baris lirik lagu. Lirik lagu tersebut termasuk dalam
makana nonreferensial.
Kata akan pada lirik lagu di atas menunjukan konjungsi sebagai ciri-ciri dari
makna nonreferensial, kata akan sebagai kata fungsi dan kata tugas, banyak orang
menyatakan tidak memiiki referen maka tidak memiliki makna tetapi
78
sebenarnya kata fungsi dan tugas memiliki makna hanya tidak memiliki referen.
Penulis lirik lagu menggunakan kata akan sebagai konungsi unteuk memperjelas
makna dalam baris lirik lagu. Lirik lagu tersebut termasuk dalam makna
nonreferensial.
Kata yang pada lirik lagu di atas menunjukan konjungsi sebagai ciri-ciri dari
makna nonreferensial, kata yang sebgai kata fungsi dan kata tugas, kata tersebut
memiliki makna tetapi tidak referen. Penulis lirik lagu menggunakan kata yang
sebagai konjungsi untuk memperjelas makna dalam baris lirik lagu Lirik lagu
tersebut termasuk dalam makna nonrefrensial.
2. Badai Pasti Berlalu
Awan hitam di hati yang sedang gelisah
Daun-daun berguguran
Satu-satu jatuh ke pangkuan
Kutenggelam sudah ke dalam dekapan
Semusim yang lalu sebelum ku mencapai
Langkahku yang jauh
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait pertama baris ke satu, ke tiga, ke
empat, ke lima dan ke enam. Pada lirik yang berjudul Badai pasti berlalu terdapat
kata Awan hitam di hati yang sedang gelisah, Satu-satu jatuh ke pangkuan,
Kutenggelam sudah ke dalam dekapan, Semusim yang lalu sebelum ku mencapai
dan Langkahku yang jauh. Kata di dan yang pada bait pertama baris kesatu
menunjukan preposisi dan konjungsi sebagai ciri-ciri dari makna nonreferensial,
kata di dan yang hanya memiliki fungsi dan tugas, banyak orang menyatakan
tidak memiliki referen maka tidak memiliki makna tetapi sebenarnya kata fungsi
dan tugas memiliki makna hanya tidak memiliki referen. Penulis lirik lagu
menggunakan kata di dan yang sebagai preposisi dan konjungsi untuk
79
memperjelas makna dalam baris lirik lagu. Lirik lagu tersebut termasuk dalam
makna nonreferensial.
Baris ketiga dan keempat terdapat preposisi ke yang termasuk dalam
makna nonreferensial karena kata ke pada baris ketiga dan keempat menunjukan
preposisi sebagai ciri-ciri dari makna nonreferensial. Kata ke hanya memiliki
fungsi dan tugas yang memiliki makna tetapi tidak memiliki referen. Penulis lirik
lagu menggunakan kata di sebagai preposisi unutuk memperjelas makna dalam baris
lirik lagu. Pada baris kelima dan keenam pada lirik Semusim yang lalu sebelum ku
mencapai Langkahku yang jauh Kata yang pada bait lagu tersebut menunjukan
konjungsi sebagai ciri-ciri dari makna nonreferensial, kata yang hanya memiliki
fungsi dan tugas yang memiliki makna tetapi tidak memiliki referen. Penulis
lirik lagu menggunakan kata yang sebgaai konjungsi untuk memperjelas makna
dalam baris lirik lagu. Lirik lagu termasuk dalam makna nonreferensial.
3. Merepih Alam
Merepih alam dimalam
Berselubung kabut kelam
Wajah pun meredup tercermin haus cahaya
Meremang gulana menatap reruntuhan dalam duka
Kata dalam pada bait lagu di atas yang etrdapat pada baris keempat
Meremang gulana menatap reruntuhan dalam duka termasuk dalam makna
nonreferensial yang menunjukan konjungsi sebagai ciri-ciri makna nonreferensial.
Kata dalam hanya memiliki fungsi dan tugas yang memilki makna tetapi tidak
memiliki referen. Penulis lirik lagu menggunakan kata dalam sebagai konjungsi
untuk memperjelas makna dalam baris lirik lagu.
80
4. Angin malam
Ku ingin selamanya
Mendambakan khayalanku tuk kau
Juwita
Dalam hening dalam lamunan
Menanti datang penghuni di malam
Kata dalam pada bait lagu di atas yang terdapat pada baris ketiga Dalam
hening dalam lamunan termasuk makna nonreferensial yang menunjukan
konjungsi sebagai ciri-ciri makna nonreferensial. Kata dalam hanya memiliki fungsi
dan tugas yang memilki makna tetapi tidak memiliki referen. Penulis lirik lagu
menggunakan kata dalam sebagai konjungsi untuk memperjelas makna dalam
baris lirik lagu.
