ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DANSETELAH REVALUASI ASET TETAP PT BANK OF
INDIA INDONESIA TBK
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat Untuk Penulisan Skripsi Pada Jurusan EkonomiSyari’ah Konsentrasi Akuntansi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar
Oleh:
MAI WAHYU HISDANIM. 14 231 055
JURUSAN EKONOMI SYARIAH KONSENTRASI AKUNTANSISYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)BATUSANGKAR
2018 M/1439 H
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Mai Wahyu Hisda. NIM 14231055 (2018). Judul Skripsi: “AnalisisPerbandingan Laporan Keuangan Sebelum dan Setelah Revaluasi AsetTetap PT Bank of India Indonesia Tbk”. Jurusan Ekonomi Syari’ahKonsentrasi Akuntansi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam InstitutAgama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah analisis perbandinganlaporan keuangan sebelum dan setelah revaluasi aset tetap PT Bank of IndiaIndonesia Tbk. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui laporankeuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015 sebelum dan setelahmelakukan revaluasi terhadap aset tetap tanah dan bangunan, dan untukmengetahui analisis perbandingan laporan keuangan perusahaan sebelum dansetelah revaluasi aset tetap tanah dan bangunan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian studikasus (case study) dengan metode kualitatif deskriptif. Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yangdigunakan ialah teknik dokumentasi dengan objek penelitian PT Bank of IndiaIndonesia Tbk yang sudah terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI).
Hasil dari penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa analisisperbandingan laporan keuangan sebelum dan setelah revaluasi aset tetap tanah danbangunan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015 terdapat perbedaan padanilai laporan keuangan perusahaan yaitu, pada laporan posisi keuangan bagianakun aset tetap dan ekuitas perusahaan. Laporan laba rugi dan penghasilankomprehensif lain, yaitu bagian pendapatan komprehensif lain yang tidak terdapatdalam laporan laba rugi. Kemudian laporan perubahan ekuitas perusahaan,terdapat akun baru yaitu akun surplus revaluasi aset tetap.
Kata kunci: Laporan Keuangan, Revaluasi Aset Tetap
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................. ii
ABSTRAK................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
B. Fokus Penelitian....................................................................... 5
C. Sub Fokus Penelitian................................................................ 6
D. Rumusan Masalah.................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian..................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian................................................................... 7
G. Defenisi Operasional................................................................ 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori.......................................................................... 9
1. Aset tetap............................................................................. 9
a. Pengertian aset tetap...................................................... 9
b. Cara perolehan dan harga perolehan aset tetap............. 10
c. Pengakuan awal aset tetap............................................. 14
d. Pengukuran awal aset tetap........................................... 14
e. Penilaian aset tetap........................................................ 15
f. Penyusutan aset tetap.................................................... 16
g. Penghentian pengakuan dan penurunan nilai aset tetap. 18
h. Penyajian aktiva tetap dilaporan keuangan.................... 20
2. Revaluasi aset tetap.............................................................. 21
a. Pengertian revaluasi aset tetap....................................... 21
b. Penentuan nilai wajar dan teknik revaluasi aset tetap... 24
c. Penyajian dan pengungkapan revaluasi aset tetap......... 25
vii
d. Hubungan aset tetap untuk tujuan akuntansi dan pajak. 28
e. Persetujuan otoritas perpajakan atas pengajuan
revaluasi aset tetap........................................................ 29
3. Laporan Keuangan.............................................................. 30
a. Defenisi laporan keuangan (financial statement).......... 30
b. Kerangka dasar penyajian laporan keuangan................ 31
c. Elemen laporan keuangan.............................................. 38
4. Revaluasi Aset Tetap Menurut Perpajakan......................... 44
a. PMK RI No.191/ 2015 dan PMK RI No.233/ 2015....... 45
b. Perbedaan PMK 191/2015 dengan PMK 79/2008......... 47
c. Perubahan PMK 191/2015 menjadi PMK 233/2015..... 48
B. Penelitian Yang Relevan............................................................ 51
1. Teti Tri Atikasari.................................................................. 51
2. Subhan dan Moh.Ratno Djasmiko....................................... 51
3. Suparna Wijaya dan Adika Brata Supandi.......................... 52
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.......................................................................... 54
B. Latar Dan Waktu Penelitian...................................................... 54
C. Jenis dan Sumber Data............................................................. 54
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 55
E. Instrumen Penelitian................................................................. 55
F. Tejnik Analisis Data................................................................. 55
G. Teknik Penjamin Keabsahan Data............................................ 56
BAB IV PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian.................................................................... 57
1. Gambaran Umum dan Sejarah Perusahaan......................... 57
2. Visi dan Misi Perusahaan.................................................... 59
3. Struktur Organisasi Perusahaan........................................... 60
B. Pembahasan............................................................................... 61
1. Dasar Revaluasi Aset Tetap Perusahaan.............................. 61
viii
2. Nilai Aset Tetap Tanah dan Bangunan Setelah Revaluasi... 62
3. Dasar dan Beban Penyusutan Aset Tetap............................. 63
4. Laporan Keuangan Sebelum Revaluasi Aset Tetap (Tanah
dan Bangunan)...................................................................... 65
5. Laporan Keuangan Setelah Revaluasi Aset Tetap (Tanah
dan Bangunan )..................................................................... 72
6. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Sebelum dan
Setelah Revaluasi Aset Tetap............................................... 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 82
B. Implikasi ........................................................................................ 83
C. Saran .............................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan dalam berbagai bidang dan berbagai ukuran,
mereka memiliki kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dalam
melakukan kegiatan tersebut, perusahaan memerlukan aset tetap. Menurut
Atikasari (2017:2) aset tetap merupakan salah satu dari beberapa akun
perusahaan yang memiliki nilai yang cukup besar dan aset tetap
merupakan bagian terpenting bagi suatu entitas usaha. Menurut PSAK
(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Nomor 16 aset tetap adalah
aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang dan jasa, untuk di rentalkan kepada pihak lain, atau
untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama labih
dari satu periode (IAI, 2015:16.1).
Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 16
tentang aktiva tetap, terdapat pengukuran setelah pengakuan awal, entitas
harus memilih cost model atau revaluation model sebagai kebijakan yang
diterapkan pada seluruh aktiva tetap dalam kelompok yang sama. Pada
metode cost model setelah di akui sebagai aset, aset tetap di catat sebesar
biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai aset. Sedangkan pada revaluation model setelah diakui
sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal
harus di catat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal
revaluasi di kurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan
dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah
tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan (IAI, 2015:16.6).
Revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan,
yang di akibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut dipasaran atau
2
karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang
disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain. Sehingga nilai aset tetap dalam
laporan keuangan perusahaan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar
( Mardiasmo, 2011:166).
Menurut PSAK Nomor 16 (revisi 2015) beberapa aset tetap
mengalami perubahan nilai secara signifikan dan berfluktuatif sehingga
perlu di revaluasi (IAI, 2015:16.6). Maka dengan hal tersebut mendorong
perusahaan untuk melakukan revaluasi pada aset tetap agar laporan
keuangan menyajikan informasi yang lebih akurat mengenai kondisi
financial perusahaan pada saat pelaporan, dengan penyajian laporan
keuangan yang lebih akurat akan membuat pihak manajemen perusahaan
membuat keputusan yang lebih relevan untuk kedepannya, dan bisa
menarik perhatian kreditur untuk meminjamkan modal bagi perusahaan,
karena menurut Bambang (dalam jurnal Putri:2012), perusahaan yang
sebagian besar aktivanya berasal dari aktiva tetap akan mengutamakan
pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang. Perusahaan dengan jumlah
aktiva tetap besar dapat menggunakan utang lebih banyak karena aktiva
tetap dapat di jadikan jaminan yang baik atas pinjaman-pinjaman
perusahaan.
Pada umunya perusahaan yang ada di Indonesia memilih cost model
untuk pengukuran aset tetap, karena lebih mudah bagi perusahaan. Jika
menggunakan model revaluasi, perusahaan harus membayar biaya jasa
penilai dan pajak final sebesar 10% yang di bayarkan pada saat revaluasi
di lakukan. Revaluasi aktiva tetap sering di kukuhkan dengan surat
ketetapan perpajakkan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia, selisih revaluasi aktiva
tetap di anggap sebagai keuntungan sehingga dikenakan pajak penghasilan
badan (Purba, 2013:50).
Pada tahun 2015 Direktorat Jendral Pajak menerbitkan kebijakkan
mengenai penilaian aktiva tetap (revaluasi aset tetap), seperti yang
tertuang dalam peraturan menteri keuangan Republik Indonesia Nomor
3
191/PMK.010/2015 tentang penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan
perpajakan bagi permohonan yang di ajukan pada tahun 2015 dan tahun
2016, yaitu tarif pajak penghasilan (PPh) yang bersifat final di berikan
pemotongan, sehingga besarnya tarif menjadi: 3%, 4%, 6%. Pemotongan
tarif PPh final tersebut hanya sampai 31 Desember 2016, mulai dari 01
Januari 2017, tarif PPh final atas revaluasi aset tetap kembali ke tarif
semula yaitu 10%. Selanjutnya penilaian kembali aset tetap dapat di
lakukan terhadap sebagian atau seluruh aset tetap berwujud yang berada di
Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Walaupun PMK
Nomor 191/PMK.010/2015 telah diubah menjadi PMK Nomor 233/
PMK.03/2015 tentang penilaian kembali aset tetap, ketentuan tarif pajak
final atas selisih lebih revaluasi aset tetap bagi pemohon 2015 dan 2016
masih tetap sama dengan ketentuan sebelumnya (PMK RI Nomor 191/
PMK.010/2015 dan PMK Nomor 233/PMK.03/2015).
Adanya tarif khusus pajak final atas selisih lebih revaluasi aset tetap
yang terdapat dalam PMK RI No 191/PMK.010/2015 tersebut, akan
mendorong perusahaan yang ada di Indonesia untuk melakukan revaluasi
pada aset tetap, karena tarif khusus yang diberikan pemerintah tersebut
dapat di manfaatkan oleh perusahaan merevaluasi aset tetap untuk
meningkatkan jumlah aset yang akan di laporkan dalam laporan posisi
keuangan jika aset yang di ukur tersebut mengalami peningkatan nilai
wajar dan laporan keuangan perusahaan juga akan mencerminkan nilai
yang sebenarnya, tetapi pada umumnya nilai aset tetap yang selalu
meningkat secara signifikan hanya aset tetap tanah, dan aset tetap tanah
tidak di akumulasi kecuali untuk perusahaan tertentu.
Beberapa perusahaan Perbankan di Indonesia sudah melakukan
revaluasi pada aset tetap, seperti PT Bank Capital Indonesia Tbk yang
melakukan revaluasi pada seluruh aset tetap sejak tahun 2011, PT BRI
persero Tbk yang merevaluasi aset tetap tanah sejak tahun 2015 tetapi baru
dapat izin dari Direktur Jenderal Pajak pada tahun 2016, dan PT Bank
4
Central Asia Tbk merevaluasi aset tetap tanah pada tahun 2016, kemudian
PT Bank Of India Indonesia Tbk yang juga merevaluasi aset tetap tanah
dan bangunan sejak tahun 2015 dan lain-lain (www.Idx.co.id).
Beberapa perusahaan yang di paparkan di atas, yang akan menjadi
objek dari penelitian ini adalah PT Bank Of India Indonesia Tbk yang
telah menerapkan PSAK Nomor 16 tentang aset tetap dan berlaku efektif
tahun 2016. Berdasarkan PSAK Nomor 16 (revisis 2015) jika suatu aset
tetap di revaluasi maka seluruh aset tetap dalam kelas yang sama harus di
revaluasi, suatu kelas aset tetap adalah pengelompokan aset-aset yang
memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi entitas (IAI,
2015:16.7). Sejak Desember 2015, PT Bank of India Indonesia Tbk
melakukan perubahan kebijakan akuntansi atas tanah dan bangunan dari
model biaya menjadi model revaluasi, karena tanah dan bangunan
merupakan aset tetap dalam satu kelompok yang sama. Penilaian tanah
dan bangunan dilakukan oleh penilai independen eksternal yang telah
memiliki sertifikasi.
PT Bank Of India Indonesia Tbk sebagai objek penelitian dengan
alasan, PT Bank of India Indonesia Tbk menjelaskan nilai aset tetap tanah
dan bangunan sebelum dan setelah di revaluasi dalam catatan atas laporan
keuangan pada tahun 2015, dan juga menjelaskan metode penyusutan yang
dipakai oleh perusahaan kemudian juga menjelaskan penurunan nilai aset
tetap. sedangkan pada perusahaan lain tidak mencantumkan nilai aset tetap
sebelum di revaluasi dan juga menggunakan metode saldo menurun untuk
menghitung nilai penyusutan aset tetap kecuali bangunan, kemudian juga
tidak menjelaskan revaluasi aset tetap secara rinci (seperti kapan dilakukan
revaluasi aset tetap, siapa yang melakukan penilaian terhadap aset tetap,
berapa selisih nilai dari revaluasi aset tetap, dan lain sebagainya).
Revaluasi pada aset tetap tanah dan bangunan PT Bank Of India Indonesia
Tbk pada tahun 2015 mengalami peningkatan nilai dari nilai sebelumnya,
seperti yang di cantumkan pada tabel 1.1 (Laporan keuangan PT Bank of
India Indonesia Tbk tahun 2015).
5
Tabel 1.1Rincian nilai aset tetap tanah dan bangunan PT Bank of India
Indonesia Tbk pada tahun 2015(Dalam Rupiah)
Jenis aset Nilai sebelum
revaluasi
Nilai setelah revaluasi
Tanah 5.046.115.250 93.489.000.000
Bangunan 9.238.387.395 47.183.340.027
Total 14.284.502.645 140.672.340.027
Sumber: Laporan keuangan PT Bank Of India Indonesia Tbk 2015.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI No.191/
PMK.010/2015 tanggal 15 Oktober, sebagaimana telah di ubah dengan
PMK RI No. 233/PMK.03/2015 tanggal 21 Desember tahun 2015,
permohonan yang di ajukan sampai dengan tanggal 31 Desember tahun
2015, akan mendapatkan perlakuan khusus berupa pajak penghasilan yang
bersifat final menjadi 3%, sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun
2015 PT Bank of India Indonesia Tbk melakukan estimasi atas nilai wajar
aset tetap berupa tanah dan bangunan, kemudian atas kenaikan nilai wajar
di bandingkan dengan nilai buku aset tetap yang ada akan di kenakan
pajak final sebesar 3% dari jumlah selisih lebih revaluasi (Laporan
keuangan PT Bank Of India Indonesia Tbk periode 2015). Adanya
perubahan nilai aset tetap akibat melakukan revaluasi tersebut, maka dari
itu judul dari penelitian ini ialah “Analisis Perbandingan Laporan
Keuangan Sebelum dan Setelah Revaluasi aset Tetap PT Bank of
India Indonesia Tbk”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka fokus
penelitian ini yaitu, menganalisis perbandingan laporan keuangan sebelum
dan setelah revaluasi aset tetap pada PT Bank Of India Indonesia Tbk pada
tahun 2015.
6
C. Sub Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas untuk menghindari
kerancuan juga keterbatasan waktu dan beberapa pertimbangan lainnya
maka di lakuakan sub fokus penelitian yakni, menganalisis perbandingan
laporan keuangan sebelum dan setelah revaluasi aset tetap tanah dan
bangunan PT Bank Of India Indonesia Tbk pada tahun 2015.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan sub fokus penelitian yang diangkat mengenai analisis
perbandingan laporan keuangan sebelum dan setelah revaluasi aset tetap
tanah dan bangunan pada PT Bank Of India Indonesia Tbk, maka terdapat
perumusan masalah yang akan dibahas, yaitu :
1. Bagaimana laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk pada
tahun 2015 sebelum melakukan revaluasi aset tetap tanah dan
bangunan?
2. Bagaimana laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk pada
tahun 2015 setelah melakukan revaluasi terhadap aset tetap tanah
dan bangunan?
3. Bagaimana analisis perbandingan laporan keuangan PT Bank of
India Indonesia Tbk tahun 2015 sebelum dan setelah revaluasi aset
tetap tanah dan bangunan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan diatas,
maka tujuan dari penelitian ini ialah untuk memperoleh jawaban dari
pertnyaan-pertanyaan tersebut yaitu:
1. Untuk mengetahui laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk
tahun 2015 sebelum melakukan revaluasi aset tetap tanah dan
bangunan.
