1
1. PENDAHULUAN
Rencana keuangan daerah selama satu tahun anggaran, yang merupakan
pedoman pelaksanaan fungsi keuangan daerah, dituangkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Salah satu pos dalam APBD adalah pos
belanja daerah. Menurut Pane, et.al (2011), belanja daerah terdiri dari belanja
langsung dan belanja tidak langsung. Belanja tidak langsung, merupakan belanja
yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan program dan kegiatan
pemerintahan. Pos yang menarik dari belanja tidak langsung adalah belanja hibah
dan belanja bantuan sosial. Kedua jenis belanja ini menarik karena kadang dalam
pelaksanaannya terdapat banyak kepentingan politis didalamnya juga mempunyai
risiko yang tinggi untuk dilakukan tindakan penyimpangan, walaupun sudah ada
peraturan yang mengatur secara khusus pengelolaan belanja hibah dan belanja
bantuan sosial.
Belanja hibah dan belanja bantuan sosial, sebelum tahun 2011, diatur oleh
beberapa peraturan, baik Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Menteri Dalam
Negeri. Peraturan tersebut antara lain adalah Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun
2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan APBD
tahun 2009 (Darmastuti dan Setyaningrum, 2011).
Peningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan belanja hibah dan belanja
bantuan sosial, dilakukan dengan menyusun kembali peraturan yang digunakan
2
sebagai pedoman oleh pemerintah daerah dalam mengelola belanja hibah dan
belanja bantuan sosial yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun
2011 tentang pedoman pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 32 tahun 2011, menyebutkan bahwa ruang lingkup peraturan
menteri meliputi penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pemberian hibah dan bantuan
sosial yang bersumber dari APBD. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
tahun 2011 kemudian diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 39 tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang pedoman pemberian hibah dan bantuan
sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Kota Magelang, sebagai daerah mandiri dalam otonomi daerah, mengatur
belanja hibah dan belanja bantuan sosial dalam beberapa Peraturan Walikota.
Belanja hibah diatur dalam Peraturan Walikota Magelang Nomor 34 Tahun 2011
tentang tatacara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan,
pertanggungjawaban dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi belanja hibah
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Magelang.
Peraturan tersebut kemudian diubah sebanyak dua kali. Perubahan pertama
menjadi Peraturan Walikota Magelang Nomor 39 Tahun 2011, dan perubahan
kedua menjadi Peraturan Walikota Magelang Nomor 52 Tahun 2012. Sedangkan
belanja bantuan sosial diatur dalam Peraturan Walikota Magelang Nomor 35
Tahun 2011 tentang tatacara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan,
3
pertanggungjawaban dan evaluasi belanja bantuan sosial yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Magelang. Peraturan tersebut
juga mengalami perubahan sebanyak dua kali. Perubahan pertama menjadi
Peraturan Walikota Magelang Nomor 40 Tahun 2011, dan perubahan kedua
menjadi Peraturan Walikota Magelang Nomor 53 Tahun 2012.
Peraturan dan mekanisme yang telah disusun oleh Pemerintah baik di
tingkat pusat maupun daerah belum dilaksanakan dengan maksimal. Kasus
penyimpangan dana hibah dan bantuan sosial masih banyak ditemui. Dugaan
korupsi bantuan sosial (bansos) keagamaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
APBD 2008 ditemukan di Magelang (TRIBUNJATENG.COM, 8 Februari 2013).
Kasus penyimpangan dana bantuan sosial ini, menjadikan Riza Kurniawan, yang
menjabat sebagai Wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DRPD) Jawa
Tengah, divonis tiga tahun penjara. Riza Kurniawan diduga memotong dana
bantuan sosial keagamaan untuk masjid, yang dilakukan pada 18 Mushola dan
Masjid di Magelang.
Selain kasus korupsi bansos keagamaan, terdapat pula kasus korupsi dana
bantuan sosial (bansos) pedagang Pasar Gotong Royong, Kota Magelang
(Solopos.com, 30 September 2013). Kasus korupsi dilakukan oleh Fahriyanto,
mantan Walikota Magelang, yang terbukti melakukan korupsi dana yang
semestinya disalurkan kepada 617 pedagang untuk subsidi uang muka pembelian
kios dan los Pasar Gotong Royong, sebesar Rp. 2.827 miliyar. Dana bantuan
sosial itu seharusnya dicairkan setelah pembangunan pasar 100% selesai, namun
4
oleh Fahriyanto dana tersebut dicairkan saat pembangunan baru berjalan 51%, dan
terbukti menyalahi aturan.
Kasus penyimpangan dalam pelaksanaan dan pengelolaan belanja hibah
dan belanja bantuan sosial mengindikasikan pengelolaan belanja hibah dan
belanja bantuan sosial yang tidak maksimal. Kasus penyimpangan yang terjadi
mengindikasikan ada penyimpangan dalam kegiatan pengendalian. Dalam
komponen pengendalian internal, kegiatan pengendalian merupakan komponen
yang sangat penting, karena tujuan dari kegiatan pengendalian adalah untuk
mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk
memastikan bahwa tindakan mengatasi resiko telah dilaksanakan secara efektif
(PP Nomor 60 tahun 2008), yang berarti bahwa kegiatan pengendalian digunakan
untuk memastikan bahwa peraturan yang disusun untuk mengatasi resiko yang
mungkin timbul, telah dilaksanakan dengan baik.
Maka dari itu, peneliti memfokuskan penelitian pada kegiatan
pengendalian dikarenakan dari kasus penyimpangan yang terjadi, yang merupakan
risiko dari pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial, seharusnya dapat
diatasi dengan pelaksanaan peraturan yang disusun oleh pemerintah sebagai
tindakan untuk mengatasi resiko penyimpangan tersebut. Tetapi, dalam
kenyataannya masih saja terjadi penyimpangan walaupun tindakan untuk
mengatasi resiko sebagai bagian dari kegiatan pengendalian telah disusun dengan
baik. Selain itu, dari lima komponen sistem pengendalian internal pemerintah,
peneliti hanya memfokuskan pada komponen kegiatan pengendalian, dikarenakan
didasari oleh Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
5
Keuangan Negara. Peraturan tersebut membawa implikasi perlunya
penyelenggaraan kegiatan pengendalian pada keseluruhan Instansi Pemerintah
untuk mencapai sistem pengelolaan keuangan Negara yang lebih akuntabel dan
transparan (http://www.kppt.baliprov.go.id).
Jadi perlu dilakukan penelitian mendalam mengenai kegiatan
pengendalian pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial pada
Pemerintah Kota Magelang, untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan pengendalian
dalam mengatasi resiko penyimpangan yang terjadi dengan melihat pelaksanaan
kegiatan pengendalian yang dilakukan Pemerintah Kota Magelang dari indikator
kegiatan pengendalian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008.
Dari uraian diatas, masalah penelitian yang dirumuskan adalah kegiatan
pengendalian dalam pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial
Pemerintah Kota Magelang. Persoalan penelitian yang diangkat dalam penelitian
ini adalah bagaimana deskripsi kegiatan pengendalian dalam pengelolaan belanja
hibah dan belanja bantuan sosial Pemerintah Kota Magelang?
Penelitian mengenai kegiatan pengendalian dalam pengelolaan belanja
hibah dan belanja bantuan sosial Pemerintah Kota Magelang diharapkan dapat
memberikan manfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk
meningkatkan wawasan bagi penulis. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat praktis dengan menyajikan data sebagai bahan evaluasi,
serta memberi masukan atas kelemahan kegiatan pengendalian untuk belanja
hibah dan bantuan sosial.
6
Penyusunan kertas kerja ini, disusun dengan sistematika sebagai berikut:
pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, analisis data serta kesimpulan
dan saran. Bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, masalah
penelitian, persoalan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian tentang
kegiatan pengendalian dalam pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan
sosial Pemerintah Kota Magelang. Setelah bagian pendahuluan terdapat bagian
kedua yaitu bagian kajian pustaka. Kajian pustaka berisi teori sebagai dasar yang
digunakan oleh peneliti dalam penyusunan kertas kerja ini. Bagian ketiga dalam
penelitian ini adalah metode penelitian yang berisi tentang satuan pengamatan dan
satuan analisis, jenis data dan sumber data serta teknik analisis data. Bagian
keempat tentang analisis data berisi tentang pembahasan mengenai sistem
pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial Pemerintah Kota Magelang,
kegiatan pengendalian pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial
Pemerintah Kota Magelang, dan deskripsi kegiatan pengendalian pengelolaan
belanja hibah dan belanja bantuan sosial Pemerintah Kota Magelang berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah. Bagian kelima dalam penelitian ini adalah kesimpulan dan saran yang
berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari temuan penelitian dan saran
yang dapat diberikan kepada Pemerintah maupun bagi penelitian selanjutnya.