Pada lirik yang berjudul Angin malam terdapat kata di malam. Kata di
pada bait kedua menunjukan preposisi sebagai ciri-ciri dari makna nonreferensial,
kata di hanya memiliki fungsi dan tugas, banyak orang menyatakan tidak
memiliki referen maka idak memiliki makna tetapi sebenarnya kata fungsi dan tugas
memilki makna hanya tidak memiliki referen. Penulis lirik lagu menggunakan
kata di sebagai preposisi untuk memperjelas makna dalam baris lirik lagu. Lirik
lagu tersebut termasuk dalam makana nonreferensial.
5. Serasa
Serasa nikmat dan sejuknya
Bila kekasih tidur dipelukan
Membentang dataran hijau Berseri semesta menyongsong sejoli
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait pertama baris pertama. Pada lirik
yang berjudul serasa yang terdapat pada kata Serasa nikmat dan sejuknya. Kata
dan pada bait di atas menunjukan konjungsi sebagai ciri-ciri makna
81
nonreferensial, Kata dan hanya memiiki kata fungsi dan tugas yang sebenarnya
memiliki makna tetapi tidak memilki referen. Penulis lirik lagu menggunakan kata
dan sebagai konjungsi untuk memperjelas makna dalam baris lirik lagu tersebut
termasuk dalam makna nonreferensial.
6. Baju Pengantin
Baju pengantin telah
Kutanggalkan dini hari
Jenuh awan nan kelabu
Berakhir di ujung hujan
Lirik lagu yang terdapat pada bait pertama baris keempat. Pada lirik yang
berjudul baju pengantin terdapat kata Berakhir di ujung hujan. Kata di pada baris
keempat menunjukan preposisi sebagai ciri-ciri dari makna nonreferensial, kata di
hanya memiliki fungsi dan tugas, banyak orang menyatakan tidak memiliki
referen maka tidak memiliki makna tetapi sebenarnya kata fungsi dan tugas memilki
makna hanya tidak memiliki referen. Penulis lirik lagu menggunakan kata di
sebagai preposisi untuk memperjelas makna dalam baris lirik lagu. Lirik lagu
tersebut termasuk dalam makna nonreferensial.
7. Matahari
Awan yang hitam tenggelam dalam dekapan
Daun yang layu berguguran di pangkuan
Lirik lagu yang terdapat pada bait ketiga baris pertama dan kedua. Pada
lirik yang berjudul Matahari terdapat kata Awan yang hitam tenggelam dalam
dekapan dan daun yang layu berguguran di pangkuan. Kata yang dan dalam pada
baris pertama menunjukan konjungsi sebagai ciri-ciri makna nonreferensial, kata
yang dan dalam memiliki fungsi dan tugas yang sebenarnya memilki makna tetapi
82
tidak memilki referen. Penulis lirik lagu menggunakan kata yang dan dalam sebagai
konjungsi untuk memperjelas makna dalam baris lirik lagu. Lirik lagu tersebut
termasuk dalam makna nonreferensial.
Lirik lagu pada baris kedua yang terdapat pada bait ketiga dalam lagu
berjududl matahari terdapat kata daun yang layu berguguran di pangkuan. Kata yang
dan di pada baris kedua menunjukan konjungsi dan preposisi sebagai ciri- ciri
dari makna nonreferensial, kata yang dan di hanya memilki fungsi dan tugas yang
sebenarnya memilki makna tetapi tidak memilki referen. Penulis lirik lagu
menggunakan kata yang dan di sebagai konjungsi dan prepsisi untuk memperjelas
makna dalam baris lirik lagu.
8. Merpati putih
Mengering sudah bunga di pelukan
Merpati putih berarak pulang terbang menerjang badai
Tinggi di awan, menghianh di langit yang hitam
Lirik lagu pada baris pertama yang terdapat pada bait pertama dalam lagu
berjudul merpati putih terdapat kata Mengering sudah bunga di pelukan. Kata di
pada baris pertama menunjukan preposisi sebagai ciri-ciri dari makna
nonreferensial, kata di hanya memilki fungsi dan tugas yang sebenarnya memilki
makna tetapi tidak memilki referen. Penulis lirik lagu menggunakan kata yang dan
di sebagai konjungsi dan prepsisi untuk memperjelas makna dalam baris lirik
lagu.
