ANALISIS SEMIOTIK PADA POSTER
ANTI MEROKOK DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
DENI SOFIANSYAH
NIM: 106051001796
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar stara 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,14 Juli 2010
Deni Sofiansyah
ABSTRAK
Deni Sofiansyah
Analisis Semiotik Pada Poster Anti Merokok Departemen Kesehatan RI
Poster merupakan salah satu media iklan dalam bentuk cetak dan dapat dipajang dimana saja. Keberadaannya sangat menarik karena memadukan unsur kata yang singkat dan gambar dalam satu tempat, sehingga memungkinkan untuk para pembaca agar mudah membacanya. Dan Departemen Kesehatan RI (Depkes) yang merupakan salah satu badan besar yang bergerak khusus dibidang kesehatan juga menjadikan media poster sebagai salah satu cara untuk memberikan informasi kepada khalayak tentang bahaya dari suatu penyakit. Salah satu hal yang dapat merugikan kesehatan bahkan dapat sampai membuat kematian ialah merokok. Karena mengisap rokok banyak sekali menyimpan racun-racun yang berbahaya, yang terdapan di dalam rokok diantaranya ialah zat kimia, nikotin, dapat menyebabkan paru-paru dan juga dapat berdampak terhadap jantung serta dapat mengakibatkan impotensi.
Penelitian mengenai poster anti merokok ini menggunakan pendekatan
kualitatif, merupakan penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif dan mendalam. Dan menggunakan analisis semiotik dari teori Roland barthes, melihat tanda dan makna dari kode-kodenya. Di dalam buku Semiotika Komunikasi VisualKarya Sumbo Tinarbuko dijelaskan kode-kode Roland barthes terdiri dari lima kode. Dan adapun kode-kode tersebut ialah: pertama, kode hermeunetik, yaitu artikulasi berbagai cara pertanyaan, teka-teki, respon, enigma, penangguhan jawaban, dan akhirnya menuju pada jawaban. Kedua, kode semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level penanda. Ketiga, kode simbolik, yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis, antitesis, kemenduaan, pertentangan dua unsur. Keempat, kode narasi atau proairetik, yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, narasi atau antinarasi. Dan yang kelima, kode kebudayaan atau kultural, yaitu suara-suara yang bersifat kolektif, anomin, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, legenda.
Poster yang diteliti berjumlah tiga buah terdiri dari poster makanan bergizi, poster impotensi dan poster membunuh. Dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah yakni apa makna yang terkandung didalam poster? Lalu dapat disimpulkan bahwa makna yang terkandung didalam poster menyatakan bahwa menjaga kesehatan sangatlah penting, dan jika penyakit akibat merokok sudah datang maka proses penyembuhannya dapat berlangsung lama dan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Jika diaplikasikan dengan teori dari Barthes, maka seluruh poster dapat mempunyai makna pengetahuan karena mempunyai unsur kode kebudayaan dengan unsur pengetahuan mengenai bahaya tentang merokok dengan membertaukan akibat yang akan dialami jika terus merokok.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Dzat yang maha luhur Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia yang tiada henti selalu mengalir beriringan dengan denyut nadi dan
aliran darah. Sehingga Penulis bisa sampai pada kesempatan saat ini dan semoga
selalu dalam naungan-Nya hingga hari akhir kelak.
Kepada junjungan umat Islam diseluruh dunia, kekasih Allah dan makhluk
paling mulia yaitu baginda besar Nabi Muhammad SAW. Penulis kirimkan SMS
(shalawan ma’a salam) yang terkira, yang tak pernah mengeluh terhadap Sang
khalik dalam menyebar luaskan syiar Islam.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat merampungkan skripsi ini
walaupun masih banyak kekurangan dan segala sesuatunya. Begitu banyak cobaan
dirasakan dalam proses pembuatan skripsi ini baik godaan dari diri sendiri yang
berupa rasa malas, lalai dan perasaan untuk menunda-nunda. Namun pada
akhirnya semua hilang bagai kesejukan embun dipagi hari seiring dengan
selesainya sebuah tugas akhir ini.
Kepada kedua orang tua tersayang ayahanda Syamsudin dan ibunda Sofiah
yang tiada lelah dan henti memberikan segala bentuk dukungan dan perhatian
kepada penulis mulai dari balita, remaja hingga dewasa. Kasih sayangnya takkan
terbayar dengan apapun didunia ini. Kedua kakak cantikku Yusi Syamsiah dan
Yulianti Ningrum yang selalu men-support penulis ketika susah ataupun senang.
Kakak iparku Nurhasan dan Nana, terima kasih telah menyayangi keluarga
penulis. Adikku Didit Saputra belajar yang rajin, banyak-banyak baca buku.
Ponakan-ponakanku yang bandel dan lucu-lucu, Fathir, Azril, Naura dan Niken,
dengan canda tawa mereka membuat keluarga lebih berwarna.
Kemudian penulis juga mengucapkan banyak-banyak terima kasih tak
terhingga kepada pihak-pihak terkait yang membantu dalam penulisan skripsi,
kepada :
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek
I, bapak Drs. H. Mahmud Jalal, M.A selaku Pudek II dan bapak Drs. Study
Rizal LK, M.A selaku Pudek III.
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi bapak Drs. Jumroni. M.Si. dan Sekretaris Jurusan ibu Hj.
Umi Musyarofah. M.A.
3. Ibu Rubiyanah, M.A sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan dan ilmunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang tidak
mungkin disebut satu persatu, namun tetap tidak mengurangi rasa takdzim
penulis terhadap beliau-beliau.
5. Para staf dan karyawan Fakultas dan Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas yang telah membantu peneliti dengan penyediaan
buku-buku dan bahan untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI yang telah bersedia
memberikan waktu dan tempat bagi penulis untuk melakukan penelitian.
7. Afaf Sholihin dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan banyak
masukan kepada penulis. Komunitas kecilku B4 Org (Bedu, Lelew dan
eko) teman untuk berjelajah dihari senggang.
8. Sahabat sepanjang masa, Hari Haryanto, Badru Tamam, Eko maulana,
Dafik, Fikri riva’i, Hambali, Fahmi Ali, Erza Handayani, Annisa Balqis
(Piglet united). Mukhtar Fauzi, Said Muhsin, Sarif, Lukman Hakim, ibu
dan bapak kost yang selalu ada setiap hari dalam lingkungan penulis. Serta
pasangan kekasih yang selalu bersama dan mendukung penulis,
Nurmansyah dan Andri Ratih.
9. Keluarga kecilku, KPI 06 b. Badru Tamam, Hari Haryanto, Dafik Nurul
Fitron, Dedi Kurniansyah Putra, Asep Faiz, Dian Putra, Dian Komalasari,
Besse Hermawati, Nisfi Ramadiati, Nurhasanah, Fatonah, Selly Cahyanti,
Halimah, Fitri Susilawati, Fitriyani, Dhini Utami, Devi Rahayu, Gita
Andini, Ida nurul Huda, Desti Eka, Fifit fitriansyah, heni Yunita, Eki
sushanti, Didi Rustandi, Fikri Riva’i, Erza Handayani. Dan Teman-teman
seperjuangan KPI a, c dan d. Yang selalu membuat tertawa disaat yang
membosankan.
10. Divisi Tenis Meja UIN Jakarta. Said, Gandhi, Abdi, Farid, Rodhi, Fauzi,
Kholid dan Rifki yang selalu menemani mengisi latihan. Terus berolahraga.
Demikian ungkapan cinta dan terima kasih yang tulus dari penulis, semoga
Allah membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan
banyak terima kasih kepada para pendukung dan pembantu yang mungkin tidak
bisa disebutkan disini secara detail. Namun penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pembaca pada umumnya
walaupun penulis sadar masih banyk kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Jakarta, 20 September 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 7
D. Metodologi Penelitian ........................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 12
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Analisis Semiotik …………………………………………. 13
B. Teori Roland Barthes ………………………..……………. 16
C. Poster
1. Pengertian Poster ……………………………………... 19
2. Sejarah Poster ………………………………………… 24
3. Poster Anti Merokok ………………………………….. 27
D. Bahaya Merokok ………………………………………….. 27
BAB III PROFIL DEPARTEMEN KESEHATAN RI
A. Visi dan Misi …………………………………………….... 44
B. Strategi ……………………………………………………. 45
C. Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi …………………… 46
D. Profil Pusat Promosi Kesehatan
1. Sejarah Pusat Promosi Kesehatan……………………... 50
2. Visi dan Misi Promkes ................................................... 52
3. Fungsi dan Tugas Pokok ............................................... 54
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA
A. Poster Anti Merokok 1
1. Data Poster ……………………………………………. 57
2. Analisis Data ………………………………………….. 58
B. Poster Anti Merokok 2
1. Data Poster …………………………………………….. 61
2. Analisis Data …………………………………………... 62
C. Poster Anti Merokok 3
1. Data Poster …………………………………………….. 64
2. Analisis Data …………………………………………... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………….. 68
B. Saran ………………………………………………………. 69
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 70
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Poster adalah media cetak yang tidak hanya menampilkan gambar-gambar
kosong memikat mata tapi juga sebagai media yang dapat memberikan informasi
pada khalayak. Jika dilihat poster hanyalah gambar-gambar biasa yang dibuat
dengan perpaduan warna yang menarik, tapi jika diteliti lebih dalam poster
memiliki karakter yang kuat dalam menyampaikan informasi yang penekannya
berbentuk gambar-gambar dan warna-warna yang menarik. Disamping gambar
dan warna yang menarik, poster disandingkan dengan kalimat-kalimat singkat,
agar mudah dipahami oleh khalayak akan pesan dari poster tersebut.
Poster pada awalnya lahir dari perlawanan Martin Luther King (1483-
1546), seorang biarawan katolik dari Ordo Santo Agustinus yang di mata katolik
berbalik menjadi bid’ah. Martin memilih poster sebagai media informasi kepada
khalayak karena poster dianggap sebagai media paling produktif untuk
menyampaikan informasi dengan mereka yang buta huruf, poster dapat
menyampaikan pesan tanpa harus bisa membaca1.
Poster merupakan salah satu satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang
media cetak. Kemajuan teknologi ini tidak lepas dari era globalisasi yang kian
hari menunjukkan eksistensinya. Globalisasi merupakan suatu kondisi di mana
1 Asa Briggs dan Peter Burke, Sejarah Sosial Media: Dari Guttenberg Sampai Internet,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004
batas-batas geografis seolah-olah tidak ada. Penduduk dunia berada dalam ruang
kaca di mana mereka dapat melihat kejadian di luar daerahnya dengan jelas tanpa
perlu mendatangai daerah tersebut. Keadaan ini merupakan dampak dari pesatnya
perkembangan teknologi2.
Kemajuan teknologi berdampak pada arus informasi yang demikian pesat
dan ternyata menimbulkan masalah baru. Terpaan berbagai media massa sebagian
besar telah mengiringi masyaraat mengikuti kebudayaan global. Media
menjalankan tugasnya untuk menyampaikan informasi yang sesungguhnya pada
khalayak dan keputusan di tangan khalayak sendri. Tidak dapat dipungkiri, media
telah berhasil mempengaruhi masyarakat yang mengonsumsinya, mulai dari gaya
hidup yang bebas, pola pikir dan westernisasi.
Tanpa disadari poster adalah salah satu media dakwah, dimana dakwah
sebagai proses untuk menyampaikan informasi-informasi ilahi kepada manusia
agar mereka mengikuti aturan-aturan islam dan menjauhi apa yang dilarang
hingga tercapai kebahagiaan hidup baik di dunia dan akirat. karena salah satu
tujuan tujuan dari dakwah adalah menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar dan membimbing kembali kejalan yang lurus yakni jalan Allah3.
sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya:
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
2 Bakri Abbas MA, Komunikasi Internasional: Peranan Dan Permasalahnya, IISIP,
Jakarta,2003
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk
hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (Q.S Lukman: 17)
Para dai islam di jaman modern ini tidak lagi hanya berbicara melalui
mimbar tetapi telah melirik media cetak dan elektronik. Hal ini mengimbangi
sajian media yang semakin terbuka untuk menyajikan tayangan manca negara
(khususnya barat) yang tentu saja bertolak belakang dengan norma-norma islam,
disampang meluaskan objek dakwahnya.