Kertas kerja ini memiliki beberapa batasan. Pertama, penelitian ini hanya
meneliti kegiatan pengendalian pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan
sosial Pemerintah Kota Magelang. Kedua, Penelitian ini hanya meneliti
pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial berupa uang. Ketiga,
7
penelitian ini sebagian besar hanya dilakukan di Dinas Pengelolaan Pendapatan
dan Keuangan Daerah (DPPKD) Kota Magelang sebagai instansi yang berlaku
menjadi Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD), Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah (PPKD) dan Bendahara Umum Daerah (BUD) Kota Magelang.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1.Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008,
sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset
Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem
Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
SPIP terdiri dari unsur:
a. Lingkungan pengendalian;
Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalan Instansi Pemerintah yang
memengaruhi efektivitas pengendalian intern.
8
b. Penilaian risiko;
Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah.
c. Kegiatan pengendalian;
Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan prosedur untuk
memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan dengan
efektif.
d. Informasi dan komunikasi; dan
Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan
menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.
e. Pemantauan pengendalian intern.
Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian atas mutu kinerja
Sistem Pengendalian Intern dan proses yang memberikan keyakinan
bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti.
9
2.2.Kegiatan Pengendalian dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, disebutkan bahwa
kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko
serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa
tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan dengan efektif. Kegiatan
pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi.
Penyelenggaraan kegiatan pengendalian sekurang-kurangnya memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi
Pemerintah;
b. Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;
c. Kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus
Instansi Pemerintah;
d. Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;
e. Prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan
secara tertulis; dan
f. Kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa
kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan.
Kegiatan pengendalian terdiri atas:
a. Reviu atas kinerja Instansi pemerintah yang bersangkutan;
10
Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah dilaksanakan dengan
membandingkan kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan.
b. Pembinaan sumber daya;
Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pembinaan sumber
daya manusia, dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia,
pimpinan instansi pemerintah harus sekurang-kurangnya:
a) mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, dan strategi instansi kepada
pegawai.
b) Membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia
yang mendukung pencapaian visi dan misi.
c) Membuat uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan,
dan pelatihan pegawai, sistem kompensasi dan fasilitas pegawai,
ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta rencana
pengembangan karir.
c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
Kegiatan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi dilakukan
untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi. Kegiatan
pengendalian atas pengelolaan sistem informasi meliputi:
a) pengendalian umum.
b) pengendalian aplikasi.
11
d. Pengendalian fisik atas aset;
Pimpinan instansi pemerintah wajib melaksanakan pengendalian fisik
atas aset. Dalam melaksanakan pengendalian fisik atas aset, pimpinan
instansi pemerintah wajib menetapkan, mengimplementasikan, dan
mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai:
a) Rencana identifikasi, kebijakan dan prosedur pengamanan fisik.
b) Rencana pemulihan setelah bencana.
e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
Dalam melaksanakan penetapan dan reviu indikator dan pengukuran
kinerja, pimpinan instansi harus:
a) Menetapkan ukuran dan indikator kinerja.
b) Mereviu dan melakukan validasi secara periodik atas ketetapan dan
keandalan ukuran dan indikator kinerja.
c) Mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja.
d) Mambandingkan secara terus menerus data capaian kinerja dengan
sasaran yang ditetpkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut.
f. Pemisahan fungsi;
Dalam melaksanakan pemisahan fungsi, pimpinan instansi
pemerintah harus menjamin bahwa seluruh aspek utama transaksi atau
kejadian tidak dikendalikan oleh satu orang.
g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
12
Dalam melakukan otorisasi atas transaksi dan kejadian, pimpinan
instansi pemerintah wajib menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan
ketentuan otorisasi kepada seluruh pegawai.
h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
Dalam melakukan pencatatan yang akurat dan tepat waktu, pimpinan
instansi pemerintah perlu mempertimbangkan:
a) Transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat
segera.
b) Klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh
siklus transaksi atau kejadian.
i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
Dalam melaksanakan pembatasan akses atas sumber daya dan
pencatatannya, pimpinan instansi pemerintah wajib memberikan akses
hanya kepada pegawai yang berwenang dan melakukan reviu atas
pembatasan tersebut secara berkala.
j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya;
Dalam menetapkan akuntabilitas terhadap sumber daya dan
pencatatannya, pimpinan instansi pemerintah wajib menugaskan pegawai
yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan
pencatatannya serta melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara
berkala.
k. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan
kejadian penting.
13
Dalam menyelenggarakan dokumentasi yang baik, pimpinan
instansi pemerintah wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan secara
berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh sistem
pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting.
2.3.Belanja ( biaya )
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah mendefinisikan belanja sebagai semua pengeluaran rekening Kas
Umum Negara/ Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi kewajiban pemerintah dan tidak
diperoleh kembali oleh pemerintah. Belanja daerah dikelompokkan menjadi:
a. Belanja langsung, menurut jenisnya terdiri dari:
a) Belanja Pegawai;
b) Belanja barang dan jasa; dan
c) Belanja modal.
b. Belanja tidak langsung, menurut jeisnya terdiri dari:
a) Bunga;
b) Subsidi;
c) Hibah;
d) Bantuan sosial;
e) Belanja bagi hasil;
14
f) Belanja keuangan;
g) Belanja tidak terduga.
2.4.Hibah
Menurut Permendagri No. 32 tahun 2011, hibah adalah pemberian
uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah
daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan,
yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang
penyelenggaraan urusan pemerintah daerah. Dalam pasal 3 Permendagri No. 32
tahun 2011, hibah dapat berupa uang, barang atau jasa.
Pasal 4 Permendagri No. 32 tahun 2011 menjelaskan bahwa hibah dilakukan
setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib. Hibah ditujukan untuk
menunjang sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk
masyarakat.
Pemberian Hibah sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (1) Permendagri
No. 32 tahun 2011 harus memenuhi kriteria paling sedikit:
a. Peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
b. Tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun
anggaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;
dan
15
c. Memenuhi persyaratan penerima hibah.
Pasal 7 Peraturan Walikota Magelang Nomor 34 tahun 2011 menjelaskan
bahwa hibah dapat diberikan kepada:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah daerah lainnya;
c. Perusahaan daerah;
d. Masyarakat; dan/atau
e. Organisasi kemasyarakatan.
2.5.Bantuan Sosial
Menurut Permendagri No. 32 tahun 2011, bantuan sosial adalah pemberian
bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga,
kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan
selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko
sosial. Pasal 6 Peraturan Walikota Magelang Nomor 34 tahun 2011 menjelaskan
bahwa bantuan sosial dapat diberikan kepada anggota/kelompok masyarakat
sesuai kemampuan keuangan daerah. Pemberian bantuan sosial dilakukan setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dengan memperhatikan asas
keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 tahun 2012, perubahan dari Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 32 tahun 2011, pada pasal 23A menyebutkan bahwa
bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga terdiri dari bantuan sosial
kepada individu dan/atau keluarga yang direncanakan dan yang tidak dapat
16
direncanakan sebelumnya. Bantuan sosial yang direncanakan dialokasikan kepada
individu dan/atau keluarga yang sudah jelas nama, alamat penerima dan
besarannya pada saat penyusunan APBD. Sedangkan bantuan sosial yang tidak
dapat direncanakan sebelumnya dialokasikan sebagai akibat dari resiko sosial
yang tidak dapat diperkirakan pada saat penyusunan APBD yang apabila ditunda
penanganannya akan menimbulkan resiko sosial yang lebih besar baik bagi
individu dan/atau keluarga yang bersangkutan.
Pemberian bantuan sosial, dalam pasal 8 Peraturan Walikota Magelang Nomor
34 tahun 2011 memenuhi kriteria paling sedikit:
a. selektif;
b. memenuhi persyaratan penerima bantuan;
c. bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam keadaan tertentu
dapat berkelanjutan;
d. sesuai tujuan penggunaan.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Satuan Pengamatan dan Satuan Analisis
Dalam penelitian ini yang menjadi satuan pengamatan adalah kegiatan
pengendalian pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial dan Dinas
Pengelola Pendapatan dan Keuangan Daerah (DPPKD) Kota Magelang,
sedangkan satuan analisisnya adalah Sistem Pengendalian Internal pengelolaan
belanja hibah dan belanja bantuan sosial Pemerintah Kota Magelang.