Lirik lagu diatas pada baris ketiga terdapat kata “Tinggi di awan, menghianh
di langit yang hitam”, Kata di dan dan yang merupakan peposisi dan konjungsi yang
termasuk dalam ciri-ciri makna nonreferensial, kata di dan yang
83
hanya memilki fungsi dan tugas yang sebenarnya memilki makna tetapi tidak
memilki referen. Penulis lirik lagu menggunakan kata yang dan di sebagai konjungsi
dan prepsisi untuk memperjelas makna dalam baris lirik lagu.
9. Pelangi
Bagai langit berpelangi
Terlukis wajah dalam mimpi
Tertegun ku dibuai dibuai dalam kenanagan dan senyuman
Yang taka kan terlupakan
Lirik lagu pada baris kedua yang terdapat pada bait pertama dalam lagu
berjudul pelangi terdapat kata Terlukis wajah dalam mimpi. Kata dalam pada
baris kedua menunjukan konjungsi sebagai ciri-ciri dari makna nonreferensial,
kata dalam hanya memilki fungsi dan tugas yang sebenarnya memilki makana tetapi
tidak memilki referen. Penulis lirik lagu menggunakan kata dalam sebagai konjungsi
untuk memperjelas makna dalam baris lirik lagu.
Lirik lagu pada baris keempat yang terdapat pada bait pertama dalam lagu
berjududl pelangi terdapat kata Yang tak kan terlupakan. Kata yang pada baris
keempat menunjukan knjungsi sebagai ciri-ciri dari makna nonreferensial, kata yang
hanya memilki fungsi dan tugas yang sebenarnya memilki makana tetapi tidak
memilki referen. Penulis lirik lagu menggunakan kata dalam sebagai konjungsi
untuk memperjelas makna dalam baris lirik lagu.
10. Semusim
Semusim bersemi bunga
Dalam kelembutan
Cakrawala senja
Pagi benderang
84
Lirik lagu yang terdapat pada bait pertama baris kedua. Pada lirik yang
berjudul semusim terdapat kata Dalam kelembutan. Kata dalam pada baris kedua
menunjukan konjungsi sebagai ciri-ciri makan nonreferensial, kata dalam
memiliki fungsi dan tugas yang sebenrnya memilki makna tetapi tidak memilki
referen. Penulis lirik lagu menggunakan kata yang dan dalam sebagai konjungsi
untuk memperjelas makna dalam baris lirik lagu. Lirik lagu tersebut termasuk dalam
makna nonreferensial.
11. Khayalku
Mungkinkah tercapai jua
Cinta khayalku
Walau dinding yang membentang
Diantara kita selear samudera
Membendung cia khayalku
Lirik lagu yang terdapat pada bait ke dua baris ke tiga. Pada lirik yang
berjudul Khayalku terdapat kata walau dinding yang membentang. Kata yang
menunjukan konjungsi sebagai ciri-ciri makna nonreferensial, kata yang dan
dalam memiliki fungsi dan tugas yang sebenarnya memilki makna tetapi tidak
memilki referen. Penulis lirik lagu menggunakan kata yang dan dalam sebagai
konjungsi untuk memperjelas makna dalam baris lirik lagu. Lirik lagu tersebut
termasuk dalam makna nonreferensial.
2.2.3.6 Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukan oleh acuannya, makna unsur
bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau
gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya. Contohnya:
85
pohon. Kata pohon bermakna tumbuhan yang bebatang keras dan besar, berdaun,
berbatang.
1. Badai Pasti Berlalu
Awan hitam di hati yang sedang gelisah
Daun-daun berguguran
Satu-satu jatuh kepangkuan
Kutenggelam sudah ke dalam dekapan
Lirik lagu di atas yang terdapat pada bait pertama baris kedua terdapat kata
Daun-daun berguguran. Kata daun pada baris kedua menunjukan objek atau
gagasan, dan dapat diperjelas berdasarkan analisis komponen (1) bagian tanaman
yang tumbuh berhelai- helai pada ranting (2) bagian barang yang tipis dan lebar
(3) barang yang berhelai-helai seperti daun. Kata daun dapat diuraikan komponen-
komponen maknanya. Komponen yang memebentuk pemahaman pembaca,
maupun pendengar lirik lagu tentang kata tersebut. Bait di atas menunjukan daun-
daun yang berguguran. Kata tersebut masuk dalam makna kognitif karena kata daun
dapat ditunjuk sebagai acuan maknanya.