2. Untuk mengetahui laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk
tahun 2015 setelah melakukan revaluasi aset tetap tanah dan bangunan.
7
3. Untuk mengetahui analisis perbandingan laporan keuangan PT Bank of
India Indonesia Tbk tahun 2015 sebelum dan setelah melakukan
revaluasi aset tetap tanah dan bangunan.
F. Manfaat dan Luaran Penelitian
1. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini di harapkan memberikan manfaat bagi
semua pihak, seperti:
a. Bagi akademik
Penelitian ini semoga bisa bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan tentang perbedaan laporan keuangan sebelum dan
setelah revaluasi aset tetap serta sebagai pedoman untuk penelitian
selanjutnya.
b. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat di jadikan pertimbangan
dan masukan bagi perusahaan untuk melakukan revaluasi aset
tetap.
c. Bagi penulis
Penelitian ini bagi penulis hendaknya dapat menambah
pengetahuan penulis menegenai revaluasi aset tetap dan perbedaan
laporan keuangan sebelum dan sesudah revaluasi aset tetap.
kemudian bagi penulis juga sebagai syarat sebelum pembuatan
skripsi bagi mahasiswa untuk mendapatkan gelar serjana.
2. Luaran Penelitian
Adapun luaran dari penelitian ini ialah agar hasil penelitian ini
nantinya bisa di terbitkan sebagai jurnal ilmiah.
8
G. Defenisi Operasional
1. Revaluasi Aset Tetap
Revaluasi aset tetap adalah menilai kembali aset tetap secara
berkala sesuai dengan nilai pasar atau nilai wajar. Frekuensi-
revaluasi aset tetap tersebut di lakukan tergantung materialitas
perbedaan nilai dari aset tetap yang di revaluasi (Satriawan, 2012:
191).
Revaluasi aset tetap dalam penelitian ini ialah penilaian kembali
aset tetap tanah dan bangunan PT Bank of India Indonesia Tbk
karena adanya perubahan nilai pasar (nilai wajar) pada saat
pelaporan tahun 2015.
2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan
keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen
atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka
(IAI, 2015:1.3).
Jadi analisis perbandingan laporan keuangan sebelum dan
setelah revaluasi aset tetap ialah membandingkan dan menganalisis
laporan keuangan (informasi yang di sajikan tentang keuangan
perusahaan) PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015 antara
sebelum dan setelah menilai kembali aset tetap tanah dan bangunan
berdasarkan nilai pasar (nilai wajar) aset tetap tersebut pada saat
pelaporan.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Aset Tetap
a. Pengertian Aset Tetap
Menurut PSAK Nomor 16 p.06 (revisi 2015) aset tetap
adalah aset berwujud yang di miliki untuk di gunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan di
perkirakan untuk digunakan selama lebih satu periode (IAI, 2015:
16.2). Beberapa hal penting yang terkait dengan aset tetap yaitu
aset tetap adalah aset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik
(seperti tanah, bangunan) berbeda dengan paten atau merk dagang
yang tidak mempunyai bentuk fisik (merupakan aset tak
berwujud). Aset seperti tanah yang di miliki perusahaan dengan
tujuan untuk di jual bukan merupakan aset tetap, aset tetap
termasuk kedalam aset tidak lancar (Martani, Veronica, Wardhani,
Farahmita, & Edward, 2012: 271).
Aktiva yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam
menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka
waktu perputarannya lebih dari satu tahun. Menurut SAK, aktiva
tetap adalah aktiva berwujud; diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dibangun lebih dahulu, digunakan dalam operasi perusahaan,
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal peru-
sahaan dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun periode
akuntansi (Suhayati & Anggadini, 2013:247) .
Menurut Suhayati & Anggadini (2013:47-48) ciri-ciri aset
atau aktiva tetap ialah sebagai berikut:
1) Jangka waktu pemakaiannya lama (lebih dari 1 tahun)
10
2) Tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan
normal perusahaan.
3) Nilainya cukup tinggi
4) Penurunan manfaat (penurunan dari nilai aktiva tetap) secara
periodik disebut depreciation expense (penyusutan).
5) Memiliki umur ekonomis dan nilai residu
Menurut SAK aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Aktiva tetap berwujud
Contoh: peralatan, bangunan, tanah, alat angkut, mesin dan
sebagainya.
2) Aktiva tetap tidak berwujud
Contoh: goodwill, hak paten, hak cipta, merk dagang, dan
sebagainya.
b. Cara perolehan dan harga perolehan aset tetap
Cara memperoleh aset dalam ajaran islam, seperti yang
terkutip dalam Surah Al- Anfal : 28
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salingmemakan harta sesama mu dengan jalan yang batil, kecualidengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu, dan janganlah kamu membunuh diri musesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu” (Qs.An-nisaa: 29).
Dalam ayat tersebut Allah mengingatkan bahwa jangan
memperoleh harta yang merupakan sarana kehidupan kamu
dengan cara yang tidak benar, kecuali dengan perniagaan yang
berdasarkan kerelaan dan tidak melanggar ketentuan agama, dan
juga jangan mendzolimi diri sendiri dan orang lain secara tidak
11
hak karena kedudukan manusia semuanya sama (Fathoni, 2014:
161).
Menurut Surya (2012:150-161) aset tetap dapat diperoleh dari
pembelian, pembangunan sendiri, sumbangan, dan pertukaran
dengan aset lain.
1) Aset tetap yang dibeli. Suatu aset tetap yang memenuhi
kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus
diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan suatu aset
tetap yang dibeli terdiri dari harga belinya, termasuk bea
impor dan PPN masukan tidak boleh restitusi (non-fundable),
dan setiap biaya yang dapat diatribusikan langsung dalam
membawa aset tersebut kekondisi yang membuat aset
tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.
Setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga
pembelian. Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung adalah:
a) Biaya persiapan tempat;
b) Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya
simpanan dan bongkar muat (handling costs).
c) Biaya pemasangan (instanlation costs); dan
d) Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.
Harga perolehan aset tetap sebagai berikut:
a) Biaya tanah
Semua pengeluaran yang dilakukan untuk mem-
peroleh tanah dan mempersiapkannya untuk digunakan
dipertimbangkan sebagai bagian dari biaya tanah. Biaya
tanah biasanya meliputi; harga beli, biaya penutupan
seperti sertifikasi hak milik, honor pengacara, honor
pencatatan, biaya yang terjadi untuk menyiapkan tanah
untuk tujuannya seperti perataan, penimbunan, pengo-
songan dan pembersihan, semua penambahan dan
12
perbaikan tanah yang memiliki masa manfaat yang tidak
terbatas. Jika pada tanah yang dibeli untuk membangun
gedung terdapat bangunan lama maka biaya untuk
menghilangkan bangunan lama tersebut dikurangi
dengan nilai sisa (salvage value) di anggap sebagai biaya
tanah karena biaya tersebut di perlukan untuk mem-
persiapkan tanah untuk tujuannya dan bukan sebagai
biaya bangunan. Perbaikan permanen yang dilakukan
oleh pemilik, seperti pembuatan taman (landscaping),
dibebankan ke dalam akun tanah (land), sedangkan
perbaikan dengan umur terbatas, seperti jalan pribadi,
pagar, dan tempat parkir dicatat sebagai perbaikan tanah
(land improvement), dan disusutkan selama estimasi
masa manfaatnya.
b) Biaya bangunan
Biaya bangunan meliputi semua pengeluaran yang
secara langsung berhubungan dengan perolehan atau
kons-truksinya. Semua biaya yang dikeluarkan mulai
dari penggalian (excavation) hingga penyelesaian
dianggap sebagai bagian dari biaya bangunan.
c) Potongan tunai
Apabila aset tetap dibeli dengan syarat potongan
tunai (cash discount) dan potongan tunai itu diambil
maka harus dikuangkan dari harga perolehan aset
tersebut. Jika potongan tunai tersebut tidak diambil maka
ada dua pendapat:
(1) Potongan tunai, apakah diambil atau tidak, harus
dikurangkan dari harga perolehan aset (metode
bersih). Alasannya ialah biaya aktual dari aset adalah
harga kas atau setara kas.
13
(2) Diskon harus dipertimbangkan sebagai kerugian
(metode kotor). Alasannya adalah bahwa bisa saja
syarat kreditnya tidak menguntugkan atau tidak
bijaksana bagi perusahaan untuk mengambil
potongan tersebut.
d) Perolehan secara gabungan
Harga perolehan dari masing-masing aset yang
diperoleh secara gabungan (lump sum) ditentukan
dengan meng-alokasikan harga gabungan (lump sum
price) tersebut berdasarkan perbandingan nilai pasar
wajar (fair market value) masing-masing aset yang
bersangkutan.
e) Pembayaran yang ditangguhkan
Jika pembayaran untuk suatu aset tetap
ditangguhkan melampaui jangka waktu kredit normal,
biayanya adalah yang disamakan dengan harga tunai.
Perbedaan antara jumlah ini dengan pembayaran total
diakui sebagai beban bunga selama periode kredit,
selama tidak dikapitalisasi menurut perlakuan alternatif.
f) Kapitalisasi biaya bunga pinjaman
Menurut PSAK 26 biaya pinjaman, dalam keadaan
tertentu biaya pinjaman (borrowing cost) yaitu biaya
bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung oleh
suatu perusahaan sehubungan dengan dengan pemin-
jaman dana, dimasukkan sebagai biaya aset.
2) Aset tetap yang dikonstruksi sendiri. Aset tetap yang
dikonstruksi sendiri sama dengan biaya untuk memproduksi
aset serupa untuk dijual. Apabila biaya membuat sendiri lebih
rendah dari harga apabila aset tersebut dibeli, tidak boleh
diakui sebagai laba. Jika biaya membuat sendiri lebih mahal
14
daripada harga pasar yang berlaku, harus dicatat sebagai
kerugian dan aset dilaporkan dengan nilai pasar yang berlaku.
3) Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan. Aset tetap yang
diperoleh dari sumbangan harus diakui sebagai penghasilan,
karena memenuhi defenisi panghasilan menurut kerangka
dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
c. Pengakuan aset tetap
Sebagaimana pengakuan untuk aset lainnya, biaya perolehan
aset tetap menurut Martani dkk (2012:272) harus di akui sebagai
aset jika dan hanya jika:
1) Besar kemungkinan manfaat ekonomis dimasa depan
berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir keentitas.
2) Biaya perolehan aset dapat di ukur secara andal, ini
merupakan prinsip pengakuan umum untuk aset tetap. Prinsip
ini diterapkan saat pengakuan awal aset, pada saat ada bagian
tertemtu dari aset yang di ganti dan jika penegkuaran tertentu
yang menjadi terkait dengan aset tersebut selama masa
manfaatnya. Jika pengeluaran tersebut menimbulkan manfaat
ekonomis dimasa depan maka dapat di akui sebagai aset.
Menurut Muljono (2012:187) entitas harus menerapkan
kriteria pengakuan dalam menentukan pengakuan aset tetap. Oleh
karena itu, entitas harus mengakui biaya perolehan aset tetap
sebagai aset tetap. Tanah dan bangunan adalah aset yang dapat
dipisahkan dan harus dicatat secara terpisah, meskipun tanah dan
bangunan tersebut diperoleh secara bersamaan.
d. Pengukuran awal aset tetap
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui
sebagai aset pada awalnya harus di ukur sebesar biaya perolehan.
Biaya perolehan aset tetap atau komponen biaya perolehan tetap
meliputi:
15
1) Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh di kreditkan setelah di kurangi
diskon pembelian dan potongan-potongan lain.
2) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk
membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar
aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.
Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
adalah:
a) Biaya imbalan kerja (seperti di definisikan dalam PSAK
24 (revisi 2010): Imbalan Kerja) yang timbul secara
langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap.
b) Biaya penyiapan lahan untuk pabrik.
c) Biaya handling dan penyerahan awal.
d) Biaya perakitan dan instalasi.
e) Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik,
setelah di kurangi hasil bersih penjualan produk yang
dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut.
(misalnya, produk dihasilkan dari peralatan yang sedang
di uji).
f) Komisi profesional.
Biaya perolehan aset tetap ialah setara dengan nilai
tunainya dan di akui pada saat terjadinya. Jika entitas
memperoleh aset tetap secara kredit dan pembayaran untuk
aset melampaui jangka waktu kredit normal, maka perbedaan
antara nilai tunai dengan pembayaran total di akui sebagai
beban bunga selama periode kredit (kecuali di kapitalisasi
sesuai dengan PSAK 26 biaya pinjaman (Martani dkk, 2012:
272-277).
e. Penilaian aset tetap
PSAK 16 memberikan dua alternatif bagi entitas bisnis
dalam menyajikan aset tetap. Kedua alternatif tersebut ialah:
16
1) Model biaya
Model biaya perolehan adalah pendekatan yang
mengharuskan penggunaan harga perolehan sebagai nilai aset
tetap atau aset tak berwujud setelah pengakuan awal.
Sebelum diberlakukan PSAK 16 model biaya dalah satu-
satunya pendekatan yang digunakan dalam menilai aset tetap
maupun aset tak berwujud. Penyusutan dilakukan terhadap
nilai tercatat aset atau harga perolehan setelah dikurangi
akumulasi penyusutan atau amortisasi dan penurunan nilai
aset tetap dan aset tak berwujud.
2) Model revaluasi
Apabila suatu entitas memilih model revaluasi maka
entitas tersebut harus menilai kembali aset tetapnya secara
berkala sesuai dengan nilai pasar wajar (Surya, 2012:191).
f. Penyusutan aset tetap
Depresiasi (penyusutan) merupakan alokasi secara sistematis
jumlah yang dapat di susutkan dari suatu aset sepanjang masa
manfaat. Untuk aset tetap berwujud, istilah alokasi harga
perolehan (cost) menjadi beban selama usia ekonomis aset tetap
secara rasional dan sistematis dinamakan depresiasi (penyusutan).
Untuk aset tetap tak berwujud, istilah alokasi harga perolehan
menjadi beban selama umur ekonomis secara sistematis dan
rasional dinamakan amortisasi. Pada umumnya tanah tidak
disusutkan, tetapi untuk perusahaan tertentu tanah di susut, contoh
perusahaan keramik, tambak, dan lainya. Untuk aset tetap “tanah”
istilah alokasi harga perolehan dinamakan deplesi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi depresiasi (penyusutan) antara lain ialah,
harga perolehan (cost), usia ekonomis aset tetap (economic life)
dan nilai sisa (Sumarsan, 2013: 64).
Berdasarkan PSAK 16 setiap bagian aset tetap yang memiliki
biaya perolehan cukup signifikan jika di bandingkan dengan
17
jumlah biaya perolehan seluruh aset harus di susutkan secara
terpisah. Metode yang digunakan untuk menyusutkan aset tetap
harus didasarkan pada espektasi pola konsumsi manfaat ekonomis
masa depan dari aset tetap oleh entitas. Menurut Purba (2013:57-
60) ada beberapa metode penyusutan aset tetap yang dapat di
gunakan, seperti:
1) Metode garis lurus. Metode garis lurus ialah metode yang
paling sederhana dari semua metode penyusutan yang ada.
Berdasarkan metode ini pola besarnya manfaat yang di
harapkan dari aset yang sama setiap tahunnya.
Beban Penyusutan = harga perolehan – nilai residuUmur ekonomis
2) Metode saldo menurun
Metode saldo menurun di gunakan apabila manfaat yang
diperoleh pada awal umur ekonomis aset lebih besar jika di
bandingkan dengan manfaat yang diperoleh pada tahun-tahun
setelahnya. Penyusutan dihasilkan dengan mengalikan harga
perolehan dengan suatu angka penyusutan yang diperoleh
dengan rumus sebagai berikut;
N = umur ekonomis
R = nilai residu
C = harga perolehan atau nilai revaluasi
3) Metode jumlah unit. Jika metode jumlah unit yang di
gunakan, maka besarnya beban penyusutan setiap tahunnya
didasarkan ekspektasi penggunaan atau output aset yang di
gunakan, sehingga besarnya beban penyusutan sangat relatif
setiap tahunnya.
18
g. Penghentian pengakuan dan penurunan nilai aset tetap
1) Penghentian pengakuan aset tetap
Menurut Martani dkk (2012:287) jumlah tercatat aset
tetap di hentikan pengakuannya pada saat:
a) Dilepaskan.
b) Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang di
harapkan dari penggunaan dan pelepasannya.