17
3.2. Jenis Data dan Sumber Data
Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Pada
penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data, dan sumber data sekunder merupakan sumber yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang
lain atau dokumen (Sugiyono, 2006) . Sumber data primer, pada penelitian ini
terutama adalah Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD)
yang mengelola belanja hibah dan belanja bantuan sosial Pemerintah Kota
Magelang. Sedangkan sumber data sekunder adalah dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan kegiatan pengendalian belanja hibah dan belanja bantuan sosial.
Data yang digunakan pada penelitian ini, ada dua jenis, yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada pejabat
dalam Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD)
Pemerintah Kota Magelang tentang kegiatan pengendalian pegelolaan belanja
hibah dan belanja bantuan sosial. Data sekunder dalam penelitian ini, juga
diperoleh dari DPPKD. Data sekunder yang diperoleh berupa peraturan-peraturan
daerah yang terkait dengan belanja hibah dan belanja bantuan sosial, serta
diperoleh dari studi literatur dan kepustakaan yang tujuannya digunakan sebagai
pendukung pembahasan dan tinjauan pustaka.
3.3. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini adalah teknik diskriptif kualitatif, yang
menjelaskan, meringkas berbagai situasi, kondisi dan variabel yang timbul di
18
masyarakat sebagai objek penelitian. Pada penelitian ini, analisis data yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial
yang ada di Kota Magelang berdasarkan Peraturan Walikota Magelang
Nomor 34 Tahun 2011 tentang hibah beserta perubahannya yaitu
Peraturan Walikota Magelang Nomor 39 Tahun 2011, dan perubahan
kedua menjadi Peraturan Walikota Magelang Nomor 52 Tahun 2012
tentang hibah dan Peraturan Walikota Magelang Nomor 35 Tahun 2011
tentang bantuan sosial beseta perubahannya yaitu Peraturan Walikota
Magelang Nomor 40 Tahun 2011, dan perubahan kedua menjadi
Peraturan Walikota Magelang Nomor 53 Tahun 2012 tentang bantuan
sosial yang mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
tahun 2011 beserta perubahannya yaitu Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2012.
b. Mendeskripsikan kegiatan pengendalian belanja hibah dan belanja
bantuan sosial pada Pemerintah Kota Magelang.
c. Menganalisis penyelenggaraan kegiatan pengendalian pengelolaan
belanja hibah dan belanja bantuan sosial yang ada pada Pemerintah
Kota Magelang, dengan membandingkan dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah, khususnya unsur kegiatan
pengendalian. Dikarenakan Pemerintah Kota Magelang belum
menetapkan secara khusus Peraturan yang mengatur tentang SPIP,
19
maka peraturan yang digunakan mengacu pada Peraturan Pemerintah
nomor 60 tahun 2008.
d. Membuat kesimpulan dan saran atas kegiatan pengendalian
pengendalian pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial
Pemerintah Kota Magelang.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.SISTEM PENGELOLAAN BELANJA HIBAH DAN BELANJA
BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH KOTA MAGELANG
Sistem pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial dimulai dengan
adanya permohonan atau proposal yang dikirim kepada Walikota Magelang
melalui SKPD terkait, sesuai dengan bidang yang diampu oleh masing-masing
SKPD. Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) kemudian melakukan evaluasi
terhadap proposal yang diajukan pemohon, dan kemudian akan diterbitkan
rekomendasi atas usulan atau proposal hibah dan bantuan sosial. Rekomendasi
yang diterbitkan oleh SKPD kemudian dikirim kepada TAPD.
Rekomendasi yang dikirim kepada TAPD, akan dipertimbangkan sesuai
dengan kemampuan daerah. Hasil pertimbangan TAPD digunakan sebagai dasar
pencantuman dalam KUA dan PPAS. Berdasarkan KUA dan PPAS, hibah dan
bantuan sosial berupa uang akan dicantumkan dalam RKA-PPKD yang dirapatkan
dengan DPRD, kemudian besaran belanja hibah dan belanja bantuan sosial akan
ditetapkan dalam APBD. APBD menjadi dasar pembuatan Keputusan Walikota
tentang daftar penerima hibah dan bantuan sosial.
20
Berdasarkan Keputusan Walikota, penerima hibah dan bantuan sosial akan
mengajukan permohonan pencairan kepada Walikota melalui DPPKD dengan
dilampiri fotokopi KTP dan kuitansi bermaterai. Khusus penerima hibah,
selanjutnya dilakukan proses penandatanganan NPHD.
Permohonan pencairan dari penerima hibah dan bantuan sosial digunakan oleh
bendahara PPKD untuk melaksanakan proses pengajuan SPP LS ( Surat Perintah
Pencairan Langsung). Berdasarkan SPP LS, PPK PPKD menerbitkan SPM LS
( Surat Perintah Membayar Langsung) atas hibah dan bantuan sosial.
SPM LS dari PPK PPKD digunakan oleh Bendahara Umum Daerah untuk
memerbitkan SP2D LS atas nama penerima hibah dan bantuan sosial. SP2D LS
ini yang digunakan oleh penerima hibah dan bantuan sosial untuk mencairkan
dana hibah maupun bantuan sosial ke bank. Untuk hibah dan bantuan sosial
dengan nilai dibawah Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah), pencairan dilakukan
secara tunai. Sedangkan untuk hibah dan bantuan sosial dengan nilai diatas Rp.
10.000.000,- (sepuluh juta rupiah), pencairan dilakukan melalui transfer dengan
menggunakan rekening.
Penerima hibah dan bantuan sosial, setelah terjadi pencairan, akan membuat
laporan pertanggungjawaban yang ditujukan kepada Walikota Magelang melalui
TAPD, dengan tembusan SKPD terkait. TAPD kemudian akan melakukan
pencatatan atas belanja hibah dan belanja bantuan sosial. Hibah berupa uang
dicatat sebagai realisasi jenis belanja hibah pada PPKD dalam tahun anggaran
berkenaan. Realisasi hibah dicantumkan pada laporan keuangan pemerintah
daerah dalam tahun anggaran berkenaan. Begitu pula bantuan sosial berupa uang
21
dicatat sebagai realisasi jenis belanja bantuan sosial pada PPKD dalam tahun
anggaran berkenaan. Realisasi bantuan sosial dicantumkan pada laporan keuangan
pemerintah daerah dalam tahun anggaran berkenaan.
Hibah dan bantuan sosial yang telah dicairkan, penggunaanya akan
dimonitoring oleh SKPD sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hasil
monitoring oleh SKPD terkait disampaikan kepada Walikota dengan tembusan
Inspektorat.
Flowchart sistem pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial dapat
dilihat dalam lampiran 2.
4.2.KEGIATAN PENGENDALIAN PENGELOLAAN BELANJA HIBAH
DAN BELANJA BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH KOTA
MAGELANG
Kegiatan pengendalian merupakan salah satu komponen sistem pengendalian
internal. Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan prosedur untuk memastikan
bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan dengan efektif. Pemerintah
Kota Magelang belum menetapkan peraturan secara khusus yang mengatur
tentang sistem pengendalian internal. Peraturan yang dipakai oleh Pemerintah
Kota Magelang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 yang
didalamnya juga mengatur tentang kegiatan pengendalian.
Kegiatan pengendalian dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen tersebut adalah reviu atas
22
kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan; pembinaan sumber daya manusia;
pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; pengendalian fisik atas aset;
penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja; pemisahan fungsi; otorisasi
atas transaksi dan kejadian penting; pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas
transaksi dan kejadian penting; pembatasan akses atas sumber daya dan
pencatatannya; akuntabilitas atas sumber daya dan pencatatannya; dan
dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian internal serta transaksi dan
kejadian penting.
4.3.DESKRIPSI KEGIATAN PENGENDALIAN BELANJA HIBAH DAN
BELANJA BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH KOTA MAGELANG
BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN
2008
Berikut ini adalah deskripsi kegiatan pengendalian pengelolaan belanja hibah
dan belanja bantuan sosial Pemerintah Kota Magelang berdasarkan PP Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) :
4.3.1. Reviu Atas Kinerja Instansi Pemerintah yang Bersangkutan.
Komponen kegiatan pengendalian yang pertama menyangkut adanya proses
evaluasi dengan membandingkan kinerja dengan tolok ukurnya. Pada Pemerintah
Kota Magelang kegiatan pembandingan kinerja dengan tolok ukurnya telah
dilaksanakan dan dilakukan setiap akhir tahun. Mulai tahun 2014 program yang
dilakukan yaitu program Sasaran Kerja Pegawai (SKP). Program Sasaran Kerja
Pegawai ini dilakukan untuk membandingkan kinerja pegawai dalam Instansi
Pemerintah dengan ukuran atau sasaran yang sudah ditetapkan (Sasaran Kerja
23
Pegawai), termasuk kepada pegawai yang mengelola belanja hibah dan belanja
bantuan sosial. Reviu atas kinerja pegawai pengelola belanja hibah dan belanja
bantuan sosial dilakukan bersamaan dengan reviu pegawai lainnya. Jadi, reviu ini
termasuk dalam kegiatan pengendalian secara umum di lingkungan DPPKD Kota
Magelang.