2.2.3.7 Makna Kiasan
Makna Kiasan adalah makna pemakaian kata yang maknanya tidak
sebernya. Contohnya bintang bermakna benda langit yang berkelap-kelip.
1. Badai Pasti Berlalu
Kini semua bukan milikku
Musim itu telah berlalu
Matahari segera berganti
Lirik lagu di atas terdapat pada bait kedua baris ketiga. Kata matahari pada
baris tersebut tidak bermakna matahari yang memang bisa berganti tapi bermakna
86
hari yang akan terus berganti. Penulis lirik lagu menggunakan kata matahari agar
pembaca atau pendnegar memiliki pemahaman tentang apa yang ingin dimaksud
oleh penulis. Lirik lagu tersebut termasuk dalam makna kiasan karena makna
yang tidak sebenarnya dari apa yang dimaksud oleh Penulis.
2.2.3.8. Makna Piktorial
Makna piktorial adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengar
atau pembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Contohnya: kaskus. Orang
yang mendengar kata kakus pasti terbayang tentang baunya, warna, dan lain-lain.
1. Badai Pasti Berlalu
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
Badai pasti belalu
Badai pasti berlalu
Lirik lagu di atas terdapat pada lagu berjudul badai pasti berlalu pada bait
kelima baris 1-4 terdapat kata Badai pasti berlalu. Kata badai, orang yang
mendengar atau membaca kata badai yang terbayang angin kencang yang menyertai
cuaca buruk. Tetapi tidak dengan kata badai yang terdapat pada lirik lagu tersebut
badai dijadikan makna dari suatu peristiwa yang tidak menyenangkan yang
diharapkan segera berlalu. Penulis lirik lagu menggunakan kata badai untuk lebih
mengindahakan lagu yang dibawakannya dan mempunyai makna yang mendalam.
Kata badai termasuk dalam makna piktorial.
87
2. Pelangi
Bagai langit berpelangi
Terlukis wajah dalam mimpi
Tertegun ku dibuai-dibuai dalam kenangan dan senyuman
Yang tak kan terlupakan
Lirik lagu diatas yang terdapat pada bait pertama baris pertama dalam lirik
lagu yang berjudul pelangi terdapat kata bagai langit bepelangi. Kata berpelangi
memunculkan bayangan pendengar atau pembaca terhadap kata yang didengar
atau dibaca. Membayangkan bentuk pelangi warna-warna yang tampak indah.
Dalam lagu ini penulis ingin lirik lagu membawa pemabaca untuk mebayangkan
keindahan wanita itu seperti indahnya pelangi. Penulis lirik lagu menggunakan
kata pelangi untuk lebih mengindahakan lagu yang dibawakannya. Kata pelangi
termasuk dalam makna piktorial.
3. Merpati Putih
Mengering sudah bunga di pelukan
Merpati putih berarak pulang terbang menejang badai
Tinggi di awan, menghilang di langit yang hitam
Lirik lagu di atas terdapat pada lagu berjudul merpati putih pada bait pertama
baris kedua terdapat kata Merpati putih berarak pulang terbang menejang
badai. Kata badai, orang yang mendengar atau membaca kata badai yang
terbayang angin kencang yang menyertai cuaca buruk. Tetapi tidak dengan kata
badai yang terdapat pada lirik lagu tersebut badai dijadikan makna dari suatu
peristiwa yang tidak mengenak kan yang diharapkan segera berlalu. Penulis lirik
lagu menggunakan kata badai untuk lebih menekankan kata pada lirik lagu yang
dibawakannya. Kata badai termasuk dalam makna piktorial.
88
4. Matahari
Awan yang hitam tenggelam dalam dekapan
Daun yang layu berguguran dipangkuan
Lirik lagu di atas terdapat pada lagu berjudul matahari pada bait ketiga
baris pertama terdapat kata awan yang hitam tenggelam dalam dekapan. Kata
tenggelam, dapat memunculkan bayangan bagi pembaca dan pendengar masuk
terbenam ke dalam air, karam, terbenam, jatuh kedalam kesengsaraan, hilang.
Penulis ingin membawa pembaca dan pedengar dalam lirik lagunya dan
merasakan kesesngsaran dan kesedihan yang dirasakan. Kata tenggelam termasuk
dalam makna piktorial.
2.2.4 Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan salah satu penafsiran terhadap analisis data.