Laba atau rugi yang ditimbulkan dari penghentian
pengakuan aset tetap harus dimasukkan dalam laporan laba
rugi komprehensif pada saat aset tersebut dihentikan peng-
akuannya.
2) Penurunan nilai aset tetap
Entitas harus melakukan review akhir periode untuk
menentuan apakah terjadi penurunan nilai atas aset tetapnya.
Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami
penurunan nilai, entitas mengacu pada PSAK 48 (revisi 2009)
Penurunan Nilai Aset. Menurut PSAK 48, suatu aset tersebut
mengalami penurunan nilai jika nilai tercatatnya lebih besar
di bandingkan nilai terpulihkan. Nilai terpulihkan merupakan
nilai tertinggi diantara nilai wajar di kurangi biaya untuk
menjual dan nilai pakai.
Nilai wajar di kurangi biaya penjualan adalah jumlah
yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu aset atau unit
penghasil kas dalam transaksi antara pihak-pihak yang
mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, di kurangi
biaya pelepasan aset. Sedangkan nilai pakai adalah nilai kini
dari taksiran arus kas yang di harapkan akan di terima.
Sesuai ketentuan dalam PSAK 48, entitas harus menilai
apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan
nilai pada setiap akhir periode pelaporan. Jika terdapat
indikasi, maka entitas harus mengestimasi jumlah terpulihkan
19
aset tersebut. Namun, jika tidak terdapat indikasi, maka
entitas tidak perlu mengestimasi jumlah terpulihkan (Martani
dkk, 2012: 287).
Dalam mempertimbangkan ada tidaknya indikasi
penurunan nilai atas aset tetap, maka entitas harus mem-
pertimbangkan dari sumber eksternal dan sumber internal.
Informasi dari sumber eksternal diantaranya sebagai berikut:
a) Selama periode tersebut, nilai pasar aset telah turun
secara signifikan lebih dari yang diharapkan sebagai
akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal.
b) Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar,
ekonomi atau lingkup hukum empat entitas beroperasi
atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak
merugikan terhadap entitas, telah terjadi selama periode
tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat.
c) Suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari
investasi telah meningkat selama periode tersebut dan
kenaikan tersebut mungkin akan mempengaruhi tingkat
diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai
aset dan menurunkan nilai terpulihkan aset secara
material.
d) Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi
pasarnya.
Sedangkan informasi dari sumber-sumber internal di
antaranya sebagai berikut:
a) Terdapat bukti mengenai keuangan dan kerusakan fisik
aset.
b) Terdapat bukti dari pelaporan internal yang meng-
indikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk dari
yang diharapkan.
20
c) Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat
perubahan signifikan yang berdampak merugikan
sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu aset
di gunakan atau diharapkan akan di gunakan. Perubahan-
perubahan ini termasuk dalam hal aset menjadikan tidak
di gunakan, rencana untuk menghentikan atau
restrukturisasi operasi yang di dalamnya suatu aset di
gunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggal
yang diharapkan sebelumnya, dan penilaian ulang masa
manfaat aset dari tidak terbatas menjadi terbatas (Martani
dkk, 2012: 288-289).
h. Penyajian aktiva tetap dilaporan keuangan
Aset tetap biasanya disajikan terpisah pada neraca. Aset tetap
disajikan berdasarkan nilai perolehan aset tetarsebut dikurangi
dengan akumulasi penyusutan (Surya, 2012:195).
Laporan keuangan juga mengungkapkan antara lain:
1) Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset
taetap yang di jaminkan untuk utang.
2) Jumlah pengeluaran yang di akui dalam jumlah tercatat aset
tetap yang sedang dalam pembangunan.
3) Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap
4) Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang
mengalami penurunan nilai, hingga atau di hentikan yang di
masukkan dalam laporan laba rugi komprehensif, jika tidak di
ungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi
komprehensif. Untuk memberi informasi bagi pengguna
laporan keuangan dalam me-review kebijakkan yang di pilih
manajemen dan memungkinkan perbandingan dengan entitas
lain. Untuk alasan tersebut, perlu di ungkapkan:
21
a) Penyusutan, apakah di akui dalam laporan laba rugi
komprehensif atau di akui sebagai bagian dari biaya
perolehan aset lain, selama satu periode.
b) Akumulasi penyusutan pada akhir periode
Untuk aset tetap, pengungkapan tersebut dapat muncul
dari perubahan estimasi dalam:
a) Nilai residu.
b) Estimasi biaya pembongkaran, pemindahan atau restorasi
suatu aset tetap.
c) Umur manfaat, dan
d) Metode penyusutan,
Hal tersebut Sesuai dengan PSAK 25 mengungkapkan
sifat dan dampak perubahan estimasi akuntansi yang
berdampak material pada periode berjalan (Martani dkk,
2012: 291).
2. Revaluasi Aset Tetap
a. Pengertian Revaluasi aset tetap
Menurut PSAK Nomor 16 (revisi 2015) setelah di akui
sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat di ukur secara
andal di catat sebesar jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusustan dan akumulasi
penurunan nilai setelah tanggal revaluasi. Revaluasi di lakukan
dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa
jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang
di tentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode
pelaporan (IAI, 2015: 16.6).
IAS 16 dan PSAK 16 (revisi 2007) Menetapkan dua model
penilaian (valuation model) aset tetap, yaitu: model harga
perolehan (cost model) dan model revaluasi (revaluation model).
Apabila suatu entitas memilih model revaluasi maka entitas
tersebut harus menilai kembali aset tetapnya secara berkala sesuai
22
dengan nilai pasar wajar. Frekuensi revaluasi aset tetap tersebut di
lakukan tergantung materialitas perbedaan nilai dari aset tetap
yang di revaluasi. Jika material atau signifikan maka revaluasi
aset tetap perlu di lakukan setiap tahun, sedangkan jika tidak
material/signifikan revaluasi bisa di lakukan setiap 3 sampai 5
tahun sekali (Surya, 2012: 191).
Jika suatu aset tetap di revaluasi, maka seluruh aset tetap
dalam kelas yang sama harus di revaluasi. Suatu kelas aset tetap
adalah pengelompokkan aset yang memiliki sifat dan kegunaan
yang serupa dalam operasi normal entitas. Berikut adalah
kelompok aset yang terpisah:
1) Tanah
2) Tanah dan bangunan
3) Mesin;
4) Kapal;
5) Pesawat udara;
6) Kendaraan bermotor;
7) Perabotan; dan
8) Peralatan kantor.
Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus di
revaluasi secara bersamaan untuk menghindari revaluasi aset
secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai
lainnya pada saat yang berbeda-beda. Namun, suatu kelompok
aset dapat di revaluasi secara bergantian (rolling basis)
sepanjang revaluasi dari kelompok aset tersebut dapat di
selesaikan secara lengkap dalam waktu yang singkat dan
sepanjang revaluasi di muktahirkan (IAI, 2015: 16.7).
Jika perusahaan memilih revaluasi secara periodik, maka
lakukan revaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa
jumlah tercatat tidak berbeda secara signifikan dari nilai
wajarnya. Untuk item aset tetap yang memiliki perubahan yang
23
berfluaktuasi dan signifikan terhadap nilai wajarnya, maka di
perlukan untuk merevaluasinya setiap tahun. Ketika ada
perubahan yang kurang signifikan dalam nilai wajar, maka
revaluasi cukup dilakukan setiap tiga sampai lima tahun sekali
Sumarsan, 2013: 73).
Menurut Sumarsan (2013:73) revaluasi biasanya di lakukan
dengan cara-cara berikut:
1) Bangunan, sumber penilai profesional yang berkualifikasi.
2) Peralatan, sumber nilai pasar ditentukan oleh penilai.
3) Tanah, sumber penilai profeional yang berkualifikasi.
Revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap
perusahaan yang di akibatkan adanya kenaikan nilai aset tersebut
di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan
keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab
lain. Hal ini mengakibatkan nilai aset tetap dalam laporan
keuangan tidak mencerminkan nilai yang wajar. Tujuan revaluasi
adalah agar nilai yang tercantum di dalam buku perusahaan atau
laporan keuangan perusahaan sesuai dengan nilai wajar yang
berlaku pada saat di lakukannya revaluasi. Penilaian kembali aset
tetap perusahaan harus di lakukan berdasarkan nilai pasar atau
nilai wajar aset tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian
kembali aset tetap yang di tetapkan oleh perusahaan jasa penilai
atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah
(Mardiasmo, 2011: 166).
Aktiva tetap yang dapat di revaluasi adalah aktiva tetap yang
di gunakan untuk operasi perusahaan, yaitu aktiva tetap yang di
gunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang merupakan objek pajak. Dalam hal ini aktiva
tetap dapat berupa bangunan, kendaraan, tanah, perkebunan,
aktiva tidak berwujud dan aktiva operasi lainnya. Dalam
perspektif PMK RI No.79/PMK.03/2008 bahwa revaluasi aktiva
24
tetap yang hanya mengakibatkan penambahan nilai aktiva tetap
yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final (Purba,
2010: 63).
Hal lain yang perlu mendapat perhatian ialah bahwa
berdasarkan regulasi di Indonesia, penambahan nilai aktiva tetap
yang berasal dari selisih revaluasi ternyata dapat di konversi
menjadi modal saham. Hal ini dapat dilihat dari PMK RI No.79/
PMK.03/2008 pasal 9 ayat 2-3. Ketentuan tersebut di perkuat oleh
Undang-undang No.19 tahun 2003 tentang “BUMN” pasal 4 ayat
2 yang menyebutkan bahwa pernyertaan modal negara dalam
rangka pendirian atau pernyertaan pada BUMN dapat bersumber
dari keuntungan revaluasi aktiva (Purba, 2010: 64-65).
Pada saat dilakukan konversi, jurnal pencatatan yang di
lakukan adalah sebagai berikut:
Selisih revaluasi aktiva tetap xxx
Modal saham xxx
Para pembuat undang-undang berpendapat bahwa hal ini di
perbolehkan, sepanjang mendapat persetujuan dari Menteri
Hukum dan HAM (Purba, 2013: 51).
b. Penentuan nilai wajar dan teknik revaluasi aset tetap
1) Penentuan nilai wajar aset tetap
Menurut Purba (2013:51) secara konseptual, nilai wajar
ditentukan dengan menggunakan tiga hirarki penentuan nilai
wajar sebagai berikut:
a) Harga pasar resmi pada pasar yang aktif. Pasar yang aktif
adalah dengan pasar yang menawarkan harga yang paling
tinggi (dalam hal perusahaan adalah pemilik aset) atau
dengan harga yang paling rendanh.
b) Harga aset sejenis pada suatu pasar yang aktif atau
penilaian dengan observable input.
25
c) Penilaian dengan unobservable input atau input yang
diciptakan oleh manajemen. Apabila nilai aset sejenis
tidak juga didapatkan maka, manajemen dapat men-
ggunakan nilai wajar yang dihasilkan melalui penilaian
yang dilakukan oleh penilai independen.
2) Teknik revaluasi
Menurut Purba (2013:53) ada beberapa teknik revaluasi
yaitu:
a) Market aproach. Menggunakan data yang diperoleh dari
transaksi pasar
b) Income aproach. Menggunakan data nilai kini arus kas,
dimana tingkat diskonto didasarkan pada ekspektasi
pelaku pasar.
c) Cost aproach. Didasarkan pada jumlah uang yang
diperlukan menggantikan aset.
c. Penyajian dan pengungkapan revaluasi aset tetap
1) Penyajian revaluasi aset tetap
Untuk menentukan akuntansi yang tepat untuk aset yang
telah di revaluasi:
Tabel 2.1Penyajian Revaluasi Aset Tetap
Nilai aset meningkat Dicatat dalam pendapatan
komprehensif lain sebagai “surplus
dalam revaluasi” di dalam ekuitas.
Nilai aset meningkat,
tetapi membalikkan
penurunan revaluasi
sebelumnya
Dicatat sebagai laba sampai dia
membalikkan penurunan revaluasi
sebelumnya yang di catat dalam
laporan laba rugi
Nilai aset menurun Diakui sebagai kerugian
Nilai aset menurun,
tetapi perkiraan
Diakui dalam pendapatan
komprehensif lain sampai pada
26
“surplus dalam
revaluasi” untuk aset
masih bersaldo
kredit
setiap surplus dalam revaluasi
untuk aset, dengan setiap kelebihan
di akui suku kerugian.
Sumber: Thomas Sumarsan (2013:73).
Ketika suatu aset diberhentikan atau di jual, maka
mengalihkan setiap surplus dalam revaluasi untuk aset
tersebut pada laba ditahan. Perusahaan juga dapat
mengalihkan bagian dari surplus dalam revaluasi itu pada
laba di tahan yang merupakan perbedaan antara penyusutan
pada harga perolehan awal dari aset dengan biaya aset yang
direvaluasi (Sumarsan, 2013: 73).
Menurut Martani dkk (2012:282) jika suatu aset tetap di
revaluasi, maka terdapat 2 alternatif perlakuan untuk
akumulasi penyusutan aset tetap, adalah sebagai berikut:
a) Di sajikan kembali secara proposional dengan perubahan
dalam jumlah tercatat bruto dari aset sehingga jumlah
tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah
revaluasian. Model ini sering digunakan apabila aset di
revaluasi dengan cara memberi indeks untuk menentukan
biaya pengganti yang telah di susutkan.
Contoh: Peralatan xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Surplus revaluasi xxx
b) Di eliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan
jumlah tercatat neto setelah di eliminasi di sajikan
kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut.
Metode ini sering di gunakan untuk bangunan.
Contoh: Akumulasi penyusutan xxx
Peralatan xxx
27
Peralatan xxx
Surplus revaluasi xxx
Menurut Martani dkk (2012:283-284) jika jumlah
tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut
langsung di kreditkan kesurplus revaluasi. Namun, apabila
sebelumnya aset tersebut mengalami penurunan nilai yang di
akui dalam laporan laba rugi komprehensif maka kenaikkan
tersebut harus di akui dalam laporan laba rugi komprehensif
hingga sebesar jumlah penurunan tersebut. Sebaliknya jika
jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan
aset tersebut di akui dalam laporan laba rugi komprehensif.
Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung di
debit kesurplus revaluasi selama penerunan tersebut tidak
melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.
Perlakuan saldo surplus revaluasi terdapat dua alternatif,
yaitu:
a) Surplus revaluasi aset tetap yang di sajikan dalam
pendapatan komprehensif lain dapat di pindahkan
langsung kesaldo laba pada saat aset tersebut di hentikan
pengakuannya (misal, pada saat aset terkait di jual).
b) Sebagian surplus revaluasi dapat di pindahkan sejalan
dengan penggunaan aset oleh entitas, yaitu di pindahkan
kesaldo laba sebesar perbedaan antara jumlah
penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dengan
jumlah penysusutan berdasarkan biaya perolehan aset
tersebut. Pemindahan tersebut langsung kesaldo laba,
tidak di lakukan melalui laporan laba rugi komprehensif.
2) Pengungkapan revaluasian aset tetap
Menurut Martani dkk (2012:292) jika aset tetap di sajikan
pada jumlah revaluasian, hal yang harus di ungkapkan antara
lain:
28
a) Tanggal efektif revaluasi
b) Apakah penilaian independen dilibatkan
c) Metode dan asumsi signifikan yang di gunakan dalam
mengestimasi nilai wajar
d) Penjelasan mengenai nilai wajar aset yang di tentukan
secara langsung berdasar harga yang dapat di observasi
dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir yang
wajar atau di estimasi menggunakan teknik penilaian
lainnya.
e) Untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset
seandainya aset tersebut di catat dengan model biaya.
f) Surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama
periode dan pembatasa-pembatasan distribusi kepada
pemegang saham.
Sesuai dengan PSAK 48, suatu entitas mengungkapkan
informasi penurunan nilai aset tetap sebagai tambahan
informasi yang di syaratkan. Informasi berikut relevan dengan
kebutuhan pengguna laporan keuangan, sehingga entitas juga
di anjurkan melakukan pengungkapan atas:
a) Jumlah tercatat aset tetap yang di pakai sementara.
b) Jumlah tercatat bruto dari setiap aset tetap yang telah di
susutkan penuh dan masih di gunakan
c) Jumlah tercatat aset tetap yang di hentikan dari pengguna
aktif dan tidak diklasifikasikan sebagai tersedia untuk di
jual.
d. Hubungan Revaluasi Aset Tetap untuk Tujuan Akuntansi
dan Pajak
Dalam Buletin Teknis 11 p.06 revaluasi aset tetap untuk
tujuan pajak tunduk pada peraturan perpajakan, yang diantaranya
mengatur bahwa revaluasi aset tetap tidak dapat dilakukan
kembali sebelum lewat jangka waktu lima tahun, dapat dilakukan
29
untuk sebagian atau seluruh aset tetap, masa manfaat aset tetap
setelah revaluasi di sesuaikan kembali menjadi manfaat penuh
untuk kelompok aset tersebut, dan dasar penyusutan aset tetap
adalah nilai pada saat revaluasi aset tetap.