Penilaian menggunakan SKP dilakukan dengan menilai beberapa indikator.
Indikator yang digunakan yaitu kinerja pegawai dengan bobot 60 persen, dan
perilaku pegawai dengan bobot 40 persen. Kinerja pegawai bisa dinilai dari
kualitas pegawai, sedangkan perilaku pegawai dinilai dari perilaku sehari-hari
pegawai, seperti tingkat kehadiran atau presensi pegawai, pelayanan, disiplin dan
kerjasama antar pegawai.
Khusus untuk reviu atas pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan
sosial dilakukan dengan menggunakan DPA-SKPD. Dalam DPA-SKPD
tercantum indikator, tolok ukur kinerja yang berisi ukuran kerja untuk program
pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial dan target kinerja yang
berisi hasil yang diharapkan dari program pengelolaan belanja hibah dan belanja
bantuan sosial.
4.3.2. Pembinaan Sumber Daya Manusia
4.3.2.1 Proses mengkomunikasikan visi , misi, tujuan, nilai dan strategi instansi
kepada pegawai.
Proses mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai dan strategi instansi
kepada pegawai dilakukan sebagai salah satu kegiatan pengendalian pengelolaan
24
belanja hibah dan belanja bantuan sosial Pemerintah Kota Magelang. Kegiatan ini
telah dilaksanakan dan dilakukan oleh Kepala Daerah, dalam hal ini Walikota
Magelang atau pejabat struktural di lingkungan DPPKD Kota Magelang dengan
memberikan pengarahan mengenai visi, misi, tujuan, nilai dan strategi DPPKD
sebagai instansi yang mengelola belanja hibah dan belanja bantuan sosial Kota
Magelang. Sosialisasi visi dan misi dilakukan setiap ada pertemuan yang
membahas tentang program kerja DPPKD Kota Magelang. Pada awal pertemuan
disosialisasikan visi dan misi DPPKD oleh ketua rapat maupun kepala bagian di
DPPKD Kota Magelang. Hal lain yang dilakukan untuk mengkomunikasikan visi,
misi, tujuan, nilai dan strategi instansi kepada pegawai adalah dengan
menempelkan visi dan misi DPPKD disetiap ruangan pegawai, dengan harapan,
pegawai dapat membaca dan memahami visi dan misi DPPKD dan akhirnya dapat
menerapkan visi, misi, tujuan, nilai dan strategi DPPKD dalam pekerjaannya.
Pengkomunikasian visi dan misi DPPKD terhadap pegawai pengelola belanja
hibah dan belanja bantuan sosial termasuk dalam kegiatan pengkomunikasian visi
dan misi secara umum dilingkungan DPPKD, dan merupakan kegiatan
pengendalian secara umum.
4.3.2.2 Membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang
mendukung pencapaian visi dan misi
Pada Pemerintah Kota Magelang, khususnya DPPKD sebagai pengelola
belanja hibah dan belanja bantuan sosial, ada pembuatan strategi perencanaan dan
pembinaan sumber daya manusia yang mendukung pencapaian visi dan misi.
25
Kegiatan yang dilakukan adalah dengan memberikan fasilitas pendidikan
berjenjang kepada pegawai sesuai dengan kapasitas pekerjaannya. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk pembinaan sumber daya manusia yang mendukung
pencapaian visi dan misi DPPKD yaitu terwujudnya pengelolaan keuangan yang
profesional, akuntabel, dan transparan. Visi dan misi DPPKD Kota Magelang
dapat dilihat dalam lampiran 3. Pemberian fasilitas pendidikan berjenjang ini,
belum dilakukan secara khusus untuk pegawai pengelola belanja hibah dan
belanja bantuan sosial. Artinya, pendidikan berjenjang ini tidak hanya
dikhususkan bagi pegawai pengelola belanja hibah dan belanja bantuan sosial,
tetapi, pemberian fasilitas pendidikan berjenjang ini merupakan kegiatan
pengendalian secara umum yang dilakukan oleh DPPKD.
4.3.2.3 Membuat uraian jabatan, prosedur rekruitmen, program pendidikan dan
pelatihan pegawai, sistem kompensasi, program kesejahteraan dan fasilitas
pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja serta rencana
pengembangan karier.
DPPKD sebagai dinas yang mengelola belanja hibah dan belanja bantuan
sosial membuat uraian jabatan mengenai tugas pokok dan fungsi masing-masing
bidang dan jabatan di DPPKD Kota Magelang berdasarkan lampiran Peraturan
Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2008. Selain itu, prosedur rekruitmen
juga dilaksanakan oleh DPPKD Kota Magelang. Prosedur rekruitmen yang
dilaksanakan oleh DPPKD mengikuti prosedur rekruitmen yang dibuat oleh
Badan Kepegawaian Daerah Kota Magelang. Program pelatihan dan program
26
pendidikan yang dilakukan yaitu dengan memberikan fasilitas pendidikan dan
mengadakan diklat untuk pegawai sesuai dengan kapasitas pekerjannya. Tidak ada
kegiatan pengendalian yang dilakukan secara khusus untuk pegawai yang
mengelola belanja hibah dan belanja bantuan sosial. Kegiatan pengendalian yang
dilakukan mengikuti kegiatan pengendalian secara umum dilingkungan DPPKD.
4.3.3. Pengendalian atas Pengelolaan Sistem Informasi
Data yang diperoleh untuk evaluasi atas komponen pengendalian atas
pengelolaan sistem informasi sangat terbatas, dikarenakan narasumber tidak
memahami secara mendalam tentang sistem informasi, jadi evaluasi tentang
komponen pengendalian ini juga terbatas dan hanya membahas secara umum,
sesuai dengan pengetahuan narasumber.
4.3.3.1 Pengendalian umum
4.3.3.1.1. Pengamanan sistem informasi
Sistem informasi yang digunakan oleh Pemerintah Kota Magelang adalah
SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah). Pengamanan yang dilakukan
atas sistem informasi belum sepenuhnya dijalankan oleh Pemerintah Kota
Magelang. Dalam kaitan dengan belanja hibah dan belanja bantuan sosial,
SIMDA digunakan untuk mencatat terjadinya transaksi, yaitu transaksi pencairan
dana hibah dan bantuan sosial. Penilaian resiko atas sistem informasi belum
dilakukan. Program dan prosedur pengamanan yang dilakukan berupa
penggunaan password khusus untuk dapat masuk ke sistem informasi, serta ada
login khusus untuk setiap otoritas pegawai sesuai dengan wewenang dan tanggung
27
jawabnya. Untuk belanja hibah dan belanja bantuan sosial, login khusus untuk
pencatatan transaksi pencairan dana hibah dan bantuan sosial hanya bisa
digunakan oleh pegawai bidang pembelanjaan, sub bidang belanja bantuan,
dengan password khusus. Organisasi untuk mengimplementasikan dan mengelola
program pengamanan belum ada. Dalam struktur organisasi DPPKD Kota
Magelang, organisasi untuk program pengamanan tidak dicantumkan, yang ada
hanya kepala bagian program, yang mengurus sistem informasi secara
keseluruhan, yang artinya tidak ada penguraian tanggung jawab pengamanan
secara jelas, serta belum ada implementasi kebijakan yang efektif atas sumber
daya terkait pengamanan. Ada pemantauan prosedur pengamanan, yaitu
menggunakan monitor pemantau, tetapi tidak dilakukan pengecekan setiap hari,
hanya dilakukan pengecekan sesuai dengan kebutuhan. Jadi secara umum, sistem
informasi hanya diamankan dengan menggunakan password dan login khusus
bagi pegawai masing-masing bagian saja, serta akan dipantau sesuai dengan
kebutuhan.