Salah satu cara media berkomunikasi dengan khalayak ialah dengan
pemasangan iklan. Ketika seseorang telah melihat iklan, maka ia diyakini telah
memasukkan iklan itu sebagai informasi tambahan dalam ingatannya. Di masa
mendatang, ia berpotensi besar untuk bertindak dan mengambil keputusan atas
dasar informasi tersebut. iklan memang sangat efektif dalam mempengaruhi
persepsi konsumen terutama kalangan anak-anak, remaja dan dewasa muda. Yang
menjadi targetnya adalah kebanyakan anak--anak, remaja dan dewasa muda,
Karena pola pikir mereka belum terlalu matang, cenderung labil sehingga masih
mudah dipengaruhi. Dan poster merupakan salah satu iklan dalam bentuk media
cetak.
Departemen Kesehatan RI (depkes) merupakan badan yang bergerak
khusus menangani masalah kesehatan juga melakukan berbagai cara untuk
menyehatkan bangsa Indonesia. Diantara nya ialah dengan pemasangan iklan akan
bahaya suatu penyakit, seperti halnya mengenai bahaya dari penggunaan
merokok. Depkes telah memberikan informasi mengenai bahaya merokok dalam
bentuk iklan menggunakan media poster.
Menggunakan poster sebagai media iklan untuk memberikan informasi
mengenai bahaya dari merokok dianggap penting karena rokok adalah benda
beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik
kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar
bagi orang. Dari sisi kesehatan bahaya rokok sudah tidak terbantahkan lagi bukan
hanya menurut WHO, tetapi, lebih dari 70 artikel ilmiah membuktikan itu. Dalam
kepulan asap rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya, dan 43 di antaranya
bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker).
Berbagai zat berbahaya itu, adalah tar, karbon monoksida (CO), dan
nikotin. Akibatnya berbagai penyakit kanker mengintai, seperti: kanker paru- paru
90% pada laki-laki disebabkan oleh rokok, dan 70% untuk perempuan, kanker
mulut, kanker bibir, asma, kanker leher rahim, jantung koroner, darah tinggi
stroke, kanker darah, kanker hati, bronchitis, mati mendadak pada bayi, impotensi
pada pria, bahkan rusaknya kesuburan wanita. Yang aneh adalah dampak rokok
agak unik. Tidak ada yang mati mendadak karena rokok. Dampaknya tidak instan,
beda dengan narkoba atau minuman keras. Dampak rokok nanti terasa setelah 10-
20 tahun pasca penggunaannya.
Bahaya rokok tidak hanya dirasakan oleh perokok aktif saja, tapi juga pada
perokok pasif. Efeknya itu sendiri ada dua macam, efek langsung dan tidak
langsung. Efek langsungnya seperti iritasi mata, batuk-batuk, pusing, dan mual-
mual. Buat penderita asma bahkan bisa membuat penurunan fungsi paru-paru
(walaupun baru sebentar kena asapnya).
Efek tidak langsung lebih mengerikan. Secara umum, perokok pasif
memiliki peningkatan risiko untuk terkena kanker sebanyak 25%. Buat bayi, ada
yang namanya Sudden Infant Death Syndrome atau kematian mendadak bayi,
biasanya yang umurnya kurang dari 1 tahun. Jangankan bayi yang belum lahir
saja bisa terkena dampaknya, calon ibu yang merokok atau terpapar asap rokok
saat mengandung bisa menyebabkan berbagai kelainan saat melahirkan, seperti
kekurangan berat badan, posisi janin yang tidak benar, dan lain-lain.
Menurut Setyo Budiantoro dalam makalahnya yang berjudul “Epidemi
Tembakau” rokok dapat membunuh 1 dari 2 pengguna jangka panjang, kematian
dini dan kehilangan 20-25 tahun masa produktif. Jumlah perokok di dunia
mencapai 1.3 milyar sedangkan Indonesia sendiri adalah salah satu negara
pengkonsumsi rokok tertinggi di dunia dengan rangking ke 3. Jumlah perokok
Indonesia di dunia mencapai 4,8% dan jumlah perokok indonesia di ASEAN
mencapai 46 %3.
Bila diteliti lebih jauh maka media massa mempunyai andil yang sangat
besar dalam meningkatkan kecendrungan masyarakat untuk rokok, seperti
tayangan iklan rokok di televisi. Yang lebih memprihatinkan, iklan-iklan rokok
semakin lihai menjerat konsumen. Tidak jarang, hal-hal positif diselipkan dan
disalahgunakan untuk menanamkan persepsi tentang merokok yang sebenarnya
menjerumuskan.
3 Setyo Budiantoro & Widyastuti Soerojo, Makalah Berjudul:Epidemi Tembakau,
dipresentasikan di seminar kesehatan atas kerjasama Tobacco Control Support Center (TCSC)- Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).
Kanada salah satu negara yang sukses mengurangi konsumsi rokok setelah
pemasangan gambar seram di bungkus Seorang remaja tampak melongo
memperhatikan gambar yang terpampang pada bungkus rokok Marlboro. Pada
bungkus rokok itu, persis di atas tulisan Marlboro, terlihat gambar mulut dengan
gigi-gigi menguning, sebagian hitam membusuk. Bibir pada gambar itu berwarna
merah kehitaman dan melepuh. Negara-negara tetangga seperti: Singapura,
Filipina atau Thailand, sangat mudah menemukan rokok- rokok bergambar
menyeramkan itu.
Di Indonesia sendiri akan sangat sulit untuk menggunakan media massa
(khususnya elektronik) sebagai alat kampanye anti rokok, karena iklan rokok
merupakan salah satu iklan yang besar keuntungannya untuk industri media.
Banyak lembaga yang mengeluarkan poster mengenai anti rokok, namun saya
lebih menyoroti poster yang diedarkan oleh Departemen Kesehatan (DEPKES),
karena selain mengandung unsur pendidikan poster yang itu pun berisikan
gambar yang menarik.
Karena begitu besarnya jumlah penduduk yang mengkonsumsi rokok di
Indonesia, padahal dampak negatif merokok cukup mengerikan. Maka depkes
membuat poster dengan tujuan sebagai peringatan dan kepedulian kepada
masyarakat akan ancaman kesehatan yang akan dirasakan jika terus menerus
merokok. Oleh karena itu, tepat kira nya penulis melakukan penelitian dengan
judul “ANALISIS SEMIOTIK PADA POSTER ANTI MEROKOK
DEPARTEMEN KESEHATAN RI”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Poster yang diteliti yakni poster yang bertemakan anti merokok yang
di produksi oleh Departemen Kesehatan RI yakni hanya sebanyak 3
buah poster, dan ketiga poster ini saling berkaitan antara satu dengan
lainnya.
Penelitian ini menggunakan teori kode dari Roland Barthes yang
terdiri dari lima kode, dan kelima kode tersebut terkandung didalam
masing-masing poster yang diteliti.
2. Rumusan masalah
Mengacu pada batasan masalah, maka perumusan masalahnya adalah:
Apa makna yang terkandung dalam poster anti merokok Departemen
Kesehatan RI?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui makna dibalik
gambar dan kata-kata pada poster Departemen Kesehatan terhadap anti
merokok sehingga dapat mengatasi kesalahpahaman dalam
mengartikan poster.
Dengan tujuan di atas maka penulis berharap dapat memahami makna
pada poster dan dapat mempelajari cara yang benar dalam menentukan
gambar serta kata-kata yang tepat pada poster.
2. Manfaat Penelitian:
a. Manfaat Akademis
Penulis ingin mengaplikasikan teori atau model dan metode yang
digunakan penulis agar dapat menjadi suatu teori yang memberikan
pemahaman kepada penulis akan menganalisis media massa. Analisis
ini berguna sebagai wacana positif dalam rangka menerapkan suatu
bentuk pesan dalam media cetak yang sesuai dengan keajuan teknologi
yang dan guna memnuhi kebutuhan masyarakat.
b. Manfaat Praktis
Penulis dapat memberikan gambaran sebelum membuat poster dan
dapat mengetahui makna secara jelas tentang poster. Penulis juga
berharap penelitian dapat memberikan masukan pada Departemen
Kesehatan dalam pembuatan poster mengenai anti rokok, selain agar
poster Departemen Kesehatan dapat memberikan pengetahuan yang
luas kepada masyarakat mengenai penyebab meningkatnya
kecendrungan merokok di masyarakat.
D. Metodologi penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut
Bogdan dan Taylor (1975:5) Kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Kualitatif digunakan
untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung
makna.4
2. Unit analisis
Unit analisis pada penelitian ini adalah poster yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan terhadap anti merokok (bahaya rokok). Unit
pengamatannya adalah pesan yang terdapat pada poster, bagaimana
tanda yang digunakan oleh Departemen Kesehatan dalam menyatukan
pesan ke dalam poster anti merokok sehingga terbentuk makna.
Makna yang diteliti dalam poster meliputi penanda dan petanda.
Penanda merupakan aspek material tanda yang bersifat sensoris atau
dapat diindrai yang berkaitan dengan sebuah konsep. Substansi
penanda senantiasa bersifat material, entah berupa bunyi-bunyi, objek-
objek, imaji-imaji. Sementara itu petanda merupakan aspek mental dari
tanda-tanda, yang biasa disebut juga sebagai konsep, petanda bukanlah
sesuatu yang diacu oleh tanda, melainkan semata-mata representasi
mentalnya.5
3. Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap:
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D ( Bandung, ALFABETA, 2009) hal.9
5 Kris Budiman, Semiotika Visual,(Yogyakarta: Buku Bik), hal. 47
a. Pemilihan beberapa poster yang terkait dengan penelitian.
b. Melakukan wawancara dengan pembuat poster.
c. Melakukan pengumpulan data mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian.
4. Analisis data
Penelitian ini menggunakan analisis semiotik teori Roland Barthes.
Barthes melihat tanda berdasarkan kode. Umberto Elo menyebut kode
sebagai aturan yang menjadikan tanda sebagai tampilan yang kongkrit
dalam sistem komunikasi. Dan menurut Barthes, di dalam teks setidak-
tidaknya beroperasi lima kode pokok yang didalamnya semua penanda
tekstual dapat dikelompokkan. Adapun kode-kode pokok tersebut -
yang denganya seluruh aspek tekstual yang signifiksn dapat dipahami-
meliputi aspek sigtagmatik dan semantik sekaligus, yaitu menyangkut
bagaimana bagian-bagiannya berkaitan satu sama lain dan
terhubungkan dengan dunia diluar teks. Kelima kode tersebut meliputi:
kode hermeunetik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi dan
kode kultural atau kebudayaan.6
E. Tinjauan pustaka
Dari pengamatan peneliti telah dilakukan tinjauan pustaka dan ternyata
penulis menemui beberapa mahasiswa/i yang terdahulu meneliti dengan latar
belakang analisis semiotik. Adapun pembahasan tersebut ialah :
6 Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Buku Baik), hal.55
1. Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotik Pada Poster HIV/AIDS di
Yayasan Pelita Ilmu”, yang ditulis oleh : Ranita Erlanti Harahap,
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi tahun 2008. Berisikan tentang makna yang terkandung
dalam poster HIV/AIDS yang di produksi oleh Yayasan Pelita Ilmu.
Adapun perbedaan dengan skripsi diatas dengan skripsi yang penulis
buat ialah dari segi teori yang digunakan, skripsi diatas menggunakan
teori Gilllian Dyer, sedangkan penelitian yang penulis lakukan
menggunakan teori dari Rolland Barthes. Skripsi diatas meneliti poster
tentang HIV di Yayasan Pelita Ilmu, sedangkan penelitian ini meneliti
poster anti merokok di Departemen Kesehatan R.I.
2. Skripsi berjudul “Analisis Semiotika Iklan Politik Partai Bulan
Bintang Di Media Televisi ( Versi Profil dan Syariah)”, yang ditulis
oleh : Noviyanto, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas
Dakwah Dan komunikasi tahun 2009.