Sedangkan revaluasi aset tetap dalam buletin teknis 11 p.07
untuk tujuan akuntansi mengikuti ketentuan dalam PSAK 16:
Aset Tetap. PSAK 16 menyatakan bahwa revaluasi aset tetap di
lakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk
memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material
dengan jumlah yang di tentukan dengan menggunakan nilai wajar
pada akhir periode pelaporan, dan jika suatu aset tetap di
revaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelas yang sama di
revaluasi.
Entitas dapat memilih melakukan revaluasi aset tetap untuk:
1) tujuan akuntansi;
2) tujuan pajak; atau
3) tujuan akuntansi dan pajak.
Jika entitas melakukan revaluasi aset tetap hanya untuk
tujuan pajak, maka entitas mengungkapkan informasi mengenai
selisih lebih revaluasi aset tetap tersebut dalam catatan atas
laporan keuangan sesuai PMK 233/2015 (IAI, 2016: 2).
e. Persetujuan Otoritas Perpajakan atas Pengajuan Revaluasi
Aset Tetap
Dalam buletin teknis 11 p.09 Entitas yang melakukan
revaluasi aset tetap untuk tujuan pajak harus mendapatkan
persetujuan dari otoritas perpajakan yang akan di berikan dalam
jangka waktu tertentu. Atas hal tersebut, muncul isu akuntansi
ketika entitas telah membayar pajak penghasilan final atas
revaluasi aset tetap untuk tujuan pajak, namun sampai akhir
periode pelaporan belum mendapatkan persetujuan dari otoritas
perpajakan. Otoritas perpajakan mempunyai kewenangan untuk
30
menerima atau menolak pengajuan revaluasi aset tetap, serta
menentukan jumlah kenaikan nilai revaluasi aset tetap jika
pengajuan tersebut diterima. Oleh karena itu, persetujuan dari
otoritas perpajakan tersebut bersifat substantif (IAI, 2016: 2).
3. Laporan Keuangan
a. Defenisi laporan keuangan (financial statements)
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan
keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan, laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
1) Aset;
2) Liabilitas;
3) Ekuitas
4) Penghasilan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian;
5) Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik, dan
6) Arus kas
Informasi tersebut, beserta informasi lain yang terdapat dalam
laporan catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna
laporan keuangan dalam memprediksi arus kas masa depan entitas,
dan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas
dan setara kas (IAI, 2015:1.3).
b. Kerangka dasar penyajian laporan keuangan
1) Pengguna dan tujuan laporan keuangan
Menurut Martani dkk (2012:33) pengguna laporan
keuangan meliputi investor, pemberi pinjaman, karyawan,
pemasok, kreditur lainnya, pelanggan, pemerintah, lembaga
dan masyarakat. Pengguna tersebut menggunakan laporan
31
keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang
berbeda, diantaranya sebagai berikut:
a) Investor, menilai entitas dan kemampuan entitas
membayar deviden dimasa mendatang. Investor dapat
memutuskan untuk membeli atau menjual saham entitas.
b) Karyawan, kemampuan memberikan balas jasa, manfaat
pensiun, dan kesempatan kerja.
c) Pemberi jaminan, kemampuan membayar utang dan
bunga yang akan mempengaruhi keputusan apakah akan
memberikan pinjaman.
d) Pemasok dan kreditur lain, kemampuan entitas mem-
bayar liabilitasnya pada saat jatuh tempo.
e) Pelanggan, kemampuan entitas menjamin kelangsungan
hidupnya.
f) Pemerintah, menilai bagaimana alokasi sumber daya.
g) Masyarakat, menilai tren dan perkembangan ke
makmuran entitas.
Manajemen entitas merupakan penanggung jawab utama
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Manajemen
memiliki akses informasi tentang pengelolaan entitas, namun
yang di sajikan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum,
sebatas informasi yang ditentukan dalam standar. Menurut
kerangka konseptual IFRS, tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi
sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah
dilakukan manajemen (stewardship) dan pertanggung
jawaban sumber daya entitas yang telah dipercayakan
kepadanya (Martani dkk, 2012: 34).
32
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja , serta perubahan
posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik.
Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang
mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomik karena secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi non keuangan (IAI, 2015:3).
2) Asumsi
Asumsi dalam penyusunan laporan keuangan di gunakan
sebagai konsep dasar yang melandasi penyusunan laporan
keuangan. Berdasarkan asumsi ini laporan keuangan disusun
dan diharapkan dapat memenuhi tujuan laporan keuangan.
Basis akrual merupakan asumsi yang mendasari penyusunan
laporan keuangan. Berdasarkan konsep akrual, pengaruh
transaksi dan peristiwa lain di akui pada saat terjadinya
(bukan pada saat kas diterima atau di bayarkan). Berdasarkan
asumsi ini, entitas tidak hanya mengakui kas yang diterima
tetapi juga mengakui klaim kepada pihak lain (piutang),
liabilitas kepada pihak lain (utang), mengakui aset selain kas
(Martani dkk, 2012: 33).
3) Karakteristik kualitatif
Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PSAK
(revisi 2015), yaitu:
a) Dapat dipahami, kemudahannya untuk segera dapat
dipahami oleh pengguna.
b) Relevan, agar bermanfaat informasi harus relevan untuk
pengguna dalam proses pengambimbilan keputusan.
c) Materialitas, relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat
dan materialitasnya.
33
d) Keandalan, agar bermanfaat informasi harus andal
(reliable).
e) Penyajian jujur, agar dapat diandalkan informasi yang
disajikan harus dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau secara wajar dapat
diharapkan dan disajikan.
f) Substansi mengungguli bentuk, peristiwa tersebut perlu
dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomik.
g) Netralitas, informasi harus disajikan utuk kebutuhan
umum, dan tidak tergantung pada pihak tertentu dan
keinginan tertentu.
h) Pertimbangan sehat, penyusunan laporan keuangan
adakalanya menghadapi ketidak pastian peristiwa dan
keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang
diragukan, perkiraan masa manfaat pabrik serta peralatan.
Ketidak pastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan
hakikat serta tingkatnya dan menggunakan pertimbangan
sehat.
i) Kelengkapan, agar dapat diandalkan, informasi dalam
laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya.
Adapun tujuan kualitatif yang di rumuskan APB
statetement No.4 (dalam Harahap, 2011:127) adalah sebagai
berikut:
a) Relevance, memilih informasi yang benar-benar sesuai
dan dapat membantu pamakai laporan dalam proses
pengambilan keputusan.
b) Understandability, informasi yang di pilih untuk di
sajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus
informasi yang di mengerti para pemakainya.
34
c) Verifiability, hasil akuntansi itu harus dapat di periksan
oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang
sama.
d) Neutrality, laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-
pihak yang berkepentingan. Informasi dimaksudkan
untuk pihak umum bukan pihak-pihak tertentu saja.
e) Timeliness, laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk
pengambilan keputusan apabila di serahkan pada saat
yang tepat.
f) Comparability, informasi akuntansi harus dapat saling di
bandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip
yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun
perusahaan lain.
g) Completeness, informasi akuntansi yang di laporkan
harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para
pemakai.
4) Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi
kecendrungan (tren) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna
juga harus dapat meperbandingkan laporan keuangan antar
entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu,
pengukuran penyajian dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten
(IAI, 2015:7).
5) Unsur laporan keuangan
Menurut Surya (2012:29) laporan keuangan adalah suatu
penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Laporan keuangan yang lengkap
terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
35
a) Laporan laba rugi (statement of income) dan/atau laporan
laba rugi komprehensif (statement of comprehensive
income) selama periode;
b) Laporan perubahan ekuitas (statement of changes in
equities) selama periode;
c) Lapran posisi keuangan (statement of financial position)
pada akhir periode;
d) Laporan arus kas (statement of cash flows) selama
periode;
e) Catatan atas laporan keuangan (notes to financial
statement), yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi
penting dan informasi penjelasan lainnya; dan
f) Laporan posisi keuangan awal periode komparatif
terawal, yang disajikan apabila entitas menerapkan suatu
kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika
entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan.
Menurut Martani dkk (2012:42-43) laporan keuangan
menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa
lain yang terjadi dalam satu entitas. Unsur keuangan di
klasifikasi kedalam beberpa kelompok yaitu:
a) Posisi keuangan
Unsur dalam posisi keuanagn di defenisikan sebagai
berikut:
(1) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi masa depan diharapkan akan di
peroleh entitas.
(2) Liabilitas merupakan utang entitas masa kini yang
timbul dari peristiwa masa lalu.
36
(3) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah di
kurangi semua liabilitas.
b) Kinerja
Laba di gunaka sebagai ukuran kinerja dan dasar bagi
ukuran investasi (return on investment) atau kinerja saham
dengan melihat laba persaham (earnings per share). Unsur
yang berkaitan dengan laba adalah:
(1) Penghasilan adalah manfaat ekonomi selama satu
periode dalam bentuk pemasukkan atau penambahan
aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal.
(2) Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama
satu periode akuntansi.
6) Pengakuan unsur laporan keuangan
Menurut Martani dkk (2012:43) pos yang memenuhi
defenisi suatu unsur laporan keuangan harus di akui jika:
a) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang
berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau
kedalam entitas
b) Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat di
ukur dengan andal.
Jika pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi di
masa mendatang, maka pengeluaran tersebut tidak dapat di
akui sebagai aset, sebaliknya menimbulkan pengakuan beban
dalam laporan laba rugi komprehensif. Liabilitas di akui
dalam neraca jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran
sumber daya yang akan dilakukan untuk menyelesaikan
kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah dapat di ukur
dengan andal. Pengakuan liabilitas biasanya mengakibatkan
37
pengakuan beban atau aset yang terkait dengan liabilitas
tersebut.
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kom-
prehensif jika kenaikan manfaat ekonomi dimasa depan yang
berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan liabilitas
telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Beban di akui
dalam laporan laba rugi komprehensif jika penurunan
manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan
penurunan aset atau peningkatan liabilitas telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Jika manfaat ekonomi diharapkan
timbul selama beberapa periode akuntansi, beban beban
diakui dalam laporan laba rugi komprehensif atas dasar
prosedur alokasi yang rasinal dan sistematis dalam periode
akuntansi yang menikmati manfaat.
7) Pengukuran unsur laporan keuangan
Menurut Martani dkk (2012:44) pengukuran adalah
proses penetapan jumlah uang untuk unsur laporan keuangan
yang di sajikan dalam neraca dan laporan laba rugi
komprehensif. Proses ini menyangkut pemilihan dasar
pengukuran tertentu. Berbagai dasar pengukuran tersebut
adalah:
a) Biaya historis (historical cost) adalah biaya perolehan
pada tanggal transaksi.
b) Biaya kini (current cost) adalah biaya yang seharusnya
yang diperoleh saat ini atau pada saat pengukuran.
c) Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value)
adalah nilai yang dapat di peroleh dengan menjual aset
dalam pelepasan normal (orderly disposal).
d) Nilai kini (pressent value) adalah arus kas masuk neto
dimasa depan yang di diskontokan kebiaya kini dari pos
38
yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam
pelaksanaan uasaha normal.
8) Konsep pemeliharaan modal
Menurut Martani dkk (2012:47) ada dua konsep
pemeliharaan modal ini menciptakan dua konsep laba sebagai
berikut:
a) Pemeliharaan modal keuangan, menurut konsep ini, laba
hanya diperoleh jika jumlah finansial (uang) dari aset
neto pada akhir periode melebihi jumlah finansial dari
aset neto pada awal periode.
b) Pemeliharaan modal fisik, menurut konsep ini, laba hanya
diperoleh jika kapasitas produktif fisik (kemampuan
usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas produktif
fisik pada awal periode, setelah memasukan kembali aset
distribusi kepada, dan mengeluarkan setiap kontribusi
dari, para pemilik selama satu periode.
c. Elemen Laporan Keuangan
Sebagaimana di jelaskan pada IAS 1 tentang, ‘presentation of
financial statement’, laporan keuangan terdiri dari lima elemen,
yaitu laporan posisi keuangan atau neraca, laporan laba
komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan yang berisi informasi yang terkait
dengan kebijakan akuntansi yang signifikan dan catatan-catatan
penjelasan (Purba, 2013: 28).
1) Laporan posisi keuangan atau neraca
Menurut Martani dkk (2012:141) Laporan posisi
keuangan melaporkan aset, liabilitas, dan modal entitas pada
tanggal tertentu. Laporan ini merupakan sumber informasi
utama tentang posisi keuangan entitas karena merangkum
elemen-elemen yang berhubungan langsung dengan peng-
39
ukuran posisi keuangan, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas.
Kegunaan laporan posisi keuangan ialah:
a) Mengevaluasi struktur pendanaan, dalam hal ini yang di
lihat adalah informasi tentang perbandingan sumber
pendanaan melalui utang di bandingkan dengan ekuitas.
b) Menganalisis likuiditas, likuiditas adalah seberapa cepat
waktu yang diperlukan sampai suatu aset dapat terealisasi
atau di konversi menjadi kas, atau sampai suatu liabilitas
dapat terbayar.
c) Menilai solvabilitas, solvabilitas adalah kemampuan
entitas membayar utangnya pada saat jatuh tempo.
d) Menilai fleksibelitas keuangan, likuiditas dan solvabilitas
akan menentukan flaksibelitas keuangan entitas, yaitu
mengukur kemampuan entitas mengambil tindakan
tertentu sebagai respon terhadap kebutuhan dan peluang
yang ada.
Menurut PSAK Nomor 1 (revisi 2015 p.54) laporan
posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-
pos berikut:
a) Aset tetap
b) Properti investasi
c) Aset tak berwujud
d) Aset keuangan
e) Investasi yang dicatat dengan menggunakan metode
ekuitas
f) Persediaan
g) Piutang dagang dan piutang lain
h) Kas dan setara kas
i) Total aset yang diklasifikasi sebagai aset yang dimiliki
untuk dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok
lepasan yang diklasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual
40
j) Utang dagang dan utang lain
k) Provisi
l) Liabilitas keuangan
m) Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana yang
didefenisikan oleh PSAK 46
n) Liabiltas dan aset pajak tangguhan
o) Liabiltas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual.
p) Kepentingan non pengendali, yang disajikan sebagai
bagian dari ekuitas
q) Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk.
2) Laporan laba rugi dan laporan laba rugi komprehensif
Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan yang
mengukur keberhasilan kinerja perusahaan digunakan untuk
menilai dan memprediksi jumlah dan waktu atas ketidak
pastian arus kas masa depan. Laporan laba rugi komprehensif
sering digunakan oleh beberapa pengguna laporan keuangan
berikut ini:
a) Investor, yang dijadikan dasar untuk memprediksi harga
saham dan deviden perusahaan dimasa depan.
b) Kreditor, untuk memahami kemampuan calon debitur
dalam menghasilkan arus kas masa depan yang di
perlukan untuk membayar beban bunga dan pokok
pinjaman. Informasi neraca atau posisi keuangan juga
diperhatikan oleh kreditor.
c) Manajemen, banyak perusahaan, bonus yang diberikan
kepada manajer ditentukan berdasarkan keberhasilan
dalam mencapai target laba.
41
Menurut Martani dkk (2012:114) total laba komprehensif
adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan
dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang
dihasilkan dari transaksi dengan pemilikdalam kapasitasnya
sebagai pemilik. Konsep laba berkaitan langsung dengan
unsur penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukuran
penghasilan dan beban untuk menghasilkan laba, sebenarnya
bergantung pada kosep pemeliharaan modal yang digunakan.
Menurut konsep pemeliharaan modal laba hanya diperoleh
apabila jumlah finansial (uang) dari aset neto pada akhir
periode (di luar dari distribusi dan kontribusi pemilik
perusahaan) melebihi aset neto pada awal periode. Total laba
komprehensif dibagi menjadi sebagai berikut:
a) Komponen “laba rugi”, laba rugi adalah total pendapatan
dikurangi beban, yang tidak termasuk dalam komponen
pendapatan komprehensif lain.
b) Komponen “pendapatan komprehensif lain”, pendapatan
komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban
yang tidak diakui dalam laba rugi, sebagaimana di
syaratkan oleh SAK lainnya.