Pada bagian ini penulis menginterpretasikan data: (1) Gaya bahasa yang terdapat
pada lirik lagu Album Badai Pasti Berlalu karya Chrisye (2) Makna yang terdapat
pada lirik lagu Album Badai Pasti Beralu karya Chrisye.
2.2.4.1 Gaya Bahasa Pada Album Badai Pasti Berlalu Karya Chrisye
Gaya bahasa dalam teks lirik lagu pada album Badai Pasti Berlalu karya
Chrisye terdapat 10 macam gaya bahasa. Adapun ke sepuluh macam gaya bahasa
tersebut masing-masing yaitu: Gaya bahasa retoris: Aliterasi, Asindenton,
Polisindenton, Asonansi, Hiperbola, Simploke. dan gaya bahasa kiasan :
Persamaan atau simile, Personifikasi, Eponim , Hipalase.
89
Gaya bahasa retoris terdapat 27 bait lirik lagu yang termasuk ke dalam
gaya bahasa tersebut, yaitu enam (6) bait lirik lagu mengandung gaya bahasa
aliterasi, dua (2) bait lirik lagu mengandung gaya bahasa polisindenton, lima (5) bait
lirik lagu yang mengandung gaya bahasa asonansi, tujuh (7) lirik lagu yang
mengandung gaya bahasa hiperbola, dua (2) bait lirik lagu yang mengandung gaya
bahasa simploke dan lima (5) bait lirik lagu yang terdapat gaya bahasa asindenton.
Gaya bahasa kiasan terdapat 16 bait lirik lagu yang termasuk ke dalam
gaya bahasa tersebut, yaitu dua (2) bait lirik lagu mengandung gaya bahasa
persamaan, delapan (8) bait lirik lagu yang mengandung gaya bahasa
personifikasi, satu (1) bait lirik lagu yang mengandung gaya bahasa eponim dan
lima (5) bait lirik lagu yang mengandung gaya bahasa hipalase. Berdasarkan
analisis data yang sudah dilakukan maka gaya bahasa yang paling dominan adalah
gaya bahasa Personifikasi sejumlah 8 (Delapan) lirik lagu dalam album badai
pasti berlalu banyak berbentuk puisi tujuan nya untuk meyakinkan pembaca atau
pendengar akan suatu hal yang ingin disampaikan, dan karena ini adalah sebuah
kata- kata dalam sebuah lagu maka efek yang dimunculkan dalam hal ini berupa
keindahan kata seperti kata-kata yang terdapat dalam puisi hanya saja dalam lirik
ditambahkan berupa nada, not untuk lebih memperindah lagu tersebut, selain itu
terdapat juga lirik lagu yang dinyanyikan satu kali dan tidak diulang pada bagian
refrain (reff). Hal ini juga terdapat pada Jurnal Japanology , (Online),Vol. 2, No.
1. [email protected]. Tentang gaya bahasa personifikasi . Berdasarkan
analisis mengenai gaya bahasa personifikasi pada lirik lagu dalam album badai
90
pasti berlalu mengungkapkan gambaran tentang seseorang yang merindukan
kekasihnya, percintaan, kesedihan.
2.2.4.1.1 Makna pada lirik lagu dalam album badai pasti berlalu karya
Chrisye
Makna yang terdapat pada lirik lagu Album Badai Pasti Berlalu karya
Chrisye terdapat 23 baris lirik lagu yaitu makna yang terdiri dari makna ideomatikal
terdapat 1 baris lagu, makna nonreferensial terdapat 11 bait lirik lagu, makna
gramatikal terdapat 2 baris lagu, makna kognitif terdapat 1 baris lagu, makna
kiasan terdapat 1 baris lagu, makna piktorial terdapat 4 baris lagu, makna gereflekter
terdapat 2 baris lagu dan makna ekstensi terdapat 1 baris lagu.
Makna yang terdapat pada lirik lagu Album Badai Pasti Berlalu karya
Chrisye secara keseluruhan yang paling dominan adalah makna nonreferensial
karena sebuah lagu harus banyak menggunakan kata tugas atau fungsi yaitu
konjungsi dan preposisi untuk memperjelas lirik lagu serta menjadikan lirik lagu
mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca atau pendengar.
91
BAB III SIMPULAN
Bab ini mendeskripsikan kesimpulan: (1) gaya bahasa, dan (makna).