Perbedaan denghan skripsi diatas dengan skripsi yang penulis buat
adalah terletak pada objek dan teori yang digunakan. Skripsi diatas
membahas Iklan Politik di televisi, sedangkan penelitian yang penulis
buat membahas tentang Poster. Teori yang digunakan skripsi di atas
ialah teori dari Charles Sanders Pierce.
3. Dan dalam skripsi berjudul ”Analisis Semiotika Foto Cerita Pada
Media Online Antara.Com”, yang ditulis oleh : Tedi Kriyanto,
Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi tahun 2009.
Perbedaan dengan skripsi diatas dengan skripsi ini ialah terletak pada
objeknya, skripsi diatas membahas mengenai foto di sebuah media.
F. Sistematika penulisan
Agar penelitian ini terlihat sistematis, peneliti membaginya dalam lima
bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut :
Bab I PENDAHULUAN: meliputi, Latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
Bab II TINJAUAN TEORI: meliputi, analisis semiotik, teori semiotik
Roland Barthes, pengertian poster, sejarah poster, poster anti
merokok dan bahaya merokok.
Bab III PROFIL DEPARTEMEN KESEHATAN RI: meliputi, visi dan
misi, strategi, struktur organisasi, tugas dan fungsi, dan profil pusat
promosi kesehatan depkes.
Bab IV DATA DAN ANALISIS DATA
Bab V PENUTUP: meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Analisis Semiotik
Semiotika berasal darikata Yunani: semeion, yang berarti tanda. Dalam
pandangan piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam
berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk
memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain
bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial.7 Berdasarkan pandangan
semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa,
maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan
karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.
Dalam buku Semiotika Visual yang ditulis oleh Sumbo Tinarbuko
menyatakan bahwa semiotika memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure
(1857-1913) dan Charles sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut
mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama
lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang
keilmuannya adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Saussure menyebut ilmu
yang dikembangkannya semiologi (semiology).
7 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Penerbit Jalasutra,
2008), hal. 11
Semiologi menurut Saussure, didasarkan pada anggapan bahwa selama
perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi
sebagai tanda, harus ada dibelakangnya sistem pembedaan dan konvensi yang
memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda disana ada sistem.8
Ada lima pandangan Saussure tentang prinsip dasar semiotika yaitu
pertama, signifier (penanda) dan signified (petanda); kedua, form (bentuk) dan
content (isi); ketiga, langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran); keempat,
synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik); dan kelima, syntagmatik
(sintagmatik) dan associative (paradigmatik).9
Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika (semiotics).
Bagi Peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan
lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam
fikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada
segal amacam tanda (Berger, 2001:11-22). Dalam perkembangan selanjutnya,
istilah semiotika lebih populer dibanding semiologi. Semiotika menurut Pierce
adalah tidak lain dari sebuah nama lain dari logika yakni doktrin formal tentang
tanda-tanda.10
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign),
berfungsinya tanda, dan produlsi makna. Tanda adalh sesuatu yang bagi seseorang
berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat
diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah
terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang
8 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual,hal. 12 9 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) hal.12 10 Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004), hal.3
ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut tanda. Sebuah
bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu
kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya
wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai
bunga, rambut uban, sikap diam membisu, gagap, berbicara cepat, berjalan
sempoyongan, menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan, kesabaran,
kegilaan, kekhawatiran, kelengahan, semuanya itu dianggap sebagai tanda.11
Sampai sejauh ini, bidang-bidang study semiotika sangatlah beragam,
mulai dari kajian perilaku komunikasi hewan (zoosemiotics) sampai dengan
analisis atas sistem-sistem pemaknaan seperti komunikasi tubuh (kinesik dan
proksemik), tanda-tanda bebauan (olfactory signs), teori estetika, retorika, dan
seterusnya (lihat Eco, 1979: 9-14; Hawkes, 1978: 124). Ruang lingkup studi
semiotika, dengan demikian, sangatlah luas sehingga mungkin akan menimbulkan
kesan sebagai suatu ilmu dengan, meminjam istilah Umberto Eco (1979: 6),
“imperialisme” yang arogan. Sementara itu, bila kita mengkuti Charles Morris
(1938: 6; dalam Levinson, 1983: 1),seorang filsuf yang juga menaruh perhatian
atas ilmu tentang tanda-tanda, semiotika pada dasarnya dapat dibedakan kedalam
tiga cabang penyelidikan (branches of inquiry), yakni sintaktik, semantik, dan
pragmatik.
1. Sintaktik (syntactics) atau sintaksis (syntax): Suatu cabang
penyelidikan semiotika yang mengkaji “hubungan formal diantara
satu tanda dengan tanda-tanda yang lain”. Dengan kata lain, karena
hubungan-hubungan formal ini merupakan kaidah-kaidah yang
11 Sumbo Tinarbuko, Komunikasi Visual, hal.12
mengendalikan tuturan dan interpretasi, pengertian sintaktik
kurang-lebih adalah semacam “gramatika”
2. Semantik (semantics): Suatu cabang penyelidikan semiotika yang
mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan designata
atau objek-objek yang diacunya”. Bagi Morris, yang dimaksudkan
dengan designata adalah makna tanda-tanda sebelum digunakan
didalam tuturan tertentu.
3. Pragmatik (pragmatics): Suatu cabang penyelidikan semiotika yang
mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan interpreter-
interpreter atau para pemakainya”-pemakaian tanda-tanda.
Pragmatik secara khusus berurusan dengan aspek-aspek
komunikasi, khususnya fungsi-fungsi situasional yang melatari
tuturan.12
B. Teori Roland Barthes
Konsep dasar semiotik yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
Roland Barthes yang berangkat dari pendapat Ferdinand De Saussure. Roland
Barthes melihat semiotik dari kode.
Kode menurut Piliang (1998:17), adalah cara pengkombinasian tanda yang
disepakati secara sosial, untuk memungkinkan suatu pesan disampaikan dari
seseorang ke orang lainnya. Sedanglan kode dalam terminologi sosiolinguistik,
ialah variasi tutur yang memiliki bentuk khas, serta makna yang khas pula (Poedjo
Soedarmo, (1986:27). Di dalam praktik bahasa, sebuah pesan yang dikirim kepada
12 Kris Budiman, Semiotika Visual (Yogyakarta: Buku Baik, 2004) hal. 5
penerima pesan diatur seperangkat konvensi atau kode. Umberto Eco menyebut
kode sebagai aturan yang menjadikan tanda sebagai tampilan yang konkrit dalam
sistem komunikasi. ( Eco, 1979:9).
Kode pertama yang berlaku pada teks-teks ialah kode bahasa yang
digunakan untuk mengutarakan teks yang bersangkutan. Kode bahasa itu
dicantumkan dalam kamus dan tata bahasa. Selain itu, teks-teks tersusun menurut
kode-kode lain yang disebut kode sekunder, karena bahannya ialah sebuah sistem
lambang primer, yaitu bahasa. Sedangkan struktur cerita, prinsip-prinsip drama,
bentuk-bentuk argumentasi, sistem metrik, itu semua merupakan kode sekunder
yang digunakan dalam teks-teks untuk mengalihkan arti.
Roland Barthes mengelompokkan kode-kode tersebut menjadi lima kisi-
kisi kode, yakni kode hermeunetik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi,
dan kode kultural atau kode kebudayaan. Uraian kode-kode tersebut dijelaskan
oleh pradopo sebagai berikut:
1) Kode hermeunetik, yaitu artikulasi berbagai cara pertanyaan, teka-
teki, respon, enigma, penangguhan jawaban, akhirnya menuju pada
jawaban. Atau dengan kata lain, kode hermeunetik berhubungan
dengan teka-teki yang timbul dalam sebuah wacana.siapakah
mereka? Apa yang terjadi? Halangan apakah yang muncul?
Bagaimanakah tujuannya? Jawaban yang satu menunda jawaban
lain.13
13 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta:Jalasutra,2008) hal.17-19
2) Kode semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level
penanda. Misalnya konotasi feminitas, maskulinitas. Atau dengan
kata lain kode semantik adalah tanda-tanda yang ditata sehingga
memberikan suatu konotasi maskulin, feminim, kebangsaan,
kekuasaan, loyalitas.
3) Kode simbolik, yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis,
antitesis, kemenduaan, pertentangan dua unsur.
4) Kode narasi atau proairetik, yaitu kode yang mengandung cerita,
urutan, narasi atau antinarasi.
5) Kode kebudayaan atau kultural, yaitu suara-suara yang bersifat
kolektif, anomin, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan,
sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, legenda.14
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa teori Barthes mengacu
pada teori dari Saussure, Saussure membedakan makna denotatif dengan makna
konotatif. Spradley menjabarkan makna denotatif meliputi hal-hal yang
ditunjukan oleh kata-kata (makna referensial). Piliang mengartikan makna
denotatif adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas
dalam pertandaan tahap denotatif, pada tahap ini hanya informasi data yang
disampaikan.
Spradley menyebut makna konotatif meliputi semua signifikansi sugestif
dari simbol yang lebih dari pada arti referensialnya. Menurut Piliang, makna
14 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta:Jalasutra,2008), hal.17-
19
konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta
nilai-nilai kebudayaan dan ideologi.15
C. Poster
Menurut Bittner, komunikasi massa adalah pesan-pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.16 Sedangkan
menurut Defleur dan Dennis mengartikan komunikasi massa adalah suatu proses
dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan
pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna yang
diharapkan daoat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan
melalui berbagai cara.17 Adapun media yang digunakan dalam komunikasi massa
dapat melalui media elektronik juga media cetak. Dan penggunaan media poster
termasuk kedalam media cetak.
1. Pengertian poster
Poster adalah plakat yang dipasang ditempat umum (berupa pengumuman
atau iklan)18. Cambridge Advanced Learner’s Dictionary, Cambridge University
Press (2003:966) mengartikan poster : a large printed picture, photograph or
notice which you stick or pin to a wall or board, usually for decoration or to
advertise something. Dictionary of America English (2002:1193) mengartikan
poster a large sheet of paper, usually announcing some event: political workers
put up posters around town their candidate’s name and picture on it.
15 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, hal. 20 16 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Ramadja Karya, 1986), hal.174 17 Sasa Djuarsa Sendjaya, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999),
hal. 158 18 Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke3, hal.890
Dapat disimpulkan bahwa poster adalah:
a. Plakat (surat pengumuman).
b. Dipajang / dipasang ditempat umum
c. Berukuran besar (a large of papper)
d. Tulisan dengan gambar
e. Bertujuan untuk mengenalkan, atau mempromosikan sesuatu
Dilihat dari tujuannya, poster adalah media cetak yang di satu pihak adalah
produk kehumasan (publicity announcing some event), namun di pihak lain juga
merupakan produk bisnis atau komoditas (berupa iklan). Beda antara keduanya
kadang sangat tipis, namun sebenarnya disparitas antara produk kehumasan dan
produk bisnis bisa saja dibuat jelas-tegas, sesuai dengan tujuannya.
1) Poster sebagai produk humas: yakni sebuah poster yang dirancang
untuk mengkomunikasikan atau menjelaskan sesuatu kepada
audience, tidak atau hanya sedikit sekali unsur komunikasi bisnis
didalamnya. Artinya, tidak ada sama sekali tujuan bisnis didalam
rancangan maupun kegiatan produksi maupun exposure-nya.
Poster juga termasuk sebuah iklan, poster dengan tujuan sebagai
produk humas merupakan jenis iklan non komersial yakni iklan
yang bersifat secara tidak langsung menjual produk atau jasa.19
Yang termasuk kedalam iklan ini anatar lain:
a) Iklan Public relations: iklan yang bertujuan memberikan
informasi-informasi penting tentang perusahaan kepada
19 Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 176
publiknya. Seperti: pengumuman, pergantian direksi, pelayanan
perusahaan, pindah gedung, ganti nomor telepon, gangguan
pelayanan dan sebagainya.20
b) Iklan rekrutmen (iklan lowongan kerja)
c) Iklan layanan masyarakat: iklan yang berisi pesan-pesan yang
mengingatkan dan mengajak masyarakat untuk berpatisipasi
menyukseskan program-program yang ditujukan untuk
kemaslahatan bersama.21
d) Iklan identitas korporat: salah satu alat pembentuk citra adalah
identitas perusahaan (korporat). Identitas perusahaan pada
dasarnya merupakan symbol-simbol yang digunakan untuk
mempresentasikan perusahaan di mata public.22 Oleh karena itu
diperlukan iklan yang memberikan citra baik terhadap suatu
perusahaan.