Menurut Martani dkk (2012:115) komponen pendapatan
komprehensif lain, antara lain sebagai berikut:
a) Perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap dan aset tak
berwujud.
b) Keuntungan dan kerugian akturial atas program manfaat
pasti yang diakui.
c) Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran
laporan keuangan dari entitas asing.
d) Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset
keuangan yang dikategorikan sebagai tersedia untuk di
jual.
42
e) Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen
lindung nilai arus kas.
Menurut Surya (2012:31) laporan laba rugi komprehensif,
sekurang-kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos
berikut selama suatu periode:
a) Pendapatan (revenue)
b) Biaya keuangan (finance costs);
c) Bagian laba atau rugi dari entitas asosiasi dan ventura
bersama (share of the profit or loss of associates and joint
ventures) yang dicatat dengan menggunakan metode
ekuitas;
d) Beban pajak (tax expense)
e) Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:
(1) Laba atau rugi setelah pajak dari operasi yang
dihentikan (post-tax profit or loss of discountinued
operations); dan
(2) Laba atau rugi setelah pajak (post-tax profit or loss)
yang diakui dengan pengukuran nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan
aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka
operasi yang dihentikan.
f) Laba atau rugi (profit or loss);
g) Setiap komponen dari penghasilan komprehensif lain
(other comprehensive income) yang diklasifikasikan
sesuai dengan sifat (selain jumlah dalam huruf (h)).
h) Bagian penghasilan komprehensif lain dari entitas
asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas; dan
i) Total laba rugi komprehensif (total comprehensive
income).
43
Menurut Surya (2012:32) penghasilan komprehensif lain
berisi pos-pos penghasilan dan beban (termasuk penyesuaian
reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dan laba rugi
komprehensif. Komponen pendapatan komprehensif lain
meliputi:
a) Perubahan dalam surplus revaluasi (revaluation surplus)
b) Keuntungan dan kerugian akturial atas program manfaat
pasti yang diakui.
c) Kauntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran
laporan keuangan dari entitas asing.
d) Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset
keuangan yang dikategorikan sebagai tersedia untuk
dijual.
e) Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen
lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas.
3) Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi tentang
perubahan ekuitas perusahaan antara awal dan akhir periode
pelaporan yang mencerminkan naik turunnya aset neto
perusahaan selama periode, baik yang berasal dari setoran
atau distribusi kepada pemilik atau yang berasal dari kinerja
perusahaan selama periode berjalan (Martani dkk 2012: 126).
4) Laporan arus kas
Laporan arus kas memberikan dasar bagi pengguna
laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan ebtitas dalam
menggunakan arus kas tersebut (Surya, 2012:36).
Laporan arus kas adalah sebuah laporan yang meng-
gambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar secara
terperinci dari masing-masing aktivitas, yaitu mulai dari
aktivitas operasi, aktivitas investasi, sampai pada aktivitas
44
pendanaan atau pembiayaan untuk satu periode waktu
tertentu (Hery, 2012:9).
5) Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi
tentang dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan juga
menyajikan informasi tentang kebijakan akuntansi tertentu
yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan
keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan
informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di
bagian manapun dalam laporan keuangan (Surya, 2012:36).
4. Revaluasi Aset Tetap Menurut Perpajakan
Perusahaan dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan untuk tujuan perpajakan, dengan syarat telah memenuhi
semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir
sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali. Perusahaan yang
melakukan penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan
harus mendapatkan persetujuan Direktur Jenderal Pajak. Penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan terhadap:
1) Seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak
milik atau hak guna bangunan; atau
2) Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak
atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
merupakan objek pajak.
Dalam hal ini nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh
perusahaan jasa penilai atau ahli penilai dimaksud ternyata tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya, Direktur Jenderal Pajak
menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar aktiva yang
bersangkutan. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan
45
dalam jangka waktu paling lama 1 tahun sejak tanggal laporan
perusahaan jasa penilai atau ahli penilai (Muljono, 2012:193).
a. PMK RI Nomor 191/PMK.010/2015 dan PMK RI Nomor
233/PMK.03/ 2015
Direktorat Jenderal Pajak Indonesia mengeluarkan surat
ketetapan perpajakan mengenai penilaian kembali aktiva tetap,
yaitu PMK RI Nomor 191/PMK.010/2015 dan perubahan PMK
RI Nomor 233/PMK.03/2015. Dalam ketetapan tersebut terdapat
pengurangan tarif PPh pasal 19 untuk wajib pajak bagi
permohonan yang diajukan pada tahun 2015 dan tahun 2016.
Dapat dipahami bahwa PMK RI Nomor 191/PMK.010/2015
merupakan peraturan khusus yang mengatur mengenai revaluasi
aktiva tetap, maka PMK RI Nomor 191/PMK.010/2015 tidak
mencabut atau mengubah PMK RI Nomor 79/PMK.03/2008,
yang berarti bahwa setelah tahun 2016 ketentuan tentang PPh atas
revaluasi aktiva tetap kembali lagi merujuk pada peraturan
Menteri Keuangan No.79/PMK.03/2008 dengan tarif yang di
kenakan yaitu 10%.
Beberapa perlakuan khusus atau failitas diberikan melalui
PMK RI No.191/PMK.010/2015 ini yang tidak ada dalam
peraturan sebelumnya yaitu:
1) Tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final diberikan
pemotongan, sehingga besarnya tarif menjadi:
a) 3%, untuk permohonan yang di ajukan sejak 15 Oktober
2015 sampai dengan tanggal 31 Desember 2015;
b) Tarif 4%, untuk permohonan yang di ajukan sejak 1
Januari 2016 sampai dengan tanggal 30 Juni 2016 dan;
c) 6%, untuk permohonan yang di ajukan sejak 1 Juli 2016
sampai dengan tanggal 31 Desember 2016. Pemotongan
tarif PPh final tersebut hanya sampai 31 Desember 2016,
46
dengan kata lain mulai 1 Januari 2017, tarif PPh final atas
revaluasi aset tetap kembali ke tarif semula yaitu 10%.
Sedangkan tarif pajak final atas revaluasi aset tetap dalam
perubahan PMK Nomor 233/PMK.03/2015 sebesar tarif
tertinggi pajak penghasilan yang berlaku pada saat penilaian
kembali aktiva tetap.
2) Dalam PMK Nomor 191/PMK.010/2015 maupun perubahan
PMK Nomor 233/PMK.03/2015 penilaian kembali aset tetap
dapat dilakukan terhadap sebagian atau seluruh aset tetap
berwujud yang berada di Indonesia, di miliki dan di
pergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang merupakan objek pajak. Pada peraturan
sebelumnya yaitu PMK No.79/PMK.03/2008 mensyaratkan
penilaian kembali harus dilakukan terhadap keseluruhan aset.
Nilai aktiva tetap yang ditetapkan oleh kantor jasa penilai
publik atau ahli penilai yang memperoleh izin dari pemerintah
harus berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap yang
berlaku pada saat penilaian aktiva tetap, jika nilai pasar atau nilai
wajar tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya maka
Direktur Jendral Pajak dapat menetapkan kembali nilai pasar atau
nilai wajar aktiva yang bersangkutan (PMK RI 191/PMK.010/
2015 & PMK RI 233/PMK.03/2015).
47
b. Perbedaan PMK 191 Tahun 2015 dan PMK 79 Tahun 2008
Tabel 2.2Perbedaan PMK 191/ PMK.010/2015 dengan PMK 79/ PMK.03/2008
Point Aspek PMK 191/PMK.010/2015 PMK 79/PMK.03/2008
1. Tarif 3%, 4%, 6% 10%
2. Penilaian aktiva tetap Sebagian atau seluruh aktiva tetap berwujud Seluruh aktiva berwujud
3. Penyusutan 01 Januari 2016, bagi wajib pajak yang melakukan
penilaian kembali aktiva tetap pada tahun 2015,
bulan di lakukannya penilaian kembali, bagi wajib
pajak yang melakukan penilaian kembali aktiva tetap
pada tahun 2016 dan 2017
Bulan di lakukannya penilaian
kembali
4. Jangka waktu peni-
laian KJPP dengan
pengajuan permohon-
an penilaian kembali
Pengajuan permohonan tahun 2015 menggunakan
laporan KJPP/ahli penilai tahun 2015. Pengajuan
permohonan tahun 2016 menggunakan laporan
KJPP/ahli penilai tahun 2016
Pengajuan permohonan penilaian
kembali menggunakan laporan
KJPP/ahli penilai paling lama 1
tahun sebelumnya
5. Pelunasan pajak
terutang
Sebelum mengajukan permohonan 15 hari setelah di keluarkan
keputusan persetujuan
6. Angsuran Tidak dapat diangsur Paling lama 12 bulan
Sumber: PMK 191/PMK.010/2015 dan PMK 79/PMK.03/2008.
48
c. Perubahan PMK RI Nomor 191/ PMK.010/ 2015 menjadi PMK RI Nomor 233/ PMK.03/ 2015
Tabel 2.3Perubahan PMK 191/ PMK.010/ 2015 dan PMK 233/ PMK.03/ 2015
Point Perubahan PMK 191/PMK.010/2015 PMK 233/PMK.03/2015
1. Pasal 3, terkait dengan
batasan masa manfaat
aktiva tetap yang
dapat di revaluasi
Penilaian kembali aktiva tetap dapat di
lakukan terhadap sebagian atau seluruh aktiva
tetap berwujud yang terletak di Indonesia.
Penilaian kembali aktiva tetap dapat
dilakukan terhadap sebagian atau seluruh
aktiva tetap berwujud yang terletak di
Indonesia dan mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 tahun.
2. Pasal 8 ayat (1) di
ubah terkait jangka
waktu yang harus
dipenuhi apabila WP
(wajib pajak) berniat
melakukan pengalihan
aktiva yang telah di
revaluasi.
Dalam hal WP melakukan pengalihan aktiva
tetap berupa:
a. Aktiva tetap kelompok 1 dan kelompok 2
yang telah memperoleh keputusan
persetujuan penilaian kembali sebelum
berakhirnya masa manfaat yang baru
sebagaimana dimaksud dalm pasal 7; atau
b. Aktiva tetap kelompok 3, kelompok 4,
bangunan dan tanah yang telah mem-
peroleh persetujuan penilaian kembali-
Dalam hal WP melakukan pengalihan aktiva
tetap berupa:
a. Aktiva tetap kelompok 1 dan kelompo 2
yang telah memperoleh keputusan
persetujuan penilaian kembali sebelum
lewat jangka waktu 3 tahun;
b. Aktiva tetap kelompok 3, kelompok 4,
yang telah memperoleh persetujuan
penilaian kembali sebelum lewat jangka
waktu 5 tahun;
49
Point Perubahan PMK 191/PMK.010/2015 PMK 233/PMK.03/2015
sebelum lewat jangka waktu 10 tahun. c. Tanah dan atau bangunan yang telah
memperoleh keputusan persetujuan
penilaian kembali sebelum lewat jangka
waktu 1 tahun.
3. Pasal 8 ayat (1a)
mengatur tarif pajak
atas pelanggaran ke-
tentuan pada Pasal 8
ayat (1)
Tarif tertinggi pajak penghasilan sebagai-
mana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Tarif yang dimaksud dalam Pasal 17
ayat (2a) UU No. 7 Tahun 1983 tentang
pajak penghasilan yang telah diubah
terakhir dengan UU No. 36 tahun 2008
bagi WP Badan DN atau BUT; atau
b. Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a UU No.
7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan
telah di ubah terakhir dengan UU No.36
Tahun 2008 bagi WP orang pribadi.
50
point Perubahan PMK 191/PMK.010/2015 PMK 233/PMK.03/2015
4. Pasal 9 ayat (1) di
ubah tentang kewa-
jiban membuat akun
selisih lebih penilaian
kembali aktiva tetap
wajib pajak.
Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap
WP diatas nilai sisa buku komersial semula-
setelah di kurangi dengan pajak penghasilan
di bukukukan dalam neraca komersial pada
pekiraan modal dengan nama selisih lebih
penilaian kembali aktiva tetap wajib pajak.
Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap
WP di atas nilai sisa buku komersial semula-
setelah di kurangi dengan pajak penghasilan
di catat dalam laporan keuangan wajib
pajak.
5. Ditambahkan pasal
9A yang mengatur
revaluasi aset oleh
BUMN/BUMD
Dalam hal penilaian kembali aktiva tetap
untuk tujuan perpajakan di lakukan oleh
BUMN atau BUMD, penetapan nilai aktiva
tetap hasil penilaian kembali dapat di
lakukan oleh penilai pemerintah di
lingkungan Direktorat Jenderal kekayaan
negara.
6. Ditambahkan pasal
11A yang mengatur
masa berlaku PMK
revaluasi aset ini
Berlaku sejak di undangkannya PMK RI No.
191/PMK.010/2015.
Sumber: PMK 191/PMK.010/2015 dan PMK 233/PMK.03/2015.
51
A. Penelitian Yang Relevan
1. Teti Tri Atikasari
Teti Tri Atikasari (2017) meneliti tentang “Dampak Revaluasi
Aset Tetap Terhadap Pajak Penghasilan Yang Terhutang” dengan
hasil penelitian jumlah beban pajak penghasilan yang terhutang
perusahaan ketika tidak melakukan kebijakan revaluasi aset tetap
sebesar Rp 987.169.750 ketika melakukan kebijakan revaluasi aset
tetap sebesar Rp 270.970.750 dengan kondisi tersebut, dapat diketahui
bahwa jumlah beban pajak penghasilan yang terhutang perusahaan
lebih kecil ketika perusahaan melakukan revaluasi aset tetap di
bandingkan dengan ketika tidak melakukan revaluasi aset tetap.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
sama-sama meneliti tentang revaluasi aset tetap dan juga meng-
gunakan metode penelitian yang sama yaitu metode kualitatif
deskriptif, sedangkan perbedaannya, yaitu:
a. peneliti sebelumnya fokusnya pada “Dampak terhadap pajak
penghasilan yang terhutang”, dan penelitian ini fokusnya tentang
“analisis perbandingan laporan keuangan sebelum dan setelah
revaluasi aset tetap”.
b. Objek peneliti sebelumnya pada PT Damai Sejahtera Abadi,
sedangkan penelitian ini objek penelitiannya PT Bank Of India
Indonesia Tbk .
2. Subhan dan Moh. Ratno Djasmiko
Subhan dan Moh. Ratno (2017) meneliti tentang “Perlakuan
Akuntansi Revaluasi Aktiva Tetap Serta Dampaknya Terhadap
Laporan Keuangan” dengan hasil penelitian menunjukkan revaluasi
aset berpengaruh terhadap laporan keuangan PKP-RI Kabupaten
Pamekasan yaitu pada neraca, pada sisa aktiva, asset badan usaha
meningkat karena nilai aktiva tetap naik sedangkan nilai akumulasi
penyusutan menurun karena di hapuskannya akumulasi penyustan
aktiva tetap yang direvaluasi. Pada sisi pasiva terdapat kenaikan yang
52
di akibatkan oleh timbulnya akun baru selisih penilaian kembali aktiva
tetap pada ekuitas.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah sama-
sama meneliti tentang Revaluasi Aset/Aktiva Tetap. Sedangkan
perbedaannya yaitu:
a. Penelitian sebelumnya fokus kepada perlakuannya dalam
akuntansi dan dampaknya terhadap laporan keuangan perusahaan,
sedangkan penelitian ini memfokuskan kepada analisis
perbandingan laporan keuangan perusahaan sebelum dan setelah
revaluasi aset tetap.
b. Objek penelitian sebelumnya, yaitu PKP-RI Kabupaten
Pamekasan, sedangkan penelitian ini objeknya yaitu PT Bank of
India Indonesia Tbk.
c. Jenis dan metode penelitian sebelumnya yaitu jenis deskriptif
kuantitatif dengan metode kuantitatif, sedangkan penelitian ini
jenis penelitiannya studi kasus dengan metode kualitatif deskriptif.