4.3.3.1.2. Pengendalian atas akses
Pengendalian atas akses yang dilakukan yaitu dengan mengklasifikasikan
sumber daya berdasarkan kepentingan dan sensitifitasnya. Informasi
diklasifikasikan berdasarkan masing-masing instansi yang berurusan dengan
DPPKD. Informasi tentang SKPD akan terpisah dengan informasi tentang TAPD.
Pengguna informasi juga diidentifikasi sesuai dengan haknya. Data tentang
penerima hibah dan bantuan sosial hanya berhak diakses oleh pegawai bidang
28
pembelanjaan sub bidang belanja bantuan. Pengendalian fisik yang dilakukan
yaitu dengan mengunci ruangan server dan kunci ruangan tidak akan diserahkan
kepada sembarang pegawai, dan perlu ijin untuk dapat membuka ruang server,
sedangkan pengendalian logic dilakukan dengan memberi password pada SIMDA
dan ada login khusus untuk setiap pegawai sesuai dengan kepentingannya. Jika
terjadi pelanggaran, belum ada tindakan penegakan disiplin secara khusus.
Pegawai yang melanggar hanya akan diberi peringatan secara lisan. Kegiatan
pengendalian atas akses untuk belanja hibah dan belanja bantuan sosial, hampir
secara keseluruhan dilakukan bersamaan dengan pengendalian secara umum.
4.3.3.1.3. Pengendalian atas pengembangan dan perubahan atas perangkat lunak
aplikasi
Belum ada pelaksanaan pengendalian atas pengembangan dan perubahan
atas perangkat lunak aplikasi.
4.3.3.1.4. Pengendalian atas perangkat lunak sistem
Pengendalian atas perangkat lunak sistem mencakup pembatasan dan
pengendalian akses terhadap perangkat lunak sistem informasi, serta pengendalian
atas perubahan yang dilakukan terhadap perangkat lunak sistem informasi.
Pembatasan atas akses perangkat lunak telah dilakukan pada SIMDA. Pembatasan
ini dilakukan dengan membatasi akses terhadap sistem informasi, yang berarti
hanya pegawai yang berwenang saja yang bisa melakukan akses terhadap sistem
informasi. Pengendalian dan pemantauan perangkat lunak sistem informasi hanya
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tidak dilakukan setiap hari. Pengendalian
29
atas perubahan yang dilakukan terhadap perangkat lunak sistem informasi belum
dilakukan terhadap SIMDA.
4.3.3.1.5. Pemisahan tugas
Dalam pemisahan tugas, belum ada kegiatan pengendalian yang
dilaksanakan. Sistem tidak dikelola secara khusus dan tersendiri. Pengelola atau
admin sistem juga melakukan tugas lain, dan tidak secara khusus mengelola
sistem. Kegiatan pemisahan tugas untuk memastikan bahwa sistim tidak
dikendalikan oleh satu orang belum terpenuhi, karena admin sistem hanya terdiri
dari satu orang, yang mengelola seluruh data dalam sistem, termasuk data tentang
belanja hibah dan belanja bantuan sosial.
4.3.3.1.6. Kontinuitas pelayanan
Kontinuitas pelayanan belum dilaksanakan sepenuhnya dalam kegiatan
pengendalian pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial. Kegiatan
pengendalian untuk mencegah dan meminimalisasi kerusakan dan terhentinya
operasi komputer belum dilaksanakan oleh DPPKD. Jika terjadi kejadian tak
terduga seperti pemadaman listrik, belum ada penggunaan penyimpan daya atau
diesel untuk melanjutkan pelayanan terhadap pengelolaan belanja hibah dan
belanja bantuan sosial. Kegiatan pelayanan akan dilakukan secara manual dan
tidak menggunakan komputer.
30
4.3.3.2 Pengendalian aplikasi
4.3.3.2.1. Pengendalian otorisasi
Dokumen sumber merupakan dokumen yang berisi catatan (informasi) yang
akan digunakan sebagai data masuk ke sistem. Dokumen sumber dalam
pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial adalah SP2D (Surat Perintah
Pencairan Dana). Dokumen ini yang datanya akan di input dalam SIMDA.
Pengendalian yang dilakukan atas SP2D adalah pemeriksaan otorisasi SP2D.
Sebelum diotorisasi, SP2D tidak akan di input ke dalam sistem (SIMDA). SP2D
akan dicek secara berulang-ulang oleh petugas. Pengecekan tersebut dilakukan
untuk memeriksa kelengkapan data yang ada dalam SP2D. Dokumen SP2D yang
belum diotorisasi tidak akan di input dalam sistem.
4.3.3.2.2. Pengendalian kelengkapan
Pengendalian kelengkapan mencakup pengentrian dan pemrosesan seluruh
transaksi yang telah diotorisasi ke dalam komputer serta pelaksanaan rekonsiliasi
data untuk memverifikasi kelengkapan data. Transaksi pencairan dana hibah dan
bansos yang tertuang dalam SP2D yang telah diotorisasi akan langsung dientri ke
dalam komputer, serta direkonsiliasi atau dibandingkan antara data manual dalam
SP2D dengan data yang sudah dimasukkan kedalam komputer.
4.3.3.2.3. Pengendalian akurasi
Pengendalian akurasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Magelang,
berkaitan dengan belanja hibah dan belanja bantuan sosial adalah penyediaan
format untuk pembuatan SPP-LS, SPP-LS, dan SP2D-LS. Sebelum di input data
31
dalam dokumen tersebut akan diteliti dan divalidasi terlebih dahulu untuk
mengecek keabsahan dokumen. Jika terjadi ketidaksesuaian data dalam
pembuatan dokumen atau data tidak absah, maka akan dilakukan perbaikan data
dengan segera.
4.3.3.2.4. Pengendalian terhadap pemrosesan dan file data
Pengendalian terhadap pemrosesan dan file data yang dilakukan dalam
pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial Pemerintah Kota Magelang
yaitu dengan penggunaan program versi terkini dalam pemrosesan data. SIMDA
adalah sistem terbaru, yang baru digunakan mulai awal 2014 oleh Pemerintah
Kota Magelang.
4.3.4. Pengendalian Fisik Atas Aset
4.3.4.1 Ada rencana identifikasi, kebijakan dan prosedur pengamanan fisik
Pada pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial berupa uang,
aset yang terkait adalah kas. Kas yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Magelang,
khususnya untuk belanja hibah dan belanja bantuan sosial ditempatkan di bank
yang ditunjuk oleh Pemerintah Kota Magelang, yaitu BPD Bank Jateng. Kas yang
terkait dengan belanja hibah dan belanja bantuan sosial akan dipergunakan jika
terjadi pencairan hibah dan bantuan sosial. Pengamanan dan prosedur yang
dilakukan atas kas ketika terjadi pencairan yaitu dengan menggunakan SP2D yang
telah dibuat oleh DPPKD. Bank tidak bisa mengeluarkan dana hibah dan bantuan
sosial, jika penerima hibah dan bantuan sosial tidak bisa menunjukkan SP2D yang
32
diterbitkan oleh DPPKD, baik untuk pencairan langsung maupun untuk pencairan
dengan transfer. Kas yang berada di bank juga akan dicek secara berkala dengan
melihat rekening koran yang diterbitkan oleh bank yang ditunjuk Pemerintah Kota
Magelang.
4.3.4.2 Ada rencana pemulihan setelah bencana
Tidak ada pelaksanaan rencana pemulihan setelah bencana dalam kegiatan
pengendalian belanja hibah dan belanja bantuan sosial.
4.3.5. Penetapan dan Reviu Atas Indikator dan Ukuran Kinerja
1.3.2.2.Penetapan ukuran dan indikator kinerja
Ukuran dan indikator kinerja yang digunakan dituangkan dalam Sasaran
Kerja Pegawai (SKP). Program Sasaran Kerja Pegawai ini dilakukan untuk
membandingkan kinerja pegawai dalam Instansi Pemerintah dengan ukuran atau
sasaran yang sudah ditetapkan (Sasaran Kerja Pegawai). Indikator yang digunakan
yaitu kinerja pegawai dengan bobot 60 persen, dan perilaku pegawai dengan
bobot 40 persen. Kinerja pegawai bisa dinilai dari kualitas pegawai, sedangkan
perilaku pegawai dinilai dari perilaku sehari-hari pegawai, seperti tingkat
kehadiran atau presensi pegawai, pelayanan, disiplin dan kerjasama antar
pegawai. Pegawai yang mengelola hibah dan bantuan sosial juga akan dinilai
kinerjanya dengan Sasaran Kerja Pegawai (SKP). Indikator dan ukuran kinerja
yang digunakan untuk pegawai pengelola hibah dan bantuan sosial, secara umum
33
sama dengan indikator dan ukuran kinerja untuk pegawai di DPPKD yang
mengelola tugas lain.