2) Poster sebagai produk bisnis: poster yang dengan sengaja dan
secara strategis dirancang untuk tujuan bisnis, untuk mendapatkan
keuntungan atau untuk mengkomunikasikan suatu produk, atau
perusahaan, agar khalayak sadar, dan akhirnya mengkonsumsi,
20 Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 184 21 Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 193 22 Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 196
atau membeli suatu produk yang dikomunikasikan melalui poster
tersebut.23
Poster jenis ini termasuk kedalam iklan komersial, yakni iklan
yang bersifat menjual produk atau jasa secara langsung. Yang
termasuk kedalam jenis ini antara lain:
a) Iklan konsumen: iklan yang menjual barang-barang konsumsi.
b) Iklan antarbisnis: iklan yang menawarkan barang-barang
nonkonsumen.
c) Iklan perdagangan: iklan yang menawarkan barang yang akan
dijual lagi, karena itu sasaran iklan ini adalah para pemasok,
grosir, agen, pengecer.
d) Iklan pengecer: iklan yang dilakukan oleh pebgecer agar
dagangannya laku, misalnya iklan diskon besar-besaran.
e) Iklan respon langsung: iklan jenis baru yang memungkinkan
khalayak bias memberikan respon langsung ketika
melihatnya.24
Bila dilihat dari penjelasan diatas, maka poster yang dikeluarkan oleh
departemen kesehatan mengenai bahaya merokok termasuk kedalam poster
sebagai media humas dan termasuk kedalam iklan layanan masyarakat. Melalui
23 Masri Saremba Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang Dan
Memproduksi,(Yogyakarta:Graha Ilmu,2007) hal.60-61 24 Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 176
iklan layanan masyarakat ini humas berupaya mewujudkan tanggung jawab
perusahaan dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Iklan ini berusaha memersuasi orang-orang untuk bersikap dan
memerhatikan persoalan-persoalan social, mengubah kebiasaan yang buruk
menjadi lebih baik, menginformasikan kepada public tentang cara pencegahan dan
penanggulangan suatu penyakit.
Seperti hal nya media lain, pasti mempunyai kelebihan dan juga
kekurangan, kekurangan pada media poster diantaranya ialah:
1) Ketidak mampuannya memuat pesan sekaligus.
2) Rentan terhadap vandalism atau cuaca.
3) Kurangnya konsentrasi penonton untuk mengingat pesan-pesan
iklan poster karena mereka melihat poster tersebut secara
sambil lalu.
4) Waktu yang digunakan untuk merancang, mencetak dan
memamerkan poster cukup lama.25
2. Sejarah poster
Tidak ada yang tahu pasti, kapan poster untuk pertama kalinya di produksi
dan dipasang. Juga tidak diketahui catatan, yang pertama kali di produksi, apakah
jenis poster kehumasan atau poster bisnis.
25 Frank Jefkins, Periklanan, (PT Gelora Aksara Pratama, 1996), hal. 130
Akan tetapi, dilihat dari sisi kreatif dan medianya, poster merupakan
perkembangan dari tulisan di dinding ddan gua-gua yang sudah lebih maju dan
modern, dengan menggunakan teknik tinggi yang lebih beradab. Didalam poster
ditemukan tidak hanya pesan, tetapi juga ada unsur-unsur lain, seperti: ilustrasi
dan pewarnaan, dengan sentuhan ilmu komunikasi modern-hal ini menunjukan
bahwa didalam memproduksi poster, dibutuhkan kreatifitas yang tinggi dan
ketajaman intuisi agar poster berhasil mencapai sasarannya.
Meski bukan penemu, agaknya tokoh reformator abad 15, Martin Luther
yang tercatat sebagai pengguna media cetak poster dengan exposure paling
dahsyat. Karena merasa keberatan atas praktik tertentu dari gereja katolik (Paus
Leo X) Luther menuliskan keberatan-keberatannya (yang dikenal dengan 95 Dalil
atau Keberatan Luther yang ditulis dalam huruf latin), lalu menempelkan dalil itu
di depan pintu gereja Wittenberg, Jerman. Penempelan poster itu dilakukan pada
31 Oktober 1517.
“On the eve of all saints, October 31st, 1517, Luther marched out of the black cloister gate towards the castle church. In his hands he held a poster, a hammer and some nails. He was spotted by a couple of university students who then followed him ... the poster was printed by a local man kept a copy from himself. Within two weeks the these were reprinted and distributed throughout Germany, without Luther’s permission. Within another two weeks they had been translated and were being read all over Europe. Little did Luther know they would eventually becpme the of independence for the reformation movement that broke with the Catholic Cruch”. (Martin Luther. The German Monk Who Changed The Chruch:31)26
26 Masri Saremba, Media Cetak, hal. 62
Banyak jemaat melihat dan terprovokasi oleh isi dan pesan dalam poster
itu. Mereka yang belum sadar, akhirnya bertindak. Di sinilah letak keberhasilan
poster, ketika sanggup menggiring orang yang semula belum sadar sampai pada
orang tersebut bertindak.
Ada satu pelajaran dan pengalaman yang perlu dipetik dari pemasangan
poster oleh Luther: orang tercelik bahwa poster memiliki power, exposure, dan
daya yang luar biasa di dalam memengaruhi publik untuk bertindak.
Tak lama setelah itu, di serambi dan pintu-pintu masuk setiap tempat
ibadah pun dipasang semacam poster. Di tempat ibadah orang Yahudi, Sinagoga,
semacam poster disebut “anales” – mirip majalah dinding sekarang. Di masjid-
masjid juga dapat ditemukan poster. Funsinya selain memberikan informasi, juga
ada unsur persuasui di dalamnya. Dengan menempelkan poster di rumah-rumah
ibadah, jamaah yang datang dan melihatnya menjadi maklum segala informasi
dan ihwal yang disampaikan melalui poster tersebut. Tidak hanya itu, poster pun
harus bisa menrik perhatian baik dengan kata-kata yang digunakan atau dengan
cara penggunaan dalam penerapan gambar. Poster yang ada pada zaman sekarang
cenderung dituntut untuk lebih kreatif, baik dari segi isi pesan ataupun gambar.
Dewasa ini di dalam proses pembuatan poster yang kreatif ada baiknya
menggunakan tiga pola pendekatan:
a. Menjelaskan secara argumentatif: dengan menggunakan logika
yang berurutan, mulai dari kalimat pertama sampai dengan kalimat
terakhir harus saling terkait. Pada pola pendekatan ini, terdapat
kaitan persoalan dan solusinya.
b. Dogmatis: bahwa apapun yang akan kita sampaikan dalam poster
kepada khalayak, kita harus meyakini bahwa itu adalah suatu
kebenaran yang mutlak dan tidak terbantahkan. Itu sebabnya
diperlukan adanya persuasi-persuasi yang bersifat meyakinkan
bahwa hal itu benar adanya.
c. Mengedepankan daya tarik: memperlihatkan gambar/kartun/foto
yang unik dan disertai oleh paduan warna yang menarik sehingga
membuat orang yang melihatnya merasa terpanggil dan tersentuh
dengan isi pesan dari poster tersebut.
Dan kini poster sudah dikemas sedemikian rupa, tidak hanya konsep-
konsep dan kreatif pembuatannya, tetapi juga aspek exposurenya diteliti dan
semakin dikembangkan.27
Secara teknis, ukuran (format) poster yang lazimnya dipakai minimal
ukuran A-3. Atau bisa juga lebih besar, A-2, A-1 dan A-0 tergantung di mana
poster itu akan dipasang.28
3. Poster Anti Merokok
Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat
komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya
dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari
27 Masri Saremba Putra, Media Cetak, hal. 61-63. 28 Masri Saremba Putra, Media Cetak, hal. 74.
perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster biasanya dibuat dengan warna-
warna kontras dan kuat.
Poster bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda, dan dekorasi.
Selain itu bisa pula berupa salinan karya seni terkenal. Dan poster anti merokok
merupakan poster sebagai saran pendidikan, karena didalmnya mengandung arti
memberikan informasi berupa pengetahuan akan bahaya dari merokok. Poster
jenis ini juga termasuk kedalam iklan layanan masyarakat.
D. Bahaya Merokok
Perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kebutuhan dasar derajat kesehatan
masyarakat, salah satu aspeknya adalah tidak ada anggota keluarga yang merokok.
Setiap kali menghirup asap rokok, baik sengaja atau tidak, berarti telah
mengisap lebih dari 4.000 macam racun. Karena itulah, merokok sama dengan
memasukkan racun-racun tadi ke dalam rongga mulut dan tentunya paru-paru.
Merokok mengganggu kesehatan, dan kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri.
Banyak penyakit telah terbukti dari akibat buruk merokok, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok,
tetapi juga bagi orang di sekitarnya.
Saat ini jumlah perokok, terutama perokok remaja terus bertambah,
khususnya di negara-negara berkembang. Keadaan ini merupakan tantangan berat
bagi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Bahkan organisasi
kesehatan sedunia (WHO) telah memberikan peringatan bahwa dalam dekade
2020-2030 tembakau akan membunuh 10 juta orang per tahun, 70% di antaranya
terjadi di negara-negara berkembang.
Melalui resolusi tahun 1983, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah
menetapkan tanggal 31 Mei sebagai Hari Bebas Tembakau Sedunia setiap tahun.
Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan
oleh banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokokpun sudah
diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan
merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit
jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut,
kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta
gangguan kehamilan dan cacat pada janin.
Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari asap rokok yang
terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok, atau
biasa disebut juga dengan perokok pasif.
1. Zat kimia
Rokok tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya, yakni
tembakau. Di Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain
dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat
digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau
tanpa asap (chewing tobacco atau tembakau kunyah).
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam
hidrosianat, nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol,
nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan
kanker (karsinogen).
2. Nikotin
Zat ini yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf
tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah
tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar
nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat
seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran
memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia berkadar
nikotin 17 mg per batang.
3. Timah hitam (pb)
Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug.
Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akan
menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke
dalam tubuh adalah 20 ug per hari.
4. Gas karbonmonoksida (co)
Karbonmonoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan
dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh,
tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut
tempatnya “di sisi” hemoglobin. Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas
CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara
dalam darah perokok mencapai 4 – 15 persen.
5. Tar
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat
asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam
rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan
membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan,
dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok,
sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg.
6. Dampak paru-paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas
dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar
(hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran
napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel
dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel
radang dan kerusakan alveoli.
Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul
perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini
menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM).
Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk
emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5
dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok,
terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara
tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-
paru.
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal
sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker.
Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru
pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.
7. Dampak terhadap jantung
Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan
penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian pertahun di negara industri
maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan
sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta
adalah stroke. Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan
kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16
persen (peringkat pertama).
Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah
jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok
juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.
Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main
stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan
asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping
merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup
oleh orang lain atau perokok pasif.
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di
antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan
racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon
monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping dari pada
asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat
bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.
Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO. Kedua
bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai
oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard.
Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya
kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin
juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung,
tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama
jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh
lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi
trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan
langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO
menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen,
dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah).
Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan
viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah.
Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak
endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya
penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak.
Dibandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan
trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.
8. Penyakit jantung koroner
Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok
dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya
usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko
merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar
lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK.
Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner
berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan.
Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding
pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer.
PPDP yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah
atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, sering akan
berakhir dengan amputasi.