3. Suparna Wijaya dan Adika Brata Supandi
Suparna Wijaya dan Adika Brata Supandi (2017) meneliti tentang
“Analisis Revaluasi Aktiva Tetap Pada PT IndonesiaPower“ dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa revaluasi aktiva
tetap untuk tujuan perpajakan dapat meningkatkan laba bersih, aset,
dan ekuitas, revaluasi aktiva juga dapat memberikan manfaat berupa
berkurangnya pajak penghasilan untuk tahun setelah revaluasi serta
manfaat ekonomi lainnya, yaitu performa keuangan yang meningkat.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah sama-
sama meneliti tentang analisis revaluasi aset tetap dan juga
menggunakan metode penelitian yang sama, yaitu kualitatif deskriptif,
sedangkan perbedaannya, yaitu:
a. Penelitian sebelumnya memfokuskan kepada “menggambar kan
revaluasi aktiva tetap untuk tujuan perpajakan dan manfaat
ekonominya bagi perusahaan”, sedangkan penelitian ini mem-
53
fokuskan kepada “perbandingan laporan keuangan sebelum dan
setelah revaluasi aset tetap perusahaan”.
b. Objek penelitian sebelumnya pada PT Indonesia Power yang
merupakan anak usaha BUMN, sedangkan objek penelitian ini,
yaitu PT Bank of India Indonesia Tbk.
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini jenis penelitian yang digunakan ialah
studi kasus (case study). Menurut Patton (dalam buku Semiawan, 2010:72
& 74) jenis penelitian studi kasus adalah studi tentang kekhususan dan
kompleksitas suatu kasus tunggal dan berusaha untuk mengerti kasus
tersebut dalam konteks, situasi dan waktu tertentu. Kasus tersebut begitu
unik, penting dan bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada
umumnya. Bentuk studi kasus dapat berupa deskriptif, eksplorasi dan
eksplanatori. Studi kasus yang deskriptif bertujuan menggambarkan suatu
gejala, fakta atau realita.
Adapun metode penelitian ini yaitu, metode kualitatif deskriptif.
Menurut Sugiyono (2013:2&8) metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu, dan metode penelitian kualitatif sering disebut metode
penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting). Disebut sebagai metode kualitatif, karena data
yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat atau objek penelitian ini adalah PT Bank Of India Indonesia
Tbk yang sudah terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dan bisa
mengambil data yang dibutuhkan melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia
(BEI), yaitu www.idx.co.id. Sedangkan waktu penelitian yang dibutuhkan
ialah mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Juli tahun 2018.
C. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini ialah data sekunder berupa data
kuantitatif dari laporan keuangan PT Bank Of India Indonesia Tbk tahun
55
2015 yang diperoleh melalui data yang sudah dipublikasikan oleh
perusahaan yang berasal dari website Bursa Efek Indonesia, yaitu
www.idx.co.id.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah
teknik dokumentasi. Menurut Sugiono (2013:240) dokumentasi adalah
catatan kejadian yang sudah berlalu, dokumen ini bisa berbentuk tulisan,
gambar atau karya-karya monumental lainya. Dalam penelitian ini data
yang dikumpulkan adalah data laporan keuangan PT Bank Of India
Indonesia Tbk tahun 2015 yang berasal dari website resmi Bursa Efek
Indonesia (BEI).
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang gunakan untuk penelitian ini yaitu:
1. Teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti,
seperti PMK Nomor 191/PMK.010/2015, PMK Nomor 233/
PMK.03/2015 dan PSAK 16 yang membahas tentang perlakuan aset
tetap.
2. Laporan keuangan PT Bank Of India Indonesia Tbk periode 2015 s.d
2017.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah:
1. Mengumpulkan data mengenai aset tetap, yaitu daftar penyusutan aset
tetap sebelum dan setelah revaluasi aset tetap, metode penyusutan aset
tetap, nilai aset tetap sebelum dan setelah revaluasi aset tetap.
2. Menganalisis perlakuan akuntansi revaluasi aset tetap tanah dan
bangunan berdasarkan PSAK Nomor 16 (revisis 2015).
56
3. Menyesuaikan ketentuan revaluasi aset tetap PT Bank of India
Indonesia Tbk tahun 2015 berdasarkan PMK 191/PMK.010/2015 serta
perubahan PMK 233/PMK.03/2015.
4. Menghitung selisih nilai aset tetap PT Bank Of India Indonesia Tbk
sebelum revaluasi dengan setelah revaluasi.
5. Menghitung jumlah pajak final PT Bank Of India Indonesia Tbk atas
selisih revaluasi aset tetap tanah dan bangunan berdasarkan PMK No
191/PMK.010/2015 dan PMK RI No 233/PMK.03/2015.
6. Membandingkan dan menganalisis laporan keuangan PT Bank Of
India Indonesia Tbk tahun 2015 sebelum dan setelah aset tetap
direvaluasi.
7. Kemudian menjelaskan perbedaan laporan keuangan PT Bank of India
Indonesia Tbk sebelum dan setelah revaluasi aset tetap.
G. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Menurut Semiawan (2010:157) memvalidasi hasil penelitian berarti
peneliti menentukan akurasi dan kredibilitas hasil melalui strategi yang
tepat, seperti lewat member checking atau triangulasi, auditing, kredibilitas
peneliti. Adapun penjamin keabasahan data dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan member checking, yaitu mengambil data yang
dibutuhkan dari laporan keuangan tahunan PT Bank of India Indonesia
Tbk tahun 2015 kemudian disesuaikan dengan laporan anual report PT
Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015 untuk memastikan data yang
diperoleh benar.
57
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian
1. Gambaran Umum dan Sejarah Perusahaan
PT Bank of India Indonesia Tbk merupakan sebuah perusahaan
jasa yang bergerak dibidang perbankan, dimana produk dan jasa bank
terdiri dari produk simpanan (seperti giro, rekening star dolar,
tabungan, deposito), produk kredit (seperti kredit modal kerja, kredit
investasi, kredit ekspor dan impor, kredit konsumsi), dan produk jasa
layanan lainnya (seperti layanan jasa dalam negeri dan layanan jasa
luar negeri). PT Bank of India Indonesia Tbk berdiri pada tahun 1968
M di Surabaya, yang pada awalnya merupakan sebuah bank pasar yang
bernama bank pasar Swadesi. Pada tahun 1984 M bank pasar Swadesi
diambil alih oleh keluarga Chugani, sehingga pada tanggal 2
September tahun 1989 M bank pasar Swadesi berkembang dan resmi
menjadi bank umum yang bernama bank Swadesi. Ditahun 1990, bank
Swadesi melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank
Perkreditan Rakyat Panti Daya Ekonomi yang berkedudukan di
Surakarta untuk dapat membuka kantor cabang di Jakarta.
Pada tahun 1992 M Bank Swadesi memperoleh ijin dari Bank
Indonesia untuk menjalankan usaha sebagai pedagang valuta asing. Di
bawah pengendalian manajemen yang baru ini proses tumbuh dan
berkembang bank Swadesi terus berlanjut, sehingga pada tanggal 11
November tahun 1994 M Bank Swadesi mendapatkan peningkatan
status dari Bank Indonesia yaitu secara resmi beroperasi menjadi bank
Devisa. Dengan status yang baru ini semakin memperkuat posisi bank
Swadesi sebagai lembaga yang dapat memberikan jasa dan layanan
perbankan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Dalam upaya pengembangan usaha dan sekaligus untuk
mendekatkan diri pada sentra bisnis nasional, pada tahun 1995 M di
58
lakukan pemindahan kantor pusat dari Surabaya keJakarta. Konsistensi
pada komitmen untuk terus berkembang dan memberikan yang terbaik
dengan berpedoman pada prinsip kehati-hatian, telah menjadi bukti
keberhasilan Bank Swadesi dalam melewati masa-masa sulit ditengah
krisis multidimensi yang melanda Indonesia. Berdasarkan hasil due
diligence yang dilakukan oleh pihak independen Bank Swadesi
termasuk dalam kategori bank “A” sehingga tidak perlu masuk dalam
program rekapitalisasi. Sebagai langkah strategis untuk mengantisipasi
perkembangan perbankan dimasa mendatang, khususnya dalam aspek
permodalan, pada tahun 2002 M Bank Swadesi mencatatkan sahamnya
di Bursa Efek Jakarta dan tercatat sebagai lembaga perbankan ke-22
yang “go public”.
Sejalan dengan program kegiatan Arsitektur Perbankan Indonesia
(API), Bank Swadesi telah memenuhi kriteria sebagai bank fokus
dengan modal minimal Rp 100 miliar dan dengan kondisi permodalan
yang cukup akan memberikan keunggulan kompetitif bagi Bank
Swadesi dalam memanfaatkan segala peluang yang ada.Untuk dapat
mewujudkan Visi, Misi dan sekaligus memperkuat posisinya dipeta
perbankan nasional, Bank Swadesi memandang perlu untuk menjalin
aliansi strategis dengan mengundang investor yang kuat. Upaya
tersebut di realisasikan dengan penandatanganan Akta Akuisisi antara
pemegang saham mayoritas Bank Swadesi dengan Bank Of India
terkait dengan pengambilalihan saham sebanyak 235.600.000 lembar
saham atau yang mewakili 76% dari keseluruhan saham Bank Swadesi
pada tanggal 22 Juni 2007 M. Dengan demikian secara resmi Bank of
India telah menjadi pemegang saham mayoritas dan mengambil alih
pengendalian Bank Swadesi. Dengan terjadinya pengambilalihan
pengendalian kepemilikan, pada tahun 2011 nama Bank Swadesi
berubah nama menjadi PT. Bank of India Indonesia Tbk.
Dengan dukungan Bank of India, sebagai bank yang telah berusia
100 tahun dan memiliki 22 kantor cabang di luar negeri yang meliputi:
59
USA, United Kingdom, Channel Islands, France, Kenya, Singapore,
Indonesia, Hongkong, west Indies, Japan, China. PT Bank of India
Indonesia Tbk kedepan diharapkan akan terus membangun pondasi
yang kokoh untuk mencapai kinerja terbaik dengan pertumbuhan yang
berkelanjutan melalui alih pengetahuan dan teknologi, penempatan
individu dan meningkatkan modal pada saat dibutuhkan. Pada tanggal
31 Desember 2016 M, PT Bank of India Indonesia Tbk memiliki
kantor operasional, yang tediri dari 1 kantor pusat, 7 kantor cabang, 6
kantor cabang pembantu, 2 kantor kas yang tersebar di wilayah Jakarta,
Surabaya, Bandung, Medan, Bali, dan Makassar (Anual report PT
Bank of India Indonesia Tbk).
2. Visi dan Misi Perusahaan
Adapun visi dan misi PT Bank of India Indonesia Tbk ialah sebagai
berikut:
a. Visi
Menjadi bank yang prudent dan terpercaya dengan standar
internasional dalam memenuhi kebutuhan nasabah, dalam transaksi
perbankan nasional maupun internasional.
b. Misi
Menyediakan layanan unggulan dengan lebih memfokuskan pada
perbankan retail, berdasarkan prinsip kehati-hatian bank dan Good
Corporate Governance untuk meningkatkan nilai bagi stakeholder.
60
3. Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 4.1Struktur Organisasi PT Bank of India Indonesia Tbk
Pemegang Saham
Dewan Komisaris
Direktur Utama:Sindbad Rijadi Hardjodipuro
Wakil Direktur Utama:Gopinathan Ekamurthy
Direktur Kredit &Internasional Banking:Prashant ThapliyaL
Direktur Operasional:Ferry Koswara
Direktur Kepatuhan:Primasura Pandu
Dwipanata
Komite Nominasi & Remunerasi
Komite Pemantau Resiko
Komite Audit
D. Analisis Kredit:
Siti Yanti E. Gultom
D. Administrasi Kredit& Remedial:
Aminah
Divisi Legal:
Muhammad Chotib
D. Indian Desk:
Gautam Chada
D. Treasury:
Heru Helbianto
D.Kontrol Akunting& Pengendalian Keuangan:
E.C Timotius Tinarko
D. Teknologi InformasiRamamurthy
Bhamidimukkula
D. Umum & CorporateSuport
Unit Kontrol Internal
D. Internasional &Koresponden Bank
D. Perencanaan Strategi & Pengembangan Bisinis: AdeDevi Butar Butar
D. Pelayanan Pelanggan
D. MIS & Pelaporan
Divisi SDM:
Joko Yunianto
Divisi Kepatuhan:
Heru HermawanIndrasaputra
Divisi ManajemenRisiko:
Wahyu Himmah R
Divisi SekretarisPeruahaan
61
B. Pembahasan
1. Dasar Revaluasi Aset Tetap Perusahaan
Berdasarkan surat No. 203/KP-BD/PJK/XII/2015 tanggal 04
Desember 2015, PT Bank of India Indonesia Tbk mengajukan
permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta mengenai
permohonan penilaian kembali aset tetap, kemudian PT Bank of India
Indonesia Tbk mendapat persetujuan dan melakukan revaluasi aset
tetap pada bulan Desember 2015 tersebut. Revaluasi yang digunakan
oleh perusahaan adalah revaluasi parsial yaitu, revaluasi yang hanya di
lakukan terhadap sebagian dari aset tetap perusahaan yang dimiliki. Di
mana PT Bank of India Indonesia Tbk hanya melakukan revaluasi pada
aset tetap tanah dan bangunan. Revaluasi yang di lakukan PT Bank of
India Indonesia Tbk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
No 191/PMK.010/2015 serta perubahan PMK No 233/PMK.03/2015
tentang penilaian kembali aktiva tetap.
Tata cara revaluasi aset tetap telah sesuaikan berdasarkan peraturan
yang ada. Tujuan perusahaan melakukan revaluasi aset tetap ialah untuk
mencerminkan nilai aset tetap yang sebenarnya. Penilaian terhadap
tanah dan bangunan di lakukan oleh penilai independen eksternal yang
memiliki sertifikasi. Revaluasi di lakukan dengan keteraturan yang
memadai untuk memastikan bahwa nilai wajar dari aset yang di nilai
kembali tidak berbeda material dari nilai tercatatnya (Catatan atas
laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk, 2015:41).
62
2. Nilai Aset Tetap Tanah dan Bangunan Setelah Revaluasi
Tabel 4.1PT Bank of India Indonesia Tbk
Nilai Aset Tetap Tanah dan BangunanTahun 2015(Dalam Rupiah)
NamaAset
Nilaibuku/nilaisebelumrevaluasi
Nilai pasar/nilaisetelah revaluasi
Surplusrevaluasi aset
tetap
Tanah
Bangunan
5.046.115.250
9.238.387.395
93.489.000.000
47.183.340.027
88.442.884.750
37.944.952.632
Total 14.284.502.645 140.672.340.027 126.387.837.382
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015
Seperti yang terdapat pada tabel di atas, nilai wajar aset tetap tanah
dan bangunan PT Bank of India Indonesia Tbk di tahun 2015
mengalami kenaikan dari nilai tercatat aset, dengan selisih sebesar Rp
126.387.837.382, di mana nilai tanah sebelum di revaluasi sebesar Rp
5.046.115.250 menjadi Rp 93.489.000.000 setelah di revaluasi,
sedangkan bangunan nilai sebelum revaluasi sebesar Rp 9.238.387.395
menjadi Rp 47.183.340.027 setelah di revaluasi. perubahan nilai yang
terbesar adalah pada aset tetap tanah, meningkat sebesar 1852,7 % dari
nilai buku, sedangkan aset tetap bangunan meningkat sebesar 510,7 %
dari nilai buku.
Tabel 4.2Pajak Final atas Selisih Lebih Nilai Revaluasi Aset Tetap
PT Bank of India Indonesia Tbk Tahun 2015(Dalam rupiah)
Nama
Aset
Nilai selisih
lebih revaluasi
aset tetap
Tarif Pajak Final Jumlah pajak
yang
dibayarkan
Tanah
Bangunan
88.442.884.750
38.169.775.304
126.612.660.054 x
3%
3.798.379.802
Total 126.612.660.054 3.798.379.802
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk
63
Selisih lebih atas revaluasi aset tetap tanah dan bangunan PT Bank
of India Indonesia Tbk di kenai pajak final, sesuai dengan PMK Nomor
191/PMK.010/2015 dan perubahan PMK Nomor 233/PMK.03/2015
atas penilaian kembali aktiva tetap, bagi permohonan yang diajukan
mulai dari 15 Oktober sampai dengan 31 Desember 2015 akan
mendapatkan tarif khusus, yaitu dengan tarif sebesar 3%. PT Bank of
India Indonesia Tbk mengajukan permohonan pada tanggal 04
Desember 2015, maka ia mendapatkan tarif khusus pajak final atas
selisih lebih penilaian aktiva/aset tetap sebesar 3%, seperti yang di
hitung pada tabel di atas, PT Bank of India Indonesia Tbk harus
membayar pajak final sebesar Rp 3.798.379.802 atau 3% dari total
selisih lebih revaluasi aset tetap tanah dan bangunan (126.612.660.054
x 3%).