1.3.2.3.Reviu dan validitas secara periodik atas ketetapan dan keandalan ukuran
dan indikator kinerja
Progran Sasaran Kerja Pegawai (SKP) pada Pemerintah Kota Magelang
sesuai dengan PP Nomor 46 tahun 2011. Program Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
dilakukan untuk menilai kinerja pegawai, dan dilakukan secara periodik setiap
akhir tahun. Pemerintah Kota Magelang baru menerapkan program Sasaran Kerja
Pegawai (SKP) pada awal 2014, jadi belum ada reviu dan validitas secara periodik
atas ketetapan dan keandalan ukuran dan indikator kinerja.
1.3.2.4.Evaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja
Belum ada pelaksanaan evaluasi faktor pengukuran kinerja dikarenakan
Prrogram Sasaran Kerja Pegawai (SKP) baru dilaksanakan mulai awal 2014.
1.3.2.5.Pembandingan secara terus menerus data capaian kinerja
Belum ada pelaksanaan pembandingan secara terus menerus data capaian
kinerja dikarenakan Program Sasaran Kerja Pegawai (SKP) baru dilaksanakan
mulai awal 2014.
34
4.3.6. Pemisahan Fungsi
Pemisahan fungsi dalam kegiatan pengendalian menjamin bahwa seluruh
aspek utama transaksi atau kebijakan, dalam hal ini yang berhubungan dengan
belanja hibah dan belanja bantuan sosial tidak dikendalikan oleh satu orang.
Pemisahan fungsi dalam pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial
Kota Magelang adalah pemisahan antara fungsi pencatatan, otorisasi dan
penyimpanan. Fungsi pencatatan dalam pengelolaan belanja hibah dan belanja
bantuan sosial dilakukan oleh TAPD. Fungsi pencatatan ini meliputi pembuatan
dokumen KUA dan PPAS, pencatatan setelah terjadi pencairan hibah dan bantuan
sosial dan pencatatan dalam APBD. Fungsi otorisasi dilakukan oleh pejabat
berwenang dalam hal belanja hibah dan belanja bantuan sosial otorisasi dilakukan
oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk. Sedangkan fungsi penyimpanan
dilakukan secara langsung setelah dokumen digunakan, seperti dokumen NPHD
setelah dilakukan otorisasi oleh Walikota dan penandatanganan oleh penerima
hibah, akan disimpan oleh PPKD sebagai arsip. Pemisahan fungsi-fungsi dalam
pengelolaan hibah dan bantuan sosial menunjukkan bahwa aspek utama transaksi
dan kejadian tidak dikendalikan oleh satu orang.
4.3.7. Otorisasi Atas Transaksi dan Kejadian Penting
Komponen kegiatan pengendalian untuk otorisasi atas transaksi dan
kejadian penting terkait dengan otorisasi atas transaksi yang menyangkut belanja
hibah dan belanja bantuan sosial. Dalam melakukan otorisasi transaksi yang
menyangkut belanja hibah dan belanja bantuan sosial, pimpinan instansi
35
menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada
pegawai. DPPKD sebagai dinas yang mengelola belanja hibah dan belanja
bantuan sosial telah menerapkan komponen kegiatan pengendalian ini. Syarat dan
ketentuan otorisasi telah dikomunikasikan kepada pegawai di DPPKD. Syarat
untuk otorisasi transaksi yaitu dengan dicek secara lengkap keabsahan transaksi
dan kejadian penting tersebut. Jika dokumen atas transaksi dan kejadian penting
yang akan diotorisasi tidak lengkap dan tidak absah, maka otorisasi tidak akan
dilaksanakan oleh pejabat berwenang. Dokumen SPP-LS diotorisasi oleh
bendahara PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan daerah), SPM-LS diotorisasi oleh
PPK PPKD, sedangkan SP2D diotorisasi oleh BUD (Bendahara Umum Daerah).
4.3.8. Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu atas Transaksi dan
Kejadian Penting
4.3.8.1.Transaksi diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera
Belanja hibah dan belanja bantuan sosial, pada Pemerintah Kota Magelang
diklasifikasikan dalam belanja tidak langsung non gaji. Transaksi yang
berhubungan dengan belanja hibah dan belanja bantuan sosial adalah pencairan
oleh penerima hibah maupun bantuan sosial. Transaksi pencairan dana hibah
maupun dana bantuan sosial dilakukan hanya satu kali dalam satu tahun anggaran.
Pencairan dana hibah dan bantuan sosial, dilakukan pada akhir tahun anggaran
atau pada bulan Desember. Pencatatan atas transaksi pencairan akan dilakukan
segera setelah penerbitan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana), yaitu pada saat
sebelum tutup buku atau akhir Desember. Pemerintah Kota Magelang
36
menggunakan aplikasi SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah) dan
dengan aplikasi itu pegawai akan langsung mencatat transaksi pengeluaran kas
melalui SIMDA. Pencatatan pengeluaran kas akan secara langsung mengurangi
jumlah kas daerah yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Magelang. Jadi, pencatatan
akan dilakukan segera setelah terjadi transaksi pencairan dana oleh penerima
hibah dan bantuan sosial, yaitu pada akhir tahun anggaran, sebelum tutup buku
pada akhir Desember tahun anggaran berkenaan.
4.3.8.2.Klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus
transaksi dan kejadian.
Dalam satu siklus, transaksi dan kejadian yang berhubungan dengan
belanja hibah dan belanja bantuan sosial hanya transaksi pencairan dana hibah dan
bantuan sosial. Pemerintah Kota Magelang mengklasifikasikan dengan tepat
pencairan dana hibah dan bantuan sosial dalam belanja tidak langsung non gaji.
Pencatatan atas transaksi pencairan dana hibah dan bantuan sosial juga
dilaksanakan segera dan tepat waktu, yaitu setelah terjadi penerbitan SP2D, pada
akhir tahun anggaran berkenaan atu pada akhir bulan Desember, maka akan
segera dicatat sebagai pengeluaran kas daerah atau dalam akun belanja tidak
langsung non gaji yang mengurangi nilai kas daerah Kota Magelang.
4.3.9. Pembatasan Akses atas Sumber Daya dan Pencatatannya
Akses untuk dokumen dan catatan akuntansi berkaitan dengan belanja
hibah dan belanja bantuan sosial pada Pemerintah Kota Magelang dibatasi.
37
Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya didasarkan pada bidang
yang diampu masing-masing pegawai. Akses untuk sumber daya dan pencatatan
atas pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial hanya diperuntukkan
bagi pegawai dibidang pembelanjaan, sub bidang belanja bantuan. Jadi selain
pegawai bidang pembelanjaan, sub bidang belanja bantuan tidak diperkenankan
mengakses sumber daya dan pencatatan atas pengelolaan belanja hibah dan
bantuan sosial. Bahkan peneliti tidak diperkenankan untuk melihat data-data yang
berkaitan dengan belanja hibah dan belanja bantuan sosial, hanya diperbolehkan
melihat format dokumen dan catatan akuntansinya saja.
4.3.10. Akuntabilitas Terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya
Penuasan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyampaian sumber
daya dan pencatatan telah dilakukan dalam pengelolaan belanja hibah dan belanja
bantuan sosial. Penugasan diberikan kepada pegawai bidang pembelanjaan, sub
bidang belanja bantuan pada DPPKD Kota Magelang. Pegawai bidang
pembelanjaan, sub bidang belanja bantuan, kemudian akan bertanggung jawab
terhadap sumber daya, baik berupa dokumen dan catatan akuntansi yang berkaitan
dengan belanja hibah dan belanja bantuan sosial
4.3.11. Dokumentasi yang Baik atas Sistem Pengendalian Internal serta
Transaksi dan Kejadian Penting
Dokumentasi atas sistem pengendalian internalnya belum dilaksanakan
oleh Pemerintah Kota Magelang, tetapi dokumentasi atas transaksi dan kejadian
38
penting telah dilaksanakan, baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy.
Meskipun begitu pemeliharaan terhadap dokumentasi atas transaksi dan kejadian
penting belum dilaksanakan dengan baik. Banyak data-data yang berkaitan
dengan belanja hibah dan belanja bantuan tidak ditata dengan baik, tidak
diurutkan sesuai tanggal, dan hanya diletakkan di rak, bukan tempat khusus.