9. Penyakit (stroke)
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke
banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi
pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris,
didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada
pengidap HIV. Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan,
sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Penurunan
kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terkena AIDS
sehingga berhenti merokok penting sekali dalam langkah pertahanan melawan
AIDS.
Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada
ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk pada pengidap
virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain. Dari sudut ekonomi kesehatan,
dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang
dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara.
Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi penyediaan
tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif, dengan kematian
mendadak atau kelumpuhan yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar bagi
perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan
pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan
keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat, bagi keluarga,
perusahaan, maupun pemerintah.
Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas
dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan
penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan
usaha penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan
penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya.
Tokoh-tokoh panutan masyarakat, termasuk para pejabat, pemimpin
agama, guru, petugas kesehatan, artis, dan olahragawan, sudah sepatutnya menjadi
teladan dengan tidak merokok. Perlu pula pembatasan kesempatan merokok di
tempat-tempat umum, sekolah, kendaraan umum, dan tempat kerja, pengaturan
dan penertiban iklan promosi rokok, memasang peringatan kesehatan pada
bungkus rokok dan iklan rokok.
Iklim tidak merokok harus diciptakan. Ini harus dilaksanakan serempak
oleh kita semua, yang menginginkan tercapainya negara dan bangsa Indonesia
yang sehat dan makmur.
Akibat kronik yang paling gawat dari penggunaan nikotin adalah
ketergantungan. Sekali seseorang menjadi perokok, akan sulit mengakhiri
kebiasaan itu baik secara fisik maupun psikologis. Merokok menjadi sebuah
kebiasaan yang kompulsif, dimulai dengan upacara menyalakan rokok dan
menghembuskan asap yang dilakukan berulang-ulang.
Karena sifat adiktifnya (membuat seseorang menjadi ketagihan) rokok
dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV)
dikelompokkan menjadi Nicotine Related Disorders. Sedangkan WHO
menggolongkannya sebagai bentuk ketagihan. Proses farmakologis dan perilaku
yang menentukan ketagihan tembakau sama dengan proses yang menimbulkan
ketagihan pada obat, seperti heroin dan kokain.
Nikotin mempunyai sifat mempengaruhi dopamin otak dengan proses
yang sama seperti obat-obatan tersebut. Dalam urutan sifat ketagihan zat
psikoaktif, nikotin lebih menimbulkan ketagihan dibanding heroin, kokain,
alkohol, kafein dan marijuana. Menurut Flemming, Glyn dan Ershler merokok
merupakan tingkatan awal untuk menjadi penyalahguna obat-obatan (drug abuse).
Mencoba merokok secara signifikan membuka peluang penggunaan obat-obatan
terlarang di masa yang akan datang.
Berdasarkan data epidemiologi diketahui kurang lebih 20% dari perokok
memiliki risiko delapan kali menjadi penyalahguna NAPZA, dan berisiko sebelas
kali untuk menjadi peminum berat dibandingkan dengan mereka yang tidak
merokok. Perhatian khusus mengenai masalah ini dikaitkan dengan meningkatnya
jumlah perokok remaja.
Menangani masalah kebiasaan merokok pada remaja diharapkan dapat
mencegah masalah yang akan timbul dikemudian hari berkaitan kebiasaan
tersebut, salah satunya adalah pencegahan penyalahgunaan narkoba. Menurut
Teddy Hidayat, Spesialis Kedokteran Jiwa, Remaja yang berisiko tinggi adalah
remaja-remaja yang memiliki sifat pemuasaan segera, kurang mampu menunda
keinginan, merasa kosong dan mudah bosan, mudah cemas, gelisah, dan depresif.
Pemahaman tentang kebiasaan merokok dan kecenderungan sifat
kepribadian seseorang akan sangat membantu upaya menghentikan kebiasaan
yang merugikan tersebut. Untuk pencegahan kebiasaan merokok pada anak-anak
dan remaja. Orang tua serta guru memegang peranan besar untuk mengawasi,
memberikan informasi yang benar dan yang terpenting tidak menjadi contoh
perilaku individu yang ketagihan kebiasaan merokok.
10. Ganggu kesehatan jiwa
Merokok berkaitan erat dengan disabilitas dan penurunan kualitas hidup.
Dalam sebuah penelitian di Jerman sejak tahun 1997-1999 yang melibatkan 4.181
responden, disimpulkan bahwa responden yang memilki ketergantungan nikotin
memiliki kualitas hidup yang lebih buruk, dan hampir 50% dari responden
perokok memiliki setidaknya satu jenis gangguan kejiwaan. Selain itu diketahui
pula bahwa pasien gangguan jiwa cenderung lebih sering menjadi perokok, yaitu
pada 50% penderita gangguan jiwa, 70% pasien maniakal yang berobat rawat
jalan dan 90% dari pasien-pasien skizrofen yang berobat jalan.
Berdasaran penelitian dari CASA (Columbian University`s National
Center On Addiction and Substance Abuse), remaja perokok memiliki risiko dua
kali lipat mengalami gejala-gejala depresi dibandingkan remaja yang tidak
merokok. Para perokok aktif pun tampaknya lebih sering mengalami serangan
panik dari pada mereka yang tidak merokok Banyak penelitian yang membuktikan
bahwa merokok dan depresi merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan.
Depresi menyebabkan seseorang merokok dan para perokok biasanya memiliki
gejala-gejala depresi dan kecemasan (ansietas).
Sebagian besar penderita depresi mengaku pernah merokok di dalam
hidupnya. Riwayat adanya depresi pun berkaitan dengan ada tidaknya gejala putus
obat (withdrawal) terhadap nikotin saat seseorang memutuskan berhenti merokok.
Sebanyak 75% penderita depresi yang mencoba berhenti merokok mengalami
gejala putus obat tersebut. Hal ini tentunya berkaitan dengan meningkatnya angka
kegagalan usaha berhenti merokok dan relaps pada penderita depresi.
Selain itu, gejala putus zat nikotin mirip dengan gejala depresi. Namun,
dilaporkan bahwa gejala putus obat yang dialami oleh pasien depresi lebih bersifat
gejala fisik misalnya berkurangnya konsentrasi, gangguan tidur, rasa lelah dan
peningkatan berat badan).
Nikotin sebagai obat gangguan kejiwaan Merokok sebagai salah satu
bentuk terapi untuk gangguan kejiwaan masih menjadi perdebatan yang
kontroversial. Gangguan kejiwaan dapat menyebabkan seseorang untuk merokok
dan merokok dapat menyebabkan gangguan kejiwaan, walau jumlahnya sangat
sedikit, sekitar 70% perokok tidak memiliki gejala gangguan jiwa.
Secara umum merokok dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi,
menekan rasa lapar, menekan kecemasan, dan depresi. Dalam beberapa penelitian
nikotin terbukti efektif untuk pengobatan depresi. Pada dasarnya nikotin
memberikan peluang yang menjanjikan untuk digunakan sebagai obat psikoaktif.
Namun nikotin memiliki terapheutic index yang sangat sempit, sehingga rentang
antara dosis yang tepat untuk terapi dan dosis yang bersifat toksis sangatlah
sempit.
Sehingga dipikirkan suatu bentuk pemberian nikotin tidak dalam bentuk
murni tetapi dalam bentuk analognya. Namun, kerangka pemikiran pemberian
nikotin sebagai obat tidaklah dalam bentuk kebiasaan merokok. Seperti halnya
morfin yang digunakan sebagai obat analgesik kuat (penahan rasa sakit),
pemberiannya harus dalam pengawasan dokter. Gawatnya, saat ini nikotin bisa
didapatkan dengan bebas dan mudah dalam sebatang rokok, hal ini perlu
diwaspadai karena kebiasaan merokok tidak lantas menjadi sebuah pembenaran
untuk pengobatan gejala gangguan kejiwaan.
11. Sistim reproduksi
Studi tentang rokok dan reproduksi yang dilakukan sepanjang 2 dekade itu
berkesimpulan bahwa merokok dapat menyebabkan rusaknya sistim reproduksi
seseorang mulai dari masa pubertas sampai usia dewasa
Pada penelitian yang dilakukan Dr. Sinead Jones, direktur The British
Medical Assosiation’s Tobacco Control Resource Centre, ditemukan bahwa
wanita yang merokok memiliki kemungkinan relatif lebih kecil untuk
mendapatkan keturunan. Pria akan mengalami 2 kali resiko terjadi infertil (tidak
subur) serta mengalami resiko kerusakan DNA pada sel spermanya. Sedangkan
hasil penelitian pada wanita hamil terjadi peningkatan insiden keguguran.
Penelitian tersebut mengatakan dari 3000 sampai 5000 kejadian keguguran per
tahun di Inggris, berhubungan erat dengan merokok.
120.000 pria di Inggris yang berusia antara 30 sampai50 tahun mengalami
impotensi akibat merokok. Lebih buruk lagi, rokok berimplikasi terhadap 1200
kasus kanker rahim per tahunnya.
Perempuan yang merokok sangat mungkin untuk mulai memasuki masa
menopause sebelum usia 45 tahun dan juga membuat mereka menghadapi resiko
osteoporosis dan serangan jantung, demikian laporan beberapa peneliti Norwegia.
“Di antara sebanyak 2.123 perempuan yang berusia 59 sampai 60 tahun, mereka
yang saat ini merokok, 59% lebih mungkin mengalami menopause dini
dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok,” kata Dr. Thea F.
Mikkelsen dari University of Oslo dan rekannya.
Bagi perokok paling berat, resiko menopause dini hampir dua kali lipat.
Namun, perempuan yang dulunya merokok, tapi berhenti setidaknya 10 tahun
sebelum menopause, pada dasarnya kurang mungkin untuk berhenti menstruasi
dibandingkan dengan perokok sebelum usia 45 tahun.
Ada bukti bahwa merokok belakangan dalam kehidupan membuat seorang
perempuan lebih mungkin untuk mengalami menopause dini, sedangkan perokok
yang berhenti sebelum berusia setengah baya mungkin tak terpengaruh, kata
Mikkelsen dan timnya di dalam jurnal Online, BMC Public Health.
Mereka meneliti hubungan lebih lanjut dan menetapkan apakah menjadi
perokok pasif juga mungkin mempengaruhi waktu menopause. Para peneliti
tersebut mendapati bahwa hampir 10% perempuan memasuki menopause sebelum
usia 45 tahun.
12. Kebijakan pemerintah
Menurut Menkessos, pertumbuhan yang sangat cepat ini membuat
Indonesia diperkirakan akan mencapai rekor, terutama dengan berbagai masalah
kesehatan yang cukup berat, di antaranya berkaitan dengan rokok. Sementara itu
diakui Menkessos, larangan membatasi aktivitas merokok di tempat umum masih
belum bisa dilakukan lebih tegas.
Meski PP nomor 81/1999 yang diperbarui dengan PP 38/2000 tentang
Pengamanan Rokok bagi Kesehatan sudah diberlakukan, tetapi belum memiliki
kekuatan.
Tingginya target penerimaan negara dari cukai rokok yang mencapai Rp
17 triliun pada anggaran 2001 dinilai telah menyebabkan pemerintah tidak
konsisten menegakkan PP No.38/2000 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan.
Komisi VII DPR mendesak untuk mengatur masalah rokok itu dibuat
dalam bentuk UU, sehingga masyarakat akan mempunyai posisi tawar yang cukup
kuat. Disamping itu, DPR akan dapat melakukan pengawasan yang ketat terhadap
pemerintah maupun industri rokok.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan menindak tegas
perusahaan rokok yang menayangkan iklan rokok di media elektronik di bawah
pukul 21:30 waktu setempat. “Bila teguran ini tidak diindahkan, BPOM akan
melakukan upaya hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku,” tegasnya. Iklan rokok yang melanggar ketentuan PP No.81 tahun 1999
tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan dan PP No.38 tahun 2000 tentang
Perubahan Atas PP no 81 tahun 1999 akan dikenakan pidana penjara paling lama
lima tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp100 juta. Penerimaan cukai
rokok pada tahun 2000 mencapai Rp 10,27 triliun, sedangkan belanja kesehatan
akibat merokok sesuai data dari Ditjen POM Depkes pada tahun yang sama
mencapai Rp 11 triliun.