Berdasarkan hasil analisi data bab II, maka penulis dapat menyimpulkan
beberapa macam gaya bahasa dan makna yang terdapat dalam teks lirik lagu pada
album badai pasti berlalu karya Chrisye sebagai berikut:
3.1 Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang terdapat dalam lirik lagu pada album badai pasti berlalu
karya Chisye adalah gaya bahasa retoris yang mencangkup 27 bait lirik lagu yang
termasuk ke dalam gaya bahasa tersebut, yaitu enam (6) bait lirik lagu
mengandung gaya bahasa aliterasi, dua (2) bait lirik lagu mengandung gaya
bahasa polisindenton, lima (5) bait liri lagu yang mengandung gaya bahasa asonansi,
tujuh (7) lirik lagu yang mengandung gaya bahasa hiperbola, dua (2) bait lirik
lagu yang mengandung gaya bahasa simploke dan lima (5) bait lirik lagu yang
termasuk dalam gaya bahasa asindenton.
Gaya bahasa kiasan terdapat 16 bait lirik lagu, lirik lagu yang termasuk ke
dalam gaya bahasa tersebut, yaitu dua (2) bait lirik lagu mengandung gaya bahasa
persamaan, delapan (8) bait lirik lagu yang mengandung gaya bahasa
personifikasi, satu (1) bait lirik lagu yang mengandung gaya bahasa eponim dan
hipalase (5) bait lirik lagu yang mengandung gaya bahasa hipalase.
Hasil dari penelitian ini adalah gaya bahasa yang banyak penulis temukan pada
album badai pasti berlalu karya Chrisye adalah gaya bahasa gaya bahasa
personifikasi. Gaya bahasa personifikasi ini termasuk dalam gaya bahasa kiasan
92
dimana menggambarkan benda mati atau barang yang tidak bernyawa seolah-olah
dapat bertingkah laku seperti manusia Keraf (2010:136).
3.2 Makna
Makna yang terdapat dalam lirik lagu pada album badai pasti berlalu karya
Chrisye adalah makna ekstensi, makna gereflekter, makna gramatikal, makna
nonreferensial, makna kognitif, makna piktorial, makna ideomatikal dan makna
kiasan. Makna ekstensi terdapat pada judul lagu Pelangi. Makna gefrelekter
terdapat pada judul lagu Semusim dan Serasa. Makna ideomatikal terdapat pada
judul lagu Badai pasti berlalu. Makna nonreferensial terdapat pada seluruh judul
lagu dalam album Badai pasti berlalu, yaitu: Badai pasti berlalu, Pelagi, Merepih
alam, Merpati putih, Angin malam, Semusim, Serasa, Baju penganti, Matahari,
Pelangi dan Khayalku. Makna gramatikal terdapat pada judul lagu Merepih alam
dan Serasa, makna kognitif terdapat pada judul lagu Badai pasti berlalu, makna
kiasan terdapat pada judul lagu Badai pasti berlalu dan makna piktorial terdapat pada
judul lagu Badai pasti berlalu, Matahari dan Merpati putih. Pada penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa peneliti menemukan 8 jenis makna sesuai dengan
pembatasan masalah. Penulis lirik lagu menggunakan makna untuk lebih
memperindah lagunya, dan menunjukan bahwa makna adalah ilmu yang juga
diterapkan pada karya seseoran seperti bait lagu pada album badai pasti berlalu
karya Chrisye.
93
BAB IV HAMABATAN DAN SARAN
4.1 Hambatan
Pada penelitian gaya bahasa dan makna pada lirik lagu dalam album badai
pasti berlalu karya Chrisye, penulis menemukan beberapa hambatan yaitu sulitnya
mencari buku-buku pendukung untuk dijadikan sebagai rujukan atau pedoman
dari permasalahan yang akan diteliti dalam penulisan skripsi ini. Hambatan lainya
yaitu dalam menganalisis data, karena dalam menganalisis data penulis berulang-
ulang membaca teks lagu tersebut, penulis kesulitan dalam mengelompokan data
yang sesuai dengan masalah penelitian. Penulis kesulitan dalam mengolah data
karena keterbatasan ilmu dan wawasan penulis.
4.2 Saran
Berdasarkan pengalaman penulis dalam penulisan skripsi mengalami
hambatan maka penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya agar mencari
buku-buku ketempat yang telah disedikan seperti perpustakaan kampus, pustaka
wilayah yang disediakan pemerintah. Dalam menganalisis data berupa teks,
sebaiknya lebih memahami teks dan menandai teks yang bersangkutan dengan
masalah penelitian. Kemudian mengelompokan sesuai dengan masalah. Dalam
menganalisis harus banyak membaca tentang teori yang digunakan sehingga
faham terhadap data yang termasuk dalam kajian penelitian.