39
Untuk mendukung penjelasan mengenai kegiatan pengendalian dalam
pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial, maka dilampirkan contoh
nyata pengajuan proposal permohonan hibah sebagai berikut:
BANTUAN DANA HIBAH KELENGKAPAN
TAMAN PENDIDIKAN AL – QUR’AN HUSNUL KHOTIMAH
Taman Pendidikan Al Qur „an Husnul Khotimah Magersari – Magelang
merupakan salah satu wadah ibadah yang berada dalam lingkungan masyarakat.
Keberadaan Taman Pendidikan Al Qur „an Husnul Khotimah Magersari
digunakan untuk mengenalkan agama islam dengan sasaran utama santri dari
belum sekolah sampai pelajar, hal ini di gunakan untuk mendasari akhak yang
baik para santri dalam kehidupan sehari – hari.
Dalam melaksanakan kegiatan pengajaran, TPA Husnul Khotimah
membutuhkan berbagai fasilitas dan alat pendukung yang dapat mempermudah
dalam proses pembelajaran. Untuk tercapainya kenyamanan dalam pelaksanaan
pengajaran tersebut pengurus Taman Pendidikan Al Qur „an merasakan perlu
menambah fasilitas alat kelengkapan tersebut, untuk dapat menciptakan keadaan
yang lebih mudah, dan efektif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada
Taman Pendidikan Al Qur „an.
Kebutuhan untuk menambah fasilitas pengajaran tersebut membuat para
pengurus berfikir untuk mengajukan proposal bantuan kepada Pemerintah Kota
Magelang. Para pengurus kemudian berunding dan membuat proposal yang berisi
permintaan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan alat kelengkapan tersebut yang
40
diketuai oleh Kepala TPQ Husnul Khotimah yaitu Bapak Himawan Nuryanto S.E.
Berikut adalah organisasi kepengurusan TPQ Husnul Khotimah:
Tabel 4.1
Organisasi Kepengurusan TPQ Husnul Khotimah
No. Nama Jabatan
1. Bp. Kyai Komarudin Dewan Pembimbing
2. Bp. H. Muh Soleh Dewan Pembimbing
3. Bp. Tri Yoga Dewan Pembimbing
4. Himawan Nuryanto SE. Ketua
5. Zubaedah Amd. Pengajar
6. Emmawati Pengajar
7. Indah Wiji Sejati Pengajar
8. Rumala Titis Sari Pengajar
Sumber: Proposal Permohonan Bantuan Dana Hibah Kelengkapan TPQ husnul
Khotimah
Proposal yang telah dibuat oleh pengurus tersebut kemudian diajukan kepada
Walikota Magelang pada bulan Desember 2012. Pengajuan proposal dilakukan
dengan dititipkan kepada Wakil Walikota Magelang, karena Ketua TPQ Husnul
Khotimah, Bapak Himawan Nuryanto mempunyai hubungan dekat dengan Wakil
Walikota Magelang. Penitipan proposal tersebut dilakukan dengan harapan,
proposal akan diprioritaskan karena Wakil Walikota mempunyai pengaruh yang
besar dalam sidang DPRD yang membahas APBD. Proposal yang diajukan berisi
permintaan bantuan kepada Walikota Magelang untuk melengkapi fasilitas
pengajaran di TPQ Husnul Khotimah yang beralamat di Magersari RT 07 RW 09
No. 110, Kecamatan Magersari Selatan, Kota Magelang. Dana yang diajukan
dalam proposal sebesar Rp. 10.500.000,-. Berikut adalah rincian dana yang
diajukan dalam proposal
41
Tabel 4.2
Rincian Dana Permohonan Fasilitas Pengajaran
Perlengkapan
yang dibutuhkan
Jumlah Harga yang
dipekirakan
Total
Seragam pentas
(putra)
10 buah @ Rp. 100.000,- Rp. 1.000.000,-
Seragam pentas
(putri)
20 buah @ Rp. 150.000,- Rp. 3.000.000,-
Alat rebana
modern
1 set Rp. 5.000.000,- Rp. 5.000.000,-
Tape recorder 1 buah Rp. 1.500.000,- Rp. 1.500.000,-
Jumlah Rp. 10.500.000,-
Sumber: Proposal Permohonan Bantuan Dana Hibah Kelengkapan TPQ husnul
Khotimah
Proposal yang berisi permohonan bantuan hibah tersebut kemudian
diajukan kepada Walikota Magelang, dengan cara dititipkan kepada Wakil
Walikota. Proposal yang diajukan pada bulan Desember 2012, kemudian cair
dalam waktu 1 tahun, yaitu pada bulan Desember 2013. Dana yang cair sebesar
Rp. 5.000.000,-. Dana yang cair tersebut kemudian diambil oleh Kepala TPQ
Husnul Khotimah, Bapak Himawan di gedung Wiworo Wiji Pinilih Kota
Magelang, bersama-sama dengan penerima hibah dan bantuan sosial yang lain.
Dana dicairkan dengan mekanisme pembayaran langsung. Bapak Himawan
mengambil dana tersebut dengan menunjukkan SP2D yang diterima dari PPKD,
di BPD Bank Jateng.
42
Dana sebesar Rp. 5.000.000,- kemudian digunakan seluruhnya untuk
membeli seragam pentas. Pembelian alat rebana modern dan tape recorder
ditunda, dikarenakan dana yang tidak mencukupi.
Setelah dana turun dan sudah digunakan untuk membeli seragam pentas,
pengurus TPQ Husnul Khotimah Magersari kemudian membuat Laporan
Pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban ini berisi realisasi
penggunaan dana hibah dari Pemerintah Kota Magelang. Laporan tersebut
ditujukan kepada SKPD terkait yaitu Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Kota Magelang. Tetapi karena pengajuannya dititipkan kepada Wakil Walikota
Magelang, maka laporan pertanggungjawaban tersebut penyampaiannya juga
dititipkan kepada Wakil Walikota Magelang. Setelah penyerahan laporan
pertanggung jawaban, tugas pengurus dalam pengajuan dana hibah pendidikan
tersebut sudah selesai. Penggunaan dana hibah tersebut kemudian akan diawasi
oleh SKPD terkait yaitu Disdikpora Kota Magelang.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan dengan segala
keterbatasan dalam memperoleh data dan bukti, maka penyimpulan akhir
mengenai kegiatan pengendalian pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan
sosial Pemerintah Kota Magelang adalah sebagai berikut:
Dalam pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial Pemerintah Kota
Magelang, kegiatan pengendalian sebagai salah satu unsur Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah, dilaksanakan menurut Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun
43
2008, dikarenakan Pemerintah Kota Magelang belum mengatur secara khusus
peraturan tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sebagian
kegiatan pengendalian pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial
Pemerintah Kota Magelang telah dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan
pengendalian pengelolaan keuangan di DPPKD secara umum. Pelaksanaan
kegiatan pengendalian pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial
Pemerintah Kota Magelang dikatakan telah dilaksanakan dengan baik, meskipun
masih ada beberapa unsur yang belum dilaksanakan.
5.2.Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan beberapa saran
sebagai rekomendasi yaitu sebagai berikut:
a) Membuat penilaian resiko secara periodik, misalnya penilaian resiko data
dalam sistem hilang atau terhapus, resiko data dibobol atau dicuri oleh pihak
luar, dll.
b) Penambahan prosedur pengamanan berupa backup data dalam sistem untuk
mengurangi resiko data hilang atau terhapus dalam sistem.
c) Membuat organisasi khusus untuk mengelola program pengamanan, jika perlu
merekrut pegawai baru untuk mengelola program pengamanan.
d) Setelah dibuat organisasi untuk mengelola program pengamanan, tanggung
jawab pengamanan harus diuraikan secara jelas.
e) Pengembangan dan perubahan atas perangkat lunak aplikasi dilaksanakan oleh
Pemerintah pusat, dan DPPKD yang hanya menggunakan sistem dari
44
Pemerintah Pusat, diharapkan dapat beradaptasi dengan cepat atas perubahan
dan pengembangan atas perangkat lunak aplikasi. DPPKD harus memberikan
pelatihan terhadap pegawai yang menggunakan sistem agar bisa dengan cepat
menyesuaikan terhadap perubahan tersebut.
f) Membuat kebijakan tentang pemisahan tugas dalam sistem.
g) Membuat kebijakan untuk tetap melaksanakan pelayanan jika terjadi hal-hal
yang tidak terduga, misalnya jika terjadi pemadaman listrik, maka harus
disediakan penyimpan daya atau genset.
h) Membuat kebijakan atau rencana pemulihan setelah bencana.
i) Penyimpanan untuk dokumentasi atas transaksi dan kejadian penting
ditempatkan ditempat atau ruangan khusus, disimpan dilemari atau loker,
ditempatkan urut nomor atau urut tanggal.