13. Impotensi
Merokok akan mengurangi aliran darah yang diperlukan untuk mencapai
suatu keadaan ereksi. Karena hal tersebutlah rokok dapat mempengaruhi days
ereksi penis.
14. Wajah keriput
Merokok dapat mengurangi aliran oksigen dan zat.29
29 Diakses pada tanggal 1 September 2010, dari http://ahyarwahyudi.wordpress.com
BAB III
PROFIL DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
Departemen Kesehatan RI (depkes) yang dahulu dinamakan Kementrian
Kesehatan merupakan sebuah badan besar yang bergerak khusus menangani
kesehatan, depkes mempunyai tanggung jawab penuh menangani kesehatan di
negeri ini. Diantaranya ialah dengan mengantisipasi akan terjadinya penyakit
berbahaya, memberitaukan kepada khalayak bagaimana cara mencegah dan
menjaga kesehatan, serta memberitaukan cara penyembuhan akan suatu penyakit.
Depkes mempunyai banyak unit, diantaranya terdapat Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan (BALITBANGKES), Badan Pengembangan Dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BADAN PPSDM), Pusat
Promosi Kesehatan (PROMKES) dan lain sebagainya. Oleh karena itu depkes
harus menjalani kegiatan agar target tercapai sesuai dengan visi dan misi.
A. Visi dan Misi
Sebagai sebuah badan yang bergerak khusus menangani kesehatan,
Departemen Kesehatan R.I (DepKes) mempunyai visi yakni masyarakat sehat
yang mandiri dan berkeadilan. Adapun misi nya ialah:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.30
B. Strategi
Adapun strategi Depkes yakni meliputi:
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat
madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional
dan global.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu
dan berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya
promotif dan preventif.
30 Diakses pada tanggal 27 Juli 2010, dari http://www.depkes.co.id
3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional.
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan
yang merata dan bermutu.
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan
alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan
mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi
kesehatan yang bertanggungjawab.31
C. Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi
Struktur organisasi yang terbentuk dalam Departemen Kesehatan R.I ialah
sebagai berikut:
31 Diakses pada tanggal 27 Juli 2010, dari http://www.depkes.co.id
Dan para pejabat yang menduduki Departemen Kesehatan ialah:
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia: dr. Endang Rahayu Sedyaningsih,
MPH, Dr. PH
2. Sekretaris Jenderal: dr. Ratna Rosita Hendardji, MPHM
3. Inspektur Jenderal: Drg. H. Naydial Roesdal, M.Sc, PH, FICD
4. Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat (BINKESMAS): Dr.
Budihardja, DTM&H,MPH
5. Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik (BINA YANMEDIK): dr.Farid
Wadjdi Husain, Sp.B(K)
6. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL): Dr.Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K)
7. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan (YANFAR
ALKES): Dra. Sri Indrawaty, Apt. M.Kes
8. Kepala Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
(BALITBANGKES): Prof .Dr.dr. Agus Purwadianto, Sp.F(K)
9. Kepala Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan (BADAN PPSDM): dr. Bambang Giatno Rahardjo, MPH
10. Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Perlindungan Faktor Risiko
Kesehatan: dr. R. Triono Soendoro, Ph.D
11. Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Pembiayaan Dan Pemberdayaan
Masyarakat: dr. H. A. Chalik Masulili, MSc
12. Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Dan Desentralisasi: dr. Krishnajaya, MS
13. Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Mediko Legal: Dr. Faiq Bahfen, SH
Kementerian Kesehatan RI mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Dalam
melaksanakan tugas, Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan fungsi, antara
lain:
a. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan
teknis di bidang kesehatan.
b. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya
c. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya
d. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya
e. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang
tugas dan fungsinya kepada Presiden
Dalam menyelenggarakan fungsi, Kementerian Kesehatan RI mempunyai
kewenangan :
1) Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung
pembangunan secara makro
2) Penetapan pedoman untuk menetukan standar pelayanan minimal yang
wajib dilaksanakan oleh kabupaten/Kota di bidang Kesehatan
3) Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan
4) Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi
tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang kesehatan
5) Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang
meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi
di bidang kesehatan
6) Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang
disahkan atas nama Negara di bidang kesehatan
7) Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kesehatan
8) Penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang
kesehatan
9) Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kesehatan
10) Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kesehatan
11) Penyelesaian perselisihan antar Propinsi di bidang kesehatan
12) Penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka
kematian ibu, bayi, dan anak
13) Penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
14) Penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga
kesehatan
15) Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan
16) Penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi
kesehatan dan standar etika penelitian kesehatan;
17) Penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan
dan gizi
18) Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan
19) Surveilans epidemiologi serta pengaturan pemberantasan dan
penenggulangan wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa
20) Penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan
dasar sangat essential (buffer stock nasional)
21) Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yaitu :
a) penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu
b) pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusi alat kesehatan.32
D. Profil Pusat Promosi Kesehatan (Promkes)
Departeman Kesehatan mempunyai banyak unit, diantara ialah Pusat
Promosi Kesehatan (Promkes). Promkes mempunyai kaitan dengan penelitian ini,
dimana poster-poster yang diproduksi oleh Depkes semua berpusat di Promkes.
1. Sejarah Pusat Promosi Kesehatan
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai
dicetuskan setidaknya pada tahun 1986, pada waktu diselenggarakan Konferensi
International Pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada, pada tahun
1986. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa Charter, yang memuat definisi dan
32 Diakses pada tanggal 27 Juli 2010, dari http://www.depkes.co.id
prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di
Indonesia belum bergema. Pada waktu itu, istilah yang ada tetap Penyuluhan
Kesehatan, disamping juga populer istilah-istilah lain seperti: KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi), Pemasaran Sosial (Social Marketing), Mobilisasi Sosial,
dan lain sebagainya.
Suatu ketika pada sekitar akhir tahun 1994, Dr. Ilona Kickbush, yang baru
saja menjabat sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva,
datang ke Indonesia. Sebagai direktur baru ia mengunjungi beberapa negara,
termasuk Indonesia. Kebetulan pada waktu itu Kepala Pusat Penyuluhan
Kesehatan Depkes juga baru saja diangkat, yaitu Drs. Dachroni MPH, yang
menggantikan Dr. IB Mantra yang purna bakti (pensiun). Dengan kedatangan Dr.
Kickbush, diadakanlah pertemuan dengan pimpinan Depkes dan pertemuan
lainnya baik internal penyuluhan kesehatan maupun external dengan lintas
program dan lintas sektor, termasuk FKM UI. Bahkan sempat pula mengadakan
kunjungan lapangan ke Bandung, yang diterima dengan baik oleh Ibu Neni
Surachni (kepala Sub Dinas PKM Jabar waktu itu) dan teman-teman lain di
Bandung. Dari serangkaian pertemuan itu serta perbincangan selama kunjungan
lapangan ke Bandung, kita banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi
Kesehatan). Barangkali karena terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia, ia
kemudian menyampaikan usulan agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah
Konferensi International Health Promotion yang keempat, yang sebenarnya
memang sudah waktunya diselenggarakan.
Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes (Menteri Kesehatan waktu itu
Prof. Dr. Suyudi). Kunjungan Dr. Kickbush itu ditindak lanjuti dengan kunjungan
pejabat Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr. Desmond O Byrne,
sampai beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konferensi Jakarta. Sejak itu
khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan
konsep promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia. Sebagai tuan
rumah konferensi internasional tentang promosi kesehatan, seharusnyalah kita
sendiri mempunyai kesamaan pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsipnya
serta dapat mengembangkannya paling tidak di beberapa daerah sebagai
percontohan.
Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia
tersebut dipacu oleh perkembangan dunia internasional. Nama unit Health
Education di WHO baik di Headquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga
sudah berubah menjadi Unit Health Promotion. Nama organisasi profesi
internasional juga sudah berubah menjadi International Union for Health
Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga
ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia
sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.
2. Visi dan Misi Promkes:
Adapun visi dan misi dari promkes adalah sebagai berikut:
a. Visi Nasional Promosi kesehatan ialah perilaku hidup bersih dan
Sehat 2010 atau PHBS 2010, maksudnya adalah keadaan dimana
individu - individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat
Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dalam rangka :
1) Mencegah timbulnya penyakit dalam masalah-masalah
kesehatan lain
2) Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain,
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
3) Memanfaatkan pelayanan kesehatan, serta
4) Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan
bersumber masyarakat
b. Untuk mewujudakan Visi tersebut, maka Misi Nasional Promosi
kesehatan adalah :
1) Memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-kelompok
dalam masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan
keluarga, maupun melalui pengorganisasian dan penggerakkan
masyarakat.
2) Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi
terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.
3) Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan serta pihak - pihak lain yang berkepentingan
(stakeholders) dalam rangka:
a) Mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan
perundang-undangan yang berwawasan kesehatan.
b) Mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya
pemberdayaan masyarakat, dalam program-program
kesehatan.
c) Meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah, serta antara pemerintah dengan
masayarakat (termasuk LSM) dan dunia usaha.
d) Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan
pada khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya.
Visi dan misi Promosi Kesehatan ditetapkan melalui Kepmenkes No.
1193/MENKES/SK/X/2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang Kebijakan Nasional
Promosi kesehatan.
3. Fungsi dan Tugas Pokok:
Berdasarkan Surat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
1575/MENKES/PER/XI/2005 tanggal 16 November 2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan, dinyatakan bahwa Pusat Promosi Kesehatan
bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal. Adapun susunan organisasi Pusat
Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Bagian Tata Usaha
b. Bidang Kemitraan dan Peranserta
c. Bidang Teknologi dan Sarana Promosi Kesehatan
d. Kelompok Jabatan Fungsional
Dan tugas-tugas pokok yang harus dijalani adalah melaksanakan
perumusan kebijakan teknis, bimbingan dan pelaksanaan promosi kesehatan.
Selain itu, Promkes sendiri berfungsi sebagai:
1) Perumusan kebijakan teknis promosi kesehatan
2) Penyusunan program promosi kesehatan
3) Pelaksanaan promosi kesehatan
4) Pembinaan kemitraan dan peranserta dalam promosi kesehatan
5) Penyusunan metode, teknologi dan sarana promosi kesehatan
6) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan promosi kesehatan
7) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat33
Dengan adanya Pusat Promosi Kesehatan ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang jelas dan benar mengenai berbagai penyakit yang
tengah beredar dan meresahkan di lingkungan masyarakat. Terlebih mengenai
kejelasan akan bahaya merokok. Informasi yang diberikan beik melalui media
elektronik maupun melalui media cetak.
33 Diakses pada tanggal 27 Juli 2010 dari http://www.promosikesehatan.com
BAB IV
DATA DAN ANALISA DATA
Pusat Promosi Kesehatan (promkes) RI mempunyai berbagai macam cara
untuk mengantisipasi masalah bahaya merokok, diantaranya ialah dengan
menggunakan media cetak poster. Poster yang telah dibuat oleh promkes
biasanya dipajang ditempat-tempat strategis dan ramai, agar komunikasi yang
disampaikan dapat dengan mudah diterima oleh khalayak. Karena komunikasi
yang berhasil dapat dilihat dari adanya satu pemahaman antara pembuat poster
dan pembaca poster. Poster juga diberikan secara cuma-cuma kepada khalayak,
hal ini sesuai dengan tujuan dari pembuatan poster yakni agar mesyarakat luas
dapat lebih memahami bahaya dari merokok.
Dan dalam penelitian ini akan dibahas tiga buah poster dengan
menggunakan teori kode Roland Barthes, mengkaji poster dari kode hermeneutik,
berhubungan dengan teka-teki pada suatu wacana. Kode semantik, kode yang
mengandung konotasi pada level pananda. Kode simbolik, yang berkaitan dengan
psikoanalisis, kemenduaan, pertentangan dua unsur. Kode narasi, yang
mengandung cerita, urutan, narasi atau antisari. Dan kode kebudayaan, yang
bersifat kolektif, anonim, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan,
sejarah, moral, psikologi, sastra, seni,legenda.