94
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Metriana. 2010. “Analisis Majas dalam lirik Lagu Album Untuk
KitaRenungkan Karya Ebiet G Ade” . Skripsi FKIP Universitas Islam
Riau.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar semantik bahasa indoensia. Jakarta: Rineka Cipta
Chrisye. Badai Pasti Berlalu. Jakarta. Musica Studio.
Cisca, 2011. Buku Pintar EYD. Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Cabe
Rawit.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Dewi, Elda Kemala. 2011. “Analisis gaya bahasa dan nilai-nilai yang terkandung
dalam mantra pengobatan suku talang mamak di Desa Talang Gedabu
Kec. Rakit Kulim Kab. Indragirihulu”. Skripsi. Pekanbaru: FKIP UIR.
Ernawati. 2011. “Analisi Gaya Bahasa dan Citraan Lirik Lagu yang Terdapat pada
Album Penguasa Hati Karya Ungu Band” .Skripsi. FKIP UIR.
Fahridan, Aderiya. 2011. “Analisis bentuk gaya bahasa dan mantra pantun
Kec.peranap Kab. Indragirihuli”. Skripsi. Pekanbaru: FKIP UIR.
Fitria, Rozi. 2011. “Nilai-nilai dan gaya bahasa dalam pantun adat nikah pada kaum
masyarakat Melayu Kec. Siak Kabupaten Siak”. Skripsi. Pekanbaru: FKIP
UIR.
Ghofur, Muhammad. 2014. “Pemakaian Gaya Bahasa Pada Lirik Lagu
L’ARC~EN~CIEL”. Jurnal Japanology , (Online),Vol. 2, No. 1.
[email protected], diakses 8 Juli 2016.
Gonibala, Religa. 2015. “Konjungsi dalam lirik lagu-lagu kelompok band avenged
sevenfold pada album nightmare”. Jurnal Skripsi (Online)
http://download.portalgaruda.org/article.php/, diakses 8 juli 2016
Hamidy, UU. 1983. Pemabahasan karya fiksi dan puisi. Pekanbaru: Bumi
Pustaka.
Indah. 2012 . Analisis Gaya Bahasa dan Kritik Sosial dalam Lirik lagu Manusia
Setengah Dewa Karya Iwan Fals.skripsi. Universitas Islam Riau.
95
Keraf, Gorys.2006.Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta: PT Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy j. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta
Pratama, Egi. 2014. Analisis Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu Dewa 19. E-Jurnal.
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sumarta, Karsinem. 2013. Cara Mudah Menukis Skripsi. Pekanbaru: Forum
Kerakyatan.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung:Angkasa.
Bandung. . 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa
yettiningsih. 2009. Gaya bahasa Pantun Pada Adat Perkawinan Masyarakat
Melayu di Desa Sei Tohor Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Bengkalis. Skripsi. FKIP UIR.
Zaidan, dkk. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
96
LAMPIRAN
BADAI PASTI BERLALU (1)
Awan hitam di hati yang sedang gelisah
daun-daun berguguran
satu satu jatuh ke pangkuan kutenggelam
sudah ke dalam dekapan semusim yang
lalu sebelum ku mencapai langkahku
yang jauh
kini semua bukan milikku
musim itu telah berlalu
matahari segera berganti
gelisah kumenanti tetes embun pagi
tak kuasa ku memandang dikau matahari
kini semua bukan milikku
musim itu telah berlalu
matahari segera berganti
badai pasti berlalu
badai pasti berlalu
badai pasti berlalu
badai pasti berlalu
97
CINT A KU (2 )
Kan ku jalin lagu
Bingkisan kalbuku
Bagi insan dunia
Yang mengagungkan cinta
Betapa nikmatnya
Di cumbu asmara
Bagai embun pagi
Yang menyentuh rerumputan
Cinta, akan ku berikan
Bagi hatimu yang damai
Cintaku, gelora asamara
Seindah lembayung senja
Tiada ada yang kuasa
Melebihi indahnya
Nikmat bercinta
MEREPIH ALAM (3)
Merepih alam dimalam
berselubung kabut kelam
wajah pun meredup tercermin haus cahaya
meremang gulana menatap reruntuhan dalam duka
kunanti fajar berkawan angin malam merindukan
belaianmu oh asmara oh asmara