5.3.Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa keterbatasan.
Keterbatasan tersebut antara lain:
a. SP2D dan dokumen lain terkait hibah dan bantuan sosial yang tidak
dapat dilampirkan, karena merupakan rahasia Negara.
b. Bukti diadakan pelatihan atau diklat dan materinya.
c. Narasumber yang bersangkutan tidak memahami secara mendalam
tentang PP nomor 60 tahun 2008, termasuk kegiatan pengendaliannya
45
dan tidak berkonsentrasi penuh saat proses wawancara, karena
dilakukan bersamaan dengan kegiatan lainnya.
5.4.Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
Dari beberapa kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran
untuk dilakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan belanja hibah dan
belanja bantuan sosial. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu untuk melakukan
penelitian kegiatan pengendalian belanja hibah dan belanja bantuan sosial secara
keseluruhan di DPPKD dan di SKPD, karena dalam penelitian ini hanya
dilakukan di DPPKD, serta meneliti tentang kegiatan pengendalian belanja hibah
dan belanja bantuan sosial berupa barang.
46
DAFTAR PUSTAKA
Bodnar, George H., Hoopwood, William S. 2004. Sistem Informasi Akuntansi,
Edisi 9. Yogyakarta:ANDI
Diana, Anastasia. Lilis Setiawati. 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta.
ADNI
Darmastuti, Dewi & Dyah Setyaningrum.____. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Belanja Bantuan Sosial pada laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2009. ______: Universitas
Indonesia
Drs Krismiadji, M.Si. 2001. Sistem Informasi Akuntansi edisi dua. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN
Hartadi, Bambang. 1986. Sistem Pengendalian Intern Dalam Hubungannya
Dengan Manajemen Dan Audit. Yogyakarta: BPFE
http://jateng.tribunnews.com/2013/02/08/wakil-ketua-dprd-jateng-divonis-tiga-
tahun-penjara ( diakses tanggal 1 Juli 2013)
http://jurnal-korupsi.blogspot.com/2012/07/medianusantara-belanja-hibah-
belanja.html (diakses tanggal 1 Juli 2013)
http://www.kppt.baliprov.go.id (diakses tanggal 27 Mei 2014)
http://www.solopos.com/2013/09/30/korupsi-dana-bansos-magelang-mantan-
wali-kota-divonis-25-tahun-452361 (diakses tanggal 27 Mei 2014)
Pane, Rusdi Hamid et al. 2011. Kinerja Belanja Hibah Untuk Usaha Ekonomi dan
Pengentasan Kemiskinan di Kota Pekanbaru. ________: Fakutas
Ekonomi Universitas Riau
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber
Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah
Peraturan Walikota Magelang Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tatacara
Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban
dan Pelaporan serta Monitoring dan Evaluasi Belanja Hibah yang
Bersumber dari APBD
47
Peraturan Walikota Magelang Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Tatacara
Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban
dan Pelaporan serta Monitoring dan Evaluasi Belanja Bantuan Sosial
yang Bersumber dari APBD
Peraturan Walikota Magelang Nomor 39 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Walikota Magelang Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tatacara
Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban
dan Pelaporan serta Monitoring dan Evaluasi Belanja Hibah yang
Bersumber dari APBD.
Peraturan Walikota Magelang Nomor 40 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Walikota Magelang Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Tatacara
Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban
dan Pelaporan serta Monitoring dan Evaluasi Belanja Bantuan Sosial
yang Bersumber dari APBD.
Peraturan Walikota Magelang Nomor 52 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Walikota Magelang Nomor 34 Tahun 2011 Tentang
Tatacara Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan,
Pertanggungjawaban dan Pelaporan serta Monitoring dan Evaluasi
Belanja Hibah yang Bersumber dari APBD.
Peraturan Walikota Magelang Nomor 40 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Walikota Magelang Nomor 35 Tahun 2011 Tentang
Tatacara Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan,
Pertanggungjawaban dan Pelaporan serta Monitoring dan Evaluasi
Belanja Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.
Proposal Permohonan Bantuan Dana Hibah Kelengkapan TPQ husnul Khotimah
Romney, Marshall B., Steinbart, Paul John. 2006. Accounting Information System
nineth Edition. Jakarta: Salemba Empat
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Widjajanto, Nugroho. 2001. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
BAGAN ORGANISASI DPPKD KOTA MAGELANG
LAMPIRAN 2
FLOWCHART PENGELOLAAN BELANJA HIBAH DAN BELANJA
BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH KOTA MAGELANG
Sistim Pengelolaan Belanja Hibah dan Belanja Bantuan Sosial Pemkot Magelang
SKPD TAPD PPKDPEMOHON
PROPOSAL PROPOSAL
Proses mempertimbangkan
dan pemberian rekomendasi
Rekomendasi
SKPD
Rekomendasi
SKPD
Mempertimbangkan
rekomendasi
Hasil
Pertimbangan
Pencantuman
KUA & PPAS
KUA PPAS
Pencantuman
dalam RKA-PPKD
RKA-PPKD
Penetapan
dalam APBD
APBD
Pembuatan
SK Walikota
SK
Walikota
SK Walikota
Pembuatan
permohonan
pencairan
Berkas
permohonan
pencairan
A
A
Berkas permohonan
pencairan
Penyiapan SPP LS
SPP LS
Penyiapan SPM LS
SPM LS
Penerbitan SP2D
SP2D
B
B
SP2D
Proses pencairan
di BPD Jateng
Uang
Pembuatan
NPHD
Penandatanganan
NPHD oleh
penerima dan
walikota
Khusus penerima
hibah
NPHD
NPHD
NPHD yg
sdh d ttdniNPHD yg
sdh d ttdni
Pemohon
LAMPIRAN 3
VISI DAN MISI DPPKD KOTA MAGELANG
Visi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota
Magelang adalah:
“TERWUJUDNYA PENGELOLAAN KEUANGAN YANG
PROFESIONAL, AKUNTABEL DAN TRANSPARAN”.
Penjelasan Makna Visi :
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan rumah tangga
daerah dalam bidang Anggaran, pendapatan, perimbangan dan
pembiayaan, pembelanjaan, akuntansi, dituntut adanya profesionalisme
didalam perencanaan dan pengelolaan keuangan.
Profesional mengandung arti penguasaan terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan seluk beluk bidang tugas profesinya (dalam hal
ini bidang Perencanaan dan Pengeloaan Keuangan).
Sedangkan perencanaan keuangan dan pengelolaan keuangan
dimaksudkan sebagai suatu proses aktivitas kerja di bidang keuangan
yang dimulai dari perencanaan, penggalian, pendataan,
pengkoordinasian, penetapan, pemungutan, pembelanjaan, dan
akuntansi ,pembantuan, penyuluhan, pembinaan, pengawasan,
pencatatan, evaluasi dan pelaporan, agar pengelolaan keuangan dapat
tertib,transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga terwujud
aparatur yang bersih dan terselenggaranya pemerintahan yang
dipercaya. Dengan demikian akan terwujud adanya pemerintahan yang
baik (Good Governance) dan sekaligus pemerintah yang bersih (Clean
Government).
Dengan demikian DPPKD dituntut untuk mewujudkan penyelenggaraan
pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Menyadari arti pentingnya tugas pokok dan peran strategis di atas,
maka hal tersebut tidak akan dapat terwujud apabila tanpa didukung
adanya Sumber Daya Manusia yang profesional dan sarana prasarana
yang memadai.
Selain berfungsi sebagai perencana dan pengelolaan keuangan DPPKD
juga merupakan penyelenggara sekaligus mempunyai fungsi pelayanan
administratif kepada seluruh perangkat daerah. Untuk dapat
melaksanakan fungsinya sebagai pelayanan administratif tersebut
diperlukan adanya kemampuan (kapabelitas) sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing. Sehingga perlu adanya kebijakan yang
mendorong terjadinya perubahan sikap mental tidak saja bagi aparatur
di lingkungan DPPKD tetapi juga keseluruhan aparatur daerah, dari
suka dilayani menjadi suka melayani.
Guna mewujudkan Visi di atas telah disusun tiga misi sebagai berikut:
a. Mewujudkan aparatur Pengelola Keuangan daerah yang
profesional, akuntabel dan transparan
b. Mengembangkan sistem dan kebijakan pengelolaan keuangan
daerah
c. Melaksanakan pengelolaan pendapatan daerah