A. Poster Anti Merokok 1
1. Data Poster
Teks:
Harga Sebatang Rokok Sebenarnya Dapat digunakan Untuk Membeli Makanan
Bergizi. (Teks Bagian Atas)
Sehat Tanpa Rokok. (Teks Bagian Bawah)
Visual:
Gambar sebatang rokok yang sudah terpakai = gambar sebutir telur = gambar dua
buah tahu dan dua buah tempe di atas piring hijau. Dan pada gambar dasar poster
ini terdapat gambar banyak rokok namun hanya satu rokok yang ikat dengan tali.
2. Analisis Data
Poster ini dikeluarkan oleh Pusat Promosi Kesehatan Departemen
Kesehatan R.I pada tahun 2008, dengan ukuran A3.
Berdasarkan tanda verbal dan visual dalam poster ini, maka kode
hermeneutik yang terkandung dalam poster dapat terlihat dari penggunaan gambar
poster, yakni mengapa menggunakan gambar sebatang rokok, sebutir telur dan
dua buah tahu dan dua buah tempe?. Dan hal ini dikarenakan tahu, temped an
telur merupakan makanan yang sehat dan bergizi, yang tentunya baik bagi tubuh
jika dibandingkan dengan sebatang rokok.
Kode semantik terlihat dari latar belakang poster yang berwarna putih,
yang bermakna sebuah kebersihan. Kebersihan di sini maksudnya ialah raga yang
bersih dari penyakit yang diakibatkan oleh penggunaan merokok yang berlebihan.
Kode simbolik dapat dilihat dari adanya pertentangan dua unsur, antara
makna poster dengan gambar latar belakang poster. Terlihat jelas latar belakang
poster ini bergambar sebatang rokok yang digantung dengan tali, yang tentu saja
berbeda dengan makna dari poster ini yakni mengajak khalayak untuk memilih
antara memakan makanan bergizi dengan merokok.
Dan kode narasi atau kode proairetik terletak pada warna biru teks bagian
atas yang mengartikan sebuah kedamaian, maksudnya ialah memberikan pilihan
kepada masyarakat bahwa sebenarnya kita dapat lebih memanfaatkan keuangan
untuk membeli makanan yang bergizi seperti telur atau tempe dan tahu dari pada
membeli rokok. Karena harga rokok sama dengan harga telur dan tempe tahu.
Sedangkan warna hijau pada teks bagian bawah memberikan arti kesejukan,
dimana kita akan hidup dengan sehat bila kita menghindari penggunaan rokok,
apalagi yang terlalu berlebihan karena akan merusak kondisi kesehatan kita. Dan
sungguh kita dapat hidup sehat tanpa merokok.
Dan kode kebudayaan disini merupakan sesuatu yang bersifat
kebijaksanaan. Hal ini dapat terlihat dari makna pada gambar rokok = telur =
tahu-tempe dan diperjelas dengan teks dalam poster. Maksud dari gambar tersebut
ialah pemerintah memberikan pilihan kepada khalayak bahwa harga sebagatang
rokok sama dengan harga telur dan juga sama dengan harga tahu tempe. Dari
poster ini diharapkan para pembaca poster dapat dengan bijak menjalani hidup
bahwa harga sebatang rokok itu lebih berharga jika digunakan untuk hal yang
lebih baik dan penting.
Bila dilihat, makna yang terdapat didalam kata-kata poster dinyatakan
bahwa rokok sama sekali tidak mengandung nilai baik untuk kesehatan badan.
Karena jika dibandingkan dengan tahu, tempe dan tekur maka jauh lebih baik dan
bergizi tehu, tempe dan telur dibandingkan dengan rokok, padahal harga kedua
nya bernilai sama. Oleh karena itu tertulis jelas didalam poster bahwa harga
sebatang rokok sebenarnya dapat digunakan untuk makanan bergizi.
Dan makna poster jika dilihat dari keseluruhan baik dari warna, gambar
dan teks poster ialah menjaga kesehatan sebelum datang penyakit sangatlah
penting, karena jika sudah datang penyakit lalu baru disembuhkan tentunya
membutuhkan biaya dan pekerjaan yang lebih banyak. Seperti istilah yang
menyebutkan “sedia payung sebelum hujan”. Padahal jika menjaga kesehatan
lebih dahulu sebelum penyakit datang akan jauh lebih mudah dan murah. Seperti
halnya yang dijelaskan didalam poster ini, harga sebatang rokok memang murah
namun khasiatnya berbeda dengan telur tempe dan tahu yang juga bernilai sama
dengan sebatang rokok.
Kehidupan yang bebas dari penyakit berbahaya dan mematikan di masa
depan akibat merokok akan menanti, jika kita terus menjalani hidup sehat dari
merokok dan terus memanfaatkan kehidupan ini dengan hal-hal yang baik.
B. Poster Anti Merokok 2
1. Data Poster
Teks Poster:
Peringatan! (Teks Bagian Atas)
Merokok Dapat Menyebabkan Impotensi (Teks Bagian Bawah)
Visual:
Gambar rokok yang agak merunduk dengan kondisi sudah terhisap sebagian.
2. Analisis Poster
Poster ini dikeluarkan oleh Pusat Promosi Kesehatan RI pada tahun 2008
dengan ukkuran poster A3. Poster ini terlihat sangat simpel, karena hanya
menggunakan satu gambar yakni gambar rokok, namun hal tersebut tidak
mengurangi makna yang akan disampaikan. Justru sebaliknya, penggunaan satu
gambar ini sarat akan makna namun mudah untuk dimengerti oleh khalayak yang
melihat.
Gambar rokok dengan posisi merunduk mengandung kode hermeneutic
yang memberikan jawaban kepada para perokok mengenai salah satu penyakit
yang bisa dideritanya.
Dan bila dilihat dari latar belakang poster, maka mengandung kode
semantik, latar belakang berwarna hitam yang mengartikan sebuah kegelapan,
kesuraman akan masa depan bila mengkonsumsi rokok secara berlebihan, karena
dapat mengancam kesehatan seseorang. Warna merah yang terdapat didalam
poster baik di lihat dari teks bagian atas dan warna latar belakang pada teks bagian
bawah mengartikan sebuah peringatan yang disampaikan oleh Promkes RI kepada
khalayak tentang efek samping dari merokok. Teks yang terpadat di dalam poster
mempunyai makna yang jelas, yakni memberikan informasi untuk audience
bahwa salah satu bahaya dari penggunaan rokok ialah munculnya penyakit
impotensi pada pria. Dan gambar rokok dalam poster merupakan bentuk visual
dari teks yang terdapat dalam poster tersebut.
Kode simbolik juga terkandung pada gambar rokok dan warna dasar
hitam, kedua unsur ini mempunyai makna yang sama, kesuraman akan masa
depan.
Kode narasi adalah kode yang mengandung cerita. Poster ini menceritakan
satu diantara banyak bahaya yang akan diderita oleh perokok yakni timbulnya
penyakit impotensi.
Kode kebudayaan, terlihat dari aspek pengetahuan. Pengetahuan yang
disampaikan berupa informasi mengenai kesehatan yang terancam akibat dari
merokok, hal ini penting diketahui khalayak, agar khalayak dapat lebih
memperhatikan kesehatan.
Jika hanya dilihat dari kata-kata dalam poster di atas maka makna pada
poster yakni pemerintah melalui depkes memberikan informasi kepada khalayak
berupa peringatan bahwa salah satu penyakit yang dapat menimpa seorang
perokok ialah impotensi.
Sedangkan jika dilihat secara menyeluruh, maka makna yang terkandung
dalam poster yakni merokok dapat merugikan kesehatan. Berkaitan dengan poster
sebelumnya, yang memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar memelihara
kesehatan dengan tidak merokok, karena jika penyakit sudah datang seperti
penyakit impotensi ini yang disebabkan oleh merokok maka proses
penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama dan tentunya juga biaya yang
akan dikeluarkan lebih banyak dibanding dengan biaya memelihara kesehatan
seperti yang dijelaskan dengan poster sebelumnya yakni dengan mengkonsumsi
makanan bergizi.
Dan tanda visual berupa ikon rokok pada poster di atas juga menggunakan
prinsip metafora. Arti dari prinsip metafora adalah meminjam tanda pada satu
bidang ke bidang lain secara langsung.34 Dalam hal ini terlihat bahwa peminjaman
tanda ikon rokok dengan bentuk agak membungkuk yang dapat memberikan arti
penyakit impotensi yang akan diderita oleh perokok.
C. Poster Anti Merokok 3
1. Data Poster
34 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual hal.68,
Teks:
Peringatan! (Teks Bagian Atas)
Merokok Dapat Membunuhmu (Teks Bagian Bawah)
Visual:
Gambar tengkorak yang sedang merokok dan terdapat asap rokok yang begitu
tebal.
Dan di depan gambar tengkorak juga terdapat gambar wajah seseorang yang
terlihat dari samping yang juga sedang menghisap rokok, namun gambar ini diberi
kesan samar.
2. Analisis Poster
Sama hal nya dengan poster sebelum, poster ini di keluarkan oleh Pusat
Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI pada tahun 2008 dan ukuran A3.
Poster ini terlihat lebih garang, hal ini terpancar dari paduan antara warna dasar
poster yang berwarna hitam serta gambar tengkorak kepala dan juga gambar
kepala manusia dalam bentuk samar didalam poster.
Kode hermeneutik terlihat pada gambar tengkorak merokok. dan ada asap
tebal didepan tengkorak. Hal ini diumpakan bagai seorang perokok berat yang
tidak memikirkan kesehatannya, dan tanpa ia sadari bahwa merokok sesunggunya
dapat membunuh seseorang. Karena didalam rokok terdapat berbagai macam jenis
penyakit yang dapat mengancam jiwa.
Kode semantik dapat dilihat dari tiga warna yang terdapat dalam poster:
hitam, merah dan putih. Warna hitam terdapat pada warna dasar poster yang
mempunyai makna sama dengan poster sebelumnya, yakni sebuah kesuraman.
Warna merah terdapat pada teks bagian atas yang juga bermakana pemberian
informasi yang tegas akan suatu bahaya. Dan warna putih terdapat pada teks
bagian bawah yang berarti sebuah kebenaran akan suatu informasi.
Kode simbolik yakni berkaitan dengan kemenduaan. Hal ini dapat terlihat
dari adanya dua gambar yakni gambar tengkorak kepala dan gambar kepala
manusia hidup yang keduanya sedang merokok. Kedua gambar tersebut
mengartikan bahwa manusia yang sudah terbiasa merokok dapat meninggal dunia
oleh kebiasaan nya itu.
Kode narasi, kode yang mengandung cerita terlihat dari gambar dalam
poster dan diperjelas dengan teks poster. Poster ini menceritakan betapa rokok
sangat mengancam kesehatan seseorang, karena rokok dapat menimbulkan
penyakit bahwa bias membunuh.
Dan tentu saja poster ini mengadung kode kebudayaan yang terdapat unsur
pengetahuan didalamnya. Dengan melihat poster ini maka kita akan lebih
mengerti menganai bahaya merokok, yang bukan hanya membuat kita sakit
namun juga dapat membuat kematian.
Makna yang terkandung dalam kata-kata poster diatas yakni menjelaskan
bahwa merokok sangat mengancam kebahagiaan jasmani seseorang. Terlihat jelas
didalam teks yang menyatakan bahwa rokok dapat membunuh, tentu saja hal ini
terjadi secara tidak langsung, tetapi secara berlahan bagi perokok yang sangat kuat
dan tidak ingin berusaha menyembuhkan kegiatannya dari merokok.
Dan dari semua hal yang terkandung didalam poster, baik dari warna,
gambar dan termasuk kedalam teks poster. Dapat diambil kesimpulan bahwa
makna dari poster ini adalah kesuraman akan masa depan kesehatan seseorang
jjika terus menerus merokok. Kesuaman ini terlihat dari warna dasar hitam. Dan
juga adanya unsur berbahaya yang akan terjadi bagi perokok, yang dapat terlihat
dari warna merah bagian atas teks. Salah satu bahaya perokok selain bisa
mendatangkan berbagai macam penyakit seperti halnya yang terdapat pada poster
impotensi, juga bisa berujung pada kematian.