insanmu menanggung rindu
benamkan diriku dalam dekapan, tanganmu
yang hangat penyegar cita rasaku
bukakan pintumu
kan kujelang kau pelita hidupku
bawa aku serta berlayar
menuju pantai harapan
98
bersamamu oh asmara oh asmara
insanmu menanggung rindu
MER PATI PUTIH (4 )
Mengering sudah bunga di pelukan
Merpati putih berarak pulang terbang menerjang badai
Tinggi di awan, menghilang di langit yang hitam
S'lamat berpisah kenangan bercinta
Sampai kapankah jadinya aku harus menunggu
Hari bahagia seperti dulu
Terserah kasih kembali mesra
Bercumbu langit memadu satu janji berjuta bintang
Dalam pelukan sehangat pagi yang cerah
MAT AHA RI (5)
Musim berlalu resah menanti
matahari pagi, bersinar gelisah
kini semua bukan milikku
musim itu telah berlalu
matahari segera berganti
dimana kau timbun daun berlayu
makin gelisah aku menanti
matahari dalam rimba kabut pagi
sampai kapankah ku harus menanti
awan yang hitam tenggelam dalam dekapan
daun yang layu berguguran di pangkuan
kapan badai pasti berlalu
resah aku menunggu
kapan badai pasti berlalu
badai pasti berlalu
99
S EMUS I M ( 6)
Semusim bersemi bunga
dalam kelembutan
cakrawala senja
pagi benderang
jernihnya semesta
dalam wangi bunga
menyambut insan bercinta
sentuhan bibirmu
membakar peluhku
bergelora tak terlukiskan
sukmaku jiwaku
berpadu bermesra
dalam kabut cinta abadi
selamanya
100100100
S ERAS A (7 )
Serasa nikmat dan sejuknya
Bila kekasih tidur dipelukan
Membentang dataran hijau
Berseri semesta menyongsong sejoli
Bercumbu dimabuk asmara
Dalam kemurnian cinta yang membara
Membentang dataran hijau
Berseri semesta di malam pertama
Sejoli memadu cinta
Ooh. terasa nikmat dan sejuknya
Bila kekasih tidur di pelukan
Serasa nikmat dan sejuknya
Bila kekasih tidur dipelukan
Membentang dataran hijau
Berseri semesta di malam pertama
(ulangi)
Serasa nikmat dan sejuknya
Bila kekasih tidur dipelukan
(ulangi) 2X
101101101
PELANGI (8)
Bagaikan langit berpelangi
Terlukis wajah dalam mimpi
Tertegun ku dibuai dibuai dalam kenangan dan senyuman
Yang tak ‘kan terlupakan
reff:
Mungkinkah tercipta kembali
Malam nan penuh keindahan
Sinar rembulan terasa oh hangat menyentuh tubuh
Di antara pelukan
Kau dengar
laguku
dalam simfoni
Tiada lagi
melodi
dapat kucipta
tanpa senyummu
*back to reff
kau dengar laguku
dalam simfoni
tiada lagi melodi dapat kucipta
kau dengar laguku dalam simfoni
tiada lagi melodi dapat kucipta tanpa senyummu
tiada lagi melodi
tiada lagi melodi
tiada lagi melodi….
102102102
KHAYALKU (9)
Setinggi bintang, malam tua
remang bersinar
melambai mesra
oh .. juwita dambaan jiwa
mungkinkah tercapai jua
cintaku khayalku
walau dinding yang membentang
diantara kita selebar samudera
membendung cita khayalku
kau juwita kurnia dewata
lembut bak sutera sejuk
bibirmu
oh .. terasa merasuk sukma
hatiku haus meronta
tuk menyunting duhai kau
juwita
setinggi bintang
103103103
BAJU PEN GANTI N (10 )
Baju pengantin telah
kutanggalkan dini hari
jenuh awan nan kelabu
berakhir di ujung hujan
dalam pelukan ku terjaga
tersentuh benih harapan
kembali bersinar
cakrawala kehidupan ini
desah angin pagi
menambah hangatku berkawan alam
kini telah kujumpa
air sejuk pelepas haus dahaga
jangan kau tinggalkan
bila kekasih mengetuk pintu
104104104
AN GI N MALA M (11 )
Angin malam
Semerbak wangi bunga
Dalam hening khayalan asmara
Menanti kehidupan
Dewi malam pancaran bahagia
Kuingin selamanya
Mendambakan kayalanku tuk kau
Juwita
Dalam hening dalam lamunan
Menanti datang penghuni di malam
Angin malam
Semerbak wangi bunga
Berkelana membisikan kata
Dua insan
Bercumbu berpelukan
Penuh kasih gelora asmara