3. Dasar dan Beban Penyusutan Aset Tetap
a. Dasar penyusutan aset tetap
Tabel 4.3PT Bank of India Indonesia Tbk
Dasar Penyusutan Aktiva/Aset Tetap (Bangunan)Aktiva/Aset Tetap Masa Manfaat Tarif
Penyusutan
Tanah
Bangunan
-
20 tahun
-
5%
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk
Umur ekonomis atau masa manfaat aset tetap bangunan adalah
20 tahun dan tidak memiliki nilai sisa, seperti yang terdapat pada
tabel di atas. Sedangkan aset tetap tanah tidak memiliki masa
manfaat karena aset tetap tanah memiliki masa manfaat yang tidak
terbatas. Metode penyusutan aset tetap PT Bank of India Indonesia
Tbk menggunakan metode saldo menurun kecuali aset tetap
bangunan, aset tetap bangunan di susutkan dengan metode garis
lurus atau dengan tarif 5%, sedangkan aset tetap tanah tidak di
susutkan.
64
b. Beban penyusutan aset tetap
Tabel 4.4Beban Penyusutan Aset Tetap (Sebelum Revaluasi)
PT Bank of India Indonesia TbkTahun 2015
(Dalam rupiah)Nama
Aset
Harga
Perolehan
Beban
Penyusutan
Nilai buku
Tanah
Bangunan
5.046.115.250
21.975.936.121
-
902.129.468
5.046.115.250
9.238.387.395
Total 27.022.051.371 902.129.468 14.284.502.645
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk
Tabel 4.5Beban Penyusutan Aset Tetap (Setelah Revaluasi)
PT Bank of India Indonesia TbkTahun 2015
(Dalam rupiah)Nama
Aset
Harga
Perolehan
Beban
Penyusutan
Nilai buku
Tanah
Bangunan
93.489.000.000
47.327.743.001
-
2.383.019.214
93.489.000.000
44.944.723.787
Total 140.816.743.001 2.383.019.214 138.433.723.787
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk
Beban penyusustan aset tetap bangunan PT Bank of India
Indonesia Tbk tahun 2015 sebelum revaluasi adalah sebesar Rp
1.018.811.032, kemudian perusahaan melakukan reklasifikasi aset
tetap bangunan pada tahun 2015 sebesar Rp 12.593.145.752,
sehingga beban penyusutan aset tetap bangunan sebelum
melakukan revaluasi berubah menjadi Rp 902.129.468. Sedangkan
beban penyusutan aset tetap bangunan perusahaan setelah
melakukan revaluasi meningkat menjadi Rp 2.383.019.214
(Laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015).
65
4. Laporan Keuangan Sebelum Revaluasi Aset Tetap (Tanah dan
Bangunan)
Tabel 4.6PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK
Laporan Posisi Keuangan (Sebelum Revaluasi)Per 31 Desember 2015
(Dalam rupiah)Nama Akun Debet Kredit
Aset:
Kas
Giro pada Bank
Indonesia
Giro pada Bank Lain
-Pihak Berelasi
-Pihak Ketiga
Dikurangi: Cadangan
Kerugian Penurunan
Nilai
Giro Pada Bank Lain
Bersih
Penempatan Pada Bank
Indonesia dan Bank lain
Efek-efek bersih
Tagihan derivatif
Kredit yang diberikan
-Pihak berelasi
-Pihak ketiga
Dikurangi: Cadangan
Kerugian Penurunan
Nilai
Kredit yang Diberikan
Bersih
13.519.538.000
409.940.362.071
5.096.716.683
78.564.895.946
(157.066.213)
83.504.546.416
78.963.813.780
1.568.731.873.714
1.663.978.466
192.929.084.207
3.399.858.376.025
(191.332.047.488)
3.401.455.412.744
66
Tagihan Akseptasi
Pajak dibayar dimuka
Biaya Dibayar Dimuka
Aset Tetap
Dikurangi: Akumulasi
Penyusutan
Aset Tetap-net
Aset Takberwujud
Dikurangi: Amortisasi
Aset Takberwujud-net
Aset Lain-lain
Jumlah Aset
Liabilitas dan Ekuitas
Liabilitas:
Liabilitas Segera
Simpanan Nasabah
- Pihak Berelasi
- Pihak Ketiga
Jumlah Simpanan
Nasabah
Simpanan dari Bank Lain
- Pihak Berelasi
- Pihak Ketiga
Jumlah Simpanan dari
Bank Lain
Liabilitas Derivatif
Utang Akseptasi
Utang Pajak
Pendapatan Diterima
Dimuka
99.866.533.741
9.317.621.154
3.035.352.801
35.875.204.456
(17.429.351.641)
18.445.852.815
7.027.878.087
(2.180.320.373)
4.847.557.714
277.120.121.095
5.970.412.564.511
9.576.669.338
278.144.135.429
4.099.979.001.570
4.378.123.136.999
418.508.662.132
24.317.562.672
442.826.224.804
1.585.522.944
99.866.533.741
6.188.184.776
2.197.231.714
67
Liabilitas Imbalan Pasca-
kerja
Liabilitas Pajak
tangguhan
Liabilitas Lain-lain
Jumlah Liabilitas
Ekuitas:
Modal saham
Tambahan modal disetor
Laba belum direalisasi
atas kepemilikan efek
tersedia untuk dijual
Pengukuran kembali atas
program imbalan pasti-
bersih
Saldo Laba
-Ditentukan
penggunaannya
-Tidak ditentukan
Penggunaannya
Jumlah Ekuitas
4.465.116.018
1.806.149.085
25.959.958.628
4.972.594.728.047
208.320.000.000
478.301.320.814
451.506.817
(2.027.549.893)
20.000.000.000
292.772.558.726
997.817.836.464
Jumlah Liabilitas dan
Ekuitas
5.970.412.564.511
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015.
Laporan posisi keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk pada
tahun 2015 sebelum revaluasi menunjukan jumlah aset sebesar Rp
5.970.412.564.511 dengan jumlah aset tetap sebesar Rp 35.875.204.456
dan akumulasi penyusutan aset tetap sebesar Rp 17.429.351.641
(penyusutan bangunan Rp 318.522.439 + penyusutan aset tetap selain
bangunan sebesar Rp 17.110.829.202), sedangkan jumlah ekuitas
sebesar Rp 997.817.836.464 dan tidak ada penambahan ataupun
68
pengurangan pada jumlah aset tetap. Pada bagian ekuitas tidak ada akun
“surplus revaluasi aset tetap”, dan menunjukan jumlah ekuitas dan
liabilitas sebesar Rp 5.970.412.564.511
Tabel 4.7PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK
Laporan Laba Rugi danPenghasilan Komprehensif Lain (Sebelum Revaluasi)
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal31 desember 2015
(Dalam rupiah)
Nama akun
Pendapatan dan beban
operasional
Pendapatan bunga
-Bungka
-Provisi dan Komisi
Jumlah pendapatan bunga
Beban bunga
- Bunga
-Premi program
penjaminan simpanan
Jumlah beban bunga
Pendapatan bunga-bersih
Pendapatan operasionalainya
Provisi dan komisi selain
dari kredit-Bersih
Keuntungan transaksi mata
uang asing-bersih
lain-lain
552.414.395.18
1.521.204.470
553.935.599.657
(355.160.899.253)
(9.116.124.916)
(364.277.024.169)
189.658.575.488
13.460.480.998
10.687.119.483
1.028.660.029
214.834.835.998
69
Pembentukan cadangan
kerugian penurunan nilai aset
keuangan
Beban operasional lainnya
Tenaga kerja dan tunjangan
Umum dan administrasi
Jumlah beban operasional
lainnya
Pendapatan (beban)
operasional bersih
Pendapatan dan beban non
operasional:
Laba penjualan aset tetap -
bersih
Lainnya – bersih
Beban non operasional bersih
Laba (rugi) sebelum pajak
Manfaat (beban) pajak:
Kini
Tangguhan
Laba bersih tahun berjalan
Penghasilan komprehensif
lain setelah pajak
Pos-pos yang tidak akan
direklasifikasi kelaba rugi:
Pengukuran kembali atas
program imbalan pasti
Pajak atas penghasilan terkait
Pos-pos yang tidak akan
direklasifikasi ke laba rugi
(197.497.235.808)
(36.126.734.284)
(26.955.597.434)
(63.082.331.718)
(45.744.731.528)
116.400.000
(1.972.900.322)
(1.856.500.322)
(47.601.231.850)
-
2.933.188.355
(44.668.043.495)
3.373.037.393
(10.385.703.174)
70
Pos-pos yang akan
direklasifikasi kelaba rugi:
Kerugian neto yang belum
direalisasi atas perubahan
nilai efek-efek yang
tersedia untuk dijual
Jumlah penghasilan (rugi)
komprehensif lain tahun
berjalan setelah pajak
Jumlah penghasilan (rugi)
komprehensif tahun
berjalan
(412.531.179
(7.425.196.960)
(52.093.240.455)
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015.
Seperti yang terdapat pada tabel laporan laba rugi komprehensif
sebelum revaluasi tahun 2015 di atas, pada laporan laba rugi
komprehensif bagian penghasilan komprehensif lain tidak ada akun
“surplus revaluasi aset tetap”. Penghasilan komprehensif setelah pajak
tahun 2015 PT bank of India Indonesia Tbk mengalami kerugian
sebesar Rp 7.425.196.960, untungnya penghasilan komprehensif tidak
mempengaruhi jumlah ekuitas perusahaan. Sedangkan beban
penyusutan aset tetap disajikan dalam akun beban umum dan
administrasi sebesar Rp 2.969.075.982 (beban penyusutan aset tetap
selain bangunan sebesar Rp 2.066.946.514 + beban penyusutan
bangunan Rp 902.129.468).
71
Tabel 4.8PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK
Laporan Perubahan Ekuitas (Sebelum Revaluasi)Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015
(Dalam rupiah)Nama Akun
Saldo per 31 Desember 2014
Penerbitan saham baru melalui
penawaran umum terbatas II-
bersih
-Ditempatkan dan disetor penuh
-Tambahan modal disetor
Penyisihan cadangan umum
-Ditentukan penggunaannya
-Tidak ditentukan
penggunaannya
Jumlah penyisihan cadangan
umum
Laba tahun berjalan
Rugi tahun berjalan
Penghasilan komprehensif lain-
bersih
-Laba rugi belum direalisasi atas
efek tersedia untuk dijual
-pengukuran kembali atas
program imbalan pasti
Jumlah penghasilan
komprehensif lain-bersih
Saldo per 31 Desember 2015
556.249.317.333
34.720.000.000
449.399.315.760
2.000.000.000
(2.000.000.000)
-
1.040.368.633.093
-
(44.668.043.495)
995.700.589.598
(412.531.179)
2.529.778.045
2.117.246.866
997.817.836.464
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015
72
Seperti yang terlihat pada tabel di atas, tidak ada penambahan
ataupun pengurangan akibat selisih lebih atau selisih kurang nilai
revaluasi aset tetap, jika aset tetap tidak di revaluasi. jumlah saldo
ekuitas PT Bank of India Indonesia Tbk pada tahun 2015 sebelum
revaluasi aset tetap tanah dan bangunan ialah sebesar Rp
997.817.836.464.
5. Laporan Keuangan Setelah Revaluasi Aset Tetap (Tanah dan
Bangunan)
Tabel 4.9PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK
Laporan Posisi Keuangan (Setelah Revaluasi)Per 31 Desember 2015
(Dalam rupiah)Nama Akun Debet Kredit
Aset:
Kas
Giro pada Bank
Indonesia
Giro pada Bank Lain
Pihak Berelasi
Pihak Ketiga
Dikurangi: Cadangan
Kerugian Penurunan
Nilai
Giro Pada Bank Lain
Bersih
Penempatan Pada Bank
Indonesia dan Bank lain
Efek-efek bersih
Tagihan derivatif
Kredit yang diberikan
Pihak berelasi
13.519.538.000
409.940.362.071
5.096.716.683
78.564.895.946
(157.066.213)
83.504.546.416
78.963.813.78
1.568.731.873.714
1.663.978.466
192.929.084.207
73
Pihak ketiga
Dikurangi: Cadangan
Kerugian Penurunan
Nilai
Kredit yang Diberikan
Bersih
Tagihan Akseptasi
Biaya Dibayar Dimuka
Aset Tetap
Dikurangi: Akumulasi
Penyusutan
Aset Tetap-net
Aset Takberwujud
Dikurangi: Amortisasi
Aset Takberwujud-net
Aset Lain-lain
Jumlah Aset
Liabilitas dan Ekuitas
Liabilitas:
Liabilitas Segera
Simpanan Nasabah
Pihak Berelasi
Pihak Ketiga
Jumlah Simpanan
Nasabah
Simpanan dari Bank Lain
Pihak Berelasi
Pihak Ketiga
Jumlah Simpanan dari
Bank Lain
Liabilitas Derivatif
3.399.858.376.025
(191.332.047.488)
3.401.455.412.744
99.866.533.741
3.035.352.801
162.263.041.838
(17.429.351.641)
144.833.690.197
7.027.878.087
(2.180.320.373)
4.847.557.714
277.120.121.095
6.087.482.780.739
9.576.669.338
278.144.135.429
4.099.979.001.570
4.378.123.136.999
418.508.662.132
24.317.562.672
442.826.224.804
1.585.522.944
74
Utang Akseptasi
Utang Pajak
Pendapatan Diterima
Dimuka
Liabilitas Imbalan Pasca-
Kerja
Liabilitas Pajak
Tangguhan
Liabilitas Lain-lain
Jumlah Liabilitas
Ekuitas:
Modal saham
Tambahan modal disetor
Surplus revaluasi aset
tetap-bersih
Laba belum direalisasi
atas kepemilikan efek
tersedia untuk dijual
Pengukuran kembali atas
program imbalan pasti-
bersih
Saldo laba
- Ditentukan
penggunaannya
-Tidak ditentukan
penggunaannya
Jumlah Ekuitas
99.866.533.741
6.188.184.776
2.197.231.714
4.465.116.018
1.806.149.085
25.959.958.628
4.972.594.728.047
208.320.000.000
478.301.320.814
117.070.216.228
451.506.817
(2.027.549.893)
20.000.000.000
292.772.558.726
1.114.888.052.692
Jumlah Liabilitas dan
Ekuitas
6.087.482.780.739
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015
75
Laporan posisi keuanagan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun
2015 setelah melakukan revaluasi aset tetap tanah dan bangunan,
jumlah aset meningkat menjadi Rp 6.087.482.780.739 yang disebabkan
nilai aset tetap tanah dan bangunan meningkat sebesar Rp
126.612.660.054 dan di kurangi dengan kerugian penurunan nilai
sebesar Rp 224.822.672, sihingga nilai aset tetap setelah revaluasi
sebesar Rp 162.263.041.838, dengan akumulasi penyusutan sebesar Rp
17.429.351.641, berarti nilai akumulasi aset tetap bangunan setelah
revaluasi masih sama dengan yang sebelum revaluasi, karena nilai
akumulasi penyusutan yang baru berlaku untuk tahun selanjutnya, yaitu
tahun 2016. Sedangkan jumlah ekuitas menjadi Rp 1.114.888.052.692
karena adanya penambahan ekuitas dari selisih lebih penilaian aset tetap
tanah dan bangunan sebesar Rp 117.070.216.228 yaitu nilai selisih
lebih aset tetap setelah revaluasi sebesar Rp126.612.660.054 di kurangi
dengan pajak penghasilan sebesar Rp 9.542.443.826. setelah melakukan
revaluasi aset tetap tanah dan bangunan, pada bagian ekuitas muncul
akun baru yaitu akun “ surplus revaluasi aset tetap”.