Hidup dan mati seseorang memang tidak dapat diperkirakan, namun
alangkah baik nya jika kita terus menggunakan dan memanfaatkan waktu yang
kita punya dengan sesuatu yang bermanfaat untuk masa depan. Seperti halnya
dengan terus menjaga kesehatan badan dan meninggalkan kebiasaan merokok.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian terhadap ke tiga poster anti merokok
Pusat Promosi Kesehatan RI (promkes) ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa
makna dari tiap poster saling mempunyai keterkaitan, yakni tentang penting nya
bagi manusia untuk menjaga kesehatan tubuh.
Semua poster mempunyai satu arti yakni untuk memberikan pengetahuan
kepada khalayak akan bahaya dan penyakit yang akan diterima bagi para perokok,
dianataranya akan mengalami impotensi, kanker kerongkongan, kanker mulut,
borok, dan semua penyakit tersebut jika tidak segera ditanggulangi dapat
menyebabkan kematian.
Oleh karena itu penting sekali untuk selalu menjaga kesehatan dalam
tubuh. Salah satu caranya ialah dengan meninggalkan kebiasaan merokok. Dan
telah dijelaskan pada poster makanan bergizi, bahwa lebih baik membeli makanan
bergizi seperti telur, tempe atau tahu dari pada membeli rokok yang harga nya
memang sama namun manfaat nya sangat berbeda bagi tubuh.
B. Saran
Dari ke tiga poster yang peneliti analisis, maka peneliti dapat
menyarankan:
1. Sebagai badan besar yang bergerak dibidang kesehatan, maka
Departemen Kesehatan harus lebih banyak memproduksi dan
meluaskan penyebaran poster. Karena hal ini begitu penting untuk
ketahui masyarakat luas agar mereka dapat lebih memahami cara
menjaga kesehatan tubuh.
2. Departemen Kesehatan khususnya Pusat Promosi Kesehatan RI yang
bergerak dibidang periklanan seperti poster, diharapkan dapat lebih
kreatif dalam mengaplikasikan gerakan anti merokok.
3. Bagi mahasiswa, dengan adanya penelitian ini diharapkan agar
penelitian selanjutnya menggunakan pendekatan yang berbeda agar
dapat memperluas dan menambah keilmuan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abbas, Bakri, MA, Komunikasi Internasional: Peranan Dan Permasalahnya,
Jakarta: IISIP, 2003.
Briggs, Asa dan Peter Burke, Sejarah Sosial Media: Dari Guttenberg Sampai
Internet, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007.
Budiantoro, Setyo dan Widyastuti Soerojo, Makalah Berjudul:Epidemi
Tembakau, dipresentasikan di seminar kesehatan atas kerjasama Tobacco
Control Support Center (TCSC)- Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
Indonesia (IAKMI).
Budiman, Kris, Semiotika Visual, Yogyakarta: Buku Baik, 2004.
Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke3.
Jefkins, Frank, Periklanan, PT Gelora Aksara Pratama, 1996, edisi ke 3.
Kriyantono, Rachmat, Public Relations Writing Media Public Relations
Membangun Citra Korporat, Jakarta: Kencana, 2008.
Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, Magelang: Indonesiatara, 2001.
Kusmiati, Artini, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, Jakarta: Djambatan,
1999.
Omar, Toha Yahya, Ilmu Dakwah, Jakarta 1992.
Putra, Masri Saremba, Media Cetak Bagaimana Merancang Dan
Memproduksi,Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Ramadja Karya, 1986.
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta Press, 2007.
Sendjaya, Sasa Djuarsa, Pengantar Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.
Sobur, Alex, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotika dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004.
--------------, Semiotika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 2003.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2009.
Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual Metode Analisis Tanda dan
Makna pada Karya Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: Jalasutra,
2008.
Zaimar, Okke K.S, Semiotik dan Penerapannya Dalam Karya Sastra, Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Zoes, Aart Van, Serba Serbi Semiotika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.
Website:
http://www.ahyarwahyudi.wordpress.com, diakses pada tanggal 1 September
2010
http://www.depkes.co.id, diakses pada tanggal 27 Juli 2010
http://www.promosikesehatan.com, diakses pada tanggal 27 Juli 2010
Hasil Tanya jawab kepada pembuat poster:
A. Poster Makanan Bergizi
1. Kapan poster ini diproduksi dan ukuran berapa?
Poster ini diproduksi pada tahun 2008 denga ukuran A3
2. Apa makna dari penggunaan warna putih pada warna dasar
poster ini?
Warna putih mempunyai arti suci, dan jika dilihat warna putih dapat
memberikan arti kesejukan dan ketenangan. Berhubung isi poster ini
memberikan pilihan kepada khalayak, maka diperlukan hati yang
tenang dalam mengambil keputusan, dengan adanya warna dasar putih,
maka pembaca dapat mengambil keputusan atau memilih dengan hati
yang tenang, tidak dengan emosi.
3. Mengapa menggunakan warna biru pada teks bagian atas yang
bertuliskan “Harga Sebatang Rokok Sebenarnya Dapat
Digunakan Untuk Membeli Makanan Bergizi”?
Warna biru pada teks ini sebenarnya masih berkaitan makna nya
dengan warna dasar putih poster ini. Sengaja dipilih warna biru untuk
menyelaraskan warna putih. Warna ini juga dapat memberikan
ketenangan, sama halnya dengan warna dasar.
4. Lalu mengapa memilih warna yang berbeda pada teks bagian
tengah dan teks bagian bawah? (pada teks bagian tengah bertulis
sebagai penjelas dari gambar yakni rokok = telur = tahu-tempe
dengan warna teks orang dan teks bagian bawah dengan tulisan
“Sehat Tanpa Rokok” dengan warna teks hijau)
Teks pada bagian tengah yang berwarna orange guna member
penjelasan kepasa pembaca, sedangkan warna hijau pada teks bagian
bawah member arti kesejukan. Kesemuanya ini sebenarnya masih
saling berkaitan, ini bisa dilihat pada warna dasar poster, warna teks
biru dan juga teks warna hijau, yang mana semuanya ditujukan pada
satu makna, yakni agar masyarakat khususnya pembaca poster dapat
segera berfikir jelas dan jernih agar dapat segera membedakan antara
yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat untuk tubuh.
5. Mengapa menggunakan ikon telur, temped an tahu sebagai
lambing makanan bergizi dalam poster ini?
Seperti yang sudah banyak orang tau bahwa makanan yang baik
dikonsumsi tiap hari yakni makanan yang bergizi, yang mengandung
unsur 4 sehat 5 sempurna. Makanan tahu, tempe dan telur masuk
kedalam daftar makanan 4 sehat tadi. Dan bila diperhatikan,
sebenarnya harga tahu, tempe dan telur sama dengan hara sebatang
rokok. Tahu, tempe dan telur banyak mengandung vitamin dan protein
sehingga bagus bagi tubuh, tapi rokok justru banyak mengandung
bahan-bahan yang dapat membahayakan tubuh. Harga sama, namun
khasiat nya jauh berbeda.
B. Poster Impotensi
1. Kapan poster ini diproduksi dan ukuran berapa?
Poster ini diproduksi pada tahun 2008 denga ukuran A3
2. Apa makna yang terdapat pada warna hitam sebagai warna dasar
pada poster ini?
Warna hitam iu berarti gelap, kegelapan diri seseorang, yang juga
dapat berarti kesuraman masa depan seorang perokok yang kuat, tidak
mau berhenti merokok. Kerumana akan penyakit yang akan
menimpanya kelak.selain itu, warna hitam juga dapat diartikan sebagai
ketegasan, yang dalam hal ini ketegasan mengenai suatu penyakit
serius yang akan dialami oleh perokok.
3. Didalam poster juga terdapat warna merah sebagai warna dasar
pada teks bagian bawah. Apa makna yang terkandung dalm
warna merah tersebut?
Warna merah mempunyai arti suatu bahaya atau peringatan, guna
memberikan pengetahuan yang sangat perlu diperhatikan oleh
masyarakat. Begitu juga dengan warna merah yang terdapat pada teks
bagian atas, mempunyai makna yang sama dengan warna merah
bagian bawah.
4. Jika diperhatikan, mengapa poster ini jauh lebih simple dibanding
poster lainnya? Hal ini terlihat pada penggunaan ikon yang
berada pada didalam poster, yakni hanya terdapat gambar
sebatang rokok.
Hal ini sengaja dilakukan dengan tujuan agar masyarakat dapat lebih
mudah mengerti makna dalam poster, dan juga ini bagian dari seni
yang mana dengan gambar sesimpel ini tentunya dapat memberikan
kesan garang namun tegas. Dan kembali ketujuan awal, supaya
seorang perokok dapat segera menghentikan kegiatannya merokok dan
memulai hidup sehat.
Makna dari poster ini sebenarnya sangat sederhana, yakni ingin
masyarakat tetap dan terus menjaga kesehatan jasmaninya. Karena
jelas sekali, bahwa seseorang akan menyesal jika penyakit sudah
datang menimpa. Karena cara pengobatan jauh lebih sulit dan
memerlukan dana yang cukup lumayan dibanding jika kita menjaga
kesehatan tubuh hanya dengan menerapkan hidup sehat yakni dengan
memakan makanan bergizi setiap hari dan jauhkan dari kebiasaan
merokok.
C. Poster Membunuh
1. Kapan poster ini diproduksi dan ukuran berapa?
Poster ini diproduksi pada tahun 2008 denga ukuran A3
2. Mengapa manggunakan warna dasar hitam dan memadukannya
dengan warna teks merah?
Poster ini masih berhubungan dengan poster impotensi, oleh karena itu
warna nya pun dibuat mirip. Dalam poster impotensi tadi dijelaskan
salah satu penyakit yang dihadapi perokok jika tidak segera
menghentikan rokoknya, selain impotensi juga terdapat penyakit lain
yang bahkan dapat menyebabkan kematian seperti halnya yang
terdapat pada poster ini.
3. Apa makna dari gambar seseorang yang hidup sedang merokok
namun gambar orang tersebut disamarkan?
gambar kepala orang hidup memang sengaja disamarkan dengan
tujuan untuk memberikan arti bahwa hidupnya seseorang namun ia
selalu merokok bahkan jika sampai perokok berat, maka separuh badan
nya sudah dipenuhi penyakit. Karena seperti yang kita ketahui bahwa
didalam rokok tentunya banyak sekali mengandung bahan-bahan
berbahaya. Banyak orang berkata bahwa dengan merokok dapat
membuat rileks dan membuat pikiran tenang, sehingga orang-orang
perokok tidak dapat menghentikan kegiatannya itu. Padahal yang
membuat orang ketagihan merokok karena didalam rokok terdapat
unsur nikotiknya yang dapat membuat seseorang ketagihan. Dan jika
dikonsumsi terus menerus maka tentunya sangatlah berbahaya bagi
tubuh.
Maka dari itu saya gambarkan kepala seseorang dalam poster ini agak
samar dan dipenuhi dengan asap rokok, hal ini mewakilkan seorang
perokok yang sangat kuat dan sebagian tubuhnya sudah dipenuhi
penyakit akibat merokok.
4. Lalu mengapa gambar tengkorak ini terlihat lebih jelas? Dan
mengapa tengkoraknya digambarkan sedang merokok?
tujuan dari adanya gambar tengkorak yang lebih jelas dan sedang
merokok ialah agar memberi kejelasan kepada pembaca poster bahwa
bahaya merokok itu dapat berujung pada kematian. Dan juga
memberikan peringatan kepada para perokok agar segera
menghentikan aktivitas merokoknya.
Sebenarnya semua poster anti merokok ini antara satu dengan lainnya
saling berkaitan, yakni bertujuan untuk memberikan pengetahuan
kepada khalayak tentang pentingnya menjaga kesehatan, jangan
merokok karena merokok dapat merusak kesehatan. Bannyak sekali
penyakit yang diderita akibat dari merokok dan semuanya dapat
berujung pada kematian seperti yang terdapat dalam poster ini.
Recommended