Tabel 4.10PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK
Laporan Laba Rugi dan PenghasilanKomprehensif Lain (Setelah Revaluasi)
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 desember 2015(Dalam rupiah)
Nama akun
Pendapatan dan beban operasional
Pendapatan bunga
- Bungka
-Provisi dan Komisi
Jumlah pendapatan bunga
Beban bunga
-Bunga
552.414.395.18
1.521.204.470
553.935.599.657
(355.160.899.253)
76
-Premi program penjaminan
Simpanan
Jumlah beban bunga
Pendapatan bunga-bersih
Pendapatan operasional lainya
- Provisi dan komisi selain dari
kredit-Bersih
Keuntungan transaksi mata uang
asing-bersih
lain-lain
Pembentukan cadangan kerugian
penurunan nilai aset keuangan
Beban operasional lainnya
-Tenaga kerja dan tunjangan
-Umum dan administrasi
Jumlah beban operasional lainnya
Pendapatan (beban) operasional
bersih
Pendapatan dan beban non
operasional:
Laba penjualan aset tetap – bersih
Lainnya – bersih
Beban non operasional bersih
Laba (rugi) sebelum pajak
Manfaat (beban) pajak:
Kini
Tangguhan
Laba bersih tahun berjalan
(9.116.124.916)
(364.277.024.169)
189.658.575.488
13.460.480.998
10.687.119.483
1.028.660.029
214.834.835.998
(197.497.235.808)
(36.126.734.284)
(26.955.597.434)
(63.082.331.718)
(45.744.731.528)
116.400.000
(1.972.900.322)
(1.856.500.322)
(47.601.231.850)
-
2.933.188.355
(44.668.043.495)
77
Penghasilan komprehensif lain
setelah pajak
Pos-pos yang tidak akan
direklasifikasi kelaba rugi:
Surplus revaluasi aset tetap
Pengukuran kembali atas program
Imbalan pasti
Pajak atas penghasilan terkait
Pos-pos yang tidak akan
direklasifikasi ke laba rugi
Pos-pos yang akan direklasifikasi
kelaba rugi:
Kerugian neto yang belum
direalisasi atas perubahan nilai
efek-efek yang tersedia untuk
dijual
Jumlah penghasilan (rugi)
komprehensif lain tahun
berjalan setelah pajak
Jumlah penghasilan
komprehensif tahun berjalan
126.612.660.054
3.373.037.393
(10.385.703.174)
(412.531.179)
119.187.463.094
74.519.419.599
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015
Perlakuan surplus revaluasi aset tetap perusahaan di sajikan dalam
pendapatan atau penghasilan komprehnsif lain. Seperti yang terdapat
dalam tabel laporan laba rugi komprehesif setelah revaluasi tahun 2015
PT Bank of India Indonesia Tbk di atas, setelah perusahaan melakukan
revaluasi pada aset tetap tanah dan bangunan, kemudian mengalami
kenaikkan nilai sebesar Rp 126.612.660.054 diakui dalam laporan laba
rugi komprehensif yang terdapat pada bagian penghasilan komprehensif
lain yang tidak terdapat pada laporan laba rugi perusahaan. Pada
laporan laba rugi komprehensif perusahaan muncul akun baru di bagian
78
penghasilan komprehensif yaitu akun “surplus revaluasi aset tetap”.
Jika aset tetap tanah dan bangunan tersebut di hentikan pengakuannya,
contohnya aset tetap tanah dan bangunan tersebut di jual, maka surplus
revaluasi aset tetap tersebut dapat di pindahkan langsung ke saldo laba
perusahaan. Beban penyusutan aset tetap di sajikan dalam akun beban
umum dan administrasi sebesar Rp 2.969.075.982 (beban penyusutan
aset tetap bangunan sebesar Rp 902.129.468 + beban penyusutan aset
tetap selain bangunan sebesar Rp 2.066.946.514), berarti nilai beban
penyusutan aset tetap bangunan setelah revaluasi tidak mempengaruhi
laporan laba rugi perusahaan pada tahun 2015 .
Tabel 4.11PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK
Laporan Perubahan Ekuitas (Setelah Revaluasi)Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015
(Dalam rupiah)Nama Akun
Saldo per 31 Desember 2014
Penerbitan saham baru melalui
penawaran umum terbatas II-
bersih
-Ditempatkan dan disetor penuh
-Tambahan modal disetor
Penyisihan cadangan umum
-Ditentukan penggunaannya
-Tidak ditentukan penggunaannya
Jumlah penyisihan cadangan umum
Laba tahun berjalan
Rugi tahun berjalan
556.249.317.333
34.720.000.000
449.399.315.760
2.000.000.000
(2.000.000.000)
-
1.040.368.633.093
-
(44.668.043.495)
995.700.589.598
79
Penghasilan komprehensif lain:
Surplus revaluasi aset tetap
Laba rugi belum direalisasi
atas efek tersedia untuk dijual
pengukuran kembali atas
program imbalan pasti
Jumlah penghasilan komprehensif
lain-bersih
Saldo per 31 Desember 2015
117.070.216.228
(412.531.179)
2.529.778.045
119.187.463.094
1.114.888.052.692
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015
Laporan perubahan ekuitas PT Bank of India Indonesia Tbk tahun
2015 setelah melakukan revaluasi aset tetap tanah dan bangunan,
terdapat penambahan dan akun baru pada bagian kredit yaitu “surplus
revaluasi aset tetap” sebesar Rp 117.070.216.228 setelah di kurangi
pajak penghasilan sebesar Rp 9.542.443.826. Adanya penambahan
ekuitas akibat selisih lebih revaluasi aset tetap tersebut, maka jumlah
ekuitas pada akhir tahun 2015 menjadi sebesar Rp 1.114.888.052.692.
saldo akhir tahun 2015 tersebut akan menjadi saldo ekuitas awal pada
tahun 2016.
6. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Sebelum dan Setelah
Revaluasi Aset Tetap
a. Analisis laporan keuangan sebelum revaluasi aset tetap
Laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015
sebelum melakukan revaluasi aset tetap tanah dan bangunan,
menunjukan:
1) Laporan posisi keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk
tahun 2015 menunjukan bahwa jumlah aset atau aktiva sebesar
Rp 5.970.412.564.511, dengan jumlah ekuitas sebesar Rp
997.817.836.464. dan tidak ada akun surplus revaluasi pada
bagian ekuitas.
80
2) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain PT Bank
of India Indonesia Tbk tahun 2015 sebelum melakukan
revaluasi aset tetap tanah dan bangunan, tidak ada akun surplus
revaluasi aset tetap pada bagian penghasilan komprehensif
yang tidak terdapat dalam laporan laba rugi.
3) Laporan perubahan ekuitas PT Bank of India Indonesia Tbk
tahun 2015 sebelum melakukan revaluasi aset tetap,
menunjukkan bahwa tidak ada penambahan modal perusahaan
dari surplus revaluasi aset tetap, kemudian juga tidak terdapat
akun surplus revaluasi aset tetap.
b. Analisis laporan keuangan setelah revaluasi aset tetap
Setelah melakukan revaluasi pada aset tetap tanah dan
bangunan oleh PT Bank of India Indonesia Tbk pada tahun 2015,
laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015
mencerminkan nilai aset tetap tanah dan bangunan yang
sebenarnya pada saat pelaporan, revaluasi tersebut berdampak pada
laporan keuangan perusahaan, yaitu pada:
1) Laporan posisi keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk pada
tahun 2015 menunjukkan bahwa, nilai aset tetap sebesar Rp
162.263.041.838, sedangkan sebelum revaluasi sebesar Rp
35.875.204.456, berarti meningkat sebesar Rp 126.360.837.382.
Sedangkan jumlah aktiva sebesar Rp 6.087.482.780.739 berarti
maningkat sebesar 1.96 % dari yang sebelumnya, sedangkan
nilai akumulasi penyusutan aset tetap masih sama dengan nilai
yang sebelum di revaluasi yaitu sebesar Rp 17.429.351.641,
karena nilai penyusutan aset tetap tanah dan bangunan yang di
revaluasi mulai berlaku untuk tahun selanjutnya, yaitu mulai
tahun 2016. Kemudian pada bagian ekuitas terdapat akun baru
yaitu “surplus revaluasi aset tetap” dengan nilai sebesar Rp
117.070.216.228 yang menyebabkan jumlah ekuitas menjadi
81
sebesar Rp 1.114.888.052.692, meningkat sebesar 11,73% dari
nilai yang sebelumnya.
2) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain PT Bank
of India Indonesia Tbk tahun 2015 setelah melakukan revaluasi
aset tetap tanah dan bangunan, pada bagian penghasilan
komprehensif lain terdapat akun baru, yaitu “surplus revaluasi
aset tetap” dengan nilai sebesar Rp 126.612.660.054, yang
mengakibatkan nilai penghasilan komprehensif lain menjadi
sebesar Rp 119.187.463.094, meningkat sebesar 1505,17% dari
yang sebelumnya, sedangkan beban penyusutan aset tetap
masih sama dengan yang sebelumnya, karena nilai beban
penyusutan aset tetap bangunan yang telah di revaluasi berlaku
untuk tahun setelah melakukan revaluasi, sehingga tidak
mempengaruhi laba perusahaan pada tahun 2015.
3) Laporan perubahan ekuitas PT Bank of India Indonesia Tbk
tahun 2015 setelah melakukan revaluasi aset tetap tanah dan
bangunan menunjukkan bahwa, jumlah ekuitas sebesar Rp
1.114.888.052.692 sedangkan sebelum revaluasi sebesar Rp
997.817.836.464, meningkat senilai Rp 117.070.216.228.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang dilakukan atas analisis
perbandingan laporan keuangan sebelum dan setelah revaluasi aset tetap
PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015, maka hasil penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015
sebelum melakukan revaluasi pada aset tetap tanah dan bangunan
menunjukkan bahwa:
a. Laporan posisi keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun
2015 jumlah aset atau aktiva sebesar Rp 5.970.412.564.511, dan
jumlah ekuitas sebesar Rp 997.817.836.464.
b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain PT Bank of
India Indonesia Tbk tahun 2015 dengan jumlah rugi tahun berjalan
sebesar Rp 44.668.043.495, kemudian jumlah penghasilan (rugi)
komprehensif tahun berjalan sebesar Rp 52.093.240.455.
c. Laporan perubahan ekuitas PT Bank of India Indonesia Tbk tahun
2015 dengan jumlah ekuitas sebesar Rp 997.817.836.464.
2. Adapun laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015
setelah melakukan revaluasi pada aset tetap tanah dan bangunan, yaitu
sebagai berikut:
a. Laporan posisi keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun
2015, jumlah aset tetap menjadi sebesar Rp 6.087.482.780.739, dan
jumlah ekuitas sebesar Rp 1.114.888.052.692 meningkat dari
jumlah nilai yang sebelum revaluasi. Meningkatnya jumlah aset
dan ekuitas perusahaan, maka rasio keuangan perusahaan juga
akan meningkat.
b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain PT Bank of
India Indonesia Tbk tahun 2015 setelah revaluasi aset tetap, jumlah
83
rugi tahun berjalan perusahaan sebesar Rp 44.668.043.495, dan
jumlah penghasilan komprehensif tahun berjalan mengalami
keuntungan sebesar Rp 74.519.419.599.
c. Laporan perubahan ekuitas PT Bank of India Indonesia Tbk tahun
2015 setelah revaluasi aset tetap, jumlah ekuitas perusahaan
meningkat menjadi Rp 1.114.888.052.692.
3. Setelah melakukan revaluasi aset tetap tanah dan bangunan pada tahun
2015, PT Bank of India Indonesia Tbk membayar pajak final sebesar
Rp 3.798.379.802 atau 3% dari selisih lebih penilaian aset tetap tanah
dan bangunan. Penyusutan aset tetap bangunan untuk tahun
selanjutnya atau tahun setelah melakukan revaluasi meningkat menjadi
Rp 2.383.019.214 yang bisa mengakibatkan berkurangnya jumlah laba
perusahaan, dengan berkurangnya jumlah laba akibat revaluasi, maka
juga akan berdampak terhadap jumlah pajak penghasilan perusahaan.
Menerapkan metode revaluasi pada aset tetap, akan mencerminkan
nilai aset tetap yang sebenarnya pada saat tanggal pelaporan.
B. Implikasi
Implikasi dari penelitian ini ialah perbandingan laporan keuangan
sebelum dan setelah revaluasi aset tetap terbukti berbeda, karena
menerapkan metode revaluasi pada aset tetap mengalami perubahan nilai,
sehingga laporan keuangan perusahaan setelah revaluasi terpengaruh.
Revaluasi aset tetap juga bermanfaat bagi perusahaan, bisa menampilkan
jumlah aset tetap yang sebenarnya pada saat pelaporan, dan jika nilai aset
meningkat akibat revaluasi maka akan meningkatkan rasio keuangan
perusahaan.
C. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka saran untuk:
1. perusahaan yang diteliti ialah, sebaiknya melakukan revaluasi terhadap
seluruh aset tetap yang dimiliki perusahaan, agar laporan keuangan
84
perusahaan mencerminkan kemampuan dan nilai yang sebenarnya
pada saat pelaporan. Dengan melakukan revaluasi perusahaan bisa
meningkatkankan jumlah aset dan ekuitas, kemudian juga bisa
menghemat beban pajak yang di bayarkan untuk tahun selanjutnya.
2. Akademis, untuk penelitian selanjutnya semoga bisa menggunakan
data primer dalam melakukan penelitian ini untuk lebih memperdalam
lagi tentang revaluasi aset tetap.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Atikasari, Teti, Tri. 2017. Dampak Revaluasi Aset Tetap Terhadap PajakPenghasilan Yang Terhutang. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 6(8). ISSN: 2460-0585.
Fathoni, Siti Nur. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi (Dilengkapi Dasa-DasarEkonomi Islam). Bandung: Pustaka Setia.
Harahap, Sofyan, Syafari. 2011. Teori Akuntansi (Edisi Revisi 2011). PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Hery. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. PT Bumi Aksara.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan (revisi2015)“PSAK 16 Aset Tetap”. Salemba Empat. Jakarta.
“ “. 2015. Standar Akuntansi Keuangan “PSAK 1 Laporan Keuangan”.Salemba Empat. Jakarta.
“ “. 2016. Buletin Teknis 11; Revaluasi Aset Tetap. DSAK.www.iaiglobal.or.id. 23 februari 2016.
Laporan Keuangan PT Bank Of India Indonesia Tbk periode 2015 s.d 2017.
Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.
Martani, Veronica, Wardhani, Farahmita, dan Tanujaya. 2012. AkuntansiKeauangan Manajemen berbasis PSAK. Seri Departemen AkuntansiFEUI. Salemba Empat. Jakarta.
Muljono, Djoko. 2012. Pengaruh Perpajakan pada Penerapan Standar AkuntansiKeuangan Entitas. CV Andi Offset. Yogyakarta.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.03/2008Tentang Penilaian Kembali Aset Tetap untuk Tujuan Perpajakan.Lembaran negara Republik Indonesia tahun 2008. Jakarta.
“ “. Nomor 191/PMK.010/2015 Tentang Penilaian Kembali AsetTetap. Menteri Keuangan Republik Indonesia tahun 2015. Jakarta.
“ “. Nomor 233/PMK.03/2015 Tentang Perubahan Atas PeraturanMenteri keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 Tentang Penilaian KembaliAset Tetap. Lembaran negara Republik Indonesia tahun 2015. Jakarta.
xv
“ “. 2010. International Financial Reporting Standards. Graha Ilmu.Yogyakarta.
“ “ . 2013a. Akuntansi Keuanagn (Aset Tetap dan Aset TakBerwujud). Graha Ilmu. Yogyakarta.
“ “. 2013b. Aspek Akuntansi (Undang-undang Perseroan Terbatas).Graha Ilmu. Yogyakarta.
Putri, Dwi, Elsa, Meidera. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva danUkuran Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan ManufakturSektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa EfekIndonesia (BEI). Jurnal manajemen 01(01). 1-9.
Semiawan, R., Conny. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. PT GramediaWidiasarana Indonesia. Jakarta.
Suhayati, Ely & Aggadini, Sri dewi. 2012. Akuntansi Keuangan. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Subhan, Moh., Ratno. 2017. Perlakuan Akuntansi Revaluasi Aktiva Tetap SertaDampaknya Terhadap Laporan Keuangan (Pada PKP-RI KabupatenPamekasan). Jurnal Aktiva Akuntansi dan Investasi 2(2). Hal 1-16.
Sumarsan, Thomas. 2013. Akuntansi Dasar dan Aplikasi Dalam Bisnis. VersiIFRS Jilid pertama Puri Media. Jakarta.
Sugiono. 2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D.Alfabeta. Bandung.
Surya, Setiawan, Adri, Raja. 2012. Akuntansi Keuangan Fersi IFR. Graha Ilmu.Yogyakarta
Wijaya, Suparna. 2017. Analisisi Aktiva Tetap Pada PT Indonesia Power. jurnalPajak Indonesia 1(1). Hal 106-117.
www. Idx.co.id